Status OS THT Sinusitis Maxilaris

15
CASE SINUSITIS MAXILARIS Case Ini Dibuat Untuk Melengkapi Persyaratan Kepanitraan Klinik Senior Di SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Dan Tenggorokan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Oleh, Y A N T O NIM. 96310119 SITI MAYSAROH NIM. 96310055 SERI AGUSTINA NIM. 94171012 Pembimbing,

Transcript of Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Page 1: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

CASE

SINUSITIS MAXILARIS

Case Ini Dibuat Untuk Melengkapi Persyaratan Kepanitraan Klinik Senior Di SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Dan Tenggorokan

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Oleh,

Y A N T O NIM. 96310119

SITI MAYSAROH NIM. 96310055

SERI AGUSTINA NIM. 94171012

Pembimbing,

Dr. LINDA SAMOSIR, Sp.THT

SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung TenggorokanRumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Page 2: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

Nopember 2002

SINUSITIS MAXILARIS

Sinusitis Maksilaris merupakan suatu peradangan pada sinus pasanasalis secara

anatomi pada sinus maksila. Sinusitis maksilaris merupakan sinusitis yang paling sering

terjadi dibanding sinus paranasal lainnya. Hal ini disebabkan sinus maksila adalah sinus

yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, dasarnya adalah dasar akar gigi

sehingga infeksi dapat berasal dari infeksi gigi, dan ostiumnya terletak di meatus medius

disekitar hiatus semilunris yang sempit sehingga sering tersumbat. 1,2

Menurut Adams, berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi atas: 1) Sinusitis

akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu, 2) Sinusitis subakut bila infeksi

beberapa minggu sampai beberapa bulan, 3) Sinusitis kronik bila infeksi beberapa bulan

sampai beberapa tahun (Menurut Couwenberge, bila sudah lebih dari 3 bulan). 2

Sinus Maksila merupakan sinus panasal yang terbesar, saat lahir Sinus Maksila

bervolume 6 – 8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai

ukuran maksimal yaitu 15 ml saat dewasa.1 Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding

posteriornya adalah permukaan infra temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding

lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya

ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior

dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. 1,5

Seperti pada mukosa hidung di dalam sinus terhadap mukosa bersilia dan palut

lendir diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir

menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.1 Pada

dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transpor mukosiliar dari sinus-lendir yang berasal

dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infudibulum etmoid dialirkan ke

nasofrings di depan muara tuba Eustachius. Lendir yang berasal dari kelompok sinus

posterior bergabung di resesus spenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring di postero

superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati sekret pasca nasal (post nasal

drip) tetapi belum tentu ada sekret dirongga hidung. 1

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 1

Page 3: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

Fungsi Sinus Paranasal: Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus

paranasal antara lain: sebagai pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu

keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perobahan tekanan udara, dan

membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung. 1

Kuman penyebab sinusitis maksilaris dapat berupa virus, bakteri, dan jamur.

Kuman penyebab sinusitis tersering adalah streptococcus pneumoniae dan haemophilus

influenzae yang ditemukan pada 70% kasus. 3

Faktor predisposisi sinusitis maksilaris adalah: obstruksi mekanik seperti deviasi

septum, benda asing dihidung, tumor atau polip, rintis alergi, rinitis kronis, polusi

lingkungan, dan udara dingin dan kering. Sinusitis maksilaris dapat juga disebabkan

berenang dan menyelam, trauma dan barotrauma, periodontitis atau abses apikal gigi

(infeksi gigi rahang atas M1,M2, M3 serta P1 dan P2).1,3,4 Penyakit gigi bertanggung jawab

pada 10% kasus sinusitis. 2

Perjalanan penyakitnya diawali dengan terjadi edema di kompleks ostiomeatal,

mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat

bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan maka terjadi gangguan drenase dan ventilasi di

dalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus

menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen.

Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir, sehingga

timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perobahan jaringan menjadi

hipertrofi. Polipoid atau pembentukan polip dan kista. 1

Gambaran klinis yang didapat berupa gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala

sistemik berupa demam dan rasa lesu. Gejala lokal pada hidung yaitu terdapat ingus

kental yang kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan

hidung tersumbat, rasa nyeri di daerah sinus yang terkena serta kadang-kadang dirasakan

juga ditempat lain karena nyeri alih (reffered pain). Pada sinusitis maksila nyeri dibawah

kelopak mata dan kadang-kadang menyebar kealveolus, sehingga terasa nyeri di gigi.

Nyeri alih dirasakan didahi dan depan telinga.

Pada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak pembengkakan didaerah muka

pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah. Pada

Rinoskopi anterior tampak mukosa kontak hiperemis dan oedema. Pada sinusitis maksila

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 2

Page 4: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

tampak mukosa atau nanah di meatus media. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus

dinasofaring (post nasal drip). 1,5

Untuk menegakan diagnostik bisa dilakukan pemeriksaan penunjang berupa:

Pemeriksaan Transiluminasi: Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan

menjadi suram atau gelap pemeriksaan transluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus

yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.

Pemeriksaan Radiologik: Pada pemeriksaan radiologi pasien sinus paranasal atau

proses patologi lain pada tulang muka membutuhkan suatu seri dari beberapa posisi yang

berbeda. Pada pemeriksaan radiologi akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa

atau batas cairan – udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.1,2 Empat posisi dasar yang

digunakan dalam pemeriksaan radiologi: Caldwell, Waters, Lateral, Submentovertikal. 6

Pemeriksaan Mikrobiologik: Pada pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari

meatus medius atau meatus superior mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang

merupakan flora normal dihidung atau kuman patogen, seperti pneumococcus,

streptococcus. Staphylococcus dan Haemo-philus influenzae. Selain itu mungkin

ditemukan juga virus atau jamur. 1

Pemeriksaan Tomografi: Indikasi tomografi ini adalah jika perluasan proses

patologi tidak dapat dipastikan dengan teknik konvensional atau jika daerah sinus kurang

jelas karena tumpang tindih dengan struktur lain. 6

Pemeriksaan Sinoskopi: Pada pemeriksaan sinoskopi dapat dilihat antrum (sinus

maksila) secara langsung sehingga dapat diketahui adanya perubahan mukosa. 1

Sinusitis maksilaris akut umumnya diterapi dengan antibiotik spektrum luas

seperti amoxisilin, ampisilin atau eritromisin ditambah sulfanamid. Dekongestan seperti

pseudoefedrin juga bermanfaat dan tetes hidung poten seperti fenilefrin (Neosynephrine)

atau oksimetazolin dapat digunakan selama beberapa hari pertama infeksi namun

kemudian harus dihentikan.5 Kompres hangat pada wajah dan analgesik seperti aspirin

dan asetaminofen berguna untuk menghilangkan gejala. 5

Kegagalan penyembuhan dengan suatu terapi aktif mungkin menunjukkan

organisme tidak lagi peka terhadap antibiotik, atau antibiotik itu gagal mencapai lokasi

infeksi.5

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 3

Page 5: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

Terapi pembedahan diperlukan apabila telah terjadi komplikasi ke orbita atau

intrakranial atau bila ada nyeri yang hebat karena sekret tertahan oleh sumbatan.1 Yang

termasuk indikasi bedah sinus adalah: 1) Perluasan intrakranial dari infeksi seperti

meningitis, abses subdural atau abses otak; 2) Nyeri atau keluarnya sekret terus menerus

yang tidak membaik dengan terapi konservatif; 3) Nekrosis dinding sinus disertai

pembentukan fistel; 4) Pembentukan mukokel dan piokel; 5) Selulitis orbita dengan abses

atau neuritis orbita. 5

Jenis Pembedahan terdiri dari: Pembedahan Radikal, yaitu mengangkat mukosa

yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena.1 Pada sinusitis maksilaris

kronis dapat dikerjakan operasi caldwel-luc yaitu sinusotomi maksila yang dilakukan

melalui insisi di lipatan bukoginggival di bawah bibir di atas gusi (daerah fosa kanina)

untuk mencapai sinus guna mengeluarkan mukosa yang terinfeksi, kista, serta debris

efitel. Pembedahan ini tidak boleh dilakukan pada anak karena dapat merusak gigi

primordial. 4

Pembedahan Tidak Radikal. Metoda operasi sinus paranasal dengan

menggunakan endoskop yang disebut Bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF).

Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks ostio-meatal yang

menjadi sumber penyumbatan & infeksi, sehingga ventilasi dan drenase sinus lancar

kembali melalui ostium alami. Dengan demikian mukosa sinus akan kembali normal. 1

Sinusitis Maxilaris kronis dapat meluas ke orbita, pipi, rahang atas, mulut dan

sinus etmoidalis.4 Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis

kronis dengan eksaserbasi akut komplikasi yang dapat terjadi ialah:1 Osteomielitis dan

abses subperiostal (jarang); kelainan orbita berupa oedem palpebra, selulitis orbita, abses

subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus;

kelainan Intrakranial berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan

trombosis sinus kavernosus; kelainan paru berupa bronkitis kronis, bronkiektasis dan

asma bronkial.

Referensi

1. Soepardi AE, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, FK UI, Jakarta, Edisi ke-5, Cetakan 1, 2001; 115- 124.

2. Adams Boies Higler, Buku Ajar Penyakit THT, EGC, Jakarta, Edisi ke-6, Cetakan I, 1994; 240 – 260.3. Kapita Selekta, Kedokteran, Media Aesculapius, FK UI, Jakarta, Edisi ke-3, Jilid 1; 102 – 106.

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 4

Page 6: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

4. Sjamsuhidajat.R, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, Edisi Revisi, Cetakan I, 1997; 482 – 484.5. John Jacob Ballenger, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, Jakarta, Edisi – 13,

Jilid I, Cetakan I, 1994; 1-13, 233 – 281.6. John Jacob Ballenger, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, Jakarta, Edisi – 13,

Jilid 2, Cetakan I, 1997; 1 – 17.

STATUS ORANG SAKIT

ANAMNESA PRIBADI

Nama : T. MUZAKIR

Umur : 18 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ikut orang tua

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cemara No. 9, Binjai – Medan

Tgl. Masuk : 31 Oktober 2002

ANAMNESA PENYAKIT

Keluhan Utama : Keluar darah dari hidung sebelah kanan

Telaah : Hal ini dialami os sejak 3 bulan yang lalu, yang makin

memberat dalam beberapa minggu ini.

Keluar darah dari hidung hampir tiap hari dengan volume ¼

gelas tiap kalinya, berwarna merah segar.

Satu minggu yang lalu os dirawar di RS Materna Aceh selama

4 hari dan ditransfusi darah karena Hb-nya 4 gr%. Satu hari

kemudian os mengalami perdarahan hidung kembali, kemudian

di bawa ke RSUPM.

RPT : Riwayat mimisan sudah dialami os sejak SD yang hilang

timbul.

RPO : Tidak jelas

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 5

Page 7: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

Hidung : Kanan Kiri

Cairan Encer : – – Kental : – – Darah : + – Nanah : – –

Berbau : – – Tumpat : + – Penciuman : – – Sakit : – – Gatal : – – Bersin : – –

Telinga Kanan Kiri Cairan

Encer : – – Kental : – – Darah : – – Nanah : – –

Gatal : – – Dikorek : – – Sakit : – – Bengkak : – – Pendengaran : N Berkurang Tinitus : – – Mengunyah sakit : – –

Kerongkongan Sakit leher : – Sakit menelan : – Sangkut menelan : – Seperti ada benda : – Terasa kering : – Gatal : – Lendir : – Berbunyi : –

Anamnesa Keluarga : Asma (–), Alergi hidung (–), Kulit gatal (–), Migren (–).

