STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL IMAN BLOK M...

102
STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE JAKARTA SELATAN DALAM MENSYIARKAN DAKWAH ISLAM DI TENGAH PUSAT PERBELANJAAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Strata 1 Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: Fadly Zaty Mubarak 1113051000092 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 M / 2017 H

Transcript of STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL IMAN BLOK M...

  • STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

    JAKARTA SELATAN DALAM MENSYIARKAN DAKWAH ISLAM DI TENGAH

    PUSAT PERBELANJAAN

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

    Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Strata

    1 Sarjana Sosial (S.Sos)

    Disusun oleh:

    Fadly Zaty Mubarak

    1113051000092

    JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 M / 2017 H

  • i

    ABSTRAK

    Fadly Zaty Mubarak

    Strategi Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square Jakarta Selatan dalam

    Mensyi’arkan Dakwah Islam di Tengah Pusat Perbelanjaan.

    Masjid merupakan tempat suci umat Islam, yang berfungsi sebagai salah satu

    sarana yang efektif untuk melakukan komunikasi langsung antara hamba dengan

    Allah SWT, serta sebagai wadah untuk mensyiarkan dakwah Islam. namun faktanya,

    saat ini banyak masjid yang hanya difungsikan sebagai tempat untuk menunaikan

    rutinitas ibadah sholat saja, terlebih lagi dengan masjid-masjid yang terletak di pusat

    perbelanjaan sehingga masjid kurang dapat difungsikan dengan baik. Oleh karena

    itu, melihat betapa pentingnya peran masjid dalam mensyiarkan dakwah Islam di

    tengah pusat perbelanjaan, pengurus masjid Nurul Iman Blok M dalam hal ini

    memiliki startegi yang belum banyak dimiliki oleh masjid-masjid yang berada di

    tengah pusat perbelanjaan khususnya, Yaitu dengan mengadakan berbagai macam

    kegiatan seperti kajian rutin harian, mingguan, bulanan, kegiatan manasik haji,

    mengadakan program taman Pendidikan Alqur’an (TPA) dan kelas bahasa arab.

    Permasalah yang dirumusakan pada penelitian ini adalah bagaimana strategi

    dakwah pengurus masjid Nurul Iman Blok M dalam mensyiarkan dakwah Islam, dan

    apa saja faktor-faktor penghambat dakwah pengurus Masjid Nurul Iman Blok M

    dalam menjalankan strategi dakwahnya.

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori startegi Fred R David, yang

    berpendapat bahwa dalam melakukan sebuah startegi ada beberapa tahapan yaitu

    perumusan startegi berupa sasaran dakwah, profesionalitas da’i dan efektifitas dan

    efesiensi dakwah. Implementasi startegi berupa pembentukan struktur, mengadakan

    kajian rutin, mengadakan TPA dan manasik haji. Evaluasi strategi terhadap kinerja

    pengurus, evaluasi program kegiatan masjid. Untuk menjawab pertanyaan tersebut

    peneliti melakukan pendekatan kualitatif untuk memperoleh data-data yang berkaitan

    dengan strategi dakwah yang dilakukan pengurus masjid. Melalui pendekatan ini pula

    peneliti mengkaji berbagai macam faktor penghambat dakwah pengurus masjid.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara mendalam, observasi

    dan dokumentasi dengan analisis data deskrptif.

    Setelah melakukan sebuah penelitian, hasil yang ditemukan dari penelitian ini

    adalah, bahwa faktor yang menjadi penghambat dakwah masjid adalah Sumber Daya

    Manusia (SDM), Manajemen Mall, Jama’ah Masjid dan Minimnya Donatur. Adapun

    strategi pengurus masjid ialah dengan melakukan pendekatan sosiologis kepada para

    pengunjung mall blok M Square dan sekitarnya, memberikan tausiah dan kajian ilmu

    agama dengan da’i yang berkompeten di bidangnya, efektifitas dan efesiensi

    dakwahnya dengan memeperhatikan kondisi kultur budaya para jama’ah.

    Implementasi yang dilakukan pengurus masjid ialah dengan membentuk struktur

    organisasi, mengadakan kajian rutin, membuat program kegiatan TPA, kelas Bahasa

    arab serta program kegiatan manasik haji. Evaluasi startegi dakwah pengurus masjid

    ialah mengevaluasi kinerja pengurus dan program kegiatan masjid.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

    Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

    rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan

    judul “Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square Jakarta

    Selatan dalam Mensyiarkan Dakwah Islam di Tengah Pusat Perbelanjaan”.

    Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,

    keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku

    umatnya hingga akhir zaman.

    Pada penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

    dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan

    dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis

    mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat

    mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada

    dikemudian hari.

    Adapun dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak semata-mata hasil

    kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak

    yang telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Maka dari itu

    penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan

    yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

    1. Prof. Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku Rektor UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi beserta pembantu Dekan I bidang akademik Dr. Hj.

  • iii

    Roudhonah, M.Ag selaku wakil dekan II bidang administrasi umum,

    serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku wakil dekan III bidang

    kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Program Studi Komunikasi dan

    Penyiaran Islam, selaku Fita Fathurokhmah M.Si Sekertaris Jurusan

    Komunikasi dan Penyiaran Islam.

    4. Dr. H. Abdul Rozak A. Sastra, MA Selaku Dosen Pembimbing Skripsi,

    yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan

    bimbingan yang sangat membantu dan berguna untuk penulisan skripsi

    ini.

    5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

    mendidik serta memberikan beragam ilmu yang sangat bermanfaat,

    semoga ilmu-ilmu para Dosen dibalas dengan pahala yang tak

    terhingga.

    6. H. Azwar Wahid, selaku ketua pengurus Masjid Nurul Iman Blok M

    dan Bapak Habibi Katin selaku sekertaris masjid serta seluruh jajaran

    pengurus yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu

    penelitian ini.

    7. Kedua orang tua tercinta, ayahanda H. Ghozali Abdul Ghoni, dan

    Ibunda Hj. Rohayati Idris, yang selalu memberikan doa, support dan

    kasih sayangnya. Semoga doa dan kasih sayangnya mendapatkan

    balasan yang tiada tara dari Allah SWT.

  • iv

    8. Kakak dan adik tercinta Hilyah Mursilah dan Silfia Zulfa serta mas

    Rickiko Hardi yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam

    menyelesaikan penelitian ini.

    9. Teman yang telah bersedia membantu bertukar pikiran dalam

    menyelesaikan penelitian ini, Kamaluddin Apradi Alaqsha serta teman-

    teman mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi angkatan tahun 2013 diantaranya Amel Anggraini, Clara,

    Muhammad Oki Nugroho, Dimas Darmawan, Fikih Dwi Adam, Arga

    Pebrian.

    10. Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak

    mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada mereka

    semua.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, terdapat

    banyak kekurangan dan kesalahan sehingga besar harapan penulis bagi segenap

    pembaca untuk memberikan masukan yang lebih baik. Akhir kata, saya ucapkan

    terima kasih

    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

    Jakarta, 24 Mei 2017

    Penulis,

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK…………………………………………………………………... i

    KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii

    DAFTAR ISI………………………………………………………………... v

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah……….……………………………. 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………... 7

    C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian …………………... 8

    D. Metodologi Penelitian………………………………………... 9

    E. Tinjauan Pustaka……………………………………………... 11

    F. Sistematika Penelitian………………………........................... 13

    BAB II KAJIAN TEORITIS

    A. Strategi…………………………………………………………... 15

    1. Pengertian Strategi…………………………………………… 15

    2. Tahap-Tahap Strategi………………………………………… 17

    B. Dakwah………………………………………………………....... 18

    1. Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW.....………………… 18

    2. Pengertian Dakwah……………………………………….….. 20

    3. Dasar Hukum Dakwah………………………………………. 23

    4. Tujuan Dakwah…………………………………………….... 26

    5. Unsur-Unsur Dakwah………………………………………... 27

  • vi

    6. Sarana Dakwah………………………………………………. 35

    C. Strategi Dakwah………………………………………………….. 39

    1. Pengertian Strategi Dakwah………………………………….. 39

    2. Macam-Macam Strategi Dakwah……………………………. 42

    BAB III PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

    A. Sejarah Masjid Nurul Iman Blok M Square…………………….. 47

    B. Struktur Masjid Nurul Iman Blok M Square……………………. 49

    C. Kegiatan Masjid Nurul Iman Blok M Square…………………… 50

    D. Fasilitas Masjid Nurul Iman Blok M Square……………………. 54

    BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA

    A. Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square….. 56

    B. Faktor - Faktor Penghambat Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman

    Blok M Square ………………………………...………………… 67

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan…………………………………………………........ 71

    B. Saran……………………………………………………………... 73

    DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 74

    LAMPIRAN

  • v

    .

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dakwah merupakan suatu aktifitas penyampaian nilai-nilai ajaran Islam yang

    sangat dibutuhkan oleh manusia. Sebab dakwah merupakan bentuk ajakan kepada

    manusia untuk selalu berada di jalan Allah SWT.1 Setiap muslim memegang peranan

    dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat muslim lainnya. Tentunya juga harus

    dengan cara dan metode yang benar. Tidak semata-mata berdakwah menyerukan nilai-

    nilai Islam, mengajak untuk berada di jalan Allah SWT namun tidak memikirkan

    bagaimana metode dan cara yang tepat dalam berdakwah.

    Dakwah berarti menyeru manusia menuju jalan kebaikan dan menghindari jalan

    kesesatan. Dalam pengertian ini mencakup pengertian tabligh (menyampaikan nilai-

    nilai agama), jihad (berjuang menegakkan agama Allah), dan amar ma’ruf nahi munkar

    (memperintahkan kebaikan dan melarang melakukan kejahatan). Oleh Karena itu,

    dakwah merupakan proses At-Tahawwul wal At-taghayur (transformasi dan perubahan)

    sesuatu yang tidak baik menuju yang baik atau sesuatu yang sudah baik menjadi yang

    lebih baik lagi.2

    Awal munculnya dakwah Islam tidak terlepas dari perjuangan Rasulullah SAW.

