stabilitas obat

29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan secara sederhana. Disolusi merupakan proses dimana zat padat melarut secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dan pelarut. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses integrasi dan degadrasi. Sediaan merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari sediaan. Bila suatu tablet sediaan obat lainnya dimasukkan ke dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Jika obat tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padatan juga mengalami disintegrasi menjadi granul- granul dan granul yang lain emngalami pemecahan menjadi partikel-partikel yang halus. Disintegrasi, deagregasi, dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana oat tersebut diberikan. Pengujian disolusi sangat bermanfaat karena merupakan faktor pembatas dalam absorbsi obat.

Transcript of stabilitas obat

Page 1: stabilitas obat

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke

dalam pelarut menghasilkan suatu larutan secara sederhana. Disolusi

merupakan proses dimana zat padat melarut secara prinsip dikendalikan oleh

afinitas antara zat padat dan pelarut.

Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan kemampuan

penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses

integrasi dan degadrasi. Sediaan merupakan sebagian dari faktor yang

mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari sediaan.

Bila suatu tablet sediaan obat lainnya dimasukkan ke dalam saluran

cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Jika

obat tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padatan juga mengalami

disintegrasi menjadi granul-granul dan granul yang lain emngalami

pemecahan menjadi partikel-partikel yang halus. Disintegrasi, deagregasi, dan

disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari

bentuk dimana oat tersebut diberikan.

Pengujian disolusi sangat bermanfaat karena merupakan faktor

pembatas dalam absorbsi obat. Pengujian disolusi digunakan untuk

membuktikan kesesuaian dengan spesifikasi kampendial dan dapat merupakan

persyaratan dalam registrasi obat. Disolusi digunakan pula selama

pengembangan produk dan pengujian stabilitas sebagai bagian dari spesifikasi

produk.

Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien

menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan degradasi

efek terapi aktif. Farmasi diproduksi bertanggung jawab untuk memastikan ia

merupakan produk yang stabil yang dipasarkan dalam batas-batas tanggal

kedaluwarsa. Apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan obat-

obatan, pemilihan wadah yang tepat untuk mengeluarkan obat tersebut,

Page 2: stabilitas obat

mengantisipasi interaksi ketika pencampuran beberapa bahan obat, persiapan,

dan menginformasikan kepada pasien setiap perubahan yang mungkin terjadi.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :

1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat

2. Menentukan energi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat

3. Menentukan usia simpan suatu zat

Page 3: stabilitas obat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang

yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai ke

pasien. Dimana laju reaksi atau kecepatan suatu reaksi diberikan sebagai ± dC/dt.

Artinya terjadi penambahan (+) atau pengurangan (-) kontraksi C dalam selang

waktu dt (Martin, 1993 : 725).

Konstanta laju reaksi K adalah konstanta laju. Laju berkurangnya masing-

masing komponen reaksi diberikan dalam bentuk jumlah mol equivalen masing-

masing komponen yang ikut sera dalam reaksi (Martin, 1993 : 726).

Waktu paruh adalah waktu yang dibutukan untuk setengah dari material

menghilang, istlah ini menunjukan waktu ketika A telah berkurang menjadi ½ a

(Martin, 1993 : 737).

Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat

meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa

peniadaan perubahan pH tersebut dikenal sebagai aksi dapar (Martin,1993 : 454).

Hidrolisis merupakan reaksi air dengan ester seperti etil asetat dan dengan

amida seperti pirokalnomida (Martin,1993 : 797).

Reduksi merupakan penambahan elektron pada molekul dan oksidasi

merupakan pelepasan elektron dari molekul. Oksidasi sering melibatkan radikal

bebas dan yang diikuti reaksi-reaksi berantai, dan dalam fase gas menyebabkan

ledakan (Martin, 1993 : 797).

Oksidasi merupakan reaksi pada anoda dimana terjadi pengurangan

elektron dari zat kimia dalam larutan dan elektron pergi ke arah luar (Martin, 2009

: 340).

Dekomposisi merupaka jenis reaksi kimia dimana senyawa dipacu menjadi

komponen yang lebih sederhana (Sinko, 2011;528).

a. Reaksi orde pertama

Dimana persamaannya ditulis sebagai (Martin, 1993 : 741) :

k = 2,303

tlog a

(a−x )

Page 4: stabilitas obat

Simbol a biasanya digunakan untuk menggantikan co, x adalah

pengurangan konsentrasi dalam waktu t dan (a-x)=c.

Waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai setengahnya dari

konsentrasi mula-mulai sebagaimana dihitung. Untuk reaksi order –

pertama (Martin, 1993 : 742) :

t ½ = 0,693

K

b. Reaksi orde kedua.

Laju reaksi molekuler yang terjadi bila dua molekul bertabrakan (Martin,

1993 : 743)

k =2,303t

log b(a−x )a(b−x )

konstanta laju k dalam reaksi orde-kedua dengan demikian mempunyai

dimensi liter/mol detik (Martin, 1993 : 744).

c. Reaksi orde nol.

Kecepatan kesuraman terlihat konstan dan tidak bergantung pada

konsentrasi zat warna yang digunakan. Konsentrasi awal yang diberi

simbol Ao biasa ditulis sebagai a dan kosentrasi sisa pada waktu t sebagai

c (Martin, 1993 : 737).

At=Ao−Kot atauk= Ao−Att

Waktu paruh orde nol yakni waktu dimana a berkurang menjadi ½ a

(Martin, 1993 : 737).

t ½ = 1/2∆ o

Ko

02 (2), 07, 15, 16, 30, 19, 20,21, 11

Orde reaksi adalah pangkat dari tiap konsentrasi reaksi. Dari hukum aksi

massa, suatu garis lurus didapat bila laju reaksi diplot sebagai fungsi dari

konsentrasi reaktan dipangkatkan dengan bilangan tertentu (Martin, 1993 : 726).

Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu (Martin,

1993 : 745 ) :

a. Metode subtitusi

Page 5: stabilitas obat

Data yang terkumpul dari hari-hari pengamatan jalannya suatu reaksi

disubtitusikan dalam bentuk integral dari persamaan berbagai reaksi jika

persaman itu menghasilkan haega K yang tetap konstan dalam batas-batas

variasi percobaan. Makan reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde

reaksi tersebut.

b. Metode grafik

Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde

reaksi tersebut. Jika konsentrasi di plat terhadap dan di dapatkan garis

lurus. Reaksi adalah orde nol, reaksi dikatakan orde pertama jika log (a-x)

terhadap menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama

konsentrasi mula-mulanya reaksi adalah orde ke tiga.

c. Metode Waktu paruh

Dalam orde reaksi nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal

tersebut diperlihatkan pada table. Waktu paruh reaksi orde pertama tidak

berbanding pada a, waktu paruh reaksiorde ke tiga dimana a = b = c

sebanding dengan 1/a2. Umumnya hubungan antara diatas memperlihatkan

bahwa waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi dengan konsentrasi

seluruh reaksi sama t ½ = ∝ 1an−1 .

Banyak reaksi tidak dapat dinyatakan secara sederhana dengan persamaan

orde-nol, -pertama, -kedua, dan –ketiga. Reaksi tersebut melibatkan lebih dari satu

langka/reaksi elementer dan hal ini dikenal dengan reaksi kompleks. Proses ini

meliputi reaksi reversible, paralel, dan berurutan (Martin, 1993 : 747) :

K1

- Reaksi reversible = A + B C + D K2

Reaksi reversible yang paling sederhana adalah reaksi dengan tahap reaksi

ke kanan dan kekiri merupakan proses orde-pertama (Martin, 1993 : 747).

K1

- Reaksi pararel atau seri A BK2 t

Reaksi paralel merupakan reaksi yang paling sering dijumpai dalam sistem

obat-obatan, berhubungan dengan senyawa organik (Martin, 1993 : 751).

Page 6: stabilitas obat

K1 K2

- Reaksi berseri atau berurutan = A B C

Merupakan reaksi umum radioaktif (Martin, 1993 : 754).

Faktor yang mempengaruhi laju reaksi :

a. Temperature (Martin, 1993 : 766).

Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira dua atau tiga kalinya tiap

kenaikan 10oC. pengaru temperature terhadap laju ini diberikan dengan

persamaan yang pertama kali dikemukakan oleh Arrhenius, K = Ae -cc/R

atau log K = log A – EA

2,303. 1Rt Dimana laju reaksi spesifik, a adalah

konstanta yang disebut factor frekuensi, EA adalah energy aktivasi, R

adalah konstanta gas, 1,987 kal/derajat mol dan t adalah suhu absolute.

b. Kekuatan ion ( Martin,1993 : 766).

