s_plb_054991_chapter2 sindrom asperger.pdf

19
9 9 BAB II PENERAPAN MEDIA PECS TERHADAP PENINGKATAN KOMUNIKASI ANAK SINDROM ASPERGER A. SINDROM ASPERGER 1. Pengertian Sindrom Asperger (SA) Sindrom asperger merupakan bagian dari Pervasive Developmental Disorder (PDD) dimana pada umumnya mereka mengalami kesulitan berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Adapun yang termasuk kedalam golongan PDD menurut Siegel (1996) yaitu: (1) sindrom asperger, (2) PDD-NOS (3) fragile x sindrom, (4) rett sindrom, (5) gangguan disintegratif masa kanak-kanak (dalam Bandi, 2009: 2). Sindrom Asperger pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatri (ahli kesehatan anak) dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki- laki yang tidak memiliki kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitif. Hans Asperger menggambarkan anak-anak tersebut sebagai orang yang memiliki interaksi sosial yang sangat minim, kegagalan berkomunikasi, dan perkembangan pada minat-minat khusus. Adapun kriteria diagnostik gangguan Asperger menurut DSM-IV adalah sebagai berikut: a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut:

description

sindrom asperger.pdf

Transcript of s_plb_054991_chapter2 sindrom asperger.pdf

  • 9

    9

    BAB II

    PENERAPAN MEDIA PECS TERHADAP PENINGKATAN

    KOMUNIKASI ANAK SINDROM ASPERGER

    A. SINDROM ASPERGER

    1. Pengertian Sindrom Asperger (SA)

    Sindrom asperger merupakan bagian dari Pervasive Developmental

    Disorder (PDD) dimana pada umumnya mereka mengalami kesulitan

    berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Adapun

    yang termasuk kedalam golongan PDD menurut Siegel (1996) yaitu: (1)

    sindrom asperger, (2) PDD-NOS (3) fragile x sindrom, (4) rett sindrom, (5)

    gangguan disintegratif masa kanak-kanak (dalam Bandi, 2009: 2).

    Sindrom Asperger pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatri (ahli

    kesehatan anak) dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang

    dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-

    laki yang tidak memiliki kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitif.

    Hans Asperger menggambarkan anak-anak tersebut sebagai orang yang

    memiliki interaksi sosial yang sangat minim, kegagalan berkomunikasi, dan

    perkembangan pada minat-minat khusus. Adapun kriteria diagnostik

    gangguan Asperger menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:

    a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh

    sekurangnya dua dari berikut:

  • 10

    10

    (1) Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel

    seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-

    gerik untuk mengatur interaksi sosial.

    (2) Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

    yang sesuai menurut tingkat perkembangan.

    (3) Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan

    orang lain.

    (4) Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.

    b. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan

    stereotipik, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:

    (1) Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik

    dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun

    fokusnya.

    (2) Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau

    ritual yang spesifik dan non fungsional.

    (3) Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya,

    menjentikkan atau memuntirkan tangan atau jari, atau gerakan

    kompleks seluruh tubuh).

    (4) Preokupasi persisten dengan bagian-bagian benda.

    c. Gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan,

    atau fungsi penting lainnya.

  • 11

    11

    d. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis

    dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun,

    frasa komunkatif digunakan pada usia 3 tahun).

    e. Tidak terdapat keterlambatan yang bermakna secara klinis dalam

    perkembangan kognitif atau dalam perkembangan keterampilan

    menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia

    (selain dalam interaksi sosial), dan keinginan tahuan tentang

    lingkungan pada masa anak-anak.

    f. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perkembangan pervasif

    spesifik atau skizofrenia.

    2. Karakteristik Sindrom Asperger

    Sindrom Asperger adalah salah satu gejala di mana individu yang

    mengalaminya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan

    lingkungannya. Secara keseluruhan anak dengan SA mampu melakukan

    kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang

    bersosialisasi, oleh karena itu mereka akan merasa kesulitan untuk

    berkomunikasi dan mengungkapkan empati kepada orang lain.

