Sumber daya manusia pariwisata

14
SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA YANG BERKUALITAS DAN PROSPEK PARIWISATA TAHUN 2010 Disajikan oleh Drs. Noersal Samad, MA Sumber Daya Manusia Pariwisata Berkualitas Kalau kita berbicara mengenai sumber daya manusia pariwisata berkualitas, mungkin akan muncul dalam hati (pikiran) kita aneka ragam pertanyaan, antara lain : * Apa yang dimaksud dengan sumber daya manusia pariwisata “berkualitas”? * Kriteria apa yang harus dipenuhi seseorang agar dia bisa dimasukkan ke dalam kategori sumber daya manusia berkualitas? * Apakah ijazah tidak bisa dijadikan sebagai alat pembuktian kualitas seseorang? Kalau tidak bisa , mengapa? 1

description

 

Transcript of Sumber daya manusia pariwisata

Page 1: Sumber daya manusia pariwisata

SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA

YANG BERKUALITAS DAN PROSPEK

PARIWISATA TAHUN 2010

Disajikan oleh Drs. Noersal Samad, MA

Sumber Daya Manusia Pariwisata Berkualitas

Kalau kita berbicara mengenai sumber daya manusia pariwisata berkualitas,

mungkin akan muncul dalam hati (pikiran) kita aneka ragam pertanyaan, antara

lain :

* Apa yang dimaksud dengan sumber daya manusia pariwisata “berkualitas”?

* Kriteria apa yang harus dipenuhi seseorang agar dia bisa dimasukkan ke

dalam kategori sumber daya manusia berkualitas?

* Apakah ijazah tidak bisa dijadikan sebagai alat pembuktian kualitas

seseorang? Kalau tidak bisa , mengapa?

* Siapa yang menilai / menentukan dan di mana tempat pembuktian

berkualitas tidaknya seseorang? Di sekolahkah? Di tempat dia bekerjakah?

Di dalam masyarakatkah?

* Tuntutan apa yang mengharuskan dia berkualitas?

1

Page 2: Sumber daya manusia pariwisata

Tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi satu persatu secara

langsung, marilah kita simak pendapat Helen Hinkson Green, pakar wisata,

tentang persyaratan seorang karyawan idaman berikut :

01) Cukup dewasa / matang (mature) untuk melakukan pertimbangan dan

mengambil keputusan . Dewasa berarti mampu mengendalikan diri

dengan mengedepankan "logika" ketimbang mendahulukan "perasaan "

(emosi)

02) Tetap (awet) muda dalam pikiran dan jiwa.

03) Mampu menyesuaikan diri dengan semua umur, orang kaya ataupun bukan

dan macam-macam pelanggan lainnya.

04) Mempunyai kepribadian yang menarik, sehingga mampu membuat suasana

lingkungan yang hangat dan mesra.

05) Cukup terbuka dan mudah bergaul merupakan pembawaan yang wajar

(bukan dibuat-buat).

06) Berbudi bahasa yang cukup dan mempunyai perbendaharaan bahasa yang

banyak/kaya, pandai memilih/mempergunakan kata-kata yang tepat

(diction) dan tidak mempunyai kelemahan-kelemahan tata bahasa yang

bisa mempengaruhi penilaian pelanggan terhadap dirinya.

07) Terdidik (well-educated) dan berpengatahuan luas serta mendalam (terutama

yang di butuhkan oleh bidang pekerjaannya ).

08) Berpembawaan yang baik (tidak di pengaruhi oleh keadaan yang bisa

menimbulkan frustrasi) dan tidak gampang menyerah apabila menghadapi

masalah yang sulit.

09) Mempunyai rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi dan haus ilmu

pengetahuan.

2

Page 3: Sumber daya manusia pariwisata

10) Teratur, rapi, cermat, dan teliti. Dia selalu melakukan sesuatu secara

sempurna (perfectly) dan berusaha melengkapi hal-hal yang diperlukan

sampai ke yang sekecil-kecilnya.

11) Cukup banyak mengadakan perjalanan. Dengan pengalaman langsung dia

bisa menyakinkan calon langganannya bahwa apa-apa yang

disarankannya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman langsung yang

dimiliki/dialami sendiri.

12) Mahir dalam hitung-menghitung dan cukup cekatan serta jeli melihat

kesalahan perhitungan angka-angka, koma, titik, tanggal, atau tanda-

tanda baca lainnya.

13) Cukup terampil / cekatan mempergunakan piranti keras & lunak, internet,

mesin tulis, mesin hitung , photo copy, scanner dan peralatan kantor

lainnya; cermat, rapi (sempurna) dan tepat pada waktunya merupakan

selogan dia menjalankan tugas sehari-harinya.

