(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan...
Transcript of (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian ... · dengan Produktivitas Kerja Karyawan...
ANALISIS PENERAPAN PROGRAM
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS
KERJA KARYAWAN
(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi
National Plant Cibitung Jawa Barat)
Oleh
FRANS ROMADA
F34102115
2010
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN HUBUNGANNYA
DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi
National Plant Cibitung Jawa Barat)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
FRANS ROMADA
F34102115
2010
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi
National Plant Cibitung Jawa Barat)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FRANS ROMADA
Dilahirkan pada tanggal 7 September 1984
di Jakarta
Tanggal Lulus :
Bogor, Januari 2010
Menyetujui,
Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M. Eng Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc
Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II
Judul Skripsi : Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja Karyawan
(Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi
National Plant Cibitung Jawa Barat)
Nama : Frans Romada
NIM : F34102115
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M. Eng Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc
NIP. 19600419 198503 1002 NIP. 19590503 198703 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti
NIP. 19621009 198903 2 001
.
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan
judul “Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus :
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi National Plant Cibitung
Jawa Barat)” adalah hasil karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing
akademik, dan semua sumber yang dikutip telah saya nyatakan dengan benar.
Jakarta, Januari 2010
.…………………………
Nama : Frans Romada
NRP : F34102115
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 September 1984 sebagai anak
kedua dari lima bersaudara pasangan Saroha Siregar (alm) dan Yunita Marpaung.
Penulis memulai jenjang pendidikannya di SD Negeri 01 Susukan Jakarta Timur
lalu berpindah sekolah ke SD Kristen Lydia Bandar Lampung. Pada tahun 1996
penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 5 Bandar Lampung dan lulus
pada tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 2
Bandar lampung dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen
Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi
penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Pada tahun 2005 penulis melakukan
kegiatan praktek lapang (PL) di PTPN VII Tulungbuyut Lampung Utara dengan
judul “Mempelajari Teknologi Pengolahan Limbah di PTPN VII Tulungbuyut”.
Sebagai tugas akhir, penulis melalukan penelitian di PT. Coca Cola Bottling
Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat dengan judul skripsi “Analisis
Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Hubungannya
dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling
Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat)”.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dan Hubungannya dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus
: PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat)”.
Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah
mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya,
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng selaku dosen pembimbing pertama
yang telah dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan dan arahan
kepada penulis.
2. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc selaku dosen pembimbing kedua yang
juga telah banyak memberikan arahan, saran dan bimbingan kepada
penulis.
3. Ir. Ade Iskandar, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan arahan kepada penulis.
4. Bapak Susilo selaku pembimbing lapang selama penulis melakukan
penelitian di PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung
Jawa Barat.
5. Mama, Kakak Vina, Doan, Anes atas kasih sayang, perhatian dan
dukungannya selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapatua Hasudungan dan Inangtua Erniaty atas perhatian, dukungan dan
nasihat-nasihatnya selama penulis menempuh pendidikan dan
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapatua Hutagalung dan Inangtua Lis atas dukungan, arahan, bimbingan
dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Syifariza Aldamilia Chandra yang telah dengan tulus dan sabar
memberikan kasih sayangnya serta selalu setia menemani penulis dalam
menyelesaikan skripsi dan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
ii
9. Teman seperjuangan Muhammad Iyas atas kebersamaan, persahabatan
dan dukungannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Institut Pertanian Bogor.
10. Adriel, Samuel, Amin dan Indra atas persahabatan dan dukungannya
kepada penulis selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
11. Zainul, Samba, Toni dan Yoyok yang telah memberikan dukungan dan
bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
12. Emma, Audi, Nadya dan Nina atas persahabatan dan dukungannya kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembacanya.
Bogor, Desember 2009
Penulis
Frans Romada. F34102115. Analisis Penerapan Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Hubungannya dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi
Kasus di PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa barat).
Di bawah bimbingan Bapak Anas Miftah Fauzi dan Bapak Tajuddin Bantacut.
RINGKASAN
Banyaknya jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia telah
mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik bagi perusahaan maupun pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan
telah menurunkan produktivitas perusahaan sebagai akibat dari turunnya
produktivitas pekerja. Kerugian yang dialami perusahaan sebagai akibat dari
kecelakaan kerja yang terjadi antara lain hilang dan rusaknya material/produk,
terhentinya proses produksi, hilangnya tenaga terampil & berpengalaman,
menurunnya kredibilitas perusahaan, hilangnya keuntungan, hilangnya waktu
kerja, pengeluaran biaya pengobatan, perawatan dll.
Upaya untuk mengatasi kerugian-kerugian tersebut yaitu dengan
menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja di dalam perusahaan.
Kenyataan di Indonesia yang menjadi masalah adalah masih banyak perusahaan
yang belum menjadikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas. Salah
satu perusahaan yang telah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di
Indonesia adalah PT. Coca Cola Bottling Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja di PT. Coca Cola Bottling Indonesia dan menganalisis
hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan dan manfaatnya terhadap
kesejahteraan karyawan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling
menggunakan metode convenience sampling. Jumlah responden yang digunakan
adalah sebanyak 30 orang karyawan bagian produksi PT. Coca Cola Bottling
Indonesia.
Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang dianalisis dalam
penelitian ini meliputi pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol
lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3.
Faktor-faktor produktivitas kerja yang dianalisis yaitu kemauan kerja, kemampuan
kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan sosial, hubungan kerja.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. CCBI Cibitung secara
umum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dikategorikan baik. Sebagian besar
karyawan telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan dan
merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan publikasi keselamatan
kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan kontrol lingkungan kerja
dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan pelaksanaan pengawasan dan
disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja. Adanya
program keselamatan dan kesehatan kerja membuat karyawan merasa aman dan
nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Hasil uji korelasi Rank Spearman antara faktor-faktor keselamatan dan
kesehatan kerja dengan faktor-faktor produktivitas kerja menunujukkan memiliki
hubungan yang positif. Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dengan
produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,592. Berdasarkan hasil uji
korelasi Rank Spearman, publikasi keselamatan kerja memiliki hubungan positif
dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,755. Kontrol
lingkungan kerja memiliki hubungan positif dengan produktivitas kerja karyawan,
dengan nilai korelasi 0,691. Hubungan positif antara pengawasan dan disiplin
dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,872. Peningkatan
kesadaran K3 mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas kerja
karyawan, ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,700.
PT. Coca Cola Bottling Indonesia disarankan agar lebih meningkatkan
kualitas pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja, karena walaupun secara uji
diperoleh hasil positif namun secara umum masih ditemui adanya pelanggaran
seperti tidak memakai APD saat bekerja. Teguran dan pemberian sangsi yang
tegas kepada karyawan yang mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja
dirinya sendiri dapat dilakukan. Manfaat positif dari penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan kerja dan dapat
meningkatkan produktivitas, reputasi dan citra perusahaan yang juga dapat
meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Frans Romada. F34102115. Implementation of the programme for occupation
health and safety analysis, and its relationship with the productivity of employees
(a case study in PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung West
Java). Under the direction of Mr. Anas Miftah Fauzi and Mr. Tajuddin Bantacut.
SUMMARY
A large number of cases of occupational accidents in Indonesia has resulted in
substantial losses for both companies and workers who suffered occupational
accidents. Occupational accidents that occurred in the company has reduced the
productivity of the company as a result of the decline in worker productivity. The
company experienced losses as a result of accidents that occurred between the loss
and damage to other materials / products, interruption of production processes,
loss of skilled & experienced personnel, decreasing the credibility of the
company, loss of profits, loss of work time, medical expenses, maintenance, etc..
Efforts to overcome these disadvantages is to implement safety and health
programs in the corporate workplace. The reality in Indonesia that the problem is
still a lot of companies that have made the health and safety as a priority.. One of
the companies that have implemented safety and health in Indonesia is PT. Coca
Cola Bottling Indonesia. This research was conducted to see the implementation
of occupational safety and health at PT. Coca Cola Bottling Indonesia, and
analyze the relationship with employee productivity and welfare benefits to
employees.
Sampling technique carried out in a non-probability sampling using convenience
sampling methods. The number of respondents who used as many as 30 people
are employees of the production of PT. Coca Cola Bottling Indonesia.
The factors of safety and health are analyzed in this study include safety training,
workplace safety publications, working environment control, supervision and
discipline as well as increased awareness of OHSAS. These factors are analyzed
labor productivity is the willingness to work, work skills, work environment,
compensation, social security, employment relationship.
Application of occupational safety and health at PT. CCBI Cibitung is generally
categorized good. Most employees already know that training is held firm and feel
the benefits of such training. Implementation of work safety publications judged
good enough by the employee. Implementation of environmental controls work
well assessed by the employees, as well as the implementation of supervision and
discipline as well as increased awareness of occupational safety and health. The
health and safety programs work to make employees feel safe and comfortable in
its work.
The results of Spearman Rank correlation tests between the factors of safety and
health factors and labor productivity has a positive relationship. Safety training
has a positive relationship with employee productivity, with a 0.592 correlation
value. Based on the Spearman Rank correlation test, the publication of work
safety has a positive relationship with employee productivity, with a 0.755
correlation value. Control the work environment has a positive relationship with
employee productivity, with a 0.691 correlation value. Positive relationship
between supervision and discipline with employee productivity, with a 0.872
correlation value. Increased awareness of K3 has a positive relationship with
employee productivity, indicated by the value of correlation 0.700.
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia is suggested that further enhance the quality of
occupational health and safety, because even though the tests positive results
obtained in general but still found that such violations do not use APD at work.
