Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

download Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

of 153

Transcript of Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    1/153

    Seri Dewi Ular-Tara Zagita

    Ratu Peri Dari Selat Sunda

    Karya : Tara ZagitaSumber DJVU : Anuraga

    Editor : AnuragaEbook oleh : Dewi KZ

    TIRAIKASIH WEBSITEhttp://kangzusi.com/&http://dewikz.com

    http://kang-zusi.info

    http://kangzusi.com/http://dewikz.com/http://kang-zusi.info/http://kang-zusi.info/http://dewikz.com/http://kangzusi.com/
  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    2/153

    RATU PERI DARI SELAT SUNDA

    oleh Tara Zagita

    Cetakan pertama

    Gambar sampul oleh Cici

    Penerbit Sinar Matahari, Jakarta

    Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

    All rights reserved

    -o0o))((dw))((o0o-

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    3/153

    1

    Awang mempunyai seorang kakek yang aneh. Setiapkakek itu mati, dan mayatnya terkena tetesan air hujan,ia dapat hidup kembali. Sampai akhirnya Kakek Somoberhasil dikubur dengan sempurna walau mereka harusberpacu dengan hujan.

    Apa sebenarnya yang membuat Kakek Somo sam-paimati empat kali? Kata Badri, di dalam kamar peninggalan

    bekas Kakek Somo itu pasti ada benda pusaka.Satu-satunya barang peninggalan Kakek Somo adalah

    kacamata hitam model kuno.

    Awang mengalami keanehan pada saat iamengenakan kacamata tersebut. Sosok wanita cantikmuncul memikat hati dan membuat Awang jadi rindusetengah mati. Tapi sekarang kacamata itu dicuriseseorang, dan rhenjadi bahan rebutan, sehinggamenimbulkan banyak

    Apa kehebatan kacamata hitam itu sebenarnya?

    Awang merahasiakannya, namun toh para pencurikacamata itu mengetahuinya, sehingga timbul pulakorban-korban cinta, tumbal-tumbal kemesraan. Dan

    yang terakhir, Awang sendiri yang akan menjadi tumbalberikutnya. Lalu, bagaimana cara menghindarinya jikaAwang hanya punya tempo seperempat hari?

    -o0o))((dw))((o0o-

    Jenazah diturunkan ke liang kubur. Awan hitam

    semakin tebal menggantung. Hujan belum turun. Para

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    4/153

    pelayat berwajah cemas. Ada apa? Seolah-olah merekatergesa-gesa. Mereka yang bertugas menurunkanjenazah tampak gelisah. Sebentar-sebentar memandang

    ke atas. Sepertinya mereka takut kehujanan. Ataubarangkali mereka berpacu dengan hujan?

    "Wah, gawat nih...!"

    Gumam lirih dari mulut Awang terdengar. Nadanyacemas. Matanya melirik ke langit. Hal itu membuat Badriheran. Badri teman kampus Awang. Badri berdiri di

    sebelah Awang. Ia melihat sekejap, lalu berbisik denganmata kembali memperhatikan para petugas pemakamanmayat.

    "Kenapa sih kok kayaknya orang-orang tegangmenghadapi pemakaman ini?"

    Belum sempat Awang menjawab, ada seseorang yangnyeletuk agak keras, "Cepat sedikit, Bang. Nanti kitaterlambat lagi!"

    Yang nyeletuk itu dikenal sebagai pamannya Awang.Badri semakin heran. Wajah-wajah duka tak tampak jelasdi keluarga Awang. Awang sendiri sepertinya hampir lupadengan kedukaannya."Udah, buruan ditimbun tanah!"celetuk seorang lelaki yang dikenal sebagai saudara

    sepupu Awang.Entah apa yang terjadi, tampaknya para petugas

    penguburan menjadi resah dan sedikit gaduh. Adakesibukan yang tampaknya terjadi di luar dugaan. Ricuhdi sekitar liang kubur. Beberapa orang yang hadir di situjuga ikut ricuh, ikut melongok ke liang kubur.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    5/153

    "Ada apa tuh...?" bisik Badri kepada Awang. Mereka

    tetap berada di bawah pohon kamboja besar, agak jauhdari liang kubur.

    Keadaan itu membuat Badri penasaran dan inginmendekat, tapi tangan Awang mencekal lengannya.

    "Di sini aja!"

    "Gue pingin lihat kericuhan apa yang terjadi di sanaitu!"

    "Biasa!""Biasa gimana sih?"

    Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Awang, tapiagaknya pemuda berambut ikal itu ragu-ragu. Badrimenunggu penjelasan tersebut sambil menatap Awang.Lama-lama Awang risih ditatap terus, karenanya ia punberkata, "Lihat saja sana deh...!"

    Badri memang penasaran. Perintah itu seperti sebuahdorongan yang membuat lebih penasaran. Maka, Badripun mendekati liang kubur. Ia melongok di sela kepalaorang-orang.

    Oh, rupanya liang yang dipakai mengubur kakeknyaAwang itu mengeluarkan mata air. Becek. Bahkan

    sekarang sudah menggenang. Badri heran. Hujan belumdatang tapi air sudah menggenang di dalam liang kubur.Kok bisa begitu?

    "Air dari mana sih itu?" tanya seeorang yang tidakdikenal oleh Badri, lalu orang lain menjawab, "Dari dalamtanah!"

    Seorang perempuan separuh baya mengeluh, "Ah,lagi-lagi begini!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    6/153

    "Jangan-jangan batal lagi nih?" ujar seorang ibu

    berkerudung kain hitam, tetangganya Awang.

    Mendengar percakapan itu, Badri segera menemuiAwang yang sejak tadi tidak mau mendekati liang kubur.

    Sebelumnya Badri sempat melihat liang kubur itusemakin banyak digenangi air. Mayat terpaksa dinaikkankembali. Seseorang berseru memerintahkan agar airtersebut dikeringkan dulu. Dikuras. Kemudian, petugaspenggali kubur yang berbadan kurus dan bermuka

    cekung itu mengambil ember kecil. Ember plastik. Lalu, iamengeluarkan air yang menggenang di tempat di manajenazah akan disemayamkan.

    "Wang," bisik Badri. "Kuburan kakek elu digenangiair!"

    Awang hanya menggumam. Mulai tampak sedikitdongkol. Pasti dongkol dengan keadaan sore itu.Sebentar-sebentar ia memandang ke langit. Mendungmakin tebal. Hitam. Gelap suasananya. Kilatan cahayapetir sesekali berkerlip, bagai menoreh langit. Sementaraangin bertiup cukup kencang. Namun tidak menjadibadai.

    Selendang dan kerudung hitam para pelayat

    perempuan tertiup angin. Malahan tadi ada yang terbangdari kepalanya. Rambut-rambut panjang pun meriap-riapdipermainkan angin. Seorang bapak yang tadimengenakan topi, sekarang sudah tidak lagi, sebabtopinya ikut terbang dan jatuh di tempat becek.

    "Suasana ini cukup aneh bagiku," ujar Badri pelan."Apakah kamu pernah mengalami suasana penguburan

    kayak gini?"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    7/153

    "Sudah empat kali!" jawab Awang datar.

    "Empat kali? Maksudmu...?!" Badri berkerut dahi.

    "Sudah empat kali kakekku mati dan pada saatdikuburkan suasananya jadi begini."

    "Ah, masa'? Apakah dulu juga liang kuburnyadigenangi air?"

    Awang mengangguk.

    "O, pantas wajah-wajah kalian pada cemas. Takut

    kalau jenazah kakekmu bangkit lagi, ya?"

    Awang mengangguk dan berkata, "Jangan sampaihujan turun aja!"

    "Kalau hujan turun bagaimana?"

    "Dia bangkit lagi!"

    "Ah...!" Badri mulai merinding. "Apa biasanya begitu?"Napas ditarik panjang-panjang. Agaknya Awang tidakbisa menyembunyikan sesuatu yang jadi rahasiakeluarganya. Ia pun berkata kepada Badri dengan suarapelan,

    "Kek Somo pernah berpesan kepada keluargaku, kalaudia mati, usahakan jenazahnya jangan sampai kena air

    hujan. Mulanya kami tidak terlalu menghiraukan kata-kata itu. Pertama ia meninggal, pada dua tahun yanglalu. Jenazahnya kehujanan sewaktu dibawa kepemakaman. Dan mayat itu bangun lagi. Ia hidupkembali sampai tiga bulan kemudian ia kembalimeninggal. Pada waktu mau dimasukkan ke liang kubur,hujan turun dan ia hidup kembali. Begitu seterusnyasampai empat kali."

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    8/153

    "Gila...!" gumam Badri pelan, seperti gumam. Ia makin

    merinding mendengar cerita itu.

    Awang melanjutkan kata-katanya, "Saat ini adalahkematiannya yang kelima. Kalau sekarang ia terkena airhujan, maka ia akan hidup kembali. Padahal usianyasudah hampir seratus lima puluh tahun kurang sedikit."

    "Ck, ck, ck...!" Badri berdecak sambil geleng- gelengkepala.

    "Biasanya liang kuburnya akan mengucurkan air dari

    dalam tanah, air akan menggenang. Orang-orangterpaksa menguras air tersebut, supaya mayat Kakektidak kebasahan. Tapi biasanya, pada saat mereka sibukmenguras air, hujan turun rintik-rintik... dan mau tidakmau jenazah Kakek kehujanan. Kalau sudah begitu,maka ia akan bangkit lagi. Tak jadi mati. Entah untukberapa bulan ia hidup."

    "Kakekmu orang sakti, ya?"

    Awang diam. Tak bisa menjawab, la hanya menghelanapas lagi.

    Seseorang berseru di dekat liang kubur, "Udah,udah...! Cukup deh! Sekarang mayatnya dimasukkan...!"

    Badri buru-buru mendekati liang, melongok ke bawah.Oh, masih ada sisa air. Rupanya para penguburbersepakat untuk nekat menguburkan mayat KakekSomo dalam keadaan tanah tidak sekering biasanya.

    Gelegar suara guruh bersahutan. Angin makinkencang. Mereka benar-benar cemas. Takut hujan turun.Tak heran jika mereka bergerak cepat. Mayat diletakkan

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    9/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    10/153

    Malam tiba. Badri ingin menemui Awang di rumahnya.

    Tapi ada perasaan takut. Ya. Takut kalau tahu-tahuKakek Sumo datang ke rumah itu dalam keadaan

    berlumur tanah kuburan. Ih, mengerikan sekali jikadibayangkan. Karenanya, Badri lebih baik pamit, pulangke tempat kostnya.

    Kakek Somo sebenarnya bukan kakek kandungAwang. Kakek Somo adalah kakak dari kakekkandungnya Awang. Jadi, papanya Awang punya pamanKakek Somo. Sedangkan kakeknya Awang yang aslisudah lama meninggal,yaitu sewaktu Awang masih dibangku SMU.

    Setahu Awang, kakak dari kakek kandungnya itu sejakdulu tidak punya tempat tinggal. Konon hidupnya selalunumpang di rumah-rumah saudaranya. Yang terakhirnumpang ikut papanya Awang sejak Awang masih di

    bangku kelas satu SMP.Kabarnya, Kakek Somo sejak dulu tidak pernah

    menikah. Waktu Awang masih SMU pernah bertanya apasebab Kakek Somo tidak menikah? Kakek berbadan kurusitu menjawab, "Kakek pernah patah hati. Sampaisekarang tidak punya minat untuk mempunyai seorangistri."

    Jawaban itu sebenarnya jawaban klise. Tapi anehnyawaktu itu Awang tidak mendesak atau membantah.Awang hanya manggut-manggut saja. Percaya bulat-bulat apa yang dikatakan oleh Kakek Somo. ApalagiKakek Somo waktu itu bilang, "Biar Kakek tidak punyaistri, tidak punya anak, tidak punya cucu, tapi papa danmamamu itu sudah Kakek anggap anak sendiri, dan

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    11/153

    kamu serta adik-adikmu itu sudah Kakek anggap cucusendiri...."

    Awang juga tidak punya pikiran apakah kakeknya ituorang sakti atau orang biasa-biasa saja. Sebab, sejak iahidup bersama Kakek Somo, ia juga belum pernahmelihat kesaktian kakeknya itu. Yang ia tahu, KakekSomo adalah seorang pensiunan masinis kereta api, yangtiap bulan dapat jatah uang pensiun. Uang itu pun tidakdigunakan untuk membeli rumah, atau membelikebutuhan hidupnya, melainkan diserahkan kepadamamanya Awang.

    Hanya saja yang pernah diingat oleh Awang,sepanjang hidup Kakek Somo tidak pernah sakit. Batuk,itu sekali dua kali saja. Pilek atau flu, itu kalaukehujanan. Dan biasanya tak pernah sampai tiga harisudah sembuh. Sakit kencing manis, tidak pernah. Darah

    tinggi, ginjal, lever, dan yang lainnya, tidak pernah.Malahan pada waktu beliau berusia seratus tahun, beliaumasih bisa membaca tanpa menggunakan kacamata.

