STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA … · laporan harian dan RKT (rencana kerja tahunan)....

85
STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH HUSNI MUBAROK A24062979 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Transcript of STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA … · laporan harian dan RKT (rencana kerja tahunan)....

STUDI PENGELOLAAN GULMA

DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH,

MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH

HUSNI MUBAROK

A24062979

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

RINGKASAN

HUSNI MUBAROK. Studi Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan DWI GUNTORO).

Perkebunan kelapa sawit memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda

antara satu tempat dengan tempat lainnya seperti iklim, fisiografik, dan biotik.

Perbedaan karakteristik lingkungan tersebut akan menyebabkan jenis gulma yang

tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit akan berbeda antara satu tempat

dengan tempat lainnya. Untuk mengetahui jenis gulma yang tumbuh dominan

pada suatu perkebunan kelapa sawit harus dilakukan analisis vegetasi. Data hasil

analisis vegetasi dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan gulma di

perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan gulma meliputi penentuan jenis

pengendalian gulma, penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan jenis

herbisida yang akan digunakan.

Kegiatan magang bertujuan untuk melakukan studi pengelolaan gulma di

perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas

Plantation, Kalimantan Tengah, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial

pada perkebunan kelapa sawit, mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan

perkebunan kelapa sawit khususnya dalam pengelolaan gulma.

Metode yang dilakukan dalam kegiatan magang untuk mendapatkan data

primer dan sekunder adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode

langsung dilakukan dengan bekerja aktif di lapangan sesuai jenjang jabatan,

wawancara, serta melakukan pengambilan sampel gulma dan pengamatan gulma

Asystasia intrusa. Metode tidak langsung dilakukan dengan studi arsip kebun dari

laporan harian dan RKT (rencana kerja tahunan). Pengendalian gulma di Sekunyir

Estate dilakukan secara kimia dan mekanis. Pengendalian gulma secara kimia

dilakukan pada piringan, gawangan, pasar rintis, TPH, dan alang-alang.

Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan manual dan menggunakan

mesin pemotong rumput. Pengendalian gulma manual dilakukan pada gawangan,

dan mesin pemotong rumput digunakan pada TPH.

ii

Pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan TPH menunjukkan

bahwa realisasi pemakaian herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target,

sedangkan pemakaian herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target. Realisasi

pemakaian tenaga kerja lebih rendah 10 % dari target. Realisasi pemakaian biaya

pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan pasar rintis lebih rendah

33.3 % untuk tenaga kerja dan 28.9 % untuk herbisida Starane dari target yang

ditetapkan.

Realisasi pemakaian tenaga kerja pengendalian gulma gawangan secara

manual lebih tinggi 89 % dari target. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada

pengendalian gulma TPH dengan mesin pemotong rumput lebih tinggi 5 % dari

target. Realisasi pemakaian bensin dan oli lebih rendah 33.7 % dan 33. 3 % dari

target yang telah ditetapkan.

Perbedaan tahun tanam kelapa sawit menyebabkan perbedaan dominansi

gulma yang tumbuh dominan karena berbedanya tingkat naungan. Gulma yang

tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami merupakan

jenis gulma berdaun lebar, sedangkan pada perkebunan kelapa sawit yang telah

lama ditanami merupakan jenis gulma rumput.

Jenis gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Asystasia

intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Centotheca lappacea, Cyrtococcum

acrescens, Axonopus compressus, Phyllanthus niruri, Emilia sonchifolia, dan

Digitaria adscendens. Jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa

sawit yang baru ditanami adalah Asystasia intrusa dengan nilai Summed

Dominance Ratio (SDR) tertinggi 16.36 % pada tahun tanam 2007. Jenis gulma

yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang telah lama ditanami

adalah Centotheca lappacea dengan nilai SDR tertinggi 12.06 % pada tahun

tanam 1992.

Pengamatan terhadap gulma Asystasia intrusa yang dikendalikan dengan

penyemprotan herbisida campuran Audit konsentrasi 0.8 % dan Starane

konsentrasi 0.2 % menunjukan gulma tersebut mati setelah 1 MSA (minggu

setelah aplikasi). Biji gulma Asystasia intrusa tumbuh kembali setelah 4 MSA.

Pengamatan pada 6 MSA menunjukkan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa

diikuti oleh pertumbuhan gulma Cleome rutidosperma.

ABSTRACT

HUSNI MUBAROK. Study of Weeds Management at Oil Palm

(Elaeisguineensis Jacq.) Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamans

Plantation, Central Kalimantan. (Taught by Adiwirman and Dwi Guntoro)

Study of weeds management at oil palm Sekunyir Estate done to study

management aspect and technical aspect. Management is done with restrain weeds

according to chemistry and mechanical. Weeds control according to chemistry

uses herbicide Audit and Starane done in palm circle and result collecting place,

inter row and harvesting path, and Imperata cylindrica. Weeds control

mechanically done with manual and weeds cutting machine. Weeds control

according to chemistry in palm circle and result collecting place where does

herbicide use Audit smaller 5 % from estimation, herbicide Starane bigger 47.7 %

from estimation, and labour smaller 10 % from estimation. Weeds control in inter

row and harvesting path according to where does herbicide use Starane smaller

33.3 % from estimation, and labour smaller 28.9 % from estimation. Labour use

in weeds control with manual bigger 89 % from estimation. Weeds control with

weeds cutting machine where does bigger labour use 5% from estimation, smaller

oil use 33.3 % from estimation and smaller petrol use 33.7 % from estimation.

Weeds that grow dominant in the year plant oil palm 1992-1995 is Centotheca

lappacea with value Summed Dominance Ratio (SDR) highest 12.06 % in the

year plant 1992. While weeds that grow dominant in the year plant 2005 and 2007

is Asystasia intrusa with value SDR highest 16.36 % in the year plant 2007.

Labour cost use in weeds control in inter row and palm circle according to lower

chemistry 89.4 % than according to manual.

Key words : weeds management, oil palm, herbicide.

STUDI PENGELOLAAN GULMA

DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH,

MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

HUSNI MUBAROK

A24062979

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Judul : STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE,

PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION,

KALIMANTAN TENGAH

Nama : HUSNI MUBAROK

NIM : A24062979

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Adiwirman, MS Dwi Guntoro, SP. MSi

NIP. 19620416 198703 1 001 NIP. 19700829 199703 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis pada tanggal 16 April 1987 dari

pasangan Bapak Yusup dan Ibu Uning. Penulis merupakan anak kedua dari dua

bersaudara.

Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diantaranya pada tahun 1994

menempuh pendidikan di SDN Sukajadi Kabupaten Ciamis dan lulus tahun 2000.

Pada tahun 2000 penulis menempuh pendidikan di SMPN 10 Bandung dan lulus

tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis menempuh pendidikan di SMAN 4 Bandung

dan lulus tahun 2006.

Penulis pada tahun 2006 masuk IPB melalui jalur Sistem Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) pada program S-1 Mayor-Minor. Pada tahun 2007

penulis masuk Departemen Agronomi dan Hortikultura.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan secara khusus kepada:

1. Dr. Ir. Adiwirman, MS dan Dwi Guntoro, SP. MSi selaku dosen

pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam

proses magang sampai penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Ade Wahjar, MS selaku urusan magang, yang telah mengusahakan

untuk mencari tempat kegiatan magang.

3. Dr. Ir. Harijadi, MS selaku dosen supervisi, yang telah berkenan untuk

melakukan supervisi ke tempat kegiatan magang penulis.

4. Ibu Evita dan Bapak Farid yang telah berkenan menerima penulis untuk

dapat magang di Minamas Plantation.

5. Bapak Andi Risman selaku Estate Manager Sekunyir Estate yang telah

menerima penulis dengan baik selama kegiatan magang dilaksanakan.

Bapak Untung Joko Nugroho, Bapak Musa, Bapak Winetou Budi Satria,

Bapak Lukman, Bapak Aron S. Saragih, Bapak Iwan Kurniawan, Bapak

Simpson Parapat, serta seluruh mandor dan karyawan yang telah banyak

membantu selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

6. Orang tua yang selalu memberikan semangat, serta Anne syifaurrahmah,

Dery kurniansyah, Wahyu Junaedi, Andri Indrayasa, Novrian Raharja

yang telah membantu memberikan masukan-masukannya.

Bogor, Desember 2010

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3 Pengelolaan Gulma .............................................................................. 3 Teknik Pengendalian Gulma ................................................................. 5 Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit............................ 7

METODE MAGANG ................................................................................. 10 Tempat dan Waktu ............................................................................... 10 Metode Pelaksanaan ............................................................................. 10 Pengamatan dan Pengumpulan Data ..................................................... 11 Analisis Data dan Informasi ................................................................. 12

KEADAAN UMUM .................................................................................... 14 Letak Geografis dan Administratif........................................................ 14 Topografi, Tanah, dan Iklim ................................................................. 14 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ......................................................... 15 Keadaan Tanaman dan Produksi ........................................................... 16 Sarana dan Prasarana Kebun................................................................. 18 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ............................................. 18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ............................................... 20 Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum ....................................... 20 Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Khusus ...................................... 30

PEMBAHASAN .......................................................................................... 52

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 56 Kesimpulan .......................................................................................... 56 Saran .................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 58

LAMPIRAN ................................................................................................ 60

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sebaran Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ............................................................................... 11

2. Rata-rata Produksi Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate............... 16

3. Rata-rata Kualitas Pengolahan Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate .............................................................................................. 17

4. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ..................... 17

5. Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan ............................................. 21

6. Dosis dan Rotasi Pemupukan Pupuk Anorganik untuk Tanaman Menghasilkan di Sekunyir Estate ..................................................... 25

7. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Piringan dan TPH................................................................................................. 35

8. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Gawangan dan Pasar Rintis ..................................................................................... 37

9. Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan ........ 40

10. Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong Rumput ........................................................................................... 41

11. Gulma yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate .......................... 46

12. Pengamatan Kematian Asystasia intrusa .......................................... 51

13. Rekapitulasi Sistem Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ...................................................................... 52

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Blok Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ................................................................................. 12

2. Struktur Organisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate ............. 31

3. Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................ 33

4. Rekapitulasi Target dan Realisasi Pemakaian Herbisida pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate ....................... 43

5. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate ........................................................ 43

6. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Mekanis di Sekunyir Estate ..................................................... 44

7. Rekapitulasi Pemakaian Bensin dan Oli pada Pengendalian Gulma dengan Mesin Pemotong Rumput pada TPH ...................................... 44

8. Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di Gawangan secara Manual dan Mekanis ............................................. 45

9. Gulma Berdaun Lebar yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate .... 47

10. Gulma Rumput yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate ............... 47

11. Sebaran Gulma Dominan di Sekunyir Estate ..................................... 48

12. Kematian dan Pertumbuhan Kembali Asystasia intrusa ..................... 50

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Dominan di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ............................................................ 61

2. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Lainnya di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ............................................................ 61

3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ...................... 64

4. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten ....................... 65

5. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) ............ 66

6. Struktur Organisasi Tingkat Kebun Sekunyir Estate .......................... 69

7. Struktur Organisasi Divisi I Sekunyir Estate ...................................... 69

8. Struktur Organisasi Divisi II Sekunyir Estate ..................................... 70

9. Struktur Organisasi Divisi III Sekunyir Estate ................................... 70

10. Total Karyawan di Sekunyir Estate .................................................... 70

11. Basis dan Premi Pemupukan di Sekunyir Estate ................................ 71

12. Basis dan Premi Panen di Sekunyir Estate ......................................... 72

13. Curah Hujan Rata-rata 12 Tahun Terakhir di Sekunyir Estate ............ 73

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman monokotil

yang batangnya lurus, tidak bercabang, dan tidak memiliki kambium. Tanaman ini

berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu

pohon. Bunga dapat menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman kelapa

sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif

terdiri atas akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yang berfungsi

sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Lubis, 2008).

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan

nasional. Perkebunan kelapa sawit memiliki karakteristik lingkungan yang

berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Perbedaan karakteristik

lingkungan tersebut menyebabkan jenis gulma yang tumbuh dominan pada

perkebunan kelapa sawit berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Menurut Ashton (1991) karakteristik lingkungan yang mempengaruhi

suatu gulma tumbuh dominan pada suatu tempat adalah iklim, pisiografik, dan

biotik. Faktor iklim seperti cahaya, temperatur, air, angin, atmosfer. Faktor

pisiografik seperti edapik (pH, kesuburan, tekstur tanah, struktur tanah, dan bahan

organik), dan topografi. Faktor biotik seperti tanaman (kompetisi, penyakit, dan

zat alelopati), dan hewan (serangga, parasit, dan mikroorganisme). Untuk mengetahui jenis gulma yang tumbuh dominan pada suatu

perkebunan kelapa sawit harus dilakukan analisis vegetasi. Data hasil analisis

vegetasi dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan gulma di perkebunan

kelapa sawit. Pengelolaan gulma meliputi penentuan jenis pengendalian gulma,

penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan jenis herbisida yang akan

digunakan.

Pengendalian gulma dengan herbisida yang tidak terencana dan terarah

akan menimbulkan kerugian waktu dan biaya. Hal ini terjadi karena dengan

mengabaikan komposisi gulma yang tumbuh, pergeseran jenis gulma dominan

2

karena perbedaan respon terhadap herbisida dapat mempengaruhi kebijaksanaan

dan strategi yang telah ditetapkan (Mangoensoekarjo et al., 2005).

Pengelolaan gulma sangat penting dilakukan karena kehadiran gulma pada

suatu perkebunan kelapa sawit akan menyebabkan persaingan dalam

menggunakan unsur hara dan faktor tumbuh antara tanaman budidaya dan gulma.

Beberapa jenis gulma mengeluarkan alelopati yang akan menghambat

pertumbuhan tanaman. Hal-hal demikian dapat menyebabkan kehilangan hasil

dalam jumlah yang cukup besar, yang meliputi kualitas dan kuantitas hasil

tanaman. Pengelolaan gulma yang baik akan memperlancar pekerjaan pemanenan,

pemupukan, pengawasan, dan pengendalian hama / penyakit.

Menurut Moenandir (1988) gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa

sawit akan menurunkan hasil panen sekitar 20 - 80 %. Menurut Lubis (2008)

Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit dibagi ke dalam pengendalian

pada tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM).

Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TBM dilakukan agar

pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit berjalan dengan baik.

Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TM dilakukan agar kualitas

dan kuantitas hasil panen tetap baik.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami

aspek teknis dan manajerial pada perkebunan kelapa sawit.

2. Studi pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation,

Kalimantan Tengah.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak tepat tempat dan

waktunya. Gulma tumbuh di sekitar tanaman budidaya dan berasosiasi dengannya

secara khas. Gulma tumbuh pada tempat yang kaya unsur hara sampai yang

kurang unsur hara. Gulma pada umumnya mudah dalam melakukan regenerasi

sehingga unggul dalam persaingan memperoleh ruang tumbuh, cahaya, air, unsur

hara, dan CO2 dengan tanaman budidaya (Pahan, 2008).

Analisis vegetasi gulma diperlukan untuk memperoleh gambaran umum

dan sifat biologi gulma, sehingga pengelolaan gulma akan lebih terarah. Secara

umum gulma digolongkan menjadi gulma berdaun lebar, gulma berdaun sempit,

gulma pakis dan gulma teki. Gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan

kelapa sawit yang baru ditanami merupakan gulma semusim, sedangkan yang

telah lama ditanami merupakan gulma tahunan (Tobing et al., 1999).

Menurut Aldrich (1984) pengelolaan gulma merupakan suatu tindakan

pencegahan terhadap gulma, pengendalian jumlah gulma, dengan cara yang sudah

ditetapkan. Pengelolaan gulma dilakukan untuk mengurangi biji yang tersimpan

dalam tanah, mencegah kerusakan dari gulma terhadap tanaman budidaya, dan

meminimalisir persaingan antara gulma dan tanaman budidaya.

Pengelolaan gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan

daya saing tanaman budidaya dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan

tanaman budidaya harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak

mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu

bersamaan dengan tanaman budidaya. Pengelolaan gulma yang dilakukan harus

tepat agar tidak meningkatkan daya saing gulma (Pahan, 2008).

Tingkatan dalam melakukan pengelolaan gulma adalah pencegahan,

pengendalian, dan pemberantasan. Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah

pertumbuhan gulma baru pada suatu tempat serta membatasi pertumbuhan gulma

di kebun. Pengendalian dilakukan dengan cara mengurangi populasi gulma pada

tingkat yang tidak mengganggu pada tanaman. Sedangkan pemberantasan

dilakukan dengan memberantas gulma secara keseluruhan pada suatu areal.

4

Pemberantasan mencakup siklus hidup tanaman dan bagian reproduktif tanaman

yang terdiri dari biji dan bagian vegetatif. Kegiatan pengelolaan gulma dilakukan

melalui tindakan secara mekanis, kultur teknis, biologi, dan kimia (Ashton et al.,

1991).

Pengelolaan gulma yang baik harus menerapkan sistem pengendalian

gulma terpadu. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan semua teknik

pengendalian gulma yang sesuai agar populasi gulma berada pada ambang yang

tidak mengakibatkan kerusakan ekonomi (Pahan, 2008). Pengendalian gulma

harus seefektif mungkin agar tidak banyak mengurangi pendapatan dengan cara

memanfaatkan proses ekologi di lingkungan tersebut. Prinsip umum manajemen

gulma adalah melakukan manipulasi terhadap temperatur tanah, kelembaban,

nutrisi, dan mengontrol sisa bahan kimia di tanah (Liebman et al., 2001).

Metode yang digunakan dalam pengendalian gulma harus lebih dari satu

metode. Suatu metode dapat menekan spesies tertentu, akan tetapi dapat

menguntungkan spesies lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Spesies

gulma yang dikendalikan dapat digantikan oleh spesies gulma lainnya. Hal

tersebut dapat mengakibatkan masalah baru dalam pengendalian gulma (Pahan,

2008).

Menurut Lubis (2008) pengelolaan gulma pada perkebunan kelapa sawit

dilakukan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman

Menghasilkan (TM). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit

dilakukan secara mekanis dan kimia. Menurut Sastroutomo (1990) gulma yang

tumbuh pada perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan kuantitas dan kualitas

hasil panen serta menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.

Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984) biaya pengendalian gulma di

perkebunan kelapa sawit mencapai 50 % - 70 % dari total pemeliharaan selama

TBM dan 20 % - 30 % selama TM. Menurut Purba (2009) biaya pengendalian

TM lebih kecil karena kanopi tanaman dewasa yang semakin berdekatan antara

satu dengan yang lain sehingga akan mengurangi intensitas cahaya yang

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan gulma menjadi terhambat.

Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaannya di

lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan

5

kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan. Pengendalian gulma harus

dilakukan dengan memperhatikan ambang ekonomi. Selama kerugian yang

ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus

dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan

(Pahan, 2008).

Teknik Pengendalian Gulma

Pengendalian Gulma secara Mekanis

Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan cara memotong

atau membongkar gulma. Jenis pengendalian gulma secara mekanis diantaranya

dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput (Liebman et

al., 2001).

Menurut Lubis (2008) pengendalian gulma secara manual dilakukan pada

pasar rintis, gawangan dan piringan dengan rotasi yang sama. Pengendalian gulma

secara manual dilakukan dengan cara membabat dan menggaruk. Akan tetapi pada

tanah yang mudah terkena erosi dilakukan dengan cara pembabatan saja.

Pengendalian gulma secara manual dapat menimbulkan cekungan, merusak akar

tanaman, memerlukan biaya yang mahal, dan tidak efektif dilakukan pada musim

hujan. Kombinasi antara pengendalian manual kemudian diikuti oleh

pengandalian secara kimia merupakan cara terbaik.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan untuk mengendalikan jenis

gulma berkayu. Gulma berkayu yang dikendalikan secara manual diantaranya

adalah Melastoma malabathricum, Ficus sp, Lantana camara, dan anakan sawit.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara memotong dan

membongkar gulma agar tidak tumbuh kembali (Armi, 2006).

Menurut Kusnanto (1991) pengendalian gulma secara manual

menunjukkan waktu yang paling cepat dalam mencapai persentase daya berantas

dan pertumbuhan kembalinya, yang kemudian diikuti oleh perlakuan herbisida

kontak dan yang terakhir perlakuan herbisida sistemik. Perlakuan secara manual

terhadap berat kering gulma rerumputan ternyata memberikan hasil berat kering

yang lebih tinggi daripada pengendalian secara kimia.

6

Pengendalian Gulma secara Kimia

Pengendalian gulma secara kimia merupakan langkah terakhir yang

dilakukan untuk mengendalikan gulma. Pengendalian gulma secara kimia harus

dilakukan dengan hati-hati agar tidak membahayakan bagi manusia dan

lingkungan. Pengendalian gulma secara kimia harus ditekankan agar bahan

tersebut tepat sasaran dan tidak menimbulkan pencemaran bahan kimia

(Mangoensoekarjo et al., 2005).

Kelapa sawit TM cenderung menghasilkan persentase pertumbuhan

kembali yang lebih lambat dibanding TBM meskipun dosis herbisida yang

digunakan umumnya lebih rendah. Aplikasi herbisida campuran menghasilkan

daya penekanan yang lebih lama dibandingkan aplikasi tunggal. Hal ini karena

mampu mengendalikan lebih banyak jenis gulma baik untuk gulma golongan

berdaun sempit maupun gulma golongan berdaun lebar. Pada kelapa sawit TBM

biaya pengendalian gulma selama satu tahun menunjukan pengendalian

menggunakan herbisida kontak lebih rendah 13 % - 21 % jika dibandingkan

pengendalian manual. Herbisida sistemik lebih rendah 33 % - 42 % dibanding

menggunakan pengendalian manual (Kusnanto, 1991).

Pengendalian gulma secara kimia memerlukan tenaga kerja yang lebih

sedikit dibandingkan secara manual. Pengendalian gulma secara kimia dapat

memperkecil kerusakan struktur tanah, tidak mengganggu sistem perakaran

tanaman utama, serta waktu yang diperlukan lebih singkat. Faktor-faktor yang

menentukan keberhasilan pengendalian gulma secara kimia adalah jenis bahan

aktif yang digunakan, dosis, keadaan cuaca, stadia gulma, serta pelaksanaan

pengendalian di lapangan. Pengendalian gulma secara kimia seringkali berakibat

suksesi atau perubahan jenis gulma yang tumbuh dominan (Syamsuddin et al.,

1999).

Komponen yang diperhitungkan dalam pengendalian gulma secara kimia

pada perkebunan kelapa sawit TM dan TBM selama periode tertentu diantaranya

adalah biaya bahan (herbisida dan air), tenaga kerja, biaya penyusutan alat, dan

frekuensi pengendalian. Kebutuhan herbisida dan air pada kelapa sawit TBM

lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelapa sawit TM (Kusnanto, 1991).

7

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit

Pengendalian Gulma pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan

untuk mengurangi kompetisi unsur hara antara kelapa sawit dengan gulma

(Pahan, 2008). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM

dilakukan pada areal gawangan dan piringan. Pembukaan piringan dilakukan

setelah tanaman kacangan menutup lahan tanaman kelapa sawit. Jari-jari piringan

bergantung pada umur tanaman, umumnya berkisar antara 0.75 - 2.50 m.

Pemeliharaan harus dilakukan dengan hati-hati, baik secara manual maupun kimia

(Syamsuddin et al., 1999).

Pengendalian gulma pada piringan secara manual dilakukan dengan cara

penggarukan. Penggarukan dilakukan untuk mengendalikan gulma dan

memperbesar radius piringan berdasarkan perkembangan tajuk tanaman.

Penggarukan dilakukan dengan garuk bertangkai panjang, ke arah dalam dan luar

piringan agar tidak terjadi cekungan di piringan, dan dijaga agar pelepah daun

tidak terpotong pada waktu penggarukan (Lubis, 2008).

Peralatan yang digunakan antara lain cangkul, garuk, dan parang babat.

Rotasi dilakukan satu kali dalam satu bulan, dengan keperluan tenaga kerja 1 - 2

HK/ha untuk setiap kali rotasi. Jumlah keperluan tenaga kerja dipengaruhi oleh

jari-jari piringan serta kerapatan tanaman (Syamsuddin et al., 1999).

Menurut Syamsuddin et al. (1999) pengendalian gulma secara kimia pada

piringan menggunakan herbisida purna tumbuh. Penyemprotan harus dilakukan

dengan hati-hati dan terarah pada piringan dan pasar rintis. Jika titik tumbuh

kelapa sawit terkena semprotan herbisida, maka pertumbuhan tanaman

selanjutnya akan abnormal atau melengkung. Sedangkan menurut Lubis (2008)

pengendalian gulma secara kimia pada piringan dilakukan menggunakan herbisida

pra tumbuh. Pemakaian herbisida jenis ini harus dilakukan dengan hati-hati karena

dapat menimbulkan abnormalitas pada pertumbuhan tanaman dan pembungaan

seperti partenokarpi, hermaprodit, mantled dan androgynous.

Pengendalian gulma secara manual pada gawangan dilakukan pada waktu

membangun tanaman kacangan penutup tanah, maka penggarukan dimulai pada

8

saat penanaman kacangan. Rotasi pada 6 bulan pertama setelah penanaman dapat

dilakukan 2 minggu sekali, pada periode 3 bulan pertama memerlukan tenaga

kerja 20 - 30 HK/ha, dan 3 bulan berikutnya memerlukan 4 - 6 HK/ha untuk setiap

rotasi. Rotasi berikutnya dapat dilakukan sebulan sekali dengan pemakaian tenaga

kerja 3 - 4 HK/ha setiap rotasinya (Syamsuddin et al., 1999). Pengendalian gulma

pada gawangan secara manual dilakukan dengan cara mencabuti dan menggulung

gulma yang tumbuh menjalar, gulma berkayu harus dipotong dan didongkel agar

tidak tumbuh kembali (Lubis, 2008).

Pengendalian gulma pada gawangan secara kimia menggunakan herbisida

pra tumbuh yang diaplikasikan bersamaan pada waktu membangun tanaman

kacangan penutup tanah. Rotasi pada periode tiga bulan pertama yang dianjurkan

adalah sekali dalam dua minggu, selanjutnya rotasi dapat dilakukan sebulan sekali

tergantung pada perkembangan tanaman kacangan penutup tanah. Herbisida pra

tumbuh yang dianjurkan adalah herbisida dengan bahan aktif Ametryne, Diuron,

Atrazine dan Asulan. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 hari sebelum atau setelah

penananaman kacangan (Syamsuddin et al., 1999).

Pengendalian Gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM)

Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TM dilakukan untuk

menjaga kualitas dan kuantitas panen. Pengendalian gulma pada tanaman kelapa

sawit TM dilakukan pada areal piringan, gawangan, pasar rintis, dan TPH. Teknik

pengendalian gulma yang dilakukan adalah pengendalian gulma secara mekanis

dan kimia (Pahan, 2008).

Rotasi pengendalian gulma secara manual dilaksanakan secara bersamaan

pada piringan, pasar rintis, TPH dan gawangan. Pengendalian gulma secara

manual dilakukan dengan membabat dan mendongkel. Tanah yang mudah terkena

erosi sebaiknya dilakukan dengan cara dibabat saja. Pengendalian gulma secara

manual dapat menimbulkan cekungan, merusak akar, dan biayanya mahal

(Lubis, 2008).

Pengendalian gulma secara kimia pada tanaman kelapa sawit TM dapat

menggunakan herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh. Herbisida purna tumbuh

yang dapat digunakan berbahan aktif Fluroksyfyr, Glifosat, Dicamba, Dalapon,

9

dan Dicamba. Herbisida pra tumbuh yang dapat digunakan berbahan aktif

Alpachlor, Prometryne, Amertryne, dan Triazine (Lubis, 2008).

Bahan aktif herbisida yang tepat digunakan untuk pemberantasan gulma di

sekitar piringan dan pasar rintis adalah Paraquat dan Glifosat, dengan rotasi 2 - 3

kali setiap bulan untuk Paraquat dan 4 - 5 kali untuk Glifosat. Bahan aktif

herbisida yang tepat digunakan untuk pengendalian gulma pada gawangan adalah

2,4 - D dimetil amin dan Glifosat (Syamsuddin, et al., 1999).

Gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit TM tidak semuanya

untuk diberantas. Jenis gulma tahunan sperti rumput lunak, berakar dangkal, dan

tidak tumbuh tinggi di gawangan, tanaman tersebut masih dapat ditoleransi untuk

tidak dikendalikan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah tanah gundul sehingga

mengurangi terjadinya erosi (Pahan, 2008).

10

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Pelaksanaan magang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari sampai

dengan 15 Juni 2010 di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack.)

Sekunyir Estatet, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan

Tengah.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan

khusus. Metode pelaksanaan kegiatan utama yang dilakukan selama magang

terdiri dari metode langsung dan metode tidak langsung yang menyangkut aspek

teknis dan aspek manajerial. Metode langsung yang dilakukan adalah praktik kerja

langsung di lapangan, dan wawancara dengan asisten dan mandor. Metode tidak

langsung dilakukan dengan mempelajari RKT (rencana kerja tahunan) dan laporan

kerja harian.

Kegiatan magang pada bulan pertama adalah mengumpulkan data

sekunder kebun dan menjadi pendamping mandor. Pengumpulan data sekunder

kebun dilakukan di kantor besar Sekunyir Estate. Kegiatan selama menjadi

pendamping mandor adalah mengawasi pekerjaan karyawan di lapangan serta

membuat laporan kerja harian. Kegiatan selama menjadi pendamping mandor

terdapat pada Lampiran 3.

Kegiatan magang pada bulan kedua adalah menjadi pendamping asisten

dan melakukan pembuatan herbarium, administrasi Kantor BSS, serta

pengambilan sampel gulma secara khusus. Kegiatan yang dilaksanakan selama

menjadi pendamping asisten adalah melakukan pengecekan pekerjaan karyawan,

serta melakukan administrasi di Kantor Divisi. Kegiatan selama menjadi

pendamping asisten terdapat pada Lampiran 4.

Kegiatan magang pada bulan ketiga dan keempat adalah menjadi Buruh

Harian Lepas (BHL). Penulis juga melakukan observasi ke pabrik dan melakukan

11

ekstraksi buah di laboratorium pabrik. Kegiatan penulis selama menjadi BHL

terdapat pada Lampiran 5.

Kegiatan khusus magang adalah melakukan studi pengelolaan gulma,

menganalisis vegetasi gulma, serta melakukan pengamatan terhadap gulma

Asystasia intrusa. Kegiatan studi pengelolaan gulma dilakukan dengan melakukan

kerja di lapangan, wawancara, dan menganalisis RKT (rencana kerja tahunan)

serta laporan kerja harian. Analisis vegetasi gulma dilakukan dengan melakukan

pengambilan sampel gulma secara acak pada blok berdasarkan tahun tanam

kelapa sawit. Pengamatan Asystasia intrusa dilakukan dengan mengamati

kematian dan pertumbuhan kembali setelah penyemprotan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengambilan sampel gulma dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM)

dan tanaman belum menghasilkan (TBM) berdasarkan tahun tanam. Sampel

gulma diambil secara acak pada blok berdasarkan tahun tanam kelapa sawit.

Pengambilan sampel gulma menggunakan kuadran ukuran 1m x 1m. Jumlah

sampel yang diambil adalah 780 buah. Data sebaran pengambilan sampel gulma

ditampilkan pada Tabel 1. Peta blok pengambilan sampel gulma ditampilkan pada

Gambar 1.

Tabel 1. Sebaran Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Tahun Tanam Blok Luas Lahan

(ha) 5 % Luas Lahan

(ha)

Jumlah Sampel (buah)

Jumlah Sampel

Blok (buah)

Rata-rata Sampel/Blok

(buah)

1992

B 637.06 31.85 78 8 10 C 606.80 30.34 74 7 11 D 561.40 28.07 69 7 10 E 614.35 30.72 75 7 11 F 271.21 13.56 34 4 9

1993 D 58.42 2.92 35 2 18 E 75.24 3.76 45 3 15

1994 A 280.21 14.01 160 7 23 1995 A 253.11 12.66 150 5 30 2005 Sisipan 21.80 1.09 30 1 30 2007 Sisipan 3.80 0.19 30 1 30

12

Gambar 1. Peta Blok Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Keterangan : : Tahun Tanam 1992, : Tahun Tanam 1993,

: Tahun Tanam 1994, : Tahun Tanam 1995,

: Tahun Tanam 2005, : Tahun Tanam 2007

: Areal pengambilan sampel

Analisis Data dan Informasi

Analisis yang dilakukan untuk mengolah data gulma yang terdapat pada

perkebunan kelapa sawit tersebut adalah dengan cara analisis kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara melakukan pengamatan

terhadap kematian dan pertumbuhan kembali gulma Asystasia intrusa. Analisis

kuantitatif yang dilakukan adalah dengan menggunakan matematika sederhana

seperti rata-rata dan persentase. Analisis tersebut digunakan untuk menghitung

perbandingan target dan realisasi pengendalian gulma secara kimia dan mekanis.

Perhitungan yang digunakan untuk menganalisis vegetasi gulma yang tumbuh

dominan menggunakan summed dominance ratio (SDR). Nilai SDR menunjukan

dominansi suatu gulma yang tumbuh di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate.

Jika nilai SDR suatu gulma tinggi, maka dominansi gulma tersebut tinggi.

F

E

D

C

B

A

1 2

3 4

5 6

7 8

9 10

11 12

13 14

15 16

17 18

19 20

21

Nomor Blok

Blok

13

Begitupun sebaliknya, jika nilai SDR suatu gulma rendah, maka dominansinya

rendah.

Kerapatan Mutlak (KM)

= Jumlah individu spesies gulma tertentu

dalam petak contoh

Kerapatan Nisbi (KN)

= KM spesies tertentu x 100% Jumlah KM semua spesies

Berat Kering Mutlak (BKM) = Berat kering total spesies tertentu dalam

petak contoh

Berat Kering Nisbi (BKN) = BKM spesies tertentu x 100% Total BKM semua spesies

Frekuaensi Mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang berisi spesies

tertentu

Frekuensi Nisbi (FN) = FM spesies tertentu x 100% Total FM semua spesies

Nilai Penting = KN + BKN + FN

Summed Dominance Ratio

(SDR)

= KN + BKN + FN 3

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Administratif

Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate secara administratif berlokasi di

Desa Amin Jaya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat,

Provinsi Kalimantan tengah. Secara geografis lokasi perkebunan terletak pada

20 23’ 29’’ LS-20 23’ 36’’ LS dan 1110 59’ 10’’ BT-1120 4’ 55’’ BT. Batas-batas

perkebunan tersebut bagian selatan berbatasan dengan PT. Wana Sawit, bagian

utara berbatasan dengan PT. BJAP dan PT. Indotruba Timur, bagian barat

berbatasan dengan areal transmigran SP1, dan bagian timur berbatasan dengan

PT. Tapian Nadegan (Sinar Mas Group).

Lokasi Sekunyir Estate dapat dicapai dengan waktu sekitar 2 jam dari Kota

Pangkalanbun menggunakan kendaraan roda empat. Lokasi perkebunan sangat

strategis karena berdekatan dengan akses jalan raya dan dekat dengan pemukiman

transmigran. Akses yang dekat ke jalan raya membuat Sekunyir Estate mudah

untuk diakses. Akses yang mudah tersebut dapat mempermudah operasional

kebun. Pada pemukiman transmigran terdapat pasar sehingga memudahkan untuk

memenuhi kebutuhan hidup karyawan.

Topografi, Tanah, dan Iklim

Topografi areal Sekunyir Estate berada pada ketinggian kurang dari 200 m

dpl (diatas permukaan laut) dengan kemiringan 0 - 150 yang merupakan daerah

tergenang sampai bergelombang. Kelas lahan sekunyir Estate sekitar 2 629.46 ha

(78 %) merupakan kelas S2 (sesuai) dan sisanya 742.28 (22 %) merupakan kelas

S3 (kurang sesuai). Tanahnya sebagian besar berada pada landform fluvio-marin

dengan bahan induk alluvium yang merupakan hamparan areal dengan tekstur

tanah berpasir, dan sebagian kecil berada pada landform tektonik dengan bahan

induk sedimen yang memiliki tekstur tanah berliat.

Sekunyir Estate memiliki tiga jenis ordo tanah yaitu Ordo Ultisol 2 515 ha

(75 %), Ordo Spodosol 742 ha (22 %), dan sisanya Ordo Inceptisol. Sekunyir

Estate memiliki pH tanah 4 - 4.5 yang tergolong sesuai, akan tetapi kandungan

15

unsur hara Mg dan Ca tergolong rendah sampai sangat rendah, sehingga

diperlukan pemupukan dolomit.

