Sosiologi-Topok 1

23
TOPIK 1 SOSIOLOGI DAN PEMBELAJARAN 1.0 Pengenalan Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan mempertahankan diri dari semakin kerasnya kehidupan dunia dan dari berbagai tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, yang mempunyai tujuan tinggi dari sekedar untuk tetap hidup, sehingga manusia menjadi lebih terhormat dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada yang tidak berkependidikan. Pendidikan bertujuan untuk terus menerus mengadakan perubahan dan pembaharuan. Untuk pembangunan di bidang pendidikan, harus mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju manusia Indonesia yang berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti, memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Transcript of Sosiologi-Topok 1

Page 1: Sosiologi-Topok 1

TOPIK 1 SOSIOLOGI DAN PEMBELAJARAN

1.0 Pengenalan

Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri

dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan mempertahankan diri dari semakin

kerasnya kehidupan dunia dan dari berbagai tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi.

Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang mereka

butuhkan baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, yang

mempunyai tujuan tinggi dari sekedar untuk tetap hidup, sehingga manusia menjadi lebih

terhormat dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada yang tidak berkependidikan.

Pendidikan bertujuan untuk terus menerus mengadakan perubahan dan pembaharuan. Untuk

pembangunan di bidang pendidikan, harus mengupayakan perluasan dan pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia

menuju manusia Indonesia yang berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan

secara berarti, memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah

sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan serta meningkatkan partisipasi

keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai,

Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat

maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam

menghadapi ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Sosiologi menawarkan suatu perspektif, suatu pandangan mengenai dunia. Perpektif

sosiologi membuka jendela ke arah dunia yang tak dikenal dan menawarkan pandangan segar

ke dunia yang dikenal. Dalam masyarakat tentunya sering ditemukan beberapa pandangan

yang berbeda satu sama lain, terutama dalam melihat kenyataan sosial atau realitas sosial.

Penilaian atas sebuah realitas umumnya dimulai dengan asumsi, yaitu dugaan individu yang

belum teruji kebenarannya. Kemudian asumsi-asumsi tersebut berkembang menjadi

perspektif, pandangan atau paradigma.

1.2 Definisi dan Tokoh-tokoh Sosiologi

Secara etimologis, sosiologi berasal dari kata socius (bahasa Latin: teman) dan logos

(bahasa Yunani: kata, perkataan, pembicaraan). Jadi secara harfiah, sosiologi adalah

Page 2: Sosiologi-Topok 1

membicarakan, memperbincangkan teman pergaulan. Lalu, bagaimana pengertian sosiologi

menurut para ahli sosiologi?

Auguste Comte : Sosiologi Positivis

Prancis (1798-1857)

Auguste Comte merupakan salah satu tokoh pemikir handal di bidang sosiologi. Bukunya

Course de Philosophie Positive, menjadikan Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi atau

peletak dasar sosiologi. Pemikiran Auguste Comte yang dijadikan dasar pemikiran sosiologi

antara lain berikut ini.

1. Membedakan sosiologi ke dalam statistika sosial dan dinamika sosial.

2. Pengembangan tiga tahap pemikiran manusia (tahap teologis, metafisis, dan positif)

yang menjadi ciri perkembangan pengetahuan manusia dan masyarakat.

3. Gejala sosial dapat dipelajari secara ilmiah melalui metode-metode pengamatan,

percobaan, perbandingan dan sejarah.

4. Fakta kolektif historis dan masyarakat terikat pada hukum-hukum tertentu dan tidak

pada kehendak manusia.

diharapkan mampu mempercepat positivisme yang membawa ketertiban pada kehidupan

sosial.

Page 3: Sosiologi-Topok 1

Emile Durkheim : Sosiologi Struktural

Prancis (1859-1917)

Durkheim merupakan salah satu tokoh sosiologi yang dipengaruhi oleh tradisi pemikiran

Prancis–Jerman. Durkheim termasuk salah satu peletak dasar-dasar sosiologi modern.

Menurut Durkheim yang harus dipelajari sosiologi adalah fakta-fakta sosial mengenai cara

bertindak, berpikir, dan merasakan apa yang ada di luar individu dan memiliki daya paksa

atas dirinya.

