Strategi Pengembangan Kerbau

download Strategi Pengembangan Kerbau

of 35

Transcript of Strategi Pengembangan Kerbau

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    1/35

    1

    STRATEGI PENGEMBANGAN KERBAU SEBAGAI

    SUMBERDAYA GENETIK LOKAL DI KA BUPATEN GARUT

    KARYA ILMIAH

    DEDI RAHMAT

    FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    JATINANGOR

    2010

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    2/35

    2

    KATA PENGANTAR

    Kerbau merupakan ternak yang telah lama dikenal dan dipelihara petani.

    Tujuan utama memelihara kerbau sebagai sumber tenaga kerja untuk membantu

    kegiatan pertanian terutama membajak sawah, sedangkan tujuan lainnya adalah

    sebagai tabungan, kegemaran, sumber pendapatan tambahan dan untuk upacara

    adat. Demikian pentingnya kehadiran kerbau untuk petani, namun perhatian

    pemerintah terhadap kerbau sangat kurang, penelitian-penelitian mengenai kerbau

    hampir tidak ada .Pada Makalah ini penulis mencoba membuat stategi pengembangan ternak

    kerbau di Kabupaten Garut sebagai sumber daya genetik local. Data yang

    digunakan merupakan data sekunder dari Dinas Peternakan Kabupaten Garut,

    Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat serta hasil-hasil penelitian lainnya.

    Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan mencapai

    tujuannya.

    Jatinangor, Janurai 2010

    Penulis

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    3/35

    3

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ......................................................................

    DAFTAR ISI ...................................................................................

    DAFTAR TABEL ............................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................

    PENDAHULUAN ...........................................................................

    Latar Belakang ...................................................................Tujuan ................................................................................

    Metode ...............................................................................

    Analisis Data .....................................................................

    KEADAAN UMUM KABUPATEN GARUT ...............................

    Letak Geografis .................................................................

    Ketinggian Tempat dan Topografi .....................................

    Tataguna Lahan .................................................................

    Kondisi Lahan ...................................................................Penduduk ...........................................................................

    Sarana dan Prasarana Agribisnis Peternakan ....................

    HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

    Potensi Fisik untuk Pengembangan Ternak Kerbau ...........

    Kapasitas Tampung .............................................................

    Potensi Ternak Kerbau Sebagai Sumber Tenaga Kerja ......

    Potensi Kerbau Sebagai Penghasil Daging .........................Potensi Biologis Ternak Kerbau .........................................Potensi Genetis Ternak Kerbau ...........................................

    Potensi Ekonomis Ternak Kerbau ......................................

    Strategi Pengembangan Ternak Kerbau .............................

    PENUTUP .......................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA .............. ........................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    1

    13

    3

    3

    6

    6

    6

    7

    88

    9

    11

    11

    15

    17

    182022

    23

    24

    27

    28

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    4/35

    4

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    Kemiringan Lahan di Kabupaten Garut .................................

    Tataguna Lahan di Kabupaten Garut ......................................

    Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Tahun 2000 Berdasarkan

    Kelompok umur dan Jenis Kelamin ........................................

    Sebaran Populasi Ternak Ruminansia Di Kabupaten GarutTahun 2000 .............................................................................

    Perkembangan Populasi Ternak Ruminansia Di Wilayah

    Kabupaten Garut Tahun 1995 2000 ....................................

    Nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten Garut Tahun 2000 .

    Perkiraan Kapasitas Tampung dan Peluang Penambahan

    Ternak Ruminansia di Wilayah Kabupaten Garut ..................

    Beberapa Sifat Produksi Karkas Kerbau Lumpur ..................

    Komposisi Kimia Daging Kerbau dan Sapi ...........................

    Kisaran Berat dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kerbau Lumpur

    Kisaran Beberapa Sifat Reproduksi Kerbau Lumpur .............

    Estimasi Nilai Heritabilitas (h2) Bobot Badan Kerbau pada

    Berbagai Umur .......................................................................

    7

    7

    8

    12

    13

    14

    16

    19

    19

    21

    21

    22

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    5/35

    5

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Teks Halaman

    1 Analisis SWOT Potensi Daerah Kabupaten Garut .............. 30

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    6/35

    6

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Dengan jumlah penduduk sekitar 42 juta jiwa dan asumsi laju

    pertumbuhan penduduk 2%, laju pertumbuhan ekonomi 4,43% elastisitas

    permintaan terhadap daging sebesar 1,218 dan preferensi terhadap konsumsi

    daging sapi sebesar 34,88%, menyebabkan Jawa Barat setiap tahunnya harus

    mendatangkan sapi potong lebih dari 250 ribu ekor. Konsumsi daging tahun 1999

    baru mencapai 3,14 kg/kapita/tahun atau 31,09% dari standar minimal norma gizi

    10,1 kg/kapita/tahun. Untuk memenuhi standard norma gizi , jawa barat harus

    mampu menyediakan sapi potong sebanyak 991.505 ekor (Disnak Jabar, 2000)

    Kebupaten Garut telah dicanangkan sebagai kawasan andalan bagi

    pengembangan agribisnis di Jawa Barat. Secara geografis, khususnya di wilayah

    selatan sebagian besar dataran rendah dan merupakan lahan kering dengan

    tanaman campuran dan perkebunan. PDRB kabupaten Garut sebagian besar

    berasal dari sektor pertanian. Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup

    besar terhadap PDRB adalah sektor perdagangan dan parawisata. Tumbuhnya

    sektor parawisata, terutama di Garut selatan disertai dengan dibangunnya jaringan

    jalan yang menghubungkan sejumlah kecamatan diharapkan mampu memberi

    dampak positip bagi pesatnya pertumbuhan ekonomi daerah .

    Dengan adanya Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

    Daerah, Kabupaten Garut diberi keleluasaan untuk membangun dan me-

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    7/35

    7

    ngembangkan diri sesuai dengan potensi sumberdaya di daerah dalam wadah

    Negara Kesatu an Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

    Pembangunan pertanian di Kabupaten Garut bertujuan agar para petani,

    peternak dan nelayan dapat sejahtera dengan menghasilkan produksi pertanian

    melalui perubahan persepsi masyarakat yang bersifat tradisional menjadi modern

    dalam hal pengelolaan dan penggunaan sumber daya alam Dalam bidang

    peternakan, komoditas ternak unggulan yang dikembangkan di Garut adalah sapi

    potong, sapi perah dan domba. Sapi potong diharapkan berkembang di daerah

    selatan, mengingat potensi lahannya untuk pengembangan masih cukup tersedia

    dan populasi penduduknya belum sepadat di daerah utara, selain itu beberapa

    kecamatan di wilayah selatan masih merupakan wilayah dengan populasi ternak

    sapi potong yang tinggi dan masih dapat dikembangkan. Penyebaran sapi perah

    dilakukamn didaerah utara terutama kecamatan Cikajang, Cisurupan dan

    Samarang. Di Kabupaten Garut berkembang sapi FH jantan sebagai ternak potong

    yang populasinya melebihi populasi sapi potong local dan persilangan. Ternak

    domba yang merupakan salah satu ternak unggulan Garut terutama domba adu

    lebih dikembangkan di daerah utara.

