SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB...

17
SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Oleh : RESTY APRILIANA F 100 130 147 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB...

Page 1: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

RESTY APRILIANA

F 100 130 147

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan
Page 3: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan
Page 4: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan
Page 5: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

1

SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDA

Abstrak

Pada umumnya, seorang ayah memiliki peran yaitu bekerja mencari nafkah untuk

keluarganya dan ibu memiliki peran mengatur dan mengurus rumah tangga.

Sekarang banyak ibu yang bekerja untuk membantu suami mencukupi

perekonomian keluarganya.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan

mendeskripsikan subjective well being ibu yang memiliki peran ganda. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 6

ibu yang memiliki peran ganda yaitu ibu yang bekerja diluar dan menjadi ibu

rumah tangga di wilayah desa X, kabupaten Karanganyar.Teknik pemilihan

subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Hasil

penelitian yang diperoleh adalah ibu yang memiliki peran ganda dapat

menjalankan perannya sebagai ibu bekerja dan sebagai ibu serta istri untuk anak

dan suaminya. Dengan adanya tujuan hidup masing-masing subjek seperti ingin

melihat anak-anaknya sukses sekolah sampai tahap tinggi, ingin anaknya

mendapat pekerjaan yang mapan dan hidup enak, ingin melihat anak-anaknya

segera menikah membuat subjek terus berusaha agar tujuan hidup tersebut

tercapai. Selain itu, aktifitas subjek mengisi waktu luangnya di kantor, rumah,

akhir pekan, kegiatan dilingkungan tempat tinggalnya dapat membuat subjek

terhibur dan refresh. Faktor yang mempengaruhi subjective well being pada

subjek adalah tujuan hidup, rasa syukur, senang, bahagia, nyaman, berpikir

positif, emosi yang terkontrol, dukungan dari keluarga serta orang tua, hubungan

positif dengan pasangan dan anak, memiliki waktu berkualitas bersama keluarga,

serta menghabiskan waktu luang bersama keluarga dan mengikuti kegiatan

dilingkungan tempat tinggalnya.

Kata Kunci: Subjective Well-being, Peran ganda, Ibu.

Abstract

In general, a father has a role that is working to earn a living for his family and

mother has the role of organizing and managing the household. Now many

mothers who work to help her husband to fulfill his family's economy. The

purpose of this research is to know and describe the subjective well being mothers

who have multiple roles. This research uses qualitative approach. Subjects in this

study amounted to 6 mothers who have dual roles of mothers who work outside

and become housewives in the village area X, district Karanganyar.Teknik subject

selection this study is a purposive sampling technique. Data collection used in this

research is interview. The results obtained are mothers who have multiple roles

can perform their role as working mother and as mother and wife for child and

Page 6: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

2

husband. With the purpose of life of each subject such as wanting to see his

children succeed school to high stage, wanting his son to get a job that is well

established and good life, want to see his children soon get married subject keep

trying to achieve the purpose of life is achieved. In addition, subject activities to

fill his spare time in the office, home, weekend, activities in the environment

where he lives can make the subject entertained and refreshed. Factors that affect

subjective well being in the subject are life goals, gratitude, joy, happiness,

comfort, positive thinking, controlled emotions, support from family and parents,

positive relationships with spouses and children, have quality time with family,

Leisure time with family and follow activities in the environment where he lived.

Keywords: Subjective Well-being, The dual role, Mother.

1. PENDAHULUAN

Sebagai manusia pasti menginginkan sebuah kebahagiaan namun juga kadangkala

akan mengalami suatu kesedihan. Bahagia bukanlah suatu kebetulan atau

keberuntungan semata. Orang-orang yang terlihat senang sebenarnya telah

memutuskan agar dirinya bahagia di lingkungan apapun. Membagikan

kebahagiaan kepada orang lain merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

(Solopos,2016). Pada saat ini kita mengenal yang namanya kesejahteraan

subjektif atau yang sering dikenal dengan Subjective well-being. Menurut Diener,

Suh, & Oishi ( Eid dan Larsen,2008) Subjective well-being adalah menilai bahwa

kehidupan selalu positif dan selalu merasa baik, merasa puas dengan kehidupanya

dan merasakan bahagia.