Reprimand and giving stern sanctions to employees who ignore safety and health
itself can be done. Positive benefits from the implementation of occupational
safety and health of the company to avoid accidents and can increase productivity,
reputation and corporate image can also improve the welfare of employees.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian............................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................................. 3
2.1.1. Keselamatan Kerja............................................................................... 3
2.1.2. Kesehatan Kerja................................................................................... 6
2.1.3. Faktor-faktor Kecelakaan..................................................................... 7
2.1.4. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)................ 7
2.1.5. Manfaat Penerapan SMK3................................................................... 8
2.1.6. Biaya dan Keuntungan Penerapan K3.................................................. 10
2.1.7. Langkah-langkah Penerapan Sistem Manajemen K3........................... 11
2.1.8. Landasan Hukum Penerapan K3…………………………………….. 12
2.2. Produktivitas Kerja……………………………………………………...…. 13
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran....................................................................................... 16
3.2. Tata Laksana................................................................................................... 16
3.2.1. Sumber Data......................................................................................... 16
3.2.2. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 17
3.2.3. Penentuan Ruang Lingkup................................................................... 17
3.2.4. Pengolahan dan Analisis Data……………………………………….. 18
3.2.4.1. Uji Validitas…………………………………………………. 18
3.2.4.2. Uji Reliabilitas......................................................................... 18
3.2.4.3. Analisis Data............................................................................ 19
iv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan...................................................................... 22
4.1.1. Sejarah Umum Perusahaan................................................................ 22
4.2.2. Visi dan Misi Perusahaan................................................................... 22
4.2.3. Proses Produksi…………………………………………………….. 23
4.2. Analisis Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner……………….. 29
4.2.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner............................................................ 29
4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner......................................................... 29
4.3. Karakteristik Responden.............................................................................. 30
4.3.1. Jenis Kelamin..................................................................................... 30
4.3.2. Usia.................................................................................................... 30
4.3.3. Tingkat Pendidikan............................................................................ 31
4.3.4. Masa Kerja......................................................................................... 31
4.4. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................. 32
4.4.1. Pelatihan Keselamatan....................................................................... 32
4.4.2. Publikasi Keselamatan Kerja............................................................. 34
4.4.3. Kontrol Lingkungan Kerja................................................................. 36
4.4.4. Pengawasan dan Disiplin................................................................... 38
4.4.5. Peningkatan Kesadaran K3................................................................ 40
4.4.6. Gambaran Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja....................... 42
4.5. Analisis Produktivitas Kerja........................................................................ 42
4.5.1. Kemauan Kerja.................................................................................. 42
4.5.2. Kemampuan Kerja............................................................................. 43
4.5.3. Lingkungan Kerja.............................................................................. 43
4.5.4. Kompensasi........................................................................................ 43
4.5.5. Jaminan Sosial.................................................................................... 43
4.5.6. Hubungan Kerja................................................................................. 44
4.6. Analisis Hubungan (K3) Dengan Produktivitas Kerja................................ 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 49
LAMPIRAN.............................................................................................................. 51
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Biaya Tindakan Pencegahan dan Biaya Akibat Kecelakaan........................11
Tabel 2. Jumlah Keuntungan Sebagai Manfaat Penerapan K3.................................. 11
Tabel 3. Nilai Skor Rataan......................................................................................... 19
Tabel 4. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pelatihan Keselamatan..................... 33
Tabel 5. Hasil Jawaban Responden Mengenai Publikasi Keselamatan..................... 36
Tabel 6. Hasil Jawaban Responden Mengenai Kontrol Lingkungan......................... 37
Tabel 7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pengawasan dan Disiplin…………. 39
Tabel 8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Kesadaran K3.............. 41
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................. 30
Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia............................................. 31
Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan..................... 31
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja.................................. 32
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Organization Chart National Cibitung.................................................. 52
Lampiran 2. Struktur Organisasi P2K3 PT.CCBI...................................................... 53
Lampiran 3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. CCBI...................... 54
Lampiran 4. Job Safety Analysis Training Guide...................................................... 55
Lampiran 5. Formulir Laporan Kecelakaan Kerja/Mesin.......................................... 56
Lampiran 6. Formulir Laporan Penyelidikan Kecelakaan......................................... 57
Lampiran 7. Formulir Daftar Penilaian dan Pengendalian Resiko K3 PT. CCBI
Cibitung Plant....................................................................................... 58
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, menurut data PT Jamsostek (Persero) dalam periode 2002 –
2005, terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap
dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari
kerugian langsung dari 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta
Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal
adalah lebih dari Rp. 2 triliun di mana sebagian besar merupakan kerugian dunia
usaha. Dengan kata lain, inilah hilangnya produktivitas dunia usaha karena
kelalaian dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Begitu pula survei ILO
(International Labor Organization) menyatakan bahwa tingkat ”competitiveness”
karena faktor K3 Indonesia adalah negara ke-2 dari bawah dari lebih 100 negara
yang disurvei (Mukhlisani et al, 2008).
Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir, karena kecelakaan itu
tidaklah terjadi begitu saja. Kecelakaan pasti ada penyebabnya. Kelalaian
perusahaan yang semata-mata memusatkan diri pada keuntungan, dan kegagalan
pemerintah untuk meratifikasi konvensi keselamatan internasional atau melakukan
pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar kematian terhadap pekerja
(Suardi, 2005).
Padahal meningkatkan standar keselamatan kerja yang lebih baik akan
menghasilkan keuangan yang baik. Pengeluaran biaya akibat kecelakaan dan sakit
yang berkaitan dengan kerja merugikan ekonomi dunia lebih dari seribu miliar
dollar (850 miliar euro) di seluruh dunia, atau 20 kali jumlah bantuan umum yang
diberikan pada dunia berkembang. Di AS saja, kecelakaan kerja merugikan
pekerja puluhan miliar dolar karena meningkatnya premi asuransi, kompensasi
dan menggaji staf pengganti (Suardi, 2005). Angka keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah.
Berdasarkan data organisasi buruh internasional di bawah PBB (ILO), Indonesia
menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara.
Meningkatkan produktivitas adalah sebuah perhatian utama berbagai
industri, sebagai perubahan efektifitas dan efisiensi dari sumber daya ke dalam
2
produk yang dapat dipasarkan dan menentukan keuntungan bisnis. Sebagai
akibatnya, berbagai indikator dan faktor yang dapat dipertimbangkan telah
diarahkan untuk dapat meningkatkan produktivitas. Maka dari itu, dalam
penelitian ini, tidak hanya membahas masalah K3 saja untuk meningkatkan
produktivitas kerja, namun termasuk masalah lingkungan kerja dari segi fisik serta
lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial (Mukhlisani et al, 2008).
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini :
1. Mengkaji penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT.
Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung Plant.
2. Menganalisis hubungan kualitatif antara penerapan program keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan dan
manfaatnya terhadap kesejahteraan karyawan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1. Keselamatan Kerja
Dalam pemahaman yang umum, kesehatan dan keselamatan kerja (K3),
adalah segala upaya untuk mengendalikan resiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sasaran
utama dari K3 ditujukan terhadap pekerja, dengan melakukan segala daya upaya
berupa pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja, agar
terhindar dari resiko buruk di dalam melakukan pekerjaan. Dengan memberikan
perlindungan K3 dalam melakukan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat
bekerja dengan aman, sehat dan produktif. Secara filosofis, K3 merupakan upaya
dan pemikiran guna menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani ataupun
rohaniah manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil
karya dan budaya manusia.
Upaya perlindungan itu sejalan dengan hak asasi manusia yang dijamin
pula dalam UUD 1945, setiap orang berhak atas perlindungan yang layak bagi
kemanusiaan. Dengan demikian K3 merupakan hak dasar setiap orang untuk
memperoleh hak yang sama untuk hidup dan mendapat perlindungan atas
keselamatan dan kesehatannya.
Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi
tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum
K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja. Melalui peraturan yang jelas dan
sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan di tingkat
internasional pun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur
tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO,
maupun tingkat regional.
Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat
kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga
4
menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang
efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan
hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat
kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki
budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi
salah satu budaya industrial.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga
kerja dari resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi
pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Disamping itu, perlindungan K3
tersebut juga ditujukan untuk mengamankan aset perusahaan yang berupa
peralatan, mesin, pesawat, instalasi, dan bahan produksi dari kemungkinan
kerusakan dan kerugian akibat bahaya peledakan, kebakaran atau terganggunya
proses produksi. Oleh karena itu dengan dilaksanakannya perlindungan K3,
diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja
yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas
perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya
meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban
manusia dan segala kerugian akibat kecelakaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting untuk mewujudkan
kualitas hidup dan kemajuan masyarakat sesuai dengan tujuan hidup setiap insan
untuk mendapatkan kebahagiaan hidup jasmaniah dan rohaniah. Keselamatan dan
kesehatan kerja yang berjalan baik dapat mendorong dan memacu peningkatan
produksi dan produktivitas, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing.
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 di perusahaan perlu dilaksanakan
dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci
keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai pelaku
maupun sebagai penikmat perlindungan dimaksud.
Kecelakaan kerja merupakan kejadian atau peristiwa yang tidak
diharapkan atau diduga sama sekali yang terjadi di tempat kerja. Secara umum
dapat dikualifikasi bahwa kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia
(unsafe act) sebesar 78 %, yang disebabkan kondisi berbahaya dari peralatan
(unsafe condition) sebesar 20 %, dan faktor lainnya sebesar 2 %.
5
Perilaku manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan di
tempat kerja. Pada hal, kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan korban
jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produk, terhentinya
proses produksi, kerusakan lingkungan, yang pada akhirnya akan merugikan
semua pihak. Dalam skala besar, akibat kecelakaan kerja yang banyak terjadi dan
besarnya jumlah kerugian yang diderita perusahaan, secara kumulatif akan pula
merugikan perekonomian sosial.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah K3 adalah masalah yang strategis,
yang tidak lepas dari kegiatan dalam suatu industri secara keseluruhan, sehingga
pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalaian
potensi bahaya memerlukan pendekatan kesisteman antara lain dilakukan dengan
menerapkan sistem manajemen K3 (SMK3). Untuk mengetahui efektivitas
penerapan SMK3 dan mengukur kinerja pelaksanaan SMK3, serta untuk membuat
perbaikan-perbaikan, dalam pelaksanaanya, dilakukan dengan penilaian hasil
kegiatan, atau audit.
Melalui audit SMK3 akan dapat diketahui sampai sejauh mana program
K3 telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan di dalam
suatu perusahaan. Dalam pelaksanaannya audit dilakukan oleh auditor, sebagai
Profesional Judgement. Untuk memelihara kompetensinya dan melakukan
penyamanan persepsi tentang penilaian obyek yang diaudit, auditor menggunakan
suatu standar atau melakukan pengukuran melalui suatu proses sertifikasi terhadap
kompetensinya. (Syamsuddin, 2004)
Miner dalam Ilham (2002) mengemukakan dua aspek yang disebut dengan
Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology, yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Safety Psychology
memfokuskan pada usaha untuk mencegah kecelakaan terjadi, dengan meneliti
kenapa dan bagaimana kecelakaan itu muncul, sedangkan Industrial Clinical
Psychology memfokuskan pada karyawan-karyawan yang tingkat kerjanya
menurun, hal-hal yang menyebabkannya serta apa yang bisa dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
Persamaan dari Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology
adalah sama-sama meneliti untuk pencegahan dan mengatasi masalah-masalah
6
tertentu yang berkaitan dengan keselamatan kerja dan dan motivasi kerja
karyawan. Safety Psychology terdiri dari enam faktor, yaitu Laporan dan Statistik
Kecelakaan, Pelatihan Keselamatan, Publikasi dan Kontes Keselamatan Kerja,
Kontrol terhadap Lingkungan Kerja, Inspeksi dan Disiplin, Peningkatan
Kesadaaran K3. Industrial Clinical Psychology terdiri atas dua faktor, yaitu
Konseling dan Employee Assistance Program.
2.1.2. Kesehatan Kerja
Sebenarnya membicarakan keselamatan kerja, di dalamnya telah
terkandung pemahaman mengenai perlindungan kesehatan kerja. Undang-Undang
Keselamatan Kerja, dari judulnya sendiri tidak membedakan antara pengertian
keselamatan dan kesehatan kerja. Di dalam pengertian keselamatan kerja,
didalamnya telah melekat pemahaman mengenai kesehatan kerja sebagai bagian
yang sama pentingnya satu dengan lainnya.
Namun sejalan dengan kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan
kemudian mengembangkan kesehatan kerja menjadi cabang ilmu tersendiri
sebagai bagian dari keselamatan kerja. Konsepsi mengenai kesehatan kerja yang
telah berkembang sebagai kebutuhan masyarakat yang berdiri sendiri.
Menurut Joint ILO/WHO committee dalam Syamsuddin (2004) kesehatan
kerja didefinisikan sebagai upaya pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya
keadaan fisik, mental dan sosial pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan
gangguan kesehatan yang disebabkan kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja
dari faktor-faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisiologis
dan psikologis, dan penyesuaian pekerjaan terhadap manusia dan manusia
terhadap pekerjaannya.