    Selain sapi potong, sapi perah dan domba yang merupakan ternak

    unggulan untuk dikembangka, sebenarnya ternk kerbau mempunyai prospek besar

    untuk di kembangkan. Populasi kerbau di Kabupaten Garut cukup tinggi jauh

    diatas populasi sapi perah ataupun sapi potong, serta tersebar merata diseluruh

    Kecamatan. Untuk daerah Garut familiar dengan pemeliharan kerbau

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    8/35

    8

    dibandingka dengan sapi. Peran kerbau sebagai tenaga kerja disawah sangat

    diperlukan petani.

    Pembangunan peternakan yang berkelanjutan memerlukan kebijakan yang

    menyeimbangkan peranan pada ke tiga sub system agribisnis peternakan yaitu pra

    produksi, produksi dan pasca produksi . Ketiganya harus mampu berkembang

    secara terpadu, sehingga potensi sumber daya dan pertumbuhan pada salah satu

    sub system pada gilirannya harus memacu pertumbuhan pada sub system lainnya.

    Supaya pembangunan peternakan berkelanjutan serta ketiga sub system

    agribisnis peternakan berjalan dengan efisien, maka perlu adanya informasi

    mengenai potensi sumber daya yang tersebar diberbagai lokasi yang dapat di

    jadikan dasar untuk menentukan kebijakan kegiatan pembangunan peternakan

    sekaligus menjadi dasar untuk berkembangnya ke tiga subsistem agribisnis.

    Adanya informasi yang memberikan gambaran potensi agribisnis peternakan di

    berbagai lokasi di suatu daerah merupakan sarana yang diperlukan bagi berbagai

    pihak baik pemerintah, kalangan pangusaha, peternak dan investor untuk dikaji

    sejauh mana informasi tersebut dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan untuk

    kepentinan bersama.

    Tujuan

    1. Menginventarisasi potensi sumber daya di Kabupaten Garut khususnya

    potensi pakan dan kesesuaian lingkungan fisik bagi produktivitas ternak

    terutama ternak kerbau.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    9/35

    9

    2. Mengidentifikasi sejumlah lokasi yang dapat dikembangkan sebagai suatu

    kawasan agribisnis peternakan yang potensial untuk pengembangan ternak

    kerbau.

    3. Membuat strategi pengembangan peternakan di Kabupaten Garut sesuai

    dengan dengan daya dukung lahan dan rencana tataruang.

    Metode

    Data yang digunakan merupakan data skunder yang bersumber dari

    Statistik Garut dalam Angka Tahun 2000, Statistik Peternakan Jawa Barat,

    Rencana Tata Ruang Kabupaten Garut, Perencanaan Strategis (Renstra) Dinas

    Pertanian Kabupaten Garut tahun 2001-2005 serta data penunjang dari instansi

    lain yang terkait.

    Analisis Data

    Penentuan wilayah yang akan dijadikan daerah pengembangan ternak

    kerbau, didasarkan pada daya dukung pakan, Rencana Tataruang dan Renstra

    Kabupaten Garut.

    Penentuan potensi pakan dihitung dari ketersediaan hijauan (rumput dan

    limbah pertanian) pada luasan yang ada di setiap kecamatan selama satu tahun.

    Lahan yang diperhitungkan adalah : (1) Lahan sawah, (2) Lahan kering, terdiri

    dari lahan pekarangan, tegalan, perkebunan dan ladang, (3) Lahan hutan.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    10/35

    10

    Ketersediaan bahan kering rumput pada masing-masing jenis lahan

    dihitung berdasarkan rumus :

    1. Lahan sawah = (0,77591 x luas lahan (ha) x 0,37 )

    ton BK per tahun

    2. Lahan kering (darat) = (1,026 x luas lahan (ha) x 0,59 )

    ton BK per tahun

    3. Lahan hutan = (2,308 x luas lahan x 0,36)

    ton BK per tahun

    Ketersediaan limbah pertanian dihitung berdasarkan rumus sebagai

    berikut :

    a)

    Jerami padi = (3,86 x luas panen (ha) x 0,9 ) ton BK per tahun

    b) Jerami jagung = (0,86 x luas panen (ha) x 0,9 ) ton BK per tahun

    c) Jerami kacang kedele = (1,59 x luas panen (ha) x 0,9 ) ton BK per tahun

    d) Jerami kacang tanah = (2,14 x luas panen (ha) x 0,9 ) ton BK per tahun

    e)

    Jerami kacang hijau = (1,59 x luas panen (ha) x 0,9 ) ton BK per tahun

    f)

    Daun ubi jalar = (1,91 x luas panen (ha) x 0,9 ) ton BK per tahun

    g) Daun ubi kayu = (0,92 x luas panen (ha) x 0,9 ) ton BK per tahun

    Analisis daya dukung wilayah dilakukan dengan cara menghitung jumlah

    potensi pakan hijauan dibagi dengan kebutuhan satu unit ternak dalam waktusatu

    tahun, menggunakan rumus :

    KWT =KH

    PiLi.

    KWT = Kemampuan wilayah menampung ternak

    KH = Kebutuhan hijauan per tahun (9,1 Kg BK x 365)

    L = luas lahan

    P = Produksi hijauan setiap penggunaan lahan per tahun

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    11/35

    11

    Untuk keperluan pedoman penyusunan dan penentuan trend peningkatan

    populasi, akan diprediksi dari hasil analisisi populasi sapi potong tahun 1995

    sampai dengan tahun 2000 dengan Analisis Time SeriesMetode Kuadrat Terkecil

    (Supranto, 1993) dengan persamaan regresi Linear;

    = a + bX

    Analisis Location Quotient (LQ), menggunakan rumus

    LQ = NNi

    SSi

    /

    /

    Si = Jumlah populasi ternak ruminansia (ST) ke-i di tingkat

    kecamatan

    S = Jumlah populasi semua jenis ternak ruminansia (ST) di tingkat

    kecamatan

    Ni = Jumlah populasi ternak ruminansia (ST) ke-i di tingkat

    Kabupaten

    N = Jumlah populasi semua jenis ternak ruminansia (ST) di tingkat

    Kabupaten

    Untuk menentukan strategi pengembangan ternak unggulan dilakukan

    analisis SWOT ( Strength Weaknesses Oportunity Treath ).

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    12/35

    12

    KEADAAN UMUM KABUPATEN GARUT

    Letak Geografis

    Kabupaten Garut terletak di bagian selatan Propinsi Jawa Barat, dengan

    luas wilayah 3.065,19 Km2 . Secara geografis terletak diantara 6o 5734

    7o4457 Lintang Selatan dan 107o243 108o2434 Bujur Timur. Wilayah

    Kabupaten Garut, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan

    Sumedang, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah

    Barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan sebelah selatan merupakan pantai

    Samudra Indonesia sepanjang kurang lebih 60 km.

