Statistika Kesehatan

66
DAFTAR ISI DAFTAR ISI....................................................1 BAB I . PRINSIP DASAR STATISTIKA KESEHATAN...................4 1.1 Pengertian, tujuan dan manfaat statistik kesehatan..........4 1.2 Sejarah statistik kesehatan.................................6 1.3 Indikator kesehatan.........................................7 1.4 Ciri-ciri indikator kesehatan...............................7 1.5 Nilai absolut dan nilai relatif.............................8 1.6 Proporsi, Rate dan Ratio....................................9 1.6.1 Proporsi.......................................9 1.6.2 RATIO......................................... 10 1.6.3 RATE..........................................11 BAB II STATISTIK PERIKEHIDUPAN (VITAL STATISTIK)...........12 2.1 Pendahuluan................................................12 2.2 Pencatatan tentang kematian dan kelahiran..................13 BAB III STATISTIKA MORTALITAS..............................15 3.1 Angka kematian kasar.......................................15 3.2 Standarized Death Rate.....................................16 3.2.1 Standarisasi langsung...........................17 3.2.2 Standarisasi tidak langsung......................18 3.3 Penentuan populasi standart................................20 3.4 Spesific death rate........................................22 3.5 Case fatality rate.........................................22 3.6 Proportional Mortality Rate................................23 3.7 Maternal Mortality Rate....................................23 3.8 Infant Mortality Rate......................................24 3.9 Neonatal Mortality Rate....................................25 3.10 Post Neonatal Mortality Rate...............................26 3.11 Perinatal Mortality Rate...................................26 3.12 Still Birth Rate..........................................27 BAB IV STATISTIKA FERTILITAS................................28 4.1 Pendahuluan................................................28 1

description

bsk

Transcript of Statistika Kesehatan

BAB I

DAFTAR ISI

1DAFTAR ISI

4BAB I . Prinsip dasar statistika kesehatan

41.1Pengertian, tujuan dan manfaat statistik kesehatan

61.2Sejarah statistik kesehatan

71.3Indikator kesehatan

71.4Ciri-ciri indikator kesehatan

81.5Nilai absolut dan nilai relatif

91.6Proporsi, Rate dan Ratio

91.6.1Proporsi

101.6.2RATIO

111.6.3RATE

12BAB II STATISTIK PERIKEHIDUPAN (VITAL STATISTIK)

122.1Pendahuluan

132.2Pencatatan tentang kematian dan kelahiran

15BAB III STATISTIKA MORTALITAS

153.1Angka kematian kasar

163.2Standarized Death Rate

173.2.1 Standarisasi langsung

183.2.2 Standarisasi tidak langsung

203.3Penentuan populasi standart

223.4Spesific death rate

223.5Case fatality rate

233.6Proportional Mortality Rate

233.7Maternal Mortality Rate

243.8Infant Mortality Rate

253.9Neonatal Mortality Rate

263.10Post Neonatal Mortality Rate

263.11Perinatal Mortality Rate

273.12Still Birth Rate

28Bab iv Statistika fertilitas

284.1Pendahuluan

294.2Rate kelahiran kasar

294.3Rate Fertilitas umum

304.4Rate fertilitas menurut golongan umur

304.5Gross Reproduction Rate

304.6Ratio jenis kelamin saat lahir

314.7Child women ratio

32Bab v Statistika morbiditas

325.1Pendahuluan

335.2Masalah dalam statistika morbiditas

345.3Ukuran dalam statistika morbiditas

355.3.1Rate morbiditas

355.3.2Rate prevalensi

365.3.3Rate Insidensi

38Bab Vi Statistika pelayanan kesehatan

386.1Pendahuluan

396.2Rasio penduduk terhadap sarana pelayanan kesehatan

406.3Rasio jumlah penduduk dan tenaga kesehatan

406.4Persentase pengunjung dengan jumlah penduduk

416.5Rate kunjungan

416.6Frekuensi kunjungan

426.7Persentasi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal

426.8Persentasi bayi yang mendapat imunisasi

436.9Persentasi pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan

436.10Persentasi pasangan usia subur yang menjadi akseptor keluarga berencana

44Bab vii Statistika kependudukan

447.1Pendahuluan

457.2Jumlah penduduk

457.3Distribusi dan struktur penduduk

477.3.1 Piramida berbentuk pohon cemara

477.3.2 Piramida berbentuk pagoda

487.3.3 Piramida berbentuk lonceng

497.3.4 Piramida berbentuk bawang

497.4Pertumbuhan penduduk

497.5Pengukuran perubahan jumlah penduduk

517.6Ratio ketergantungan ( Dependency ratio )

517.7Kepadatan penduduk

53Bab viii statistika keadaan Lingkungan

538.1Pendahuluan

548.2penyediaan air bersih

558.3pengukuran lingkungan fisik

56Bab ix gizi

569.1Pendahuluan

579.2Pengukuran Status gizi masyarakat

579.2.1 Berat badan per umur

589.2.2 Tinggi badan menurut umur

589.2.3 Berat badan menurut tinggi badan

599.2.4 Lingkar lengan atas

61Bab x derajat kesehatan masyarakat

6110.1Pendahuluan

6210.2Pengukuran derajat kesehatan masyarakat

6310.3Profil kesehatan indonesia

6310.3.1 Situasi umum dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

6410.3.2 Situasi sumber daya

6410.3.3 Situasi Upaya kesehatan

6510.3.4 Situasi Derajat Kesehatan

BAB I Prinsip dasar statistika kesehatan

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat memahami prinsip dasar statistika kesehatan

Tujuan Instruksional khususa. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan dan manfaat statistika kesehatan

b. Mengetahui tentang sejarah statistik kesehatan

c. Menjelaskan tentang cara mengukur keadaan kesehatan

d. Menjelaskan tentang ciri-ciri indikator dalam mengukur kesehatan

e. Menjelaskan alat ukur yang digunakan dalam mengukur kesehatan

Pokok bahasan

a. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Statistik Kesehatan

b. Sejarah Statistik Kesehatan

c. Indikator Kesehatan

d. Ciri-ciri Indikator Kesehatan

e. Nilai Absolut dan Nilai Relatif

f. Proporsi, Rate dan Ratio

1.1 Pengertian, tujuan dan manfaat statistik kesehatan

Kesehatan merupakan suatu faktor yang amat penting dalam kehidupan manusia. Batasan sehat itu sendiri sangat beragam, salah satu konsep sehat menurut WHO, adalah: suatu keadaan sehat yang komplit meliputi fisik, mental, sosial dan bukan hanya ketiadaan dari penyakit ataupun kelemahan.

Penilaian terhadap kesehatan individu didasarkan pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya terhadap kesehatan orang yang bersangkutan. Sedangkan penilaian terhadap kesehatan masyarakat didasarkan pada kejadian-kejadian penting yang menimpa penduduk atau masyarakat, yang kemudian dijadikan sebagai indikator kesehatan masyarakat, seperti angka kematian, angka kelahiran dan sebagainya. Semua kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan dan penilaian kesehatan, baik individu maupun masyarakat ini disebut statistik kesehatan.

Secara lebih terinci statistik kesehatan adalah kumpulan keterangan berbentuk angka yang berhubungan dengan masalah kesehatan atau semua catatan berupa angka yang dikumpulkan secara sistematis tentang kesehatan, dan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan.

Apabila kegiatan pencatatan ini ditujukan khusus pada kejadian-kejadian kehidupan manusia tertentu, seperti kelahiran, kematian, perkawinan dan perceraian, disebut sebagai statistik vital (vital statistic), atau sering disebut sebagai statistik kehidupan.

Sumber-sumber diperolehnya datadata yang berkaitan dengan kesehatan ini antara lain:

Institusi-institusi kesehatan, seperti pencatatan-pencatatan dari rumah sakit, puskesmas, apotek, poliklinik, rumah bersalin dan sebagainya

Program-program khusus, seperti pelayanan kesehatan sekolah, pemberantasan penyakit menular dan sebagainya.

Program-program khusus, seperti pelayanan kesehatan sekolah, pemberantasan penyakit menular dan sebagainya.

Survei epidemiologi, seperti informasi yang diperoleh dari lapangan (masyarakat).

Survei kesehatan rumah tangga (household survey), yang diadakan pada periode waktu tertentu.

Institusi-institusi yang mengumpulkan data dengan tujuan khusus, seperti perusahaan asuransi, tempat pencatatan kelahiran dan kematian dikantor kelurahan, kantor urusan agama untuk pencatatan perkawinan dan perceraian, tempat karantina penyakit-penyakit menular, dan sebagainya.

Tujuan dari statistika kesehatan ini adalah untuk memperoleh informasi yang jelas dan terperinci tentang keadaan kesehatan suatu masyarakat. Dengan adanya informasi tentang keadaan kesehatan suatu masyarakat, maka dapat digunakan untuk:

Mengukur derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah

Memonitor kemajuan status kesehatan disuatu wilayah

Mengadakan evaluasi program yang dijalankan

Mengadakan perbandingan keadaan kesehatan antara berbagai wilayah hingga bila terdapat perbedaan yang menyolok antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya, dapat segera diambil tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi kesenjangan tersebut.

Memotivasi petugas kesehatan dan para pengambil keputusan untuk segera mengatasi masalah kesehatan yang timbul.

Menentukan prioritas masalah kesehatan di suatu wilayah.

1.2 Sejarah statistik kesehatan

Sejak jaman dahulu telah dilakukan pencatatan tentang kejadian-kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, namun pencatatan yang dilakukan saat itu masih terbatas pada beberapa wilayah dan hanya dilakukan oleh beberapa sarjana secara individu. Misalnya pada tahun 1603, John Graunt melakukan pencatatan kematian di Inggris. Setelah itu tahun 1848-1854, John Snow mengadakan analisis tentang berjangkitnya penyakit kholera di London dengan menggunakan pendekatan secara epidemiologis dan memenukan bahwa penduduk yang mengguanakan air sungai Thames sebagai sumber air minum mempunyai insidensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang menggunakan sumber air minum lainnya.

