Sutera mandar by nurul

2
Sutera Mandar, Lestari karena Tradisi Sarung sutera Mandar telah digunakan sejak dulu dalam banyak ritual kerajaan Mandar oleh para bangsawan Mandar yang disebut kaum Mara’dia. Setidaknya seluruh proses inisiasi kehidupan dari lahir, kawin dan mati, sarung sutera Mandar masih menjadi simbol busana Mara’dia. Seperti apa keistimewaannya? Tradisi masyarakat Mandar di Kabupaten Majene yang merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Barat ini sarat dengan unsur budaya yang tidak dapat dilepaskan dari penggunaan sarung sutera Mandar dalam berbagai acara yang kerapkali diadakan masyarakat. Kendati demikian, karena proses pembuatannya yang rumit dan memerlukan waktu yang lama serta menggunakan benang emas asli, maka saat itu sarung sutera ini hanya digunakan kaum bangsawan kerajaan Mandar Majene yang saat itu masih terdiri dari beberapa kerajaan, baik kerajaan pesisir maupun kerajaan yang terletak di pegunungan. Namun seiring dengan perkembangan jaman, sarung sutera Mandar telah dipakai secara luas oleh masyarakat Mandar dalam berbagai kesempatan. Bagi masyarakat Mandar, adalah suatu hal yang tabu jika menghadiri suatu acara perkawinan terlebih acara kematian jika tidak menggunakan sarung Mandar. Hal ini menjadikan daerah Mandar Majene merupakan salah satu penghasil sarung sutera kendati daerah ini bukanlah penghasil benang sutera dan tidak memiliki sentra pengembangbiakan ulat sutera seperti halnya daerah lain yang juga identik dengan sutera seperti Kabupaten Wajo. Olehnya itu, hingga saat ini bahan baku benang sutera masih diambil dari dari daerah lain seperti daerah Wajo di Sulsel. Disamping itu, saat ini masyarakat Mandar Majene juga telah mengaplikasikan tenunan sutera Mandar dalam beragam busana kaum hawa seperti busana muslim, kebaya modern hingga berbagai modifikasi busana lainnya yang menjadikan tampilan tenunan sutera Mandar tidak terbatas pada sarung sutera saja namun telah merambah ke industri pakaian jadi yang dapat dipakai berbagai kalangan usia. Salah satu sentra industri rumah tangga pembuatan tenunan sutera Mandar terdapat di Dusun Soppeng Jawa, Desa Bonde, Kecamatan Pamboang, Majene yang memiliki 4 kelompok pengrajin dengan jumlah pengrajin sekitar 20 orang. Salah seorang diantaranya yakni Hj. Mastura, menuturkan bahwa permintaan sutera Mandar cukup tinggi, bukan hanya dari masyarakat lokal Majene, namun juga dari luar Kabupaten Majene, utamanya warga Mandar perantauan yang berada di Jakarta maupun Kalimantan. Corak dan motif yang biasa dibuat oleh Hj. Mastura maupun pengrajin lain terdiri dari berbagai macam corak dan motif seperti Corak Mandar, Corak KDI hingga corak lain menurut keinginan pemesan. Namun secara umum, corak motif Mandar yang paling banyak digemari yakni motif kotak-kotak dengan warna terang

Transcript of Sutera mandar by nurul

Page 1: Sutera mandar by nurul

Sutera Mandar, Lestari karena Tradisi

Sarung sutera Mandar telah digunakan sejak dulu dalam banyak ritual kerajaan Mandar oleh para bangsawan Mandar yang disebut kaum Mara’dia. Setidaknya seluruh proses inisiasi kehidupan dari lahir, kawin dan mati, sarung sutera Mandar masih menjadi simbol busana Mara’dia. Seperti apa keistimewaannya?

Tradisi masyarakat Mandar di Kabupaten Majene yang merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Barat ini sarat dengan unsur budaya yang tidak dapat dilepaskan dari penggunaan sarung sutera Mandar dalam berbagai acara yang kerapkali diadakan masyarakat. Kendati demikian, karena proses pembuatannya yang rumit dan memerlukan waktu yang lama serta menggunakan benang emas asli, maka saat itu sarung sutera ini hanya digunakan kaum bangsawan kerajaan Mandar Majene yang saat itu masih terdiri dari beberapa kerajaan, baik kerajaan pesisir maupun kerajaan yang terletak di pegunungan.

