SOS BALATKOM.doc

51
BAHAN SOSIALISASI BAHAYA LATEN KOMUNIS DI INDONESIA PENDAHULUAN 1. Umum. a. Perjalanan panjang sejarah gerakan Partai Komunis Indonesia atau PKI untuk mewujudkan masyarakat komunis di Indonesia tidak pernah berhenti. Untuk mencapai tujuannya, komunis menggunakan segala macam cara, mulai dari yang sangat halus hingga cara-cara yang sangat biadab. Gerakan komunis itu bersifat total dan berlanjut, dilakukan melalui penetrasi dan infiltrasi ke dalam organisasi massa. b. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, PKI menyusup ke dalam tubuh organisasi Syarekat Islam yang sama-sama menentang pemerintah Hindia Belanda, tetapi tujuan berbeda. Syarekat Islam, melawan pemerintah Hindia Belanda bertujuan mengusir penjajah Belanda, sedangkan PKI bertujuan untuk mewujudkan masyarakat komunis di Indonesia. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, PKI tidak pernah berjuang untuk Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan absen dalam Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. c. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, orang-orang komunis mulai menyusun kembali kekuatannya dan secara perorangan mereka menyusup ke organisasi- organisasi non komunis. Setelah merasa kuat, PKI melakukan aksi-aksi kerusuhan yang diikuti dengan penculikan, pembunuhan dan teror bersenjata, seperti yang dilakukan di Kota Solo, melakukan pemberontakan di Madiun serta memproklamirkan Negara "Soviet Republik Indonesia" pada 18 September 1948. Puncaknya, pada

description

Pendidikan Bahaya Laten Komunis

Transcript of SOS BALATKOM.doc

BAHAN SOSIALISASI BAHAYA LATEN KOMUNIS DI INDONESIA

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Perjalanan panjang sejarah gerakan Partai Komunis Indonesia atau PKI untuk mewujudkan masyarakat komunis di Indonesia tidak pernah berhenti. Untuk mencapai tujuannya, komunis menggunakan segala macam cara, mulai dari yang sangat halus hingga cara-cara yang sangat biadab. Gerakan komunis itu bersifat total dan berlanjut, dilakukan melalui penetrasi dan infiltrasi ke dalam organisasi massa.

b. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, PKI menyusup ke dalam tubuh organisasi Syarekat Islam yang sama-sama menentang pemerintah Hindia Belanda, tetapi tujuan berbeda. Syarekat Islam, melawan pemerintah Hindia Belanda bertujuan mengusir penjajah Belanda, sedangkan PKI bertujuan untuk mewujudkan masyarakat komunis di Indonesia. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, PKI tidak pernah berjuang untuk Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan absen dalam Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

c. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, orang-orang komunis mulai menyusun kembali kekuatannya dan secara perorangan mereka menyusup ke organisasi-organisasi non komunis. Setelah merasa kuat, PKI melakukan aksi-aksi kerusuhan yang diikuti dengan penculikan, pembunuhan dan teror bersenjata, seperti yang dilakukan di Kota Solo, melakukan pemberontakan di Madiun serta memproklamirkan Negara "Soviet Republik Indonesia" pada 18 September 1948. Puncaknya, pada tanggal 30 September 1965, komunis mempertontonkan kebiadabannya dengan melakukan perebutan kekuasaan terhadap pemerintah yang sah. Pada peristiwa yang kemudian

dikenal dengan gerakan 30 September/PKI atau G.30 S/PKI itu orang-orang komunis membunuh beberapa Perwira Tinggi TNI Angkatan Darat. Pemberontakan yang didalangi oleh PKI itu dapat ditumpas oleh ABRI khususnya TNI Angkatan Darat bersama Rakyat Indonesia, selanjutnya melahirkan Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966, yang menetapkan “Pembubaran Partai Komunis Indonesia, pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran Komunisme/ Marxisme-Lenninisme".

Secara fisik, Komunisme dan Partai Komunis Indonesia telah dilarang, tetapi benarkah komunisme telah mati ? Sejarah mencatat bahwa Marxisme yang dikemas dalam Marxisme-Lenninisme adalah ideologi komunis yang tidak pernah mengenal "menyerah atau mati".

d. Di era reformasi sekarang ini Komunisme di Indonesia telah bangkit dan bermetamorfosa dengan baju barunya yaitu komunis gaya baru. Bangkitnya komunisme ini dilakukan dengan membentuk berbagai organisasi massa atau LSM baik di tingkat pusat maupun di daerah bahkan telah membentuk Parpol baru yang bernama Papernas. Tokoh-tokoh PKI dan kader-kadernya ini melakukan penyusupan ke dalam berbagai organisasi dan lembaga pemerintahan untuk melakukan “pembusukan dari dalam”. Oleh karena itu, kepada seluruh komponen bangsa perlu senantiasa menyikapi dan menangkal berbagai upaya bangkitnya kembali komunis di Indonesia. Kita harus menyadari dan mewaspadai berbagai jebakan yang dibuat oleh komunis untuk menjerumuskan dan menghancurkan bangsa Indonesia.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Memberikan penjelasan dan pemahaman kepada semua prajurit Satkowil dan Sat non Kowil tentang berbagai hal yang terkait dengan bangkitnya kembali Komunisme yang dapat

2

dijadikan sebagai bekal dalam melaksanakan tugas Pembinaan Teritorial di lapangan.

b. Tujuan.

1) Terwujudnya tingkat kewaspadaan yang tinggi di kalangan prajurit, sehingga tidak terhasut dan terpancing oleh tipu daya dan propaganda-propaganda manis yang dilakukan oleh komunisme yang berkembang di Indonesia.

2) Mencegah dan membendung bangkitnya kembali komunisme di Indonesia melalui kegiatan Pembinaan Teritorial yang diselenggarakan oleh Sat Kowil dan Sat Non Kowil.

3. Ruang lingkup dan Tata urut. Materi bahasan dalam sosialisasi ini meliputi bangkitnya kembali komunisme di Indonesia, yang disusun dengan tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.

b. Perkembangan sejarah dan tindakan terhadap komunis di Indonesia.

c. Bangkitnya kembali komunisme dan strategi menghadapinya.

d. Sekilas tentang Partai Persatuan Pembebasan Nasional (Papernas).

e. Penutup.

4. Dasar.

a. TAP MPRS Nomor XXV/ 1966 tentang Larangan penyebaran Marxisme, Lenninisme/ Komunis di Indonesia.

b. UU RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang “Perubahan Kitab UU Hukum Pidana yang berkaitan dengan kejahatan terhadap keamanan negara”.

3

c. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 4 yang berbunyi Pertahanan Negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.

d. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 Pasal 7 tentang Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

5. Pengertian-pengertian.

a. Komunisme, adalah ajaran yang menghapuskan hak milik perorangan/ pribadi, serta tidak mengakui adanya Tuhan (Atheis).

b. Marxisme, adalah ajaran komunisme yang dikembangkan oleh Karl Max yang membagi kelompok masyarakat dalam kelas-kelas yang berbeda yaitu kaum majikan/ kapitalis dan kaum buruh/proletar.

c. Lenninisme, adalah ajaran komunisme/ marxisme yang dikembangkan oleh seorang tokoh komunis dari Rusia yang bernama Lennin, bahwa faham komunisme dapat diciptakan tanpa menunggu timbulnya krisis ekonomi. Dengan munculnya Lennin ini gerakan komunisme internasional memperoleh sebutan Marxisme/ Lenninisme.

PERKEMBANGAN SEJARAH DAN TINDAKAN TERHADAP PARTAI KOMUNIS DI INDONESIA

6. Umum. Keadaan bangsa Indonesia sekarang ini masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, dari multi krisis yang berkepanjangan, penyakit korupsi, kolusi, nepotisme, serangan budaya

4

barat yang merusak akhlak bangsa, penjarahan sumber daya alam kita oleh pihak asing dan penguasaan asset bangsa oleh negara-negara lain serta kemiskinan dan angka pengangguran yang semakin meningkat dan belum mampu teratasi. Dalam situasi tersebut naiklah penumpang gelap baik melalui kendaraan yang bernama kuda troya maupun kendaraan tipuan berupa demokrasi, HAM dan pembelaan hak-hak rakyat, mereka inilah kaum komunis. Gerakan kaum komunis melakukan metamorfosis sedemikian rupa, bergerak di bawah tanah, di belakang layar dan di luar negeri, di wilayah abu-abu hingga terang-terangan seperti dr. Ribka Ciptaning, Budiman Sujatmiko, Rieke Diah Pitaloka (Aktris) yang dipastikan akan lolos sebagai Caleg DPR RI periode 2009-2014.

7. Komunisme dilarang di Indonesia. Komunis dapat muncul ke permukaan secara tiba-tiba atau mendadak bagaikan hantu jika kondisinya memungkinkan. Sifatnya latent, mengendap menunggu momen yang menguntungkannya tiba, untuk kemudian mengambil kesempatan melakukan aksi-aksinya. Komunis bisa bergerak secara legal maupun illegal, baik di negara komunis maupun di negara non komunis yang melarang atau yang mengizinkan adanya partai komunis.

Gerakan komunis di negara komunis sering dilakukan oleh sebuah partai tunggal, yaitu partai komunis dengan mengetatkan masuknya informasi dari luar, yang kita kenal dengan negara tirai besi atau tirai bambu. Kekuasaan politik berada di tangan partai, bukan di tangan pemerintah.

Gerakan komunis di negara non komunis yang tidak melarang partai komunis, dilakukan sebagai partai front, kegiatannya disesuaikan dengan aturan hukum yang berlaku, seirama dengan gerakan illegal yang dilakukan secara rahasia untuk merebut kekuasaan. Biasanya gerakan partai komunis secara legal menunjang gerakan illegal.

Gerakan komunis di negara non komunis yang melarang adanya partai komunis, sepenuhnya dilakukan secara illegal. Gerakan komunis hampir selalu bersifat komplotan rahasia, serba muka,

5

berdisiplin tinggi, profesional, gerakan baku, dendam, fitnah dan selalu menyembunyikan identitas yang sebenarnya. Gerakan illegal yang dilakukan merupakan gerakan politik untuk mewujudkan sebuah negara komunis. Apabila suatu negara tidak mewaspadai gerakan illegal komunis itu, maka kader-kader komunis akan menyusup ke segala bidang kehidupan masyarakat seperti yang terjadi di Indonesia dewasa ini.

Mengangkat topik “Komunis sebagai bahaya latent” di Indonesia sekarang ini, sudah tidak populer lagi dibandingkan dengan tema Reformasi. Gaung reformasi lebih menggema dengan isu demokratisasi, HAM dan keterbukaan/kebebasan menyampaikan pendapat. Di sisi lain komunis juga mengangkat isu yang sama, sehingga jika ada yang menentang komunis dianggap tidak reformis. Situasi seperti ini akan berkembang terus dan jika dibiarkan tidak menutup kemungkinan akan menyuburkan tumbuhnya ideologi komunis di Indonesia dan ini tentunya sangat berbahaya. Komunis, baik sebagai ideologi maupun gerakan tetap membahayakan bagi bangsa Indonesia karena bertentangan dengan ideologi Negara, Pancasila.

a. Komunis sebagai Ideologi. Komunisme sebagai ideologi totaliter, menuntut diakui sebagai satu-satunya pandangan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Ini berarti tidak ada tempat bagi kehidupan agama maupun ideologi negara lainnya. Ideologi komunis yang tertuang dalam ajaran Dialektika Materialisme bertitik tolak dari aspek materi sebagai satu-satunya kenyataan dan kebenaran, sehingga apabila komunis harus diakui, maka kehidupan agama akan berakhir. Pada ajaran Dialektika Materialisme, jelas dikatakan bahwa komunis adalah Atheis, tidak mengakui adanya Tuhan, karena tidak nyata. Sebagai konsekuensi dari pemikiran yang serba materialis tersebut, Marx berpendapat bahwa agama adalah suatu ilusi dan agama merupakan “candu”, yang mengakibatkan kaum proletar terlena dan tidak dapat berperan mengambil bagian secara wajar dalam proses produksi. Menghujat agama adalah syarat utama dari semua hujatan, kata Marx. Tentang eksistensi Tuhan menurut Marx tidak masuk akal. Tuhan adalah konsep

6

yang menjijikkan dan semacam infeksi yang berbau busuk. Di sisi lain tentang agama Lennin mengatakan, agama adalah semacam minuman keras bagi jiwa, matilah agama dan hiduplah Atheisme.

b. Komunis sebagai Gerakan. Sifat khusus komunis sebagai suatu gerakan adalah penekanan kepada tekad mengubah dunia dengan kekerasan. Gerakan komunis selalu didahului oleh gerakan kaum intelektual untuk melemahkan lawan-lawannya. Apabila gerakan yang dilakukan mengalami kegagalan, maka untuk melanjutkan perjuangannya mereka menggunakan kegiatan gerakan di bawah tanah, berupa gerilya politik dan gerilya ekonomi sambil mencari peluang baru.

