Syarifudin, studi naskah dakwah

40
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 1

Transcript of Syarifudin, studi naskah dakwah

Page 1: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 1

Page 2: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 2

PEMIKIRAN DAKWAH BUYA HAMKA

Oleh: Syarifudin

1. LATARBELAKANG MASALAH

Gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka dalam berbagai disiplin ilmu telah

memberikan pencerahan bagi wawasan pemikiran dakwah di Indonesia mulai dari

umur 17 tahun sampai akhir hayatnya pada umur 73 tahun.1 Gagasan ini menjadi

kekayaan referensi cara pandang dalam pengembangan sistem informasi dakwah

dewasa ini.2 Secara substantif kajian dakwah Buya Hamka pada tataran implementatif

memiliki ruang lingkup kajian meliputi objek material dan objek formal.

Objek material ilmu dakwah adalah prilaku keislaman yang bersumber dari

Alquran dan Sunnah, sedangkan objek formalnya adalah aspek spesifik prilaku Dai dan

Muballigh dalam melakukan tabligh, irsyat, tad}bir dan tat}wir.3 Aspek formal ilmu

dakwah ini jika dilihat dari seting sosial gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka

secara ilmiah memiliki kedua objek tersebut di atas.

Sebelum menjelajahi lebih mendalam pemikiran dakwah Buya Hamka alangkah

baiknya penulis deskripsikan lebih awal terminologi yang penulis gunakan dalam

melihat naskah dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 sebagai

indikator untuk mengungkap gagasan apa saja yang tersirat dalam naskah dakwah

Buya Hamka berdasarkan seting sosial pada masa itu. Untuk mengetahui seting

sosial dakwah Buya Hamka penulis dijembatani oleh teori psikologi sosial Gordon

W. Allport yang dikutip Ahmadi bahwa untuk mempelajari karakter pola pikir

1Syafi’i Ma’rif, Gerakan Dakwah Muhammadiyah (Artikel Ilmiah Diakses pada Website pemuda

muhammadiyah pusat) alamat website.www.http//dakwah_pembaharuan.go.id diakses pada tanggal 21

Oktober 2010, Jam 13:20. Wit.

2Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai

Paradigma (Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 370

3Sukridi Sambas, Pokok-Pokok Wilayah Kajian Ilmu Dakwah dalam Aep Kusnawan, (Bandung:

Pustaka Bani Qurasy, 2004), h.135.

Page 3: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 3

seseorang masa itu diperlukan psikologi sosial dalam proses memahami,

mengekprsikan, dan mempublikasikan pikiran, perasaan seseorang. 4

Pemikiran psikologi Gordon W. Allport ini juga relevan dengan pandangan

Gadamer yang dikutip E. Sumaryono tentang kriteria untuk menggunakan teori

hermeutika sebagai media penapsir dalam sebuah teks.5 Begitupula pandangan ilmuan

Prancis Paul Ricoer ( 1973) yang ahli dibidang fenomenologi dan Hermeneutika

mengatakan untuk menungkap lapisan makna sebuah teks perlu memahami ilmu

psikologi dan sejarah sebagai ilmu bantu dalam mengurai lapisan-lapisn makna yang

tersembunyi dalam sebuah teks.6

Selain teori seting social perlu penulis deskripsikan teori untuk memahami

makna sebuah teks. Seperti teori Hermeneutika Hans George Gadamer, Teori Filologi,

dan Teun Van Dijk yang dikutip oleh Alex Sobur bahwa ada 6 kriteria dalam

memahami makna sebuah teks.7 Enam kriteria teknik memahami teks terdiri dari

unsur-unsur tematik, skematik, semantik, sintaktik, stilisika, dan restoris.

Pada prinsipnya banyak teori yang ditawarkan oleh para ahli seting sosial untuk

mengungkap makna sebuah teks tetapi penulis hanya memilih dua yakni teori seting

sosial dan teori metode mengungkap makna teks.8 Kedua teori inilah yang penulis

gunakan untuk menjelajahi makna naskah pemikiran dakwah Buya Hamka dalam

tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai dari halaman 6467-6476.

Gambaran secara holistik dalam naskah dakwah Buya Hamka membicarakan

tentang kelebihan dan taktik menjadi seorang pewaris Nabi (Dai dan Muballigh).

4H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial: Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999), h. 4

5E. Sumaryono, Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat, (Cet.I; Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.

100.

6Paul Ricoeur, Fenomenologi Eksistensial, yang diterjemahkan oleh: K. Bertens (Cet. I; Jakarta:

Gramedia, 1987), h.6.

7Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk menganalisis wacana Analsis

Semiotik dan Analisis Framing (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 74

8Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan teori

Komunikasi (Cet. I;Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 33.

Page 4: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 4

Pewaris Nabi yang dimaksudkan dalam naskah dakwah yang penulis fahami adalah

para Dai dan Muballigh sebagai garda terdepan dalam melakukan publikasi keislaman

berdasarkan Alquran dan sunnah memiliki kemuliyaan jika dapat berprilaku budi

pekerti yang luhur serta menciptakan seting sosial masyarakat yang beradab. Dalam

konteks keindonesiaan tokoh dakwah yakni M. Natsir, Buya Hamka, dan Sukarno

telah menorehkan pikirannya dalam sejarah dakwah di Indonesia.

Pada tahun 1964 seting sosial yang digelar oleh Buya Hamka dan Soekarno

terjadi benturan pemikiran dan nampaknya tak bisa diperbaiki lagi. Buya Hamka,

yang tadinya memandang Soekarno sebagai anak muda penuh kharisma dan semangat,

kini memandangnya telah kebablasan. Pernah suatu ketika Soekarno menyatakan

pandangannya dalam sebuah sidang, kemudian ia mengatakan, Inilah ash-shiraath al-

mustaqiim (jalan yang benar). Buya menimpali, Bukan, itu adalah ash-shiraat ila al-

jahiim (jalan menuju Neraka Jahim). 9

Dari benturan peristiwa itu Sukarno kurang respek lagi pada Buya Hamka,

sehingga berakhir pada kebencian, dan emosional yang tidak terkendali. Asumsi

Presiden Sukarno bahwa Buya Hamka dikhawatrikan dapat mengganggu perjalanan

roda pemerintahan sehingga sebagai pengendali kekuasaan Negara Sukarno

menjebloskan Buya Hamka ke dalam penjara. Di penjarah inilah kreatifitas Buya

Hamka sebagai jurnalis menulis karya menumentalnya tafsir Al-Azhar.

Karya tafsir Al-Azhar inilah yang menjadi fokus kajian pada makalah ini tentang

gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka. Adapun yang menjadi permasalahan pokok

dalam makalah ini adalah bagaimana gagasan, pemikiran dakwah Buya Hamka dalam

tafsir Al-Azhar Juz ke 24 khususnya halaman 6467-6476.

9Akmal Sjafril, Analisis terhadap kekuasaan Pemerintah: Sejarah telah membuktikan bahwa

seringkali penegak keadilan itulah yang membengkokkan keadilan. Kalau sudah demikian, rumit sekali

masalahnya. Kini, reputasi kepolisian sudah semakin memprihatinkan. Benar-tidaknya pandangan ini

memang kasuistik sifatnya, namun stigma negatif semacam itu memang telah melekat pada kepolisian.

Tidak heran jika banyak yang curiga bahwa yang dialami oleh Buya Hamka dulu itulah yang kini sedang

dialami oleh sebagian aktifis Muslim yang dituduh teroris. Aksi-aksi terorisme di Indonesia, menurut

sebagian rakyat Indonesia, tidak lebih dari rekayasa intelijen. Tidak jauh beda dengan fitnah yang

dialami Buya dahulu.

Page 5: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 5

2. PERMASALAHAN

Untuk lebih mendalam penulis membagi topik permasalah di atas menjadi tiga

sub masalah pokok sebagai berikut:

a. Bagaimana geonologi pemikiran dakwah Buya Hamka?

b. Bagaimana seting sosial penulisan tafsir Al-Azahar Buya Hamka?

c. Bagaimana pokok-pokok pemikiran dakwah Buya Hamka?

3. DESKRIPSI NASKAH

A. Geonologi Keilmuan Penulisan Naskah

Geonologi pemikiran dakwah Buya Hamka dari keturunan ulama besar di

Minangkabau(Sumatra Barat) yang ditunjang dengan lingkungan Pesantren sehingga

melahirkan sosok Buya Hamka. Penulis fahami bahwa ekpresi geonologi pemikiran

seseorang tampak dalam bentuk karya-laryanya berupa tulisan dan lisannya

(prilakunya).10

Hal ini sesuai pendapat Thibaut dan Kelley yang dikutip Philips

bahwa ekpresi geonologi pemikiran seseorang dapat dilihat dari apa yang dia ucapkan

dan apa yang ia tulis.11

Buya Hamka dan sahabatnya M. Natsir. Memiliki peran yang

cukup signifikan dalam pengembangan dakwah di Indonesia.

