STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE
JAKARTA SELATAN DALAM MENSYIARKAN DAKWAH ISLAM DI TENGAH
PUSAT PERBELANJAAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Strata
1 Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
Fadly Zaty Mubarak
1113051000092
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 M / 2017 H
i
ABSTRAK
Fadly Zaty Mubarak
Strategi Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square Jakarta Selatan dalam
Mensyi’arkan Dakwah Islam di Tengah Pusat Perbelanjaan.
Masjid merupakan tempat suci umat Islam, yang berfungsi sebagai salah satu
sarana yang efektif untuk melakukan komunikasi langsung antara hamba dengan
Allah SWT, serta sebagai wadah untuk mensyiarkan dakwah Islam. namun faktanya,
saat ini banyak masjid yang hanya difungsikan sebagai tempat untuk menunaikan
rutinitas ibadah sholat saja, terlebih lagi dengan masjid-masjid yang terletak di pusat
perbelanjaan sehingga masjid kurang dapat difungsikan dengan baik. Oleh karena
itu, melihat betapa pentingnya peran masjid dalam mensyiarkan dakwah Islam di
tengah pusat perbelanjaan, pengurus masjid Nurul Iman Blok M dalam hal ini
memiliki startegi yang belum banyak dimiliki oleh masjid-masjid yang berada di
tengah pusat perbelanjaan khususnya, Yaitu dengan mengadakan berbagai macam
kegiatan seperti kajian rutin harian, mingguan, bulanan, kegiatan manasik haji,
mengadakan program taman Pendidikan Alqur’an (TPA) dan kelas bahasa arab.
Permasalah yang dirumusakan pada penelitian ini adalah bagaimana strategi
dakwah pengurus masjid Nurul Iman Blok M dalam mensyiarkan dakwah Islam, dan
apa saja faktor-faktor penghambat dakwah pengurus Masjid Nurul Iman Blok M
dalam menjalankan strategi dakwahnya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori startegi Fred R David, yang
berpendapat bahwa dalam melakukan sebuah startegi ada beberapa tahapan yaitu
perumusan startegi berupa sasaran dakwah, profesionalitas da’i dan efektifitas dan
efesiensi dakwah. Implementasi startegi berupa pembentukan struktur, mengadakan
kajian rutin, mengadakan TPA dan manasik haji. Evaluasi strategi terhadap kinerja
pengurus, evaluasi program kegiatan masjid. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
peneliti melakukan pendekatan kualitatif untuk memperoleh data-data yang berkaitan
dengan strategi dakwah yang dilakukan pengurus masjid. Melalui pendekatan ini pula
peneliti mengkaji berbagai macam faktor penghambat dakwah pengurus masjid.
Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara mendalam, observasi
dan dokumentasi dengan analisis data deskrptif.
Setelah melakukan sebuah penelitian, hasil yang ditemukan dari penelitian ini
adalah, bahwa faktor yang menjadi penghambat dakwah masjid adalah Sumber Daya
Manusia (SDM), Manajemen Mall, Jama’ah Masjid dan Minimnya Donatur. Adapun
strategi pengurus masjid ialah dengan melakukan pendekatan sosiologis kepada para
pengunjung mall blok M Square dan sekitarnya, memberikan tausiah dan kajian ilmu
agama dengan da’i yang berkompeten di bidangnya, efektifitas dan efesiensi
dakwahnya dengan memeperhatikan kondisi kultur budaya para jama’ah.
Implementasi yang dilakukan pengurus masjid ialah dengan membentuk struktur
organisasi, mengadakan kajian rutin, membuat program kegiatan TPA, kelas Bahasa
arab serta program kegiatan manasik haji. Evaluasi startegi dakwah pengurus masjid
ialah mengevaluasi kinerja pengurus dan program kegiatan masjid.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
judul “Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square Jakarta
Selatan dalam Mensyiarkan Dakwah Islam di Tengah Pusat Perbelanjaan”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,
keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Pada penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat
mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada
dikemudian hari.
Adapun dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak semata-mata hasil
kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak
yang telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Maka dari itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof. Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta pembantu Dekan I bidang akademik Dr. Hj.
iii
Roudhonah, M.Ag selaku wakil dekan II bidang administrasi umum,
serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku wakil dekan III bidang
kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam, selaku Fita Fathurokhmah M.Si Sekertaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Dr. H. Abdul Rozak A. Sastra, MA Selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan yang sangat membantu dan berguna untuk penulisan skripsi
ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik serta memberikan beragam ilmu yang sangat bermanfaat,
semoga ilmu-ilmu para Dosen dibalas dengan pahala yang tak
terhingga.
6. H. Azwar Wahid, selaku ketua pengurus Masjid Nurul Iman Blok M
dan Bapak Habibi Katin selaku sekertaris masjid serta seluruh jajaran
pengurus yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
penelitian ini.
7. Kedua orang tua tercinta, ayahanda H. Ghozali Abdul Ghoni, dan
Ibunda Hj. Rohayati Idris, yang selalu memberikan doa, support dan
kasih sayangnya. Semoga doa dan kasih sayangnya mendapatkan
balasan yang tiada tara dari Allah SWT.
iv
8. Kakak dan adik tercinta Hilyah Mursilah dan Silfia Zulfa serta mas
Rickiko Hardi yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
9. Teman yang telah bersedia membantu bertukar pikiran dalam
menyelesaikan penelitian ini, Kamaluddin Apradi Alaqsha serta teman-
teman mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi angkatan tahun 2013 diantaranya Amel Anggraini, Clara,
Muhammad Oki Nugroho, Dimas Darmawan, Fikih Dwi Adam, Arga
Pebrian.
10. Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada mereka
semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan sehingga besar harapan penulis bagi segenap
pembaca untuk memberikan masukan yang lebih baik. Akhir kata, saya ucapkan
terima kasih
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 24 Mei 2017
Penulis,
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……….……………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………... 7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian …………………... 8
D. Metodologi Penelitian………………………………………... 9
E. Tinjauan Pustaka……………………………………………... 11
F. Sistematika Penelitian………………………........................... 13
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Strategi…………………………………………………………... 15
1. Pengertian Strategi…………………………………………… 15
2. Tahap-Tahap Strategi………………………………………… 17
B. Dakwah………………………………………………………....... 18
1. Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW.....………………… 18
2. Pengertian Dakwah……………………………………….….. 20
3. Dasar Hukum Dakwah………………………………………. 23
4. Tujuan Dakwah…………………………………………….... 26
5. Unsur-Unsur Dakwah………………………………………... 27
vi
6. Sarana Dakwah………………………………………………. 35
C. Strategi Dakwah………………………………………………….. 39
1. Pengertian Strategi Dakwah………………………………….. 39
2. Macam-Macam Strategi Dakwah……………………………. 42
BAB III PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE
A. Sejarah Masjid Nurul Iman Blok M Square…………………….. 47
B. Struktur Masjid Nurul Iman Blok M Square……………………. 49
C. Kegiatan Masjid Nurul Iman Blok M Square…………………… 50
D. Fasilitas Masjid Nurul Iman Blok M Square……………………. 54
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA
A. Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square….. 56
B. Faktor - Faktor Penghambat Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman
Blok M Square ………………………………...………………… 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………........ 71
B. Saran……………………………………………………………... 73
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 74
LAMPIRAN
v
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan suatu aktifitas penyampaian nilai-nilai ajaran Islam yang
sangat dibutuhkan oleh manusia. Sebab dakwah merupakan bentuk ajakan kepada
manusia untuk selalu berada di jalan Allah SWT.1 Setiap muslim memegang peranan
dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat muslim lainnya. Tentunya juga harus
dengan cara dan metode yang benar. Tidak semata-mata berdakwah menyerukan nilai-
nilai Islam, mengajak untuk berada di jalan Allah SWT namun tidak memikirkan
bagaimana metode dan cara yang tepat dalam berdakwah.
Dakwah berarti menyeru manusia menuju jalan kebaikan dan menghindari jalan
kesesatan. Dalam pengertian ini mencakup pengertian tabligh (menyampaikan nilai-
nilai agama), jihad (berjuang menegakkan agama Allah), dan amar ma’ruf nahi munkar
(memperintahkan kebaikan dan melarang melakukan kejahatan). Oleh Karena itu,
dakwah merupakan proses At-Tahawwul wal At-taghayur (transformasi dan perubahan)
sesuatu yang tidak baik menuju yang baik atau sesuatu yang sudah baik menjadi yang
lebih baik lagi.2
Awal munculnya dakwah Islam tidak terlepas dari perjuangan Rasulullah SAW.