Anamnesa Umum : Demam (–), Batuk (–), Pilek (–), Sering minum obat (–).

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 6

Page 8: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

STATUS PRAESENT

CM aktif (+), anemia (+), sianosis (–), ikterus (–), dispnoe (–), edema (–).

KU/KP/KG : Baik/Sedang/Sedang.

STATUS LOKALISATA

TELINGA : Tidak dilakukan pemeriksaan (Tdp)

HIDUNG

Bentuk : Piramid Luka : – Cairan : + (darah) Krusta : – Bisul : – Fraktur : –

Rinoskopi Anterior : Kanan Kiri Vestibulum nasi

Sekret : – – Bisul : – – Ragadon : – – Maserasi : – –

Kavum nasi : Menyempit Dalam batas normal (Dbn)

Selaput lendir Warna : Hiperemis Merah muda Permukaan : Licin Licin

Konkha media : Udem Dbn Konkha inferior : Udem Dbn Meatus media : Hiperemis Dbn Meatus inferior : Hiperemis Dbn Septum

Deviasi : + – Abses : – – Krusta : – – Perforasi : – –

Cairan Darah : + – Nanah : – –

Sekret Serous/mucus : – – Lain-lain : – –

Polip : – – Tumor : – – Korpus alienum : – –

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 7

Page 9: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

Rinoskopi Posterior : Tdp

SINUS PARANASALSinus Maxilaris Sinus Frontalis

Kanan Kiri Kanan Kiri Nyeri tekan : + – – – Transiluminasi : Tdp Tdp Tdp Tdp

MULUT

Bibir : Dbn Gigi : Dbn Lidah : Dbn Palatum durum : Dbn Palatum mole : Hiperemis Dasar mulut : Dbn

OROFARING : Hiperemis

TONSILA PALATINA : T1

LEHER : Dbn

LABORATORIUM

Darah : Hb : 12 gr%Leukosit : 6.400 /mm3

LED : 16 mm/jam I

Fungsi Hati : Bilirubin total : 0,78 mg%Direct : 0.14 mg%SGOT : 36 u/mlSGPT : 38 u/ml

Fungsi Ginjal : Ureum : 28 mg%Creatinin : 0.7 mg%

Kadar Gula Darah : Puasa : 100 mg/dl2 jam PP : 110 mg/dl

Urine : Tdp

Feses : Tdp

HASIL FOTO RONTGEN: Tdp

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 8

Page 10: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

HASIL CT Scan (30-10-02) :

Hasil : Pada daerah nasofaring tidak jelas tampak soft tissue mass, hanya yang kanan tampak prominen.Sinus maksilaris kanan tampak berselubung, lainnya cerah.Septum tampak deviasi ringan ke kiri.Tidak tampak destruksi tulang basis kranii.

Kesimpulan : Kesan sinusitis maksilaris kanan dengan kronik faringitisTak tampak tumor cavum nasi.Permulaan proses NPC kanan belum dapat disingkirkan.Sebaiknya biopsi nasofaring kanan.

HASIL PA : Tdp

DIAGNOSIS BANDING : 1. Sinusitis Maksilaris Dekstra + Angiofibroma

Kavum Nasi + Faringitis Kronis

DIAGNOSA SEMENTARA : Sinusitis Maksilaris Dekstra + Angiofibroma

Kavum Nasi + Faringitis Kronis

PENGOBATAN : - IVFD RL – NaCl 0,9% 20 gtt/menit

- Inj. Deksametason 1 gr per iv

- Transfusi PRC 250 cc

- Inj. Detraneks 1 Amp/8 jam

- Inj Formicin 1 gr/12 jam

USUL : - Operasi sinus- Fisioterapi

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 9

Page 11: Status OS THT Sinusitis Maxilaris

Case: Sinusitis Maksilaris + Angiofibroma Cavum Nasi + Faringitis Kronis

KKS SMF THT RSUPM Yanto, Siti Maysaroh, Seri Agustina 10