STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM MENGELOLA KONFLIK...

104
STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM MENGELOLA KONFLIK DI MA AL-HIKMAH JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : R. M. AMIN J. ALFATIH NIM. 1113018200008 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Transcript of STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM MENGELOLA KONFLIK...

  • STRATEGI KEPALA MADRASAH

    DALAM MENGELOLA KONFLIK DI MA AL-HIKMAH

    JAKARTA

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh :

    R. M. AMIN J. ALFATIH

    NIM. 1113018200008

    JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2020

  • i

    ABSTRAK

    R. M. Amin J. Alfatih. NIM: 1113018200008. Strategi Kepala Sekolah dalam

    Mengelola Konflik di MA Al-Hikmah Jakarta. Skripsi Program Strata Satu

    (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta, 2020.

    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang strategi kepala MA Al-

    Hikmah Jakarta dalam mengoptimalkan pengelolaan konflik intraorganisasi

    sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis

    dengan pendekatan kualitatif, yakni untuk mendeskripsikan dan menggambarkan

    secara sistematis, aktual serta akurat.

    Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa bentu-

    bentuk strategi kepala MA Al-Hikmah Jakarta dalam mengelola konflik

    intraorganisasi dilakukan dengan 1) meningkatkan kompetensi yang seharusnya

    dimiliki oleh kepala sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah, 2)

    membuat rencana strategi jangka panjang guna mengembangkan sekolah menjadi

    lebih efektif, 3) menerapkan strategi pengelolaan konflik yakni kompromi dalam

    bentuk musyawarah dan kekeluargaan, 4) memberikan kebijakan untuk

    intraorganisasi sesuai dengan peraturan dan tupoksi yang telah ditetapkan, 5)

    mengantisipasi dan meminimalisir konflik yang ada antara pendidik dan tenaga

    kependidikan dengan melakukan komunikasi, rapat dan pembinaan rutin.

    Dari bentuk strategi diatas tersebut, strategi kepala MA Al-Hikmah dalam

    menyelesaikan konflik yang ada adalah dengan metode kompromi. Dengan cara

    mengidentifikasi masalah, mengumpulkan pihak-pihak yang terlibat dan

    memecahkan masalah yang ada secara musyawarah bersama. Sehingga

    menghasilkan jalan keluar bagi semu pihak.

    Kata Kunci : Strategi, Kepala Sekolah, Pengelolaan, Konflik Intraorganisasi.

  • ii

    ABSTRACT

    R. M. Amin J. Alfatih. NIM: 1113018200008. The Principal Strategy on

    Managing Conflict in MA Al-Hikmah Jakarta. Thesis Program Tier One (S-

    1) Faculty of Tarbiya and Theaching Science of State Islamic University

    Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

    This study aims to explain the strategy of the principal of MA Al-Hikmah

    Jakarta in optimizing the management of intra-school conflicts. The method used

    in this research is descriptive analysis with a qualitative approach, which is to

    describe in a systematic, actual and accurate.

    Based on the results of the discussion, it can be concluded that the forms

    of strategy of the principal of MA Al-Hikmah Jakarta in managing intra-

    organizational conflicts are carried out by 1) increasing the competencies that

    should be owned by the principal in leading and managing schools, 2) making

    long-term strategic plans to develop schools to be more effective, 3) implement

    conflict management strategies in the form of deliberation and familial relations,

    4) provide policies for intra-organization in accordance with established

    regulations and duties, 5) anticipate and minimize conflicts that exist between

    educators and education staff by conducting communication, meetings and

    routine coaching.

    MA Al-Hikmah's principal strategy in resolving existing conflicts is the

    compromise method. By identifying problems, gathering parties involved and

    solving problems that exist by mutual consultation. So as to produce a way out for

    all parties.

    Keywords: Strategy, School Principal, Managing, Intra-organization Conflict

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

    SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat iman, islam, umur serta sehat

    wal’afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

    senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

    Dengan penuh rasa syukur, pada akhirnya skripsi ini telah dapat

    diselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan

    penulis yang sangat terbatas, namun dengan adanya bimbingan, arahan dan

    motivasi dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis

    ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada :

    1. Dr. Hj. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan (FITK)

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Drs. Mu’arif, M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan, yang telah

    memberikan arahan, nasehat serta dorongan dalam penulisan skripsi ini.

    3. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah

    memberikan ilmu dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

    4. Dr. Abd Aziz Hsb, M.Pd., Dosen pembimbing I yang telah senantiasa

    meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta kesabarannya hingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini.

    5. Dr. H. Marzuki Mahmud, MA., Dosen pembimbing II yang senantiasa

    memberikan bimbingannya hingga penulisan skripsi ini selesai.

    6. Ust. Muchlis Nawawi, Kepala MA Al-Hikmah Jakarta serta para Guru dan

    Staff yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tempat untuk penelitian ini.

    7. Terisitmewa untuk Ibunda Hj. Siti Maryam dan Ayahanda (alm.) H. Bambang

    Irawan kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang

    yang tulus, mendo’akan serta memotivasi saya.

    8. Keluarga tercinta semua kakak, adik, dan keponakan yang turut mendoakan,

    memotivasi dan membantu hingga skripsi ini selesai.

  • iv

    9. Sahabat seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2013 yang telah

    memberikan kehangatan persahabatan dengan canda tawa, suka duka manis

    pahit dirasa yang akan jadi kenangan masa kuliah.

    10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

    skripsi ini tepat waktu.

    Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam

    penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini, bisa bermanfaat untuk menambah

    khazanah wawasan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

    pembaca sekalian.

    Jakarta, 28 April 2020

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ........................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ......................................................................... iii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. v

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ......................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4

    C. Pembatasan Masalah ................................................................ 4

    D. Rumusan Masalah .................................................................... 4

    E. Tujuan Penelitian...................................................................... 5

    F. Manfaat Penelitian.................................................................... 5

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Strategi Kepala Sekolah

    1. Pengertian Strategi ............................................................. 6

    2. Pengertian Kepala Sekolah ................................................ 6

    3. Kompetensi Kepala Sekolah .............................................. 7

    4. Fungsi Kepala Sekolah ....................................................... 8

    5. Strategi Kepala Sekolah ..................................................... 9

    B. Konflik dan Penyelesaiannya

    1. Pengertian Konflik ............................................................. 13

    2. Ciri-ciri Adanya Konflik .................................................... 15

    3. Macam-macam Konflik Organisasi ................................... 16

    4. Sumber-sumber Konflik Organisasi ................................... 18

    5. Manajemen Konflik Intraorganisasi ................................... 19

    6. Dampak Konflik Intraorganisasi ........................................ 22

    7. Strategi Penyelesaian Konflik Intraorganisasi .................... 24

    8. Penggunaan Intervensi dalam Pengendalian Konflik ......... 25

  • vi

    C. Penelitian yang Relevan ...................................................... 26

    D. Kerangka Pikir ......................................................................... 29

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 30

    B. Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................... 31

    C. Sumber Data ............................................................................ 31

    D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32

    E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ..................................... 33

    F. Triangulasi ............................................................................... 34

    G. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data ................................... 34

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum MA Al-Hikmah Jakarta

    1. Profil dan Identitas MA Al-Hikmah ................................ 36

    2. Sejarah Singkat MA Al-Hikmah ...................................... 36

    3. Visi dan Misi MA Al-Hikmah ......................................... 38

    4. Struktur Organisasi .......................................................... 39

    5. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ........................ 40

    6. Data Peserta Didik ............................................................ 41

    7. Data Sarana dan Prasarana ............................................... 41

    B. Deskripsi dan Analisis Data

    1. Kompetensi Kepala Sekolah MA Al-Hikmah …………. 42

    2. Manajemen Konflik Intraorganisasi …….….………….. 45

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan............................................................................... 57

    B. Saran ........................................................................................ 57

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 59

    LAMPIRAN ………………………………………………………….. 61

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Rencana Penyusunan Skripsi ..................................................... 30

    Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara ................................................. 35

    Tabel 4.1 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan .................................. 40

    Tabel 4.2 Data Peserta Didik ..................................................................... 41

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Instrumen Wawancara ............................................................... 61

    Lampiran 2. Transkrip Hasil Wawancara Kepala Sekolah ............................. 62

    Lampiran 3. Transkrip Hasil Wawancara Wakabid Kurikulum ..................... 65

    Lampiran 4. Transkrip Hasil Wawancara Wali Kelas dan Guru ................... 69

    Lampiran 5. Transkrip Hasil Wawancara Staf Tata Usaha ............................ 73

    Lampiran 6. Surat Bimbingan Skripsi ............................................................ 75

    Lampiran 7. Surat Izin Observasi ................................................................... 76

    Lampiran 8. Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................. 77

    Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 78

    Lampiran 10. Lembar Daftar Uji Referensi .................................................... 79

    Lamoiran 11. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 84

    Lampiran 12. Biodata Penulis ........................................................................ 90

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kearah yang

    sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan budaya. Dalam

    perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau

    pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

    menjadi dewasa. Menurut Langeveld yang dikutip oleh Hasbullah,

    “pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh dan bantuan yang diberikan orang

    dewasa kepada anak untuk pendewasaan”.1

    Sebagai bentuk menjalankan amanat pendidikan yang tercantum dalam

    undang-undang, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai

    peran dalam pembentukan karakter, pengembangan potensi dan pengetahuan

    peserta didik. Sebagaimana kita ketahui sekolah merupakan lembaga dimana

    di dalamnya tergabung berbagai macam orang yang saling berhubungan,

    berinteraksi dan berkomunikasi untuk mencapai tujuan. Setiap individu di

    dalamnya mempunyai latar belakang, motivasi, tujuan, watak dan kepribadian

    yang berbeda. Sehingga tidak mustahil pada suatu saat terjadi benturan antara

    pendapat atau keingingan di antara individu, sehingga lahirlah sebuah konflik.

    Dalam sebuah institusi layanan pendidikan khususnya sekolah terjadi

    kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan guru,

    staf dengan keluarga dan siswa, staf dengan tata usaha, maupun dengan

    lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya

    konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk

    perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga

    perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan tersebut sewaktu-

    waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan ini akan mempengaruhi

    seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat

    1 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan ( Jakarta: PT.Grafindo Persada, 1999), h. 2.

  • 2

    menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan

    melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Juga,

    kecenderungan terjadinya konflik dapat disebabkan oleh suatu perubahan

    secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat,

    perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian

    individu.