Kodrat seorang ayahlah yang bekerja mencari nafkah namun manjadi ibu

sekaligus bekerja kadangkala menjadi tuntutan, di saat kebutuhan ekonomi rumah

tangga yang selalu meningkat. Juga menjadi kebutuhan di saat seorang ibu ingin

mengaktualisasi diri sesuai dengan ilmu dan keahlian yang dimilikinya. (Suara

merdeka,2012). Fenomena wanita bekerja sudah sering dijumpai pada kehidupan

dimasyarakat. Sejak dulu, wanita sudah bekerja untuk membantu perekonomian

rumah tangganya. Jenis pekerjaannya beraneka ragam seperti di perkantoran,

pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang

mengakibatkan istri memilih untuk kerja. Salah satunya karena ingin membantu

Page 7: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

3

ekonomi keluarga. Ada juga istri kerja untuk membantu perekonomian saat suami

di PHK. Istri bekerja pasti menimbulkan akibat tertentu. Apalagi apabila istri

harus bekerja full time. Misal, waktu istri belum bekerja, rumah selalu tertata

sesuai tempatnya dan bersih. Namun setelah istri memutuskan untuk kerja, tidak

ada waktu lagi untuk mengerjakannya. Setelah pulang dari kerja, kondisinya

sudah capek dan istri lebih langsung memegang anak daripada membersihkan

rumah. Pada kenyataannya peran ganda memberikan konsekuensi yang berat. Di

satu sisi wanita mencari nafkah untuk membantu suami bahkan pada kasus

tertentu wanita lebih bisa diandalkan dalam menafkahi dan disisi lain wanita harus

bisa melaksanakan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Walaupun demikian

peran ganda wanita bukan pilihan yang tidak mungkin diambil dan hal tersebut

sering berdampak kepada sikapnya terhadap kerja (Tabloid Nova,2010).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Marretih (2013) dikatakan bahwa

disisi lain akan muncul kesadaran terhadap tugas utamanya sebagai ibu dari anak-

anak, sebagai istri dari suami untuk memenuhi tugas utama tersebut para ibu yang

bekerja berusaha semaksimal mungkin membagi waktu, membuat komitmen

terhadap keluarga dan pekerjaannya, karena keluarga dan pekerjaan memiliki arti

penting bagi kehidupan. Para responden mengorbankan kepentingan-kepentingan

pribadi yang lain dan berusaha untuk selalu “ada” buat keluarganya. Satu hal yang

disyukuri adalah merasa benar-benar terbantu dengan hadirnya orang-orang dekat,

seperti orangtua atau mertua, saudara atau bahkan pembantu yang meringankan

tugas pengasuhan anak ketika seorang ibu bekerja. Dua sisi kehidupan inilah yang

menjadi sumber dilema para ibu yang bekerja. Di sinilah para ibu yang bekerja

berusaha semaksimal mungkin membagi waktu, membuat komitmen terhadap

keluarga dan pekerjaannya, karena keluarga dan pekerjaan memiliki arti penting

bagi kehidupannya.

Compton (2005) berpendapat bahwa subjective well-being terbagi dalam

dua variabel utama: kebahagiaan dan kepuasan hidup. Kebahagiaan berkaitan

dengan keadaan emosional individu dan bagaimana individu merasakan diri dan

dunianya. Kepuasan hidup cenderung disebutkan sebagai penilaian global tentang

kemampuan individu menerima hidupnya.

Page 8: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

4

Diener, Suh, & Oishi (dalam Eid & Larsen,2008) menyatakan subjective

well being merupakan penilaian bahwa kehidupan itu positif dan merasa baik:.

"demikian seseorang bisa disebut mempunyai subjective well being yang tinggi,

jika individu mengalami kepuasan dalam hidup dan sesekali sukacita, dan tidak

sering mendapati emosi yang tidak disenangi seperti sedih atau marah. Seseorang

disebut memiliki subjective well being yang rendah, jika tidak mudah puas dengan

kehidupan, mendapati sukacita yang sedikit serta kasih sayang dan suka merasa

emosi yang negatif seperti marah atau cemas.

Diener (dalam Larsen & Eid, 2008) membagi komponen subjective well-

being menjadi 2, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen

kognitif adalah evaluasi kepuasan hidup dari hidup seseorang. Evaluasi terhadap

kepuasan hidup dapat dibagi menjadi evaluasi terhadap kepuasan hidup secara

global (life satisfaction) dan evaluasi terhadap kepuasan pada domain tertentu.