Penggunaan statistika dalam bidang kesehatan telah diawali oleh Wiliam Farr yang menganalisis kematian berdasarkan data statistik dan digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan dan keadaan sosial. Cara ini dikembangkan terus hingga kini, karena tanpa statistika tidak dapat diperoleh informasi yang jelas dan terperinci tentang keadaan kesehatan suatu wilayah.

1.3 indikator kesehatan

Kesehatan merupakan masalah yang kompleks hingga tidak mungkin semua faktor yang mempengaruhinya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu diperlukan suatu variabel yang dapat memberikan indikasi dalam menggambarkan keadaan kesehatan. Variabel ini yang dikatakan sebagai indikator, dan dapat digunakan untuk membantu dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi. Besarnya perubahan yang terjadi di masyarakat dapat menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat.

Pada evaluasi program kesehatan terdapat dua macam indikator yaitu; indikator langsung dan indikator tidak langsung. Contoh untuk indikator langsung bila kita ingin mengetahui besarnya peningkatan sumber daya tenaga kesehatan melalui pelatihan kesehatan, maka digunakan indikator langsung yaitu, terlatihnya sejumlah tenaga kesehatan. Bila evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan program peningkatan kesehatan anak, harus digunakan indikator tidak langsung berupa status gizi anak, rate imunisasi, rate morbiditas, rate mortalitas.

Dari batasan indikator kita ketahui bahwa indikator hanya merupakan suatu variabel bukan angka, karena itu dalam penggunaannya harus disertai dengan kriteria dan target yang diinginkan. Kriteria berarti ukuran baku yang digunakan untuk mengukur tindakan yang dijalankan. Contoh penggunaan indikator, kriteria dan target: misalnya penyediaan air bersih bagi masyarakat perkotaan, air bersih harus sesuai dengan kriteria syarat kesehatan, targetnya 60% masyarakat perkotaan telah menggunakan sarana air bersih.

1.4 Ciri-ciri indikator kesehatan

Agar indikator yang digunakan dapat benar-benar memberikan inidikasi terhadap suatu keadaan, maka indikator tersebut harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Valid, suatu indikator dikatakan valid bila indikator tersebut benar-benar mengukur sesuatu yang harus diukur.

Reliabel, ini berarti indikator tersebut bila digunakan pada waktu dan keadaan yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang sama.

Spesifik, indikator yang spesifik akan mengalami perubahan hanya pada fenomena yang bersangkutan

Sensitif, berarti indikator tersebut harus peka terhadap perubahan yang terjadi.

Ciri-ciri tersebut walaupun ideal tapi dalam praktek sukar diperoleh. Karena itu untuk memonitor kemajuan kesehatan atau evaluasi program kesehatan atau mengukur taraf kesehatan masyarakat di suatu wilyah, sebaiknya dipilih inidikator yang mudah diperoleh sesuai dengan kemampuan untuk mengumpulkn mengolah dan menganalisis, tetapi masih bermanfaat untuk menggambarkan keadaan kesehatan yang diinginkan.

1.5 nilai absolut dan nilai relatif

Nilai absolut adalah data yang dihasilkan dari pencatatan yang merupakan materi kasar yang menyatakan frekuensi kejadian atau banyaknya orang dalam suatu periode tertentu. Data dengan nilai absolut dapat digunakan untuk perencanaan atau peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan atau pemberantasan penyakit. Contohnya, data tentang jumlah balita disuatu kabupaten dapat digunakan untuk perencanaan dalam program imunisasi, program gizi. Data pasangan usia subur dapat digunakan untuk menentukan target akseptor keluarga berencana, penyediaan sarana dan tenaga pertolongan persalinan dan pemeriksaan kehamilan, dan lain-lain. Data tentang penyakit diare dapat digunakan untuk merencanakan program pemberantasan dan pencegahan penyakit tersebut.

Data dengan nilai absolut tidak dapat dipergunakan untuk membandingkan keadaan kesehatan suatu wilayah dengan wilayah lain, atau satu wilayah pada waktu yang berbeda. Dalam hal ini harus digunakan data dengan nilai relatif.

Nilai relatif digunakan untuk meringkas data dan menyatakan hubungan antara dua atau lebih nilai dasar. Nilai relatif yang banyak digunakan dalam statistika kesehatan adalah proporsi, rate dan ratio. Dengan cara ini kita akan mengetahui kejadian dan pola suatu penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.

1.6 proporsi, rate dan ratio

1.6.1 Proporsi

Untuk lebih jelasnya pada dilihat pada tabel 1 dibawah ini, merupakan distribusi frekuensi penyakit di Puskesmas ABC tahun XXX, dari tabel tersebut diketahui nialai absolut dan nilai relatif dari suatu data.

Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penyakit Menurut 10 Penyakit Terbanyak

di Puskesmas ABC tahun XXX

Jenis \penyakitJumlah

(Nilai absolut)Persentase %

(Nilai Relatif)

ISPA

Dermatitis

Artritis

Diare

Gastritis

Anemia

Katarak

Ginggivitis

Tumor

Dan lain-lain

Jumlah 13.526

10.523

5.637

4.120

1200

52

45

36

12

10.560

45.80129.53

22.98

12.31

9

2.62

0.11

0.09

0.07

0.03

23.05

100

Untuk dapat dianalisa maka dibuat nilai relatifnya. Dapat dilihat pada kolom persentase dibuatkan proporsinya, maka data menjadi lebih dapat tergambarkan oleh pembaca.

1.6.2 RATIO

Yang dimaksud dengan ratio adalah perbandingan yang menunjukkan angka secara relatif. Bila a merupakan bilangan dan b merupakan bilangan lain, maka ratio secara matematis dapat ditulis sebagai:

Ratio merupakan alat yang cepat untuk mengadakan perbandingan dengan perhitungan yang relatif mudah, karena tidak membutuhkan angka seperti jumlah penduduk atau population at risk yang sukar diperoleh.

Disamping itu ratio memiliki kelemahan yaitu:

Tidak dapat dipergunakan untuk memonittor kemajuan keadaan kesehatan

Tidak dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu

Contoh penggunaan dari rate adalah perbandingan misalnya perbandingan antara pria dan wanita dalam data kependudukan dikelurahan jumlah penduduk laki-laki adalah 11.543 orang dan jumlah penduduk wanita adalah 11.474 orang maka ratio jumlah penduduk antara pria dan wanita adalah ini bereati penduduk laki-laki lebih banyak 1.006 kali dibandingkan penduduk wanita.

1.6.3 RATE

Merupakan perbandingan antara dua nilai dimana pembilang merupakan bagian dari penyebut, dan unsur waktu juga diperhatikan. Pada proporsi unsur waktu tidak diperhitungkan. Secara matematis tertulis

Contoh penggunaan rate dalam bidang kesehatan, salah satunya, rate kematian kasar penyakit demam berdarah di kodya Padang.

Rate banyak digunakan dalam bidang kesehatan, karena rate dihitung dalam suatu periode tertentu hingga perbandinga atau evaluasi dapat dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu.

BAB II STATISTIK PERIKEHIDUPAN (VITAL STATISTIK)

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat memahami statistika perikehidupan

Tujuan Instruksional khusus

a. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan dan manfaat statistika perikehidupan

b. Menjelaskan tentang pencatatan kematian dan kelahiran

Pokok bahasan

a. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Statistik Perikehidupan

b. Pencatatan kematian dan kelahiran

2.1 Pendahuluan

Statistika perikehidupan dapat diartikan sebagai kenyataan-kenyataan yang dikumpulkan dan disusun secara sistematis, berbentuk angka berhubungan dengan atau berasal dari catatan tentang kejadian vital seperti kematian, kelahiran, perkawinan, perceraian, adopsi dan lain-lain.

Hampir semua negara melakukan pencatatan tentang statistika perikehidupan ini dan hasilnya diberikan pada organisasi kesehatan dunia (WHO). Laporan ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kesehatan kependudukan di seluruh dunia.

Pencatatan kejadian vital ini dapat dimanfaatkan untuk memperoleh data yang dapat digunakan sebagai indikator kesehatan. Sistem registrasi vital dapat dipergunakan untuk mengikuti perubahan-perubahan kejadian vital dengan berjalannya waktu dan dapat dipergunakan membandingkan keadaan kesehatan antara suatu wilayah sengan wilayah lain. Sebagai periode dasar untuk menghitung kejadian vital adalah satu tahun.

2.2 Pencatatan tentang kematian dan kelahiran

Untuk memperolah data kematian dan kelahiran yang tepat dan lengkap, maka setiap kemaian dan kelahiran harus dicatat. Pencatatan untuk kematian meliputi:

Identitas orang meninggal; meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Pencatatan ini diperlukan untuk mengetahui ciri-ciri orang meninggal sehingga dapat dikelompokkan sesuai dengan ciri-ciri tersebut.

tanggal kematian, digunakan sebagai pembilang dalam rate kematian.

tempat kejadian, digunakan untuk mengetahui distribusi berdasarkan tempat kejadian.

sebab-sebab kematian, digunakan untuk megetahui penyebab kematian terbanyak, sehingga dapat digunakan dalam strategi pencegahan dan pemberantasan.

Bagi keluarga yang orang yang meninggal diberi surat kematian yang dapat dipergunakan untuk; pensiun, santunan, asuransi jiwa, izin penguburan.