Sebagai sahabat dapat disimak petikan puisi yang dituliskannya secara khusus

untuk Pak Natsir, puisi yang ditulis Buya Hamka pada tanggal 13 November 1957

setelah mendengar uraian Pidato Natsir yang dengan tegas menawarkan kepada

10

Rujukan: Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet: II; Jakarta: Yayasan Nurul Islam,

1979) h. 90. Di akse pada situs Buya Hamka www.http//hamka.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010 16:

12 wit. ibid

11Philips Costanso, Theories of Psikologi (New York: McGrow Hill Book Co, 1970),

diterjemahkan oleh: Sarlito Wirawan Sarwono, dengan Judul: Teori-Teori Psikologi Sosial (Cet. VII;

Jakarta: PT. Rajawali Grafindo, 2002), h. 241

Page 6: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 6

Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar negara RI.12

Kepada

Saudaraku M. Natsir

Meskipun bersilang keris di leher, Berkilat pedang di hadapan matamu Namun yang benar kau sebut juga benar, Cita Muhammad biarlah lahir, Bongkar apinya sampai bertemu, Hidangkan di atas persada nusa, Jibril berdiri sebelah kananmu Mikail berdiri sebelah kiri, Lindungan Ilahi memberimu tenaga, Suka dan duka kita hadapiSuaramu wahai Natsir, suara kaum-mu Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi Ini berjuta kawan sepaham Hidup dan mati bersama-sama Untuk menuntut Ridha Ilahi dan aku pun masukkan Dalam daftarmu …….! .13

Dari deskripsi naskah di atas alangkah baiknya penulis berikan skema gambar

geonologi Guru, pendidikan dan jabatan yang pernah dijabat oleh Buya Hamka. Hal

ini untuk lebih mudah memahami peran dakwah Buya Hamka di Indonesia.

12Rujukan: Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet: II; Jakarta: Yayasan Nurul Islam,

1979) h. 90. Di akse pada situs Buya Hamka www.http//hamka.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010 16:

12 wit. ibid

13Sahib Budi Ahmad, Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet. II; Jakarta: Yayasan

Nurul Islam, 1979), h. 23.

Page 7: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 7

1. Seting sosial

Pertentangan antara kubu Islam dan komunis telah hampir mencapai

klimaksnya. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang membawa ideologi komunis

(sekaligus atheis) bergandengan rapat dengan Presiden Soekarno. Golongan Islam

telah benar-benar dipinggirkan, Selain Buya Hamka juga M. Natsir, yang pernah

menjadi kartu truf bagi Soekarno dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam

negeri, telah diasingkan dari panggung politik.

Benturan pemikiran antara Buya Hamka dan Sukarno Pada tahun 1964

perdebatan Sukarno dan Buya Hamka tidak dapat disatukan lagi sehingga dengan

kekuatan keuasaan Buya Hamka baru saja pulang sehabis mengisi pengajian ibu-ibu.

Sesampainya di rumah, beliau beristirahat sejenak, sementara Ummi Siti Raham,

Page 8: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 8

istrinya, tidur di kamar karena sedang tidak sehat.14

Sekonyong-konyong datanglah

beberapa orang polisi berpakaian preman yang menunjukkan surat perintah

penangkapan terhadap dirinya. Jadi saya ditangkap? ujar Buya Hamka yang masih

diliputi keheranan, berkata pelan-pelan agar tidak mengejutkan istrinya. Rusydi, anak

beliau, membereskan pakaian secukupnya untuk beliau bawa.15

Suara gaduh akhirnya membangunkan sang istri yang juga tidak tahu

mestiberkomentar apa menanggapi penangkapan itu. Buya Hamka hanya merangkul

bahunya, menghiburnya agar tetap tegar. Kepada istri dan anak-anaknya, Buya Hamka

berpesan bahwa insya Allah penangkapannya takkan lama, karena ia sendiri merasa

tak pernah berbuat salah.16

Tidak ada informasi ke mana beliau dibawa, hanya ada

pesan bahwa keluarganya boleh menghubungi Mabes Polri untuk informasi lebih

lanjut. Maka dibawalah Buya Hamka ke dalam sebuah mobil yang segera melesat,

entah ke mana. Setelah mobil menghilang dari pandangan, pingsanlah Ummi Siti

Raham.

Selama beberapa waktu lamanya, tidak ada kabar sama sekali tentang Buya

Hamka. Tidak ada yang tahu di mana beliau ditahan, apa tuduhannya, bahkan masih

hidup atau tidaknya pun entah. Sampai akhirnya ada berita bahwa keluarga boleh

mengunjunginya di Sukabumi, barulah istri dan kesepuluh anaknya dapat bertemu. Di

bawah pengawasan para penjaga yang berwajah sangar, Buya Hamka sempat

menyelundupkan pesan ke salah satu anak laki-lakinya, Para penjaga ini sama dengan

Gestapo Nazi Secarik surat juga sempat disisipkan untuk dibaca oleh keluarganya di

rumah.17

14

Sahib Budi Ahmad, Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka…….ibid., h. 23. 15

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Hakikat Sistem Politik Islam, (Yogyakarta: PLP2M, 1987),

h. 43.

16 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Hakikat Sistem Politik Islam,…….ibid.,, h. 46.

17Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Pustaka panjimas, 1984), h.16

diakse pada website buya_hamka www.http.go.id diakses pada tanggal 17 -10- 2010 jam 21: 23.

Page 9: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 9

Terkejutlah keluarganya membaca pesan Buya Hamka, sebagaimana Buya

Hamka juga terkejut ketika pertama kali interogatornya memberi tahu tuduhan-

tuduhan yang ditimpakan kepada dirinya. Terlibat dalam rapat rahasia

menggulingkan Presiden, menerima uang empat juta (tidak jelas mata uangnya) dari

Perdana Menteri Malaysia, memberikan kuliah yang bersifat subversif, dan berbagai

kejahatan lainnya.

Pada tahun 1966, bersamaan dengan hancurnya kekuasaan PKI dan

pemerintahan Soekarno, Buya Hamka dibebaskan. Semua tuduhan pada dirinya

dihapuskan. Setelah peristiwa itu, tak pernah terdengar Buya Hamka menuntut balas

atas kezaliman yang telah dialaminya. Dalam pendahuluannya untuk Tafsir Al-Azhar,

Buya Hamka mengatakan bahwa kejadian itu sangat besar hikmahnya, karena tafsir

yang hanya selesai sedikit setelah dikerjakan bertahun-tahun ternyata bisa tuntas

dalam masa dua tahun di penjara.18

Di penjara itu pula Buya Hamka mendapat banyak

waktu untuk melahap buku-buku yang ingin dibacanya, dan larut dalam ibadah shalat

malam dan tilawah. Buya Hamka hidup seperti biasa, tanpa memendam dendam,

bahkan sampai membuat anaknya, Rusydi, merasa gemas bukan kepalang ketika

beliau menitikkan air mata ketika mendengar Soekarno telah wafat.19

Banyak orang

memintanya agar tidak menshalatkan Soekarno, akan tetapi beliau pergi juga, bahkan

menjadi imam shalat jenazahnya. Begitulah Buya Hamka.

Berikut ini kerangka alur pikir penulis dalam melakukan studi naskah pada

gagasan dakwah Buya Hamka yang tersurat dalam tafsinya juz ke24 mulai dari

halaman 6466-6476.

18

Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Pustaka panjimas, 1984), h.16

diakse pada website buya_hamka www.http.go.id diakses pada tanggal 17 Oktober 2010 jam 21: ibid.

19Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta : UI Press,

1993), h. 43.

Page 10: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 10

Skema bahan bacaan Buya Hamka yang menjadikan sosok Buya Hamka sebagai Tokoh

Dakwah yang mendapatkan penghargaan akademik dari Negara Mesir dan Universitas

Kebangsaan Malasiya.

2. Deskripsi Naskah Dakwah Buya Hamka.

Deskripsi gambar skema geonologi pendidikan non formal Buya Hamka di atas

memberikan proposisi bahwa secara keilmuan Buya Hamka memiliki wawasan dan

gagasan yang komprehensip tentang dakwah. Gagasan ini menarik jika penulis

berikan terminologi yang penulis gunakan dalam melihat model dakwah Buya Hamka

khususnya tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6466-6476. Untuk mengetahui mind set

seting sosial dakwah Buya Hamka.

Page 11: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 11

Untuk mengungkap makna yang tersurat dan tersirat dalam tafsir Al-Azhar juz

ke 24 halaman 6466-6476, Penulis dijembatani oleh teori psikologi sosial Gordon W.

