sosiologi pedesaan

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki potensi sangat besar di bidang pertanian ditinjau dari ketersediaan lahan, kesesuaian iklim, tenaga kerja (melimpah), komoditas beragam, dan kekayaan hayati. Indonesia memiliki lahan luas, yang dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian berkelanjutan. Ini dimanfaatkan negara lain, seperti Malaysia, yang memperluas lahan pertaniannya di Pulau Sumatera dan Kalimantan, antara lain, untuk komoditas perkebunan. Karena iklim tropis, banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan di Indonesia . Ditambah lagi dengan daerah bergunung yang cocok untuk tanaman subtropis. Komoditas pertanian menjadi beragam, seperti perkebunan, pangan, rempah dan obat, energi nabati, hortikultura (sayur, buah, flora), serta serat alam. Indonesia juga pernah menjadi salah satu pemasok utama dunia, antara lain, komoditas kelapa sawit, kakao, teh, kopi, karet alam, dan rempah – rempah. Pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian yaitu kontribusi produk dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga kontribusi pasar. Peran penting lainnya adalah dalam penyediaan kebutuhan pangan manusia apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat. Di Indonesia sebagai Negara agraris, ada peran

description

sosiologi pedesaan

Transcript of sosiologi pedesaan

Page 1: sosiologi pedesaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia memiliki potensi sangat besar di bidang pertanian ditinjau dari ketersediaan

lahan, kesesuaian iklim, tenaga kerja (melimpah), komoditas beragam, dan kekayaan hayati.

Indonesia memiliki lahan luas, yang dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian

berkelanjutan. Ini dimanfaatkan negara lain, seperti Malaysia, yang memperluas lahan

pertaniannya di Pulau Sumatera dan Kalimantan, antara lain, untuk komoditas perkebunan.

Karena iklim tropis, banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan di Indonesia .

Ditambah lagi dengan daerah bergunung yang cocok untuk tanaman subtropis.

Komoditas pertanian menjadi beragam, seperti perkebunan, pangan, rempah dan obat, energi

nabati, hortikultura (sayur, buah, flora), serta serat alam. Indonesia juga pernah menjadi salah

satu pemasok utama dunia, antara lain, komoditas kelapa sawit, kakao, teh, kopi, karet alam,

dan rempah – rempah.

Pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian yaitu kontribusi

produk dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga kontribusi

pasar. Peran penting lainnya adalah dalam penyediaan kebutuhan pangan manusia apalagi

dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan

juga semakin meningkat. Di Indonesia sebagai Negara agraris, ada peran tambahan dari

sektor pertanian yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar sekarang

berada di bawah garis kemiskinan. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah penduduk

miskin pada tahun 2004 mencapai 36,147 juta orang, dan 21,265 juta (58,8%) di antaranya

bekerja di sektor pertanian.

Di antara gegap gempitanya pembangunan, sayangnya potensi itu kini tidak lagi

optimal untuk dikembangkan oleh generasi muda. Lapangan pertanian mulai kurang diminati

generasi muda di desa, seiring dengan perkembangan dan perubahan jaman, menyebabkan

berubahnya pula orientasi masyarakat untuk mempertahankan hidupnya, ini dibuktikan

dengan menurunnya kemampuan para generasi muda untuk mewarisi keahlian orang tuanya

untuk bertani, dengan memilih merantau kekota karena sektor industri atau sektor jasa

lainnya dianggap lebih menjanjikan.

Akibatnya, mobilitas penduduk desa ke kota untuk mendapat pekerjaan di luar pertanian

begitu menonjol. Arus urbanisasi ini selain menimbulkan masalah sosial baru di kota,

Page 2: sosiologi pedesaan

2

mengakibatkan hilangnya potensi tenaga kerja di sektor pertanian. Hilangnya sumber daya

insan pertanian ini merupakan persoalan yang tidak kalah serius dalam konteks membangun

kesejahteraan negeri agraris.