    Gejala lainnya yaitu anak dengan SA memiliki interaksi sosial yang

    sedikit, sering mengulang-ulang pembicaraan dan canggung dalam

    melakukan gerakan serta berperilaku aneh. Namun anak dengan SA

    umumnya juga memiliki kemampuan daya ingat yang cukup baik. selain itu

    anak dengan sindrom Asperger cenderung lebih baik dibandingkan orang-

    orang lain dalam beberapa hal seperti matematika dan hitung-hitungan,

  • 12

    12

    tulisan serta pemrograman komputer. Banyak Penderita sindrom Asperger

    memiliki cara penulisan yang lebih baik dibandingkan dengan cara mereka

    berbicara dengan orang lain. Mereka juga memiliki sebuah minat yang

    khusus yang mereka tekuni dan bahkan mereka menekuninya sangat detail,

    serta mereka justru menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering

    melewatkannya.

    Anak dengan SA menunjukkan gejala di mana individu yang

    mengalaminya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi untuk

    mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran serta keinginannya kepada

    orang lain sehingga cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya.

    Untuk menjadikannya lebih mudah, komunikasi bagi anak non verbal seperti

    pada anak SA dapat dilakukan dengan cara lain seperti dengan gerak isyarat,

    menunjuk gambar dan tulisan, memakai papan komunikasi dan menulis.

    Namun pada umumnya berkomunikasi melalui gambar akan terasa lebih

    mudah, menyenangkan dan efektif karena mereka memiliki kemampuan

    yang cukup menonjol di bidang visual. Mereka lebih mudah untuk

    mengingat dan belajar bila diperlihatkan tulisan atau gambar. Selain itu,

    anak dengan sindrom Asperger mungkin mengalami masalah yang

    melibatkan pergerakan tubuh, seperti halnya olah raga, atau bahkan jalan

    kaki, yang terkadang sering terpeleset. Mereka juga memiliki kebiasaan

    grogi.

    Selain itu, ciri dari anak yang mengalami SA adalah terlambatnya

    kemampuan motorik, ceroboh, minat yang terbatas dan perhatian yang

  • 13

    13

    berlebihan terhadap kegiatan tertentu. Mereka juga kurang terkoordinasi

    atau memiliki gaya berjalan aneh atau melenting, tulisan tangan buruk atau

    masalah integrasi visual-motorik, keseimbangan atau jari-jari aposisi.

    B. KOMUNIKASI

    1. Pengertian komunikasi

    Kata komunikasi di dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:585)

    dapat diartikan secara harfiah yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau

    berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksudkan dapat

    dipahami. Sedangkan menurut Ginanjar (2008:63) komunikasi juga dapat

    diartikan sebagai berikut:

    proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dsb, yang dilakukan seseorang kepada orang lain baik secara langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku.

    Dalam komunikasi terdapat tiga hal yang sangat berkaitan erat yaitu:

    pertama, komunikasi selalu melibatkan dua orang atau lebih, kedua,

    komunikasi merupakan sesuatu yang bertujuan sebagai pertukaran

    informasi yang bersifat dua arah, ketiga, bahwa komunikasi mengandung

    pemahaman yaitu mampu mendengarkan kata-kata, memahami gerakan

    tubuh, mengolah pesan dan menyimpannya dalam ingatan.

    Tujuan komunikasi adalah untuk mengungkapkan keinginan,

    mengekspresikan perasaan dan bertukar informasi. Dalam interaksi

    tersebut masing-masing akan bergantian sebagai pengirim dan penerima

  • 14

    14

    pesan. Maka agar terciptanya komunikasi yang efektif seseorang harus

    memiliki dua jenis kemampuan yaitu: pertama, kemampuan memahami

    pesan yaitu mampu mendengarkan kata-kata, mengolah pesan serta

    menyimpannya dalam ingatan dan yang kedua, kemampuan merespon

    pesan yaitu mampu memilih kata atau gerakan yang dapat dipahami oleh

    lawan bicara (Ginanjar, 2008: 63-64).

