Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam...
-
Upload
nguyenxuyen -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam...
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN
BMKG
EDISI 23, NOVEMBER 2015
K A T A P E N G A N T A R
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir
dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa
depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek
lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi
keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan
dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta
mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi November 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan
iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta
prakiraan pasang surut bulan November 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penun-
jang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi
dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-
rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar
buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-
yaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau
.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si.
NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI
PELINDUNG :
PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI
KELAS I HANG NADIM BATAM
PENANGGUNGJAWAB :
TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN
INFORMASI
ANGGOTA TIM :
YAYAN HERMAWAN
DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.
SRI SULISMIYATI, Ah.Mg.
DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.
SABILA RAHMABUDHI, A.Md.
PANDE MADE RONY, S.ST.
RIZKI ADZANI, S.ST.
NANGSIP CAHYANA, S.SI.
DUATI WARDANI, S.SI.
MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466
Phone :
+62-778-761507 ext 1025
Fax. +62-778-761401
E-mail : [email protected]
Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id
DAFTAR ISI
K A T A P E N G A N T A R
I . R I N G K A S A N 4
I I . P E N G E R T I A N 5
I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M
A. KERAGAMAN HUJAN
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2015
1. Monsun
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean
Dipole (IOD)
3. Madden—Julian Oscillation (MJO)
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015
Stamet Hang Nadim
5
7
7
9
1 0
1 2
1 2
1 5
I V . P R A K I R A A N B U L A N O K T O B E R 2 0 1 5
A. DINAMIKA ATMOSFIR
1. Tekanan Udara dan Angin
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
3. MJO
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2015
1. Prakiraan Hujan Dasarian
2. Prakiraan Hujan Bulanan
1 7
1 7
1 8
1 9
2 1
2 3
2 4
V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S
L A U T B U L A N O K T O B E R 2 0 1 5
2 6
V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N O K T O B E R
2 0 1 5
3 0
V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M
D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M O K T O B E R
2 0 1 5
3 5
V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di
Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan
sifat hujan bulan September 2015 adalah sebagai berikut :
~ Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam secara umum berada pada kisaran dibawah
normal terhadap rata-ratanya namun untuk wilayah Hang Nadim dan Sei Harapan curah hujan
bersifat normal, serta di wilayah Tanjung Uncang di atas normalnya. Jumlah curah hujan di
wilayah Batam berkisar antara 0-210 mm.
Angin bertiup dengan kecepatan 18 hingga 28 km/jam, kondisi angin ini cukup
mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.
~ Untuk kondisi atmosfer di bulan Oktober 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada
bulan Oktober berada pada fase 4 hingga 2 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia
berada fase 3 sampai 5. Dalam hal ini, MJO tidak melewati wilayah Indonesia sehingga pada
bulan Oktober MJO kurang mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia termasuk
Batam.
Secara umum nilai OLR pada bulan Oktober 2015 bernilai cukup rendah di wilayah
Indonesia termasuk Kepulauan Riau yaitu sekitar 240 sampai 260. Nilai OLR yang cukup ren-
dah ini menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal di wilayah Kepulauan Riau.
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan
Riau pada bulan Oktober 2015 berkisar antara 25.0 0C hingga 31.0 0C . Nilai anomali Suhu
Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -1.5 0C hingga
1.5 0C. Hal ini menunjukan pada bulan Oktober 2015 kondisi suhu muka laut berada dalam kisaran
dibawah hingga mencapai normalnya.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
November 2015 hingga Oktober 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hu-
jan dasarian Hang Nadim periode November 1998 s.d Oktober 2015 dan dengan mem-
bandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012
diperoleh nilai korelasi 0.92598 dan RMSE (error) 9.354 diprakiraan curah hujan bulan No-
vember pada dasarian I di atas normal, dasarian II dan III dibawah normal.