Sedangkan komponen afektif dalam subjective well-being yang dimaksud adalah

reaksi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup yang meliputi emosi

(afek) yang menyenangkan dan emosi (afek) yang tidak menyenangkan.

Komponen afektif subjective well-being dapat dibagi menjadi afek positif

(positive affect) dan afek negatif (negatife affect).

Ryff (1995) membagi aspek subjective well-being menjadi:

a. Penerimaan diri

Penerimaan diri bukan berarti bersikap positif atau pasrah, akan tetapi pemahaman

yang jelas akan peristiwa yang terjadi sehingga dapat memberikan tanggapan

secara efektif.

b. Hubungan positif dengan sesama

Hubungan positif yang baik merupakan sesuatu yang diperlukan, tapi tidak cukup

untuk membuat subjective well-being seseorang tinggi. Artinya, hubungan sosial

yang tidak membuat seseorang mempunyai subjective well-being yang tinggi,

namun seseorang dengan subjective well-being yang tinggi mempunyai ciri-ciri

berhubungan sosial yang baik.

Page 9: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

5

c. Autonomi

Ciri utama dari seorang individu yang memiliki autonomi yang baik antara lain

dapat menentukan segala sesuatu seorang diri (self determining) dan mandiri.

Selain itu, orang teresebut memiliki ketahanan dalam menghadapi tekanan sosial,

dapat mengatur tingkah laku dari dalam diri, serta dapat mengevaluasi diri dengan

standard personal.

d. Penguasaan lingkungan

Seseorang yang baik dalam dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan

dan kompetensi dalam mengatur lingkungan sehingga mampu memilih dan

menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi.

e. Tujuan dalam hidup

Seseorang yang mempunyai komitmen dalam mengejar tujuan hidupnya dia akan

dapat memahami makna hidup dan mampu mengatasi masalah.

Menurut Pavot dan Diener (dalam Linely dan Joseph, 2004), faktor-faktor

yang mempengaruhi subjective well-being adalah sebagai berikut:

a. Sikap menerima (acceptance). Sikap menerima orang lain dipengaruhi

oleh sikap menerima diri yang timbul dari penyesuaian pribadi maupun

penyesuaian sosial yang baik.

b. Kasih sayang (affection). Cinta atau kasih sayang penting dalam

penyesuaian diri. Kurangnya cinta atau kasih sayang akan mempengaruhi

kebahagiaan individu.

c. Prestasi (achievement). Prestasi berhubungan dengan tercapainya tujuan

individu. Apabila tujuan ini tidak realistis maka akan timbul kegagalan dari

individu yang bersangkutan akan merasa tidak puas serta tidak bahagia.

Arivia (2000) menyebutkan bahwa peran ganda wanita adalah saat dimana

wanita menjalankan peran sebagai pegawai dan pada saat bersamaan wanita

tersebut juga merawat anak dan mengurus rumah tangganya.

Subjective well-being ibu yang memiliki peran ganda adalah evaluasi

secara kognitif dan afektif yang mencangkup pemenuhan dan kepuasan seorang

ibu yang bekerja diluar rumah dan sebagai ibu rumah tangga yang berusia 40-60

tahun.

Page 10: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

6

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Herdiansyah (2015) menjelaskan

penelitian kualitatif yaitu mengamati tingkah laku manusia dengan terjun

langsung ke lapangan, bertemu dan berinteraksi secara intensif dengan subjek

penelitian serta menjadi bagian dari dinamika kehidupan subjek. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh informasi,

melalui wawancara.

Teknik pemilihan informan yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling. Herdiansyah (2015) mengemukakan bahwa purposive

sampling adalah teknik dalam non-probability sampling yang berdasarkan kepada

ciri-ciri yang dimiliki oleh informan yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai

dengan tujuan penelutian yang akan dilakukan. Jumlah sampel yang diambil

adalah 5 ibu di Karanganyar. Peneliti memilih informan tersebut berdasarkan ciri-

ciri yaitu, ibu yang memiliki peran ganda berusia 40-60 tahun yang tinggal

didaerah Karanganyar, memiliki anak, memiliki suami yang bekerja, tinggal

hanya dengan suami dan anak.