Contoh fakta sosial menurut Durkheim antara lain hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat,

tata cara berpakaian dan kaidah ekonomi. Fakta-fakta sosial tersebut dapat mengendalikan

dan memaksa individu karena individu yang melanggarnya akan diberi sanksi oleh

masyarakat.

Karl Marx: Sosiologi Marxis

Jerman (1818-1883)

Karl Marx lebih dikenal sebagai tokoh sejarah ekonomi daripada seorang sosiolog. Sebagai

seorang penulis sosiologi sumbangan Marx terletak pada teori kelas. Marx berpendapat

bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas.

Menurut Marx, perkembangan pembagian kelas dalam ekonomi kapitalisme menumbuhkan

dua kelas yang berbeda, yaitu:

1. kaum borjuis (kaum kapitalis) yaitu kelas yang terdiri dari orang-orang yang

menguasai alat-alat produksi dan modal;

Page 4: Sosiologi-Topok 1

2. kaum proletar adalah kelas yang terdiri atas orang-orang yang tidak mempunyai alat

produksi dan modal, sehingga dieksploitasi oleh kaum kapitalis.

Menurut Marx, pada suatu saat kaum proletar menyadari akan kepentingan bersama,

sehingga mereka bersatu dan memberontak terhadap kaum kapitalis. Mereka menang dan

dapat mendirikan masyarakat tanpa kelas.

Herbert Spencer : Sosiologi Evolusioner

Inggeris (1820-1903)

Herbert Spencer (1820-1903) menganjurkan Teori Evolusi untuk menjelaskan

perkembangan sosial. Logika argumen ini adalah bahwa masyarakat berevolusi dari bentuk

yang lebih rendah (barbar) ke bentuk yang lebih tinggi (beradab). Ia berpendapat bahwa

institusi sosial sebagaimana tumbuhan dan binatang, mampu beradaptasi terhadap lingkungan

sosialnya. Dengan berlalunya generasi, anggota masyarakat yang mampu dan cerdas dapat

bertahan. Dengan kata lain “Yang layak akan bertahan hidup, sedangkan yang tak layak

akhirnya punah”. Konsep ini diistilahkan survival of the fittest. Ungkapan ini sering

dikaitkan dengan model evolusi dari rekan sejamannya yaitu Charles Darwin. Oleh karena itu

teori tentang evolusi masyarakat ini juga sering dikenal dengan nama Darwinisme Sosial.

Melalui teori evolusi dan pandangan liberalnya itu, Spencer sangat poluler di kalangan para

penguasa yang menentang reformasi. Spencer setuju terhadap doktrin laissez-faire dengan

mengatakan bahwa negara tak harus mencampuri persoalan individual kecuali fungsi pasif

melindungi rakyat. Ia ingin kehidupan sosial berkembang bebas tanpa kontrol eksternal.

Spencer menganggap bahwa masyarakat itu alamiah, dan ketidakadilan serta kemiskinan itu

juga alamiah, karena itu kesejahteraan sosial dianggap percuma. Meski pandangan itu banyak

Page 5: Sosiologi-Topok 1

ditentang, namun Darwinisme Sosial sampai sekarang masih terus hidup dalam tulisan-

tulisan populer.

Max Weber : Sosiologi Weber

Jerman (1864-1920)

Max Weber mengatakan bahwa yang dipelajari oleh sosiologi adalah tindakan sosial.

Tindakan manusia disebut tindakan sosial apabila mempunyai arti subjektif. Tindakan itu

dihubungkan dengan tingkah laku orang lain dan diorientasikan kepada kesudahannya, yang

termasuk dalam tindakan sisial bukanlah tindakan terhadap objek-objek bukan manusia,

seperti tukang kayu atau tindakan batiniah seperti bersemedi. Dalam analisis yang dilakukan

Weber terhadap masyarakat, konflik menduduki tempat sentral. Konflik merupakan unsur

dasar kehidupan manusia dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan manusia. Manusia

dapat mengubah sarana-sarana, objek, asas-asas atau pendukung-pendukungnya, tetapi tidak

dapat membuang konflik itu sendiri. Konflik terletak pada dasar integrasi sosial maupun

perubahan sosial. Hal ini terlihat nyata dalam politik (perjuangan demi mencapai kekuasaan)

dan dalam persaingan ekonomi.

