stabilitas obat

41
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi,mengidentifikasi, mengobinasi, menganalisis serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Farmasi mempelajari sifat fisika dan kimia suatu sediaan obat. Menganalisis sifat fisika dari sediaan obat dapat dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya yaitu stabilitas obat, rheologi, mikromeritik, dan stabilitas obat. Dalam bidang farmasi obat masih dapat diterima apabila sebagian obat mengalami peruraian sampai batas tertentu, yaitu suatu kadar obat masih berada dalam kadar yang telah ditentukan dalam farmakope Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengetahui kestabilan suatu obat dapat di uji menggunakan metode stabilitas obat (Martin, 2008). Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi 28

description

ok

Transcript of stabilitas obat

Page 1: stabilitas obat

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,

meracik, memformulasi,mengidentifikasi, mengobinasi, menganalisis serta

menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta

pendistribusian dan penggunaannya secara aman.

Farmasi mempelajari sifat fisika dan kimia suatu sediaan obat.

Menganalisis sifat fisika dari sediaan obat dapat dilakukan dalam beberapa

cara, diantaranya yaitu stabilitas obat, rheologi, mikromeritik, dan

stabilitas obat. Dalam bidang farmasi obat masih dapat diterima apabila

sebagian obat mengalami peruraian sampai batas tertentu, yaitu suatu

kadar obat masih berada dalam kadar yang telah ditentukan dalam

farmakope Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengetahui kestabilan suatu

obat dapat di uji menggunakan metode stabilitas obat (Martin, 2008).

Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu

obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar

dan memerlukan waktu yang lama sampai sediaan obat tersebut bisa

digunakan. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat

mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut

bersifat toksik sehingga dapat membahayakan. Maka perlu diketahui

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga

dapat diketahui kondisi dimana kestabilan suatu obat.

Penjelasan diatas menjelaskan kepada kita betapa pentingnya kita

mengetahui keadaan yang bagaiman suatu obat tersebut aman dan dapat

bertahan lama. Sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu

yang lama tanpa menunjukkan perubahan apapun.

Percobaan ini dilakukan dalam salah satu percobaan pada paraktikum

farmasi fisika, yaitu dengan tujuan dapat menetapkan kestabilan

28

Page 2: stabilitas obat

amoksisilin pada berbagai pH dan suhu berdasarkan konstanta kecepatan

reaksinya. sehingga setelah melakukan percobaan stabilitas obat, praktikan

dapat mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan obat.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan yaitu untuk mengetahui dan memahami

cara penentuan kestabilan obat pada berbagai pH dan suhu.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan yaitu, menetapkan kestabilan amoksisilin

pada berbagai pH yaitu pH 4,0 ; 5,0 ; 6,0 dan pada berbagai suhu yaitu

400C, 500C dan 600C.

I.3 Prinsip percobaan

Prinsip percobaan ini yaitu didasarkan pada penentuan stabilitas

amoksisilin pada berbagai pH dan suhu berdasarkan konstanta kecepatan

reaksinya diperoleh dari grafik waktu terhadap konsentrasi dimana

konsentrasi amoksisilin ditetapkan dengan metode iodometri.

28

Page 3: stabilitas obat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori

Umunya penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan dengan

cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga

praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting

diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika

kimia adalah:

1.      Kecepatan reaksi

2.      Farktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi

3.      Tingkat reaksi dengan cara penentuannya

Stabilitas suatu obat adalah suatu pengertian yang mencakup

masalah kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih bersisa

90% tidak dapat lagi disebut sub standar waktu diperlukan hingga tinggal

90% disebut umur obat ( Martin, 2008)

Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana

reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan

asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat

mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari

reaksi. (Ansel, 1989)

Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan

dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting

mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan

juga memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien yang

membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama

dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat

tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.

Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan trsendiri dengan

bahan–bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk

28

Page 4: stabilitas obat

menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta mempersatukannya

sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan. (Ansel, 1989)

Untuk obat-obat tertentu seperti bentuk kristal atau polimorf

mungkin lebih stabil dari pada lainnya, hal ini penting supaya obat

dipastikan murni sebelum digunakan pada percobaan uji stabilitasnya dan

suatu ketidakmurnian mungkin merupakan katalisator pada kerusakan obat

atau mungkin menjadikan dirinya tidak akan stabil dalam mengubah

penampilan fisik bahan obat. (Parrot, 1968)

Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan tersendiri

dengan bahan – bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling

penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta

mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk

sediaan. (Ansel, 1989)

Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test

stabilitas dipercepat dengan mengamati perubahan kosentrasi pada suhu

yang tinggi. Kestabilan suatu obat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain panas, cahaya, oksigen, kelembaban, pengaruh pH dan

mikroorganisme. Kestabilan suatu obat dapat dipercepat dengan

meningkatkan suhunya. Dengan demikian batas waktu kadaluarsa dari

suatu obat dapat diketahui dengan tepat. (Suryono, 2004)

II.2 Uraian Bahan

II.2.1 Amoxilin (FI IV: 95)

Nama Resmi : Amoxilinum

Nama Lain : Amoksisilin , Amoxilini

BM/RM : 419,45/ C16H19N3O5S

Rumus Struktrur : -

Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut

dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan

dalam kloroform.

28

Page 5: stabilitas obat

Khasiat : Infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan

lunak, infeksi saluran nafas, infeksi saluran

genital

Kegunaan : Sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar

terkendali

II.2.2 Iodium (Dirjen POM,1979)

Nama resmi : Iodum

Sinonim : Iodium

RM/BM : I2 / 166,0

Rumus struktur : I I

Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak

berwarna, opak dan putih, atau serbuk butiran

putih. Higroskopik

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lanih mudah larut

dalam air mendidih, larut dalam etanol 95 % P,

mudah larut dalam gliserol P.

Khasiat : Antijamur

Kegunaan : Sebagai reduktor yang melepaskan I2

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

II.2.3 Natrium Tiosulfat (Dirjen POM,1979)

Nama resmi : Natrii Thiosulfas

Sinonim : Natrium tisulfat

RM/BM : Na2S2O3/248,17

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur besar tidak berwarna dan serbuk kasar.

Dalam udara lembab meleleh basah, dalam

hampa udara pada suhu diatas 330 merapuh

28

Page 6: stabilitas obat

Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut

dalam etanol (95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai larutan baku.

II.2.4 Amilum (Dirjen POM,1979).

Nama Resmi : Amylum Oryzae

Sinonim : Pati Beras

RM/BM : C12H20O10/324

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih, tidak berbau, tidak

berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam

etanol (95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik, ditempat yang sejuk

dan kering.

Kegunaan : Sebagai indikator.

II.2.5 Natrium hidroksida (FI III: 412)

Nama resmi : Natrii hydroxydum

Nama lain : Natrium hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Rumus struktur : Na – O – H

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,

kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat

alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : -

Kegunaan : Sebagai larutan baku.

28

Page 7: stabilitas obat

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

1. Batang pengaduk

2. Buret 25 ml (Pyrex)

3. Corong

4. Gelas ukur (Pyrex)

5. Labu erlenmeyer 200 ml (Pyrex)

6. Labu takar 100 ml

7. Waterbath (Memmert)

8. Pipet volume 1 ml (Pyrex)

9. Sendok tanduk

10. Statif dan klem

11. Termometer (Pyrex)

12. Timbangan kasar (Citizen)

III.1.2 Bahan

1. Alumunium foil

2. Amoksisilin

3. Kertas timbang

4. Larutan dapar pH 4,0

5. Larutan dapar pH 5,0

6. Larutan dapar pH 6,0

7. Larutan I2 0,01 N

8. Larutan Na2S2O3 0,1 N

9. Larutan HCl 0,1 N

10. Larutan NaOH 0,1 N

11. Larutan kanji 0,5 %

12. Tissue roll

28

Page 8: stabilitas obat

III.2. Cara kerja

III.2.1 Pengaruh pH

1. Ditimbang amoksisilin 100 mg pada timbangan kasar sebanyak

tiga kali. Masing-masing dimasukkan pada larutan dapar pH

4,0 ; 5,0 dan 6,0.