    Ketika Allah SWT memerintahkan nabi Muhammad SAW untuk berdakwah secara

    terang-terangan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hijr :94

    1 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya), cet. 1 hlm. 3

    2 Nana rukmana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2002) cet. Ke-1 hlm.164-

    165

  • 2

    Artinya :

    “maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan

    (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”(QS. Al-Hijr : 94)3

    Adapun tujuan dakwah itu sendiri adalah islamisasi kehidupan manusia dengan

    cara atau metode yang mudah diterima masyarakat . Allah SWT berfirman :

    Artinya :

    “Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik

    dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

    lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

    mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl :125).4

    Dakwah dengan dasar amar ma’ruf nahi munkar akan menjadikan manusia

    selalu sadar akan pentingnya sebuah amal baik terhadap perbuatan buruk. Perbuatan

    yang baik tentunya akan mendatangkan kebaikan lainya. Sebaliknya perbuatan buruk

    akan mendatangkan keburukan lainnya. Oleh sebab itu, faktor yang dapat

    menyebabkan berhasil atau tidaknya dakwah itu sendiri adalah tergantung pada seorang

    da’i yang berperan dalam mempengaruhi mad’u, meskipun dalam keberhasilan dakwah

    tidak hanya ditentukan oleh seorang da’i akan tetapi, da’i memegang peranan penting

    dalam menentukan keberhasilan dakwah Islam. Ada beberapa kemungkinan yang

    mempengaruhi keberhasilan da’i dalam menyampaikan dakwahnya :

    3 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 268

    4 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hlm. 282

  • 3

    1. Karena pesan dakwah seorang da’i memang relevan dengan kebutuhan

    masyarakat sehingga mereka memiliki antusias yang tinggi terhadap pesan-

    pesan dakwah yang disampaikan.

    2. Penampilan seorang da’i memiliki daya tarik tersendiri dalam menarik

    perhatian masyarakat, untuk itu penampilan sorang da’i menjadi sangat

    penting.

    3. Kondisi masyarakat sedang haus akan siraman rohani, sehingga pesan-pesan

    dakwah yang disampaikan akan cepat diterima oleh masyarakat. Walaupun

    pesan dakwah yang disampaikan kurang jelas, merekapun akan memahami

    lebih jauh maksud dan tujuannya.

    4. Adanya pesan-pesan dakwah yang dikemas secara kreatif dan unik sehingga

    menarik perhatian masyarakat. Dakwah islam yang dikemas secara unik dan

    menarik akan lebih mudah dan cepat diterima oleh masyarakat, Karena

    dengan metode atau cara dalam penyampaian pesan dakwah bersifat ringan.

    Contoh: acara kesenian, dongeng, drama, bercerita dsb.5

    Dalam penyampaian pesan dakwah seorang da’i harus bisa memahami siapa

    mad’u atau audiens yang menjadi objek dalam menyampaikan dakwah. Karena salah

    satu faktor keberhasilan dakwah adalah dengan memahami siapa audiens yang akan

    menerima pesan dakwah di sinilah peran seorang da’i, hendaknya sebelum tampil

    seorang da’i mencari tahu terlebih dahulu siapa yang akan menjadi objeknya. Sebab,

    banyak terjadi da’i yang gagal dalam menyampaikan pesan dakwahnya di karenakan

    dia tidak bisa memposisikan dirinya dihadapan para pendengar atau mad’u. Untuk itu,

    memahami mad’u dalam hal dakwah menjadi sangatlah penting.

    5 Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Sahid Tuhu Leley, Alqur’an dan Tantangan Modernisasi,

    (Yogyakarta: Siprs, 1990), Cet. ke -1 hlm. 2

  • 4

    Seorang da’i di samping harus memahami mad’u, faktor yang tidak kalah

    penting adalah ia harus bisa menguasai materi yang ingin disampaikan. Tentunya

    dengan memahami betul materi, pesan yang disampaikan akan mudah dipahami oleh

    mad’u. seorang da’i juga harus memiliki strategi dalam menyampaikan dakwahnya.

    Karena tidak sedikit para mad’u yang merasa lelah dan bosan akan materi dakwah yang

    disampaikan, untuk itu adanya sedikit hiburan disela-sela berdakwah menjadi suatu hal

    yang penting contohnya, mengajak mad’u bersholawat, candaan yang dapat

    mengundang tawa. Sehingga, mad’u tidak merasa bosan dan suntuk dalam

    mendengarkan ceramah atau pesan dakwah.

    Saat ini banyak strategi untuk berdakwah kepada masyrakat dalam menyiarkan

    Islam, yaitu dengan adanya tempat ibadah yang memiliki sarana-sarana untuk menarik

    masyarakat agar selalu ingat dengan kegiatan keagamaan. Masjid besar khususnya

    menjadi salah satu sarana yang berperan penting dalam mesyiarkan islam. Adanya

    fasilitas-fasilitas yang dihadirkan dalam masjid memiliki fasilitas untuk berdakwah.

    seperti halnya Majlis ta’lim, pengajian anak-anak, tausiah merupakan kegiatan yag

    mengajarkan masyarakat muslim untuk lebih memahami ilmu agama.6

    Oleh Karena itu, peran dakwah adalah bagaimana aktifitas dakwah dan

    program-programnya diarahkan kepada pembinaan umat agar menjadi orang yang kuat

    iman, takwa dan keislamannya. Juga bagaimana dakwah dapat berhasil menghimpun

    mereka menjadi sebuah kekuatan yang mengusung tugas dakwah di tengah umat

    manusia, serta mampu memutar roda dakwah agar manusia dapat selalu tunduk dan

    6 Yusuf Qardhawi. Membumikan Syariat Islam : keluwesan aturan ilahi untuk manusia

    (Bandung : Mizan Pustaka, 2003), cet. Ke-1 hlm. 13

  • 5

    patuh kepada ajaran agama islam. Melalui dua sumber utama bagi umat islam yaitu ;

    Alqur’an dan Sunnah7

    Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW :

    Artinya :

    “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda ; Aku meninggalkan dua perkara untuk kalian,

    kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan dua perkara tersebut ; yaitu kitab

    Allah dan Sunnah Nabi-Nya“(HR. Malik ).

    Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa, nabi berwasiat kepada para umatnya

    untuk selalu berpegang teguh dengan Al-quran dan As-sunnah, untuk menyampaikan

    ajaran-ajaran Al-qur’an dan Sunnah nabi, dalam hal ini masjid tidak hanya dijadikan

    tempat mengerjakan ibadah shalat akan tetapi juga merupakan tempat yang paling

    efektif untuk menyampaikan ilmu agama. Pada zaman dahulu. Masjid bukan hanya

    dijadikan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah melainkan juga dijadikan

    sarana untuk berdiskusi membentuk sebuah konsep dan startegi dakwah Islam serta

    membahas perkembangan Islam saat itu, sebagaimana yang telah dicontohkan pada

    zaman Rasulullah SAW. Pada saat ini, masjid masih menjadi tempat pusat

    berkumpulnya umat Islam dimanapun berada, namun sangat disayangkan apabila

    masjid yang begitu banyak tersebar di penjuru negeri ini hanya memiliki konsep atau

    program-program sebatas untuk menunaikan kewajiban beribadah. Tidak memiliki

    program lebih untuk perkembangan umat Islam. Sejatinya, selain dijadikan tempat

    7 Yusuf Qardhawi. Membumikan Syariat Islam, hlm. 14

  • 6

    beribadah masjid juga dijadikan pusat perkembangan Islam. Berbagai kegiatan

    keagamaan berupa ta’lim, diskusi, pelatihan-pelatihan dsb, diadakan di masjid. Jadi,

    dalam hal ini masjid tidak hanya dijadikan tempat ibadah namun juga menjadi salah

    satu tempat sumber agama Islam yang ada saat ini.8

    Allah SWT berfirman :

    .

    Artinya :

    “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman

    kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan

    tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang

    diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS At-

    Taubah: 18).9

    Ayat di atas menunjukkan bahwasannya menjaga dan memakmurkan masjid

    merupakan hal yang penting, karena masjid merupakan rumah Allah yang harus selalu

    dijaga dan dirawat, terlebih lagi masjid menjadi tempat untuk mensyiarkan agama

    Islam. Untuk itu, melihat betapa pentingnya peran masjid dalam mensyiarkan Islam

    serta menjadi salah satu strategi dakwah dalam mengajak umat untuk lebih memahami

    agama maka dengan ini penulis tertarik untuk meneliti Masjid Nurul Iman Blok M,

    yang mana masjid ini terletak di atas pusat perbelanjaan dan dapat menampung kurang

    lebih 6000 jama’ah. Di samping itu, program-program dan kegiatan keagamaannya

    cukup bagus yang belum banyak dimiliki masjid-masjid lain. Di antaranya, pengurus

    masjid Nurul Iman Blok M memberikan fasilitas pelatihan manasik haji untuk kalangan

    TK dan PAUD, pengurus masjid juga membuka TPA untuk anak-anak, koperasi masjid

    8 Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam,( Jakarta : Pustaka Antara, 1983),

    hlm. 35 9 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 190

  • 7

    dsb. Apabila kita melihat letak demografisnya, masjid ini terletak jauh dari tempat

    perumahan. Dan ini menjadi unik sekali Karena tidak biasa ada Mall yang

    menyediakan berbagai kegiatan kegiatan keagamaan seperti manasik haji pengajian

    TPA untuk anak-anak yang terletak di atas mall. Satu hal lagi, yang menjadi salah satu

    pertimbangan saya tertarik meneliti ini adalah karena adanya masjid yang dibangun di

    atas mall ini tidak mendapat dukungan dari pihak mall. Dalam artian pihak mall tidak

    setuju dengan adanya pembangunan masjid di atas mall.