14) Mempunyai tulisan yang bisa dibaca oleh siapa saja.

15) Pandai berkomunikasi (termasuk membuat / memberi laporan secara lisan

dan tulisan) dengan baik dan mudah dimengerti serta tidak berbelit-belit.

16) Mempunyai kebiasaan mencatat hal-hal yang penting (Never rely on his head

only).

17) Mementingkan kerja sama (teamwork) yang kompak. Together Everyone

Achieves More (TEAM)

18) Cukup toleransi dan selalu bersedia menggantikan tugas teman sekerja ,bila

diperlukan atau menunda jam makan, tanpa gusar. Gampang

mengulurkan tangan (helpful) guna membantu teman sekerja tanpa

mempersoalkan “Ini tugas dia, biarlah dia selesaikan sendiri”.

3

Page 4: Sumber daya manusia pariwisata

19) Bisa mandiri (independent) dan mempunyai rasa kebersamaan yang tinggi.

Dengan dedikasi yang tinggi yang dimilikinya, perusahaan tempat dia

bekerja tidak perlu meragukan itikad baik dan kesetiaannya terhadap

perusahaan tersebut.

20) Mempunyai intelegensi yang tinggi dan berkemampuan membaca tulisan

orang lain serta mampu memahaminya secara tepat.

21) Selalu berusaha menjaga kesehatannya sehingga ia jarang sekali

meninggalkan tugas kantornya karena sakit.

22) Bertanggung jawab penuh dan menganggap bekerja itu penting.

23) Berdisiplin tinggi (highly disciplined) karena kesadaran sendiri, bisa

dipercaya / dihandalkan (jujur dan tulus) tanpa terpengaruh oleh

gangguan atau godaan lingkungan yang kurang terpuji.

24) Cukup diplomatis dan mampu mengatasi persoalan-persoalan yang bisa

menimbulkan keretakan (friksi) antara sesama teman sekerja, tanpa

disadari oleh teman yang sedang menghadapi persoalan tersebut. Mampu

bertindak sebagai penengah / pendamai, tanpa diminta, dan tanpa

menyinggung perasaan salah satu pihak.

Tidak Siap Pakai

Pada tahun-tahun terakhir terdengar suara sumbang / keluhan dari para pemilik, pimpinan

puncak dan manajer perusahaan-perusahaan, yang termasuk industri pariwisata, terhadap

sebagian besar lulusan sekolah yang memasuki lapangan kerja karena mereka :

a) Masih kekanak-kanakan,

b) Mempunyai rasa rendah diri,

c) Kikuk (grogi) menghadapi para pelanggan,

4

Page 5: Sumber daya manusia pariwisata

d) Kurang tahu sopan santun

e) Pasif dan tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan,

f) Kurang bertanggung jawab; diperintah dulu baru jalan,

g) Berbahasa Indonesia acak-acakan (lebih banyak mempergunakan dialek / bahasa

pasar) dan kurang / tidak mampu bebahasa asing,

h) Berpengetahuan umum terbatas / dangkal dan kurang menguasai ilmu Bumi, Sejarah

dan pengetahuan profesi,

i) Kurang minat membaca / menambah pengetahuan,

j) Merasa cukup dan berpuas diri dengan pengetahuan yang dimiliki,

k) Kurang cermat / ceroboh (tidak teliti), kadang-kadang bersifat masa bodo dan asal jadi,

l) Tidak melaporkan hasil pekerjaan, kalau tidak di minta,

m) Suka menunda-nunda pekerjaan dan kemudian dengan tergesa-gesa

menyelesaikannya pada saat-saat terakhir, mungkin karena kebiasaan sistem kebut

semalam (SKS) yang dianutnya selama di bangku sekolah.

n) Kurang menyenangi pekerjaan yang ada kaitannya dengan hitung- menghitung,

o) Belum bisa bekerja secara mandiri / sangat tergantung kepada atasannya,

p) Tidak tabah, mudah putus asa dan tidak tahan tekanan (pressure),

q) Mudah meninggalkan pekerjaaan (berhenti)

r) Kadang-kadang terlalu banyak menuntut (demanding)

s) Disiplin kurang dan sering mangkir (bolos),

t) Suka mencari-cari alasan yang tidak bisa diterima akal, apabila ketahuan berbuat salah.

5

Page 6: Sumber daya manusia pariwisata

Lulusan Sekolah Yang Berkualitas Kurang

Bila dibandingkan pendapat Helen Hinkson Green dengan suara sumbang /

keluhan-keluhan yang dikeluarkan oleh para pemilik dan eksekutif perusahaan di

atas jelas terdapat banyak hal yang bertentangan / bertolak belakang. Green

memberikan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi agar bisa dikategorikan

sebagai karyawan yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, para eksekutif dan

pemberi kerja kita memberikan penilaian kepada sebagian dari lulusan sekolah

yang mereka pekerjakan sebagai karyawan kurang berkualitas.