    Tantangan global di dalam dunia pendidikan diantaranya berasal dari

    perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, seni, dan budaya.

    Tantangan tersebut harus dihadapi dan diselesaikan agar mendapatkan hasil

    atau tujuan yang diinginkan. Oleh karenanya, sekolah harus selalu siap

    menghadapi dan memecahkan tantangan tersebut guna kelangsungan di dalam

    dunia pendidikan yang lebih baik.

    Dunia pendidikan juga khususnya kepala sekolah / madrasah selalu

    mengadakan kebijakan baru dalam berbagai hal, baik yang menyangkut

    regulasi dan implementasinya di lapangan, menyiapkan sumber daya (sumber

    daya manusia atau sumber daya lain), melengkapi fasilitas sarana prasarana,

    mengganggarkan pembiayaan, membuat kendali, dan hal-hal lain yang bersifat

    manejerial organisasi di lingkup pendidikan.

    Masalah atau konflik merupakan sebuah proses dalam organisasi untuk

    mengembangkan produktivitas kinerja dalam pencapaian tujuan organisasi.

    Masalah yang muncul di dalam organisasi adalah sesuatu hal yang alamiah

    dan dapat bernilai positif dan negatif terhadap perkembangan organisasi.

    Permasalahan yang timbul dapat berbeda-beda kasusnya, maka bentuk

    penyelesaiannya yang dilakukan berbeda juga. Maka tergantung bagaimana

    pemimpin organisasi mengelola masalah tersebut hingga menghasilkan

    penyelesaian yang berdampak positif bagi organisasinya. Organisasi yang

    dipandang baik tidaklah melupakan sebuah proses di dalamnya, proses

    tersebut berupa strategi-strategi dalam menstimulir konflik yang timbul akibat

    dari masalah yang ada. Maka dari itu seorang pemimpin perlu mengatasi

    konflik dari berbagai macam proses atau strategi.

  • 3

    Konflik di sini tidak selamanya harus dimaknai permusuhan atau

    pertikaian, karena di dalam kajian sosiologis, konflik itu juga bisa bermakna

    kompetisi, tegangan /tension/ atau sekedar ketidaksepahaman. Itu pula

    sebabnya, kehadiran konflik itu tidak selamanya harus dimaknai sebagai

    sebuah kekuatan yang menghancurkan, karena dalam banyak hal konflik itu

    juga bernilai positif, bahkan konstruktif, dan karenanya fungsional. Persisnya

    dengan konflik dinamika lahir, dengan konflik kreatifitas muncul, dengan

    konflik pencapaian tujuan semakin mendekati hasil karena adanya

    produktifitas, penggerak serta sumber perubahan.

    Madrasah Aliyah Al-Hikmah adalah sebuah lembaga pendidikan

    setingkat SMA yang berada dibawah naungan Yayasan Al-Hikmah.

    Berkecimpung dalam dunia pendidikan dan sosial. MA Al-Hikmah didirikan

    pada tahun 1990.

    Demikian halnya yang terjadi pada Madrasah Aliyah Al-Hikmah

    Jakarta, menurut analisa dan observasi saya pada lembaga pendidikan formal

    madrasah yang terletak di daerah Bangka, Mampang Prapatan ini sangat

    kental akan penerapan nuansa dan budaya islaminya. Lembaga ini tidak luput

    pula dari adanya konflik yang terjadi di internal. Pemimpin sekolah yang

    sekarang ini sudah menjabat lebih dari 10 tahun lamanya. Kepala madrasah ini

    mestinya sudah banyak mengalami yang namanya konflik, namun tidak

    sedikit pula strategi yang ia punya untuk menangani konflik yang terjadi.

    Namun, pasti ada konflik yang terjadi pada masa-masa ia menjabat sebagai

    kepala madrasah.

    Mungkin terlihat pada saat rapat atau interaksi langsung dengan

    pegawai, adanya perbedaan pendapat, keinginan dan prinsip yang berbeda,

    kurang menerima kebijakan yang ditetapkan oleh kepala madrasah,

    kesalahpahaman atau miss-communication. Adanya perbedaan pendapat

    dalam suatu rapat atau masalah merupakan hal biasa, namun disitulah peran

    pemimpin dalam hal ini kepala madrasah mengelola bagaimana perbedaan

    pendapat yang ada menjadi suatu hal yang indah dan membuat keputusan

    yang dapat diterima semua pihak.

  • 4

    Berdasarkan analisa dan realita yang ada, maka penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut dan membahasnya

    dalam bentuk skripsi dengan judul “Strategi Kepala Madrasah dalam

    Mengelola Konflik di MA Al-Hikmah Jakarta”

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan beberapa

    masalah yang muncul dari kepala madrasah diantaranya:

    1. Kurangnya efektifitas strategi kepala madrasah dalam mengelola konflik

    yang timbul di dalam sekolah.

    2. Komunikasi yang kurang tegas dan lancar dalam memberikan wewenang

    serta arahan kepada bawahan.

    3. Adanya saling ketergantungan dalam kewenangan tugas bagi guru dan

    staff yang menimbulkan konflik.

    4. Kurang optimalnya pengawasan dan evaluasi dari penerapan strategi yang

    berlaku.

    C. Pembatasan Masalah

    Dari identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, tidak semua

    masalah dapat dibahas oleh peneliti, sehingga penulis membatasi dan

    memfokuskan penelitian pada kurang efektifnya strategi kepala madrasah

    dalam mengelola konflik di lingkungan internal Madrasah, sehingga dapat

    ditarik judul “Strategi Kepala Madrasah dalam Mengelola Konflik

    Intraorganisasi di MA Al-Hikmah”.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan batasan masalah diatas, disusunlah rumusan masalah agar

    mempermudah penulis dalam menyusun penulisan penelitian yakni:

    bagaimana strategi kepala madrasah dalam mengelola konflik internal di

    Madrasah Aliyah Al-Hikmah Jakarta?

  • 5

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang ingin penulis capai dalam penelitian skripsi ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui macam-macam konflik di MA Al-Hikmah dan

    pengelolaannya.

    2. Untuk mengetahui strategi kepala madrasah dalam mengelola konflik yang

    terjadi di madrasah.

    F. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, adalah:

    1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk kepala sekolah /

    madrasah dalam hal yang berkenaan dengan strategi dalam mengelola

    konflik di sekolah.

    2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan wawasan bagi sekolah-

    sekolah dalam hal yang berkaitan dengan konflik di sekolah.

    3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai refensi terhadap pengembangan

    penelitian pada kajian yang sama.

  • 6

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Strategi Kepala Sekolah

    1. Pengertian Strategi

    Strategi (strategy) bagi para pimpinan adalah sebuah rencana

    berskala dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi

    persaingan global untuk mencapai tujuan organisasi.2

    Strategi merupakan salah satu alat yang tersedia bagi manajemen

    puncak untuk menghadapi segala perubahan yang terjadi, baik yang

    sifatnya eksternal maupun internal terhadap organisasi.3

    Strategi adalah cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

    tertentu. Ia merupakan sebuah rencana permanen untuk sebuah kegiatan.

    Di dalamnya termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan.

    Hal itu mengindikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan

    dalam mengelola organisasi dan mencegah pengaruh luar yang negatif

    pada kegiatan organisasi.4

    Dari beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa

    strategi adalah sebuah rencana yang dijadikan alat dengan menggunakan

    skala orientasi masa depan untuk menghadapi segala perubahan atau

    persaingan global guna mencapai tujuan dari organisasi.

    2. Pengertian Kepala Sekolah

    Kepala sekolah terdiri dari dua kata yaitu “kepala” dan “sekolah”

    kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi

    atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga formal

    2 John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, Manajemen Strategis, terjemahan dari buku

    Strategic Management oleh Yanivi Bachtiar dan Christine, (Jakarta: Salemba Empat, 2008, Ed.10,

    h. 6. 3 Sondang P. Siagian, Analisis serta Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi,

    (Jakarta: Haji Masagung, 1993), Cet. III, h. 17. 4 Tb. Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, (Bogor: Ghalia

    Indonesia, 2o11), Ed. 2, Cet. I, h.4.

  • 7

    dimana menjadi tempat menerima (murid) dan memberi pelajaran dan

    nilai-nilai (guru).5

    Kepala sekolah merupakan pimpinan tunggal di sekolah yang

    mempunyai tanggung jawab untuk mengajar dan mempengaruhi semua

    pihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah untuk saling

    bekerja sama dalam mencapai tujuan sekolah.6

    Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kepala sekolah adalah

    seorang pemimpin tunggal yang diberikan tugas atau tanggung jawab

    yang lebih untuk memimpin dan mempengaruhi semua pihak untuk saling

    bekerja sama dalam suatu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk

    mencapai tujuan bersama.

    3. Kompetensi Kepala Sekolah

    Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh

    orang-orang biasa tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan.

    Siapapun yang diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui

    prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu. Dalam hal ini, kepala

    sekolah harus memiliki kompetensi yang mencakup fungsi

    kelembagaannya. Sebagaimana tercantum pada Permendiknas RI No.13

    Tahun 2007 tentang standar Kepala Sekolah / Madrasah bahwa kepala

    sekolah harus memiliki 5 dimensi kompetensi yaitu kepribadian,

    manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

    Selain itu, menurut Mulyono yang menjelaskan lebih rinci

    kompetensi yang dimiliki kepala sekolah, yakni sebagai berikut:

    1) Memiliki landasan dan wawasan pendidikan, 2) memahami

    sekolah sebagai sistem, 3) memahami manajemen berbasis sekolah

    MBS), 4) merencanakan pengembangan sekolah, 5) mengelola

    kurikulum, 6) mengelola tenaga kependidikan, 7) mengelola sarana

    dan prasarana, 8) mengelola kesiswaan, 9) mengelola keuangan, 10)

    mengelola hubungan masyarakat-sekolah 11) mengelola

    kelembagaan 12) mengelola sistem informasi 13) memimpin

    5 Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2003), h. 578.

    6 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,

    2011), h. 181.