    Daerah sebelah utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah

    dataran tinggi dengan kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan

    kondisi alam daerah selatan sebagian besar permukaan tanahnya memiliki

    kemiringan yang relatif curam.

    Kabupaten Garut memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara

    24oC 27

    oC. Curah hujan rata-rata 2.589 mm per tahun. Berdasarkan klasifikasi

    iklim termasuk tipe iklim C yaitu dengan 9 bulan basah berturut-turut dan 3 bulan

    kering berturut-turut.

    Secara administratif kabupten Garut dibagi menjadi 31 Kecamatan.

    Dalam kebijakan pembangunan dibagi menjadi tiga sub Wilayah Pembangunan

    (WP), yaitu di utara (WP-I) meliputi 18 kecamatan , selatan (WP-II) meliputi 8

    kecamatan dan selatan-barat (WP-III) meliputi 5 kecamatan.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    13/35

    13

    Ketinggian Tempat dan Topografi

    Ketinggian tempat wilayah kabupaten Garut sangat bervariasi, namun

    sebagian besar wilayah kabupaten Garut terletak pada ketinggian 500 1000 m di

    atas permuakaan laut (Lampiran ..)

    Wilayah Garut Utara pada umumnya dataran tinggi , yang keadaan tanah-

    nya sangat kritis terutama disepanjang DAS sungai Cimanuk. Luas wilayah lahan

    kritis di Kabupaten Garut mencapai 28.623,83 ha. Wilayah Garut selatan se-

    bagian memiliki kemiringan tanah yang cukup curam dengan kondisi daerah yang

    labil. Kemiringan lahan di Kabupaten Garut berdasarkan kelas lereng dapat

    dibagi menjadi enam kelas yang masing-masing luasnya seperti pada tabel 1.

    Tabel 1. Kemiringan Lahan di Kabupaten Garut

    Kemiringan lahan Luas lahan (ha) Persentase (%)

    Kemiringan 0 3 % 29.033 9,47

    Kemiringan 3 8 % 79.214 25,48

    Kemiringan 8 15 % 62.975 20,55

    Kemiringan 15 25 % 76.735 25,03

    Kemiringan 25 40 % 51.120 16.64

    Kemiringan 40 % 7.550 2,46

    Sumber : Anonimus, 2001

    Tataguna Lahan

    Penggunaan lahan untuk kegiatan produktif sebagian besar merupakan

    pertanian lahan kering dengan jenis tanaman campuran. Penggunaan lahan untuk

    kebun mencapai 63.066 ha (22,57 % ) dan sawah 48.985 ha (15,98 %), hutan

    99.290 (32,39%). Penggunaan untuk pemukiman, tegalan dan lainnya relatif kecil.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    14/35

    14

    Tataguna lahan di Kabupaten Garut dapat dilihat pada tabel 2.

    Berdasarkan tataguna lahan tersebut, area yang dapat menghasilkan

    hijauan pakan ternak meliputi sawah seluas 48.985 ha, tegalan 45.988 ha, padang

    alang-alang 7.177 ha , kebun 63.066 ha serta perkebunan dan hutan seluas

    126.198 ha , sehingga jumlah seluruhnya adalah 291.424 ha.

    Tabel 2. Tataguna Lahan di Kabupaten Garut Tahun 2000

    No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)1 Pemukiman 11.235 3,67

    2 Sawah 48.985 15,98

    3 Tegalan 45.988 15,00

    4 Kebun 63.066 20,57

    5 Perkebunan 26.908 8,786 Hutan 99.290 32,39

    7 Kolam/empang/danau 1.163 0,38

    8 Tanah rusak/alang-alang 7.177 2,35

    9 Industri 26 0.01

    10 Lain-lain 2.681 0,87

    Total 306.519 100,00

    Sumber : BPS Kab. Garut, 2001

    Kondisi lahan

    Jenis tanah yang paling banyak dijumpai di wilayah kabupaten Garut

    terutama Garut Selatan adalah tanah podsolik merah kekuning kuningan,

    sedangkan di wilayah Garut bagian Utara sebagian besar adalah jenis tanah

    andosol.

    Tekstur tanah bervariasi dari tekstur haus, sedang dan kasar. Tanah

    bertekstur sedang hampir diseluruh wilayah Kabupaten Garut (90,91%). Tanah

    bertekstur sedang ,sangat menunjang pada kesuburan tanah.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    15/35

    15

    Penduduk

    Jumlah penduduk di Kabupaten Garut tahun 2000 adalah 2.044.129 jiwa

    tersebar di 31 kecamatan. Kecamatan yang padat penduduknya terdapat di

    wilayah utara, terutama di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Garut Kota, Tarogong

    dan Samarang. Penduduk bergerak dalam bidang pertanian (Petani , peternak dan

    nelayan) sekitar 285.111 KK.

    Tabel 3 Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Tahun 2000 Berdasarkan

    Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

    Umur

    ( tahun )

    Laki-laki

    ( jiwa )

    Perempuan

    ( Jiwa)

    Jumlah

    ( jiwa )

    Persentase

    ( % )

    0 14 419.951 402.053 822.004 40,36

    15 60 532.403 542.238 1.074.641 52,76

    60 70.772 69.259 140.031 6,88

    Jumlah 1.023.126 1.013.850 2.036.676 100,00

    Sumber : : BPS Kab. Garut, 2001

    Bila dilihat dari struktur umur, jumlah penduduk usia produktif ( 15-60

    tahun) di kabupaten Garut lebih tinggi dibandingkan dengan usia non produktif

    (0-14 dan > 60 tahun). Hal ini berarti bahwa ketersediaan tenaga kerja cukup

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    16/35

    16

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Potensi Pengembangan Ternak Kerbau

    Pembangunan pertanian di Kabupaten Garut bertujuan agar para petani,

    peternak dan nelayan dapat sejahtera dengan menghasilkan produksi pertanian

    melalui perubahan persepsi masyarakat yang bersifat tradisional menjadi modern

    dalam hal pengelolaan dan penggunaan sumber daya alam.

    Salah satu pertimbangan dalam menetapkan lokasi yang dapat dijadikan

    alternatif bagi pengembangan agribisnis ternak, adalah kemampuan wilayah

    didalam penyediaan ternak baik ternak bibit, replacement ataupun final stock.

    Salah satu indikator yang dapat dijadikan petunjuk bawah daerah tersebut

    mempunyai kemampuan dalam pengembangan ternak adalah tingkat populasi

    ternak.

    Kabupaten Garut termasuk daerah yang mempunyai potensi besar untuk

    pengembangan ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kerbau, domba dan

    kambing). Sebaran ternak ruminansia dapat dilihat pada table 4.