Minimnya pengetahuan akan pertanian yang diberikan oleh sekolah dan universitas

turut memberikan efek yang cukup kuat dalam menurukan minat para pemuda untuk memilih

terjun ke dalam dunia pertanian, banyak para pemuda yang setelah lulus SMA lebih memilih

melanjutkan pendidikan di jurusan teknologi,eksakta dan juga seni, jarang yang memilih

jurusan pertanian, perikanan, kedokteran hewan, kehutanan dan pertenakan, mereka hanya

berfikir bahwa memilih jurusan teknologi, eksakta dan seni akan memberikan mereka

penghidupan yang layak dan gaji yang besar. Bekerja di sektor pertanian dianggap tidak

memberikan masa depan yang cerah dan segala cita-cita mereka tidak akan tercipta jika harus

memilih sektor pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sejauh mana potensi pertanian Indonesia diminati generasi muda pedesaan?

2. Bagaimana cara mensiati dan menanggulangi dampak dari lunturnya minat generasi

muda pedesaan dibidang pertanian tersebut?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan sejauh mana

potensi dan pengaruh sektor pertanian bagi berbagai bidang kehidupan masyarakat dan

memberikan informasi yang penting mengenai budaya hidup generasi muda pedesaan dan

perkembangannya dalam kurun waktu yang singkat yakni beberapa tahun terakhir serta kiat-

kiat terbaru dan cara mensiati dampak lunturnya budaya pertanian di pedesaan.

1.3.2 Manfaat Penulisan

Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat terkait budaya yang kini marak ditinggalkan generasi muda pedesaan dan dampak

– dampak yang ditimbulkan beserta siasat dan penanggulangan terbaik untuk penyelesaian

masalah yang berhubungan dengan hal tersebut.

Page 3: sosiologi pedesaan

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pertanian dimata generasi muda Indonesia

Generasi muda yang semestinya menjadi generasi penerus, sangat jarang yang

memilih pertanian sebagai mata pencaharian mereka. Di desa, kaum muda yang

umumnya lahir dan dibesarkan di keluarga petani, sebagian besar enggan untuk

melanjutkan profesi orang tua mereka untuk menjadi petani. Mereka lebih memilih

pekerjaan “non tanah” sebagai sumber penghidupan. Misalnya menjadi buruh pabrik,

kuli bangunan, atau tukang ojek. Sebagian dari mereka tergoda untuk pergi mengadu

nasib di kota, misalnya Jakarta. Hal ini bisa dilihat diantaranya dari fenomena

urbanisasi tahunan pasca lebaran. Puluhan ribu orang dari desa berbondong-bondong ke

kota. Di kota mereka biasanya bekerja di sektor informal seperti pedagang kaki lima,

pembantu rumah tangga, menjadi buruh bangunan, adapula yang terpaksa menjadi

pengamen jalanan.

Semakin lunturnya minat generasi muda terhadap pertanian diantaranya

disebabkan oleh citra pertanian (dalam hal ini petani) yang sering diidentikkan dengan

garapan kasar dan kotor serta penghasilan yang pas-pasan. Tentu saja itu adalah

paradigna sempit yang seharusnya diubah. Karena jika profesi di bidang pertanian itu

ditekuni dan dikerjakan dengan management dan keilmuan yang mumpuni, bila diukur

secara materi bisa menghasilkan pendapatan yang berlipat-lipat dibanding pekerja

kantoran. Namun demikian, pekerjaan-pekerjaan di bidang selain pertanian masih

dianggap menawarkan kemakmuran yang lebih besar dengan cara yang praktis dan

“bergengsi”.

2.2 Penyebab Pertanian kurang diminati

Ada beberapa faktor penyebab untuk bisa menjawab mengapa pertanian Indonesia

kurang diminati oleh generasi muda. Pertama, adanya imajinasi  yang mengaitkan

pertanian adalah pekerjaan yang tidak memiliki prospek cerah untuk menjamin masa

depan. Memilih jalan menjadi sarjana pertanian dianggap sama dengan memilih

mendapat status kemiskinan dan pengangguran.

Page 4: sosiologi pedesaan

4

Kedua, faktor non pertanian lebih menjanjikan lapangan pekerjaan dan jaminan

kesejahteraan lebih bervariasi. Hal ini bisa kita lihat dengan mata telanjang di kolom

lowongan kerja di berbagai media massa yang sangat jarang membutuhkan lulusan dari

fakultas pertanian. Pada 2008, ada 940 perusahaan/jasa membutuhkan tenaga kerja,

tetapi hanya tiga perusahaan atau sekitar 0,31 persen dari total perusahaan/jasa yang

membutuhkan sarjana pertanian.