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah

wawancara. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi

terstruktur, Herdiansyah (2015) menjelaskan ciri-ciri wawancara semi terstruktur

yaitu pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan. Durasi

wawancara dapat diprediksi, Fleksibel namun terkontrol (pada pertanyaan atau

jawaban), Terdapat pegangan wawancara (guideline interview) yang dibuat

sebagai tujuan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata. wawancara bertujuan

untuk mengerti suatu fenomena.

Sarwono (2006) menjabarkan untuk meningkatkan validitas penelitian

kualitatif dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: memperluas harapan-harapan

awal, berfokus kepada referensi sumber data lain, membuat kutipan ekstensif yang

berdasarkan catatan lapangan dan hasil dari wawancara, serta data archive dalam

rekaman video atau audio, merujuk pada data penelitian lain, dan melakukan

pengecekan. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam meningkatkan

Page 11: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

7

reliabilitas data, yaitu: mempelajari rekaman video atau audio dengan melakukan

beberapa kali.

Tabel 1. Informan Penelitian

Subjek Usia Pend. Pekerjaan

istri

Pekerjaan

suami

Lama

Bekerja

Lama

bekerja

dalam

sehari

Jml

Anak

STRW 47

th SMA

PNS

pegawai

PNS

pegawai

kesbanglimas

24 thn 9 jam

sehari 1

AB 44

th

D3

akutansi

Pegawai

bank

PNS

Pegawai

kelurahan

21 thn 9 jam

sehari 3

PL 41

th

S1

Manajemen

Swasta

accounting

Swasta

Fotografer 5 thn

8,5 jam

sehari 1

DH 42

th

S1

Hukum

Swasta

Marketing

Swasta

Marketing 15 thn

8 jam

sehari 2

SYRSR 40

th

S2

Teknik

Sipil

Dosen Swasta 17 thn 9 jam

sehari 1

ES 46

th

S1

Manajemen

Pegawai

bank

PNS

Guru SMA 21 thn

9 jam

sehari 2

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan

subjective well being ibu yang memiliki peran ganda. Adapun aspek dari

Subjective well-being adalah penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain,

otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, pengembangan diri, kasih sayang

dan prestasi.

Pada aspek penerimaan diri dengan indikator mampu mengakui dan

menerima aspek yang ada pada dirinya. Dua dari enam subjek memandang

dirinya bahwa seorang yang selalu bersyukur, Menurut penelitian Wirawan (2010)

rasa syukur atas segala sesuatu yang telah dimiliki oleh individu akan tetap

mampu mengembangkan kebahagiaannya. Pada aspek hubungan positif dengan

orang lain dengan indikator percaya hubungan dengan orang lain. Empat dari

enam subjek mengatakan bahwa apabila terjadi perselisihan pendapat dengan

suami akan diselesaikan dengan duduk kemudian berdiskusi bersama dengan

Page 12: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

8

menjaga komunikasi antar anggota keluarga. Hal ini sesuai dengan teori yang

dipaparkan oleh De vito (dalam Islami,2016), bahwa komunikasi yang efektif

adalah komunikasi yang meliputi kelima aspek yaitu keterbukaan, empati,

dukungan, sifat positif, dan kesamaan. Dengan menjaga komunikasi yang efektif

akan membentuk keluarga yang bahagia.

Pada aspek otonomi dengan indikator memilih sesuatu sendiri dan mandiri.

Keenam subjek tidak ada yang memaksa subjek untuk berperan ganda, satu dari

enam subjek memiliki salah satu motivasi adalah ingin anaknya menjadi anak

yang mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Hock (dalam Geofanny,2016)

bahwa ibu yang bekerja mendorong anaknya untuk melakukan self sufficient

(mencukupi diri), mandiri, dan melatih anak untuk bertanggung jawab terhadap

tugas-tugasnya sendiri.

Pada aspek penguasaan lingkungan dengan indikator dapat mengendalikan

berbagai aktifitas eksternal yang berada dilikingkunganya termasuk mengatur dan

mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari. Keenam subjek dapat

mengendalikan berbagai aktifitas dilingkungannya, subjek mengikuti beberapa

kegiatan dilingkungan rumahnyaseperti arisan pkk, pengajian,dan senam pagi.