Kewajiban Penanggung Jawab

Pendidikan

Sebagai orang yang bertanggung jawab di bidang pendidikan, turut prihatin saja

belumlah cukup. Tanggung jawab tersebut mewajibkan kita mencari penyebab

ketimpangan yang terjadi dan mengambil tindakan-tindakan terpadu secara aktif

guna memecahkan masalah yang sedang kita hadapi.

Penyebab Ketimpangan

Sebagai hasil pengumpulan pandangan / pendapat yang diutarakan oleh orang-

orang yang mengelola industri pariwisata beserta beberapa pengelola lembaga-

lembaga pendidikan pariwisata yang sempat dihubungi dapat disimpulkan

beberapa penyebab ketimpangan yang ada pada sebagian besar lulusan sekolah

yang disebut di atas sebagai berikut :

a) Kurangnya perlengkapan / sarana belajar yang diperlukan

b) Tidak mampu memenuhi persyaratan kurikulum minimal

6

Page 7: Sumber daya manusia pariwisata

c) Kurikulum minimal yang ada terlambat mangantisipasi kemajuan teknologi

dan penyebaran informasi yang sangat pesat

d) Kurang tersedianya buku-buku pegangan yang tepat

e) Minimnya buku yang tersedia pada perpustakan sekolah

f) Kurangnya tenaga pengajar mata pelajaran kejuruan

g) Sebagian besar tenaga pengajar yang ada tidak mendapat teori mengajar

(didaktik & metodik). Mereka mengajar hanya berdasarkan pengalaman

yang diperoleh sewaktu mereka menjadi siswa / Mahasiswa, atau

mengingat-ingat cara-cara dosen / guru mereka mengajar. Dosen

merekapun tidak pernah mendapatkan teori mengajar (method of teaching)

yang diperlukan.

h) Pembiaran pembelajaran tidak systematis, sering sekali guru mengajar

tanpa persiapan tertulis (lesson plan), tanpa buku pegangan yang telah

dibakukan dan sering berdasarkan apa yang ingat pada saat mengajar saja.

i) Pekerjaan rumah / tugas-tugas pelajar tidak dikoreksi dan tidak pernah

dibicarakan dengan mereka atau di depan kelas karena kesibukan tenaga

pengajar yang bersangkutan. Dia tidak berfungsi menurut semestinya.

j) Praktek yang dibutuhkan belum mencukupi, sedangkan praktek di industri

kurang terarah / kurang mendapat bimbingan karena kesibukan tenaga

pelaksana, atau mereka enggan melakukan bimbingan yang diperlukan

para trainees.

k) Kurang terpadunya mata pelajaran yang saling terkait karena forum untuk

berkomunikasi antara sesama pengajar tidak ada / kurang terbina,

sehingga tidak heran kalau terjadi tumpang tindih atau ada bahan pelajaran

yang tidak terajarkan tanpa diketahui.

7

Page 8: Sumber daya manusia pariwisata

l) Tenaga pengajar penggal waktu sering tidak bisa mengajar karena

kesibukan yang ada di kantor mereka masing-masing.

m) Terbatasnya jumlah tenaga kerja tetap.

n) Pengetahuan tenaga pengajar tidak bertambah baik karena kurang

membaca dan memanfaatkan sumber dari internet, maupun tidak pernah

mengambil kursus tambahan atau menghadiri seminar yang ada kaitannya

dengat mata pelajaran yang diasuhnya. Mungkin salah satu penyebabnya

adalah yang bersangkutan tidak mempunyai dana untuk itu.

o) Masih adanya praktek nepotism di beberapa lembaga pendidikan periwisata

kita, tanpa mempersoalkan apakah adik atau anak atau keponakannya yang

diangkat mampu (competent enough) melakukan tugasnya atau tidak.

p) Biaya pengelolaan pendidikan meningkat terus-menerus.

Prospek dan Tantangan Abad ke 21

1) Diramalkan bahwa Indonesia mempunyai peluang besar menjadi pusat

ekonomi Asia Pasifik pada Abad 21.

2) Meningkatnya perbaikan , pertambahan sarana dan prasarana yang

menunjang perkembangan dan pertumbuhan industri pariwisata di

Indonesia dan Negara-negara di Asia Pasifik beberapa kali lipat dari tahun

ke tahun.

3) Peningkatan mobilitas penduduk dari satu tempat ke tempat lain di dalam

negeri, maupun antar Negara di Asia Pasifik yang cukup tinggi.

