STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN...

45
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEAMANAN PADA TN. E DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH : WAHYU PUNTO AJI NIM. P. 08044 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN...

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEAMANAN PADA

TN. E DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL

ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

WAHYU PUNTO AJI

NIM. P. 08044

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

i��

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEAMANAN PADA

TN. E DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL

ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

WAHYU PUNTO AJI

NIM. P. 08044

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Wahyu Punto Aji

NIM : P. 08044

Program Studi : D III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN

KEAMANAN PADA TN. E DENGAN

HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL

ABIMANYU RSJD SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 26 April 2012

Yang Membuat Pernyataan

WAHYU PUNTO AJI

NIM. P. 08044

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

iii�

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Wahyu Punto Aji

NIM : P. 08044

Program Studi : D III Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEAMANAN

PADA TN. E DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI

BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : ………………..

Hari/Tanggal : ………………..

Pembimbing : Amalia Senja, S. Kep, Ns (…………………….)

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis
Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

vi �

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN

KEAMANAN PADA TN. E DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI

BANGSAL ABIMANYU“

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Setiyawan, S. Kep, Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

yang telah menjadi motivator dan pemimpin yang senantiasa memberikan

teladan serta bimbingan kepada semua mahasiswa STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S. Kep, Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi

DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu dan

selalu memberikan fasilitas untuk menunjang pengajaran di STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

3. Amalia Senja, S. Kep, Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi kesempurnaannya studi kasus ini.

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

vi �

4. Nurul Devi, S. Kep, Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan

nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaannya

studi kasus ini

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sebar dan wawasanya

serta ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua orangtuaku yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan, Amin.

Surakarta, 26 April 2012

Penulis

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

����

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Tujuan penulisan ............................................................ 5

C. Manfaat penulisan .......................................................... 6

BAB II LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ...................................................................... 8

B. Perumusan Masalah Keperawatan ..................................12

C. Perencanaan Keperawatan ..............................................12

D. Implementasi Keperawatan..............................................13

E. Evaluasi Keperawatan......................................................18

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

�����

BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Pembahasan.......................................................................21

B. Simpulan............................................................................30

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

ix��

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup.

Lampiran 2. Log Book.

Lampiran 3. Format Pendelegasian.

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data.

Lampiran 5. Asuhan Keperawatan.

Lampiran 6. Lembar Konsultasi.

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

1 �

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan gangguan pikiran, perasaan atau tingkah

laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari.

Gangguan jiwa meskipun tidak menyebabkan kematian secara langsung tetapi

menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu serta beban berat

bagi keluarga (Mary C. Townsend, 2002).

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang umum terjadi adalah

skizoprenia. Sedangkan halusinasi merupakan gejala yang paling sering

muncul pada pasien skizoprenia, dimana sekitar 70% dari penderita

skizoprenia mengalami halusinasi (Mansjoer, 1999:196). Halusinasi adalah

suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola

dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal)

disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelaianan

berespon terhadap setiap stimulus (Mary C. Townsend, 2002).

Berdasarkan data Rekam Medis Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

angka kejadian skizofrenia menjadi jumlah kasus terbanyak dengan jumlah

1,893 pasien dari 2.551 pasien yang tercatat dari jumlah seluruh pasien pada

tahun 2005, itu berarti 72,7% dari jumlah kasus yang ada, skizofrenia

hebefrenik 471, paranoid 648, tak khas 317, akut 231, katatonia 95, residual

116, dalam remisi 15 (Rekam Medik RSJD, 2008). Prevalensi masalah

1

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

2 �

kesehatan jiwa meningkat dengan bertambahnya umur, lebih tinggi pada

perempuan, pada tingkat pendidikan yang lebih rendah, pada kelompok tidak

bekerja, ibu rumah tangga, di perdesaan, dan tingkat pengeluaran per kapita

lebih rendah (Stuart & Laira, 2005).

Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada

rangsangan yang menimbulkannya atau tidak ada obyek (Sunaryo, 2004).

Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya

rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, 2007). Halusinasi

pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi

pada pasien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa

berupa suara – suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa

kata – kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah

laku pasien, sehingga pasien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara

sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga pasien

bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh

perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.

Gangguan jiwa dipandang sebagai kerasukan setan, hukuman karena

pelanggaran sosial atau agama, kurang minat atau semangat, dan pelanggaran

norma sosial. Penderita gangguan jiwa dianiaya, dihukum, dijauhi, diejek, dan

dikucilkan dari masyarakat. Sampai abad ke-19, penderita gangguan jiwa

dinyatakan tidak dapat disembuhkan dan dibelenggu dalam penjara tanpa

diberi makanan, tempat berteduh, atau makanan yang cukup. American

Psychiathric Association mendefinisikan gangguan jiwa sebagai suatu

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

3 �

sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang

terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya disstress atau disabilitas

(kerusakan pada satu atau lebih fungsi area penting) atau disertai peningkatan

resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan

kebebasan (Sheila, 2008).

Kebutuhan keselamatan dan keamanan tidak akan terpenuhi apabila

pasien mengalami kecemasan, oleh karena itu perawat sebagai tenaga

kesehatan profesional yang dalam tugas pokoknya adalah memenuhi

kebutuhan dasar pasien, harus mampu memahami respon dan bersikap secara

profesional dalam menangani masalah kecemasan yang terjadi pada pasien

karena perawat merupakan tenaga profesional terbesar dalam struktur

ketenagaan rumah sakit. Sebagian berupa tindakan keperawatan untuk

menangani masalah kecemasan pasien dapat berupa tindakan (Potter & Perry

2005).

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat kasus

gangguan sensori persepsi : halusinasi karena jika halusinasi tidak diatasi akan

menimbulkan resiko perilaku kekerasan yang membahayakan individu dan

orang lain, penulis menggunakan proses asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi

dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Keamanan pada Tn. E dengan Halusinasi Pendengaran Di Bangsal

Abimanyu RSJD Surakarta.”