Dalam suatu reaksi antar ion, reakstan A dan b mempunyai muatan Zn dan

Zb dan kompleks teraktivasi (A….B)+(ZA + ZB). Produk.

c. Konstanta dialetrik (Martin,1993 : 779)

Efek konstanta dialetrik terhadap konstanta laju reaksi yang

dieletroplaskan sampai pengenceran tidak terbatas, yang pengaruh

kekuatannya adalah mol, sering merupakan informasi yang diperukan

dalam pengembangan pembuatan obat baru.

d. Katalis asam-basa spesifik (Martin,1993 : 783).

Larutkan sejumlah obat mengalami percepatan penguraian pada

penambahan asam atau basa jika larutan obat di dapar, pengujian tidak

akan dipengauhi oleh perubahan konsentrasi asam atau basa yang berarti,

sehingga reaksi diperkirakan dikatalis oleh ion hidrogen atau hidroksil.

e. Katalis asam-basa umum (Martin,1993 : 783).

Dalam kebanyakan sistem yang penting untuk farmasi, dapat digunakan

untuk mempertahankan pH pada larutan tertentu.

Reaksi penguraian yang terjadi pada obat dapat digolongkan hidrolisis

reaks air dengan ester seperti etil asetat dan dengan amida seperti perokamida

dikenal sebagai hidrolisis, akan tetapi reaksi antara air dan ion-ion garam dari

asam lemah dan basa lemah juga disebut hidrolisis ionic. Contoh hidrolisis pada

Page 7: stabilitas obat

aspirin, dimana ditemukan oleh edwan merupakan orde pertama dan diketahui

oleh ion hidrogen dan apisin sangat mudah terhidrolisis diatas pH 10 (Martin,

1993; 795).

Cara mengatasi reaksi penguraian ( Martin, 1993 : 797) :

(1) Dengan menyesuaikan pH larutan/ jenisdapar pada harga dimana tetapan

reaksinya kecil.

a. Dengan metode kompleks sehingga laju reaksinya turun.

b. Dengan menekan kelarutan obat sehingga konsentrasi obat yang

terdapat pada hidrolisis turun.

c. Menghilangkan air dari sirup.

d. Stabilitas misel denga surfaktan.

(2) Deglarasi reduksi merupakan percobaan electron oksidasi yang memiliki

radikal bebas difusi reaksi-reaksi berantai.

Pada masa lalu banyak perusaan farmasi mengadakan evolusi mengenai

kestabilan sediaan farmasi denga pengamatan selama 1 tahun atau lebih. Sesuai

dengan waktu yang diperlukan dalam penggunaan metode spesifik itu memakan

waktu dan tidak ekonomis. Penelitian yang dipercepat dalam temperature tinggi

juga banyak dilakukan oleh banyak perusaan, tetapi kriterianya sering merupakan

kriteria buatan yang tidak didasarkan dalam prinsip-prinsip dasar kinetik (Martin,

1993 : 811).

Metode ini dipercepar untuk produk-produk farmasi yang didalamnya

didasarkan pada prinsip-prinsip kinetika kimia dilanjutkan oleh Garset dan

Casper. Menurut klinik ini K untuk penguraian obat dengan larutan pada berbagai

temperature yang dinaikkan diperoleh dengan mempiat fungsi konstanta terhadap

waktu (Martin, 1993 : 812).

Metode pengujian yang didasarkan pada hukum Arrhenius hanya berlaku

jika penguraian fenomena ternal dengan energy aktivasi sekitar 10-35 kkal/mol.

Jika penguraian karena membeku, kontaminasi oleh mikroorganisme, guncangan

yang terlalu kuat selama pengangkatan, dan kurang berguna untuk memperkirakan

umur produk (Martin, 1993 : 816).

Page 8: stabilitas obat

Kenaikan temperatur juga tidak dapat digunakan untuk produk yang

mengandung bahan pensuspensi seperti metilselulosa yang menggumpal pada

pemanasan, protein yang mungkin didenaturasi, salep dan suppositoria yang

meleleh pada kondisi temperatur yang sedikit dinaikkan (Martin, 1993 : 816).