Untuk kelahiran yang perlu dicatat adalah; nama, jenis kelamin,tanggal lahir, lahir tunggal atau kembar, tempat dan penolong persalinan, identitas orang tua, umur dan paritas ibu, anterval antara dua persalinan, riwayat persalinan. Pencatatan ini kelahiran berguna untuk peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti; penyediaan sarana pemerikasaan ibu hamil, pertolongan persalinan, keluarga berencana, program imunisasi, program gzi.

Untuk bayi yang lahir diberikan surat kelahiran yang dapat digunakan untuk; masuk sekolah, tunjangan, melamar pekerjaan, izin menikah dan sebagainya.

BAB III STATISTIKA MORTALITAS

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat memahami statistika mortalitas

Tujuan Instruksional khusus

Menjelaskan tentang jenis pengukuran statistika mortalitas

Pokok bahasan

a. Angka kematian kasar

b. Standarized Death Rate

c. Specific death Rate

d. Case Fatality Rate

e. Proporsional Mortality Rate

f. Maternal Mortality Rate

g. Infant Mortality Rate

h. Neonatal Mortality Rate

i. Post-neonatal Mortality Rate

j. Perinatal Mortality Rate

k. Still Birth Rate

3.1 Angka kematian kasar

Adalah jumlah seluruh kematian selama satu tahun berjalan dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun atau midyear population disuatu negara.

Angka kematian kasar atau Crude death Rate (CDR) sangat tergantung pada komposisi seks dan umur penduduk. Bila komposisi penduduk terdiri dari banyak orang lanjut usia, maka CDR akan lebih tinggi, sebaliknya bila komposisi penduduknya terdiri dari banyak usia muda, maka CDR akan lebih kecil. Faktor ini perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan kesalahan dalam menarik kesimpulan, karena rate kematian kasar yang tinggi belum tentu mempunyai taraf kesehatan yang lebih rendah.

CDR sebenarnya bukan merupakan alat pengukur yang akurat dalam menentukan status kesehatan suatu negara, namun demikian CDR masih tetap dipakai terutama di negara dunia ketiga. Hal ini dikarenakan cara perhitugan relatif mudah dibandingkan rate yang lain.

Rumus;

Total seluruh kematian selama tahun berjalan

Angka Kematian Kasar =

x1000

Total seluruh penduduk pertengahan tahun

Contoh: total kematian penduduk Indonesia tahun XXX sebanyak 17.308.680 orang dan jumlah penduduk Indonesia pertengahan tahun XXX sebanyak 178.440.000 orang. Berapa CDR tahun XXX?

Perhitungan;

Angka Kematian kasar = =9.7 per 1000

Angka kematian kasar penduduk Indonesia tahun XXX adalah 10 orang per 1000 penduduk.

3.2 Standarized Death Rate

Bila rate kematian kasar digunakan untuk membandingkan status kesehatan antara berbagai wilayah maka kedua populasi yang akan dibandingkan harus direfleksikan pada populasi ketiga yang disebut sebagai populasi standart.

Contoh; dua negara A dan B dibandingkan rate kematiannya. Perbandingannya dapat dilihat pada tabel 1.

Dari tabel 1 tampak bahwa negara A memiliki angka kematian kasar yang lebih tinggi dibandingkan negara B. Ada perbedaan distribusi menurut kelompok umur. Untuk membandingkannya harus dilakukan standarisasi terlebih dahulu sebelum dibandingkan

Tabel 1. Perbandingan angka kematian menurut umur negara A dan B

Kelompok umurJumlah penduduk menurut kelompok umur negara A Jumlah kematian menurut kelompok umur negara ARate kematian A

Jumlah penduduk menurut kelompok umur negara BJumlah kematian menurut kelompok umur negara BRate kematian B

0-4

5-14

15-24

25-44

45-54

>65

200.000

300.000

300.000

700.000

500.000

200.00010.000

200

200

1.300

10.000

17.50050.0

0.7

0.7

1.8

20.0

87.53.000

3.700

5.000

10.000

2.500

400160

3

5

40

63

3653.3

0.8

1.0

4.0

25.2

90.0

Jml pddk

2.200.00039.20017.824.60030712.47

Standarisasi ini dilakukan dengan dua cara yaitu; standarisasi langsung dan standarisasi tidak langsung.

3.2.1 Standarisasi langsung

Standarisasi langsung adalah rate kematian menurut golongan umur pada kedua populasi yang akan dibandingkan diterapkan pada distribusi menurut golongan umur standar. Dengan demikian, maka akan didapatkan expected death kedua populasi tersebut, hingga akhirnya rate kematian kasar kedua populasi dapat dihitung dan dibandingkan. Dengan demikian kesalahan karena perbedaan dalam distribusi penduduk menurut golongan umur dapat dihindarkan dan kesimpulan yang didapatkan dapat dipertanggung jawabkan.

Contoh dari dua negara A dan B dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Standarisasi langsung angka kematian menurut umur negara A dan B

Distribusi menurut Kelompok

umurjumlah penduduk negara standart

(a)Rate kematian A

(b)Rate kematian B

(c)Expected death A

(axb)Expected death B

(axc)

0-4

5-14

15-24

25-44

45-54

>6550.000

50.000

20.000

20.000

10.000

30050.0

0.7

0.7

1.8

20.0

87.553.3

0.8

1.0

4.0

25.2

90.02500

35

14

36

200

262.665

40

20

80

252

27

Total

CDR150.300

2.811

18.73.084

20.52

Dalam membandingkan rate kematian kasar dengan menggunakan standarisasi perlu diingat bahwa rate kematian yang dihasilkan dari perhitungan tersebut bukanlah kematian yang benar-benar dialami oleh kedua populasi yang dibandingkan. Sehingga rate kematian ini hanya dipakai untuk membandingkan saja.

Dari tabel 2 terlihat bahwa CDR negara A lebih rendah dari negara B, dan sudah tidak terdapat lagi perbedaan dalam distribusi dalam kelompok umur.

3.2.2 Standarisasi tidak langsung

Bila dari populasi yang akan dibandingkan hanya diketahui distribusi penduduk menurut golongan umur dan rate kematian kasar, maka dipergunakan standarisasi tidak langsung.

Standarisasi tidak langsung adalah distribusi menurut golongan umur kedua populasi yang akan dibandingkan diterapkan pada rate kematian menurut golongan umur pada populasi standart. Dengan demikian, maka jumlah kematian yang diharapkan terjadi pada kedua populasi bila mempunyai rate kematian menurut golongan umur seperti pada populasi standart, dapat dihitung, kemudian rate kematian kasar pada kedua populasi dapat dihitung.

Contoh perbandingan antara negara A dan B dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Standarisasi tidak langsung angka kematian menurut umur

negara A dan B

Distribusi menurut Kelompok

umurRate kematian negara standartJumlah penduduk menurut kelompok umur negara A Jumlah penduduk menurut kelompok umur negara BExpected death A

Expected death B

0-4

5-14

15-24

25-44

45-54

>65

50.0

10.0

5.0

20.0

60.0

100.0200.000

300.000

300.000

700.000

500.000

200.0003.000

3.700

5.000

10.000

2.500

40010.000

3.000

1.500

14.000

30.000

20.000150

37

25

200

150

40

Total

CDR20.02.200.00024.60078.500

35.68602

24.47

Sebelum standarisasi diketahui CDR negara A adalah 17.8 dan CDR negara B adalah 12.47, selanjutnya dicari index kematian masing-masing negara.

Index kematian negara A = = 0.56

CDR negara A menjadi = 0.56 x 17.8 = 9.97

Index kematian negara B = = 0.82

CDR negara B menjadi = 0.82 x 12.47 = 10.23

Setelah dilakukan standarisasi tidak langsung didapatkan CDR negara A lebih rendah dari negara B.

3.3 Penentuan populasi standart

Dalam standarisasi selain digunakan populasi negara standart dapat juga digunakan salah satu negara yang akan dibandingkan dijadikan populasi standart. Contoh bila ingin membandingkan negara A dan B, maka negara A dijadikan sebagai negara standart.

Pada standarisasi langsung, dimana untuk menghitung expected death negara B didapatkan dari mengalikan rate kematian negara B dengan distribusi penduduk menurut kelompok umur dari negara A. Setelah itu dibandingkan rate kematian kasar kedua negara tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

Tabel 4. Distribusi penduduk menurut golongan umur di wilayah A dan Rate kematian kasar di wilayah B

Kelompok umurJumlah penduduk menurut kelompok umur negara A

(a)Rate kematian B

(b)Expected death B

(axb)

0-4

5-14

15-24

25-44

45-54

>65

200.000

300.000

300.000

700.000

500.000

200.00053.3

0.8

1.0

4.0

25.2

90.010.660

240

300

2800

12.600

18.000

Jml pddk

CDR

2.200.00012.4744.600

20.27

Setelah distandarisasi dengan distribusi penduduk di wilayah A, maka CDR dinegara B berubah dari 12.47 menjadi 20.27. Bila dibandingkan maka CDR dinegara B lebih tinggi dibandingkan negara A dengan CDR 17.8.

Pada standarisasi tidak langsung yaitu distribusi menurut golongan umur wilayah B diterapkan pada rate kematian menurut golongan umur wilayah A, hingga didapatkan expected death di wilayah B. Penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi penduduk menurut golongan umur wilayah B dan Rate kematian menurut golongan umur di wilayah A

Kelompok umurRate kematian A

(a)Jumlah penduduk menurut kelompok umur negara B

(b)Expected death B

(axb)

0-4

5-14

15-24

25-44

45-54

>65

50.0

0.7

0.7

1.8

20.0

87.53.000

3.700

5.000

10.000

2.500

400150

3

4

18

50

35

Jml pddk

CDR

17.824.600260

10.57

Indeks kematian B = = 1.68

CDR wilayah B menjadi 12.47 x 1.68 = 20.9

Bila dibandingkan dengan CDR negara A 17.8 maka, CDR negara B lebih tinggi dari negara A.

