10 (4-6).pdf
-
Upload
diajeng-gayatri -
Category
Documents
-
view
74 -
download
0
Transcript of 10 (4-6).pdf
-
Health System and Disaster
Daftar Isi:
Environmental Medicine
Audit Klinis
Legal Aspect in Medicine
Drug Management & Policy in Primary Health Care
Untuk cakul ke-4, sebenernya
masukkan week 1 aja gpp ya, lebih cepat diterbitkan lebih baik, yg belum ngumpul
ayooo segera nyusul, makasih
Health System and Disaster
Week 1
Tim HSC 2010
Environmental Medicine
Legal Aspect in Medicine
Drug Management & Policy in Primary Health Care
4, sebenernya week 2, tapi karena udah masuk email, langsung aku
masukkan week 1 aja gpp ya, lebih cepat diterbitkan lebih baik, yg belum ngumpul
ayooo segera nyusul, makasih
Health System and Disaster
4.2
Tim HSC 2010
1
3
6
Drug Management & Policy in Primary Health Care 8
week 2, tapi karena udah masuk email, langsung aku
masukkan week 1 aja gpp ya, lebih cepat diterbitkan lebih baik, yg belum ngumpul
-
Di jadwal judul lecturenya Environmental M
Global Health, tapi waktu lecture dosennya
menjelaskan tentang environmental medicine, dan di
slidenya Cuma ada bahasan tentang environmental
medicine, jadi yang aku bahas yang di slide sama
tambahan contoh-contoh dari
Pengalaman pertama nulis HSC
mencoba berkontribusi sebelum terlambat, jadi
kalau kurang lengkap atau ada salah
DEFINISI
Environmental medicine berfokus
penyebab dari suatu penyakit
lingkungan dan berfungsi sebagai
pencegahan dan pengobatan. Environmental medicine
berguna untuk meng-assess efek
lingkungan yang dapat berpengaruh
manusia. Keadaan lingkungan yang dimaksud
makanan, gaya hidup, bahan-bahan
udara di dalam dan di luar ruangan
mempertimbangkan adanya factor
pasien kita, karena setiap individual memiliki
paparan lingkungan yang unik dan
lain, dan paparan lingkungan
berpengaruh terhadap pengobatan.
Jenis-Jenis Faktor Lingkungan:
a. Biological Factors
Faktor-faktor yang berasal
seperti bakteri, virus, jamur, parasit, makanan,
animal dander (kulit mati
terkelupas), debu dan serbuk sari d
b. Chemical Factors
Hampir setiap hari kita
kimia ke dalam tubuh. Selain
bahan kimia di sekitar kita
solvents, produk dari petroleum, pestisida, logam
berat, asbestos, chlorine, sulfur dioxide, alkohol,
rokok, obat-obatan, dll.
Asbestos misalnya yang sering
sebagai bahan atap ternyata
penyakit Mesothelioma, suatu
menyerang sel-sel mesothelium.
Beberapa contoh bahan
yang bisa disebabkan
Bahan Kimia Disease
Plasticizers TMA Complex antigens
Dry Cleaning Fluids Cardiovascular
Solvents Panic disorder
Hydrocarbons Glomerulonephritis
Formaldehyde Fatigue, cancer
Pesticides Brain fog (loss
concentration, poor
memory, irritability,
depression)
1
Environmental MedicineProf. dr. Hari Kusnanto
Muthia Mukharoma
ironmental Medicine and
waktu lecture dosennya Cuma
tentang environmental medicine, dan di
tentang environmental
bahas yang di slide sama
dosennya aja yaa.
nulis HSC ni, hohoho, ingin
terlambat, jadi maaf ya
salah-salah.
Environmental medicine berfokus pada
penyakit dalam konteks
sebagai dasar untuk
. Environmental medicine
assess efek-efek dari factor
berpengaruh terhadap kesehatan
lingkungan yang dimaksud seperti
bahan kimia, air, serta
ruangan. Kita harus selalu
factor lingkungan dalam
setiap individual memiliki pola
dan berbeda satu sama
lingkungan ini akan sangat
pengobatan.
faktor yang berasal dari mahluk hidup
bakteri, virus, jamur, parasit, makanan,
mati dari hewan yang
serbuk sari dari tanaman.
kita memasukkan bahan
Selain itu ada banyak sekali
seperti formaldehyde,
dari petroleum, pestisida, logam
berat, asbestos, chlorine, sulfur dioxide, alkohol,
misalnya yang sering kita temui
ternyata bias menyebabkan
, suatu keganasan yang
sel mesothelium.
ahan kimia dan penyakit
Disease
Complex antigens
Cardiovascular
Panic disorder
Glomerulonephritis
Fatigue, cancer
Brain fog (loss
concentration, poor
memory, irritability,
depression)
c. Physical Factors
Contoh physical factors seperti
siklus cuaca, suara, ion positive dan
elektromagnetik, X
Suara
bias menimbulkan noise
Pembangkit
menyebarkan
seperti
terkenal
d. Psychosocial Fact
Hidup
stressor, mulai
pekerjaan, antar
Belum
kehilangan
kesehatan
FOOD TOXIN
Selain
makanan yang setiap
hati ada banyak
berbagai penyakit
bovine growth hormone
untuk meningkatkan produksi susu sapi ternyata bisa
menimbulkan kanker atau
bisa menimbulkan Minamata Disease yaitu penyakit
yang menimbulkan neurological deficit seperti ataxia,
hearing loss, penyempitan
paralisis. Berikut adalah beberapa racun yang ada di
makanan da
HEAVY METAL
Logam
buruk bagi tubuh
sangat banyak.
digunakan
mengekstrak
saraf.