Kemudian pada tahun 1985 dikeluarkan pula ILO Convension of
Occupational Health Services, Konvensi No.161 Tahun 1985, yang isinya antara
lain mewewajiban dan kesehatan, dan pengembangan organisasi dan budaya kerja
kearah yang mendukung kesehatan dan keselamatan kerja, yang dalam
pelaksanaannya juga mempromosikan iklim sosial yang positif, operasi yang
lancar dan meningkatkan produktivitas perusahaan.
7
Pada saat ini, upaya perlindungan kesehatan yang semula bersifat kuratif
seperti pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan pengobatan, telah
berkembang menjadi upaya pencegahan dan perlindungan, dan mendorong pada
berkembangnya ilmu tentang keracunan (poisoning) dan penyakit akibat kerja
(Syamsuddin, 2004).
2.1.3. Faktor - faktor Kecelakaan
Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah
industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri
mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur
kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari situasi yang
menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.
Pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk seseorang
yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit
yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada
hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil
atau salah satu kecelakaan yang besar.
Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang manajer untuk salah satu
faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya.
Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal di atas akan menyebabkan
berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan
membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri
mereka ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak
dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri (Ishak,
2004).
2.1.4. Tujuan Penerapan K3
Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1
UU No. 1 Tahun 1970 dalam Yusra (2005) tentang keselamatan kerja, yaitu:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b) Mencegah mengurangi dan memadamkan kebakaran;
8
c) Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran;
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g) Mencegah dan mengendalikan diri pada para pekerja;
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja lingkungan cara dan
proses kerjanya;
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2.1.5. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Suardi (2005) manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja adalah :
a) Perlindungan karyawan
b) Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang
c) Mengurangi biaya
d) Membuat sistem manajemen yang efektif
e) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
9
PT. Holcim Indonesia Tbk menyatakan dengan dijalankannya K3 secara
tertib di perusahaannya telah diraih peningkatan produktivitas kerja sampai 75
persen. Ini karena potensi kehilangan banyak jam kerja juga mampu diminimalisir
dengan adanya K3. Jika ada kecelakaan kerja maka akan ada banyak jam kerja
terbuang dengan penggantian karyawan yang kecelakaan oleh karyawan baru atau
mungkin juga oleh penanganan terhadap korban dan kasus kecelakaan kerja
tersebut.
Perusahaan pun juga bisa meminimalisir pembiayaan terhadap korban
kecelakaan. Menurutnya, manfaat yang tak bisa ternilai dengan uang atau alat
ukur apapun juga sangat banyak. Penerapan K3 telah menyelamatkan orang dari
kecelakaan yang menyebabkan trauma, cacat anggota badan, kehilangan nyawa
dan sebagainya. Hal itulah yang tak bisa ternilai dengan apapun.
Untuk investasi K3 perusahaan tentunya juga akan menghabiskan dana
yang sangat besar. Nilainya bisa mencapai 15 persen dari biaya produksi total.
Namun nilainya akan turun setiap tahunnya. Ini karena perlengkapan yang
digunakan untuk program K3 tak harus dibeli atau diperbaharui setiap tahun. Alat
bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama. Seperti di Holcim kini biaya yang
dikeluarkan perusahaan setelah program K3 dijalankan selama tujuh tahun, hanya
sekitar 7 persen dari total biaya produksi (Sumardianto, 2008).
Kesadaran dunia industri terhadap keselamatan kerja harus terus
digalakan. Hal itu tidak hanya menjadi mencerminkan tinggi rendahnya budaya
sebuah perusahaan, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomis. Penelitian di
Jepang menunjukkan setiap investasi 1 dolar AS untuk keselamatan kerja bisa
menghasilkan penghematan 2,7 dolar AS. Di lain pihak, kecelakaan dan sakit di
tempat kerja membawa dampak ekonomis pada perusahaan.
Catatan Organisasi Buruh International (ILO) menunjukkan pengeluaran
biaya akibat kecelakaan dan sakit akibat kerja, mencapai lebih dari 1000 miliar
dolar AS. Jumlah ini didasari dari catatan ILO bahwa setiap hari terdapat 6.000
kematian akibat kecelakaan kerja, jumlah yang lebih besar daripada korban tewas
karena perang. Catatan keselamatan kerja Indonesia juga tak kalah merisaukan.
Masuk dalam peringkat terburuk dalam standar keselamatan di Asia Tenggara,
10
Indonesia mencatat 105 ribu kasus kecelakaan selama tahun 2003 dengan angka
kematian mencapai 1430 pekerja (Tjiptono, 2004).
Masalah K3 manufaktur di Inggris mengakibatkan kerugian dengan
rincian biaya per kasus :
a) Cedera yang mengakibatkan waktu kerja hilang = Rp. 9.434.063.
b) Cedera yang tidak mengakibatkan waktu kerja hilang = Rp. 157.236.
c) Kerusakan karena kecelakaan = Rp. 1.572.298.
British Safety Council (BSC) mencatat bahwa Inggris tiap tahun rugi Rp.
345.899.265.080.468 karena masalah K3. International Labour Organization
(ILO) juga mencatat jumlah kasus K3 di Inggris sebanyak 2,2 juta kasus telah
mengakibatkan jumlah PHK sebanyak 20.000 karyawan dan jumlah hari kerja
hilang 3 juta hari dengan rincian kerugian :
a) pekerja : Rp. 81.754.941.049.221.
b) pengusaha : Rp. 108.475.944.626.566.
c) sosial : Rp. 213.759.142.626.694.
d) total : Rp. 403.945.029.373.650.
Dengan jumlah penduduk Inggris sebanyak 58,8 juta dan persentase anak-
anak dan orang tua 41 % dan usia produktif 59 % dan bila 75 % adalah penduduk
yang bekerja, maka rata-rata kerugian per kapita adalah Rp. 11.634.123.
2.1.6. Biaya dan Keuntungan Penerapan K3.
Biaya K3 meliputi :
a) Biaya tindakan pencegahan
b) Biaya akibat kecelakaan
c) Hilang dan rusaknya material produk
d) Terhentinya proses produksi
e) Hilangnya tenaga terampil & pengalaman
f) Menurunya kredibilitas perusahaan
g) Hilangnya keuntungan
h) Hilangnya waktu kerja
i) Pengeluaran biaya pengobatan, perawatan dll
11
Keuntungan yang didapat dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
yang baik terbagi dua yaitu efek primer dan efek sekunder efek primer yaitu
terhindar dari kecelakaan kerja sedangkan efek sekunder yaitu peningkatan
produktivitas, reputasi dan citra perusahaan dll (Yanri, 2006).
Yanri (2006) menulis pengalaman perusahaan di Jepang yang dicatat oleh
JISHA pada bulan Februari-Maret 2000 yang telah menyelenggarakan survey
melalui kuisioner kepada 1368 perusahaan membuat rincian data biaya dan
keuntungan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Tabel 1. Biaya Tindakan Pencegahan dan Biaya Akibat Kecelakaan
Tabel 2. Jumlah Keuntungan Sebagai Manfaat Penerapan K3
Jenis Keuntungan
Besar Keuntungan
Manfaat Primer Rp. 60.327.156.889
Manfaat Sekunder Rp. 11.706.027.276
Jumlah Keuntungan Rp. 71.997.659.189
2.1.7. Langkah-langkah Penerapan Sistem Manjemen K3
Tahapan dan langkah-langkah penerapan sistem manajemen K3 dibagi
menjadi dua bagian besar (Suardi, 2005) :
1. Tahap Persiapan
a) Komitmen manajemen puncak
b) Menentukan ruang lingkup
c) Menetapkan cara penerapan
d) Membentuk kelompok penerapan
e) Menetapkan sumber daya yang diperlukan
Jenis Biaya
Besar Biaya
Biaya Tindakan Pencegahan Rp. 20.060.000.799
Biaya Akibat Kecelakaan Rp. 6.624.221.093
Jumlah Biaya Rp. 26.854.980.290
12
2. Tahap Pengembangan dan Penerapan
a) Menyatakan komitmen
b) Menetapkan cara penerapan
c) Membentuk kelompok kerja penerapan
d) Menetapkan sumber daya yang diperlukan
e) Kegiatan penyuluhan
f) Peninjauan sistem
g) Penyusunan jadwal kegiatan
h) Pengembangan sistem manajemen K3
i) Penerapan sistem
j) Sertifikasi
2.1.8. Landasan Hukum Penerapan K3
Berbicara penerapan K3 dalam perusahaan tidak terlepas dengan landasan
hukum penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang dimaksud memberikan
pijakan yang jelas mengenai aturan apa dan bagaimana K3 itu harus diterapkan.
Adapun sumber hukum penerapan K3 adalah sebagai berikut:
a) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b) UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
c) PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
d) Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena
Hubungan Kerja.
e) Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran
Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang
kewajiban dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk :
a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau ahli keselamatan kerja;
b) Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
13
c) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
d) Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
e) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan (Yusra, 2005).
2.2. Produktivitas Kerja
Perkataan produktivitas muncul pertama kali pada tahun 1966 dalam suatu
masalah yang disusun oleh sarjana ekonomi Perancis bernama ”Quesnay” seorang
pendiri aliran phisiokrat (Sumarsono, 2003).
Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja dan
operasional. Secara fiosofis, produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap
mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari
ini harus lebih baik dari hari kemarin dan mutu kehidupan besok harus lebih baik
dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong
manusia untuk tidak cepat merasa puas, tetapi terus mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan kerja.
Secara definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil
yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang
dipergunakan per satuan waktu. Definisi kerja ini mengandung cara atau metode
pengukuran. Walaupun secara teori dapat dilakukan, tetapi dalam praktek sukar
dilaksanakan karena sumber daya masukan yang dipergunakan umumnya
berbagai macam dan dalam proporsi yang berbeda.
Pengertian ketiga mengandung makna peningkatan produktivitas yang
dapat terwujud dalam empat bentuk, yaitu :
a) Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber
daya yang lebih sedikit;
14
b) Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan
sumber daya yang kurang;
c) Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan
sumber daya yang sama;
d) Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan
sumber daya yang relatif lebih kecil.
Sumber daya masukan dapat terdiri atas beberapa faktor produksi, seperti
tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber daya manusia sendiri.
Produktivitas masing-masing faktor produksi tersebut dapat dilakukan baik secara
bersama-sama maupun secara berdiri sendiri. Dalam hal ini, peningkatan
produktivitas faktor manusia merupakan sasaran strategis karena peningkatan
produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga
manusia yang memanfaatkannya.
Melalui pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas
karyawan perusahaan dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a) Kualitas dan kemampuan fisik karyawan,
b) Sarana pendukung, dan
c) Supra sarana
Produktivitas perusahaan/industri terdiri dari produktivitas mesin/peralatan
dan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran
keberhasilan tenaga kerja menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu.