    2. Tahapan komunikasi

    Menurut Susman (dalam Ginanjar, 2008) perkembangan komunikasi

    anak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: kemampuan berinteraksi, cara

    anak berkomunikasi, alasan dibalik komunikasi yang dilakukan anak dan

    tingkat pemahaman anak.

    Disamping itu kita perlu memahami tahapan perkembangan

    komunikasi pada anak untuk kemudian mengetahui pada tahap mana anak

    yang bersangkutan berada sehingga kita dapat merancang gaya

    komunikasi yang sesuai. Adapun tahapan komunikasi pada anak sebagai

    berikut:

    a. The own agenda stage, pada tahap ini anak masih suka bermain sendiri

    dan tampaknya tidak tertarik pada orang-orang di sekitarnya. Anak

    belum tahu bahwa dengan komunikasi ia dapat mempengaruhi orang

    lain. untuk mengetahui keinginannya kita harus memperhatikan gerak

    tubuh dan ekspresi wajahnya. Seringkali anak mengambil benda-benda

    yang diinginkannya. Anak mungkin belum mau berinteraksi dengan

    anak-anak lainnya. Anak juga membuat suara untuk menenangkan diri,

  • 15

    15

    menangis atau menjerit untuk menyatakan protes. Anak juga suka

    tersenyum dan tertawa sendiri, pada tahap ini anak hampir tidak

    memahami kata-kata yang kita ucapkan.

    b. The requester stage, pada tahap ini anak mulai menyadari bahwa

    tingkah lakunya dapat mempengaruhi orang di sekitarnya. Bila

    menginginkan sesuatu biasanya anak akan menarik tangan orang lain

    dan mengarahkannya pada benda yang diinginkan. Kegiatan atau

    permainan yang amat disukainya bersifat fisik seperti bergulat,

    digelitiki, cilukba. Sebagian anak mampu mengulangi kata-kata atau

    suara namun bukan untuk berkomunikasi melainkan untuk

    menenangkan dirinya. Anak mulai bisa mengikuti perintah sederhana,

    namun responnya masih belum konsisten. Anak juga mulai memahami

    tahapan rutin dalam kehidupannya sehari-hari.

    c. The early communication stage, pada tahap ini kemampuan anak

    dalam berkomunikasi lebih baik karena melibatkan penggunaan gerak

    isyarat, suara dan gambar. Anak dapat berinteraksi dengan orang tua

    dan orang yang dikenal, anak juga ingin mengulang permainan dan

    dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama.

    Pada tahap ini pula anak mulai mengulangi hal-hal yang didengar,

    meminta sesuatu, memprotes atau menolak sesuatu dengan

    menggunakan gambar, gerak tubuh atau kata. Anak juga telah dapat

    mengerti kalimat sederhana atau kalimat yang sering digunakan,

    mengerti nama benda atau nama orang yang sehari-hari ditemui, dapat

  • 16

    16

    mengatakan hai, dadah dan dapat menjawab pertanyaan dengan

    mengatakan ya atau tidak dan dapat menjawab pertanyaan apa

    ini/apa itu?.

    d. The partner stage, pada tahap ini anak dapat berinteraksi lebih lama

    dengan orang lain dan dapat bermain dengan orang lain dan dapat

    bermain dengan anak lain. Anak juga sudah dapat menggunakan kata-

    kata atau metode lain dalam berkomunikasi untuk meminta, protes,

    setuju, menarik perhatian sesuatu, bertanya dan menjawab sesuatu.

    Anak juga dapat mulai menggunakan kata-kata atau metode lain untuk

    berbicara mengenai waktu lampau dan yang akan datang, menyatakan

    keinginannya dan meminta sesuatu.

    Anak pada tahap ini sudah dapat membuat kalimat sendiri dan

    melakukan percakapan pendek dan lebih banyak mengerti

    perbendaharaan kata-kata.