I. RINGKASAN
Page 4 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan
nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/
d 31 Agustus 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM
A . K E R A G A M A N H U J A N
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan
dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta
dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah
pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-
lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-
pengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
II. PENGERTIAN
Page 5 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang
tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi ke-
ragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri
merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal
cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah
gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang
tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan
dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Osci-
llation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-
musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman
hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi
pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya
dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Agustus) dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 fase. Fase-1
di Afrika (210° BB - 60° BT), fase-2 di samudera India bagian barat (60° BT – 80° BT), fase-3 di sa-
mudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT –
140° BT), fase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), fase-7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180°
BT) , dan fase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya
hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi
gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi
OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 6 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Page 7 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Oktober 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN OKTOBER 2015
1. Monsun
Pada bulan Oktober matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi Bagian
Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 6° yaitu dari 16°LS menuju 22°LS. Hal ini
berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu
terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Oktober 2015 tercatat ada dua
kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Koppu dan Champi.
Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Oktober 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/
sst_analysis/images/monsstv2.png
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/
images/monanomv2.png
Page 8 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk
Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015 berkisar antara 25.0 0C hingga 31.0 0C (Gambar.1). Suhu
muka laut yang hangat (>27.0 0C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi
yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang
tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gambar.2)
di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar (-2.50C) hingga 1.5
0C. Hal ini menunjukan pada bulan Oktober 2015 kondisi suhu muka laut berada dalam kisaran
dibawah hingga mencapai normalnya.
Pada bulan Oktober, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU
menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah)
sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta
membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi).
Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan
massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan
daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan
– awan konvektif.
Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Oktober 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?
Page 9 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Berdasarkan hasil analisa (Gambar.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan
kecepatan 18 hingga 28 km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan ini cukup mendukung dalam
proses pembentukan banyak awan.
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
Selama bulan Oktober, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
anomali SST Nino 3.4 pada akhir September sebesar +2.21°C. Sedangkan kondisi SOI
(Southern Oscillation Index) selama September 2015 berada pada kondisi dibawah normal
dengan nilai pada akhir bulan Juli mencapai -21.3. Hal ini berpengaruh terhadap pengurangan
jumlah curah hujan pada bulan Juli di wilayah Kepulauan Riau.
Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Oktober 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Oktober 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
Page 10 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
3. Madden-Agustusan Oscillation ( MJO)
a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.
Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-
awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika
pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum
nilai OLR rata-rata pada bulan Oktober di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau,
yaitu sekitar 240 sampai 260. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak
tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Page 11 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Oktober 2015
b. Fase MJO (Madden Julian Oscillation)
MJO pada bulan Oktober berada pada fase 4 hingga 2 dengan sifat kuat hingga lemah.
Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia
sehingga pada bulan Oktober MJO tidak terlalu berpengaruh terhadap penambahan curah hujan
di wilayah Indonesia termasuk Batam.
Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/
olra_last30days-3plots.gif
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Page 12 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Oktober IOD bernilai
+2.210C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Oktober 2015, secara umum IOD kurang
signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat terma-
suk wilayah Kepulauan Riau.
C. ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2015
Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2015 yang diterima dari stasiun / AWS
(Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka
evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Oktober 2015 adalah sebagai berikut:
Gbr.10 Grafik IOD
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Oktober 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Lokasi RR Oktober 2015 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan
Hang Nadim 175.3 206.2 Normal
Nongsa 92.4 125.0 Bawah Normal
Tg. Uncang 205.4 166.3 Atas Normal
Sei Harapan 195.0 198.7 Normal
Sengkuang 75.6 122.1 Bawah Normal
Page 13 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada
kisaran di bawah normal hingga atas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah
Batam berkisar antara 0-210 mm.
Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Oktober 2015
Page 14 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Oktober 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi
selama bulan Oktober 2015. Sebaran hujan tidak terlalu merata di wilayah Pulau Batam, Rempang
dan Galang, konsentrasi tertinggi berada di sebelah utara pulau Batam, jumlah curah hujannya
berkisar antara 0-210 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Sei Harapan
dan Tanjung Uncang.
