sopsikil 4.pdf

16

Click here to load reader

Transcript of sopsikil 4.pdf

  • PRAKTEK - PRAKTEK KODE ETIK DALAM

    PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI

    Oleh

    SUGIANTO

    19111161

    4 KA 42

    FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

    UNIVERSITAS GUNADARMA

    JAKARTA

    2015

  • KATA PENGANTAR

    Syukur alhamadulillah penulis ucapkan kehadirat allah S.W.T. karena atas rahmat dan

    hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai pada waktunya, makalah ini

    membahas tentang kode etik profesi yang penulis beri judul : Etika Pemanfaatan teknologi

    Informasi Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Etika

    Profesi.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

    mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis semoga

    makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Meningkatnya penggunaan komputer menjadi perhatian yang semakin besar, terutama

    pengaruhnya terhadap etika dan sosial di masyarakat pengguna. Di satu sisi, perkembangan

    teknologi komputer sebagai sarana informasi memberikan banyak keuntungan. Salah satu

    manfaatnya adalah bahwa informasi dapat dengan segera diperoleh dan pengambilan keputusan

    dapat dengan cepat dilakukan secara lebih akurat, tepat dan berkualitas. Namun, di sisi lain,

    perkembangan teknologi informasi, khususnya komputer menimbulkan masalah baru. Secara

    umum, perkembangan teknologi informasi ini mengganggu hak privasi individu. Bahwa banyak

    sekarang penggunaan komputer sudah di luar etika penggunaannya, misalnya: dengan

    pemanfaatan teknologi komputer, dengan mudah seseorang dapat mengakses data dan informasi

    dengan cara yang tidak sah. Belum lagi ada sebagian orang yang memanfaatkan komputer dan

    internet untuk mengganggu orang lain dengan tujuan sekedar untuk kesenangan serta hobinya.

    Adapula yang memanfaatkan teknologi komputer ini untuk melakukan tindakan kriminal. Bukan

    suatu hal yang baru bila kita mendengar bahwa dengan kemajuan teknologi ini, maka semakin

    meningkat kejahatan dengan memanfaatkan teknologi informasi ini.

    Manusia sebagai pembuat, operator dan sekaligus pengguna system tersebutlah yang

    akhirnya menjadi faktor yang sangat menentukan kelancaran dan keamanan sistem. Hal-hal

    inilah yang kemudian memunculkan unsur etika sebagai faktor yang sangat penting kaitannya

    dengan penggunaan sistem informasi berbasis komputer, mengingat salah satu penyebab

    pentingnya etika adalah karena etika melingkupi wilayah-wilayah yang belum tercakup dalam

    wilayah hukum. Faktor etika disini menyangkut identifikasi dan penghindaran terhadap unethical

    behavior dalam penggunaan sistem informasi berbasis komputer.

    1.2. Tujuan

    Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Etika

    Etika secara umum didefinisikan sebagai suatu kepercayaan atau pemikiran yang mengisi

    suatu individu, yang keberadaanya bisa dipertanggung jawabkan terhadap masyarakat atas

    perilaku yang diperbuat. Biasanya pengertian etika akan berkaitan dengan masalah moral. Moral

    adalah tradisi kepercayaan mengenai perilaku benar dan salah yang diakui oleh manusia secara

    universal. Perbedaanya bahwa etika akan menjadi berbeda dari masyarakat satu dengan

    masyarakat yang lain. Sebuah survei menyebutkan bahwa penggunaan software bajakan yang

    berkembang di Asia saat ini bisa mencapai lebih dari 90 %, sedangkan di Amerika kurang dari

    35 %. Ini bisa dikatakan bahwa masyarakat pengguna software di Asia kurang etis di banding di

    Amerika. Contoh lain misalnya kita melihat data orang lain atau perusahaan lain yang menjadi

    rahasinya, berarti kita bertindak kurang etis.

    2.2 Prilaku Moral dan Konsep Etika

    Tindakan kita juga diarahkan oleh etika (ethics). Kata ethics berakar dari bahasa Yunani

    ethos, yang berarti karakter. Etika adalah satu set kepercayaan, standar, atau pemikiran yang

    mengisi suatu individu, kelompok atau masyarakat. Semua individu bertanggung jawab pada

    masyarakat atas perilaku mereka. Masyarakat dapat berupa suatu kota, negara, atau profesi.