3.4 Spesific death rate

Merupakan angka kematian yang ditujukan kepada penyebab kematian spesifik oleh penyakit tertentu dan biasanya dihubungkan dengan faktor-faktor yang terdapat dimasyarakat seperti umur, seks, pekerjaan, dan status sosial atau periode waktu seperti hari, minggu, bulan dan tahun.

Data mengenai sebab kematian yang spesifik ini sangat penting dan bermanfaat sekali sebagai base line data pada studi epidemiologik untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan kesakitan dan kematian oleh penyakit tertentu di masyarakat serta dapat dipakai untuk estimasi terhadap etiologi penyakit. Rate ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana pencegahan dan pemberantasan penyakit tertentu. Disamping itu dapat dipergunakan juga untuk mengetahui tingginya risiko kematian penduduk karena penyakit tertentu.

Rumus :

Jumlah kematian karena sebab tertentu selama 1 thn

Spesific

Death Rate =

x 100.000

Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama

Contoh; Jumlah kematian karena tbc di suatu wilayah pada tahun XXX adala sebanyak 3.000 orang. Jumlah penduduk pertengahan tahun adalah 13.821.000. Berapakah rate kematian karena TBC tersebut ?

Perhitungan;

Spesific death rate = 2 per 100.000 penduduk

3.5 Case fatality rate

Merupakan persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu yang dipakai untuk menentukan derajat keganasan/ kegawatan suatu penyakit tersebut.

Rumus;

Jumlah kematian akibat suatu penyakit

Case Fatality Rate(CFR) =

x 100

Jumlah seluruh kasus penyakit yang sama

Perhitungan rasio ini dengan cepat dapat diketahui jenis penyakit mana yang paling banyak menimbulkan kematian, sehingga dapat segera disusun strategi penanggulangan.

Contoh; jumlah kematian akibat kanker payudara di rumah sakit A, dilaporkan sebanyak 56 orang dan pasien yang dirawat dengan penyakit yang sama sebanyak 112 orang. Berapa Case Fatality Rate penyakit tersebut?

Perhitungan;

CFR =50%

3.6 Proportional Mortality Rate

Merupakan proporsi angka kematian yang terjadi pada pada golongan umur tertentu, dan menjadi salah satu indikator penting untuk melakukan estimasi penyebab kematian utama disuatu negara, serta sering dipakai sebagai base line data untuk perencanaan pelayanan kesehatan.

Rumus;

Jumlah kematian oleh umur tertentu

yang dicatat selama 1 tahun

Proportional

Mortality Rate =

x 100

Jumlah seluruh kematian dalam tahun yang sama

3.7 Maternal Mortality Rate

Maternal Mortality Rate (MMR) atau angka kematian ibu merupakan jumlah kematian ibu sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah berakhirnya kehamilan yang dicatatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Rumus;

Jumlah kematian ibu hamil, persalinan dan masa nifas yang dicatat

dalam satu tahun

MMR =

x 1000

Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

Rate ini tidak tergantung dari lamanya kehamilan dan tidak termasuk kematian akibat kecelakaan atau penyakit lain yang tidak ada hubungan dengan proses kehamilan dan persalinan.

Dari beberapa hasil penelitian dikemukakan bahwa kematian ibu banyak terjadi pada golongan umur 40 tahun keatas dan tingkat kematian terendah terjadi pada golongan umur ibu antara 20 24 tahun.

Rate kematian ibu dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan risiko kematian yang dialami ibu hamil, persalinan dan nifas. Tingginya angka kematian ibu berkaitan dengan keadaan;

1. Sosial ekonomi masyarakat

2. Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin, dan masa nifas

3. Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, pertolongan persalinan dan masa nifas.

3.8 Infant Mortality Rate

Infant Mortality Rate (IMR) atau angka kematian anak berumur kurang dari satu tahun adalah jumlah kematian penduduk berumur 0-1 tahun yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Rumus;

jml kematian umur 0-1 tahun yang dicatat selama 1 tahun

IMR =

x 1000

Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

Rate ini merupakan parameter penting yang dipakai untuk menentukan status kesehatan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan IMR sangat dipengaruhi oeh faktor-faktor dibawah ini, yang meliputi;

1. Fasilitas kesehatan yang terdapat disuatu negara.

Pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan IMR adalah;

program imunisasi, diharapkan penyakit-penyakit tertentu dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga morbiditas dan mortalitas penyakit tersebut dapat dikurangi atau ditiadakan.

Perawatan perinatal

Perawatan gizi

Pencegahan dan pegobatan terhadap bayi

2. Sanitasi lingkungan, terutama penyediaan air bersih, pembuangan tinja dan limbah

3. Keadaan gizi dan penyakit yang diderita ibu sebelum atau sedang hamil dapat juga mempengaruhi terjadinya kematian bayi.

4. Umur ibu dan interval antara dua persalinan, dari pengalaman kiata ketahuibahwa kematian bayi banyak terjadi pada ibu yang berumur kurang dari 18 tahun atau interval persalinan kurang dari 18 bulan.

5. Pendidikan ibu, berdasarkan hasil penelitian ternyata ibu-ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi angka kematian bayi lebih rendah dibandingkan dengan ibu-ibu dengan pendidikan rendah.

6. keadaan sosial ekonomi, secara tidak langsung akan mempengaruhi angka kematian bayi, hingga dikatakan keadaan ekonomi berbanding terbalik dengan angka kematian bayi.

IMR merupakan indikator kesehatan yang sensitif, karena bayi sangat peka terhadap perubahan-perubahan dari luar. Karena itu IMR tidak saja menggambarkan keadaan kesehatan bayi tetapi juga menggambarkan keadaan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat umum. Semakin besar IMR, menunjukkan keadaan status kesehatan ynag jelek pula, begitu pula sebaliknya.

3.9 Neonatal Mortality Rate

Neonatal Mortality Rate (NMR) merupakan jumlah kematian bayi berumur 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup.

Rumus;

Jumlah kematian bayi umur 4 minggu/28 hari

NMR =

x 1000

Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

3.10 Post Neonatal Mortality Rate

Jumlah kematian bayi umur 4 minggu sampai 1 tahun per 1000 kelahiran hidup.

Rumus;

Jumlah kematian bayi umur 4 minggu s/d 1 tahun

Post neonatal

Mortality Rate =

x1000

Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

3.11 Perinatal Mortality Rate

Rate kematian perinatal digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat, terutama dalam perawatan ibu hamil dan bayi.

Rumus;

Jumlah kematian janin umur 4 minggu s/d 7 hari post partum

Post neonatal =

x 1000

Mortality Rate Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

Tingginya rate kematian perinatal dipengaruhi oleh

1. Banyaknya bayi dengan berat badan lahir rendah

2. status gizi ibu dan bayi

3. keadaan sosial ekonomi

4. penyakit infeksi yang menyerang bayi, terutama tetanus neonatorum

5. pelayanan pertolongan persalinan, perawatan ibu hamil dan perawata post natal.

3.12 Still Birth Rate

Jumlah kematian janin umur 28 minggu atau lebih dan pada saat dilahirkan tidak ada tanda-tanda kehidupan atau bernafas per 1000 kelahiran hidup.

Rumus;

Jumlah kematian janin umur 28 minggu/lebih dan lahir mati

Still birth Rate =

x 1000

Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

Bab iv Statistika fertilitas

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat memahami statistika fertilitas

Tujuan Instruksional khusus

Menjelaskan tentang jenis pengukuran statistika fertilitas

Pokok bahasan

a. Rate kelahiran kasar

b. Rate Fertilitas Umum

c. Rate Fertilitas menurut Golongan umur

d. Gross Reproduction

e. Ratio Jenis Kelamin waktu Lahir

f. Child Women Ratio

4.1 Pendahuluan

Statistika fertilitas merupakan bagian dari statisika perikehidupan. Ukuran-ukuran fertilitas yang banyak digunakan sebagai indikator kependudukan dan kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Rate kelahiran kasar

b. Rate Fertilitas Umum

c. Rate Fertilitas menurut Golongan umur

d. Gross Reproduction

e. Ratio Jenis Kelamin waktu Lahir

f. Child Women Ratio

4.2 Rate kelahiran kasar

Rate kelahiran kasar atau Crude Birth Rate (CBR) adalah jumlah semua kelahiran hidup yang dicatata selama satu tahun per 1000 penduduk pertengahan tahun yang sama.

Rumus;

Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahun

CBR=

x 1000

Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama

Kelemahan dari pengukuran ini adalah penduduk yang tidak mempunyai resiko melahirkan ikut diperhitungkan (anak-anak, laki-laki, dan wanita lanjut usia).

4.3 Rate Fertilitas umum

Rate Fertilitas umum atau general fertility rate (GFR) adalah jumlah kelahiran hidup yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk wanita usia subur pada pertengahan tahun yang sama. Pada rate ini pengukuran fertilitas dilakukan sesuai dengan populasi yang sebenarnya yaitu pada wanita usia subur.

Rumus;

jumlah kelahiran hidup yang dicatat selama 1 tahun

GFR =

x 1000

jumlah wanita usia subur pada pertengahan tahun yang sama

Untuk kepentingan seluruh negara, WHO menganjurkan untuk mempergunakan umur 15-49 tahun sebagai usia subur, tetapi untuk memperoleh ketapatan yang tinggi, banyak negara menggunakan usia 15-44 tahun sebagai batas usia subur.