  • 8

    sekolah, 14) mengembangkan budaya sekolah, 15) memiliki dan

    melaksanakan kreatifitas, inovasi, dan jiwa kewirausahaan, 16)

    mengembangkan diri, 17) mengelola waktu, 18) menyusun dan

    melaksanakan regulasi sekolah, 20) melakukan koordinasi /

    penyerasiaan, 21) mengambil keputusan secara terampil, 22)

    melakukan monitoring dan evaluasi, 23) melaksanakan supervisi,

    24) menyiapkan, melaksanakan, dan menindaklanjuti hasil

    akreditasi, serta 25) membuat laporan akuntabilitas sekolah.7

    Maka penulis menarik kesimpulan bahwa, kompetensi kepala

    sekolah merupakan suatu kemampuan yang harus dikuasai dan dipahami

    sebagai pemegang jabatan penting dalam mengelola organisasi

    pendidikan. Di dalam komponen kompetensi tersebut, bisa menjadi sebuah

    acuan kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas kinerjanya dalam

    memimpin sekolah. Kepala sekolah yang berkompeten mampu menjawab

    tantangan pendidikan yang akan membawa perubahan bagi sekolahnya

    serta meningkatkan kredibillitas sumber daya (guru, karyawan, dan siswa)

    .

    4. Fungsi Kepala Sekolah

    Pemimpin pendidikan harus berperan sebagai pengelola, dapat

    dilihat dari fungs manajemen yang dilakukannya dari mulai planning

    perencanaan, organizing pengorganisasian, actuating pelaksanaan, dan

    controlling pengendalian. Dalam dunia pendidikan kepala sekolah sangat

    menentukan kehidupan sekolah, kepala sekolah tidak hanya mampu

    menguasai berbagai teori manajemen dan pendidikan, namun harus

    mampu memahami dan mengimplementasikan kemampuannya secara

    nyata.

    Peran kepala sekolah sangat dibutuhkan untuk mengelola manusia-

    manusia yang ada di dalam organisasi sekolah, termasuk memiliki strategi

    yang tepat untuk mengelola konflik. Kiat kepala sekolah adalah

    memikirkan fleksibilitas peran dan kesempatan, bukan otoriter.8 Maka

    7 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz

    Media, 2010), h. 153. 8 Ibid, h. 145.

  • 9

    kepala sekolah yang ideal yaitu mampu memimpin lembaga pendidikan

    sesuai dengan fungsi jabatannya secara formal maupun non formal.

    Dari penjelasan diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa,

    fungsi kepala sekolah dibentuk untuk mendukung pencapaian aktivitas

    kepemimpinannya, sehingga menjadi pribadi yang profesional dalam

    menjalankan tugasnya sebagai pemimpin pendidikan.

    5. Strategi Kepala Sekolah

    Manajemen srategis (strategic manajement) didefinisikan sebagai

    satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan

    implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu

    perusahaan.9 Tujuan manajemen strategi dalam organisasi yaitu untuk

    mempelajari sudut pandang organisasi lain yang sukses dan beberapa

    organisasi lain yang masih gagal. Sehingga dapat menjadi acuan untuk

    mengelola organisasi menjadi lebih baik dan menguntungkan.

    Kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang

    yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk

    mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berpikir

    dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia

    memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.10

    Kepemimpinan strategis merupakan seni dan ilmu yang

    memfokuskan perhatiannya pada kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan

    dengan rencana-rencana jangka panjang.11

    Menurut Caldwell dan Spinks (1992) dalam buku Tony Bush &

    Marianne Coleman menjelaskan bahwa, strategi adalah komponen

    utama dari peran kepala sekolah, yang diwujudkan dengan:

    1)menselaraskan dengan kecenderungan dan isu-isu ancaman dan

    peluang; 2) memilah megatrend; 3) memberi pengetahuan; 4)

    9 John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, Manajemen Strategis, Terj. dari buku

    Strategic Manajement oleh Yanivi Bachtiar dan Christine, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), Ed.

    10, h. 5. 10

    Sondang P. Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, (Jakarta: Haji Masiigung, 1988), Cet. V, h.24.

    11 Tony Bush & Marianne Coleman, op. ciManajemen Strategis Kepemimpinan

    Pendidikan, Terj. Oleh Fahrurrozi, (Jogjakarta: IRCiSol, 2008), h. 65.

  • 10

    menciptakan struktur dan proses yang mampu menyusun prioritas

    dan formulasi strategi; 5) memfokuskan perhatian komunitas

    sekolah pada masalah pentingnya strategi; dan 6) memonitor

    implementasi strategi seperti memunculkan isu-isu strategis serta

    memfasilitasi proses pemantauan yang terus menerus.12

    Kepala sekolah perlu merencanakan berbagai strategi untuk dapat

    meningkatkan profesionalismenya dalam memimpin sekolah. Strategi

    tersebut diwujudkan agar mampu menjadi pondasi dalam menciptakan

    sekolah efektif, sehingga tercapainya tujuan dan sasaran pendidikan.

    Dari penjelasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa strategi

    kepala sekolah adalah kunci sukses dalam memimpin organisasi dan salah

    satu faktor yang menunjang kinerjanya untuk mencapai sasaran dan tujuan

    organisasi dalam jangka panjang. Sehingga dengan adanya strategi yang

    kontinu dan interaktif, maka fokus kepala sekolah untuk menuju

    keberhasilan organisasi dapat mudah tercapai secara efektif.

    a. Bentuk-bentuk Strategi Kepala Sekolah

    Dalam organisasi pendidikan, perlu adanya kebijaksanaan dan

    strategi organisasional untuk mengahadapi masalah intenal maupun

    eksternal yang mungkin timbul serta memanfaatkan berbagai

    kesempatan yang tersedia. Maka secara logis bahwa, menganalisis

    sebuah perumusan kebijaksanaan dan strategi itu harus dilakukan

    dengan baik.

    Seperti yang dijelaskan Sondang P. Siagian bahwa terdapat proses

    formal analisis serta perumusan kebijaksanaan dan strategi, yaitu:

    1) proses formal diperlukan dalam rangka menunjang usaha

    menetapkan tujuan dan sasaran-sasaran organisasi, 2) proses

    formal diperlukan untuk menunjang usaha mengidentifikasikan

    masalah-masalah strategik dan harus dihadapi oleh organisasi, 3)

    proses formal diperlukan untuk membantu dalam pemanfaatan

    sumber dana dan daya organisasi yang sifatnya strategik, 4) proses

    formal diperlukan untuk membantu dalam usaha memadukan dan

    mengintegrasikan kegiatan administratif dan kegiatan operasional

    yang terselenggara dalam suatu organisasi, dan 5) kegiatan

    12

    Ibid, h. 51.

  • 11

    analisis dan perumusan kebijaksanaan dan strategi organisasi

    sangat diperlukan guna membantu dalam pengembangan dan

    penyiapan calon-calon manajer di masa depan.13

    Hal tersebut dapat diwujudkan dengan efektif oleh kepala sekolah

    melalui penerapan bentuk-bentuk strategi yang dikuasai. Selain itu

    bermanfaat untuk menilai kemampuan kerja dari organisasi di masa

    depan dan menilai kemampuan para manajer seperti kepala sekolah

    dalam melaksanakan tugas, kewajiban, serta tanggung jawab yang

    dipercayakan kepadanya.

    Menurut Sergiovanni (2006) yang dikutip Dwi Esti Andriani

    dalam jurnalnya manajemen pendidikan yaitu, terdapat empat

    strategi kepemimpinan kepala sekolah, diantaranya yaitu: 1)

    Bartering, yaitu ketika kepala sekolah dan guru tidak berbagi

    tujuan dan kepentingan bersama atau dengan kata lain ketika

    kebutuhan dan kepentingan kepala sekolah dan guru berbeda. 2)

    Building, yaitu kepala sekolah menciptakan iklim dan dukungan

    interpersonal yang baik untuk meningkatkan kesempatan staf

    memenuhi kebutuhan prestasi, tanggung jawab, kompetensi, dan

    penghargaan diri. 3) Binding, kepala sekolah dan guru bersama-

    sama mengembangkan nilai bersama tentang hubungan dan ikatan

    yang sama-sama mereka inginkan sehingga bersama-sama mereka

    bisa menjadi komunitas pembelajar dan pemimpin. 4) Bonding,

    kepala sekolah dan personel bersatu dalam satu hubungan dan

    komitmen yang menjadikan pengembangan sekolah melembaga

    dalam kehidupan sehari-hari sekolah.14

    Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa, bentuk-

    bentuk strategi kepala sekolah dilakukan sebagai langkah awalnya

    untuk mengupayakan kinerja menjadi seorang pemimpin dalam

    menciptakan organisasi yang memiliki keunggulan kompetitif,

    komparatif, dan sinergis.

    13

    Sondang P. Siagian, op.cit., h. 17-20. 14

    Dwi Esti Aiiriani, Strategi kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Upaya Mewujudkan Sekolah Efektif, Jurnal Manajemen Pendidikan, 2011, h. 57-58.

  • 12

    b. Proses Penyusunan Strategi

    Penyusunan strategi ditentukan oleh misi yang komprehensif dan

    tegas, keberhati-hatian dalam menilai lingkungan eksternal, serta

    keterbukaan organisasi dalam menyadari kekuatan dan kelemahannya.15

    Apabila dasar penyusunan strategi masih terdapat kesalahan dan

    kekurangan, maka dalam jangka menengah akan muncul strategi-

    strategi baru yang menyebabkan kegagalan strategi awal. Ini merupakan

    hal yang kurang baik dalam mengimplentasikan strategi, karena

    penyusunan strategi di jangka menengah organisasi hanyalah kegiatan

    yang sia-sia dan kurang berguna. Pemimpin organisasi yang seperti ini

    dapat dikatakan sebagai pemimpin yang belum bijaksana

    dalam mengambil keputusan.

    Ernie dan Kuniawan menjelaskan bahwa. untuk membuat sebuah

    rencana strategi dilakukan proses penyusunan strategi yang pada

    dasarnya terdiri dari 3 fase, yaitu: 1) Penilaian keperluan

    penyusunan strategi, salah satu cara untuk menilai perlu tidaknya

    sebuah strategi baru adalah dengan menilai strategi yang secdang

    dijalankan, baik buruknya, serta hasil yang diperoleh perusahaan

    dengan penggunaan strategi tersebut. 2) Analisis situasi internal

    dan cksternal, pada tahap ini perlu melakukan analisis mengenai

    strenght (kekuatan) dan weakness (kelemahan) yang dimiliki oleh

    organisasi sekaligus juga menganalisis opportunities (peluang)

    dan threat (tantangan) yang dihadapi oleh organisasi, fase ini

    dinamakan sebagai analisis SWOT (SWOT analysis). 3)

    Pemilihan strategi, pada dasarnya alternatif strategi terbagi ke

    dalam tiga bagian besar, yaitu strategi yang cenderung

    menganmbil resiko (aggressive or offensive strategy), strategi

    yang cenderung menghindari resiko (defensive strategy), serta

    strategi yang memadukan antara mengambil resiko dan

    menghindari resiko (turn-around strategy).16

    Dari penjelasan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa, proses

    penyusunan strategi adalah suatu tahap yang dilakukan organisasi untuk

    15

    Mussa Hubeis & Mukhamad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014), h. 10.