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat yang digunakan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu ukur

50 mL, labu ukur 10 mL, vial, pipet skala 5 mL, oven,

spektofotometer, kuvet, botol semprot, dan pipet tetes.

3.1.2 Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sirup

paracetamol, air, dan larutan NaOH 0,1 N.

3.2 Cara kerja

1. Disiapkan sebanyak 21 vial.

2. Dimasukkan 5 mL sirup paracetamol ke dalam masing-masing vial.

3. Kemudian vial-vial tersebut dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40

°C, 50 °C, dan 60 °C. Setiap suhu dimasukkan 7 vial.

4. Pada setiap 0, 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit diambil 1 vial.

5. Setiap 1 vial dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan kedalam labu

ukur 10 mL.

6. Kemudian dimasukkan larutan NaOH 0,1 N ke dalam labu ukur hingga

batas standar dan dihomogenkan.

7. Kemudian dipipet 1 mL larutan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL

dan ditambahkan air suling hingga batas standar.

8. Diukur serapannya dan dihitung bobot zat dalam mg dalam sirup.

Page 9: stabilitas obat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Diketahui kurva baku PCT

a=0,007

b=0,062

r=0,999

Absorban sirup Paracetamol

Waktu

(menit)

Absorban

25 °C 40 °C 50 °C 60 °C

0 0,425 0,934 0,682 0,410

30 0,425 0,890 0,454 0,359

60 0,425 0,740 0,374 0,298

90 0,425 0,499 0,345 0,296

120 0,425 0,458 0,318 0,256

150 0,425 0,437 0,313 0,248

180 0,425 0,432 0,224 0,012

Konsentrasi sirup paracetamol

Menit ke Konsentrasi (ppm)