Georg Simmel : Filsafat Uang

Jerman (1858-1919)

Page 6: Sosiologi-Topok 1

Georg Simmel (1858-1919) sangat terkenal karena karyanya yang spesifik tentang tindakan

dan interaksi individual, seperti bentuk-bentuk interaksi, tipe-tipe orang berinteraksi,

kemiskinan, pelacuran, dan masalah-masalah berskala kecil lainnya. Karya-karya Simmel ini

nantinya menjadi rujukan tokoh-tokoh sosiologi di Amerika.

Karya yang terkenal dari Simmel adalah tentang Filsafat Uang. Simmel sebagai sosiolog

cenderung bersikap menentang terhadap modernisasi dan sering disebut bervisi pesimistik.

Pandangannya sering disebut Pesimisme Budaya. Menurut Simmel, modernisasi telah

menciptakan manusia tanpa kualitas karena manusia terjebak dalam rasionalitasnya sendiri.

Sebagai contoh, begitu teknologi industri sudah mulai canggih, maka keterampilan dan

kemampuan tenaga kerja secara individual makin kurang penting. Bisa jadi semakin modern

teknologi, maka kemampuan tenaga individu makin merosot bahkan cenderung malas.

Ferdinand Tonnies : Klasifikasi Sosial

Jerman (1855-1936)

Ferdinand Tonnies (1855-1936) mengkaji bentuk-bentuk dan pola-pola ikatan sosial dan

organisasi sehingga menghasilkan klasifikasi sosial. Menurut Tonnies, masyarakat itu

bersifat gemeinschaft (komunitas/paguyuban) atau gesselschaft (asosiasi/ patembayan).

Masyarakat gemeinschaft adalah masyarakat yang mempunyai hubungan sosial tertutup,

pribadi, dan dihargai oleh para anggotanya, yang didasari atas hubungan kekeluargaan dan

kepatuhan sosial. Komunitas seperti ini merupakan tipikal masyarakat pra-industri atau

masyarakat pedesaan. Sedangkan pada masyarakat gesselschaft, hubungan kekeluargaan telah

memudar, hubungan sosial cenderung impersonal dengan pembagian kerja yang rumit.

Bentuk seperti ini terdapat pada masyarakat industri atau masyarakat perkotaan. Tema dasar

Tonnies adalah hilangnya komunitas dan bangkitnya impersonalitas. Ini menjadi penting

dalam kajian tentang masyarakat perkotaan.

Page 7: Sosiologi-Topok 1

Herbert Marcuse : One Dimensional Man

Jerman (1898-1979)

Herbert Marcuse (1898-1979) merupakan anggota Mazhab Frankfurt yang setengah hati.

Menjadi terkenal selama tahun 1960-an karena dukungannya terhadap gerakan radikal dan

anti-kemapanan. Dia pernah dijuluki “kakek terorisme”, merujuk pada kritiknya tentang

masyarakat kapitalis, One Dimensional Man (1964) yang berargumen bahwa kapitalisme

menciptakan kebutuhan-kebutuhan palsu, kesadaran palsu, dan budaya massa yang

memperbudak kelas pekerja.

1.3 Konsep Sosiologi Pendidikan

Sosiologi adalah bidang ilmu pengetahuan moden yang ada hubungannya dengan

masyarakat.

Menurut Zanden (1996), sosiologi adalah kajian saintifik mengenai interaksi sosial dan

organisasi. Jary (1995) berpendapat sosiologi adalah suatu bidang kajian yang secara saintifik

mengkaji masyarakat daripada pelbagai sudut seperti melihat fungsi masyarakat, bentuk

organisasi sosial, perkembangan kebudayaan dan jenis-jenisnya. Giddens (1993) pula

berpendapat sosiologi adalah kajian mengenai kehidupan sosial manusia, kumpulan-

kumpulan dan masyarakat. Sosiologi akan memberikan manusia pemahaman bagaimana

pengaruh-pengaruh sosial telah mencorakkan ke hadapan mereka. Mills (1959)

memperkenalkan konsep imaginasi sosiologikal yang bermaksud menyedari perhubungan

antara individu, pengalaman dan masyarakat. Ia tidak boleh dianggap khayalan. Ia berkaitan

dengan kebolehan kita dalam meletakkan diri dalam konteks struktur social. Dengan kata

lain, kita menggunakan imaginasi sosiologi untuk memahami kedudukan diri kita dan juga

kedudukan orang lain dalam masyarakat.