Sedangkan produktivitas mesin dapat diartikan sebagai perbandingan antara out-
put dengan kapital in-put, dimana kapital in-put tersebut meliputi tanah, mesin
dan peralatan. Satuan out-put berbeda-beda sesuai dengan unsur kapitalnya,
sedangkan untuk satuan input dinyatakan dengan waktu. Produktivitas mesin
dipengaruhi oleh kemampuan untuk dioperasikan dalam produksi, waktu/masa
pakai serta pemeliharaan dari mesin itu sendiri. Disamping itu pula
produktivitasnya dapat rendah, bilamana kondisi/keadaan bahan baku tidak
memungkinkan untuk menjalani proses pengolahan (Sumarsono, 2003).
Sedangkan yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja itu sendiri
antara lain : pendidikan, keterampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja,
gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim
15
kerja, hubungan industrial, teknologi, sarana produksi, manajemen dan
kesempatan berprestasi (Nusa dalam Sumarsono, 2003).
a). Kualitas dan kemampuan
Kualitas dan kemampuan karyawan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, latihan, motivasi, etos kerja, mental, dan kemampuan fisik
karyawan yang bersangkutan.
b). Sarana pendukung
Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan
perusahaan dapat dikelompokkan dua golongan, yaitu :
1. Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi,
sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan
kesehatan kerja, serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri;
2. Menyangkut kesejahteraan karyawan yang terjamin dalam sistem
pengupahan dan jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan kerja.
c). Supra sarana
Aktivitas perusahaan tidak terjadi dalam isolasi. Apa yang terjadi di
dalam perusahaan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di luarnya, seperti
sumber-sumber faktor produksi yang akan digunakan, prospek pemasaran,
perpajakan, perizinan, lingkungan hidup, dan lain-lain. Kebijaksanaan
pemerintah di bidang ekspor-impor, pembatasan-pembatasan dan
pengawasan, juga mempengaruhi ruang lingkup pimpinan perusahaan dan
jalannya aktivitas di perusahaan.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa faktor manajemen sangat
berperan dalam peningkatan produktivitas karyawan perusahaan, baik secara
langsung melalui perbaikan pengorganisasian dan tata kerja yang
memperkecil pemborosan dan keborosan penggunaan sumber-sumber,
maupun secara tidak langsung melalui fasilitas latihan serta perbaikan
penghasilan dan jaminan sosial karyawan (Arfida, 2003).
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
PT. Coca Cola Botling, Co adalah salah satu perusahaaan yang telah
menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini menunujukkan
bahwa PT. Coca Cola Botling, Co sangat memperhatikan keselamatan dan
kesehatan karyawannya. Faktor-faktor K3 adalah masalah yang strategis, yang
tidak lepas dari kegiatan dalam suatu industri secara keseluruhan, sehingga pola
yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalian potensi
bahaya memerlukan pendekatan kesisteman antara lain dilakukan dengan
menerapkan sistem manajemen K3 (SMK3).
Guna mengetahui efektivitas penerapan SMK3 dan mengukur kinerja
pelaksanaan SMK3, serta untuk membuat perbaikan-perbaikan, dalam
pelaksanaanya, dilakukan dengan penilaian hasil kegiatan, atau audit. Melalui
audit SMK3 akan dapat diketahui sampai sejauh mana program K3 telah
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan di dalam suatu
perusahaan (Syamsuddin, 2004).
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan menggunakan uji
korelasi Rank Spearman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
program K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Dengan adanya program K3
karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga
diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat.
3.2. Tata Laksana
3.2.1. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer merupakan
hasil obeservasi lapang, penyebaran kuisioner dan wawancara dengan orang
dalam perusahaan. Data sekunder meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi,
jumlah karyawan, manajemen sumberdaya manusia, faktor-faktor K3 dan
produktivitas karyawan.
17
3.2.2. Metode Pengumpulan Data
a) Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan bagian studi untuk mengumpulkan dan
menganalisa data sekunder dari instansi yang terkait, laporan-laporan,
hasil penelitian, jurnal, dan literatur lainnya.
b) Observasi Lapang
Observasi lapang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mempelajari
secara langsung permasalahan yang ada dalam penerapan program
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Tahap ini dilakukan untuk
memperoleh data primer dari perusahaan.
c) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan orang dalam perusahaan dan bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
3.2.3. Penentuan Ruang Lingkup
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi, agar lebih terarah
dan mudah dipahami, mencakup masalah :
a) Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling, Co yang difokuskan
pada bagian produksi.
b) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dianalisis meliputi 5 faktor
yaitu : pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol
lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran
K3.
c) Produktivitas kerja karyawan yang dikaji adalah produktivitas kerja
karyawan bagian produksi yang meliputi faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
18
3.2.4. Pengolahan dan Analisis Data
3.2.4.1. Uji Validitas
Singarimbun dan Effendi (1989) mengatakan bahwa uji validitas
menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.
Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner adalah sebagai berikut :
a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur, yaitu dengan cara:
Mencari definisi dan rumusan konsep serta literatur
1. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang
akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para ahli. Pendapat
para ahli lain ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang
operasional.
2. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai
aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh
peneliti membuat kerangka konsep dan membuat pertanyaan
operasional.
b) Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden.
c) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
d) Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan atau pernyataan
e) Tahap selanjutnya membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r > r tabel, maka pertanyaan
tersebut valid atau signikan dalam penelitian ini, angka kritik tabel korelasi
untuk nilai r adalah r (N-2;).
3.2.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan mengetahui kekonsistenan, keterandalan dan
kestabilan alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama. Pengukuran dilakukan
dengan uji reliabilitas teknik Alpha Cronbach, yaitu teknik pengukuran dengan
mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan
rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 10-100 atau bentuk skala 1-3,
1-5 atau 1-7 dan seterusnya dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha
() dari Cronbach.
19
3.2.4.3. Analisis data
Penelitian ini mengunakan analisis deskriptif yang diarahkan data secara
umum dengan menggunakan persentase dan rataan yang disajikan dalam tabel dan
kemudian dinterpretasikan. Faktor-faktor K3 dan produktivitas kerja karyawan
dibagi menjadi lima kategori. Masing-masing kategori ditentukan berdasarkan
rumus rentang kriteria yaitu :
m
mRs
1
dimana m = jumlah alternatif jawaban tiap item
5
15Rs
Rs = 0,8
Nilai skor rataan dihasilkan dari perkalian antara bobot nilai jawaban
berdasarkan skala dengan jumlah jawaban respenden, kemudian dibagi dengan
jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi keputusan
penilaian memiliki rentang skala yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 3. Nilai skor rataan
Skor Rataan Keterangan
1,00-1,80 Sangat buruk
1,90-2,60 Buruk
2,70-3,40 Cukup baik
3,50-4,20 Baik
4,30-5,00 Sangat baik
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Rank
Spearman. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada dan
tidaknya hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung
yang berskala ordinal (nonparametrik) (Sarwono, 2006).
Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Jika
korelasi menghasilkan angka positif, hubungan kedua variabel bersifat searah.
Searah mempunyai makna jika variabel bebas besar, maka variable tergantungya
juga besar. Jika korelasi menghasilkan angka negatif, hubungan kedua variabel
bersifat tidak searah. Tidak searah mempunyai makna jika variabel bebas besar,
20
maka variabel tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1
dengan ketentuan jika angka mendekati 1, hubungan kedua variabel semakin kuat.
Jika angka korelasi mendekati 0, hubungan kedua variabel semakin lemah.
Untuk mendapatkan data berskala ordinal pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner hendaknya menggunakan opsi jawaban skala Likert. Pada umumnya
opsi jawaban terdidri atas 5 (lima) opsi sebagai berikut :
a. Sangat Setuju yang diberi nilai 5
b. Setuju yang diberi nilai 4
c. Netral yang diberi nilai 3
d. Tidak Setuju yang diberi nilai 2
e. Sangat Tidak Setuju yang diberi nilai 1
Angka 1 sampai dengan 5 tersebut hanya merupakan simbol atau bukan
angka sebenarnya dan bersifat relatif.
Langkah-langkah penyelesaian masalah pada SPSS adalah sebagai berikut :
a) Merumuskan masalah
Masalah yang akan diteliti ialah :
1. Apakah ada hubungan antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan
2. Berapa besar hubungan antara faktor-faktor keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan
b) Membuat desain variabel
c) Memasukkan data ke SPSS
d) Menganalisis data di SPSS
e) Melakukan penafsiran untuk menjawab rumusan masalah
Agar penafsiran dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan, kita
perlu mempunyai kriteria yang menunjukkan kuat atau lemahnya korelasi.
Kriterianya sebagai berikut :
1. Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1.
2. Besar kecilnya angka korelasi menetukan kuat atau lemahnya
hubungan kedua variabel. Patokan angkanya adalah sebagai
berikut:
21
a. 0<α<0,25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
b. 0,25<α<0,5 : korelasi cukup
c. 0,5<α<0,75 : korelasi kuat
d. 0,75<α<1 : korelasi sangat kuat
3. Korelasi dapat positif dan negatif. Korelasi positif menunjukkan
arah yang sama hubungan antar variabel, artinya jika variabel 1
besar, maka variabel 2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi
negatif menunjukkan arah yang berlawanan, artinya jika variabel 1
besar, maka variabel 2 menjadi kecil.
4. Signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Jika probabilitas < 0,05, maka hubungan kedua variabel
signifikan.
b. Jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan.
f) Membuat kesimpulan
Jika ingin mengetahui besarnya sumbangan atau peranan kedua
variabel dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi. Rumusnya
sebagai berikut ;
KD = r2 × 100
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Umum Perusahaan
Coca Cola masuk ke Indonesia pada tahun 1927 dan pertama kali dibuat di
Jakarta pada tahun 1932 dengan produksi pertama 10.000 cs dengan dibantu 3
truk dan 25 karyawan. Para pemegang saham lokal dan Jepang kemudian
mendirikan PT. Djaya Beverage Bottling Company (DBBC) pada tahun 1970
yang melayani wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Coca Cola Amatil (CCA)
membeli PT. Coca-Cola Tirtalina Bottling Company dan PT. Coca-Cola Pan Java
Bottling Company dengan share 49% pada tahun 1991 kemudian pada tahun 1992
membeli PT. Djaya Beverage Bottling Company (DBBC) dengan share 90%.
CCA berhasil mendapatkan 90% share untuk Pan Java Group pada tahun 1996.
Pabrik Coca Cola terbesar di Indonesia didirikan di Cibitung dengan nama
National Plant Cibitung kemudian pada tahun 2002 perusahaan berganti nama dari
PT. CCAI menjadi PT. Coca Cola Distribution Indonesia kemudian dari PT.
CCAIB menjadi PT. Coca Cola Bottling Indonesia.
The Coca Cola Company sebagai perusahaan minuman ringan terbesar di
dunia memiliki dan memasarkan lebih dari 400 merek. Coca Cola juga
memasarkan sari buah, minuman isotonik, air minum dalam kemasan, kopi dan
teh. Pabrik Coca Cola di Indonesia memiliki 11 plants yaitu 10 CCBI dan 1
independent bottler. PT. Coca Cola Bottling Indonesia Jakarta berlokasi di
Cibitung terletak di area seluas 22 ha dan merupakan pabrik terbesar di Indonesia
dengan kantor pusat di Pondok Indah Jakarta.
Struktur organisasi PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant
Cibitung Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi perusahaan adalah menjadi perusahaan produsen minuman
terbaik di Asia Tenggara dan memberikan kesegaran kepada pelanggan dan
konsumen dengan rasa bangga dengan semangat sepanjang hari, setiap hari.
