Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam...

39
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETIN BMKG EDISI 13, MARET 2015 KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Maret 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Februari 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Maret 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku- rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan- yaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau . KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

Transcript of Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam...

Page 1: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN

BMKG

EDISI 13, MARET 2015

K A T A P E N G A N T A R

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir

dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa

depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek

lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi

keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan

dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta

mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Maret 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan

iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Februari 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta

prakiraan pasang surut bulan Maret 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang

penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan

juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-

rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun

sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar

buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-

yaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau

.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si.

NIP. 19590406 198203 1 002

Page 2: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

TIM REDAKSI

PELINDUNG :

PHILIP MUSTAMU, M.Si.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNGJAWAB :

TRI AGUS PRAMONO, S.Kom

KEPALA SEKSI DATA DAN

INFORMASI

ANGGOTA TIM :

YAYAN HERMAWAN

DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.

SRI SULISMIYATI, A.Md.

DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.

SABILA RAHMABUDHI, A.Md.

PANDE MADE RONY, S.ST.

RIZKI ADZANI, S.ST.

NANGSIP CAHYANA, S.SI.

DUATI WARDANI, S.SI.

MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466

Phone :

+62-778-761507 ext 1025

Fax. +62-778-761401

E-mail : [email protected]

Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id

Web: bmkg.bpbatam.go.id

Page 3: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

DAFTAR ISI

K A T A P E N G A N T A R

I . R I N G K A S A N 4

I I . P E N G E R T I A N 5

I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M

A. KERAGAMAN HUJAN

B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN FEBRUARI 2015

1. Monsun

2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean

Dipole (IOD)

3. Madden - Julian Oscilation (MJO)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

C. ANALISIS HUJAN BULAN FEBRUARI 2015

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Februari 2015

Stamet Hang Nadim

5

7

7

9

1 0

1 2

1 2

1 5

I V . P R A K I R A A N B U L A N M A R E T 2 0 1 5

A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin

2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation)

3. MJO

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian

2. Prakiraan Hujan Bulanan

1 7

1 7

1 8

1 9

2 1

2 3

2 4

V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S

L A U T B U L A N M A R E T 2 0 1 5

2 6

V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N M A R E T 2 0 1 5 3 0

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M

D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M M A R E T 2 0 1 5

3 5

V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8

Page 4: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di

Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan

sifat hujan bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut :

Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan

secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah

curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 1-120 mm. Angin bertiup dengan ke-

cepatan 10 hingga 35 km/jam, kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung

proses pembentukan awan.

Untuk kondisi atmosfer di bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada

bulan Februari berada pada fase 4 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah

Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam hal ini, aktifitas MJO cukup berpengaruh ter-

hadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam. Secara umum

nilai OLR pada bulan Februari bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk

Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin

banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.. Kondisi rata-rata suhu muka laut

di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Februari

2015 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat

(>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang

demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang

menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali

Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk

Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.0 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan

Februari 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Keadaan

seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di

wilayah Kepulauan Riau sehingga tidak ada penambahan curah hujan yang signifikan

pada bulan tersebut

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai

Maret 2015 hingga Febuari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan

dasarian Hang Nadim periode Maret 1998 s.d Februari 2015 dan dengan membandingkan

prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh

nilai korelasi 0.9544 dan RMSE (error) 11.9935 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan

Maret 2015 diprakirakan bersifat normal.

I. RINGKASAN

Page 4 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 5: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan

nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1

Maret 1901 s/d 31 Maret 1930, 1 Maret 1931 s/d 31 Maret 1960, 1 Maret 1961 s/d 31

Maret 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM

A . K E R A G A M A N H U J A N

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan

dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta

dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah

pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-

lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-

pengaruhi keragaman iklim di Indonesia.

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

II. PENGERTIAN

Page 5 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 6: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang

tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi ke-

ragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri

merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal

cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah

gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang

tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan

dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan

menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.

Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan

equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)

hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Os-

cillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi

intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman

hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi

pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya

dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya pe-

ningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Pha-

se-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3

di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia

( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah

( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).

Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit

mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memper-

hatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada

satelit.

Page 6 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 7: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 7 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Februari 2015

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN FEBRUARI 2015

1. Monsun

Pada bulan Februari matahari mulai berada pada penjalarannya dari BBS (Belahan Bumi Sela-

tan) menuju equator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 10.2° yaitu dari 20.0°LS

menuju 9.8°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator dan BBS

yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Februari 2015

tercatat ada satu kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Lam. Siklon tropis ini menarik mas-

sa udara menuju wilayah Siklon Tropis tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di

Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia

bagian utara termasuk Kepulauan Riau.

Gbr.1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Februari 2015

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

sst_analysis/images/monsstv2.png

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

sst_analysis/images/monanomv2.png

Page 8: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 8 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan

Riau pada bulan Februari 2015 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang

hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini

meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga

berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan

Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.0 terhadap normalnya hal

ini menunjukan pada bulan Februari 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran

normalnya.

Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di

wilayah Kepulauan Riau sehingga tidak ada penambahan curah hujan yang signifikan pada bulan terse-

but.

Pada bulan Februari, tekanan udara di BBU secara umum masih lebih tinggi daripada daerah

equator menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju equator

(bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan

bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah BBS (Belahan Bumi

Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga membuat massa udara yang berasal dari

wilayah BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator (bertekanan rendah) sehingga memicu

terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator atau biasa disebut sebagai

Inter Tropical Convergance Zone (ITCZ), sebagaimana terlihat pada (Gbr. 3). Pada daerah belokan

angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga

terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan kon-

vektif yang menyebabkan terjadinya hujan dan petir.

Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Februari 2015

Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 9: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 9 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 10

hingga 35 km/jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan

awan.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Pada bulan Februari ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

anomali SST Nino 3.4 pada akhir Januari +0.23°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern

Oscillation Index) pada Februari 2015 berada pada kondisi normal. Nilainya pada akhir Febru-

ari sebesar +0.7 Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah

curah hujan pada bulan Februari di wilayah Kepulauan Riau.

Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Februari 2015

Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Februari 2015

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 10: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 10 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)

a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar

angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke

luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan

gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka

nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Februari bernilai relatif rendah

di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220. Nilai OLR yang kecil

menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.

Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI

Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Page 11: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 11 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Februari 2015

b. Fase MJO (Median Julian Oscilation)

MJO pada bulan Februari berada pada fase 4 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat.

Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam Hal ini aktifitas MJO cukup berpengaruh ter-

hadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khusunya Batam.

Gbr.9 Fase MJO

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 12: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 12 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran

dibawah normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Februari nilai IOD memiliki

kondisi normal yang bernilai -0.430C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Februari 2015,

secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah

Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

C. ANALISIS HUJAN BULAN FEBRUARI 2015

Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic

Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan

dan sifat hujan bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut:

Gbr.10 Grafik IOD

Page 13: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 13 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat

hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah

Batam berkisar antara 0-120 mm.

Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Februari 2015

Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Februari 2015

Lokasi RR Februari 2015 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 62.4 163.8 Bawah Normal

Mukakuning 55.8 172.1 Bawah Normal

Nongsa 40.0 125.0 Bawah Normal

Tg. Uncang 41.8 166.7 Bawah Normal

Pagoda 118.8 134.9 Normal

Sengkuang 38.4 149.4 Bawah Normal

Seiladi 37.0 156.8 Bawah Normal

Page 14: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 14 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Februari 2015

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi

selama bulan Februari 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan

Galang. dengan nilai antara 0-120 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah

Pagoda.