Gerakan komunis internasional dalam sejarah kemanusiaan, telah terbukti melakukan pembantaian secara ganas dan kejam terhadap 100 juta manusia di dunia, dengan perincian sebagai berikut :

1) Lennin, pada tahun (1917-1923) telah membantai 500.000 rakyat Rusia.

2) Stalin, pada tahun 1929 telah membantai 6 juta petani Kulak di Rusia dan pada tahun (1925-1953) membantai 40 juta rakyat Rusia.

3) Mao Zedong pada tahun (1947-1976) membantai 50 juta penduduk RRC.

4) Pol Pot, pada tahun (1975-1979) telah membantai 2,5 juta rakyat Kamboja, hampir 40 % dari jumlah rakyat Kamboja dibunuh.

5) Afgan Merah, pada tahun (1978-1980) telah membantai 1,2 juta rakyat Afganistan.

Dari angka-angka tersebut, belum termasuk korban yang dibantai komunis di Indonesia, dari fakta sejarah tercatat komunis telah melakukan beberapa kali tindakan kejam, biadab dan keji di Indonesia. Apabila dirinci lebih lanjut selama 74 tahun komunis berkuasa di 76 negara, telah membantai 100 juta manusia, sehingga hampir setiap hari komunis membantai 3.702 manusia. Maka

7

sesungguhnya komunis itu adalah ideologi yang berbasis “pembantai manusia”.

Keganasan dan kekerasan bagi komunis merupakan bagian dari gerakannya untuk mencapai tujuan. Bagi komunis “Tidak jadi soal bila tiga perempat penduduk dunia habis, asal seperempat penduduk dunia yang tinggal itu komunis”. Jadi kalau selama ini komunis selalu mengaku sebagai “pejuang Hak Azasi Manusia” adalah suatu kebohongan besar. Kekejaman dan keganasan komunis itu jelas bertentangan dengan “Pancasila” khususnya sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Dengan demikian jelaslah bahwa komunis baik sebagai ideologi maupun gerakan sangat berbahaya bagi kehidupan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Maka tepatlah bila dikatakan melawan komunis sama halnya melawan bahaya Narkoba.

c. Gerakan Kiri Baru (New Left Movement). Istilah Kiri Baru pertama kali digunakan oleh kaum Marxis Liberal pada tahun 1959 dan selanjutnya istilah ini dipergunakan oleh gerakan Mahasiswa sedunia. Secara ideologis, kelompok kiri baru sebenarnya tidak mempunyai platform ideologi yang jelas.

Kiri Baru merupakan gerakan radikal, yang karakternya cenderung selalu mencela “kemapanan”. Kelompok ini selalu mengecam inkonsistensi sistem kebobrokan sosial seperti korupsi, monopoli, penindasan politik, ketidakadilan sosial, kerusakan lingkungan, wabah diskriminasi, kulturalisme dan sebagainya.

Apabila kita cermati secara arif, perkembangan situasi di Indonesia sekarang ini telah terlihat bahwa, pengaruh gerakan radikal ini telah masuk ke dalam berbagai organisasi sosial di Indonesia, termasuk LSM-LSM. Hal itu dapat dilihat dari berbagai reaksi terhadap apapun yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi krisis yang berkepanjangan, selalu mendapat

8

kecaman. Meskipun kelompok ini secara organisasi belum terbentuk secara jelas, namun aliran ini tidak kalah berbahayanya dari ancaman komunis, karena secara jelas bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Komunis baik secara ideologi maupun gerakan serta Kiri Baru (New Left) bertentangan dengan ideologi Pancasila, dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sedangkan komunis tidak mengakui Tuhan (Atheis).

2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sedangkan komunis biadab membantai + 100 juta manusia selama berkuasa.

3) Sila Persatuan Indonesia, sedangkan komunis memper-tentangkan antar kelas.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, sedangkan komunis tidak ada musyawarah untuk mufakat yang ada kekuasaan partai di atas segala-galanya.

5) Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sedangkan komunis hak individu ditindas demi kepentingan partai.

8. Sejarah Perjalanan Komunis di Indonesia. Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet lahir di Rotterdam 13 Mei 1883 seorang aktivis politik berkebangsaan Belanda yang berhaluan Marxis tiba di Hindia Belanda (Indonesia) pada tahun 1913 menjelang Perang Dunia I. Tokoh komunis ini berhasil menyusup dan menanamkan pengaruhnya ke berbagai organisasi dan media massa di Hindia Belanda. Di kemudian hari, dia berhasil membina beberapa aktivis Syarekat Islam, yang merupakan organisasi terbesar waktu itu menjadi kader-kader Komunis Indonesia, bahkan kader-kader Komunis Internasional seperti Semaun, Darsono, dan Tan Malaka. Kader-kader komunis ini mampu mewarnai gerakan Partai Komunis dalam

9

percaturan politik di Indonesia sampai terjadi peristiwa Madiun 1948 dan G.30 S/PKI tahun 1965.

Berdasarkan catatan sejarah, gerakan Partai Komunis di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Periode sebelum tahun 1945. Pada tahun 1914 Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) lahir di Semarang sebagai organisasi Marxis pertama di Asia Tenggara. Setahun kemudian, organisasi ini berhasil menerbitkan majalah Suara Kebangsaan di Surabaya, surat kabar Soeara Merdika dan Soeara Rakyat sebagai media propaganda Marxis. Pada tahun 1920, melalui Kongres ISDV VII di Semarang, nama ISDV diubah menjadi Perserikatan Komunis yang kemudian pada tahun 1924 berubah nama menjadi "Partai Komunis Indonesia". Upaya kerjasama dengan Syarekat Islam dalam membesarkan dan memenangkan komunis tetap dilanjutkan, walaupun akhirnya diketahui oleh H. Agus Salim yang berbuntut pecahnya Syarekat Islam menjadi 2 bagian yaitu Syarekat Islam Merah bagi anggota Syarekat Islam yang beraliran Marxis dan Syarekat Islam Putih anggota Syarekat Islam yang menentang Marxis. Setelah PKI merasa bahwa pengaruhnya di dalam tubuh Syarekat Islam cukup besar, PKI memanfaatkan pengaruhnya untuk menggerakkan massa rakyat dengan menggunakan bendera Syarekat Islam melakukan pergolakan terhadap pemerintah Hindia Belanda. Dalam upaya mewujudkan masyarakat komunis di Indonesia, pada tahun 1926, PKI berhasil mencetuskan pergolakan rakyat di beberapa tempat, antara lain di Jakarta, di Priangan, di Surakarta dan di Silungkang Sumatera Barat. Pergolakan rakyat ini semuanya dapat diatasi oleh Pemerintah Hindia Belanda. Banyak tokoh komunis dan nasionalis ditangkap dan dipenjarakan, bahkan ada yang dibuang ke Digul, Tanah Merah Irian Jaya, tetapi tokoh komunis Alimin dan Muso berhasil melarikan diri ke luar negeri.

b. Periode Proklamasi dan Perang Kemerdekaan, tahun 1945-1949. Sejak gagalnya pergolakan rakyat melawan pemerintah Hindia Belanda dalam tahun 1926-1927, banyak

10

tokoh-tokoh PKI dipenjara atau dibuang ke Digul, Irian Jaya, sehingga kegiatan PKI tidak muncul sampai dengan pecahnya Perang Dunia Kedua dalam tahun 1939 serta didudukinya Indonesia oleh pasukan Jepang. Setelah bala tentara Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Mr. Amir Syarifuddin, seorang penganut faham komunisme terselubung dan resmi menjadi anggota Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), berkooperasi dengan Pemerintah Hindia Belanda, dan bersedia menerima dana rahasia untuk melakukan gerakan intelijen bagi kepentingan Hindia Belanda selama pendudukan Jepang. Amir Syarifuddin tertangkap oleh Kempetai Jepang dan dijatuhi hukuman mati, tetapi atas permintaan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, ia dapat diselamatkan. Sejak itu tidak ada tokoh komunis di Indonesia yang menunjukkan aktivitasnya sampai tercetusnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tidak satupun ada tokoh komunis yang duduk dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) begitu juga di dalam aktivitas-aktivitas lain dalam memperjuangkan kemerdekaan hingga dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Pada awal Desember 1945, PKI melakukan pemberontakan lokal terhadap Pemerintahan RI yang dikenal dengan sebutan " Peristiwa Tiga Daerah" yakni : di Tegal, Brebes dan Pemalang. Dalam petualangan politiknya PKI berhasil menghimpun massa di tiga daerah tersebut dan berusaha merebut kekuasaan Pemerintah RI yang baru merdeka dengan cara kekerasan. Pemberontakan itu dapat ditumpas oleh Resimen TKR XVII dan sejak tanggal 17 Desember 1945 situasi di ketiga daerah tersebut berhasil dipulihkan. Pergerakan PKI dalam upaya mengkomuniskan masyarakat Indonesia tidak pernah mengenal berhenti sebelum tujuannya tercapai. Pada bulan September 1948, PKI kembali melakukan aksi-aksi kerusuhan di Solo diwarnai dengan penculikan, pembunuhan dan teror bersenjata. Kolonel Soetarto, Panglima Divisi IV/Panembahan Senopati dibunuh

11

karena menentang rencana PKI. Tanggal 17 September 1948, pasukan-pasukan di bawah pengaruh PKI, mulai melakukan serangan terbuka terhadap TNI. Keesokan harinya pada tanggal 18 September 1948 pukul 03.00 dini hari, meletuslah 3 (tiga) kali tembakan pistol di Madiun sebagai tanda dimulainya pemberontakan PKI.

Kaum Komunis melakukan perebutan kekuasaan di Madiun dan memproklamasikan berdirinya negara "Soviet Republik Indonesia". Pasukan TNI terdesak ke luar kota Madiun, sementara itu pasukan PKI kemudian bergerak merebut obyek-obyek vital, seperti kantor-kantor pemerintah, Markas Sub Teritorial Komando Madiun, Markas Polisi Militer, Bank, Kantor Pos dan Telepon serta Markas Staf Pertahanan Djawa Timur (SPDT). Mereka melakukan penyiksaan dan pembunuhan secara kejam di luar batas perikemanusiaan terhadap pejabat, tokoh dan warga masyarakat yang anti PKI. Pembantaian terhadap umat Islam tidak pernah dilupakan oleh masyarakat Jawa Timur, seperti pembantaian keluarga Kiyai Masnun di dalam masjid dan pembantaian KH. Ali Makrus di sekitar Pondok Pesantren Lirboyo Kediri oleh PKI. Demikian juga pembunuhan di Kawedanan Ngawen (Blora) tanggal 20 September 1948.

c. Periode 1950-1959. Alam demokrasi liberal pada tahun 1950-1959 memberikan angin segar kepada PKI untuk mengadakan rehabilitasi. Tampilnya D.N. Aidit mengambil tampuk kepemimpinan PKI mampu menyatukan kembali seluruh potensi partai dan mengintensifkan propaganda untuk merehabilitasi PKI dengan mengeluarkan “Buku Putih” tentang pemberontakan Madiun dengan judul “Aidit menggugat Peristiwa Madiun”. D.N. Aidit menerapkan model Partai Komunis Uni Soviet dan model Partai Komunis Cina yang disesuaikan dengan kondisi nyata di Indonesia. PKI mengadakan aliansi dengan kekuatan-kekuatan politik berpengaruh yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Kerja keras D.N. Aidit memperoleh hasil yang gemilang, PKI berhasil masuk dalam 4 (empat) partai besar setelah PNI, Masyumi dan Nahdlatul Ulama (NU) pada Pemilu 1955.