Ketiga, pengembangan  pertanian oleh pemerintah berjalan setengah hati.

Pemerintah lebih memihak pada faktor yang dianggap lebih cepat memacu

pertumbuhan ekonomi.

2.3 Peran Pemerintah

Kebijakan pemerintah di bidang pertanian belum mengarah kepada pembinaan

calon-calon agribusinessman yang kreatif. Banyak calon mahasiswa yang belum tahu

bagaimana prospek agribisnis jika ditekuni dengan menggunakan kombinasi keilmuan

dan keahlian lapangan (manajemen) yang baik. Banyak juga agribusinessman yang

bahkan lebih sukses dari mereka yang bekerja di bidang lain. Secara makro, sektor

pertanian memang masih cenderung dianaktirikan dibandingkan sektor industri, jasa,

keuangan perbankan, pertambangan, dsb. Petani biasanya dianggap hanya sebagai

tukang tanam, tukang pelihara.

Banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro-petani (petani tidak difasilitasi

kebutuhan sarana produksinya, harga jual hasil pertanian dipermainkan tengkulak),

sehingga tingkat kesejahteraan petani sangat rendah, berusaha di bidang pertanian

dinilai tidak menjanjikan dan tidak menarik lagi bagi generasi muda, Masih sangat

rendahnya budaya menciptakan lapangan kerja sendiri (wirausaha mandiri) dan

orientasi generasi muda untuk mencari pekerjaan setelah lulus masih sangat tinggi,

karena keberhasilan menjadi pegawai (PNS) masih dianggap sebagai ukuran

kesuksesan di masyarakat dibandingkan sebagai wirausahawan.

Dalam hal ini peran pemerintah sangat berpengaruh, pemerintah selaku pemegang

hak tertinggi perintah menentukan dalam hal peningkatan peran pemuda dalam hal

pertanian. Peran Kementrian Pemuda dan Olahraga juga perlu ditingkatkan, kementrian

ini jangan hanya mengurusi pemuda dalam hal olahraga dan seni saja, tetapi juga harus

memasukkan program peningkatan pertanian di Indonesia.

Page 5: sosiologi pedesaan

5

2.4 Potensi Generasi Muda

Generasi muda memberikan banyak potensi yang dinilai sebagai kontribusi yang

menguntugkan, salah satunya mampu meningkatkan tingkat produksi pertanian negeri.

Peningkatan maupun penurunan produksi pertanian negeri dipengaruhi oleh banyak

faktor. Dukungan inovasi teknologi tidak boleh dilupakan dalam rangka pencapaian

target produksi pertanian negeri ditengah keadaan lingkungan yang kadang kurang

menguntungkan. Memang aplikasi teknologi inovasi tidak semudah membalikan

telapak tangan. Apa yang sebenarnya dibutuhkan petani dalam mengantisipasi masalah

belum tentu sesuai dengan teknologi yang tersedia.

Karena memang tidak bisa dipungkiri sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini

petani, tidak memiliki kemampuan yang cakap dalam beradaptasi dengan inovasi

teknologi, respon petani terhadap kemunculan teknologi inovasi seringkali terlambat

karena tidak banyak petani Indonesia yang berusia muda, banyak petani mengalami

kesulitan dalam menerima transfer teknologi.

Penerapan teknologi membutuhkan sumber daya manusia yang melek teknologi.

Target tidak mudah dicapai bila tak sampai 10% sarjana pertanian Indonesia yang ingin

jadi petani. Karena itu, pengembangan inovasi teknologi tanpa pengembangan sumber

daya manusia yang baik bagaikan menegakkan benang basah. Eksekusi teknologi

dilapangan tidak akan optimal, masalah-masalah pertanian pun tidak dapat ditangani

dengan baik. Yang dibutuhkan adalah sosialisasi intensif bagi para petani sampai

tingkat desa, sosialisasi disampaikan dengan cara yang sederhana dan

berkesinambungan agar mereka terbiasa dan siap menghadapi kondisi apapun, termasuk

perubahan iklim.