Page 15: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Februari 2015 Stamet Hang Nadim

a. Hujan

Sifat hujan bulan Februari 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan

selama sebulan berkisar 38,0 mm - 118,8 mm atau antara 15,1 % - 47,1 %. Curah hujan

terendah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Pagoda. Khusus di Hang Nadim dalam bulan

Februari 2015 terdapat 6 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan

total curah hujan sebesar 62,4 mm atau berkisar 24,8% dari rata-rata yang berarti sifat hu-

jan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 34

mm, dasarian II terjadi 1 hari hujan dengan jumlah curah hujan 28,4 mm, dan dasarian III

tidak terjadi hujan. Curah hujan tertinggi 28,4 mm terjadi pada tanggal 18 Februari 2015.

Page 15 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Februari 2015 di Hang Nadim

Page 16: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 23,0 - 26,6 ° C. Suhu udara ter-

endah dalam bulan Februari adalah 22,4 °C terjadi pada tanggal 18 Februari 2015 pagi

hari dan suhu udara tertinggi 31,6 °C terjadi pada tanggal 28 Februari 2015 siang hari.

C. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 86 %. Kelembaban

udara terendah mutlak 71% terjadi pada tanggal 01 Februari 2015 siang hari, sedangkan

kelembaban udara tertinggi 99% terjadi tanggal 18 Februari 2015 pagi hari. Dengan

demikian udara pada bulan Februari 2015 lebih kering dibandingkan bulan Januari 2015.

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Februari 2015 angin permukaan secara umum

didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 32 km/jam, arah dan ke-

cepatan maximum dari Tumur Laut dengan kecepatan 43 km/jam terjadi pada tanggal 6

dan 11 Februari 2015.

Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Februari 2015 di Hang Nadim

Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Februari 2015 di Hang Nadim

Page 16 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 17: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan Maret, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan

Bumi Selatan) menuju ke BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang

lebih 15° yaitu dari 9.8°LS menuju 5.2° LU (http://www.physicalgeography.net). Sehingga,

dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Maret 2015 akan berada di

wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).

Hal tersebut mengakibatkan pola angin rata-rata bulan Maret secara umum akan

bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Angin dari wila-

yah BBU akan bertemu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi

di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ (Inter Tropical Convergance Zone).

Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2,

pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) dan pusaran

angin tertutup (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan

-awan hujan.

Page 17 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

I V . P R A K I R A A N B U L A N M A R E T 2 0 1 5

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut

periode Maret 2015

Rata-rata Tekanan Udara

Bulan Maret 2015

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Maret 2015

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/

glbbld_DJF_nov2012.html

Page 18: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi

penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di

wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National

Oceanic and Atmospheric Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for

Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)

menyatakan bahwa ENSO untuk bulan Maret 2015 berada dalam kondisi normal.

Dengan demikian, di Wilayah Indonesia diprediksi tidak terdapat adanya penamba-

han maupun pengurangan jumlah curah hujan.

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Maret 2015

Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Page 18 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 19: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM

(Bureau of Meteorology Australia) hingga Februari akhir masih menunjukkan kondisi

normal. Sehingga diprakirakan untuk bulan Maret 2015 di wilayah Indonesia tidak akan

terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan.

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan

di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau

disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 28 Februari s.d 14

Maret 2015 MJO berada pada fase 7 atau berada pada wilayah Samudera Pasifik bagian

Barat. Hal ini tidak mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah

Indonesia. . Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang

merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan

nilai -10 s.d +5 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada

14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -10 s.d -5 yang berarti tutupan awan di wilayah

Kepulauan Riau pada bulan Maret akan cukup banyak.

Gbr.19 Grafik SOI Maret 2012 sampai dengan awal Maret 2015

Page 19 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 20: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Februari 2015 dan Prakiraan Bulan Maret 2015

Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 31 Februari 2015 dan prakiraan 15 hari kedepan

Page 20 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/

Page 21: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indone-

sia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik

indeks IOD awal Maret 2015 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai

terakhir -0.43 (gambar 7) dan prediksi bulan Maret 2015 bernilai -0.12. Sedangkan BMKG

memprediksi nilai indeks dipole mode Maret 2015 bernilai 0.07 (gambar 8). Secara umum

berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa

nilai IOD pada bulan Maret tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah

Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi

normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan.

Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret 2015 dari BoM

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

Page 21 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Page 22: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Maret di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun

(1993-2014) diketahui:

Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan

selama bulan Maret. Daerah Batam Timur dan Galang curah hujannya 100 – 150 mm.

Sedangkan Batam Barat, Batam Tengah dan Rempang curah hujannya sedikit lebih tinggi

yaitu 150 – 200 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di

Batam pada bulan Maret 2015 cenderung lebih besar dibandingkan pada bulan Februari dan

peluang jumlah intensitas curah hujan juga lebih besar.

Page 22 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 23: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai

Maret 2015 hingga Februari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan

dasarian Hang Nadim periode Maret 1999 s.d Februari 2016.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan

dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.9544 dan RMSE (error) 11.9935

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Maret 2015 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada

dasarian I di bawah normal sedangkan dasarian II dan III berada pada normalnya.

Page 23 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Dasarian Pertama Di Bawah Normal

Dasarian Kedua Normal

Sifat Hujan

Page 24: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat

diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Maret 2015 di wilayah Barelang

sebagai berikut:

Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2015

Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2015

Page 24 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

JUMLAH CURAH

HUJAN

0 mm - 150 mm Batam, Rempang, Galang

150 mm - 300 mm -

300 mm - 450 mm -

WILAYAH

Page 25: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Maret 2015 di

Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan MARET 2015

Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Maret 2015

Page 25 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

SIFAT HUJAN WILAYAH

Atas Normal

Normal Rempang Galang

Bawah Normal Batam

Page 26: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau

pada bulan Maret 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan

Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut

serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T

M A R E T 2 0 1 5

Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Maret 2015

WILAYAH PERAIRAN

TINGGI

GELOMBANG

( m )

ARAH & KECEP.

ANGIN

( km/jam )

ARUS LAUT

( cm/s )

Batam - Tanjung Pinang 0,75 – 1,5 Utara – 20 Barat Laut – 13

Batam - Tarempa 1– 2 Timur Laut – 20 Utara - 25

Batam - Natuna 1 – 2 Timur Laut – 20 Barat Laut - 40

Batam - Karimun 0,75 – 1,5 Timur Laut – 10 Barat Daya - 5

Batam - Lingga 1– 2 Utara – 30 Utara – 30

Batam - Singapura 0,75 – 1 Utara – 18 Barat Laut – 13

Batam - Dumai 0,75 – 1 Timur Laut – 10 Barat Daya - 5

Batam - Tambelan 1 – 2 Utara – 25 Barat – 25

Page 26 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 27: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 27 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Maret 2015

Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Februari 2015

Page 28: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 28 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Maret 2015

Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Februari 2015

Page 29: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 29 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Maret 2015

Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Februari 2015

Page 30: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi

akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti

yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut

dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang,

dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-

trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu

kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah

setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali

pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-

diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga

level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang

menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu

hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk

menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung

anomaly pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Wa-

ter (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low

Water (LW) / Low Tide. Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wila-

yahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar

pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar

Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam

buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang

meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :

V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T ( T I D A L )

Page 30 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 31: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Page 31 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

I. KOTA BATAM

1. Batu Ampar, Maret 2015

2. Sekupang, Maret 2015

1

2

Page 32: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

II. KABUPATEN BINTAN

1. Tanjung Uban, Maret 2015

2. Tanjung Pinang, Maret 2015

3

4

Page 32 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 33: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

III. KABUPATEN KARIMUN

1. Tanjung Balai Karimun, Maret 2015

IV. KABUPATEN LINGGA

1. Dabo Singkep, Maret 2015

6

Page 33 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

5

Page 34: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

IV. KABUPATEN ANAMBAS

1. Selat Peninting, Maret 2015

V. KABUPATEN NATUNA

1. Sedanau, Maret 2015

Page 34 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

7

8

Page 35: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N

B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M M A R E T 2 0 1 5

Page 35 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Location : E104 07, N01 07, March 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0613 1819 1500 0238

