Kelayakan Jembatan Selat Sunda Sebagai Penghubung 2 Pulau Utama Di Indonesia
Spesifikasi Teknis Jembatan Selat Sunda
-
Upload
tariq-kusuma -
Category
Documents
-
view
2.140 -
download
18
Transcript of Spesifikasi Teknis Jembatan Selat Sunda
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
1800 1825 1850 1875 1900 1925 1950 1975 2000 2025 2050 2075
Menai 1826
Bentang 177 m
Brooklyn 1883
Bentang 488 m
Golden Gate 1937
Bentang 1280 m
Messina Strait 1994
Bentang 3300 m
Gibraltar Strait 2016
Bentang 5000 m
Humber 1981
Bentang 1410 m
Great Belt - East 1998
Bentang 1624 m
Akashi Kaikyo 1998
Bentang 1991 m
Jiang Yin 2000
Bentang 1385 m
Runyang 2005
Bentang 1400 m
Xihoumen 2008
Bentang 1650 m
JSS 2025
Bentang 2200 m
Tahun
Pa
nja
ng
Be
nta
ng
Te
ng
ah
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JEMBATAN GANTUNG
SEJARAH PERENCANAAN JSS
1960
• Prof. Sedyatmo dalamorasi ilmiah di ITB mengemukakan konsepTri Nusa Bimasakti, wacana menghubungkanBali – Jawa – Sumatera untuk menjadi satukesatuan ekonomi.
1965
• Jurusan Teknik Sipil ITB memamerkan maketsarana penyeberanganSelat Sunda berupaserangkaian jembatangantung di Gedung Pola, Jakarta, dalam acaraperingatan HUT RI ke-20.
1986
•Men Ristek/Kepala BPPT ditugaskan oleh PresidenSoeharto untuk mengkajikonsep Tri Nusa Bimasakti.
1988 – 1992
• Kem. PU dan BPPT melakukan studi saranapenyeberangan SelatSunda (jembatan, terowongan, pelabuhanferi) dengan pembiayaandari JICA.
Yang dipaparkan berikut ini merupakan hasil pra-desain
Jembatan Selat Sunda sebagai bagian dari pra-studi kelayakan
yang telah diselesaikan oleh Wiratman & Associates atas
penugasan dari PT. Bangungraha Sejahtera Mulia – Artha Graha
Network dan secara resmi telah diserahkan oleh Pemerintah
Daerah Banten dan Pemerintah Daerah Lampung kepada
Pemerintah Indonesia pada tanggal 13 Agustus 2009
PRA-DESAIN JSS
JawaSumatera
Sangiang
Panjurit
Kedalaman
Warna Dari Sampai
-150.00 -125.00
-125.00 -100.00
-100.00 -75.00
-75.00 -50.00
-50.00 -25.00
-25.00 0.00
0.00 25.00
(m) (m)
note :Hasil survey batimetri tahun 2009 sebagai bagian dari pra studi kelayakan atas penugasan PT.BSM
DESAIN GEOMETRIK
2.2 km
-0.88 %
0.00 %-1.00 %
1.00 %
0.00 %
-0.97 % 0.97 %
0.00 %
Panjurit Sangiang
JawaSumatera
Seksi V6.35 km
Seksi IV3.8 km
Seksi III8.55 km
Seksi II3.8 km
Seksi I6.5 km
± 86 m +0.00 MSL
0.8 km
Palung : -135 m Palung : -114 m
0.8 km
0.0%
2.2 km0.8 km 0.8 km
JawaSumatera
Sangiang
Panjurit
Kedalaman
Warna Dari Sampai
-150.00 -125.00
-125.00 -100.00
-100.00 -75.00
-75.00 -50.00
-50.00 -25.00
-25.00 0.00
0.00 25.00
(m) (m)
note :Hasil survey batimetri tahun 2009 sebagai bagian dari pra studi kelayakan atas penugasan PT.BSM
VERIFIKASI RUANG BEBAS
Nama Kapal (Tahun beroperasi) TipePanjang
(m)
Lebar
(m)
Draft
Terisi
(m)
Tinggi
Total