12

d. Periode 1959 - 1964. Setelah kekuatan PKI semakin besar, pada pertengahan tahun 1960 PKI mencoba kekuatannya untuk menghadapi TNI Angkatan Darat dengan melancarkan kritik dan tuduhan keras bahwa TNI Angkatan Darat tidak bersungguh-sungguh dalam menumpas pem-berontakan PRRI/ Permesta (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/ Perjuangan Rakyat Semesta). Bersamaan dengan dilancarkannya kritik dan tuduhan itu, PKI melakukan pengacauan di beberapa tempat seperti di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan sebagai uji coba menghadapi kekuatan TNI Angkatan Darat. Untuk memperoleh dukungan kekuatan, PKI menyusupkan kader-kadernya ke dalam tubuh Aparatur Negara, ABRI, organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan. Melalui biro khususnya, PKI melakukan pembinaan terhadap anggota-anggota Angkatan Bersenjata, baik dalam Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian. Upaya-upaya tersebut selain untuk memperluas pengaruh komunis dalam tubuh ABRI sekaligus untuk melemahkan ABRI dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai kekuatan pertahanan Negara. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, ke dalam tubuh TNI Angkatan Darat, komunis berusaha keras meningkatkan intensitas biro khususnya untuk membina dan mempengaruhi anggota TNI Angkatan Darat dengan tujuan agar secepatnya dapat mengembangkan dan mengkonsolidasikan kekuatan guna meruntuhkan TNI Angkatan Darat dari dalam. Usaha tersebut berhasil membina sejumlah perwira tinggi dan perwira menengah TNI Angkatan Darat antara lain Mayor Jenderal TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Suparjo, Kolonel Inf A. Latif dan Letnan Kolonel Inf Untung. Ke dalam tubuh TNI Angkatan Laut, proses penyusupan komunis tidak berbeda dengan apa yang dilakukan terhadap TNI Angkatan Darat. Hal ini dilakukan oleh biro khusus komunis untuk mencari sasaran pembinaan khususnya di daerah. Untuk itu komunis berhasil membina anggota TNI Angkatan Laut antara lain Mayor KKO Pramuko Sudarmo yang aktif membantu komunis.

13

e. Periode Tahun 1964 - 1965. PKI menyatakan periode ini adalah tahap "ofensif revolusioner", karena merasa dukungannya sudah cukup kuat. PKI mulai melaksanakan kegiatan berupa sabotase, aksi sepihak, aksi teror, agitasi dan propaganda.

Tindakan sabotase terhadap sarana-sarana vital pemerintah dilakukan oleh PKI untuk mengacaukan situasi, seperti sarana transportasi umum kereta api yang dilakukan oleh Serikat Buruh Kereta Api di beberapa tempat. Kejadian kecelakaan kereta api secara beruntun di Purwokerto, di Solo, di Cirebon dan Semarang, di Tanah Abang, di Tasikmalaya dan di Bandung merupakan tindakan kesengajaan yang dilakukan PKI dan bertendensi politik, termasuk kecelakaan yang menimpa 20 rangkaian gerbong kereta api yang mengangkut peralatan militer. Sedangkan aksi-aksi sepihak sebagian besar dilakukan oleh massa BTI (Barisan Tani Indonesia) dengan mengkampanyekan melawan "Tujuh Setan Desa" (tuan tanah, lintah darat, tengkulak, tukang ijon, kapitalis birokrat, Babinsa dan pemungut/ pengumpul zakat). Aksi yang dilakukan dengan pengerahan massa mengadakan pengeroyokan, melawan petugas, merampas hak orang lain dan menyerobot tanah milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Sementara itu di Kabupaten Simalungun, massa BTI secara liar menyerobot tanah perkebunan milik PPN di daerah Bandar Betsy. Pada peristiwa yang lebih dikenal dengan peristiwa "Bandar Betsy" memakan korban jiwa atas nama Pelda Soedjono (Pimpinan PUTERPRA : Perwira Urusan Teritorial Perlawanan Rakyat = Koramil saat ini) yang dibantai oleh PKI dipimpin Johan Pakpahan Ketua BTI Simalungun (biodata terlampir). Di Desa Kanigoro Kediri PKI melakukan penyerbuan terhadap Pemuda Islam Indonesia dan menganiaya para Kiyai, Imam Masjid, merusak tempat ibadah dan menginjak-injak Kitab Suci Al Qur’an. Di Desa Cumetuk Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 30 September 1965 PKI yang didalangi oleh Suratman (Walikota Surabaya) meracuni 65 orang Para Pelajar Islam (PPI) dari Desa Muncar dengan membagikan nasi bungkus

14

yang telah diberi racun oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat.

f. Periode Pemberontakan G.30 S/PKI 1965. Untuk mewujudkan cita-citanya PKI menghalalkan segala cara termasuk fitnah yang kejam terhadap lawan-lawan politiknya. Secara politis pada awal tahun 1965 PKI telah berhasil memperlemah lawan-lawannya baik yang berada dalam partai-partai politik maupun dalam Ormas-Ormas. Salah satu kekuatan yang dianggap menjadi penghambat utama dalam melaksanakan program politiknya, adalah ABRI, khususnya TNI Angkatan Darat. Oleh karena itu, PKI dalam konsep kegiatannya berupaya melemahkan posisi Pimpinan TNI Angkatan Darat. Dalam rangka inilah PKI menyusun suatu fitnah politik yang ditujukan kepada Perwira Tinggi TNI Angkatan Darat dengan melempar "Isu Dewan Jenderal" pada Mei 1965. Isu Dewan Jenderal itu diciptakan oleh PKI sebagai bentuk perang urat syaraf untuk membuat citra buruk terhadap pimpinan TNI Angkatan Darat di mata masyarakat. Menurut isu "Dewan Jenderal" itu beranggotakan Jenderal TNI A.H. Nasution, Letjen TNI A. Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI. S. Parman, Mayjen TNI Haryono MT, Brigjen TNI Sutoyo, Brigjen TNI D.I. Pandjaitan dan Brigjen TNI Sukendro. Para Perwira Tinggi itu dituduh tidak loyal kepada Presiden Soekarno dan akan mengadakan perebutan kekuasaan dari Presiden Soekarno. Di samping isu Dewan Jenderal, PKI juga menyebarluaskan tentang dokumen "Gilchrist" yang isinya seolah-olah ada kerjasama antara unsur-unsur TNI Angkatan Darat dengan Inggris dan Amerika untuk merebut kekuasaan. Dengan dua isu tersebut, PKI berusaha meyakinkan Presiden Soekarno bahwa memang ada rencana gerakan TNI Angkatan Darat untuk merebut kekuasaan. Ketika itu Presiden Soekarno jatuh sakit yang cukup serius dan dapat berakibat Presiden meninggal dunia atau lumpuh. PKI memperkirakan bahwa apabila Presiden meninggal dunia, maka TNI Angkatan Darat akan mengambil alih kekuasaan. Berdasarkan perkiraan tersebut, PKI memutuskan untuk mendahului merebut kekuasaan dengan melakukan "gerakan militer" menandingi gerakan TNI

15

Angkatan Darat yang dilakukan oleh Dewan Jenderal. Gerakan militer itu beraksi mendahului dimaksudkan oleh PKI seolah-olah merupakan tindakan untuk menyelamatkan Presiden Soekarno dari ancaman Dewan Jenderal. Pada dini hari 1 Oktober 1965 G.30S/PKI melakukan aksinya dengan menculik pejabat-pejabat teras TNI Angkatan Darat yang dianggap sebagai penghalang rencana mereka untuk merebut kekuasaan.

Para Perwira TNI Angkatan Darat dibunuh dan mayatnya dimasukkan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya. Pagi harinya, G.30 S/ PKI berhasil menguasai RRI Pusat dan gedung Pusat Telekomunikasi yang dapat digunakan untuk mendukung gerakan mereka. Di bawah todongan pistol, penyiar RRI dipaksa menyiarkan pengumuman yang menyatakan bahwa G.30 S/PKI telah menyelamatkan negara dari usaha kudeta "Dewan Jenderal" dan PKI menyerukan pembentukan Dewan Revolusi di seluruh daerah yang disambut oleh pengikut PKI dengan segera membentuk Dewan Revolusi yang sudah disiapkan antara lain di Jawa Tengah (Solo), di Jawa Timur (Surabaya). Setelah menerima laporan tentang penculikan terhadap pimpinan TNI Angkatan Darat, Mayjen Soeharto selaku Pangkostrad segera mengambil alih sementara pimpinan TNI Angkatan Darat. Setelah diperoleh kesepakatan dan saling pengertian dengan pimpinan Angkatan Laut dan Angkatan Kepolisian, maka diambil langkah-langkah penumpasan terhadap pemberontakan.

Sore hari tanggal 1 Oktober 1965, RRI Pusat dan gedung Pusat Telekomunikasi berhasil dikuasai kembali. Pada pukul 20.00, RRI Pusat menyiarkan pidato Mayjen Soeharto yang memberikan penjelasan kepada rakyat bahwa tindakan yang dilakukan oleh G.30S/PKI adalah usaha merebut kekuasaan negara. Pidato Mayjen Soeharto merupakan pukulan politis, sedangkan pembebasan Pangkalan Udara Halim dan daerah Lubang Buaya merupakan pukulan militer terhadap G.30S/PKI.

Setelah diperoleh bukti-bukti yang jelas bahwa PKI adalah dalang dan pelaku G.30S/PKI,maka timbul reaksi masyarakat

16

dengan mengajukan tuntutan yang dikenal dengan “Tritura” (Tiga Tuntutan Rakyat) diantaranya menuntut pembubaran PKI, sehingga dengan tuntutan tersebut secara spontan berbagai kelompok masyarakat menyerbu gedung-gedung milik PKI dan Ormas-Ormasnya. Suasana menjadi tegang dan konflik fisik terjadi di mana-mana serta tuntutan pembubaran PKI menggema di seluruh Indonesia, korban jiwapun tidak bisa dihindari karena PKI di sebagian daerah juga mengadakan perlawanan secara fisik. Akhirnya kekuatan PKI bisa dihancurkan, orang-orang PKI sebagian terbunuh, ditawan dan sebagian ada yang lolos sampai sekarang termasuk yang melarikan diri ke luar negeri.

Berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966, PKI dibubarkan dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk dilarang untuk mengembangkan dan menyebarkan faham atau ajaran Komunis/ Marxisme-Lenninisme. Partai Komunis Indonesia telah bubar, tetapi benarkah Komunis telah mati ? Kegiatan komunis tidak pernah surut, kaum komunis secara klandestin masih terus bergerak dalam rangka menyusun kekuatan baru. Sisa-sisa PKI berusaha membangun kembali kekuatan mereka, seperti yang dilakukan di Blitar Selatan, di sekitar Purwodadi dan di Kalimantan Barat.

9. Strategi Komunisme. Dalam upaya mencapai tujuannya yaitu mengkomuniskan bangsa Indonesia, komunis melakukan strategi gerakan terbuka (di atas permukaan) yaitu gerakan legal formal serta infiltrasi/ penyusupan ke instansi pemerintah, partai-partai dan LSM-LSM. Sedangkan strategi gerakan tertutup, dilakukan usaha realisasi penyusupan/ infiltrasi ke dalam LSM-LSM, partai-partai, Pemerintah dan TNI/Polri. Sedangkan kegiatan agitasi dan propaganda (agitprop) dilakukan dengan cara provokasi, fitnah, kekerasan, adu domba dan menghalalkan segala cara.

a. Strategi Dasar. Merupakan dasar pandangan, sikap dan tindak yang akan dijalankan PKI dalam usahanya menguasai kehidupan politik dan pemerintahan, serta ekonomi dan sosial

17

budaya di Indonesia pasca kegagalan pemberontakan di Madiun. PKI mencanangkan mengembangkan ajaran Marxisme-Lenninisme melalui "Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan" (MKTBP) yang meliputi :

1) Perjuangan gerilya di Desa-Desa, terutama kaum tani.