    Tidak seperti moral, etika dapat sangat berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain.

    Kita melihat perbedaan ini dibidang komputer dalam bentuk perangkat lunak bajakan- perangkat

    lunak yang digandakan secara ilegal lalu digunakan atau dijual.Hukum adalah peraturan perilaku

    formal yang dipaksakan oleh otoritas berdaulat, seperti pemerintah, pada rakyat atau warga

    negaranya. Hingga kini sangat sedikit hukum yang mengatur penggunaan komputer. Hal ini

    karena komputer merupakan penemuan baru dan sistem hukum kesulitan mengikutinya.Kasus

    pertama kejahatan komputer terjadi pada tahun 1966, saat programer untuk suatu bank membuat

    suatu tambahan di program sehingga program tersebut tidak dapat menunjukan bahwa

    pengambilan dari rekeningnya telah melampau saldo. Ia dapat terus menulis cek walau tidak ada

  • lagi uang di rekeningnya. Penipuan ini terus berlangsung hingga komputer tersebut rusak, dan

    pemrosesan secara manual mengungkapkan saldo yang telah minus. Programer tersebut tidak

    dituntut melakukan kejahatan komputer, karena peraturan hukumnya belum ada. sebaliknya, ia

    dituntut membuat entry palsu di catatan bank. Kita dapat melihat bahwa penggunaan komputer

    dalam bisnis diarahkan oleh nilai-nilai moral dan etika dari para manajer, spesialis informasi dan

    pemakai, dan juga hukum yang berlaku. Hukum paling mudah diinterpretasikan karena

    berbentuk tertulis. Di pihak lain, etika tidak didefinisikan secara persis dan tidak disepakati oleh

    semua anggota masyarakat. Bidang yang sukar dari etika komputer inilah yang sedang

    memperoleh banyak perhatian.

    2.3 Perlunya Budaya Etika

    Hubungan antara pimpinan dengan instansi merupakan dasar budaya etika. Jika instansi

    harus etis, maka manajemen puncak harus etis dalam semua tindakan dan kata-katanya.

    Bagaimana Budaya Etika Diterapkan? Tugas manajemen puncak adalah memastikan bahwa

    konsep etikanya menyebar diseluruh organisasi, melalui semua tingkatan dan menyentuh semua

    pegawai. Para eksekutif mencapai penerapan ini melalui suatu metode tiga lapis, yaitu dalam

    bentuk pernyataan tekad (komitmen), program-program etika, dan kode etik khusus pada setiap

    instansi.

    Komitmen adalah pernyataan ringkas mengenai nilai-nilai yang ditegakan oleh pimpinan

    instansi. Tujuan komitmen ini adalah menginformasikan orang-orang dan organisasi-organisasi

    baik di dalam maupun di luar instansi mengenai nilai-nilai etika yang diberlakukan. Program

    etika adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai aktivitas yang dirancang untuk mengarahkan

    pegawai dalam melaksanakan pernyataan komitmen. Suatu aktivitas yang umum adalah

    pertemuan orientasi yang dilaksanakan bagi pegawai baru. Selama pertemuan ini, subyek etika

    mendapat cukup perhatian. Contoh lain dari program etika adalah audit etika. Dalam audit etika,

    sesorang auditor internal mengadakan pertemuan dengan seorang manajer selama beberapa jam

    untuk mempelajari bagaimana unit manajer tersebut melaksanakan pernyataan komitmen. Kode

    etik khusus instansi, Banyak instansi telah merancang kode etika mereka sendiri. Kadang-kadang

    kode ini diadaptasi dari kode etik dari organisasi sejenis.

  • 2.4 Alasan Pentingnya Etika Komputer

    Alasan Pentingnya Etika Komputer :

    kelenturan logika (Logical malleability), factor transformasi, dan faktor tak kasat mata

    (invisibility factors).

    1. Kelenturan logika.

    Yang dimaksud dengan kelenturan logika (logical malleability) adalah kemampuan memprogram

    komputer untuk melakukan apa pun yang kita inginkan. Komputer bekerja tepat seperti yang

    diinstruksikan oleh programernya. Kelenturan logika inilah yang menakutkan masyarakat. Tetapi

    masyarakat sebenarnya tidak takut terhadap komputer. Sebaliknya masyarakat takut terhadap

    orang-orang yang memberi perintah di belakang komputer.