4) Kemajuan teknologi komunikasi dan penyebaran informasi yang sangat

pesat melalui internet dan media lainnya.

8

Page 9: Sumber daya manusia pariwisata

5) Pertambahan ilmu pengetahuan yang luar biasa pesatnya telah merangsang

pertumbuhan industri Event, MICE dan pariwisata secara cepat pula.

Penyebaran ilmu melalui seminar, kongres, konferensi dan pameran

produk baru, serta persaingan yang sangat ketat telah memacu industri

tersebut di atas berkembang tanpa terbendung.

6) Dalam putaran Uruguay telah disepakati agar semua jenis jasa dibuka bagi

perdagangan dunia dengan tingkat liberalisasi 100% berdasarkan empat

prinsip berikut :

a) Cross Border Supply, yang berarti pemasok jasa asing bebas untuk

menjual jasanya di Negara tuan rumah (host country);

b) Consumption Abroad, yang berarti pemakaian jasa di Negara tuan

rumah bebas membeli jasa dari pemasok jasa asing ;

c) Commercial Presence, yang berarti pemasok jasa asing bebas untuk

membuat atau mendirikan kantor seperti cabang dan seabagainya di

negara tuan rumah.

d) Precense of Natural Person, yang berarti pemasok jasa asing bebas

untuk mengirimkan tenaga kerjanya untuk bekerja di Negara tuan

rumah.

Kegiatan jasa merupakan kegiatan yang sarat dengan teknologi dan ilmu

pengetahuan serta “intangible”. Oleh karena itu, tenaga-tenaga yang terlibat

dibidang jasa pariwisata, khususnya, memerlukan kualitas sikap, ketrampilan dan

pengetahuan (attitude, skills and knowledge) yang tinggi. Bila kita tidak

mempersiapkan diri dari sekarang, kemungkinan akan terjadi orang Bangladesh

menjadi supir taksi di Indonesia atau orang Belanda menjadi pengacara disini,

dan seterusnya. Lebih parah lagi kalau terjadi pemilik hotel resor dari India, yang

mengelolanya orang India dan tamu-tamunya semua orang India, sedangkan

9

Page 10: Sumber daya manusia pariwisata

hotel tersebut berdiri diatas bumi Indonesia. Kalau hal yang begini sampai

terwujud sesudah tahun 2009, orang Indonesia kebagian apa?

Tentu saja kita tidak akan berpangku tangan dan hidup secara pesimis

saja, melainkan kita harus bangun dan bangkit untuk menerima tantangan ini

dengan suatu rencana terpadu yang harus dilaksanakan segera agar sumber

daya manusia, yang berkualitas tinggi dan mampu memenangkan persaingan,

tersedia cukup untuk mengisi semua lowongan yang diperlukan oleh industri

pariwisata kita.

Kekhawatiran terhadap kemungkinan potensi jasa pariwisata Indonesia

dieksploitasi dan dinikmati oleh pihak asing akan menjadi kenyataan yang

menyedihkan, apabila kita tidak begegas menghasilkan tenaga-tenaga terampil

dan profesional yang bermutu tinggi.

Untuk menghilangkan kekhawatiran yang diakibatkan oleh pelaksanaan ke-

empat prinsip di atas, kelihatannya salah satu strategi yang aman untuk kita

tempuh adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang akan atau

sedang berkecimpung di bidang pariwisata, termasuk birokrasi kita , melalui

pendidikan jangka panjang dan jangka pendek (seminar-seminar, kursus-kursus,

tulisan-tulisan di media massa dan sebagainya).

Perlunya pembinaan dari pejabat pemerintah yang benar-benar tahu

permasalahan yang dihadapi (professional) atau memang ahli dalam bidang yang

dibinanya.

Bila diperlukan “law enforcement” benar–benar ditegakkan sesuai dengan

ketentuan / undang-undang yang berlaku. Peningkatan mutu birokrasi

disesuaikan dengan perkembangan zaman (digital era).

The right man in the right place should be applied at all costs in our

bureaucracy. The salary, including all fringe benefits , granted to the involved

10

Page 11: Sumber daya manusia pariwisata

executive should be based on his achievements and merit system, not on his

certificates and/or diploma possessed only.

Diharapkan pula timbulnya kesadaran di kalangan tenaga pengajar untuk

mengubah diri mereka menjadi tenaga “Pendidik bermutu (competent)” yang

berdedikasi tinggi dan terus-menerus menambah serta meningkatkan

pengetahuan mereka (ongoing upgrading) dengan memanfaatkan sumber ilmu

yang ada di internet, terutama yang ada kaitanya dengan bidang profesi mereka.

-----=====00000OOOOO NS OOOOO00000=====-----

11