23
4.1.3. Proses Produksi
Untuk proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia pabrik
Cibitung adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi minuman ringan
dan terdiri dari beberapa proses, yaitu proses pengolahan air, pembuatan sirup,
proses pencampuran dan proses pengisian.
a) Bahan Baku
PT. Coca Cola Bottling Indonesia hanya menggunakan bahan baku yang
berkualitas tinggi, untuk menjaga keunggulan produk. Bahan berkualitas
terbaik terdiri dari gula standar industri yang tidak mudah meleleh pada suhu
rendah, air yang dimurnikan, soda berkarbonasi dan formula concentrate.
b) Bahan Baku Air
1. UPA (Unit Pengolahan Air)
Bahan baku air diolah oleh Unit Pengolahan Air (UPA). Tujuan
utama pengolahan air UPA ini adalah untuk menjaga dan menjamin kualitas
air sesuai yang telah diisyaratkan untuk air produk. Karena air dari hasil
pengoolahan UPA digunakan sebagai salah satu bahan baku utama produk
yaitu air yang digunakan untuk proses pencampuran. Air tersebut diambil
dari air bawah tanah (deep well) dengan 13 pipa utama dengan kedalaman
antara 110-140 meter. Kedalaman tersebut dimaksudkan agar konsumsi air
masyarakat sekitar tidak terganggu.
Kemudian dilakukan proses awal yaitu dengan mengalirkan air ke
menara pendingin (cooling tower) untuk menurunkan temperatur air baku
(menjadi 30ºC), degasifier (menghilangkan gas) dan nerasi (penambahan
oksigen) setelah melewati pemrosesan tersebut kemudian air ditampung ke
tangki besar (raw water) untuk dilakukan pre-chlorin bertujuan untuk
mereduksi ion ferro yang akan mengendap menjadi ferri chloride sekaligus
untuk membunuh mikroorganisme yang terkandung di dalamnya, setelah itu
air diberi koagulan untuk menghilangkan kotoran air yang berupa suspended
solid, kemudian barulah air dipompa ke dalam depth/dual media filter
sebagai penyaring sehingga air yang dihasilkan lebih berkualitas,
selanjutnya air ditampung ke dalam tangki filtered water (tangki Fanta), di
dalam tangki tersebut dilakukan penambahan sodium meta bisulfit untuk
24
menghilangkan chlorine bebas sehingga demineralisasi dapat berjalan
dengan sempurna.
Kemudian air tersebut dibagi menjadi dua, sebagian ke dealkasier
sedangkan sebagian lagi langsung (by pass). Setelah itu air kembali
mengalami proses diklorinasi untuk membunuh bakteri dalam air dan
dialirkan ke blended water (tangki Sprite dan Diet Coke), kemudian air
dipompa ke carbon filter untuk sisa chlorine dan memperbaiki kualitas
warna, rasa dan bau, kemudian air dialirkan ke polishing filter untuk
menyaring partikel-partikel halus dan jasad renik/mikroorganisme, setelah
melewati pemrosesan tersebut air ditampung di dalam tangki treated water
(tangki Coca Cola) dan sudah siap untuk didistribusikan ke seluruh jalur
produksi, proses di atas dilakukan secara otomatis.
2. Unit Pengolahan Air Jatiluhur (UPAR)
UPAR menggunakan air dari sungai Citarum Barat untuk diproses.
Pengolahan air di unit ini dimaksudkan untuk keperluan-keperluan seperti
washer, bottle, masjid, taman, rinse, boiler, toilet, kantin dan lain-lain.
Proses penjernihan air dimulai dari intake pit lalu dialirkan ke kolam dan
kemudian dipompa dan ditambahkan zat kimia seperti soda ash, kaporit,
dan PAC, setelah itu masuk ke stanic mixer, flocculator (pengaduk lambat),
selanjutnya masuk ke tube settler sehingga air yang didapat jernih dan tanpa
lumpur. Kemudian air bersih tersebut kembali diolah ke sand filter, masuk
ke portable water reservoir dan siap didistribusikan untuk keperluan
cleaning machine, lubricant, kantin, masjid, toilet dan lain-lain.
c) Bahan Baku Gula
Untuk gula PT. CCBI memesan dari Lampung dengan gula standar industri,
dan tidak mudah meleleh pada suhu-suhu tertentu. Namun jika pemenuhan
permintaan tidak mencukupi, PT. CCBI mengimpor gula dari Thailand.
d) Bahan Baku Konsentrat
Untuk konsentrat PT. Coca Cola Bottling Indonesia langsung
mendatangkannya dari Atlanta.
25
e) Aliran Proses Produksi
PT. Coca Cola Bottling Indonesia khususnya Cibitung memiliki suatu aliran
proses produksi. Setiap prosesnya dilakukan pengamatan dan pembelajaran
lebih lanjut untuk mempertahankan mutu dan memperoleh hasil produksi yang
berkualitas. Aliran proses tersebut antara lain : raw material storage,
pencampuran, pengisian dan penutupan, pengkodean, pemeriksaan,
pengemasan, pengangkutan dan pengiriman.
1. Gudang bahan dasar/raw material storage
Gudang bahan dasar adalah awal pertama bagaimana kualitas dapat
tercipta, maka dari itu PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung sangat
memperhatikan kenyamanan gudang bahan baku. Dengan melakukan
inspeksi setiap harinya diharapkan agar kualitas bahan baku seperti gula dan
konsentrat tetap terjaga. Bagian gudang bertugas untuk memenuhi order
berupa gula dan konsentrat dari divisi sirup. Gula dan konsentrat yang akan
dikirim sebelumnya dilakukan pengecekan terlebih dahulu mengenai
kualitasnya, dan pengecekan tanggal kedatangan gula dan konsentrat, jika
gula dan konsentrat berkualitas baik maka siap untuk dikirimkan ke divisi
sirup untuk diproses lebih lanjut.
2. Pencampuran/mixing
Mixing dilakukan oleh divisi sirup. Proses dilakukan dengan
mencampur antara lain murni dengan gula dan konsentrat untuk
menghasilkan sirup kemudian proses selanjutnya adalah dengan
menambahkan karbondioksida murni dalam campuran tadi untuk
mendapatkan kesegaran rasa. Kemudian dilakukan pencampuran antara gula
dengan treated water pada temperatur 80º C sehingga diperoleh emulsi gula
dengan kadar (brix) kurang lebih 62. Setelah itu dilakukan proses pemurnian
(filtrasi) terhadap campuran ini untuk menghilangkan kadar karbon.
Kemudian didinginkan sehingga diperoleh simple syrup.
Kemudian simple syrup tersebut dicampur dengan konsentrat dan
treated water dengan perbandingan yang telah ditetapkan. Hasil dari proses
tersebut dinamakan final syrup. Proses selanjutnya adalah mencampur
treated water dari product water treatment serta final syrup dari syrup room
26
agar dihasilkan beverage. Kemudian beverage dialirkan ke dalam cool
carbonator untuk didinginkan dan diisi dengan CO2 kemudian sirup siap
untuk dialirkan ke lantai produksi. Untuk pembuatan sirup sendiri langkah
pertama adalah menunggu order dari DOP untuk mengetahui berapa liter
yang harus diproduksi hari ini dan flavour yang diinginkan.
3. Pencucian (washing)
Untuk memastikan konsistensi kualitas produk botol-botol kosong
yang segera diisi harus dibersihkan dahulu dengan cara dicuci, dibilas dan
disterilkan dengan menggunakan bottle washer dan air pencuci softener
water caustic kemudian dilakukan inspeksi untuk memastikan botol telah
steril dan layak pakai. Untuk mencuci botol menggunakan air yang berasal
dari UPAR.
4. Pengisian dan penutupan (filling and capping)
Setelah melalui proses pencucian, mesin pengisi melakukan
pencampuran sirup yang sudah siap lalu langsung diikuti dengan menutup
kemasan tersebut untuk menjamin higienitasnya. Untuk pengisian botol
mesin yang digunakan berbeda-beda.
a) Untuk pengisian botol reguler
Langkah pertama adalah menyiapkan botol-botol kosong yang
layak isi, kemudian memasukkannya ke krat. Bagian loading berfungsi
untuk menerima botol-botol kosong tersebut, lalu botol berada di dalam
krat tersebut diletakkan ke konveyor yang berjalan melalui mesin
iuncaser yaitu berfungsi untuk memisahkan botol-botol dengan kratnya.
Kemudian masuk ke mesin washer yang berfungsi untuk mencuci dan
membersihkan botol supaya bersih dan higienis, botol melewati bagian
inspector yang berfungsi memisahkan botol yang terdapat benda-benda
asing atau kotoran, setelah lolos dari pengamatan secara manual
kemudian botol kembali diinspeksi dengan mesin EBI (elektronic bottle
inspection) yang bekerja secara otomatis.
Kemudian masuk ke bagian pengisian botol yang mana pengisian
botol dapat diatur ketinggian vent tube di dalam filler dan langsung diberi
tutup oleh crowner. Kemudian botol-botol tersebut lewat ke bagian
27
cording dimana botol-botol tersebut mengalami proses penanggalan
produksi dan setelah itu masuk ke bagian filling height detector (FHD)
berfungsi untuk mendeteksi ketinggian volume pengisian produk ke
botol. Bila tingginya tidak memenuhi standar maka akan segera dipisah.
Proses selanjutnya adalah memasukkan kembali botol ke dalam krat yang
sudah disiapkan dengan mesin case packer dan terakhir yaitu menyusun
krat-krat tersebut dengan rapi dan efisien.
b) Untuk pengisian kaleng (can)
Kaleng atau can berasal dari supplier, langkah pertama adalah
menyusun kaleng ke dalam depalletizer yang kemudian kaleng-kaleng
tersebut dicuci dan disterilkan dengan mesin rinser, kemudian proses
pengisian can yang dilakukan menggunakan mesin filler, dan setelah
dilakukan pengisian langkah selanjutnya adalah mendeteksi volume hasil
pengisian menggunakan FHD apabila volume terlalu rendah maka can
secara otomatis langsung dipisahkan dan dianggap reject. Kemudian
masuk ke dalam warmer yaitu penghangatan can pada suhu tertentu
(25ºC). Setelah itu dilakukan penanggalan produksi dengan istilah date
cording. Dan proses selanjutnya adalah pengemasan produk pada box
kardus (wrap arround pack) dan dilanjutkan dengan palletizer.
c) Untuk pengisian botol 500 liter dan botol PET
Botol kosong atau botol PET masuk depalletizer kemudian masuk
rinse untuk dicuci dan disterilkan. Lalu dilakukan pengisian dengan
mesin filler sekaligus capper, dan diteruskan dengan penanggalan
produksi dengan date cording dan setelah itu dilakukan FHD yaitu
pengecekan dengan cara mendeteksi ketinggian volume pengisian apabila
volume botol tidak sesuai dengan ketentuan maka secara otomatis
langsung dipisahkan sebagai produk reject. Kemudian dilakukan warmer
yaitu penghangatan botol pada suhu 25ºC kemudian untuk botol PET
dilakukan pelabelan dengan mesin labeler, setelah selesai proses terakhir
adalah case packer dan depalletizer. PT. Coca Cola Cibitung juga
membuat botol PET sendiri, namun untuk memenuhi target produksi
botol PET juga memesan dari supplier.