2) Aksi-aksi revolusioner kaum buruh di Kota-Kota terutama kaum buruh angkutan.

3) Bekerja secara intensif di kalangan musuh terutama kalangan Angkatan Bersenjata.

Konsep ini merupakan strategi PKI untuk menyebarluaskan pengaruhnya, menetralisasi lawan-lawan politik serta menyiapkan dukungan yang luas di kalangan rakyat Indonesia terhadap program-programnya. Untuk mencapai sasaran tersebut, PKI menyusupkan kader-kadernya yang tangguh ke dalam partai-partai politik dan organisasi-organisasi yang ada di masyarakat dengan tujuan memperoleh simpati dan bersedia menjadi anggota PKI. Kelompok partai politik dan organisasi masyarakat yang telah menjadi pengikut PKI disebut "fraksi”. Dengan demikian, fraksi PKI pada dasarnya merupakan sel PKI yang berada di partai-partai politik dan organisasi masyarakat. Untuk mengikat kesetiaan anggota sel-sel PKI tersebut, setiap anggota partai politik dan organisasi masyarakat yang telah menyatakan diri menjadi anggota PKI diambil sumpah oleh pembinanya.

b. Strategi Kuda Troya. Konon ceritanya, ketika Tentara Romawi memasuki Troya mengirim patung kuda besar sebagai hadiah kepada Raja, yang di dalamnya berisi prajurit-prajurit penyerang. Setelah patung diterima Sang Raja, prajurit-prajurit penyerang tersebut ke luar dan langsung membunuh Sang Raja. Metoda klasik ini sering digunakan PKI untuk penyusupan, infiltrasi dan aksi-aksi untuk mengendalikan operasi politik dan ekonomi. PKI selalu menggunakan cara-cara ini dalam menyusup ke tubuh lawan maupun kawan. Beberapa contoh konkrit antara lain, ketika PKI menyusup ke tubuh Syarekat Islam dalam menghadapi Belanda. Pasca Pemilu 1955 kembali PKI

18

melakukan penyusupan ke organisasi pemerintah, organisasi politik lainnya dan ke tubuh ABRI (ketika itu), termasuk TNI Angkatan Darat. Melalui Biro Khusus PKI mengembangkan pengaruhnya dan menanamkan sel-sel ke dalam tubuh ABRI guna menyusun potensi dan kekuatan sayap militernya. Pada saat menghadapi Orde Baru, sisa-sisa PKI dengan mengangkat isu demokratisasi, HAM dan keterbukaan menyusup dan memanfaatkan kelompok Reformasi untuk menjatuhkan Orde Baru.

c. Strategi baru PKI Kritik Oto Kritik dan Tri Panji. Setelah mengalami kegagalan dalam pemberontakan G.30 S/PKI, untuk melanjutkan perjuangannya tokoh PKI Sudisman menyusun dokumen Kritik Oto Kritik (KOK) yang memuat tentang kesalahan-kesalahan PKI selama 15 tahun sejak tahun 1951. Dokumen KOK tersebut disebarluaskan dalam penerbitan khusus “Mimbar Rakyat” ke-9 tahun 1966 dalam upaya membangkitkan dan memelihara semangat anggotanya, yang intinya sebagai berikut :

1) Supaya anggota-angota PKI memiliki kesadaran revolusioner dan berani berjuang jangka panjang untuk membangun partai kembali.

2) Memperteguh pendirian komunis bagi setiap anggota PKI.

3) Menanamkan pengertian bahwa untuk bergerilya yang terpenting adalah bersandar pada penduduk Desa yang miskin.

4) Mengekspose politik kanan, kekuasaan militer kanan Nasution dan Soeharto.

5) Tetap bersemangat komunis dalam menghadapi kesulitan dan teguh melawan reaksi.

6) Menanamkan pengertian tentang perjuangan bersenjata, yaitu perjuangan buruh dan tani bersenjata dengan tujuan pokok perubahan politik.

19

Di dalam KOK ditekankan kembali dasar-dasar perjuangan PKI yang disebut “TRI PANJI Partai Komunis Indonesia” yang isinya sebagai berikut :

1) Pembangunan kembali partai Marxis/ Lennin yang bebas dari subyektivitas, revisionisme dan oportunisme.

2) PKI harus mendasarkan perjuangannya pada perjuangan bersenjata (Perjuta).

3) PKI harus menggalang front persatuan nasional yang revolusioner yang terdiri atas buruh, tani, borjuis kecil dan borjuis nasional sebagai faktor tambahan.

d. Strategi Kerjasama (Doktrin Dimitrov). Sikap Lennin yang cukup tegas dan ketat dalam menjaga ideologi revolusioner partainya, tetapi cukup fleksibel dalam menentukan strategi yang digunakan dengan cara kerjasama antara kelas buruh dengan kelas lainnya (kapitalis) untuk mendapatkan kekuasaan. Persekutuan tersebut di atas merupakan persekutuan taktis untuk tujuan-tujuan terbatas yang dijalankan antara kaum tani dan borjuis nasional. Hal ini nampaknya dilaksanakan juga oleh partai-partai komunis yang berada di kawasan Asia, terutama Partai Komunis di Indonesia (PKI).

e. Strategi lain komunisme. Selain strategi di atas dalam perjuangan untuk mencapai sasaran yang telah digariskan oleh partai, komunisme melakukan berbagai strategi yaitu memutarbalikkan fakta sejarah, pertentangan kelas, agitasi dan propaganda, metode salami, talkathon, tehnik zig zag, dan danau pasir serta menghalalkan segala cara.

10. Tindakan Terhadap Partai Komunis Indonesia ( PKI ). Melalui operasi Intelijen, Tempur, Teritorial dan Kamtibmas (ketika Polri masih bagian dari ABRI), setiap gerakan PKI untuk merebut kekuasaan bisa digagalkan. Di samping melaksanakan operasi dengan perlawanan bersenjata bersama masyarakat Indonesia, Pemerintah telah melaksanakan langkah Yuridis untuk menyelesaikan masalah yang timbul akibat pemberontakan PKI walaupun tidak semuanya

20

tuntas. Ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun, penyelesaian hukum dan politik terhadap anggota PKI tidak tuntas, mengingat ketika itu bangsa Indonesia menghadapi ancaman yang lebih besar yaitu menghadapi Agresi Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Sedangkan tindakan hukum terhadap PKI, sebagai partai politik yang mendalangi dan melakukan pemberontakan G.30 S/PKI, pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden/ Panglima Tertinggi ABRI/ Mandataris MPRS/ Pemimpin Besar Revolusi Nomor 1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966 tentang pembubaran PKI. Selanjutnya Keputusan Pemerintah tersebut disahkan oleh MPRS dalam Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966, yang sekarang ini oleh kelompok tertentu diupayakan untuk dicabut. Pemerintah telah menggolongkan anggota PKI dalam tiga golongan, yaitu :

a. Golongan "A", adalah mereka yang nyata-nyata terlibat secara langsung dalam gerakan pengkhianatan G.30S/PKI.

b. Golongan "B", adalah mereka yang terlibat secara tidak langsung dalam gerakan pengkhianatan G.30S/PKI.

c. Golongan "C", adalah mereka yang terdapat petunjuk atau patut dapat diduga terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam gerakan pengkhianatan G.30S/PKI.

Sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila, mereka yang telah kembali ke masyarakat diusahakan untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan yang ada. Sejak Pemilu 1987 mereka yang memenuhi syarat diberi kesempatan untuk dapat menggunakan hak pilihnya. Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah tindakan administrasi atau pencatatan oleh Pemerintah terhadap anak keturunan anggota PKI. Begitu ketatnya pengawasan terhadap anggota PKI oleh Pemerintah, bukan saja diberlakukan terhadap bekas anggota PKI, tetapi juga diberlakukan terhadap anak keturunannya. Mereka tidak diijinkan untuk menjadi Pegawai Negeri, apalagi menjadi anggota Tentara dalam kurun waktu tidak terbatas. Perlakuan tersebut dianggap terlalu kejam dan melanggar HAM, sehingga mereka mencari alternatif lain di luar Pegawai Negeri dan anggota TNI. Akhirnya anak keturunan bekas

21

anggota PKI menekuni profesi antara lain sebagai Wartawan, Hukum dan buruh yang tidak diberlakukan persyaratan seperti menjadi Pegawai Negeri Sipil. Banyak di antara mereka sekarang menduduki posisi penting dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Sampai saat ini mereka selalu bersikap oposan terhadap Pemerintah dan tidak henti-hentinya menyudutkan TNI.

BANGKITNYA KEMBALI KOMUNISME DAN STRATEGI MENGHADAPINYA

11. Umum.

Komunis adalah bahaya latent, dalam dinamika perjuangan tidak mengenal istilah kalah dan selalu bergerak di bawah permukaan, apabila kondisi telah memungkinkan mereka akan muncul kembali. Riwayat buruk telah mencatat bahwa pada umumnya sebelum berkuasa PKI selalu berteriak untuk menegakkan HAM, demokratisasi dan menarik simpati publik, namun setelah berkuasa justru menginjak-injak HAM dan demokrasi, fakta ini telah berulang kali dilakukan oleh Partai Komunis di dunia.

Para kader muda komunis menyusup di tengah galanggang politik, untuk mendapat tempat kembali di hati masyarakat dengan memanfaatkan gerakan reformasi yang datang bersamaan badai krisis moneter dan ekonomi, para kader muda tersebut adalah generasi baru komunis di Indonesia. Kaum komunis tidak mengenal kalah, karena kekalahan hanyalah kemenangan yang tertunda, setiap kali komunis mengalami kegagalan maka akan diikuti dengan kebangkitan kembali komunis beberapa waktu kemudian, oleh karena itu gerakan generasi baru komunis perlu kita waspadai sebelum berkembang lebih besar di arena politik Indonesia.

12. Bangkitnya Kembali Komunisme di Indonesia. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa komunis di Indonesia adalah bahaya latent. Dalam dinamika perjuangannya komunis tidak mengenal istilah kalah, yang ada hanya pasang naik dan surutnya perjuangan partai. Dalam keadaan terburuk bagaimanapun komunis

22

akan tetap bergerak di bawah permukaan dan suatu saat apabila situasi dan kondisi telah memungkinkan mereka akan muncul kembali. Sejarah dunia mencatat bahwa Marxisme sebagai suatu ajaran maupun strategi perjuangan belum pernah sekalipun membawa suatu bangsa ke dalam kemakmuran atau keadilan. Cerita-cerita sadis dan seram yang dilakukan para rezim otoriter Marxis terhadap rakyatnya, seperti di Uni Sovyet, RRC, Kuba, Vietnam dan Kamboja paling sering terdengar dari pada keberhasilan Marxis dalam membangun negara dan bangsanya.

Dalam proses kebangkitannya kembali, generasi baru komunis di Indonesia telah memanfaatkan gerakan reformasi yang datang bersama badai krisis moneter dan ekonomi yang menumbangkan Orde Baru. Gerakan tersebut mencapai puncaknya di bulan Mei 1998, ditandai dengan jatuhnya Soeharto. Para kader muda komunis menyusup ke tengah gelanggang politik. Untuk mendapat tempat kembali di hati rakyat Indonesia, mereka menyuarakan jargon-jargon yang bersifat umum seperti demokrasi, hak azasi manusia, keadilan dan kesejahteraan. Pada perkembangan selanjutnya generasi baru komunis tersebut berkembang menjadi sebuah partai politik yang resmi.