Allport yang dikutip Ahmadi.20

Dan deskripsikan teori untuk memahami naskah

menggunakan teori Teun Van Dijk yang dikutip oleh Alex bahwa ada 6 kriteria

(tematik, skematik, semantik, sintaktik, stilisika, restoris).21

Teori psikologi sosial di atas sebagai pisau analisis dalam mengungkap seting

sosial gagasan dakwah Buya Hamka pada zamannya. Pada prinsipnya banyak teori

sosial yang ditawarkan para ahli dalam mengugkap gagasan dakwah Buya Hamka

seperti teori Max Weber yang dikutip Ahmad bahwa perubahan sosial itu disebabkan

oleh faktor ekonomi, hukum, psikologi, dan agama.22

Talcott Parson dikutip Wulan

bahwa perubahan struktur masyarakat dipengaruhi oleh adanya pola pikir baru yang

diberlakukan kepada masyarakat.23

Ibnu Khaldun dalam teorinya bahwa perubahan

sosial terjadi jika adanya pemikiran besar yang ada pada diri seseorang dalam sebuah

masyarakat sehingga dapat merubah ekpresi sosial masyarakat.24

Paradigma teori para ahli di atas, hemat penulis dalam mengungkap gagasan

dakwah Buya Hamka dalam bacaan naskah penulis memilih teori seting sosial Gordon

W. Allport dan Teun Van Dijk sebagai instrumen untuk mengungkap gagasan dakwah

Buya Hamka yang penulis baca dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6466-6476.

Peran Buya Hamka dalam melakukan pencerahan umat di Indonesia dipengaruhi

oleh berbagai macam keilmuan seperti, sastra, tasawuf, dan studi Islam lainnya yang

20

H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial: Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999),h. 4

21Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk menganalisis wacana Analsis

Semiotik dan Analisis Framing (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 74

22Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Menegnai

Paradigma (Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 370

23C. Dewi Wulan Sari, Sosiologi: Konsep dan teori (Cet. I; Bandung: PT. Refika Aditama, 2009),

h.150-151

24C. Dewi Wulan Sari, Sosiologi: Konsep dan teori.... ibid., h.150-151

Page 12: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 12

membentuk kepribadiannya.25

Keberanian, keihlasan dipengaruhi oleh genetik

ayahnya Haji Karim alias Haji Rasul sebagai pembaharu Islam di Minangkabau.

Berikut ini penulis deskripsikan naskah asli yang direstorasi pada percetakan di

Singapura offset. Gagasan Dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24

mulai dari halaman 6467-6476. Buku ini, telah direstorasi fontnya dari dari mesin

ketik ke komputer dengan menggunakan font transliterasi.

B. Naskah

1. Corak Pemikiran dakwah.

Corak atau haluan pemikiran dakwah dari penafsirnya, seperti halnya dalam

Tafsir al-Azhar ini. Dalam penafsirannya Buya Hamka memelihara sebaik mungkin

antara naql dan akal, dirayah dengan riwayah dan tidak semata–mata mengutip atau

menukil pendapat orang terdahulu, tetapi mempergunakan pula tujuan dan

pengamalannya. Oleh sebab itu, Tafsir al-Azhar ini ditulis dalam suasana baru di

negara yang penduduk muslimnya lebih besar jumlahnya daripada penduduk muslim di

negara lain. Maka pertikaian madzhab tidaklah dibawa, juga tidak ta’asub (fanatik)

kepada suatu faham, melainkan mencoba segala upaya mendekati maksud ayat,

menguraikan makna lafadz bahasa Arab ke dalam bahas Indonesia serta memberi

kesempatan orang buat berfikir.

Pemikiran dakwah Hamka menganut madzhab salaf yaitu madzhab Rasulullah

dan para sahabat serta ulama-ulama yang mengikuti jejaknya. Materi dakwah Hamka

ibadah dan aqidah dia memakai pendekatan taslim, artinya menyerahkan dengan tidak

banyak bertanya, melainkan meninjau mana yang lebih baik dan lebih dekat kepada

kebenaran untuk diikuti dan meninggalkan yang jauh menyimpang. Tidaklah Nabi

mengikat dengan satu cara yang sudah nyata tidak akan sesuai dengan perkembangan

zaman. Ijtihad dalam hal ini adalah solusinya dengan jalan bermusyawarah, yakni

25

M. Abdul al-Manar, Pemikiran Hamka: Kajian Filsafat dan Tasawuf (Cet’ II; Jakarta: Prima

Aksara, 2003), h. 98.

Page 13: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 13

memungut suara serta mengambil keputusan atau dalam bahasa sekarang disebut

prosedur sidang. Sebab dalam masyarakat mesti ada syūra.

2. Masalah Syūra

Hamka dalam karyanya tidak memberikan definisi secara jelas tentang syūra. Ia

menjelaskan bahwa Al-Quran dan hadis tidak memberikan informasi detail tentang

bagaimana melakukan syūra. Sebagai bahan pertimbangan Rasulullah dalam hal ini

memakai menteri-menteri utama seperti Abu Bakar, Umar, dan menteri tingkat kedua

yakni Usman dan Ali, kemudian terdapat enam menteri lain, serta satu menteri ahli

musyawarah dari kalangan Anshar. Islam menurut Hamka telah mengajarkan

pentingnya umat mempraktikkan sistem syūra ini. Sementara itu, teknik

pelaksanaanya tergantung pada keadan tempat dan keadaan zaman.

Sementara itu, menurut Hamka dalam Qs: as-Syra ayat 38 mengandung

penjelasan bahwa kemunculan musyawarah disebabkan karena adanya jamaah. Dalam

melakukan shalat diperlukan musyawarah untuk menentukan siapa yang berhak untuk

menjadi imam. Dengan demikian, menurut Hamka dasar dari musyawarah telah

ditanamkan sejak zaman Makah. Sebab, ayat ini (Al-Quran surah as-Syu@ra) diturunkan

di Makah. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa dalam menjalankan musyawarah harus

didasarkan pada asas al-maslah{at. Nabi dalam hal ini menegaskan segala urusan

terkait dengan dunia, misal masalah perang, ekonomi, hubungan antar sesama manusia

dibangun atas dasar dibangun atas dasar timbangan maslahat dan mafsada@t-nya.

Hamka dalam hal ini mengkontekskan ayat Al-Quran tentang syūra dalam

konteks keindonesiaan. Menurutnya, bangsa Indonesia dapat memilih sistem

pemerintahan dalam bentuk apapun untuk menjalankan roda pemerintahan, tetapi

tidak boleh meninggalkan sistem sura yang di dasarkan atas maslahat. Sampai di sini

dapat dikatakan bahwa maslahat adalah prinsip dasar dalam melakukan syūra yang

wajib dilakukan oleh setiap bangsa dan negara.

Page 14: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 14

3. Masalah Negara dan Kepala Negara

Hamka menyatakan bahwa suatu umat adalah semua kaum yang telah terbentuk

menjadi suatu masyarakat atau kelompok, mereka menjadi satu atas dasar persamaan

keyakinan. Adapun tegak berdirinya suatu negara atau kekuasaan dimulai sejak

manusia mengenal bermusyawarah dan bernegara, di mana kekuasaan dari segala

bentuknya adalah milik Allah, yang telah menjadikan manusia sebagai pemimpin atau

khalifah dalam menjalankan kekeuasaan tersebut, yang dibarengi dengan aturan-

aturan yang telah ditentukan Allah dalam nas.

Dalam keyakinan Islam, manusia mengatur negara bersama-sama atas kehendak

Tuhan. Pengangkatan presiden, sultan, raja harus berada di bawah kekuasaan Tuhan

yang dijelaskan dalam nas, Hamka menyebutnya dengan “Demokrasi Taqwa”.

Majunya suatu kelompok masyarakat adalah manakala mereka memegang teguh

peraturan-peraturan Allah, dan runtuhnya masyarakat manakala mereka

meninggalkan-Nya. Tidak ada satupun yang dapat menghalangi keruntuhan itu.

Sementara itu, terkait dengan syarat bagi seorang pemimpin (kepala negara),

Hamka menyatakan ada dua hal yang harus dipenuhi seorang pemimpin. Pertama,

ilmu yakni ilmu tentang kepemimpinan. Kedua, badan, yakni sehat, dan tampan

sehingga memunculkan simpati. Ditambahkan pula bahwa pemimpin tersebut haruslah

orang Islam sendiri, agar tidak menimbulkan instabilitas dan keruntuhan kaum

muslim. Lebih lanjut, Hamka menjelaskan bahwa tugas seorang pemimpin adalah

meramaikan bumi, memeras akal budi untuk mencipta, berusaha, mencari, menambah

ilmu, membangun kemajuan dan kebudayaan, mengatur siasat negeri, bangsa dan

benua.

4. Masalah Hubungan Agama dan Negara

Islam adalah suatu ajaran dari langit, mengandung syari@’at dan ibadah,

mua@malat (kemasyarakatan), dan kenegaraan. Semua datang dari satu sumber, yakni

tauhid. Tauhid tidak boleh dipisahkan, misal hanya melakukan shalat saja, sementara

Page 15: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 15

kenegaran diambil dari ajaran lain. Jika ada keyakinan lain bahwa ada ajaran lain

untuk mengatur masyarakat yang lebih baik dari Islam, maka kafirlah orang tersebut,

meskipun orang itu masih melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini tidak aneh, sebab

tauhid bagi Hamka adalah pembentuk bagi tegak dan teguhnya suatu bangsa.