28
f) Lantai Produksi
PT. CCBI Cibitung mempunyai 12 lantai produksi yang siap untuk
dioperasikan yaitu :
1. Line 1 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi ke
dalam tabung post mix. Dimana biasanya pesanan diperoleh dari coffee shop
dan fast food.
2. Line 2 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi untuk
kaleng jenis slim can.
3. Line 3 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi jenis
kaleng biasa.
4. Line 4 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi
dengan ukuran botol liter dan botol PET.
5. Line 5,6,7 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi
dengan ukuran botol kecil.
6. Line 8 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman non karbonasi jenis
botol biasa.L
7. Line 9 berfungsi untuk memproduksi botol PET.
8. Line 10 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman non karbonasi
dengan jenis TWA (kotak).
9. Line 11 berfungsi untuk pengisian produk non karbonasi dengan jenis TBA.
10. Line 12 berfungsi untuk pengisian produk non-CSD hotfill botol PET.
g) Pengkodean (coding)
Masing-masing botol yang diproduksi memiliki kode khusus yang meliputi
kode khusus yang meliputi best before, jam pengisian dan line yang
memproduksi serta kode pabrik.
h) Pemeriksaan (inspection)
Proses pengontrolan dilakukan secara cermat mulai botol dibawa ke pabrik,
dicuci sampai selesai pengisian. Pengontrolan dilakukan secara manual dan
mekanis bertujuan untuk memastikan keunggulan kualitas minuman yang
diproduksi.
29
i) Pengemasan (packaging)
Setelah pengontrolan terakhir botol yang telah diisi siap untuk dikemas dan
dikirimkan. Bentuk botol, kaleng, label, dan kemasan yang digunakan
merupakan hasil teknologi mutakhir dan inovasi yang berkelanjutan jadi
seiring berjalannya waktu selalu ada pengusahaan perbaikan proses produksi.
j) Loading-delivery
Setelah proses packaging selesai dilanjutkan dengan proses depalletizer yang
dilakukan dengan menggunakan lift truck yang menggunakan bahan LPG. Hal
ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi dan tercemarnya produk oleh
polusi. Kemudian produk diangkut ke gudang full good untuk persediaan
produk. Kemudian bila ada permintaan produk dikeluarkan dari gudang full
good dan siap untuk dipasarkan. Proses pengiriman yang efisien merupakan
jaminan bahwa rasa terbaik dari produk ini dapat dinikmati oleh semua
konsumen.
4.2. Analisis Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner
4.2.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dapat memberikan jawaban yang sesuai dan dapat mengukur aspek-
aspek yang ingin diukur. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Product
Moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi
nilai r. Uji validitas dilakukan dengan cara uji coba kuisioner yang disebarkan
kepada 30 orang responden. Setelah dilakukan uji validitas terdapat 40 pertanyaan
yang valid, artinya seluruh pertanyaan tersebut memenuhi syarat sah untuk diolah
lebih lanjut (r hitung > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n = 30 pada selang
kepercayaan 95%).
4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
suatu instrumen relatif konsisten apabila instrumen tersebut digunakan lagi
sebagai alat ukur suatu objek penelitian. Pengujian reliabilitas menggunakan
metode Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik
30
0
5
10
15
20
25
30
Pria Wanita
Ju
mla
h (
ora
ng
)
Jenis Kelamin
Alpha Cronbach didapatkan r = (r alpha > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n
= 30 pada selang kepercayaan 95%). Nilai ini jauh lebih besar dari r tabel pada
selang kepercayaan 95%, maka kuisioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk
dijadikan alat ukur pada penelitian ini. Tingkat reliabilitas metode Alpha
Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1.
4.3. Karakteristik Responden
4.3.1. Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang merupakan
karyawan bagian produksi. Sebagian besar reponden di bagian produksi adalah
pria 26 orang (87%) karena pekerjaan di bagian produksi menuntut kekuatan fisik
dan secara fisik pria lebih unggul daripada wanita. Sisanya wanita sebanyak 4
orang (13%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
4.3.2. Usia
Usia responden paling banyak diantara 20-30 tahun yang merupakan usia
produktif yaitu sebanyak 23 orang (77%). Hal ini disebabkan karyawan yang
berusia 20-30 tahun memiliki tenaga yang paling kuat dibandingkan pekerja
berusia 30 tahun lebih. Kemudian diikuti oleh usia responden diantara 41-50
tahun yaitu sebanyak 4 orang (13%) dan usia diantara 31-40 tahun sebanyak 3
orang (10%). Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar
2.
31
0
5
10
15
20
25
20-30 31-40 41-50
JUM
LAH
(OR
AN
G)
USIA (TAHUN)
0
5
10
15
SD SLTP SLTA D3 Sarjana
JUM
LAH
(OR
AN
G)
Tingkat Pendidikan
Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
4.3.3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan karyawan paling banyak adalah lulusan SMA/sederajat
yaitu sebanyak 15 orang (50%). Lulusan sarjana dan D3 masing-masing sebanyak
7 orang (23,3%) dan paling sedikit yaitu lulusan SMP/sederajat sebanyak 1 orang
(3,3%). Lulusan SMA/sederajat dan SMP/sederajat mendapat posisi pekerjaan
sebagai buruh dan lulusan sarjana dan D3 mendapat posisi sebagai supervisor
pabrik. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4.4.4. Masa Kerja
Karyawan dengan masa kerja 1-5 tahun menempati posisi tertinggi dengan
jumlah 19 orang (63,3 %) diikuti karyawan dengan masa kerja lebih dari 15 tahun
yaitu sebanyak 6 orang (20%) kemudian karyawan dengan masa kerja 6-10 tahun
sebanyak 4 orang (13,3%) dan karyawan dengan masa kerja 11-15 tahun yang
32
0
5
10
15
20
1-5 th 6-10 th 11-15 th >15 th
JUM
LAH
(OR
AN
G)
Masa Kerja (Tahun)
berjumlah 1 orang (3,3%). Hal ini berarti regenerasi karyawan di bagian produksi
cukup cepat melihat banyaknya jumlah karyawan dengan masa kerja 1-5 tahun
dibandingkan jumlah karyawan dengan masa kerja diatas 5 tahun. Karakteristik
responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
4.4. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4.4.1. Pelatihan Keselamatan
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang
seharusnya menjadi perhatian utama bagi perusahaan. Adanya sistem K3 yang
baik akan menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, tenaga kerja yang sehat
dan produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas
perusahaan. Dengan demikian, dalam penelitian ini perlu diadakan analisis untuk
mengetahui persepsi karyawan terhadap pelaksanaan K3 dan persepsi karyawan
terhadap produktivitas kerja. Faktor-faktor K3 yang dianalisis dalam penelitian ini
meliputi pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan
kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. PT. Coca Cola
Bottling Indonesia Cibitung sendiri memiliki dan telah menerapkan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat dilihat pada Lampiran 3.
33
Tabel 4. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pelatihan Keselamatan
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
CS : Cukup Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Rataan skor 4,30 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan
mengetahui adanya pelatihan khusus untuk ahli K3. Pelatihan khusus bagi ahli K3
dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem manajemen K3 di
perusahaan. Rataan skor sebesar 4,37 menunjukkan bahwa sebagian besar
karyawan telah mendapatkan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja
yaitu penggunaan alat pemadam api ringan (APAR), penggunaan alat pelindung
diri (APD) dan tombol bahaya (alarm) yang berfungsi untuk memberitahukan
apabila terjadi suatu kejadian yang membahayakan karyawan.
Pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja diberikan agar karyawan
dapat menggunakan alat-alat tersebut jika terjadi kecelakaan di lingkungan pabrik.
Rataan skor sebesar 4,27 menunjukkan bahwa karyawan telah mengikuti pelatihan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Pelatihan ini berupa simulasi
dimana seolah-olah terjadi kebakaran diberi pengarahan untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran. Pengarahan meliputi tata letak alat pemadam
No Pernyataan SS
(5)
S
(4)
CS
(3)
TS
(2)
STS
(1)
Rataan
Skor
1 Perusahaan mengadakan pelatihan khusus untuk ahli K3
15
11
2
2
0
4,30
2
Perusahaan memberikan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja
16
10
3
1
0
4,37
3
Perusahaaan memberikan pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
15
10
4
0
1
4,27
4 Anda merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakan perusahaan
5
18
6
1
0
3,90
5 Pelatihan memberikan banyak informasi tentang pekerjaan Anda
6
17
4
3
0
3,87
Total
4,14
34
api ringan (APAR) dan tombol bahaya (alarm) serta cara penggunaannya dan jalur
evakuasi menuju pintu darurat dan area evakuasi apabila terjadi kebakaran.
Pelatihan diikuti oleh seluruh karyawan pabrik produksi jadi semua karyawan
berperan dalam pelatihan ini. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran diberikan agar karyawan dapat menyelamatkan diri apabila terjadi
kebakaran. PT. CCBI Cibitung juga menerapkan Job Safety Analysis Training
Guide sebagai bagian dari pelaksanakan pelatihan keselamatan kerja di
lingkungan PT. CCBI Cibitung yang dapat dilihat pada Lampiran 4.
Karyawan merasakan manfaat dari pelatihan yang diberikan oleh
perusahaan, dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,90. Manfaat yang diperoleh
yaitu karyawan merasa aman dan nyaman saat bekerja sehingga karyawan dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Rataan sebesar 3,87 menunjukkan bahwa
pelatihan yang karyawan ikuti memberikan banyak informasi tentang pekerjaan
karyawan. Adanya pelatihan keselamatan membuat karyawan mengetahui tingkat
resiko dari pekerjaan yang dilakukannya dan mengetahui potensi kecelakaan yang
mungkin terjadi di lingkungan kerja.
Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyaknya informasi yang
didapatkan mengenai pekerjaannya karyawan akan mendapatkan gambaran
tentang pekerjaan yang akan dilakukan sehingga kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja adalah kecil. Total rataan skor dari semua pernyataan mengenai
pelatihan keselamatan sebesar 4,14. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pelatihan keselamatan yang diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan
baik.
4.4.2. Publikasi Keselamatan Kerja
Publikasi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan
pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan mengenai keselamatan kerja
karyawan yang berupa spanduk dan poster. Publikasi dilakukan untuk
memberikan pemahaman kepada karyawan mengenai pentingnya K3. Hasil
jawaban responden mengenai publikasi keselamatan kerja dapat dilihat pada Tabel
3. PT. CCBI Cibitung merupakan industri yang memiliki tingkat resiko
kecelakaan yang relatif tinggi. Adanya tanda-tanda peringatan di lingkungan kerja
35
dimaksudkan untuk melindungi karyawan agar terhindar dari kecelakaan dan
cedera akibat kerja.
Rataan skor sebesar 4,63 menunjukkan bahwa sebagian karyawan
mengetahui adanya tanda peringatan yang dipasang oleh perusahaan. Responden
menyatakan bahwa terdapat pesan-pesan keselamatan kerja di lingkungan
perusahaan dengan rataan skor sebesar 4,20.
Pesan-pesan keselamatan kerja ini merupakan salah satu usaha perusahaan
untuk mengingatkan karyawan akan pentingnya keselamatan kerja. Perusahaan
memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan dan potensi terjadinya
kecelakaan akibat kerja pada waktu pertama kali karyawan masuk kerja.
