1
STRATEGI PENGEMBANGAN GAPOKTAN
(Studi Kasus di Kabupaten Malang)
Oleh :
Dwita Indrarosa
Usaha agribisnis kelompok tani/gapoktan tentunya tidak berhenti
sampai di desa, tetapi berlanjut sampai ke tingkat kecamatan, kabupaten,
bahkan ke tingkat propinsi dan tingkat nasional. Embrio pengembangan
skala usaha agribisnis yang telah tampak di berbagai kabupaten dalam
pengembangan usaha agribisnis sampai terbentuknya kawasan usaha
agribisnis. Interpretasi dari Gambar 2 yang berkenaan dengan sistem
penyuluhan, adalah :
Penyuluh pertanian sampai saat ini membina baik petani individual
maupun kelompok; Permintaan pasar terhadap komoditas
unggulan yang semakin banyak menuntut terbentuknya kelompok
usaha bersama melalui lintas desa dalam satu kecamatan atau
lintas kecamatan dalam satu kabupaten, sehingga terbentuk
kawasan usaha agribisnis,
Penataan kelembagaan petani yang masih belum terlaksana di BPP
diharapkan mampu menata kelembagaan petani,
2
Penyuluh di BPP perlu dibekali pengetahuan tentang managemen
agribisnis dan market intelligence, termasuk pengembangan industri
skala kecil (cottage industry) di perdesaan untuk memfasilitasi
terbentuknya usaha agribisnis dan kelompok usaha bersama yang
mandiri,
Kelompok usaha agribisnis bersama yang mandiri itu diwujudkan
menjadi lembaga ekonomi skala kecil yang formal dalam bentuk
asosiasi, koperasi atau BUMP (Badan Usaha Milik Petani).
Strategi yang dilakukan untuk menjamin keberlanjutan kegiatan
dan penerapan hasil, khusus perluasan usaha agribisnis kelompok
diilustrasikan dalam Gambar 2.
A.Peningkatan Jumlah dan Kapasitas Kelembagaan Petani
1. Pemberdayaan petani
Pemberdayaan petani yang diterapkan adalah perubahan pola
pikir, wawasan dan perilaku. Tumbuhnya kembali rasa percaya diri,
kebersamaan, semangat gotong royong, dan kesadaran akan potensi
individu dan masyarakat tani untuk membangun masa depannya
merupakan modal yang tak ternilai sebagai hasil pemberdayaan petani
itu. Namun demikian, hasil ini masih merupakan awal dari kegiatan
besar untuk meningkatkan pendapatan petani
3
Gambar 2. Proses pengembangan kawasan usaha agribisnis.
secara berkelanjutan guna memperbaiki kehidupannya, karena
perubahan pola pikir dan perubahan perilaku memerlukan waktu yang
relatif lama. Tetapi langkah awal ini telah meningkatkan kemauan dan
kemampuan masyarakat tani untuk memanfaatkan kesempatan yang
ada dengan berusahatani secara lebih baik melalui penerapan inovasi
teknologi dalam usahataninya. Pemberdayaan kelembagaan bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan kelompok melalui : i)peningkatan
produktivitas usahatani dengan menerapkan inovasi teknologi spesifik
lokasi, ii) peningkatan indeks tanam, iii) peningkatan nilai tambah
4
produk pertanian, iv) mengintegrasikan usahatani tanaman dan ternak.v)
pengembangan dan inovasi teknologi dengan difasilitasi oleh lembaga
pemerintah maupun non pemerintah yang terkait.
2. Peningkatan peran organisasi petani
Kesempatan dan bimbingan perlu diberikan kepada
Poktan/Gapoktan baik kelompok pria, wanita maupun remaja agar
menjadi wadah partisipasi masyarakat dalam melaksanakan usaha/bisnis
bersama, hal ini dimaksudkan untuk :
i. Meningkatkan fungsi usaha pertanian dari yang berorientasi pada
produksi ke usaha pertanian yang berorientasi pada pendapatan,
ii. Membentuk kegiatan usaha bersama dalam pengadaan sarana
produksi, dan permodalan untuk pengembangan usaha
agribisnis dan pemasaran hasil,
iii. Mengembangkan kelompok tani manjadi usaha yang berbadan
hukum, seperti asosiasi koperasi atau BUMP,
iv. Membina jejaring kerjasama antar Poktan/Gapoktan untuk
meningkatkan usaha agribisnis dan pemasaran hasil (scaling up).