    2.Faktor transformasi.

    Alasan kepedulian pada etika komputer ini didasarkan pada fakta bahwa komputer dapat

    mengubah secara drastis cara kita melakukan sesuatu. Kita dapat melihat transformasi tugas yang

    sama pada semua jenis organisasi. Contoh yang baik adalah surat electronik (e-mail). Email tidak

    hanya memberikan cara bertelepon yang lain, tetapi memberikan cara komunikasi yang sama

    sekali baru. Transformasi serupa dapat dilihat pada cara manajer mengadakan rapat. Dulu para

    manajer harus berkumpul secara fisik di satu lokasi, sekarang mereka dapat bertemu dalam

    bentuk konferensi video.

    3. Faktor tak kasat mata.

    Alasan ketiga minat masyarakat pada etika komputer adalah karena semua operasi internal

    komputer tersembunyi dari penglihatan. Operasi internal yang tidak nampak ini membuka

    peluang pada nilainilai pemprograman yang tidak terlihat, perhitungan rumit yang tidak terlihat

    dan penyalahgunaan yang tidak terlihat.

    Nilai-nilai pemprograman yang tidak terlihat adalah perintahperintah yang programer kodekan menjadi program yang mungkin dapat atau tidak menghasilkan pemrosesan

    yang diinginkan pemakai. Selama penulisan program, programer harus membuat

    serangkaian pertimbangan nilai seperti bagaimana program mencapai tujuannya. Ini

    bukan suatu tindakan jahat dari pihak programer, tetapi lebih merupakan kurangnya

  • pemahaman. Contoh dampak yang dapat timbul dari nilai-nilai pemrograman yang tidak

    terlihat adalah insiden nuklir Three Mile Island. Operator pembangkit listrik tersebut

    telah dilatih menangani keadaan gawat dengan menggunakan suatu model matematika.

    Model tersebut hanya dirancang untuk mensimulasikan terjadinya kerusakan tunggal.

    Namun yang terjadi adalah kerusakan berganda secara serentak. Ketidakmampuan

    komputer memberikan apa yang diinginkan pemakainya disebabkan oleh faktor tak kasat

    mata ini.

    Perhitungan rumit yang tidak terlihat berbentuk program-program yang demikian rumit sehingga tidak dimengerti oleh pemakai. Manajer menggunakan tanpa mengetahui sama

    sekali bagaimana program tersebut melaksanakan perhitungan.

    Penyalahgunaan yang tidak terlihat meliputi tindakan yang sengaja melanggar batasan hukum dan etika. Semua tindakan kejahatan computer termasuk kategori ini, demikian

    pula tindakan tidak etis seperti mengganggu hak privasi individual, dan memata-matai.

    Masyarakat karena itu sangat memperhatikan komputer bagaimana komputer dapat

    diprogram untuk melakukan hampir segala sesuatu, bagaimana computer mengubah

    sebagian besar cara kita melakukan sesuatu, dan fakta bahwa yang dikerjakan komputer

    pada dasarnya tidak terlihat. Masyarakat mengharapkan bisnis diarahkan oleh etika

    computer dan dengan demikian meredakan kekhawatiran tersebut.

    2.5 Hak-Hak Atas Informasi /Komputer

    Menurut Deborah Johnson, Profesor dari Rensselaer Polytechnic Institute mengemukakan

    bahwa masyarakat memiliki :

    Hak atas akses computer yaitu setiap orang berhak untuk mengoperasikan komputer dengan tidak harus memilikinya. Sebagai contoh belajar tentang komputer dengan

    memanfaatkan software yang ada;

    Hak atas keahlian computer pada awal komputer dibuat, terdapat kekawatiran yang luas terhadap masyarakat akan terjadinya pengangguran karena beberapa peran digantikan

    oleh komputer. Tetapi membuka peluang pekerjaan yang lebih banyak;

    Hak atas spesialis computer pemakai komputer tidak semua menguasai akan ilmu yang terdapat pada komputer yang begitu banyak dan luas. Untuk bidang tertentu diperlukan

    spesialis bidang komputer, seperti kita membutuhkan dokter atau pengacara;

  • Hak atas pengambilan keputusan komputer.meskipun masyarakat tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai bagaimana komputer diterapkan, namun

    masyarakat memiliki hak tersebut.