Kelemahan terhadap pengukuran ini adalah

Range wanita usia subur yang dipergunakan terlalu lebar, hingga tidak diketahui tingkat kesuburan pada tiap golongan umur.

Wanita berumur 45-49 tahun telah jarang melahirkan, bahkan telah mencapai menopause.

Wanita usia subur yang tidak menikah dan mandul ikut diperhitungkan

4.4 Rate fertilitas menurut golongan umur

Rate fertilitas menurut golongan umur atau age specific Fertility Rate (ASFR) adalah jumlah kelahiran hidup oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk wanita pada golongan umur tersebut pada pertengahan tahun yang sama. Perhitungan ASFR biasanya dilakukan dengan interval 5 tahun.

Rumus;

jumlah kelahiran hidup oleh ibu pada golongan umur

tertentu yang dicatat selama 1 tahun

ASFR =

x 1000

Jumlah penduduk wanita pada golongan umur

tersebut pada pertengahan tahun yang sama.

4.5 Gross Reproduction Rate

Gross Reproduction Rate (GRR) adalah jumlah bayi wanita yang dilahirkan oleh 1000 wanita selama masa reproduksi.

Rumus;

Jumlah kelahiran bayi wanita yang

dicatat selama 1 tahun

GRR =

x 1000

Jumlah penduduk wanita usia subur pada

Pertengahan tahun

Rate ini dapat digunakan untuk menafsirkan tingkat kelahirandan pertumbuhan penduduk, karena sebagai pembilang digunakan kelahiran bayi wanita yang diharapkan kelak dapat bereproduksi.

4.6 Ratio jenis kelamin saat lahir

Ratio jenis kelamin saat lahir atau sex ratio at birth, ratio ini menyatakan banyaknya kelahiran laki-laki diantara 100 orang kelahiran wanita.

Rumus;

Jumlah kelahiran bayi laki-laki

Sex Ratio at birth =

x 100

Jumlah bayi perempuan

4.7 Child women ratio

Child women ratio atau ratio anak dan ibu adalah perbandingan antara anak balita dengan wanita usia subur. Index ini digunakan untuk mengukur insidensi kelahiran oleh wanita berumur 15-49 tahun dalam suatu populasi. Pengukuran insidensi kelahiran dengan child women ratio ini tidak langsung menyatakan jumlah kelahiran yang sebenarnya.

Rumus;

Jumlah anak balita

Child women ratio =

Jumlah wanita usia subur

Bab v Statistika morbiditas

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat memahami statistika morbiditas

Tujuan Instruksional khususa. Menjelaskan tentang permasalahan dalam pengukuran statistika morbiditas

b. Menjelaskan pengukuran statistika morbiditas

Pokok bahasan

a. Pendahuluan

b. Masalah dalam statistika morbiditas

c. Ukuran dalam statistika morbiditas

5.1 Pendahuluan

Di negara-negara maju dengan taraf kesehatan yang tinggi, tingkat kematian telah dapat ditekan serendah-rendahnya, terutama kematian yang disebabkan penyakit infeksi. Pola penyakit dinegara tersebut telah bergeser dari penyaikt infeksi ke penyakit non infeksi, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus dan lain sebagainya. Di negara-negara berkembang, sebagian besar kematian masih didominasi oleh penyakit menular dan penyakit infeksi lainnya.

Di Indonesia saat ini telah terjadi suatu transisi epidemi penyakit dimana penyakit yang timbul masih didominasi oleh penyakit infeksi, akan tetapi terjadi pula peningkatan penyakit non infeksi.

Untuk itu sangat diperlukan statistika morbiditas untuk memperoleh informasi tentang jumlah penderita, lamanya sakit, frekuensi sakit, distribusi penyakit menurut golongan umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan pendidikan, geografi, perubahan pola penyakit dan lain-lain. Dari informasi diatas dapat disusun rencana penanggulangan sebaik-baiknya, mengadakan evaluasi program kesehatan yang dijalankan agar relevan, efektif dan efisien.

5.2 Masalah dalam statistika morbiditas

Dibawah ini akan diungkapkan beberapa permasalahan dalam statistika morbiditas antara lain; Pencatatan dan pelaporan, Batasan sakit, Diagnosa penyakit, Penyakit yang menyerang kelompok tertentu, Sumber data.

Pencatatan dan pelaporan

Walaupun pencatatan dan pelaporan penyakit telah dilakukan sejak jaman dahulu, tetapi hingga kini belum dapat dibakukan. Hal ini disebabkan karena; klasifikasi penyakit yang masih selalu mengalami perubahan, laporan penyakit dari berasal dari berbagai sumber dengan kualitas berbeda, kemampuan dan peralatan untuk menegakkan diagnosa yang berbeda-beda.

Batasan sakit

Dalam menentukan batasan sakit, kita dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang disebabkan karena suatu penyakit dapat ditinjau dari berbagai segi, misalnya mulai sakit, lamanya sakit, dan suatu penyakit dapat dibedakan antara penyakit baru, penyakit lama.

Karena banyaknya kesulitan dalam menentukan batasan sakit WHO memberikan kelonggaran dalam menentukan batasan sakit dalam statistika morbiditas yaitu semua gangguan kesehatan dapat dimasukkan dalam statistika morbiditas.

Diagnosa penyakit

Menegakkan diagnosa suatu penyakit merupakan hal yang sangat sulit untuk dibakukan, karena faktor subjektif yaitu pendidikan dan pengalaman dan faktor objektif yang ditentukan oleh tersedianya alat bantu dalam menegakkan diagnosa, seperti ekg, eeg, usg, aparat rontgen, penggunaan radio aktif dan lain-lain.

Berdasarkan keadaan diatas, maka laporan penyakit sebaiknya dibedakan berdasrkan sumber laporan. Misalnya laporan dari puskesmas harus dibedakan dengan laporan yang berasal dari rumah sakit. Untuk rumah sakitpun harus dibedakan berdasarkan kelas rumah sakit.

Penyakit yang menyerang kelompok tertentu

Walaupun pada umumnya penyakit dapat menyerang semua orang dalam masyarakat, tetapi beberapa penyakit sering menyerang kelompok tertentu. Misalnya diptheri, pertusis, morbili lebih banyak menyerang anak-anak. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, carcinoma lebih banyak menyerang orang dewasa dan tua.

Pengelompokan penyakit juga dapat dilakukan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan lain-lain.

Sumber data

Sumber-sumber data morbiditas yang biasa digunakan dibagi dalam dua kelompok yaitu sumber data yang berasal dari populasi terbatas dan berasal dari populasi yang luas. Untuk populasi terbatas didapatkan dari; Laporan penyakit dari puskesmas, Laporan dari rumah sakit, laporan dari dokter praktek, laporan dari perusahaan. Untuk populasi yang luas didapatkan dari survei morbiditas. Cara pengumpulan data morbiditas dengan survei merupakan cara yang terbaik, tetapi tidak praktis untuk dilakukan terus menerus karena membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang besar.

5.3 Ukuran dalam statistika morbiditas

ukuran-ukuran yang biasa digunakan adalah rate morbiditas, rate insidensi dan rate prevalensi.

5.3.1 Rate morbiditas

Rate morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk pertengahan tahun yang sama.

Rumus;

Jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun

Rate Morbiditas =

x 1000

Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.

Rate ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan secara umum.

5.3.2 Rate prevalensi

Rate prevalensi suatu penyakit adalah jumlah penyakit tertentu yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk yang berisiko terkena penyakit yang sama. Rate ini merupakan frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit di masyarakat di suatu wilayah pada waktu tertentu.

Rumus;

Jumlah penyakit tertentu yang dicatat selama 1 tahun

Rate

=

x 1000

Prevalensi Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.

Bila rate prevalensi ditentukan pada suatu saat misalnya pada bulan juli tahun X, maka disebut point prevalence rate; dan apabila ditentukan selama suatu periode tertentu misalnya dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun X, maka disebut sebagai periode prevalence rate.Prevalensi penyakit, sebenarnya tidak menyatakan jumlah penyakit yang terdapat dalam masyarakat, tetapi hanya menyatakan jumlah penyakit yang didiagnosa atau tercatat. Untuk mencatat semua penyakit tertentu dalam masyarakat sangat sulit.

Rate prevalensi sangat bermanfaat untuk mempelajari penyakit kronik yang terjadi dalam masyarakat dan digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit. Rate ini dapat juga digunakan untuk menyusun rencana tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, obat-obatan dan lain-lain.

5.3.3 Rate Insidensi

Rate insidensi adalah jumlah kasus baru atau penderita baru penyakit tertentu yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk yang mempunyai resiko untuk terkena penyakit tersebut.

Rumus;

Jumlah kasus baru atau penderita baru penyakit tertentu

yang dicatat selama 1 tahun

Rate =

x 1000

Insidensi

Jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk terkena

penyakit tersebut.

Rate ini bermanfaat untuk;

Mengetahui tingkat keberhasilan program imunisasi yang dijalankan terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Mengetahui adanya letusan penyakit.

Membandingkan tingkat perkembangan penyakit pada berbagai kelompok masyarakat.

Mengetahui secara langsung risiko untuk terkena penyakit tertentu.

Gambar kejadian incidens dan prevalence rate penyakit TBC di daerah xyzKasus TBC

1. B

S

2. B

SR

3. B

S

4. B

S

5. B M

6. R

S

1 Januari th XY

31 Desember thXY

keterangan :B = Kasus baru S = Sembuh

R = Relaps

M= mati jumlah penduduk = 300

Berapakah point prevalence rate pada tanggal 1 Januari tahun XY?

Jumlah orang yang menderita penyakit TBC 4 orang

tgl 1 Jan th XY

X 1000 = 13

Jumlah penduduk 300 orang

Berapa incident rate penyakit tersebut?