2 0613 1819 1547 0325

3 0613 1818 1632 0411

4 0613 1818 1716 0455

5 0612 1818 1759 0538

6 0612 1818 1842 0620

7 0612 1818 1925 0703

8 0612 1817 2008 0745

9 0611 1817 2053 0828

10 0611 1817 2139 0913

11 0611 1817 2227 0959

12 0610 1816 2317 1048

13 0610 1816 000 1139

14 0610 1816 0010 1233

15 0610 1816 0105 1328

16 0609 1815 0200 1425

17 0609 1815 0257 1522

18 0609 1815 0354 1619

19 0608 1815 0450 1716

20 0608 1814 0546 1813

21 0608 1814 0642 1909

22 0607 1814 0737 2005

23 0607 1814 0832 2101

24 0607 1813 0927 2156

25 0606 1813 1021 2250

26 0606 1813 1114 2342

27 0606 1813 1206 000

28 0605 1812 1256 0033

29 0605 1812 1344 0122

30 0605 1812 1430 0208

31 0604 1811 1514 0253

Location : E104 32, N00 55, March 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0612 1817 1458 0236

2 0611 1817 1545 0323

3 0611 1817 1630 0409

4 0611 1817 1715 0453

5 0611 1816 1758 0536

6 0610 1816 1840 0619

7 0610 1816 1923 0701

8 0610 1816 2006 0743

9 0610 1816 2051 0826

10 0609 1815 2137 0911

11 0609 1815 2225 0958

12 0609 1815 2315 1047

13 0608 1815 000 1138

14 0608 1814 0008 1231

15 0608 1814 0103 1327

16 0608 1814 0159 1423

17 0607 1814 0255 1520

18 0607 1813 0352 1618

19 0607 1813 0448 1714

20 0606 1813 0544 1811

21 0606 1812 0640 1907

22 0606 1812 0735 2003

23 0605 1812 0831 2059

24 0605 1812 0925 2154

25 0605 1811 1020 2248

26 0604 1811 1113 2340

27 0604 1811 1205 000

28 0604 1811 1254 0031

29 0603 1810 1342 0120

30 0603 1810 1428 0206

31 0603 1810 1512 0251

Page 36: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun

Page 36 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Location : E108 24, N03 55, March 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0558 1800 1438 0224

2 0557 1800 1526 0311

3 0557 1800 1612 0356

4 0557 1800 1657 0440

5 0556 1800 1741 0522

6 0556 1800 1824 0603

7 0556 1759 1908 0645

8 0555 1759 1952 0726

9 0555 1759 2037 0809

10 0555 1759 2124 0853

11 0554 1759 2212 0939

12 0554 1759 2303 1027

13 0554 1758 2356 1118

14 0553 1758 000 1211

15 0553 1758 0051 1307

16 0552 1758 0146 1404

17 0552 1758 0242 1502

18 0552 1758 0338 1600

19 0551 1757 0434 1657

20 0551 1757 0529 1755

21 0550 1757 0623 1852

22 0550 1757 0717 1949

23 0550 1757 0812 2046

24 0549 1756 0906 2141

25 0549 1756 1000 2236

26 0548 1756 1053 2329

27 0548 1756 1144 000

28 0548 1756 1234 0019

29 0547 1756 1323 0107

30 0547 1755 1409 0153

31 0546 1755 1454 0238

Location : E103 23, N01 03, March 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0616 1822 1503 0241