Peran Poktan/Gapoktan yang telah berkembang harus dipertahankan
keberlanjutannya oleh petani sendiri dengan fasilitasi dari lembaga
pemerintah, swasta atau lembaga kemasyarakatan.
5
B.Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penyuluhan
1. Pengembangan agribisnis
Penyuluhan pertanian di Bapelluh supaya berorientasi agribisnis
dengan alasan sebagai berikut :
i. Produksi tanaman pangan diutamakan untuk memantapkan
ketahanan pangan rumah tangga; kelebihan dari produksi yang
dijual ke pasar berarti agribisnis diterapkan,
ii. Petani peserta pembelajaran FMA telah menerapkan
diversifikasi pertanian; komoditas yang masuk ke dalam sistem
usahatani (SUT), walaupun tidak dominan, tetapi prospektif
diperdagangkan, berarti dibudidayakan dengan orientasi
agribisnis,
iii. Kemampuan untuk menciptakan SUT yang tangguh dan
industrial, dalam arti mampu mensuplai produk pertanian secara
berkelanjutan dengan kualitas baik perlu diasah, dan penyuluhnya
dilatih khusus untuk itu.
Pengembangan agribisnis perdesaan dimaksudkan untuk
memberikan contoh usaha pertanian yang bersifat komersial,
sehingga dapat menjamin peningkatan pendapatan petani secara
6
berkelanjutan. Komoditas untuk agribisnis perdesaan ini bukan selalu
komoditas komersial seperti tanaman perkebunan, tetapi juga tanaman
pangan, tanaman palawija, tanaman hortikultura dan ternak. Kegiatan
agribisnis perdesaan merupakan yaitu pemberdayaan petani,
pengembangan sumber informasi, dan pengembangan dan diseminasi
inovasi teknologi. Pendekatan yang dilakukan lebih mempertimbangkan
integrasi usaha untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin dari
suatu kegiatan terpadu.Integrasi tanaman-ternak lebih disukai oleh
petani mengingat sisa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak, terutama di musim kemarau, sedangkan kotoran ternak
beserta sisa tanaman lainnya dapat dimanfaatkan untuk pupuk
organik sehingga mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia.
Pada agribisnis perdesaan ini penyuluh pertanian berfungsi
sebagai pengawal utama teknologi yang dibutuhkan petani. Dari
agribisnis perdesaan ini juga terlihat bahwa teknologi yang
dibutuhkan petani dan disediakan oleh BPTP di beberapa lokasi
berkembang pesat, yang menunjukkan pula bahwa partisipasi petani
dalam diseminasi teknologi dapat mempercepat adopsinya.
Agribisnis perdesaan juga merupakan wahana alih fungsi.
7
2. Pengembangan Agroindustri
Kegiatan industri rumah tangga sudah banyak tumbuh dan
berkembang di desa-desa, seperti kegiatan pembuatan makanan ringan
(snack) yang mula-mula hanya sekedar untuk memebuhi kebutuhan
masyarakat desa, tetapi berkembang pemasarannya sampai menembus
pasar luar desanya, bahkan beberapa kelompok telah memasarkan
hasil olahannya keluar kabupaten. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani.
Kegiatan usaha rumah tangga berkembang pula pada pekarangan
dalarn bentuk pemeliharaan sapi/kambing/domba dan penanaman
sayuran. Memang pada umumnya kegiatan pemeliharaan
sapi/kambing/domba diakui sebagai kegiatan petani pria, tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh pria
sebatas pembuatan kandang dan kegiatan-kegiatan yang memerlukan
tenaga besar. Pemeliharaan, pencarian dan pemberian pakan sering
dilakukan oleh kaum wanita, yang lebih banyak tinggal di sekitar rumah.
Apapun bentuk usaha rumah tangga yang dilakukan dan
bagaimanapun cara pelaksanaannya, kegiatan usaha rumah tangga
ini perlu dipertahankan keberlanjutannya oleh kelompok wanita tani
8
dengan fasilitasi oleh penyuluh pertanian dan dinas terkait.