Iklim di Sekunyir Estate memiliki iklim sangat basah, dimana curah

hujannya sangat tinggi untuk setiap tahunnya. Curah hujan merata sepanjang

tahun, sehingga persediaan air untuk tanaman kelapa sawit mencukupi. Curah

hujan yang terjadi selama 5 tahun terakhir berkisar 2 057 - 3 438 mm/tahun. Rata-

rata curah hujan tahunan di Sekunyir Estate adalah 2 929 mm/tahun. Pola curah

hujan di Sekunyir Estate bervariasi serta memiliki distribusi curah hujan yang

tidak merata sepanjang tahun. Data curah hujan di Sekunyir Estate ditampilkan

pada Lampiran 13.

Berdasarkan konsep Oldeman bulan basah (curah hujan > 200 mm) dan

bulan kering (curah hujan <100 mm) menunjukan bahwa curah hujan di kebun

Sekunyir Estate termasuk ke dalam zona agroklimat A1 sampai B3. Sekunyir

Estate memiliki rata-rata bulan kering selama satu bulan pada bulan Agustus, akan

tetapi pada tahun-tahun tertentu bulan keringnya terjadi selama empat bulan.

Sedangkan rata-rata bulan basah terjadi selama 8 bulan yang terjadi pada bulan

Oktober sampai bulan Mei. Suhu di perkebunan tersebut antara 29 - 30 0C, dengan

penyinaran matahari lebih dari 5 jam/hari.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate merupakan bagian dari

PT. Indotruba Tengah. PT. Indotruba Tengah memiliki dua buah kebun yang

terdiri dari Sekunyir Estate dan Seruyan Estate. Luas keseluruhan PT. Indotruba

Tengah adalah 7 763 ha, dimana 7 735 telah memiliki sertifikat Hak Guna Usaha,

dan 28 ha masih dalam proses untuk mendapatkan sertifikat HGU. Luas lahan

tersebut digunakan sebagai areal tanam sekitar 6 605 ha (85.41 %), dan 1 121 ha

(14.49 %) digunakan untuk sarana penunjang kebun. Luas dari Sekunyir Estate

adalah 3 356 ha, dan Seruyan Estate adalah 3 249 ha.

16

Keadaan Tanaman dan Produksi

Kelapa sawit yang ditanam pertama kali di Sekunyir Estate pada tahun

1992 sampai tahun 1995. Kemudian pada tahun 2005 dan 2007 dilakukan

penanaman kelapa sawit sisipan. Umur tanaman di perkebunan Sekunyir Estate

sebagian besar berkisar antara 15 - 18 tahun, dan peremajaan (replanting) baru

dilakukan pada umur 25 - 30 tahun. PT. Indotruba Tengah merupakan kebun

pertama di Kalimantan Tengah sehingga menjadi contoh bagi kebun lainnya di

daerah ini.

Jenis benih yang ditanam berasal dari Pusat Penelitian Marihat (PPM) dan

PT. Socfin Indonesia. Varietas yang ditanam adalah jenis persilangan dari Dura

dan Pisifera. Persilangan antara Dura dan Pisifera akan menghasilkan Tenera.

Ketebalan cangkang Tenera adalah 1 - 2.5 mm, dengan ketebalan pericarp 3 - 10

mm. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga jumlah

tanaman dalam 1 ha adalah 136 tanaman.

Produksi rata-rata tandan buah segar (TBS) di Sekunyir Estate selama

tujuh tahun terakhir adalah 22.8 ton/ha/tahun. Pada waktu empat tahun yang akan

datang diproyeksikan produksi TBS perkebunan Sekunyir Estate sekitar 23 - 25

ton/ha/tahun. Rata-rata produksi TBS Sekunyir Estate dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Produksi Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate

Tahun Rata-rata TBS (ton/ha/tahun)

2003 17.19 2004 20.51 2005 18.28 2006 26.51 2007 23.39 2008 29.85 2009 23.95

Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Sekunyir Estate selama tujuh tahun terakhir memiliki rata-rata mutu

pengolahan TBS yang terdiri dari OER (oil extraction ratio), KER (kernel

extraction ratio), dan FFA (free fat acid). Rata-rata mutu TBS untuk OER

menghasilkan 23.87 % , KER 4.62 % dan FFA 3.23 %. Data tersebut menunjukan

bahwa kualitas pengolahan TBS yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.

17

Kualitas yang baik diakibatkan proses dari kebun sampai pabrik berjalan dengan

baik. Rata-rata pengolahan TBS yang dihasilkan Sekunyir Estate ditampilkan

pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Kualitas Pengolahan Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate

Tahun OER KER FFA

……….…………..……… % …………………………… 2003 24.82 4.65 3.55 2004 24.84 4.76 3.20 2005 24.28 4.49 3.26 2006 23.83 4.81 3.55 2007 23.02 4.53 2.92 2008 22.91 4.47 3.45 2009 23.39 4.66 2.70

Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Keterangan : OER : Oil Extraction Ratio KER : Kernel Extraction Ratio FFA : Free Fat Acid

Sebagian besar tanaman kelapa sawit di Sekunyir Estate ditanam pada

tahun 1992. Kemudian pada tahun 1993, 1994, dan 1995 dilakukan penanaman

lanjutan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2005 dan 2007 dilakukan

penanaman sisipin dengan memanfaatkan lahan yang masih kosong. Areal

perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Tahun Tanam Blok Luas Lahan (ha)

1992

B 637.06 C 606.80 D 561.40 E 614.35 F 271.21

1993 D 58.42 E 75.24

1994 A 280.21 1995 A 253.11 2005 Sisipan 21.80 2007 Sisipan 3.80

Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

18

Sarana dan Prasarana Kebun

Sarana dan prasana yang terdapat di kebun akan menjadi faktor pendukung

operasional kegiatan kebun. Sarana dan prasarana tersebut terdiri dari rumah,

bangunan umum, jalan, jembatan, sungai/parit, dan waduk. Fasilitas rumah terdiri

dari rumah staff, mess, dan karyawan. Perumahan staff dan mess terletak di

emplasment. Perumahan karyawan terletak di sekitar masing-masing kantor divisi.

Perumahan karyawan Divisi I dan Divisi II berdekatan, karena kantornya

berdekatan. Sedangkan perumahan karyawan Divisi III terpisah dari Divisi yang

lainnya, karena kantornya berbeda tempatnya. Rumah karyawan terbuat dari kayu

bersifat semi permanen. Sedangkan rumah untuk staff dan mess bersifat

permanen. Kantor operasional terdiri dari kantor besar dan kantor divisi.

Sarana olah raga terdiri dari lapangan golf, sepak bola, tenis, bulu tangkis,

bola voli, dan tenis meja. Sarana pendidikan terdiri dari gedung TK, SD, dan

SMP. Sarana ibadah terdiri dari bangunan mesjid yang berada di setiap divisi dan

gereja yang terletak di Divisi III. Listrik di perumahan staff menyala selama 24

jam, sedangkan di perumahan karyawan menyala selama 7 jam. Di Sekunyir

Estate terdapat waduk yang berfungsi sebagai sumber air bagi tanaman. Selain itu

waduk dijadikan sebagai sarana memancing karyawan. Sarana yang masih kurang

adalah air bersih bagi karyawan. Karena karyawan hanya memanfaatkan sumur

yang mereka buat di sekitar rumah yang kualitas airnya keruh. Sehingga

disarankan untuk membuat sarana air bersih bagi karyawan agar kesehatannya

terjaga.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pimpinan tertinggi di Sekunyir Estate adalah manajer kebun yang bertugas

mengkoordinir dan membuat kebijakan dari seluruh kegiatan kebun. Manajer

kebun dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh satu orang senior asisten,

dua orang asisten divisi, dan satu orang KTU. Senior asisten selain bertugas

sebagai kepala divisi, juga bertugas mengkoordinir security, poliklinik, dan traksi.

Asisten divisi bertugas untuk mengkoordinir seluruh kegiatan divisi yang

dipegangnya. KTU bertugas untuk mengkoordinir administrasi seluruh kegiatan

19

kebun. Selain itu KTU juga bertugas untuk mengkoordinir gudang, kantor besar,

dan sekolah. Struktur organisasi Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 6.

Sekunyir Estate memiliki tiga divisi yang masing-masing divisi dipimpin

oleh seorang asisten. Seorang asisten membawahi kerani divisi, mandor satu,

mandor panen, kerani panen, mandor perawatan, dan mandor transport. Untuk

mandor pupuk berada di bawah tanggung jawab asisten divisi I, mandor semprot

berada dibawah tanggung jawab asisten divisi II, dan mandor pengendalian gulma

manual berada di bawah tanggung jawab divisi III. Pemberian tanggung jawab

secara khusus kepada asisten tersebut dilakukan agar pengendalian gulma secara

kimia, pemupukan, dan pengendalian gulma secara manual mudah dalam

pengkoordiniran dan pengawasan. Struktur organisasi tingkat divisi disajikan pada

Lampiran 7, Lampiran 8, dan Lampiran 9.

Seorang mandor satu bertanggung jawab untuk mengkoordinir seluruh

mandor yang ada di divisinya. Setiap mandor memiliki tanggung jawab dalam

mengkoordinasikan dan mengawasi pekerjaan karyawannya. Pada umumnya

karyawan memiliki pekerjaan yang tetap setiap harinya. Akan tetapi jika terjadi

kendala pekerjaan, maka karyawan dapat ditugaskan untuk melakukan pekerjaan

jenis yang lainnya. Kerani divisi bertugas untuk melakukan administrasi di kantor

divisi. Setiap harinya kerani divisi melakukan pencatatan jumlah buah yang di

panen, pemupukan, penyemprotan, pemakaian tenaga kerja, dan administrasi

lainnya.

Karyawan di Sekunyir Estate terdiri dari Syarat Kerja Umum (SKU) dan

tenaga Buruh Harian Lepas (BHL). Karyawan SKU terdiri dari SKU bulanan dan

SKU harian. Karyawan BHL merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya

setiap hari kerja. Jadi pembayarannya dilihat dari jumlah kehadiran dalam kerja.

Karyawan SKU merupakan tenaga kerja selain mendapat gaji juga mendapatkan

beras bulanan dan berbagai tunjangan.

Karyawan SKU bulanan merupakan tenaga kerja yang sistem

pembayarannya setiap bulan. Sedangkan karyawan SKU harian merupakan tenaga

kerja yang pembayarannya berdasarkan kehadiran kerja. Semua karyawan SKU

mendapatkan tunjangan kesehatan, asuransi, dan uang pensiun. Jumlah karyawan

di Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 10.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum

Kegiatan magang secara umum dilaksanakan dengan mempelajari dan

mengikuti kegiatan teknis dan manajerial di kebun. Pelaksanaan teknis lapangan

dan manajemen kebun dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan Best

Development Practices (BDP) yang ada di kebun tersebut. Best Development

Practices merupakan kegiatan kerja terbaik yang diterapkan oleh kebun Sekunyir

Estate. Best Development Practices (BDP) terdiri dari kegiatan pemanenan,

pemupukan, konservasi tanah dan air, dan perawatan.

Pemanenan

Sistem pemanenan yang digunakan di Sekunyir Estate adalah Block

Harvesting System (BHS). Block harvesting system merupakan sistem pemanenan

yang terkonsentrasi pada suatu seksi panen berdasarkan interval yang telah

ditentukan, dengan dimulai dan diakhiri pada blok yang sama. Tujuan panen

adalah memotong semua buah matang dengan mutu panen sesuai standar untuk

memaksimalkan perolehan minyak dan meminimalkan biaya panen.

Jumlah seksi panen di Sekunyir Estate adalah 6 seksi panen. Sedangkan

jumlah pusingan panen adalah 7 - 9 pusingan. Kegiatan potong buah yang

dilakukan di Sekunyir Estate menggunakan sistem Division Of Labour (DOL) - 2.

Sistem DOL - 2 merupakan sistem panen dimana dalam satu kelompok pemanen

terdiri dari 2 orang, yaitu pemotong buah (cuter), dan pembrondol (picker).

Taksasi Produksi. Taksasi produksi dilakukan dengan cara mengambil

15 % sampel tanaman sawit yang akan dipanen secara acak untuk mengetahui

kerapatan buah. Kerapatan buah dihitung dengan cara membandingkan jumlah

buah dengan jumlah pokok sampel yang diambil kemudian dikalikan dengan luas

lahan di blok tersebut. Setelah kerapatan buah diketahui, maka tentukan jumlah

output yang diharapan dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Taksasi

produksi sangat penting dilakukan agar pemakaian tenaga kerja efektif dengan

hasil panen yang didapatkan.

21

Potong Buah. Pemanen memeriksa buah sebelum dipanen dan

memastikan bahwa buah tersebut sudah matang. Buah matang yang akan dipanen

memiliki kriteria lebih dari 10 brondolan setiap janjang yang jatuh dan

penampakan visual berwarna merah tua. Kriteria buah di Sekunyir Estate

ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan

Jenis Buah Kriteria Buah mentah (unripe) 0-4 brondol lepas Kurang matang (under ripe) 5-9 brondol lepas Buah matang (ripe) > 10 brondol lepas Terlalu matang (over ripe) > 25% brondol lepas Janjang kosong (empty bunch) Brondol semua lepas Buah sakit Buah tidak normal Sumber : Standard Operating Procedure Block Harvesting System Minamas Plantation

Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemanenan pada tanaman tahun

tanam 1992 adalah 10 janjang, sedangkan basisnya adalah 63 janjang. Rendahnya

pemanenan tersebut karena tingginya tanaman dan masalah keselematan. Penulis

melakukan dua kali panen pada tanaman sisipan, hasil panennya adalah 25 dan 30

janjang sedangkan basisnya adalah 130 janjang. Data basis dan premi panen di

Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 12.

Kutip Brondolan. Pembrondol mulai masuk hancak setelah buah

dikeluarkan oleh pemanen. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada lagi brondolan

yang jatuh dari buah. Sehingga tidak terjadi looses akibat brondolan tidak

terkutip. Pembrondol mengutip brondolan yang tersangkut di pokok panen,

piringan, dan gawangan secara hand picking. Brondolan dikumpulkan ke dalam

ember, kemudian dimasukan ke dalam karung yang berada di atas angkong.

Brondolan yang sudah ditakar dengan ember ukuran 6 kg diletakan di TPH

dengan alas karung goni. Penulis melakukan kutip brondolan sebanyak dua kali,

hasilnya 180 kg dan 250 kg, sedangkan basisnya 200 kg.

Transport Buah. Buah dari TPH diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS)

Sekunyir Estate oleh tenaga pemuat. Jumlah pemuat yang menaikan buah dan

brondolan adalah 3 orang dan satu orang sopir. Pemuat mendahulukan

22

memasukan brondolan ke dalam truk kemudian buahnya. Buah dipindahkan ke

truk dengan menggunakan tonjok.

Pemuat tidak boleh meninggalkan janjang di TPH untuk menghindari

selisih jumlah janjang yang tertera di bin card. Pemuat juga mengutip brondolan

yang tercecer di TPH sampai bersih. Penyusunan buah di truk maksimal 3 sap dari

tinggi bak agar buah tersebut dapat diterima oleh PKS. Mandor transport

membuat surat pengangkutan buah (SPB) berdasarkan bin card. Penulis

melakukan transport buah sebanyak 8 rit, sedangkan basisnya 12 rit.

Sistem Alas Brondolan. Pemuat mengumpulkan alas brondolan sampai

TPH dimana TBS terakhir dimuat. Alas brondolan diturunkan kembali di TPH

awal dimana TBS berikutnya akan diangkut. Pemuat menurunkan alas brondolan

di tempat penyimpanan pada rit terakhir. Kerani panen menghitung dan menyusun

alas brondolan setelah pengangkutan TBS selesai. Alas brondolan yang telah

disusun rapi disimpan ke lemari penyimpanan untuk digunakan keesokan harinya.

Mantri Buah. Mantri buah bertugas untuk melakukan pengecekan hancak

panen dan mutu buah yang telah dipanen di TPH. Dalam proses kerjanya mantri

buah mengambil beberapa sampel pokok yang telah dipanen. Cara pengambilan

sampel yang dilakukan oleh mantri buah adalah berjalan 1/2 rintis sampai pasar

tengah, kemudian bergeser 4 rintis menuju ke rintis berikutnya. Penulis

melakukan pengecekan hancak panen bersama mantri buah di Blok B001.

Quality Assurance (QA). Departemen QA bertugas untuk mengontrol dan

mengawasi kualitas dan kuantitas buah di kebun dan pabrik. Anggota tim QA

mengambil sampel pokok sawit di kebun dan mengambil sampel TBS dan

brondolan di pabrik. Jumlah sampel yang diambil oleh tim QA di lapangan adalah

15 % jumlah pokok setiap blok yang telah dipanen. Pengambilan sampel tersebut

dilakukan secara zigzag. Dimana setelah pengambilan 10 pokok dalam satu baris

pindah ke baris lain. Tujuan dari pengambilan sampel di lapangan adalah untuk

mengetahui buah tinggal dan brondolan yang tidak terkutip. Buah dan brondolan

yang tertinggal akan dilaporkan ke kantor pusat minamas

23

Jumlah sampel yang diambil di pabrik adalah 15 % dari total TBS yang

dipanen. Dalam satu kali pengambilan sampel adalah 100 janjang TBS dan

brondolan yang jatuh bersama TBS yang kemudian dikelompokan menjadi 10

kelompok. Tujuan dari pengambilan sampel TBS dan brondolan adalah untuk

mengetahui mutu buah. Penulis membantu melakukan grading buah di pabrik

sebanyak 8 truk.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan di Sekunyir Estate terdiri dari pemupukan anorganik

dan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk

urea, MOP, kieserite, dolomit, HGFB, dan rock phospat. Sedangkan pemupukan

organik terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan solid.

Pupuk Anorganik. Pemupukan pupuk anorganik di Sekunyir Estate

menggunakan Block Manuring System (BMS). BMS merupakan suatu proses

pemupukan yang dilakukan secara simultan, dilakukan dari blok ke blok, dan dari

pokok ke pokok dengan pembagian tugas tenaga kerja yang jelas (until, ecer,

langsir, dan tabur). Pengaturan dan administrasi pemupukan di Sekunyir Estate

dilakukan secara terpusat oleh Divisi I. Data basis dan premi pemupukan

ditampilkan pada Lampiran 11.

Dalam kegiatan pemupukan terdiri dari tim kecil yang dinamakan

Kelompok Kecil Pemupukan (KKP). Satu KKP terdiri dari 5 orang, dimana 3

orang bertugas sebagai penabur dan 2 orang yang melangsir pupuk. Dalam

pemupukan terdapat pembagian kerja yang terdiri dari tenaga until, tenaga ecer,

dan tenaga tabur.