(m)
Tinggi
Udaraa
(m)
Emma Maersk (Agustus 2006) Container Vessel 397 56 15.5 62.1 51.6
Explorer of the Seas (Oktober 2000) Passenger Ship 311 47.4 8.3 72.3 69
RMS Queen Mary 2 (Januari 2004) Passenger Ship 345 45 10.1 72 67.1
Freedom of the Seas (Juni 2006) Passenger Ship 338.91 56.08 8.53 63.7 60.17
Liberty of the Seas (Mei 2007) Passenger Ship 338.91 56.08 8.53 63.7 60.17
Oasis of the Seas (Desember 2009) Passenger Ship 361.8 60.5 9.3 81.3 77
USS Enterprise (Januari 1962) Aircraft Carrier 342 77.1 12 75 68
Tinggi udara = Tinggi total – Draft Terisi + 5 meter ( tambahan untuk kondisi kosong danfaktor-faktor yang tidak diperhitungkan )
KEBUTUHAN RUANG BEBAS VERTIKAL
VERIFIKASI RUANG BEBAS
KEBUTUHAN RUANG BEBAS HORISONTAL BERDASARKAN SHIP DOMAIN THEORY
NamaPanjang
(m)
Ruang Bebas Horisontal
Lalu Lintas Satu Arah Lalu Lintas Dua Arah
Bebasa Terkendali Bebas Terkendali
(m) (m) Min (m) Maks (m) Min (m) Maks (m)
Emma Maersk 397 1270 635 2660 3255 1390 1985
Explorer of the Seas 311 995 498 2084 2550 1089 1555
RMS Queen Mary 2 345 1104 552 2312 2829 1208 1725
Freedom of the Seas 338.91 1085 542 2271 2779 1186 1695
Liberty of the Seas 338.91 1085 542 2271 2779 1186 1695
Oasis of the Seas 361.8 1158 579 2425 2967 1267 1809
USS Enterprise 342 1094 547 2291 2804 1197 1710
3,2
L6
,7-8
,2 L
3,5
-5,0
L1
,6 L
VERIFIKASI RUANG BEBAS
Ruang bebas vertikal Jembatan Gantung Selat Sunda direncanakan 85 m dari HWL agar lebih tinggi dari tinggi udara terbesar serta memperhitungkan efek kenaikan elevasi air laut akibat pemanasan global.
Ruang bebas horizontal Jembatan Gantung Selat Sunda yang tersedia adalah 2100 m sehingga memenuhi persyaratan lalu lintas kapal bebas 1 arah.
REFERENSI DESAIN
Desain struktur atas Jembatan Gantung Selat Sunda mengacu pada desainJembatan Selat Messina, sedangkan desain struktur bawahnya mengacu padadesain Jembatan Akashi Kaikyo.
Pra-desain Jembatan Selat Sunda telah dibahas bersama antara Wiratman &Associates dan Stretto di Messina di kantor pusat SdM di Roma pada tanggal 30Juni – 2 Juli 2009.
Akashi KaikyoSelat Messina
TINGGI DEK : 3.0 m
TINGGI BALOK MELINTANG : 4.5 m
JARAK ANTAR BALOK MELINTANG (JARAK KABEL PENGGANTUNG) : 30 m
LEBAR TOTAL : 60.0 m, terdiri dari :
• 3 lajur lalu lintas, masing-masing arah selebar 3 x 3.75 m
• 2 lintasan kereta api selebar 10 m
• Lajur maintenance, masing-masing sisi selebar 5.05 m
PENAMPANG DEK TRIPLE BOKS (DEK GENERASI KETIGA)
JEMBATAN GANTUNG ULTRA PANJANG
JEMBATAN GANTUNG ULTRA PANJANG
JEMBATAN GANTUNG ULTRA PANJANG
134
m
324
m
• Sag to span ratio yang digunakan = 1 : 10
• Tinggi total pilon dari MSL = 322.4 m
• Ruang bebas vertikal untuk navigasi = 86 m (Dari MSL)
• Penampang pilon menggunakan panel mono cellular dengan baja mutu tinggi setebal 80 mm
18 m
15 m
PILON
322.