    Awang juga ingat, kesukaan Kakek Somo adalah jalan-jalan di sore hari dengan menggunakan kacamata hitam.Sering Awang meledeknya jika Kakek Somo memakaikacamata hitam sambil jalan-jalan.

    "Tuh lihat... Kakek sedang ngeceng...!"

    Kadang jalan pagi, jalan malam, kacamata hitam itusering dipakainya. Agaknya merupakan suatukebanggaan tersendiri buat, Kakek Somo jika iamengenakan kacamata hitam. Ia sering tertawa atautersenyum sendiri, dan tidak menghiraukan ejekan cucu-cucunya.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    12/153

    "Kakek mengenang masa mudanya," kata papanya

    Awang ketika itu. "Sebab, menurut kakek kalian yangasli, Kek Somo waktu masih mudanya gemar nampang

    pakai kacamata hitam. Biasanya kalau sudah pakaikacamata hitam beliau jalan-jalan di depan asrama KNIL,atau di depan rumah noni-noni Belanda."

    Satu hal lagi yang diingat oleh Awang tentangkebiasaan Kakek Somo adalah sering bersiul-siulsendirian, walaupun usianya sudah seratus tahun lebih.Awang menganggap, bersiul adalah salah satu hobiKakek Somo yang tak bisa ditinggalkan.

    Pernah Awang mendengar percakapan antara Mira,adiknya nomor dua, dengan Kakek Somo di suatu hari,ketika Kakek Somo masih hidup. Waktu itu Mirabertanya, "Kakek punya ilmu nggak sih?"

    Kakek Somo menjawab seenaknya, ' Ya tentu saja

    punya. Kalau nggak punya ilmu, bagaimana aku bisamenghitung uang pensiunku?"

    "Maksudku, ilmu mistik!"

    Kakek Somo tertawa terkekeh. "Kenapa kamu tanya-tanya begitu?"

    "Kalau punya, aku ajarin dong. Aku kepingin punya

    ilmu deh!"

    Lalu, waktu itu Awang menimpali, "Hei, ngapain cewekkepingin punya ilmu mistik? Mau melet cowok, ya?Huhhh..... !"

    "Suka-suka gue dong!" kata Mira kepada kakaknya.

    Kemudian Kakek Sumo ketawa lagi. Kakek Somo

    bilang, "Belajar yang rajin, tekun, maka kamu akan jadi

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    13/153

    orang pintar. Itulah ilmu yang menjadi bekal hidupmunanti...!"

    Siapa yang tahu latar belakang kehidupan Kakek Somosemasa mudanya, adalah kakek kandung Awang sendiri,yang sering dipanggi Kakek Dipa. Sayang sekali KakekDipa lebih dulu meninggal dunia, sehingga sekarangAwang tidak bisa memperoleh cerita lengkap tentangmasa lalunya Kakek Somo.

    Tetapi Awang ingat kata-kata Badri, "Pasti di kamar itu

    ada pusaka peninggalan Kakek Somo. Coba cari deh!"Itulah sebabnya malam itu Awang secara diam-diam

    masuk ke kamar Kakek Somo. Ia merinding saat barusaja masuk dan menutup pintu. Jelas pintu harus ditutuplagi, supaya tidak ada adik-adiknya yang melihat bahwaia ada di bekas kamar Kakek Somo.

    Barang-barang peninggalan Kakek Somo tidak banyak,duga tidak punya harga jika dijual di tukang loak. Paling-paling yang berharga hanyalah pakaian-pakaian bekas,itu pun berpotongan kuno. Satu-satunya kemeja yangmasih baru adalah kemeja lengan panjang warna krem.Itu kemeja pemberian dari pamannya Awang, setahunyang lalu.

    Di bekas kamar Kakek Somo ada dua koper. Keduanyatermasuk jenis koper butut. Ada juga sebuah tas kulit,isinya hanya alat-alat pancing. Awang jadi ingat, bahwaKakek Somo dulu punya kegemaran memancing sambilpakai kacamata hitam. Tapi sejak sekitar usia sembilanpuluh tahun, hobi mancingnya itu sudah lebur. Paling-paling ia membaca koran atau majalah di serambisamping.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    14/153

    Ada meja kecil. Di atas meja kecil itu ada jam beker.

    Kuno. Warnanya sudah banyak yang mengelupas.Logamnya berkarat, tapi jarumnya masih berjalan

    normal. Andai dijual hanya laku lima ratus rupiah, itusudah untung.

    Awang mencoba membuka koper warna biru lusuh,yang pinggirannya sudah jebol sedikit. Koper itu berisipakaian dan buku-buku kuno, semacam catatan harian.Tulisannya sudah kabur dan tak bisa dibaca lagi.Sebagian pakaiannya ada yang sudah dimakan ngengat.Di koper itu juga ada almanak tahun seribu sembilanratus empat puluh enam. Entah apa maksudnya almanakitu disimpannya. Awang tidak bisa memahami, sebabtidak ada tulisan atau catatan apa-apa.

    Koper kedua dibuka. Koper itu warnanya merah tua,lusuh, dan robek bagian belakangnya. Isi koper itu

    adalah pakaian seragam semasa beliau menjadi masiniskereta api, sebuah kotak kayu yang berisi kacamatahitam dan korek api berkarat. Mungkin sebuah kenang-kenangan dari seorang sahabat.

    Kolong ranjang diperiksa, tidak ada apa-apa. Almaridibuka, tidak ada benda apa pun kecuali pakaian dankaos sehari-hari. O, ada pipa tembakau, tapi sudah

    patah. Tidak berharga. Dari semua barang yangditemukan di kamar itu, hanya kacamata hitam yangsedikit menarik bagi Awang.

    Bingkai kacamata terbuat dari campuran plastikdengan atom. Keras dan mudah patah. Kacanya yanghitam kelam, benar-benar terbuat dari beling hitam.Bukan plastik atau mika. Bentuknya memang cukup

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    15/153

    kuno. Tapi justru model seperti itulah yang sekarang inisedang digemari anak-anak muda.

    Lumayanlah... bisa buat nampang di kampus atau ditempat lain, pikir Awang. Ia segera mengantongikacamata tersebut.

    Pelan-pelan ia membuka pintu, lalu keluarmeninggalkan kamar tersebut, tanpa menguncinya. Iaberjalan berjingkat-jingkat, karena ia sempat melihat Gitadan Mira ada di ruang makan. Ia tak ingin diketahui oleh

    adik-adiknya bahwa ia baru saja keluar dari bekas kamarKakek Somo. Baru pukul delapan kurang. Malam tidaksekelam dan sesunyi malam kemarin. Agaknya malamsudah kembali normal, seperti malam-malam biasanya.Tidak ada kecemasan dan ketegangan di antara keluargaAwang, bahkan di antara tetangga pun tampaknyatenang-tenang saja.

    Di kamarnya, Awang mengeluarkan kacamata hitamdari saku celananya. Kacamata itu diamat-amati denganteliti. Entah mengapa ia begitu tertarik dengan kacamatatersebut. Apakah hanya karena modelnya yang lagitrendy untuk masa sekarang, atau memang ia belumpernah mempunyai kacamata kuno warna hitam sepertiitu?

    Ia bergegas berdiri di depan cermin yang dipasangmenempel dinding. Ia mengenakan kacamata itu. Oh,cukup ganteng. Rambutnya yang ikal disisir ala kadarnyapakai jemari tangan. Ia mematut-matut diri di depancermin itu.

    Ahai... alangkah tampannya aku jika memakaikacamata ini! Pikir Awang sambil tersenyum- senyum. Ia

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    16/153

    bergegas keluar dari kamar. Mau pamer sama adik-adiknya. Tapi waktu ia membalikkan badan, "Hahhh...?!"

    Awang terkejut. Badannya sempat bergerak mundursedikit. Ia melihat seorang gadis berdiri di pintu,punggungnya sedikit bersandar pada tepian pintu.Menatap ke arah Awang dengan senyum indah berlesungpipit yang amat memikat hati.

    "Hai...," Awang mencoba menenangkan diri, menutupirasa malu karena kagetnya, menutupi rasa herannya,

    dan menutupi debar-debar di dalam hatinya. Awangberusaha untuk tidak merasa kikuk, seakan sudahterbiasa menghadapi gadis secantik itu.

    Senyum gadis itu mekar kian memikat hati. Itulahjawaban dari sapaan Awang. Lalu. Awang bertanya,

    "Sejak kapan kamu masuk kamarku?"

    "Sejak tadi," jawab gadis itu."Disuruh Mira, ya? Pasti Mira yang menyuruhmu

    menggoda aku!"

    "Mira...?! O, Mira adikmu maksudmu?"

    "Ya," jawab Awang pendek.

    Gadis itu tertawa pelan sambil melangkah, duduk di

    kursi yang biasa dipakai Awang untuk belajar. Duduknyasantai, membuat Awang tambah terheran-heran kagumkepadanya.

    Tentu saja Awang terheran-heran kagum, sebab gadisitu memang cantik. Rambutnya panjang sebataspinggang, disisir ke samping, sebagian rambut dibiarkanmeriap di dada kiri. Bagus sekali rambut itu. Hitambening.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    17/153

    Belum lagi wajahnya. Wow... Brooke Shields aja putus

    sama kecantikannya. Hidungnya mancung, serasi denganbentuk wajahnya yang sedikit oval. Matanya bening,

    tidak terlalu lebar, tapi juga tidak terlalu sipit. Bulumatanya lentik, sesuai dengan bentuk alisnya yang tebalrapi, di kedua ujung alis kanan kiri ada rambut yang rae-mercik-mercik tipis. Bola matanya selain bening jugahitam mengagumkan. Kulitnya kuning langsat. Danbibirnya? Duhai...!

    Bibir itu bak delima merekah. Merah segar. Bak buahyang belum terlalu tua. Tampak selalu basah. Tidak tipissekali tapi juga tidak tebal. Bibir yang bawah sedikit lebihtebal dari bibir yang atas Kata orang, itulah bentuk bibiryang sensual.

    Gadis itu mengenakan gaun terusan. Semacamlongdrees tapi bercorak kuno. Lengannya panjang, tapi

    tidak menutup pergelangan tangan. Lengan gaun itulebar, komprang-komprang. Kain yang digunakansebagai bahan gaun itu berwarna pink, dari jenis kainsutera halus, lembut, tanpa manik-manik kecuali rendaputih kecil di bagian dadanya.

    "Namamu siapa? Boleh kenalan dong...!" goda Awangmasih tetap nampang dengan kacamata hitamnya.

    "Anjar...."

    "Ah, masa' namanya Anjar? Shelvina, kali?"

    Gadis itu tertawa kecil. Aduh, manis sekali. Sungguhmanis. Hanya orang bodoh dan orang gila yang bilangtawa itu tidak manis. Awang saja jadi gregetan danmemancing godaan itu.

    "Atau... namamu pasti Sonia!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    18/153

    "Anjar," jawabnya sambil tersenyum dan tertawa tipis.

    "Nggak pantas namamu Anjar. Pantasnya Nency, atau

    Veronica!""Sungguh," matanya menatap tak berkedip. Sungguh

    indah. Luar biasa indahnya. "Aku tidak bohong. NamakuAnjar Kusuma!"

    "Anjar Kusuma...? Kok kayak nama orang kuno sih?"

    "Lengkapnya, Dewi Anjar Kusuma. Tapi... kau cukup

    memanggilku Anjar saja...."Suaranya.... Wow, merdu dan sangat enak didengar.

    Empuk-empuk gimanalah...! Susah dikatakannya. Tentusaja hati Awang bersorak. Menurutnya, gadis itu bisadiajak bercanda. Punya selera humor. Ia tetap mengakutidak mengenal Mira.

    "Memang aku tahu, Mira itu adikmu. Tapi aku berani

    bertaruh nyawa, bahwa dia tidak akan kenal aku,"katanya.

    "Hmmm... kalau gitu kamu pasti temannya Handi!"

    "Handi? Adikmu yang ketiga itu? Oh, bukan. Handijuga tidak akan mengenal aku."

    "Lantas, kamu tahu aku di sini dari siapa? Yang

    mengizinkan kamu masuk ke kamar ini siapa?"

    "Jadi, kamu marah aku masuk ke kamar ini?"

    "Bukan soal marah sih. Tapi...."

    "Kamu tidak suka aku berada di sini?"

    "Bukan soal nggak sukajugasih. Cuma... ya... gimana,

    ya...?" Awang garuk-garuk kepala. Bingung ia menjawab.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    19/153

    Bingung harus berkata apa.... Ia berpikir, mencari katayang enak untuk menjawab.

    Sangat disayangkan sebelum ia bisa menjawab,terdengar suara bel tamu berbunyi. Tak berapa lamasuara Handi, adiknya terdengar memanggil nama Awang.

