Status Gizi Dan PHBS

download Status Gizi Dan PHBS

of 34

description

Status Gizi

Transcript of Status Gizi Dan PHBS

STATUS GIZI DAN PHBSKasus gizi buruk di sejumlah daerah masih sering terjadi, baru-baru ini terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah seperti NTB, NTT, Aceh dan Lampung. Pemerintah dinilai belum serius menangani masalah tersebut. Walaupun angka prevalensi kasus gizi buruk pada balita di Indonesia terjadi penurunan dari 8,8 persen pada tahun 2005 menjadi 5,4 persen pada tahun 2007 (Riskesdas 2007), akan tetapi pada sebagian besar provinsi di Indonesia mempunyai prevalensi gizi buruk lebih dari 5,4 persen. Salah satu cara untuk mengetahui status gizi anak dilakukan pemeriksaan antropometri.Salah satu cara menurunkan kasus gizi buruk adalah dengan Pemberian makanan tambahan (PMT) kepada para balita. PMT dapat dilakukan di posyandu-posyandu melalui program revitalisasi posyandu.Selain itu peran kesehatan lingkungan amatlah penting. Lingkungan tempat tinggal harus memenuhi syarat hidup sehat, dan perilaku harus diubah menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Diharapkan masyarakat sekitar dapat menggalakkan kepedulian sosial sesuai dengan syariah Islam (jihad sosial).

STEP 1Kata-kata sulit Riskesdas: Riset kesehatan dasar Pemeriksaan Antropometri: Pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia Program revitalisasi: Proses pemberdayaan kembali program kegiatan Jihad sosial: Memperjuangkan sesuatu di jalan Allah SWT sesuai dengan Al-Quran dibidang sosial Gizi buruk: Kondisi kurang gizi yang disebabkan kekurangan energi dan protein dalam asupan makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi Posyandu: Kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari,oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatanPertanyaan1) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan gizi buruk?2) Apa saja yang terdapat pada pemeriksaan Antropometri?3) PMT (Pemberian Makanan Tambahan) apa saja yang harus diberikan?4) Apakah ada cara penilaian status gizi selain Antropometri?5) Apa saja yang dilakukan pada program revitalisasi posyandu?6) Apa syarat untuk menjadi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)?7) Tempat tinggal yang bagaimana yang memenuhi cara hidup sehat?8) Bagaimana kepedulian sosial yang sesuai dengan syariat Islam?Jawaban 1) A. Tingkat ekonomi B. Intake makanan C. Penyakit infeksiD. Sanitasi yang kurangE. Pola asuhan yang salahF. Pelayanan kesehatan yang kurang di suatu daerah2) BB sesuai Umur, TB sesuai Umur dan BB sesuai TB.3) Susu bubuk, biskuit, tepung sayuran,buah-buahan.4) Status kesehatan anak (laboratorium).5) KIA, Imunisasi.6) Merubah pola hidup menjadi higienis. Cuci tangan sebelum makan Cuci tangan setelah beraktifitas Sikat gigi Makan makanan bergizi Mandi minimal 2x sehari

7) a) Pencahayaan yang baikb) Ventilasi udara yang bagusc) Kerja baktid) Jarak MCK dan sumber air bersih yang tidak terlalu dekate) Sarana kesehatan yang memadai8) - Memberi tanpa membeda-bedakan status sosial. Zakat, infaq, shadaqah.Hipotesis

Gizi Buruk

a) Tingkat ekonomi b) Intake makanan c) Penyakit infeksid) Sanitasi yang kurange) Pola asuhan yang salahf) Pelayanan kesehatan yang tidak memadai

Pengukuran Antropometri BB : Usia, TB : Usia, BB : TB a) Program RevitalisasiStatus kesehatan anak b) Jihad

LEARNING OBJECTIVELO. 1. Memahami dan Menjelaskan Status Gizi1.1. Definisi1.2. Klasifikasi berdasarkan Antropometri1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi1.4. Metode penilaianLO. 2. Memahami dan Menjelaskan Gizi Buruk2.1. Definisi2.2. Etiologi2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk2.4. Klasifikasi2.5. Tatalaksana2.6. PencegahanLO.3. Memahami dan Menjelaskan Posyandu3.1. Definisi3.2. Tujuan3.3. Program3.4. Stratifikasi posyanduLO. 4. Memahami dan Menjelaskan PHBS4.1. Definisi 4.2. Manfaat 4.3. Indikator PHBSLO. 5. Memahami dan Menjelaskan Kesehatan Lingkungan5.1. Syarat lingkungan yang sehat5.2. Syarat tempat tinggal yang sehatLO. 6. Memahami dan Menjelaskan Kepedulian sosial sesuai syariat Islam