Jumlah kasus baru 5 kasus

X 1000 = 17

Jumlah penduduk yang berisiko 294

Berapakah periode prevalence rate dari tanggal 1 January 31 Desember th XY ?

Jumlah kasus penderita TBC 1 Jan-31Des th XY 6 kasus

X 1000 = 20

Jumlah penduduk 300 orang

Bab Vi Statistika pelayanan kesehatan

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat memahami statistika pelayanan kesehatan

Tujuan Instruksional khusus

Menjelaskan tentang jenis pengukuran statistika pelayanan kesehatan

Pokok bahasan

a. Rasio penduduk terhadap sarana pelayanan kesehatan

b. Rasio jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan

c. Persentase pengunjung dengan jumlah penduduk

d. Rate kunjungan

e. Frekuensi kunjungan

f. Persentasi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal

g. Persentasi balita yang mendapat imunisasi

h. Persentasi pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan

i. Persentasi pasangan usia subur yang menjadi akseptor keluarga berencana

6.1 Pendahuluan

Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, karena itu peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Untuk mengukur pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat digunakan konsep jangkauan, tetapi sampai kini belum diperoleh indikator-indikator yang tepat untuk mengukur aspek tersebut.

Yang termasuk dalam statistika pelayanan kesehatan antara lain :

a. Rasio penduduk terhadap sarana pelayanan kesehatan

b. Rasio jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan

c. Persentase pengunjung dengan jumlah penduduk

d. Rate kunjungan

e. Frekuensi kunjungan

f. Persentasi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal

g. Persentasi bayi yang mendapat imunisasi

h. Persentasi pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan

i. Persentasi pasangan usia subur yang menjadi akseptor keluarga berencana

6.2 Rasio penduduk terhadap sarana pelayanan kesehatan

Rasio penduduk terhadap sarana pelayanan kesehatan merupakan perbandingan antara jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu dengan jumlah sarana pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah tersebut.

Rumus;

Jumlah penduduk suatu wilayah ttn

Rasio penduduk terhadap =

x1000

Sarana pelayanan kesehatanJumlah sarana pelayanan kesehatan

Yang terdapat diwilayah tersebut

Dari rasio ini dapat diketahui banyaknya penduduk yang harus dilayani oleh sarana kesehatan. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai kecukupan pelayanan kesehatan. Kriteria standart untuk kecukupan tidak sama pada setiap wilayah, tergantung kebutuhan masyarakat dan jenis pelayanannya. Perhitungan rasio ini pada berbagai wilayah akan menghasilkan distribusi sarana kesehatan yang dapat dipergunakan sebagai pegangan untuk menyusun rencana pemerataan sarana pelayanan kesehatan.

6.3 Rasio jumlah penduduk dan tenaga kesehatan

Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah penduduk suatu wilayah dengan jumlah petugas kesehatan.

Rumus;

Jumlah penduduk suatu wilayah dengan

Rasio jumlah penduduk =

x 10.000

dan tenaga kesehatan Jumlah petugas kesehatan.

Rasio ini dapat digunakan sebagai indikator untuk menyusun rencana dalam penyediaann jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang dibutuhkan, hingga pendidikan, pelatihan dan penyebaran tenaga kesehatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Dari rasio ini dapat diketahui banyaknya penduduk yang harus dilayani oleh tenaga kesehatan. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai kecukupan pelayanan kesehatan.

6.4 Persentase pengunjung dengan jumlah penduduk

Merupakan persentasi penduduk yang menggunakan sarana kesehatan yang tersedia.

Rumus;

Jumlah pengunjung yang dicatat

Persentase pengunjung dlm periode ttn

dg jumlah penduduk =

x 100%

Jumlah penduduk

Proporsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Jarak rumah penduduk dengan letak sarana kesehatan atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan.

2. Kualitas pelayanan, pelayanan kesehatan yang tersedia harus sesuai dengan keinginan masyarakat.

3. Sosial ekonomi, kemampuan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan yang diterima.

4. Jenis pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang belum dirasakan kebutuhannya akan menurunkan proporsi.

6.5 Rate kunjungan

Rate ini menyatakan jumlah kunjungan yang dicatat selama 1 periode per 1000 penduduk yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan.

Rumus;

Jumlah kunjungan yang dicatat selama 1 periode

Rate kunjungan =

x 1000

Jumlah penduduk yang menggunakan

sarana pelayanan kesehatan.

Rate ini dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang penggunaan sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Rate ini juga dapat digunakan untuk merencanakan jumlah dan jenis obat-obatan yang dibutuhkan. Bila Rate ini cukup tinggi dapat menggambarkan tingkat morbiditas wilayah tersebut.

6.6 Frekuensi kunjungan

Frekuensi kunjungan adalah rasio antara kunjungan baru ditambah kunjungan lama dengan jumlah kunjungan baru dalam satu periode tertentu.

Rumus;

Kunjungan Baru + Lama yang dicatat selama 1 periode

Frekuensi kunjungan =

Jumlah kunjungan baru dalam periode yang sama

Keterangan:

Kunjungan baru adalah semua kunjungan untuk pertama kali dalam suatu periode tertentu. Kunjungan ini dapat berupa kasus baru.

Kunjungan lama adalah semua kunjungan ulang yang dilakukan dalam periode tertentu.

Rasio ini bervariasi tergantung dari jenis pelayanan, jenis penyakit, rate morbiditas dan kualitas pelayanan. Rata-rata frekuensi kunjungan yang tinggi dapat disebabkan karena banyaknya penyakit kronis atau kualitas pelayanan yang rendah hingga seseorang harus berkali-kali melakukan kunjungan.

6.7 Persentasi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal

Persentasi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal merupakan proporsi ibu hamil yang melakukan minimal 4 kali pemeriksaan antenatal terhadap jumlah perkiraan persalinan atau jumlah ibu hamil yang ada.

Jumlah ibu hamil yang melakukan minimal

4 kali pemeriksaan antenatal setiap kehamilan

x 100

jumlah ibu hamil

Dari nilai ini akan didapatkan jangkauan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan juga tingkat pengertian ibu-ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan.

6.8 Persentasi bayi yang mendapat imunisasi

Persentasi ini menyatakan jumlah bayi dalam periode tertentu yang telah mendapat imunisasi lengkap ataupun khusus per 100 bayi

Rumus;

Jumlah bayi yang mendapat imunisasi

X 100

Jumlah bayi

6.9 Persentasi pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan

Yang dimaksud dengan proporsi ini adalah jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan per 100 perkiraan persalinan.

Rumus;

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

x 100

Jumlah perkiraan persalinan.

6.10 Persentasi pasangan usia subur yang menjadi akseptor keluarga berencana

Proporsi ini menyatakan jumlah akseptor keluarga berencana atau current user per 100 pasangan usia subur.

Rumus;

Jumlah akseptor keluarga berencana atau current user

X 100

Jumlah pasangan usia subur.

Proporsi ini dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur jangkauan pelayanan keluarga berencana, mengukur tingkat pencapaian target atau keberhasilan keluarga berencana.

Bab vii Statistika kependudukan

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat memahami statistika kependudukan

Tujuan Instruksional khusus

a. Mengetahui tentang jumlah penduduk

b. Menjelaskan tentang distribusi dan struktur penduduk

c. Memahami Pertumbuhan penduduk

d. Menjelaskan pengukuran perubahan jumlah penduduk

e. Menjelaskan rasio ketergantungan

f. Menjelaskanpengukuran kepadatan penduduk

Pokok bahasan

a. Jumlah penduduk

b. Distribusi dan struktur penduduk

c. Pertumbuhan penduduk

d. Pengukuran perubahan jumlah penduduk

e. Rasio ketergantungan

f. Pengukuran kepadatan penduduk

7.1 Pendahuluan

Dalam analisis data kependudukan, sifat penduduk dapat ditinjau dari dua aspek utama, yaitu komposisi dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Komposisi penduduk adalah distribusi penduduk berdasarkan kategori-kategori tertentu, misalnya kategori umur, jeni kelamin, etnik, pendidikan, jenis pekerjaan dan lain-lain. Perubahan yang terjadi pada penduduk adalah bertambah atau berkurangnya penduduk sebagai akibat terjadinya kematian, kelahiran dan migrasi. Kedua sifat pendudk diatas saling berkaitan satu dengan yang lain, karena perubahan jumlah penduduk dapat merubah komposisi.

7.2 Jumlah penduduk

Jumlah penduduk suatu wilayah tidak tetap, tetapi senantiasa mengalami perubahan setiap saat sebagai akibat terjadinya kematian, keahiran dan migrasi. Terjadinya migrasi harus diperhitungkan dalam analisis data kependudukan, karena pada zaman modern idak lagi dijumpai masyarakat tertutup.

Jumlah penduduk dapat diperoleh dari hasil sensus, survei atau catatan yang terdapat di kantor wilayah.

7.3 Distribusi dan struktur penduduk

Distribusi penduduk dapat disusun berdasrkan ciri-ciri penduduk, misalnya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan dan lain-lain.

Susunan distribusi penduduk dari jenis kelamin menuut golongan umur dapat dibuat grafik yang menggambarkan struktur penduduk yang dikenal dengan piramida penduduk.

Gambaran piramida penduduk tidak sama pada berbagai wilayah, karena itu kita kenal bermacam-macam bentuk piramida penduduk. Macam-macam bentuk piramida penduduk adalah sebagai berikut:

1. Piramida berbentuk pohon cemara

2. Piramida berbentuk pagoda

3. Piramida berbentuk lonceng

4. Piramida berbentuk bawang

Dari bentuk piramida penduduk dapat diketahui tentang pertumbuhan penduduk, tingkat kematian, tingkat kelahiran, ratio ketergantungan dan dapat pula diketahui tentang tingkat kesehatan masyarakatnya.