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

4 �

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Melaporkan studi kasus tentang asuhan keperawatan pemenuhan

kebutuhan keamanan pada Tn. E dengan halusinasi di bangsal Abimanyu

RSJD Surakarta.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan

keamanan pada Tn. E dengan halusinasi.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pemenuhan

kebutuhan keamanan pada Tn. E dengan halusinasi.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pemenuhan

kebutuhan keamanan pada Tn. E dengan halusinasi.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pemenuhan kebutuhan

keamanan pada Tn. E dengan halusinasi.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan keamanan

pada Tn. E dengan halusinasi.

f. Penulis mampu dapat melakukan analisa pemenuhan kebutuhan

keamanan pada Tn. E dengan halusinasi.

C. Manfaat Penulisan

a. Bagi penulis

Sebagai sarana dan alat untuk menambah pengetahuan dan memperoleh

pengalaman khususnya dibidang keperawatan jiwa.

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

5 �

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka

tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya halusinasi.

c. Bagi Rumah sakit

Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik

pelayanan keperawatan khususnya pada keperawatan jiwa khususnya

halusinasi.

d. Bagi Keluarga pasien

Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang perawatan

gangguan jiwa terutama pada anggota keluarga khususnya dengan pasien

yang mengalami gangguan jiwa halusinasi.

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

6 �

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab II ini merupakan laporan studi kasus Asuhan Keperawatan Jiwa

dengan pengelolaan studi kasus pada Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Pada

Tn.E dengan Halusinasi di Bangsal Abimanyu RSJD Surakarta pada tanggal 2 – 4

April 2012. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, analisa data,

perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Identitas Pasien

Pasien bernama Tn. E, tinggal di Sukoharjo, umur 29 tahun, jenis

kelamin laki-laki, pekerjaan swasta, pendidikan SMP, no RM 370XX,

sumber informasi diperoleh dengan cara auto anamnese dan allo anamnese.

Tanggal masuk 7 Maret 2012 dengan diantar keluarganya. Diagnosa medis

F.20.0 (Skizofrenia) dan penanggung jawab pasien masuk yaitu ayahnya.

B. Pengkajian

Pasien tiba di IGD, dengan keluhan kurang lebih 3 hari pasien

mendengar suara-suara yang membisingkan telinga, yaitu suara batuk

sehingga pasien susah tidur, suara itu muncul malam hari saat pasien tidur.

Faktor presipitasinya pasien pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah

dirawat di RSJD Surakarta 2 kali, selama 2 tahun pasien tidak kambuh. Tn. E

memiliki silsilah keluarga ,orang tua ayahnya yaitu kakeknya sudah

meninggal, neneknya masih hidup, ayah dari Tn. E anak ke- 3 dari 7

6

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

7 �

bersaudara, keluaga dari ibu Tn. E, kakek dan neneknya masih hidup, ibunya

anak tunggal dan sudah meninggal. Tn. E tinggal serumah dengan neneknya.

Keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti dirinya.

Keluarga mengatakan pasien minum obatnya tidak teratur, kontrol juga tidak

rutin. Keluarga tidak memperhatikan pasien dalam minum obat sehingga

pasien kambuh lagi. Faktor predisposisinya pasien tidak pernah mengalami

penganiayaan fisik dan tindakan kekerasan, kriminal di lingkungan, tetapi

pasien pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu tidak

mendapat gaji selama 2 bulan dalam pekerjaan.

Dalam proses pengkajian pola fungsional gordon secara umum pasien

tidak mengalami hambatan tetapi pada salah satu pola fungsional mengalami

gangguan, yaitu pada pola kognitif perseptual. Pendengaran, pasien

mengatakan sering mendengar suara yang membisingkan telinga yaitu suara

orang batuk pada malam hari menjelang tidur tetapi tanpa ada stimulus

pendengaran dari luar, penglihatan masih dapat memfokuskan perhatian dari

hal yang nyata dan tidak nyata, penciuman tidak mengalami gangguan dan

tetap dapat mengidentifikasi serta mengintepretasikan aroma yang di alami,

pengecapan tidak mengalami masalah, indera peraba pasien tidak mengalami

masalah dan tetap dapat membedakan stimulus perabaan. Kemampuan daya

ingat pasien tidak mengalami masalah masih dapat mengingat hitungan

sederhana, mengorientasi waktu, tempat, kejadian, dan orang disekitarnya

dengan mengungkapkan menggunakan bahasa afek secara datar dan jelas serta

terarah. Hal yang paling menjadi permasalahan pasien adalah persepsi

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

8 �

pendengaran yang mengalami gangguan dengan mendengar suara bising

seperti orang batuk ketika menjelang tidur yang membuat pasien susah tidur

sehingga jengkel dan ingin suara-suara tersebut menghilang.

Dari pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut

tanda-tanda vital tekanan darah 130/100 mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu

360

C, pernafasan 20 kali per menit. Tinggi badan Tn. E 168 cm, berat

badannya 68 kg dan tidak mengalami penurunan berat badan selama di rumah

sakit. Sedangkan hasil pemeriksaan fisik didapat data sebagai berikut: bentuk

kepala kepala Tn. E mesocepal, bersih, rambut warna hitam bergelombang,

kulit kepala tidak ada ketombe. Bagian mata pasien : tidak mengunakan alat

bantu penglihatan, simetris antara kanan-kiri, konjungtiva tidak anemis, sclera

tidak ikterik. Mulut pasien tidak ada stomatitis, gigi tidak rata, tidak ada

caries, lidah bersih. Hidung Tn. E bersih tidak ada secret, tidak ada polip,

tidak ada gangguan penciuman. Telinga simetris antara kanan-kiri, bersih

tetapi ada sedikit penumpukan serumen. Pada bagian ekstremitas pasien tidak

mengalami gangguan semuanya normal berfungsi dengan baik . Tn. E tidak

mengeluhkan adanya gangguan fisik.

Penilaian persepsi meliputi, ketika pasien mendengarkan suara-suara

yang muncul, pasien merasa jengkel dan ingin suara tersebut menghilang,

pasien mendengar suara itu saat akan beranjak tidur, pasien mendengar suara

seperti orang batuk selama 3 menit yang membuat pasien jengkel.