    "Wawang...! Ada teman elu nih...."

    Awang sebenarnya mau berlagak cuek. Pura- puratidak mendengar. Tapi Handi berteriak sambil ketuk-ketuk pintu, sedikit kasar. Awang terpaksa menyahut

    dengan seruan, "Iya, ya...! Sebentar...!" sambil merasakhawatir kalau Handi membuka pintu.

    Awang segera berkata kepada Anjar, "Tunggusebentar, oke? Jangan ke mana-mana, nanti aku kembalilagi. Jangan keluar dulu, ya?"

    "Ya," jawab Anjar sambil mengangguk dalam senyum

    yang memikat.Awang buru-buru membuka pintu kamarnya. Eit, ia

    lupa masih pakai kacamata Kakek. Buru-buru dilepaskankacamata itu dan dikantongi. Ia melangkah setengahberlari ke arah ruang tamu. Gerakan dan wajahnyatampak bahwa ia dalam suasana ceria.

    "Hai, kamu Dri...!" sapanya kepada Badri.

    "Farok tadi ke sini, ya?"

    "Nggak tuh. Eh... kebetulan kamu datang. Yuk,kukenalkan sama teman baruku. Elu pasti teler dehngeliatin wajahnya...!"

    Tangan Badri ditariknya. Badri bingung. Ia ikut masukke kamarnya Awang. Namun, begitu sampai di kamarAwang yang menjadi kebingungan.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    20/153

    "Lho...? Ke mana dia...?!"

    Gadis itu hilang. Dicari ke mana-mana tidak ada.

    Awang kecewa, la berseru memanggil, "Anjar...?Anjaaar...?!"

    "Siapa Anjar itu, Wang?" tanya Badri, dan Awanghanya bisa bengong.

    -o0o))((dw))((o0o-

    2Ada ungkapan yang berbunyi, "Sekali melihat akan

    terpikat." Ungkapan itu layak ditujukan buat Anjar.Begitulah menurut Awang pada saat ia menjelaskankepada Badri.

    "Berani digantung sampai mati aku, kalau kamu nggakakan terpikat melihat kecantikan si Anjar itu."

    "Iya. Oke deh aku hakalan terpikat. Tapi aku kepingintahu, siapa Anjar itu? Kenapa sampai tiga hari ini kamujadi kayak orang gila, selalu mencari-cari yang bernamaDewi Anjar Kusuma?"

    Setiap dihadapkan dengan pertanyaan seperti itu,

    Awang selalu terbengong. Ingin menjelaskan sesuatu,tapi tidak tahu harus bilang apa kepada yang bertanya.Apa yang bisa dilakukan Awang hanya berkata, "Diacantik. Sumpah mati, dia cantik! Aku terpikat padanya.Aku suka sama dia! Sumpah mampus tujuh turunan,berani deh!"

    Awang memang seperti orang gila. Setiap orang

    ditanyai, apakah mereka mengenal yang bernama Anjar?

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    21/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    22/153

    Mira menyahut, "Tuh... Mama aja sampai dituduh

    begitu?!"

    "Iya, kan? Ngaku aja, Ma! Ngaku!""Eh, eh... kok malah mau melotot sama Mama?" ujar

    mamanya dengan sabar. "Anjar siapa sih?"

    "Dewi Anjar Kusuma!" jawab Awang cepat.

    "Mama nggak kenal gadis bernama begitu!"

    "Bohong!" bentak Awang.

    "Buat apa Mama bohong? Apa Mama mau mendidikanaknya agar ikut jadi tukang bohong juga?"

    "Habis siapa dong yang kenal dengan Anjar? Siapadong yang menyuruh Anjar masuk ke kamarku?!"

    "Masuk ke kamarmu?!" gumam mamanya, berkerutdahi. "Kalau itu kenalan Mama, nggak mungkin Mama

    suruh masuk ke kamarmu? Nggak sopan amat?!"

    Handi juga tidak merasa punya teman yang bernamaAnjar. Handi juga diajak adu debat dulu oleh Awang.Hampir-hampir mereka berkelahi pukul-pukulan.Sedangkan papanya juga tidak merasa punya kenalanyang bernama Anjar.

    Awang jadi kacau. Sungguh otaknya menjadi kusut,karena hati kecilnya menuntut ingin bertemu dengangadis cantik itu. Jiwanya berharap sekali untuk dapatmelihat kecantikan yang amat mengagumkan itu. Tapi kemana Awang harus mencarinya? Mungkinkah Anjar itutemannya Gita? Pasti tidak mungkin. Gita anak SDsedangkan Anjar minimal sudah sarjana muda. Samadengan Awang.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    23/153

    Lesu dan murung terus Awang jadinya. Wak- tu Badri

    datang dan diajak masuk ke kamarnya, Badri juga nyaristidak bisa berkata apa-apa. Sebal), Awang bilang,

    "Carikan Anjar sebelum aku nekat bunuh diri jika tidakketemu dia. Katakan padanya, aku rindu dan inginbertemu dia!"

    Yang bisa dilakukan Badri hanyalah garuk-garukkepala. Menarik napas panjang-panjang. Geleng-gelengkepala memandangi keseriusan Awang.

    Setelah bungkam beberapa saat, Badri bilang,

    "Tujuanku kemari sebenarnya mau ngajak kamunonton pameran lukisan di TIM, tapi kok kamu malahkasih tugas edan-edanan gitu?"

    "Gue nggak mau tahu soal lukisan. Itu bukan bidanggue, tapi bidang elu! Gue cuma butuh Anjar. Cuma butuh

    melihatnya saja. Nggak nyentuh dia juga nggak apa-apa!"

    "Iya. Tapi ke mana gue mesti cari si Anjar, Bego!" kataBadri dengan jengkel.

    "Ya pokoknya cari. Ke mana aja, cari dia!"

    "Elu kayak komandan polisi aja! Main perintah!" gerutu

    Badri. "Masa bodohlah! Gue mau lihat pameranlukisan...," Badri bangkit mau keluar dari kamar itu.Awang menahan tangannya dan berkata, "Cari dia ditempat pameran. Siapa tahu dia ada di sana!"

    "Iya, iya deh...! Eh, gue pinjam kacamata hitamnya,ya?"

    "Ambil. Asal pulangnya elu sama-sama si Anjar!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    24/153

    "Moga-moga aja...!" kata Badri sambil nyelonong. Ia

    masuk ke mobilnya sambil menggumam, "Antik jugakacamata si Awang ini. Dapat dari mana dia?"

    Lalu, mobil pun distarter. Sebelum mobil bergerak,Badri mengenakan kacamata hitam itu. Wuuuus... mobilpun meluncur, meninggalkan rumah Awang.

    "Ini... itu orang kok gila amat sih? Jalan-jalan tanpapakai selembar benang pun? Hi, hi, hi...!" Badri tertawasendiri melihat seorang lelaki berambut rapi, membawa

    tas kerja, berjalan tanpa pakaian."Wah...? Kok ada lagi?!" Badri terperangah. Sebab kali

    ini ia melihat seorang perempuan, separuh baya, jalansambil menenteng tas plastik berlebel supermarket,tanpa pakaian. Polos sama sekali. Jalannya tenang saja,tanpa ada rasa kikuk sedikit pun.

    "Wah, wah, wah... kok jadi gini?" gumam Badrikebingungan sendiri, sebab ia melihat orang-orang yangada di jalan raya itu semuanya telanjang, tanpa selembarbenang pun melekat di tubuh mereka. Namun tanganmereka memegangi barang-barang bawaan secaraserius. Malahan ada seorang gadis yang berjalan tanpapakaian, tapi rambutnya disanggul rapi, wajahnya ber-make up, menenteng tas kecil, seperti mau kondangan.

    "Ya, ampuuun...! " Badri menghentikan mobilnya.Beberapa pengendara motor tidak pakai pakaian melintasdi samping kanannya. Yang tua, yang muda, yang lelaki,yang wanita. Bahkan yang kecil pun ikut-ikutan tidakberpakaian. Buktinya, Badri melihat anak SD pulangsekolah menenteng tas tanpa memakai sepatu, topi, danpakaian seragam.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    25/153

    Badri berpaling ke sana-sini dengan bingungnya. Siapa

    yang harus dipandang, ke mana arah mata sebenarnya,ia tidak tahu. Ia seperti hidup di kota nudis. Telanjang

    semua.

    "Lho... itu kok seperti Bu Mardi...?!" gumam Badri.

    Seorang perempuan sedikit gemuk, usianya sekitarempat puluh tahun, sedang menyeberang jalan. Seolah-olah sedang mendekati mobil yang dikemudikan Badri.Mobil itu masih berhenti di pinggiran jalan. Mata Badri

    memandangi Bu Mardi dengan tidak berkedip, sebabperempuan itu tanpa busana sama sekali, menentengrantang susun dari logam almunium.

    "Bu... Bu Mardi!" panggil Badri. Perempuan itumenoleh dan berhenti sejenak. "Bu... kenapatelanjang?!" seru Badri.

    Perempuan itu terperanjat, seperti baru ingat siapayang memanggilnya. Ia buru-buru mendekati mobilBadri.

    "Eh, kamu Dri...?! Mau ke mana? Ibu numpang, ya?"

    "Hmmmm... eh... anu...," Badri gugup karena melihatwujud tubuh Bu Mardi yang polos itu. "Hmmrn... Ibu mauke mana sih?"

    "Mau ke rumah saudara, di Jalan Merpati. Kamu lewatsana nggak? Kalau lewat sana Ibu numpang deh. Habismau naik bus kota tanggung, mau jalan kaki kejauhan."

    "Hmmrn... anu... saya nggak lewat sana kok, Bu.Saya... saya... belok ke kiri kok!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    26/153

    "O, ya sudah. Kalau gitu, Ibu duluan ya? Salam buat

    Bu Toba, ya? Kamu masih kost di rumah Bu Toha itu,kan?"

    "Mmm... masih. Masih, Bu. Nanti... nanti sayasampaikan deh!"

    Bu Mardi pergi, melangkah dengan santai. Seakantidak menghiraukan keadaan tubuhnya.

    Budri tertegun. Bengong di tempat tanpa bergerak.Karena pada saat itu benaknya teringat sesuatu dan

    hatinya berkata dengan gemetar, "Lho, Bu Mardi kansudah meninggal sebulan yang lalu?!" kontan bulu kudukBadri merinding. Jantungnya makin berdetak-detak.Panik. Dan semakin panik setelah ia menyadari, ternyatadi dalam mobilnya ia tidak sendirian. Ada seseorang yangduduk di jok belakang sopir.

    "Triana...?" gumam mulut Badri dengan bergetar.

    Gadis berkulit sawo matang itu tersenyum, laluberkata, "Kupikir kau sudah lupa sama aku, Dri...!"

    Gemetar sekujur tubuh Badri. Suasana siang terasaseperti suasana menjelang magrib. Mungkin karenakacamata hitam itu terlalu memberikan warna gelapuntuk mata pemakainya. Itu sebabnya Badri merinding

    lagi sekujur tubuhnya, bahkan tidak bisa menggerakkankakinya untuk menginjak pedal gas.

    "Mau ke mana kamu, Dri?"

    "Ke... ke... ke... pameran... di... di TIM...," Badrimenjawab dengan gugup.

    Soalnya Triana dalam keadaan polos tanpa selembar

    benang. Dadanya dibiarkan terbuka polos. Tampak jelas

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    27/153

    gumpalan dagingnya yang sekal itu. Malahan Trianaduduknya sangat santai, seakan tidak mempedulikankeadaan tubuhnya yang tanpa penutup sedikit pun itu.

    Semuanya tampak jelas di mata Badri yang menoleh kebelakang dan susah memandang ke depan kembali itu.

    "Aku ikut deh! Aku juga sudah lama nggak nontonpameran lukisan...!"

    Badri tidak bisa menjawab. Hanya, ah uh ah, uh...!Berulang kali ia menelan ludah, antara takut dan

    tergoda. Sebab, sekalipun keadaan Triana menimbulkandaya rangsang yang cukup besar, namun Badri ingatbahwa Triana sudah meninggal tiga bulan yang laluakibat tabrakan dengan Jeep, di Puncak. Badri ingat,bahwa ia juga hadir dalam upacara pemakaman jenazahTriana.

    Karena takutnya, Badri memejamkan mata. Ia ingin

    menghapus wajahnya yang berkeringat. Ia melepaskacamata hitam dengan tangan gemetar, danmenghapus keringat di wajahnya dengan telapak tangan.Kemudian ia mencoba membuka matanya kembali.

    "Oh...?!"

    Wajah Badri terperangah, matanya membelalak lebar.

    Mata itu memandang ke sana-sini dengan liar. Lalu, iakembali mengerjap-ngerjapkan mata.