    C. MEDIA PECS

    1. Pengertian PECS

    PECS (Picture Exchange Communication System) adalah suatu

    pendekatan untuk melatih komunikasi dengan menggunakan simbol-

    simbol verbal (Bondy dan Frost, 1994:2). PECS dirancang oleh Andrew

    Bondy dan Lori Frost pada tahun 1985 dan mulai dipublikasikan pada

    tahun 1994 di Amerika Serikat. PECS digunakan untuk anak yang

  • 17

    17

    perkembangan bahasanya terhambat dan tidak memiliki kemauan untuk

    berkomunikasi dengan orang lain.

    Penggunaan media PECS tidak akan membuat anak tergantung pada

    gambar-gambar, tetapi dengan adanya bantuan gambar-gambar atau

    simbol-simbol maka pemahaman terhadap bahasa yang disampaikan

    secara verbal dapat dipahami secara jelas. Memang, pada tahap awal anak

    diperkenalkan dengan simbol-simbol non verbal, namun pada fase akhir

    dalam penggunaan media PECS ini anak dimotivasi untuk berbicara.

    Berdasarkan pengalaman Wallin (2007:1) ada beberapa keunggulan

    yang dimiliki oleh PECS yaitu:

    a. Setiap pertukaran menunjukkan tujuan yang jelas dan mudah

    dipahami. Pada saat tangan anak menunjuk gambar atau kalimat maka

    dapat dengan cepat dan mudah permintaan atau pendapatnya itu mudah

    dipahami. Melalui PECS anak telah diberikan jalan yang lancar dan

    mudah untuk menemukan kebutuhannya.

    b. Sejak dari awal tujuan komunikasi ditentukan oleh anak. Anak-anak

    tidak diarahkan untuk merespon kata-kata tertentu atau pengajaran

    yang ditentukan oleh orang dewasa, akan tetapi anak-anak didorong

    untuk secara mandiri memperoleh jalan untuk komunikasi secara

    alamiah. Guru atau pembimbing mencari apa yang anak inginkan

    untuk dijadikan penguatan dan jembatan komunikasi dengan anak.

  • 18

    18

    c. Material (bahan-bahan) yang digunakan cukup mudah disiapkan dan

    bisa digunakan kapan saja dan dimana saja. Simbol PECS juga dapat

    dibuat dengan gambar sendiri atau dengan foto.

    d. PECS tidak membatasi anak untuk berkomunikasi dengan siapapun.

    Setiap orang dapat dengan mudah memahami simbol PECS sehingga

    anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya dengan

    keluarga atau guru di sekolah (dalam Depdikbud, 2008: 24).

    Material yang digunakan dalam PECS cukup mudah. Simbol atau

    gambar dapat diperoleh dengan cara menggambar sendiri, majalah atau

    Koran, atau gambar dari komputer (clip art). Gambar-gambar tersebut

    dibentuk kartu kemudian dilaminating agar awet dan dibelakang gambar

    itu dipasang pengait atau double tape agar bisa dipasang atua digantung

    pada berbagai media. Mengenai ukuran gambar atau simbol yang

    digunakan oleh setiap anak akan berbeda tergantung kepada kemampuan

    menggenggam, visual dan kognitif anak.

    2. Penerapan PECS

    Adapun dalam pelaksanaan PECS ini anak dibimbing oleh dua orang

    guru atau pembimbing. Salah satunya sebagai pembimbing atau guru

    utama dan satunya lagi sebagai asisten. Posisi guru utama berhadapan

    dengan anak, sedangkan asisten berada tepat di belakang anak.