Namun seiring dengan perkembangan jaman, sarung sutera Mandar telah dipakai secara luas oleh masyarakat Mandar dalam berbagai kesempatan. Bagi masyarakat Mandar, adalah suatu hal yang tabu jika menghadiri suatu acara perkawinan terlebih acara kematian jika tidak menggunakan sarung Mandar. Hal ini menjadikan daerah Mandar Majene merupakan salah satu penghasil sarung sutera kendati daerah ini bukanlah penghasil benang sutera dan tidak memiliki sentra pengembangbiakan ulat sutera seperti halnya daerah lain yang juga identik dengan sutera seperti Kabupaten Wajo. Olehnya itu, hingga saat ini bahan baku benang sutera masih diambil dari dari daerah lain seperti daerah Wajo di Sulsel.

Disamping itu, saat ini masyarakat Mandar Majene juga telah mengaplikasikan tenunan sutera Mandar dalam beragam busana kaum hawa seperti busana muslim, kebaya modern hingga berbagai modifikasi busana lainnya yang menjadikan tampilan tenunan sutera Mandar tidak terbatas pada sarung sutera saja namun telah merambah ke industri pakaian jadi yang dapat dipakai berbagai kalangan usia.

Salah satu sentra industri rumah tangga pembuatan tenunan sutera Mandar terdapat di Dusun Soppeng Jawa, Desa Bonde, Kecamatan Pamboang, Majene yang memiliki 4 kelompok pengrajin dengan jumlah pengrajin sekitar 20 orang. Salah seorang diantaranya yakni Hj. Mastura, menuturkan bahwa permintaan sutera Mandar cukup tinggi, bukan hanya dari masyarakat lokal Majene, namun juga dari luar Kabupaten Majene, utamanya warga Mandar perantauan yang berada di Jakarta maupun Kalimantan.

Corak dan motif yang biasa dibuat oleh Hj. Mastura maupun pengrajin lain terdiri dari berbagai macam corak dan motif seperti Corak Mandar, Corak KDI hingga corak lain menurut keinginan pemesan. Namun secara umum, corak motif Mandar yang paling banyak digemari yakni motif kotak-kotak dengan warna terang

Page 2: Sutera mandar by nurul

seperti merah, kuning dan hijau yang dikombinasikan dengan benang emas. Selain itu, para pengrajin ini juga dapat memproduksi sutera India sesuai pesanan.

Para pengrajin sarung sutera Mandar ini dapat menghasilkan satu lembar sarung sutera dalam kurun waktu satu minggu. Waktu pembuatan tersebut juga tidak terlepas dari kerumitan corak yang diinginkan sang pemesan. Selain itu, alat tenun yang digunakan para pengrajin masih tradisional dan difungsikan secara manual sehingga membutuhkan ketelitian dan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya.

Keahlian para pengrajin ini diwariskan secara turun temurun seperti halnya Hj. Mastura yang saat ini berusia 78 tahun telah piawai menenun sejak masih belia. Keahlian menenun inipun telah diturunkannya pada putrinya. Hal inilah juga yang menjadikan sarung sutera Mandar ini tetap lestari hingga kini karena selain menjadi tradisi budaya yang tetap ada dalam masyarakat Mandar Majene juga menjadi sumber penghasilan bagi pengrajin sutera Mandar.

Kendati demikian, menurut para Pengrajin sutera Mandar di Dusun Soppeng Jawa, kendala pemasaran masih menjadi persoalan utama dari hasil tenunan sutera Mandar mereka. Meskipun pemerintah Kabupaten Majene sendiri telah memberikan bantuan dari Kementrian Negara Bidang Koperasi bagi para pengrajin namun bantuan tersebut hanyalah mencakup modal kerja bagi pengrajin dan bukan dari segi pemasaran. Hal tersebut menjadikan pembuatan tenun sutera Mandar sebagian besar masih berdasarkan pemesanan saja dan belum bisa diproduksi secara massal karena jangkauan pemasaran yang terbatas.

Kedepannya, peran pemerintah diperlukan dalam menjaring investor yang dapat mengangkat citra sarung tenun sutera Mandar hingga ke Mancanegara serta mengupayakan pasar yang lebih luas bagi pemasaran hasil tenunan sutera Mandar. (Mia&NunuYahya)