    Oh, rupanya ia telah melihat suasana berubah total.Triana tak ada di tempatnya. Orang-orang telanjang jugatidak ada. Seorang penjual rokok di seberang jalan yangtadi dilihatnya telanjang bulat, kini dalam keadaanmengenakan kaos putih dan celana pendek hitam. Para

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    28/153

    pengendara motor juga mengenakan busanasebagaimana layaknya.

    "Gila! Apa yang telah kualami tadi?" gumam Badrisambil napasnya masih sedikit ngos-ngosan. Ia melirikarlojinya, oh... sudah pukul dua siang. Suasananya tidakmenakutkan. Sama sekali tidak menakutkan. Maka, Badripun segera menjalankan mobilnya. Pelan-pelan. Sambil iamerenungi tentang apa yang barusan dialami itu. Sepertimimpisaja, baginya.

    Sampai di depan TIM, Badri tidak langsung menuju kegedung pameran, melainkan mencari tukang es. laminum teh botol sampai habis dua gelas, la merenung disitu. Terbengong seperti orang linglung Tapi batinnyaterus berkecamuk dan bertanya-tanya, mengapa aku tadimengalami hal yang amat aneh?

    Dalam keadaan sedang terbengong melompong itu.

    Tiba tiba punggungnya ada yang menepuk dari belakang.

    "Hai..,!"

    "Anjing. !" ceplos Badri sambil melompat. Ia terlonjakkaget..

    Mukanya pucat pasi. Ia mendelik kepada orang yangmenepuknya. Orang itu tertawa kegelian melihat tingkah

    Badri yang kaget itu.

    "Ngepet lu!" caci Badri setelah sadar bahwa orang ituadalah temannya sendiri. Dharma.

    "Ngapain sih elu sampai kayak orang kesetananbegitu?" tanya Dharma sambil menghabiskan sisatawanya.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    29/153

    "Sekali lagi elu ngagetin gue, gue keprak pakai botol

    lu!"

    Setelah beberapa saat, emosi Badri pun reda. Dharmatidak menanggapi emosi itu, melainkan justru mengajakbicara soal lukisan. Sebab Badri dan Dharma sama-samaseorang mahasiswa yang punya obyek sampinganmenjadi ilustrator sebuah novel atau di majalah-majalahremaja. Kadang kadang mereka mengorbankan waktukuliahnya demi mengejar pesanan seseorang tentangilustrasi untuk sebuah cerita yang mau diterbitkan.

    "Elu mau lihat pameran kan?" tanya Dharma.

    "Ya. Tapi...."

    "Pakai tapi segala? Memangnya kamu takut kalauketemu Ririn?"

    "Ah, gue nggak mikirin soal Ririn. Gue habis

    mengalami suatu keanehan, Ma!"Dharma tersenyum-senyum, menyepelekan kata-kata

    Badri. Tapi rupanya ia ingin tahu juga, sehingga ia punbertanya, "Keanehan apaan? Lihat makhluk planet? Lihatpiring terbang?"

    "Bukan itu. Aku... aku melihat dunia yang asingbagiku."

    Dharma berkerut dahi sambil tetap tersenyummenyepelekan.

    "Dunia yang hilang, maksudmu? Semacam Pompei...?Atlantik?!"

    "Bukan, bukan...! Aku.... Aku melihat orang-orangpada telanjang dan mereka yang kukenal sudah mati,seakan hidup lagi. Mereka masih mengenali aku. Seperti

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    30/153

    misalnya, Triana...! Eh, kamu masih ingat Triana, yangmatinya tabrakan di Puncak?"

    Dharma mengangguk. Santai."Nah, aku melihat Triana dalam keadaan telanjang,

    tanpa pakaian sedikit pun. Ia tahu-tahu ada di dalammobilku...."

    "Terang aja, soalnya dulu elu nafsu sama Triana!"sambil Dharma tertawa. Badri memendam kedongkolan.Ia sedikit membentak.

    "Bukan soal itu! Malahan aku melihat tetanggaku yangsebulan yang lalu telah mati. Juga telanjang, menentengrantang susun!"

    "Aaaah... sudah, sudah! Jangan ngaco! Yuk, masukaja! Kayaknya sih Abbas juga ada di ruang pameran!Tadi gue lihat dia masuk sama ceweknya. Pakai motor!"

    Badri tak punya pilihan lain. Untuk menghilangkankekacauan otaknya, memang lebih baik ia segera masukke ruang pameran. Tapi sebelumnya ada sesuatu yang iakerjakan.

    "Gue kunci mobil gue dulu, ah...!"

    Sambil mengunci pintu mobil, Badri mengambil

    kacamata hitam yang tadi diletakkan di jok sampingkirinya. Kacamata itu dicantelkan di sela kancing bajunyaDi dada. Kemudian ia melangkah menuju ruang pameranbersama Dharma.

    "Antik juga kacamata lu!" kata Dharma, memandangpenuh selera.

    "Pinjam punya teman kok."

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    31/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    32/153

    "Elu jangan bercanda kayak gitu, ah! Nggak enak

    dong!"

    "Sum... sumpah mampus semampus-mampusnyadeh!" Dharma ngotot. Badri segera menarik tanganDharma, mengajak keluar dari ruang pameran. Merekakini ada di tempat sepi, di pojokan.

    'Yang bener aja lu ngomong, Ma!"

    "Ya, ampun... gue mesti sumpah apaan lagi! Guemelihat elu sendiri telanjang. Gue juga melihat... melihat

    Triana berdiri di samping pacarnya Abbas. Juga tanpabusana. Tapi begitu elu jambret kacamata itu, merekajadi berbusana semua. Triana hilang. Dan... wah, guenggak tahu deh! Ada apa dengan kacamata itu, Dri?"

    "Kacamata...?!" gumam Badri dengan berkerut dahi,lalu ia memandangi kacamata tersebut. Mengamat amatibeberapa saat dengan perasaan heran dan tak yakin.

    Kemudian, Dharma menyuruh Badri memakaikacamata itu, "Coba elu pakai deh...!"

    Badri menurut Kacamata dipakai. Dan, ia terperangahseperti Dliarma tadi.

    "Ya, ampun., benar, Ma! Elu kelihatan telanjang-!"

    Buru buru Badri melepas kacamata hitam kuno itu. laterbengong, mulutnya masih melompong, matanya takberkedip menatap Dharma.

    "Benar kan? Pasti kacamata itu bukan sembarangkacamata...!"

    Badri masih tidak bisa bilang apa-apa. Justrujantungnya berdebar-debar, batinnya bertanya-tanya.Mengapa Awang melepaskan kacamata ini? Mengapa

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    33/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    34/153

    Selain meja tulis dan almari buku-buku, ada pula mejalukis berukuran kecil. Badri sering mengerjakan lukisanilustrasinya di meja tersebut. Waktu Awang datang, meja

    itu ditutup dengan kain sarung. Awang menganggapBadri bertingkah aneh-aneh saja, dan ia langsung dudukdi kursi setelah melemparkan majalah kepada Badri,yang saat itu masih tiduran di dipannya, malas-malasan.Kemunculan Awang tidak disambut dengan ceria,melainkan dengan sikap ogah-ogahan.

    "Gimana, Dri? Elu ketemu sama yang namanya Anjarnggak waktu di pameran kemarin lusa?"

    "Ah, nggak tahu! Mungkin cewek yang namanya Anjaritu tukang cuci di warung depan TIM itu. Aku nggaknanyain!"

    "Tapi dia cantik?"

    "Nggak tahu. Orangnya gemuk, bulat kayak tong,hitam kulitnya, pesek hidungnya dan...."

    "Ah, ngaco aja lu! Gue serius nih! Gue butuh ketemuAnjar!"

    "Ya cari sendiri dong. Kok jadi aku yang elu kejar-kejar? Memangnya gue kakeknya Anjar?!" Badribersungut-sungut. "Eh, elu mau ngopi nggak?"

    Awang menghempaskan napas, rada kesal. "Ngopijuga boleh deh."

    Badri keluar, membawa dua gelas kotor yang maudicuci. Awang tertegun beberapa saat. Kegelisahannyamasih tetap membekas di wajah. Ia sendiri, melangkahke jendela yang terbuka lebar, memandang suasana di

    belakang rumah kost itu. Kebun pisang. Entah milik

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    35/153

    siapa. Pokoknya kurang sedap dipandang mata. Awangjenuh. Kembali ia melangkah ke kursi semula. Lalu,pikirannya iseng. Tangannya membuka sarung yang

    dipakai menutup meja lukis. Wusss...!

    "Haaah...?!"

    Kontan saat itu juga Awang mendelik. Tersentak kagetia melihat lukisan yang ditutup kain sarung itu. Sebuahgambar sketsa wajah seorang gadis cantik terpampangpada selembar karton putih. Wajah cantik itu tak lain

    adalah wajah Anjar.Ya. Dewi Anjar Kusuma ada dalam lukisan sketsa hasil

    karya Badri. Jantung Awang jadi menyentak-nyentak,seakan ingin menjebol dadanya. Gemetar tangan Awang,karena saat itu darahnya bagai mengalir cepat, naik keubun-ubun.

    "Bangsat si Badri ini...!" geramnya. "Pasti dia sudahketemu sama Anjar. Pasti dia ngumpetin si Anjar.Bangsat super itu anak...!" Awang pun berteriak daripintu, "Driii...! Badri...!"

    Sebenarnya tanpa dipanggil pun Badri memang sudahselesai dari nyuci gelas. Ia sedang melangkah menujukamarnya. Namun melihat Awang berdiri di pintu dengan

    wajah memerah, Badri jadi memperlambat langkahnya.Heran melihat perubahan ekspresi Awang.

    "Dri, cepetan... sini!" agak kasar Awang berkatabegitu.

    "Ngapain lu? Kesurupan?" Badri kalem.

    "Dri, elu pasti udah ketemu sama Anjar! Pasti! Ngaku

    aja!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    36/153

    "Ketemu gundulmu!" sentak Badri sambil cemberut, la

    menerobos masuk ke kamar tanpa curiga apa-apa.

    "Iya. Pasti elu udah ketemu Anjar, atau... elu memangkenal sama cewek itu!"

    "Kok ngotot gitu lu?!" Badri menatap Awang dengandahi berkerut cukup tajam, menampakkan rasajengkelnya.

    "Buktinya elu bisa melukis wajahnya!" sambil Awangmenuding ke meja gambar.

    Badri bertambah bingung. Sepertinya memang benaibenai bingung, la meletakkan kedua gelas itu di meja,lalu menatap Awang dengan sikap mau protes. TapiAwang sudah lebih dulu bilang, "Elu jangan main-mainsama gue deh! Maunya apa sih elu, Dri?!"

    "Eh, yang mestinya tanya begitu bukan kamu tapi aku,

    elu maunya apa? Kok tahu-tahu sewot begitu?""Gue mau ketemu sama Anjar! Ngerti? Dan elu tahu di

    mana dia, tapi elu nggak mau kasih tahu sama aku!Setan lu!"

    "Ya, ampun Wang... gua nggak tahu di mana Anjar?!Gue belum pernah ketemu! Bego!"

    "Buktinya elu bisa melukis dia! Nih... nih...!" lukisan itudiketok-ketok pakai telunjuk. Awang menampakkankejengkelannya kepada Badri.

    Sambil setengah berpikir bengong, Badri bilang,

    "Memangnya cewek dalam lukisan itu bernama Anjar?"

    "Alaaah... nggak usah pura-pura bego gitu deh!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    37/153

    "Sumpah mampus gue nggak tahu kalau tuh cewek

    namanya Anjar!"

    Kesungguhan wajah Badri membuat Awang menahankeinginan ngototnya. Ia jadi sedikit heran mendengarsumpahnya Badri. Nada suaranya pun mulai menurun.

    "Memangya elu nggak tahu kalau nama cewek yangelu lukis ini adalah Dewi Anjar Kusuma?"

    Badri menggeleng. Polos. Memang benar-benar tidaktahu. Lalu. ia bilang, "Gue nggak sempat tanya nama tuh

    cewek."

    "Di mana elu ketemu dia?"

    Badri diam sebentar. Ada sesuatu yang sedangdipikirkannya. Setelah itu ia menjawab dengan suarapelan, "Gue ketemu dia di... di depan ruang pameran,kemarin lusa!"

    "Nah, terus...? Dia elu ajak kemari kan?"

    Badri menggeleng. "Gue cuma mengingat- ingat wajahcantiknya aja. Gue nggak sempat negur dia ataubersapaan sama dia. Gue nggak sempat kenalan."

    "Kok elu bisa melukis dia dengan persis begini?"

    "Elu kan tahu kalau aku punya otak seperti kamera

    foto. Gue ingat-ingat wajah dia, lalu gue tuangkan dalamkertas itu, sebab gue kagum sama wajah yang kayakgitu."