Kemudian pengkajian yang di lihat melalui data di rekam medic

diperoleh diagnosa medis F.20.0 ( Scizofrenia ), mendapatkan terapi medis

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

9 �

Trihekisipenidil (THP) dengan dosis 3 kali 1 @ 2mg, Halloperidol (HALDOL)

dengan dosis 3 kali 1 @ 5 mg, Chlorpromasine (CPZ) dengan dosis 2 kali 1 @

100mg. Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin GDS : 81mg/dl, SGOT :

23 U/L, SGPT : 7 U/L, Hb : 14,9 g/dl Ht : 42,2%.

B. Daftar Perumusan Masalah

Dari data yang diperoleh ditemukan masalah yang menjadi rumusan

diagnosa keperawatan yaitu Gangguan persepsi sensori : Halusinasi yang

ditandai dengan data subyektif pasien mengatakan mendengar suara seperti

suara bising seperti orang batuk yang muncul pada malam hari saat pasien

akan tidur selama 3 menit , sehingga pasien terganggu tidurnya dan merasa

jengkel. Data obyektif, meliputi, pasien tampak mondar-mandir, pasien

tampak diam, pasien tampak gelisah dan cemas. Diagnosa prioritas yang

diangkat yaitu Gangguan persepsi sensori: Halusinasi, pohon masalah yang

muncul dari kasus sebagai berikut Isolasi sosial / Menarik diri (penyebab)

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi (Core problem) Resiko perilaku

kekerasan (akibat).

C. Perencanaaan

Dari data yang diperoleh pada tanggal 2-3 April 2012 ditemukan data

permasalahan yang menjadi rumusan diagnosa keperawatan. Adapun yang

menjadi diagnosa yaitu Gangguan persepsi sensori : Halusinasi, tujuan umum

dilakukan tindakan keperawatan pada permasalahan yang dihadapi pasien

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

10 �

yaitu agar dapat mengontrol halusinasi yang dialami. Tujuan khusus 1 : Pasien

dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria evaluasi : setelah satu kali

interaksi pasien menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat ; ekpresi

wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat

tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk

berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang

dihadapi. Intervensi : bina hubungan saling percaya dengan menggunakan

prinsip komunikasi terapeutik, sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun

non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap pasien dan

nama panggilan yang disukai pasien, buat kontak yang jelas, tunjukkan sikap

jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya,

tanyakan perasaan pasien tentang yang dialami, dengarkan dengan penuh

ekpresi pasien.

Tujuan khusus 2 : Pasien dapat mengenal halusinasi. Kriteria evaluasi :

setelah satu kali tindakan pasien menyebutkan ; isi, waktu, frekuensi, situasi

dan kondisi yang menyebabkan halusinasi (marah, takut, senang, cemas atau

jengkel). Intervensi : Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap,

Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasi: tanyakan apakah

pasien mengalami sesuatu, jika pasien menjawab ‘ya’ tanyakan apa yang

sedang dialami, katakan bahwa perawat akan membantu pasien, jika pasien

tidak sedang mengalami halusinasi klasifikasi tentang adanya pengalaman

halusinasi diskusikan dengan pasien; (isi, waktu, frekuensi terjadinya

halusinasi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi), diskusikan

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

11 �

dengan pasien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan

untuk mengungkapkan perasaan, diskusikan dan pasien untuk mengatasi

perasaan tersebut, diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila

halusinasi.

Tujuan khusus 3 : Pasien dapat mengontrol halusinasinya: kriteria

evaluasi : setelah 1 kali interaksi pasien dapat menyebutkan tindakan yang

biasa dilakukan untuk mengendalikan halusinasi, setelah satu kali interaksi

pasien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya, setelah 1 kali

interaksi pasien dapat memilih dan memperagakan cara, setelah 1 kali

interaksi pasien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan

halusinasi, setelah 1 kali interaksi pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.

Intervensi : mengidentifikasi bersama pasien cara yang dilakukan jika ada

halusinasi, diskusikan cara yang digunakan pasien (adaptif, maladaptif),

diskusikan cara mengontrol halusinasi, (menghardik, menemui orang lain,

aktivitas dan minum obat), bantu pasien memilih cara yang sudah diajarkan

dan dilatih untuk mencobanya, beri kesempatan untuk melakukan cara yang

dipilih dan dilatih, pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih jika

berhasil beri pujian, anjurkan pasien untuk mengikuti Terapi aktivitas

kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.

Tujuan khusus 4 : Pasien dapat dukungan dari keluarga dalam

mengontrol halusinasi : setelah 1 kali pertemuan keluarga, keluarga

menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dan perawat. Setelah dua kali

interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda gejala proses terjadinya dan

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

12 �

tindakan untuk mengendalikan halusinasi. Intervensi : Buat kontrak dengan

keluarga untuk pertemuan, diskusikan dengan keluarga (pengertian, tanda

gejala, proses terjadinya, cara yang dilakukan mengontrol halusinasi, obat-

obatan,cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi, beri informasi

waktu kontrol). Tujuan khusus 5 : Pasien dapat memanfaatkan obat dengan

baik : Setelah dua kali interaksi pasien menyebutkan; manfaat obat, kerugian

tidak minum obat, nama obat, warna, dosis efek samping obat. Intervensi :

Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,

nama, warna, dosis, cara.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan Gangguan

persepsi sensori : Halusinasi dilaksanakan 3 hari pada tanggal 2-4 April 2012

Strategi pelaksanaan 1 : Membina hubungan saling percaya dengan pasien,

mengindentifikasi jenis halusinasi, mengindentifikasi isi halusinasi,

mengindentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, mengindentifikasi

respon pasien terhadap halusinasi, mengajarkan cara memutus halusinasi cara

pertama yaitu dengan menghardik, menganjurkan pasien untuk memasukan

dalam jadwal harian. Strategi pelaksanaan 2 : Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien, mengevaluasi cara mengontrol halusinasi dengan menghardik,

mengajarkan mengendalikan halusinasi cara bercakap-cakap dengan orang

lain, menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal harian. Strategi

pelaksanaan 3 : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

13 �

mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang bisa

dilakukan pasien), menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan penulis lakukan setiap hari pada akhir

pertemuan, adapun hasil evaluasi yang penulis dapatkan hari pertama Senin 2

April 2012 pada pukul 13.00 WIB adalah secara subyektif, pasien mengatakan

mendengar suara bising yang muncul pada malam hari pada saat muncul

pasien merasa jengkel dan ingin mengamuk. Pasien mengatakan setelah diajari

cara menghardik pasien menjadi tahu cara menghilangkan suara yang

mengganggunya. Secara obyektif, pasien kooperatif saat diwawancarai, pasien

mampu mempraktekkan menghardik walaupun sedikit lupa dan memasukkan

ke dalam jadwal kegiatan.

Sehingga analisisnya masalah teratasi sebagian. Perencanaan

selanjutnya untuk perawat : Evaluasi Sp 1 lanjutkan Sp 2 (bercakap-cakap

dengan orang lain). Sedangkan untuk pasien : Anjurkan pasien untuk

melakukan cara mengontrol halusinasi menghardik sesuai jadwal kegiatan Sp

2 (mengobrol dengan orang lain).

Hari kedua Selasa 3 April 2012 pada pukul 13.15 WIB adalah secara

subyektif pasien mengatakan sudah mencoba mengontrol halusinasi dengan

menghardik. Pasien mengatakan mau berlatih cara mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Pasien mengatakan mau

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

14 �

memasukan latihan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan

orang lain ke jadwal harian. Secara obyektif pasien tampak tenang, pasien

tampak mempratekkan latihan mengontrol dengan bercakap-cakap orang lain,

pasien mampu mempratekkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-

cakap dengan orang lain. Analisanya adalah masalah teratasi sebagian.

Perancanaan selanjutnya untuk perawat : Evaluasi Sp 2 lanjutkan Sp 3

(memasukan jadwal kegiatan harian). Untuk pasien : anjurkan pasien untuk

memasukan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan bercakap-

cakap dengan orang lain.

Hari ketiga Rabu 4 april 2012 pada pukul 14.00 WIB adalah secara

subyektif pasien mengatakan sudah bisa cara mengedalikan halusinasi dengan

melakukan kegiatan dengan orang lain, pasien mengatakan sudah memasukan

dalam jadwal kegiatan harian. Analisisnya adalah masalah teratasi.

Perencanaan untuk pasien : anjurkan pasien memasukan jadwal kegiatan

harian. Untuk perawat : lanjutkan Sp IV (cara minum obat).

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

15

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan

antara konsep dasar teori dan kasus nyata masalah keperawatan gangguan pemenuhan

kebutuhan keamanan pada Tn. E dengan halusinasi dibangsal Abimanyu RSJD

Surakarta, pada tanggal 2-4 April 2012 dari tahap pengkajian sampai evaluasi, dan

pada bagian akhir dari penulisan laporan studi kasus ini, penulis akan memberikan

kesimpulan dan saran, yang diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan

asuhan keperawatan pada pasien, khususnya pemenuhan kebutuhan keamanan pada

pasien dengan halusinasi.

A. Pembahasan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan

masalah pasien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, data psikologis,

sosial dan spiritual. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah pasien. Data yang dikumpulkan meliputi data

biologis, psikososial, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian jiwa dapat

dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap

stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki pasien (Stuart &

15

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

16

Laraia, 2001). Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode auto

anamnese dan allo anamnese terhadap pasien. Menurut Keliat (2005), pengkajian

merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses perawatan, tahap pengkajian

terdiri atas pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dengan

pasien, observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku pasien dan

juga dari medical record.

Pengkajian merupakan elemen penting untuk pembuatan rencana asuhan

keperawatan yang efektif yang relevensinya teridentifikasi pada pengkajian

pasien, maka dari itu pembuatan rencana dimulai dari pengkajian format

pengkajian dapat digunakan sebagai pedoman agar informasi yang diperoleh

sistematis dan sebagai bagian dokumentasi (Towsend M.C,2006). Pengkajian

meliputi: identitas pasien, keluhan utama atau alasan masuk, faktor predisposisi,

aspek fisik atau biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan

pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan,

dan aspek medik. Data yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi data

subyektif dan data obyektif (Direja, 2011). Dalam kasus ini penulis melakukan

pengkajian meliputi : identitas pasien, riwayat kesehatan, pola kesehatan

fungsional, hasil pemeriksaan fisik dan penilaiannya hingga pemeriksaan

penunjang.

Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan

jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.

Faktor presipitasi dapat meliputi faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia,

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

17

psikologis, dan genetik. Dalam kasus ini pasien pernah mengalami gangguan jiwa

dan pernah dirawat di RSJD Surakarta 2 kali, Faktor predisposisi yaitu adanya

stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau

tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk menghadapinya. Dalam kasus ini

Tn.E tidak pernah mengalami penganiayaan fisik dan tindakan kekerasan,

kriminal di lingkungan, tetapi pasien pernah mengalami pengalaman yang tidak

menyenangkan yaitu tidak mendapat gaji selama 2 bulan dalam pekerjaan.

Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi pasien dalam kelompok,

terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga

suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi (Nita

Fitria, 2009). Dalam kasus ini sebelumnya Tn.E memiliki perilaku menyendiri,

mengisolasi diri dari lingkungan sehingga hal ini mungkin yang mungkin menjadi

pencetus munculnya halusinasi seperti yang dijelaskan dalam teori tersebut.