    Dari latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat

    masalah untuk diteliti dengan judul “ Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman

    Blok M Square Jakarta Selatan Dalam Mensyiarkan Dakwah Islam Di Tengah

    Pusat Perbelanjaan ”

    B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam tentang objek

    yang diteliti dan agar penelitian ini tetap berada dalam fokus penelitian maka

    perlu diberikan batasan sebagai berikut :

    a. Batasan Ruang Lingkup

    Peneliti hanya fokus pada startegi dakwah yang dilakukan DKM Masjid

    Nurul Iman Blok M dalam pelaksanaanya sebagai wadah dalam

    mensyiarkan ajaran Islam.

    b. Batasan Waktu dan Tempat

    Penelitian yang mendalam dan intensif dilakukan di Masjid Nurul Iman

    Blok M. Penelitian ini dilakukan tanggal 9 Maret sampai 12 Juni 2017.

  • 8

    2. Perumusan Masalah

    Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut ;

    a. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan pengurus Masjid Nurul Iman

    Blok M Square dalam kegiatannya sebagai wadah syiar Islam ditengah

    pusat perbelanjaan?

    b. Faktor apa saja yang menghambat pengurus masjid Nurul Iman Blok M

    Square dalam mensyi’arkan dakwah Islam?

    C . Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

    Tujuan penelitian adalah :

    1. Mengetahui bagaimana implementasi startegi dakwah yang dilakukan pengurus

    Masjid Nurul Iman Blok M.

    2. Mengetahui apa saja faktor penghambat dakwah pengurus masjid Nurul Iman

    Blok M Square.

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

    1. Manfaat Akademis

    Sebagai bahan rujukan akademis serta sebagain referensi atau perbandingan

    penelitian selanjutnya bagi bidang studi ilmu dakwah dan ilmu komunikasi terkait

    prihal startegi dakwah masjid Nurul Iman Blok M dalam memanfaatkan fasilitas dalam

    media dakwah.

    2. Manfaat Praktis

    Sebagai informasi dan pedoman mengenai aktifitas keagamaan serta gambaran

    media dakwah Islam yang sesuai pada masyarakat muslim di kota, serta penelitian ini

  • 9

    diharapkan dapat menambah wawasan yang luas mengenai teknik-teknik dakwah yang

    dilakukan di tempat-tempat ramai seperti di pusat perbelanjaan Blok M, serta

    menambah gagasan positif yang disesuaikan dengan dakwah bil lisan, bil hal, bil

    qolam. hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat untuk terus

    mengembangkan dan meningkatkan dakwah Islam.

    D. Metodelogi Penelitian

    Agar dapat membahas rumusan masalah dengan baik, maka peneliti akan

    mengambil metode penelitian dengan langkah-langkah berikut ;

    1. Metode Penelitian

    Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dihasilkan dari sebuah data

    yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan suatu penelitian yang bersifat

    alamiah dengan mendatangi langsung tempat penelitian. Seperti yang

    dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor mereka mendefinisikan bahwa

    metodelogi penelitian sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data

    deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang

    dapat diamati.10

    Tujuan adanya metode ini adalah agar dapat menggambarkan suatu

    keadaan serta dapat mengambil manfaat dari penelitian berdasarkan hasil tes

    wawancara dengan narasumber.

    2. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah pengurus masjid Nurul Iman Blok M

    Square, dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah startegi dakwah

    10

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya

    1989), Cet 1 hlm. 4

  • 10

    yang dilakukan pengurus masjid Nurul Iman Blok M Square dalam

    mensyi’arkan dakwah Islam di tengah pusat perbelanjaan.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Adapun pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif

    analitik. Deskriptif adalah gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu,

    atau gamabaran tentang suatu gejala hubungan antara dua gejala atau lebih. Sedangkan

    analitik berarti uraian atau sebuah situasi atau peristiwa, dalam penyelelesaian skripsi.

    Kemudian data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, tela’ah

    kepustakaan.

    a. Observasi

    Dalam penelitian ini mengamati langsung objek yang diteliti, peneliti

    melakukan observasi berkaitan dengan aktifitas keagamaan di masjid Nurul

    Iman Blok M sampai akhir penelitian.

    b. Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, berbentuk tanya

    jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, yang mewawancarai

    disebut interview (yang mengajukan pertanyaan) sedangkan yang diwawancarai

    disebut interviewe yang memberi jawaban atas jawaban itu. Dalam hal ini

    penulis melakukan wawancara dengan ketua masjid Bapak H. Azwar wahid,

    bapak Habibi katin selaku sekertaris masjid dan bapak Asdiwar Malin selaku

    ketua devisi dakwah Masjid Nurul Iman Blok M Square.

  • 11

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan teknik yang juga dilakukan baik dari buku,

    jurnal atau sumber literatur-literatur lainya. Agar data yang diperoleh lengkap

    dan akurat.

    4. Pengolahan Data

    Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan

    proses aditting yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul

    serta keseluruhan berkas. Data dapat diketahui dan dinyatakan baik kemudian lanjut

    ke tahap selanjutnya yaitu:

    a. Data yang diperoleh melalui observasi yakni mengamati objek penelitian

    secara langsung menggunakan seluruh alat panca indra kemudian penulis

    menulis data secara akurat, dengan mencatat berbagai peristiwa, sikap, dan

    tingkah laku yang berhubungan dengan objek.

    b. Data yang diperoleh dari wawancara, yakni penulis menyalin hasil dari

    wawancara ke catatan lapangan kemudian memberikan tanggapan terhadap

    bagian atau point point penting .

    c. Data yang diperoleh dari dokumentasi digunakan digunakan sebagai bahan

    pertimbangan dalam menguraikan hasil dari skripsi ini.

    E. Tinjauan Pustaka

    Sebelum melakukan penelitian karya ilmiah ini, penulis terlebih dahulu melakukan

    peninjauan di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yakni, di perpustakaan

    Fakultas Dakwah dan Perpustakan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena hal

    ini menjadi penting bagi setiap mahasiswa yang ingin melakukan penelitian untuk

    menghindari kesamaan judul sehingga penelitian ini tidak dapat dilanjutkan. Dalam

  • 12

    penulisan ini penulis banyak terinspirasi dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya

    dan dijadikan rujukan dalam penelitian ini yaitu :

    1. Penelitian tentang “Strategi Dakwah Komunitas Pejuang Subuh dalam

    Mengajak Sholat Subuh Berjamaah di Jakarta” yang disusun oleh Sitty Anisaa

    Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Dalam penelitian ini

    dijelaskan bahwasannya strategi yang dilakukan oleh komunitas pejuang subuh

    secara garis besar ialah melalui media online dan offline dengan memposting

    berbagai manfaat dan keutamaan sholat subuh berjama’ah di masjid agar

    masyarakat mau sholat subuh berjama’ah di masjid, sedangkan berbeda dengan

    skripsi penulis dimana penulis lebih memfokuskan kepada strategi yang

    dilakukan oleh pengurus masjid dalam meningkatkan jama’ah yang terletak di

    sekitar pusat perbelanjaan.

    2. Penelitian tentang “Peranan Corps Dakwah Masjid Syuhada Dalam Membina

    Akhlak Remaja Di Masjid Syuhada Yogyakarta”. Yang disusun oleh Noer

    Khasana Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Tahun 2007. Dalam penelitian ini dijelaskan

    perihal peranan corps dakwah masjid dalam membina akhlak remaja, penelitian

    ini lebih memfokuskan dalam sisi pembinaan akhlak remaja, sedangkan skripsi

    penulis meneliti mengenai apa saja strategi yang dilakukan pengurus masjid

    dalam meramaikan dan memakmurkan masjid yang terletak di tengah pusat

    perbelanjaan.

    3. Penelitian tentang “Startegi Dakwah PBNU melalui website www.nu.or.id”

    yang disusun oleh Ahmad Asip Ulinnuha Jurusan Manejemen Dakwah Fakultas

    http://www.nu.or.id/

  • 13

    Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

    2009. Penelitian ini memfokuskan prihal dakwah yang dilakukan PBNU

    melalui media online. Teori yang digunakkan ialah teori SWOT yaitu (Strengts,

    Weakness, Opertunities, Threats) berbeda dengan skripsi penulis yang

    memfokuskan mengenai aspek dakwah pengurus masjid dalam meningkatkan

    kegiatan keagaman jama’ah yang terdapat di pusat perbelanjaan.

    F. Sistematika Penulisan

    Skripsi terbagi lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut ;

    BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab ini penulis akan menjelaskan latar belakang masalah,

    batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

    metedologi penelitian, tujuan pustaka dan sistematka penulisan.

    BAB II KAJIAN TEORITIS

    Dalam bab ini penulis akan menjelasakan, mengenai pengertian metode,

    macam-macam metode umum, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah

    dan macam-macam metode dakwah.

    BAB III PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

    Dalam bab ini akan membahas tentang profil Masjid Nurul Iman Blok

    M, gambaran umum Masjid Nurul Iman yang meliputi latar belakang

    berdirinya Masjid Nurul Iman Blok M.

    BAB IV ANALISIS STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL

    IMAN BLOK M

  • 14

    Dalam bab ini akan menganalisis tentang strategi dakwah yang

    diterapkan oleh pengurus masjid Nurul Iman Blok M dalam

    mensyi’arkan dakwah islam, keberhasilan dan hambatan-hambatan.

    BAB V PENUTUP

    Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari

    permasalahan yang tertera.

  • 15

    BAB II

    KAJIAN TEORITIS

    A. Strategi

    1. Pengertian Strategi

    Strategi berasal dari bahasa Yunani yakni kata “strateos” yang

    artinya pasukan dan agenis-agenis yang artinya pemimpin.1 Menurut

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana cermat

    mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.2

    Strategi merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai hal

    guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. strategi yang dirumuskan

    haruslah strategi yang betul-betul menawarkan alternatif pemecahan,

    tidak hanya dalam hal daratan konseptual, melainkan juga dalam

    daratan operasional. Strategi pada hakekatnya adalah satu perencanaan

    (planning) dan manajemen (management) untuk mencampai tujuan.

    Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidaklah berfungsi

    sebagai peta jalan saja, malainkan harus mampu menunjukan

    bagaimana taktik operasionalnya.3

    Sedangkan strategi secara istilah terdapat beberapa perbedaan

    pendapat para ahli, namun memiliki maksud yang sama. di antaranya

    adalah :

    1Ali Murtopo, Sastra Kebudayaan, (Jakarta: CSIS, 1971), hlm. 4.

    2Ahmad Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: PT Armico,

    1984), hlm. 59. 3Onong Uchjana Effendy, Ilmu komunikasi Teori dan praktek, (Bandung: Remaja Rosda

    karya, 1984). hlm. 32.

  • 16

    1. Eko Endarmoko menjelaskan bahwasannya strategi

    merupakan sebuah planning, program-program, skema,

    kebijakan garis haluan.4

    2. Strategi menurut Pius A Partanto dan Dahlan adalah

    pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

    pelaksanaan gagasan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam

    kurun waktu tertentu.5

    3. Onong Uchyana Effendy strategi pada hakikatnya adalah

    perencanaan dan menejemen untuk mencapai suatu tujuan.

    Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi bukan

    hanya menjadi peta jalan. Yang hanya menunjukan jalan

    saja, melainkan harus juga menunjukan teknik atau cara

    oprasionalnya.6

    4. Menurut Ahmad S. Adnan putra yang dikutip oleh Ruslan

    strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan),

    sedangkan rencana suatu produk dari suatu (planning) pada

    akhirnya akan membentuk suatu satu fungsi dasar dari

    proses manajemen.7

    Adapun menurut penulis strategi adalah suatu perencanaan yang

    dipikirkan secara matang demi tercapainya suatu tujuan tertentu mulai dari

    4 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia,(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

    2006), hlm. 613 5Pius A Partanto dan Dahlan M, .Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Surabaya: Arkola,

    2001), hlm. 97 6Effendi onong uchyana, teori dan praktek komunikasi. (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya,2010) Cet Ke-6 hlm. 32 7RoselyRuslan, Kiat dan Kampanye Public relation, (Jakarta: Raja Grafindo

    Persada,2002), hlm. 120

  • 17

    perumusan masalah sampai kemungkinan hambatan yang akan terjadi. Dalam

    melihat pengertian di atas sebeum merumuskanya sebuah strategi, diperlukan

    suatu pengetahuan yang tepat dan akurat terhadap realitas yang telah terjadi dan

    berlangsung dalam kehidupan masyarakat.

    2. Tahap-Tahap Strategi

    Fred R David mengatakan bahwasannya dalam proses strategi ada

    tahapan-tahapan yang harus diperhatikan yaitu :

    1. Perumusan Strategi

    Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi ialah,

    pengembangan tujuan mengenai peluang dan ancaman baik external

    maupun internal, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada

    tahap ini adalah proses perancangan dan penyeleksian berbagai

    strategi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

    2. Implementasi Strategi

    Implementasi sering disebut dengan tindakan strategi, Karena

    implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang

    dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam

    implementasi strategi ialah pengembangan budaya, menciptakan

    struktur yang efektif, mempersiapkan anggaran, memanfaatkan

    perkembangan informasi yang masuk. Agar tercapainya implementasi

    dengan baik maka dibutuhkan adanya kedisiplinan, motivasi dan kerja

    keras.

  • 18

    3. Evaluasi Strategi

    Evaluasi strategi merupakan proses dimana manajer membandingkan

    antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan.

    Tentunya ini menjadi tahap terakhir yang telah dirumuskan

    sebelumnya.8

    Dari 3 tahapan tersebut maka tahap-tahap strategi haruslah jelas dan

    terukur, mulai dari visi misi dan sasaran objek, planning / perencanaan, sumber

    daya manusia (SDM), instrumen yang digunakan untuk mecapai tujuan, serta

    evaluasi program.

    B. Dakwah

    1. Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW

    Dakwah Islam muncul pada masa Rasulullah SAW, Secara umum dakwah

    Rasul dibagi pada dua masa yaitu masa Makkah dan masa Madinah. Pada masa

    Makkah ini dibagi menjadi empat fase : Pertama, fase rumah tangga. Kedua, fase

    keluarga. Ketiga, fase konfrontasi. Keempat, fase kekuatan. Pada fase pertama

    rasul melakukan dakwah secara diam-diam, yaitu hanya dengan memberi

    pelajaran tentang keimanan kepada Allah SWT. Dakwah rasul pada fase pertama

    ini dapat dikatakan berhasil dengan masuknya beberapa sahabat nabi di antaranya

    adalah Khadijah istri nabi, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Shiddiq, dan Zaid bin

    Harisah.9 Kedua. Fase keluarga, pada fase ini rasul diperintahkan untuk

    8 Fred R.David, Menejemen Strategi Konsep,(Jakarta : Prenhallindo,2002), hlm. 5

    9 Shafiyyurrahman Al-mubarakfuri,Sirah Nabawiyah. (Jakarta, Pustaka Alkautsar,1997),

    hlm. 71-72

  • 19

    menyampaikan dakwah kepada keluarga yang terdekat, dan jangan menghiraukan

    ancaman dan penghinaan kaum Quraish.

    Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 94:

    “Karena itu, sampaikanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dan hindari

    dirimu dari orang-orang musyrik” (Al-Hijr:13:94).10

    Setelah datang perintah itu, maka naiklah Muhammad Rasulullah ke

    bukit Safa, seraya menyeru: “Wahai kaum Quraish”, maka berkumpullah mereka

    di bukit Safa, kemudian Rasul mendakwahkan masuk Islam pada mereka.

    Diantara yang hadir ada yang menerima dakwahnya, tapi kebanyakan

    menolaknya, bahkan mengejek dan mengancam. Ketiga, periode konfrontasi.

    Pada periode ini Rasul memulai dakwah dengan terus terang, tanpa menghiraukan

    penghinaan dan ancaman. Beliau melakukan dakwah ke segala penjuru, di tempat-

    tempat orang Quraish berkumpul, dalam perayaan hari raya, dan kegiatan lain

    yang banyak orang berkumpul. Keempat, periode kekuatan. Dengan masuknya

    Hamzah dan Umar bin Khattab ke dalam Islam yang mana mereka termasuk

    orang yang disegani dan ditakuti oleh kaum quraish saat itu. Oleh karenanya,

    kekuatan Islam semakin bertambah sehingga dakwah Islam dapat semakin meluas

    ke seantero arab.11

    10

    Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm.

    282 11

    Hamzah Tualeka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya: Indah Offset, 1993), hlm.

    66

  • 20

    2. Pengertian Dakwah

    Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti panggilan, seruan atau ajakan.

    Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk

    kata kerja (fi‟il) nya adalah berarti: memanggil, menyeru, atau mengajak (Da‟a,

    Yad‟u, Da‟watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan da’i dan orang

    yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad’u.12

    Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:

    1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai

    upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar

    sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan

    akhirat.13

    2. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin

    memberikan definisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu;

    mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk

    (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari

    kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan

    akhirat.14

    3. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat

    manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk

    Allah dan Rasul-Nya.15

    12

    Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),

    hlm. 406-407. 13

    Toha Yahya Oemar,Ilmu Dakwah (Jakarta: Widjaja, 1983), hlm. 1 14

    Ali Makhfudz, Hidayatul Mursyidin (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), hlm. 32 15

    Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), hlm. 17

  • 21

    4. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban

    yang menjadi tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma’ruf

    nahi mungkar.16

    Wahidin Saputra menyebutkan dalam bukunya pengantar ilmu dakwah,

    dari berbagai pendapat para ahli tentang definisi dakwah dapatlah diambil

    kesimpulan sebagai berikut:

    1. Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan Islam

    sebagai agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan kepada

    seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan unsur: Da’i, Materi

    Dakwah, Metode Dakwah, Media dan mad’u. dalam mencapai tujuan

    dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu mencapai

    kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

    2. Dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi, transformasi,

    transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat.

    3. Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah SWT dan Rasulullah

    Saw untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan

    mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi

    kehidupanya.17

    Seperti yang telah dimaklumi, bahwa dakwah merupakan suatu rangkaian

    kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini

    dimaksud untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan

    dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia.

    16

    Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2000), hlm. 23 17

    Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), cet

    ke-2, hlm. 2-3.

  • 22

    Apalagi ditinjau dari segi pendekatan system (system approach), tujuan dakwah

    merupakan perpaduan unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling

    membantu, saling memengaruhi dan saling berhubungan.18

    Oleh karena itu dalam menyampaikan dakwah Islam, haruslah diniatkan

    semata-mata karena Allah SWT sehingga seorang da’i dalam menyampaikan

    dakwahnya benar-benar tulus dan ikhlas membimbing mad’u dalam mengamalkan

    ajaran Islam.

    Tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta

    mendapat ridho dari Allah SWT.19

    Adapun tujuan khusus dakwah (minor

    obyektive) ini secara operasional dapat dibagi lagi kedalam beberapa tujuan yaitu:

    1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk

    selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT artinya mereka

    diharapkan agar senantiasa mengerjakan perintah Allah dan selalu

    mencegah atau meninggalkan larangan-Nya.

    2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum muallaf. Penerangan

    terhadap masyarakat yang muallaf jauh berbeda dengan kaum yang

    sudah beriman kepada Allah (berilmu agama). Artinya untuk muallaf

    disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan.

    3. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada

    Allah (memeluk agama Allah).

    4. Membidik dan mengajarkan anak agar tidak menyimpang dari dari

    fitrahnya.20

    18

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 49 19

    Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 37.

  • 23

    3. Dasar Hukum Dakwah

    Keberadaan dakwah sangat urgent dalam Islam, antara dakwah dan Islam

    tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. sebagaimana diketahui dakwah

    merupakan suatu usaha untuk mengajak, menyeru dan mempengaruhi manusia

    agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna memperoleh kebahagiaan baik di

    dunia maupun di akhirat. Setiap muslim diwajibkan menyampaikan dakwah Islam

    kepada seluruh umat manusia, sehingga mereka dapat merasakan ketentraman dan

    kedamaian.