Menurut Abdullah (1997) sebab pada umumnya perempuan mempunyai lima

macam kegiatan yaitu: kegiatan sehari-hari berkaitan dengan rumah tangga,

kegiatan mencari nafkah pada industri rumah tangga, kegiatan mencari nafkah

pada kesempatan yag ada, kegiatan sosisal dari masyarakat, dan kegiatan

individual dan istirhat, keenam subjek masih dapat mengikuti kegiatan sosial

dimasyarakat.

Pada aspek tujuan hidup dengan indikator mempunyai komitmen dalam

mengejar tujuan hidupnya. Lima dari enam subjek memiliki tujuan hidup yaitu

ingin melihat anak-anaknya hidup bahagia dan sukses. Hal tersebut sesuai dengan

teori Diener (2000) menyatakan bahwa orang merasa lebih bahagia dan puas atas

hidupnya ketika orang tersebut lebih optimis tentang masa depannya. Ketika

subjek memiliki tujuan hidup, subjek akan berjuang dan bekerja dengan ikhlas

serta senantiasa bahagia agar tujuan hidup tersebut tercapai. Usaha yanga sudah

dilakukan sudah mendukung dalam pencapaian tujuan hidup tersebut seperti

Page 13: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

9

menemani anak belajar, memasukkan anak ke bimbingan belajar apabila tidak

bisa sepenuhnya dapat menemani anak belajar, dan menabung.

Pada aspek pengembangan diri dengan indikator tidak melihat orang lain

untuk mendapatkan persetujuan, tetapi mengevaluasi diri dengan menggunakan

standart pribadi. Keenam subjek mengalami perubahan setelah memiliki anak saar

bekerja yaitu memiliki tanggung jawab lebih, lebih sibuk, dan lebih kompromi

dengan waktu. Namun hal tersebut tidak membuat subjek berhenti bekerja. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Abdullah (1997) peran perempuan disektor

publik berpengaruh dalam rumah tanggany, perempuan menjadi terbebani tugas

ganda yaitu harus bertanggung jawab atas pekerjaanya disektor publik maupun di

sektor domestik. Namun keadaan tersebut hanya terjadi saat baru merasakan

memiliki anak ketika bekerja, keterbiasaan akan membuat subjek tidak terbebani

karena subjek dapat mengatasi masalah tersebutr seperti subjek haruas menjemput

anak, subjek mengatasinya dengan menggunakan waktu istirahatnya saat bekerja

untuk menjemput anaknya.

Pada aspek kasih sayang dengan indikator cinta atau kasih sayang penting

dalam penyesuaian diri dan indikator kebahagiaan individu. Keenam subjek

berusaha berada disisi anaknya ketika sakit. Subjek lebih memprioritaskan

keluarganya dibanding pekerjaannya. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat

Munandar (1985) mengatakan bahwa ada beberapa dampak negatif dari ibu

bekerja, antara lain: ibu tidak ada di saat-saat penting ketika anak sangat

membutuhkannya, misalnya saat anak sakit, dan apabila ibu atau istri menjadi

terlalu lelah bekerja akan membuat dirinya tidak mempunyai energi lagi untuk

bermain dengan anak, serta menemani suami dalam kegiatan tertentu. Perasaan

bersalah juga timbul pada wanita karir yang telah berkeluarga karena kurang dapat

memberikan perhatian dan waktu pada anak

Pada aspek prestasi dengan indikator kegagalan dari individu yang

bersangkutan akan merasa tidak puas serta tidak bahagia. satu dari enam subjek

memiliki faktor menjalankan seorang ibu yang berperan ganda adalah ingin

mengaktualisasikan kemampuannya dan membantu suami dalam mencari nafkah.

Hal ini sejalan dengan pendapat Maslow (dalam Iskandar, 2016) bahwa

Page 14: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

10

kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mengalami pemenuhan diri,

yang merupakan kategori kebutuhan tertinggi. Kebutuhan ini diantaranya adalah

kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri sendiri secara

menyeluruh, meningkatkan kemampuan diri, dan menjadi orang yang lebih baik.