2. Dicukupkan sampai 100 ml dalam labu takar 100 ml.

3. Panaskan hingga suhu 500C pada waterbath.

4. Jika sudah tercapai suhu 500C masing-masing pH dipipet 1 ml

sebanyak 2 kali (menit 0).

5. Pada masing-masing pH, 1 ml pertama dimasukkan dalam

erlenmeyer, ditambah dengan NaOH 0,1 N. Kemudian

ditambah dapar pH 4,0 kemudian didiamkan selama 5 menit.

6. Ditambah lagi dengan 1 ml HCL 0,1 N.

7. Ditambah dengan I2 0,01 N, homogenkan didiamkan selama 10

menit ditempat gelap sampai berwarna kuning buram.

8. Ditambah dengan indikator kanji sebanyak 3 tetes.

9. Dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi

perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna.

10. Volume yang diperoleh sebagai V1.

11. Untuk 1 ml kedua ditambah dengan dapar pH 4,0 sebanyak 4

ml. Diamkan selama 5 menit, kemudian ditambah dengan I2 10

ml.

12. Diamkan selama 10 menit ditempat gelap, kemudian ditambah

dengan indikator kanji sebanyak 3 tetes.

13. Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N.

14. Volume yang diperoleh sebagai V2.

15. Perlakuan ini dilakukan kembali pada menit ke 0,10,20 dan

menit ke 30.

16. Dihitung kadar masing-masing dengan rumus;

K=(V 2−V 1 ) x N x BE

Bs

28

Page 9: stabilitas obat

17. Dihitung waktu paruhnya. Waktu paruh terbesar berarti

stabilitas obatnya baik pada pH tersebut.

18. Dibuat grafik hubungan y = a + bx

III.2.2 Pengaruh suhu

1. Ditimbang amoksisilin sebanyak 100 mg kemudian dilarutkan

dalam dapar pH 8,0. Dicukupkan sampai 100 ml.

2. Dipipet dari situ kedalam erlenmeyer sebanyak 30 ml tiga kali.

3. Dipanaskan pada suhu 400C , 500C dan 600C.

4. Setelah suhu tercapai dipipet 1 ml sebanyak 2 kali dalam

erlenmeyer (sebagai menit ke nol).

5. 1 ml pertama ditambah dengan NaOH 0,1 N 1 ml, kemudian 4

ml dapar pH 4,0 dan didiamkan selama 5 menit

6. Ditamabah dengan HCl 0,1 N dan 10 ml I2 dan didiamkan

ditempat gelap selama 10 menit.

7. Kemudian ditambah dengan indikator kanji sebanyak 3 tetes,

dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna

dari biru menjadi tak berwarna. Volume yang diperoleh sebagai

V1.

8. Untuk 1 ml kedua ditambah dapar pH 4,0 lalu diamkan selama

lima menit. Tambahkan lagi dengan I2 sebanayak 10 ml lalu

diamkan ditempat gelap selama 10 menit.

9. Ditambahkan indikator kanji lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,1

N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tak

berwarna. Volume titrasi dihitung sebagai V2.

10. Dihitung kadar dengan rumus :

K=(V 2−V 1 ) x N x BE

Bs

11. Dibuat grafik persamaan y = a + bx

12. Perlakuan ini diulang pada menit ke 0,10,20,dan menit ke 30.

13. Ditentukan waktu paruhnya. Waktu paruh terbesar berarti suhu

itu paling stabil.