Tn. E memiliki silsilah keluarga ,orang tua ayahnya yaitu kakeknya sudah

meninggal, neneknya masih hidup, ayah dari Tn. E anak ke- 3 dari 7 bersaudara,

keluaga dari ibu Tn. E, kakek dan neneknya masih hidup, ibunya anak tunggal

dan sudah meninggal. Tn. E tinggal serumah dengan neneknya. Keluarganya tidak

ada yang mengalami gangguan jiwa seperti dirinya. Keluarga mengatakan pasien

minum obatnya tidak teratur, kontrol juga tidak rutin. Keluarga tidak

memperhatikan pasien dalam minum obat sehingga pasien kambuh lagi.

Menurut Direja (2011) halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu

sebagai berikut, fase pertama atau fase comporting yaitu fase yang

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

18

menyenangkan. Pada tahap ini masuk pada tahap nonpsikotik,. Karakteristik

pasien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian

yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Pasien mulai melamun dan

memikirkan hal – hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.

Perilaku pasien tampak tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan

bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang

asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri. Fase kedua atau fase

condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikkan, termasuk

dalam psikotik ringan. Karakteristik seperti pengalaman sensori menjijikkan dan

menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan.

Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, pasien tidak ingin orang lain tahu,

dan pasien tetap dapat mengontrolnya. Perilaku pasien seperti meningkatnya

tanda – tanda sistem syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan

tekanan darah. Pasien asyik dengan halusinasinya, dan tidak bisa membedakan

realitas. Fase ketiga atau fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman

sensori menjadi berkuasa, termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik

seperti bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan

mengontrol pasien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku pasien seperti kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya

beberapa menit atau detik, tanda – tanda fisik pasien seperti berkeringat, tremor,

dan tidak mampu mematuhi perintah. Fase keempat atau fase conquering atau

panik yaitu pasien lebur dengan halusinasinya, termasuk dalam psikotik berat.

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

19

karakteristik berupa halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan

memarahi pasien. Pasien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak

dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku terror

akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak

mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu merespon lebih

dari satu orang. Berdasarkan teori diatas dan dari hasil pengkajian, Tn. E

termasuk kedalam fase kedua atau fase condemming, karena pasien merasa

terganggu dengan halusinasi yang dialaminya, perasaan cemas pasien meningkat.

Menurut Keliat (2006), dalam persepsi harus dijelaskan jenis – jenis

halusinasi yang dialami pasien, menjelaskan isi halusinasi, waktu terjadinya

halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi serta situasi dan kondisi yang

menimbulkan halusinasi. Perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang

datang disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap

stimulus tersebut. Gangguan persepsi sensori meliputi tipe penglihatan,

pendengaran, kinestetik, pengecapan, taktil. Pada pasien secara garis besar

mengalami gangguan pola kognitif perceptual ditandai dengan adanya perubahan

pada tipe pendengaran. Menurut Carpenito (2009), komponen dalam pola

kognitif perceptual meliputi: penglihatan, pembelajaran, pengecap, peraba,

penghidu, kecakapan bahasa, ingatan, kemampuan mengambil keputusan,

keluhan adanya ketidaknyamanan. Pola kognitif perceptual yaitu selama sakit

pasien mengatakan mengalami gangguan pada fungsi sensori pendengaran

dengan mendengar hal-hal yang tidak ada stimulus dari luar, yaitu mendengar

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

20

suara yang membisingkan telinga pada saat akan beranjak tidur, dan ketika suara

itu muncul pasien merasa jengkel. Pasien mendengar suara seperti orang batuk

saat akan beranjak tidur pada malam hari yang membuat pasien jengkel. Ketika

pasien diajak berbicara pasien berbicara tentang isi halusinasi, frekuensi

halusinasi, dan waktu ketika halusinasi terjadi, pasien menjawab dengan jelas,

inkoheren dan bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan serta bercerita

tentang masalah yang di hadapinya. Pasien mempunyai ingatan yang baik,

misalnya makanan yang dimakan, pasien bisa menyebutkan nama teman dan

perawat, selain itu pasien juga dapat mengingat memori jangka pendek, misalnya

ia mengingat makan dan kegiatan. Pasien mampu mengambil keputusan

sederhana saat diberi pertanyaan oleh perawat misalnya pasien memutuskan

untuk mandi terlebih dahulu sebelum makan. Pasien menurut dengan perawat.

Dalam hal ini penulis dapat mengkaji pola kognitif perceptual meliputi ingatan,

kemampuan mengambil keputusan, keluhan adanya rasa ketidaknyamanan yaitu

jengkel tetapi penulis belum mengkaji pola aktivitas dan pola tidur yang sangat

erat kaitanya dengan pola kognitif perceptual.

Dari pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut tanda-

tanda vital : Tekanan Darah 130/100 mmHg, Nadi 80 kali per menit, Suhu 360

C,

Pernafasan 20 kali per menit. Tinggi badan Tn. E 168 cm, berat badannya 68 kg

dan tidak mengalami penurunan berat badan selama di rumah sakit. Sedangkan

hasil pemeriksaan fisik didapat data sebagai berikut: bentuk kepala kepala Tn. E

mesocepal, bersih, rambut warna hitam bergelombang, kulit kepala tidak ada

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

21

ketombe. Bagian mata pasien : tidak mengunakan alat bantu penglihatan, simetris

antara kanan-kiri, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik. Mulut pasien

tidak ada stomatitis, gigi tidak rata, tidak ada caries, lidah bersih. Hidung Tn. E

bersih tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada gangguan penciuman. Telinga

simetris antara kanan-kiri, bersih tetapi ada sedikit penumpukan serumen. Pada

bagian ekstremitas pasien tidak mengalami gangguan semuanya normal berfungsi

dengan baik . Tn. E tidak mengeluhkan adanya gangguan fisik. Pada pemeriksaan

fisik dan data penunjang tidak didapatkan data yang abnormal, hasil pemeriksaan

masih berada dalam batas normal.