Tenaga Until. Tenaga until bertugas untuk menguntil pupuk menjadi

bagian yang kecil ke karung lain sesuai dengan dosis pupuk. Berat bersih rata-rata

1 karung pupuk urea, kiesrit, MOP, dan dolomit adalah 50 kg. Tempat proses

penguntilan dilakukan di gudang pupuk. Tempat penguntilan pupuk menggunakan

alas dari terpal agar pupuk tidak tercecer. Pupuk yang sudah ada di tempat

penguntilan dibuka karungnya kemudian dihancurkan dengan alat podem yang

terbuat dari kayu. Pupuk dimasukan ke dalam karung until dengan takaran yang

24

telah dibuat sesuai dosis pupuk. Penulis melakukan penguntilan pupuk MOP

sebanyak dua kali dengan hasil 805 kg dan 800 kg, sedangkan basisnya adalah

1 500 kg.

Tenaga Ecer. Tenaga ecer bertugas untuk membawa pupuk dari tempat

penguntilan/gudang pupuk ke lapangan. Pengecer meletakan pupuk di TPP primer

yang merupakan TPH bagi pemanen. Jumlah untilan di TPP primer disesuaikan

dengan dosis yang digunakan. Jalur yang digunakan untuk mengecer pupuk

adalah jalur jalan collection road. Pengeceran pupuk dilakukan pada waktu pagi

hari, agar pupuk siap dilangsir dan ditabur ketika tim tabur tiba di kebun. Penulis

membantu melakukan pengeceran pupuk HGFB sebelum penulis melakukan

penaburan pupuk HGFB sebanyak 1 500 kg, sedangkan basisnya 4 500 kg.

Tenaga Tabur. Tim penabur terdiri dari dua bagian, yaitu penabur dan

pelangsir. Tim langsir bertugas untuk melangsirkan pupuk dari TPP primer ke

TPP sekunder menggunakan angkong. Tim langsir dalam setengah rintis

menyebar 3 until pupuk, diletakan di tanaman pertama sebanyak 1 until pupuk,

dan 2 pupuk lainnya di tanaman nomor 12.

Tim tabur mengambil untilan pupuk di tanaman pertama yang akan ditabur

sampai tanaman 11. Kemudian untilan pupuk pada tanaman 12 ditabur sampai

tanaman 17 di pasar tengah. Dari pasar tengah penabur memutar ke baris kedua

dalam satu rintis sampai tanaman 13. Untilan pupuk dari tanaman 12 ditabur

sampai baris pertama. Tim tabur menaburkan pupuk ke rumpukan pelepah di

piringan. Penaburan pupuk dilakukan di atas pelepah karena pada pelepah tersebut

terdapat akar aktif yang mampu untuk menyerap pupuk. Penaburan pupuk

dilakukan menggunakan takaran dengan volume 0.42 - 0.5 kg.

Penulis melakukan pelangsiran pupuk HGFB sebanyak 3 000 kg

sedangkan basisnya adalah 4 500 kg. Penulis juga melakukan pemupukan pupuk

HGFB sebanyak dua kali dengan hasil 5 ha dan 5.5 ha, sedangkan basisnya adalah

8 ha. Penulis juga melakukan pengawasan pemupukan rock phospat.

Dosis dan rotasi pemupukan yang digunakan di Sekunyir Estate berbeda

berdasarkan kandungan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan

unsur hara tersebut. Dosis dan rotasi pemupukan anorganik di Sekunyir Estate

ditampilkan pada Tabel 6.

25

Tabel 6. Dosis dan Rotasi Pemupukan Pupuk Anorganik untuk Tanaman Menghasilkan

Aplikasi Jenis Pupuk

Urea Rock Phospat MOP/KCL Kieserite Dolomit HGFB ................…..……………………... kg/pohon .…………………………………

1 1.14 0.28 1.38 - 0.92 0.1 2 0.99 0.01 1.24 - - -

Total 2.13 0.29 2.62 - 0.92 0.1 Sumber : Buku Target Pemupukan 2009/2010 Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Pupuk Organik. Pupuk organik yang diaplikasikan berasal dari sisa

pengolahan kelapa sawit di pabrik yang diaplikasikan ke lapangan. Aplikasi

pupuk organik di Sekunyir Estate terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan

solid.

Aplikasi Janjang Kosong. Aplikasi janjang kosong di lapangan dapat

menambah bahan organik bagi tanah. Hal tersebut akan meningkatkan penyerapan

air oleh tanah, memperbaiki struktur tanah, dan memacu pertumbuhan akar.

Rotasi dari aplikasi janjang kosong dilakukan sebanyak 1 kali dalam 1 tahun.

Dosis dari aplikasi janjang kosong adalah 25 ton/ha/tahun. Dosis janjang kosong

yang diaplikasikan adalah 180 kg/titik pada setiap tanaman, jika menggunkan

angkong rata-rata sebanyak 2 angkong. Janjang kosong yang akan diaplikasikan di

lapangan diletakkan dekat collection road oleh mobil yang mengangkut janjang

kosong ke kebun.

Penulis membantu aplikasi janjang kosong di Blok A005 selama 7 jam,

aplikasi janjang kosong menggunakan sistem borong. Basis dari aplikasi janjang

kosong adalah 30 titik.

Aplikasi Solid. Solid di pabrik kelapa sawit berasal dari sludge yang

dihasilkan dari stasiun pemurnian yang telah diolah oleh mesin decanter. Solid

berfungsi untuk menambah bahan organik dalam tanah. Rotasi yang dilakukan

dalam aplikasi solid adalah sebanyak 1 kali dalam 1 tahun. Solid diaplikasikan di

lapangan dengan dosis satu titik adalah 200 kg/pohon/tahun atau sekitar 2

angkong. Sedangkan dosis setiap hektar dari aplikasi solid adalah 25 ton/ha/tahun.

Solid yang diaplikasikan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, dan

26

mengembalikan unsur hara. Prestasi kerja penulis adalah 9 titik, sedangkan basis

dalam aplikasi solid adalah sebanyak 10 titik.

Efluent. Efluent merupakan limbah cair dari pengolahan kelapa sawit di

pabrik yang berasal dari sludge. Efluent di pabrik berasal dari air condensat

rebusan dan dari mesin decanter yang berbentuk heavy phase. Efluent dari kolam

pengolahan limbah dialirkan ke kebun menggunakan pipa. Pipa induk berukuran 6

inci, pipa yang masuk ke blok 4 inci, dan pipa ke flat bad 2 inci. Di dalam blok

yang diaplikasikan efluent terdapat flat bad yang berukuran panjang 3.2 m, lebar

2.4 m, dan kedalaman 0.5 m.

Dalam 1 ha terdapat 150 - 160 flat bad, dimana satu flat bad berkapasitas

3 ton. Efluent diaplikasikan di lapangan dengan dosis 750 ton/ha/rotasi. Jumlah

rotasi dari aplikasi efluent di lapangan adalah 4 kali dalam 1 tahun. Tidak semua

blok diaplikasi dengan efluent, akan tetapi hanya beberapa blok percobaan. Blok-

blok yang diaplikasi dengan efluent adalah blok E5, E6, E7, D5, D9, D10. Penulis

melakukan pengaturan aliran efluent ke flat bad dan membersihkan sampah di flat

bad.

Leaf Sample Unit (LSU). Pengambilan sampel daun dilakukan untuk

menentukan dosis rekomendasi pupuk. Data hasil analisis rekomendasi daun akan

digunakan untuk penentuan anggaran pengadaan pupuk tahun yang akan datang.

Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel daun adalah kantong plastik

dan keresek, peralatan cat, parang, gunting, egrek, buku catatan, dan meteran.

Cara pengambilan sampel adalah dengan sistem 18 x 13 jika luas lahannya lebih

dari 60 ha, dan sistem 12 x 13 jika luas lahannya kurang dari 60 ha.

Daun contoh diambil dari pelepah nomor 17 yang berada di bawah pelepah

nomor 9. Dalam menentukan pelepah nomor 17 terlebih dahulu menentukan daun

nomor 1 kemudian daun nomor 9. Cara pengambilan pelepah nomor 17 adalah

dengan cara dipotong di bawah pangkal lidi menggunakan egrek. Data yang

diambil adalah tinggi tanaman, panjang pelepah, tebal pelepah, lebar pelepah, dan

pengambilan 6 buah daun. Anakan daun yang diambil adalah 3 buah dari kiri dan

3 buah dari kanan. Helai anakan daun yang diambil adalah anakan daun yang

27

berhadapan. Penulis melakukan pengambilan sampel daun sebanyak dua kali di

Blok A008 dan Blok B001 dengan luas lahan 87 ha dan 69.10 ha.

Perawatan

Kegiatan perawatan dilakukan untuk menajaga kualitas dan kuantitas hasil

panen. Kegiatan perawatan terdiri dari kegiatan garuk piringan dan manajemen

kanopi.

Garuk Piringan. Garuk piringan merupakan kegiatan membersihkan

piringan dari sampah yang ada di piringan. Sampah yang ada di piringan berupa

pangkal pelepah, bunga jantan, dan daun pelepah. Pangkal pelepah yang

menempel pada batang akan lepas karena telah melapuk. Hal tersebut diakibatkan

oleh usia tanaman kelapa sawit yang sebagian besar berusia diatas 15 tahun.

Bahkan untuk tanaman yang telah berusia 18 tahun ada beberapa tanaman yang

pangkal pelepahnya telah terlepas semua. Penulis melakukan garuk piringan

sebanyak dua kali dengan hasil 1.5 ha dan 0.5 ha, sedangkan basisnya adalah 2 ha.

Manajemen Kanopi. Manajemen kanopi dilakukan agar tanaman dapat

berproduksi optimal dan buah dapat dievakuasi, dimana jumlah pelepah

disesuaikan dengan umur tanaman. Untuk tahun tanam 1992 - 1993 jumlah

pelepah yang dipertahankan adalah 48 - 56 pelepah, menggunakan songgo 1 - 2.

Untuk tahun tanam 1994 - 1995 jumlah pelepah yang dipertahankan adalah

56 - 64, menggunakan songgo 2 - 3. Akan tetapi untuk tahun tanam 2005 dan

2007 jumlah pelepah yang dipertahankan 64 pelepah, menggunakan songgo 3.

Program kegiatan penunasan pelepah ada 2 macam kegiatan yaitu tunas

progresif dan tunas reguler. Tunas progresif dilakukan 3 kali dalam satu tahun,

dimana pembayaran tunas progresif dilakukan 3 kali. Tunas progresif dilakukan

sendiri oleh pemanen, ketika kegiatan panen dilaksanakan atau di luar jam kerja.

Sedangkan kegiatan tunas reguler dilakukan 9 bulan sekali dalam satu tahun.

Penulis mengikuti kegiatan tunas progresif selama 7 jam ketika kegiatan panen

dilaksanakan.

28

Konservasi Tanah dan Air

Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate sebagian besar jenis tanahnya

merupakan tanah mineral/pasir sehingga mudah mengalami erosi. Oleh karena itu

maka harus dilakukan konservasi tanah dan air. Kegiatan konservasi tanah dan air

dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas tanah dan air. Konservasi tanah

dilakukan agar tanah tidak mudah terkikis akibat erosi. Jika tanah mengalami

erosi, maka unsur hara yang terkandung dalam tanah akan ikut terkikis juga.

Rumpuk Pelepah. Sistem perumpukan pelepah yang dilakukan di

Sekunyir Estate adalah u-shaped front stacking. Perumpukan pelepah pada areal

datar-bergelombang disusun secara horizontal dan vertikal sepanjang gawangan

mati membentuk susunan ’u-shape’. Sedangkan pada areal bergelombang-

berbukit penyusunan tegak lurus membentuk susunan ’u-shape’ memotong arah

lereng. Dengan tujuan untuk menurunkan tingkat aliran air permukaan dan

kehilangan pupuk ketika hujan. Jarak antara rumpukan pelepah dengan pokok

tanaman adalah 2 m. Jarak rumpukan tersebut sebagai penanda jari-jari piringan

pada pokok tanaman. Penulis melakukan kegiatan rumpuk pelepah sebanyak 3

kali dengan hasil 0.5 ha, 0.5 ha, dan 0.75 ha, sedangkan basisnya adalah 1 ha.

Perawatan Jalan. Jalan di perkebunan kelapa sawit merupakan sarana

terpenting yang harus terjaga. Jalan merupakan sarana transportasi untuk

mengangkut buah dari kebun ke pabrik. Jalan yang rusak akan mengakibatkan

terlambatnya pengiriman buah ke pabrik. Pengiriman buah yang terlambat ke

pabrik akan mengakibatkan menurunnya kualitas dari buah. Sehingga akan

mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Perawatan jalan yang dilakukan

terdiri dari penambalan jalan dan pembuangan air dari jalan. Penulis melakukan

perawatan jalan dengan cara membuat aliran air dari jalan yang tergenang ke parit.

Dalam pekerjaan ini hari kerjanya berdasarkan jam kerja.

Pengembangan Nephrolepis biserata. Nephrolepis biserata ditanam

untuk menjaga kelembaban tanah, sehingga akan meningkatkan kandungan bahan

organik dan unsur hara di dalam tanah. Penanaman Nephrolepis biserata di

Sekunyir Estate ditekankan untuk memperkuat struktur tanah sehingga dapat

29

mengurangi terjadinya erosi karena sebagian besar tanahnya bertekstur pasir.

Nephrolepis biserata sebagian besar ditanam di samping collection road dan main

road.

Silt Pit. Silt pit berfungsi untuk tempat cadangan air dan mengurangi aliran

permukaan ketika terjadi hujan, sehingga bahan organik dan pupuk yang

diaplikasikan akan masuk ke dalam silt pit dan tidak terbuang dari kebun. Silt pit

dibuat di samping tanaman pada areal yang memiliki kemiringan lebih dari 15 %.

Silt pit memiliki ukuran panjang 4 m, lebar 1 m, dan kedalaman 0.6 m.

Road Side Pit. Road side pit berfungsi sebagai tempat cadangan air bagi

kebun yang mengalirkan air dari parit ke kebun. Road side pit dibuat di samping

parit dekat jalan. Fungsi lain dari road side pit dapat mengurangi meluapnya air

dari parit ke jalan ketika terjadi hujan, sehingga dapat mengurangi kerusakan jalan

akibat tergenang air. Road side pit memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan

kedalaman 1 m.

Teras Konservasi. Teras konservasi dibuat pada daerah tanah miring yang

mudah terkena erosi. Teras konservasi dibuat dengan cara menyusun karung yang

berisi tanah mengelilingi piringan. Teras konservasi berfungsi agar infiltrasi air

berlangsung baik, mencegah pokok tumbang, dan mempermudah proses panen.

Teras konservasi juga dibuat di daerah rendahan untuk menghindari tanaman stres

air, membantu perkembangan akar, dan mencegah pokok doyong.

Water Gate. Water gate merupakan bendungan yang dibangun di parit

yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan air. Bendungan water gate dibuat dari

kayu yang dibangun di parit. Water gate berfungsi agar persediaan air dalam blok

terjaga, persediaan air untuk operasional kebun, dan persediaan air bagi karyawan.

Dengan adanya water gate maka persediaan air di kebun pada musim kemarau

dapat terjaga. Water gate juga dapat mencegah stres air dari tanaman terutama

pada musim kemarau.

Kegiatan Tunas Pasar. Tunas pasar merupakan kegiatan memotong

setengah dari panjang pelepah yang menghalangi masuknya sinar matahari ke

30

jalan. Tunas pasar bertujuan agar sinar matahari dapat masuk ke jalan. Sinar

matahari yang menyinari jalan akan menguapkan air sehingga membuat jalan

menjadi keras dan kuat. Kegiatan tunas pasar bertujuan untuk meminimalisir dari

kerusakan jalan. Sehingga biaya untuk perawatan jalan dapat diminimalisir.

Kegiatan tunas pasar dilakukan dengan rotasi 2 kali dalam satu tahun. Penulis

membantu melakukan tunas pasar dengan membuang pelepah yang telah ditunas

ke rumpukan pelepah di piringan.

Areal Buffer Zone. Areal buffer zone merupakan areal dekat aliran air

utama yang tidak terkena aplikasi bahan kimia. Areal buffer zone di Sekunyir

Estate adalah 1 pokok atau 10 m dari aliran air utama. Pada areal tersebut tidak

dilakukan pemupukan dan penyemprotan. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga

kelestarian lingkungan. Aliran air utama di Sekunyir Estate adalah Sungai Buaya.

Penulis bersama asisten melakukan observasi daerah bufer zone untuk mengetahui

pertumbuhan anak kayu yang ditanam di areal buffer zone.

Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Khusus

Pelaksanaan Teknis dan Manajemen

Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti dan mempelajari

pelaksanaan teknis dan manajemen kebun secara umum dan pengelolaan gulma

secara khusus. Studi pelaksanaan teknis pengelolaan gulma dilakukan untuk

mempelajari berbagai macam teknik pengendalian gulma. Sedangkan studi

manajemen pengelolaan gulma dilakukan untuk mempelajari pengorganisasian,

perencanaan dan penggunaan rencana biaya dalam pengelolaan gulma.

Organisasi Pengendalian Gulma

Pengorganisasian pengendalian gulma diatur oleh manajer kebun selaku

penanggung jawab. Manajer kebun memberikan tugas pengendalian gulma secara

kimia kepada asisten divisi dua, pengendalian gulma secara manual kepada asisten

divisi tiga, dan pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput kepada

asisten divisi satu. Asisten penanggung jawab tersebut dinamakan asisten suplier

yang harus bertanggung jawab untuk melakukan pengendalian gulma di seluruh

31

kebun. Asisten yang menerima pekerjaan pengendalian gulma dari asisten lain

dinamakan asisten pemakai. Asisten suplier mengkoordinasikan pekerjaannya

dengan asisten pemakai dan KTU (kepala tata usaha).

Asisten suplier memberikan tugas kepada mandor satu dan mandor

pelaksana untuk melakukan pengendalian gulma. Mandor pelaksana terdiri dari

mandor semprot, mandor pengendalian gulma manual, dan mandor pengendalian

gulma dengan mesin pemotong rumput. Mandor pelaksana melakukan pengaturan

penggunaan target tenaga kerja karyawan, bahan dan peralatan yang akan

digunakan. Mandor pelaksana memberikan laporan pekerjaannya kepada kerani

masing-masing divisi. Kerani divisi akan mencatat laporan mandor pelaksana

tersebut pada buku laporan harian. Buku laporan harian tersebut akan diberikan

pada asisten suplier dan manajer kebun untuk dilakukan kontrol. Struktur

organisasi penyemprotan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate

Vegetasi dan Jenis Gulma

Sekunyir Estate memiliki kemiringan lereng 0 – 150, yang merupakan

daerah tergenang sampai bergelombang. Tahun tanam kelapa sawit 1992 - 1995,

2005, dan 2007, mengakibatkan penutupan kanopi yang berbeda. Perbedaan

tersebut mengakibatkan perbedaan jenis gulma yang tumbuh dominan pada setiap

tempatnya.