28

Page 10: stabilitas obat

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

IV.1.1 Pengaruh pH

Waktu

(menit)

pH 4,0 pH 5,0 pH 6,0

V1 (ml) V2 (ml) V1 (ml) V2 (ml) V1 (ml) V2 (ml)

0° 0,8 0,9 1,0 1,1 0,4 2,6

10° 0,9 1,1 0,9 1,0 0,5 0,75

20° 1,2 2,1 1,0 1,1 0,8 0,9

30° 0,7 1,2 1,1 1,2 0,9 1,2

IV.1.1 Pengaruh pH

Waktu

(menit)

40° C 50° C 60° C

V1 (ml) V2 (ml) V1 (ml) V2 (ml) V1 (ml) V2 (ml)

0° 0,9 0,9 0,9 1 1,1 1,4

10° 0,7 1,1 0,5 0,6 0,8 1,2

20° 1,0 1,2 0,8 0,9 0,6 1,0

30° 0,7 0,8 0,4 0,5 0,7 0,9

IV.2 Perhitungan

Pengaruh pH

1) pH 4,0

o Menit ke 0°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (0,9−0,8 ) x 0,1x 52,43

100mg

28

Page 11: stabilitas obat

=0,1x 5,243

100mg

= 0,0052

o Menit ke 10°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,1−0,9 ) x0,1 x52,43

100mg

=0,2x 5,243

100mg

= 0,010

o Menit ke 20°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (2,1−1,2 ) x0,1 x52,43

100mg

=0,9 x5,243

100 g

= 0,047

o Menit ke 30°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,2−0,7 ) x 0,1x 52,43

100 g

=0,5 x5,243

100mg

= 0,026

2) pH 5,0

o Menit ke 0°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,1−1,0 ) x0,1 x52,43

100mg

28

Page 12: stabilitas obat

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

o Menit ke 10°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,0−0,9 ) x 0,1x 52,43

100mg

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

o Menit ke 20°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,1−1,0 ) x0,1 x52,43

100mg

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

o Menit ke 30°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,2−1,1 ) x 0,1 x52,43

100mg

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

2) pH 6,0

o Menit ke 0°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (2,6−0,4 ) x0,1 x52,43

100mg

28

Page 13: stabilitas obat

=2,2x 5,243

100mg

= 0,115

o Menit ke 10°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (0,75−0,5 ) x 0,1x 52,43

100mg

=0,25 x5,243

100mg

= 0,013

o Menit ke 20°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (0,9−0,8 ) x 0,1x 52,43

100mg

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

o Menit ke 30°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,2−0,9 ) x0,1 x52,43

100mg

=0,3 x5,243

100mg

= 0,015

Regresi Linear:

1. pH 4,0

X Y X Y x2 y2 xy

0 0,005 -15 -0,017 225 0,0002 0,255

10 0,010 -5 -0,012 25 0,0001 0,06

28

Page 14: stabilitas obat

20 0,047 5 -0,025 25 0,0006 0,125

30 0,026 15 -0,004 225 0,00001 0,06

∑X 60 0,088 500 0,5

mean 15 0,022

T = 0’

y = a + bx

= 0,035 + 0,0005. 0

= 0,035

T = 10’

y = a + bx

= 0,035 + 0,0005. 10

= 0,04

T = 20’

y = a + bx

= 0,035 + 0,0005. 20

= 0,045

T = 30’

y = a + bx

= 0,035 + 0,0005. 30

= 0,05

K = 2,303 x b

= 2,303 x 0,0005

= 0,001

b = ∑xy∑ x2

= 0,235500

28

Page 15: stabilitas obat

= 0,0005

a = Y – bx

= 0,035 – 0,0005 = 0,035

T 1/2 = 0,693k

= 0,6930,001

= 693 = 69360

= 11,55 jam

2. pH 5,0

T = 0’

y = a + bx

= 0,005 + 0. 0

= 0,005

T = 10’

y = a + bx

= 0,005 + 0. 10

= 0,005

28

X Y x y x2 y2 xy

0 0,005 -15 0 225 0 0

10 0,005 -5 0 25 0 0

20 0,005 5 0 25 0 0

30 0,005 15 0 225 0 0

∑X 60 0,005 500 0

mean 15 0,001

Page 16: stabilitas obat

T = 20’