Menurut Saidah (2003) halusinasi adalah gangguan penyerapan atau

persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada

sistem pengindraan pada saat kesadaran penuh dan baik. Maksudnya rangsangan

tersebut terjadi pada saat pasien dapat menerima rangsang dari luar dan dari

individu. Dengan kata lain pasien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata,

yang hanya dirasakan oleh pasien dan tidak dapat dibuktikan. Dalam kasus ini

pasien mengalami gangguan dalam persepsi sensorinya ketika pasien

mendengarkan suara-suara yang muncul, pasien merasa gelisah dan cemas, pasien

mendengar suara itu saat akan beranjak tidur, pasien mendengar suara seperti

orang batuk selama 3 menit yang membuat pasien jengkel. Dalam kasus ini

pasien mengalami halusinasi dikarenakan suara yang muncul berupa rangsangan

yang tidak nyata, hanya dirasakan oleh Tn.E dan tidak dapat dibuktikan.

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

22

Dari pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium darah rutin

GDS : 81mg/dl, SGOT : 23 U/L, SGPT : 7 U/L, Hb : 14,9 g/dl Ht : 42,2%.

Terapi medis: Trihexsipenidil (THP) untuk rileks dan badan tidak kaku dengan

dosis 3X1 @ 2mg, Halloperidol (HALDOL) untuk membuat pikiran pasien

tenang dengan dosis 3X1 @ 5 mg, Chlorpromasine (CPZ) untuk menghilangkan

suara bisikan pada pasien dengan dosis 2X1 @ 100mg.

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola

respon pasien baik aktual maupun potensial (Stuart & Laraia, 2001). Sedangkan

Keliat, (2005) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai penilaian tehnik

mengenai respon individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual maupun potensial. Manifestasi klinis halusinasi

antara lain yaitu bingung, apatis terhadap lingkungan, pasien tidak dapat

membedakan anttara realita dan khayalan. Sulit tidur dan konsentrasi menurun,

gelisah, agitasi, agresif, destruktif, ekspresi wajah tenang, perasaan tidak aman,

curiga, tersinggung, bicara sendiri, berkeringat, nadi cepat, tekanan darah

meningkat, halusinasi dengar, pasien menyumbat telinga, sikap seperti mendengar

sesuatu, tertawa sendiri, terdiam, terengah - engah dalam pembicaraan sulit

membuat keputusan (Kusumawati, 2010). Sedangkan menurut Herdman (2011),

batasan karakteristik halusinasi meliputi: perubahan dalam perilaku, perubahan

dalam menyelesaikan masalah, perubahan dalam ketajaman sensori, yang

termasuk dalam sensori pendengaran yang ditandai dengan pasien mendengar

suara tanpa adanya stimulus dari luar. Bedasarkan pengkajian pada Tn. E secara

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

23

garis besar ditemukan data subyektif dan data obyektif yang menunjukan

karakteristik Tn. E dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori:

halusinasi pada yang ditandai dengan data subyektif yaitu pasien mengatakan

sering mendengar suara yang membisingkan telinga seperti orang batuk, saat

pasien akan tidur dan membuat pasien jengkel. Hal ini yang menjadi dasar bagi

penulis untuk mengangkat diagnosa tersebut.

Pohon masalah merupakan penjelasan bagaimana halusinasi bisa terjadi

dan akibat dari halusinasi tersebut. Halusinasi terjadi karena isolasi sosial :

menarik diri. Menarik diri bisa menyebabkan masalah utama/core problem

gangguan persepsi sensori : halusinasi, dari halusinasi bisa menyebabkan resiko

perilaku kekerasan. Menurut teori Keliat dkk, (2005) bahwa terdapat 4 diagnosa

keperawatan yaitu, resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan sebagai

akibat, gangguan persepsi sensori halusinasi sebagai core problem, dan ketidak

efektifan koping keluarga sebagai etiologi. Pasien yang mengalami perubahan

persepsi sensori yaitu halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang

lain dan lingkungannya. Pada pembahasan tentang pohon masalah, pasien

mengalami halusinasi dengan respon merasa jengkel yang potensial akan

dimanifestasikan dengan perbuatan untuk mencederai diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori yang ada dengan

fakta yang terjadi di lapangan.

Menurut hirarki kebutuhan dasar manusia Maslow adalah sebuah teori

yang dapat digunakan untuk memahami hubungan dasar manusia pada saat

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

24

memberikan perawatan. Hirarki kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas

yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan

cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri, aktualisasi

(Potter & Perry, 2005). Isi halusinasi meliputi adanya suara-suara yang tidak jelas

asalnya, terlintasnya bayangan yang tidak nyata. Dalam beberapa kasus secara

umum keamanan psikologis bisa mengancam dari bahaya. Dari halusinasi bisa

menimbulkan kecemasan yang mengakibatkan gangguan keamanan pada pasien

kurang terpenuhi. Selanjutnya dalam rencana keperawatan, implementasi dan

evaluasi penulis dapat mengatasi core problem gangguan persepsi sensori:

halusinasi. Diharapkan dari hal tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasar

keamanan pasien.

Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan dalam membantu pemilihan

perencanaan untuk memberikan petunjuk terhadap pemberian asuhan

keperawatan kepada klien (Townsend.M.C, 2006). Intervensi atau rencana

tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus,

rencana tindakan keperawatan. Pertama adalah tujuan umum yang berfokus pada

penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosis tertentu, tujuan umum dapat

tercapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Kedua, tujuan khusus

berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosis tertentu. Tujuan khusus

merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki pasien.

Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien.

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

25

Menurut Stuart & Laraia (2001) umumnya, kemampuan pasien pada

tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang

diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosis keperawatan,

kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi, dan

kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar pasien percaya pada kemampuan

menyelesaikan masalah.