    16 Emie Trisnawati S. & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta:

    Kencana, 2009), Cet. IV, h 135-136,

  • 13

    mencapai tujuan dan sasarannya. Organisasi yang dinamis biasanya

    mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, serta mampu

    memanfaatkan tantangan/ancaman menjadi peluang. Peran kepala

    sekolah dalam hal ini yaitu merencanakan strategi sesuai keadaan dan

    kemudian mengaplikasikannya dengan inovasi yang lebih baik.

    c. Manfaat Penerapan Strategi Kepala Sekolah

    Agar tercipta sekolah yang efektif, maka kepala sekolah harus

    mampu mengarahkan perkembangan organisasinya menjadi lebih

    bermanfaat untuk masa kini hingga masa yang akan datang.

    Dampak perilaku dari manajemen strategi, yaitu: 1) Aktivitas

    formulasi strategi memperkuat kemampuan perusahaan untuk

    mencegah timbulnya masalah; 2) Keputusan strategi berbasis

    kelompok kemungkinan besar akan diambil dari alternatif terbaik

    yang tersedia; 3) Keterlibatan karyawan dalam formulasi strategi

    meningkatkan pemahaman mereka mengenai hubungan antara

    produktivitas dengan imbalan pada setiap rencana strategis; 4)

    Kesenjangan dan tumpang tindih aktivitas antarindividu dan

    kelompok akan berkurang; dan 5) Resistensi terhadap perubahan

    akan berkurang.17

    Dapat disimpulkan bahwa, manfaat penerapan strategi kepala

    sekolah adalah untuk meningkatkan produktifitas organisasi menjadi

    lebih terarah dan terealisasi sasarannya, organisasi semakin sadar akan

    ancaman-ancaman yang datang dari luar organisasi, serta membuat

    perubahan dari sebuah peluang untuk kemajuan organisasi.

    B. Konflik dan Penyelesaiannya

    1. Pengertian Konflik

    Kata konflik mengandung banyak pengertian. Ada pengertian yang

    negatif, yang netral, dan yang positif. Dalam pengertian negatif, konflik

    dikaitkan dengan sifat-sifat animalistik, kebuasan, kekerasan, barbarisme,

    destruksi / pengerusakan, penghancuran, irasionalisme, tampa kontrol

    17

    Jhon A. Pierce II dan Richard B. Robinson, op, cit., h. 13-14.

  • 14

    emosional, huru-hara, pemogokan, perang, dan seterusnya. Dalam

    pengertian yang positif, konflik dihubungkan dengan peristiwa,

    petualangan, hal-hal baru inovasi, pembersihan, pemurnian, pembaharuan,

    penerangan batin, kreasi, pertumbuhan, perkembangan, rasionalitas yang

    dialektis, mawas diri, perubahan, dan seterusnya.

    Dalam pengertian yang netral, konflik diartikan sebagai akibat biasa

    dari keanekaragaman individu manusia dengan sifat-sifat yang berbeda, dan

    tujuan hidup yang sama pula.

    Definisi konflik (dari kata latin Configere, Conflictum = saling

    berbenturan) ialah semua bentuk benturan, tabrakan, ketidak sesuaian,

    ketidak serasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi

    yang antagonistis-bertentangan.

    Menurut Clinton F. Fink mendefinisikan konflik sebagai berikut:

    a. Konflik ialah relasi-relasi psikologis yang antagonistis, berkaitan dengan

    tujuan-tujuan yang tidak bisa disesuaikan interes-interes ekskluasif dan

    tidak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan

    struktural nilai yang berbeda.

    b. Konflik adalah interaksi yang antagonis, mencakup tingkah laku lahiriah

    yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus,

    terkontrol, tersembunyi, tidak langsung sampai pada bentuk perlawanan

    terbuka, kekerasan perjuangan tidak terkontrol, benturan laten,

    pemogokan, hura-hura, makar, gerilya, perang dan lain-lain.18

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konflik

    adalah suatu pertentangan, perselisihan, perkelahian, perbedaan

    pemahaman yang lumrah terjadi dalam suatu kehidupan sosial, organisasi,

    yang bisa menimbulkan dampak negatif dan juga bisa berdampak positif

    tergantung kecakapan seseorang, pimpinan atau atasan dalam mengelola

    konflik tersebut.

    18

    Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa,

    2005), h. 245.

  • 15

    2. Ciri-ciri Adanya Konflik

    Dalam kehidupan yang dinamis antar individu dan antar komunitas,

    baik dalam organisasi maupun di masyarakat yang mejemuk, konflik selalu

    terjadi manakala saling berbenturan kepentingan, perbedaan pendapat dan

    persepsi mengenai tujuan, kepentingan maupun status serta nilai individu

    dalam organisasi merupakan penyebab munculnya konflik demikian halnya

    organisasi dapat menimbulkan konflik antar individu maupun antar

    kelompok.

    Dengan demikian suatu organisasi yang sedang mengalami konflik

    dalam aktifitasnya menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:19

    1. Terdapat berbedaan pendapat atau pertentangan antar individu atau

    kelompok

    2. Terdapat perselisihan dalam mencapai tujuan yang disebabkan adanya

    perbedaan persepsi dalam menafsirkan program organisasi

    3. Terdapat pertentangan norma, dan nilai-nilai individu maupun kelmpok

    4. Adanya sikap dan perilaku saling meniadakan, menghalangi pihak lain

    untuk memperoleh kemenangan dalam memperebutkan sumber daya

    organisasi yang terbatas

    5. Adaya perbedaan dan pertentangan sebagai akibat munculnya kreatifitas,

    inisiatif atau gagasan-gagasan baru dalam mencapai tujuan organisasi

    19

    Wahyudi, Manajemen Konflik Dalam Organisasi, (Jakarta: Alafabeta CV, 2008), h. 17.

  • 16

    3. Macam-macam Konflik Organisasi

    Dari sekian banyak konflik, diantaranya memiliki sudut pandang

    pengaruh yang berbeda, tergantung pada tujuan penyelesaiannya. Hal ini

    dipengaruhi dari bagaimana pemimpin organisasi memiliki strategi untuk

    mengelola konflik yang bermunculan.

    Konflik organisasi (organizazional conflict) adalah ketidaksesuaian

    antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok organisasi yang harus

    membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau

    karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai

    atau persepsi.20

    Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai ciri khas

    masing-masing ketika menghadapi konflik di dalam organisasi, meskipun

    20

    Ahmad Fadli HS., Organisasi dan Administrasi, (Jakarta: Manhalun Nasyi-in Press, 2011), Cet. V, h. 91.

  • 17

    pada dasarnya memiliki kesamaan yaitu untuk segera mungkin

    meminimalisir konflik agar tidak mengganggu kegiatan bekerja.

    Siswanto dan Agus menjelaskan bahwa, dilihat dari segi

    kedudukannya dan peran dalam struktur organisasi, konflik dibagi

    menjadi empat macam yang disebut sebagai konflik struktural, yaitu:

    a) konflik hierarki: konflik yang terjadi antara berbagai tingkatan

    dalam struktur organisasi, misalnya konflik antara pimpinan,

    bawahan, dan sebagainya b) konflik divisional (fungsional): konflik

    yang terjadi antara bagian atau fungsi (departemen) yang satu dengan

    yang lainnya. c) konflik lini-staf:konflik antara lini dengan staf,

    misalnya konflik antara pegawai lini dengan staf karena perbedaan

    pendapat. d) konflik formal-informal: konflik antara kelompok

    formal dengan kelompok informal.21

    Ketika bekerja pasti sering timbul ketidaksesuaian antara dua orang

    atau lebih bahkan kelompok dalam organisasi/perusahaan. Dimana yang

    seharusnya aktifitas bekerja dapat optimal, namun karna adanya perbedaan

    berbagai hal maka dapat menurunkan kinerja masing-masing individu atau

    kelompok tersebut.

    Bentuk konflik dalam batasan pengaruhnya terhadap perusahaan

    dibedakan atas: a) konflik fungsional yaitu sebuah konfrontasi, di

    antara kelompok yang menambah keuntungan kinerja perusahaan; b)

    konflik disfungsional adalah interaksi di antara kelompok yang

    merugikan perusahaan atau menghalangi pencapaian tujuan

    penusahaan: dan c) konflik dan kinerja perusahaan yaitu konflik yang

    mempunyai dampak positif atau negatif terhadap kinerja perusahaan,

    tergantung pada sifat konflik dan bagaimana konflik itu dikelola.22

    Dalam keadaan ini, kepala sekolah harus sigap dan cekatan untuk

    mengetahui konflik apa yang akan dan sedang terjadi. Maka, kepala

    sekolah harus mampu mendiagnosis situasi yang ada dan melaksanakan

    tindakan-tindakan agar tujuan organisasi terpenuhi sebaik mungkin.

    Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa macam-

    macam konflik dalam organisasi kejadiaannya sangat bervariasi, jadi para

    pemimpin seperti halnya pemimpin sekolah mampu merencanakan dan

    21

    Ibid., h.175. 22 Veithzal Rivai dan Ella Jauvani S. Atanajemen, Sumber Dava Manusia untuk Perusahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. III, h. 1000-1001.

  • 18

    melaksanakan pengelolaan konflik yang strategis sesuai situasinya,

    sehingga akan menghasilkan sebuah organisasi yang terhindar dari konflik

    negatif.

    4. Sumber-sumber Konflik Organisasi

    Setiap konflik yang terjadi pasti memiliki latar belakang

    penyebabnya. Seperti halnya dalam organisasi, terdapat beberapa faktor

    seperti kepribadian yang tidak sesuai antarkaryawan, perbedaan posisi

    dalam organisasi, dan kondisi tempat kerja yang kurang memadai, Hal

    inilah yang menjadi pemicu beberapa sumber konflik dalam organisasi.