    Hal ini berdasarkan firman Allah Al-qur’an surat Ali Imran ayat 104 :

    Artinya :

    “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

    kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar; merekalah

    orang-orang yang beruntung”21

    Dari ayat di atas, menunjukkan bahwasannya Allah SWT memerintahkan

    kepada hambanya untuk selalu berdakwah mengajak manusia untuk melakukan

    kebaikan dan mencegah kemungkaran dan barangsiapa yang melakukan hal

    tersebut maka Allah menyebut mereka dengan sebutan orang-orang yang

    beruntung, karena orang yang selalu mengajak kepada kebaikan ia akan selalu

    mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakananya.

    20

    Moh. Ardani, Fiqih Dakwah, (Jakarta: PT.MitraCahayaUtama,2006), hlm. 16-17. 21

    Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya. (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 64

  • 24

    Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

    Artinya :

    “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

    kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

    Allah. Sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

    mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”.

    (Q.S Ali-Imran : 110)22

    Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwasannya umat Islam

    merupakan umat yang paling baik yang diciptakan Allah SWT, yang

    diperintahkan untuk menyeru kebaikan agar manusia senantiasa berada di jalan

    Allah SWT.

    Dalam hal ini Rasulullah sendiri sebagai pembawa risalah dan hamba

    Allah yang ditunjuk sebagai utusan Allah telah bersabda :

    Artinya :

    “Dari Abi Sa‟id Al-khudhri ( Radiyallahu „anhu ) berkata : saya mendengar

    Rasulullah bersabda : “Barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran maka

    hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak kuasa maka dengan lisannya,

    jika tidak kuasa dengan lisannya maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah

    selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)23

    Hadits di atas menunjukkan perintah kepada umat Islam untuk melakukan

    dakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Apabila seorang muslim

    mempunyai sesuatu kekuasaan tertentu maka dengan kekuasaannya itu ia

    22

    Al-Qur'an dan Terjemahannya . Hlm 65 23

    Imam An-nawawi ; penerjemah, Muhil Dhofir, Terjemah Hadits Arba‟in An-Nawawi.

    (Jakarta: Al-I’tishom, 2001), hlm. 54

  • 25

    diperintah untuk mengadakan dakwah. Jika ia hanya mampu dengan lisannya

    maka dengan lisan itu ia diperintahkan untuk mengadakan seruan dakwah, bahkan

    sampai diperintahkan untuk berdakwah dengan hati, seandainaya dengan lisan pun

    ternyata ia tidak mampu.

    Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

    :

    )(.

    Artinya :

    “Dari Abdillah Bin Amr (Radhiyallahu „anhuma) : bahwasannya Nabi

    Muhammad SAW. bersabda : Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat,

    ceritakanlah kepada Bani Israil, tidak ada dosa. Barangsiapa yang berdusta atas

    namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari

    neraka”. (HR. Bukhori).

    Hadits tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang datang dari nabi

    Muhammad hendaklah disampaikan walaupun itu hanya satu ayat. Hadits ini

    memiliki arti, bahwasanya berdakwah sangatlah penting walaupun itu hanya

    disampaikan satu ayat saja. Karena mengajak atau menyeru umat Islam kepada

    jalan yang benar merupakan kewajiban bagi sesama umat Islam.

    Dakwah merupakan suatu usaha untuk mengajak, menyeru, dan

    mempengaruhi manusia agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna

    memperoleh kebahagian baik bahagia di dunia maupun di akhirat. Jadi, hukum

    dalam melaksanakan dakwah ialah wajib dan hal ini disepakati oleh para ulama.

    Namun ada perbedaan pendapat para ulama tentang kewajiban itu apakah fardhu

    ain atau fardu kifayah.

  • 26

    4. Fardhu ain : maksudnya setiap orang islam yang sudah dewasa, kaya-

    miskin, pandai-bodoh, semuanya tanpa terkecuali wajib melaksanakan

    dakwah.

    5. Fardhu kifayah : maksudnya apabila dakwah sudah disampaikan oleh

    sekelompok atau sebagian orang maka gugurlah kewajiban dakwah itu

    dari kewajiban seluruh kaum muslimin, sebab sudah ada yang

    melaksanakan walaupun sebagian orang.24

    4. Tujuan Dakwah

    Tujuan dakwah adalah merupakan salah satu faktor yang paling penting

    dan sentral. Pada tujuan dakwah inilah segenap tindakan dilakukan dengan

    harapan dakwah Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Dalam

    menentukan sistem dan bentuk usaha kerjasama dakwah, tujuan dakwah

    merupakan landasan utamanya. Demikian juga tujuan dakwah menjadi dasar

    sebagai penentuan sasaran dan strategi atau kebijakan serta langkah-langkah

    operasional dakwah. Sebagai landasan penentuan sasaran dan strategi, tujuan

    dakwah haruslah mengandung apa yang harus ditempuh serta luasnya scope

    aktivitas dakwah. Di samping itu tujuan dakwah juga menentukan langkah-

    langkah penyusunan tindakan dakwah dalam implementasinya, serta menentukan

    orang-orang yang berkompeten dalam mengisi kajian-kajian Islam. Bahkan lebih

    dari itu, tujuan dakwah ialah sesuatu yang senantiasa memberikan inspirasi dan

    motivasi untuk mengajak mad’u mempraktekan ilmu yang telah diberikan.

    24

    Aminuddin Sanwar,Pengantar Ilmu Dakwah, Diktat Kuliah, (Semarang: Fakultas

    Dakwah IAINWalisongo,1992), hlm. 34

  • 27

    Secara hakiki dakwah mempunyai tujuan menyampaikan kebenaran

    ajaran, yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta mengajak manusia untuk

    mengamalkanya. Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi 2 yaitu : tujuan yang

    bersifat obyek dakwah dan materi dakwah. Dilihat dari obyek dakwah, dakwah

    memiliki tujuan yaitu memperbaiki seluruh manusia dalam semua aspek,

    sedangkan dilihat dari materi tujuan dakwah yaitu terdapat tiga tujuan, yang

    meliputi : pertama, tujuan akidah yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi

    tiap-tiap manusia. Kedua, tujuan hukum yaitu terbentuknya manusia yang

    mematuhi hukum-hukum Islam yang telah disyari’atkan oleh Allah SWT. Ketiga,

    tujuan akhlak yaitu terwujudnya pribadi Muslim yang berbudi luhur dan

    berakhlakul karimah.25

    Menurut penulis Tujuan dakwah ialah untuk berusaha menghidupkan

    ajaran agama Islam sebagaimana telah dilakukan oleh baginda rasul sejak dahulu

    agar masyarakat memiliki wawasan agama Islam yang luas serta menjadikan

    masyarakat sebagai pribadi bertakwa yaitu pribadi yang senantiasa menjalankan

    printah Allah dan menjauhi segala larangannya.

    5. Unsur-Unsur Dakwah

    Unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini adalah bagian-bagian yang

    terkait dan merupakan satu-kesatuan dalam penyelenggaraan dakwah. Hal itu juga

    bisa disebut sebagai komponen-komponen dakwah,yang selajutnya gerak

    dakwahdisesuaikan dengan bidang garap dari masing-masing komponen. Adapun

    unsur-unsur yang dimaksud adalah:

    25

    Khoiru Ummatin, Kontekstualisasi Misi Dakwah Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    1994), hlm 24.

  • 28

    1) Da’i

    Da’i dalam pelaksanaannya subyek dakwah dapat secara individu

    atau bersama-sama. Hal ini tergantung pada besar kecilnya sekala

    penyelenggaraan dakwah dan permasalahan-masalahan dakwah yang

    akan digarap. Semakin luas dan kompleksnya permasalahan dakwah

    yang dihadapi, tentunya semankin besar pula penyelenggaraan

    dakwah, mengingat keterbatasan subyek dakwah, baik dibidang

    keilmuan, pengalaman, tenaga, dan biaya, maka subyek dakwah sangat

    memerlukan manajemen yang teorganisir, karena akan lebih afektif

    dari pada yang secara individu dalam rangka pencampaian tujuan

    dakwah.

    Dalam pengertian subyek dakwah yang terorganisir, dapat

    dibedakan tiga komponen, yaitu (1) Da’i, (2) Perencanaan dan (3)

    Pengelola Dakwah. Sebagai seorang Da’i harus memiliki syarat-syarat

    tertentu, di antaranya:26

    a) Sedapat mungkin menguasai isi kandungan dengan tugas-tugas

    dakwah.

    b) Menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubunganya dengan

    tugastugas dakwah.

    c) Taqwa kepada Allah SWT, yang sudah menjadi keharusan bagi

    setiap Muslim.

    26

    M. Mashur Amin. Metode Dakwah Islam dan Berbagai Keputusan Pembangunan

    tentang Aktivitas keagamaan, (Yogyakarta: Sumbanagsih.1980), hlm 22-24.