2.5 Minat Generasi muda terhadap sektor pertanian

Tantangan berat bagi Perguruan tinggi dan sekolah-sekolah dalam bidang pertanian

(agro komplek) saat ini adalah semakin kurang diminatinya bidang pertanian (pertanian

secara umum) oleh kalangan generasi muda. Banyak kebijakan pemerintah yang tidak

pro-petani (petani tidak difasilitasi kebutuhan sarana produksinya, harga jual hasil

pertanian dipermainkan tengkulak), sehingga tingkat kesejahteraan petani sangat

rendah, berusaha di bidang pertanian dinilai tidak menjanjikan dan tidak menarik lagi

bagi generasi muda, Masih sangat rendahnya budaya menciptakan lapangan kerja

sendiri (wirausaha mandiri) dan orientasi generasi muda untuk mencari pekerjaan

Page 6: sosiologi pedesaan

6

setelah lulus masih sangat tinggi, karena keberhasilan menjadi pegawai (PNS) masih

dianggap sebagai ukuran kesuksesan di masyarakat dibandingkan sebagai

wirausahawan. Teknologi pertanian modern dari hulu sampai hilir perlu dan harus

dikedepankan, dan diprioritaskan untuk mengembangkan potensi hasil pertanian local

sehingga dapat menarik minat para pemuda untuk bertujuan di bidang pertanian.

2.6 Pertimbangan Identifikasi aktifitas pertanian

Identifikasi dari aktifitas bidang pertanian akan diuraikan menggunakan analisis

SWOT (Stregth (Kekuataan), Weaknees (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan

Threat (Tantangan).

1. Strengths (Kekuatan)

- Bangsa Indonesia merupakan bangsa Agraris terbesar di dunia,karena hampir

semua matapencaharian penduduk Indonesia bercocok tanam.

- Lahan pertanian yang begitu luas yang belum di manfaatkan secara optimal.

- Tanah yang subur yang cocok untuk agropertanian.

- Tersedianya tenaga-tenaga muda yang banyak.

- Iklim Indonesia yang mendukung untuk bercocok tanam

- Banyak dan beragam tanaman yang sangat cocok dan dapat tumbuh berkembang di

Indonesia.

- Sektor pertanian di Indonesia lebih banyak digarap oleh investor asing dan rakyat

Indonesia hanya menjadi buruh asing di tanah sendiri.

2. Weaknesses (Kelemahan)

- Infrastruktur pendidikan pertanian yang diperlukan yang masih rendah di

bandingkan negara tetangga.

- Pemaham generasi muda terhadap pertanian sangat minim

- Hilangnya minat generasi muda cerdas terdidik dari dunia pertanian Indonesia akan

menyulitkan dunia pertanian dalam melaksanakan mandat menjaga ketahanan

pangan yang berkelanjutan.

- Karena tidak akan ada lagi generasi baru petani yang memiliki pengetahuan yang

cukup untuk mengatasi berbagai persoalan pertanian yang semakin kompleks.

- Sulitnya melakukan kaderisasi petani “cerdas” selama ini antara lain disebabkan

image tentang dunia pertanian yang tertinggal dan terbelakang.

Page 7: sosiologi pedesaan

7

- Para sarjana pertanian sulitnya mendapatkan pekerjaan.Ironis memang sarjana

pertanian banyak menganggur di negara Agraris.

3. Opportunities (Peluang)

- Bidang pertanian dapat menghasil dan meningkatkan perekonomian Indonesia

- Negara Indonesia bisa menjadi negara agraris terbesar di dunia ,karen nenek

moyang kita sebagian bermata pencaharian bercocok tanam.

- Kehadiran Food Estate di Jepang memberikan dampak yang signifikan pada image

tentang dunia pertanian. Pertanian kini mulai menjadi trend di kalangan anak muda

karena telah menjadi profesi yang bergengsi.