Untuk mencapai tahap imaginasi kita perlulah terlebih dahulu mempunyai pemikiran

yang dianggap sosiologikal iaitu menggunakan kuasa imaginasi dalam mendapatkan

Page 8: Sosiologi-Topok 1

pengetahuan. Seorang sosiologis mesti dapat berpisah daripada hal-hal peribadi, berfikiran

terbuka dan tidak mencampuradukkan pemikiran sosial dengan kebiasaan kehidupan

seharian. Maksudnya, kita mesti terima akan kehidupan (gaya hidup) masyarakat yang lain

dengan membuangkan siapa diri kita sebenarnya agar kita dapat dan faham akan kehidupan

mereka sebenarnya. Sesuatu yang diimaginasikan dianggap sesuatu yang baru agar mudah

menganalisis dan memahami isu-isu sosial semasa yang selalunya merupakan perkara yang

dianggap biasa.

Imaginasi sosiologi berkait rapat dengan peranan seseorang dalam masyarakat seperti

peranan guru, ibubapa dan sebagainya dan juga berkait rapat dengan struktur sosial iaitu di

mana sesuatu peranan itu berfungsi. Misalnya, guru peranannya di dalam pendidikan dan

bertugas di sekolah dan bapa pula berperanan di dalam keluarga. Dengan adanya pengaruh

sosial, personaliti seseorang itu akan dapat ditentukan oleh peranan dan struktur sosial. Oleh

itu, untuk menyelesaikan masalah sosial adalah dengan mengubah peranan dan struktur sosial

yang ada.

Kesimpulannya, imaginasi sosiologikal merupakan keupayaan seseorang dalam

melihat kehidupannya dan kehidupan orang lain sebagai berada pada struktur sosial tertentu.

Sebagai rumusan, sosiologi adalah merupakan suatu kajian yang sistematik dan saintifik

mengkaji tentang manusia dan interaksi sosial dalam masyarakat daripada pelbagai sudut.

Melalui interaksi bermacam-macam fenomena sosial akan berlaku, sama ada sesuatu perkara

itu akan berkekalan, berubah, berkembang, ditinggalkan ataupun mundur. Sosiologi

memfokus kepada kajian penghidupan sosial di zaman yang dianggap moden. Disebabkan

bahan kajiannya adalah masyarakat, maka skop kajian adalah sangat luas bermula dari

peringkat yang paling kecil hubungan antara manusia (seperti hal percintaan, perkahwinan)

hinggalah ke proses sosial yang besar (seperti isu peperangan, globalisasi) – dari peringkat

keluarga hinggalah peringkat dunia. Dalam konteks pendidikan, sosiologi membawa

perubahan kepada pendidikan dalam sesebuah negara.

1.4 Teori- teori Sosiologi Pembelajaran

1.4.1 Teori Konflik

Teori konflik yang terkenal adalah teori yang disampaikan oleh Karl Mark, bagi Mark

konflik adalah sesuatu yang perlu karena merupakan sebab terciptanya perubahan.

Teori konflik Mark yang terkenal adalah teori konflik kelas dimana dalam masyarakat

terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin

Page 9: Sosiologi-Topok 1

(proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses produksi.

Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus

pada ahirnya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk bangkit melawan

sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.

Teori konflik berikutnya yang juga mempengaruhi teori konflik dalam

sosiologi adalah teori yang disampaikan oleh Lewis A. Coser. Coser berusaha

merangkum dua perspektif yang berbeda dalam sosiologi yaitu teori fungsionalis dan

teori konflik. Pada intinya coser beranggapan bahwa konflik merupakan proses yang

bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur

sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih

kelompok. Ketika konflik berlangsung Coser melihat injap penyelamat dapat

berfungsi untuk meredakan permusuhan.