40o 50oC 60oC

0 74.758 54.435 32.500

30 71.209 36.048 28.387

60 59.112 29.596 23.467

90 39.677 27.258 23.306

Ppm Absorban

4 0,260

5 0,317

7 0,446

9 0,571

11 0,697

13 0,820

Page 10: stabilitas obat

120 36.370 25.080 20.080

150 34.677 24.677 19.435

180 34.274 17.500 403

Perhitungan konsentrasi sirup paracetamol

1. Pada menit 0 suhu 40 oC

x = y−a

b×5000

= 0,934 – 0,007

0,062×5000

= 74.758 ppm

2. Pada menit 30 suhu 40 oC

x = y−a

b×5000

= 0,890 – 0,007

0,062×5000

= 71.209 ppm

3. Pada menit 60 suhu 40 oC

x = y−a

b×5000

= 0,749 – 0,007

0,062×5000

= 59.838 ppm

4. Pada menit 90 suhu 40 oC

x = y−a

b×5000

= 0,499 – 0,007

0,062×5000

= 39.677 ppm

5. Pada menit 120 suhu 40 oC

x = y−a

b×5000

= 0,458 – 0,007

0,062×5000

= 36.370 ppm

Page 11: stabilitas obat

6. Pada menit 150 suhu 40 oC

x = y−a

b×5000

= 0,437 –0,007

0,062×5000

= 34.677 ppm

7. Pada menit 180 suhu 40 oC

x = y−a

b×5000

= 0,423 – 0,007

0,062×5000

= 34.274 ppm

8. Pada menit 0 suhu 50 oC

x = y−a

b×5000

= 0,682 – 0,007

0,062× 5000

= 54.435 ppm

9. Pada menit 30 suhu 50 oC

x = y−a

b×5000

= 0,454 –0,007

0,062×5000

= 36.048 ppm

10. Pada menit 60 suhu 50 oC

x = y−a

b×5000

= 0,374 –0,007

0,062×5000

= 29.596 ppm

11. Pada menit 90 suhu 50 oC

x = y−a

b×5000

Page 12: stabilitas obat

= 0,345 – 0,007

0,062×5000

= 27.258 ppm

12. Pada menit 120 suhu 50 oC

x = y−a

b×5000

= 0,318 – 0,007

0,062×5000

= 25.080 ppm

13. Pada menit 150 suhu 50 oC

x = y−a

b×5000

= 0,313 – 0,007

0,062×5000

= 24.677 ppm

14. Pada menit 180 suhu 50 oC

x = y−a

b×5000

= 0,224 –0,007

0,062×5000

= 17.500 ppm

15. Pada menit 0 suhu 60 oC

x = y−a

b×5000

= 0,410 – 0,007

0,062

= 32.500 ppm

16. Pada menit 30 suhu 60 oC

x = y−a

b×5000

= 0,359 – 0,007

0,062×5000

Page 13: stabilitas obat

= 28.387 ppm

17. Pada menit 60 suhu 60 oC

x = y−a

b×5000

= 0,298 – 0,007

0,062×5000

= 23.467 ppm

18. Pada menit 90 suhu 60 oC

x = y−a

b×5000

= 0,296 – 0,007

0,062×5000

= 23.306 ppm

19. Pada menit 120 suhu 60 o C

x = y−a

b×5000

= 0,256 – 0,007

0,062×5000

¿20.080 ppm

20. Pada menit 150 suhu 60 oC

x = y−a

b×5000

= 0,248 – 0,007

0,062×5000

= 19.435 ppm

21. Pada menit 180 suhu 60 oC

x = y−a

b×5000

= 0,012 – 0,007

0,062× 5000

= 403 ppm

Pada Suhu 40 oC

Page 14: stabilitas obat

Waktu (menit) C 1/C Log C

0 74.758 1,337 x 10-5 4,873

30 71.209 1,404 x 10-5 4,852

60 59.112 1,691 x 10-5 4,771

90 39.677 2,520 x 10-5 4,598

120 36.370 2,749 x 10-5 4,560

150 34.677 2,883 x 10-5 4,540

180 34.274 2,917 x 10-5 4,534

Penentuan orde reaksi suhu 40oC

Orde 0 dengan meregresikan waktu dengan konsentrasi (C)

a = 147693,54

b = -22635,16

r = -0,9658656264

Orde 1 dengan meregresikan waktu dengan log C

a = 5,530708675

b = -0,1974789167

r = -0,9675028929

Orde 2 dengan meregresikan waktu dengan 1/C

a = -1,914199413 x 10-5

b = 9,054477343 x 10-6

r = 0,96672

Berdasarkan orde reaksi yang diperoleh, yang mendekati ± 1 adalah orde 1.

Pada Suhu 50oC

Waktu (menit) C 1/C Log C

0 54.435 1,837x 10-5 4,735

30 36.048 2,774 x 10-5 4,556

60 29.596 3,378 x 10-5 4,471

90 27.258 3,668 x 10-5 4,435

Page 15: stabilitas obat

120 25.080 3,987 x 10-5 4,399

150 24.677 4,052 x 10-5 4,392

180 17.500 5,714 x 10-5 4,243

Penentuan orde reaksi suhu 50oC

Orde 0 dengan meregresikan waktu dengan konsentrasi (C)

a = 66273,88

b = -8800,13

r = -0,952

Orde 1 dengan meregresikan waktu dengan log C

a = 5,05757314

b = 0,1426434713

r = -0,911394578

Orde 2 dengan meregresikan waktu dengan 1/C

a = -1,825966688 x 10-5

b = 1,279487249 x 10-5

r = 0,8555

Berdasarkan orde reaksi yang diperoleh, yang mendekati ± 1 adalah orde 0.

Pada Suhu 60 oC

Waktu (menit) 60oC 1/C Log C

0 32.500 3,076 x 10-5 4,511

30 28.387 3,522 x 10-5 4,453

60 23.467 4,261 x 10-5 4,370

90 23.306 4,290 x 10-5 4,367

120 20.080 4,980 x 10-5 4,302

150 19.435 5,145 x 10-5 4,288

180 403 2,481 x 10-3 2,605

Penentuan orde reaksi suhu 60 oC

Orde 0 dengan meregresikan waktu dengan konsentrasi (C)

a = 69328,60

b = -11149,8

Page 16: stabilitas obat

r = -0,7591306625

Orde 1 dengan meregresikan waktu dengan log C

a = 6,890951655

b = 0,6284901883

r = -0,5806379715

Orde 2 dengan meregresikan waktu dengan 1/C

a = -3,051272795 x 10-3

b = 7,785250767 x 10-4

r = 0,5188168656

Berdasarkan orde reaksi yang diperoleh, yang mendekati ± 1 adalah orde 0.