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015 Stamet Hang Nadim
a. Hujan
Sifat hujan bulan Oktober 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hu-
jan selama sebulan berkisar 75,6 mm - 205,4 mm atau antara 30 % - 81,5 %. Curah hujan
terendah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan
Oktober 2015 terdapat 9 hari hujan terukur dan 1 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan
total curah hujan sebesar 175,3 mm atau berkisar 69,6% dari rata-rata yang berarti sifat
hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 3 hari hujan dengan jumlah curah hujan
37,1 mm, dasarian II tidak terjadi hujan dengan jumlah curah hujan 0,0 mm, dan dasarian III
terjadi 7 hari dengan curah hujan 138,2 mm. Curah hujan tertinggi 58,0 mm terjadi pada
tanggal 29 Oktober 2015
Page 15 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Oktober 2015 di Hang Nadim
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,4 - 29.3 ° C. Suhu udara ter-
endah dalam bulan Oktober adalah 22,3°C terjadi pada tanggal 27 Oktober 2015 pagi
hari dan suhu udara tertinggi 33,9°C terjadi pada tanggal 15 Oktober 2015 siang hari.
C. Kelembaban Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 74 % - 88 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 42% terjadi pada tanggal 09 Oktober 2015 siang hari, sedangkan
kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 01, 29 dan 30 Oktober 2015 pagi hari.
Dengan demikian udara pada bulan Oktober 2015 lebih basah dibandingkan bulan Sep-
tember 2015.
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Oktober 2015 angin permukaan secara umum
didominasi dari arah Timur sampai Tenggara dengan kecepatan rata-rata 8 km/jam, arah
dan kecepatan maximum dari Tenggara dengan kecepatan 34 km/jam terjadi pada tang-
gal 27 Oktober 2015.
Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Oktober 2015 di Hang Nadim
Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Oktober 2015 di Hang Nadim
Page 16 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin.
Pada bulan November, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS
(Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1,5° yaitu dari 22°LS
menuju 23,5°LS (http://www.physicalgeography.net). Namun, dominasi pola-pola daerah berte-
kanan udara rendah pada November 2015 akan bergeser ke wilayah Bumi Bagian Selatan
(BBS).
Sehingga, pola angin rata-rata bulan November secara umum akan bertiup dari
Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Sedangkan untuk wilayah
Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada
dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin ini cenderung mendukung dalam
proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Page 17 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
I V . P R A K I R A A N B U L A N N O V E M B E R 2 0 1 5
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
periode Oktober -- November - Desember 2015
Rata-rata Tekanan Udara
Bulan November 2015
Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan November 2015
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/
composites/
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?
bbox=bb%3A95.89%3A-20.52%3A154.28%3A14.81%3Abb
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi
penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di
wilayah Indonesia. Prediksi nilai ENSO November 2015 menurut institusi internasional
yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration, JAMSTEC (Japan Agency for
Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for
Australia) dan BMKG menyatakan bahwa EL Nino masih dalam kriteria kuat. Dengan
demikian, masih diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan di bulan Novem-
ber.
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet November 2015
Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 18 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM
(Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Oktober menunjukkan kondisi dibawah
normal dengan nilai mencapai -21.3. Sehingga diprakirakan untuk bulan November 2015
di wilayah Indonesia akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan.
3. MJO (Madden-Agustusan Oscillation)
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan
di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau
disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 31 Oktober s.d
14 November 2015 MJO berada pada fase 2 sampai 1 dan dalam kategori lemah. Kondisi
ini kurang mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.
Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan
salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -16 s.d 24
Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada November
2015 kedepan diprakirakan pada nilai -8 s.d +8. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah
Kepulauan Riau pada bulan November cukup banyak.
Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal November 2015
Page 19 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan Oktober 2015 dan prakiraan November 2015
Page 20 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Oktober 2015 dan Prakiraan Bulan November 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/
forca.shtml
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indone-
sia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode. Menurut data dari BoM, grafik
indeks IOD akhir Oktober 2015 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai
terakhir +1.08 (gambar 7) dan prediksi bulan November 2015 bernilai 0.67. Sedangkan
BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode November 2015 bernilai 0.41 (gambar 8).
Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG menunjukan bahwa IOD
pada bulan November menurut BMKG dan BoM diprakirakan bernilai positif (kuat) sehingga
diprakirakan pada bulan November 2015 terjadi pengurangan jumlah curah hujan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk Batam.
Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir November 2015 dari BoM
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Page 21 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan November di Batam berdasarkan data klimatologis
selama 22 tahun (1993-2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan selama
bulan November, daerah Batam bagian Utara, Barat dan Selatan curah hujannya 200 - 250
mm. Sedangkan Batam bagian Timur curah hujannya lebih sedikit yaitu 300 - 350 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di
Batam pada bulan November 2015 tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan bulan Ok-
tober 2015, namun peluang jumlah intensitas curah hujan sedikit lebih besar.
Page 22 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN NOVEMBER 2015
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
November 2015 hingga Oktober 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series
hujan dasarian Hang Nadim periode November 1998 s.d Oktober 2015.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan
dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92598 dan RMSE (error) 9.354.
Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan November 2015 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada
dasarian I dan III berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian II berada di atas normal-
nya.
Page 23 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Dasarian Pertama Di Atas Normal 106.8
Dasarian Kedua Di Bawah Normal 82.6
Dasarian Ketiga Di Bawah Normal 74.6
Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat
diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan November 2015 di wilayah
Barelang sebagai berikut:
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan November 2015
Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan November 2015
Page 24 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan November 2015 di
Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:
JUMLAH CURAH
HUJAN
0 mm - 150 mm
150 mm - 300 mm Batam, Rempang dan Galang
300 mm - 450 mm -
WILAYAH
Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan November 2015
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan November 2015
Page 25 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
SIFAT HUJAN WILAYAH
Atas Normal
Normal Batam, Rempang dan Galang
Bawah Normal
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau
pada bulan November 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan
Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut
serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T
O K T O B E R 2 0 1 5
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan November 2015
Page 26 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
WILAYAH PERAIRAN
TINGGI
GELOMBANG
( m )
ARAH & KECEP.
ANGIN
( km/Jam)
ARUS LAUT
( cm/s )
Batam - Tanjung Pinang 0,5 – 2 Timur - 10 Barat Laut - 5
Batam - Tarempa 1– 2 Timur - 10 Barat – 25
Batam - Natuna 1 – 2 Timur - 10 Barat - 35
Batam - Karimun 0,5 – 1, 5 Timur - 10 Barat - 5
Batam – Lingga 1– 2 Timur - 10 Barat Laut - 5
Batam - Singapura 0,5 – 1,5 Timur - 10 Barat Laut - 5
Batam - Dumai 1 – 1,5 Timur - 10 Selatan - 5
Batam - Tambelan 1 – 2 Timur - 10 Barat - 5
Page 27 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I November 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Oktober 2015
Page 28 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I November 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Oktober 2015
Page 29 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I November 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Oktober 2015
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi
akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti
yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut
dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang,
dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-
trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu
kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah
setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali
pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-
diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga
level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang
menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu
hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk
menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung
anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water
(HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Wa-
ter (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya
terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya ter-
hadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan
Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan
prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabu-
paten Kota sebagai berikut :
V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T ( T I D A L )
Page 30 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Page 31 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
I. KOTA BATAM
1. Batu Ampar, November 2015
2. Sekupang, November 2015
1
2
II. KABUPATEN BINTAN
1. Tanjung Uban, November 2015
2. Tanjung Pinang, November 2015
3
4
Page 32 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
III. KABUPATEN KARIMUN
1. Tanjung Balai Karimun, November 2015
IV. KABUPATEN LINGGA
1. Dabo Singkep, November 2015
6
Page 33 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
5
IV. KABUPATEN ANAMBAS
1. Selat Peninting, November 2015
V. KABUPATEN NATUNA
1. Sedanau, November 2015
Page 34 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
7
8
V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N
B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M A G U S T U S 2 0 1 5
Page 35 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Location : E104 07, N01 07, November 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0545 1749 2231 1006
2 0545 1749 2322 1059
3 0545 1749 000 1148
4 0545 1749 0011 1235
5 0545 1749 0057 1319
6 0545 1749 0141 1402
7 0545 1749 0224 1444
8 0545 1749 0306 1526
9 0545 1749 0349 1609
10 0545 1750 0432 1652
11 0545 1750 0517 1737
12 0545 1750 0603 1824
13 0546 1750 0652 1913
14 0546 1750 0742 2003
15 0546 1750 0833 2055
16 0546 1750 0925 2147
17 0546 1750 1017 2240
18 0547 1751 1110 2332
19 0547 1751 1202 000
20 0547 1751 1253 0025
21 0547 1751 1345 0117
22 0548 1751 1438 0210
23 0548 1752 1532 0304
24 0548 1752 1628 0400
25 0548 1752 1725 0457
26 0549 1753 1823 0555
27 0549 1753 1921 0654
28 0549 1753 2017 0751
29 0550 1754 2111 0846
30 0550 1754 2202 0939
Location : E104 32, N00 55, November 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0543 1748 2230 1004
2 0543 1748 2321 1057
3 0543 1748 000 1146
4 0543 1748 0009 1233
5 0543 1748 0055 1318
6 0543 1748 0139 1401
7 0543 1748 0222 1443
8 0543 1748 0304 1525
9 0543 1748 0347 1607
10 0543 1748 0430 1651
11 0543 1748 0515 1736
12 0544 1748 0602 1822
13 0544 1748 0650 1911
14 0544 1749 0740 2002
15 0544 1749 0831 2053
16 0544 1749 0923 2146
17 0544 1749 1015 2238
18 0545 1749 1108 2331
19 0545 1749 1200 000
20 0545 1750 1251 0023
21 0545 1750 1344 0116
22 0546 1750 1436 0209
23 0546 1750 1530 0303
24 0546 1751 1626 0358
25 0546 1751 1723 0455
26 0547 1751 1822 0553
27 0547 1752 1919 0652
28 0547 1752 2016 0749
29 0548 1752 2110 0844
30 0548 1753 2201 0937
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
Page 36 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Location : E108 24, N03 55, November 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0531 1729 2210 0952
2 0531 1729 2301 1045
3 0531 1729 2350 1134
4 0531 1729 000 1220
5 0531 1729 0037 1304
6 0531 1729 0122 1346
7 0531 1729 0205 1427
8 0531 1729 0249 1508
9 0531 1729 0332 1550
10 0532 1729 0416 1632
11 0532 1729 0502 1717
12 0532 1729 0549 1803
13 0532 1729 0637 1851
14 0532 1729 0728 1941
15 0533 1729 0819 2033
16 0533 1729 0911 2126
17 0533 1729 1003 2219
18 0533 1730 1055 2312
19 0534 1730 1146 000
20 0534 1730 1237 0005
21 0534 1730 1328 0059
22 0534 1730 1420 0153
23 0535 1730 1513 0248
24 0535 1731 1608 0344
25 0535 1731 1704 0442
26 0536 1731 1802 0541
27 0536 1731 1859 0640
28 0537 1732 1956 0737
29 0537 1732 2050 0832
30 0537 1732 2142 0924
Location : E103 23, N01 03, November 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0548 1752 2234 1009
2 0548 1752 2325 1102
3 0548 1752 000 1151
4 0548 1752 0014 1238
5 0548 1752 0100 1322
6 0548 1752 0144 1405
7 0548 1752 0227 1447
8 0548 1752 0309 1529
9 0548 1752 0352 1612
10 0548 1753 0435 1655
11 0548 1753 0520 1740
12 0548 1753 0606 1827
13 0549 1753 0655 1916
14 0549 1753 0745 2006
15 0549 1753 0836 2058
16 0549 1753 0928 2150
17 0549 1753 1020 2243
18 0549 1754 1113 2336
19 0550 1754 1205 000
20 0550 1754 1256 0028
21 0550 1754 1348 0120
22 0550 1755 1441 0213
23 0551 1755 1535 0307
24 0551 1755 1631 0403
25 0551 1755 1728 0500
26 0552 1756 1826 0558
27 0552 1756 1924 0657
28 0552 1756 2020 0754
29 0553 1757 2114 0849
30 0553 1757 2205 0942
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
Page 37 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
Location : E104 34, S00 28, November 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0541 1749 2231 1002
2 0541 1749 2322 1055
3 0541 1749 000 1145
4 0541 1749 0010 1232
5 0541 1749 0056 1317
6 0541 1749 0140 1400
7 0541 1749 0222 1442
8 0541 1749 0304 1525
9 0541 1750 0346 1608
10 0542 1750 0429 1651
11 0542 1750 0514 1737
12 0542 1750 0600 1824
13 0542 1750 0648 1913
14 0542 1750 0738 2003
15 0542 1750 0829 2055
16 0542 1751 0921 2147
17 0542 1751 1014 2240
18 0543 1751 1106 2332
19 0543 1751 1158 000
20 0543 1751 1251 0024
21 0543 1752 1343 0116
22 0543 1752 1437 0208
23 0544 1752 1531 0302
24 0544 1753 1627 0357
25 0544 1753 1725 0454
26 0544 1753 1823 0551
27 0545 1754 1921 0650
28 0545 1754 2018 0747
29 0545 1754 2111 0842
30 0546 1755 2202 0935
Location : E106 15, N03 12, November 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0538 1739 2220 1000
2 0538 1739 2311 1053
3 0539 1739 000 1142
4 0539 1739 000 1228
5 0539 1738 0046 1312
6 0539 1738 0131 1354
7 0539 1738 0214 1436
8 0539 1738 0258 1517
9 0539 1738 0341 1559
10 0539 1738 0425 1642
11 0539 1738 0510 1726
12 0540 1739 0557 1813
13 0540 1739 0645 1901
14 0540 1739 0736 1951
15 0540 1739 0827 2043
16 0540 1739 0919 2136
17 0541 1739 1011 2229
18 0541 1739 1103 2322
19 0541 1739 1154 000
20 0541 1740 1245 0015
21 0542 1740 1337 0108
22 0542 1740 1429 0202
23 0542 1740 1522 0256
24 0543 1740 1617 0353
25 0543 1741 1714 0450
26 0543 1741 1811 0549
27 0544 1741 1909 0648
28 0544 1741 2006 0745
29 0544 1742 2100 0840
30 0545 1742 2151 0932
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses
pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini
mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin
kencang. Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki
wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada
saat Asia memasuki musim dingin. Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI
(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole
Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan
uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya
secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung
berkurang. Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur
sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian
besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO
(El Nino-Shouthern
Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan laut. Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
wilayah yang luas
ITCZ
(Intertropical
Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan
cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 38 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum
menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. MJO
(Madden-
Novemberan
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-
tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan
hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat
ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar
ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada
suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya
akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun
yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan
dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau. Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005,
1978-2007, dsb) OLR
(Outgoing
Longwave
Radiation).
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar
dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan
konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan
konvektifnya sedikit. Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971
-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
kecepatan angin secara tiba-tiba. SOI
(Southern
Oscillation Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino
atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1
diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,
dst) Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhub-
ungan dengan fenomena cuaca
Page 39 E D I S I 2 3 - N O V E M B E R 2 0 1 5