    Ternak kerbau, tersebar disemua kecamatan. Beberapa kecamatan

    diwilayah selatan terutama di kecamatan Cisewu, Bungbulang, dan Cisompet

    masih mampu mempertahankan ternak ini sehingga populasinya relatif tinggi,

    sedangkan sapi potong, termasuk FH jantan, secara geografisnya, tersebar didua

    wilayah pembangunan yaitu di utara dan selatan. Diwilayah utara berkembang

    sapi FH jantan, terkonsentrasi di daerah pengembangan sapi perah dan beberapa

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    17/35

    17

    daerah lainnya yang memelihara sapi FH jantan unutuk penggemukan seperti

    dikecamatan Garut Kota, Wanaraja, dan leles.

    Sapi potong jenis lokal dan persilangan terkonsentrasi diwilayah selatan,

    khusunya dikecamatan Pameungpeuk dan Cikelet. Dikedua daerah tersebut sejak

    lama berkembang sapi potong yang diarahkan kepada pembibitan. Di kawasan

    tersebut ada pos layanan IB dengan wilayah kerja mencakup juga dua kecamatan

    lainnya, yaitu Cisompet dan Cibalong.

    Ternak kecil, khususnya domba menyebar di semua kecamatan. Ada ke-

    cenderungan daerah dengan populasi sapi perah tingi juga memiliki populasi

    domba yang tinggi, seperti di Kecamatan Bayongbong, Cisurupan dan Cikajang.

    Di wilayah Selatan, kecamatan dengan populasi domba tinggi adalah Cisewu,

    kecamatan dengan populasi kambing relatif tinggi adalah kecamatan Bungbulang

    dan Cisompet

    Berdasarkan hasil analisa time seriesternak ruminansia selama enam tahun

    terakhir menunjukan bahwa populasi ternak sapi, baik sapi perah maupun sapi

    potong cenderung meningkat, dengan peningkatan pertahun masing-masing rata-

    rata 4,70 dan 4,14 persen pertahun. Ternak kerbau dan domba populasinya juga

    cenderung meningkat namun dengan kenaikan yang relatif kecil, masing-masing

    sebesar 1,90 dan 1,61 persen per tahun.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    18/35

    18

    Tabel 4. Sebaran Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Garut

    Tahun 2000

    No Kecamatan Sapi Potong Sapiperah

    Kerbau Domba Kambing

    Lokal danpersilangan

    FHjantan

    ............ .......... ......... ekor .. ............ ..........1 Cisewu 106 - - 3.026 18.986 3.4142 Talegong - - - 395 10.286 2.0733 Bungbulang 45 - - 1.823 10.924 6.6384 Pamulihan - 84 256 99 3.987 445

    5 Pakenjeng 10 - - 695 12.342 2.4906 Cikelet 894 - - 577 5.154 2.4157 Pameungpeuk 1.264 - - 317 5.159 3.463

    8 Cibalong 306 - - 860 8.397 4.4559 Cisompet 62 - 3 104 9.422 6.97010 Peundeuy - - - 935 3.657 1.964

    11 Singajaya - - - 761 12.262 2.33312 Cikajang - 346 3.777 34 16.566 1.33213 Banjarwangi - 19 27 369 6.333 2.00014 Cilawu - 672 1.400 51 8.324 2.216

    15 Bayongbong - 612 6.483 80 16.997 41216 Cisurupan - 984 5.560 731 27.286 3.34317 Samarang - 24 327 362 13.881 3.41418 Tarogong 41 - - 217 4.047 139

    19 Garut Kota - 752 759 109 2.618 85920 Karangpawitan 10 162 278 83 6.827 26521 Wanaraja 53 723 730 390 9.859 553

    22 Sukawening 68 8 8 312 8.958 88423 Banyuresmi - - - 327 4.414 1.42424 Leles 8 260 272 225 11.028 1.09025 Leuwigoong 8 2 10 76 14.492 129

    26 Cibatu 130 - - 402 12.436 2.25127 Cibiuk - - - 54 3.054 405

    28 Kadungora 26 10 11 95 5.331 13429 Bl Limbangan 157 8 16 527 12.679 5.85930 Selaawi 383 - - 305 4.027 1.509

    31 Malangbong 72 4 4 575 18.045 836Jumlah 3.643 4.670 19.921 15.916 307.760 85.714

    Sumber : BPS Kab. Garut. 2001

    Perkembangan populasi Populasi Ternak Ruminansia di Wilayah

    Kabupaten Garut Tahun 1995-2000 dapat dilihat pada tabel 5.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    19/35

    19

    Tabel 5. Perkembangan Populasi Ternak Ruminansia di Wilayah

    Kabupaten Garut Tahun 1995-2000

    No Tahun

    Sapi Potong Sapi

    perah

    Kerbau Domba Kambing

    Lokal dan

    persilangan

    FH

    jantan

    ............ .......... ......... ekor .. ............ ..........

    1 1995 3.021 5.133 12.108 14.469 278.101 75.366

    2 1996 3.371 5.925 12.394 14.891 284.341 75.452

    3 1997 3.438 4.908 13.212 14.142 287.113 70.538

    4 1998 3.750 3.374 13.533 15.451 283.983 62.447

    5 1999 3.935 4.307 14.445 15.374 289.989 63.272

    6 2000 3.643 4.670 15.251 15.916 307.778 65.714

    7 b1r

    146,1144,14 %

    -248,14-5,27 %

    633,9714,70 %

    291,9431,90 %

    4634,261,61 %

    -2654,00-3,86 %

    Untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu wilayah dalam

    mengembangkan komoditas jenis ternak tertentu dilakukan analisis Location

    Quetion. Analisis ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu

    kegiatan produksi peternakan di suatu kecamatan yang diamati dengan

    kemampuan sektor produksi yang sama pada tingkat kabupaten. Nilai LQ dapat

    dilihat pada tabel 6.

    Jika nilai LQ > 1, maka kecamatan tersebut memiliki keunggulan

    relatif dalam produksi ternak dibandingkan dalam suatu wilayah kabupaten yang

    dianalisis. Berdasarkan nilai LQ yang didapat terlihat bahwa ternak kerbau lebih

    merata terdapat disetiap Kecamatan, kecamatan yang memiliki nilai LQ > 1 untuk

    ternak untuk ternak kerbau di wilayah selatan adalah Kecamatan Cisewu,

    Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Cibalong, Peundeuy, Singajaya dan Banjarwangi

    sedangkan diwilayah utara adalah di Kecamatan Tarogong, Banyuresmi dan

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    20/35

    20

    Selaawi. Daerah yang populasi kerbaunya padat umumnya adalah daerah yang

    pesawahannya luas.