    Menurut Richard O. Masson, seorang profesor di Southern Methodist University, telah

    mengklasifikasikan hak atas informasi berupa :

    Hak atas privasi sebuah informasi yang sifatnya pribadi baik secara individu maupu dalam suatu organisasi mendapatkan perlindungan atas hukum tentang kerahasiannya;

    Hak atas akurasi Komputer dipercaya dapat mencapai tingkat akurasi yang tidak bisa dicapai oleh sistem nonkomputer, potensi ini selalu ada meskipun tidak selalu tercapai;

    Hak atas kepemilikan. Ini berhubungan dengan hak milik intelektual, umumnya dalam bentuk program-program computer yang dengan mudahnya dilakukan penggandaan atau

    disalin secara ilegal. Ini bisa dituntut di pengadilan;

    Hak atas akses Informasi memiliki nilai, dimana setiap kali kita akan mengaksesnya harus melakukan

    account atau izin pada pihak yang memiliki informasi tersebut. Sebagai contoh kita dapat

    membaca data-data penelitian atau buku-buku online di Internet yang harus bayar untuk

    dapat mengaksesnya.

    2.6 Dampak Pemanfaatan Teknologi Informasi

    Didalam organisasi modern, dan dalam bahasan ekonomis secara luas, informasi

    telah menjadi komoditas yang sangat berharga, dan telah berubah dan dianggap sebagai

    sumber daya habis pakai, bukannya barang bebas. Dalam suatu organisasi perlu

    dipertimbangkan bahwa informasi memiliki karakter yang multivalue, dan multidimensi.

    Dari sisi pandangan teori sistem, informasi memungkinkan kebebasan beraksi,

    Pengendalikan pengeluaran, mengefisiensikan pengalokasian sumber daya dan waktu.

    Sirkulasi informasi yang terbuka dan bebas merupakan kondisi yang optimal untuk

    pemanfaatan informasi.

    Selain dampak positif dari kehadiran teknologi informasi pada berbagai bidang

    kehidupan, pemakaian teknologi informasi bisa mengakibatkan atau menimbulkan dampak

    negatif bagi pengguna atau pelaku bidang teknologi informasi itu sendiri, maupun bagi

  • masyarakat luas yang secara tidak langsung berhubungan dengan teknologi informasi

    tersebut. Informasi jelas dapat disalah-gunakan. Polusi informasi, yaitu propagasi informasi

    yang salah, dan pemanfaatan informasi (baik benar atau salah) untuk mengendalikan hidup

    manusia tanpa atau dengan disadari merupakan suatu akibat dari penyalah-gunaan ini.

    Begitu juga informasi yang tidak lengkap bisa menimbulkan salah persepsi terhadap yang

    menerima atau membacanya. Mis-informasi akan terakumulasi dan menyebabkan

    permasalahan pada masyarakat. beberapa langkah strategis yang dapat diimplementasikan

    untuk mengurangi dampak buruk tersebut, antara lain :

    Disain yang berpusat pada manusia.

    Dukungan organisasi.

    Perencanaan pekerjaan (job).

    Pendidikan.

    Umpan balik dan imbalan.

    Meningkatkan kesadaran public

    Perangkat hukum.

    Riset yang maju.

    2.7 Kriminalitas di Internet (Cybercrime)

    Kriminalitas siber (Cybercrime) atau kriminalitas di internet adalah tindak pidana

    kriminal yang dilakukan pada teknologi internet (cyberspace), baik yang menyerang fasilitas

    umum di dalamcyber space atupun kepemilikan pribadi. Secara teknis tindak pidana tersebut

    dapat dibedakan menjadi off-line crime, semi on-line crime, dan cybercrime. Masing-masing

    memiliki karakteristik tersendiri, namun perbedaan utama diantara ketiganya adalah

    keterhubungan dengan jaringan informasi public (baca: internet). Cybercrime merupakan

    perkembangan lebih lanjut dari kejahatan atau tindak pidana yang dilakukan dengan

    memanfaatkan teknologi komputer. Fenomenacybercrime memang harus diwaspadai karena

    kejahatan ini agak berbeda dengan kejahatan lain pada umumnyaCybercrime dapat

    dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak diperlukan interaksi langsung antara

    pelaku dengan korban kejahatan.

  • Kejahatan yang terjadi di internet terdiri dari berbagai macam jenis dan cara yang bisa

    terjadi. Bentuk atau model kejahatan teknologi informasi (baca pada bab sebelumnya).