y = a + bx

= 0,005 + 0.20

= 0,005

T = 30’

y = a + bx

= 0,005 + 0. 30

= 0,005

K = 2,303 x b

= 2,303 x 0

= 0

b = ∑xy∑ x2

= 0

500

= 0

a = Y – bx

= 0,005 – 0 = 0

T 1/2 = 0,693k

= 0,693

0 = ∞

3. pH 6,0

28

Page 17: stabilitas obat

T = 0’

y = a + bx

= 0,035 + 0,00297. 0

= 0,035

T = 10’

y = a + bx

= 0,035 + 0,00297. 10

= 0,00647

T = 20’

y = a + bx

= 0,035 + 0,00297. 20

= 0,0944

T = 30’

y = a + bx

= 0,035 + 0,00297. 30

= 0,1241

K = 2,303 x b

= 2,303 x 0,00297 = 0,0066

b = ∑xy∑ x2

28

X Y X Y x2 y2 Xy

0 0,115 -15 0,078 225 0,006 1,35

10 0,013 -5 -0,024 25 0,0005 0,0125

20 0,005 5 -0,03 25 0,0009 0,0225

30 0,015 15 -0,022 225 0,0004 0,10

∑X 60 0,1482 500 1,485

Mean 15 0,001

Page 18: stabilitas obat

= 1,485500

= 0,00297

a = Y – bx

= 0,037- 0,002 = 0,035

T 1/2 = 0,693k

= 0,693

0,0066 = 105 =

10560

= 1,75 jam

Pengaruh suhu1) Suhu 40°

o Menit ke 0°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (0,9−0,9 ) x 0,1x 52,43

100mg

=0 x5,243100mg

= 0

o Menit ke 10°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,1−0,7 ) x 0,1x 52,43

100mg

=0,4 x5,243

100mg

= 0,020

o Menit ke 20°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,2−1,0 ) x0,1 x52,43

100mg

28

Page 19: stabilitas obat

=0,2x 5,243

100 g

= 0,010

o Menit ke 30°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (0,8−0,7 ) x 0,1 x52,43

100 g

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

2) Suhu 50°

o Menit ke 0°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,1−1,0 ) x0,1 x52,43

100mg

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

o Menit ke 10°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (0,6−0,5 ) x 0,1 x52,43

100mg

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

o Menit ke 20°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (0,9−0,8 ) x 0,1x 52,43

100mg

28

Page 20: stabilitas obat

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

o Menit ke 30°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (0,5−0,4 ) x0,1 x52,43

100mg

=0,1x 5,243

100mg

= 0,005

2) Suhu 60°

o Menit ke 0°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,4−1,1 ) x 0,1x 52,43

100mg

=0,3 x5,243

100mg

= 0,015

o Menit ke 10°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,2−0,8 ) x 0,1x52,43

100mg

=0,4 x5,243

100mg

= 0,020

o Menit ke 20°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,0−0,6 ) x 0,1x 52,43

100mg

28

Page 21: stabilitas obat

=0,4 x5,243

100mg

= 0,020

o Menit ke 30°

K = (V 2−V 1 ) x Nx BE

Bs

= (1,2−0,9 ) x0,1 x52,43

100mg

=0,3 x5,243

100mg

= 0,054

Regresi Linear :