Manajer Kebun

Mandor Pelaksana

Asisten Suplier

Karyawan

Mandor I

KTU Asisten Pemakai

Kerani Divisi

32

Jenis gulma yang tumbuh dominan pada daerah rendahan adalah Scleria

sumatrensis, Stenochlaena palustris, Cyperus iria, Ludwigia hyssopifolia,

Commelina diffusa, dan Ottochloa nodosa. Sedangkan gulma yang tumbuh

dominan pada daerah bukan rendahan adalah Asystasia intrusa, Ageratum

conyzoides, Borreria alata, Centotheca lappacea, Cyrtococcum acrescens, dan

Axonopus compressus.

Teknik Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di Sekunyir Estate dilakukan secara kimia dan

mekanis. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan

herbisida. Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma secara kimia

adalah herbisida Audit dan Starane. Herbisida Audit 486 AS berbahan aktif

isopropilamina glifosat 486 g/l setara dengan glifosat 360 g/l. Herbisida Audit

merupakan herbisida sistemik purna tumbuh yang berbentuk larutan dalam air.

Sedangkan herbisida Starane 200 EC berbahan aktif fluroksifir 200 ml/l.

Herbisida Starane merupakan jenis herbisida purna tumbuh yang sistemik dan

selektif berbentuk suspensi yang dapat diemulsikan dalam air.

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada daerah piringan, TPH,

gawangan, pasar rintis, dan alang-alang. Pengendalian gulma secara mekanis

dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput.

Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan pada daerah gawangan dan TPH.

Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan secara manual, sedangkan pada

TPH menggunakan mesin pemotong rumput.

Pengendalian Gulma secara Kimia

Pelaksanaan Penyemprotan. Sistem penyemprotan yang dilakukan di

Sekunyir Estate adalah Block Spraying System (BSS). Block spraying system

merupakan sistem penyemprotan yang dilakukan dari satu blok ke blok lain secara

berurutan dan kontinyu sesuai dengan rotasi yang telah ditentukan. Penyemprotan

dilakukan dari pokok pertama dekat collection road, kemudian bergerak untuk

33

melakukan penyemprotan seluruh pokok dalam satu gawangan secara zigzag dari

satu pokok ke pokok lainnya sampai tembus ke collection road berikutnya.

Sekunyir Estate memiliki tim semprot yang terdiri dari mandor semprot,

sopir mobil, dan tenaga semprot. Tim semprot tersebut mengendalikan gulma

secara berurutan dari satu blok ke blok yang lain. Tim semprot sebelum dan

sesudah kegiatan penyemprotan melakukan koordinasi dan administrasi di kantor

BSS. Mandor semprot melakukan absensi, apel pagi, dan pengecakan terhadap

alat semprot dan Alat Pelindung Diri (APD) yang akan digunakan di kantor BSS.

Tenaga semprot mengganti pakaian dengan APD ketika akan berangkat

kerja. Alat pelindung diri digunakan agar tenaga semprot aman ketika melakukan

kegiatan penyemprotan. Jenis APD yang digunakan oleh tenaga semprot adalah

pakaian seragam, aphron, sarung tangan, caping, masker, dan sepatu boot. Setelah

semua tenaga semprot memakai APD kemudian mengambil knapsack sprayer di

gudang penyimpanan. Alat pelindung diri yang digunakan tenaga semprot

ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Alat Pelindung Diri (APD)

Keterangan : a. Pakaian seragam, b. Aphron, c. Masker, d. Sarung tangan, e. Sepatu boot f. Caping

c

f

a b c

d e f

34

Knapsack sprayer dinaikan ke mobil, kemudian semua tim semprot naik

ke mobil untuk mengisi herbisida di gudang penyimpanan. Mandor semprot

mengambil herbisida dan melakukan kalibrasi herbisida yang akan dilarutkan

dengan air 2000 l dalam tangki mobil. Herbisida akan terlarut dengan air dalam

tangki karena tergoyang oleh mobil yang berjalan.

Mandor semprot melakukan pengaturan dan pembagian kerja terhadap

tenaga semprot ketika tiba di blok yang akan disemprot. Tenaga semprot

melakukan pengisian larutan herbisida ke knapsack sprayer melalui pipa dari

tangki. Setiap tenaga semprot masuk ke gawangan yang telah dibagi oleh mandor.

Mobil tangki semprot akan bergerak mengikuti pergerakan tenaga semprot. Tim

semprot pulang ke kantor BSS setelah jam kerja selesai dilaksanakan. Tenaga

semprot akan membersihkan knapsack sprayer dan APD, serta mandi di kantor

BSS. Tenaga semprot melakukan pencucian knpasack sprayer di bak khusus yang

memiliki tempat penetralisir herbisida.

Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada Piringan dan TPH

secara Kimia. Program pengendalian gulma pada piringan dan TPH secara kimia

dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir biaya

dari pengendalian gulma. Rotasi dari pengendalian gulma pada piringan dan TPH

adalah 3 kali dalam 1 tahun. Jari-jari piringan yang harus bersih dari gulma adalah

2 m dari tanaman sawit. Sedangkan ukuran TPH yang harus bersih dari gulma

adalah 7 x 4 m2.

Pengendalian gulma pada piringan dan TPH sangat penting dilakukan

untuk mengurangi kehilangan unsur hara dan kehilanagan hasil panen dari buah

dan brondolan. Piringan yang bersih dari gulma akan memudahkan pemanen

untuk mengetahui kematangan dari buah dengan cara melihat brondolan yang

jatuh dan mempermudah pengutipan brondolan.

Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma pada piringan dan

TPH adalah hersbisida campuran Audit dan Starane. Pencampuran herbisida

dilakukan pada drum jerigen, kemudian dimasukan ke dalam tangki mobil yang

berisi 2000 l air. Rata-rata herbisida yang digunakan dalam satu kali aplikasi

penyemprotan adalah 16 l Audit dan 4 l Starane. Konsentrasi yang digunakan dari

herbisida tersebut adalah 0.8 % Audit dan 0.2 % Starane. Knapsack sprayer yang

35

digunakan untuk penyemprotan adalah jenis Inter dengan kapasitas 16 l. Nozel

yang digunakan untuk penyemprotan adalah full cone jenis VLV (very low

volume) volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m.

Target 2009/2010 pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan

TPH untuk tenaga kerja adalah 0.20 HK/ha, herbisida Audit 0.20 l/ha, dan

herbisida Starane 0.0325 l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga

kerja adalah 0.18 HK/ha, herbisida Audit 0.17 l/ha, dan herbisida Starane 0.0480

l/ha, seperti yang ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Piringan dan TPH

No Blok Luas Total (ha)

Luas Realisasi

(ha)

Tenaga Kerja (HK)

HK/ha Herbisida (l/ha)

Audit Starane

1 B002 99.40 65.01 12 0.18 0.16 0.0461 2 B003 98.20 63.00 12 0.19 0.16 0.0496 3 B002-B003 84.03 34.12 8 0.23 0.16 0.0843 4 B002 49.91 48.00 10 0.21 0.16 0.0625 5 B001-B002 71.01 39.46 7 0.18 0.16 0.0634 6 B001-C001 86.43 55.10 10 0.18 0.16 0.0590 7 C001-C002 80.02 60.00 11 0.18 0.16 0.0521 8 B006 60.24 56.49 12 0.21 0.16 0.0597 9 C003 88.24 57.00 11 0.19 0.16 0.0461

10 C001-C002-C003 75.23 71.43 12 0.17 0.17 0.0438 11 C002-C003-C004 93.17 49.45 8 0.16 0.16 0.0480 12 C004-C005 104.44 64.70 12 0.19 0.16 0.0545 13 C004-C005-C006 99.48 62.17 11 0.18 0.16 0.0523 14 C005-C006-C007 90.72 90.72 17 0.19 0.17 0.0441 15 D002-D003-D004 98.03 87.50 17 0.19 0.17 0.0457 16 E001-E002 158.00 82.00 15 0.18 0.17 0.0488 17 E001-E002 76.00 74.95 15 0.20 0.17 0.0500 18 E003-D005 160.00 110.57 18 0.16 0.18 0.0317 19 D005-D006-E007 198.00 107.37 17 0.16 0.18 0.0326 20 E009 99.29 72.00 13 0.18 0.17 0.0417 21 E007-E008 108.12 104.12 16 0.15 0.18 0.0336 22 E008-E009 75.00 70.54 13 0.18 0.17 0.0443 23 F001 93.03 90.00 16 0.18 0.17 0.0417 24 F003-F004 95.32 93.55 18 0.19 0.17 0.0428 25 D008-D009 105.84 105.84 16 0.15 0.17 0.0378 26 D006-D007 120.12 112.31 17 0.15 0.18 0.0356 27 D001-D002 97.02 84.99 18 0.21 0.17 0.0441

Rata-rata 0.18 0.17 0.0480 Sumber : Kantor Divisi II Sekuyir Estate (2010)

36

Pemakaian herbisida campuran disebabkan berbedanya jenis gulma yang

tumbuh pada daerah piringan. Pemakaian herbisida Audit digunakan untuk

mengendalikan jenis gulma Cyrtococcum acrescens, Centotheca lappacea, dan

Axonopus compressus. Sedangkan penggunaan herbisida Starane digunakan untuk

mengendalikan jenis gulma Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan Asystasia

intrusa. Penulis melakukan penyemprotan pada piringan sebanyak 5 kali dengan

hasil 3.5 ha, 2.5 ha, 3 ha, 4 ha, dan 4 ha, sedangkan basisnya adalah 5 ha.

Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada Gawangan dan Pasar

Rintis secara Kimia. Pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis

dilakukan dengan rotasi 1 kali dalam setahun. Pengendalian gulma pada

gawangan dan pasar rintis berfungsi untuk mengurangi kehilangan unsur hara dan

mempermudah dari proses kegiatan pekerjaan di kebun.

Sasaran dari pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis adalah

gulma berdaun lebar. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir

Estate adalah Ageratum conyzoides, Boreria allata, Asystasia intrusa, Emilia

sonchifolia, dan Phyllanthus niruri. Sehingga penyemprotan yang dilakukan

adalah spot weeding. Gulma berdaun lebar lebih boros terhadap unsur hara,

sehingga jika dibiarkan tumbuh dapat mengakibatkan kehilangan unsur hara.

Gulma berdaun lebar jumlahnya semakin sedikit, seiring dengan semakin

bertambahnya usia tanaman kelapa sawit.

Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma pada gawangan dan

pasar rintis adalah herbisida Starane. Dalam 1 kali aplikasi rata-rata herbisida

Starane yang digunakan adalah 4 l yang dicampur dengan 2000 l air dalam tangki.

Konsentrasi herbisida Starane dalam air yang digunakan adalah 0.2 %. Knapsack

sprayer yang digunakan adalah jenis Inter dengan kapasitas 16 l. Nozel yang

digunakan adalah jenis full cone jenis VLV (very low volume), volume semprot

20 l/ha, lebar semprot 1 m. Penulis melakukan penyemprotan pada gawangan

sebanyak 1 kali dengan hasil 2.5 ha, sedangkan basisnya adalah 3.3 ha.

Target 2009/2010 pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan

pasar rintis untuk tenaga kerja adalah 0.3 HK/ha dan herbisida Starane 0.045 l/ha.

Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 0.2 HK/ha dan

herbisida Starane 0.032 l/ha seperti yang ditampilkan pada Tabel 8.

37

Tabel 8. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Gawangan dan Pasar Rintis

No Blok Luas Total (ha)

Luas Realisasi

(ha)

Tenaga Kerja (HK)

HK/ha Total

Starane (l/blok)

Starane (l/ha)

1 D011 92.04 92.04 19 0.2 3.80 0.041 2 D010 90.72 90.72 18 0.2 3.75 0.041 3 D009 97.45 38.00 9 0.2 1.60 0.042 4 D009 59.45 59.45 8 0.1 1.50 0.025 5 D008 86.52 47.00 7 0.1 1.50 0.032 6 B001 69.10 69.10 8 0.1 1.00 0.014 7 B002-B003 158.58 103.46 15 0.1 3.03 0.029 8 B003-B004 137.37 65.00 8 0.1 1.60 0.025 9 B003-B004-B005 150.38 75.12 8 0.1 1.40 0.019 10 B004-B005-B006 162.25 76.25 8 0.1 1.60 0.021 11 B005-B006 86.00 61.00 8 0.1 1.10 0.018 12 B008 82.09 52.00 8 0.2 1.50 0.029 13 B007-B008 112.18 50.09 7 0.1 1.30 0.026 14 B007 62.09 50.00 7 0.1 2.00 0.040 15 B006-B007 62.08 62.08 8 0.1 1.70 0.027 16 C007 51.09 25.00 7 0.3 2.00 0.080 17 C006-C007 110.23 40.09 8 0.2 1.80 0.045 18 C006 70.14 45.14 8 0.2 2.40 0.053 19 E004-E005 117.58 45.00 6 0.1 1.35 0.030 20 E006-E007-E008 72.58 70.58 6 0.1 0.75 0.011

Rata-rata 0.2 0.032 Sumber : Kantor Divisi II Sekunyir Estate (2010)

Pengendalian Alang-alang (Imperata cylindrica). Alang-alang

merupakan salah satu jenis gulma yang susah dikendalikan. Alang-alang dapat

tumbuh kembali melalui akar di dalam tanah. Ketika ada beberapa alang-alang

yang tumbuh, perusahaan akan langsung mengendalikannya. Alang-alang jika

dibiarkan tumbuh maka jumlahnya akan semakin banyak. Sehingga biaya yang

dikeluarkan akan semakin tinggi.

Pengendalian alang-alang dilakukan dengan rotasi 1.3 kali setiap tahun.

Herbisida yang digunakan adalah herbisida Audit yang berbahan aktif glifosat.

Selama kegiatan magang dilaksanakan tidak ada kegiatan pengendalian alang-

alang secara khusus. Hal tersebut karena untuk tahun tanam 1992-1995

pertumbuhan alang-alang sudah jarang. Pertumbuhan alang-alang hanya pada

bagian yang masih cukup cahaya masuk ke kebun.

38

Ketika kegiatan magang dilaksanakan, penulis melakukan pengendalian

alang-alang dalam pekerjaan pengendalian piringan dan TPH secara kimia. Cara

yang digunakan untuk melakukan pengendalian alang-alang adalah dengan cara

melakukan penyemprotan terhadap alang-alang dari jarak dekat. Penyemprotan

dilakukan pada seluruh bagian alang-alang. Penyemprotan terhadap alang-alang

dilakukan sampai semua bagian dari alang-alang tersebut basah. Target 2009/2010

pengendalian alang-alang untuk tenaga kerja 0.17 HK/ha dan herbisida Audit

0.04 l/ha.

Pengendalian Gulma secara Mekanis

Pelaksanaan Pengendalian Gulma secara Mekanis. Pengendalian

gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan parang dan cados. Tenaga

kerja yang digunakan adalah tenaga kerja BHL yang merupakan penduduk di

sekitar kebun. Tenaga kerja BHL dijemput dan diantar pulang oleh mobil

perusahaan. Sebelum bekerja mandor dan ketua rombongan BHL melakukan

pembagian kerja terhadap pekerja. Kemudian masing-masing tenaga BHL masuk

ke gawangan yang telah dibagi.

Pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput hanya dilakukan

oleh satu orang pekerja. Tenaga kerja yang digunakan merupakan yang biasa

melakukan pemotongan rumput di kebun. Tenaga kerja tersebut berpindah dari

satu TPH ke TPH yang lainnya dengan menggunakan sepeda motor. Pengendalian

gulma dengan menggunakan mesin pemotong rumput hanya dilakukan di Divisi I.

Hal tersebut dilakukan karena masih dalam tahap percobaan untuk mengetahui

pengaruh terhadap kotoran yang terbawa ke pabrik.

Target dan Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada

Gawangan. Program pengendalian gulma pada gawangan secara manual

sekaligus melakukan pengendalian gulma secara manual pada piringan, TPH, dan

pasar rintis. Rotasi dari pengendalian gulma pada gawangan adalah 1 kali dalam

1 tahun. Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan untuk mengendalikan

jenis gulma berkayu.

39

Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan untuk megurangi

kehilangan unsur hara dan memperlancar pekerjaan kebun. Gulma yang tumbuh

pada daerah gawangan akan mengganggu pergerakan dari tenaga kerja. Kegiatan

kebun yang akan sangat terganggu dengan banyaknya gulma berkayu adalah

kegiatan panen. Karena pergerakan tenaga panen membawa egrek dan angkong.

Jenis gulma yang dominan dikendaliakan secara manual di Sekunyir Estate

adalah Ficus sp, Anakan sawit, Clibadium surinamense, Melastoma

malabathricum, Chromolaena odorata, dan Lantana camara. Ficus sp merupakan

jenis gulma berkayu yang tumbuh lebih dominan dibandingkan dengan jenis

gulma berkayu lainnya di Sekunyir Estate. Jenis gulma ini tumbuh dominan pada

daerah yang terbuka dan dekat aliran air. Alat yang digunakan untuk

mengendalikan gulma tersebut adalah cados dan parang. Parang digunakan untuk

memotong gulma dan cados untuk membongkar akar gulma.

Standard operational procedur (SOP) dalam pengendalian gulma dengan

manual adalah gulma harus dipotong, kemudian akarnya dibongkar. Untuk jenis

gulma anakan sawit setelah dicabuti harus dikumpulkan kemudian diikat pada

kayu yang ditancapkan di tanah agar tidak tumbuh kembali. Gulma yang tumbuh

dekat jalan dapat dilempar ke collection road agar gulma tidak tumbuh kembali di

kebun.

Prakteknya masih ada tenaga kerja yang tidak melaksanakan hal tersebut.

Sehingga gulma dapat tumbuh kembali di kebun, karena gulma dibuang di kebun.

Tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan pengendalian gulma adalah tenaga

kerja BHL yang sebagian besar perempuan. Tenaga BHL yang digunakan adalah

penduduk yang berasal dari sekitar kebun.

Kualitas pekerjaan tenaga kerja BHL berbeda dengan karyawan kebun.

