Strategi Pengembangan Gapoktan

14
1 STRATEGI PENGEMBANGAN GAPOKTAN (Studi Kasus di Kabupaten Malang) Oleh : Dwita Indrarosa Usaha agribisnis kelompok tani/gapoktan tentunya tidak berhenti sampai di desa, tetapi berlanjut sampai ke tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan ke tingkat propinsi dan tingkat nasional. Embrio pengembangan skala usaha agribisnis yang telah tampak di berbagai kabupaten dalam pengembangan usaha agribisnis sampai terbentuknya kawasan usaha agribisnis. Interpretasi dari Gambar 2 yang berkenaan dengan sistem penyuluhan, adalah : Penyuluh pertanian sampai saat ini membina baik petani individual maupun kelompok; Permintaan pasar terhadap komoditas unggulan yang semakin banyak menuntut terbentuknya kelompok usaha bersama melalui lintas desa dalam satu kecamatan atau lintas kecamatan dalam satu kabupaten, sehingga terbentuk kawasan usaha agribisnis, Penataan kelembagaan petani yang masih belum terlaksana di BPP diharapkan mampu menata kelembagaan petani,

description

 

Transcript of Strategi Pengembangan Gapoktan

Page 1: Strategi Pengembangan Gapoktan

1

STRATEGI PENGEMBANGAN GAPOKTAN

(Studi Kasus di Kabupaten Malang)

Oleh :

Dwita Indrarosa

Usaha agribisnis kelompok tani/gapoktan tentunya tidak berhenti

sampai di desa, tetapi berlanjut sampai ke tingkat kecamatan, kabupaten,

bahkan ke tingkat propinsi dan tingkat nasional. Embrio pengembangan

skala usaha agribisnis yang telah tampak di berbagai kabupaten dalam

pengembangan usaha agribisnis sampai terbentuknya kawasan usaha

agribisnis. Interpretasi dari Gambar 2 yang berkenaan dengan sistem

penyuluhan, adalah :

Penyuluh pertanian sampai saat ini membina baik petani individual

maupun kelompok; Permintaan pasar terhadap komoditas

unggulan yang semakin banyak menuntut terbentuknya kelompok

usaha bersama melalui lintas desa dalam satu kecamatan atau

lintas kecamatan dalam satu kabupaten, sehingga terbentuk

kawasan usaha agribisnis,

Penataan kelembagaan petani yang masih belum terlaksana di BPP

diharapkan mampu menata kelembagaan petani,

Page 2: Strategi Pengembangan Gapoktan

2

Penyuluh di BPP perlu dibekali pengetahuan tentang managemen

agribisnis dan market intelligence, termasuk pengembangan industri

skala kecil (cottage industry) di perdesaan untuk memfasilitasi

terbentuknya usaha agribisnis dan kelompok usaha bersama yang

mandiri,

Kelompok usaha agribisnis bersama yang mandiri itu diwujudkan

menjadi lembaga ekonomi skala kecil yang formal dalam bentuk

asosiasi, koperasi atau BUMP (Badan Usaha Milik Petani).

Strategi yang dilakukan untuk menjamin keberlanjutan kegiatan

dan penerapan hasil, khusus perluasan usaha agribisnis kelompok

diilustrasikan dalam Gambar 2.

A.Peningkatan Jumlah dan Kapasitas Kelembagaan Petani

1. Pemberdayaan petani

Pemberdayaan petani yang diterapkan adalah perubahan pola

pikir, wawasan dan perilaku. Tumbuhnya kembali rasa percaya diri,

kebersamaan, semangat gotong royong, dan kesadaran akan potensi

individu dan masyarakat tani untuk membangun masa depannya

merupakan modal yang tak ternilai sebagai hasil pemberdayaan petani

itu. Namun demikian, hasil ini masih merupakan awal dari kegiatan

besar untuk meningkatkan pendapatan petani

Page 3: Strategi Pengembangan Gapoktan

3

Gambar 2. Proses pengembangan kawasan usaha agribisnis.