1. Suhu 40°

T = 0’

y = a + bx

28

X Y X Y x2 y2 xy

0 0 -15 -0,008 225 0,0006 0,12

10 0,020 -5 0,012 25 0,0001 0,06

20 0,010 5 0,002 25 0,00000

4

0,01

30 0,005 15 -0,003 225 0,00000

9

0,045

∑X 60 0,035 500 0,235

Mean 15 0,008 125

Page 22: stabilitas obat

= 0,035 + 0,0005. 0

= 0,035

T = 10’

y = a + bx

= 0,035 + 0,0005. 10

= 0,04

T = 20’

y = a + bx

= 0,035 + 0,0005. 20

= 0,045

T = 30’

y = a + bx

= 0,035 + 0,0005. 30

= 0,05

K = 2,303 x b

= 2,303 x 0,0005

= 0,001

b = ∑xy∑ x2

= 0,235500

= 0,0005

a = Y – bx

= 0,035 – 0,0005 = 0,035

T 1/2 = 0,693k

= 0,6930,001

= 693 = 69360

= 11,55 jam

28

Page 23: stabilitas obat

2. Suhu 50°

T = 0’

y = a + bx

= 0,005 + 0. 0

= 0,005

T = 10’

y = a + bx

= 0,005 + 0. 10

= 0,005

T = 20’

y = a + bx

= 0,005 + 0. 20

= 0,005

T = 30’

y = a + bx

28

X Y X Y x2 y2 xy

0 0,015 -15 -0,012 225 0,00014 0,0315

10 0,020 -5 -0,007 25 0,000049 0,001

20 0,020 5 -0,007 25 0,000049 0,001

30 0,054 15 0,027 225 0,0007 0,16

∑X 60 0,109 500 0,01935

mean 15 0,027

Page 24: stabilitas obat

= 0,005 + 0. 30

= 0,005

K = 2,303 x b

= 2,303 x 0

= 0

b = ∑xy∑ x2

= 0

500

= 0

a = Y – bx

= 0,005 – 0 = 0,005

T 1/2 = 0,693k

= 0,693

0 = ∞

28

Page 25: stabilitas obat

3. Suhu 60°

T = 0’

y = a + bx

= 0,026 + 0,00038.0

= 0,026

T = 10’

y = a + bx

= 0,026 + 0,00038. 10

= 0,03

T = 20’

y = a + bx

= 0,026 + 0,00038. 20

= 0,033

T = 30’

y = a + bx

= 0,026 + 0,00038. 30

= 0,04

K = 2,303 x b

= 2,303 x 0,00038 = 0,0008

b = ∑xy∑ x2

28

X Y X Y x2 y2 xy

0 0,005 -15 0 225 0 0

10 0,005 -5 0 25 0 0

20 0,005 5 0 25 0 0

30 0,005 15 0 225 0 0

∑X 60 0,005 500 0

Mean 15

Page 26: stabilitas obat

= 0,1935

500

= 0,00038

a = Y – bx

= 0,027- 0,00038 = 0,026

T 1/2 = 0,693k

= 0,693

0,0008 = 866,2 =

866,260

= 14,4 jam

28

Page 27: stabilitas obat

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini dilakukan penentuan stabilitas amoksisilin pada

berbagai pH dan suhu berdasarkan konstanta kecepatan stabilitas obat.

Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia.

Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama

penyimpanan (Connors,et al.,1986).

Stabilitas obat sangat diperlukan untuk menentukan kualitas sediaan obat.

Dengan melakukan penentuan stabilitas obat untuk berbagai suhu dan pH.

Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil

sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas

diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan

mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas

suatu obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.

(Connors,et al.,1986).

Stabilitas obat dapat dilihat dengan hasil paruh waktunya (T1/2). (T1/2)

adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu

produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang

sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya

konsentrasi setengahnya. Sedangkan T90 adalah waktu yang tertera yang

menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena

diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.  (Martin, 1990)

Percobaan stabilitas ini, dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan.

Selanjutnya ditimbang amoksisilin 100 mg pada timbangan kasar sebanyak

tiga kali, masing-masing dimaukkan pda larutan dapar pH 4,0, 5,0, dan 6,0 ,

dicukupkan sampai 100 ml dalam labu takar 100 ml. Dipanaskan pada suhu

suhu 50° pada water bath. Saat suhu sudah mencapai 50° masing-masing pH

dipipet 1 mL sebanyak 2 kali (menit 0). Pada masing-masing pH, 1 mL

pertama dimasukkan dalam elenmeyer, ditambah dengan NaOH 0,1.