Katub penyelamat adalah mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk

mencegah kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katub penyelamat merupakan

institusi pengungkapan rasa tidak puas atas sistem atau struktur sosial. Coser

membagi konflik menjadi dua yaitu konflik realistis dan konflik non-realistis. Konflik

realistis adalah konflik yang disebabkan tuntutan khusus yang dilakukan oleh

partisipan terhadap objek yang dianggap mengecewakan. Contoh: demonstarsi

menuntut agar dilakukan penurunan harga BBM. Konflik non-realistis adalah konflik

yang bukan berasal dari tujuan khusus, melainkan untuk meredakan ketegangan salah

satu pihak. Contoh: santet pada masyarakat tradisional dan pengkambinghitaman

kelompok lain yang dilakukan oleh masyarakat modern.

Teori konflik lainnya adalah Ralp Dahrendorf, teori dahrendorf merupakan

separuh penerimaan, separuh penolakan, serta modifikasi teori konflik Mark. Karl

Mark berpendapat bahwa kontrol sarana produksi berada dalam satu individu yang

sama. Dahrendorf menolah asumsi ini dengan alasan telah terjadi perubahan drastis

dalam masyarakat, yaitu antara masa dimana Mark menyampaikan teorinya dengan

masa Dahrendrorf.

Munculnya dekomposisi modal, dekomposisi tenaga kerja, dan timbulnya

kelas menengah baru merupakan dasar dari teori Dahrendrorf. Dekomposisi modal

ditandai dengan munculnya korporasi dengan saham yang dikontrol orang banyak.

Dekomposisi tenaga kerja adalah munculnya orang ahli yang mengendalikan suatu

Page 10: Sosiologi-Topok 1

perusahaan. Timbulnya kelas menengah baru dari buruh terampil dalam suatu

perusahaan yang dibawahnya terdapat buruh biasa dengan gaji rendah.

Dalam perkembangannya teori konflik dibahas lebih spesifik dengan lahirnya

cabang baru sosiologi yang membahas tentang konflik yaitu sosiologi konflik. Istilah

sosiologi konflik diungkapkan oleh George Simmel tahun 1903 dalam artikelnya The

Sociology of conflict. George simmel kemudian dekenal sebagai bapak dari sosiologi

konflik. Dalam tulisan berikutnya akan dibahas beberapa tokoh dan pandangannya

mengenai teori konflik seperti Max Weber, Emilie Durkheim, Ibnu Khaldun dan

George simmel, teori Karl Mark tidak akan dibahas disini karena telah dijelaskan

dalam tulisan sebelumnya.

Ibnu Khaldun menyampaikan bahawa bagaimana dinamikan konflik dalam

sejarah manusia sesungguhnya ditentukan oleh keberadaan kelompok sosial

(‘ashobiyah) berbasis pada identitas, golongan, etnis, maupun tribal. Kelompok sosial

dalam struktur sosial mana pun dalam masyarakat dunia memberi kontribusi terhadap

berbagai konflik ( Novri Susan 2009:34). Dari sini dapat kita lihat bagaimana Ibnu

Khaldun yang hidup pada abad ke-14 juga telah mencatat dinamika dan konflik dalam

perebutan kekuasaan.

Max Weber berpendapat konflik timbul dari stratifikasi sosial dalam

masyarakat. Setiap stratifikasi adalah posisi yang pantas diperjuangkan oleh manusia

dan kelompoknya ( Novri Susan 2009:42). Weber berpendapat bahwa relasi-relasi

yang timbul adalah usaha-usaha untuk memperoleh posisi tinggi dalam masyarakat.

Weber menekankan arti penting power (kekuasaan) dalam setiap tipe hubungan

sosial. Power (kekuasaan) merupakan generator dinamika sosial yang mana individu

dan kelompok dimobilisasi atau memobilisasi. Pada saat bersamaan power

(kekuasaan) menjadi sumber dari konflik, dan dalam kebanyakan kasus terjadi

kombinasi kepentingan dari setiap struktur sosial sehingga menciptakan dinamika

konflik.

Emilie Durkheim dalam salah satu teorinya gerakan sosial menyebutkan

kesadaran kolektif yang mengikat individu-individu melalui berbagai simbol dan

norma sosial. Kesadaran kolektif ini merupakan unsur mendasar dari terjaganya

eksistensi kelompok. Anggota kelompok ini bisa menciptakan bunuh diri altruistik

untuk membela eksistensi kelompoknya ( Novri Susan 2009:45). Walaupun tidak

Page 11: Sosiologi-Topok 1

secara tersirat membahas teori konflik namun teori Weber ini pada dasarnya berusaha

untuk menganalisa gerakan sosial dan konflik. Gerakan sosial bagi Weber dapat

memunculkan konflik seperti yang terjadi pada masa Revolusi Prancis.