Jika pada masa kekuasaan Orde Baru, komunis (sisa-sisa PKI) melakukan gerakan di bawah tanah, maka ketika Orde Baru sudah tidak berkuasa, komunis memanfaatkan gerakan reformasi untuk memperlihatkan sosoknya. Generasi baru komunis Indonesia sangat gencar menyebarluaskan gagasan-gagasannya melalui media elektronik (internet) lengkap dengan simbol Palu Arit berwarna merah darah.

Selanjutnya ada beberapa fenomena yang terjadi dan perlu dicermati sebagai indikator tentang bangkitnya kembali komunis di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

a. Pada tanggal 16 April 1996 salah satu Ketua organisasi generasi baru komunis di Indonesia telah mengeluarkan tulisan yang berbunyi “Partai sudah berdiri, Well, 31 tahun terkubur, dibantai, dihina, dibunuh, dilarang, diawasi, dikhianati, sekarang dibangun lagi". Dalam tulisan tersebut

23

sangat jelas dan transparan. Partai yang dimaksud adalah PKI, karena Partai yang dibantai dan dihina 31 tahun yang lalu atau tepatnya pada tahun 1965 tidak lain adalah PKI.

b. Benang Merah antara generasi baru komunis di Indonesia dengan PKI.

1) Program generasi baru komunis di Indonesia sesuai dengan program lima tahun jangka panjang keempat pada program pembangunan PKI. Periode tahun pertama “Kegiatan menyusun Komite-Komite dari pertumbuhan sel-sel”. Periode tahun kedua “Aktivitas ditingkatkan untuk komite tingkat regional (Kota, Kabupaten) atau ditingkatkan lagi menjadi Provinsi”. Periode tahun ketiga “Ditetapkan pertemuan yang diikuti oleh tenaga-tenaga inti generasi baru komunis Indonesia untuk melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh eks CC PKI seperti Rewang, Pramudya Ananta Toer dan Tjugito”. Periode tahun keempat “Dilancarkan penyusupan-penyusupan ke daerah-daerah diluar basis PKI”. Periode tahun kelima “mempelajari kemungkinan untuk melancarkan serangan, sabotase dan demonstrasi untuk mengakhiri pemerintahan Orde Baru”.

2) Dari pasal-pasal anggaran dasar rumah tangga generasi baru komunis bahwa proses penerimaan anggota generasi baru komunis Indonesia identik dengan persyaratan anggota PKI.

3) Penggunaan kata-kata pada manifesto generasi baru komunis di Indonesia tahun 1996 sama dengan konstitusi PKI tahun 1951, seperti kata-kata Agitprop, Borjuis, Comite Central, Front Persatuan, Kaum Miskin Kota, Progresif Revolusioner, Perjuangan Bersenjata dan lainnya.

c. Pembentukan Organisasi Massa dan Partai Baru. Dengan telah dibebaskannya Tapol/Napol eks PKI dan dihapuskannya istilah Tapol/Napol G.30S/PKI di Indonesia serta kebebasan mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan, termasuk kebebasan mendirikan organisasi, memberi peluang bagi komunis untuk kembali eksis dengan segala

24

program yang telah direncanakan. Maka guna mewadahi kepentingan politiknya, telah dibentuk organisasi massa yang berasal dari generasi tua (eks PKI) dan generasi muda komunis. Organisasi massa dari generasi tua eks PKI tersebut terdiri dari berbagai organisasi yang berfaham komunis dan tersebar di lingkungan masyarakat. Dalam kegiatannya selalu berhubungan dan berkaitan dengan generasi baru komunis. Sedangkan organisasi massa yang berasal dari generasi muda adalah aliansi generasi baru komunis Indonesia yang tersebar di berbagai organisasi masyarakat. Kedua organisasi massa tersebut selalu aktif dalam berbagai kegiatan yang berkedok membela rakyat kecil, memanfaatkan momentum reformasi dengan tujuan sebenarnya adalah untuk menghidupkan kembali komunisme di Indonesia.

d. Berjuang Lewat Rekonsiliasi untuk berusaha menghapuskan dosa Sejarah. Gerakan silaturahmi anak-anak korban politik Orde Baru maupun Orde Lama belakangan ini, kembali mendapat reaksi positif dari kelompok tertentu. Lebih jauh rencana rekonsiliasi itu diikuti oleh desakan dan pencabutan diskriminasi pada keturunannya yang sebelumnya diduga bukan hanya terlibat PKI saja, melainkan ikut dalam seluruh rangkaian kegiatan yang dianggap sebagai upaya kudeta dan makar terhadap Negara. Keinginan untuk melakukan rekonsiliasi tersebut datang dari keluarga korban peristiwa 1965, pada akhir 1988. Pertemuan tersebut terbilang besar dan agak formal, karena dilaksanakan di Restoran Pulau Dua di Jakarta Selatan tanggal 7 April 2003.

e. Temu Raya eks Tapol/Napol yang berlangsung di Ball Room Hotel Cempaka jalan Letjen Suprapto Jakarta Pusat, pada tanggal 15 s.d 17 Februari 2002 dan dihadiri sekitar 500 orang tokoh dari berbagai organisasi. Tujuan akhir kegiatan tersebut adalah membentuk suatu organisasi besar yang solid dalam bentuk Partai sebagai wadah aspirasi para eks Tapol/Napol PKI dan keluarganya, yang dapat memperjuangkan tuntutan mereka ikut pada Pemilu 2004. Kehadiran salah satu tokoh pada temu raya itu, membuat kelompok tersebut mendapat angin untuk berkembang memperjuangkan aspirasinya.

25

f. Peluncuran dan Bedah Buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI” oleh dr. Ribka Tjiptaning Proletariati. Kegiatan itu berlangsung di kantor Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan pada tanggal 1 Oktober 2002, dihadiri oleh sekitar 500 orang generasi baru komunis di Indonesia dan simpatisan komunis/PKI. Buku itu menggambarkan keinginan untuk memberikan suatu contoh dan motivasi kepada keturunan Tapol/Napol PKI untuk bangkit dari belenggu penindasan, jika ingin menikmati hidup yang layak dan sekaligus dapat berperan membangun demokrasi. Mencermati materi buku tersebut jelas pola pikir penulis dipengaruhi paham komunis. Pengedaran buku ini secara tidak langsung turut menyebarkan kembali paham komunis dengan mengembangkan sikap tidak percaya terhadap Pemerintah dan ajakan untuk menentang Pemerintah melalui gerakan revolusi. Pada Harian Sinar Harapan tanggal 18 Maret 2004 dr. Ribka Tjiptaning mengatakan bahwa hanya Front Nasakom bisa keluarkan bangsa dari krisis.

g. Sarasehan bertema mawas diri peristiwa G.30S/PKI September 1965, berlangsung di Kastil Anerberg, Universitas Katholik Lauren Belgia tanggal 23 Oktober 2000 dihadiri sekitar 40 orang peserta dengan menampilkan pembicara Kriminolog Sosiolog dari Universitas Utrect Paul Moedikdo, Antropolog dari universitas Leiden Coen JG Halt Zappel, tokoh NGO Tapol Belanda dan Sastrawan serta tokoh-tokoh generasi muda korban Orde Baru dan korban peristiwa G.30S/PKI. Dalam sarasehan tersebut terlihat adanya upaya untuk memutarbalikkan fakta peristiwa G.30S/PKI di Indonesia. Kegiatan sarasehan semacam itu perlu diwaspadai karena dengan kondisi Indonesia saat ini,bukan tidak mungkin akan dimanfaatkan oleh eks anggota PKI dan pendukungnya untuk menghidupkan kembali ajaran komunis Marxisme-Lenninisme, khususnya kepada generasi muda Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri.

h. Rapat tertutup generasi baru komunis di Indonesia dan underbouwnya berlangsung di Kawasan Perkemahan Wisata Kopeng Kabupaten Semarang pada tanggal 24 Mei 2003. Pada rapat tersebut diputuskan, jika keputusan KPU menggagalkan

26

partai yang berhaluan komunis sebagai peserta Pemilu, maka program partai yang berhaluan komunis akan mengadakan koalisi dengan lima Parpol besar. Dengan berkoalisi diharapkan program partai yang berhaluan komunis bisa disisipkan pada kelima partai politik tersebut. Hal ini membuktikan bahwa secara sistematis partai yang berhaluan komunis berupaya mempengaruhi dan menguasai parlemen agar dapat membuat kebijakan/ peraturan ketatanegaraan dan pemerintahan untuk kepentingan komunis.

i. Pengiriman buku oleh Mr. Hitoshi Kata anggota parlemen Kota Sakai Provinsi Osaka dari Liberal Demokratik Party (berhaluan komunis) sebanyak 47 box buku paham Marxisme-Lenninisme berbahasa Jepang kepada Universitas Nasional pada tanggal 10 Nopember 2003, tanpa melalui tahapan legalitasi KJRI di Osaka. Sebelumnya pada bulan Februari dan Juni 2002 anggota Partai Komunis Jepang telah mengadakan pertemuan dengan Ormas yang berhaluan komunis di Jakarta. Bantuan buku dan kehadiran kaum komunis Jepang ke Indonesia mengindikasikan telah terbangun hubungan antara kelompok Radikal Kiri di Indonesia dengan Partai Komunis Jepang. Tidak menutup kemungkinan fakta ini merupakan bagian dari strategi komunis internasional untuk menggalang kekuatan komunis di Indonesia.

j. Pelurusan Sejarah. Dengan dalih pelurusan sejarah, kelompok kiri (komunis) berupaya untuk menciptakan opini bahwa peristiwa G.30S/PKI merupakan konspirasi yang didalangi oleh Suharto dan TNI Angkatan Darat, PKI hanyalah merupakan kambing hitam dalam peristiwa tersebut. Kegiatan seperti itu dilakukan dalam seminar, diskusi dan bahkan pembuatan film Shadow Play yang menggambarkan peristiwa tahun 1965 menurut versi PKI. Yang sangat menonjol akhir-akhir ini adalah dalam uji coba kurikulum pelajaran Sejarah tahun 2004 untuk siswa SMP sampai dengan SMU dan yang sederajat dimana dalam isi buku sejarah tersebut peristiwa pemberontakan PKI Madiun dan peristiwa G. 30 S/PKI dihilangkan, sedangkan peristiwa pemberontakan-pemberontakan lainnya seperti pemberontakan DI/ TII, Permesta dan lain-lainnya tetap dicantumkan. Sasaran

27

dari pelurusan Sejarah ini adalah generasi muda yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut, sehingga mudah dipengaruhi dan pada akhirnya menimbulkan simpati serta mendukung eksistensi komunis di Indonesia.

k. Gerakan para eks Tapol/Napol kini sedang membuat jaringan nasional maupun internasional dengan gerakan-gerakan terselubung dalam berbagai bentuk, misalnya yang dilakukan dedengkot Gerwani, Sulami. Tokoh Gerwani selain berperan sebagai Wakil II Sekjen DPP Gerwani yang didirikan 1 Desember 1951 juga aktif menggalang kader PKI di seluruh Indonesia dan telah menyusup ke sekolah-sekolah melalui kino-kinonya khususnya kalangan pelajar, mereka menggunakan jaringan generasi baru komunis di Indonesia.

l. Beredarnya buku-buku tentang Marxisme serta buku-buku karangan Pramudya Ananta Toer yang berbau komunis. Ironisnya buku-buku tersebut dijual bebas padahal TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 masih berlaku.

m. Banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kader-kader PKI dan pendukungnya maupun simpatisannya, baik melalui rapat-rapat gelap, penyebaran selebaran gelap, antara lain :

1) Pada tanggal 11 Januari 2009, Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan ’65 (YPKP’65) Parkoba, LPKP + 25 orang Pimp. Letkol Pnb (Purn) Heru Suprapto (Ketua YPKP’65 Bekasi) melaksanakan rapat tertutup bertempat di kediaman Bedjo Untung Jl. Moch. Thamrin Gg. Mulya Kec. Pinang Kota Tangerang dgn mengangkat tema ” Membongkar Kebohongan Sejarah pada tahun 1965/1966”. Dalam acara tersebut dihadiri oleh Bedjo Untung (Ketua YPKP’65), Sumarsih (JSKK), Hermansyah (YPKP ’65 Palembang), Casman (Mantan anggota Cakrabirawa), Sutomo (YPKP’65 Semarang), Adit SK DR (YPKP’65 Bandung) & Pendi (YPKP’65 Sulawesi).

a) Menolak Pancasila karena Pancasila pernah digunakan oleh Soeharto untuk membunuh dan membubarkan PKI.