Dengan mengaktualisasikan diri subjek dapat mengembangkan potensinya dan

dapat memenuhi kebutuhan keluarganya

Pada penelitian ini peneliti menemukan temuan baru bahwa pekerjaan

swasta dengan pekerjaan negeri akan mempengaruhi subjective well-being ibu

yang memiliki peran ganda, karena subjek yang bekerja swasta akan lebih

menyiapkan untuk kehidupan masa tuanya sejak dini. Sebagai contoh seperti

memiliki kontrakan rumah dan memiliki tabungan yang lebih. Berbeda dengan

pegawai negeri, subjek tidak terlalu memikirkan masa tuanya sebab sudah ada

jaminan masa tua seperti pensiunan.

Banyak sedikitnya anak akan mempengaruhi subjective well-being ibu

yang memiliki peran ganda seperti memiliki lebih dari satu anak akan saling

bekerja sama dalam mengatasi pekerjaan rumah misalnya anak pertama

mengantar adik keduanya sekolah lalu ibunya mengantar anak ketiganya ke

sekolah. Mereka saling membagi tugas pekerjaan rumah, berbeda dengan

memiliki anak satu. Ibu dan ayah yang harus berbagi tugas pekerjaan rumah.

Suami mendukung subjek bekerja karena subjek dapat membantu

perekonomian keluarganya, agar anak-anaknya dapat mandiri, dan suami

mengetahui bahwa subjek sejak dulu senang bekerja.

Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi subjective well-being pada ibu

yang memiliki peran ganda ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal adalah merasa senang dan bahagia, nyaman , selalu bersyukur, memiliki

tujuan, memandang kehidupan dengan selalu merasa cukup dan selalu berpikiran

positif, memprioritaskan keluarga, memiliki tujuan hidup agar anaknya sukses.

mampu membagi waktu bekerja dengan meluangkan akhir pekan dengan jalan-

jalan bersama suami dan anak-anaknya, diwaktu luang dirumah digunakan untuk

memasak dengan anak-anaknya, diwaktu luang ditempat kerja digunakan untuk

mengobrol dengan rekan kerjanya, mengikuti kegiatan dilingkungan tempat

Page 15: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

11

tinggalnya. Sedangkan faktor eksernalnya adalah memiliki dukungan suami ,

anak-anaknya dan orang tuanya, Hal tersebut didukung pendapat dari Keyes,

Shmotkin dan Ryff (2002) bahwa subjective well-being adalah evaluasi kehidupan

seorang individu mengenai kepuasan akan hidupnya serta keseimbangan antara

afeksi positif dan negatif.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diungkapkan

pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ibu yang memiliki

peran ganda yaitu ibu bekerja dan ibu rumah tangga dengan bekerja subjek tidak

selalu bergantung dan meminta untuk membeli barang yang diinginkan kepada

suami. Bersyukur dapat mengembangkan kebahagiaan pada ibu yang berperan

ganda. Subjek menyelesaikan permasalahan dengan suaminya dengan berdiskusi

bersama dan menjaga komunikasi antar anggota keluarga karena komunikasi yang

efektif akan membentuk keluarga yang bahagia. Anak-anak subjek lebih

mencurahkan isi hatinya kepada ibunya. Saat subjek bekerja untuk mengetahui

keadaan anak-anak dan suaminya dengan menelepon untuk mengetahui kabarnya

hal tersebut merupakan solusi praktis ditengah keterbatasan waktu yang dimiliki

untuk berinteraksi bersama keluarganya.

Semua keluarga menyetujui subjek bekerja, dengan dukungan tersebut

subjek akan merasa puas dalam bekerja. Waktu luang dirumah dihabiskan subjek

bersama keluarga seperti jalan-jalan dan kuliner bersama keluarga, hal tersebut

akan terasa kebahagiaan dalam perkawinan karena akan membuat saling

memahami satu sama lain. Aktifitas dilingkungan tempat tinggalnya seperti yang

diikuti subjek yaitu arisan pkk, pengajian dan senam pagi sebagai bukti bahwa

subjek masih dapat mengikuti kegiatan sosial dimasyarakat.Subjek memiliki

tujuan hidup yaitu ingin melihat anak-anaknya hidup bahagia dan sukses karena

hal tersebut merupakan suatu kebahagiaan apabila dapat tercapai, tujuan hidup

tersebut membuat subjek menjadi lebih optimis untuk mencapainya.Subjek

bekerja karena ingin mengaktualisasikan kemampuannya dan membantu suami

Page 16: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

12

dalam mencari nafkah. Dengan mengaktualisasikan diri subjek dapat

mengembangkan potensinya dan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi subjective well-being ibu yang

memiliki peran ganda adalah rasa syukur terhadap apa yang telah didapatkan, rasa

ikhlas, dukungan dari keluarga , senang dan bahagia, nyaman , memiliki tujuan,

memandang kehidupan dengan selalu merasa cukup dan selalu berpikiran positif,

memprioritaskan keluarga, memiliki tujuan hidup agar anaknya sukses.