4 m
86 m
ULTRA LONG SPAN SUSPENSION BRIDGE
(MSL) + 0.00
KONSTRUKSI KAISON JEMBATAN AKASHI KAIKYO
Sumber : History & National Geographic Channel
KAJIAN STRUKTUR
Untuk mengkaji kekuatan dan kehandalan struktur, ditinjau
pengaruh dari beban-beban yang bekerja yaitu :
Beban mati (Berat sendiri)
Beban hidup (Beban kereta rel dan beban lalu lintas)
Beban angin
Beban gempa
Urutan besar komponen gaya aksial pada kabel utama:
Pada bentang 1.000 m : berat sendiri dek, beban kereta rel, berat sendiri kabel, bebanlalu lintas jalan.
Pada bentang 2.000 m : berat sendiri kabel = berat sendiri dek, beban kereta rel, bebanlalu lintas jalan.
Pada bentang 3.000 m : berat sendiri kabel, berat sendiri dek, beban kereta rel, bebanlalu lintas jalan.
ANALISIS BEBAN MATI
JEMBATANBERAT DEK
ton/mBERAT KABEL
ton/m
Akashi Kaikyo(Bentang 1991 m)
23 12
Selat Messina (Bentang 3300 m)
18 32
Selat Sunda(Bentang 2200 m)
18 18
ANALISIS BEBAN MATI
Dengan menggunakan sistem dek triple boks, berat dek JSS menjadi relatif
ringan, sehingga berat kabel utama yang dibutuhkan tidak menjadi relatif
besar.
BERAT DEK DAN KABEL UTAMA
ANALISIS BEBAN HIDUP
Perubahan kelandaian jembatan akibat beban kereta rel menentukan kelayakan /
keselamatan penyeberangan. Dalam kasus Jembatan Gantung Selat Sunda, beban
kereta rel mengakibatkan perubahan kelandaian sebesar 0.015% yang memenuhi
persyaratan maksimum 0.05%, sehingga kereta rel tidak akan menemui masalah
ketika melaju di atas jembatan.
8 ton/m, 750 m
ANALISIS BEBAN ANGIN
Periode Ulang (tahun)
50 200 2000 >2000
Kecepatan angin di
Selat Sunda29 m/s 49 m/s 58 m/s 62 m/s
Periode Ulang (tahun)
50 200 2000 >2000
Kecepatan angin di
Selat Messina44 m/s 47 m/s 54 m/s 60 m/s
“3 s gust” pada ketinggian 70 m
ANALISIS BEBAN ANGIN
Lendutan lateral
maksimum akibat
beban angin 60 m/s
adalah sebesar 9
meter.
JEMBATANLENDUTAN MAKSIMUM AKIBAT
ANGIN(meter)
Akashi Kaikyo 30
Selat Messina 10
Selat Sunda 9
9 meter
DEFINISI FLUTTER
Pengaruh angin yang harus diwaspadai adalah gejala flutter (aero-elasticinstability). Flutter terjadi apabila ragam getar vertikal berimpit / bergabungdengan ragam rotasional sehingga saling memperbesar.
Sebagai contoh adalah keruntuhan Jembatan Tacoma Narrows akibat gejalaflutter oleh angin dengan kecepatan hanya 60 km/jam pada tahun 1940.
Sumber : archive.org
Untuk memastikan keamanan terhadap flutter, syarat berikut harus terpenuhi :
STABILITAS AERO-ELASTIK
Ragam getar vertikal
Ragam getar vertikal (ragam ke-2) mempunyai waktu getar 13.1 detik
Ragam getar rotasional
Ragam getar rotasional (ragam ke-8) mempunyai waktu getar 8.4 detik
Rasio frekuensi antara kedua ragam tersebut = 1.56
Jembatan Bentang (m) Jenis dek Rasio frekuensi
Severn 988 Single boks 2,65
Humber 1410 Single boks 2,80
Storebaelt 1624 Single boks 2,79
Xihoumen 1650 Double boks 2,00
Akashi 1991 Rangka 2,35
Selat Sunda 2200 Triple boks 1,56
Messina 3300 Triple boks 1,36
RASIO FREKUENSI BEBERAPA JEMBATAN GANTUNG DI DUNIA
STABILITAS AERO-ELASTIK
Dari tabel terlihat, rasio frekuensi Jembatan Gantung Ultra-panjang Selat Sundasebesar 1,56 adalah cukup baik, artinya frekuensi ragam rotasional pertama cukupjauh keberadaannya dari frekuensi ragam vertikal pertama, sehingga kecilkemungkinannya ke dua ragam tersebut bergabung
Menurut uji coba terowongan angin Jembatan Selat Messina, gejala flutter baruakan terjadi pada kecepatan angin 90 m/detik atau 324 km/jam. JembatanGantung Ultra-panjang Selat Sunda yang mempunyai jenis dek yang sama tetapidengan bentang yang lebih pendek, paling tidak akan mempunyai kecepatanflutter yang sama 324 km/jam.