    Keduanya akhirnya sama-sama diam. Sama-samamemandangi lukisan tersebut. Wajah mereka tampaksama-sama merasa kagum terhadap kecantikan yang adadi situ. "Ooo... jadi dia namanya Dewi Anjar Kusuma...?"gumam Badri, seakan bicara pada dirinya sendiri.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    38/153

    "Ya cewek ini yang bikin gue penasaran dan

    kebingungan!" Awang pun bicara seperti ditujukan untukdirinya sendiri. Pelan dan lesu.

    "Pantas kalau kamu tergila-gila sama dia," sambilBadri manggut-manggut. Awang diam, tak berkedipmenatap lukisan itu.

    -o0o))((dwkz))((o0o-

    Wajar kalau Badri sampai berani sumpah mampussegala, sebab memang dia tidak tahu nama gadis yang

    dilukisnya itu. Kebingungan Awang ternyata justrumenolong dia untuk mengetahui nama gadis tersebut.Karena, pada malam itu Badri benar-benar sempatseperti orang bego.

    Waktu pulang dari TIM, ia masih bersitegang denganDharma yang ngotot kepingin pinjam kacamata hitam.Badri berusaha menahannya, bahkan sampai terlontarkalimat untuk mengusir Dharma, "Pulang aja lu! Janganganggu aku!"Dharma tidak sakit hati oleh kalimat itu. Iahanya menjadi dongkol karena niatnya tidak diturutiBadri. Bahkan Dharma sempat bilang dengan nada ketus,"Elu sekarang pelit amat sih ama gue? Elu nggak ingatkalau dulu yang minjemin duit buat modal elu beli alat-alat lukis adalah aku! Sampai sekarang elu belum bisa

    melunasi duit pinjaman itu, tapi aku toh nggak mintakekurangannya? Sekarang aku cuma mau pinjamkacamata itu aja elu nggak boleh? Apa gitu caranyaorang berteman?"

    "Persetan dengan omongan elu deh! Yang penting, elucepetan pergi dari kamar gue. Cepetan pulang ke kost-mu sendiri! Gue kesel lihat tampang elu!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    39/153

    Akhirnya Dharma benar-benar pergi dengan sebaris

    gerutu dan kedongkolan hati. Badri merasa lega, dantidak peduli lagi tentang perasaan Dharma yang kecewa

    berat padanya. Yang ada dalam otak Badri adalahkacamata hitam itu. Ia mengamat-amati benda tersebut,entah untuk yang keberapa kalinya. Ia mencobamemeriksa bagian kacanya sambil hati bertanya, adacampuran logam apa sih di kaca ini...?!

    Badri akhirnya tertidur. Kacamata hitam jatuh didadanya. Sewaktu ia terbangun, oh... sudah gelap.Jendela belum ditutup. Ia menengok arlojinya, ternyatasudah pukul tujuh malam lewat.

    Kacamata disimpan dalam koper, di bawah pakaian.Badri mandi sambil berpikir soal kemisteriusan kacamatatersebut. Malahan selesai mandi, Badri sempat bikin kopidan beli nasi bungkus dulu. Ia ingin menenangkan

    pikirannya sebentar, sebelum kembali berkecamuktentang kacamata hitam ajaib itu.

    Eh, rupanya Dharma datang lagi tepat selesai Badrimakan. Mulai hati Badri dongkol. Kesal banget dia samaDharma.

    "Gini aja deh, Dri," ujar Dharma, ".... Gue punyakacamata rayban asli, bekas kepunyaannya prajurit AU

    Amerika. Gue tukar aja deh dengan kacamata hitamkuno itu."

    --------

    Gak jelas

    -------

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    40/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    41/153

    atas usahanya yang berhasil untuk tidak meminjamkankacamata ajaib itu kepada Dharma.

    Sekarang, waktu malam benar-benar sunyi, kacamataitu kembali diamat-amati oleh Badri. Bahkan kacamataitu dipakainya, sambil ia bercermin di depan kaca duduk.Ia tersenyum Sendiri melihat tampangnya di cermindalam mengenakan kacamata itu.

    "Kayak dukun pijat...!" ujarnya sendiri sambil tertawageli.

    Dan tiba-tiba Badri terkejut, bahkan sampai terlonjakdari tempatnya ketika ia berpaling ke kanan, ke arahpintu, oh... di sana telah berdiri seorang gadis cantikdengan gaun lembut warna pink. Rambutnya teruraiindah, senyumnya begitu memukau jiwa, seakanmembuat jantung Badri terhenti dua-tiga detik.

    "Sss.. sii... siapa kamu?!" Badri gemetaran. Gadis ituhanya tersenyum, melangkah santai, kalem, duduk ditepian dipan. Matanya memandang sekeliling, merasaasing dengan suasana kamar Badri yang cenderungberkesan acak-acakan itu.

    Tak sadar Badri masih tetap mengenakankacamatanya. Mungkin karena rasa takut, shock dan

    terkagum-kagum melihat kecantikan Anjar, hingga dialupa melepas kacamata. Ia hanya memandangi Anjardengan mulut ternganga, bibir gemetaran dan keringatdingin mulai membasah di tubuhnya.

    "Kenapa kamar ini nggak kamu rapikan, Badri?"

    Oh, dia tahu namaku? Pikir Badri semakin tegang.Lalu, Anjar menarik selimut yang mirip cucian basah itu.

    la melipat selimut tersebut, merapikan seprainya,

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    42/153

    menggantungkan handuk yang semula ada di tepiankasur. Menata buku-buku yang ada di meja danberserakan sampai ada yang jatuh di lantai.

    "Kamar yang berantakan begini akan menimbulkanrasa jenuh pada diri kita," kata Anjar dengan suaranyayang sangat enak didengar.

    Enak sekali, sampai-sampai Badri menahan napashanya sengaja agar bisa mendengar suara Anjar tanpagangguan desah napasnya.

    Ada tumpahan kopi di meja. Anjar mengambil lap danmembersihkan tumpahan air kopi tersebut. Ada pulapiring kotor bekas makan tadi masih tergeletak di tepianmeja, Anjar segera mengemasi. Membuang bungkusnasi, dan hendak membawa piring itu keluar kamar.

    Buru-buru Badri bergerak dan berkata, "Ja... jangan...!Jangan keluar. Hmmm... biar.., biar aku saja yangmenaruh piring kotor itu di luar kamar...!"

    Anjar tersenyum. Aduuuh... indahnya. Senyumseseorang yang berkarisma dan penuh kesabaran.Senyum seorang ratu kecantikan yang mahal harganyabagi sebuah iklan. Badri terpaku sejenak sambilmemegangi piring kotor dengan gemetar.

    "Kau seorang pelukis, ya?" sambil berkata begitu,mata Anjar memandangi tiga buah lukisan cover yangdipajang Badri pada bagian dinding. depan meja.

    Badri hanya pringas-pringis, masih kikuk dan gugup.Anjar tersenyum sambil manggut-manggut, seakanmerasa kagum dengan lukisan Badri, walau berupalukisan sketsa.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    43/153

    "Bagus sekali lukisanmu. Garis-garisnya kuat dan

    tegas."

    "Hmmm... apakah... apakah kamu juga pelukis?""Bukan," jawab Anjar kalem. "Tapi aku tahu nilai

    sebuah lukisan."

    "Hmmm ... anu... bagaimana kalau... kalau aku inginmelukis kamu? Apakah kamu bersedia?"

    "O, sangat bersedia! Tapi apakah wajahku pantas

    dijadikan sebuah lukisan?""Sangat, sangat pantas!"jawab Badri dengan

    bersemangat.

    Anjar hanya menyunggingkan senyum. Manis sekali.Mendebarkan hati,siapa pun yang memandangnya.

    Badri segera menyiapkan kertas lukis, la melukis

    dengan menggunakan potlot hitam. la melukis denganterburu-buru. Gerakan tangannya walau masih gemetartapi cepat. Karena semangatnya, Badri sampai lupamelepas kacamata pada waktu melukis Anjar. Dananehnya, ia bisa melukis dengan gerakan cepat, seakantanpa dipikir dan ditimbang-timbang lagi ke mana iaharus menarik garis atau mencoretkan pensilnya.

    Sangat singkat Badri mengerjakan lukisan tersebut.Napasnya sampai terengah-engah. Keringatnyamengucur membasahi badan. Ketika Anjarmemeriksanya, gadis itu tersenyum puas dan berkata,

    "Bagus sekali. Tapi sebenarnya kau bisa melukiskulebih bagus lagi."

    "Maksudmu..,?"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    44/153

    Anjar membuka sedikit gaunnya, belahan dadanya

    ditampakkan, kulit pundaknya diperlihatkan, dan iaberpose sambil duduk di tepian dipan. Agak miring, dan

    tetap menyunggingkan senyum.

    "Nah, lukislah aku dalam keadaan, seperti ini.... ''

    Oh...? Merangsang sekali posenya. Jantung Badriberdebur-debur. Darahnya bagai mendidih. Dalamdadanya ada yang bergejolak kuat; Desir-desir birahi punmenjalar di sekujur tuj buh. Sungguh tak kuat Badri

    memandang gaya Anjar seperti itu.-o0o))((dw))((o0o-

    "Hmmm... maaf... aku... aku kencing dulu. ya...?"

    Badri bergegas keluar dari kamar. Ia berlari menujukamar mandi. Hampir saja ia lupa, melepaskacamatanya. Maka, ia pun segera melepas kacamata

    itu. Setelah buang air beberapa saat di kamar mandi,setelah menenangkan napasnya yang terengah-engah,Badri pun kembali ke kamar.

    "Lho...?!" ia terbengong. Anjar sudah tak ada. Iabingung mencarinya sampai ke luar pekarangan. Sampaike ujung pertigaan jalan, la bertanya kepada tukangrokok vang ada di situ.

    "Abang melihat seorang gadis pakai gaun pink danrambutnya panjang, nggak;?"

    Pedagang rukuk itu menggeleng, "Nggak tuh...!"

    Kecewa hati Badri. Termenunglah ia. Kemudian,teringat ia akan kacamata hitapmy.a? Dipandangikacamata itu, lalu ditemukanlah,sebuah kesimpulan yang

    mengatakan, kacamata inilah yang bisa dipakai melihat

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    45/153

    gadis itu...! Badri mencoba mengenakan kacamatatersebut. Ia memandang sekeliling kamar. Lalu,napasnya tersentak berhenti sejenak, karena pandangan

    matanya menemukan sosok gadis cantik yang berbaringdi ranjangnya. Tidur dengan kedua tangan bersedekap didada. Matanya terpejam, menampakkan kelentikanbulunya. Badri hanya bisa memandangi dengan perasaankagum yang luar biasa. Tak berani ia menyentuh gadisitu.

    Rahasia tersebut yang disembunyikan Badri. Dharmatidak diberi tahu, bahkan kepada Awang pun ia punyacerita sendiri tentang gadis dalam lukisannya. It ulahsebabnya Awang masih belum tahu keistimewaan darikacamata tersebut. Namun, waktu ia pulang dari rumahBadri untuk yang kedua kalinya, ia sempat bertemuDharma di perjalanan. Ini itu terjadi di luar kesengajaan.Dan dalam kesempatan itu, Dharma sempat bilang, "Dari

    mana kamu, Wang? Dari rumah Badri, ya?"

    "Ya," jawab Awang singkat.

    "Jangan berteman lagi sama Badri deh! Dia sudah gilatuh!"

    "Gila gimana?"

    "Dia sudah nggak bisa diajak berteman lagi. Yah...sejak dia punya kacamata setan, dia jadi kayak oranggila."

    "Kacamata setan...?!" Awang berkerut dahi. Sempatlupa bahwa ia pernah meminjamkan kacamata kepadaBadri.

    Dharma buka kartu, "Badri punya kacamata kuno.

    Kacamata itu bisa dipakai untuk melihat suatu keajaiban.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    46/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    47/153

    kacamata itu bisa dipakai untuk melihat ketelanjangansetiap orang, maka pantaslah kalau Kek Sumo semasahidupnya suka mengenakan kacamata itu sambil jalan-

    jalan. Dan...o, ya... Badri bisa melukis wajah Anjar. Pastigara-gara ia memakai kacamata itu, lalu ia bisa melihatAnjar. Buktinya, waktu aku memakai kacamata itu, akujuga melihat Anjar. Lalu... siapakah Anjar sebenarnya?Mengapa ia hanya bisa dilihat dengan menggunakankacamata itu saja?"

    Kedatangan Awang kali ini bukan untuk menanyakantentang di mana rumah Anjar, melainkan untuk memintakembali kacamata hitam tersebut. Namun, rupanya Badrisudah mempunyai konsep sendiri untuk menghadapi haldemikian.

    "Wah, sorry berat deh, Wang.... Kacamata itu hilangwaktu aku menambalkan ban mobil. Mungkin jatuh pada

    saat kukantongi di saku celana samping ini...!""Aduuuuh... kamu gimana sih? Masa' nggak ada

    tanggung jawabnya sedikit pun. Kacamata itu kanpinjaman dari aku, masa' sampai hilang sih? Gimanakalau gini?"