    Konflik yang terjadi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor,

    diantaranya: a) faktor komunikasi, yang menjadi penyebab konflik

    ketika para anggota dalam sebuah organisasi maupun antarorganisasi

    tidak dapat dan tidak mau untuk saling mengerti dan saling

    memahami ketika berkomunikasi diberbagai hal dalam organisasi. b)

    faktor struktur tugas maupun struktur organisasi, menyebabkan

    konflik ketika terjadi ketidak sesuaian dalam pembagian kerja,

    prosedur kerja yang tidak dipahami, dan adanya upaya untuk meraih

    suatu posisi tertentu yang ada dalam organisasi. c) faktor yang

    bersifat personal, terjadi ketika individu-individu dalam organisasi

    tidak dapat saling memahami satu sama lain, sehingga memicu

    terciptanya konflik di dalam satu bagian tertentu maupun antarbagian

    tertentu dalam organisasi. d) faktor lingkungan, sumber konflik

    ketika lingkungan di tempat bekerja tidak mendukung terwujudnya

    suasana kerja yang kondusif bagi efektivitas pekerjaan dan adanya

    perbedaan dalam memperoleh fasilitas kerja antaranggota pada

    tingkatan manajemen yang sama.23

    Kepala sekolah perlu mengetahui faktor penyebab konflik yang

    terjadi di dalam organisasinya, karena di dalam organisasi tidak pemah

    lepas dari sebuah permasalahan.

    Semakin tinggi ketidaksesuaian sasaran, dan semakin tinggi

    ketidakadilan di dalam pembagian sumber daya akan menimbulkan

    semakin tinggi ketergantungan aktivitas, yang dapat menimbulkan

    semakin tinggi tingkat konflik di antara anggota kelompok, ataupun

    23

    Erni Trisnawati S. dan Kurniawan Saefullah, op.cit., h.291-292.

  • 19

    antarkelompok dan anggotanya, dan antarkelompok dengan

    kelompok di dalam suatu organisasi.24

    Penulis menarik kesimpulan bahwa, seluruh sumber konflik tersebut

    dapat menjadi acuan kepala sekolah untuk mengasah tingkat manajemen

    konflik yang dimiliki dalam memimpin organisasi. Maka kepala sekolah

    harus memiliki usaha untuk mempengaruhi penyelesaian konflik dengan

    mengarahkan sumber konflik tersebut

    arah negatif ataupun positif.

    5. Manajemen Konflik Intraorganisasi

    Kepala sekolah yang profesional pasti sudah mengerti bagaimana

    menerapkan pengelolaan konflik dalam organisasinya berdasarkan strategi

    yang telah direncanakan, guna menghasilkan organisasi yang dipandang

    baik dari segi strukturalnya.

    a. Pengertian Manajemen Konflik Intraorganisasi

    Manajemen adalah proses penggunaan sumber daya organisasi

    dengan menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi

    secara efisien dan efektif.25

    Manajemen konflik (conflict management) mengandung arti

    bahwa konflik dapat memainkan peranan dalam rangka upaya

    pencapaian sasaran-sasaran secara efisien serta efektif.26

    Manajemen

    konflik itu tidak hanya mencakup penghargaan terhadap suatu konflik

    belaka. tetapi juga harus mampu menstimulirnya. Lalu memecahkan atau

    menyelesaikannya dengan baik menuju pada perbaikan dan peningkatan

    organisasi.

    Konflik intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antarbagian

    dalam suatu organisasi yang meliputi: 1) konflik vertikal, terjadi

    24

    Manahan P. Tampubolon, Perilaku Keorganisasian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h.61-62.

    25 Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). Cet. III, h. 10. 26 J. Winardi, Teori Organisasi & Pengorganisasian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), Ed. 1, h. 270.

  • 20

    antara pimpinan dan bawahan yang tidak sependapat tentang cara

    terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya, konflik antara

    kepala sekolah dengan tenaga kependidikan. 2)konflik

    horizontal, terjadi antarkaryawan atau departemen yang memiliki

    hierarki yang sama dalam organisasi. Misalnya konflik antar

    tenaga kependidikan. 3) konflik lini-staf, terjadi karena adanya

    perbedaan persepsi tentang keterlibatan staf dalam proses

    pengambilan keputusan oleh manajer lini. Misalnya konflik antara

    kepala sekolah dengan tenaga administrasi. 4) konflik peran,

    terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran. Misalnya

    kepala sekolah menjabat sebagai ketua dewan pendidikan.27

    Berdasarkan keseluruhan penjelasan diatas, maka penulis menarik

    kesimpulan bahwa manajemen konflik intraorganisasi adalah

    sekumpulan pengendalian atau penanganan yang dilakukan pemimpin

    dalam mengkoordinir permasalahan yang timbul pada lingkup struktur

    organisasinya, sehingga menimbulkan perubahan dan peningkatan yang

    ideal untuk masing-masing individu atau kelompok dalam organisasi.

    b. Tahapan Manajemen Konfik Intraorganisasi

    Tahapan konflik dimulai dari munculnya konflik hingga hilangnya

    konflik, hal tersebut merupakan proses yang terlihat mudah namun

    kenyataannya begitu rumit. Konflik perlu dianalisis sesuai sebab dan

    akibatnya, lalu penilaian konflik dari segi positif dan negatif, kemudian

    menghasilkan suatu pemecahan konflik berupa perdebatan pro dan

    kontra ataupun kompromi secara baik-baik.

    E. Mulyasa menjelaskan bahwa, manajemen konflik dapat

    dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut: 1) perencanaan

    analisis konflik, yaitu tahap identifikasi terhadap konflik yang

    terjadi, untuk menentukan sumber penyebab dan pihak-pihak yang

    terlibat; 2) penilaian konflik, tahap ini dilakukan untuk

    mengetahui kondisi konflik dan pemecahannya; dan 3) pemecahan

    konflik, tahap ini merupakan tindakan untuk memecahkan konflik,

    termasuk memberi stimulus jika masih dalam tahap tersembunyi

    dan perlu dibuka.28

    27

    E. Mulyasa, op. cit., h. 263-264. 28

    Ibid, h. 266-267.

  • 21

    Kepala sekolah pasti telah membuat perencanaan guna mengelola

    konflik intraorganisasi di sekolah yang dipimpin, untuk mengetahui

    rencana yang telah dibuat berhasil atau tidak, maka perlu adanya

    implementasi secara langsung agar terbukti organisasi yang dipimpin

    merupakan organisasi yang dinamis.

    Organisasi yang dipandang baik tidaklah melupakan sebuah proses

    di dalamnya, proses tersebut berupa strategi-strategi kepala sekolah

    dalam menstimulir konflik yang timbul. Maka dari itu kepala sekolah

    perlu mengatasi konflik dari berbagai macam proses.

    Manahan menjelaskan berbagai macam cara yang dapat dilakukan

    kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajemen konflik

    diantaranya:29

    1) Mengatasi Konflik Melalui Jalur Hierarki Komando

    Mengatasi konflik dengan menggunakan jalu hirarki lebih

    cenderung berhasil dengan baik, apabila faktor-faktor sikap karvawan

    cukup positif terhadap penilaian atas atasannya. Akan tetapi. jika

    sikap bawahannya negatif menilai penvelesaian konflik melalui jalur

    komando tidak akan efektif lagi.

    2) Mengatasi Konflik Melalui Pimpinan Tertinggi

    Konflik yang tidak terselesaikan secara tuntas dapat

    menimbulkan masalah kriminal dan akan sangat merugikan

    perusahaan. Penyelesaiaan harus diketahui semua orang di dalam

    organisasi, sehingga peran utama pimpinan tertinggi dapat

    memutuskan langkah terbaik dalam penyelesaian konflik itu.

    3) Mengatasi Konflik Melalui Arbitrasi

    Mengatasi konflik yang timbul akibat permasalahan dalam

    tuntutan pembenaran hak dan kewajiban antara karyawan dengan

    29 Manahan P. Tampubolon, op. cit., h. 63-66.

  • 22

    pimpinan, pada umumnya di atasi dengan memanfaatkan lembaga

    arbitrasi yang dibentuk pemerintah. Lembaga abitrasi ini dapat

    memberi jalan keluar bagi kedua belah pihak yang berselisih paham.

    4) Mengatasi Konflik Melalui Ombudsman

    Ombudsman merupakan bagian yang dibentuk di dalam suatu

    organisasi yang memiliki fasilitas komunikasi, baik ke atas (top

    management) maupun ke bawah (lower management). Ombudsman

    merupakan bagian dari struktur organisasi dan digaji oleh organisasi,

    tidak memiliki kewenangan untuk manajemen memutuskan setiap

    permasalahan, tetapi dapat memberikan solusi kepada pimpinan

    tertinggi untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan konflik di

    dalam organisasi.

    Dari penjelasan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa, tahap

    penerapan manajemen konflik dalam organisasi dapat dilakukan oleh

    kepala sekolah dengan herbagai macam, tergantung pada jenis konflik

    yang terjadi pada saat itu. Jika proses tersebut dapat dipahami dan

    diimplementasikan dengan baik, maka kepala sekolah sudah

    menghasilkan manajemen konflik yang efektif untuk organisasi atau

    sekolahnya.

    6. Dampak Konflik Intraorganisasi

    Setiap muncul permasalahan dalam organisasi artinya organisasi

    sedang dalam situasi yang tidak nyaman, pemasalahan akan terus

    bermunculan ketika tidak adanya respon dari kedua belah pihak atau dari

    pemimpin organisasi. Hal tersebutlah yang mengakibatkan konflik

    bertumpuk dan dapat menghasilkan dampak negatif untuk organisasi.

    Kata konflik banyak dinilai sebagai citra yang buruk, perselisihan, dan

    ketidaktentraman dalam segala kondisi. Namun kondisi itu hanyalah

    persepsi sebagian individu atau kelompok dalam menyikapi dan

  • 23

    memaknai konflik yang terjadi. Maka dijelaskan perbandingan antar

    dampak negatif dan positif konflik untuk organisasi diantaranya:

    a. Negatif

    Negatif artinya mempunyai penilaian yang kurang dalam segala

    hal. Konflik dipandang negatif karna memiliki emosi yang meningkat

    dalam penyelesaiannya, sehingga menimbulkan kontra di dalam

    organisasi.