  • 29

    2) Mad’u

    Menurut Karim Zaidan Obyek dakwah adalah setiap orang atau

    sekelompok orang yang dituju atau menjadi sasaran sesuatu kegiatan

    dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa

    mebedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit,

    dan lain sebagainya adalah sebagai obyek dakwah.27

    Yang mana obyek

    dakwah atau tipe mad’u terbagi menjadi tiga yaitu: Mu’min, Kafir dan

    Munafik. Dan Muhamad Abduh membedakan mad’u menjadi tiga

    yaitu: Golongan khusus golongan awam dan golongan yang berbeda

    dengan keduanya.28

    3) Materi Dakwah

    Materi Dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da’i

    kepada mad’u, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut di

    dalam Al- Qur’an dan Al- Hadits. Agama Islam yang bersifat universal

    dan mengatur semua kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai

    akhir zaman serta mengandung ajaran-ajaran agama Islam.29

    Yang

    mana ajaran agama Islam adalah diklafikasikan menjadi empat

    masalah pokok yaitu :

    Masalah akidah (keimanan), masalah syari’ah, masalah akhlak dan

    masalah mu’amalah.30

    27

    A. Karim Zaidan, Asas al- Dakwah, diterjemahkan, M. Asywadie Syukur dengan judul

    Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta : Media Dakwah, 1979), hlm. 68. 28

    A. Karim Zaidan, Asas al- Dakwah, hlm. 23 29

    Nasrudin Razak, Dienul Islam. (Bandung: Al-Ma‟ arif, 1986 ), hlm. 35 30

    Nasrudin Razak, Dienul Islam, hlm. 24-31

  • 30

    4) Metode Dakwah

    Metode Dakwah adalah cara yang telah teratur dan terfikir baik-

    baik untuk mencapai satu maksud.31

    Jadi metode dakwah adalah cara-

    cara menyampaikan pesan pada objek dakwah, baik itu kepada

    individu, kelompok ataupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut

    mudah diterima, diyakini dan diamalkan.32

    Adapun yang menjadi

    rujukan metode dakwah adalah Al-Qur’an surat Al- Nahl: 16: 125

    Artinya :

    “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan–mu dengan hikmah dan

    pelajaran yang baik dan bantahlah mareka dengan cara yang baik

    sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

    yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang ebih mengetahui orang-

    orang yang mendapat petunjuk”. (QS, an- Nahl, 16: 125).33

    Dalam ayat diatas dijelaskan bahawa metode dakwah ada tiga macam

    yaitu:

    a) Bil–Hikmah, yaitu memperhatikan situasi dan kondisi sasaran

    dakwah, bahwa materi yang di jelaskan tidak memberatkan orang

    yang dituju tidak membebani jiwa yang hendak menerimanya.34

    31

    W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum bahasa Indonesia, (Jakarata : Pusat pembinaan

    dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Balai Pustaka, 1984 ), hlm. 649 32

    Salahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip –Prinsip Dakwah Islam, (Semarang

    :Ramadhoni, 1964), hlm. 111 33

    Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm.

    282 34

    Abdullah Sihata, Dakwah Islamiah, (Jakarta: Bulan Bintang 2003), hlm. 6

  • 31

    Pada dasarnya, metode dakwah bi al-hikmah merupakan penyeruan

    atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif,

    dilakukan dengan adil, penuh kesabaran, dan ketabahan, sesauai

    dengan risalah al-nubuwaah dan ajaran Al-Qur’an. Dengan

    demikian terungkaplah apa yang seharusnya secara al-haq (benar)

    terposisikannya sesuatu secara proporsional. Dengan kata lain,

    model dakwah ini memiliki pengertian semua aktifitas dakwah

    yang selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi objek

    dakwah, Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan

    realistis sesuai tantangan dan kebutuhan dengan memperhatikan

    kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, serta situasi

    sosial kultural lingkungan mad’u.35

    Dalam metode dakwah bi al-hikmah, al-Qur’an menawarkan

    beberapa bentuk bahasa,36

    di antaranya :

    1. Qoulan Baligha (Perkataan yang membekas pada jiwa)

    Ungkapan qoulan baligha terdapat pada surah An-Nisa’

    ayat 63 dengan firman-Nya:

    Artinya :

    “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui

    apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah

    kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan

    35

    Enjang AS dan Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung : Widya Padjadjaran, 2009), hlm. 88 36

    H. Munzier Suparta dan Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana 2003), hlm. 167

  • 32

    katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada

    jiwa mereka” (QS. An Nisa : 63).37

    2. Qoulan Layyinan (Perkataan yang lembut) Term Qaulan

    Layyinan terdapat dalam surah Thoha ayat 43- 44 secara

    harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut (layyin).

    Artinya :

    “Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun, sesungguhnya dia

    telah melampaui batas, maka berbicarah kamu berdua

    kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,

    mudahmudahan ia ingat atau takut”. (Q.S. Thoha: 43-

    44).38

    3. Qaulan Marufan (Perkataan yang Baik) Menurut Jalaluddin

    Rahmat, qaulan ma’rufan adalah perkataan yang baik.

    Allah menggunakan frase ini ketika berbicara tentang

    kewajiban orang-orang kaya atau orang kuat terhadap

    orang-orang yang miskin atau lemah. Qaulan ma’rufan

    berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan

    pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan

    pemecahan terhadap kesulitan kepada orang lemah, jika

    kita tidak dapat membantu secara material, kita bisa

    membantu dengan non material.

    37

    Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 89 38

    Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hlm.315

  • 33

    Surah An-Nisa ayat 5, yang berbunyi :

    Artinya :

    “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang

    sempurna akalnya harta (mereka dalam kekuasaanmu) yang

    dijadikan allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka

    belanja dan pakaian (dari hasil itu) dan ucapkanlah kepada

    mereka kata-kata yang baik (Q.S;An-Nisa:5 )39

    b) Mau„idzatul Hasanah, memberi nasehat dan mengingatkan orang

    lain dengan bahasa yang baik yang dapat menguguh hatinya

    sehingga mad’u bersedia dan dapat menerima nasehat tersebut.

    Menurut Enjang AS, Al mau’idzah al-hasanah, memiliki

    pengertian sebagai berikut:

    1. Pelajaran dan nasehat yang baik, berpaling dari perbuatan

    jelek melalui tarhib dan targhib (dorongan dan motifasi)

    penjelasan, keterangan, gaya bahasa. Peringatan, penuturan,

    contoh terdalam, pengarahan, dan pencegah dengan cara

    halus.

    2. Pelajaran, keterangan, penuturan, peringatan, pengarahan,

    dengan gaya bahasa mengesankan, atau menyentuh dan

    terpatri dalam naluri.

    39

    Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hlm. 78

  • 34

    3. Simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-

    dalil yang memuaskan melalui al-qaul al-rafiq (ucapan

    lembut dengan penuh kasih sayang).

    4. Kelembutan hati menyentuh jiwa dan memperbaiki

    peningkatan amal.

    5. Nasihat, bimbingan, dan arahan untuk kemaslahatan.

    Dilakukan dengan baik dan penuh dengan tanggung jawab,

    akrab, komunikatif, mudah dicerna, dan terkesan di hati

    sanubari mad’u.40

    c) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, berdakwah dengan cara

    sebaikbaiknya dengan tidak memberikan tertekanan-tekanan yang

    memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.41

    Dalam hal ini kita juga bisa memakai metode uswatun hasanah yang

    pernah dilakukan yaitu dakwah dengan cara memberikan contoh langsung

    terhadap mad’u tentang kebaikan. Dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21

    Artinya :

    “Sesungguhnya telah ada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

    yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

    dan dia banyak menyebut Allah “ (QS, Al-Ahzab 21).42

    40

    Enjang AS dan Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung : Widya Padjadjaran,

    2009 ), hlm. 89-90 41

    Nawari Ismail dan Ki. Muna Al-Mahfudz, filsafat dakwah, Ilmu Dakwah dan

    Penerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), hlm. 15

  • 35

    6. Sarana Dakwah

    Komunikasi dakwah dapat berlangsung dengan media atau tanpa media.

    Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan media sebagai saluran

    penyampaian ajaran Islam dalam komunikasi dakwah merupakan suatu

    keniscayaan karena cepat atau lambat masyarakat akan dipengaruhi oleh media

    komunikasi. Komunikasi dakwah yang berlangsung dengan media perlu

    mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait dengan tatanannya. Bila tidak,

    akan mengalami kegagalan.

    Asep Saeful menyebutkan dalam bukunya “metode penelitian dakwah”

    yang dimaksud sarana dakwah yaitu segala sesuatu yang membantu terlaksananya

    dakwah. Dalam pembangunan seperti sekarang ini dakwah harus menyesuaikan

    dengan situasi dan kondisi yang semakin berubah ke arah yang lebih maju untuk

    itu, di samping keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’i juga ditentukan oleh

    sarana dan prasarananya, di zaman sekarang ini banyak instrumen yang dapat

    dimanfaatkan untuk kegiatan dakwah instrumen-instrumen tersebut dapat

    dijadikan alat pendukung dakwah, di antaranya meliputi :

    a. Media Visual

    Yaitu alat yang dapat dioprasikan untuk kepentingan dakwah yang dapat

    ditangkap oleh indera penglihatan, contohnya film, gambar atau melalui foto-foto

    kegiatan Islami.

    42

    Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm.

    421

  • 36

    b. Media Auditif

    Yaitu alat-alat yang dapat dioprasikan sebagai sarana pendengar,

    contohnya: radio, tape recorder, telepon, telegram dan lain-lain.

    c. Media Cetak

    Yaitu semua bentuk cetakan yang ditulis dan dihimpun dalam sebuah

    cetakan, contohnya : buku, surat kabar, buletin, dan sebagainya.43

    Dakwah melalui social network dinilai sangat efektif dan potensial dengan

    berbagai alasan, di antaranya :

    1. Mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan biaya

    dan energi yang relatif terjangkau.

    2. Pengguna jasa internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti

    berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah.

    3. Para pakar dan ulama yang berada dibalik media dakwah via social

    network bisa lebih konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan

    peristiwa yang menuntut status hukum syar’i.

    4. Dakwah melalui social network telah menjadi salah satu pilihan

    masyarakat. Berbagai situs dan mereka bebas memilih materi dakwah

    yang mereka sukai, dengan demikian pemaksaaan kehendak bisa dihindari.

    5. Cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiyah via

    social network bisa menjangkau segmentasi yang luas. 44

    43

    Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah,

    (Bandung: Pustaka Setia, 2003),Cet.ke-1, hlm.43

    44Ade Setiawan, “Dakwah dalam Cyber Media (Social Network)” dalam

    http://adesmedia.blogspot.com/2013/02/dakwah-dalam-cyber-mediasosial-network.html (Diakses

    pada tanggal 28 Maret 2017 pukul 21.39 WIB).