secara berkelanjutan guna memperbaiki kehidupannya, karena

perubahan pola pikir dan perubahan perilaku memerlukan waktu yang

relatif lama. Tetapi langkah awal ini telah meningkatkan kemauan dan

kemampuan masyarakat tani untuk memanfaatkan kesempatan yang

ada dengan berusahatani secara lebih baik melalui penerapan inovasi

teknologi dalam usahataninya. Pemberdayaan kelembagaan bertujuan

untuk meningkatkan pendapatan kelompok melalui : i)peningkatan

produktivitas usahatani dengan menerapkan inovasi teknologi spesifik

lokasi, ii) peningkatan indeks tanam, iii) peningkatan nilai tambah

Page 4: Strategi Pengembangan Gapoktan

4

produk pertanian, iv) mengintegrasikan usahatani tanaman dan ternak.v)

pengembangan dan inovasi teknologi dengan difasilitasi oleh lembaga

pemerintah maupun non pemerintah yang terkait.

2. Peningkatan peran organisasi petani

Kesempatan dan bimbingan perlu diberikan kepada

Poktan/Gapoktan baik kelompok pria, wanita maupun remaja agar

menjadi wadah partisipasi masyarakat dalam melaksanakan usaha/bisnis

bersama, hal ini dimaksudkan untuk :

i. Meningkatkan fungsi usaha pertanian dari yang berorientasi pada

produksi ke usaha pertanian yang berorientasi pada pendapatan,

ii. Membentuk kegiatan usaha bersama dalam pengadaan sarana

produksi, dan permodalan untuk pengembangan usaha

agribisnis dan pemasaran hasil,

iii. Mengembangkan kelompok tani manjadi usaha yang berbadan

hukum, seperti asosiasi koperasi atau BUMP,

iv. Membina jejaring kerjasama antar Poktan/Gapoktan untuk

meningkatkan usaha agribisnis dan pemasaran hasil (scaling up).

Peran Poktan/Gapoktan yang telah berkembang harus dipertahankan

keberlanjutannya oleh petani sendiri dengan fasilitasi dari lembaga

pemerintah, swasta atau lembaga kemasyarakatan.

Page 5: Strategi Pengembangan Gapoktan

5

B.Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penyuluhan

1. Pengembangan agribisnis

Penyuluhan pertanian di Bapelluh supaya berorientasi agribisnis

dengan alasan sebagai berikut :

i. Produksi tanaman pangan diutamakan untuk memantapkan

ketahanan pangan rumah tangga; kelebihan dari produksi yang

dijual ke pasar berarti agribisnis diterapkan,

ii. Petani peserta pembelajaran FMA telah menerapkan

diversifikasi pertanian; komoditas yang masuk ke dalam sistem

usahatani (SUT), walaupun tidak dominan, tetapi prospektif

diperdagangkan, berarti dibudidayakan dengan orientasi

agribisnis,

iii. Kemampuan untuk menciptakan SUT yang tangguh dan

industrial, dalam arti mampu mensuplai produk pertanian secara

berkelanjutan dengan kualitas baik perlu diasah, dan penyuluhnya

dilatih khusus untuk itu.

Pengembangan agribisnis perdesaan dimaksudkan untuk

memberikan contoh usaha pertanian yang bersifat komersial,

sehingga dapat menjamin peningkatan pendapatan petani secara

Page 6: Strategi Pengembangan Gapoktan

6

berkelanjutan. Komoditas untuk agribisnis perdesaan ini bukan selalu

komoditas komersial seperti tanaman perkebunan, tetapi juga tanaman

pangan, tanaman palawija, tanaman hortikultura dan ternak. Kegiatan

agribisnis perdesaan merupakan yaitu pemberdayaan petani,

pengembangan sumber informasi, dan pengembangan dan diseminasi

inovasi teknologi. Pendekatan yang dilakukan lebih mempertimbangkan

integrasi usaha untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin dari

suatu kegiatan terpadu.Integrasi tanaman-ternak lebih disukai oleh

petani mengingat sisa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai pakan

ternak, terutama di musim kemarau, sedangkan kotoran ternak

beserta sisa tanaman lainnya dapat dimanfaatkan untuk pupuk

organik sehingga mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia.