Ketika Allah SWT memerintahkan nabi Muhammad SAW untuk berdakwah secara
terang-terangan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hijr :94
1 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya), cet. 1 hlm. 3
2 Nana rukmana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2002) cet. Ke-1 hlm.164-
165
2
Artinya :
“maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”(QS. Al-Hijr : 94)3
Adapun tujuan dakwah itu sendiri adalah islamisasi kehidupan manusia dengan
cara atau metode yang mudah diterima masyarakat . Allah SWT berfirman :
Artinya :
“Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl :125).4
Dakwah dengan dasar amar ma’ruf nahi munkar akan menjadikan manusia
selalu sadar akan pentingnya sebuah amal baik terhadap perbuatan buruk. Perbuatan
yang baik tentunya akan mendatangkan kebaikan lainya. Sebaliknya perbuatan buruk
akan mendatangkan keburukan lainnya. Oleh sebab itu, faktor yang dapat
menyebabkan berhasil atau tidaknya dakwah itu sendiri adalah tergantung pada seorang
da’i yang berperan dalam mempengaruhi mad’u, meskipun dalam keberhasilan dakwah
tidak hanya ditentukan oleh seorang da’i akan tetapi, da’i memegang peranan penting
dalam menentukan keberhasilan dakwah Islam. Ada beberapa kemungkinan yang
mempengaruhi keberhasilan da’i dalam menyampaikan dakwahnya :
3 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 268
4 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hlm. 282
3
1. Karena pesan dakwah seorang da’i memang relevan dengan kebutuhan
masyarakat sehingga mereka memiliki antusias yang tinggi terhadap pesan-
pesan dakwah yang disampaikan.
2. Penampilan seorang da’i memiliki daya tarik tersendiri dalam menarik
perhatian masyarakat, untuk itu penampilan sorang da’i menjadi sangat
penting.
3. Kondisi masyarakat sedang haus akan siraman rohani, sehingga pesan-pesan
dakwah yang disampaikan akan cepat diterima oleh masyarakat. Walaupun
pesan dakwah yang disampaikan kurang jelas, merekapun akan memahami
lebih jauh maksud dan tujuannya.
4. Adanya pesan-pesan dakwah yang dikemas secara kreatif dan unik sehingga
menarik perhatian masyarakat. Dakwah islam yang dikemas secara unik dan
menarik akan lebih mudah dan cepat diterima oleh masyarakat, Karena
dengan metode atau cara dalam penyampaian pesan dakwah bersifat ringan.
Contoh: acara kesenian, dongeng, drama, bercerita dsb.5
Dalam penyampaian pesan dakwah seorang da’i harus bisa memahami siapa
mad’u atau audiens yang menjadi objek dalam menyampaikan dakwah. Karena salah
satu faktor keberhasilan dakwah adalah dengan memahami siapa audiens yang akan
menerima pesan dakwah di sinilah peran seorang da’i, hendaknya sebelum tampil
seorang da’i mencari tahu terlebih dahulu siapa yang akan menjadi objeknya. Sebab,
banyak terjadi da’i yang gagal dalam menyampaikan pesan dakwahnya di karenakan
dia tidak bisa memposisikan dirinya dihadapan para pendengar atau mad’u. Untuk itu,
memahami mad’u dalam hal dakwah menjadi sangatlah penting.
5 Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Sahid Tuhu Leley, Alqur’an dan Tantangan Modernisasi,
(Yogyakarta: Siprs, 1990), Cet. ke -1 hlm. 2
4
Seorang da’i di samping harus memahami mad’u, faktor yang tidak kalah
penting adalah ia harus bisa menguasai materi yang ingin disampaikan. Tentunya
dengan memahami betul materi, pesan yang disampaikan akan mudah dipahami oleh
mad’u. seorang da’i juga harus memiliki strategi dalam menyampaikan dakwahnya.
Karena tidak sedikit para mad’u yang merasa lelah dan bosan akan materi dakwah yang
disampaikan, untuk itu adanya sedikit hiburan disela-sela berdakwah menjadi suatu hal
yang penting contohnya, mengajak mad’u bersholawat, candaan yang dapat
mengundang tawa. Sehingga, mad’u tidak merasa bosan dan suntuk dalam
mendengarkan ceramah atau pesan dakwah.
Saat ini banyak strategi untuk berdakwah kepada masyrakat dalam menyiarkan
Islam, yaitu dengan adanya tempat ibadah yang memiliki sarana-sarana untuk menarik
masyarakat agar selalu ingat dengan kegiatan keagamaan. Masjid besar khususnya
menjadi salah satu sarana yang berperan penting dalam mesyiarkan islam. Adanya
fasilitas-fasilitas yang dihadirkan dalam masjid memiliki fasilitas untuk berdakwah.
seperti halnya Majlis ta’lim, pengajian anak-anak, tausiah merupakan kegiatan yag
mengajarkan masyarakat muslim untuk lebih memahami ilmu agama.6
Oleh Karena itu, peran dakwah adalah bagaimana aktifitas dakwah dan
program-programnya diarahkan kepada pembinaan umat agar menjadi orang yang kuat
iman, takwa dan keislamannya. Juga bagaimana dakwah dapat berhasil menghimpun
mereka menjadi sebuah kekuatan yang mengusung tugas dakwah di tengah umat
manusia, serta mampu memutar roda dakwah agar manusia dapat selalu tunduk dan
6 Yusuf Qardhawi. Membumikan Syariat Islam : keluwesan aturan ilahi untuk manusia
(Bandung : Mizan Pustaka, 2003), cet. Ke-1 hlm. 13
5
patuh kepada ajaran agama islam. Melalui dua sumber utama bagi umat islam yaitu ;
Alqur’an dan Sunnah7
Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW :
Artinya :
“Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda ; Aku meninggalkan dua perkara untuk kalian,
kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan dua perkara tersebut ; yaitu kitab
Allah dan Sunnah Nabi-Nya“(HR. Malik ).
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa, nabi berwasiat kepada para umatnya
untuk selalu berpegang teguh dengan Al-quran dan As-sunnah, untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Al-qur’an dan Sunnah nabi, dalam hal ini masjid tidak hanya dijadikan
tempat mengerjakan ibadah shalat akan tetapi juga merupakan tempat yang paling
efektif untuk menyampaikan ilmu agama. Pada zaman dahulu. Masjid bukan hanya
dijadikan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah melainkan juga dijadikan
sarana untuk berdiskusi membentuk sebuah konsep dan startegi dakwah Islam serta
membahas perkembangan Islam saat itu, sebagaimana yang telah dicontohkan pada
zaman Rasulullah SAW. Pada saat ini, masjid masih menjadi tempat pusat
berkumpulnya umat Islam dimanapun berada, namun sangat disayangkan apabila
masjid yang begitu banyak tersebar di penjuru negeri ini hanya memiliki konsep atau
program-program sebatas untuk menunaikan kewajiban beribadah. Tidak memiliki
program lebih untuk perkembangan umat Islam. Sejatinya, selain dijadikan tempat
7 Yusuf Qardhawi. Membumikan Syariat Islam, hlm. 14
6
beribadah masjid juga dijadikan pusat perkembangan Islam. Berbagai kegiatan
keagamaan berupa ta’lim, diskusi, pelatihan-pelatihan dsb, diadakan di masjid. Jadi,
dalam hal ini masjid tidak hanya dijadikan tempat ibadah namun juga menjadi salah
satu tempat sumber agama Islam yang ada saat ini.8
Allah SWT berfirman :
.
Artinya :
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS At-
Taubah: 18).9
Ayat di atas menunjukkan bahwasannya menjaga dan memakmurkan masjid
merupakan hal yang penting, karena masjid merupakan rumah Allah yang harus selalu
dijaga dan dirawat, terlebih lagi masjid menjadi tempat untuk mensyiarkan agama
Islam. Untuk itu, melihat betapa pentingnya peran masjid dalam mensyiarkan Islam
serta menjadi salah satu strategi dakwah dalam mengajak umat untuk lebih memahami
agama maka dengan ini penulis tertarik untuk meneliti Masjid Nurul Iman Blok M,
yang mana masjid ini terletak di atas pusat perbelanjaan dan dapat menampung kurang
lebih 6000 jama’ah. Di samping itu, program-program dan kegiatan keagamaannya
cukup bagus yang belum banyak dimiliki masjid-masjid lain. Di antaranya, pengurus
masjid Nurul Iman Blok M memberikan fasilitas pelatihan manasik haji untuk kalangan
TK dan PAUD, pengurus masjid juga membuka TPA untuk anak-anak, koperasi masjid
8 Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam,( Jakarta : Pustaka Antara, 1983),
hlm. 35 9 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 190
7
dsb. Apabila kita melihat letak demografisnya, masjid ini terletak jauh dari tempat
perumahan. Dan ini menjadi unik sekali Karena tidak biasa ada Mall yang
menyediakan berbagai kegiatan kegiatan keagamaan seperti manasik haji pengajian
TPA untuk anak-anak yang terletak di atas mall. Satu hal lagi, yang menjadi salah satu
pertimbangan saya tertarik meneliti ini adalah karena adanya masjid yang dibangun di
atas mall ini tidak mendapat dukungan dari pihak mall. Dalam artian pihak mall tidak
setuju dengan adanya pembangunan masjid di atas mall.
Dari latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat
masalah untuk diteliti dengan judul “ Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman
Blok M Square Jakarta Selatan Dalam Mensyiarkan Dakwah Islam Di Tengah
Pusat Perbelanjaan ”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam tentang objek
yang diteliti dan agar penelitian ini tetap berada dalam fokus penelitian maka
perlu diberikan batasan sebagai berikut :
a. Batasan Ruang Lingkup
Peneliti hanya fokus pada startegi dakwah yang dilakukan DKM Masjid
Nurul Iman Blok M dalam pelaksanaanya sebagai wadah dalam
mensyiarkan ajaran Islam.
b. Batasan Waktu dan Tempat
Penelitian yang mendalam dan intensif dilakukan di Masjid Nurul Iman
Blok M. Penelitian ini dilakukan tanggal 9 Maret sampai 12 Juni 2017.