- Banyak potensi potensi pertanian yang masih belum di lirik atau di manfaatkan

secara optimal.sesuai dengan keadaan alam yang berbeda -beda di Indonesia

4. Threats (Tantangan)

- Mengubah pola pikir generasi muda kita terhadap pertanian,

- Kalangan masyarakat saat ini berkembang sinyalemen bahwa generasi muda

kurang berminat untuk terjun ke dunia pertanian

- Pendekatan baru dan teknologi baru dalam mengembangkan dunia pertanian.

- Sektor pertanian sudah seharusnya menjadi prioritas utama pembangunan di

Indonesia.

- Sektor pertanian bukan hanya berperan dalam penyediaan bahan pangan dan bahan

industri saja, tetapi juga mampu menyediakan bahan energi alternatif dan mampu

menjaga keseimbangan alam.

- Jadi mulai hari ini jadilah Pemuda-Pemudi yang Bangga Jadi Petani Generasi Baru

Page 8: sosiologi pedesaan

8

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Kesimpulan

Pertanian merupakan salah satu sektor yang diunggulkan di Indonesia. Indonesia

dikenal sebagai Negara Agraris yaitu Negara yang sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar lahan di Indonesia dipenuhi dengan

tanaman pertanian. Namun identitas tersebut kini mulai luntur, hal tersebut diakibatkan

generasi muda berkualitas zaman sekarang enggan lagi untuk mengelola lahan

pertanian dan akhirnya lahan pertanian tersebut direlokasi sebagai bangunan perumahan

hingga bangunan bertingkat. Padahal jika generasi muda ingin dan mau meneruskan

mengelola pertanian tersebut, mungkin masalah kelaparan dan kemiskinan di Indonesia

akan terhapuskan bahkan Indonesia bisa menjadi Negara eksportir hasil pertanian,

namun apa yang terjadi kini, banyak masyarakat Indonesia yang menjadi korban

kemiskinan, kelaparan, busung lapar, dsb. Hal tersebut tentu hal yang ironis sekali,

Negara yang memiliki potensi besar dalam hal pertanian namun masih banyak

masyarakatnya yang mengalami kasus busung lapar, kemiskinan, dsb. Itu semua tentu

jelas diakibatkan karena kurangnya minat para generasi muda yang berkualitas terhadap

pengelolaan pertanian.

Generasi muda di Indonesia lebih menyukai hal-hal yang bersifat teknologi, kreasi,

seni dan olahraga dibandingkan harus berkotor-kotoran,membajak, berkebun di sawah

atau harus mencangkul atau membajak sawah. Mereka mulai terhipnotis oleh budaya-

budaya luar yang memberikan segala hal yang membuat mereka lebih terpandang oleh

orang lain, tanpa mereka memikirkan dari mana asalnya nasi, ayam, ikan, sayur-mayur

dan atau daging yang mereka makan sehari-hari. Mereka hanya berfikir bertani hanya

dikerjakan oleh kaum bawah, pekerjaan kotor, tidak keren dan juga tidak akan

terpandang jika dinilai orang.

Peran pemuda sangat berpengaruh sekali dalam pengembangan pertanian di

Indonesia terutama dalam penyebaran informasi bagi para petani, Selain dari para

pemuda, peran pemerintah juga memiliki pengaruh yang sama besarnya, pemerintah

selaku pemegang hak tertinggu pemerintahan, dapat memberikan peran serta aktif

memberikan sumbangsih dalam hal peningkatan pertanian dengan cara memberikan

kredit lunak terhadap para petani, menghapus peraturan-peraturan yang memberatkan

Page 9: sosiologi pedesaan

9

para petani dan juga memberikan modal-modal awal yang besar kepada para petani

sehingga para petani lebih mudah dalam mencari bibit-bibit yang brrkualitas sehingga

merka lebih mudah dalam menjalakan produksi pertanian.

3.2 Rekomendasi

Jadi rasanya terlalu pagi untuk mengatakan bahwa sektor pertanian adalah sektor

garapan orang-orang kotor, tidak menjanjikan ataupun tidak memberikan masa depan

yang cerah. Oleh karena itu, kami merekomendasikan agar:

1. Pemerintah harus melakukan pembinaan secara rutin kepada petani desa agar

mereka memiliki tingkat kedisiplinan dan daya saing yang tinggi. Salah satunya

dengan cara memperbaiki infrastruktur pendidikan pertanian yang diperlukan dan

kepastian untuk mendapatkan lapangan kerja yang sesuai dibidangnya.