Hamka ketika menafsirkan Qs: al-Baqa@rah (2): 283 menyimpulkan bahwa antara

Islam dan negara adalah satu kesatuan, tidak ada yang dapat memisahkan urusan dunia

dan agama bahkan dalam kaitannya dengan masalah urusan muamalah, hubungan

manusia dengan manusia yang lain (hukum perdata). Sebab, Islam menghendaki

hubungan yang lancar dalam segala urusan. Pendapatnya ini juga ditemukan dalam

tulisannya yang lain bahwa dalam sejarah Islam tidak pernah ditemukan pemisahan

antara agama dan negara.

Teori sosiologi menyebutkan, bahwa terdapat pengaruh nilai-nilai sosial

terhadap semua persepsi tentang realitas, teori ini juga menyatakan, bahwa tidak ada

praktik penafsiran (act of commong to understanding) dapat terhindar dari kekuatan

formatif latar belakang (background) dan komunitas paradigma yang dianut oleh

seorang penafsir. Buya Hamka adalah seorang pujangga, ulama, pengarang, dia juga

dikenal sebagai politikus yang berseberangan dengan politik pemerintah waktu itu.

Oleh karena itu, Hamka ketika ia “menziarahi” ayat-ayat politik, ia berusaha

menemukan, mengidentifikasi, dan menafsirkan prinsip-prinsip fundamental dari Al-

Quran dalam kaca mata politik Islam yang dianutnya, tentunya politik yang berbeda

dengan kebijakan politik pemerintah. Hal ini tampak dari pemikirannya tentang

“Demokrasi Taqwa”, dan hubungan antara agama dan negara yang menyatu.

Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertubuhan Muhammadiyah.

Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan

khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928,

beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929,

Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian

beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi

ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi

Page 16: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 16

Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau

menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di

Yogyakarta pada tahun 1950.

Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat

Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Mukti Ali melantik

Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya

meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh

pemerintah Indonesia. Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 apabila

beliau menjadi anggota parti politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu

menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan

menyertai kegiatan gerila di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka dilantik

sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota

Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955.

Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari

tahun 1964 hingga tahun1966, Hamka telah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno

kerana dituduh pro-Malaysia.

Semasa dipenjarakanlah maka beliau mula menulis Tafsir al-Azhar yang

merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka dilantik

sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis

Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.

Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan,

penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, Hamka menjadi wartawan

beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan

Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan

Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-

Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat,

Panji Masyarakat dan Gema Islam. Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan

karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar

Page 17: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 17

(5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku

teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der

Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli. Hamka pernah menerima

beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah

kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris

Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelaran Datuk Indono dan

Pengeran Wiroguno daripada pemerintah Indonesia.

Page 18: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 18

Page 19: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 19

Page 20: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 20

4. ANALISIS NASKAH

A. Pendekatan Filologi

Menurut kamus bahasa Indonesia tahun 2008 filologi adalah Ilmu tentang

kebudayaan manusia, terutama menelaah karya-karya sastra lama atau sumber-sumber

tertulis.26

Dari terminologi ini dapat dikatakan bahwa karya tafisir Buya Hamka no 24

termasuk naskah klasik karena umurnya telah mencapai 50 tahun.

Secara fisik keadaan naskah karya Buya Hamka ini berwarna coklat dengan

cetakan seadanya dengan tidak memiliki kualitas desain cover secara profesional,

dalam artian mencetak dengan tidak menggunakan sparasi warna sebagaimana

perkembangan kualitas cetakan moderen. Tempat percetakan naskah Buya Hamka ini

di Singapura pada tahun 1973 telah direkonstruksi dengan menggunakan teknologi

computer versi 836 yang merupakan produk computer periode DOS (Disk Opertion

System) yang menggunakan versi awal untuk orang Singapura dengan menggunakan

fonts transliterasi.

B. Pendekatan Hermeneutika.

Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuin yang berarti mengartikan,

menginterpretasi,menerjemahkan, dan menafsirkan.27

Hermeneutika adalah jenis ilmu

pengetahuan yang memiliki spesifikasi untuk menapsirkan makna pada sebuah simbol

atau teks.28

Hermeneutika adalah ilmu penapsir yang mengalami perkembangan cukup

signifikan. Fenomena ini tampak pada Perguruan Tinggi di Indonesia cukup banyak

menggunakan ilmu ini sebagai mata kuliah dalam filsafat bahasa.

Perspektif hermeneutika bagi para ahli seperti Paul Ricoeur, George Gadamer

Gabriel Marcel, Husserl, Heideger, Jaspers dan termasuk pemikir hermeneutika dunia

26

Meity Taqdir Qodratillah, et.al., Balai Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional (Cet. I; Jakarta, Balai Bahasa Indonesia 2008) h. 414.

27Paul Ricoer, The Simbolisme of Evil (Cet. IV; Boston: Beacon Press, 1967), h. 350.

diterjemahkan oleh E. Sumargono dengan Judul: Simbol-Simbol Interaksi dalam Masyarakat, h. 100.

28Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksarah, 2006), h.80

Page 21: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 21

Islam seperti Arkoun, memiliki perspektif yang berbeda-beda dalam memahami dan

menerapkan ilmu hermeneutika dalam mengungkap misteri sebuah teks(naskah).29

Hemat penulis perbedaan ini akibat dari pendidikan dan latarbelakang budaya yang

berbeda sehingga konsep tentang hermeneutika dalam penerapannya juga berbeda,

hemat penulis ini adalah sebuah hal yang sifatnya natural determinism. Perbedaan

perspektif para ahli dalam bidang ilmu hermeneutika tersebut memberikan banyak

pilihan bagi penulis untuk memilih perspektif yang relevan dengan capacity

kompetensi keilmuan penulis.

Naskah Buya Hamka yang penulis ingin ekplorasi mulai dari halaman 1667-1678

jadi sekitar 12 halaman paa tafsir Buaya Hamka Juz ke 24 dengan menggunakan

hermeneutika Hans Geroge Gadamer. Gamader memiliki 4 pertanyaan dalam

mengungkap misteri dibalik sebuah naskah yakni: Apa bangunan teks tersebut, Istilah

yang digunakan dalam naskah tersebut, Motivasi dalam menulis naskah tersebut dan

Setting sosial yang mempengaruhi lahirnya sebuah teks, Kompetensi keilmuan.

Geonologi pemikiran dakwah Buya Hamka dalam kajian tafsir ini menurut

pemahaman penulis cenderung dipengaruhi oleh Rasyid Rid}a dan Muhammad Abduh,

dan Jalaluddin Al-Afgani dalam merangkai tafsir al-Azharnya yang ditulis dipenjarah.

Seting sosial sewaktu menulis tafsir Al-Azahar Buya Hamka banyak perasaan duka-

cita yang diselingi kedamaian hikmah yang menyelimuti perasaan sehingga banyak

pikiran yang dapat diekplorasi untuk menjadi bahan renungan dakwah kedepan.

1. Apa bildung (perasaan kebatinan yang dicurahkan dalam naskah): Gadamer

menggunakan istilah bildung meliputi budaya kebatinan, ketajaman pikiran,

gaya dan ekspresi pesan yang tergambar dalam sebuah teks: Perasaan Buya

Hamka yang digambarkan dalam naskah Tafsir Al-Azhar Juz ke 24 halaman

1676 menggambarkan adanya keyakinan yang kokoh sebagai rijal Dakwah

dalam mencapai maqam hikmah QS al-Baqarah (2) : 269

29

ibid

Page 22: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 22

Terjemahnya:

Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan

As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang

dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan

hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman

Allah).

Penapsiran Buya Hamka dalam ayat ini memiliki relevansi dengan kondisi

sosial ketika ditangkap oleh Presiden Sukarno sebagai penguasa dan Hamka

sebagai pelaku dakwah. Untuk menegakkan dakwah ditengah-tengah penguasa

yang Kejam dengan mempertahankan kekuasaannya juga memiliki konsep

dakwah, sementara Dai dan Muballigh juga memiliki konsep dakwah. Hemat

penulis penapsiran yang dapat penulis ungkapkan dalam naskah tafsir Juz 24

adalah: perlunya seorang dai ahli dibidang kaidah-kaidah usul piqh. Pekerjaan

yang mulia di dunia ini adalah dakwah dan pengembangan ilmu dakwah jika

kerap kali menggunakan pedang gunakanlah pedang demi tegaknya panji-panji

kemerdeakaan Islam. Hemat penulis usaha dakwah dewasa ini perlu modifikasi

dan kemasan pengembangan dan sifatnya pemberdayaan ekonomi, kesehatan

dan pendidikan, ketiga ini sebagai materi dakwah yang perlu penajaman serta

pembinaan sebagai usaha untuk mensejahterakan umat dari keterpurukan ke 3

sebab terjadinya disharmonisasi.