    Seperti dijelaskan oleh Siswanto dan Agus, dampak negatif dari

    konflik yaitu: 1) menciptakan disintegrasi kelompok (perlawanan), 2)

    lahirnya ketidakharmonisan, 3) timbul keputusasaan, 4) menciptakan

    kesalahpahaman.30

    b. Positif

    Konflik dipandang sebagai sesuatu yang positif apabila

    terselesaikan dengan baik dan meningkatkan produktivitas kerja

    organisasi. hal itu bisa terjadi, dikarenakan kepala sekolah memiliki

    kebijakan dan tujuan demi tercapainya lembaga yang profesional.

    Konflik organisasional dapat menjadi sumber dari berbagai

    manfaat, diantaranya: 1) konflik dapat memperbaiki kualitas

    keputusan organisasi, 2) konflik dapat membuat terbuka

    persoalan yang semula diabaikan, 3) konflik dapat memotivasi

    orang untuk saling menghargai posisi satu sama lain

    sepenuhnya, dan 4) konflik dapat mendorong orang untuk

    mempertimbangkan gagasan baru sehingga memfasilitasi

    perubahan.31

    Kedua dampak konflik mempunyai pernyataan yang berbeda

    atau bertolak belakang. Kepala sekolah yang cermat maka akan

    menghindari dampak negatif untuk organisasinya, sehigga konflik

    hanya sebagai proses organisasi untuk menjadi perubahan yang lebih

    baik.

    30

    Siswanto & Agus Sucipto, op. cit.. h. 189. 31

    Wibowo, op. cit., h. 50.

  • 24

    Dapat ditarik kesimpulan bahwa, konflik yang berdampak

    negatif pasti akan merugikan individu atau kelompok dalam

    organisasi. Konflik yang berdampak positif, dimana dengan

    didiskusikan secara terarah dan produktif, maka solusi positif yang

    akan dihasilkan guna mencapai tujuan organisası yang efektif dan

    efisien.

    7. Strategi Penyelesaian Konflik Intraorganisasi

    Masalah merupakan sebuah kendala dalam organisasi untuk

    mengembangkan produktivitas kinerja guna kemajuan di era yang

    semakin maju. Permasalahan yang timbul pasti berbeda-beda kasusnya,

    maka bentuk penyelesaiannya yang dilakukan berbeda juga. Maka

    tergantung bagaimana pemimpin organisasi mengelola masalah tersebut

    hingga menghasilkan penyelesaian yang berdampak positif.

    Metode penyelesaian konflik yang sering digunakan ini berbeda

    dalam hal efektivitas dan kreativitas penyelesaian konflik serta

    pencegahan situasi konflik dimasa mendatang.

    Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan,

    yaitu: a) dominasi atau penekanan, dapat dilakukan dengan cara

    kekerasan (forcing) yang bersifat penekanan otokratik,

    penenangan (smoothing) cara yang lebih diplomatis, penghindaran

    (avoidance) di mana manajer menghindar untuk mengambil posisi

    yang tegas, serta aturan mayoritas (majority rule) untuk

    menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan

    pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil; b)

    kompromi, menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah

    yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai. Bentuk kompromi

    seperti, pemisahan (separation) yaitu pihak-pihak yang sedang

    bertikai dipisahkan sampai mereka mencapai persetujuan,

    perwasitan (arbitrasi) yaitu pihak ketiga (biasanya manajer)

    diminta memberikan pendapat, kembali keperaturan-peraturan

    yang berlaku dengan ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku

    dan menyetujui bahwa peraturan-peraturan yang memutuskan

    penyelesaian konflik, serta penyuapan (bribing) yaitu salah satu

    pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk tercapainya

    penyelesaian konflik; c) Pemecahan Masalah Integratif, konflik

    antarkelompok diubah menjadi situasi pemecahan masalah

    bersama melalui teknik-teknik pemecahan masalah. Metode

  • 25

    penyelesaian integrative diantaranya, konsensus yaitu kedua belah

    pihak bertemu bersama untuk mencari penyelesaian terbaik

    masalah mereka dan bukan mencari kemenangan satu pihak,

    konfrontasi yaitu kedua belah pihak menyatakan pendapatnya

    secara langsung satu sama lain penggunaan tujuan-tujuan yang

    lebih tinggi yaitu dengan menjadikan metode penyelesaian konflik

    bila tujuan tersebut disetujui bersama.32

    Ketika metode penyelesaikan konflik tersebut tidak mampu

    mengatasi permasalahan kepala sekolah dalam organisasinya, maka

    kepala sekolah bisa menggunakan pihak eksternal organisasi untuk

    membantu mengelolanya. Hal ini dilakukan karena kepala sekolah tidak

    selamanya dapat menggunakan kekuasaan dan kebijakannya untuk

    mengatasi konflik yang ada.

    Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, strategi

    penyelesaian konflik yang efektif dalam organisasi dapat diselesaikan

    dengan berbagai cara, tergantung pada kepala sekolah dalam

    mengelolanya hingga menghasilkan win win solution. Dalam proses

    penyelesaian konflik dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kepala

    sekolah dari segi visi, misi, tujuan, profesionalisme tenaga pendidik dan

    kependidikan, serta struktur organisasi.

    8. Penggunaan Intervensi dalam Pengendalian Konflik

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) digital dijelaskan

    intervensi adalah campur tangan dalam perselisihan antara dua orang

    pihak (orang, golongan, negara, dsb). Campur tangan yang dimaksud

    adalah membantu mengendalikan konflik dalam suatu organisasi yang

    belum memiliki titik temu penyelesaiannya. Intervensi dibutuhkan

    diberbagai lembaga-lembaga seperti lembaga pendidikan salah satunya,

    hal ini dilakukan karna pemimpin lembaga tidak mempunyai jalan keluar

    lagi untuk mengakhir konflik. Dan intervensi dilakukan untuk mencapai

    pengelolaan konflik yang optimal.

    32

    Ahmad Fadli HS., op. cit., h. 98-99.

  • 26

    Menurut Manahan, bahwa dalam pengendalian konflik dapat

    dilakukan intervensi dengan dua cara pendekatan yaitu, melalui proses

    kontrol dan cara pengendalian hasil.

    Pengendalian melalui proses kontrol dapat diartikan sebagai

    penciptaan kualitas pekerjaan (quality assurance). Apabila tingkat

    pengendalian terhadap konflik bawahan di dalam proses pekerjaan

    tinggi, maka intervensi yang dilakukan pemimpin

    menggambarkan keingintahuannya terhadap konflik yang terjadi

    di dalam pelaksanaan pekerjaan dan akan disambut secara positif

    oleh bawahannya. Tindakan intervensi atasan terhadap konflik

    yang terjadi yang dipersepsikan pemimpin sebagai pendorong

    untuk mengatasi konflik bawahannya, malah sebaliknya menjadi

    hambatan bagi karyawan di dalam menyelesaikan pekerjaannya.

    Pengendalian yang dilakukan untuk mengukur hasil dapat

    diartikan sebagai total kualitas manajemen (total quality

    managemeni) atas hasil pekerjaan yang dilakukan pemimpin

    terhadap konflik di antara karyawan bawahannya. Jika tingkat

    pengendalian hasil tersebut tinggi terhadap konflik, persepsi

    bawahan intervensi tersebut menyatakan bahwa manajer hanya

    ingin tahu pada konflik yang terjadi Sebaliknya, tingkat

    pengendalian hasil rendah terhdap konflik, justru atasan dianggap

    sebagai penengah dan merupakan pendorong bagi bawahan untuk

    menciptakan hasil pekerjaan dengan baik.33

    Maka penulis menyimpulkan bahwa, penggunaan intervensi

    dalam pengendalian konflik merupakan taktik dalam manajemen konflik

    ketika sudah tidak menemukan strategi dalam penyelesaiannya. Yang

    pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dan mutu kinerja

    organisasi, baik dalam proses penyelesaiaannya maupun hasil akhir dari

    pengelolaan konflik yang terjadi antarindividu atau antarkelompok.

    C. Penelitian yang Relevan

    Penelitian ini memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan

    penulisan penilitian pada setahun sampai enam tahun terakhir terkait dengan

    judul “Strategi Kepala Madrasah dalam Mengelola Konflik di MA Al-Hikmah

    Jakarta” adalah sebagai berikut:

    33

    Manahan P. Tampubolon. op.cit., h.71-72.

  • 27

    1. ”Strategi Kepala Sekolah dalam Mengelola Konflik di SMP Negeri 161

    Jakarta”. Dian Octaviana, Manajemen Pendidikan, Skripsi Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang strategi kepala

    SMP 161 Jakarta dalam mengoptimalkan pengelolaan konflik

    intraorganisasi sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, yakni untuk

    mendeskripsikan dan menggambarkan secara sistematis, aktual serta akurat.

    Adapun teknik pengumpulan data berfokus pada observasi, wawancara, dan

    studi dokumen.

    2. “Persepsi Guru tentang Kemampuan Kepala Sekolah dalam

    Mengelola Konflik Internal di MTS Soebono Mantofani Jombang-

    Ciputat-Tangsel”. Agus Zaki, KI-Manajemen Pendidikan, Skripsi

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, 2010.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kemampuan

    kepala sekolah dalam mengelola konflik internal. Menggunakan teknik

    analisa data deskriptif kualitatif dan pengumpulan data dengan cara

    observasi, angket, wawancara, serta dokumentasi. Hasil penelitian

    berdasarkan presentase angket yaitu, komunikasi yang kurang harmonis

    66,B% dengan kategori cukup mampu, gaya kepemimpinan yang tidak

    konsisten mbilan2% dengan kategori mampu, mengelola adanya saling

    ketergantungan mpat5,mpat% dengan kategori mampu, mengelola

    perbedaan nilai dalam persepsi 6mpat,3% dengan kategori cukup mampu,

    mengelola lemah sistem kontrol dalam tugas mbilanmbilan,5% dengan

    kategori mampu, dan mengelola struktur organisasi tjuhmbilan% dengan

    kategori mampu. Jadi dapat disimpulkan bahwakemampuan kepala sekolah

    dari beberapa halyang telah dirumuskan mencapai presentase tjuhO%

    masuk kategori cukup mampu.