Karyawan berhak untuk mengetahui tingkat resiko dari pekerjaan yang
dilakukannya. Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyak informasi
yang diperoleh karyawan tentang tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya,
maka karyawan mempunyai gambaran tentang cara mencegah dan mengantisipasi
apabila terjadi kecelakaan kerja. Rataan skor sebesar 4,03 menunjukkan bahwa
sebagian besar karyawan mengetahui tingkat bahaya dari pekerjaan yang
dilakukannya.
Salah satu usaha pencegahan kecelakaan adalah dengan memotivasi
karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja.
Pimpinan sangat berperan untuk selalu mengingatkan bawahannya agar bekerja
dengan hati-hati. Rataan skor sebesar 3,87 menunjukkan sebagian besar karyawan
menyatakan bahwa atasan memberikan contoh yang baik tentang cara-cara
bekerja yang aman dan sehat. Berdasarkan tabel total rataan skor dari seluruh
pernyataan mengenai publikasi keselamatan kerja sebesar 4,18. Hal ini
menunjukkan publikasi keselamatan kerja di lingkungan pabrik PT. CCBI
Cibitung adalah baik.
36
Tabel 5. Hasil Jawaban Responden Mengenai Publikasi Keselamatan
No Pernyataan SS (5)
S (4)
CS (3)
TS (2)
STS (1)
Rataan Skor
1 Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya
19 11 0 0 0 4,63
2
Di lingkungan perusahaan
terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja
10 17 2 1 0 4,20
3 Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan
9 14 6 1 0 4,03
4
Atasan Anda memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat
8 15 4 1 2 3,87
Total 4,18
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
CS : Cukup Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4.4.3. Kontrol Lingkungan Kerja
Kontrol lingkungan kerja dalam penelitian ini adalah pemeriksaan atau
pengendalian yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja diantaranya
yaitu suhu ruangan kerja, penerangan, kebersihan tempat kerja, ketersediaan
perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja serta fasilitas P3K di lingkungan
kerja. Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan memakai alat pelindung
diri (APD) sewaktu bekerja. Alat-alat pelindung diri yang dipakai harus
disesuaikan dengan tempat kerja dan tingkat resiko pekerjaan masing-masing
karyawan. Rataan skor sebesar 4,57 menunjukkan sebagian besar karyawan
menyatakan bahwa perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja.
Kondisi fisik lingkungan kerja meliputi suhu ruangan, penerangan dan
37
kebersihan lingkungan kerja. Rataan skor sebesar 3,37 menunjukkan bahwa suhu
ruangan di tempat kerja karyawan cukup baik. Adanya pengatur suhu ruangan di
setiap ruangan dimaksudkan agar kelembaban udara tetap terjaga. Penerangan
yang baik dapat menghindarkan karyawan dari kesalahan dalam bekerja dan
kecelakaan kerja serta memberikan rasa nyaman dalam melakukan pekerjaan.
Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa penerangan di tempat kerja adalah
baik.
Tabel 6. Hasil Jawaban Responden Mengenai Kontrol Lingkungan
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
CS : Cukup Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
PT. CCBI Cibitung sangat memperhatikan kebersihan lingkungan karena
kebersihan lingkungan kerja sangat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan.
Kebersihan lingkungan kerja harus selalu dijaga karena merupakan tanggung
jawab seluruh karyawan. PT. CCBI Cibitung memiliki petugas kebersihan khusus
yang setiap hari membersihkan peralatan, mesin dan tempat kerja yang dilakukan
No Pernyataan SS (5)
S (4)
CS (3)
TS (2)
STS (1)
Rataan Skor
1 Perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja
19 9 2 0 0 4,57
2 Suhu ruangan di tempat kerja
Anda cukup baik 2 15 6 6 1 3,37
3 Penerangan di tempat kerja Anda cukup memuaskan
3 17 6 3 1 3,60
4 Ruangan tempat kerja Anda cukup bersih
3 16 8 2 1 3,60
5 Perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja tersedia di
lingkungan kerja Anda
6 11 9 3 1 3,60
6 Perusahaan mempunyai fasilitas P3K di tempat kerja
6 12 9 3 0 3,70
Total 3,74
38
sebelum dan sesudah produksi. Adanya tempat sampah dan wastafel yang
disediakan perusahaan di setiap ruangan dimaksudkan agar kebersihan lingkungan
kerja tetap terjaga. Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa sebagian besar
karyawan menyatakan lingkungan kerja karyawan bersih.
Sebagian besar karyawan menyatakan perusahaan menyediakan
perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja dapat dilihat dari rataan skor
sebesar 3,60. Alat-alat keamanan dan keselamatan kerja yang disediakan berupa
pemadam api dan fasilitas P3K. Kecelakaan ringan seperti tergores benda-benda
tajam atau alat-alat di sekitar pabrik, terjatuh, tertimpa barang dan cedera kecil
lainnya sangat besar kemungkinannya terjadi di lingkungan pabrik oleh karena itu
tersedianya fasilitas P3K di lingkungan pabrik sangat diperlukan. Sebagian besar
karyawan menyatakan bahwa perusahaan memiliki fasilitas P3K tersedia di
lingkungan pabrik, dengan rataan skor sebesar 3,70. Berdasarkan hasil jawaban
responden dari pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 3,74 ini
berarti kontrol lingkungan kerja di PT. CCBI Cibitung dilaksanakan dengan baik.
PT. CCBI Cibitung dalam mengontrol lingkungan kerja untuk menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja melakukan penilaian dan
pengendalian resiko K3 yang dapat dilihat pada Lampiran 7.
4.4.4. Pengawasan dan disiplin
Adanya pengawasan terhadap lingkungan kerja dan perilaku kerja
karyawan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Hasil jawaban responden
mengenai pengawasan dan disiplin dapat dilihat pada Tabel 5. Sebelum proses
produksi dimulai terlebih dahulu dilakukan pengecekan mesin-mesin dan
peralatan kerja yang bertujuan agar mesin dan peralatan kerja yang akan
digunakan layak pakai. Rataan skor sebesar 3,90 menunjukkan bahwa pengecekan
mesin-n kerja telah dilakukan dengan baik. Perusahaan selalu memperhatikan
kondisi mesin dan peralatan kerja yang akan digunakan karena hal itu
mempengaruhi proses produksi. Rataan skor sebesar 3,97 menunjukkan bahwa
pengecekan alat-alat keselamatan dilakukan dengan baik.
Alat Pelindung Diri (APD) wajib dipakai ketika bekerja terutama di
tempat-tempat yang memiliki resiko kecelakaan kerja tinggi. APD dapat
39
melindungi diri dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja, setidaknya dengan
menggunakan APD dapat memperkecil resiko yang timbul akibat dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Tabel 7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pengawasan dan Disiplin
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
CS : Cukup Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Rataan skor sebesar 4,37 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan
menyatakan bahwa perusahaan mewajibkan penggunaan APD saat bekerja.
Penggunaan bahan kimia beracun dan berbahaya dapat mengancam kesehatan
karyawan. PT. CCBI Cibitung melakukan pengawasan terhadap penggunaan
No Pernyataan SS
(5)
S
(4)
CS
(3)
TS
(2)
STS
(1)
Rataan
Skor
1 Sebelum peralatan kerja dan mesin-mesin digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
5 19 4 2 0 3,90
2 Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin
11 10 6 3 0 3,97
3 Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
14 14 1 1 0 4,37
4 Perusahaan memberikan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya
13 12 3 2 0 4,20
5 Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin
9 15 4 1 1 4,00
6 Perusahaan mempunyai peraturan-peraturan keselamatan kerja
11 16 3 0 0 4,27
Total 4,12
40
bahan-bahan beracun dan berbahaya dapat dilihat dari rataan skor sebesar 4,20
yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui perusahaan telah
melakukan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya dengan
baik.
Rataan skor sebesar 4,00 menunjukkan bahwa perusahaan mengadakan
pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin. Peraturan-peraturan keselamatan
kerja merupakan dasar penerapan K3 di lingkungan pabrik PT. CCBI Cibitung.
Peraturan ini dibuat dengan tujuan untuk menghindarkan karyawan dari
kecelakaan kerja, selain itu juga untuk melindungi aset-aset perusahaan dari
kemungkinan terjadinya kerusakan. Pengawasan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja di PT. CCBI Cibitung dilakukan oleh Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. CCBI Cibitung. Struktur organisasi
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. CCBI Cibitung
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Rataan skor sebesar 4,27 menunjukkan bahwa karyawan mengetahui dan
melaksanakan peraturan keselamatan kerja dengan baik. Berdasarkan hasil
jawaban responden dari pernyataan-pernyataan pada tabel diperoleh total rataan
skor sebesar 4,12, ini berarti pengawasan dan disiplin karyawan pabrik PT. CCBI
Cibitung tergolong baik.
4.4.5. Peningkatan kesadaran K3
Komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen perusahaan
mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja dapat memotivasi karyawan
untuk memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Rataan
skor sebesar 4,30 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui
perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah keselamatan dan
kesehatan kerja. Perusahaan menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai prioritas utama dalam bekerja, artinya setiap karyawan harus
mengutamakan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Rataan skor
sebesar 4,00 menunjukkan sebagian besar karyawan mengetahui bahwa
perusahaan mengutamakan keselamatan dan kesehatan para karyawan.
41
PT. CCBI Cibitung sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan
kerja para karyawannya. Hal itu terbukti dari rataan skor sebesar 4,17 yang
menunjukkan sebagian besar karyawan setuju dengan pernyataan tersebut.
Kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja harus ada dalam diri
karyawan itu sendiri misalnya dengan penggunaan APD saat bekerja terutama
apabila bekerja di tempat yang berbahaya. Rataan skor sebesar 4,20 menunjukkan
bahwa sebagian besar karyawan menggunakan APD saat bekerja terutama di
tempat yang berbahaya, artinya karyawan menyadari akan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat terlaksana
dengan baik apabila ada dua arah antara pihak perusahaan dengan karyawan.
Rataan skor sebesar 3,77 yang menunjukkan bahwa masukan-masukan yang
disampaikan karyawan mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan
kerja sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Rataan skor sebesar 3,80 menunjukkan
bahwa keikutsertaan karyawan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja sangat diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil jawaban responden
dari seluruh pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 4,04 yang
menunjukkan bahwa peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja di
PT. CCBI Cibitung adalah baik.
42
Tabel 8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Kesadaran K3
No Pernyataan SS
(5)
S
(4)
CS
(3)
TS
(2)
STS
(1)
Rataan
Skor
1 Perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah K3
16 9 3 2 0 4,30
2 Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam
bekerja
8 17 2 3 0 4,00
3 Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja Anda
11 14 4 1 0 4,17
4 Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di tempat yang berbahaya
11 17 0 1 1 4,20
5 Perusahaan menginginkan masukan-masukan dari Anda
terkait dengan masalah K3
9 11 5 4 1 3,77
6 Perusahaan menginginkan Anda ikut aktif dalam penerapan program K3
6 15 6 3 0 3,80
Total 4,04
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
CS : Cukup Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4.4.6. Gambaran Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara umum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT. CCBI Cibitung
dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan bahwa program keselamatan dan
kesehatan kerja yang diterapkan perusahaan dilaksanakan dengan baik oleh
karyawan. Sebagian besar karyawan telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang
diadakan perusahaan dan merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan
publikasi keselamatan kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan
kontrol lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan
pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan
43
dan kesehatan kerja. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja membuat
karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.