2. Bagaimana rasa bahasa yang diginakan dalam naskah: rasa bahasa yang

digunakan Hamka sangat kompleks, berbau sastra, dialeg minang, dan

nasionalisme Islam keindoensiaan yang kental dalam rasa bahasa yang di

ekspresikan dalam tulisannya. Estetika memanfaatkan simbol bahasa dalam

meletakkan kata demi kata, kalimat demi kalimat yang dapat memacu adrenalin

pembaca. Gaya bahasa dapat membawa pembaca dari hal yang abstrak ke

Page 23: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 23

suasana yang sifatnya realitas dengan menggunakan perumapamaan (Amstal)

yang mudah dicernah oleh otak manusia. Hemat penulis model ini dapat

dijasidikan sebagai bekal bagi praktisi Dai dan Muballigh atau motiovator dalam

memberikan sugesti bagi pekerja untuk lebih giat dan kreatif dalam menjalani

tugas kesehariannya.

3. Motivasi dalam menulis naskah tersebut dan Setting sosial yang mempengaruhi

lahirnya sebuah teks: Motivasi dalam menulis tafsir ini adalah cita-cita yang

lama terpendam dan dipenjarahlah ekprsei itu disalurkan dengan berpendapat

bahwa jika Tuhan memberikan hikmah pada seseorang dimanapun ia berada dan

dalam kondisi apa pun tetap menjadi sebuah kaljauhar bagi dirinya dan orang

lain. Hemat penulis motivasi menulis tapsir al-Azhar karena konpetensi yang

diberikan oleh ulama dari Kairo Universitas al-Azhar semata-mata

pengembangan keilmuan dan pencerahan kepada umat pentinnya mengungkap

pesan-pesan dari Al-quran yang belum maksimal dipublikasikan oleh ulama

Indonesia pada masa tersebut. Buya Hamka merangkai pesan yang penulis

fahami dalam naskah dakwah Buya Hamka adalah dalam tafsir Al-Azhar juz ke

24 halaman 6467 terdiri dari: Perkataan yang baik, Amal Shaleh, Keteladanan

dalam perbuatan, Pekerjaan yang paling mulia adalah Dai dan Muballigh,

Keteladanan secara sosial dan spiritual, dan berserah diri pada Allah. Selain itu

Dai dan Muballigh juga perlu ditopang oleh:

1. Kekuasaan: dengan memegang kekuasaan pelaksanaan dakwah dapat efektif

karena ditopang oleh Negara. Teknik publikasi dakwah yang di topang oleh

pemerintah maka sistem dakwah tersebut tetap berjalan sesuai perencanaan

seperti program Dakwah yang dilakukan oleh Kementrian Agama sekarang

ini.

2. Kekuatan: Materi keilmuan dan analisis sistem informasi dakwah ditopang

oleh kekuatan ekonomi yang mapan dan pemilihan informasi yang jitu pada

Page 24: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 24

mad’u. Desain sistem informasi dakwah yang kokoh akan melahirkan

tingkat penyerapan yang menggembirakan.

3. Budipekerti: hemat penulis fahami dari Buya Hamka dalam gagasan

Dakwahnya lebih mengedepankan perbuatan daripada lidah. Perbuatan yang

dapat memberikan keteladanan merupakan model dakwah bi al-hal yang

menurut Buya Hamka lebih efektif dibanding model Dakwah yang lain.

Usaha yang paling baik dari segala yang terbaik.

4. Taktik: menurut Buya Hamka “Dan tidaklah sama di antara kebaikan dengan

kejahatan, tangkislan dengan cara yang lebih baik.” seorang Dai dan

Muballigh ada beberapa hal yang perlu menjadi pondasi sifat seorang Dai dan

Muballigh a). Melakukan dakwah menyeru kepada manusia kepada Allah. b).

Beramal yang shaleh dan. c). Selalu melatih diri sendiri bahwa untuk

kejayaan diri dalam hubungan dengan Allah jangan lupa berserah diri kepada

Allah karena orang berserah diri itu adalah Islam yang sejati.30

Hemat penulis Buya Hamka memiliki kecerdasan intelektual, dari bacaan

penulis dalam menjelajahi naskah Buya Hamka. kaitanya dengan penafsiran Al-

Quran, manusia memiliki kemampuan membuka cakrawala atau perspektif, terutama

dalam memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang mengandung z}anni al-dila@lah

(unclear ststement). Dari sini tidak dapat disangsikan terdapat penafsiran yang

beragam terkait dengan masalah publikasi dakwah dan politik antara lain: pertama,

yang menyatakan bahwa Al-Quran memuat ayat-ayat yang menjadi landasan etik

moral dalam membangun sistem sosial politik dan gerakan dakwah. Kedua, Al-Quran

sebagai sumber paling otoritatif bagi ajaran Islam, sepanjang terkait dengan masalah

politik tidak menyediakan prinsip-prinsip yang jelas, demikian pula dengan as-sunnah.

Ketiga, terdapat penafsiran yang menyatakan Al-Quran mengandung aturan berbagai

30

Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t), h. 6471.

Page 25: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 25

dimensi kehidupan umat manusia di dalamnya termasuk mengatur sistem informasi

dakwah dan mengatur sistem pemerintahan Islam.

C. Pendekatan Hermenetika

Pengertian hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneou atau

hermeneuin berarti: mengingterpretasikan, menerjemahkan dan menafsirkan.31

Pendekatan hermeneutika ini salah satu disiplin ilmu yang menyelediki dan ilmu

tafsiran untuk mengungkap pesan dibalik teks. Dalam kajian bermacam-macam model

penggunaannya tapi dalam kajian ini penulis memilih datu satu tokoh Hemeneutika

dari Jerman pada abad ke 20 yang popoler pada tahun 1900 yaitu Hans George

Gadamer.

Konsep Hemeneutika Hans George Gadamer ini dalam mengungkap sebuah

fakta yang dikutip oleh E. Sumargono sebagai berikut: 1). Taste (Selera/Gaya masa

itu), 2). Etika dan Estetik: Padangan etika pada masa teks itu dikonstruksi, 3). Sensus

Commusmis: (Pandangan yang mendasari seorang individu atau komunitas bagaimana

mereka menafsirkan peristiwa masa lampau dan masa akang datang. 4). Bildung

(Meliputi Sejarah, Budaya, setting sosial, Dunia eksternal dan internal, style).

Dari keempat kriteria konsep Hemeneutika Gadamer yang penulis fahami dari

cara kerja Hermenetika dan daya ekplanasi sebagai berikut:

1. Bildung (Meliputi Sejarah, Budaya, setting sosial, Dunia eksternal dan internal,

style).

a. Aspek sejarah keilmuan Hamka dalam kitab tafsirnya dipengeruhi oleh

Rasyid Rida dan Muhammad Abduh, karena pada masa Buya Hamka

Kitab Tafsira yang berperan di Asia Tenggara adalah dua Ulama besar itu

yaitu Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh.

31

Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa Makna dan Tanda (Cet.

I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.165

Page 26: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 26

b. Aspek Setting sosial: Problematika sosial pada saat Buya Hamka menulis

karya itu berada dalam penjarah. Paktor yang mendasari Buya Hamka

masuk penjarah akibat tidak sepaham (Soal Politik) dengan pemerintahan

Sukarno. Perbedaan pandangan ini semakin keras ketika ada pertemuan

dengan presiden Sukarno Buya Hamka dengan suara agak keras

mengeluarkan pendapat yang dapat merusak reputasi Presiden Sukarno

sehingga Buya Hamka dijebloskan kedalam penjarah.

c. Aspek Peran dunia eksternal dan Intrernal: Peran Buya Hamka pada masa

itu memiliki kekuatan politik dari Timur tengah, Pemerintahan Malesya

akibat jaringan inteketual dan masyarakat Indonesia karena mantan

menteri agama. Hemat penulis tentang pengaruh Buya Hamka di luar dan

dalam negeri cukup signifikan sehingga Presiden Sukarno merasa

terganggu dan dapat berbahaya terhadap jalannya roda pemerintahannya

sehingga dengan sikap kekerasannya menjebloskan Buya Hamka ke dalam

penjarah. Dalam dalam penjarah inilah Buya Hamka menulis tafsir Al-

Azhar. Penekanan Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman

6467-6476 yang penulis fahami adalah: Kekuasaan, kekuatan, taktik dan

Budipekerti. 32

Tekanan (aksentuasi) 4 kalimat di atas tang ditekankan

oleh Buya Hamka dalam naskah dakwah. Pesan yang penulis fahami dalam

naskah dakwah Buya Hamka adalah kecerdasan seorang calon Dai dan

Muballigh memberikan aksentuasi pada kalimat tertentu untuk merespon

naluri pendengar (mad’u). Penekanan kalimat menurut Buya Hamka

tersebut relevan dengan sejarah dakwah Rasulullah yang erat kaitannya

keahlian seorang Dai dan Muballigh dalam menyampaikan pesan dakwah

perlu ada tekanan pada kalimat-kalimat tertentu. Kriteria pemilihan calon

32

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik

dan Analisis Framing ….op. cit., h.75.