Berdasarkan intervensi yang penulis lakukan, terdapat kesamaan antara

konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus Tn. E, karena penulis mengacu

pada teori yang ada, dimana tahapan – tahapan perencanaan yang ada pada kasus

Tn. E sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien, serta dalam rencana

keperawatan penulis sudah memasukkan tiga aspek dalam perencanaan, meliputi:

tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tetapi karena

keterbatasan waktu, penulis belum melakukan pendokumentasian terhadap

pemanfaatan obat pasien Intervensi keperawatan untuk diagnosa keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi dilaksanakan 3 hari pada tanggal 2-4

April 2012 Strategi pelaksanaan 1 : Membina hubungan saling percaya dengan

pasien, mengindentifikasi jenis halusinasi, mengindentifikasi isi halusinasi,

mengindentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, mengindentifikasi respon

pasien terhadap halusinasi, mengajarkan cara memutus halusinasi cara pertama

yaitu dengan menghardik, menganjurkan pasien untuk memasukan dalam jadwal

harian. Strategi pelaksanaan 2 : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,

mengevaluasi cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengajarkan

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

26

mengendalikan halusinasi cara bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan

pasien memasukan dalam jadwal harian. Strategi pelaksanaan 3 : Mengevaluasi

jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan

melakukan kegiatan (kegiatan yang bisa dilakukan pasien), menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Implementasi kepeawatan adalah apabila tujuan, hasil dan intervensi telah

diidentifikasi perawat siap untuk melakukan aktivitas pencatatan pada rencana

keperawatan klien (Towsend. M. C, 2006). Implementasi meliputi pengelolaan

dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan (Riyadi & Purwanto, 2009). Pada diagnosa persepsi sensori:

halusinasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan, yang terdiri dari

strategi pelaksanaan pasien dan strategi pelaksanaan untuk keluarga.

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi seringkali jauh berbeda dengan

rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana

tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa dilakukan

perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan,

dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan pasien dan

perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal.

Dalam implementasi pada kasus ini penulis sudah membuat perencanaan yang

sudah tertulis sebelum melakukan tindakan.

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

27

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu

memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan

dibutuhkan pasien saat ini. Perawat juga menilai sendiri, apakah mempunyai

kemampuan interpersonal, intelektual, dan tehnikal yang diperlukan untuk

melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman

bagi pasien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh

dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat

membuat kontrak (inform consent) dengan pasien yang isinya menjelaskan apa

yang akan dilaksanakan peran serta yang diharapkan dari pasien,

dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon pasien

(Direja, 2011).

Berdasarkan implementasi yang dilakukan dalam satu kali interaksi

dalam tiga hari pertemuan. Pada interaksi tersebut penulis melakukan tindakan

keperawatan untuk mengatasi tujuan khusus pertama, kedua dan ketiga, sesuai

dengan strategi pelaksanaan yang penulis buat yaitu pada tujuan khusus yang

pertama pasien dapat membina hubungan saling percaya, pada tujuan khusus

yang kedua, pasien dapat mengenal halusinasinya dan pada tujuan khusus yang

ketiga pasien dapat mengontrol halusinasinya. Hal ini dilakukan karena

hubungan hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik anatar

perawat dengan pasien, dan halusinasi harus dikenal lebih dahulu oleh perawat

agar intervensi efektif (Rasmun, 2001).

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

28

Tindakan yang terlaksana adalah membina hubungan saling percaya,

menanyakan apakah pasien masih mendengar suara yang membisingkan telinga

seperti orang batuk, saat pasien akan tidur dan membuat pasien jengkel,

mengatakan bahwa perawat percaya namun perawat tidak mendengarkannya,

mengatakan bahwa perawat akan membantu pasien mengontrol halusinasinya,

mengobservasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya, membantu

mengenal halusinasinya, mendiskusikan dengan pasien situasi yang

menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi, mendiskusikan waktu dan

frekuensi terjadi halusinasi, menanyakan tindakan yang pasien lakukan ketika

suara tersebut muncul, mendiskusikan cara baru untuk mengontrol

halusinasinya, membantu pasien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi

yang pertama yaitu menghardik, memberikan kesempatan pasien untuk

mempraktekkan cara yang telah diajarkan, memberikan pujian jika berhasil,

menganjurkan pasien untuk memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

Tindakan keperawatan mengacu pada strategi pelaksanaan yang telah ditetapkan

mulai dari Sp 1, Sp 2, Sp 3 yang semuanya dilaksanakan tanpa danya hambatan

yang berarti dan direspon oleh pasien dengan tindakan yang positif. Untuk

pelaksanaan TUM yang mengacu pada TUK dalam tindakan keperawatan tidak

mengalami hambatan dan semua prosedur telah sesuai dengan kriteria hasil yang

diharapkan.

Pedoman penulis dalam pencapaian tujuan khusus, pertama, kedua, dan

ketiga adalah penulis telah mempersiapkan strategi pelaksanaan sebagai acuan

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

29

dalam melakukan implementasi keperawatan pada Tn. E, sehingga pasien mau

berinteraksi dengan penulis dan bersedia mengutarakan masalah yang

dihadapinya.

Evaluasi keperawatan adalah proses berkesinambungan yang perlu

dilakukan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan dilakukan

(Towsend, 2006). Evaluasi keperawatan merupakan proses yang berkelanjutan

untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien, evaluasi dilakukan

secara terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan (Nurjannah, 2005).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

diantaranya sebagai berikut : subyektif: respon subyektif pasien terhadap

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan

menanyakan: “bagaimana perasaan bapak setelah latihan menghardik ?”.

Obyektif: Respon obyektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat

tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau

memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi. Assessment: Analisis ulang

atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih

tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksidengan

masalahyang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan. Planning:

perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

30

yang terdiri dari tindak lanjut pasien dan tindak lanjut oleh perawat (Direja,

2011).

Berdasarkan evaluasi data subyektif dan data obyektif yang diperoleh,

dilakukan perencanaan selanjutnya untuk Tn. E antara lain mengevaluasi dan

mengoptimalkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap –

cakap dengan orang lain, aktivitas yang terjadwal, cara minum obat dan

memasukkan semua itu ke dalam jadwal kegiatan harian. Dalam evaluasi

ditemukan hal yang mengalami kesenjangan yaitu tidak dapat melaksanakan

semua strategi pelaksanaan yang dikarenakan terbatasnya waktu, tetapi hambatan

ini telah dikoordinasikan dengan perawat ruangan melalui suatu bentuk

pendelegasian yang bertujuan untuk melanjutkan tindakan keperawatan Sp IV.