4.5. Analisis Produktivitas Kerja
Produktivitas perusahaan ditentukan oleh produktivitas kerja karyawan.
Apabila produktivitas kerja karyawan meningkat maka produktivitas perusahaan
juga ikut meningkat. Produktivitas kerja karyawan dapat dilihat dari faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yang meliputi enam faktor
yaitu : kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan
sosial dan hubungan kerja.
4.5.1. Kemauan kerja
Kemauan kerja adalah dorongan yang ada dalam diri tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas kerjanya. Kemauan kerja dari seorang karyawan
dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang diberikan kepada perusahaan yaitu
dengan bekerja sungguh-sungguh, adanya kesadaran dari dalam diri karyawan
untuk mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan
mengikuti setiap kegiatan yang diadakan perusahaan. Rataan skor 4,11
menunjukkan bahwa kemauan kerja karyawan cukup besar. Artinya karyawan
tidak akan bekerja tanpa adanya kemauan kerja yang kuat.
4.5.2. Kemampuan kerja
Pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki karyawan. Produktivitas akan meningkat, bila
karyawan mampu menjalankan pekerjaan dengan baik. Hal ini juga harus
didukung oleh keterampilan kerja karyawan. Kemampuan kerja karyawan dapat
dilihat dari datang ke tempat kerja tepat waktu dan menyelesaikan pekerjaan
dengan baik dan tepat waktu. Rataan skor sebesar 4,19 menunjukkan bahwa
kemampuan kerja karyawan bagian produksi PT. CCBI Cibitung adalah baik.
44
4.5.3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mendukung pekerjaan yang dilakukan karyawan.
Adanya tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja membuat karyawan
bekerja dengan lebih berhati-hati karena lingkungan kerja yang aman dan sehat
akan meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga produktivitas kerja
karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan bahwa lingkungan
tempat karyawan bekerja cukup aman dan bersih.
4.5.4. Kompensasi
Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti
kontribusi jasa karyawan pada perusahaan. Kompensasi merupakan balas jasa
yang diberikan perusahaan baik secara langsung (finansial) maupun tidak
langsung (non-finansial). Gaji yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan karyawan dan bonus yang diterima karyawan sebagai imbalan atas
prestasi kerjanya akan meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja sehingga
produktivitas kerja karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 3,47 menunjukkan
bahwa kompensasi yang diberikan perusahaan sudah baik dan memuaskan.
4.5.5. Jaminan sosial
Adanya jaminan sosial yang diberikan perusahaan membuat karyawan
bekerja lebih produktif karena karyawan merasa perusahaan sangat
memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Seluruh
karyawan bagian produksi PT. CCBI Cibitung mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja. Rataan skor sebesar 4,35 menunjukkan bahwa karyawan merasa
puas atas jaminan sosial yang diberikan perusahaan.
4.5.6. Hubungan kerja
Hubungan kerja yang terjalin baik antara atasan, bawahan dan rekan kerja
sangat penting untuk menciptakan situasi kerja yang nyaman. Hubungan kerja
yang harmonis dapat dilihat dari kemampuan karyawan untuk bekerjasama
dengan orang lain dan kemauan untuk bertanya serta meminta bantuan kepada
rekan kerja. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan hubungan yang terjalin antara
45
karyawan adalah baik. Hubungan yang terjalin baik tersebut membuat karyawan
betah bekerja di perusahaan.
4.6. Analisis Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan
Produktivitas Kerja
Analisis hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan
produktivitas kerja karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank
Spearman. Nilai korelasi positif (+) menunjukkan hubungan yang positif antara
faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan sedangkan nilai korelasi
negatif (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan antara faktor-faktor K3
dengan produktivitas kerja karyawan. Pengujian dilakukan dengan tingkat
signifikansi 0,01 (taraf kepercayaan 99%). Nilai peluang (P) merupakan nilai
kesalahan yang mungkin terjadi. Nilai peluang yang semakin kecil dibandingkan
nilai α (P < α) menunjukkan hubungan yang semakin nyata antara faktor-faktor
yang diuji. Apabila nilai probabilitas atau peluang <α (P < 0,01) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara faktor-faktor K3 dengan
produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila nilai peluang >α (P > 0,01)
menunjukkan bahwa faktor yang diuji tidak memiliki hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 99%. Apabila rs > tabel maka berdasarkan hipotesis
penelitian H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3
dengan produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila rs < r tabel maka
berdasarkan hipotesis penelitian H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada
hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan.
Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut, diketahui bahwa semua faktor K3
memiliki hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja
karyawan dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif dengan tingkat kepercayaan
99%, db= 73, r tabel = 0,425. Dapat dilihat bahwa rs > r tabel maka berdasarkan
hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3
dengan produktivitas kerja karyawan. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat
dari nilai peluang < α (P < 0,01) dengan derajat keeratan hubungan berada pada
kategori kuat (0,60< α<0,80).
46
Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan
produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif yaitu
sebesar 0,592. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P
< 0,01) dengan derajat keeratan berada pada kategori kuat (0,50<α<0,60).
Pelatihan keselamatan yang diadakan perusahaan bertujuan untuk melatih
karyawan dalam menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan melindungi diri
apabila terjadi kecelakaan kerja. Adanya pelatihan keselamatan membuat
karyawan menjadi semakin terlatih dan terampil serta lebih berhati-hati dalam
melakukan pekerjaannya.
Publikasi keselamatan kerja merupakan ajakan untuk melaksanakan K3
melalui pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan keselamatan kerja.
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, publikasi keselamatan kerja
memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan,
dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,755. Hubungan yang sangat
nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dengan derajat keeratan
hubungan kuat yaitu pada rentang (0,60<α<0,80).
Publikasi keselamatan kerja memiliki nilai korelasi yang paling rendah
dari keempat faktor lainnya, hal ini dikarenakan publikasi yang dilakukan oleh
perusahaan tidak efektif dapat dilihat dari gambar dan pesan-pesan keselamatan
kerja yang kurang menarik dan penempatannya tidak strategis. Padahal adanya
informasi-informasi dan pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan
kerja akan memotivasi karyawan untuk bekerja dengan memperhatikan
keselamatan dan kesehatannya.
Kontrol lingkungan kerja merupakan usaha perusahaan agar kondisi
tempat kerja sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan karyawan.
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, kontrol lingkungan kerja memiliki
hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat
dilihat dari nilai korelasi yang diperoleh positif sebesar 0,691. Hubungan yang
sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dan derajat keeratan
hubungannya kuat (0,60<α<0,80). Hal ini menunjukkan kontrol lingkungan kerja
dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Lingkungan kerja yang aman,
47
nyaman dan memadai akan mendukung pelaksanaan kerja karyawan serta
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga karyawan akan bekerja
semakin produktif.
Pengawasan dan disiplin merupakan usaha untuk mengetahui seberapa
besar ketaatan karyawan dalam mematuhi peraturan K3. Hubungan positif dan
sangat nyata antara pengawasan dan disiplin dengan produktivitas kerja karyawan,
dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,872. Hubungan yang nyata
dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dan derajat keeratan hubungannya
sangat kuat (0,80<α<1,00). Pengawasan dan disiplin memiliki nilai korelasi yang
paling tinggi dari keempat faktor yang lainnya, karena pada umumnya karyawan
akan bekerja dengan baik atau dapat bekerja lebih baik lagi apabila diawasi.
Kesadaran akan K3 merupakan hal yang harus dikembangkan dalam suatu
perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Peningkatan kesadaran K3
mempunyai hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja
karyawan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang positif sebesar 0,700.
Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dan derajat
keeratan hubungannya kuat (0,60<α<0,80). Penerapan K3 dalam suatu
perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menjamin keselamatan dan
kesehatan setiap karyawan. Adanya rasa aman dan tenang dalam bekerja akan
meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Coca Cola Bottling
Indonesia National Plant Cibitung secara umum sudah baik. Hal itu dapat dilihat
dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.
Sebagian besar responden setuju telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang
diadakan perusahaan dan merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan
publikasi keselamatan kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan
kontrol lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan
pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan
dan kesehatan kerja. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja membuat
karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Hubungan antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan bernilai positif dan sangat nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Peningkatan produktivitas kerja
karyawan ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga dapat
meningkatkan pula kesejahteraan karyawan. Karyawan setuju jika keuntungan
perusahaan meningkat maka perusahaan akan memberikan kompensasi kepada
karyawan yang berupa kenaikan gaji dan kesejahteraan karyawan.
5.2. Saran
Dalam kaitannya dengan peningkatan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan perusahaan, disarankan agar PT. CCBI melalui ahli
K3 perusahaan lebih tegas lagi dalam menegur karyawan yang masih tidak
memperhatikan keselamatan dirinya saat bekerja seperti misalnya tidak memakai
APD pada saat bekerja. Pemeriksaan berkala alat-alat sebelum memulai pekerjaan
sebaiknya dilaksanakan lebih serius.
49
DAFTAR PUSTAKA
Arfida, B. R. 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Ishak, A. 2004. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Upaya
Meningkatkan Produktivitas Kerja. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Lestari, T. 2007. Hubungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan
Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPTN
VII Gunung Mas, Bogor). Skripsi. Manajemen. FEM IPB, Bogor.
Miner, J. B. 1992. Industrial-Organizational Psychology. Di dalam Ilham, R. N.
Analisis Hubungan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dengan
Motivasi Kerja Karyawan Di PT. Goodyear Indonesia. FATETA. IPB,
Bogor.
Mukhlisani, et al. 2 Agustus 2008. Pendekatan Metode Structural Equation
Modeling Untuk Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Dari
Tinjauan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja di PT. Barata
Indonesia (PERSERO) – GRESIK. http://mmt.its.ac.id/library/wp-
content/uploads/2008/12/microsoft-word-22-prosiding-neny-muklisani-ok-
print.pdf. Diakses tanggal 22 Oktober 2009.
Sarwono, J. 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (Panduan
Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996). PPM,
Jakarta.
Suma’mur, P.K. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Penerbit
PT. Gunung Agung, Jakarta.
Sumardianto, C. 20 Desember 2008. Holcim Gelar Tour K3 di Delapan Kota.
Online : < http://candra-safety-enginer.blogspot.com/2008/12/holcim-gelar-
tour-k3-di-delapan-kota.html> [22 Oktober 2009].
Sumarsono, S. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia &
Ketenagakerjaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Syamsuddin, M. S. 2004. Perkembangan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
Depnakertrans R.I., Jakarta.
50
Tjiptono, D. 2004. DuPont Indonesia Gelar Festival Keselamatan Kerja. Detik
Finance. <
http://www.detikfinance.com/read/2004/12/09/173340/253340/4/valas/inde
x.html>. Diakses tanggal 22 Oktober 2009.
Yanri, Z. 2006. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Membangun Budaya K3 Implementasi dan Evaluasi. < http://www.migas-
indonesia.net/index.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=114&
Itemid=42>. Diakses tanggal 22 Oktober 2009.
Yusra, D. 2004. Pentingnya Implementasi K3 dalam Perusahaan. Tulisan.
Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta.