Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam...

43
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETIN BMKG Edisi O6, Juni 2014 KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Juni 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Juni 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak ke- kurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang memban- gun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isi meteorologI di wilayah Kepulauan Riau . KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PHILIP MUSTAMU S.Sos NIP. 19590406 198203 1 002

Transcript of Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam...

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN

BMKG

Edisi O6, Juni 2014

K A T A P E N G A N T A R

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir

dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa

depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek

lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi

keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan

dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta

mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Juni 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim

wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan

pasang surut bulan Juni 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian

informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada

masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak ke-

kurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang memban-

gun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami

agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua

pertanyaan mengenai isu-isi meteorologI di wilayah Kepulauan Riau

.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU S.Sos

NIP. 19590406 198203 1 002

TIM REDAKSI

PELINDUNG :

PHILIP MUSTAMU, S.Sos.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KLAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNGJAWAB :

TRI AGUS PRAMONO, S.Kom

KEPALA SEKSI DATA DAN

INFORMASI

ANGGOTA TIM :

YAYAN HERMAWAN

DUDI JUHANDINATA, S.Stat.

SRI SULISMIYATI, A.Md.

NIZAM MAWARDI, A.Md.

ADHITYA PRAKOSO, A.Md.

AGITA DEVIPRASTIWI, A.Md.

TATA NASKAH

NOOR AZIZAH, S.Kom.

NANGSIP CAHYANA, A.Md.

DUATI WARDANI, A.Md.

MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466

Phone :

+62-778-761507 ext 1025

Fax. +62-778-761401

E-mail : [email protected]

hangnadim.kepri.bmkg.go.id

bmkg.bpbatam.go.id

DAFTAR ISI

K A T A P E N G A N T A R

I . R I N G K A S A N 4

I I . P E N G E R T I A N 5

I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M

A. KERAGAMAN HUJAN

B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN MEI 2014

1. Monsun

2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean

Dipole (IOD)

3. Madden - Julian Oscilation (MJO)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

C. ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2014

5

7

7

9

1 0

1 2

1 3

I V . P R A K I R A A N B U L A N J U N I 2 0 1 4

A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin

2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation)

3. MJO

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JUNI 2014

1. Prakiraan Hujan Dasarian

2. Prakiraan Hujan Bulanan

1 7

1 7

1 8

1 9

2 1

2 3

2 4

V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S

L A U T B U L A N J U N I 2 0 1 4 2 6

V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N J U N I 2 0 1 4 3 0

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N

J U N I 2 0 1 4

3 5

V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8

IX. P R O F I L 4 0

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2014 yang diterima dari stasiun/pos hujan di

Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan

sifat hujan bulan Mei 2014 adalah sebagai berikut:

Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan Mei 2014 cukup merata. Dimana di

seluruh wilayah Pulau Batam intensitasnya berada pada jangkauan atas normal terhadap

rata-ratanya, dengan curah hujan tertinggi berada di wilayah Pagoda dengan nilai curah

hujan di atas 350 mm. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan Mei 2014 berk-

isar antara 200 -370 mm. Berdasarkan hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan

Riau dominan dari arah Timur Laut dengan kecepatan 0 hingga 20 km/jam. Kondisi

angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.

Untuk kondisi atmosfer dibulan Mei 2014 adalah sebagai berikut: MJO pada bulan Mei

berada pada fase 6 hingga 4 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada

fase 3 dan 4 dengan sifat kuat sehingga pada bulan Mei MJO berpengaruh terhadap

penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Secara umum nilai OLR

rata-rata pada bulan Juni relatif rendah di wilayah Indonesia. OLR bernilai terkecil ter-

jadi di sebagian wilayah Samudra Hindia, Pulau Sumatera dan sekitar Kepulauan Riau.

Nilai OLR yang kecil menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal di wilayah

Kepulauan Riau. Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara

umum merata termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya, hal ini

menunjukan pada bulan Mei 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas

normalnya. Keadaan seperti ini mendukung dalam proses pembentukan awan-awan

konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat

pada bulan Mei 2014.

2. Secara umum kondisi cuaca bulan Juni 2014 di Batam Berdasarkan keluaran program

HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juni 2014 hingga Juli 2015. Data masukan

yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juni 1998 s.d Juli 2014.

Dan dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia

dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juni

2014 adalah bawah normal hingga normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm – 300

mm.

I. RINGKASAN

Page 4 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan

nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1

Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31

Januari 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM

A . K E R A G A M A N H U J A N

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan

dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta

dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah

pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-

lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-

pengaruhi keragaman iklim di Indonesia

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

II. PENGERTIAN

Page 5 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan

sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam

mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat

diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam

menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut ber-

pengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem

ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-

masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El Nino dan La Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini

akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di

Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada dae-

rah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan

IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-

Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena

fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mem-

pengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan

menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan

hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau

(Desember-Mei) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8

phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat

(60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & pha-

se-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat

(140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah kon-

veksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal

dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang

panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR

(Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

Page 6 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Page 7 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Mei 2014

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN MEI 2013

1. Monsun

Pada bulan Mei matahari mulai berada pada penjalarannya menuju titik bumi paling utara

BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3.5° yaitu dari 15.8°

LU menuju 22.5°LU. Pada tanggal 21 Juni matahari akan berada pada titik paling utara bumi

dengan sudut deklinasi maksimum yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ setelah

itu akan bergerak kembali menuju equator. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut

di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara ren-

dah. Pada bulan Mei 2014 tidak tercatat ada kejadian siklon tropis. Dimana hal ini tidak

mempengaruhi atas berkurang atau bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia

bagian utara termasuk Kepulauan Riau.

Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Mei 2014

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

sst_analysis/images/monsstv2.png

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

sst_analysis/images/monanomv2.png

Page 8 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk

Kepulauan Riau pada bulan Mei 2014 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka

laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi

yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang

menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka

Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau

sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Mei 2014 kondisi suhu

muka laut berada pada nilai diatas normalnya.

Keadaan seperti ini mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di

wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat pada bulan Mei

2014.

Pada bulan Mei, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU

menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan

rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari

arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah

pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan

angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa

udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara

sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.

Gbr. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Mei 2014

Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 9 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Berdasarkan hasil analisa (Gbr.3) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan

0 hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses

pembentukan banyak awan.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Pada bulan Mei, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

anomali SST Nino 3.4 pada akhir Mei +0.54 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation

Index) pada Mei 2014 berada pada kondisi normal. Namun, pada akhir Mei nilainya naik

hingga mencapai +4.4. Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan

jumlah curah hujan pada bulan Mei.

Gbr. 5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb pada Bulan Mei 2014

Gbr. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Mei 2014

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 10 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)

a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke

luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke

luar angkasa. Awan awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan

gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai

OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Juni relatif rendah di wilayah

Indonesia. OLR bernilai terkecil terjadi di sebagian wilayah Samudra Hindia, Pulau

Sumatera dan sekitar Kepulauan Riau. Nilai OLR yang kecil menunjukkan tutupan awan

konvektif yang tebal di wilayah Kepulauan Riau.

Gbr. 7 Grafik indeks ENSO / SOI

Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Page 11 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Gbr. 8 Rata-rata OLR bulan Mei 2014

b. Fase MJO (Median Julian Oscilation)

MJO pada bulan Mei berada pada fase 6 hingga 4 dengan sifat kuat hingga lemah.

Wilayah Indonesia berada fase 3 dan 4 dengan sifat kuat sehingga pada bulan Mei MJO

berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam.

Gbr. 9 Fase MJO

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 12 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)

berada pada kisaran netral (-0,5°C s.d 0,5°C) pada sekitar akhir Mei 2014. Nilai

IOD memiliki kecenderungan berada di atas -0,50C hingga pada akhir Mei bernilai

+0,040C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Mei 2014, secara umum IOD

kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah

Indonesia bagian barat.

C. ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2014

Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2014 yang diterima dari stasiun / AWS

(Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di

sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Mei 2014 adalah

sebagai berikut:

Gbr. 10 Grafik IOD

Page 13 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Dari tabel di atas diketahui bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan Mei 2014

cukup merata. Dimana di seluruh wilayah Pulau Batam intensitasnya berada pada jangkauan atas

normal terhadap rata-ratanya, dengan curah hujan tertinggi berada di wilayah Pagoda dengan

nilai curah hujan di atas 350mm. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan Mei 2014 berk-

isar antara 200 -370 mm.

Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Mei 2014

Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Mei 2014

Lokasi RR Mei 2014 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 263.4 186.9 Atas Normal

Mukakuning 202.6 126.8 Atas Normal

Nongsa 269.4 136.8 Atas Normal

Pagoda 370.4 136.6 Atas Normal

Sengkuang 289.4 182.7 Atas Normal

Page 14 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Gbr. 12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Mei 2014

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi

selama bulan Batam 2014. Sebaran Hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan

Galang. Dimana konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di Batam bagian Selatan (Nongsa

dan Hang Nadim).

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Mei 2014 Stamet Hang Nadim

a. Hujan

Sifat hujan bulan Meil 2014 di Barelang di Bawah Normal (B) sampai Atas Normal

(A) dengan curah hujan dalam satu bulan 202,6mm-370,6mm (80,4%-147,1%). Curah hujan

terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Pagoda. Khusus di Hang Nadim dalam bu-

lan Mei 2014 terdapat 20 hari hujan dengan curah hujan total sebesar 263,6 mm atau berk-

isar 104,6 % dari rata-rata yang berarti sifat hujan Normal (N). Pada dasarian I terjadi 6 hari

hujan dengan jumlah curah hujan 74,2 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah

curah hujan 103,7 mm, dan dasarian III terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 85,7

mm. Curah hujan tertinggi 47,0 mm terjadi pada tanggal 27 Mei 2014.

Page 15 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Mei 2014 di Hang Nadim

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,9 - 28,3 ° C. Suhu udara ter-

endah dalam bulan Mei 2014 adalah 23,0 °C terjadi pada tanggal 08 Mei 2014 pagi hari

dan suhu udara tertinggi 33,1 °C terjadi pada tanggal 06 dan 11 Mei 2014 siang hari.

C. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 77 % - 96 %. Kelembaban

udara terendah mutlak 59% terjadi pada tanggal 15 Mei 2014 siang hari, sedangkan

kelembaban udara tertinggi 100% terjadi tanggal 18 Mei 2014. Dengan demikian udara

pada bulan Mei 2014 lebih basah dibandingkan bulan April 2014.

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Mei 2014 angin permukaan secara umum didominasi dari

arah Tenggara dengan kecepatan rata-rata 06 km/jam – 09 km/jam, arah dan kecepatan

maximum dari Selatan sekitar 32 km/jam terjadi pada tanggal 08 Mei 2014.

Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Mei 2014 di Hang Nadim

Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Mei 2014 di Hang Nadim

Page 16 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan Juni, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi

Utara) paling ujung dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 0.8° yaitu dari 22.7°LS

menuju 23.5°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah

bertekanan udara rendah pada Juni 2014 berada pada wilayah Bumi Bagian Utara (BBU).

Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Juni secara dominan bertiup dari Bumi Bagian

Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau,

seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah

pertemuan angin (Konvergensi). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses

pertumbuhan awan-awan hujan.

Page 17 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

I V . P R A K I R A A N B U L A N J U N I 2 0 1 4

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut

periode April-Mei-Juni 2014

Rata-rata Tekanan Udara

pada Bulan Juni 2014

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juni 2014

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/

glbbld_DJF_nov2012.html

2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi

penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di

wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, POAMA

(Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), NOAA (National Oceanic and Atmospheric

Administration) dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)

menyatakan bahwa ENSO masih dalam kondisi normal untuk Juni 2014. Dengan

demikian, di Wilayah Indonesia diprediksi tidak akan terdapat penambahan maupun

pengurangan jumlah curah hujan.

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Juni 2014

Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Page 18 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari

BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga Mei akhir masih menunjukkan kondisi

normal. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka ENSO tidak akan mempengaruhi jumlah

curah hujan pada bulan Juni 2014 di wilayah Indonesia.

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di

Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut

MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 31 Mei s.d 14 Juni 2014

MJO mengalami penurunan aktivitas. Pada akhir Mei hingga pertengahan Juni

intensitasnya kuat menuju lemah dan berlangsung di sekitar Samudra Hindia bagian timur

hingga wilayah Indonesia. Sehingga cukup berpengaruh dalam menambah jumlah curah

hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave

Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO menunjukkan nilai -5 s.d -10 Wm-2

di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau

pada Juni 2014 akan cukup banyak.

Gbr.19 Grafik SOI Januari 2011 sampai dengan awal Juni 2014

Page 19 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Gbr. 20 Grafik Fase MJO pada Bulan Mei 2014 dan Prakiraan Bulan Juni 2014

Gbr. 21 Anomali OLR sampai dengan 30 Mei 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan

Page 20 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di

Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM,

grafik indeks IOD awal Juni berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (normal) dengan nilai

terakhir 0,04 (gambar 7) dan prediksi bulan Juni 2014 bernilai -0,01. Sedangkan BMKG

memprediksi nilai indeks dipole mode Juni 2014 bernilai -0,13 (gambar 8). Secara umum

dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah

hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan.

Gbr. 22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret 2014 dari BoM

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

Page 21 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Juni di Batam berdasarkan data klimatologis selama 21 tahun

(1993-2013) diketahui:

Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 100 – 250

mm selama bulan Juni. Wilayah Batam bagian Tengah merupakan daerah dengan konsentrasi

hujan terendah yaitu sekitar 100 – 150 mm. Sedangkan daerah dengan konsentrasi hujan

tertinggi adalah Batam bagian Barat sekitar 200 – 250 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di

Batam pada bulan Juni 2014 lebih kecil dibandingkan bulan Mei yang lalu.

Page 22 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Minimum Rata-rata Maksimum

SUHU UDARA (C) 23.7 27.5 32.8

KELEMBAPAN UDARA 42% 84% 100%

ANGIN (Km/Jam) 6 10 64

HARI HUJAN 9 18 25

*12 hari disertai petir

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JUNI 2014

1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai

Juni 2014 hingga Juli 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian

Hang Nadim periode Juni 1998 s.d Juli 2014.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan

dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,93453 dan RMSE (error) 8,4643.

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juni 2014 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada

dasarian I dan II, nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya 85% - 115%.

Sedangkan pada dasarian II nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya < 85%.

Page 23 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Dasarian Pertama Normal 51.5

Dasarian Kedua Normal 48.3

Dasarian Ketiga Bawah Normal 47.2

Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat

diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Juni 2014 di wilayah Barelang

sebagai berikut:

Gbr. 24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2014

Tabel 2: Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2014

Page 24 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

JUMLAH CURAH

HUJAN

0 mm - 150 mm -

150 mm - 300 mm Batam, Rempang, Galang

300 mm - 450 mm -

450 mm - 600 mm -

WILAYAH

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juni 2014 di Barelang

dapat diprakirakan sebagai berikut :

Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2014

Gbr. 25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2014

Page 25 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

SIFAT HUJAN WILAYAH

Atas Normal Galang

Normal Batam, Rempang

Bawah Normal

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan

Kepulauan Riau pada bulan Juni 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi

gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T

J U N I 2 0 1 4

Tabel 4 : Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Juni 2014

WILAYAH PERAIRAN

TINGGI

GELOMBANG

( m )

ARAH & KECEP.

ANGIN

( km/jam )

ARUS LAUT

( cm/s )

Batam - Tanjung Pinang 0,5 – 1,25 Tenggara – 20 Tenggara – 10

Batam - Tarempa 1 – 1,25 Selatan - 20 Tenggara – 35

Batam - Natuna 1 – 1,25 Selatan - 20 Utara - 40

Batam - Karimun 0,5 – 1 Tenggara – 20 Timur Laut - 5

Batam - Lingga 1 – 1,25 Tenggara – 20 Tenggara – 25

Batam - Singapura 0,5 – 1 Tenggara – 20 Tenggara – 10

Batam - Dumai 0,5 – 1 Tenggara – 20 Timur - 5

Batam - Tambelan 1 – 1,25 Tenggara – 20 Tenggara – 20

Page 26 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Page 27 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Gbr. 27 Peta Prakiraan Angin Minggu I Juni 2014

Gbr.28 Peta Analisa Angin Bulan Mei 2014

Page 28 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Gbr.29 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Juni 2014

Gbr.30 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Mei 2014

Page 29 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Juni 2014

Gbr. 31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Mei 2014

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat

tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada

laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan to-

pografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air

terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi,

bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.

Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal

tide ( air pasang harian).

Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-

diurnal tide.

Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga

level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air

untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari.

Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata

ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung anomaly pasang naik dan pasang surut

air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water

(HT) / Higt Tide (Ht)

Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide

Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka phenomena

Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan ke-

lautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya.

Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau

yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :

V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T ( T I D A L )

Page 30 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Page 31 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

KOTA BATAM

1. Batu Ampar, Juni 2014

2. Sekupang, Juni 2014

1

2

II. KABUPATEN BINTAN

3. Tanjung Uban, Juni 2014

4. Tanjung Pinang, Juni 201

3

4

Page 32 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

III. KABUPATEN KARIMUN

5. Tanjung Balai Karimun, Juni 2014

IV. KABUPATEN LINGGA

5

6

Page 33 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

V. KABUPATEN ANAMBAS

7. Selat Peninting, Juni 2014

VI. KABUPATEN NATUNA

7

Page 34 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

8

Page 35 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N

B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N J U N I 2 0 1 4

1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Location : E104 07, N01 07, June 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0556 1807 0840 2105

2 0556 1807 0926 2151

3 0556 1807 1012 2235

4 0556 1807 1055 2318

5 0556 1807 1139 000

6 0557 1808 1222 000

7 0557 1808 1306 0043

8 0557 1808 1352 0127

9 0557 1808 1440 0213

10 0557 1808 1531 0302

11 0558 1809 1626 0355

12 0558 1809 1724 0450

13 0558 1809 1824 0549

14 0558 1809 1925 0650

15 0558 1810 2025 0751

16 0559 1810 2122 0850

17 0559 1810 2217 0947

18 0559 1810 2309 1041

19 0559 1810 2359 1133

20 0559 1811 000 1224

21 0600 1811 0049 1313

22 0600 1811 0138 1403

23 0600 1811 0227 1453

24 0600 1811 0316 1543

25 0600 1812 0406 1634

26 0601 1812 0456 1724

27 0601 1812 0546 1813

28 0601 1812 0635 1901

29 0601 1813 0722 1947

30 0602 1813 0808 2031

Location : E104 32, N00 55, June 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0555 1805 0838 2103

2 0555 1805 0925 2149

3 0555 1805 1010 2233

4 0555 1805 1054 2316

5 0555 1805 1137 2358

6 0555 1806 1220 000

7 0556 1806 1304 0041

8 0556 1806 1350 0125

9 0556 1806 1438 0212

10 0556 1806 1529 0301

11 0556 1807 1624 0353

12 0556 1807 1722 0449

13 0557 1807 1822 0548

14 0557 1807 1923 0649

15 0557 1808 2023 0749

16 0557 1808 2120 0848

17 0557 1808 2215 0945

18 0558 1808 2307 1039

19 0558 1808 2358 1131

20 0558 1809 000 1222

21 0558 1809 0047 1312

22 0559 1809 0136 1401

23 0559 1809 0225 1451

24 0559 1809 0315 1541

25 0559 1810 0405 1632

26 0559 1810 0455 1722

27 0600 1810 0545 1811

28 0600 1810 0633 1859

29 0600 1811 0721 1945

30 0600 1811 0806 2029

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun

Page 36 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Location : E108 24, N03 55, June 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0542 1802 0827 2059

2 0542 1802 0914 2144

3 0542 1803 1000 2227

4 0543 1803 1044 2310

5 0543 1803 1128 2351

6 0543 1803 1212 000

7 0543 1803 1257 0033

8 0543 1804 1344 0117

9 0543 1804 1433 0202

10 0543 1804 1525 0250

11 0544 1804 1620 0342

12 0544 1805 1719 0437

13 0544 1805 1819 0536

14 0544 1805 1919 0637

15 0544 1805 2018 0738

16 0545 1805 2115 0837

17 0545 1806 2209 0935

18 0545 1806 2300 1030

19 0545 1806 2350 1123

20 0545 1806 000 1215

21 0546 1807 0038 1306

22 0546 1807 0126 1356

23 0546 1807 0215 1447

24 0546 1807 0304 1537

25 0547 1807 0353 1628

26 0547 1808 0443 1718

27 0547 1808 0533 1807

28 0547 1808 0622 1855

29 0547 1808 0709 1940

30 0548 1808 0756 2024

Location : E103 23, N01 03, June 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0559 1810 0843 2108

2 0559 1810 0930 2154

3 0559 1810 1015 2238

4 0559 1810 1059 2321

5 0600 1810 1142 000

6 0600 1810 1225 0003

7 0600 1811 1309 0046

8 0600 1811 1355 0130

9 0600 1811 1443 0216

10 0600 1811 1534 0305

11 0601 1811 1629 0358

12 0601 1812 1727 0454

13 0601 1812 1827 0553

14 0601 1812 1928 0653

15 0601 1812 2028 0754

16 0602 1813 2125 0853

17 0602 1813 2220 0950

18 0602 1813 2312 1044

19 0602 1813 000 1136

20 0602 1813 0002 1227

21 0603 1814 0052 1316

22 0603 1814 0141 1406

23 0603 1814 0230 1456

24 0603 1814 0320 1546

25 0604 1815 0410 1637

26 0604 1815 0500 1727

27 0604 1815 0549 1816

28 0604 1815 0638 1904

29 0604 1815 0725 1950

30 0605 1816 0811 2034

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

6. Stasiun Meteorologi Tarempa

Page 37 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Location : E104 34, S00 28, June 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0555 1804 0839 2103

2 0555 1804 0925 2148

3 0555 1804 1010 2232

4 0556 1804 1054 2315

5 0556 1805 1137 2358

6 0556 1805 1220 000

7 0556 1805 1304 0041

8 0556 1805 1350 0125

9 0556 1805 1438 0212

10 0557 1806 1529 0301

11 0557 1806 1623 0353

12 0557 1806 1721 0449

13 0557 1806 1821 0548

14 0557 1806 1922 0649

15 0558 1807 2022 0750

16 0558 1807 2119 0849

17 0558 1807 2214 0945

18 0558 1807 2307 1039

19 0559 1807 2358 1131

20 0559 1808 000 1221

21 0559 1808 0047 1311

22 0559 1808 0136 1401

23 0559 1808 0226 1450

24 0600 1809 0315 1541

25 0600 1809 0405 1631

26 0600 1809 0456 1721

27 0600 1809 0545 1810

28 0600 1809 0634 1858

29 0601 1810 0721 1944

30 0601 1810 0807 2029

Location : E106 15, N03 12, June 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0544 1802 0828 2059

2 0544 1802 0915 2144

3 0544 1802 1001 2227

4 0544 1802 1045 2310

5 0545 1802 1129 2352

6 0545 1803 1213 000

7 0545 1803 1258 0034

8 0545 1803 1344 0118

9 0545 1803 1433 0203

10 0545 1803 1525 0251

11 0545 1804 1620 0343

12 0546 1804 1718 0439

13 0546 1804 1818 0538

14 0546 1804 1919 0638

15 0546 1805 2018 0739

16 0546 1805 2115 0839

17 0547 1805 2209 0936

18 0547 1805 2301 1031

19 0547 1805 2350 1124

20 0547 1806 000 1215

21 0547 1806 0039 1306

22 0548 1806 0127 1356

23 0548 1806 0216 1447

24 0548 1807 0305 1537

25 0548 1807 0355 1628

26 0549 1807 0445 1718

27 0549 1807 0534 1807

28 0549 1807 0623 1854

29 0549 1808 0711 1940

30 0549 1808 0757 2024

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses

pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin

kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki

wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada

saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada

waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI (Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan

uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya

secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung

berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur

sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian

besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan

wilayah yang luas

ITCZ (Intertropical Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan

yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ

berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan

cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

Page 38 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum

menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO (Madden-Julian Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-

tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan

penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan

hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat

ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar

ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini

berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada

suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya

akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun

yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan

dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia

berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005,

1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave Radiation).

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar

dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan

konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan

konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971

-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan

kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino

atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1

diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,

dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubun-

gan dengan fenomena cuaca

Page 39 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Penyuluhan Pos Kerjasama BMKG Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Bertempat di Hotel Penuin Batam Center, Kota Batam, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menyelenggarakan Kegiatan Penyuluhan Pengamat Pos Hu-jan Kerjasama 2014. Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, Philip Mustamu, S.Sos. berlangsung pada tanggal 20 Mei sampai dengan 22 Mei 2014. Tepat Pukul 8.30 WIB kegiatan ini dibuka oleh Philip Mustamu, S.Sos, selaku Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam dan sekaligus men-yampaikan materi "Meteorologi dan Klimatologi Umum". Dalam kesempatan ini, Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menuturkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis pengamatan unsur klimatologi pada pos hujan kerjasama, sehingga dapat memberikan data pengamatan me-teorologi yang benar, cepat dan akurat, guna mencapai misi BMKG yang me-layani masyarakat tentang informasi di bidang Meteorologi Klimatologi Geofisika dan Kualitas Udara.

Page 40 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

I X . A R T I K E L

Page 41 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari Pos Pengamat Curah Hujan yang tersebar di Kabupaten Bintan/Kota Tanjungpinang berjumlah 15 orang, Kabupaten Lingga berjumlah 7 (tujuh) orang, Kabupaten Tanjung Balai Karimun berjumlah 6 (enam) orang, dan Kota Batam berjumlah 2 (dua) orang. Selain pe-serta, kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala Stasiun Meteorologi Tanjungpinang, Kepala Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun dan Kepala Stasiun Meteorologi Dabo Singkep. Narasumber kegiatan ini berasal dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam yaitu Tri Agus Pramono, S.Kom., menyampaikan materi "Cuaca Di Ke-pri dan Cuaca Ekstrim" dan Marsudi, S.Kom., menyampaikan materi "Peralatan Me-teorologi Konvensional". Setalah semua materi disampikan, moderator membuka sesi tanya jawab dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan bebrapa pertanyaan. Peserta kegiatan ini sangat bersemangat dan antusias. Hal itu dapat terlihat dengan mereka banyak mengajukan pertanyaan mengenai fenomena alam sekarang dan cara menyikapinya serta kendala-kendala yang dialami selama pengamatan curah hujan. Kemudian kegitan dilanjutkan dengan praktek pengukuran curah hujan yang dipandu langsung oleh Marsudi, S.Kom dan penutupan Kegiatan Penyuluhan Pengamat Pos Hujan Kerjasama 2014 serta pem-berian sertifikat kepada peserta. Di akhir kegitan, diadakan kunjungan ke lapangan pada Pos Pengamat Curah Hujan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam. Penyuluhan seperti ini sangat bermanfaat bagi petugas Pos Pengamat Curah Hu-jan sebagai sumber informasi/bertukar pendapat untuk diaplikasikan dalam melihat perubahan kondisi alam berdasarkan cuaca.