    Guru utama bertugas sebagai pembimbing untuk mengajarkan dan

    melakukan pertukaran gambar atau berkomunikasi dengan anak. Asisten

    bertugas untuk memberikan bantuan (prompting) kepada anak dan

  • 19

    19

    membantu guru utama menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

    Adapun prosedur latihan dalam PECS adalah sebagai berikut:

    Fase 1

    Tujuan:

    Anak mampu mengamati item/objek yang disajikan, anak memilih salah

    satu gambar dari item itu, mengambil gambar itu dan menyerahkannya pada

    guru atau pembimbing

    Catatan:

    Pada fase ini tidak ada prompting verbal (misalnya: apa yang kamu

    inginkan? atau berikan gambar itu!). Anak boleh belajar berbagai macam

    gambar. Gambar yang berbeda boleh diajarkan jika gambar sebelumnya

    sudah dikuasai.

    Prosedur latihan:

    1. Simpanlah di depan anak dua atau tiga objek yang disukai, sering

    digunakannya dan sudah dikenal oleh anak.

    2. Pada saat anak memilih objek tersebut biarkanlah ia memainkannya

    untuk beberapa saat, kemudian guru utama mengambil objek itu.

    Simpanlah objek itu, jangan sampai terlihat oleh anak

    3. Gantilah objek itu dengan gambarnya dan simpan gambar itu di depan

    anak. Sementara salah satu tangan guru memegang objek yang

    diinginkan oleh anak dan tangan satu lagi sebagai prompting posisinya

    terbuka (posisi tangan meminta sesuatu). Diharapkan anak memberikan

    gambar objek itu kepada guru. Reaksi anak mungkin berusaha untuk

  • 20

    20

    merebut objek yang diinginkan, oleh karena itu asisten harus menjaga

    agar anak tetap duduk. Reaksi seperti itu adalah reaksi yang tidak

    diinginkan.

    4. Jika anak bereaksi tidak sesuai yang diharapkan maka asisten dapat

    memberikan bantuan/prompting dengan cara memegang tangan untuk

    meraih gambar objek dan memberikannya pada tangan guru. Mintalah

    anak untuk melepas gambar itu sambil melabel perbuatan anak dengan

    mengatakan misalnya:oh, kamu ingin main mobil-mobilan ya!.

    Kemudian segera berikannlah objek yang diinginkannya.

    5. Biarkanlah anak beberapa saat memainkan objek itu. Kemudian ambil

    lagi objek itu dan lakukan langkah 3 dan 4. Langkah-langkah itu terus

    diulang sambil coba dihilangkan bantuan/promting dari asisten dan guru.

    6. Latihan dapat dilanjutkan pada fase kedua jika respon anak benar dan

    tidak membutuhkan promting dari guru ataupun asisten.

    Fase II

    Tujuan:

    Anak berkomunikasi menggunakan buku/papan komunikasi,

    menempel/menyimpan gambar, mampu berganti partner komunikasi dan

    menyerahkan gambar pada tangan partner komunikasinya.

    Persiapan:

    Siapkanlah papan komunikasi untuk menempelkan atau mengaitkan kartu

    gambar. Siapkanlah gambar yang mudah dijangkau guru.

  • 21

    21

    Prosedur latihan:

    1. Tempelkan pada papan komunikasi gambar tertentu yang mewakili

    keinginan anak.

    2. Anak harus mengambil gambar dari papan itu dan memberikannya

    kepada guru, kemudian guru memberikan apa yang diinginkan anak.

    Guru memasang kembali gambar tersebut.

    3. Jika anak tidak mengambil gambar di papan atau responnya salah maka

    perlu promting/bantuan dari asisten dengan cara memegang tangan anak

    untuk meraih gambar dan menyerahkannya pada tangan guru.

    4. Apabila respon anak sudah benar maka perlebarlah sedikit-sedikit jarak

    guru dengan anak. Sehingga anak akan bergerak/berjalan keluar dari

    kursi menuju guru untuk menyerahkan gambar. Segeralah guru

    memberikan objek yang diinginkannya. Guru memasang kembali

    gambar.

    5. Apabila anak sudah konsisten dan mandiri bisa mengambil gambar dan

    menyerahkannya kepada guru maka lanjutkan pada fase III.