    "Hmmm... kuganti dengan kacamata lain aja, ya?"

    "Nggak bisa! Aku tetap minta kacamata yang itu!" kataAwang tegas. Ia mulai curiga dengan tipu daya Badri."Pokoknya bisa nggak bisa, gue minta kacamata itu elupulangin!" Awang makin kasar bicaranya.

    "Kalau hilang mau diapain lagi?!" Badri ngotot.

    Awang pun ikut ngotot, "Gue nggak mau tahu!Pokoknya harus dipulangin kacamata itu!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    48/153

    "Gue sih mau-mau iya mulanginnya, cuma kalau udah

    hilang gimana? Udah gue cari ke bengkel itu, tapi nggakada. Mungkin udah ditemukan oleh orang lain!"

    Awang seperti nyaris kehilangan kesabarannya. Iaberkata dengan nada rendah, namun bersifatmengancam, "Dengerin, Dri... gue nggak mikir lagi siapaelu, pokoknya kalau kacamata itu hilang, gue minta gantinyawa elu! Ngerti?!"

    "Terserah apa mau lu deh...!" Badri membiarkan

    Awang pergi dengan memendam kemarahan danancaman. Badri tidak takut kepada Awang. Badannyasama-sama berotot, sama-sama kekar, malah Badrisedikit lebih tinggi dari Awang. Bagaimanapun juga, apapun juga ancaman Awang, Badri tetap berkeras hatiuntuk mengatakan demikian.

    Kacamata itu tidak hilang. Sebenarnya ada di bawah

    pakaian di dalam koper. Tapi Badri tetapmempertahankan agar kacamata itu jangan sampai jatuhke tangan orang lain..

    Kenapa begitu?

    Karena Badri pun mulai bisa menyimpulkan, bahwakacamata itulah yang bisa membawanya bertemu

    dengan Anjar. Tanpa kacamata itu, Badri yakin tidakakan bisa melihat kecantikan Anjar yang Lelah berhasilmemikat hatinya.

    Terus terang saja, sejak pertemuannya dengan Anjaryang kedua, Badri sudah jatuh cinta. Kecantikan Anjartelah membuat imajinasi Badri melambung tinggi.Kemulusan tubuh, ke-sexyannya, telah membuat Badri

    punya bunga-bunga rindu yang indah.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    49/153

    Badri sering merasa rindu kepada Anjar. Badri sermg

    kangen dengan canda dan tawanya Anjar. Karenapertemuannya dengan Anjar yang ketiga kalinya

    membuat Badri merasa hidup berlimpah kebahagiaandan kedamaian.

    Namun Badri tetap belum berani menyentuh Anjar.Setiap kali Anjar muncul, ia hanya mau memandangikeelokan tubuh wanita itu. Bahkan pernah Anjar berkata,

    "Dekaplah aku. Peluklah. Untuk apa kau

    memandangiku dan memujiku kalau kau tak maumemelukku?"

    Apa yang membuat Badri tidak mau menyentuh Anjarsekalipun gaun sudah disingkapkan dan mata sudahdisayukan? Bukan karena Badri kehilangan kejantanan,melainkan karena Badri tahu siapa Dewi Anjar Kusumaitu.

    Dalam pertemuannya yang kedua, terjadi percakapanyang cukup serius antara Badri dengan Anjar.

    "Siapa dirimu sebenarnya?"

    "Aku Ratu Peri. Aku hanya bisa kau lihat denganmenggunakan kaca di matamu itu."

    "Ratu... peri...?!" Badri merinding saat itu, jantungnyamenghentak-hentak. Ia gemetar walaupun ia berusahauntuk bersikap tenang. Namun dalam hatinya, Badrisempat berkata, wah, bisa mati gue kalau terlalu dekatsama dia....

    Apalagi, sewaktu Anjar menyentuh dagu Badri danminta dicium, sentuhan itu terasa membuat darah Badri

    mendidih. Sorot pandangan mata Anjar bagai menusuk

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    50/153

    kedalaman hati Badri yang paling dalam, sehingga Badrimerasa seperti nyaris kehilangan nyawanya. Aneh.

    Itulah sebabnya ketika Anjar minta dipeluk, Badrihanya menggeleng dan berkata, 'Ak... aku... aku belumsiap... "

    Dewi Anjar berkata dengan nada kecewa. "Tiga kalikita sudah bertemu, tapi kau tidak mau mencumbuku.Untuk yang keempat kalinya, aku tak mau bersabar hatilagi, Badri. Kau... harus...."

    Karena takut melihat mata indah itu samar-samarberubah menjadi merah, maka Badri pun segera melepaskacamatanya. Plas...! Perempuan cantik itu lenyapseketika. Badri tidak melihat wajah cantik itu, juga tidakmendengar suaranya. Badri hanya mendengar napasnyayang terengah-engah dicekam perasaan ngeri.

    Apa maksudnya 'aku tak mau bersabar hati lagi' itu...?Pikir Badri. Oh, bagaimana ini? Sepertinya dia punyaancaman pada pertemuan yang keempat nanti. Wah,gawat! Jangan-jangan dia tega membunuhku?

    Memang membingungkan buat Badri. Ia inginbertemu, ingin tetap bisa melihat Anjar, tapi ia takutdiajak bercinta. Ia takut ada risiko yang membawa maut.

    Padahal rindunya bukan hanya sekadar rindu sebuahkekaguman saja sekarang, melainkan rindunya hati yangmenuntut ketenangan jiwa.

    -o0o))((dw))((o0o-

    Awang benar-benar habis kesabarannya, karenahatinya sendiri menuntut harus bertemu dengan Anjar.Ia mengeluarkan pisau berburu dari dalam laci almarinya.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    51/153

    "Gue mampusin tuh anak kalau nggak mau mulangin

    kacamata sekarang juga...!" geramnya tanpa pikirpanjang lagi.

    Awang sengaja ingin menemui Badri malam hari. Saatitu sudah pukul tujuh lewat dua puluh empat menit.Awang bersiap meluncur ke rumah kostnya Badri. Pisauberburu yang punya gerigi di bagian ujungnya itudiselipkan di balik jaket kulitnya. Sarung tangan karetjuga disiapkan.

    Gue tikam dia sampai mati, lalu gue acak-acakkamarnya sampai gue temuin kacamata itu...! Pikirnyapenuh emosi.

    Namun baru saja ia keluar dari kamarnya, tiba-tiba beltamu berbunyi. Oh, ternyata Badri yang datang. Awangbersikap tenang. Untuk sementara ia harus bisamenutupi emosinya, memendam niat untuk membunuh

    Badri.

    "Mana kacamataku?" tagih Awang dengan suara datar.

    Namun Badri tak langsung menjawab. Badri duduk diteras dengan napas terengah-engah. Ia sedangmengendalikan napasnya itu. Matanya menatap Awangdengan tajam, sepertinya ia juga menyimpan dendam

    buat Awang."Mana kacamata itu!" sentak, Awang.

    "Elu takut dituduh sudah nuduh lebih dulu, ya?"

    Awang berkerut dahi, kurang paham dengan maksudBadri.

    "Ah, jangan berlagak ngaco omongan lu! Mana?!"

    tangan Awang diacungkan ke depan, meminta kacamata.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    52/153

    Badri sendiri rupanya berusaha keras menahan

    kemarahannya la berkata dengan suara sedikit gemetardan menggeram jengkel, "Mau main licik lu ya? Pura-

    pura minta kacamata padahal kamu telah mencurinyasendiri dari kamarku?!"

    "Udah deh, jangan macam-macam," Awang mendekat,makin geram. "Pulangin kacamata gue atau elu tebuspakai nyawa elu?!"

    "Elu ngaku aja terus terang, bahwa elu yang nyuri

    kacamata itu, kan? Elu berlagak begini biar gue nggaknuduh elu, kan?"

    "Nyuri...?!" Awang makin tajam berkerut dahinya.

    "Ngaku ajalah! Nggak usah berlagak minta kacamata!"

    "Nyuri pala elu?!" bentak Awang. "Gue baru mauberangkat ke rumah elu dan mau bunuh elu kalau nggak

    mau nyerahin kacamata itu! Kok malah dituduh nyurikacamata!"

    "Habis, siapa dong yang masuk ke kamarku dan nyurikacamata itu? Siapa dong yang ngobrak-abrik kamar guedengan cara mencongkel jendela kamar?!"

    Ya. Kamar Badri memang diacak-acak oleh pencuri.Maling itu masuk lewat jendela. Kamar Badri disatronipencuri pada siang hari, ketika Badri ada urusan sebentardi kampusnya. Waktu ia pulang dari kampus, ia melihatkamarnya sudah seperti kandang kambing. Berantakansemua. Dan sialnya lagi... kacamata itu hilang dari koper.

    Hanya ada dua orang yang dicurigai Badri, kalaubukan Awang, pasti Dharma. Karena hanya dua orang ini

    yang menghendaki kacamata tersebut sampai ngotot-

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    53/153

    ngotot segala. Makanya Badri langsung menuju ke rumahAwang dengan kemarahan yang hampir meluap ituditahannya mati-matian.

    Setelah tahu bahwa Awang tidak mencuri kacamatatersebut, maka kecurigaan Badri beralih kepada Dharma.Ia menemui Dharma. Dan Awang ikut juga. Sebab iamerasa berhak merebut kacamata tersebut dari tangansiapa pun juga orangnya.

    "Kalau Dharma nanti nggak mau ngaku, biar aku yang

    tusuk dia!" kata Awang dalam perjalanan ke tempat,kostnya Dharma. Badri bilang. Jangan dulu. Ntar kalaudia mati, kita nggak bisa tahu di mana dia simpan barangitu. Lebih baik kita siksa dulu anak itu!"

    Kecurigaan yang sama. fokus pikiran yang searahkepada Dharma. membuat Awang dan Badri jadiberteman kembali. Berteman untuk berusaha merebut

    kacamata itu dari tangan Dharma. Saat itu, Badri punsempat mengakui kebohongannya dan menceritakanpertemuannya dengan Anjar. Badri juga sempat bilangkepada Awang bahwa Anjar itu Ratu Peri.

    "Gue nggak peduli dia Ratu Peri atau Ratu Kidul, yangjelas gue suka sama dia. Gue kangen sama dia. Guejatuh cinta banget sama dia. Dan... gue harus dapatkan

    kembali kacamata itu!" kata Awang terang-terangan.

    Maka, ketika sampai di rumah Dharma, Awang majulebih dulu Dengan kasar ia mencengkeram baju Dharmadan berkata. "Pulangin kacamata itu! cepetan!" sontakAwang. Matanya mendelik.

    Dharma sedikit gugup.

    "Apa... apa-apaan ini...?!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    54/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    55/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    56/153

    Badri mau ikut-ikutan nyerang Dharma, tapi dihalangi

    oleh dua orang berbadan gemuk. Para penghuni kost ituakhirnya berhasil meredakan perkelahian, membujuk

    mereka untuk saling bicara secara baik-baik.

    Pada dasarnya, Dharma tetap ngotot dan membantahsemua tuduhan Badri dan Awang, karena dia merasatidak mencuri kacamata tersebut. Ia bahkan bisa berbalikkata, "Apa benar kacamata itu hilang? Apakah Badringgak bisa ngacak-ngacak kamarnya sendiri dan pura-pura nuduh kamu yang mencurinya, padahal kacamataitu sudah diumpetin sama dia di tempat lain? Kau bisasaja dia berlagak kemalingan?!"

    Kini jadi Awang yang menatap Badri penuh curiga.Badri kebingungan mencari bantahan. Ia tampak sedikitgugup.

    Usut punya usut, korek punya korek, akhirnya mereka

    sependapat bahwa di antara mereka bertiga tidak adayang menyembunyikan kacamata misterius itu.Ketiganya, sama-sama meyakinkan diri sampai sumpahapa saja.

    "Jika bukan kita yang memiliki kacamata itu, lantassiapa?" kata Badri. "Siapa yang mencuri kacamata itu?Siapa yang masuk melalui jendela kamarku? Siapa yang

    tahu kalau aku menyimpan kacamata ajaib itu?!"

    "Yang tahu sih banyak!" celetuk Dharma.

    "Banyak...?!" Awang berkerut dahi.

    "Ya," jawab Dharma tegas. "Soalnya aku ceritakankepada siapa saja yang kutemui tentang kacamatamisterius itu. Termasuk sama teman-teman kost di sini

    pun aku ceritakan semuanya!"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    57/153

    "Dasar mulut babi!" gerutu Awang sambil

    menghempaskan napas.

    Siangnya, mereka bertiga sama-sama menyelidikisiapa pencuri kacamata hitam model kuno. Merekadatang ke kamarnya Badri. Mereka meneliti jendela danbekas congkelannya.

    "Jendela ini memang menghadap ke kebun pisang.Berarti pencurinya melewati kebun pisang itu sebelummencongkel jendela kamarmu," kata Awang. Badri hanya

    menggumam, membenarkan.Dharma bertanya kepada Badri, "Tanah milik siapa

    kebun pisang ini, Dri?"