Pada agribisnis perdesaan ini penyuluh pertanian berfungsi

sebagai pengawal utama teknologi yang dibutuhkan petani. Dari

agribisnis perdesaan ini juga terlihat bahwa teknologi yang

dibutuhkan petani dan disediakan oleh BPTP di beberapa lokasi

berkembang pesat, yang menunjukkan pula bahwa partisipasi petani

dalam diseminasi teknologi dapat mempercepat adopsinya.

Agribisnis perdesaan juga merupakan wahana alih fungsi.

Page 7: Strategi Pengembangan Gapoktan

7

2. Pengembangan Agroindustri

Kegiatan industri rumah tangga sudah banyak tumbuh dan

berkembang di desa-desa, seperti kegiatan pembuatan makanan ringan

(snack) yang mula-mula hanya sekedar untuk memebuhi kebutuhan

masyarakat desa, tetapi berkembang pemasarannya sampai menembus

pasar luar desanya, bahkan beberapa kelompok telah memasarkan

hasil olahannya keluar kabupaten. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh

Kelompok Wanita Tani.

Kegiatan usaha rumah tangga berkembang pula pada pekarangan

dalarn bentuk pemeliharaan sapi/kambing/domba dan penanaman

sayuran. Memang pada umumnya kegiatan pemeliharaan

sapi/kambing/domba diakui sebagai kegiatan petani pria, tetapi

kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh pria

sebatas pembuatan kandang dan kegiatan-kegiatan yang memerlukan

tenaga besar. Pemeliharaan, pencarian dan pemberian pakan sering

dilakukan oleh kaum wanita, yang lebih banyak tinggal di sekitar rumah.

Apapun bentuk usaha rumah tangga yang dilakukan dan

bagaimanapun cara pelaksanaannya, kegiatan usaha rumah tangga

ini perlu dipertahankan keberlanjutannya oleh kelompok wanita tani

Page 8: Strategi Pengembangan Gapoktan

8

dengan fasilitasi oleh penyuluh pertanian dan dinas terkait.

3. Perluasan kemitraan usaha

Pengalaman menunjukkan bahwa pihak swasta (pengusaha) akan

melaksanakan kerjasama dengan petani/kelompok tani apabila

petani/kelompok tani tersebut sudah kuat, dalam arti dapat menjamin

keteraturan penyerahan bahan mata dagangannya dengan mutu

seperti yang diharapkan. Dalam hubungan inilah agribisnis perdesaan

diarahkan agar menjadi kuat sehingga dapat menjamin keberlanjutan

kemitraan yang saling menguntungkan dengan dunia usaha. Sekali

kemitraan terjalin dan tumbuh dengan baik, maka dapat diharapkan

bahwa usaha agribisnis petani akan berkelanjutan.

Pembelajaran yang masih diperlukan, adalah :

1. Makna dari kemitraan, prasyarat yang harus dipersiapkan dan disiplin

yang harus ditaati,

2. Sistem usahatani yang tangguh dan industrial, serta penataan tanam,

3. Teknik negosiasi dan pembuatan kontrak kerja yang berkeadilan.

Pengalaman menunjukkan bahwa umumnya kontrak kerja

tertulis yang dibuat antara kelompok gapoktan dengan swasta lebih

mengikat petani daripada sinergi antar kedua belah pihak. Oleh karena

Page 9: Strategi Pengembangan Gapoktan

9

itu pentingnya kelembagaan petani yang dikukuhkan dalam BUMP.