Cara pembuatan piramida penduduk harus mengiuti kaidah-kaidah tertentu. Hal ini dilakukan agar dapat diperbandingkan dengan piramida penduduk wilayah lainnya. Ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Penduduk disusun dengan interval lima tahun

b. Susunan penduduk dimulai dari umur muda yang diletakkan dibawah sebagai alas kemudian disusun hingga golongan umurtua terletak dipuncak piramida.

c. Absis menyatakan persentasi terhadap seluruh penduduk

d. Ordinat menyatakan strata golongan umur

e. Masing-masing jenis kelamin digambar tersendiri. Laki-laki digambar sebelah kiri sedangkan wanita digambar sebelah kanan

f. Lebar batang harus sama dan menyatakan interval umur

Contoh:

Gambar 7.1

Piramida penduduk suatu wilayah

7.3.1 Piramida berbentuk pohon cemara

Bentuk piramida penduduk yag mirip bentuk pohon cemara dapat dijumpai dinegara berkembang. Bentuk populasi ini disebut sebagai populasi muda. Gambaran populasi muda ini menunjukkan suatu populasi dengan tingkat kelahiran yang tinggi diikuti dengan tingkat kematian yang tinggi pula. Terlihat persentasi golongan penduduk yang berusia dibawah 15 tahun tinggi.

Gambar 7.2

Piramida berbentuk pohon cemara

7.3.2 Piramida berbentuk pagoda

Bentuk piramida ini terdapat tingkat kelahiran yang masih tinggi dan tingkat kematian yang rendah. Golongan umur usia produktif terlihat lebih sedikit, ini terjadi akibat adanya migrasi penduduk keluar yang cukup besar, misalnya untuk mencari pekerjaan didaerah lain.

Gambar 7.3

Piramida berbentuk pagoda

7.3.3 Piramida berbentuk lonceng

Piramida ini menggambarkan keadaan penduduk di negara maju dengan derajat kesehatan yang tinggi. Pada gambar piramida ini tampak bahwa jumlah penduduk usia lanjut cukup banyak. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa rata-rata harapan hidup yang tinggi, dengan tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang tidak tinggi dan konstan.

Gambar 7.4

Piramida berbentuk lonceng

7.3.4 Piramida berbentuk bawang

Gambaran piramida berbentuk bawang menunjukkan gambaran populasi dengan tingkat kelahiran yang rendah diikuti dengan tingkat kematian yang tetap. Keadaan ini menunjukkan bahwa usaha pengendalian terhadap ledakan penduduk telah berhasil.

Gambar 7.5

Piramida berbentuk bawang

7.4 Pertumbuhan penduduk

Secara demografis yang dimaksud dengan pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk. Perubahan ini dapat bertambah atau berkurang, bila jumlahpenduduk bertambah disebut pertumbuhan positif, sebaliknya bila jumlah penduduk berkurang disebut pertumbuhan negatif.

7.5 Pengukuran perubahan jumlah penduduk

Bila jumlah penduduk suatu wilayah mengalami pertumbuhan denga rate yang tetap setiap tahun, maka pertumbuhan penduduk per tahun dapat dihitung dengan rumus:

= ( 1+ r ) n

Keterangan : P1 = jumlah penduduk awal

P2 = jumlah penduduk kemudian

r = rate pertumbuhan penduduk per tahun

n = jumlah tahun antara P1 dan P2Contoh :

Misalnya jumlah penduduk pada sensus pertama tahun XX01 adalah 30.000 jiwa, sedangkan pada sensus berikutnya pada tahun XX11 adalah 40.000, maka persentase pertambahan penduduk pertahun adalah

= ( 1 + r )10

log 1.333 = 10 log ( 1 + r )

10 log ( 1 + r ) = 0.1249

log ( 1 + r ) = 0.01249

( 1 + r ) = 10 0.01249r = 0.029

r = 2.9 %

Pertambahan penduduk yang terjadi setiap tahun dapat dihitung jumlah penduduk sekarang ditambah dengan selisih antara jumlah kelahiran dengan kematian yang ditambah dengan selisih antara jumlah migrasi kedalam dikurangi dengan jumlah migrasi keluar.

Rumus;

P1 = p0 + ( B D ) + ( Mi Me )

Keterangan :

P1 = jumlah penduduk tahun berikutnya

p0 = jumlah penduduk tahun sekarang

B = jumlah kelahiran selama 1 tahun

D = jumlah kematian selama 1 tahun

Mi = jumlah migrasi kedalam

Me = jumlah migrasi keluar

Contoh;

Misalnya diketahui jumlah penduduk suatu wilayah pada tahun XX11 adalah 32.456 jiwa, jumlah kelahiran pada tahun tersebut adalah sebanyak 803 jiwa dan jumlah kematian sebanyak 524 orang, sedangkan orang yang pindah ke daerah lain sebanyak 32 orang dan pendatang sebanyak 67 orang.

Maka jumlahpenduduk pada tahun berikutnya adalah

P tahun XX12 = 32.456 + 803 524 + ( 67 32 )

= 32.456 + 279 35

= 32.456 + 244

= 32.700

7.6 Ratio ketergantungan ( Dependency ratio )

Yang dimaksud dengan ratio ketergantungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk golongan umur 0 14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk diatas 64 tahun, dengan jumlah penduduk golongan umur 15 64 tahun

Rumus;

jumlah penduduk golongan umur 0 4 tahun + jumlah ratio

penduduk diatas 64 tahun

ketergantungan

jumlah penduduk golongan umur 15 64 tahun

Rasio ini menyatakan besarnya beban yang harus ditanggung oleh penduduk golongan umur produktif. Rasio ini menggambarkan keadaan ekonomi masyarakat secara kasar.

7.7 Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk adalah rasio antarajumlah penduduk dengan luas tanah yang dihuni yang dnyatakan per km2.

Rumus;

Jumlah penduduk suatu wilayah dlm periode ttn

Kepadatan penduduk =

Luas tanah yang dihuni penduduk per km2.

Jumlah penduduk setiap wilayah tidak sama. Bila jumlah penduduk masing-masing wilayah dihitung dan dibagi dengan jumlah penduduk seluruh negara, dapat dihitung persentasi tiap wilayah terhadap jumlah seluruh penduduk. Dari persentasi ini dapat diketahui wilayah mana yang mempunayi persentasi tertinggi dan terendah hingga dapat disusun suatu distribusi menurut persentasi jumlah penduduk.

Dengan kepadatan yang tinggi, maka timbul masalah kebutuhan dasar kehidupan manusia yaitu; sandang, pangan, perumahan, pendidikan, pekerjaan dan kesehatan. Masalah kesehatan yang berkaitan dengan kepadatan penduduk adalah penyediaan perumahan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, penyediaan air bersih, penyakit-penyakit yang penyebarannya melalui udara dan air. Bab viii statistika keadaan Lingkungan

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat memahami statistika keadaan lingkungan

Tujuan Instruksional khusus

a. Mengetahui pengukuran cakupan penyediaan air bersih

b. Mengetahui pengukuran lingkungan fisik

Pokok Bahasan

a. Pengukuran cakupan penyediaan air bersih

b. Pengukuran lingkungan fisik

8.1 Pendahuluan

Keadaan lingkungan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kesehatan . Menurut teori Hendrick L.Bloom, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu, faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan memiliki pengaruh yang terbesar diantara ketiga faktor tersebut, diikuti oleh perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Keempat faktor tersebut disamping berpengaruh langsung terhadap derajat kesehatan masyarakat juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Secara ringkas dapat dilihat pada gambar 8.1.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi penyediaan air bersih, sanitasi (jamban), perumahan, pembuangan sampah, pembuangan air limbah. Usaha kesehatan lingkugan yang dilakukan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia sehingga terwujudnya kesehatan yang optimum.

Indikator kesehatan lingkungan meliputi cakupan peyediaan air bersih dan jumlah penduduk yang memiliki sarana jamban keluarga (Jaga).

Gambar 8.1 Faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat menurut Hendrick L Bloom

8.2 penyediaan air bersih

Air merupakan kebutuhan primer kelangsungan hidup manusia, karena itu tersedianya air bersih dapat digunaan sebagai indikator untuk mengukur taraf kesehatan masyarkat.

Ukuran yang digunakan sebagai indikator kesehatan adalah persentasi penduduk yang mendapatkan air bersih. Dalam ukuran ini digunaka kriteria tekhnik yaitu tersedianya air bersih dan kriteria sosial yaitu kelancaran tersedianya air bersih yang mencukupi kebutuhan masyarakat. Hal ini penting untuk diperhatikan karena meskipun telah tersedia air bersih tetapi bila jumlahnya tidak mencukupi, masyarakat akan mencari sumber lain yang tidak bersih. Jumlah air bersih yang dianggap cukup adalah 60 liter perhari perkapita. Sumber air bersih yang digunakan masyarkat meliputi; air PAM, sumur gali, sumur pompa tangan, sumur artesis.

Cakupan air bersih dalam masyarakat dihitung dengan menghitung persentase jumlah kepala keluarga (KK) yang telah mendapatkan air bersih per seluruh KK yang ada di daerah tersebut.

Rumus;

Jml kepala keluarga (KK) yg mendapatkan air bersih

Cakupan air bersih =

Seluruh KK yang ada di daerah tersebut

8.3 pengukuran lingkungan fisik

Yang termasuk dalam lingkungan fisik antara lain kebersihan rumah, penggunaan jamban keluarga, tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah dan sebagainya.

Ukuran lingkungan fisik yang dapat digunakan segbagai indikator kesehatan adalah persentase penduduk (dalam hal ini dihitung per kepala keluarga) yang menggunakan jamban keluarga.