Ada beberapa tenaga BHL yang susah diatur sehingga akan mengakibatkan hasil

kerja kurang optimal. Selain itu penekanan dan pengawasan kerja yang masih

kurang akan membuat hasil kerja kurang maksimal. Seharusnya penekanan

terhadap tenaga kerja dalam pengendalian gulma secara manual pada gawangan

harus lebih ditingkatkan lagi. Penulis melakukan pengendalian gulma gawangan

manual sebanyak 1 kali dengan prestasi kerja 0.5 ha, sedangkan basisnya adalah

1 ha.

40

Target 2009/2010 pengendalian gulma manual pada gawangan untuk

penggunaan tenaga kerja 1 HK/ha. Sedangkan realisasi rata-ratanya adalah 1.89

HK/ha seperti ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan

No Blok Luas Total (ha) Luas Realisasi (ha) Tenaga Kerja (HK) HK/Ha 1 B006 86.99 43.50 76 1.75 2 B007 82.09 41.04 71 1.73 3 B008 82.09 11.04 25 2.26 4 E009 99.29 36.53 78 2.14 5 A009 97.45 48.60 85 1.75 6 A010 90.72 44.87 85 1.89 7 A011 92.04 45.73 95 2.08 8 A006 69.70 34.85 61 1.75 9 A007 96.89 48.45 69 1.42

10 A008 86.52 43.26 65 1.50 11 B003 95.12 50.56 92 1.82 12 B004 82.25 41.12 67 1.63 13 B005 78.01 36.05 64 1.78 14 F004 35.55 11.34 27 2.38 15 E004 44.83 6.50 13 2.00 16 E005 75.24 42.74 90 2.11 17 E006 42.34 21.00 42 2.00 18 E007 92.12 50.02 98 1.96 19 E008 85.25 43.47 78 1.79 20 E009 99.29 13.50 27 2.00

Rata-rata 1.89 Sumber : Kantor Divisi III Sekunyir Estate (2010)

Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin

Pemotong Rumput. Pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong

rumput bertujuan agar kotoran yang menempel pada buah yang dikumpulkan di

TPH dapat dikurangi. Sehingga kotoran yang terangkut ke pabrik jumlahnya dapat

diturunkan. Kotoran yang menempel pada buah di TPH berupa pasir, tanah, dan

kerikil. Kotoran yang terangkut ke pabrik akan mempengaruhi kualitas CPO yang

dihasilkan. Pertumbuhan rumput pada tempat pengumpulan hasil kurang merata.

Hal tersebut diakibatkan oleh penutupan kanopi tanaman kelapa sawit, sehingga

pencahayaan kurang.

41

Rotasi dari pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong

rumput adalah 6 kali dalam 1 tahun. Mesin pemotong rumput menggunakan oli

dan bensin dengan perbandingan 0.2:20. Penggunaan mesin pemotong rumput

untuk mengendalikan gulma pada TPH hanya dilakukan di Divisi I. Hal tersebut

dilakukan karena masih dalam tahap percobaan.

Target 2009/2010 pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong

rumput untuk penggunaan tenaga kerja adalah 0.03 HK/ha, bensin 0.083 l/ha, oli

0.003 l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 0.031

HK/ha, bensin 0.055 l/ha, dan oli 0.002 l/ha seperti ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong Rumput

No Blok HK Output TPH

Luas (ha) HK/ha Bensin

(l) Bensin (l/ha) Oli (l) Oli (l/ha)

1 B002 1 56 40.00 0.025 1.920 0.048 0.080 0.002 2 C004 1 43 30.71 0.033 1.440 0.047 0.060 0.002 3 B001 1 46 32.86 0.030 1.920 0.058 0.080 0.002 4 C003 1 51 36.43 0.027 2.400 0.066 0.100 0.003 5 C002 1 49 35.00 0.029 1.920 0.055 0.080 0.002 6 D001 1 46 32.86 0.030 1.920 0.058 0.080 0.002 7 D002 1 37 26.43 0.038 1.440 0.054 0.060 0.002

Rata-rata 0.031 0.055 0.002 Sumber : Kantor Divisi I Sekunyir Estate (2010)

Rekapitulasi Target dan Realisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate

Pengendalian Gulma secara Kimia. Pada program piringan dan TPH

realisasi pemakaian herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target yang ditetapkan,

dimana targetnya 0.20 l/ha sedangkan realisasinya 0.17 l/ha. Realisasi pemakaian

herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target yang ditetapkan, dimana

targetnya 0.0325 l/ha sedangkan realisasinya 0.0480 l/ha. Realisasi pemakaian

tenaga kerjanya lebih rendah 10 % dari target yang ditetapkan, targetnya 0.20

HK/ha sedangkan realisasinya 0.18 HK/ha.

Realisasi pemakaian herbisida Starane pada program gawangan dan pasar

rintis lebih rendah 28.9 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.045 l/ha

sedangkan realisasinya 0.032 l/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerjanya lebih

rendah 33.3 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.3 HK/ha sedangkan

realisasinya 0.2 HK/ha. Selama kegiatan magang dilaksanakan tidak ada program

42

pengendalian alang-alang secara khusus. Rekapitulasi target dan realisasi

pemakaian herbisida pada pengendalian gulma secara kimia ditampilkan pada

Gambar 4. Rekapitulasi target dan realisasi pemakaian tenaga kerja pada

pengendalian gulma secara kimia ditampilkan pada Gambar 5.

Pengendalian Gulma seacara Mekanis. Realisasi pemakaian tenaga

kerja pada pengendalian gulma secara manual di gawangan lebih tinggi 89 % dari

target yang ditetapkan, dimana targetnya 1 HK/ha sedangkan realisasinya 1.89

HK/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma di TPH

dengan mesin pemotong rumput lebih tinggi 5 % dari target yang ditetapkan,

dimana targetnya 0.030 HK/ha sedangkan realisasinya 0.031 HK/ha. Realisasi

pemakaian oli dan bensin pada pengendalian gulma di TPH dengan mesin

pemotong rumput lebih rendah 33.3 % untuk oli dan 30.7 % untuk bensin dari

target yang ditetapkan, dimana target pemakaian oli 0.003 l/ha dan bensin 0.083

l/ha sedangkan realisasi pemakaian oli 0.002 l/ha dan oli 0.055 l/ha. Rekapitulasi

target dan realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma secara

mekanis ditampilkan pada Gambar 6. Target dan realisasi pemakaian oli dan

bensin pada pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput ditampilkan

pada Gambar 7.

Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di

Gawangan secara Manual dan Kimia. Pemakaian herbisida pada pengendalian

gulma di gawangan mampu menghemat pemakain tenaga kerja. Hal tersebut dapat

dilihat dengan membandingkan realisasi pemakaian tenaga kerja pada program

pengendalian gulma dengan manual pada gawangan dan program pengendalian

gulma secara kimia pada gawangan. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada

program pengendalian gulma manual 1.89 HK/ha, sedangkan realisasi pemakaian

tenaga kerja pada program pengendalian gawangan secara kimia 0.2 HK/ha.

Penggunaan herbisida pada pengendalian gulma di gawangan mampu menghemat

89.4 % dari pemakaian tenaga kerja. Perbandingan pemakaian tenaga kerja pada

pengendalian gulma di gawangan secara manual dan kimia ditampilkan pada

Gambar 8.

43

Gambar 4. Rekapitulasi Target dan Realisasi Pemakaian Herbisida pada

Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate

Gambar 5. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma

secara Kimia di Sekunyir Estate

0.20

0.0325 0.045 0.04

0.17

0.0480 0.032

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

Audit Starane Starane Audit

Piringan dan TPH Gawangan dan pasar Rintis

Alang-alang

l/ha

Target

Realisasi

0.20

0.3

0.170.18 0.2

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

Piringan dan TPH Gawangan dan pasar rintis

Alang-alang

HK

Target

Realisasi

Selisih (%) 15 47.7 28.9 0

Selisih (%) 10 33.3 0

44

Selisih (%) 89 5

Gambar 6. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma

secara Mekanis di Sekunyir Estate

Gambar 7. Rekapitulasi Pemakaian Bensin dan Oli pada Pengendalian Gulma

dengan Mesin Pemotong Rumput pada TPH

1.00

0.030

1.89

0.031

0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00

Manual Mesin pemotong rumput

HK/ha

Target

Realisasi

0.003

0.083

0.002

0.055

0.0000.0100.0200.0300.0400.0500.0600.0700.0800.090

Oli Bensin

l/ha

Target

Realisasi

Selisih (%) 33.3 30.7

45

Selisih (%) 89.4

Gambar 8. Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di

Gawangan secara Manual dan Kimia

Analisis Vegetasi

Gulma yang Tumbuh Dominan. Komposisi jenis gulma yang tumbuh

dominan di Sekunyir Estate berbeda berdasarkan tahun tanamnya. Perbedaan

komposisi gulma yang tumbuh dominan terjadi antara gulma rumput dan gulma

berdaun lebar. Perbedaan tersebut disebabkan perubahan penutupan kanopi

pelepah kelapa sawit, sehingga intensitas cahaya yang masuk berbeda. Gulma

semusim tumbuh dominan pada kebun kelapa sawit yang baru ditanam,

sedangkan gulma tahunan tumbuh dominan pada kebun kelapa sawit yang telah

lama ditanam.

Gulma yang tumbuh dominan pada areal yang kanopinya tertutup

merupakan gulma rumput. Gulma rumput yang tumbuh dominan adalah

Centotheca lappacea dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) tertinggi

12.06 % pada tahun tanam 1992. Sedangkan gulma yang tumbuh dominan pada

areal yang kanopinya terbuka merupakan gulma berdaun lebar. Gulma berdaun

lebar yang tumbuh dominan adalah Asystasia intrusa dengan nilai SDR tertinggi

16.36 % pada tahun tanam 2007. Data SDR gulma yang tumbuh dominan di

1.89

0.20

0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00

Manual Kimia

HK/ha

46

Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 11. Data analisis vegetasi gulma secara

keseluruhan ditampilkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Tabel 11. Gulma yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate

No Spesies Tahun Tanam

1992 1993 1994 1995 2005 2007 …….……………………….%............................................

1 Asystasia intrusa 6.55*) 6.93*) 8.70*) 9.39*) 14.83*) 16.36*) 2 Ageratum conyzoides 5.53*) 5.70*) 8.06*) 7.75*) 10.17*) 10.66*) 3 Centotheca lappacea 12.06*) 11.59*) 11.27*) 10.31*) 0.74 0.77 4 Borreria alata 5.39*) 5.58*) 5.26*) 4.70 8.84*) 9.09*) 5 Axonopus compressus 10.61*) 8.09*) 8.81*) 8.42*) 1.84 0.94 6 Cyrtococcum acrescens 8.98*) 8.19*) 9.97*) 8.04*) 0.70 0.99 7 Lygodium sp 4.97 4.24 1.20 1.22 - - 8 Phyllanthus niruri 1.15 1.65 1.51 1.37 4.33 7.19*) 9 Emilia sonchifolia 0.76 1.91 1.25 0.32 3.88 7.39*)

10 Pasapalum commersonii 0.99 1.82 1.48 2.84 3.22 2.96 11 Digitaria adscendens 0.84 0.63 0.38 0.58 5.28*) 5.26*)

Keterangan: *) Tergolong Gulma Dominan pada Tahun Tanam Tersebut

Gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate digolongkan menjadi

gulma berdaun lebar dan gulma rumput. Gulma berdaun lebar tumbuh dominan

pada areal yang terbuka yang merupakan areal yang baru ditanami. Gulma rumput

tumbuh dominan pada areal yang ternaungi yang merupakan areal yang telah lama

ditanami. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah

Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Boreria allata, Emilia sonchifolia, dan

Phyllanthus niruri. Gulma berdaun lebar tumbuh dominan pada tahun tanam

kelapa sawit 2005 dan 2007. Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, dan Boreria

allata tergolong gulma dominan pada tahun tanam kelapa sawit 1992 – 1995,

sedangkan Phyllanthus niruri dan Emilia sonchifolia hanya tumbuh dominan pada

tahun tanam kelapa sawit 2005 dan 2007. Gulma berdaun lebar yang tumbuh

dominan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 9.

Gulma rumput yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah

Centotheca lappacea, Axonopus compressus, Cyrtococcum acrescens, dan

Digitaria adscendens. Gulma rumput tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa

sawit 1992 - 1995. Centotheca lappacea, Axonopus compressus, dan Cyrtococcum

acrescens tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit 1992 - 1995,

sedangkan Digitaria adscendens tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit

47

2005 dan 2007. Gulma rumput yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate

ditampilkan pada Gambar 10.

Gambar 9. Gulma Berdaun Lebar yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate

Gambar 10. Gulma Rumput yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1992 1993 1994 1995 2005 2007

SDR (%)

Asystasia intrusa

Ageratum conyzoides

Borreria alata

Emilia sonchifolia

Phyllanthus niruri

0

2

4

6

8

10

12

14

1992 1993 1994 1995 2005 2007

SDR (%)

Centotheca lappacea

Axonopus compressus

Cyrtococcum acrescens

Digitaria adscendens

Tahun Tanam Kelapa Sawit

Tahun Tanam Kelapa Sawit

48

Centotheca lappacea merupakan gulma yang tumbuh dominan pada tahun

tanam 1992 - 1993. Asystasia intrusa dan Centotheca lappacea tumbuh dominan

pada tahun tanam 1994 - 1995. Asystasia intrusa tumbuh dominan pada tahun

tanam 2005 dan 2007. Centotheca lappacea memiliki nilai SDR semakin besar

dengan semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit, sehingga dominansinya

bertambah seiring dengan semakin ternaunginya kebun. Asystasia intrusa

memiliki nilai SDR semakin besar dengan semakin mudanya usia tanaman kelapa

sawit, sehingga dominansinya bertambah seiring dengan semakin mudanya usia

tanaman kelapa sawit. Sebaran gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate

ditampilkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Sebaran Gulma Dominan di Sekunyir Estate

Keterangan : A : Tahun Tanam 1992, B : Tahun Tanam 1993, C : Tahun Tanam 1994,

D : Tahun Tanam 1995, E : Tahun Tanam 2005, F : Tahun Tanam 2007

Gulma Asystasia intrusa Centotheca lappacea Warna

SDR (%) 16.36 14.83 9.39 8.70 12.06 11.59 11.27 10.31

A

A

A

A

A

A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

17 18 19 20 21

F

E

D

C

B

A

A A

A

A

A

A

A

A A

A

A

A

A A A A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A A

A A A

A

A

B

A

B

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

B

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

B

B

E F

D D D D D C C C C C C CD

Nomor Blok

Blok

49

Pengamatan Asystasia intrusa (BI.)

Asystasia intrusa sering dinamakan dengan rumput johor barat, rumput

israel, dan rumput syaitan. Asystasia intrusa diintroduksi ke Malaysia sejak tahun

1876 sampai dengan tahun 1950-an. Pada awalnya Asystasia intrusa dianggap

rumput yang tidak berbahaya. Asystasia intrusa menjadi masalah yang serius di

areal perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Sumatra sejak tahun 1970-an.

Asystasia intrusa dapat dijumpai sampai dengan ketinggian 500 m di atas

permukaan laut.

Asystasia intrusa merupakan gulma yang berbatang lunak, tingginya dapat

mencapai 1.5 m. Letak daun berpasangan, berbentuk lonjong, dan ujungnya

runcing. Ukuran daun bervariasi mulai dari 65 x 26 mm2 sampai 152 x 76 mm2.

Tangkai daun berbentuk bulat dengan panjang sekitar 50 mm. Malai bunga

tumbuh pada pucuk batang, tidak bercabang, dengan panjang 25-50 mm.

Bunganya berukuran kecil berwarna putih dengan pola kebiruan. Asystasia intrusa

dapat dikendalikan secara manual dengan cara didongkel dan dilanjutkan dengan

pembakaran gulma.

Penulis mengamati kematian dan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa

pada piringan setelah penyemprotan dengan herbisida campuran Audit dan

Starane. Pengamatan dilakukan pada dua rintis piringan berbeda yang kanopinya

terbuka. Konsentrasi masing-masing herbisida adalah 0.8 % Audit dan 0.2 %

Starane. Knapsack sprayer yang digunakan untuk kegiatan penyemprotan adalah

jenis Inter dengan volume 16 l. Nozel yang digunakan adalah full cone jenis VLV

(very low volume) dengan volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m.

Asystasia intrusa mati setelah 7 hari dari kegiatan penyemprotan.

Asystasia intrusa tumbuh dominan kembali setelah 4 MSA (minggu setelah

aplikasi) penyemprotan. Pada pengamatan 6 MSA (minggu setelah aplikasi)

gulma Cleome rutidosperma tumbuh dominan bersama Asystasia intrusa.

Tumbuhnya gulma Cleome rutidosperma diakibatkan oleh keadaan lingkungan

yang sesuai bagi pertumbuhan biji Cleome rutidosperma yang dorman di dalam

tanah. Pengamatan kematian dan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa

ditampilkan pada Gambar 12 dan Tabel 12.

50

Gambar 12. Kematian dan Pertumbuhan Kembali Asystasia intrusa

Hari 1 Hari 2 Hari 3

Hari 4 Hari 5 Hari 6

Hari 7 4 MSA 6 MSA

50

51

Tabel 12. Pengamatan Kematian Asystasia intrusa

Ulangan Ciri Fisik Hari ke-1 % Hari ke-2 % Hari ke-3 % Hari ke-4 % Hari ke-5 % Hari ke-6 % Hari ke-7 %

U1

Kesegaran Segar 100 Segar 30 Layu 40 Layu 30 Layu 5 Mengkerut 100 Mengkerut 100

Layu 70 Mengkerut 60 Mengkerut 70 Mengkerut 95

Warna

Hijau 100 Hijau 75 Hijau 20 Hijau 10 Hijau 5 Hitam 90 Hitam 100

Kuning 25 Kuning 80 Kuning 85 Kuning 20 Kuning 10

Hitam 5 Hitam 75

U2

Kesegaran Segar 100 Segar 20 Layu 45 Layu 20 Mengkerut 90 Mengkerut 95 Mengkerut 100

Layu 80 Mengkerut 55 Mengkerut 80 Layu 10 Layu 5

Warna

Hijau 100 Hijau 90 Hijau 45 Hijau 20 Hijau 5 Hitam 95 Hitam 100

Kuning 10 Kuning 50 Kuning 70 Kuning 40 Kuning 5

Hitam 5 Hitam 10 Hitam 55

51

PEMBAHASAN

Pengendalian gulma di Sekunyir Estate pada umumnya telah dilaksanakan

dengan baik. Rekapitulasi pengendalian gulma di Sekunyir Estate ditampilkan

pada Tabel 13.