    Menurut motifnya kejahatan di internet dibagi menjadi dua motif yaitu :

    Motif Intelektual. Yaitu kejahatan yang dilakukan hanya untuk kepuasan diri pribadi dan

    menunjukkan bahwa dirinya telah mampu untuk merekayasi dan

    mengimplementasikan bidangteknologi informasi.

    Motif ekonomi, politik, dan kriminal. Yaitu kejahatan yang dilakukan untuk keuntungan pribadi atau golongan tertentu yang berdampak pada kerugian secara

    ekonomi dan politik pada pihak lain.

    2.8 Undang Undang ITE

    Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah ketentuan yang berlaku

    untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-

    Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum

    Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar

    wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.

    1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak

    terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange

    (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf,

    tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti

    atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

    2. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan

    Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

    3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

    menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan

    informasi.

    4. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,

    dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,

    optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui

    Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,

    gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol

  • atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang

    mampu memahaminya.

    5. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi

    mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan,

    mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik

    6. Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh

    penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat.

    7. Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem Elektronik atau lebih, yang

    bersifat tertutup ataupun terbuka.

    8. Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem Elektronik yang dibuat untuk

    melakukan suatu tindakan terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara otomatis

    yang diselenggarakan oleh Orang.

    9. Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda

    Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak

    dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.

    10. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak

    yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.

    11. Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen yang dibentuk oleh

    profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah dengan kewenangan

    mengaudit dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam Transaksi Elektronik.

    12. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang

    dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan

    sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

    13. Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan atau terkait dengan Tanda

    Tangan Elektronik.

    14. Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optik, atau sistem

    yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan.

    15. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang berdiri sendiri

    atau dalam jaringan.

  • 16. Kode Akses adalah angka, huruf, simbol, karakter lainnya atau kombinasi di antaranya,

    yang merupakan kunci untuk dapat mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik

    lainnya.

    17. Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui Sistem Elektronik.

    18. Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau

    Dokumen Elektronik.

    19. Penerima adalah subjek hukum yang menerima Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

    Elektronik dari Pengirim.

    20. Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha,

    dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet, yang

    berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu

    dalam internet.

    21. Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing,

    maupun badan hukum.

    22. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan persekutuan, baik yang

    berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

    23. Pemerintah adalah Menteri atau pejabat lainnya yang ditunjuk oleh Presiden.

    Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE) mengatur berbagai

    perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik

    transaksi maupun pemanfaatan informasinya. Pada UUITE ini juga diatur berbagai

    ancaman hukuman bagi kejahatan melalui internet. UUITE mengakomodir kebutuhan

    para pelaku bisnis di internet dan masyarakat pada umumnya guna mendapatkan

    kepastian hukum, dengan diakuinya bukti elektronik dan tanda tangan digital sebagai

    bukti yang sah di pengadilan.

  • BAB III

    PENUTUP

    Demikianlah hasil persentasi kami yang berjudul Etika Pemanfaatan teknologi Informasi

    ,Semoga apa yang kami persentasikan dapat menambah pengetahuaan teman teman semua dan

    apabila ada kesalahan mohon maaf dan dapat dibantu untuk memperbaikinya.Saya ucapkan

    terimakasih.

  • NOTE : Makalah diatas adalah contoh makalah mengenai Praktek Praktek Kode Etik Dalam Penggunaan Teknologi Informasi ( Etika Pemanfaatan teknologi

    Informasi ) berikut adalah contoh , pendapat dan saran menurut saya :

    Contohnya :

    Fasilitas internet di kantor yang dapat memudahkan karyawan untuk mencari informasi

    secara luas dan cepat. Namun penggunaan internet di kantor harus dibatasi karena karyawan

    tidak saja menggunakan fasilitas internet untuk mencari informasi tentang pekerjaan yang

    dibutuhkan tetapi untuk membuka situs jejaring sosial lainnya seperti facebook, mengirim email

    ke sesama teman dalam jam kantor, chating, dan bahkan yang sering kita lihat sekarang main

    game di jam kantor. Hal ini dapat menurunkan kinerja karyawan, oleh karena itu manajemen

    sebuah perusahaan membuat sebuah aturan (kode etik) penggunaan internet pada jam kerja

    sehingga karyawan dapat tetap fokus pada pekerjaannya.