28

b) YPKP’65 akan membangun kekuatan alternatif karena YPKP’65 sudah tidak percaya lagi dengan Partai yang sekarang ini.

c) Membangkitkan semangat konsolidasi korban’65 karena peritiwa ’65 adalah tipu daya Orba dan TNI AD dibawah pimpinan Soeharto.

d) YPKP’65 yang sudah berjalan selama 10 tahun lebih telah menghasilkan antara lain :

(1) Menjatuhkan Rezim Orba.

(2) Mensukseskan Otonomi daerah guna menyeimbangkan antara Pusat dan Daerah.

(3) Berhasil memisahkan kekuatan besar Bangsa ini yaitu TNI-POLRI sebagai kekuatan otoriter penindas korban’65.

2) Pada tanggal 22 Februari 2009, Lembaga Perjuangan Korban Rezim Orba (LPR-KROB) DKI Jaya + 25 orang Pimp. Sdr. Margono menyelenggarakan konferensi daerah ketiga di Jl. Raya Pondok Gede Gg. Dukuh I No. 18 Rt/Rw. 01/02 Kel. Dukuh Kec. Kramat Jati Jaktim. Acara tersebut diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yg disampaikan oleh beberapa tokoh yg hadir antara lain : Bahri (Ketua DPC LPR-KROB Jakpus), Karsono (Ketua DPC LPR-KROB Jaktim), Dian (Ketua DPC LPR-KROB Jabar), Lettu Casman (Mantan Danki Cakrabirawa). Adapun inti pembicaraan yaitu memperjuangkan rehabilitasi korban tragedi 1965 dan tegaknya demokrasi hukum serta anti pelanggaran HAM barat serta LPRKROB sbg pendukung PDIP pada Pemilu 1998 yg telah memperoleh 20 % suara dari keluarga korban 1965 dan pada Pemilu 2009 ini mengajak untuk kembali mendukung PDIP.

3) Pada tanggal 23 Maret 2009, BEM Fak. Ushuludin UIN Syarif Huidayatullah Ciputat Tangerang bekerjasama dengan kelompok Study kedai Pemikiran yang dihadiri + 50 orang diantaranya Jonathan Rahardjo (Ketua PAKRI/Paguyuban

29

Kebudayaan Rakyat Indonesia), Martin Alelda (Jurjalis, eks aktifis LEKRA) & Okky Tirtoadhisuryo (aktifis PAKRI) melaksanakan diskusi publik dalam rangka memeperingati 3 tahun Pramudya Ananta Toer (Pendiri YPKP 1965/1966, aktifis LEKRA/Lembaga Kebudayaan Rakyat) dengan tema ”Budaya di pentas politik Orde Lama” & bedah buku berjudul ”LEKRA tak membakar buku” karya Rhoma Dwi Aria & Muhidin.

4) Pada tanggal 13 April 2009, ± 10 orang pimpinan Sri Bintang Pamungkas menggelar acara deklarasi di Patung Jenderal Sudirman Jl. Dukuh Atas Jakarta Selatan dalam rangka menyampaikan ” Tolak Pemilu 2009, Batalkan Pemilu 2009 ”.

5) Pada tanggal 22 Mei 2009, ± 30 orang dari DPP PAPERNAS melaksanakan rapat tertutup bertempat di Kantor DPP PAPERNAS Jl. Tebet Dalam II G. No. 1 Kel. Tebet Barat Kec. Tebet Jakarta Selatan dengan tema ”Neoliberalisme Pasca September 2008”. Adapun hal-hal yg dibahas :

a) Kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia yang menganut sistem Neoliberalisme sangat merugikan.

b) Perekonomian Indonesia semakin terpuruk dan membuat rakyat semakin menderita.

6) Pada tanggal 8 Juni 2009, telah datang rombongan yang mengatasnakamakan SRMI (Serikat Rakyat Miskin Indonesia) sebanyak ± 100 orang ke Depkes RI Jakarta Selatan, dipimpin oleh Marto Sitompul dengan tuntutan sebagai berikut :

a) Bebaskan Prita Mulyasari dari segala tuduhan.

b) Hentikan liberalisme sektor kekerasan.

c) Segera sahkan RUU Rumah Sakit.

d) Naikkan anggaran kesehatan untuk rakyat miskin.

30

Sambil menggelar spanduk, rombongan kemudian menuju ke gedung DPR/MPR RI.

7) Pada tanggal 28 Juli 2009, telah berlangsung aksi unjuk rasa yang diikuti ± 200 orang dari Gerakan Pemuda Mahasiswa Sosialis Relawan Demokrasi pimpinan Sdr. Viktor di kantor Makhamah Konstitusi Jakpus dengan tuntutan menolak hasil Pemilu 2009 karena banyak kecurangan, turunkan SBY, serta menolak keputusan MK mengenai penghapusan Pasal yang tidak relevan lagi yang berdampak pada perolehan suara, KPU lambang kejahatan demokrasi.

13. Bangkit di Era Reformasi dengan baju komunis gaya baru. Dikala Presiden Soeharto masih menjabat, eks PKI belum mampu bangkit kembali secara terbuka, namun usaha kearah kebangkitan kembali semakin tinggi intensitasnya yang dilakukan melalui berbagai gerakan. Berbagai organisasi yang telah terbentuk sebelumnya secara aktif melakukan gerakan perlawanan dan penentangan terhadap kebijaksanaan pemerintahan Orde Baru. Organisasi menonjol yang lahir dan terbentuk pada periode ini adalah :

a. PRD atau Persatuan Rakyat Demokratik pada tahun 1996 berubah menjadi Partai rakyat Demokratik sebagai penerus eks PKI.

b. STN atau Serikat Tani Nasional yang dimaksudkan sebagai penerus eks BTI atau Barisan Tani Indonesia.

c. JAKKER atau Jaringan Kerja Kesenian Rakyat sebagai penerus eks Lekra atau Lembaga Kesenian Rakyat.

d. SMID atau Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi sebagai penerus CGMI atau Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia.

e. SBSI atau Serikat Buruh Seluruh Indonesia sebagai penerus SOBSI atau Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia.

f. PPN atau Persatuan Pemuda Nasional sebagai penerus pemuda rakyat telah pecah menjadi dua yaitu FPN atau Front

31

Pemuda Nasional yang Lenninis dan GDN atau Gerakan Demokrasi Nasional yang Maois.

Setelah reformasi bergulir tahun 1998, berbagai kebijaksanaan yang “reformis” dari para “tokoh reformis” telah memberikan peluang dan kesempatan yang besar dan luas kepada PKI untuk bangkit kembali dan bermetamorfosis menjadi “PKI Gaya Baru”. Berbagai kebijaksanaan tersebut adalah :

a. Pada era kepemimpinan Presiden BJ. Habibie. Pencabutan TAP MPR Nomor II tahun 1978 tentang P-4 yang diikuti dengan pembubaran BP-7 tanpa alternatif yang lain. Kebijaksanaan ini telah membuka peluang berkembangnya ideologi lain terutama komunisme yang telah dilarang selama ini, sehingga dimanfaatkan secara maksimal oleh PKI Gaya Baru untuk bangkit kembali.

b. Pada era kepemimpinan Presiden KH. Abdurrachman Wahid. Secara terbuka Presiden KH. Abdurrahman Wahid menyampaikan sikap, niat dan kehendaknya tentang eks PKI sebagai berikut :

1) Meminta maaf kepada eks PKI terhadap pemberontakan G.30 S/ PKI.

2) Mengusulkan dan mensosialisasikan pencabutan TAP MPRS No. XXV tahun 1966 tentang larangan terhadap komunisme, Marxisme dan Lenninisme.

Sikap, niat dan kehendak tersebut telah membangkitkan semangat PKI Gaya Baru untuk semakin meningkatkan program dan kegiatannya yang telah disusun dan dilaksanakan sebelumnya. Di era ini merupakan iklim sejuk bagi kader PKI Gaya Baru.

c. Pada era kepemimpinan Presiden Megawati. Presiden Megawati yang merangkap sebagai Ketua Umum PDIP telah memberi peluang dan kesempatan secara luas kepada para kader PKI Gaya Baru mengembangkan dirinya dengan mengakomodir mereka di dalam wadah organisasi PDIP, sehingga dapat

32

berkiprah secara leluasa baik di lingkungan infra struktur maupun supra struktur pemerintahan. Para kader PKI Gaya Baru tersebut antara lain Budiman Sujadmiko, Ketua Umum PRD menjadi salah seorang Pengurus Pusat PDIP dan dr. Ribka Ciptaning yang bangga menjadi anak PKI sebagai Ketua Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDIP.

d. Pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Adanya penempatan kader PKI Gaya Baru seperti Andi Arief aktivis PRD/ SMID sebagai komisaris di PT. Pos Indonesia atau Marsilam Simanjuntak pendukung gerakan Marxis komunis yang sempat memimpin UKP3R sangat menguntungkan usaha PKI Gaya Baru untuk bangkit kembali.

e. Tindakan dan Keputusan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi yang memiliki kewenangan super merubah dan membatalkan Undang-undang, dalam berbagai keputusan telah membuka dan memberi peluang bagi berkembang dan bangkitnya kembali PKI Gaya Baru. Perubahan atau pencabutan pasal 60 G, UU Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilu telah memberi hak kepada para bekas tahanan G.30 S/PKI untuk memilih dan dipilih. Hak yang merupakan angin segar bagi kader eks PKI seperti Rewang dan eks Letkol Udara Heru Atmojo untuk tampil lagi.

f. Sikap ragu dan tidak peduli Aparat Penegak Hukum. Sikap Aparat Penegak Hukum, baik Polri maupun Kejaksaan yang ragu bahkan acuh tak acuh terhadap Undang-undang dan ketentuan hukum yang masih berlaku, memberi kesempatan dan peluang kepada PKI Gaya Baru untuk berkiprah secara leluasa di tengah masyarakat. TAP MPRS No. XXV tahun 1966 dan UU No. 27 tahun 1999 masih berlaku, namun laporan masyarakat tentang berbagai kegiatan yang melanggar ketentuan tersebut tidak pernah terselesaikan atau ditangani secara serius.

14. Penyebaran Kader PKI Gaya Baru. Setelah reformasi berkumandang dan TAP MPR No. II tahun 1978 dicabut, muncullah multi partai yang diikuti oleh berkembangnya multi ideologi. Kader PKI

33

Gaya Baru yang sebelumnya bergerak dalam Ormas terutama LSM mulai memasuki berbagai organisasi politik yang sedang tumbuh bahkan membangun dan membentuk partai politik secara mandiri. Berbagai indikasi yang muncul menunjukkan bahwa para kader PKI Gaya Baru serta berbagai figur yang mengemban misi PKI Gaya Baru menyebar di berbagai institusi supra struktur pemerintahan maupun infra struktur kemasyarakatan. Berbagai institusi resmi seperti LIPI merupakan tempat yang dapat dimanfaatkan dengan leluasa untuk menyuarakan kepentingannya, demikian halnya dengan media massa, baik cetak maupun elektronik. Kader PKI Gaya Baru pendukung maupun simpatisannya telah menyebar hampir di semua strata kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Berbagai nama kader PKI Gaya Baru, pendukung dan simpatisannya yang dapat mengingatkan kita untuk selalu ”waspada” menghadapi bangkitnya kembali eks PKI melalui bentuknya yang baru sebagai berikut :

a. Generasi G.30 S/PKI yang masih hidup dan tetap beraktivitas sampai saat sekarang, antara lain :

1) Rewang, bekas anggota Polit Biro CC PKI yang saat ini berdomisili di Solo, sering menghadiri berbagai pertemuan dengan generasi penerus eks PKI.