2 0616 1821 1550 0328

3 0616 1821 1635 0414

4 0615 1821 1719 0458

5 0615 1821 1802 0541

6 0615 1821 1845 0623

7 0615 1821 1928 0706

8 0614 1820 2011 0748

9 0614 1820 2056 0831

10 0614 1820 2142 0916

11 0614 1820 2230 1002

12 0613 1819 2320 1051

13 0613 1819 000 1142

14 0613 1819 0013 1236

15 0612 1819 0107 1331

16 0612 1818 0203 1428

17 0612 1818 0300 1525

18 0612 1818 0357 1622

19 0611 1818 0453 1719

20 0611 1817 0549 1816

21 0611 1817 0645 1912

22 0610 1817 0740 2008

23 0610 1817 0835 2104

24 0610 1816 0930 2159

25 0609 1816 1024 2253

26 0609 1816 1118 2345

27 0609 1815 1209 000

28 0608 1815 1259 0036

29 0608 1815 1347 0125

30 0608 1815 1433 0211

31 0607 1814 1517 0256

Page 37: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

6. Stasiun Meteorologi Tarempa

Page 37 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Location : E104 34, N00 28, March 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0611 1818 1500 0234

2 0610 1818 1546 0321

3 0610 1817 1631 0407

4 0610 1817 1715 0452

5 0610 1817 1758 0536

6 0610 1817 1840 0618

7 0609 1816 1923 0701

8 0609 1816 2006 0744

9 0609 1816 2050 0827

10 0609 1816 2135 0912

11 0608 1815 2223 0959

12 0608 1815 2313 1048

13 0608 1815 000 1139

14 0608 1814 0006 1233

15 0607 1814 0100 1328

16 0607 1814 0157 1425

17 0607 1814 0254 1522

18 0607 1813 0351 1618

19 0606 1813 0448 1715

20 0606 1813 0544 1811

21 0606 1812 0640 1906

22 0606 1812 0736 2002

23 0605 1812 0832 2057

24 0605 1811 0927 2152

25 0605 1811 1021 2246

26 0604 1811 1115 2338

27 0604 1810 1206 000

28 0604 1810 1256 0029

29 0604 1810 1343 0118

30 0603 1809 1429 0205

31 0603 1809 1513 0250

Location : E106 15, N03 12, March 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0606 1809 1448 0231

2 0606 1809 1536 0319

3 0605 1809 1621 0404

4 0605 1809 1706 0448

5 0605 1809 1750 0530

6 0604 1808 1833 0612

7 0604 1808 1916 0654

8 0604 1808 2000 0735

9 0603 1808 2045 0818

10 0603 1808 2132 0902

11 0603 1808 2220 0948

12 0602 1807 2311 1037

13 0602 1807 000 1128

14 0602 1807 0004 1221

15 0601 1807 0058 1317

16 0601 1807 0154 1414

17 0601 1806 0250 1511

18 0600 1806 0347 1609

19 0600 1806 0442 1707

20 0559 1806 0537 1804

21 0559 1806 0632 1901

22 0559 1805 0727 1957

23 0558 1805 0821 2054

24 0558 1805 0916 2149

25 0558 1805 1010 2244

26 0557 1805 1103 2336

27 0557 1804 1154 000

28 0556 1804 1244 0027

29 0556 1804 1332 0115

30 0556 1804 1419 0202

31 0555 1804 1504 0246

Page 38: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses

pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin

kencang. Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki

wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada

saat Asia memasuki musim dingin. Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada

waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI

(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan

uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya

secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung

berkurang. Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur

sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian

besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO

(El Nino-Shouthern

Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan laut. Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan

wilayah yang luas

ITCZ

(Intertropical

Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan

yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ

berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan

cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

Page 38 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5

Page 39: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETINhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/03/10032015161145... · se-1 di Afrika (210 ... muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum

menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. MJO

(Madden-

Novemberan

Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-

tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan

penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan

hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat

ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar

ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini

berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada

suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya

akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun

yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan

dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia

berkaitan dengan musim kemarau. Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005,

1978-2007, dsb) OLR

(Outgoing

Longwave

Radiation).

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar

dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan

konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan

konvektifnya sedikit. Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971

-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan

kecepatan angin secara tiba-tiba. SOI

(Southern

Oscillation Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino

atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1

diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,

dst) Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhub-

ungan dengan fenomena cuaca

Page 39 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5