C.Mengoptimalkan Penyelenggaraan Penyuluhan

1. Peningkatan peran Gapoktan

Gapoktan adalah kelembagaan yang anggotanya dipilih oleh

masyarakat dengan tugas/peran awal adalah merencanakan

pembelajaran dari petani oleh petani dan untuk petani. Hasil

pembelajaran yang dicapai adalah indikator keberhasilan Gapoktan

dalam mendiseminasi hasil pembelajaran ke desa lainnya sebagai

perujudan dari penyuluhan oleh petani. Perkembangan selanjutnya

yang menunjukkan bahwa peran gapoktan makin meluas, antara lain,

meliputi:

i. Peran perencanaan pembangunan agribisnis dan agroindustri

desa melalui partisipasi aktif masyarakat,

ii. Peran dalam memfasilitasi, mengkoordinasikan dan/atau membina

untuk berkembang menjadi kelompok usaha bersama,

iii. Peran dalam pengumpulan dan pengelolaan dana dari mitra

usaha atau dari sumberdaya lain.

Ketiga peran tersebut membantu upaya masyarakat tani dan

kelompok taninya untuk meningkatkan pendapatan anggotanya. Oleh

Page 10: Strategi Pengembangan Gapoktan

10

karena itu,Gapoktan harus dilembagakan demi keberlanjutan kegiatan

pemberdayaan masyarakat tani.

2. Vitalisasi e-Petani/CyberExtension

Tujuan utama pembangunan e-Petani dan Cyber Extension adalah

untuk mendekatkan masyarakat tani dan masyarakat perdesaan ke

sumber informasi, terutama informasi teknologi dan informasi harga.

Informasi harga sangat diperlukan bagi gapoktan untuk

menentukan harga jual produk yang dihasilkan, sehingga mata rantai

penjualan dapat dimimalisasikan. Hal ini tentunya akan berkaitan dengan

keuntungan yang diperoleh gapoktan.

BPP dibekali kemampuan untuk mengakses ke informasi secara

on line dengan tujuan untuk kemudahan mencari dan memperoleh

informasi dari Website Pertanian di tingkat nasional seperti di Pusdatin,

Pustaka dan Sekretariat Badan Litbang Pertanian, dan Balai Diklat. Dalam

hubungan ini BPP telah dilengkapi dengan peralatan dan tenaga telatih.

Walaupun demikian pemanfaatan e-Petani dan Cyber Extension

masih rendah, antara lain, disebabkan oleh :i) kurang tersedianya jaringan

telpon yang mampu mengirim/menerima data, ii) aliran listrik yang

sering mati, dan iii) belum tersedianya tenaga pengelola yang tetap.

Page 11: Strategi Pengembangan Gapoktan

11

Diharapkan bahwa UPT e-Petani/Cyber Extension dapat menjadi badan

usaha di tingkat kabupaten dan desa/kecamatan sehingga mampu

menyediakan dana sendiri untuk keperluan operasi, pelayanan dan

pemeliharaan, keadaan ini dapat diusahakan secara bertahap. Dalam

hubungan ini diperlukan fasilitasi dan penguatan kelembagaan sebagai

persiapan menjadi badan usaha tersebut. Penguatan kelembagaan ini

berupa ketersediaan tenaga pengelola terampil yang tetap dan dana untuk

kegiatan operasional, pelayanan dan pemeliharaan secara berkelanjutan.

Upaya untuk menjadikan UPT e-Petani/Cyber Extension sebagai lembaga

pemerintah yang formal atau sebagai unit kerja struktural mungkin

masih sulit diujudkan. Dalam hubungan ini maka paling tidak diupayakan

sebagai bagian dari unit kerja struktural yang ada yang memiliki tugas

dan fungsi dalam pelayanan informasi yaitu Bapelluh/BKP3.