    Tabel 6. Nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten GarutTahun 2000

    No Kecamatan Sapi Potong Sapi

    perah

    Kerbau Domba Kambing

    Lokal danpersilangan

    FHjantan

    1 Cisewu 0.50 0 0 3.47 1.05 0.68

    2 Talegong 0 0 0 0.91 1.14 0.83

    3 Bungbulang 0.28 0 0 2.75 0.80 1.74

    4 Pamulihan 0 1.61 1.15 0.59 1.16 0.475 Pakenjeng 0.08 0 0 1.31 1.13 0.82

    6 Cikelet 11.85 0 0 1.87 0.81 1.36

    7 Pameungpeuk 14.85 0 0 0.91 0.72 1.73

    8 Cibalong 2.62 0 0 1.80 0.85 1.62

    9 Cisompet 0.45 0 0 0.18 0.81 2.14

    10 Peundeuy 0 0 0 4.17 0.79 1.53

    11 Singajaya 0 0 0 1.45 1.13 0.77

    12 Cikajang 0 1.47 3.75 0.05 1.07 0.31

    13 Banjarwangi 0 0.20 0.07 1.23 1.03 1.1614 Cilawu 0 1.92 0.94 0.05 0.36 3.46

    15 Bayongbong 0 2.33 5.78 0.10 0.98 0.09

    16 Cisurupan 0 2.43 3.22 0.56 1.02 0.45

    17 Samarang 0 0.12 0.4 0.59 1.09 0.97

    18 Tarogong 1.1 0 0 1.43 1.29 0.16

    19 Garut Kota 0 13.79 3.26 0.63 0.73 0.86

    20 Karangpawitan 0.16 1.99 0.8 0.32 1.27 0.18

    21 Wanaraja 0.52 5.49 1.3 0.93 1.14 0.2322 Sukawening 0.80 0.07 0.02 0.89 1.24 0.44

    23 Banyuresmi 0 0 0 1.55 1.02 1.1824 Leles 0.07 1.89 0.46 0.51 1.21 0.43

    25 Leuwigoong 0.07 0.01 0.01 0.15 1.40 0.0426 Cibatu 1.02 0 0 0.77 1.16 0.75

    27 Cibiuk 0 0 0 0.45 1.23 0.59

    28 Kadungora 0.56 0.17 0.04 0.50 1.35 0.12

    29 Bl Limbangan 0.98 0.04 0.02 0.80 0.93 1.55

    30 Selaawi 7.38 0 0 1.43 0.92 1.24

    31 Malangbong 0.44 0.02 0 0.86 1.31 0.22

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    21/35

    21

    Kapasitas Tampung

    Kemampuan wilayah dalam menyediakan hijauan atau kapasitas

    penyediaan pakan ternak ruminansia (KPPTR), merupakan salah satu faktor yang

    perlu dipertimbangkan dalam pengembangan peternakan.

    Sumber hijauan pakan ternak berasal dari hijauan alam dan limbah

    pertanian. . Nitis et al. (1988) menegaskan bahwa menurut sumbernya, limbah

    pertanian dapat berupa limbah tanaman pangan (jerami padi, jerami jagung,

    jerami kacang kedele, jerami kacang tanah), limbah tanaman industri (jerami

    kapas, kulit coklat), limbah perkebunan (daun pohon pelindung kopi, gulma di

    bawah pohon perkebunan dan limbah kehutanan (rumput, semak dan pohon

    diantara pohon hutan, daun dari pohon hutan yang ditebang).

    Kapasitas tampung wilayah kecamatan di kabupaten Garut yang dihitung

    berdasarkan ketersedian bahan kering pakan hijauan dapat dilihat pada table 7.

    Ketersediaan bahan kering dihitung berdasarkan luas lahan sawah, lahan kering

    kawasan hutan serta luas panen tujuh komoditi pertanian (jerami padi, jerami

    jagung, jerami kedelai, jerami kacang tanah, jerami kacang hijau, daun ubi jalar

    dan daun ubi kayu)

    Daya tampung seluruh wilayah kabupaten garut adalah 224.283 satuan

    ternak (ST) sedang populasi ternak yang ada baru 55.030 ST. Hal ini menunjukan

    bahwa potensi penambahan ternak ruminansia masih cukup besar yaitu 169.254

    ST atau tingkat pemanpaatannya baru 24,54 %. Dari seluruh kecamatan yang ada

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    22/35

    22

    di WP-I ayang daya tampung wilayahnya paling tinggi adalah kecamatan

    Malangbong (10.779 ST) namun pemanfaatannya masih sangat rendah (16,15 %).

    Demikian pula dengan kecamatan-kecamatan yang lain pemanfaatannya

    masih kurang dari 25 % kecuali kecamatan Bayongbong yang melebihi daya

    tampung wilayahnya (102,99 %). Hal ini menunjukan bahwa penebaran ternak

    tidak menyebar merata berdasarkan potensi wilayahnya tapi lebih mengarah

    kepada ketersediaan sarana dan prasarananya.

    Di WP-II, pemanfaatan yang tinggi yaitu di kecamatan Cikajang,

    mencapai 98,24 % yang juga merupakan sentra produksi sapi perah dan domba.

    Di WP-III, khusunya kecamatan Bungbulang, Pakenjeng dan Cisewu, daya

    tampungnya cukup tinggi masing-masing 16.536 ST, 12.712 ST dan 13.015 ST

    dibandingkan dengan kecamatan laiinya di WP-I dan WP-III, tetapi

    pemanfaatannya masih rendah kecuali kecamatan Cisewu yang mencapai 30,36 %

    yang didominasi oleh ternak kerbau dan domba.

    Rendahnya tingkat pemanfaatan wilayah untuk ternak rumunansia, meberi

    peluang yang tinggi terhadap peningkatan populasi mengingat masih tingginya

    potensi penambahan ternak ruminansia, dengan penataan kawasan yang tepat,

    penyediaan sarana dan prasarana, tidak menutup kemungkinan mengundang

    investor untuk menanamkan modalnya bagi pengembangan peternakan

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    23/35

    23

    Tabel 7 Perkiraan Kapasitas Tampung dan Peluang Penambahan Ternak

    Ruminansia di Wilayah Kabupaten Garut

    No Kecamatan Kapasitas Tampung( ST )

    Populasi( ST )

    Pemanfaatan( % )

    PeluangPenambahan

    ( ST )