2. Membuat terobosan atau daya tarik di bidang pertanian supaya generasi kita,

khususnya generasi muda tertarik dengan pertanian dengan mengunakan teknologi

seperti yang di lakukan di negara Jepang. Karena selama ini anggapan generasi

muda terhadap pertanian kurang memihak, bahkan mereka berpikir negatif, dan

kurang mengutungkan.

3. Mengubah persepsi masyarakat dari anggapan petani miskin dalam status sosial

ekonomi, menjadi petani makmur penuh harapan sehingga petani sebagai profesi

yang diminati generasi muda, ini juga merupakan persoalan yang tak kalah penting.

Usaha mengubah persepsi bukan sekadar penyuluhan, seminar atau merealisasi alih

teknologi tepat guna pertanian dari usaha tani tadisional menuju usaha pertanian

moderen.

4. Kurikulum yang didesain seharusnya disesuaikan dengan apa tujuan program

pendidikan jurusan pertanian yang ingin dicapai.  Dengan semakin jelasnya tujuan

atau target yang akan dicapai, maka langkah-langkah yang disusun untuk mencapai

tujuan tersebut akan semakin terfokus dan tepat sasaran pula.

5. Jenjang pendidikan lanjutan seperti politeknik/universitas bidang pertanian

diperbanyak dan dikembangkan di daerah-daerah. Cukup tingginya angka

pengangguran sarjana hingga saat ini (ada sekitar 60 % lulusan PT menganggur)

seharusnya semakin menyadarkan kita semua bahwa jenjang pendidikan yang

hanya mementingkan teori tanpa membekalinya dengan praktek yang cukup tidak

sesuai lagi dengan kebutuhan kita saat ini.

Page 10: sosiologi pedesaan

10

6. Seyogianya pengembangan program pertanian lebih kepada agribisnis. Dengan

demikian, generasi muda tidak semata-mata melihat pertanian sekadar sawah di

sekeliling rumah. Pertanian menjadi pilihan bidang usaha tempat menggantungkan

harapan masa depan. Lahan pertanian masa depan ini kita harapkan memiliki

fasilitas traktor, sistem pengairan modern, gudang pupuk, obat-obatan dan

pengelolaan manajemen pemasaran yang maju. Ada gudang penyimpanan hasil

panen, karung dan peti kemas serta truk pengangkutan. Ada relasi berdasi,

transaksi dan uang. Makmur menjadi petani di negeri subur, mengapa tidak?

Page 11: sosiologi pedesaan

11

DAFTAR PURTAKA

http://www.kabarbisnis.com/aneka-bisnis/nasional/

281194Penurunan_minat_belajar_pertanian_mengkhatirkan.html

http://www.bbpp-lembang.info/

http://www.beritadaerah.com/news.php?

pg=berita_kalimantan&id=1376&sub=column&page=172

http://belanegarari.wordpress.com/

http://arifindwi.blogdetik.com/2009/07/16/mengatasi-turunnya-minat-calon-mahasiswa-

mengambil-jurusan-pertanian/

http://ballo.wordpress.com/2010/03/20/makalah-aktifitas-pertanian-mulai-kurang-di-minati-

oleh-generasi-muda-berkualitas/

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/01/11/72573/

masihkah_indonesia_negeri_agraris/#.UyfZ7IYpGZQ

http://wisnoe33.blogspot.com/2010/03/aktifitas-pertanian-mulai-kurang.html

http://blog.umy.ac.id/bintangpradana/agriculture/peran-generasi-muda-dan-pengembangan-

pertanian-berkelanjutan/?repeat=w3tc

Page 12: sosiologi pedesaan

12

M A K A L A H

LUNTURNYA BUDAYA AGRARIA

GENERASI MUDA PEDESAAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Sosilogi Pedesaan

dari Ir. Erry Mustariany, M.M.

Oleh :

AZIS GINANJAR / 41035003121011

MIA RAHMIYATI / 41035003121008

DAMAYANTI / 41035003121010

QURROTUL AINIYYAH WAKHOVIAH / 4103500313

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

KAJIAN UTAMA HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG

2014