Kemudian ditambah dapar pH 4,0 kemudian didiamkan selama 5 menit.

Tujuan penambahan dapar ini yaitu suatu zat yang mampu mempertahankan

28

Page 28: stabilitas obat

pHnya saat ditambah sedikit asam/basa atau saat diencerkan ( Wunas,1986).

Ditambahkan 1 mL HCL 0,1 N. Kemudian ditambahkan dengan I2 0,01 N

secukupnya, homogenkan didiamkan 10 menit ditempat gelap sampai

berwarna kuning buram. Lalu ditambahkan dengan indikator kanji sebnayak 3

tetes. Tujuan penggunaan indikator kanji adalah yaitu untuk menentukan titik

akhir titrasi dimana larutan kanji dengan iodium yang dititrasi dengan larutan

baku Na2S2O3 dapat membentuk suatu senyawa absorbsi dengan memberikan

perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna ( Parrot, 1978). Volume

yang diperoleh dari titrasi sebagai V1, untuk 1 ml kedua di tambah dengan pH

4,0 sebanyak 4 ml. Diamkan selama 5 menit kemudia di tambah I2 10 ml.

Selanjutnya diamkan selama 10 menit di tempst gelap, kemudian di tambah

demgan indikator kanji sebanyak 3 tetes. Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N

volume yang diperoleh ebagai V2 hal yang sama dilakukan pada menit ke 15

dan 30. Kadar yang diperoleh pada masing-masing suhu yaitu 0,001 , 0, 0,006

dan T1/2 yaitu 693, ∞ (tak terhingga), dan 105. Dari hasil yang diperoleh pH 5

yang memiliki T1/2 yang paling tinggi sehingga dan dianggap paling stabil, di

bandingkan dengan literatur ternyata amoksisilin stabil juga di pH 4 (Agoes,

goeswin, 2009).

Percobaan kedua, dimulai dengan menimbang amoxsisilin sebanyak 100

mg kemudian dilarutkan ke dalam dapar pH 8,0 dicukupkan sampai 100ml.

Maksud penambahan dapar ini yaitu suatu zat yang mampu mempertahankan

pHnya saat ditambah sedikit asam/basa atau saat diencerkan ( Wunas,1986).

Dipipet ke dalam erlenmeyer sebanyak 30 ml tiga kali. Di panaskan pada

suhu 40° C, 50°C, dan 60°C. Setelah suhunya tercapai dipipet 1ml sebanyak 2

kali dalam erlenmeyer (sebagai menit ke nol). Saat di pipet 1 ml pertama di

tambah dengan NaOH 0,1 ml, kemudia 4 ml dapar pH 4,0 dan didiamkan

selama 5 menit. Di tambahkan HCL 0,1 dan I2 10 ml dan diamkan di tempat

gelap selama 10 menit. Alasan digunakan NaOH dapat memberikan suasana

basa dan HCl dapat memberikan suasana asam serta dapat menetralkan.

Kemudian di tambahkan indikator kanji hingga terjadi perubahan warna dari

28

Page 29: stabilitas obat

biru menjadi tak berwarna. Dan dilakukan hal yang sama pada menit ke 15

dan 30.

Kadar yang diperoleh untuk masing-masing yaitu 0,001, 0, dan 0,0008.

Serta T ½ yaitu 69, ∞ (tak terhingga), dan 866,2. Waktu paruh yang paling

besar adalah yang paling stabil. Dan yang memiliki waktu paruh paling besar

adalah di suhu 40.

28

Page 30: stabilitas obat

BAB VI

PENUTUP

VI.I Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

bahwa obat amoksisilin stabil pada pH 4,0 dan suhu 500C.

VI.I Saran

Diharapkan kepada praktikan mampu memahami dan menguasai materi

praktikum sebelum melakukan praktikum. Serta dapat berhati-hati dalam

menggunakan alat yang digunakan saat praktikum.

28