    Kode etik dalam penggunaan fasilitas internet di kantor hampir sama dengan kode etik

    pengguna internet pada umumnya, hanya saja lebih dititik beratkan pada hal-hal atau aktivitas

    yang berkaitan dengan masalah perkantoran di suatu organisasi atau instansi.

    Misalkan : 1. Untuk menghindari penggunaaan fasilitas internet diluar keperluan kantor atau untuk

    kepentingan sendiri.

    2. Tidak menggunakan internet untuk mempublikasi atau bertukar informasi internal kantor

    kepada pihak luar secara ilegal.

    3. Tidak melakukan kegiatan pirating, hacking atau cracking terhadap fasilitas internet

    kantor.

    4. Mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh kantor dalam penggunaan fasilitas internet.

    Misalnya Internet hanya dapat diakses setelah jam pulang, Yotube, 4Shared.com, twitter,

    chatting, dan situs lainnya dengan cara memblokir situs-situs tersebut dari jam tertentu

    misalnya dari jam 8:00 16:00. Pembatasan ini terkait kantor, membatasi penggunaan

    internet / pengunaan situs tertentu misalnya facebookt dengan penggunaan bandwidth dan

    hak akses. Dengan menerapkan aturan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan

    kedisiplinan karyawan dalam penggunaan internet, memaksimalkan kinerja karyawan

  • pada jam kantor, tidak menggunakan fasilitas internet untuk hal yang negatif, dan

    mematuhi peraturan yang berlaku di kantor tersebut. Hal ini tentunya harus didukung

    juga oleh kesadaran dari karyawan itu sendiri untuk bisa memanfaatkan sebaik-baiknya

    waktu dan layanan yang telah diberikan oleh perusahaan, sehingga ada nilai timbal balik

    yang sama-sama menguntungkan antara karyawan dan perusahaan.

    Pendapat saya:

    Penerapan kode etik dalam setiap kegiatan yang ada haruslah dapat mengikat semua

    individu pada semua jenis profesi , hal itu perlu ditetapkan bersama sama agar hasilnya akan

    lebih baik. Tanpa kode etik baik itu kode etik profesi , bisnis dan lain lain maka setiap individu

    dalam suatu komunitas atau perusahaan akan memiliki tingkah laku yang berdeda beda yang

    nilai baiknya menurut anggapanya sendiri dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya.

    Tidak dapat dibayangkan betapa kacaunya apabila setiap orang dibiarkan dengan bebas

    menentukan mana yang baik mana yang buruk menurut kepentinganya masing masing, atau

    menipu dan berbohong dianggap perbuatan baik, atau setiap orang diberikan kebebasan untuk

    berkendaraan di sebelah kiri dan kanan sesuai keinginanya. Oleh karena itu nilai praktek dari

    etika atau kode etik diperlukan dalam masyarakat, organisasi, bahkan negara sekalipun agar

    semua kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib, lancar dan teratur.

    Saran saya :

    1. Sebaiknya segala sesuatu peraturan yang berkaitan dengan kode etik baik itu kode etik

    profesi , bisnis dan lain lain dibuat lebih rinci dan ketat lagi dalam mengatur setiap

    kegiatan dalam suatu perusahaan atau organisasi hal ini untuk mengantisipasi dari hal

    hal yang tidak diinginkan yang mungkin dapat terjadi yang berkaitan dengan pelanggaran

    kode etik dalam suatu komunitas atau perusahaan.

    2. Praktek penggunaan TI sebaiknya dapat dilakukan dengan lebih bertanggung jawab

    sesuai dengan kode etik yang berlaku agar supaya hal - hal yang berkaitan dengan

    penggunaan TI ini dapat dikembangkan lagi kearah yang lebih baik sesuai dengan kode

    etik yang berlaku dalam dunia TI.

  • 3. Banyaknya terjadi praktek - praktek kejahatan kode etik di dunia TI harus menjadi

    perhatian bagi semua orang agar supaya setiap individu dapat lebih waspada dan

    bertanggung jawab dalam mengelola data dan privasi setiap individu ataupun perusahaan

    dalam dunia TI sesuai dengan koridor kode etik yang berlaku pada suatu perusahaan atau

    komunitas.

    Referensi :

    http://batukuya91.blogspot.com/p/etika-pemanfaatan-teknoogi-informasi.html