Penentuan Orde Reaksi

OrdeKoefisien Kolerasi

40° 50° 60°

a 5,530708675 66273,88 69328,60

b -0,1974789167 -8800,13 -11149,8

r -0,9675028929 -0,952 -0,7591306625

Penentuan Nilai K

Suhu (°C) b K

40 -0,1974789167 0,45481754

50 -8800,13 8800,13

60 -11149,8 11149,8

Orde 0 = k = -b

Orde 1 = k = -b x 2,303

Orde 2 = k = -b

Perhitungan :

Untuk suhu 40 °C pada orde 1

Untuk suhu 40 °C = k = -b x 2,303

Page 17: stabilitas obat

Untuk suhu 40 °C = k = 0,45481754

Untuk suhu 50 °C pada orde 0

Untuk suhu 50 °C = k = -b

Untuk suhu 50 °C = k = 8800,13

Untuk suhu 60 °C pada orde 0

Untuk suhu 60 °C = k = -b

Untuk suhu 60 °C = k = 11149,8

Penentuan Nilai K pada suhu 25° dan Usia Simpan

Suhu (°C) Suhu (°K) 1/T (x) K Log K

40 313 3,19 x 10-3 0,45481754 -0,3421627951

50 323 3,09 x 10-3 8800,13 3,944489088

60 333 3,003 x 10-3 11149,8 4,047267077

25 298 3,355 x 10-3 0,5652571046 -0,2477539704

Diketahui :

a=−424,1694152

b=−73,84619089

r=−0 , 8908219582

Persamaan Arrhenius

Log k = log A - ( EaR

. 1T )

y = a + b x 1T

y = -424,1694152 + (-73,84619089) x 0,003355

= -0,2477539704

T1/2 = 1

Co. K

= 1

24000 x−0,2477539704

= 13566,17051 jam

T90 = 19 x

CoK

= 19 x

24000−0,2477539704

Page 18: stabilitas obat

= 196 hari

4.2 Pengamatan

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan

sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat

(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf-life). Sediaan obat

yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat

diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan

karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat.

Pada percobaan ini kita akan bertujuan untuk menerangkan faktor-faktor

yang mempengaruhi kestabilan suatu zat, menentukan energi aktivitasi dari

reaksi penguraian suatu zat, dan menentukan usia simpan suatu zat.

Pada percobaan ini Disiapkan alat dan bahan. Disiapkan beberapa vial

untuk setiap menit. Disiapkan oven pada suhu 40°C, 50°C dan 60°C.

Dimasukkan setiap vial dengan 5 mL sirup parasetamol. Dimasukkan vial

yang telah diisikan sirup parasetamol ke dalam oven. Setelah itu, pada menit

ke 0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 diambil setiap 1 vial. Diencerkan sirup

parasetamol 1 mL dengan NaOH hingga batas 10 mL. Kemudian diambil 1

mL yang telah diencerkan di masukkan ke dalam gelas ukur 50 mL dan

ditambahkan aquadest hingga batas tanda. Setelah itu diambil 1 mL dari

larutan yang telah diencerkan dan dimasukkan kedalam gelas ukur 10 mL dan

diencerkan kembali dengan aquadest hingga batas tanda. Diukur kadar sirup

parasetamol dengan alat spektrofotometer.

Adapun hasil yang didapatkan pada suhu 40°C, 50°C, dan 60°C pada nilai

waktu usia simpan pada sirup parasetamol selama 196 hari. Yang diketahui

dari suhu 25 °C.

Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini adalah kurang teliti dalam

melakukan percobaan hingga hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan hasil

sebenarnya.

Page 19: stabilitas obat

Dalam bidang farmasi aplikasi stabilitas obat untuk kestabilan suatu zat

merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu

sediaan farmasi.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun hasil yang didapatkan pada suhu 40°C, 50°C, dan 60°C pada nilai

waktu usia simpan pada sirup parasetamol selama 196 hari.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih dulu mempersiapkan alat dan membersihkan

alat yang ingin di gunakan begitupun dengan cara menimbag sampel kita

harus teliti dalam menimbang bahan agar hasil yang kita dapatkan maksimal.

Page 20: stabilitas obat

DAFTAR PUSTAKA

Martin, A., 2009 ,Farmasi Fisika  jilid I, Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Martin, A., 1993 ,Farmasi Fisika  jilid II, Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Sinko, P., J., 2011, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5, Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Page 21: stabilitas obat