Studi Kasus Hipertensi
-
Upload
dedy-saputra -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of Studi Kasus Hipertensi
TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN
FARMAKOTERAPI HIPERTENSI
Disusun Oleh:
Dedy Saputra
260112150130
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
KASUS HIPERTENSI
Ny. NN berusia 58 tahun berobat kepada seorang dokter dengan keluhan
nyeri dada sebelah kiri, sering tremor, dan pegal-pegal pada sekujur badan.
Setelah diperiksa, tekanan darah Ny. NN sebesar 170/110 mmHg. Akhirnya,
dokter memberikan resep:
R/ Captopril 25 XLVS 3 dd 1
R/ HCT XVS 0-0-1
R/ Bisoprolol 5 XVS 1 dd 1
R/ ISDN 5 XVS 1 dd 1 SL bila nyeri dada
R/ B1 XLVS 3 dd 1
R/ Meloxicam 15 XVS 2 dd 1
Pro : Ny. NN (58 Th)
Anamnesa
Pasien mengeluh nyeri dada, tekanan darah tinggi, sering tremor, dan pegal-pegal
pada sekujur badan.
Analisa
Dalam kasus ini pasien menerima 6 item obat dalam sekali waktu konsumsi. 6
item obat tersebut yaitu :
captopril yang merupakan antihipertensi golongan inhibitor enzim
pengkonversi angiotensin (ACEI),
hidroklorotiazid (HCT) yang merupakan diuretic golongan tiazid,
bisoprolol, suatu agen antihipertensi golongan pemblok β yang
kardioselektif
isosorbid dinitrat (ISDN), antiangina golongan nitrat
vitamin (vitamin B1), untuk terapi defisiensi vitamin B1
meloksikam, obat antiinflamasi nonsteroid, yang memiliki sifat antinyeri
Dengan memperhatikan keluhan yang disampaikan oleh pasien dan obat-
obat yang diresepkan oleh dokter dapat diduga pemberian captopril, HCT,
bisoprolol, dan ISDN berhubungan dengan hipertensi dan keluhan nyeri dada.
Nyeri dada, sering menjadi indikasi adanya gangguan jantung. Meski tidak semua
nyeri dada diakibatkan oleh kelainan jantung. Meloksikam dan vitamin B1
ditujukan untuk mengatasi keluhan nyeri badan.
Jika benar, keluhan nyeri dada pada kasus ini berhubungan dengan
gangguan system jantung seperti halnya angina, maka pemilihan kombinasi
antihipertensi berupa captopril (ACE inhibitor), HCT (diuretiktiazid), dan
bisoprolol (β-bloker kardioselektif) relative merupakan pilihan yang tepat.
Kombinasi tersebut sebagaimana disarankan oleh JNC7 (Joint National Comitte).
Kecuali pasien tersebut memiliki riwayat infark myokardiak, penggunaan diuretic
tidak disarankan.
Disamping diagnose penyerta dalam kasus hipertensi ini yang harus
menjadi dasar pemilihan terapi, faktor usia juga harus dipertimbangkan. Dalam
hal ini, pasien telah cukup lanjut usia, yaitu 58 tahun. Faktor usia lanjut sangat
memungkinkan terjadinya pengaruh hipertensi terhadap kerusakan berbagai organ
seperti jantung, hati, ginjal, dan otak. Sehingga pemilihan terapinya harus benar-
benar diperhatikan.
Solusi
1. Dosis captopril, pasien menerima captopril 75 mg/hr dalam dosis terbagi
tiga, maka dosis tersebut masih dapat diterima sebagai dosis aman.
2. Untuk dosis HCT satu kali sehari diberikan pada malam hari, dosis yang
diberikan sekali sehari merupakan dosis lazim akan tetapi waktu
pemberiannya malam hari (sore hari) kurang tepat, karena dapat
menimbulkan efek diuresis nokturnal, yang akan sangat mengganggu
waktu istirahat pasien pada malam hari. Sehingga waktu pemberian diganti
menjadi diminum pada pagi hari.
3. Bisoprolol 5 mg satu kali sehari juga merupakan dosis aman. Namun
pasien harus diingatkan untuk tidak menghentikan penggunaan obat ini
secara mendadak, karena dapat menyebabkan kambuh anhipertensi.
(Dipiro; 221).
4. Pemberian ISDN yang bersifat insidental, yaitu saat terjadi gejala sesak
nafas secara sublingual cukup tepat. Pemberian secara sublingual dapat
memberikan efek yang lebih cepat daripada secara oral. ISDN akan
dengan cepat mengakhiri serangan angina akut yang ditandai gejala sesak
nafas dan nyeri dada. Terapi captopril akan membantu mencegah serangan
angina yang berulang. Pasien yang menjalani terapi ISDN juga harus
diapantau konsentrasi kreatinin serumnya, terutama pada pasien-pasien
yang terindikasi mengalami kerusakan ginjal.
5. Peresepan vitamin B1, dapat digunakan untuk penanganan keluhan tremor
dan salah satu efekobat (bisoprolol).
6. Meloksikam diberikan untuk mengobati rasa nyeri. Meloksikam
merupakan salah satu anti inflamasi nonsteroid yang relative selektif pada
COX-2. Sehingga obat ini relative aman terhadap lambung. Namun harus
diwaspadai efeknya terhadap ginjal (Dipiro; 688, 916). Akan tetapi dosis
yang diberikkan terlalu berlebih pada kasus nyeri osteoarthritis
meloksikam hanya digunakan untuk terapi jangka pendek, kecuali pada
penanganan rheumatoid arthritis dapat digunakan sebagai terapi jangka
panjang. Dosis yang dianjurkan hanya 7,5 mg/hari, maksimum 15 mg/hari.
Apalagi dalam kasus ini pasien telah lanjut usia, dosis yang disarankan
hanya 7,5 mg/hari. Sedangkan pada resep tersebut dokter menuliskan 2
kali sehari masing-masing 15 mg, atau 30 mg/hari. BNF maupun
Pharmacotherapy-Dipiro menyebutkan bahwa pemberian meloksikam
hanya sekali sehari. (BNF 57; 552, 559)
Penggunaan beberapa item obat secara bersamaan, sangat memungkinkan
terjadinya interaksi. Interaksi yang mungkin terjadi :
ISDN, meningkatkan efek hipotensif dari captopril, dan bisoprolol
Efek hipotensif ISDN diantagonis oleh AINS (meloksikam) (BN7 57;
Appendix).
Simpulan dan Saran
HCT sebaiknya diberikan satu kali sehari pada pagi hari untuk menghindari
efek diuresis nokturnal.
Dosis meloksikam sebaiknya dikurangi, yaitu hanya 7,5 mg/hari, mengingat
pasien telah lanjut usia, kemungkinan resiko reaksi obat merugikannya akan
meningkat yang berupa kerusakan atau penurunan fungsi ginjal. Begitu pun
dengan lama terapinya sebaiknya dibatasi. Sampaikan pada pasien untuk
segera menghentikan konsumsi meloksikam ini bila gejala nyeri pada badan
telah mereda.
Saat pasien merasa nyeri dada, dan menggunakan ISDN, hindari
mengkonsumsi meloksikam juga, karena meloksikam dapat mengantagonis
kerja ISDN