Rumus;

Jumlah KK yang telah memiliki jamban keluarga

Seluruh KK yang ada di daerah tersebut

Bab ix gizi

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat memahami tentang gizi masyarakat

Tujuan Instruksional khusus

a. Mengetahui gizi masyarakat

b. Memahami tentang pengukuran gizi masyarakat

Pokok Bahasan

a. Gizi masyarakat

b. Pengukuran gizi masyarakat

9.1 Pendahuluan

Dilihat dari segi sifatnya ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan atau gizi klinik, dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat. Kedua cabang ilmu gizi ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Oleh sebab itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih menitik beratkan pada kuratif daripada preventif dan promotifnya. Sedangkan gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu sifat dari gizi masyarakat berkaitan dengangangguan gizi pada kelompok masyarakat. Oleh sebab itu sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan dan promotif.

Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspek-aspek terkait lainnya seperti ekonomi sosial budaya, pendidikan, kependudukan. Oleh sebab itu penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang-bidang lainnya. Misalnya penyakit gizi Kurang Kalori Protein (KKP) pada anak balita, tidak cukup hanya dengan pemberian makanan tambahan (PMT) saja, tetapi juga perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan dan sebagainya.

9.2 Pengukuran Status gizi masyarakat

Pengukuran status gizi masyarakat terutama ditujukan pada bayi dan balita, karena golongan ini merupakan golongan yang rentan terhadap perubahan keadaan gizi. Indikator status gizi masyarakat yang dapat digunakan untuk mengukur status kesehatan dengan pengukuran anthropometri.Pengukuran anthropometri merupakan cara yang paling praktis dan mudah dikerjakan oleh petugas lapangan.

Dibawah ini akan diuraikan 4 macam cara pengukuran yang sering digunakan di bidang gizi masyarakat :

9.2.1 Berat badan per umur

Ukuran ini banyak digunakan untuk menentukan prevalensi dan membuat klasifikasi KKP di masyarakat. Di Indonesia, ukuran ini digunakan untuk memonitor tumbuh kembang balita dan mengukur status gizi balita melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). Dari kartu ini dapat segera diketahui status gizi anak yang bersangkutan dan bila semua kartu dikumpulkan dapat diperoleh data tentang status gizi seluruh balita di suatu wilayah. Besarnya persentase gizi kurang dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur status gizi masyarakat.

Ukuran berat terhadap umur terutama ditujukan untuk mengetahui terjadinya gizi kurang yang akut, hingga bila terdapat anak dengan ukuran berat terhadap umur yang lebih rendah dari batas yang telah ditentukan, dapat segera diambil tindakan untuk mengatasi dengan berbagai intervensi sesuai dengan berat ringannya kekurangan, seperti penyuluhan gizi, pemberian makanan tambahan dan lain-lain.

Kelemahan dari penilaian ini adalah tidak dapat melihat perbedaan antar KKP akut dengan KKP kronis. Pada KKP kronis akan mengakibatkan kurangnya tinggi badan akibat kekurangan gizi dimasa lampau.

Klasifikasi untuk negara-negara sedang berkembang umumnya menggunakan klasifikasi Harvard (Standart Harvard). Klasifikasi Harvard yang dipakai di Indonesia adalah sebagai berikut :

Gizi baik, apabila berat badan balita menurut umur > 80% Standart Harvard

Gizi kurang, apabila berat badan balita menurut umur 60-80% Standart Harvard

Gizi buruk, apabila berat badan balita menurut umur 80% Standart Harvard

Gizi kurang, apabila tinggi badan balita menurut umur 60-80% Standart Harvard

Gizi buruk, apabila tinggi badan balita menurut umur 90% Standart Harvard

Gizi kurang, apabila tinggi badan balita menurut umur 70-90% Standart Harvard

Gizi buruk, apabila tinggi badan balita menurut umur 85% Standart Wolanski

Gizi kurang, apabila apabila lingkar lengan Atas (LLA) 70-85% Standart Wolanski

Gizi buruk, apabila lingkar lengan Atas (LLA) 65tahun, sehingga dependency ratio penduduk sebesar 54,74. Komposisi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin terdiri dari 102.195.025 laki-laki dan 102.588.906 perempuan. Sex ratio Indonesia sebesar 99.62 (mendekati 100). Hal ini menggambarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif sama.

Kepadatan penduduk Indonesia adalah 107 jiwa per km2. Kepadatan tertinggi di pulau jawa yaitu 949 jiwa per km2, sedangkan luasnya hanya 6.65% dari luas Indonesia. Kepadatan terendah ada di Maluku dan Irian Jaya sebesar 9 jiwa per km2. Persentase penduduk yang tinggal di perkotaan sebesar 39,35% ,sedangkan di pedesaan sebesar 60,65%.

Angka kelahiran kasar sebesar 22,41 per 1000 dan angka kematian kasar sebesar 7,51 per 1000. Sedangkan Angka fertilitas total sebesar 2,754, untuk rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup per wanita usia 15-49 tahun adalah sebesar 1,84.

Pendapatan Nasional perkapita pada tahun 1999 sebesar US$ 621, ini jauh dibawah pendapatan sebelum krisis ekonomi pada tahun 1996 sebesar US$ 1.124. Literacy rate Indonesia pada tahun 1999 adalah 89,79%.

Pemenuhan kebutuhan rumah tangga terhadap air bersih berdasarkan hasil SUSENAS tahun 1999 51,6% rumah tangga telah memiliki fasilitas air bersih. Cakupan penduduk yang memiliki jamban sebesar 56,99%.

10.3.2 Situasi sumber daya

Ratio tenaga di unit kesehatan daerah terhadap 100.000 yang terbesar adalah DKI Jakarta sebesar 538.16 diikuti Irian Jaya 457.24 dan DIY Yogyakarta 350.82, sedangkan yang terkecil adalah Sumatera selatan 87.14, Sumatera Barat sebesar 117.31. Ratio doker puskesmas yang bekerja di puskesmas secara nasional adalah 1.08. Yang paling tinggi Bali 1.95, DIY Yogya dan DKI Jaya 1.86. Jika dilihat per propinsi ada 15 propinsi dibawah angka nasional yaitu Kaltim, Sulsel, Sumut, Sulut, Kalteng, DI Aceh, NTT,Bengkulu, NTB, Kalsel, Sulsel, Sultra, Kalbar, Sumbar, Irja dan Maluku.

Jumlah Puskesmas terus meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat dan merata sampai didaerah terpencil. Menurut konsep wilayah kerja Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk per Puskesmas. Jumlah puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 1999 secara nasional adalah 3.51. Paling rendah adalah Jawa Barat 3.62 Paling tinggi Irian Jaya 9.53, Sumatera Barat 4.45.

10.3.3 Situasi Upaya kesehatan

Pelayanan ante natal meliputi 5 T yaitu : Timbang berat badan, Tinggi badan, Tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi 90 tablet selama masa kehamilan. Cakupan K1 secara nasional adalah 92.72 dengan kisaran 61.35% di propinsi Maluku dan 111.38% di DKI Jaya Bila dibandingkan target secara nasional yaitu 90 %, cakupan tersebut sudah memenuhi target. Cakupan K4 secara nasional adalah 75.66 dengan kisaran 39.33% di propinsi Irian Jaya dan 87.69% di NTB.

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 1999 adalah 66.73% dengan kisaran antara 34.66% di propinsi Irian Jaya dan 90.13% di provinsi Bali. Bila dibandingkan dengan sasaran Pelita IV yaitu 55%, cakupan tersebut telah memenuhi target.

Cakupan Imunisasi DPT1 diatas 90% serta Polio dan Campak diatas 80%.

10.3.4 Situasi Derajat Kesehatan

Angka kematian Bayi pada tahun 1999 adalah 46 bayi per kelahiran hidup. Angka kematian Balita adalah pada tahun 1997 adalah 59 per 1000 kelahiran hidup. Hasil SKRT 1995 menunjukkan 6 penyakit penyebab utama kematian tersebut adalah Sistem pernafasan(30.8%), gangguan perinatal(21.6%), diare(15.3%), infeksi dan parasit (6.3%) saraf(5.5%) dan tetanus(3.6%).

Menurut hasil SKRT 1995 angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian kasar sebesar 7.51 per 1000 penduduk.

Gambaran penyakit menular, malaria masih merupakan penyakit endemis di Indonesia, berdasarkan annual parasite insiden tahun 1999 sebesar 0.52 per 1000 penduduk. Angka insidens demam berdarah dengue secara nasional sangat tinggi yaitu 10.17 per 100.000 penduduk. Paling tinggi adalah DKI Jakarta angka insidens sebesar 41.26 per 100.000 penduduk, Sumatera barat 2.1 per 100.000 penduduk, sedangkan sulawesi tenggara tidak terdapat insiden DBD.

Kurang Energi Protein di Indonesia masih belum sepenuhnya teratasi. Dalam tahun 1998 ada 4 propinsi yang prevalensi KEP diatas 10% sehingga perlu perhatian dala upaya penanggulangannya. Yaitu propinsi DI Aceh 10.6%, Sumatera Barat 10.9%, NTT 12.5% dan Sulawesi Selatan 14.4%. Anemia gizi besi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensi anemia gizi besi masih diatas target 40%. Prevalensi anemia gizi besi pada Balita 40.5% pada ibu hamil 50.9%, ibu menyusui 45.1%.

49

_1056259894.unknown

_1056403723.unknown

_1056910924.unknown

_1058849974.unknown

_1058850684.unknown

_1056988117.unknown

_1056709887.unknown

_1056910829.unknown

_1056433060.unknown

_1056401255.unknown

_1056255392.unknown

_1056259591.unknown

_889453096.unknown