3. Perluasan kemitraan usaha
Pengalaman menunjukkan bahwa pihak swasta (pengusaha) akan
melaksanakan kerjasama dengan petani/kelompok tani apabila
petani/kelompok tani tersebut sudah kuat, dalam arti dapat menjamin
keteraturan penyerahan bahan mata dagangannya dengan mutu
seperti yang diharapkan. Dalam hubungan inilah agribisnis perdesaan
diarahkan agar menjadi kuat sehingga dapat menjamin keberlanjutan
kemitraan yang saling menguntungkan dengan dunia usaha. Sekali
kemitraan terjalin dan tumbuh dengan baik, maka dapat diharapkan
bahwa usaha agribisnis petani akan berkelanjutan.
Pembelajaran yang masih diperlukan, adalah :
1. Makna dari kemitraan, prasyarat yang harus dipersiapkan dan disiplin
yang harus ditaati,
2. Sistem usahatani yang tangguh dan industrial, serta penataan tanam,
3. Teknik negosiasi dan pembuatan kontrak kerja yang berkeadilan.
Pengalaman menunjukkan bahwa umumnya kontrak kerja
tertulis yang dibuat antara kelompok gapoktan dengan swasta lebih
mengikat petani daripada sinergi antar kedua belah pihak. Oleh karena
9
itu pentingnya kelembagaan petani yang dikukuhkan dalam BUMP.
C.Mengoptimalkan Penyelenggaraan Penyuluhan
1. Peningkatan peran Gapoktan
Gapoktan adalah kelembagaan yang anggotanya dipilih oleh
masyarakat dengan tugas/peran awal adalah merencanakan
pembelajaran dari petani oleh petani dan untuk petani. Hasil
pembelajaran yang dicapai adalah indikator keberhasilan Gapoktan
dalam mendiseminasi hasil pembelajaran ke desa lainnya sebagai
perujudan dari penyuluhan oleh petani. Perkembangan selanjutnya
yang menunjukkan bahwa peran gapoktan makin meluas, antara lain,
meliputi:
i. Peran perencanaan pembangunan agribisnis dan agroindustri
desa melalui partisipasi aktif masyarakat,
ii. Peran dalam memfasilitasi, mengkoordinasikan dan/atau membina
untuk berkembang menjadi kelompok usaha bersama,
iii. Peran dalam pengumpulan dan pengelolaan dana dari mitra
usaha atau dari sumberdaya lain.
Ketiga peran tersebut membantu upaya masyarakat tani dan
kelompok taninya untuk meningkatkan pendapatan anggotanya. Oleh
10
karena itu,Gapoktan harus dilembagakan demi keberlanjutan kegiatan
pemberdayaan masyarakat tani.
2. Vitalisasi e-Petani/CyberExtension
Tujuan utama pembangunan e-Petani dan Cyber Extension adalah
untuk mendekatkan masyarakat tani dan masyarakat perdesaan ke
sumber informasi, terutama informasi teknologi dan informasi harga.
Informasi harga sangat diperlukan bagi gapoktan untuk
menentukan harga jual produk yang dihasilkan, sehingga mata rantai
penjualan dapat dimimalisasikan. Hal ini tentunya akan berkaitan dengan
keuntungan yang diperoleh gapoktan.
BPP dibekali kemampuan untuk mengakses ke informasi secara
on line dengan tujuan untuk kemudahan mencari dan memperoleh
informasi dari Website Pertanian di tingkat nasional seperti di Pusdatin,
Pustaka dan Sekretariat Badan Litbang Pertanian, dan Balai Diklat. Dalam
hubungan ini BPP telah dilengkapi dengan peralatan dan tenaga telatih.
Walaupun demikian pemanfaatan e-Petani dan Cyber Extension
masih rendah, antara lain, disebabkan oleh :i) kurang tersedianya jaringan
telpon yang mampu mengirim/menerima data, ii) aliran listrik yang
sering mati, dan iii) belum tersedianya tenaga pengelola yang tetap.
11
Diharapkan bahwa UPT e-Petani/Cyber Extension dapat menjadi badan
usaha di tingkat kabupaten dan desa/kecamatan sehingga mampu
menyediakan dana sendiri untuk keperluan operasi, pelayanan dan
pemeliharaan, keadaan ini dapat diusahakan secara bertahap. Dalam
hubungan ini diperlukan fasilitasi dan penguatan kelembagaan sebagai
persiapan menjadi badan usaha tersebut. Penguatan kelembagaan ini
berupa ketersediaan tenaga pengelola terampil yang tetap dan dana untuk
kegiatan operasional, pelayanan dan pemeliharaan secara berkelanjutan.