KESIMPULAN DARI STABILITAS AERO-ELASTIK
Kecepatan angin setinggi ini belum pernah dan tidak akan pernah terjadi di SelatSunda, berarti Jembatan Gantung Ultra-panjang Selat Sunda dapat dianggapbebas flutter
STABILITAS AERO-ELASTIK
Periode ulang (tahun)
50 200 2000 >2000
Percepatan puncak
batuan dasar (PGA)
Selat Sunda
0.1-0.15 ga 0.15-0.25 ga 0.4-0.5 g 0.5-0.6 ga
Periode ulang (tahun)
50 200 2000 >2000
Percepatan puncak
batuan dasar (PGA)
Selat Messina
0.12 g 0.27 g 0.58 g 0.64 g
ANALISIS GEMPA
PERCEPATAN PUNCAK BATUAN DASAR (PGA)
Dari hasil Probabilistic Seismic Hazard Analysis, diperoleh :
Pada kasus Selat Sunda, struktur jembatan didesain untuk menahangempa hingga besaran 9.0 Skala Richter
Ragam lateral pertama yang simetris (ragam no.1); waktu getar alami 23.9 detik;berkaitan dengan gerak lateral bandul dari dek dan kabel; didominasi oleh kekakuangeometrik kabel.
ANALISIS GEMPA
RAGAM GETAR PERTAMA JEMBATAN GANTUNG ULTRA PANJANG
ANALISIS GEMPA
Ragam dominan pilon arahlateral pada ragam ke 49;periode natural 2.97 detik
Ragam dominan pilon arahlongitudinal pada ragam ke-72;periode natural 2.06 detik
RAGAM GETAR DOMINAN PILON
ANALISIS GEMPA
RESPONSE SPEKTRUM TIPIKAL
Artinya kalau terjadi gempa, pilon-pilon berguncang keras mengikuti pergerakantanah, sedangkan pergerakan kabel utama dan deknya relatif lemah.
Pilon bekerja sebagai base isolator yang meredam gerakan tanah sehingga tidakmerambat ke struktur atas (kabel utama dan dek).
ANALISIS GEMPA
Analisis beban gempa terdiri dari :1. Analisis beban gempa statik ekuivalen (analisis ragam)2. Analisis respons dinamik
Berikut riwayat waktu respons dinamik akibat Gempa El Centro 1940 NS denganPGA Transversal 0.2 g. Dari analisis tesebut diperoleh simpangan lateralmaksimum pada dek sebesar 2.8 m
Karena jaraknya ke lokasi jembatan yang besar (50 km), pengaruh gempavulkanik akibat letusan gunung anak krakatau tidak signifikan.
Tsunami yang mungkin terjadi tidak membahayakan jembatan karena ketinggiangelombang tidak akan lebih dari tinggi ruang bebas vertikal yaitu 85 m di ataspermukaan laut tertinggi (HWL).
PENGARUH GEMPA VULKANIK
Beban beban yang mungkin muncul akibat aktivitas gunung berapi sepertibeban debu vulkanik dan beban gelombang tsunami turut diperhitungkan dalamanalisis struktur.
ESTIMASI BIAYA
Ket : Biaya total menggunakan standard harga tahun 2009, belum memperhitungkan eskalasiharga, bunga bank serta tidak termasuk biaya untuk pengembangan wilayah Selat Sunda
No SEKSI Biaya (USD)
1 SEKSI I 704,847,248
2 SEKSI II 3,505,952,600
3 SEKSI III 855,980,699
4 SEKSI IV 3,490,673,063
5 SEKSI V 594,121,678
6 M/E 101,500,000
7 T O T A L 9,253,075,288
Rencana Biaya Total Konstruksi Jembatan Selat Sunda