    "Milik Haji Syukur. Dia yang punya kost-kost-an ini."

    "Berarti pencurinya masuk lewat samping rumah HajiSyukur. Soalnya nggak ada jalan lain menuju ke jendela

    kamarmu kalau nggak lewat samping rumah Haji Syukur,dan itu berarti dia masuk lewat halaman depan rumahHaji Syukur!" ujar Awang.

    "Ya. Pasti pencuri itu lewat pintu pagar rumahtersebut

    "Kalau begitu, kita tanyakan dan selidiki keluarga HajiSyukur!"

    "Percuma!" jawab Badri. "Sebab rumah itu hanyadihuni Haji Syukur dan istrinya. Kedua orang itu sudahberusia enam puluh tahun lebih!"

    "Kalau gitu, siapa dong pencurinya?!" tanya Awang.Kesal hatinya.

    -o0o))((dw))((o0o-

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    58/153

    5Tombak rindu menikam hati Badri. Sakit dan

    menjengkelkan sekali. Hasrat ingin ketemu Anjar sepertiracun yang mengganas di hati maupun di otak Badri. Duamalam ini ia tak bisa tidur. Benar-benar tak bisa tidur.

    "Gue potong kedua tangan pencuri itu pakai mandauini kalau kutangkap...! Bener deh, gue potong-potong

    jadi tiga belas potong!" geram Badri sendirian di dalamkamarnya, la memandang arah kebun pisang melaluijendela yang dibuka lebar-lebar.

    Renungannya melantur terus, sampai akhirnya iamenemukan sebuah gagasan, pergi ke dukun ajaenaknya, ya?

    Ya. Pergi ke dukun. Tanya siapa pencurinya dan dimana tinggalnya. Ini suatu usaha yang punyakemungkinan cukup besar untuk mendapatkan kembalikacamata kuno itu.

    Ah, sayang sekali gue nggak tahu dukun mana yangbisa mencari maling. Eh, tapi... ooo, ya, ya... gue ingat,Ode pernah cerita tentang seorang dukun yang bisa

    menunjukkan di mana letak barang yang telah hilang dansiapa pencurinya. Ya. Ode tahu alamat dukun itu!

    Bergegaslah Badri ke kamar sebelah. Ode tinggal dikamar itu bersama Yono. Namun waktu Badri ke kamarsebelah, ia hanya bertemu dengan Yono.

    "Yon, mana Ode...?"

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    59/153

    "Lho, kan udah pindah," jawab Yono, berhenti

    membaca buku.

    "Pindah?! Kapan dia pindah sih?""Hmmm... yah, udah dua hari yang lalu kalau nggak

    salah. Soalnya waktu itu gue masih di Sukabumi sih.Nggak tahu pindahnya."

    "Ooo...," Badri sedikit kecewa. "Ke mana pindahnya,Yon?"

    "Nggak tahu! Dia sendiri sebelumnya nggak pernahpunya rencana pindah kok. Maksudnya, nggak pernahngomong sama aku kalau kepingin pindah di tempatlain."

    "Hmmm...," Badri manggut-manggut, makin jelaskekecewaannya.

    "Memangnya kenapa sih? Ada perlu apa?"

    "Gue mau minta bantuan dia ke rumah dukun yangbisa mencarikan pencuri dengan kekuatanparanormalnya. Seingatku Ode tahu rumah dukun itu."

    "Maksudmu, buat nyariin kacamatamu yang hilang itu?Uuuh... kacamata hilang aja sampai didukuni! Kayaknggak ada kacamata lain aja?! Beli lagi dong. Di toko

    juga banyak kan?!"Badri hanya tersenyum, rada sebel dengar ucapan

    Yono itu. la tidak memberi komentar apa-apa, langsungkembali ke kamarnya. Ia berbaring sambil matanyaberkedap-kedip memandangi enternit kamar. Melamun iadi situ. Terbayang ia wajah Anjar yang menggemaskanhati dan mencekam jiwa.

    -o0o))((dw))((o0o-

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    60/153

    Sebenarnya Awang malas datang ke kampus. Malas

    sekali. Ia tidak punya gairah untuk berpikir masalahorganisasi kemahasiswaan. Benaknya sudah dikuasaioleh hilangnya kacamat a yang rindu untuk dimilikikembali. Sayang sekali, hari itu ada rapat yang harusdihadiri, sehingga Awang pun memaksakan diri untukdatang ke kampus. Walaupun toh sampai di sana ia lebihbanyak bengong daripada bicara dengan siapa saja atautentang apa saja. la lebih banyak melamun ketimbangmenjawab pertanyaan beberapa temannya.

    Seorang gadis berwajah mungil, hidungnya kecil tapimancung, bibirnya kecil tapi indah, mendekati Awangdengan sikap tenang. Gadis itu adalah Resti, mahasiswiteknik sipil yang punya nilai kecantikan tersembunyi dibalik kesederhanaan. Ia sudah biasa bercanda dengan

    Awang, karena waktu acara perpeloncoan tahun lalu.mereka berdualah yang dikenal sebagai sepasang seniorkiller.

    Resti menyentil kuping Awang dari belakang. Plik...!Awang terlonjak kaget. Lamunannya buyar, emosinyasempat naik. Resti tertawa. Awang jadi menghempaskannapas, tak jadi marah, namun tetap saja menggerutu

    sambil bersungut-sungut."Usil aja lu! Entar gue sentil biji mata lu baru tahu

    rasa!"

    "Uuuh... digituin aja sewot! Darah tinggimu lagi naik,ya?"

    "Iya. Naik sampai ke tiang listrik!" jawab Awang

    seenaknya.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    61/153

    Resti tertawa pendek. Matanya yang bundar tapi

    berukuran kecil, seperti mata boneka itu, melirik Awangsambil menyunggingkan senyum yang manis.

    "Kenapa kamu? Lagi kasmaran sama cewek, ya?Cewek mana?"

    "Cewek Bosnia!" jawab Awang seenaknya lagi. Ia inginmenunjukkan bahwa dirinya sedang malas diajakbercanda, balikan tak berselera untuk diajak bicara. TapiResti tetap nekat menggoda Awang, bahkan mencoba

    memaksa Awang agar mau menanggapi omongannya.Resti bilang, "Kau kehilangan sesuatu, Wang?"

    Pancingan Resti mengenai sasaran. Awangmengangkat wajahnya, menatap Resti buru-buru. Initandanya Awang mulai tertarik dengan pembicaraanResti.

    Gadis berambut pendek sebatas pundak, namun lurusdan indah itu hanya tersenyum dengan pandangan matatak lepas menatap sorot mata Awang. Seolah-olahpandangan mata itu punya arti, punya bahasa tersendiri,sehingga Awangjadi bertanya, "Dari mana kau tahubahwa aku sedang kehilangan sesuatu?"

    "Dari wajahmu!" jawab Resti ganti seenaknya saja

    menjawab.

    Sadar kalau bakalan dipermainkan oleh jawaban Resti,Awang pun segera menghela napas panjang danmengalihkan pandangan matanya. Saat itu Resti segeraberkata, "Sesuatu yang sangat berharga telah hilangdarimu, dan kamu sangat menyesali hal itu. Kamukecewa berat. Padahal seharusnya tidak begitu."

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    62/153

    Kembali Awang berpaling menatap Resti,

    "Tidak begitu bagaimana? Apakah kau tahu persis apa

    yang telah hilang dariku?""Bisa tahu, bisa juga nggak. Tapi menyesali sesuatu

    yang telah bilang adalah pekerjaan yang sia-sia. Kau bisacari penggantinya dengan cara bagaimanapun. Nggakperlu jadi lesu dan sedih begini. Bodoh itu namanya."

    "Aku nggak ngerti maksudmu."

    "Misalnya, kamu kehilangan cewek. Kamu nggak perlulesu dan sedih. Kamu bisa cari cewek lain dengan carabagaimanapun juga. Contohnya aku, sejak kuputuskanhubunganku dengan Donni yang memang berkaraktermata keranjang itu, aku nggak sedih, nggak lesu, dantetap bergairah dalam hidup. Soalnya aku yakin, di duniaini bukan cuma Donni cowok yang bisa kudekati."

    Awang mencoba tersenyum tipis. Ada dua artisenyuman itu. Pertama, ia merasa lega karena semulamenyangka Resti tahu bahwa yang hilang itu adalahkacamata, dan ternyata Resti menduga yang hilangadalah seorang cewek. Kedua, Awang jadi geli sendirikarena dengan memberikan contoh tentang dirinya, Restiberarti mengumumkan bahwa ia telah putus dengan

    Donni dan punya minat untuk mendekati cowok lain.Barangkali juga Awang adalah sasarannya.

    "Jangan salah arti dulu," kata Resti, seakan mengertiapa isi hati Awang. "Aku hanya memberikan contohsederhana yang barangkali bisa kamu jadikan bahanpertimbangan. Paling tidak kamu akan punva ide tentangapa yang harus kamu lakukan di hari-hari berikutnya."

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    63/153

    Awang ketawa pendek. "Elu kalau ngomong kayak

    calon mertua gue aja!"

    Resti tersenyum hambar. "Bersemangatlah, Awang.Kuperhatikan sejak kau datang tadi, nggak ada semangatsedikit pun pada dirimu. Ini bahaya. Kamu bisa dikecamdan dilecehkan teman-teman."

    "Nah, kalau gini elu ngomongnya kayak calon istri gueaja!" canda Awang, meremehkan.

    Resti beranjak pergi sambil bilang, "Bukan aku calon

    istrimu. Mungkin Dewi...!"

    Tersentak hati Awang mendengar nama Dewi. Ia inginmenahan kepergian Resti, tapi tak mampu meraihtangannya. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun takmampu lidahnya bergerak. Kurang dari sedetik lamanyaia terpaku bagai patung. Waktu ia menghempaskannapas, Resti sudah ada di pojok ruangan. Bicara denganLukman.

    "Dewi...?!" gumam Awang. "Apakah yang dia maksudadalah Dewi Anjar Kusuma? Oh, dari mana dia tahunama itu? Dari mana dia tahu kalau aku kasmaran samaDewi Anjar Kusuma?"

    Farok datang menepuk punggung Awang pakai buku.

    Plok...! Sekali lagi Awang terlonjak karena keusilanteman. Karo k tertawa pendek dan berbisik, "Kemarinada yang titip salam buat kamu!"

    "Siapa?"

    "Dewi...!"

    Nah, lu! Kaget lagi Awang. Matanya cepat menatap

    Farok dengan dahi berkerut.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    64/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    65/153

    Farok memesan minuman, Awang juga menyebutkan

    minuman dan makanan yang ia inginkan kepada pelayankantin. Setelah itu, Awang kembali bicara kepada Farok

    dengan agak serius.

    "Isu peri cantik? Gimana tuh...?"

    Farok yang keturunan Arab, kulitnya hitam dan banyakbulunya, sempat garuk-garuk cambangnya sebentar,kamudian ia berkata, "Ada anak kost di tempat gue bikinsensasi. Dia ngaku habis ketemu peri cantik dan sexy.

    Dia girang banget. Saking girangnya sampai kayak anaksinting. Ngakunya sih peri cantik itu muncul di kamarnyapada malam hari dan ngajak dia bercumbu, cuma diamasih takut. Takut tapi ngebet!"

    Awang tertawa kecil, setengah meremehkan ceritayang dianggap murahan itu. Pelayan datangmembawakan pesanan, mereka masih terus bicara. Farok

    bilang, "Si Teddy itulah yang menyebarkan isu pericantik, sampai dosen kita ada yang tertarik untukmendengarkan cerita tersebut."

    Makin geli Awang mendengarnya. "Sensasi memangmudah membuat masyarakat pasif menjadi aktif."

    "Tapi kalau dipikir-pikir, sebenarnya cerita itu bukan

    semata mata sebuah sensasi atau isu saja kok.""Dari mana kamu bisa menyimpulkan begitu?"

    "Soalnya begini," Farok bersemangat, "Waktu akumasuk ke kamar anak itu, maklum dia kan anak baru disitu, aku masuk main selonongboy aja. Dia nggak beraninegur aku. Dan... aku mencium bau aroma wangi yangenak. Lembut sekali. Kayaknya bau wangi itu punya

    pengaruh magis, dapat membuat kita terlena."

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    66/153

    "Bisa aja tuh anak numpahin parfum di kasurnya."

    "Lain deh. Bener. Bau wangi itu kayaknya nggak ada

    pada parfum mana pun juga. Pokoknya... yah, sulitdigambarkan baunya. Dibilang kayak melati ya bukan,kayak cendana ya mirip-mirip sedikit, kayak bau mawaryaaaah... kayaknya bukan bau mawar. Sulit dehpokoknya."