2) Eks Letkol Udara Heru Atmojo, bekas Asisten Direktur Intelijen Mabes AU yang berdomisili di Bandung, aktif membangun jaringan komunis.

3) Achadi, mantan Menteri di masa Orde Lama, sering menghadiri berbagai pertemuan dengan kelompok nasionalis.

4) Ny. Carmel Budihardjo, isteri tokoh PKI almarhum Budihardjo, WN Inggris sering datang ke Indonesia (yang bersangkutan pernah menjadi WNI) dan membentuk LSM Tapol.

5) Tjugito bekas anggota Polit Biro CC PKI tinggal di Bekasi, aktif membina generasi muda eks PKI seperti Budiman Sudjatmiko.

34

6) Cokro tokoh eks PKI Tegal yang mendorong berdirinya PRD.

7) Eks Laksamana Umar Dhani yang giat untuk membersihkan diri dan namanya, dan berusaha menjadi pahlawan di lingkungan TNI AU.

8) Dan masih banyak lagi tokoh tua eks PKI meskipun telah uzur namun tetap bersemangat dan beraktivitas.

b. Generasi Pasca G 30 S/PKI, sebagai generasi penerus eks PKI yang sangat tinggi semangat dan aktivitasnya untuk membangkitkan dan mengembangkan kembali PKI Gaya Baru :

1) Budiman Sudjatmiko mantan Ketua PRD saat ini menjadi salah seorang Pengurus Pusat PDIP.

2) dr. Ribka Ciptaning, anak tokoh eks PKI Solo Ripto Widodo penulis buku ”Aku Bangga jadi anak PKI”, Ketua Komisi IX DPR-RI dari fraksi PDIP.

3) Ir. Herry Achmadi, tokoh LSM yang sekarang anggota DPR-RI dari fraksi PDIP.

4) Darsono yang disebut sebagai ”tokoh PKI masa depan” pernah menjadi salah satu stafnya DR. Kwik Kian Gie saat menjadi Ketua Bappenas.

5) Hendardi anggota kelompok diskusi Marxis Bandung yang aktif di YLBHI Jakarta.

6) Dita Indah Sari, pengurus PRD yang aktif dalam masalah perburuhan terutama kegiatan demonstrasi saat ini menjadi Caleg PKB.

7) Mochtar Pakpahan nama asli Bebas Pakpahan anak tokoh BTI yang membunuh Peltu Soedjono dalam peristiwa Bandar Betsy, saat ini Ketua Umum Partai Buruh.

8) Yeni Rosa Damayanti, pengurus LSM Pijar yang pernah lari ke luar negeri dan aktif dalam memperjuangkan Komunisme/ Marxisme/ Lenninisme.

35

9) Mulyana W. Kusuma, eks Tapol golongan C yang mengganti KTP, aktivis YLBHI pernah dihukum karena kasus korupsi di Komisi Pemilihan Umum.

10) Andi Arief alias Rizal Ampera pendiri KPP PRD di seluruh Indonesia yang bertugas untuk menghasut para buruh, tani, kaum miskin kota melakukan pemogokan dan demonstrasi. Saat ini Andi Arief menjadi Komisaris PT. Pos Indonesia.

Disamping beberapa contoh para tokoh eks PKI dan PKI Gaya Baru tersebut di atas, keberadaan mereka di berbagai institusi telah meluas. Mereka berada di pemerintahan bahkan di lingkaran dalam kepemimpinan nasional serta berbagai departemen seperti : Depdiknas, Depnakertrans, Dephan, Depdagri, Dephut, Dephub bahkan di lingkungan Sekretariat Negara dan LIPI. Di lingkungan DPR mereka berada di berbagai fraksi yang dapat mengakomodasi tujuan dan kepentingannya seperti : fraksi PDIP, PKB, Golkar, PAN, PBR, serta PKS. Sedangkan di kalangan infra struktur kemasyarakatan mereka berada di kalangan Parpol seperti di DPR dan Ormas terutama LSM.

15. Strategi Menghadapi Komunisme di Indonesia. Untuk mencapai tujuannya, komunis menghalalkan segala cara pada semua aspek kehidupan masyarakat. Seperti dijelaskan sebelumnya, komunis bukan saja musuh TNI, tetapi musuh seluruh bangsa Indonesia. Maka dalam menghadapi bahaya latent maupun bangkitnya kembali komunis, adanya keikutsertaan semua elemen bangsa merupakan suatu kewajiban sebagai warga negara. Kesepakatan bangsa dan keterpaduan semua komponen bangsa dalam menghadapi ancaman komunis serta kondisi Ketahanan Nasional yang mantap di bidang ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya dapat menangkal bangkitnya kembali komunis ke Indonesia.

a. Strategi Penanggulangan Secara Menyeluruh (total). Strategi penanggulangan ini dilaksanakan dengan sepenuh hati dan berkesinambungan dengan mendayagunakan segala sumber

36

daya nasional yang tersedia dan bekerjasama dengan semua komponen bangsa, dengan cara :

1) Memperkuat dan memfungsikan organisasi/ lembaga masyarakat dan kepemudaan dari tingkat nasional sampai tingkat daerah.

2) Menyebarluaskan informasi tentang adanya bahaya latent komunis dan upaya pencegahan serta penanggulangannya.

3) Menjalin komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait.

4) Memberi dukungan moril, informasi maupun aktivitas terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya latent komunis, melalui jalur pendidikan pada semua jenjang, jalur keagamaan (dakwah), jalur Ormas pemuda, Mahasiswa dan pelajar, jalur pendidikan non formal (majelis ta’lim), jalur organisasi wanita, jalur organisasi/ perkumpulan profesi, hobby, seperti kesenian, olah raga, pencinta alam, arisan dan lain-lain.

b. Strategi Penanggulangan Terpadu. Melakukan upaya menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya komunis secara bersama-sama dengan mewaspadai :

1) Daerah-daerah rawan antara lain rawan kriminalitas, rawan Narkoba, rawan maksiat dan lain-lain.

2) Daerah perbatasan baik geografis maupun sosiologis, aksi-aksi teror, kekerasan dan kriminalitas.

3) Daerah rawan konflik khususnya masalah SARA.

c. Strategi Penangkalan. Merupakan upaya pencegahan terhadap ancaman bahaya latent komunis dengan meningkatkan Ketahanan Nasional di semua aspek kehidupan masyarakat. Suatu bangsa yang memiliki Ketahanan Nasional yang tangguh akan mampu menghadapi semua hakikat ancaman, meliputi kegiatan :

37

1) Penguasaan wilayah/ Teritorial tertentu, khususnya daerah-daerah miskin, masyarakat yang terbelakang dan daerah lain bekas basis PKI.

2) Penguasaan sektor-sektor kegiatan tertentu, seperti sektor pendidikan, perekonomian dan kebudayaan.

3) Penguasaan sarana kehidupan yang menyangkut kebutuhan orang banyak seperti SDM, sumber daya dana dan ekonomi agar terhindar dari aksi-aksi subversif komunis.

4) Pembentukan semboyan-semboyan dan jargon-jargon untuk menumbuhkan semangat, keberanian dan tekad menangkal dan melawan bahaya komunis.

5) Melakukan perubahan tata lingkungan dan warga lingkungan baik mikro maupun makro agar mampu menumbuhkan ketahanan jiwa dan sosial dalam menangkal bahaya komunis.

6) Mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan rakyat.

7) Melakukan sosialisasi bahwa ideologi komunis sudah tidak diminati dan tidak laku di seluruh dunia, karena tidak menjanjikan kesejahteraan masyarakatnya.

16. Sikap, Langkah dan Tindakan Prajurit TNI Angkatan Darat terhadap Komunisme. Mengalir dari uraian tersebut di atas, maka TNI Angkatan Darat perlu mengambil sikap, langkah dan tindakan sebagai berikut :

a. Sikap TNI Angkatan Darat.

1) Ideologi komunis tetap dilarang untuk hidup kembali di Indonesia, karena terbukti bahwa komunis adalah Atheis, tidak berperikemanusiaan dan anti demokrasi, sehingga keberadaannya bertentangan dengan ideologi negara Pancasila.

2) Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966, harus tetap dipertahankan, dan UU RI No. 27 tahun 1999 tetap harus

38

dilaksanakan secara tegas, karena kalau dicabut akan memberikan peluang bagi orang-orang komunis untuk menghidupkan kembali ideologi komunis.

3) Sebagai sesama anak bangsa, TNI Angkatan Darat tidak mempunyai rasa dendam terhadap eks Tapol/Napol G.30.S/PKI yang sudah sadar dan sepatutnya untuk hidup berdampingan, tetapi terhadap orang-orang yang akan menghidupkan kembali ideologi komunis akan berhadapan dengan segenap komponen bangsa termasuk TNI Angkatan Darat di dalamnya.

4) Komunis adalah musuh seluruh bangsa Indonesia, karena sudah dua kali (1948 dan 1965) melakukan pengkhianatan terhadap negara dan bangsa Indonesia secara licik, keji dan kejam.

5) Komunisme sewaktu-waktu dapat mengancam bangsa Indonesia, karena komunis dalam perjuangannya tidak mengenal menyerah atau berhenti.

6) Bagi komunis tidak ada istilah kawan abadi, tidak ada lawan abadi yang ada hanya kepentingan abadi dalam doktrin perjuangannya.

b. Langkah TNI Angkatan Darat.

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME, agar terhindar dari pengaruh ideologi komunis.

2) Meningkatkan pemahaman kembali terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pada Pancasila sebagai ideologi negara.

3) Meningkatkan Wawasan Kebangsaan, agar terwujudnya rasa kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

4) Meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat sebagai kekuatan yang dahsyat dan sudah teruji keampuhannya dalam menghadapi berbagai ancaman di masa lalu.

39

5) Membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mencegah kehidupan kembali komunis melalui diskusi atau seminar di berbagai kalangan masyarakat.

6) Memelihara dan mendata kembali sisa-sisa eks G.30S/PKI dan memantau serta mengawasi kegiatannya.

7) Waspadai upaya penyusupan ideologi komunis dalam tubuh TNI Angkatan Darat.

8) Mencantumkan kembali materi pelajaran Bahaya Latent Komunis (Balatkom) di lembaga pendidikan, khususnya di lembaga pendidikan TNI Angkatan Darat.

9) Membuat buku-buku tentang kejahatan komunis sebagai counter opini terhadap buku-buku komunis yang beredar secara umum.

10) Mendorong dan memberdayakan kekuatan anti komunisme untuk selalu berdiri di depan dalam rangka menghancurkan berbagai usaha bangkitnya kembali komunisme di Indonesia antara lain melalui penulisan buku, seminar-seminar maupun merencanakan tuntutan sesuai Undang-Undang yang berlaku, kepada kelompok tertentu yang dengan sengaja dan jelas-jelas telah melanggar TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/ 1966 dan Undang-Undang Nomor 27/1999.

11) Meningkatkan deteksi dini dengan memberdayakan tokoh masyarakat, tokoh agama dan Ketua RT/RW.

c. Tindakan yang perlu dilakukan oleh Prajurit TNI AD.

1) Selalu meningkatkan kewaspadaan, kekompakan dan kerjasama antara sesama prajurit baik dalam hubungan perorangan maupun Satuan.

2) Tetap mempertahankan Pancasila, Sapta Marga dan Sumpah Prajurit sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas sehari-hari serta selalu meningkatkan pemahaman terhadap Wawasan Kebangsaan.

40

3) Sebagai insan Intelijen selalu melakukan tugas Badan Pengumpul Keterangan (Bapulket) dengan baik.

4) Melaporkan kepada atasan/ pimpinan apabila menemukan hal-hal yang berkaitan dengan bangkitnya kembali komunisme di Indonesia serta menginformasikan kepada Aparat Kepolisian terdekat.