hubungan positif dengan pasangan dan anak, kasih sayang keluarga, dukungan

suami, anak, dan orang tua, waktu berkualitas bersama keluarga, serta

menghabiskan waktu luang dengan jalan-jalan, kulineran, serta memasak bersama

suami dan anak-anak. Waktu luang dikantor untuk komunikasi dengan rekan

kerja. Serta mengikuti kegiatan dilingkungan tempat tinggalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,I. (1997). Sangkan Peran Gender. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Arivia, G. (2000). Suara Ibu Peduli: Catatan Perjalanan Suara Ibu Peduli.

Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Compton, W. C. (2005). Introduction to Positive Psychology. USA: Thomson

Learning

Diener, E. (2000). Subjective Well-Being, The Science of Happiness and a

Proposal for a National Index. American Psychologist , 55 (1) 34-43.

Eid, M. & Larsen R.J. (2008). The Science of Subjective Well-Being. London: The

Guilford Perss

Geoffany, R. (2016). Perbedaan Kemandirian Anak Usia Dini Ditinjau Dari Ibu

Bekerja Dan Ibu Tidak Bekerja. Psikoborneo, 4(4), 711 – 721.

Handayani, E. (2016,Maret,6). Lima Kunci Kebahagiaan Anda Ada di Sini!.

Solopos. Diunduh dari http://www.solopos.com/2016/03/06/serba-lima-

lima-kunci-kebahagiaan-anda-ada-di-sini-698178 (diakses 29 September

2016)

Herdiansyah, H. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Psikologi.

Jakarta: Salemba Humanika

Page 17: SUBJECTIVE WELL-BEING IBU YANG MEMILIKI PERAN GANDAeprints.ums.ac.id/56596/21/NASPUB SOFTCOVER.pdf · pasar, perkebunan dan lain-lain (Tabloid Nakita,2016). Banyak hal yang mengakibatkan

13

Ipoel. (2016,Januari,3). Mama, Jangan Merasa Bersalah Menjadi Ibu Bekerja.

Tabloid Nakita. Diunduh dari http://tabloid-nakita.com (diakses 29

September 2016)

Iskandar. (2016). Implementasi Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow

Terhadap Peningkatan Kinerja Pustakawan. Jurnal Khizanah Al-Hikmah,

4(1),24-34.

Islami, F. C. (2016). Komunikasi Antara Ibu Bekerja Dan Remaja. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya, 5(1),1-7.

Keyes, C. L., Shmotkin, D., dan Ryff, C. D. (2002). Optimizing Well-Being: The

Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and

Social Psychology , 82 (6), 1007–1022.

Linley, P.A & Joseph S. 2004. Positive Psychology in Practice. New Jersey: John

Wiley & Sons. Inc

Marretih, A. K. (2013). Work-Family Conflict Pada Ibu Bekerja . Sosial

Budaya,10(1),27-37

Mubarok. (2012,Agustus,1). Suami Makn Gaji Istri. Suara Merdeka. Diunduh

darihttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/08/01/1

94582/Suami-Makan-Gaji-Istri (diakses 29 September 2016)

Munandar, U. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah,

Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta : Gramedia.

Prianggoro, H. (2010,Maret,19). Problema Istri Bekerja. Tabloid Nova. Diunduh

dari http://tabloidnova.com/Keluarga/Pasangan/Problema-Istri-Bekerja

(diakses 29 September 2016)

Ryff, C.D., & Keyes, C.L.M., (1995). The Structure of Psychological Well-Being

Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4),719-717

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Wirawan, H. E. (2010). Kebahagiaan Menurut Dewasa Muda Indonesia. (online).

Jakarta: Universitas Tarumanegara. Diakses pada 19 Juni 2017.