8
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut ;
a. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan pengurus Masjid Nurul Iman
Blok M Square dalam kegiatannya sebagai wadah syiar Islam ditengah
pusat perbelanjaan?
b. Faktor apa saja yang menghambat pengurus masjid Nurul Iman Blok M
Square dalam mensyi’arkan dakwah Islam?
C . Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
1. Mengetahui bagaimana implementasi startegi dakwah yang dilakukan pengurus
Masjid Nurul Iman Blok M.
2. Mengetahui apa saja faktor penghambat dakwah pengurus masjid Nurul Iman
Blok M Square.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Akademis
Sebagai bahan rujukan akademis serta sebagain referensi atau perbandingan
penelitian selanjutnya bagi bidang studi ilmu dakwah dan ilmu komunikasi terkait
prihal startegi dakwah masjid Nurul Iman Blok M dalam memanfaatkan fasilitas dalam
media dakwah.
2. Manfaat Praktis
Sebagai informasi dan pedoman mengenai aktifitas keagamaan serta gambaran
media dakwah Islam yang sesuai pada masyarakat muslim di kota, serta penelitian ini
9
diharapkan dapat menambah wawasan yang luas mengenai teknik-teknik dakwah yang
dilakukan di tempat-tempat ramai seperti di pusat perbelanjaan Blok M, serta
menambah gagasan positif yang disesuaikan dengan dakwah bil lisan, bil hal, bil
qolam. hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat untuk terus
mengembangkan dan meningkatkan dakwah Islam.
D. Metodelogi Penelitian
Agar dapat membahas rumusan masalah dengan baik, maka peneliti akan
mengambil metode penelitian dengan langkah-langkah berikut ;
1. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dihasilkan dari sebuah data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan suatu penelitian yang bersifat
alamiah dengan mendatangi langsung tempat penelitian. Seperti yang
dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor mereka mendefinisikan bahwa
metodelogi penelitian sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati.10
Tujuan adanya metode ini adalah agar dapat menggambarkan suatu
keadaan serta dapat mengambil manfaat dari penelitian berdasarkan hasil tes
wawancara dengan narasumber.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pengurus masjid Nurul Iman Blok M
Square, dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah startegi dakwah
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya
1989), Cet 1 hlm. 4
10
yang dilakukan pengurus masjid Nurul Iman Blok M Square dalam
mensyi’arkan dakwah Islam di tengah pusat perbelanjaan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif
analitik. Deskriptif adalah gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu,
atau gamabaran tentang suatu gejala hubungan antara dua gejala atau lebih. Sedangkan
analitik berarti uraian atau sebuah situasi atau peristiwa, dalam penyelelesaian skripsi.
Kemudian data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, tela’ah
kepustakaan.
a. Observasi
Dalam penelitian ini mengamati langsung objek yang diteliti, peneliti
melakukan observasi berkaitan dengan aktifitas keagamaan di masjid Nurul
Iman Blok M sampai akhir penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, berbentuk tanya
jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, yang mewawancarai
disebut interview (yang mengajukan pertanyaan) sedangkan yang diwawancarai
disebut interviewe yang memberi jawaban atas jawaban itu. Dalam hal ini
penulis melakukan wawancara dengan ketua masjid Bapak H. Azwar wahid,
bapak Habibi katin selaku sekertaris masjid dan bapak Asdiwar Malin selaku
ketua devisi dakwah Masjid Nurul Iman Blok M Square.
11
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik yang juga dilakukan baik dari buku,
jurnal atau sumber literatur-literatur lainya. Agar data yang diperoleh lengkap
dan akurat.
4. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan
proses aditting yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul
serta keseluruhan berkas. Data dapat diketahui dan dinyatakan baik kemudian lanjut
ke tahap selanjutnya yaitu:
a. Data yang diperoleh melalui observasi yakni mengamati objek penelitian
secara langsung menggunakan seluruh alat panca indra kemudian penulis
menulis data secara akurat, dengan mencatat berbagai peristiwa, sikap, dan
tingkah laku yang berhubungan dengan objek.
b. Data yang diperoleh dari wawancara, yakni penulis menyalin hasil dari
wawancara ke catatan lapangan kemudian memberikan tanggapan terhadap
bagian atau point point penting .
c. Data yang diperoleh dari dokumentasi digunakan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menguraikan hasil dari skripsi ini.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian karya ilmiah ini, penulis terlebih dahulu melakukan
peninjauan di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yakni, di perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Perpustakan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena hal
ini menjadi penting bagi setiap mahasiswa yang ingin melakukan penelitian untuk
menghindari kesamaan judul sehingga penelitian ini tidak dapat dilanjutkan. Dalam
12
penulisan ini penulis banyak terinspirasi dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya
dan dijadikan rujukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Penelitian tentang “Strategi Dakwah Komunitas Pejuang Subuh dalam
Mengajak Sholat Subuh Berjamaah di Jakarta” yang disusun oleh Sitty Anisaa
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Dalam penelitian ini
dijelaskan bahwasannya strategi yang dilakukan oleh komunitas pejuang subuh
secara garis besar ialah melalui media online dan offline dengan memposting
berbagai manfaat dan keutamaan sholat subuh berjama’ah di masjid agar
masyarakat mau sholat subuh berjama’ah di masjid, sedangkan berbeda dengan
skripsi penulis dimana penulis lebih memfokuskan kepada strategi yang
dilakukan oleh pengurus masjid dalam meningkatkan jama’ah yang terletak di
sekitar pusat perbelanjaan.
2. Penelitian tentang “Peranan Corps Dakwah Masjid Syuhada Dalam Membina
Akhlak Remaja Di Masjid Syuhada Yogyakarta”. Yang disusun oleh Noer
Khasana Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Tahun 2007. Dalam penelitian ini dijelaskan
perihal peranan corps dakwah masjid dalam membina akhlak remaja, penelitian
ini lebih memfokuskan dalam sisi pembinaan akhlak remaja, sedangkan skripsi
penulis meneliti mengenai apa saja strategi yang dilakukan pengurus masjid
dalam meramaikan dan memakmurkan masjid yang terletak di tengah pusat
perbelanjaan.
3. Penelitian tentang “Startegi Dakwah PBNU melalui website www.nu.or.id”
yang disusun oleh Ahmad Asip Ulinnuha Jurusan Manejemen Dakwah Fakultas
http://www.nu.or.id/
13
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2009. Penelitian ini memfokuskan prihal dakwah yang dilakukan PBNU
melalui media online. Teori yang digunakkan ialah teori SWOT yaitu (Strengts,
Weakness, Opertunities, Threats) berbeda dengan skripsi penulis yang
memfokuskan mengenai aspek dakwah pengurus masjid dalam meningkatkan
kegiatan keagaman jama’ah yang terdapat di pusat perbelanjaan.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi terbagi lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut ;
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan latar belakang masalah,
batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metedologi penelitian, tujuan pustaka dan sistematka penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini penulis akan menjelasakan, mengenai pengertian metode,
macam-macam metode umum, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah
dan macam-macam metode dakwah.
BAB III PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE
Dalam bab ini akan membahas tentang profil Masjid Nurul Iman Blok
M, gambaran umum Masjid Nurul Iman yang meliputi latar belakang
berdirinya Masjid Nurul Iman Blok M.
BAB IV ANALISIS STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL
IMAN BLOK M
14
Dalam bab ini akan menganalisis tentang strategi dakwah yang
diterapkan oleh pengurus masjid Nurul Iman Blok M dalam
mensyi’arkan dakwah islam, keberhasilan dan hambatan-hambatan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari
permasalahan yang tertera.
15
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani yakni kata “strateos” yang
artinya pasukan dan agenis-agenis yang artinya pemimpin.1 Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.2
Strategi merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai hal
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. strategi yang dirumuskan
haruslah strategi yang betul-betul menawarkan alternatif pemecahan,
tidak hanya dalam hal daratan konseptual, melainkan juga dalam
daratan operasional. Strategi pada hakekatnya adalah satu perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencampai tujuan.
Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidaklah berfungsi
sebagai peta jalan saja, malainkan harus mampu menunjukan
bagaimana taktik operasionalnya.3
Sedangkan strategi secara istilah terdapat beberapa perbedaan
pendapat para ahli, namun memiliki maksud yang sama. di antaranya
adalah :
1Ali Murtopo, Sastra Kebudayaan, (Jakarta: CSIS, 1971), hlm. 4.
2Ahmad Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: PT Armico,
1984), hlm. 59. 3Onong Uchjana Effendy, Ilmu komunikasi Teori dan praktek, (Bandung: Remaja Rosda
karya, 1984). hlm. 32.
16
1. Eko Endarmoko menjelaskan bahwasannya strategi
merupakan sebuah planning, program-program, skema,
kebijakan garis haluan.4
2. Strategi menurut Pius A Partanto dan Dahlan adalah
pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam
kurun waktu tertentu.5
3. Onong Uchyana Effendy strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan dan menejemen untuk mencapai suatu tujuan.
Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi bukan
hanya menjadi peta jalan. Yang hanya menunjukan jalan
saja, melainkan harus juga menunjukan teknik atau cara
oprasionalnya.6
4. Menurut Ahmad S. Adnan putra yang dikutip oleh Ruslan
strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan),
sedangkan rencana suatu produk dari suatu (planning) pada
akhirnya akan membentuk suatu satu fungsi dasar dari
proses manajemen.7
Adapun menurut penulis strategi adalah suatu perencanaan yang
dipikirkan secara matang demi tercapainya suatu tujuan tertentu mulai dari
4 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia,(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
2006), hlm. 613 5Pius A Partanto dan Dahlan M, .Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Surabaya: Arkola,
2001), hlm. 97 6Effendi onong uchyana, teori dan praktek komunikasi. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2010) Cet Ke-6 hlm. 32 7RoselyRuslan, Kiat dan Kampanye Public relation, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2002), hlm. 120
17
perumusan masalah sampai kemungkinan hambatan yang akan terjadi. Dalam
melihat pengertian di atas sebeum merumuskanya sebuah strategi, diperlukan
suatu pengetahuan yang tepat dan akurat terhadap realitas yang telah terjadi dan
berlangsung dalam kehidupan masyarakat.
2. Tahap-Tahap Strategi
Fred R David mengatakan bahwasannya dalam proses strategi ada
tahapan-tahapan yang harus diperhatikan yaitu :
1. Perumusan Strategi
Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi ialah,
pengembangan tujuan mengenai peluang dan ancaman baik external
maupun internal, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada
tahap ini adalah proses perancangan dan penyeleksian berbagai
strategi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Implementasi Strategi
Implementasi sering disebut dengan tindakan strategi, Karena
implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang
dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam
implementasi strategi ialah pengembangan budaya, menciptakan
struktur yang efektif, mempersiapkan anggaran, memanfaatkan
perkembangan informasi yang masuk. Agar tercapainya implementasi
dengan baik maka dibutuhkan adanya kedisiplinan, motivasi dan kerja
keras.
18
3. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan proses dimana manajer membandingkan
antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan.
Tentunya ini menjadi tahap terakhir yang telah dirumuskan
sebelumnya.8
Dari 3 tahapan tersebut maka tahap-tahap strategi haruslah jelas dan
terukur, mulai dari visi misi dan sasaran objek, planning / perencanaan, sumber
daya manusia (SDM), instrumen yang digunakan untuk mecapai tujuan, serta
evaluasi program.
B. Dakwah
1. Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW
Dakwah Islam muncul pada masa Rasulullah SAW, Secara umum dakwah
Rasul dibagi pada dua masa yaitu masa Makkah dan masa Madinah. Pada masa
Makkah ini dibagi menjadi empat fase : Pertama, fase rumah tangga. Kedua, fase
keluarga. Ketiga, fase konfrontasi. Keempat, fase kekuatan. Pada fase pertama
rasul melakukan dakwah secara diam-diam, yaitu hanya dengan memberi
pelajaran tentang keimanan kepada Allah SWT. Dakwah rasul pada fase pertama
ini dapat dikatakan berhasil dengan masuknya beberapa sahabat nabi di antaranya
adalah Khadijah istri nabi, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Shiddiq, dan Zaid bin
Harisah.9 Kedua. Fase keluarga, pada fase ini rasul diperintahkan untuk
8 Fred R.David, Menejemen Strategi Konsep,(Jakarta : Prenhallindo,2002), hlm. 5
9 Shafiyyurrahman Al-mubarakfuri,Sirah Nabawiyah. (Jakarta, Pustaka Alkautsar,1997),
hlm. 71-72
19
menyampaikan dakwah kepada keluarga yang terdekat, dan jangan menghiraukan
ancaman dan penghinaan kaum Quraish.
Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 94:
“Karena itu, sampaikanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dan hindari
dirimu dari orang-orang musyrik” (Al-Hijr:13:94).10
Setelah datang perintah itu, maka naiklah Muhammad Rasulullah ke
bukit Safa, seraya menyeru: “Wahai kaum Quraish”, maka berkumpullah mereka
di bukit Safa, kemudian Rasul mendakwahkan masuk Islam pada mereka.
Diantara yang hadir ada yang menerima dakwahnya, tapi kebanyakan
menolaknya, bahkan mengejek dan mengancam. Ketiga, periode konfrontasi.
Pada periode ini Rasul memulai dakwah dengan terus terang, tanpa menghiraukan
penghinaan dan ancaman. Beliau melakukan dakwah ke segala penjuru, di tempat-
tempat orang Quraish berkumpul, dalam perayaan hari raya, dan kegiatan lain
yang banyak orang berkumpul. Keempat, periode kekuatan. Dengan masuknya
Hamzah dan Umar bin Khattab ke dalam Islam yang mana mereka termasuk
orang yang disegani dan ditakuti oleh kaum quraish saat itu. Oleh karenanya,
kekuatan Islam semakin bertambah sehingga dakwah Islam dapat semakin meluas
ke seantero arab.11
10
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm.
282 11
Hamzah Tualeka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya: Indah Offset, 1993), hlm.
66
20
2. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk
kata kerja (fi‟il) nya adalah berarti: memanggil, menyeru, atau mengajak (Da‟a,
Yad‟u, Da‟watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan da’i dan orang
yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad’u.12
Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:
1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai
upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan
akhirat.13
2. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin
memberikan definisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu;
mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk
(hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan
akhirat.14
3. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat
manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk
Allah dan Rasul-Nya.15
12
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),
hlm. 406-407. 13
Toha Yahya Oemar,Ilmu Dakwah (Jakarta: Widjaja, 1983), hlm. 1 14
Ali Makhfudz, Hidayatul Mursyidin (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), hlm. 32 15
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), hlm. 17
21
4. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban
yang menjadi tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma’ruf
nahi mungkar.16
Wahidin Saputra menyebutkan dalam bukunya pengantar ilmu dakwah,
dari berbagai pendapat para ahli tentang definisi dakwah dapatlah diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan Islam
sebagai agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan kepada
seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan unsur: Da’i, Materi
Dakwah, Metode Dakwah, Media dan mad’u. dalam mencapai tujuan
dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi, transformasi,
transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat.
3. Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah SWT dan Rasulullah
Saw untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan
mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi
kehidupanya.17
Seperti yang telah dimaklumi, bahwa dakwah merupakan suatu rangkaian
kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini
dimaksud untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan
dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia.
16
Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2000), hlm. 23 17
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), cet
ke-2, hlm. 2-3.
22
Apalagi ditinjau dari segi pendekatan system (system approach), tujuan dakwah
merupakan perpaduan unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling
membantu, saling memengaruhi dan saling berhubungan.18
Oleh karena itu dalam menyampaikan dakwah Islam, haruslah diniatkan
semata-mata karena Allah SWT sehingga seorang da’i dalam menyampaikan
dakwahnya benar-benar tulus dan ikhlas membimbing mad’u dalam mengamalkan
ajaran Islam.
Tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta
mendapat ridho dari Allah SWT.19
Adapun tujuan khusus dakwah (minor
obyektive) ini secara operasional dapat dibagi lagi kedalam beberapa tujuan yaitu:
1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk
selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT artinya mereka
diharapkan agar senantiasa mengerjakan perintah Allah dan selalu
mencegah atau meninggalkan larangan-Nya.
2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum muallaf. Penerangan
terhadap masyarakat yang muallaf jauh berbeda dengan kaum yang
sudah beriman kepada Allah (berilmu agama). Artinya untuk muallaf
disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan.
3. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada
Allah (memeluk agama Allah).
4. Membidik dan mengajarkan anak agar tidak menyimpang dari dari
fitrahnya.20
18
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 49 19
Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 37.
23
3. Dasar Hukum Dakwah
Keberadaan dakwah sangat urgent dalam Islam, antara dakwah dan Islam
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. sebagaimana diketahui dakwah
merupakan suatu usaha untuk mengajak, menyeru dan mempengaruhi manusia
agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna memperoleh kebahagiaan baik di
dunia maupun di akhirat. Setiap muslim diwajibkan menyampaikan dakwah Islam
kepada seluruh umat manusia, sehingga mereka dapat merasakan ketentraman dan
kedamaian.
Hal ini berdasarkan firman Allah Al-qur’an surat Ali Imran ayat 104 :
Artinya :
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung”21
Dari ayat di atas, menunjukkan bahwasannya Allah SWT memerintahkan
kepada hambanya untuk selalu berdakwah mengajak manusia untuk melakukan
kebaikan dan mencegah kemungkaran dan barangsiapa yang melakukan hal
tersebut maka Allah menyebut mereka dengan sebutan orang-orang yang
beruntung, karena orang yang selalu mengajak kepada kebaikan ia akan selalu
mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakananya.
20
Moh. Ardani, Fiqih Dakwah, (Jakarta: PT.MitraCahayaUtama,2006), hlm. 16-17. 21
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya. (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 64
24
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
Artinya :
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”.
(Q.S Ali-Imran : 110)22
Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwasannya umat Islam
merupakan umat yang paling baik yang diciptakan Allah SWT, yang
diperintahkan untuk menyeru kebaikan agar manusia senantiasa berada di jalan
Allah SWT.