    Fase III

    Tujuan:

    Anak mampu meminta objek yang diinginkannya dengan cara bergerak

    menuju papan komunikasi kemudian memilih gambar tertentu yang

    mewakili keinginannya dan menyerahkan gambar itu ke guru atau partner

    komunikasinya

    Persiapan:

  • 22

    22

    Tempelah dua gambar pada papan komunikasi, termasuk gambar objek yang

    diinginkan anak. Gambar yang tidak mewakili keinginan anak harus benar-

    benar bertolak belakang dengan keinginannya (misalnya anak ingin kue

    dipasang pula gambar sepatu, baju dll).

    Catatan:

    Tidak ada prompting verbal. Anak boleh belajar berbagai gambar, gambar

    yang berbeda boleh diajarkan jika gambar yang sebelumnya bisa dikuasai.

    Posisi sebagai guru dan asisten bergantian, boleh juga diganti oleh guru

    yang lain. Lokasi gambar yang diinginkan pada papan komunikasi harus

    berubah-ubah, sehingga mendorong anak untuk mengidentifikasi dan

    mengamati.

    Prosedur latihan:

    1. Pasanglah pada papan komunikasi satu gambar objek yang diinginkan

    dan gambar objek lain yang tidak diinginkannya.

    2. Awalnya pasangkan gambar objek yang diinginkan dengan objek

    kongkritnya (dengan cara menempatkan gambar diantara objek dan

    anak.

    3. Kemudian secepatnya ambil/pindahkan objek kongkrit dan hanya

    gambar objek yang ada di hadapan anak.

    4. Kembali ke papan komunikasi. Jika anak memilih gambar objek yang

    tidak diinginkannya, bantulah ia untuk mengambil gambar yang sesuai

    dengan yang diinginkan, sambil mengatakan kalau kamu mau kue,

    kamu minta kue.

  • 23

    23

    5. Untuk meyakinkan hubungan antara gambar objek dengan objek yang

    diinginkan, melalui cara memberikan langsung objek yang diinginkan

    ketika anak menyerahkan gambar objek yang diinginkan. Cara seperti

    itu, dapat pula untuk melihat apakah anak sudah memiliki atau belum

    konsep hubungan antara gambar dengan objek yang diinginkannya.

    Fase IV

    Tujuan:

    Siswa mampu meminta objek yang diinginkan dengan atau tanpa ada

    gambar objeknya disertai penggunaan kata saya ingin atau saya mau

    lalu gambar diletakkan pada papan kalimat, selanjutnya anak mengambil

    gambar objek yang diinginkan dan diletakkan disebelah kanan simbol saya

    ingin. Susunan gambar tersebut diserahkan kepada guru atau pasangan

    komunikasinya.

    Persiapan:

    Sediakan papan kalimat dan siapkan gambar atau simbol saya ingin atau

    saya mau.

    Catatan:

    Tidak ada prompting verbal. Teruskan menguji pemahaman anak tentang

    hubungan antar gambar dengan yang diinginkannya. Lanjutkan pula dengan

    berbagai aktivitas dengan berbagai partner komunikasi.

    Prosedur latihan:

    1. Simpanlah simbol saya ingin pada papan kalimat.

  • 24

    24

    2. Bimbinglah anak untuk menempatkan objek yang diinginkan disebelah

    kanan simbol saya ingin

    3. Mintalah anak untuk menyerahkan susunan gambar itu kepada guru,

    sambil guru membacakan keinginan anak saya ingin. (ada jeda

    diharapkan anak mengulangi ucapan guru atau mengisi jeda itu).

    4. Apabila siswa sudah konsisten mampu untuk melakukan ini, pasanglah

    terus simbol saya ingin, pada papan kalimat.

    5. Pada saat siswa menginginkan sesuatu, bimbinglah ia menempatkan

    simbol saya ingin, kemudian bimbinglah anak untuk menempatkan

    gambar objek yang diinginkannya di sebelah kanan simbol saya ingin.

    6. Lanjutkan terus latihan ini hingga anak mampu melengkapi langkah-

    langkah latihan secara mandiri.