Tabel 13. Rekapitulasi Sistem Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

No Tindakan Penilaian

Selalu Sering Jarang Tidak 1 Pengendalian gulma a. Pengorganisasian X b. Pelaksanaan pekerjaan X

2 Analisis target dan realisasi pada pengendalian gulma secara kimia

a. Pengendalian gulma pada piringan dan TPH X

b. Pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis X

c. Pengendalian alang-alang X

3 Analisis target dan realisasi pada pengendalian gulma secara mekanis

a. Pengendalian gulma dengan manual pada gawangan X

b. Pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput pada TPH X

4 Analisis Vegetasi X 5 Pengamatan Asystasia intrusa X

Pengorganisasian pengendalian gulma secara kimia dan mekanis telah

terbentuk dengan baik, dimana telah dibuat pembagian tugas dan wewenang mulai

dari manajer sampai dengan karyawan. Pihak yang terlibat telah melaksanakan

tugas dan wewenangnya dengan baik. Sehingga pelaksanaan pengendalian gulma

berjalan baik.

Target pengendalian gulma secara kimia pada TPH dan piringan sering

berbeda dengan realisasinya yang ditampilkan pada Tabel 7. Realisasi pemakaian

tenaga kerja lebih rendah 10 % dari target. Hal tersebut diakibatkan areal

Sekunyir Estate yang datar sehingga memudahkan pergerakan tenaga kerja.

53

Realisasi penggunaan herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target,

sedangkan penggunaan herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target. Hal

tersebut diakibatkan oleh perubahan konsentrasi herbisida Audit dan starane

dalam herbisida campuran. Gulma berdaun lebar khususnya Asystasia intrusa,

Ageratum conyzoides, dan Borreria alata menjadi lebih tahan terhadap

konsentrasi herbisida Starane yang telah ditetapkan karena penggunaan herbisida

yang sama secara terus menerus, sedangkan gulma memiliki gen ketahanan. Akan

tetapi gulma berdaun sempit khususnya Centotheca lappacea, Axonopus

compressus, dan Cyrtococcum acrescens dapat mati dengan konsentrasi herbisida

Audit lebih rendah dari yang ditetapkan. Sehingga mandor menaikan konsentrasi

herbisida Starane 0.04 % - 0.09 % dan menurunkan konsentrasi herbisida Audit

0.15 % - 0.2 %.

Target pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis secara kimia

sering berbeda dengan realisasinya seperti yang ditampilkan pada Tabel 8.

Realisasi pemakaian herbisida Starane lebih rendah 28.9 % dari target. Hal

tersebut diakibatkan sasaran pengendalian gulma tersebut adalah gulma berdaun

lebar khususnya Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, dan Borreria alata.

Sehingga pengendalian gulma yang dilakukan adalah spot weeding. Kanopi

kelapa sawit yang semakin tertutup menyebabkan kerapatan gulma berdaun lebar

semakin rendah. Realisasi penggunaan tenaga kerja lebih rendah 33.3 % dari

target. Hal tersebut diakibatkan oleh areal Sekunyir Estate yang datar serta gulma

yang tumbuh sedikit sehingga memudahkan dan mempercepat pergerakan tenaga

kerja.

Realisasi pengendalian alang-alang secara kimia tidak sesuai dengan target

yang telah ditetapkan. Hal tersebut diakibatkan karena tidak ada pengendalian

alang-alang secara khusus. Pertumbuhan alang-alang di Sekunyir Estate sedikit,

karena kanopi tanaman kelapa sawit semakin rapat.

Target pengendalian gulma pada gawangan secara manual jarang sesuai

dengan realisasinya yang ditampilkan pada Tabel 9. Realisasi pemakaian tenaga

kerja lebih besar 89 % dari target. Hal tersebut diakibatkan oleh gulma berkayu

khususnya Ficus sp yang telah tumbuh besar karena telat dalam melakukan

pengendalian gulma. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar merupakan

54

tenaga kerja perempuan yang tenaganya terbatas. Sehingga luas areal yang

mampu dikerjakan oleh pekerja lebih kecil dari target yang telah ditetapkan.

Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma gawangan

secara kimia lebih kecil 89.4 % daripada secara manual, dimana pengendalian

gulma pada gawangan secara kimia adalah 0.2 HK/ha sedangkan secara manual

1.89 HK/ha.

Target pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong rumput

sering berbeda dengan realisasinya seperti yang ditampilkan pada Tabel 10.

Realisasi pemakaian tenaga kerja lebih besar 5 % dari target. Hal tersebut

diakibatkan karena jarak antar TPH yang berjauhan sehingga memerlukan waktu

untuk berpindah tempat. Realisasi penggunaan bensin dan oli lebih rendah dari

target 33.7 % untuk bensin dan 33.3 % untuk oli. Hal tersebut diakibatkan rumput

yang tumbuh pada TPH tidak merata dan gundul akibat ternaungi oleh pelepah,

sehingga areal yang dipotong rumputnya sedikit.

Sekunyir Estate tidak melakukan analisis vegetasi untuk mengetahui

gulma yang tumbuh dominan pada setiap tahun tanamnya. Berdasarkan Tabel 11

menunjukan bahwa komposisi gulma yang tumbuh dominan pada setiap tahun

tanamnya mengalami perubahan. Gulma yang tumbuh dominan pada tahun tanam

1995 - 1992 (TM 15 - 18) adalah Centotheca lappacea, Cyrtococcum acrescens,

Axonopus compressus, Ageratum conyzoides, Asystasia intrusa, dan Borreria

alata. Sedangkan gulma yang tumbuh dominan pada tahun tanam 2005 (TM 5)

dan 2007 (TBM 3) adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria

alata, Phyllathus niruri, Emilia sonchifolia, dan Digitaria adscendens.

Centotheca lappacea merupakan gulma yang tumbuh dominan pada tahun

tanam 1995 - 1992 (TM 15 - 18) dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR)

tertinggi 12.06 % pada tahun tanam 1992 (TM 18). Hal tersebut diakibatkan

Centotheca lappacea tergolong tumbuhan C3 yang resisten terhadap naungan.

Menurut Soerjandono (2004) jenis gulma berdaun sempit memiliki perakaran

yang melekat kuat pada tanah dan sangat kompetitif dan efisien dalam menyerap

unsur hara dibandingkan jenis gulma berdaun lebar. Asystasia intrusa merupakan

gulma yang tumbuh dominan pada tahun tanam 2007 (TBM 3) dan 2005 (TM 5)

dengan nilai SDR tertinggi 16.36 % pada tahun tanam 2007 (TBM 3).

55

Menurut Prawirosukarto et al. (2005) Asystasia intrusa pada areal yang

terbuka akan lebih banyak menghasilkan organ generatif, sedangkan pada areal

yang ternaung lebih banyak menghasilkan organ vegetatif. Asystasia intrusa

berkembang biak melalui biji dan tunas pada ruas batang. Menurut Lee (1984)

Asystasia intrusa tergolong jenis gulma jahat (noxius weed) karena sekalinya

populasi terbangun pada suatu lokasi akan sulit dikendalikan karena

kemampuannya menghasilkan biji dalam jumlah banyak.

Jenis gulma rumput dominansinya semakin bertambah seiring dengan

semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit, sedangkan gulma berdaun

lebar dominansinya semakin bertambah seiring dengan semakin mudanya usia

tanaman kelapa sawit. Pemakaian herbisida harus disesuaikan dengan dominansi

gulma yang tumbuh dominan. Herbisida Audit dosis untuk setiap hektarnya harus

meningkat seiring dengan semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit,

sedangkan herbisida Starane dosis untuk setiap hektarnya bertambah seiring

dengan semakin mudanya usia tanaman kelapa sawit.

Sekunyir Estate masih jarang dalam melakukan pengamatan terhadap

Asystasia intrusa. Asystasia intrusa mati setelah 1 MSA (minggu setelah aplikasi)

penyemprotan herbisida Audit dan Starane. Sekunyir Estate melakukan

pengendalian Asystasia intrusa pada fase generatif setelah terbentuknya biji. Biji

Asystasia intrusa yang telah terjatuh ke tanah akan tumbuh kembali setelah 4

MSA yang merupakan new growth, sehingga perkembangbiakan Asystasia intrusa

tinggi kembali. Menurut Prawirosukarto et al. (2005) biji Asystasia intrusa

mampu tumbuh dalam waktu 30 hari dengan viabilitas 85 %. Sedangkan tunas

pada ruas batang akan mampu tumbuh setelah tunas tersebut menyentuh tanah.

Pertumbuhan kembali Asystasia intrusa diikuti oleh gulma Cleome

rutidosperma. Menurut Nurjannah (2003) setelah aplikasi herbisida dapat terjadi

pergeseran gulma yang tumbuh. Hal tersebut diakibatkan dari biji gulma yang

dorman di dalam tanah yang akan tumbuh ketika lingkungannya sesuai. Ketika

Asystasia intrusa mati semua maka sinar matahari yang masuk ke tanah

intensitasnya akan meningkat. Sehingga dapat mengakibatkan biji yang dorman

dapat tumbuh. Sehingga merubah status Asystasia intrusa dari noxious weeds

menjadi soft weeds.

56

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perbedaan tahun tanam kelapa sawit menyebabkan perbedaan dominansi

gulma yang tumbuh dominan karena berbedanya tingkat naungan. Gulma yang

tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami merupakan

jenis gulma berdaun lebar, sedangkan pada perkebunan kelapa sawit yang telah

lama ditanami merupakan jenis gulma rumput.

Jenis gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Asystasia

intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Centotheca lapacea, Cyrtococcum

acrescens, Axonopus compressus, Phyllanthus niruri, Emilia sonchifolia, dan

Digitaria adscendens. Jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa

sawit yang baru ditanami adalah Asystasia intrusa dengan nilai SDR tertinggi

16.36 % pada tahun tanam 2007 (TBM 3). Sedangkan jenis gulma yang tumbuh

dominan pada perkebunan kelapa sawit yang telah lama ditanmi adalah

Centotheca lappacea dengan nilai SDR tertinggi 12.06 % pada tahun tanam 1992

(TM 18). Berbedanya jenis gulma yang tumbuh dominan, maka harus dilakukan

pengaturan penggunaan herbisida dan tidak menggunakan herbisida yang tetap.

Pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan TPH menunjukan

realisasi pemakaian tenaga kerja lebih kecil 10 % dari target. Realisasi pemakaian

herbisida Audit lebih kecil 15 % dari target, sedangkan realisasi pemakaian

herbisida Starane lebih besar 47.7 % dari target yang ditetapkan. Realisasi

pemakaian tenaga kerja pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan

pasar rintis lebih rendah 33.3 % dari target. Sedangkan pemakaian herbisida

Starane lebih rendah 28.9 % dari target yang ditetapkan.

Realisasi pemakaian tenaga kerja yang digunakan pada pengendalian

gulma secara manual pada gawangan lebih tinggi 89 % dari target. Pengendalian

gulma pada TPH dengan mesin potong rumput terdiri dari biaya tenaga kerja dan

bahan. Realisasi pemakaian tenaga kerja yang dikeluarkan lebih tinggi 5 % dari

target yang ditetapkan. Realisasi pemakaian oli dan bensin lebih rendah dari target

33.7 % untuk bensin dan 33. 3 % untuk oli. Penggunaan biaya tenaga kerja

57

pengendalian gulma secara kimia mampu menghemat 89.4 % daripada

pengendalian gulma secara manual.

Ketersediaan tenaga kerja yang kurang menyebabkan seringnya tenaga

kerja semprot dialihkan untuk melakukan pekerjaan yang lainnya, sehingga

realisasi luas areal yang dikerjakan tidak sesuai dengan luas total yang

direncanakan. Hal tersebut dapat mengakibatkan keterlambatan rotasi kegiatan

penyemprotan yang menyebabkan gulma telah tumbuh lebat, sehingga dosis untuk

setiap hektarnya bisa lebih tinggi.

Saran

Target pengendalian gulma secara kimia sebaiknya dibedakan untuk setiap

tahun tanamnya. Menurut Purba (2009) penutupan kanopi tanaman akan

mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk, sehingga akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan gulma yang tumbuh. Sehingga dosis herbisida

setiap hektarnya akan berbeda.

Pengendalian gulma dengan manual sebaiknya menggunakan tenaga kerja

laki-laki. Hal tersebut diakibatkan oleh gulma Ficus sp yang telah tumbuh tinggi

dan besar. Karena membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk mengendalikan

gulma tersebut. Pengawasan dalam pengendalian gulma dengan manual harus

ditingkatkan lagi untuk meningkatkan kinerja pekerja.

Tempat pengumpulan hasil (TPH) yang dikendalikan dengan mesin

pemotong rumput harus memperhatikan pertumbuhan rumput di TPH.

Pertumbuhan rumput pada areal TPH tidak merata karena pengaruh kanopi yang

menaungi. Sehingga pelepah yang menaungi TPH harus dipotong. Hal tersebut

dilakukan agar intensitas cahaya yang masuk dan pertumbuhan rumput baik

sehingga kotoran yang menempel pada buah sedikit.

Pemakaian dosis herbisida Audit harus lebih tinggi seiring dengan

semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit, sedangkan pemakaian dosis

herbisida Starane harus bertambah seiring dengan semakin mudanya usia tanaman

kelapa sawit. Aplikasi herbisida untuk mengendalikan Asystasia intrusa sebaiknya

dilakukan sebelum memasuki fase generatif terutama fase terbentuknya biji.

DAFTAR PUSTAKA

Aldrich, R.J. 1984. Weed Crop Ecology – Principles In Weed Management. Breton Publishers. California. 465 p.

Armi, S.B.P. 2006. Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guneensis Jacq.) Kawan Batu Estate , PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 91 hal.

Ashton, F.M., and Monaco, T.J. 1991. Weed Science Principles and Practices. John Wiley and Sons Inc. New York. 357 p.

Kusnanto, U. 1991. Pengendalian gulma secara manual dan kimiawi di

perkebunan kelapa sawit: studi tentang efikasi, frekuensi aplikasi dan analisis biaya. Bul. Perkebunan 22:163-182.

Lee, S. A. 1984. Control of Asystasia Intrusa (BI). In pineaple with emphasis on new techniques. Paper presented at the Seminar and Discussion on the weed Asystasia, West Johore Agric. Dev. Project, Pontian. 16 p.

Liebman, M., Mohler, C.L., and Staver C.P. 2001. Ecological Mangement of Agricultural Weeds. Cambridge University Press. Cambridge. 532 p.

Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jack) di Indonesia. Pusat Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. 362 hal.

Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.

Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers. Jakarta. 122 hal.

Nurjannah, U. 2003. Pengaruh dosis herbisida glifosat dan 2,4-D terhadap pergeseran gulma dan tanaman kedelai tanpa olah tanah. Jur. Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 5:27-33.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.

Prawirosukarto, S., Syamsuddin, E., Darmosarkoro, W., dan Purba, A. 2005. Tanaman Penutup Tanah dan Gulma pada Kebun Kelapa Sawit. PPKS. Medan. 74 hal.

Purba, E. 2009. Keanekargaman herbisida dalam pengendalian gulma mengatasi populasi gulma resisten dan toleran herbisida. http://www.google.com. [20 November 2009].

59

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 85 hal.

Soerjandono, B.N. dan Noerizal. 2004. Teknik pelaksanaan percobaan pengaruh aplikasi pupuk N terhadap populasi tiga jenis gulma. Bul. Teknik Pertanian. 9:76-78.

Syamsuddin, E., dan Hutauruk, C.H. 1999. Pengendalian gulma dengan herbisida pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan. Jur. PPKS. 09:1-3.

Syamsuddin, E., dan Hutauruk, C.H. 1999. Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit menghasilkan. Jur. PPKS. 10:1-3.

Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo (eds.). 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia. Jakarta. 210 hal.

Tobing, T.L., dan Hutauruk, C.H. 1999. Identifikasi jenis gulma pada tanaman kelapa sawit. Jur. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 08:1-2.

LAMPIRAN

61

Lampiran 1. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Dominan di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

No Spesies Tahun Tanam

1992 1993 1994 1995 2005 2007 ………………………….%............................................

1 Centotheca lappacea 12.06 11.59 11.27 10.31 - - 2 Axonopus compressus 10.61 8.09 8.81 8.42 - - 3 Cyrtococcum acrescens 8.98 8.19 9.97 8.04 - - 4 Asystasia intrusa 6.55 6.93 8.70 9.39 14.83 16.36 5 Ageratum conyzoides 5.53 5.70 8.06 7.75 10.17 10.66 6 Borreria alata 5.39 5.58 5.26 - 8.84 9.09 7 Phyllanthus niruri - - - - - 7.19 8 Digitaria adscendens - - - - 5.28 5.26 9 Emilia sonchifolia - - - - - 7.39

Total 49.12 46.08 52.07 43.91 39.12 55.95

Lampiran 2. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Lainnya di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

No Spesies

Tahun Tanam

1992 1993 1994 1995 2005 2007 …………………………%..........................................

1 Lygodium sp 4.97 4.24 1.2 1.22 - - 2 Nephrolepis cordifolia 2.38 1 0.63 0.31 - - 3 Cleome rutidosperma 2.23 1.15 1.67 1.54 1.65 1.3 4 Peperomia pellucida 2.03 1.15 1 1.52 2.05 0.86 5 Heliotropium indicum 1.95 1.43 0.38 - 0.84 0.57 6 Pteris sp 1.65 0.61 0.69 0.38 - - 7 Ottochloa nodosa 1.63 1.34 1.65 1.27 2.11 1.1 8 Croton hirtus 1.6 1.05 0.76 1.55 0.62 1.41 9 Anakan sawit 1.48 0.48 1.68 1.64 1.45 - 10 Elatostema sp 1.46 0.86 0.7 0.52 - - 11 Cyperus iria 1.41 0.94 0.49 1.04 2.85 2.1 12 Ludwigia hyssopifolia 1.36 1.3 1.09 1.05 1.44 3.29 13 Phyllanthus niruri 1.15 1.65 1.51 1.37 4.33 - 14 Eragrotis sp 1.1 - 0.12 - - - 15 Mikania micrantha 1.05 1.53 2.51 3.14 1.86 1.64 16 Paspalum commersonii 0.99 1.82 1.48 2.84 3.22 2.96 17 Psychotria viridiflora 0.99 - 0.56 0.45 - - 18 Ficus sp 0.97 1.1 2.13 2.81 1.28 1.05 19 Eleusine indica 0.96 1.8 0.75 0.72 2.2 2.56 20 Clibadium surinamense 0.94 1.35 1.06 0.33 2.44 0.92 21 Hyptis brevipes 0.87 0.67 0.89 0.24 0.34 - 22 Digitaria adscendens 0.84 0.63 0.38 0.58 - -

62

Lampiran 2 (Lanjutan)

No Spesies Tahun Tanam

1992 1993 1994 1995 2005 2007 …………………………%..........................................