  • 37

    Berdakwah melalui sosial media (social network) di internet tergolong

    cukup mudah dan sangat praktis. Tidak hanya jangkauannya yang sangat luas,

    internet juga menghilangkan batas-batas rasisme, golongan, agama dan lainnya,

    sehingga internet menjadi media bebas untuk menuangkan pemikiran seseorang

    dalam sebuah tulisan dan video serta tidak terbatas oleh waktu. Ulasan

    pembahasannya pun akan lebih gamblang, mengena dan dapat ditelaah

    pembacanya kapan pun dan dimana pun mereka berada. Jadi, untuk mengulas

    sebuah permasalahan yang banyak terjadi di masyarakat, seorang da’i harus

    memiliki wawasan yang luas serta pengalaman baik bersifat pribadi atau

    pengalaman yang didapatkan dari orang lain. Bahkan dengan berdakwah melalui

    internet yang salah satunya memanfaatkan social network, juru dakwah bisa

    mendapatkan ribuan bahkan jutaan mad’u. Dalam memperluas dakwah, tidak ada

    salahnya kalau memanfaatkan social network yang telah berkembang pesat saat

    ini. Social network menjadi salah satu media paling efektif untuk menyalurkan

    bakat atau pemikiran karena internet digunakan dan diakses secara global oleh

    seluruh manusia yang ada di muka bumi ini.

    Macam-macam metode dakwah menurut beberapa pakar yaitu:

    1) Metode ceramah

    Metode ini disebut public speaking (berbicara di depan

    publik) karena sifat komunikasinya lebih banyak searah dari

    pendakwah ke audiensi, sekalipun sering juga diselingi atau diakhiri

    dengan komunikasi dua arah dalam bentuk tanya jawab. Umumnya,

  • 38

    pesan-pesan dakwah yang disampaikan dengan ceramah bersifat

    ringan, informatif, dan tidak mengundang perdebatan.

    Dari segi persiapannya, Glenn R. Capp dalam Rahmat membagi

    empat macam ceramah atau pidato yaitu pidato improptu (pidato

    yang dilakukan secara spontan, tanpa adanya persiapan sebelumnya),

    pidato manuskrip (pidato dengan membaca naskah yang sudah

    dipersiapan sebelumnya), pidato memoriter (pidato dengan hafalan

    kata demi kata dari isi pidato yang telah di persiapkan), pidato

    Eksempore (pidato dengan persiapan berupa outline/garis besar dan

    supporting points atau pembahasan penunjang. Jenis yang terahir ini

    paling baik dan paling banyak digunakan oleh para ahli pidato.45

    2) Metode Diskusi

    Metode ini dimaksudkan untuk mendorong mitra dakwah

    berfikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbangkan

    dalam suatu masalah agama yang terkandung banyak kemungkinan-

    kemungkinan jawaban atau dengan kata lain bertukar fikiran tentang

    suatu masalah.

    3) Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama

    Yaitu metode yang pada dasarnya membina dan melestarikan

    fitrah anak yang dibawa sejak lahir, yakni fitrah beragama dan

    mendapat pendidikan. Pendekatannya melalui lembaga-lembaga

    pendidikan seperti pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun

    45

    Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya 2008), 359-360

  • 39

    perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman

    maupun melalui majelis ta’lim.

    4) Metode Tanya Jawab

    Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab untuk

    mengetahui sejauh mana ingatan atau fikiran seorang dalam

    memahami atau menguasai materi dakwah. Disamping itu, untuk

    merangsang perhatian bagi penerima dakwah dan sebagai ulangan

    atau salingan dalam pembicaraan.46

    C. Strategi Dakwah

    1. Pengertian Strategi Dakwah

    Menurut Asmuni Syukir, strategi dakwah sama artinya dengan metode,

    siasat, maupun taktik dakwah. Strategi dakwah adalah cara-cara yang

    digunakan oleh seorang mubaligh (komunikator) untuk mencapai tujuan

    tertentu, atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain, strategi

    dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan yang menempatkan

    penghargaan yang mulia atas diri manusia.47

    Menurut Ali Aziz, Strategi dakwah ialah sesuai yang disebutkan dalam Al

    Qur’an surat an –Nahl ayat 125 yaitu; Hikmah, Mauidatul Hasanah, Mujadalah.48

    Dalam perihal strategi dakwah seorang da’i yang memperhatikan mad’u

    dari berbagai macam aspek sebelum ia berdakwah maka hal tersebut dikenal

    dengan analisa strategi dakwah dimana penjabarannya yaitu analisa subyek

    46 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm 25

    47 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), hlm.

    32. 48 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 157

  • 40

    dakwah, analisa materi dakwah dan analisa obyek dakwah. Sehingga dalam

    pelaksanaannya akan sangat mempengaruhi metode dakwah atau model

    penyampaian dakwah yang akan digunakan. Metode penyampaian dakwah dapat

    berupa : Dakwah bil lisan, dakwah bil qalbu atau bil hikmah, dakwah bil kalam,

    dakwah bil mauidah hasanah, dakwah bil uswatun hasanah dan juga bisa dakwah

    melalui metode berdebat. Maka sangat diperlukan dalam pelakanaan strategi akan

    adanya metode dakwah terapkan.

    Untuk mencapai keberhasilan dakwah secara maksimal, maka diperlukan

    berbagai faktor penunjang, di antaranya adalah strategi dakwah yang tepat

    sehingga dakwah mengena sasaran. Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah

    haruslah memperhatikan beberapa asas dakwah, di antaranya adalah:

    1. Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya

    dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses dakwah.

    2. Asas kemampuan dan keahlian da’i: Asas ini menyangkut pembahasan

    mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i sebagai subjek

    dakwah.

    3. Asas sosiologi: Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan

    dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik

    pemerintah setempat, mayoritas agama di suatu daerah, filsofis sasaran

    dakwah, sosio kultural sasaran dakwah dan sebagainya.

    4. Asas psikologi: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya

    dengan kejiwaan manusia. Karena mad’u memiliki karakter unik dan

  • 41

    berbeda-beda, sehingga pertimbangan masalah psikologis harus

    diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah.

    5. Asas aktivitas dan efisien: Asas ini adalah aktivitas yang ada dalam

    kegiatan dakwah itu sendiri harus disesuaikan antara biaya, waktu,

    maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapian hasilnya. Sehingga

    hasilnya dapat diperoleh secara maksimal.49

    Dengan mempertimbangkan asas-asas di atas, seorang da’i hanya butuh

    memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi

    mad’u.

    Ada beberapa faktor yang harus benar-benar diperhatikan dan

    dipertimbangkan dalam strategi dakwah Islam, di antaranya:

    a. Da’i memiliki khasanah ilmu yang luas termasuk iptek, sehingga

    dalam dakwahnya sesuai dengan tuntutan masyarakat.50

    b. Da’i harus mengembangkan wawasan keilmuan, karena dalam

    penyampaian dakwah tentunya banyak perselisihan dan perbedaan

    pendapat mad’u yang dapat menimbulkan berbagai pertanyaan kepada

    da’i.

    c. Da’i bisa menyesuaikan kultur mad’u sehingga dalam dakwahnya

    seorang da’i bisa diterima dengan baik.

    49

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,hlm. 32 50

    Rafi’udin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung

    CV.Pustaka Setia, 1997), hlm 79-80.

  • 42

    2. Macam – Macam Strategi Dakwah

    Syekh Muhammad Abu Fatah Al-Bayanuni membagi strategi dakwah

    menjadi tiga bentuk, yaitu:

    1) Strategi Sentimentil (al-manhaj al-„athifi)

    Adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakan

    perasaan dan batin mad’u agar mad’u. Memberikan mad’u nasihat

    yang mengesankan, memanggil dengan penuh kelembutan, atau

    memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode

    yang dikembangkan dari strategi ini. Strategi dakwah ini biasanya

    diterapkan pada mad’u yang terpinggirkan (marginal), kaum

    perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, para mualaf, orang-

    orang miskin, anak yatim dan sebagainya. Strategi ini diterapkan Nabi

    Muhammad saat menghadapi kaum musyrik di Makkah dengan

    menekankan aspek kemanusiaan, perhatian kepada fakir miskin, kasih

    sayang sehingga mereka merasa dihormati dan di muliakan.51

    2) Strategi Rasional (al-manhaj al-aqli)

    Strategi rasional (al-manhaj al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa

    metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini

    mendorong mad’u untuk berfikir, merenungkan, dan mengambil

    pelajaran mad’u. Contohnya adalah kasus adanya nabi palsu, kita perlu

    berfikir dan merenungkan apakah benarbenar ada, padahal di dalam al-

    Qur’an sudah dijelaskan bahwa nabi terahir adalah Nabi Muhamad.

    51

    Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 351.

  • 43

    Cara ini juga dapat juga diterapkan untuk berdiskusi dengan orang-

    orang yang cerdik.

    3) Strategi Indrawi (al-manhaj al-hissi).

    Dinamakan sebagai strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Ia

    didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah

    yang berorientasi pada pancra indra dan berpegang teguh pada hasil

    penelitian dan percobaan. Di antara metode yang dihimpun oleh

    strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama.

    Seperti dalam film atau pentas drama yang mengandung banyak

    hikmah dan faedah. 52

    Asmuni Syukir menambahkan beberapa strategi dakwah selain yang

    disebutkan di atas, yaitu :

    1. Percakapan Antar Pribadi yaitu percakapan bebas antara dai dengan

    individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi

    bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam

    percakapan atau mengobrol untuk aktifitas dakwah, seorang dai harus

    bisa mengarahkan pembicaraannya kepada hal-hal yang baik,

    mempengaruhi mereka ke jalan Allah.

    2. Demonstrasi yaitu suatu metode dakwah dimana seorang dai

    memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya,

    dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang diinginkan. 53

    52

    Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm 353. 53

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), hlm.