Page 27: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 27

Dai dan Muballigh untuk penyebaran informasi keislaman ada hadis

Rasulullah diriwayatkan oleh Bukhari dalam hadis berikut ini.

Artinya:

Sewaktu Rasulullah saw. mengutus Mu’az ke Negeri Yaman, beliau berpesan

kepadanya: Wahai Mu’az engkau akan mendatangi suatu kaum yang ahli kitab.

Yang pertama kali harus engkau sampaikan kepada mereka adalah ajakan untuk

mengesakan Allah swt. setelah mereka menerima ajakanmu itu, maka beritahukan

kepada mereka Allah mewajibkan atas diri mereka melakukan s}alat sehari semalam

(5 kali). Bila mereka sudah mau melaksanakan shalat semalam lima kali, maka

beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah swt. mewajibkan atas diri mereka

membayar zakat. Yakni harta zakat yang diambil dari orang-orang kaya, kemudian

diberikan kepada orang-orang yang fakir di antara mereka. Kalau yang demikian

sudah dilaksanakan, maka jagalah mereka engkau perangi serta hormatilah mereka,

dan jagalah harta benda serta darah keturunannya. (HR. Bukhari).34

Hadis Rasulullah saw di atas yang diriwayatkan oleh Bukhari, hemat penulis

relevan dengan taktik dakwah Buya Hamka pada hal 6471. Rasulullah saw. memilih

Mu’az ke Yaman kenapa bukan sahabat lain? Hal ini dapat memberikan banyak

inspirasi dibalik hadis tersebut, yang mempertegas bahwa pemilihan kata dan kalimat

dalam berdakwah. Menurut analisis penulis bahwa Mu’az memiliki kompetensi

komunikasi qaulan layyinan, qaulan baliggah dan tingkat keilmuan yang memaDai

33Muhammad bin Idris Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 2 (Cet. III; Beirut: Dar

Ibn Kastsir, 1407 H-1987 M), h. 529.

34Muhammad bin Idris Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 2………ibid. h.529

Page 28: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 28

dalam melakukan ajakan dakwah kepada ahli kitab disaat itu, sehingga Rasulullah

saw. memilih Mu’az sebagai penerima amanah tersebut.

Inspirasi hadis di atas dalam naskah Buya Hamka pada halaman 6471 ada 3

prinsip yang menjadi indikator sebagai calon kader dakwah yakni: 1. Melakukan

dakwah kepada manusia, 2. Beramal yang shaleh (prilaku keteladanan sebagai

komunikasi non verbal) atau dapat di istilakan dakwah bi al-Hal. 3. Berserah diri

adalah kunci kader dakwah (muslim sejati).35

Penekanan gagasan dakwah Buya Hamka pada halaman 6471 juga memberikan

makna bahwa kader dakwah itu tidak semulus perjalanan yang menyenangkan, tetapi

kerap kali juga mendapat rintangan, hambatan jika mendakwakan ajaran-ajaran

kenabian. Menurut Buya Hamka yang penulis pahami bahwa rintangan itu perlu ada

pemetaan problem solving yang jelas dengan melakukan upaya menangkis

permasalahan yang buruk dengan kelembutan budi pekerti yang luhur. Jangan ada

kecendrungan karena berada pada posisi yang benar kader dakwah seenaknya

menyerang pihak yang salah dengan membabi buta, menurut Buya Hamka ini tidak

memiliki landasan yang kuat.

Budi pekerti yang luhur adalah kekuatan dakwah yang spektakuler gagasan

dakwah Buya Hamka tersebut dapat dilihat pada halaman 6472 dalam naskah dakwah

Buya Hamka dia datang dengan benci maka sambutlah dengan rasa kasih sayang.

Seorang Dai dan Muballigh dapat menjadikan pedoman ini sebagai motivasi yang

kokoh jika ingin berhasil dalam melakukan dakwah.

Allah bersabda maka tiba-tiba terjadilan orang-orang yang di antara engkau dengan dia itu tadinya ada permusuhan, seolah-olah teman yang setia (ujung ayat 34).36

Seting sosial tantangan ini dapat mengambil pelajaran pada kekuatan psikologi

Rasululah saat hijrah ke Madinah mendapat tantangan dari pihak Quraisy yang

dipimpin Abu Sofyan sebagai pendekar Qurasy yang hebat pada masanya. Pada

35Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t),…..op. cit., h. 6471.

36Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t),…..ibid., h. 6472.

Page 29: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 29

mulanya Abu Sofyan menganggap enteng tentara Rasulullah tetapi setelah Rasulullah

memperlihatkan kekuatannya oleh pamannya Abbas, lalu Abu Sofyan melihat yang

membentengi Rasulullah kiri dan kanan ada 10.000 tentara Islam. Kekuatan ini secara

psikologi Abu Sofyan menjawab begitu besar tentara mu ya Ibnu Abbas. Ibnu Abbas

menjawab ini bukan kerajaan anakku tetapi tetanra Allah. Karena melihat seting sosial

yang didesain Rasulullah sehingga Abu Sofyan mengatakan kepada Ibnu Abbas paman

Rasulullah “kalau sudah demikian adanya maka pada hari ini saya mengucapkan tiada

Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

Kekuatan kelembutan budipekerti menurut Buya Hamka ini terinspirasi dari

desain keteladanan Rasulullah saw. menjadi Abu Sofyan sebagai orang Qurasy yang

menentang Rasulullah menjadi teman dan bahkan dia yang memimpin dakwah di

medang perang. Hikmah dari peristiwa ini Buya Hamka pernah memberikan selembar

pesan saat berada penjara kepada keluarganya dan kerabatnya bahwa menegakkan

kebenaran membutuhkan kekuatan budipekerti yang luhur yang dapat memberikan

kekuatan yang dahsyat, hindari pertentangan perbanyak teman sebarkan kebenaran

dengan cara-cara yang bijak.

Hemat penulis pesan yang tersirat yang ingin disampaikan oleh Buya Hamka

kepada pembaca bahwa cara yang ia tempuh dengan melakukan konprontasi dengan

presiden Sukarno melawan arus kekuasaan tidak efektif dalam menyebarkan

kebenaran. Orang yang memiliki jiwa pemarah, cepat naik darah, temperamen tinggi

sehingga kehilangan pedoman, jiwa terganggu oleh napsu syetan, pendendam, khianat,

mengeluarkan kata-kata yang tidak baik ada adalah tanda kekerdilan jiwa.37

Hemat

penulis yang dapat difahami dalam Naskah dakwah Buya Hamka ini jika hal ini terjadi

pada kader Dai dan Muballigh maka ini adalah musibah yang membutuhkan penyucian

diri dengan melakukan penyerahan diri dan bertobat pada Allah sebagai pengendali

kekuatan kerohanian setiap umat manusia.

37

Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t),…..ibid., h. 6475.

Page 30: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 30

Kekuatan kerohanian ini muncul hemat penulis lahir dari ekspresi seseorang jika

telah melalui proses rintangan dan tantangan. Kematangan fisik dan kerohanian

manusia pada usia 40 tahun ke atas sebagaimana Buya Hamka pada umur 17 tidak

sama karakter tulisannya setelah berumur 55 tahun keatas. Hal ini tampak dalam

tulisanya dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24.

Menurut ilmu psikologi kepribadian Gardner Murphy yang kutip oleh Sumadi

bahwa pada umur 40 tahun ke atas manusia cenderung pada penyucian jiwa.38

Dalam

artian pada umur ini naluri manusia lebih dekat pada Tuhannya. Ekpresi yang keluar

dari mulutnya cenderung lebih lembut dan bijak dalam menyikapi setiap permasalahan

tidak emosional seperti umur dibawah 40 tahun.

Inilah hikmah Rasulullah di angkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun. Karena

teori kepribadian Gardner Murphy yang kutip oleh Sumadi menunjukkan bahwa organ

tubuh secara anatomi mengatur metabolisme tubuh untuk lebih pada perbuatan-

perbuatan yang baik. Adrenalin berkerja secara positif lebih kencang jika dibarengi

dengan kekuatan zikir.

Hal ini juga diperkuat oleh ahli sel dan DNA dari jepang Kazuo bahwa pada saat

umur 40 tahun ke atas kinerja sel yang berjumlah 63 trillyun akan berkerja menuju

pusat penyerahan kepada Tuhannya secara otomatis sehingga tampak pada prilaku

manusia pada hal-hal yang sifatnya rohani.39

2. Sensus Commusmis: (Pandangan yang mendasari seorang individu atau

komunitas bagaimana mereka menafsirkan peristiwa masa lampau dan masa

akang datang. Geonologi pendidikan dan pemikiran dakwah Buya Hamka dalam

kajian tafsir ini menurut pemahaman penulis cenderung dipengaruhi oleh Rasyid

38

Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Cet. I; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), h.

346-347.