Dalam hal ini Rasulullah sendiri sebagai pembawa risalah dan hamba
Allah yang ditunjuk sebagai utusan Allah telah bersabda :
Artinya :
“Dari Abi Sa‟id Al-khudhri ( Radiyallahu „anhu ) berkata : saya mendengar
Rasulullah bersabda : “Barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran maka
hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak kuasa maka dengan lisannya,
jika tidak kuasa dengan lisannya maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah
selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)23
Hadits di atas menunjukkan perintah kepada umat Islam untuk melakukan
dakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Apabila seorang muslim
mempunyai sesuatu kekuasaan tertentu maka dengan kekuasaannya itu ia
22
Al-Qur'an dan Terjemahannya . Hlm 65 23
Imam An-nawawi ; penerjemah, Muhil Dhofir, Terjemah Hadits Arba‟in An-Nawawi.
(Jakarta: Al-I’tishom, 2001), hlm. 54
25
diperintah untuk mengadakan dakwah. Jika ia hanya mampu dengan lisannya
maka dengan lisan itu ia diperintahkan untuk mengadakan seruan dakwah, bahkan
sampai diperintahkan untuk berdakwah dengan hati, seandainaya dengan lisan pun
ternyata ia tidak mampu.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :
:
)(.
Artinya :
“Dari Abdillah Bin Amr (Radhiyallahu „anhuma) : bahwasannya Nabi
Muhammad SAW. bersabda : Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat,
ceritakanlah kepada Bani Israil, tidak ada dosa. Barangsiapa yang berdusta atas
namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari
neraka”. (HR. Bukhori).
Hadits tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang datang dari nabi
Muhammad hendaklah disampaikan walaupun itu hanya satu ayat. Hadits ini
memiliki arti, bahwasanya berdakwah sangatlah penting walaupun itu hanya
disampaikan satu ayat saja. Karena mengajak atau menyeru umat Islam kepada
jalan yang benar merupakan kewajiban bagi sesama umat Islam.
Dakwah merupakan suatu usaha untuk mengajak, menyeru, dan
mempengaruhi manusia agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna
memperoleh kebahagian baik bahagia di dunia maupun di akhirat. Jadi, hukum
dalam melaksanakan dakwah ialah wajib dan hal ini disepakati oleh para ulama.
Namun ada perbedaan pendapat para ulama tentang kewajiban itu apakah fardhu
ain atau fardu kifayah.
26
4. Fardhu ain : maksudnya setiap orang islam yang sudah dewasa, kaya-
miskin, pandai-bodoh, semuanya tanpa terkecuali wajib melaksanakan
dakwah.
5. Fardhu kifayah : maksudnya apabila dakwah sudah disampaikan oleh
sekelompok atau sebagian orang maka gugurlah kewajiban dakwah itu
dari kewajiban seluruh kaum muslimin, sebab sudah ada yang
melaksanakan walaupun sebagian orang.24
4. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah merupakan salah satu faktor yang paling penting
dan sentral. Pada tujuan dakwah inilah segenap tindakan dilakukan dengan
harapan dakwah Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Dalam
menentukan sistem dan bentuk usaha kerjasama dakwah, tujuan dakwah
merupakan landasan utamanya. Demikian juga tujuan dakwah menjadi dasar
sebagai penentuan sasaran dan strategi atau kebijakan serta langkah-langkah
operasional dakwah. Sebagai landasan penentuan sasaran dan strategi, tujuan
dakwah haruslah mengandung apa yang harus ditempuh serta luasnya scope
aktivitas dakwah. Di samping itu tujuan dakwah juga menentukan langkah-
langkah penyusunan tindakan dakwah dalam implementasinya, serta menentukan
orang-orang yang berkompeten dalam mengisi kajian-kajian Islam. Bahkan lebih
dari itu, tujuan dakwah ialah sesuatu yang senantiasa memberikan inspirasi dan
motivasi untuk mengajak mad’u mempraktekan ilmu yang telah diberikan.
24
Aminuddin Sanwar,Pengantar Ilmu Dakwah, Diktat Kuliah, (Semarang: Fakultas
Dakwah IAINWalisongo,1992), hlm. 34
27
Secara hakiki dakwah mempunyai tujuan menyampaikan kebenaran
ajaran, yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta mengajak manusia untuk
mengamalkanya. Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi 2 yaitu : tujuan yang
bersifat obyek dakwah dan materi dakwah. Dilihat dari obyek dakwah, dakwah
memiliki tujuan yaitu memperbaiki seluruh manusia dalam semua aspek,
sedangkan dilihat dari materi tujuan dakwah yaitu terdapat tiga tujuan, yang
meliputi : pertama, tujuan akidah yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi
tiap-tiap manusia. Kedua, tujuan hukum yaitu terbentuknya manusia yang
mematuhi hukum-hukum Islam yang telah disyari’atkan oleh Allah SWT. Ketiga,
tujuan akhlak yaitu terwujudnya pribadi Muslim yang berbudi luhur dan
berakhlakul karimah.25
Menurut penulis Tujuan dakwah ialah untuk berusaha menghidupkan
ajaran agama Islam sebagaimana telah dilakukan oleh baginda rasul sejak dahulu
agar masyarakat memiliki wawasan agama Islam yang luas serta menjadikan
masyarakat sebagai pribadi bertakwa yaitu pribadi yang senantiasa menjalankan
printah Allah dan menjauhi segala larangannya.
5. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini adalah bagian-bagian yang
terkait dan merupakan satu-kesatuan dalam penyelenggaraan dakwah. Hal itu juga
bisa disebut sebagai komponen-komponen dakwah,yang selajutnya gerak
dakwahdisesuaikan dengan bidang garap dari masing-masing komponen. Adapun
unsur-unsur yang dimaksud adalah:
25
Khoiru Ummatin, Kontekstualisasi Misi Dakwah Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
1994), hlm 24.
28
1) Da’i
Da’i dalam pelaksanaannya subyek dakwah dapat secara individu
atau bersama-sama. Hal ini tergantung pada besar kecilnya sekala
penyelenggaraan dakwah dan permasalahan-masalahan dakwah yang
akan digarap. Semakin luas dan kompleksnya permasalahan dakwah
yang dihadapi, tentunya semankin besar pula penyelenggaraan
dakwah, mengingat keterbatasan subyek dakwah, baik dibidang
keilmuan, pengalaman, tenaga, dan biaya, maka subyek dakwah sangat
memerlukan manajemen yang teorganisir, karena akan lebih afektif
dari pada yang secara individu dalam rangka pencampaian tujuan
dakwah.
Dalam pengertian subyek dakwah yang terorganisir, dapat
dibedakan tiga komponen, yaitu (1) Da’i, (2) Perencanaan dan (3)
Pengelola Dakwah. Sebagai seorang Da’i harus memiliki syarat-syarat
tertentu, di antaranya:26
a) Sedapat mungkin menguasai isi kandungan dengan tugas-tugas
dakwah.
b) Menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubunganya dengan
tugastugas dakwah.
c) Taqwa kepada Allah SWT, yang sudah menjadi keharusan bagi
setiap Muslim.
26
M. Mashur Amin. Metode Dakwah Islam dan Berbagai Keputusan Pembangunan
tentang Aktivitas keagamaan, (Yogyakarta: Sumbanagsih.1980), hlm 22-24.
29
2) Mad’u
Menurut Karim Zaidan Obyek dakwah adalah setiap orang atau
sekelompok orang yang dituju atau menjadi sasaran sesuatu kegiatan
dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa
mebedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit,
dan lain sebagainya adalah sebagai obyek dakwah.27
Yang mana obyek
dakwah atau tipe mad’u terbagi menjadi tiga yaitu: Mu’min, Kafir dan
Munafik. Dan Muhamad Abduh membedakan mad’u menjadi tiga
yaitu: Golongan khusus golongan awam dan golongan yang berbeda
dengan keduanya.28
3) Materi Dakwah
Materi Dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da’i
kepada mad’u, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut di
dalam Al- Qur’an dan Al- Hadits. Agama Islam yang bersifat universal
dan mengatur semua kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai
akhir zaman serta mengandung ajaran-ajaran agama Islam.29
Yang
mana ajaran agama Islam adalah diklafikasikan menjadi empat
masalah pokok yaitu :
Masalah akidah (keimanan), masalah syari’ah, masalah akhlak dan
masalah mu’amalah.30
27
A. Karim Zaidan, Asas al- Dakwah, diterjemahkan, M. Asywadie Syukur dengan judul
Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta : Media Dakwah, 1979), hlm. 68. 28
A. Karim Zaidan, Asas al- Dakwah, hlm. 23 29
Nasrudin Razak, Dienul Islam. (Bandung: Al-Ma‟ arif, 1986 ), hlm. 35 30
Nasrudin Razak, Dienul Islam, hlm. 24-31
30
4) Metode Dakwah
Metode Dakwah adalah cara yang telah teratur dan terfikir baik-
baik untuk mencapai satu maksud.31
Jadi metode dakwah adalah cara-
cara menyampaikan pesan pada objek dakwah, baik itu kepada
individu, kelompok ataupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut
mudah diterima, diyakini dan diamalkan.32
Adapun yang menjadi
rujukan metode dakwah adalah Al-Qur’an surat Al- Nahl: 16: 125
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan–mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mareka dengan cara yang baik
sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang ebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (QS, an- Nahl, 16: 125).33
Dalam ayat diatas dijelaskan bahawa metode dakwah ada tiga macam
yaitu:
a) Bil–Hikmah, yaitu memperhatikan situasi dan kondisi sasaran
dakwah, bahwa materi yang di jelaskan tidak memberatkan orang
yang dituju tidak membebani jiwa yang hendak menerimanya.34
31
W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum bahasa Indonesia, (Jakarata : Pusat pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Balai Pustaka, 1984 ), hlm. 649 32
Salahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip –Prinsip Dakwah Islam, (Semarang
:Ramadhoni, 1964), hlm. 111 33
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm.
282 34
Abdullah Sihata, Dakwah Islamiah, (Jakarta: Bulan Bintang 2003), hlm. 6
31
Pada dasarnya, metode dakwah bi al-hikmah merupakan penyeruan
atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif,
dilakukan dengan adil, penuh kesabaran, dan ketabahan, sesauai
dengan risalah al-nubuwaah dan ajaran Al-Qur’an. Dengan
demikian terungkaplah apa yang seharusnya secara al-haq (benar)
terposisikannya sesuatu secara proporsional. Dengan kata lain,
model dakwah ini memiliki pengertian semua aktifitas dakwah
yang selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi objek
dakwah, Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan
realistis sesuai tantangan dan kebutuhan dengan memperhatikan
kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, serta situasi
sosial kultural lingkungan mad’u.35
Dalam metode dakwah bi al-hikmah, al-Qur’an menawarkan
beberapa bentuk bahasa,36
di antaranya :
1. Qoulan Baligha (Perkataan yang membekas pada jiwa)
Ungkapan qoulan baligha terdapat pada surah An-Nisa’
ayat 63 dengan firman-Nya:
Artinya :
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui
apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah
kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
35
Enjang AS dan Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung : Widya Padjadjaran, 2009), hlm. 88 36
H. Munzier Suparta dan Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana 2003), hlm. 167
32
katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada
jiwa mereka” (QS. An Nisa : 63).37
2. Qoulan Layyinan (Perkataan yang lembut) Term Qaulan
Layyinan terdapat dalam surah Thoha ayat 43- 44 secara
harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut (layyin).
Artinya :
“Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun, sesungguhnya dia
telah melampaui batas, maka berbicarah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudahmudahan ia ingat atau takut”. (Q.S. Thoha: 43-
44).38
3. Qaulan Marufan (Perkataan yang Baik) Menurut Jalaluddin
Rahmat, qaulan ma’rufan adalah perkataan yang baik.
Allah menggunakan frase ini ketika berbicara tentang
kewajiban orang-orang kaya atau orang kuat terhadap
orang-orang yang miskin atau lemah. Qaulan ma’rufan
berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan
pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan
pemecahan terhadap kesulitan kepada orang lemah, jika
kita tidak dapat membantu secara material, kita bisa
membantu dengan non material.
37
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 89 38
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hlm.315
33
Surah An-Nisa ayat 5, yang berbunyi :
Artinya :
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
sempurna akalnya harta (mereka dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik (Q.S;An-Nisa:5 )39
b) Mau„idzatul Hasanah, memberi nasehat dan mengingatkan orang
lain dengan bahasa yang baik yang dapat menguguh hatinya
sehingga mad’u bersedia dan dapat menerima nasehat tersebut.
Menurut Enjang AS, Al mau’idzah al-hasanah, memiliki
pengertian sebagai berikut:
1. Pelajaran dan nasehat yang baik, berpaling dari perbuatan
jelek melalui tarhib dan targhib (dorongan dan motifasi)
penjelasan, keterangan, gaya bahasa. Peringatan, penuturan,
contoh terdalam, pengarahan, dan pencegah dengan cara
halus.
2. Pelajaran, keterangan, penuturan, peringatan, pengarahan,
dengan gaya bahasa mengesankan, atau menyentuh dan
terpatri dalam naluri.
39
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hlm. 78
34
3. Simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-
dalil yang memuaskan melalui al-qaul al-rafiq (ucapan
lembut dengan penuh kasih sayang).
4. Kelembutan hati menyentuh jiwa dan memperbaiki
peningkatan amal.
5. Nasihat, bimbingan, dan arahan untuk kemaslahatan.
Dilakukan dengan baik dan penuh dengan tanggung jawab,
akrab, komunikatif, mudah dicerna, dan terkesan di hati
sanubari mad’u.40
c) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, berdakwah dengan cara
sebaikbaiknya dengan tidak memberikan tertekanan-tekanan yang
memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.41
Dalam hal ini kita juga bisa memakai metode uswatun hasanah yang
pernah dilakukan yaitu dakwah dengan cara memberikan contoh langsung
terhadap mad’u tentang kebaikan. Dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21
Artinya :
“Sesungguhnya telah ada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah “ (QS, Al-Ahzab 21).42
40
Enjang AS dan Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung : Widya Padjadjaran,
2009 ), hlm. 89-90 41
Nawari Ismail dan Ki. Muna Al-Mahfudz, filsafat dakwah, Ilmu Dakwah dan
Penerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), hlm. 15
35
6. Sarana Dakwah
Komunikasi dakwah dapat berlangsung dengan media atau tanpa media.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan media sebagai saluran
penyampaian ajaran Islam dalam komunikasi dakwah merupakan suatu
keniscayaan karena cepat atau lambat masyarakat akan dipengaruhi oleh media
komunikasi. Komunikasi dakwah yang berlangsung dengan media perlu
mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait dengan tatanannya. Bila tidak,
akan mengalami kegagalan.
Asep Saeful menyebutkan dalam bukunya “metode penelitian dakwah”
yang dimaksud sarana dakwah yaitu segala sesuatu yang membantu terlaksananya
dakwah. Dalam pembangunan seperti sekarang ini dakwah harus menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang semakin berubah ke arah yang lebih maju untuk
itu, di samping keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’i juga ditentukan oleh
sarana dan prasarananya, di zaman sekarang ini banyak instrumen yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan dakwah instrumen-instrumen tersebut dapat
dijadikan alat pendukung dakwah, di antaranya meliputi :
a. Media Visual
Yaitu alat yang dapat dioprasikan untuk kepentingan dakwah yang dapat
ditangkap oleh indera penglihatan, contohnya film, gambar atau melalui foto-foto
kegiatan Islami.
42
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm.
421
36
b. Media Auditif
Yaitu alat-alat yang dapat dioprasikan sebagai sarana pendengar,
contohnya: radio, tape recorder, telepon, telegram dan lain-lain.
c. Media Cetak
Yaitu semua bentuk cetakan yang ditulis dan dihimpun dalam sebuah
cetakan, contohnya : buku, surat kabar, buletin, dan sebagainya.43
Dakwah melalui social network dinilai sangat efektif dan potensial dengan
berbagai alasan, di antaranya :
1. Mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan biaya
dan energi yang relatif terjangkau.
2. Pengguna jasa internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti
berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah.
3. Para pakar dan ulama yang berada dibalik media dakwah via social
network bisa lebih konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan
peristiwa yang menuntut status hukum syar’i.
4. Dakwah melalui social network telah menjadi salah satu pilihan
masyarakat. Berbagai situs dan mereka bebas memilih materi dakwah
yang mereka sukai, dengan demikian pemaksaaan kehendak bisa dihindari.
5. Cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiyah via
social network bisa menjangkau segmentasi yang luas. 44
43
Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah,
(Bandung: Pustaka Setia, 2003),Cet.ke-1, hlm.43
44Ade Setiawan, “Dakwah dalam Cyber Media (Social Network)” dalam
http://adesmedia.blogspot.com/2013/02/dakwah-dalam-cyber-mediasosial-network.html (Diakses
pada tanggal 28 Maret 2017 pukul 21.39 WIB).
37
Berdakwah melalui sosial media (social network) di internet tergolong
cukup mudah dan sangat praktis. Tidak hanya jangkauannya yang sangat luas,
internet juga menghilangkan batas-batas rasisme, golongan, agama dan lainnya,
sehingga internet menjadi media bebas untuk menuangkan pemikiran seseorang
dalam sebuah tulisan dan video serta tidak terbatas oleh waktu. Ulasan
pembahasannya pun akan lebih gamblang, mengena dan dapat ditelaah
pembacanya kapan pun dan dimana pun mereka berada. Jadi, untuk mengulas
sebuah permasalahan yang banyak terjadi di masyarakat, seorang da’i harus
memiliki wawasan yang luas serta pengalaman baik bersifat pribadi atau
pengalaman yang didapatkan dari orang lain. Bahkan dengan berdakwah melalui
internet yang salah satunya memanfaatkan social network, juru dakwah bisa
mendapatkan ribuan bahkan jutaan mad’u. Dalam memperluas dakwah, tidak ada
salahnya kalau memanfaatkan social network yang telah berkembang pesat saat
ini. Social network menjadi salah satu media paling efektif untuk menyalurkan
bakat atau pemikiran karena internet digunakan dan diakses secara global oleh
seluruh manusia yang ada di muka bumi ini.