Upaya untuk menjadikan UPT e-Petani/Cyber Extension sebagai lembaga
pemerintah yang formal atau sebagai unit kerja struktural mungkin
masih sulit diujudkan. Dalam hubungan ini maka paling tidak diupayakan
sebagai bagian dari unit kerja struktural yang ada yang memiliki tugas
dan fungsi dalam pelayanan informasi yaitu Bapelluh/BKP3.
Dengan penempatan UPT e-Petani/Cyber Extension di unit kerja structural
dari pemerintah daerah maka dapat diharapkan peningkatan dan
keberlanjutan layanan informasi kepada masyarakat tani khususnya dan
masyarakat perdesaan pada umumnya.
Umumnya petani tidak memperoleh informasi teknologi dan
harga tidak secara langsung, sementara sumber informasi nasional
12
Pustaka dan sumber informasi propinsi seperti BPTP dan perguruan
tinggi mempunyai berbagai informasi tentang teknologi pertanian yang
belum dimanfaatkan oleh petani. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
fasilitas untuk mengakses informasi dari sumber-sumber tersebut.
3. Pemanfaatan Teknologi Inisiatif Petani
Telah banyak teknologi hasil inisiatif lokal yang dihasilkan
mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan di lokasi lain selain di
tempat pengkajiannya, karena telah teradaptasi di kalangan petani.
Pengembangan/perluasan teknologi semacam ini akan banyak menolong
petani terutama petani skala kecil yang kemampuan menyediakan sarana
produksi terbatas. Teknologi semacam ini tidak memerlukan perlakuan
intensif seperti pupuk dan pestisida dalam jumlah besar, tetapi dapat
meningkatkan produktivitas dan produksi, yang berpotensi meningkatkan
pendapatannya.
Teknologi yang dikembangkan melalui inisiatif lokal termasuk
indigeneous technology, ialah teknologi berdasarkan kearifan lokal;
tetapi tidak semua indigeneous technology itu diterapkan.
13
4. Pemanfaatan hasil outreach research (OR)
Banyak hasil-hasil pengkajian yang sebenarnya perlu
disebarluaskan kepada petani di luar lokasi kegiatan agribisnisnya.
D.Meningkatkan Kualitas Ketenagaan Penyuluhan
Telah banyak inovasi teknologi yang dikembangkan dan
didesiminasikan, tetapi kurang banyak yang diadopsi oleh petani. Pada
umumnya teknologi yang diadopsi oleh petani secara cepat adalah
teknologi yang memang dibutuhkan dan sesuai dengan kemampuannya
(keterampilan dan permodalan). Hal ini jelas terlihat dari usulan
kelompok petani tentang teknologi yang diperlukan. Teknologi yang
dipraktekan dalam pembelajaran adalah yang diminta oleh petani atau
paling sedikit diidentifikasi secara bersama antara penyuluh dengan
petani. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan dan diseminasi
teknologi secara partisipatif dapat mempercepat adopsi teknologi oleh
petani dan diseminasi selanjutnya.
1. Vitalisasi petani sebagai penyuluh swadaya
Salah satu penyebab kurang diadopsinya teknologi yang telah
dikembangkan dan didiseminasikan ialah karena kurang kesesuaian
teknologi tersebut dengan kebutuhan dan atau kemampuan petani
14
terutama kemampuan dalam pengadaan sarana produksi yang diperlukan
untuk melaksanakan teknologi tesebut. Pengalaman dari petani
terutama dalam praktek pembelajaran gapoktan, banyak teknologi yang
tidak sesuai dengan teknologi yang disediakan oleh sumber teknologi.
Ternyata teknologi yang ditentukan bersama oleh penyuluh dan petani
lebih cepat diadopsi. Partisipasi petani dalam pengembangan dan
diseminasi teknologi tidak hanya meningkatkan pemahaman petani
terhadap teknologi tersebut, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki
atas teknologi tersebut sehingga mereka akan mengadopsinya.
E.Meningkatkan Sumberdaya Penyuluhan
Peningkatan sumberdaya Penyuluhan sebagai ujung tombak dari
keberhasilan gapoktan perlu diberikan apresiasi dalam menjalankan
tugasnya. Peningkatan sarana dan prasarana dalam meningkatkan
tupoksinya perlu diakomodir.
Top Related