    144-146

  • 44

    3. Pendidikan dan Pengajaran Agama Pendidikan dan pengajaran agama

    dapat pula di jadikan sebagai metode dakwah, sebab dalam definisi

    dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan sebagai dua

    sifat, yakni bersifat pembinaan (melestarikan dan membina agar tetap

    beriman) dan pengembangan (sasaran dakwah). Hakekat pendidikan

    agama adalah penanaman moral beragama kepada anak, sedangkan

    pengajaran agama adalah memberikan pengetahuan-pengetahuan agama

    kepada anak. Antara aktifitas pengajaran agama dan pendidikan agama,

    keduanya saling berkaitan, bahkan pengajaran merupakan alat perantara

    pendidikan, sehingga istilah itu sering hanya disebut dengan pendidikan

    saja.54

    4. Mengunjungi Rumah Metode dakwah yang di rasa efektif untuk

    dilaksanakan dalam rangka mengembangkan maupun membina umat

    Islam adalah metode dakwah dengan mengunjungi rumah obyek

    dakwah, karena selain melaksanakan aktifitas dakwah, metode ini pada

    hakekatnya mengadakan silaturrahmi, dimana silaturrahmi menjadi

    kewajiban bagi umat Islam. Jadi, disamping merupakan aktifitas

    dakwah, metode ini juga sekaligus menunaikan kewajiban.55

    Miftakh Farid dalam bukunya “Refleksi Islam” membagi strategi dakwah

    menjadi 3 bagian yaitu:

    a. Strategi dakwah yat luu- alaihim aayatih (strategi komunikasi) yaitu

    strategi penyampaian pesan-pesan dakwah kepada umat yang

    54

    Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dalam Islam, hlm. 157 55

    Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dalam Islam, hlm. 160-161

  • 45

    memiliki konsekuensi terpeliharanya hubungan insani secara sehat

    dan bersahaja, sehingga dakwah tetap memberikan fungsi maksimal

    bagi kepentingan hidup dan kehidupan.

    b. Strategi dakwah yuzakkiihim (strategi dakwah melalui proses

    pembersihan sikap dan prilaku atau di sebut strategi tazkiyah) yaitu

    pembersihan yang dimaksud agar terjadi perubahan individu

    masyarakat sesuai dengan watak Islam sebagai agama manusia

    karena itu dakwah salah satunya mengemban misi memanusiakan

    manusia sekaligus memelihara keutuhan Islam sebagai agama

    rahmatan lil’alamin.

    c. Strategi dakwah yu‟alimul hummul kitaaba wal hikmah (strategi

    yang dilakukan melalui proses pendidikan), yakni proses

    pembebasan manusia dari berbagai penjara kebodohan yang sering

    melilit kemerdekaan dan kreatifitas.56

    Disamping strategi dakwah

    menurut sejarah Nabi, terdapat pula strategi dakwah yang di terapkan

    oleh Walisongo,57

    di antaranya yaitu ;

    1) Modeling

    Lewat kharisma yang dipancarkan oleh walisongo yang

    dipersonifikasikan oleh para auliya dan kiyai, telah terjunjung

    tinggi dari masa ke masa. Model walisongo yang diikuti para

    ulama di kemudian hari telah menunjukkan pengaruh yang

    56

    Miftah Farid, Refleksi Islam, (Bandung: Pusdi Press, 2001), hlm. 48 57

    Abdurrahman Mas’ud, Pesantren dan Walisongo: Sebuah Interaksi dalam Dunia

    Pendidikan. Dalam makalah komprehensif Progam Doktor Saerozi, Pola dan Startegi Dakwah di

    Kalangan Masyarakat Nelayan ,(Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2013), hlm. 17-19.

  • 46

    seignifikan antara pemimpin agama dan masyarakat yang

    membawa mereka pada kepemimpinan yang protektif dan efektif.

    1) Substantif

    Walisongo dalam berdakwah mengutamakan pendekatan

    substantif dengan tujuan agar Islam mudah difahami oleh

    masyarakat Jawa pesisiran pada waktu itu,. Pendekatan seperti ini

    dikatakan oleh Abdurrahman Mas’ud adalah a matter of approach

    atau means, alat untuk mencapai tujuan yang tidak mengurangi

    substansi dan signifikansi ajaran yang diberikan. Dengan kata lain,

    wisdom (kebijakan), dan mau‟idzhoh hasanah adalah cara yang

    dipilih sesuai dengan ajaran al-Qur’an (an-Nahl, 125).

  • 47

    47

    BAB III

    PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

    A. Sejarah Masjid Nurul Iman Blok M Square

    Blok M Square merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang dimiliki

    oleh PD Pasar Jaya, yang dulu dikenal dengan nama Aldiron Plaza dan Pasar

    Melawai yang kemudian digabung jadi satu dan dikembangkan menjadi trade mall

    di kawasan Jakarta Selatan. Dan inilah salah satu pusat perbelanjaan yang sangat

    ramai dengan aktifitas jual beli antara pedagang dan masyarakat, dikarenakan

    sarana dan fasilitasnya yang sangat lengkap. Dan salah satunya adalah berupa

    sebuah Masjid yang sangat megah, Pembangunan Masjid Nurul Iman tidak

    terlepas dari komunitas beberapa pedagang urang awak (orang Minangkabau/

    orang padang) yang berinisiatif untuk memperluas halaman masjid yang dibangun

    di lantai 7 gedung Blok M Square ini. Masjid ini bernama Masjid Nurul Iman

    Blok M Square.1 Dengan posisinya yang berada di puncak gedung pusat

    perbelanjaan yang sangat ramai, menandakan pengelola gedung ini sekan-akan

    hendak menyatakan kepada dunia bahwa kegiatan ibadah haruslah lebih tinggi

    dan lebih diutamakan dari pada kegiatan duniawi yang bersifat hedonisme.

    Untuk menuju ke lantai tujuh, bisa menggunakan lift, atau kalau tak mau

    menunggu lama, bisa juga menggunakan escalator. Pada pintu lift jelas tertulis

    petunjuk bahwa di lantai 7 ada sebuah masjid. Bila sudah berada di lantai tujuh

    yang sebagian digunakan untuk lahan parkir dan sebaagian besar lagi digunakan

    1Asdiwar Malin, Ketua Divisi Dakwah, Wawancara pribadi, Masjid Nurul Iman Blok M

    Square Jakarta Selatan, Rabu 29 Maret 2017. Pukul 16.15

    http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2013/11/masjid-nurul-iman-blok-msquare.htmlhttp://hariyantowijoyo.blogspot.com/2013/11/masjid-nurul-iman-blok-msquare.html

  • 48

    untuk membangun masjid, maka akan terlihatlah miniatur Ka'bah yang digunakan

    umat Islam untuk latihan manasik haji. Miniatur Kabah ini dibuat semirip

    mungkin dengan Ka'bah yang ada di Mekkah. Ada miniatur Hajar

    Aswad dan Maqam Ibrahim, dan di depannya berdirilah Masjid Nurul Iman Blok

    M Square yang sangat megah.

    Memasuki teras masjid, ada tempat penitipan sepatu dan sandal yang

    cukup luas dan itu tidak dipungut bayaran alias gratis. Tempat masuk jamaah pria

    dan wanita dipisahkan, jadi kemungkinan untuk berbaur sangat kecil. Masjid

    Nurul Iman Blok M Square ini memiliki tempat wudhu dan toilet yang cukup

    bersih. Tempat Wudhu pria berada di area selatan-barat daya bangunan,

    sedangkan untuk wanita berada di area utara-timur laut masjid. Setelah berwudhu

    para pengunjung akan masuk ke ruang utama masjid yang digunakan untuk sholat

    berjamaah dengan melalui pintu yang memiliki dua daun pintu yang sangat

    artistik dan lebar.

    Masjid Nurul Iman Blok M Square sangatlah megah dan luasnya mencapai

    3000 meter persegi sehingga dapat menampung jamaah sebanyak kurang lebih

    6000 orang. Kehadiran Masjid Nurul Iman Blok M Square laksana sebuah Oase

    yang menyegarkan sebagai pelepas dahaga akan keimanan dan kerinduan kepada

    Sang Khaliq di tengah hiruk pikuk aktifitas masyarakat menerobos padang

    kemacetan Kota Jakarta yang tidak pernah kunjung usai. Saat kaki menapak ke

    dalam masjid, hamparan karpet merah memenuhi masjid ini, meskipun sebagian

    karpet nampak tergulung karena tidak terpakai. Langit-langitnya yang penuh

    lukisan awan dan dihiasi dengan ornamen masjid di Madinah yang dilengkapi

    lampu hias menambah kemegahan masjid ini. Ada hijab memanjang terbuat dari

    http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2013/11/masjid-nurul-iman-blok-msquare.html

  • 49

    besi dan kain hijau yang terbentang membatasi antara jamaah wanita dan jamaah

    pria. Rasanya begitu nyaman berada dalam masjid ini, tak terasa bahwa masjid ini

    berada di lantai tujuh gedung pusat perbelanjaan yang super ramai di Kota

    Jakarta.

    B. Struktur Kepengurusan Masjid Nurul Iman

    Struktur kepengurusan di masjid Nurul Iman Blok M terdiri dari dewan

    penasehat, dewan pembina, ketua dan wakil ketua, bendahara, sekretaris, bidang

    pembangunan dan pengembangan, bidang sosial, bidang usaha, bidang keamanan,

    bidang dakwah, bidang protokol, bidang Pendidikan dan humas.

    Dewan penasehat bertugas sebagai penasehat masjid serta sebagai

    pengawas dari setiap kegiatan yang dilaksanakan seluruh pengurus masjid.

    Kemudian, dewan pembina bertugas sebagai pembina pengurus masjid, mereka

    yang termasuk di dalam dewan pembina masjid bertugas membimbing dan

    membina seluruh pengurus masjid dalam memakmurkan masjid. Ketua bertugas

    memantau setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus, ketua juga bertugas

    menerima dan menolak kegiatan yang akan dilaksanakan. Sedangkan wakil ketua

    bertugas mewakili seluruh kegiatan ketua jika ketua berhalangan dalam

    melaksanakan tugasnya. Selanjutnya, bendahara bertugas mencatat dan membuat

    laporan keuangan setiap harinya yang kemudian diumumkan kepada jama’ah

    setiap minggunya. Sedangkan wakil bendahara bertugas mewakili bendahara jika

    ia berhalangan dalam melaksanakan tugasnya. Sekretaris bertugas mencatat dan

    mengatur jadwal-jadwal kegiatan masjid, sedangkan wakilnya mewakili jika

    sekretaris berhalangan melak