Macam-macam metode dakwah menurut beberapa pakar yaitu:
1) Metode ceramah
Metode ini disebut public speaking (berbicara di depan
publik) karena sifat komunikasinya lebih banyak searah dari
pendakwah ke audiensi, sekalipun sering juga diselingi atau diakhiri
dengan komunikasi dua arah dalam bentuk tanya jawab. Umumnya,
38
pesan-pesan dakwah yang disampaikan dengan ceramah bersifat
ringan, informatif, dan tidak mengundang perdebatan.
Dari segi persiapannya, Glenn R. Capp dalam Rahmat membagi
empat macam ceramah atau pidato yaitu pidato improptu (pidato
yang dilakukan secara spontan, tanpa adanya persiapan sebelumnya),
pidato manuskrip (pidato dengan membaca naskah yang sudah
dipersiapan sebelumnya), pidato memoriter (pidato dengan hafalan
kata demi kata dari isi pidato yang telah di persiapkan), pidato
Eksempore (pidato dengan persiapan berupa outline/garis besar dan
supporting points atau pembahasan penunjang. Jenis yang terahir ini
paling baik dan paling banyak digunakan oleh para ahli pidato.45
2) Metode Diskusi
Metode ini dimaksudkan untuk mendorong mitra dakwah
berfikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbangkan
dalam suatu masalah agama yang terkandung banyak kemungkinan-
kemungkinan jawaban atau dengan kata lain bertukar fikiran tentang
suatu masalah.
3) Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama
Yaitu metode yang pada dasarnya membina dan melestarikan
fitrah anak yang dibawa sejak lahir, yakni fitrah beragama dan
mendapat pendidikan. Pendekatannya melalui lembaga-lembaga
pendidikan seperti pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun
45
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya 2008), 359-360
39
perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman
maupun melalui majelis ta’lim.
4) Metode Tanya Jawab
Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab untuk
mengetahui sejauh mana ingatan atau fikiran seorang dalam
memahami atau menguasai materi dakwah. Disamping itu, untuk
merangsang perhatian bagi penerima dakwah dan sebagai ulangan
atau salingan dalam pembicaraan.46
C. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi Dakwah
Menurut Asmuni Syukir, strategi dakwah sama artinya dengan metode,
siasat, maupun taktik dakwah. Strategi dakwah adalah cara-cara yang
digunakan oleh seorang mubaligh (komunikator) untuk mencapai tujuan
tertentu, atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain, strategi
dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan yang menempatkan
penghargaan yang mulia atas diri manusia.47
Menurut Ali Aziz, Strategi dakwah ialah sesuai yang disebutkan dalam Al
Qur’an surat an –Nahl ayat 125 yaitu; Hikmah, Mauidatul Hasanah, Mujadalah.48
Dalam perihal strategi dakwah seorang da’i yang memperhatikan mad’u
dari berbagai macam aspek sebelum ia berdakwah maka hal tersebut dikenal
dengan analisa strategi dakwah dimana penjabarannya yaitu analisa subyek
46 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm 25
47 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), hlm.
32. 48 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 157
40
dakwah, analisa materi dakwah dan analisa obyek dakwah. Sehingga dalam
pelaksanaannya akan sangat mempengaruhi metode dakwah atau model
penyampaian dakwah yang akan digunakan. Metode penyampaian dakwah dapat
berupa : Dakwah bil lisan, dakwah bil qalbu atau bil hikmah, dakwah bil kalam,
dakwah bil mauidah hasanah, dakwah bil uswatun hasanah dan juga bisa dakwah
melalui metode berdebat. Maka sangat diperlukan dalam pelakanaan strategi akan
adanya metode dakwah terapkan.
Untuk mencapai keberhasilan dakwah secara maksimal, maka diperlukan
berbagai faktor penunjang, di antaranya adalah strategi dakwah yang tepat
sehingga dakwah mengena sasaran. Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah
haruslah memperhatikan beberapa asas dakwah, di antaranya adalah:
1. Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya
dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses dakwah.
2. Asas kemampuan dan keahlian da’i: Asas ini menyangkut pembahasan
mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i sebagai subjek
dakwah.
3. Asas sosiologi: Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik
pemerintah setempat, mayoritas agama di suatu daerah, filsofis sasaran
dakwah, sosio kultural sasaran dakwah dan sebagainya.
4. Asas psikologi: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya
dengan kejiwaan manusia. Karena mad’u memiliki karakter unik dan
41
berbeda-beda, sehingga pertimbangan masalah psikologis harus
diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah.
5. Asas aktivitas dan efisien: Asas ini adalah aktivitas yang ada dalam
kegiatan dakwah itu sendiri harus disesuaikan antara biaya, waktu,
maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapian hasilnya. Sehingga
hasilnya dapat diperoleh secara maksimal.49
Dengan mempertimbangkan asas-asas di atas, seorang da’i hanya butuh
memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi
mad’u.
Ada beberapa faktor yang harus benar-benar diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam strategi dakwah Islam, di antaranya:
a. Da’i memiliki khasanah ilmu yang luas termasuk iptek, sehingga
dalam dakwahnya sesuai dengan tuntutan masyarakat.50
b. Da’i harus mengembangkan wawasan keilmuan, karena dalam
penyampaian dakwah tentunya banyak perselisihan dan perbedaan
pendapat mad’u yang dapat menimbulkan berbagai pertanyaan kepada
da’i.
c. Da’i bisa menyesuaikan kultur mad’u sehingga dalam dakwahnya
seorang da’i bisa diterima dengan baik.
49
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,hlm. 32 50
Rafi’udin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung
CV.Pustaka Setia, 1997), hlm 79-80.
42
2. Macam – Macam Strategi Dakwah
Syekh Muhammad Abu Fatah Al-Bayanuni membagi strategi dakwah
menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) Strategi Sentimentil (al-manhaj al-„athifi)
Adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakan
perasaan dan batin mad’u agar mad’u. Memberikan mad’u nasihat
yang mengesankan, memanggil dengan penuh kelembutan, atau
memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode
yang dikembangkan dari strategi ini. Strategi dakwah ini biasanya
diterapkan pada mad’u yang terpinggirkan (marginal), kaum
perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, para mualaf, orang-
orang miskin, anak yatim dan sebagainya. Strategi ini diterapkan Nabi
Muhammad saat menghadapi kaum musyrik di Makkah dengan
menekankan aspek kemanusiaan, perhatian kepada fakir miskin, kasih
sayang sehingga mereka merasa dihormati dan di muliakan.51
2) Strategi Rasional (al-manhaj al-aqli)
Strategi rasional (al-manhaj al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa
metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini
mendorong mad’u untuk berfikir, merenungkan, dan mengambil
pelajaran mad’u. Contohnya adalah kasus adanya nabi palsu, kita perlu
berfikir dan merenungkan apakah benarbenar ada, padahal di dalam al-
Qur’an sudah dijelaskan bahwa nabi terahir adalah Nabi Muhamad.
51
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 351.
43
Cara ini juga dapat juga diterapkan untuk berdiskusi dengan orang-
orang yang cerdik.
3) Strategi Indrawi (al-manhaj al-hissi).
Dinamakan sebagai strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Ia
didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah
yang berorientasi pada pancra indra dan berpegang teguh pada hasil
penelitian dan percobaan. Di antara metode yang dihimpun oleh
strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama.
Seperti dalam film atau pentas drama yang mengandung banyak
hikmah dan faedah. 52
Asmuni Syukir menambahkan beberapa strategi dakwah selain yang
disebutkan di atas, yaitu :
1. Percakapan Antar Pribadi yaitu percakapan bebas antara dai dengan
individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi
bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam
percakapan atau mengobrol untuk aktifitas dakwah, seorang dai harus
bisa mengarahkan pembicaraannya kepada hal-hal yang baik,
mempengaruhi mereka ke jalan Allah.
2. Demonstrasi yaitu suatu metode dakwah dimana seorang dai
memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya,
dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang diinginkan. 53
52
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm 353. 53
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), hlm.