    Fase V

    Tujuan:

    Anak mampu secara spontan meminta objek yang diinginkan melalui

    gambar dan dapat menjawab dengan gambar pertanyaan apa yang kamu

    inginkan? atau kamu mau apa?

    Prosedur latihan:

    1. Pada fase ini, anak secara mandiri menggunakan simbol saya ingin

    atau saya mau diikuti gambar objek yang diinginkan.

    2. Idealnya, untuk mengungkapkan apa yang anak inginkan, ia tidak perlu

    dibantu dengan pertanyaan apa yang kamu inginkan?. Tetapi hal

  • 25

    25

    tersebut tidak dapat dielakkan lagi. Oleh karena itu fase ini mengajarkan

    anak untuk merespon pertanyaan tersebut.

    3. Hal yang paling penting adalah anak mampu mengungkapkan

    keinginannya secara spontan tanpa harus dibantu dengan pertanyaan

    lagi.

    Fase VI

    Tujuan:

    Anak mampu berkomentar, mengekspresikan perasaan suka dan tidak suka

    dll.

    Persiapan:

    Membuat simbol menurut saya, saya suka, saya rasa dll.

    Catatan:

    Guru juga menggunakan kartu gambar untuk berkomunikasi dengan anak.

    Hal itu akan menjadi model untuk penggunaan fungsi-fungsi komunikasi.

    Prosedur latihan:

    1. Ciptakan kesempatan agar anak berkomentar dalam aktivitas secara

    alami, misalnya saat jam istirahat, guru dapat membuat komentar

    mmm, saya suka kue (menggunakan kartu gambar milik anak), apa

    yang kamu sukai?.

    2. Contoh lain saya bahagia, bagaimana perasaan mu?.

    3. Akhir dari fase ini, diharapkan siswa siap menggunakan gambar untuk

    mengungkapkan komentar dan perasaannya kepada siapa pun, meskipun

    harus membawa buku/papan komunikasi kemana-mana.

  • 26

    26

    Demikianlah cara penerapan PECS, mulai dari fase I sampai VI selalu

    diawali dengan apa yang anak inginkan. Jika pembelajaran dimulai dari

    apa yang anak suka atau inginkan maka tujuan pembelajaran yang ingin

    dicapai pun akan mudah dikuasai anak.

    D. Kerangka Berfikir

    Sindrom Asperger (SA) merupakan salah satu bagian dari gangguan

    perkembangan pervasif dimana individu yang mengalaminya memiliki

    kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Anak dengan SA

    umumnya kesulitan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran serta

    keinginannya kepada orang lain, sehingga mereka menggunakan cara-cara lain

    untuk berkomunikasi dengan orang lain seperti dengan gerak isyarat, menulis,

    menggunakan papan komunikasi atau menunjuk gambar. anak dengan SA

    pada umumnya memiliki kemampuan yang cukup menonjol di bidang visual

    sehingga mereka akan mudah berkomunikasi dengan orang lain apabila

    menggunakan gambar.

    Media PECS merupakan suatu media pembelajaran visual yang digunakan

    untuk melatih dan mendorong anak agar dapat berkomunikasi dengan orang

    lain dengan menggunakan gambar-gambar. Dalam proses penerapannya setiap

    anak menunjuk, mengambil gambar atau kalimat maka dapat dengan cepat dan

    mudah permintaan tersebut dipahami oleh orang lain. Hal itu dikarenakan

    gambar-gambar yang digunakan cukup menarik dan mudah dipahami oleh

    setiap orang sehingga anak dapat berkomunikasi dengan siapapun. Arah

  • 27

    27

    komunikasi juga ditentukan sendiri oleh anak, sehingga anak bebas

    mengutarakan pikiran dan keinginannya melalui gambar-gambar kepada orang

    lain. Dengan demikian diduga melalui penggunaan media PECS ini dapat

    meningkatkan kemampuan komunikasi anak Sindrom Asperger.