STATUS GIZI1.1. DefinisiStatus Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.1.2. Klasifikasi Berdasarkan Antropometri Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).Ukuran antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Misalnya, BB terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur.Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk menentukkan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah :1. Umur Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

2. Berat BadanBerat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi asupan yang mencukupimisalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh.Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700 1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350 450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 350 gram/bulan. Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya + 0,5 kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap adolesensia (remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat ( growth spurt).Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu : Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg Berat badan usia 3 12 bulan, menggunakan rumus : Umur (bulan) + 9 = n + 92 2 Berat badan usia 1 6 tahun, menggunakan rumus :( Umur(tahun) X 2) + 8 = 2n + 8Keterangan : n adalah usia anak Berat badan usia 6 12 tahun , menggunakan rumus :Umur (tahun) X 7 5 2 Cara pengukuran berat badan anak adalah : Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi. Ketika menimbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang. Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut :BB anak = (Berat badan ibu dan anak) BB ibu Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan. Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning atau merah.

3. Tinggi Badan ( Panjang badan)Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18 20 tahun.Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu: Perkiraan panjang lahir : 50 cm Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun

Cara pengukuran tinggi badan anak adalah:Usia kurang dari 2 tahun: Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran). Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi). Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.Usia 2 tahun atau lebih : Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

4. Lingkar kepalaSecara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm.

Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah : Siapkan pita pengukur (meteran) Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

5. Lingkar Lengan Atas (Lila)Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut : Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih stabil. Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur. Catat hasil pada KMS.

Berat badan dan tinggi badanadalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standar Baku Antropometeri WHO-NCHSNoIndeks yang dipakaiBatas PengelompokanSebutan Status Gizi

1BB/U< -3 SDGizi buruk

- 3 s/d +2 SDGizi lebih

2TB/U< -3 SDSangat Pendek

- 3 s/d +2 SDTinggi

3BB/TB< -3 SDSangat Kurus

- 3 s/d +2 SDGemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan presentil, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)NoIndeks yang digunakanInterpretasi

BB/UTB/UBB/TB

1RendahRendahNormalNormal, dulu kurang gizi

RendahTinggiRendahSekarang kurang ++

RendahNormalRendahSekarang kurang +

2NormalNormalNormalNormal

NormalTinggiRendahSekarang kurang

NormalRendahTinggiSekarang lebih, dulu kurang

3TinggiTinggiNormalTinggi, normal

TinggiRendahTinggiObese

TinggiNormalTinggiSekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Dimana :NIS : Nilai Induvidual SubjekNMBR: Nilai Median Baku RujukanNSBR: Nilai Simpang Baku Rujukan

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2.

Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikutDiketahui BB= 60 kgTB=145 cm Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun

Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSAgeStandard Deviations

Yrmth-3sd-2sd-1sdMedian+1sd+2sd+3sd

15031.639.948.356.769.281.694.1

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHSStatureStandard Deviations

cm-3sd-2sd-1sdMedian+1sd+2sd+3sd

145024.828.832.836.943.049.255.4

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSStatureStandard Deviations

Yr mth-3sd-2sd-1sdMedian+1sd+2sd+3sd

150144.8152.9160.9169.0177.1185.1193.2

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Jadi untuk indeks BB/U adalahZ Score= ( 60 kg 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD= status gizi baik Untuk IndeksTB/U adalahZ Score = ( 145 kg 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD= status gizi pendek Untuk Indeks BB/TB adalahZ Score = ( 60 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD= status gizi gemuk

1.2. Klasifikasi berdasarkan AntropometriTabel 1.Tabel Status GiziINDEKSSTATUS GIZIAMBANG BATAS *)

Berat badan menurut umur (BB/U)Gizi Lebih> + 2 SD

Gizi Baik -2 SD sampai +2 SD

Gizi Kurang< -2 SD sampai -3 SD

Gizi Buruk< 3 SD

Tinggi badan menurut umur (TB/U)Normal 2 SD

Pendek (stunted)< -2 SD

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)Gemuk> + 2 SD

Normal -2 SD sampai + 2 SD

Kurus (wasted)< -2 SD sampai -3 SD

Kurus sekali< 3 SD

Sumber : Depkes RI, 2002.1. Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas: Berat Badan / Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1. Tinggi Badan / Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1. Berat Badan / Tinggi Badan Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1 Lingkar Lengan Atas / Umur Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.

2. Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:1. Gizi Buruk ( Sangat Kurus) :