144-146
44
3. Pendidikan dan Pengajaran Agama Pendidikan dan pengajaran agama
dapat pula di jadikan sebagai metode dakwah, sebab dalam definisi
dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan sebagai dua
sifat, yakni bersifat pembinaan (melestarikan dan membina agar tetap
beriman) dan pengembangan (sasaran dakwah). Hakekat pendidikan
agama adalah penanaman moral beragama kepada anak, sedangkan
pengajaran agama adalah memberikan pengetahuan-pengetahuan agama
kepada anak. Antara aktifitas pengajaran agama dan pendidikan agama,
keduanya saling berkaitan, bahkan pengajaran merupakan alat perantara
pendidikan, sehingga istilah itu sering hanya disebut dengan pendidikan
saja.54
4. Mengunjungi Rumah Metode dakwah yang di rasa efektif untuk
dilaksanakan dalam rangka mengembangkan maupun membina umat
Islam adalah metode dakwah dengan mengunjungi rumah obyek
dakwah, karena selain melaksanakan aktifitas dakwah, metode ini pada
hakekatnya mengadakan silaturrahmi, dimana silaturrahmi menjadi
kewajiban bagi umat Islam. Jadi, disamping merupakan aktifitas
dakwah, metode ini juga sekaligus menunaikan kewajiban.55
Miftakh Farid dalam bukunya “Refleksi Islam” membagi strategi dakwah
menjadi 3 bagian yaitu:
a. Strategi dakwah yat luu- alaihim aayatih (strategi komunikasi) yaitu
strategi penyampaian pesan-pesan dakwah kepada umat yang
54
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dalam Islam, hlm. 157 55
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dalam Islam, hlm. 160-161
45
memiliki konsekuensi terpeliharanya hubungan insani secara sehat
dan bersahaja, sehingga dakwah tetap memberikan fungsi maksimal
bagi kepentingan hidup dan kehidupan.
b. Strategi dakwah yuzakkiihim (strategi dakwah melalui proses
pembersihan sikap dan prilaku atau di sebut strategi tazkiyah) yaitu
pembersihan yang dimaksud agar terjadi perubahan individu
masyarakat sesuai dengan watak Islam sebagai agama manusia
karena itu dakwah salah satunya mengemban misi memanusiakan
manusia sekaligus memelihara keutuhan Islam sebagai agama
rahmatan lil’alamin.
c. Strategi dakwah yu‟alimul hummul kitaaba wal hikmah (strategi
yang dilakukan melalui proses pendidikan), yakni proses
pembebasan manusia dari berbagai penjara kebodohan yang sering
melilit kemerdekaan dan kreatifitas.56
Disamping strategi dakwah
menurut sejarah Nabi, terdapat pula strategi dakwah yang di terapkan
oleh Walisongo,57
di antaranya yaitu ;
1) Modeling
Lewat kharisma yang dipancarkan oleh walisongo yang
dipersonifikasikan oleh para auliya dan kiyai, telah terjunjung
tinggi dari masa ke masa. Model walisongo yang diikuti para
ulama di kemudian hari telah menunjukkan pengaruh yang
56
Miftah Farid, Refleksi Islam, (Bandung: Pusdi Press, 2001), hlm. 48 57
Abdurrahman Mas’ud, Pesantren dan Walisongo: Sebuah Interaksi dalam Dunia
Pendidikan. Dalam makalah komprehensif Progam Doktor Saerozi, Pola dan Startegi Dakwah di
Kalangan Masyarakat Nelayan ,(Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2013), hlm. 17-19.
46
seignifikan antara pemimpin agama dan masyarakat yang
membawa mereka pada kepemimpinan yang protektif dan efektif.
1) Substantif
Walisongo dalam berdakwah mengutamakan pendekatan
substantif dengan tujuan agar Islam mudah difahami oleh
masyarakat Jawa pesisiran pada waktu itu,. Pendekatan seperti ini
dikatakan oleh Abdurrahman Mas’ud adalah a matter of approach
atau means, alat untuk mencapai tujuan yang tidak mengurangi
substansi dan signifikansi ajaran yang diberikan. Dengan kata lain,
wisdom (kebijakan), dan mau‟idzhoh hasanah adalah cara yang
dipilih sesuai dengan ajaran al-Qur’an (an-Nahl, 125).
47
47
BAB III
PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE
A. Sejarah Masjid Nurul Iman Blok M Square
Blok M Square merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang dimiliki
oleh PD Pasar Jaya, yang dulu dikenal dengan nama Aldiron Plaza dan Pasar
Melawai yang kemudian digabung jadi satu dan dikembangkan menjadi trade mall
di kawasan Jakarta Selatan. Dan inilah salah satu pusat perbelanjaan yang sangat
ramai dengan aktifitas jual beli antara pedagang dan masyarakat, dikarenakan
sarana dan fasilitasnya yang sangat lengkap. Dan salah satunya adalah berupa
sebuah Masjid yang sangat megah, Pembangunan Masjid Nurul Iman tidak
terlepas dari komunitas beberapa pedagang urang awak (orang Minangkabau/
orang padang) yang berinisiatif untuk memperluas halaman masjid yang dibangun
di lantai 7 gedung Blok M Square ini. Masjid ini bernama Masjid Nurul Iman
Blok M Square.1 Dengan posisinya yang berada di puncak gedung pusat
perbelanjaan yang sangat ramai, menandakan pengelola gedung ini sekan-akan
hendak menyatakan kepada dunia bahwa kegiatan ibadah haruslah lebih tinggi
dan lebih diutamakan dari pada kegiatan duniawi yang bersifat hedonisme.
Untuk menuju ke lantai tujuh, bisa menggunakan lift, atau kalau tak mau
menunggu lama, bisa juga menggunakan escalator. Pada pintu lift jelas tertulis
petunjuk bahwa di lantai 7 ada sebuah masjid. Bila sudah berada di lantai tujuh
yang sebagian digunakan untuk lahan parkir dan sebaagian besar lagi digunakan
1Asdiwar Malin, Ketua Divisi Dakwah, Wawancara pribadi, Masjid Nurul Iman Blok M
Square Jakarta Selatan, Rabu 29 Maret 2017. Pukul 16.15
http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2013/11/masjid-nurul-iman-blok-msquare.htmlhttp://hariyantowijoyo.blogspot.com/2013/11/masjid-nurul-iman-blok-msquare.html
48
untuk membangun masjid, maka akan terlihatlah miniatur Ka'bah yang digunakan
umat Islam untuk latihan manasik haji. Miniatur Kabah ini dibuat semirip
mungkin dengan Ka'bah yang ada di Mekkah. Ada miniatur Hajar
Aswad dan Maqam Ibrahim, dan di depannya berdirilah Masjid Nurul Iman Blok
M Square yang sangat megah.
Memasuki teras masjid, ada tempat penitipan sepatu dan sandal yang
cukup luas dan itu tidak dipungut bayaran alias gratis. Tempat masuk jamaah pria
dan wanita dipisahkan, jadi kemungkinan untuk berbaur sangat kecil. Masjid
Nurul Iman Blok M Square ini memiliki tempat wudhu dan toilet yang cukup
bersih. Tempat Wudhu pria berada di area selatan-barat daya bangunan,
sedangkan untuk wanita berada di area utara-timur laut masjid. Setelah berwudhu
para pengunjung akan masuk ke ruang utama masjid yang digunakan untuk sholat
berjamaah dengan melalui pintu yang memiliki dua daun pintu yang sangat
artistik dan lebar.
Masjid Nurul Iman Blok M Square sangatlah megah dan luasnya mencapai
3000 meter persegi sehingga dapat menampung jamaah sebanyak kurang lebih
6000 orang. Kehadiran Masjid Nurul Iman Blok M Square laksana sebuah Oase
yang menyegarkan sebagai pelepas dahaga akan keimanan dan kerinduan kepada
Sang Khaliq di tengah hiruk pikuk aktifitas masyarakat menerobos padang
kemacetan Kota Jakarta yang tidak pernah kunjung usai. Saat kaki menapak ke
dalam masjid, hamparan karpet merah memenuhi masjid ini, meskipun sebagian
karpet nampak tergulung karena tidak terpakai. Langit-langitnya yang penuh
lukisan awan dan dihiasi dengan ornamen masjid di Madinah yang dilengkapi
lampu hias menambah kemegahan masjid ini. Ada hijab memanjang terbuat dari
http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2013/11/masjid-nurul-iman-blok-msquare.html
49
besi dan kain hijau yang terbentang membatasi antara jamaah wanita dan jamaah
pria. Rasanya begitu nyaman berada dalam masjid ini, tak terasa bahwa masjid ini
berada di lantai tujuh gedung pusat perbelanjaan yang super ramai di Kota
Jakarta.
B. Struktur Kepengurusan Masjid Nurul Iman
Struktur kepengurusan di masjid Nurul Iman Blok M terdiri dari dewan
penasehat, dewan pembina, ketua dan wakil ketua, bendahara, sekretaris, bidang
pembangunan dan pengembangan, bidang sosial, bidang usaha, bidang keamanan,
bidang dakwah, bidang protokol, bidang Pendidikan dan humas.
Dewan penasehat bertugas sebagai penasehat masjid serta sebagai
pengawas dari setiap kegiatan yang dilaksanakan seluruh pengurus masjid.
Kemudian, dewan pembina bertugas sebagai pembina pengurus masjid, mereka
yang termasuk di dalam dewan pembina masjid bertugas membimbing dan
membina seluruh pengurus masjid dalam memakmurkan masjid. Ketua bertugas
memantau setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus, ketua juga bertugas
menerima dan menolak kegiatan yang akan dilaksanakan. Sedangkan wakil ketua
bertugas mewakili seluruh kegiatan ketua jika ketua berhalangan dalam
melaksanakan tugasnya. Selanjutnya, bendahara bertugas mencatat dan membuat
laporan keuangan setiap harinya yang kemudian diumumkan kepada jama’ah
setiap minggunya. Sedangkan wakil bendahara bertugas mewakili bendahara jika
ia berhalangan dalam melaksanakan tugasnya. Sekretaris bertugas mencatat dan
mengatur jadwal-jadwal kegiatan masjid, sedangkan wakilnya mewakili jika
sekretaris berhalangan melak
Top Related