39Kazuo Murakami, The Divine Code life: Awaken Your Genes & Discover Hidden Talents (New

York: Beyond Publishing, 2006) diterjemahkan oleh: Winny Prasetyoati dengan Judul: Tuhan dalam

Gen Kita (Cet. VI; Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2008), h. 31.

Page 31: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 31

Rid}a dan Muhammad Abduh, dan Jalaluddin Al-Afgani. Ketiga pemikir ini

memberikan kontribusi pemikiran dalam merangkai pemikiran Buya Hamka.

Seting sosial sewaktu menulis tafsir Al-Azahar Buya Hamka berada dalam

penjarah dan banyak waktu melakukan perenungan tentang menjadi kader-kader

dakwah yang telah dilalui dan kader dakwah kedepan. Buya Hamka dari rasa bahasa

penulis fahami beliau inginkan pentingnya pemimpin dakwah memiliki jiwa tegar dan

berprilaku budipekerti yang luhur.

Gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai

dari halaman 6467-6476 dapat difahami dengan menggunakan sebuah teori untuk

mendekati makna yang tersurat dan tersirat dalam teks. Penulis menggunakan teori

Teun Van Dijk yakni memahami dan memaknai teks dan teori Gordon W. Allport

seting sosial yang berlaku secara makro dan mikro. Dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24

mulai dari halaman 6467-6476. memahami teks dakwah Buya Hamka dalam tekstual

dan Kontekstual.

Secara harfiah tema berarti: sesuatu yang diuraikan. Tema juga berarti pokok

peristiwa yang penting.40

Tema dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24

mulai dari halaman 6467-6476 terdiri Gagasan Pemikiran Dakwah, Kekuasaan,

Kekuatan, Budipekerti, dan Taktik. Teknik memaknai teks secara skematik ini

adalah mempelajari bentuk struktur dan unsur-unsur sebuah teks.41

Naskah gagasan

dakwah Buya Hamka dirangkai dengan menggunakan bahasa yang cukup mudah

difahami. Gagasan dakwah Buya Hamka dilandasi oleh QS Fushilat(41): 33 dan

diakhiri ayat 42. Dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6467-6476.42

Buya Hamka

membuka pembahasannya dengan mengutip ayat QS Fushilat(41): 33

40

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik

dan Analisis Framing (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h.75. 41

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik

dan Analisis Framing …ibid., h.76.

42Ahmad Syafi’i Ma’arif, “Posisi Sentral al-Qur'an dalam Studi Islam”, dalam Taufik Abdullah

Al-Ah}ām al-Sult}āniyyah (Beiru@t: Dār al-Fikr, t.t.), hlm. 3.

Page 32: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 32

43

Terjemahnya:

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada

Allah, dan beramal yang shalih, dan berkata: "Sesungguhnya aku ini Termasuk

orang-orang yang menyerah diri.44

Terjemahan ayat Alquran yang digunakan Buya Hamka ada perbedaan pemilihan

kata dan kalimat dengan Terjemah Alquran perkata type hijaz: Syamila Alquran tahun

2007. Tetapi dalam kajian ini penulis memilih terjemahan Buya Hamka dalam

menerjemahkan QS Fushilat(41): 33 sebagai pembuka dalam tulisan Buya Hamka

sama dengan M. Natsir Fiqhud Da’wah M.Natsir mengutip ayat tersebut tanpa

komentar.45

Ayat ini dikutip oleh kedua tokoh dakwah tersebut hemat penulis bukan

untuk sekedar menambah halaman buku tetapi menjadikan ayat ini sebagai landasan

normatif terhadap implementasi dakwahnya.

Gagasan Dakwah ini, hemat penulis masih sangat relevan untuk dijadikan

sebagai kekayaan cara pandang dan khazanah intelektual bagi Dai dan Muballigh

dewasa ini. Karena era moderen identik dengan sifat-sifat materialisme lebih

mendominasi pola hidup sebagian kader dakwah.46

Kondisi faktual ini, hemat penulis

terjadi perubahan model dakwah pada masa Buya Hamka mulai tahun 1927-1981 saat

Buya Hamka wafat. Secara substansi gagasan dakwah Buya Hamka sama pada masa

sekarang ini. Tetapi yang berbeda adalah jiwa militansi dan semangat juang dakwah

yang berbeda. Kalo Hamka kaya dengan referensi dalam berdakwah pada masa modern

ini Dai dan Muballigh lebih pada selebritis (penghibur) bukan sang pencerah.

43Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemah Perkata Type Hijaz:Syamila

Alquran, (Cet. Jakarta: Sigma, 2007), h.480. 44

Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t), h. 6466.

45Thoir Luth, M. Natsir Dakwah dan Pemikirannya (Cet. I;Jakarta: Gema Insani Press, 1999),

h. 65 46

Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009),

h.216.

Page 33: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 33

Teknik mengetahui sebuah naskah dapat difahami adalah memudahkan

pemilihan kata yang dapat diketahui apa makna dibalik teks.47

Naskah dakwah Buya

Hamka jika dijelajahi melalui pendekatan semantik ada beberapa hal yang menjadi

prioritas menjadi Dai dan Muballigh yang penulis fahami dari halaman 6467-6471

yang sejati yakni:

Dakwah adalah misi dari semua Nabi dan Rasul, hal ini menunjukkan bahwa

kriteria manusia yang terbaik dari yang baik adalah menjadi kader dakwah

dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan mengawali pembahasannya

mengutip QS Fussilat (41): 33. Iintinya adalah orang yang baik adalah manusia

sejati adalah orang yang dalam perkataannya mengandung nilai dakwah yang

dapat memberikan pencerahan pada dirinya dan anak adam yang lain.

Pernyataan orang kafir pada hal. 6467 faragraf ke 2 menyatakan terus terang

bahwa hati mereka tertutup, telinga mereka tersumbat dan ada dinding yang

membatasi. Hemat penulis makna yang dapat diambil dari pernyataan Buya

Hamka disini adalah siapa saja yang memiliki hati tertutup, jiwa yang kering

dengan nilai-nilai kemanusian, kerohanian maka orang yang seperti ini wajib

hukumnya mendapat pencerahan untuk membangkitkan jiwa kemanusiaan

yang sejati. Adapun manusia sejati yang penulis maksudkan dalam makalah ini

adalah manusia yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan dalam QS Fussilat ayat

(41): 33.

Berserah diri yang dimaksudkan adalah meneguhkan hati, istiqamah memiliki

suasana kebatinan yang kokoh terhadap ancaman yang datang dari dalam dan

dari luar.

Sebelum berdakwah perteguh Kepribadian: Makna yang penulis fahami dalam

Naskah Dakwah Buya Hamka disini adalah Perteguh pendirian dengan

berbagai referensi keilmuan yang mapan, tidak gentar/mundur walau setapak

47

Abdul Khaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: edisi revisi (Cet. I; Jakarta:PT. rineka

Cipta, 2009), h12

Page 34: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 34

dari akidah yang telah diyakini walaupun disuguhkan kekayaan dunia yang

melimpah, keteguhan hati dan keyakinan yang kokoh akan melahirkan jiwa

pemberani, tidak takut menghadapi bahaya dan dapat menghilangkan rasa

sedih jika penderitaan telah menimpah. Pemikiran Buya Hamka ini, pernah

dikutip oleh Sukarno saat memberikan pidato kenegaraan pada tahun 1951

di istana kepresidenan yang penulis transkrip lewat audio visual arsip

Nasional.

Tuhan kekal dan abadi, Tuhan satu dan kepercayaan kepada tuhan yang satu inilah, Tauhid inilah, yang api yang berkobar-kobar dan menyala-nya dalam Alquran itu, dan jika Alquran itu pula telah berkobar-kobar dan menyala-nyala pula dalam dadanya seorang manusia maka manusia seperti yang dikatan oleh saudara Buya Hamka adalah manusia yang tidak takut mati.48

3. Etika dan Estetik: Padangan etika pada masa teks itu dikonstruksi

Terminologi stilistika berasal dari kata style (gaya bahasa) yang digunakan Buya

Hamka untuk menyatakan maksudnya.49

Gaya bahasa yang digunakan Buya Hamka

yang tertuang dalam naskah ini, penulis fahami adalah tidak seperti tulisanya pada

Novel tenggelamnya kapal Van Der Wicjk yang lebih banyak menggunakan kata dan

kalimat sastra dalam mengungkapkan peristiwa tenggelamnya kapal Van Der Wicjk.

Tetapi penulis fahami Buya Hamka lebih menggunakan bahasa populer yang santun

dan mengarah pada bahasa layyinan (kelembutan). Hal itu tampak dengan membuka

tulisannya dengan mengutip ayat Fussilat (41): 33-42 yang memberikan informasi

kepada pembaca menggunakan bahasa yang lembut dalam menyeru kepada kebaikan.

Gaya bahasa Buya Hamka juga sangat realistis seperti pada halaman 6471

faragraf ke 4 baris terakhir bahwa jika mendapat serangan dalam berdakwah

48

Arsip Nasional Sukarno, Transkrip Audio Visual Pidato Presiden RI Pertama, Pada peringatan

Maulid Nabi Muhammad saw. di Istana mederka Jakarta pada tahun 1951.

49Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik

dan Analisis Framing …op.cit., h.76.

Page 35: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 35

“tangkislah dengan cara yang lebih baik” kata tangkislah hemat penulis adalah pilihan

kata yang tepat dan cukup populer ditelinga masyarakat Indonesia. Model pemilihan

gaya bahasa Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 ini mudah difahami oleh

pembaca. Hal ini tampak pada naskah tulisan Buya Hamka menempatkan kata dan

kalimat sesuai daya serap pembaca. Gaya bahasa dalam naskah Dakwah Buya Hamka

dijadikan sebagai media untuk menyampaikan maksudnya kepada pembaca.

Pesan kontekstual Buya Hamka dalam sebuah pesan teks juga perlu

diperhatikan ekspresi dan metafora narasi yang digunakan.50

Dari teknik ini Buya

Hamka menggambarkan apa adanya tidak bertele-tele tetapi langsung pada pokok

yang dikaji. Penulis merasakan bahasanya tidak hiperbolik (berlebihan). Buya Hamka

mengekspresikan pikiran dan gagasan dakwahnya dalam bentuk bahasa yang

sederhana dan tidak tergesa-gesa.

Gaya gahasa bahasa Buya Hamka cenderung pada penggambaran dengan gaya

kisah pada perumpamaan dakwah Raslullah sebagai ibrah (Pelajaran). Pesan yang

ingin disampaikan Buya Hamka kepada kader-kader dakwah adalah kalau Rasulullah

saw saja mendapat rintangan dan tantangan dalam berdakwah apalagi seperti manusia

biasa para Dai dan Muballigh sebagaimana Buya Hamka di dalam penjara. Ini

menggambarkan bahwa sebagai calon Dai dan Muballigh perlu manusia-manusia

pilihan yang memiliki profesionalisme, kekuatan metodologis, spiritualitas, jiwa yang

kokoh pantang menyerah dan budiperkerti yang luhur.

Seorang Dai dan Muballigh harus memiliki jiwa sanubari dan motivasi yang suci

sebagaimana digambarkan Buya Hamka dengan mengutip ayat QS Fussilat (41): 42

Buya Hamka menutup pokok bahasan tentang takntik dakwah dengan ayat Fussilat

(41): 42.

Terjemahnya:

50

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik

dan Analisis Framing…….. op.cit, h.78.

Page 36: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 36

yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari

belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

4. Taste (Selera/Gaya masa itu): selera hamka dalam berdakwah sangat nampak

terhap pengutipan ayat

Terjemahnya:

siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada

Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk

orang-orang yang menyerah diri?"

Dai dan Muballigh maka saatnya melakukan perkejaan yang mulia yakni

menyebarkan dan menyemaikan benih-benih pencerahan, kedamaian dan

pembebasan umat dari sifat dan sikap yang menjerumuskan pada kekafiran dan

kegelapan hidup.

Mencari kekuasaan sebagai pondasi kekuatan dakwah: alasan Buya Hamka

ini adalah alasan dengan pendekatan historis. Hemat penulis naskah dakwah pada

hal. 6468 paragraf ketiga menjelaskan bahwa semua para Nabi berhasil karena

didukung oleh kekuasaan seperti: Rasulullah pamannya dan Istrinya, Musa (Istri

Firaun), Harun membangun kekuasaan Bani Israil, kemudian Daud dan Putranya

Sulaiman. Kekuasaan memiliki peran esensial dalam menerapkan pesan-pesan

Tuhan. Calon Dai dan Muballigh harus memiliki ekonomi yang mapan,

keteladanan dan ilmu supranatural sebagai kekuatan ekstra menopang publikasi

dakwah.

Penulis tambahkan untuk era moderen ini perlu Dai dan Muballigh selain

memiliki kompetensi di atas juga perlu memiliki JDG (Jaringan Dakwah Global)

yang terintegrasi dengan semua pemegang kendali kekuasaan. Dalam artian harus

memiliki kerjasama dengan berbagai pihak untuk membangun kerjasama

melakukan perbaikan budipekerti. Dengan menguasai piranti-piranti teknologi

Page 37: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 37

informasi sebagai media penyiaran dakwah teknologi informasi juga efektif

sebagai teledakwah. Jika hal ini dapat implementasikan maka secara otomatis

publikasi dakwah dapat memberikan pencerahan kepada umat manusia yang lebih

besar dan efektif.

5. KESIMPULAN

a. Geonologi pendidikan dan pemikiran Buya Hamka dari keturunan penggagas

pembaharuan Iskam di Minangkabau (Sumatra Barat). Buya Hamka memiliki

Guru dari berbagai belahan dunia seperti: Eropa, Mesir, Arab Saudi, dan

berpegang pada 4 mazhab (penganut Multi mazhab).

b. Kondisi seting sosial sewaktu menulis Buku ini Buya Hamka berada dalam

penjara akibat terjadi benturan pemikiran yang tidak bisa dipersatukan dengan

Presiden Sukarno, karena Sukarno Buya telah mengusik kekuasaannya maka

Buya dijebloskan dalam penjara.

c. Gagasan pemikiran Dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24

mulai dari halaman 6467-6476 terdiri 4 pokok yaitu: Gagasan Pemikiran

Dakwah: Jiwa yang kokoh, ilmu yang mapan, Kekuasaan, kekuatan

Budipekerti yang luhur, Taktik (metode dakwah).

DAFTAR PUSATAKA

Page 38: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 38

Abu Abdillah al-Bukhari, Muhammad bin Idris. S{ah}ih} al-Bukhari, juz 2 Cet. III;

Beirut: Dar Ibn Kast}ir, 1407 H-1987 M.

Ali Aziz, Mohammad. Ilmu Dakwah: Edisi Revisi Cet. Jakarta: Prenada Media

Group, 2009.

Ahmadi, H. Abu. Psikologi Sosial: Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT.Rineka Cipta,

1999.

Al-Manar, M. Abdul. Pemikiran Hamka, Kajian Filsafat dan Tasawuf, (Cet.t.c;

Jakarta: Prima Aksara, 1993), h. 32.

Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir. Hakikat Sistem Politik Islam, (Yogyakarta:

PLP2M, 1987.

Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan

teori Komunikasi (Cet. I;Yogyakarta: Jalasutra, 2010

Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemah Perkata, Syamila

Alquran, Cet. Jakarta: Sigma, 2008

Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Pustaka panjimas,

1984), h.16 diakse pada website buya_hamka www.http.go.id diakses pada

tanggal 17 Oktober 2010 jam 21: 23.

Hamka, Buya. Tafsir Al-Azhar, Juz le 24. Singapura: t.t),

Luth, Thoir. M.Natsir Dakwah dan Pemikirannya Cet. I;Jakarta: Gema Insani Press,

1999.

Ma’rif, Syafi’i. Gerakan Dakwah Muhammadiyah (Artikel Ilmiah Diakses pada

Website pemuda muhammadiyah pusat) alamat website.www.http//

dakwah_pembaharuan.go.id diakses pada tanggal 21 Oktober 2010, Jam 13:20.

Wit.

Murakami, Kazuo. The Divine Code life: Awaken Your Genes & Discover Hidden

Talents (New York: Beyond Publishing, 2006) diterjemahkan oleh: Winny

Prasetyoati dengan Judul: Tuhan dalam Gen Kita Cet. VI; Jakarta: PT. Mizan

Pustaka, 2008.

Khaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: edisi revisi Cet. I; Jakarta:PT.

Rineka Cipta, 2009.

Rujukan: Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet: II; Jakarta: Yayasan

Nurul Islam, 1979) h. 90. Di akse pada situs Buya Hamka

www.http//hamka.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010 16: 12 wit.

Page 39: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 39

Saifuddin, Achmad Fedyani. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis

Menegnai Paradigma Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006.

Sukarno, Transkrip Audio Visual Pidato Presiden RI Pertama, Pada peringatan Arsip

Nasional Maulid Nabi Muhammad saw. di Istana mederka Jakarta pada tahun

1951.

Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI

Press, 1993.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian (Cet. I; Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada, 2008.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk menganalisis wacana

Analsis Semiotik dan Analisis Framing Cet. IV; Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sjafril, Akmal. Analisis terhadap kekuasaan Pemerintah: Sejarah telah membuktikan

bahwa seringkali penegak keadilan itulah yang membengkokkan keadilan. Pada

tangga 22 Oktober 2007.

Syafi’i Ma’arif, Ahmad. “Posisi Sentral Al-Quran dalam Studi Islam”, dalam Taufik

Abdullah Al-Ah}ām al-Sult}āniyyah Beiru@t: Dār al-Fikr, t.t

Saifuddin, Achmad Fedyani. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis

Menegnai Paradigma Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006.

Pusat Bahasa,Tim. Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichiar baru Van Hoeve, 1982.

Page 40: Syarifudin, studi  naskah dakwah

Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 40