PROFIL KASI OBSERVASI

Buletin Meteorologi kali ini menampilkan profil Kepala Seksi Observasi Stasiun Meteo-

rologi Hang Nadim Batam, Bapak Marsudi, S.Kom. Pria kelahiran Sleman, 17 April 1960 ini

ternyata mempunyai hobi olahraga. Bapak berumur 54 tahun ini masih terlihat begitu muda,

walau telah dikaruniai 2 orang putri, yaitu Ria Ardila dan Rayi putri Anggarini , serta seorang

cucu laki-laki yang sangat lucu, Muhammad Ichsan Danish.

Perjalanan karir beliau dimulai sejak lulus dari Pendidikan diploma I Akademi Meteo-

rologi dan Geofisika pada tahun 1983 dan menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) den-

gan penempatan pertama di pusat pengolahan data pada tahun 1983 sampai dengan

tahun 1986 di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta. Pada tahun 1987

hingga sekarang, beliau bertugas dan meniti kariernya di Stasiun Meteorlogi Kelas I Hang

Nadim Batam.

Pada awal kariernya di Stasiun Meteorogi Hang Nadim Bata mini, beliau menjabat sebagai

observer, mulai dari tahun 1987 sampai dengan 1989. Tak hanya sampai disini saja, pada

tahun 1989 sampai tahun 1991, beliau kembali bertugas di Pusat Pengolahan Data. Tak

hanya menetap di pusat pengolahan data, pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1997,

beliau mengemban amanah sebagai teknisi di FMT6 (PDP), dan pada tahun 1998, beliau

kembali ditugaskan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam sebagai teknisi pada tahun

1998 hingga 2005. Sungguh luar biasa perjalanan karier pria berkelahiran Jawa ini. Tidak sam-

pai di situ saja, pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2011, Bapak Marsudi, S.Kom bertugas

sebagai Kepala Kelompok Teknik di Stasiun Hang Nadim Batam. Dan mulai dari tahun 2012

hingga sekarang, beliau mengemban amanah sebagai Kepala Seksi Observasi dan Perala-

tan di Stasiun Hang Nadim Batam.

Page 42 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

X . P R O F I L

Page 43 E D I S I 6 — J U N I 2 0 1 4

Dengan perjalanan yang cukup panjang di dunia kariernya, telah banyak suka dan duka

yang dilalui Beliau. Menurut Beliau, pada dasarnya, bekerja adalah ibadah, sehingga semua

rasa pahit yang dialami pun berasa manis, berkat dorongan serta motivasi dari keluarga,

sahabat, saudara, dan terutama istri tercinta, Bapak Marsudi, S.Kom dapat melewati lika-liku

perjalanan hidup dengan tetap semangat. Bagi Beliau, hal yang terpenting dalam bekerja

ialah kekompakan dan kerja sama. Walaupun terdapat pembagian tugasm, seperti ob-

server, teknisi, dan forecaster, tetapi sebenarnya kita adalah sama, kita adalah satu ke-

satuan, berorangtuakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Hal yang terpenting yang harus kita lakukan untuk memajukan BMKG dan khususnya

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam ialah dengan memeahami tugas pokok serta fungsi

kita dan terjalin hubungan yang harmonis di antara unit-unit kerja. Hal yang sering memusing-

kan beliau adalah saat alat rusak dan pesan komponen harus diajukan terlebih dahulu ke

Otorita Batam dan tidak bisa langsung dilaporkan ke BMKG, sementara itu kita harus tetap

memberikan pelayanan penerbangan yang prima, tidak kenal hambatan dan rintangan

yang menjadi penghalang.

Terakhir, harapan beliau bagi rekan-rekan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam,

agar menjadikan pekerjaan sebagai ibadah, jangan pernah mengharap imbalan, biarlah

Allah SWT yang membalas dengan limpahan nikmat dan karunia Nya, serta tetap menjaga

keutuhan dan keharmonisan yang sudah terjalin.

Dan bagi semua partisipan, baik crew pembuat bulletin maupun pembaca, agar da-

pat ikut kerja sama membantu kelancaran dan kualitas bulletin Stasiun Meteorologi Hang

Nadim Batam.