B. Simpulan dan Saran

a. Simpulan

Dari uraian bab pembahasan dan disesuaikan dengan tujuan khusus

dari penulisan studi kasus, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan

dan dalam kasus ini ditemukan data yang menjadi fokus dalam gangguan

persepsi : halusinasi adalah pola kognitif perseptual dengan keluhan

kurang lebih 3 hari pasien mendengar suara-suara yang membisingkan

telinga, yaitu suara batuk sehingga pasien susah tidur, suara itu muncul

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

31

malam hari saat pasien tidur. Faktor presipitasinya pasien pernah

mengalami gangguan jiwa dan pernah dirawat di RSJD Surakarta 2 kali.

2. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari

pengkajian. Sedangkan diagnosa yang penulis angkat pada kasus Tn. E

adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi.

3. Intervensi keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan

khusus, dan rencana tindakan keperawatan tujuan umum dilakukan

tindakan keperawatan pada permasalahan yang dihadapi pasien yaitu agar

dapat mengontrol halusinasi yang dialami. Tujuan khusus 1 : Pasien dapat

membina hubungan saling percaya. Kriteria evaluasi : setelah satu kali

interaksi pasien menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat ; ekpresi

wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau

duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah

yang dihadapi. Sedangkan pada kasus Tn. E penulis melakukan intervensi

sesuai dengan teori yang ada dengan menggunakan SP1 sampai SP3 pada

halusinasi.

4. Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana penerapan

yang telah disusun pada tahapan perencanaan. Pada diagnosa gangguan

persepsi sensori: halusinasi disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan, yang terdiri dari strategi pelaksanaan untuk pasien dan

strategi pelaksanaan untuk keluarga.

Page 42: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

32

5. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP. Dalam kasus

dapat dianalisis bahwa masalah teratasi kemudian dilanjutkan rencana SP

IV yaitu dengan minum obat.

6. Analisa pemenuhan kebutuhan keamanan pada pasien halusinasi yang

didapatkan tindakan yang didasarkan pada TUM dan TUK telah

terlaksana, dan ditarik kesimpulan bahwa metode yang diterapkan

termasuk dalam kategori efektif untuk menujang kesembuhan pasien.

b. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang

diharapkan bermanfaat.

1. Bagi rumah sakit, hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang

dibutuhkan pasien untuk penyembuhan, rumah sakit menyediakan perawat

professional guna membantu penyembuhan pasien.

2. Bagi pasien, perlunya peningkatan pengetahuan bagi pasien dan keluarga

dengan jiwa tentang informasi penyakit yang diderita, khususnya

pencegahan supaya tidak terjadi kekambuhan dan rutinitas dalam minum

obat.

3. Bagi institusi, memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan

prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui

praktek klinik dan pembuatan laporan khususnya pada keperawatan jiwa.

Page 43: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

33

4. Bagi keluarga, perlunya keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam

memperbaiki kesehatan keluarga yang menderita gangguan jiwa sehingga

pemecahan masalah yang dihadapi pasien dapat ditingkatkan.

Page 44: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

DAFTAR PUSTAKA

Barry, Patricia D. (2003). Mental health and mental allness. New York,

Philadhelphia : Lippicot

Daniela Hubl, MD; Thomas Koenig, PhD; Werner Strik, MD; Andrea Federspiel,

PhD; Roland Kreis, PhD;Chris Boesch, MD, PhD; Stephan E. Maier,

PhD; Gerhard Schroth, MD; Karl Lovblad, MD; Thomas Dierks, MD.

Pathways That Make Voices White Matter Changes in Auditory

Hallucinations, www.archgenpsychiatry.com. diakses 19 April 2012

Doengoes, Marilynn E. (2007). Rencana asuhan keperawatan psikiatri / Marilynn

E. Doengoes, Mary C Townsend, Mary Frances Moorhouse ; alih bahasa,

Laili mahmudah [et. al]; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. Edisi 3.

EGC. Jakarata

Keliat, Budi A. (2005). Proses keperawatan jiwa. Penerbit Ilmu Buku Kedokteran

; EGC. Jakarta

Mansjoer, A., Suprohalita, (2007) WI Wardhani, dan W. Setiowulan. 2003. Kapita

Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta

Ralph E. Hoffman, MD; Keith A. Hawkins, PsyD; Ralitza Gueorguieva, PhD;

Nash N. Boutros, MD;Fady Rachid, MD; Kathleen Carroll, PhD; John H.

Krystal, MD.Transcranial Magnetic Stimulation of Left Temporoparietal

Cortex and Medication-Resistant Auditory Hallucinations,

www.archgenpsychiatry.com,�diakses19 April 2012

Stuart (2005). Proses keperawatan jiwa. Penerbit Ilmu Buku Kedokteran ; EGC.

Jakarta

Page 45: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-wahyupunto... · sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis

Stuart, Gail Wiscarz (2005), Buku Saku Keperawatan Jiwa/Gail Wiscarz Stuart,

Sandra J. Sundeen : alih bahasa, Achir Yani S. Hamid : editor dalam

bahasa Indonesia, Yasmin Asih, Edisi 6, EGC, Jakarta

Tony Morrison, Behavioural and Cognitive Psychotherapy, 2001, 29, 257–

276Psychology Services, Mental Health Services of Salford, Bury New

Road, Manchester, M25 3BL, UK. E-mail: [email protected]

tr.nwest.nhs.uk�

Townsend, Mary C,(2006), Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan

psikiatri: pedoman untuk pembuatan rencana perawatan / Mary C.

Townsend ; alih bahasa, Novi Helena C. Daulima ; editor, Monica Ester.

Edisi 5. EGC. Jakarta

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa / Sheila L. Videback ;

alih bahasa Indonesia, Renata Komalasari, arifin Hany ; editor edisi

Indonesia, Pamilih Eko Karyuni. EGC. Jakarta