    WP-I

    1 Garut Kota 4.081 845 20,71 3.2362 Kr Pawitan 7.514 741 9,86 6.774

    3 Wanaraja 9.904 1.538 15,53 8.366

    4 Tarogong 6.932 474 6,84 6.458

    5 Banyuresmi 5.525 641 11,60 4.884

    6 Samarang 8.451 1.673 19,80 6.778

    7 Leles 3.668 1.165 31,76 2.5038 Kadungora 5.942 457 7,70 5.484

    9 Leuwigoong 4.733 1.025 21,65 3.709

    10 Cibatu 6.096 1.367 22,43 4.728

    11 Sukawening 7.154 943 13,18 6.21112 Malangbong 10.779 1.740 16,15 9.039

    13 Bayongbong 6.137 6.321 102,99 - 184

    14 Cilawu 8.373 1.779 21,24 6.594

    15 Cisurupan 8.754 6.925 79,11 1.829

    16 B Limbangan 7.482 1.748 23,37 5.734

    17 Selaawi 4.210 872 20,71 3.338

    18 Cibiuk 1.821 268 14,72 1.553WP-II

    19 Cikajang 4.252 4.178 98,24 75

    20 Banjarwangi 7.543 857 11,36 6.68721 Singajaya 7.532 1.557 2,68 5.975

    22 Peundeuy 4.152 1.113 26,82 3.038

    23 Pameungpeuk 5.628 1.699 30,18 3.930

    24 Cisompet 8.401 1.994 23,74 6.407

    25 Cikelet 7.595 1.579 20,80 6.015

    26 Cibalong 10.275 1.738 16,91 8.538

    WP-III

    27 Bungbulang 16.536 2.631 15,91 13.90528 Pamulihan 4.904 564 11,49 4.341

    29 Pakenjeng 12.712 1.527 12,01 11.18530 Cisewu 13.015 3.951 30,36 9.064

    31 Talegong 4.180 1.119 26,78 3.061

    Kab. Garut 224.283 55.030 24,54 169.254

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    24/35

    24

    Potensi Ternak Kerbau sebagai Sumber Tenaga Kerja.

    Atmadilaga (1982) mengemukakan bahwa bagi para petani dipedesaan,

    keakraban hubungan manusia dengan ternak sudah terjalin sejak lama melalui

    pemanfaatan tenaganya untuk mengolah lahan pertanian. Sulaeman (1983)

    mengungkapkan bahwa pemanfaatan kerbau sebagai ternak kerja telah terjadi

    sejak ribuan tahun sebelum masehi, hal ini terlihat dari lukisan lukisan kuno di

    Mesopotamia yang merupakan peninggalan tahun 3.800 3.750 sebelum masehi.

    Di Indonesia penggunaan ternak kerbau sebagai tenaga kerja telah berjalan ribuan

    tahun silam, menurut ceritera raja hindu Padjadjaran pertama, di tahun 1162 telah

    menggunakan kerbau untuk pertama kalinya sebagai ternak penarik bajak dengan

    cara memikulkan palang bajak pada bahunya.

    Rincian urutan tujuan pemeliharaan ternak kerbau di Jawa Barat, pertama

    adalah untuk membantu usaha tani dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya,

    kemudian untuk tabungan, sebagai kegemaran / prestise, sebagai sumber

    pendapatan tambahan serta untuk upacara adat. Selain untuk membantu usaha tani

    di beberapa derah Jawa Barat, khususnya di wilayah Cirebon, kerbau juga

    digunakan untuk menarik pedati.

    Seekor kerbau di sawah dapat bekerja selama 1,5 3,5 jam perhari apabila

    dikerjakan pagi hari, sepasang kerbau dapat mengerjakan tanah seluas 1 ha selama

    7 hari atau 0,14 ha per hari (Adisuwiryo, 1980), kecepatan berjalan kerbau rata-

    rata 3 km/jam dengan daya tarik beban rata-rata setara dengan 0,75 HP (Majid,

    1983). Kerbau dapat dikerjakan 20 146 hari per tahun. Umumnya kerbau mulai

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    25/35

    25

    digunakan untuk tenaga kerja pada umur 3 3,5 tahun dan dapat digunakan

    sampai umur 12 20 tahun.

    Untuk daerah Garut selatan yang kemiringan tanahnya cukup tinggi,

    pemilikan lahan sempit , prasarana kurang, penggunaan ternak kerbau sebagai

    sumber tenaga kerja akan lebih ekonomis bila dibandingakan dengan penggunaan

    mekanisasi (traktor). Pengembangan ternak kerbau di daerah ini perlu di-

    prioritaskan.

    Potensi Kerbau sebagai Penghasil daging

    Potensi ternak kerbau sebagai penghasil tidak kalah oleh sapi. Daging

    kerbau tidak memiliki cita rasa yang berbeda dengan daging sapi, preferensi

    masyarakat terhadap daging kerbau cukup baik.

    Beberapa sifat produksi karkas kerbau lumpur dari berbagai hasil

    penelitian yang dikumpulkan oleh Chantalakhana (1981) dapat dilihat pada tabel 8

    Persentase karkas kerbau lumpur berkisar antara 43 51 %, persentase ini

    lebih rendah bila dibandingkan dengan persentase karkas sapi potong, namun

    persentase kulitnya lebih tinggi.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    26/35

    26

    Tabel. 8 Beberapa Sifat Produksi Karkas Kerbau Lumpur

    Sifat Produksi Kisaran (Range) Satuan

    Persentase karkas 43 51 %

    Bobot potong 300 600 kg

    Luas mata rusuk 33 - 50 cm2

    Panjang karkas 111 - 118 cm

    Daging 73 - 75 % dari karkas

    Kulit 11 - 13 % dari bobot badan

    Penyusutan 3,1 4,5 %Sumber : Chantalakhana (1981)

    Tabel 9 . Komposisi Kimia Daging Kerbau dan Sapi

    Karakteristik Satuan Daging Kerbau Daging Sapi

    Protein Kasar % 20,20 19,20

    Lemak % 1,30 1,13

    Abu % 1,11 1,10

    Air % 74,42 76,29

    Ekstrak Nitrogen Bebas % 3,24 2,28

    Total pigmen mg/g 4,10 2,30

    Myoglobin mg/g 2,50 1,50

    Kolesterol mg/100 g 64,00 54,80

    Sumber : ASPAC/FFTC (1975)

    Potensi Biologis Ternak Kerbau

    Dengan fungsi rumen yang spesial serta kemampuan yang besar

    memungkinkan kerbau untuk memanfaatkan pakan hijauan termasuk hasil ikutan

    pertanian dalam jumlah besar. Kerbau dapat memanfaatkan makanan yang ber-

    kualitas rendah lebih efisien dari sapi, kadang-kadang kerbau menyukai makanan

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    27/35

    27

    yang berbeda dengan sapi,kerbau mau makan makanan yang biasanya tidak lagi

    dimakan sapi (reject) ( Anon, 1981, Ford, 1992). Pada pemeliharaan dengan

    pakan intesive kerbau tumbuh lebih lambat dari sapi, sedangkan pada kondisi

    padang penggembalaan kerbau tumbuh lebih cepat dari sapi ( Phuket, 1992).

    Adanya perbedaan kemampuan antara kerbau dan sapi dalam

    memanfaatkan pakan yang jelek disebabkan karena adanya perbedaan tingkah

    laku, fungsi pencernaan serta adaptasi fisiologis pada setiap kondisi (Kennedy, et

    al, 1987, Ford, 1992).

    Dengan kemampuannya memanfaatkan ransum berkualitas rendah, me-

    nunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik untuk

    maintenance dapat disediakan dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan

    dengan kebutuhan untuk sapi. Kerbau akan dapat memanfaatkan padang-padang

    penggembalaan meskipun kualitas tanamannya jelek, terutama di daerah tropis.