6) Memberitahukan kepada keluarga untuk selalu waspada terhadap berbagai upaya yang dilakukan oleh eks PKI dan kader-kadernya untuk mempengaruhi prajurit TNI AD beserta keluarganya.

7) Meningkatkan pelaksanaan tugas Pembinaan Teritorial secara baik, sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta sesuai lingkup tugas dan fungsi masing-masing.

8) Selalu meningkatkan dan memperteguh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun.

SEKILAS TENTANG PARTAI PERSATUAN PEMBEBASAN NASIONAL (PAPERNAS)

17. Umum. Sudah merupakan fakta yang faktual setelah bergulirnya reformasi pada tahun 1998 telah tumbuh kembali gerakan-gerakan sistematis yang menghidupkan kembali faham komunisme dengan baju Komunis Gaya Baru (KGB) melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti pembentukan LSM, seminar-seminar,penerbitan buku, pemutarbalikan fakta sejarah, pendirian partai politik Partai Persatuan Pembebasan Nasional (Papernas) secara sepihak dan aksi-aksi radikal di tengah masyarakat yang menimbulkan dampak instabilitas nasional.

18. Hasil Kongres Papernas. Kongres I Papernas tanggal 18 - 20 Januari 2007 di Wisma Sejahtera Kaliurang Kab. Sleman Provinsi DIY tentang pembentukan Papernas telah memilih Agus Priyono alias Agus Jabo sebagai Ketua Umum dan Risky sebagai Sekjen serta

41

mencalonkan Dita Indah Sari sebagai calon Presiden RI tahun 2009.

Pidato Agus Jabo Priyono, Ketua Departemen Pendidikan dan Propaganda Liga Mahasiswa Nasional Demokrat (LMND) yang terpilih sebagai Ketua Umum Papernas pada saat Munas-I Papernas tanggal 19 Januari 2007 di Kaliurang menyatakan Papernas sebagai Partai Revolusioner mengikuti Pemilu dianggap sebagai jalan yang haram, akan tetapi Pemilu merupakan taktik untuk merebut kekuasaan rakyat dan yang terpenting adalah memberikan pendidikan politik secara terbuka, menggunakan alat politik yang bisa dirasakan rakyat untuk pembebasan nasibnya. Untuk Pemilu 2009 apabila tidak bisa mengikuti Pemilu seperti tahun 2004, maka harus bergerak dengan cara ekstra Parlementer. Dan dikatakan jalan Parlementer adalah jalan yang sah bagi perjuangan rakyat di seluruh negeri manapun termasuk di Indonesia, sehingga harus bersatu dengan kelompok-kelompok lain untuk memenangkan Papernas dalam Pemilu 2009. Pilar yang akan digunakan Papernas dalam perjuangan adalah : Kaum Buruh, Tani, Nelayan dan Mahasiswa.

19. Pendeklarasian Partai Persatuan Pembebasan Nasional (Papernas).

Pada tahun 1996 ketika Partai Rakyat Demokratik (PRD) berdiri, Dita Indah Sari dalam catatan hariannya menulis ”partai sudah berdiri (maksudnya PRD), well, 31 tahun terkubur (PKI), dibantai, dihina, dibunuh, dilarang, diawasi, dikhianati sekarang dibangun kembali ....”,. Sekarang Dita Indah Sari menjadi Pimpinan Papernas, dan Partai ini diinformasikan Dita Indah Sari mendapat dukungan dari Partai Kiri Swedia, Gerakan Tani Tak Bertanah di Brazil dan lain-lain. Pada saat berdialog di SCTV tanggal 4 April 2007 Dita Indah Sari menyatakan dirinya sebagai orang kiri.

Papernas dalam AD/ ART mengakui Pancasila dan UUD 1945, akan tetapi tidak menyatakan Pancasila sebagai azas dan sebagai ideologi Papernas. Azas yang dianut adalah ”Demokrat Sosial Kerakyatan”. Pencantuman Pancasila dan UUD 1945 karena Undang-undang Politik dan Pemilu mengharuskan demikian. Artinya

42

apabila Undang-undang Politik dan Pemilu tidak mengharuskan, maka Papernas tidak akan mencantumkan Pancasila dan UUD 1945. Pada sisi lain Dita Indah Sari bersama DR. Asvi Warman Adam, peneliti utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan sangat mendukung kebebasan pendirian partai politik di Indonesia termasuk didalamnya Partai Komunis Indonesia.

Rencana pendeklarasian Papernas Pada tanggal 29 Maret 2007 di Jalan Pegangsaan Timur atau di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat, secara sepihak tanpa melalui prosedur perijinan dalam pendirian partai politik baru dari pemerintah akhirnya gagal, dikarenakan adanya aksi pembubaran yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) yang menolak upaya Papernas mendeklarasikan diri tersebut, sehingga menyebabkan terjadinya bentrokan di Jalan Sudirman (Dukuh Atas) Jakarta antara massa FPI dan massa Papernas yang ternyata sebagian besar terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak (yang dimanfatkan oleh Papernas) dengan menggunakan 20 angkutan Bus umum.

Penolakan terhadap Papernas sesungguhnya telah terjadi di beberapa daerah, yaitu di Provinsi DIY dan Jawa Timur. Penyelenggaraan musyawarah nasional Papernas pada tanggal 19 Januari 2007 di Kaliurang Yogyakarta dibubarkan oleh Front Anti Komunis Indonesia (FAKI), Gerakan Anti Maksiat (GAM), Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Remaja Masjid Yogyakarta. Demikian juga konferensi daerah Papernas Jawa Timur di Hotel Selecta, Batu, Malang tanggal 4 Maret 2007 juga dibubarkan oleh Front Anti Komunis Indonesia (FAKI) dan elemen-elemen masyarakat yang menolak bangkitnya partai politik berhaluan komunis di Indonesia.

Walaupun derasnya penolakan terhadap keberadaan Papernas yang dilakukan oleh berbagai elemen, tidak menghentikan perjuangan tokoh-tokoh dan kader-kader PKI untuk mewujudkan pendeklarasian partai tersebut sebagaimana diungkapkan oleh tokoh utama PKI D.N. Aidit dan Sudisman yang menyatakan bahwa “Ideologi komunis tidak akan mati, walaupun PKI sudah dicerai-beraikan”.

43

Deklarasi Papernas yang akhirnya gagal pada tanggal 29 Maret 2007 di Jl. Pegangsaan Timur atau di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat merupakan anugerah bagi rakyat Indonesia, sebab Papernas dengan deklarasi ini ingin memanfaatkan momentum tersebut sebagai simbol kemerdekaan/ kebebasan. Sejarah telah mencatat bahwa pada tahun 1964 Tugu Proklamasi di Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta dibongkar atas inisiatif PKI dalam rangkaian konsepsi menghapus jejak Proklamasi 17 Agutus 1945 yang akan diubah menjadi tanggal 1 Oktober sama dengan Hari Nasional Revolusi Komunis RRC.

20. Tri Panji Papernas. Pondasi perjuangan yang diusung oleh Papernas adalah Tri Panji. Tri Panji ini juga merupakan pedoman yang digunakan oleh PKI untuk menyusun program-program partainya.

a. Tri Panji bagi PKI meliputi :

1) Pembangunan kembali Partai Marxis/ Lenninnis yang bebas dari subyektivisme, revisionisme, dan opurtonisme.

2) PKI harus mendasarkan perjuangannya pada perjuangan bersenjata (Perjuta).

3) PKI menggalang Front Persatuan Nasional yang revolusioner terdiri dari buruh, tani, borjuasi kecil dan borjuasi nasional.

b. Tri Panji Bagi Papernas meliputi :

1) Hapuskan hutang luar negeri.

2) Ambil alih perusahaan tambang.

3) Bangun pabrik (industri) nasional demi kesejahteraan rakyat.

Penggunaan istilah Tri Panji ini untuk memulihkan memori para PKI tua terhadap Tri Panji asli yang dimiliki PKI. Sebaliknya untuk generasi baru komunis di Indonesia niscaya sebagai penuntut untuk melanjutkan mewujudkan Tri Panji yang telah gagal total dalam perjuangan di Indonesia, karena tidak dikehendaki mayoritas rakyat Indonesia, baik pada tahun

44

1948 melalui pemberontakan Madiun maupun pemberontakan G 30 S/ PKI tahun 1965.

21. Program perjuangan Papernas. Ciri atau karakter pokok dari perjuangan gerakan rakyat haruslah anti imperialisme dan menjunjung tinggi hak-hak demokrasi rakyat. Komite persiapan Papernas menjawab kebutuhan tersebut dengan merumuskan program perjuangan minimum yakni :

a. Penghapusan hutang luar negeri dan penarikan kembali obligasi rekapitalisasi perbankan.

b. Nasionalisasi industri minyak, gas dan listrik.

c. Membuka lapangan kerja dengan program industrialisasi nasional.

d. Melindungi industri dalam negeri dan melakukan kontrol dan pengawasan terhadap perdagangan umum dengan luar negeri.

e. Pendidikan dan kesehatan gratis untuk seluruh rakyat.

f. Menurunkan harga sarana produksi pertanian, perlindungan terhadap hasil-hasil pertanian dalam negeri, dan penyelesaian sengketa agraria dengan mengutamakan keadilan dan kesejahteraan untuk kaum tani.

g. Nasionalisasi industri perbankan dalam negeri.

h. Penyelamatan aset-aset nasional dari program privatisasi BUMN dan liberalisasi aset-aset ekonomi strategis lainnya (air, Migas, listrik, Rumah Sakit, Universitas dan sebagainya) dari pemerintah SBY-Kalla.

i. Pembubaran Komando Teritorial TNI.

Penggunaan kosa kata dan arah perjuangan Papernas sama dengan cara-cara induktrinasi dan propaganda yang dilakukan oleh PKI dan PRD. Seperti kata-kata ploretariat perkotaan, merebut kekuasaan, istilah rakyat, kaum buruh, kaum tani, imperialisme, borjuis, kapitalis birokrat dan lain-lain. Semua gratis (pendidikan dan kesehatan) untuk semua golongan sama rata dan istilah rakyat selalu menjadi jargon.

45

22. Susunan Pengurus dan organisasi pendiri Komite Persiapan Partai Persatuan Pembebasan Nasional (KP-Papernas).

a. Susunan Pengurus KP-Papernas :

1) Ketua Umum : Dominggus Oktavianus Tobu Kiik, asal Atambua (FNPBI).

2) Ketua I (Bid Perburuhan) : Solaeman, asal Bekasi (GSPB).

3) Ketua II (Bid Pemuda & Mahasiswa) : Rudi Hartono, asal Pinrang (LMND).

4) Ketua III (Bid Petani & Nelayan) : Gigih Kuntoro, (PRD).

5) Ketua IV (Bid Kaum Miskin Kota) : Mario Sitompul, asal Jakarta (SRMK).

6) Ketua V (Bid Seni dan Budaya) : Tejo Priyono (JAKER).

7) Sekjen : Lukman Hakim, asal Magelang (PRD).

8) Wakil Sekjen : Ganjar Kristian, asal Jakarta (PRD).

9) Hubungan Internasional : Katarina Pujiastuti (FNPBI).

10) Bendahara : Daniel (HIKMAHBUDHI).

b. Organisasi-Organisasi Pendiri Komite Persiapan Partai Persatuan Pembebasan Nasional (KP-Papernas), antara lain :

1) Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI).

2) Gabungan Solidaritas Perjuangan Buruh (GSPB).

3) Himpunan Mahasiswa Budhis Indonesia (HIKMAHBUDHI).

46

4) Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER).

5) Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND).

6) Partai Rakyat Demokratik (PRD).

7) Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia (SBTPI).

8) Serikat Tani Nasional (STN).

9) Serikat Rakyat Miskin Kota (SRMK).

PENUTUP

23. Penutup. Demikian naskah sosialisasi Bahaya Latent Komunis disusun, sebagai pedoman bagi Prajurit TNI AD dalam mengemban tugas menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI.

Jakarta, 2009

47

48