1.4.2 Teori Interaksi Simbolik

Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi.

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik,

untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan

pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan

dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya

ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

Fungsi dari tujuan pengajaran:

- Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam melaksanakan aktivitan/

interaksi belajar mengajar.

- Menjadi penentu arah kegiatan

- Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam menyusun corak

pengajaran

- Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan

mempeluasruang lingkupnya.

- Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari penyimpangan yang akan

terjadi.

Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan). Jadi interaksi

adalah kegiatan timbal balik. Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal

saling melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan. Interaksi akan

selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi”

berpangkal pada perkataan “communicare” yang berpartisipasi, memberitahukan,

menjadi milik bersama. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Interaksi adalah suatu

jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau

memiliki efek satu sama lain. Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal

Page 12: Sosiologi-Topok 1

balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar

mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan temannya,

antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan.

Roestilah (1994 : 35 ) mengemukakan bahwa “interaksi yaitu proses dua arah

yang mengandung tindakan atau perbuatan komunikator maupun komunikan”. Berarti

interaksi dapat terjadi antar pihak jika pihak yang terlibat saling memberikan aksi dan

reaksi. Suhubungan dengan itu interaksi adalah proses saling mengambil peran. Zahra

( 1996 :91 ) mengemukan bahwa “Interaksi merupakan kegiatan timbal balik.

Interaksi belajar mengajar berarti suatu kegiatan sisial karena antara peserta didik dan

gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan”. Menurut Homans (Ali, 2004:

87) mendefisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang

dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan

menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Menurut

Sardiman (1986:8)” interaksi yang dikatakan dengan iteraksi pendidikan apabila

secara sadar mempunya tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke

arah kedewasaan”. Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar

ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus

menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik). Di mana interaksi

itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya

perubahan tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.

1.4.3 Teori Fungsionalisme

Teori fungsionalisme tidak bersifat historis dan tidak mengikuti  perkembangan suatu

gejala sosial, seperti  misalnya keluarga dalam tahap-tahapnya dikurun waktu

melainkan statis.  Veeger, Karel J (1993 : 87), Gerhard dan Jean Lenski dalam

bukunya Human Societies (1974 : 28) menyebutkan  enam keharusan fungsional yaitu

komunikasi, produksi, distribusi, pertahanan, penggatian anggota lama, dan kontrol

sosial.

Teori ini menekankan pada keteraturan dan mengabaikan konflik dan

perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah:

fungsi,disfungsi,fungsi laten,fungsi manifest, dan keseimbangan. Andaian dasarnya

adalah bahawa setiap stuktur dalam sistem sisial,fungsional terhadap yang lain.

Sebaliknya kalau tidak fungsional terhadap yang lain maka struktur itu tidak aka nada

Page 13: Sosiologi-Topok 1

atau akan hilang dengan sendirinya. Penganut teori ini adalah Robert K.Merton dan

Talcott Parson.

Penganut teori ini hanya cenderung untuk melihat kepada sumbangan suatu

sistem peristiwa terhadap sistem yang lain dan karena itu mengabaikan bahwa suatu

peristiwa atau suatu sistem dapat beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalm

suatu sistem sisial. Secara ekstrim teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan

semua struktur adalah funsional bagi masyarakat. Dengan demikian pada tingkat

tertentu.misalnya peperangan,ketidaksamaan sosial,perbezaan ras, bahkan

kemiskinan,”diperlukan” oleh suatu masyarakat. Perubahan dapat terjadi secara

perlahan-lahan dalam masyarakat. Kalau terjadi konflik,penganut teori ini

memusatkan perhatiannya kepada masalah begaimana cara menyelesaikan sehingga

masyarakat tetap dalam keseimbangan.

Beberapa ahli teori moden yang dianggap sebagai wakil tradisi ‘ talcott

pnarsons dan Robert K merot, para sosiologi yang kurang terkenal juga

mengemukakan bahasa dan konsep fungsionalisme walaupun kadang-kala tanpa

menguji konsep secara rambang atau hanya mengapresiasikan implikasi penggunaan

belaka.