  • 28

    3. ”Implementasi Manajemen Konflik di SMK Al-Hasra Bojongsari

    Depok”. Irfan Ardian, Manajemen Pendidikan, Skripsi Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

    Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepala

    sekolaj dalam mengoptimalkan penerapan manajemen konflik. Metode

    penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dengsn fokus

    masalah kepada konflik antara siswa, guru, dan kepala sekolah.

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dilapangan bahwa, 1)

    manajemen konflik di sekolah secara tertulis dan terprogram tidak ada; 2)

    dalam penerapan manajemen konflik di sekolah, kepala sekolah kurang

    berkomunikasi dengan para bawahannya; 3) konflik diselesaikan oleh

    kepala sekolah hanya melibatkan orang-orang tertentu, tergantung dari jenis

    dan tingkat konflik yang dihadapi.

  • 29

    D. Kerangka Pikir

  • 30

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penilitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Al-Hikmah Jakarta

    yang terletak di Jalan Bangka VII, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

    Pemilihan tempat penelitian tersebut dengan pertimbangan bahwa

    Madrasah Aliyah Al-Hikmah merupakan salah satu sekolah yang sangat

    mempehatikan pembentukan karakter dan akhlak yang baik dalam setiap

    individu di lingkup sekolah. Hal tersebut tidak luput dari peran besar seorang

    kepala sekolah tersebut. Sehingga menjadikan penulis untuk meneliti dan

    menjadikan sekolah tersebut sebagai bahan kajian tentang strategi kepala

    sekolah dalam pengelolaan konflik yang baik.

    Penulis memulai kegiatan pada bulan September 2019 dimulai dengan

    bimbingan skripsi, kemudian penulis mulai melakukan penelitian pada bulan

    Desember 2019 dan pengolahan data penulis lakukan pada bulan Februari –

    April 2020. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan penulis jabarkan urutan

    kegiatan penelitian yang penulis lakukan di Madrasah Aliyah Al-Hikmah,

    sebagai berikut:

    No Kegiatan 2019 2020

    Sep Des Feb Mar Apr

    1 Bimbingan skripsi dgn dosen pembimbing

    2 Observasi sekolah objek penelitian

    3 Pengumpulan data di MA Al-Hikmah

    4 Pengolahan dan analisis hasil data

    Tabel 3.1

    Rencana Penyusunan Skripsi (2019-2020)

  • 31

    B. Pendekatan dan Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang

    berfokus pada wawancara, observasi, dan studi dokumen. Menurut Basrowi

    dan Suwandi dalam bukunya memahami penelitian kualitatif, "penelitian

    kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk

    mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif,

    melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa

    yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari dan terlibat dalam situasi

    serta setting fenomena yang diteliti.34

    Penelitian kualitatif ini dimaksudkan

    untuk mendapatkan deskripsi data fakta dari objek penolitian, dimana

    hasilnya berupa kata-kata tertulis tanpa adanya manipulasi data.

    Adapun alasan penulis memilih pendekatan penelitian ini karena

    penulis bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara

    sistematis, aktual dan akurat mengenai strategi kepala sekolah dalam

    mengelola konflik intraorganisasi.

    C. Sumber Data

    Sumber data adalah asal dari mana data diperoleh atau seseorang yang

    memberikan informasi yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian. Dalam

    penelitian ini, sumber data berasal dari stakeholders MA Al-Hikmah Jakarta

    yang merupakan pihak-pihak yang terkait didalamnya, antara lain:

    1. Kepala MA Al-Hikmah Jakarta

    2. Staff Tata Usaha

    3. Wakil Kepala Bidang Kesiswaan

    4. Pendidik, terdiri dari beberapa guru.

    5. Tenaga kependidikan, terdiri dari pengelola perpustakaan dan pegawai

    kebersihan.

    34

    Basrowi & Suwandi, Memahamı Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h 1-2.

  • 32

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data adalah sejumlah cara yang dapat dilakukan

    untuk mengumpulkan data vang dibutuhkan dalam penelitian. Dan teknik

    yang peneliti akan gunakan dalam penelitian antara lain:

    1. Observasi

    Menurut Djam'an Satori dan Aan Komariah, "observasi adalah

    pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung

    maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan

    dalam penelitian".35

    Observasi ini menggunakan objek pengamatan tanpa

    tertulis, sehingga dapat mengetahui penerapan dari objek yang diteliti.

    Pada tahap ini yang peneliti lakukan adalah mengamati kompetensi

    yang dimiliki kepala sekolah, pengimplementasian kebijakan, iklim

    organisasi, serta komunikasi antar pendidik dan tenaga kependidikan

    disekolah.

    2. Wawancara

    Wawancara adalah teknik yang digunakan untuk menggali data

    dari para informan. Menurut Juliansyah Noor, "wawancara merupakan

    salah satu teknik pengumpulan data vang dilakukan dengan berhadapan

    secara langsung dengan yang diwawancarai dan sebagai alat re-checking

    atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh

    sebelumnya.36

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan menggunakan teknik

    wawancara untuk memperoleh data, informasi, dan fakta yang akurat,

    sehingga dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Tujuan peneliti

    melakukan wawancara adalah untuk menemukan permasalahan secara

    lebih terbuka, dimana pihak informan akan diminta pendapatnya. Adapun

    35

    Djam'an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung

    Alfabeta, 2013), Cet. V, h. 105. 36 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta Kencana, 2012), Cet II, h. 138-139.

  • 33

    objek dalam melakukan wawancara adalah kepala sekolah, pendidik, dan

    tenaga kependidikan MA Al-Hikmah Jakarta.

    3. Studi Dokumen

    Menurut Basrowi dan Suwandi, "dokumentasi merupakan cara

    untuk mengumpulkan data yang menghasilkan catatan-catatan penting

    yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data

    yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan".37

    Tujuan

    pengumpulan dokumen yaitu sebagai pelengkap data dalam penggunaan

    teknik observasi dan wawancara, serta untuk memperkuat data-data hasil

    penelitian.

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi dokumentasi

    dengan maksud dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam

    penelitian diantaranya, daftar hadir pendidik dan tenaga kependidikan,

    hasil notulen rapat, rencana strategi jangka panjang dan dokumen-

    dokumen lain yang memiliki keterkaitan terhadap data yang diperlukan

    dalam penelitian mengenai strategi kepala sekolah dalam mengelola

    konflik intraorganisasi.

    E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

    Setelah data-data yang diperlukan telah diperoleh, maka penulis

    melakukan pengolahan dan menganalisis data yang telah terkumpul, Menurut

    Miles dan Huberman (1992) dalam buku Imam Gunawan yang berjudul

    Metode Penelitian Kualitatif, mengemukakan tiga tahapan dalam menganalisis

    data penelitian kualitatif, sebagai berikut:

    1. Reduksi data, mereduksi data merupakan proses pengelompokan jawaban-

    jawaban yang diberikan informan terhadap hal-hal pokok yang dilakukan

    peneliti.

    37

    Basrowi dan Suwandi, op. cit., h. 158.

  • 34

    2. Penyajian data, melalui penyajian data tersebut, maka data dikelompokkan

    berdasarkan aspek-aspek masalah yang diberikan oleh informan. Untuk

    menyajikan data peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif.

    3. Penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan

    menafsirkan data, kemudian membandingkan atau mencari persamaan data

    yang telah diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan.38

    F. Triangulasi

    Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data. Menurut

    Imam Gunawan dalam bukunya metode penelitian kualitatif teori dan praktik,

    triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan

    (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (reliabilitas) data, serta bermanfaat juga

    sebagai alat bantu analisis data dilapangan.39

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk

    strategi kepala sekolah dalam mengelola konflik intraorganisasi di MA Al-

    Hikmah Jakarta. Maka peneliti melakukan observasi ke tempat objek

    penelitian, melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait untuk membantu

    mendapatkan data yang dibutuhkan, dan mengumpulkan dokumen sebagai

    pendukung data. Setelah itu, data yang telah diperoleh dilakukan pengecekan

    dengan cara membandingkan hasil wawancara, hasil observasi, dan hasil studi

    dokumen. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui keterkaitan data antara

    hasil yang didapat dengan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

    G. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data

    Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan maka dibuatlah kisi-kisi

    instrument yang terkait dengan "Strategi Kepala Sekolah dalam Mengelola

    Konflik di MA Al-Hikmah Jakarta". Adapun instrument penelitian yang

    dijadikan pedoman sebagai berikut:

    38

    Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumı aksara, 2013), Cet. I, h. 210.

    39 Ibid, h. 218

  • 35

    Tabel 3.2

    Kisi-kisi Instrumen Wawancara

    No Variabel Aspek Variabel Nomor Butir

    Pertanyaan

    1.

    Strategi

    Kepala

    Sekolah

    a. Bentuk-bentuk strategi

    1, 2, 3, 4 b. Proses penyusunan strategi

    c. Manfaat penerapan strategi

    2.

    Manajemen

    Konflik

    Organisasi

    a. Macam-macam konflik organisasi

    5, 6,7, 8, 9, 10

    b. Sumber konflik organisasi

    c. Tahap manajemen konflik

    intraorganisasi

    d. Dampak konflik intraorganisasi

    e. Strategi penyelesaian konflik

    f. Penggunaan intervensi dalam

    pengendalian konflik

  • 36

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum MA Al-Hikmah Jakarta

    1. Profil dan Identitas MA Al-Hikmah Jakarta

    a. Nama Madrasah : MA. Al-Hikmah

    b. Nama Kepala Madrasah : Ust. Muchlis Nawawi

    c. Alamat

    1) Jalan : Jl. Bangka II No.24

    2) Desa/Kelurahan : Pela Mampang

    3) Kecamatan : Mampang Prapatan

    4) Kabupaten / Kodya : Jakarta Selatan

    5) Propinsi : DKI Jakarta

    6) Kode Pos : 12720

    7) Telepon : 021 - 71791605

    8) Website : www.ma-alhikmah.webnode.com

    d. Status Madrasah : Terakreditasi B

    e. SK Akreditasi

    1) Nomor : 326

    2) Tanggal : 21 September 2016

    f. Nomor Statistik Madrasah (NSM) : 131231740009

    g. Jumlah Pendidik & T. Kependidikan : 13 Orang

    h. Tahun Berdiri : 1990

    2. Sejarah Singkat MA Al-Hikmah Jakarta

    Madrasah Aliyah Al-Hikmah adalah sebuah lembaga pendidikan

    setingkat SMA yang berada dibawah naungan Yayasan Al Hikmah. Yang

    berkecimpung dalam dunia pendidikan dan sosial. MA Al-Hikmah

    didirikan pada tahun 1990. Dibentuk dalam rangka mewujudkan

    pendidikan alternatif setingkat SMA dan menampung lulusan angkatan

  • 37

    pertama dari lembaga pendidikan setingkat SMP (Mts ) yang juga berada

    dibawah naungan Yayasan Al-Hikmah.