    Ukuran tubuh dan pertumbuhan kerbau Asia Tenggara meurut hasil

    penelitian Chantalaksana et. al (1981a) dapat dilihat pada tabel ..... Bila

    dibandingkan dengan sapi potong rata-rata pertambahan bobot badan per hari

    lebih rendah. Pertambahan bobot badan sapi lepas per hari pada sapi potong

    berkisar antara 0,50 1,2 kg.

    Kerbau lumpur terutama yang digunakan untuk tenaga kerja umumnya

    kurang baik dalam reproduksi, calving interval lama dan umur beranak pertama

    telat. Apabila dipelihara bersama sama jantan dan betina, perkawinan sering

    terjadi malam hari atau pagi sekali ketika jantan betina berkumpul di peng-

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    28/35

    28

    gembalaan. Kelemahan lain dari reproduksi kerbau adalah gejala berahi pada

    kerbau sulit terlihat (silent heat) sehingga campur tangan manusia ( misalnya

    inseminasi buatan) dalam perkawinan kerbau sulit dilakukan.

    Tabel 10. Kisaran Berat dan Ukuran Tubuh Kerbau Lumpur.

    Sifat Kisaran Satuan

    Berat lahir 26 38 kg

    Berat umur 8 bulan 125 150 kg

    Pertambahan berat badan pra sapih / hari 0,34 0,41 kg

    Berat satu tahun 135 205 kg

    Pertambahan bobot badan setelah sapih / hari 0,34 0,75 kg

    Dewasa :

    - Berat jantan

    - Berat betina

    - Tinggi

    - Panjang

    -

    Lingkar dada

    450 650

    350 450

    120 137

    121 157

    180 209

    kg

    kg

    cm

    cm

    cm

    Beberapa sifat reproduksi kerbau asia tenggara menurut hasil penelitian

    Chantalakhana (1981) dapat dilihat pada tabel 11 ., sedangkan sifat-sifat

    reproduksi pada kerbau menurut koefisien teknis dari Dirjen peternakan adalah

    siklus berahi 21 hari, lama berahi 15 40 jam, masa bunting 11 bulan, masa

    kering 1 3 bulan dan masa produktif induk umur 3 11 tahun.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    29/35

    29

    Tabel 11. Beberapa sifat reproduksi pada kerbau menurut Chantalakhana

    Sifat Reproduksi Kisaran Satuan

    Umur Dewasa Kelamin 1,6 3 Tahun

    Umur beranak pertama 3,5 4,7 tahun

    Siklus birahi 20 34 hari

    Lama berahi 24 36 jam

    Lama bunting 308 332 hari

    Jarak beranak 370 670 hari

    Kelahiran kembar 0,001 0,015 %Calving rate 23 - 82 %

    Potensi Genetis Ternak Kerbau

    Penampilan produksi seekor ternak dipengaruhi oleh faktor genetis,

    lingkungan dan interaksi antara genetis dengan lingkungan. Peningkatan

    produktivitas ternak melalui perbaikan lingkungan sudah banyak dilakukan,

    namun perbaikan lingkungan saja tanpa disertai dengan perbaikan genetik tidak

    akan memberikan hasil yang optimal.

    Perbaikan genetik ternak umumnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

    seleksi dan persilangan. Untuk kegiatan seleksi diperlukan nilai heritabilitas (h2

    )

    untuk sifat sifat yang mempunyai nilai ekonomis penting untuk diseleksi. Makin

    besar nilai heritabilitas makin besar respon seleksi yang diharapkan. Nilai

    heritabilitas beberapa sifat pertumbuhan dapat dilihat pada tabel 12 .

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    30/35

    30

    Tabel 12. Estimasi Nilai Heritabilitas (h2

    ) Bobot Badan Kerbau Pada

    Berbagai Umur

    Sifat Produksi Heritabilitas (h2 )

    Bobot lahir 0,74 0,10

    Bobot umur 3 bulan 0,49 0,08

    Bobot umur 6 bulan 0,43 0,08

    Bobot umur 9 bulan 0,33 0,07

    Bobot umur 1 tahun 0,74 0,11

    Bobot umur 2 tahun 0,43 0,08

    Bobot saat beranak pertama 0,23 0,06

    Pertambahan bobot badan sampai

    umur satu tahun 0,56 0,010

    Sumber : Bhat, 1979

    Dari tabel diatas tampak bahwa nilai heritabilitas sifat bobot termasuk

    sedang sampai tinggi. Hal ini menunjukkna bahwa perbaikan genetik melalui

    seleksi individu akan efektif. Nilai heritabilitas untuk sifat reproduksi yaitu

    calving interval (0,39) dan umur beranak pertama (0,78), termasuk kategori tinggi,

    hal ini menujukkan bahwa perbaikan mutu genetik melalui seleksi untuk sifat

    reproduksi akan efektif.

    Sarana dan prasarana Agribisnis Peternakan

    Kegiatan perekonomian yang mendominasi wilayah kabupaten Garut

    adalah kegiatan pertanian, karena memiliki kawasan pertanian yang cukup luas,

    dan umumnya prasarana perekonomian di wilayah kabupaten Garut lebih ter-

    konsentrasi di wilayah Utara. Pembangunan Prasarana serta aktivitas perdagangan

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    31/35

    31

    dan pertumbuhan penduduk di wilayah Utara mengalami perkembangan yang jauh

    lebih cepat dibandingkan dengan wilayah tengah dan Selatan.

    Prasana dan sarana diberbagai kecamatan, khususnya yang berkaitan

    dengan usaha peternakan berkembang sejalan dengan pertumbuhan usaha

    komoditas ternak tersebut. Untuk wilayah kecamatan dengan populasi sapi perah

    relatif tinggi, adalah kecamatan Cikajang, Bayongbong, Cirurupan, dan Cilawu.

    Prasarana kelembagaan yang berkembang diwilayah tersebut adalah koperasi

    yang melayani usaha anggota dibidang sapi perah, terutama penyediaan sarana

    produksi untuk bidang peternakan sapi perah dan pemasaran hasil. Kesiapan

    sarana produksi untuk bidang peternakan sapi perah ini relatif lebih berkembang

    dan pemanfaatannya sangat efektif karena merupakan fasilitas milik anggota yang

    dikelola oleh koperasi dengan tujuan untuk menunjang kegiatan usaha koperasi

    dan anggotanya. Disamping itu tingkat ketergantungan peternak sapi perah

    terhadap keberadaan prasarana dan sarana yang disediakan koperasi sudah sangat

    tinggi. Sehingga tingkat kesiapan dan kelengkapan prasarana dan sarana koperasi

    akan sangat besar dan langsung pengaruhnya terhadap kinerja usaha anggota.