Dengan penempatan UPT e-Petani/Cyber Extension di unit kerja structural

dari pemerintah daerah maka dapat diharapkan peningkatan dan

keberlanjutan layanan informasi kepada masyarakat tani khususnya dan

masyarakat perdesaan pada umumnya.

Umumnya petani tidak memperoleh informasi teknologi dan

harga tidak secara langsung, sementara sumber informasi nasional

Page 12: Strategi Pengembangan Gapoktan

12

Pustaka dan sumber informasi propinsi seperti BPTP dan perguruan

tinggi mempunyai berbagai informasi tentang teknologi pertanian yang

belum dimanfaatkan oleh petani. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

fasilitas untuk mengakses informasi dari sumber-sumber tersebut.

3. Pemanfaatan Teknologi Inisiatif Petani

Telah banyak teknologi hasil inisiatif lokal yang dihasilkan

mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan di lokasi lain selain di

tempat pengkajiannya, karena telah teradaptasi di kalangan petani.

Pengembangan/perluasan teknologi semacam ini akan banyak menolong

petani terutama petani skala kecil yang kemampuan menyediakan sarana

produksi terbatas. Teknologi semacam ini tidak memerlukan perlakuan

intensif seperti pupuk dan pestisida dalam jumlah besar, tetapi dapat

meningkatkan produktivitas dan produksi, yang berpotensi meningkatkan

pendapatannya.

Teknologi yang dikembangkan melalui inisiatif lokal termasuk

indigeneous technology, ialah teknologi berdasarkan kearifan lokal;

tetapi tidak semua indigeneous technology itu diterapkan.

Page 13: Strategi Pengembangan Gapoktan

13

4. Pemanfaatan hasil outreach research (OR)

Banyak hasil-hasil pengkajian yang sebenarnya perlu

disebarluaskan kepada petani di luar lokasi kegiatan agribisnisnya.

D.Meningkatkan Kualitas Ketenagaan Penyuluhan

Telah banyak inovasi teknologi yang dikembangkan dan

didesiminasikan, tetapi kurang banyak yang diadopsi oleh petani. Pada

umumnya teknologi yang diadopsi oleh petani secara cepat adalah

teknologi yang memang dibutuhkan dan sesuai dengan kemampuannya

(keterampilan dan permodalan). Hal ini jelas terlihat dari usulan

kelompok petani tentang teknologi yang diperlukan. Teknologi yang

dipraktekan dalam pembelajaran adalah yang diminta oleh petani atau

paling sedikit diidentifikasi secara bersama antara penyuluh dengan

petani. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan dan diseminasi

teknologi secara partisipatif dapat mempercepat adopsi teknologi oleh

petani dan diseminasi selanjutnya.

1. Vitalisasi petani sebagai penyuluh swadaya

Salah satu penyebab kurang diadopsinya teknologi yang telah

dikembangkan dan didiseminasikan ialah karena kurang kesesuaian

teknologi tersebut dengan kebutuhan dan atau kemampuan petani

Page 14: Strategi Pengembangan Gapoktan

14

terutama kemampuan dalam pengadaan sarana produksi yang diperlukan

untuk melaksanakan teknologi tesebut. Pengalaman dari petani

terutama dalam praktek pembelajaran gapoktan, banyak teknologi yang

tidak sesuai dengan teknologi yang disediakan oleh sumber teknologi.

Ternyata teknologi yang ditentukan bersama oleh penyuluh dan petani

lebih cepat diadopsi. Partisipasi petani dalam pengembangan dan

diseminasi teknologi tidak hanya meningkatkan pemahaman petani

terhadap teknologi tersebut, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki

atas teknologi tersebut sehingga mereka akan mengadopsinya.

E.Meningkatkan Sumberdaya Penyuluhan

Peningkatan sumberdaya Penyuluhan sebagai ujung tombak dari

keberhasilan gapoktan perlu diberikan apresiasi dalam menjalankan

tugasnya. Peningkatan sarana dan prasarana dalam meningkatkan

tupoksinya perlu diakomodir.