    Farok nyedot minumannya lewat pipa plastik yangdisebut sedotan. Awang ikut-ikutan. Setelah itu Farok

    bilang, "Itu anak ngakunya habis semadi di kamarnya,lalu ia berhasil bertemu dengan peri cantik. Kata dia, periitu ngaku bernama Dewi Anjar Kusuma...."

    "Hahhhh...?!" Awang terpekik. Cukup keras suaranya,sampai Teddy dan teman-temannya berpaling menatapke arah Farok. Pelayan dan beberapa orang yang ada disitu pun memperhatikan Awang. Mata Awang mendelik.

    Darahnya berdesir dari bawah ke atas, membuatwajahnya jadi merah, lalu pucat bagai kehilangan darah.

    Tentu saja hal itu membuat Farok terheran-heran.

    "Elu ngapain sih? Kok kayak beruk jatuh dari pohonkelapa?" kata Farok.

    "Ikut aku sebentar!" Awang menarik tangan Farok.

    "Hei, apa-apaan ini...?!"

    "Pokoknya ikut aku sebentar. Kita bicara di bawahpohon, di belakang kantin itu. Yuk... cepat...!"

    Makin terheran-heran Farok dengan tingkah lakuAwang. Timbul rasa penasaran di hatinya, sehingga iapun menuruti keinginan Awang. Mereka berdiri di bawah

    pohon yang cukup rindang, di belakang kantin. Tapi tidak

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    67/153

    persis di belakangnya. Dari bawah pohon itu merekamasih bisa melihat pemandangan di arena parkir, jugajalanan besar depan kampus.

    "Rok, aku minta elu ngomong yang sebenarnyatentang anak itu!"

    "Lho, aku kan udah ngomong yang sebenarnya?Gimana sih kamu ini?"

    Napas Awang tadi terengah-engah, sekarang berusahaditenangkan sedikit. Farok memandangi Awang dengan

    dahi berkerut tajam.

    "Anak itu benar-benar bilang kalau nama peri ituadalah Dewi Anjar Kusuma?"

    "Iya! Dia selalu menyebut-nyebutkan nama itu,sehingga kami, para penghuni kost, tahu semua dan jadihafal dengan nama itu!"

    "Siapa sih anak itu?"

    "Dia anak baru, sudah kubilang tadi kan? Nah, diapunya nama panggilan Ode...."

    "Ode...?!" Awang makin berkerut dahi, berpikirsejenak, karena sepertinya dia pernah mendengar namaitu.

    "Gini aja deh," kata Farok. Tapi belum habis ia bicara,Awang sudah menyahut nya, "Eh, Rok... kamu tahu,anak itu adalah anak yang sedang kucari-cari! Pasti diayang mencuri kacamata hitam milik kakekku itu! pasti diabisa bertemu dengan peri cantik lewat kacamata itu...."

    "Kacamata...?!" gumam Farok semakin heran.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    68/153

    Tanpa perhitungan panjang-lebar, Awang pun

    menceritakan kemisteriusan dan keistimewaan kacamatahitam itu. Farok jadi semakin terbengong-bengong

    mendengarnya. Sampai akhirnya Awang bilang kepadaFarok, "Kalau semua informasimu itu benar, sekarangtolong antarkan aku ke tempat kostmu! Temukan akudengan Ode. Kalau perlu kubunuh anak itu jika dia nggakmau menyerahkan kacamata itu."

    "Bunuh?!" gumam Farok dengan dahi tetap berkerut.Ia menatap Awang dalam kebimbangan hati, "Kausampai mau membunuhnya demi mendapatkankacamata itu? Apa nggak salah?!"

    "Persetan, salah atau nggak, pokoknya kalau dianggak mau menyerahkan kacamata itu, aku akanmembunuhnya dan merebut kacamatanya! Yuk, antarkanaku ke sana...!"

    Farok dapat menilai keseriusan Awang. Farok tahu,Awang tidak main-main dan benar-benar bernafsu untukmendapatkan kacamata itu. Jelas emosi kemarahanAwang akan timbul jika Farok tidak mau menunjukkan dimana kamar kostnya Ode. Jelas ia akan ribut samaAwang kalau ia berkeras untuk tidak mau diajakmeninggalkan kampus secepatnya.

    Daripada ribut, Farok pun menuruti kemau- an Awang.Mereka meluncur ke tempat kost Farok. Cuma sayang,setelah mereka sampai sana, ternyata kamar Odedikunci. Ode pergi.

    "Dobrak saja pintu ini...."

    "Husy, jangan! Nanti kamu bisa dituntut sama pemilik

    kost!" jawab Farok.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    69/153

    Dada Awang seakan bergerak-gerak ingin meledak

    membendung kemarahannya. Karena ia yakin betulbahwa memang Ode itulah orang yang mencuri

    kacamata dari kamar Badri. Awang punya dugaan yangsembilan puluh persen benar. Ode keluar dari kamarnyalewat jendela kamarnya sendiri, lalu mencongkel jendelakamar Badri dari kebun pisang milik Haji Syukur. Itumudah dilakukan Ode, sebab jendela kamar Ode danjendela kamar Badri sama-sama menghadap ke kebunpisang.

    Lalu, dari mana Ode tahu tentang keistimewaankacamata itu? Bisa saja dari mulut Badri sendiri, ataumungkin dari mulut Dharma. Sebab Ode pernah jaditemannya Dharma.

    Awang segera menemui Dharma. Ia pergi tanpa Farok.Ia hanya berpesan kepada Farok agar nanti jika Ode

    pulang, Farok diminta untuk menahan Ode agar anak itutidak pergi ke mana-mana.

    "Aku akan datang lagi nanti sore!" kata Awang.

    Di tempat Dharma, Awang mendesak agar Dharmamengaku kepada siapa saja ia menceritakan tentangkacamata itu. Lalu, Dharma pun menceritakan apaadanya.

    "Kepada Ode juga kamu ceritakan hal itu?"

    "Ya. Dan dia sangat terkagum-kagum," jawabDharma.

    Jelas sudah. Modus operandi pencurian Ode sudahdiketahui oleh otak Awang. Cuma masalahnya, itu anaksekarang ada di mana? Sampai malam hari ditunggui

    Awang, ternyata belum pulang-pulang juga.

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    70/153

    "Sudah pukul dua belas, Rok... kayaknya dia nggak

    bakalan pulang," kata Awang. "Sebaiknya aku pulang ajadeh. Besok pagi aku ke sini lagi. Cuma, tolong simpan

    baik-baik cerita rahasia kacamata itu, ya? Biar nggak adayang memburunya!"

    "Sip...!" Farok mengacungkan jempolnya.

    Awang benar-benar tak sabar menunggu pagi. Iasampai tak bisa tidur. Hasrat untuk memiliki kacamata itutelah membuat hatinya gundah gulana dan matanya sulit

    terpejam. Ngantuk sedikit pun tidak, dan ini justrumenyiksa batinnya.

    Begitu terdengar suara adzan subuh, barulah Awangmulai merasakan hawa kantuknya. Mata berat untukdibuka, dan ia pun tertidur. Bangun-bangun sudah siang.Sudah pukul sebelas lewat. Itu pun gara-gara Miragebrak-gebrak pintu kamarnya dan memberitahukan

    bahwa Farok datang. Kalau tidak begitu, mungkin Awangbelum bangun.

    "Ada apa, Rok? Kok wajahmu pucat?!" tanya Awangdengan heran.

    "Wang... si Ode kena musibah," jawab Farok dengannapas berat.

    "Kena musibah? Maksudmu?"

    "Di... dia dibunuh orang di kamarnya!"

    -o0o))((dw))((o0o-

    6

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    71/153

    Polisi memperkirakan Ode dibunuh sekitar pukul tiga

    dini hari. Menurut pengakuan Teddy, yang tinggal dikamar sebelahnya, ia mendengar Ode pulang pukul satu

    malam lewat sedikit. Kemudian sekitar pukul tiga dinihari, Teddy mendengar suara gaduh di kamar korban.Teddy menyangka suara gaduh itu timbul karenakemunculan Ratu Peri yang sedang hangat dibicarakanitu. Teddy tidak berani ikut campur, melainkan justruketakutan sendiri.

    "Apakah Anda mendengar suara orang lain pada saatitu?" tanya petugas kepolisian kepada Teddy.

    "Tidak, Pak. Saya hanya mendengar suara Ode yangterengah engah dan mengerang-erang. Saya pikir diasedang bercinta dengan makhluk halus."

    Polisi meminta informasi tentang makhluk halus dancerita-cerita yang digembar-gemborkan korban semasa

    hidupnya. Tapi agaknya polisi tidak tertarik dengan halitu, karena menurut hasil pemeriksaan, Ode dicekik duludengan seutas tali, kemudian ditusuk tiga kali padabagian jantungnya Terbukti ada tiga lubang bekastusukan pisau di dada kirinya.

    Motif pembunuhan bukan semata-mata balas dendam,melainkan juga ada unsur perampokan. Hanya saja,

    entah barang apa yang diambil pembunuh itu, karenameski keadaan kamar acak-acakan, namun banyakbarang berharga yang masih utuh, misalnya arloji, cincinemas, dompet berisi uang tunai enam puluh tujuh ribu,mini compo, semuanya masih ada. Utuh. Meski seisialmari diamburadulkan oleh si pembunuh, tapi agaknyatidak ada pakaian yang dibawa kabur. Terbukti ada dua

    celana jeans yang masih baru dan asli dari luar negeri,

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    72/153

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    73/153

    Ode pencurinya baru sekarang, dari mulutnya sendiritadi!"

    Ada kebimbangan menyelinap di sela emosi Awang. Iamenatap Badri dengan mata menyipit, antara dendamdan keraguan.

    "Kamu lihat sendiri bagaimana keadaanku?" kataBadri. "Kamu lihat bagaimana kelesuanku, lemas sekujurtubuhku, pening kepalaku karena menahan rindu inginbertemu Anjar tak terlampiaskan. Kalau aku memiliki

    kacamata itu, aku sudah nggak kayak gini tentunya. Akupasti ceria dan bersemangat!"

    Pikir punya pikir, benar juga. Awang melihat wajahBadri pucat. Loyo. Warna duka masih melapisi wajahnya.Keresahan masih menekan jiwanya. Omongannya puntidak menyala-nyala kayak dulu. Lemah, seakan malasuntuk diajak bicara. Awang menyimpulkan, memang

    bukan Batin pelakunya. Lantas siapa kalau bukan Badri?O, tentu saja Dharma.

    "Bagaimana menurutmu jika kita curigai si Dharma?"

    "Bisa jadi!" jawab Badri sambil duduk di kasur,bersandar pada dinding. "Dharma ada perang dinginsama Ode, bukan karena kasus kacamata. Nah,

    barangkali Dharma mendengar tentang kemampuan Odemenemui peri cantik, lalu dia menyimpulkan bahwa Ode-lah pemilik kacamata itu. Nggak aneh kalau Dharmanekat ingin memiliki kacamata itu sampai tegamenewaskan Ode dengan cara seperti itu!"

    "Kalau begitu, bagaimana jika kita cari si Dharma itu?"

    "Kau sajalah...! Aku lemas. Aku cuma mau minta

    kebijaksanaanmu, kalau kacamata itu sudah ada di

  • 8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl

    74/153

    tanganmu, izinkan aku memakainya sebentar saja. Akucuma kepingin ketemu Anjar, habis itu... aku inginmengucapkan selamat berpisah dengannya...."

    Kasihan juga si Badri sebenarnya. Awang tak tega,walau ia menaruh kemarahan atas sikap Badribelakangan ini. Namun, seandainya kacamata itu sudahberhasil dimiliki kembali, Awang tidak keberatanmeminjamkannya kepada Badri, jika tujuannya hanyasekadar mengucapkan kata perpisahan dengan Anjar.

    Maka dicarinya Dharma sampai ke mana-mana.Akhirnya Awang berhasil menemui Dharma di rumahseorang pelukis senior yang bernama Pak Husman.Awang langsung membawa pergi Dharma dari tempatitu. Ia membawanya ke pantai yang sepi pengunjung.

    Dharma sebenarnya tidak seimbang dengan Awang.Dia bisa bonyok dihajar habis-habisan di situ oleh Awang.

    Tapi meski kurus badannya, Dharma punya nyalicukup besar. Dia masih bisa bersikap tenang ketikamereka turun dari mobil yang dipakai Awang untukmembawanya ke pantai itu. Sebelum Awang mengatakansesuatu, Dharma sudah bertanya lebih dulu dengansuara tegas, "Apa maksudmu membawaku kemari?"

    "Aku ingin bicara denganmu!" jawab Awang, jugasantai.

    "Kau bisa mengajakku bicara di rumah Pak Husman,kan?"

    "Nggak bisa. Soalnya habis bicara panjang lebar, akuharus membunuhmu. Jadi, nggak enak kalaumembunuhmu di depan Pak Husman, nanti dia terlibat.