Andaian dasar adalah bahawa seluruh struktur sosial atau setidaknya yang

diberi keutamaan, menyumbangkan terhadap suatu interaksi dan menyesuaikan sistem

yang berlaku. Pada umumnya para fungsionalis telah mencuba menunjukkan bahawa

suatu pola yang ada telah memenuhi “ kebutuhan sistem “ yang pital dan menjelaskan

eksistensi pola tersebut. Zeitlin (1998, hal 03).

Page 14: Sosiologi-Topok 1

Persepsi Teori Fungsionalis dan Teori Konflik

Persepsi tentang Teori Fungsionalis Teori Konflik

Masyarakat

Suatu sistem yang stabil dari

kelompok-kelompok yang

bekerjasama

Suatu sistem yang tidak stabil dari

kelompok-kelompok dan kelas-kelas

yang saling bertentangan

Kelas Sosial

Suatu tingkat status dari

orang-orang yang memperoleh

pendapatan dan memiliki gaya

hiidup yang serupa.

Berkembang dari isi perasaan

orang dan kelompok yang

berbeda

Sekelompok orang yang memiliki

kepentingan ekonomi dan kebutuhan

kekuasaan yang serupa. Berkembang

dari keberhasilan sebagian orang dalam

mengeksploitasi orang lain

Perbezaan Sosial

Tidak dapat dihindarkan

ddalam susunan masyarakat

yang kompleks. Terutama

disebabkan perbedaan

kontribusi dari kelompok-

kelompok yang berbeda

Tidak perlu dan tidak adil. Terutama

disebabkan perbedaan dalam

kekuasaan. Dapat dihindarkan dengan

jalan penyusunan kembali masyarakat

secara sosialistis

Perubahan Sosial

Timbul dari perubahan

kebutuhan fungsional

masyarakat yang terus

berubah

Dipaksakan oleh suatu kelas terhadap

kelas yang lainnya untuk kepentingan

kelas pemaksa

Tata tertib sosial

Hasil usaha tidak sadar orang-

orang untuk mengorganisasi

kegiatan-kegiatan mereka

secara produktif

Dihasilkan dan dipertahankan oleh

pemaksa yang terorganisasi oleh kelas-

kelas yang dominan

Nilai-nilai Konsensus atas nilai-nilai

yang mempersatukan

masyarakat

Kepentingan yang bertentangan akan

memecahbelah masyarakat. Khayalan

(ilusi) consensus nilai-nilai

dipertahankan oleh nilai-nilai yang

Page 15: Sosiologi-Topok 1

dominan

Lembaga-

lembaga sosial

Menanamkan nilai-nilai

umum dan kesetian yang

mempersatukan masyarakat

Menanamkan nilai-nilai dan kesetian

yang melindungi golongan yang

mendapat hak-hak istimewa

Hukum dan

Pemerintahan

Menjalankan peraturan yang

mencerminkan consensus

nilai-nilai masyarakat

Menjalankan peraturan yang

dipaksakana oleh kelas yang dominan

untuk melindungi hak-hak istimewa

Page 16: Sosiologi-Topok 1

Rujukan

James M. Henslin. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga.

Johnson, D. P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan Robert MZ Lawang.

Jakarta: Gramedia.

Jones, P. (2009). Pengantar teori-teori sosial: dari teori fungsionalisme hingga post-

modernisme. Yayasan Obor Indonesia.

Glasner, P. E. (1992). Sosiologi Sekularisasi: Suatu Kritik Konsep. Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana.

Mustofa, B., & Maharani, E. V. (2008). Kamus lengkap sosiologi. Panji Pustaka

Nazsir, N. (2008). Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Widya Padjajaran.

Nirwana, H. (2009). Aplikasi Teori Humanistik dalam Interaksi Guru-Siswa di Kelas. Ilmu

Pendidikan, 27(2).

Pruitt, D. G., & Rubin, J. Z. (2004). Teori konflik sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2004). Teori Sosiologi Modern.

Soekanto, S. (1983). Teori sosiologi tentang perubahan sosial. Jakarta: Ghalia.

Wulansari, D. (2009). Sosiologi konsep dan teori. Refika Aditama. Bandung.