    Lahir dari idealisme yang tinggi, ketika itu MA. Al-Hikmah hanya

    mengkhususkan pengajaran dan pembelajarannya pada bidang studi agama

    dengan orientasi pendidikan mencetak dan mengkader da'i-da'i yang siap

    pakai di masyarakat kelak dengan istilah lain MADRASAH LI I'DAADI

    ADDU'AAT.

    Sejak tahun 1995 MA Al-Hikmah mengadopsi kurikulum DEPAG/

    DEPDIKNAS (1994) sudah barang tentu dengan mempertahankan

    semaksimal mungkin kurikulum lokal keislamannya yang khas. Dan pada

    tahun 1996 MA Al-Hikmah untuk pertama kalinya mengikuti ujian negeri

    yang diselenggarakan DEPAG/DEPDI KNAS. Sehingga keberadaan MA

    Al-Hikmah adalah legal, disamping meraih prestasi berupa ranking ke 1

    dalam perolehan nilai rata rata EBTANAS dari Madrasah Aliyah jurusan

    IPS se-DKI Jakarta sejak tahun 1999.

    Realita yang dihadapi umat Islam dewasa ini, terutama umat Islam

    yang berada di Indonesia adalah keterbatasan sumber daya manusia

    (SDM) yang berpotensi. Padahal sumber daya alam yang dimiliki oleh

    bangsa ini cukup besar dan potensial. Disamping sudah selayaknyalah

    kalau umat Islam memiliki kualitas jauh lebih baik dari umat yang lainnya.

    Untuk itulah MA Al-Hikmah merasa bertanggungjawab untuk

    mempersiapkan SDM yang berkualitas dan berpotensi, sudah barang tentu

    sesuai dengan jenjang pendidikan.

    MA Al-Hikmah bertekad mempersiapkan dan mengantarkan

    generasi muda Islam untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih

    tinggi sehingga terwujudnya SDM-SDM yang potensial dan berkualitas

    yang dapat kembali membangun peradaban baru sesuai dengan nilai-nilai

    keislaman.

    Seiring dengan berjalannya waktu, MA Al Hikmah berupaya keras

    untuk menjadi sekolah Islam yang berkualitas, Alhamdulillah pada tahun

    ajaran 1997/1998 MA Al Hikmah mendapatkan peringkat II Madrasah

  • 38

    Aliyah Se-DKI Jakarta, dan pada tahun ajaran 2000/2001 s/d 2001/2002

    mendapatkan peringkat I Madrasah Aliyah se-DKI Jakarta ( Program IPS )

    serta siswa terbaik kedua se - DKI Jakarta pada tahun pelajaran 2005 -

    2006.

    Tahun 2017 merupakan tahun perdana MA Al Hikmah mengikuti

    program Pemerintah yang mewajibkan pelaksanaan Ujian Nasional

    berbasis Komputer (UNBK). Alhamdulillah tahun pelajaran 2016/2017

    MA Al Hikmah mendapatkan peringkat VII Nilai UNBK MA Se-DKI

    Jakarta. Tahun 2017/2018 MA Al Hikmah mendapatkan peringkat XI

    Nilai UNBK MA Se-DKI Jakarta. Tahun 2018/2019 MA Al Hikmah

    mendapatkan peringkat III Nilai UNBK MAS Se-DKI Jakarta dan

    peringkat XI Nilai UNBK MA Se-DKI Jakarta.

    Para lulusan MA Al Hikmah sejak berafiliasi dengan DEPAG tahun

    pelajaran 1996/1997 berhasil melanjutkan pendidikannya kejenjang yang

    lebih tinggi lagi. Para lulusannya telah banyak diterima di lembaga

    perguruan tinggi negeri atau swasta yang berkualitas seperti : LIPIA, IAIN

    (sekarang UIN) Jakarta, IKIP Jakarta (Sekarang UNJ), UI, IKIP Bandung

    (Sekarang UPI), IPB Bogor, UP Jakarta, UNDIP, UIM, UNPAD, IKIP

    Malang, STEI Tazkia, SEBI, Univ Brawijaya, Univ Gunadarma, Univ

    Mercubuana, Unsoed Purwokerto, Univ Teknologi Sumbawa, Univ Al-

    Azhar Indonesia, dll. Bahkan ada yang melanjutkan studinya ke jenjang

    yang lebih tinggi di luar negeri, seperti di Arab Saudi (Universitas di

    Mekkah dan Madinah), Mesir, Pakistan, Syiria, Yaman, Turki dan

    Sudan.40

    3. Visi dan Misi MA Al-Hikmah

    a. Visi MA Al-Hikmah

    Menuju Generasi Taqwa, Cerdas Dan Berakhlaq Mulia

    40

    Hasil Dokumentasi dari buku Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah MA Al-Hikmah

    Jakarta, 2018, Hal. 5-6

  • 39

    Untuk itulah visi MA Al-Hikmah adalah : mempersiapkan dan

    mengantarkan generasi muda islam untuk memasuki jenjang

    pendidikan yang lebih tinggi sehingga terwujudnya SDM yang

    potensial dan berkualitas yang dapat kembali membangun peradaban

    baru sesuai dengan nilai-nilai Islam.

    b. Misi MA Al-Hikmah

    1) Membentuk generasi muda Islam yang beraqidah benar, beribadah

    universal dan berakhlak mulia.

    2) Membentuk generasi muda Islam yang memiliki landasan berfikir

    benar dan baik sesuai dengan dasar-dasar ajaran Islam.

    3) Membekali generasi muda Islam dengan pengetahuan-pengetahuan

    dasar sebagai prasyarat memasuki jenjang pendidikan yang lebih

    tinggi dan wawasan keislaman sesuai dengan marhalahnya

    (tahapannya).

    4) Menumbuh kembangkan serta memberdayakan potensi generasi

    muda Islam baik itu dari sisi ruhiyah, fikriyah maupun jasadiyah.

    4. Struktur Organisasi

    Gambar 4.1

  • 40

    5. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    NO NAMA JABATAN BIDANG AJAR

    1. Muchlis Nawawi Kepala

    Madrasah

    B.Arab,

    Akhlaq, Nasyid

    2. Anwar Hadi, S.Pd.I Tata Usaha

    & Guru Qur’an Hadits

    3. Supriadi Panggabean S.Kom Tata Usaha

    & Guru Penjaskes

    4. Oktaviani, S.Kom Wali Kelas

    & Guru TIK, BK, Prakarya

    5. Nur Ali, S.Ag Guru SKI, Penjaskes

    6. Diah Choiriyah, S.Pd Guru B.Inggris, Tahfizh

    7. Rosmarika, S,Pd Wali Kelas

    & Guru

    Ekonomi,

    Sosiologi

    8. Ibrohim Sholahuddin A., Lc Guru Aqidah, Fiqih

    9. Eko Priono, S.Pt Guru Matematika

    10. Denny Mawardi, S.Pd Guru Geografi

    11. Kiswanto, S.Pd Guru Pkn, Sejarah

    12. Nurlaila Suciana, S.Pd Wali Kelas

    & Guru

    B.Indonesia,

    Geografi

    13. Saipul Bahri Staff Kebersihan,

    Keamanan

    Tabel 4.1

  • 41

    6. Data Peserta Didik

    No Kelas Jurusan L P Jumlah

    1. Kelas X IPS 7 8 15

    2. Kelas XI IPS 9 13 22

    3. Kelas XII IPS 10 11 21

    TOTAL 26 32 58

    7. Data Sarana dan Prasarana

    Bangunan MA Al-Hikmah menjadi satu dengan SDIT Al-Hikmah, namun

    MA Al-Hikmah berada di lantai 4. Adapun fasilitas sarana dan prasarana

    yang tersedia yaitu :

    a. Ruang Kelas

    b. Ruang Kepala Sekolah dan Administrasi

    c. Ruang Guru

    d. Perpustakaan

    e. Toilet Guru dan Siswa

    f. Laboratorium TIK dan Bahasa

    g. Masjid

    h. Aula Kelas

    B. Deskripsi dan Analisis Data

    Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis peroleh melalui

    proses observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Selanjutnya pada bagian

    ini penulis akan mengolah dan mendeskripsikan data-data yang telah penulis

    dapatkan di lapangan. Adapun pihak-pihak yang diwawancarai oleh penulis

    adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, wakil kepala

    sekolah bidang kurikulum, staf tata usaha, dan guru mata pelajaran.

    Tabel 4.2

  • 42

    1. Kompetensi Kepala MA Al-Hikmah Jakarta

    Kepala sekolah mampu memanaj organisasi secara profesional dan

    mampu mengelola konflik organisasi, apabila dapat menguasai serta

    menerapkan kompetensinya disekolah yang dipimpin. Dari pengamatan

    peneliti, kepala MA Al-Hikmah Jakarta dapat membuktikan penguasaan

    kompetensinya melalui kinerja yang dilakukan pada kegiatan sehari-hari,

    sesuai dengan Permendiknas RI No. 13 Tahun 2007 tentang standar kepala

    sekolah, yaitu :

    a. Kompetensi Kepribadian

    Kepala MA Al-Hikmah Jakarta bapak Muchlis, membuktikan

    reputasi kepribadiannya dengan keteladanan yang ia berikan, terbukti ia

    menjabat sebagai kepala madrasah selama 21 tahun atau sejak tahun

    1999. 9 tahun semenjak madrasah tersebut didirikan yakni tahun 1990.

    Kepala MA Al-Hikmah Jakarta memiliki kepribadian yang baik

    yang ditampakkan dalam keteladanan sehari-harinya, berikut yang

    dikatakan ibu Rosmarika selaku wakabid kurikulum, bahwa “kepala

    madrasah memberikan keteladanan penuh kepada guru dan siswa dalam

    hal akhlak dan ibadah: seperti datang tepat waktu, bersegera dalam

    kebaikan, disiplin.”41

    Hal senada juga dikatakan oleh ibu Octaviani

    selaku guru BK dan guru TIK tenta