    Kabupaten Garut juga merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi

    bagi pengembangan ternak domba, sehingga berbagai fasilitas dan pembinaan

    oleh pemerintah yang didanai dari anggara pembangunan, banyak diarahkan untuk

    pengembangan komoditas ini. Diantaranya adalah balai pembibitan, penyebaran

    ternak negara, Kawasan perkandangan kelompok yang dibangun bersama-sama

    dengan program penyebaran bibit domba kepada masyarakat.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    32/35

    32

    Kelompok tani ternak sudah terbentuk untuk setiap jenis komoditas ternak.

    Jumlahnya cukup banyak. Tahun 2000 di kabupaten Garut jumlahnya mencapai

    327 kelompok, menyebar hampir disemua kecamatan. Kelompok tani ternak

    domba paling banyak yaitu 170 kelompok, kemudian ternak sapi perah 78, ayam

    buras 42, sapi potong 17, kerbaudan itik masing-masinglimakelompok.

    Strategi Pengembangan Ternak Kerbau

    Berdasarkan Analisis SWOT serta mengacu kepada Rencana Tata Ruang

    Kabupaten Garut (RTRW) dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian

    Kabupaten Garut maka dapat dirumuskan Strategi Pengembangan Ternak Kerbau

    di Kabupaten Garut yaitu :

    1. Pengembangan ternak kerbau sesuai dengan tata ruang dan daya dukung

    fisik wilayah dikonsentrasikan di wilayah selatan , diantaranya di

    Kecamatan Cisewu, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Pameungpeuk dan

    Cibalong.

    2. Peningkatan populasi. Dilakukan dengan melaksanakan pengendalian

    pemotongan betina produktif, pengendalian penyakit reproduksi dan

    mendatangkan ternak bibit.

    3. Perbaikan mutu genetik ternakuntuk menghasilkan bibit unggul. Dapat

    dilakukan dengan program seleksi dan atau persilangan. Untuk persilangan

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    33/35

    33

    bisa mendatangkan pejantan unggul atau menggunakan semen beku dari

    pejantan unggul

    4. Optimalisasi daya dukung lahan dalam penyediaan pakan ternak,

    menanami lahan-lahan kosong dengan tanaman makanan ternak,

    pengolahan / pengawetan hijauan makanan ternak, memaksimalkan

    penggunaan limbah tanaman pangan.

    5. Peningkatan Sumber Daya Manusia,baik peternak maupun aparat yang

    terkait dengan bidang peternakan. Dilakukan dengan mengikut sertakan,

    memfasilitasi dan mengadakan diklat, magang, study banding, temu karya,

    temu usaha guna meningkatkan pengetahuan ,sikap dan keterampilan

    peternak.

    6. Peningkatan dan pemberdayaan peran kelembagaan.Peran KUD, Pos

    pelayanan IB, Pos Kesehatan Ternak ditingkatkan tidak saja melayani sapi

    perah dan sapi potong tetapi juga harus mampu melayani kerbau serta

    kelompok peternak dan kandang-kandang kelompok yang telah ada terus

    dibina dan dikembangkan .

    7. Menjalin Kerjasama kemitraan. Kemitraan dapat dilakukan dengan

    pihak swasta baik dalam maupun luar negri.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    34/35

    34

    DAFTAR PUSTAKA

    Biro Pusat Statistik. 2001. Garut Dalam Angka 2000 Kabupaten Garut.

    Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 2001. Statistik Peternakan 2000.

    Dinas Pertanian Kabupaten Garut. 2001. Perencanaan Strategis (Renstra)Tahun

    2001 2005

    Dinas Peternakan. 2000. Peluang Investasi Peternakan Sapi Potong di Jabar

    Selatan . Propinsi Jawa Barat.

    Institut Pertanian Bogor. 1998. Kajian Pola Pengembangan Peternakan Rakyat

    Berwawasan Agribisnis. Lembaga Penelitian IPB dan Direktorat Jenderal

    Peternakan, Departemen Pertanian Republik Indonesia.

    LPM Universitas Padjadjaran dan Dinas Peternakan Jawa Barat 2001.Studi

    Kelayakan Finansial Pengembangan Agribisnis Pternakan Di Kabupaten

    Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Kerjasama Dinas Peternakan Jawa Barat

    dengan LPM UNPAD.

    Nitis, I.M. Lana, K., Suarna, M., Sukanten, W dan Putra S., 1988. Kursus

    Peternakan sapi dengan Sistem Tiga Strata. Universitas Udayana.

    Denpasar.

    Supranto, J. 1993. Metode Ramalan Kuantitatif untuk Perencana dan Bisnis. PT.

    Rineka Cipta, Jakarta.

    Tulloh, N. M. and J.H.G. Holmes. 1992. Buffalo Production. World Animal

    Science, C6.

  • 7/26/2019 Strategi Pengembangan Kerbau

    35/35

    Lampiran 1. Analisis Potensi Daerah Di Kabupaten Garut

    ANALISISLINGKUNGAN

    INTERNAL

    ANALISISLINGKUNGANEKSTERNAL

    Kekuatan (S) Kelemahan (W)

    Potensi sumber dayaalam mendukung.

    Potensi populasi ternakkerbau tinggi.

    Ketersediaan pakan

    ruminansia yangmencukupi.

    kerbau sebagai tenagakerja.

    Pengetahuan dan keteram-pilan (Skill) peternak

    rendah.

    Wialayah belum diman-faatkan secara optimal.

    Manajemen usaha secarakeseluruhan masih

    tradisionil.

    Produktivitas ternak rendah.

    Mutu genetik ternak rendah

    Ketersediaan bibit unggul

    kurang.

    Masalah permodalan.

    Peluang (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)

    Peluang pasar masihsangat luas.

    Jumlah petani banyak.

    Meningkatan

    pendapatan petani.

    Tersedia IPTEK.

    Tersedia kredit bank.

    Ada mitra usaha.

    memanfaatkan wilayahseefektif mungkin.

    Memanfaatkan populasidasar untuk rencana

    pengembangan.

    Pemberdayaan Petaniuntuk usaha ternak.

    kemitraan (Networking)

    Memenfaatkan iptekuntuk pengembangan

    Mengoptimalkanpenggunaan lahan sesuai

    RTRW.

    Memperbaiki manajemen

    pemeliharaan.

    Meningkatkan populasiternak

    memperbaiki reproduksidan mutu genetik ternak.

    Memanfaatkan KUT, KKP.

    Memanfaatkan mitra usaha

    (networking)

    Ancaman (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

    Penyakit Ternak.

    Globalisasi

    Alih fungsi lahan.

    Mengadakan pelatihan,penyuluhan danpercontohan.

    Pemeliharaan ternak

    yang dapat beradaptasi

    dengan baik.

    Memanfaatkan teknologiuntuk perbaikan produk-

    tivitas ternak.

    Intensifikasipemeliharaan ternak.

    Kemandirian peternakdalam pengusahaan ternak.

    Kemandirian dalampengendalian dan

    penanganan penyakit

    ternak.

    Penanaman makananternak yang berkualitas.

    kemitraan (Networking)