23 Emilia sonchifolia 0.76 1.91 1.25 0.32 3.88 - 24 Passiflora foetida 0.76 0.89 0.58 0.82 1.56 0.64 25 Imperata cylindrica 0.75 1.56 1.41 1.32 2.38 3.45 26 Dicranopteris linearis 0.68 0.94 0.35 0.68 - - 27 Commelina diffusa 0.67 0.63 0.68 0.12 0.72 0.76 28 Borreria laevis 0.65 0.59 0.73 0.81 0.28 - 29 Pennisetum polystachyon 0.63 1.51 1 1.54 4.2 3.35 30 Brachiaria miliformis 0.61 0.21 0.35 0.22 1.37 0.68 31 Chromolaena odorata 0.59 0.86 1.23 1.18 1.04 0.74 32 Cyperus brevifolius 0.58 - 0.22 - - - 33 Scleria sumatrensis 0.57 0.58 1.13 2.01 0.93 0.51 34 Cyperus kyllingia 0.57 0.43 0.22 0.17 - - 35 Paspalum conjugatum 0.56 1.6 1.17 0.26 0.9 1.16 36 Leucas lavandulifolia 0.55 0.42 0.66 1.05 - - 37 Sida rhombifolia 0.54 0.68 0.48 0.31 - 0.57 38 Melastoma malabathricum 0.52 0.55 1.09 1.47 - - 39 Stenochlaena palustris 0.44 0.95 0.9 0.58 0.66 - 40 Euphorbia hirta 0.4 0.59 0.59 0.38 1.07 1.54 41 Chloris barbata 0.39 0.31 0.38 0.33 - - 42 Mimosa pudica 0.37 0.53 0.45 0.99 0.27 0.61 43 Widelia biflora 0.36 0.7 - 0.28 1.08 - 44 Eclipta prostrata 0.35 - 0.33 0.36 - 2.3 45 Hyptis rhomboidea 0.35 0.52 0.34 0.45 0.71 0.62 46 Lantana camara 0.34 0.32 0.18 0.39 - 0.75 47 Ipomoea carica 0.33 0.66 0.34 0.17 0.8 - 48 Erechtites valerianifolia 0.32 0.29 0.34 0.28 - - 49 Macaranga hypoleuca 0.3 0.87 0.5 0.42 - - 50 Dactyloctenium aegyftium 0.29 - - 0.39 - - 51 Brachiaria mutica 0.24 0.65 0.43 0.32 - - 52 Polygala paniculata 0.21 - - - - - 53 Triumpheta rhomboidea 0.2 - 0.24 - - - 54 Vitis japonica 0.19 0.22 0.13 0.48 - - 55 Cynodon dactilon 0.19 0.63 0.59 0.34 1.9 1.18 56 Centella asiatica 0.17 - 0.16 0.31 - - 57 Setaria plicata 0.15 0.4 0.4 0.2 - 0.59 58 Mimosa invisa 0.15 0.22 0.29 0.47 0.77 0.62 59 Clidemia hirta 0.14 1.43 0.54 0.82 0.85 - 60 Bidens biternata 0.12 0.53 0.1 0.3 - -

63

Lampiran 2 (Lanjutan)

No Spesies Tahun Tanam

1992 1993 1994 1995 2005 2007 …………………………%..........................................

61 Davallia trichomanoides 0.12 - 0.23 0.15 - - 62 Asplenium nidus 0.11 0.38 0.2 0.31 - - 63 Hyptis suaveolens 0.11 0.37 0.43 0.4 - - 64 Mimosa pigra 0.11 - 0.16 0.51 0.3 - 65 Spigelia anthelmia 0.1 0.41 0.75 0.35 - - 66 Stachytarpheta indica 0.09 0.5 0.28 0.28 - - 67 Pandanus amaryllifolia 0.08 - - - - - 68 Physalis angulata 0.08 0.21 0.14 0.12 0.29 - 69 Calopogonium mucunoides 0.08 0.65 0.34 0.87 0.45 0.32 70 Cyclosorus aridus - 0.79 - 0.35 - - 71 Andropogon aciculatus - 0.39 - 0.36 - - 72 Phymatosorus scolopendria - 0.35 0.23 0.36 - - 73 Sporobolus berteroanus - 0.33 0.31 0.32 - - 74 Alocasia macrorrhiza - - 0.22 0.16 - - 75 Sacciolepis indica - - 0.31 - - - 76 Amaranthus spinosus - - 0.12 0.24 - - 77 Tetracera scandens - - 0.22 - - - 78 Sporobolus diander - 0.28 0.21 0.18 - - 79 Portulaca oleracea - - 0.3 0.33 - - 80 Trema orientalis - - 0.37 - - - 81 Hedyotis verticillata - - - 0.28 - - 82 Erigeron sumatrensis - - - 0.23 - - 83 Cyperus rotundus - - - 0.22 - - 84 Ischaemum muticum - - - 0.18 - - 85 Fimbristylis miliacea - - - 0.11 - - 86 Melastoma affine - - - - 0.98 0.31 87 Cyperus cyperoides - - - - 0.63 - 88 Celosia spicata - - - - 0.57 - 89 Zyngibera - - - - 0.32 - 90 Echinochloa colonum - - - - - 0.89 91 Centotheca lappacea - - - - 0.74 0.77 92 Axonopus compressus - - - - 1.84 0.94 93 Cyrtococcum acrescens - - - - 0.7 0.99 94 Borreria alata - - - 4.7 - -

Total 50.88 53.92 47.93 56.09 60.88 44.05

64

Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi Jumlah KH yang diawasi (orang) Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam)

15/02/2010 Tiba di Sekunyir Estate (SKE) - - - SKE 16/02/2010 Pengumpulan data sekunder - - 7 Kantor SKE 17/02/2010 Pengumpulan data sekunder - - 7 Kantor SKE 18/02/2010 Pengumpulan data sekunder - - 7 Kantor SKE 19/02/2010 Observasi kebun - - 7 Kebun SKE 20/02/2010 Observasi kebun - - 7 Kebun SKE 22/02/2010 Pendamping mandor semprot 9 54.5 7 Blok B001 23/02/2010 Pendamping mandor semprot 11 62.3 7 Blok B001 24/02/2010 Pendamping mandor semprot 10 49.7 7 Blok B002 25/02/2010 Pendamping mandor semprot 14 71.45 7 Blok C002 27/02/2010 Pendamping mandor semprot 10 49.45 7 Blok C002 1/3/2010 Pendamping mandor semprot 12 55 7 Blok C003 2/3/2010 Pendamping mandor panen 16 61 7 Blok D002 3/3/2010 Pendamping mandor panen 18 75 7 Blok A009 4/3/2010 Pendamping mandor panen 17 71 7 Blok B003 5/3/2010 Pendamping mandor panen 20 78 7 Blok E005 6/3/2010 Pendamping mandor panen 17 74 7 Blok F004 8/3/2010 Pendamping mandor pupuk 10 29 7 Blok C002 9/3/2010 Pendamping mandor pupuk 15 69.1 7 Blok C003 10/3/2010 Pendamping mandor pupuk 18 118.43 7 Blok C004 11/3/2010 Pendamping mandor pupuk 18 114.45 7 Blok C005 12/3/2010 Pendamping mandor pupuk 7 27.2 7 Blok C006 13/03/2010 Pendamping mandor pupuk 6 22 7 Blok C006 15/03/2010 Pendamping mandor gulma manual 37 14.8 7 Blok A010 17/03/2010 Pendamping mandor gulma manual 41 21.73 7 Blok A010 18/03/2010 Pendamping mandor gulma manual 32 17.92 7 Blok A010

64

65

Lampiran 4. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis

Lokasi Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)

Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam)

19/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 293.2 7 Blok C, D, E. F 20/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 302.2 7 Blok D, C, B 22/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 286.47 7 Blok B, C, D 23/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 255.35 7 Blok B, C, E 24/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 261.5 7 Blok A, B, C, F 25/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 288.36 7 Blok A, B, C, F 26/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 270.5 7 Blok C, D, E. F 27/03/2010 Pengecekan hancak dan administrasi 11 285.4 7 Blok A, D, F 29/03/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 30/03/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 31/03/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 1/4/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 3/4/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 5/4/2010 Pembuatan herbarium, administrasi BSS - - 7 Kantor BSS 6/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 10 Blok A 7/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 9 Blok A 8/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 10 Blok A 9/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 8 Blok A 10/4/2010 Pengambilan sampel gulma - - 10 Blok A

65

66

Lampiran 5. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Buruh Harian Lepas (BHL)

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja

Lokasi Penulis Karyawan Standar ..………………Satuan/HK……….……..

12/4/2010 Penyemprotan piringan 3.5 ha 5.5 ha 5 ha Blok E004 13/04/2010 Sensus ulat api 97.45 ha 97.45 ha 97.45 ha A007 14/04/2010 Pengecekan burung hantu dan HPT 7 jam 7 jam 7 jam Blok B005, C001, D001 15/04/2010 Mengutip berondolan 180 kg 205 kg 200 kg Blok E007 16/04/2010 Penguntilan pupuk MOP 800 kg 1600 kg 1500 kg Gudang pupuk 17/04/2010 Aplikasi solid 9 titik 12 titik 10 titik Blok B003 19/04/2010 Perumpukan pelepah 0.5 ha 1 ha 1 ha Blok D006 20/04/2010 Penyemprotan piringan 2.5 ha 5.5 ha 5 ha E007 21/04/2010 Aplikasi janjang kosong 7 jam 7 jam 7 jam Blok A005 22/04/2010 Pemanenan kelapa sawit 10 janjang 85 janjang 63 janjang Blok F003 23/04/2010 Penguntilan pupuk MOP 850 kg 1550 kg 1500 kg Gudang pupuk 24/04/2010 Pelangsiran pupuk 3000 kg 4500 kg 4500 kg Blok D004 26/04/2010 Administrasi gudang 7 jam 7 jam 7 jam Gudang Penyimpanan 27/04/2010 Penyemprotan gawangan kimia 2.5 ha 3.4 ha 3.3 ha Blok F001 28/04/2010 Aplikasi efluent 7 jam 7 jam 7 jam Blok E006 29/04/2010 Pemupukan HGFB 5 ha 8 8 ha Blok A009 30/04/2010 Pemupukan HGFB 5.5 ha 8.5 ha 8 ha Blok A010 1/5/2010 Pengeceran dan pemupukan HGFB 5 ha 8 ha 8 ha Blok A0011 3/5/2010 Penyemprotan piringan kimia 3 ha 5.5 ha 5 ha Blok A010 4/5/2010 Pengendalian gulma gawangan manual 0.5 ha 1 ha 1 ha Blok F002 5/5/2010 Pemanenan tanaman sisipan 25 janjang 145 janjang 130 janjang Blok sisipan

66

67

Lampiran 5 (Lanjutan)

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja

Lokasi Penulis Karyawan Standar ………………..Satuan/HK………………..

6/5/2010 Pemupukan RP dan bongkar pokok 9 jam 9 jam 9 jam Blok A010 dan D009 7/5/2010 Garuk piringan 1.5 ha 1.75 ha 2 ha Blok F002 8/5/2010 Perumpukan pelepah 0.5 ha 0.75 ha 1 ha Blok B005 10/5/2010 Garuk piringan 0.5 ha 1.8 ha 2 ha Blok F004 11/5/2010 Penyemprotan piringan kimia 4 ha 6 ha 5 ha Blok E002 12/5/2010 Pengambilan sampel daun 87 ha 87 ha 87 ha Blok A008 14/5/2010 Transport buah 8 rit 12 rit 12 rit Divisi II

15/05/2010 Perumpukan pelepah 0.75 ha 1 ha 1 ha Blok C001 17/05/2010 Pengambilan sampel daun 69.10 ha 69.10 ha 69.10 ha Blok B001 18/05/2010 Kutip berondolan 205 kg 305 kg 200 kg Blok E005 19/05/2010 Pengambilan sampel buah 10 buah 10 buah 10 buah Blok A005, A006 20/05/2010 Administrasi kantor divisi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Divisi II 21/05/2010 Penyemprotan piringan kimia 4 ha 6 ha 5 ha Blok F005 22/05/2010 Pemanenan tanaman sisipan 30 janjang 105 janjang 130 janjang Blok tanaman sisipan 24/05/2010 Grading buah di pabrik 8 truk 15% Truk 15% truk Pabrik 25/05/2010 Ekstraksi buah 7 jam 7 jam 7 jam Laboraturium pabrik 26/05/2010 Observasi pabrik dan ekstraksi buah 7 jam 7 jam 7 jam Pabrik 27/05/2010 Ekstraksi buah 7 jam 7 jam 7 jam Laboraturium pabrik 29/05/2010 Pengecekan hancak dengan mantri buah 7 jam 7 jam 7 jam Blok B001 31/05/2010 Rawat jalan 7 jam 7 jam 7 jam Jalan Blok D004

67

68

Lampiran 5 (Lanjutan)

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja

Lokasi Penulis Karyawan Standar …..……………..Satuan/HK…..…….……….

1/6/2010 Observasi daerah bufer zone 7 jam 7 jam 7 jam Blok A 2/6/2010 Tunas pelepah sawit 7 jam 7 jam 7 jam Blok C006 3/6/2010 Tunas pasar 1 blok 1 blok 1 blok Blok B 4/6/2010 Observasi pembuatan silt pit 7 jam 7 jam 7 jam Blok A002 7/6/2010 Observasi pembuatan road side pit 7 jam 7 jam 7 jam Blok A002 8/6/2010 Rawat beneficial plant 7 jam 7 jam 7 jam Blok F004 9/6/2010 Pendamping mandor HPT 7 jam 7 jam 7 jam Blok B002, B003, B004

10/6/2010 Pembuatan laporan - - - - 11/6/2010 Pembuatan laporan - - - - 12/6/2010 Pembuatan laporan - - - - 14/6/2010 Perpisahan - - - - 15/6/2010 Pulang ke Bogor - - - -

68

69

Lampiran 6. Struktur Organisasi Tingkat Kebun Sekunyir Estate

Lampiran 7. Struktur Organisasi Divisi I Sekunyir Estate

Asisten Divisi I

Kerani Divisi Mandor Satu

Mandor Panen

Mandor Pupuk

Mandor Transport

Mandor Perawatan

Asisten Divisi

Asisten Divisi I Asisten Divisi II Asisten Divisi III

KTU

Kasie

Gudang Mandor

Keamanan

Poliklinik Kantor

Sekolah

Traksi

Senior Asisten

Estate Manager

70

Lampiran 8. Struktur Organisasi Divisi II Sekunyir Estate

Lampiran 9. Struktur Organisasi Divisi III Sekunyir Estate

Lampiran 10. Total Karyawan di Sekunyir Estate

Karyawan Staf SKU-Bulanan SKU-Harian BHL Total Kantor Kebun 6 42 9 - 57 Traksi - 22 6 - 28 Divisi - 23 254 60 337 Lainnya - 14 40 - 54 Total 6 101 309 60 476

Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekuunyir Estate

Asisten Divisi III

Kerani Divisi Mandor Satu

Mandor Panen

Mandor Gulma Manual

Mandor Transport

Mandor Perawatan

Asisten Divisi II

Kerani Divisi Mandor Satu

Mandor Panen

Mandor Semprot

Mandor Transport

Mandor Perawatan

71

Lampiran 11. Basis dan Premi Pemupukan di Sekunyir Estate

No Deskripsi Basis Borong (kg/HK)

Premi Lebih Borong (Rp/kg) Premi Basis Borong (Rp/HK)

1 Until Pupuk: Urea 1250 15 - Non Urea 1500 15 -

2 Ecer dan Tabur: Dosis > 1.0 600 50 3000 Dosis 1-1.5 Kg 600 45 3000 Dosis > 1.5 Kg 600 40 3000

3 Langsir Pupuk Divisi I 4500 5 - Divisi II 4500 5 - Divisi III 4500 5 -

Sumber : Standard Operating Procedure Block Manuring System Sekunyir Estate

72

Lampiran 12. Basis dan Premi Panen di Sekunyir Estate

Sumber : Standard Operating Procedure Block Harvesting System Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Divisi Seksi Potong Buah Tahun Tanam BJR

Basis Borong Progressive Premi Lebih Borong

(Rp./JJG) Basis Borong Kompensasi

P0 P1 P2 P0 P1 P2 Tahun Tnam I A-F 1992 28.77 57 80 103 435 3 500 5 000 7 000 1992 / 1993 1994 / 1995

II

A 1992 / 1993 24.25 63 88 113 410 94 % 96 % B 1992 / 1993 26.75 63 88 113 410 C 1992 / 1993 27.50 63 88 113 410 D 1992 28.10 60 84 108 410 E 1994 / 1995 24.30 75 105 135 350

F 1992 27.70 63 88 113 410 1995 24.01 87 122 157 290

III

A 1992 27.67 63 88 113 410 B 1992 27.49 63 88 113 410

C 1992 27.88 63 88 113 410 1994 26.73 70 98 126 350

D 1994 26.42 70 98 126 350 E 1992 29.35 57 80 103 410 F 1992 27.39 63 88 113 410

Riset 1992 28.13 60 84 108 410

72

73

Lampiran 13. Curah Hujan Rata-rata 12 Tahun Terakhir di Sekunyir Estate

Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Bulan

Tahun Rata-rata 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

……….……………………………………………….mm/bulan……………………………………………………………….

Januari 431 324 193 401 206 334 200 141 282 188 171 550 285.08 Februari 236 411 99 170 248 206 262 237 101 61 158 252 203.42 Maret 211 247 312 449 254 359 294 218 280 224 530 366 312.00 April 277 632 212 482 524 326 299 261 378 451 364 141 362.25 Mei 484 298 311 171 98 162 237 242 252 354 132 - 249.18 Juni 110 318 162 382 122 41 103 542 137 238 130 - 207.73 Juli 207 215 141 5 60 222 263 14 353 361 121 - 178.36 Agustus 197 218 23 0 22 0 47 34 128 387 44 - 100.00 September 277 196 247 25 94 146 125 41 214 239 3 - 146.09 Oktober 433 336 421 128 268 173 366 29 158 449 262 - 274.82 November 343 356 252 427 510 275 296 233 355 284 419 - 340.91 Desember 323 196 315 347 398 343 232 385 337 130 427 - 312.09

Rata-rata 294.08 312.25 224.00 248.92 233.67 215.58 227.00 198.08 247.92 280.50 230.08 327.25 247.66

73