Lalu
beracun, dalam
Environmental Medicine
Physical Factors
Contoh physical factors seperti panas, dingin,
cuaca, suara, ion positive dan negatif, radiasi
elektromagnetik, X-Rays, nuklir, dan gas radon.
Suara yang terlalu keras atau bising misalnya,
menimbulkan noise-induced hearing loss.
Pembangkit nuklir yang bermasalah bias
menyebarkan radiasi nuklir kelingkungan sekitarnya
kasus di Fukushima Jepang, atau yang
terkenal kejadian di Chernobyl tahun 80-an.
Psychosocial Factors
Hidup jaman sekarang sangat erat dengan
stressor, mulai dari stressor di lingkungan
pekerjaan, antar teman, antar keluarga, pacar, dll.
lagi tekanan ekonomi, kebangkrutan,
kehilangan pekerjaan, yang juga bisa memengaruhi
kesehatan seseorang.
FOOD TOXIN
Selain faktor-faktor di atas ada juga racun dari
makanan yang setiap hari kita makan, bila tidak berhati-
banyak sekali racun yang bias menimbulkan
penyakit dalam makanan. Seperti recombinant
bovine growth hormone yang digunakan peternak
untuk meningkatkan produksi susu sapi ternyata bisa
menimbulkan kanker atau merkuri yang ada di ikan
bisa menimbulkan Minamata Disease yaitu penyakit
yang menimbulkan neurological deficit seperti ataxia,
hearing loss, penyempitan lapang pandang, serta
paralisis. Berikut adalah beberapa racun yang ada di
makanan dan penyakit yang bisa ditimbulkan.
HEAVY METAL
Logam berat juga memiliki banyak pengaruh
tubuh bila kita terpapar dalam jumlah yang
banyak. Contohnya adalah merkuri yang banyak
penambang emas tradisional untuk
mengekstrak emas, padahal dapat merusak system
Lalu ada juga logam Arsen yang sangat
beracun, dalam kehidupan nyata, Arsen sudah
panas, dingin,
negatif, radiasi
misalnya,
induced hearing loss.
bias
sekitarnya
Jepang, atau yang
dengan
dari stressor di lingkungan
.
ekonomi, kebangkrutan,
memengaruhi
dari
-
menimbulkan
recombinant
yang digunakan peternak
untuk meningkatkan produksi susu sapi ternyata bisa
merkuri yang ada di ikan
bisa menimbulkan Minamata Disease yaitu penyakit
yang menimbulkan neurological deficit seperti ataxia,
lapang pandang, serta
paralisis. Berikut adalah beberapa racun yang ada di
pengaruh
jumlah yang
merkuri yang banyak
untuk
system
Arsen yang sangat
sudah
-
menimbulkan banyak korban
Munirdan Napoleon Bonaparte.
produksi ATP dan menghambat
Dehydrogenase yang berfungsi
pyruvate menjadi asetil-KoA, bila proses ini
maka dapat terjadi apoptosis sel
organ failure. Yang perlu diperhatikan
tidak berwarna, tidak berbau, dan
akan sangat mudah untuk
dan tidak terdeteksi. Arsen
campuran insektisida.
Berikut beberapa
negatif yang dapat ditimbulkannya
EVERYDAY EXPOSURE
Saat ini benda-benda yang ada di sekitar
banyak mengandung zat
kesehatan. Di kamar mandi
produk kecantikan, minyak
mandi dll. Lalu di ruangan
kimia penghambat api (flame retardant) yang ada di
thermos dan pakaian, dll. Lalu di d
bahan kimia dalam makanan, ada petroleum residues,
pestisida, dll.
2
korban aktivis HAM Indonesia,
Munirdan Napoleon Bonaparte. Arsen ini mengurangi
menghambat enzim Pyruvate
Dehydrogenase yang berfungsi membantu oksidasi dari
KoA, bila proses ini dihambat
terjadi apoptosis sel dan berujung pada
diperhatikan adalah, Arsen ini
berbau, dan tidak berasa, maka
untuk mengkontaminasi sesuatu
terdeteksi. Arsen biasanya digunakan sebagai
contoh logam berat dan efek
ditimbulkannya
benda yang ada di sekitar kita
zat-zat yang dapat merusak
mandi ada shampoo, pasta gigi,
kecantikan, minyak wangi, pembersih kamar
ada pelembut pakaian, bahan
api (flame retardant) yang ada di
pakaian, dll. Lalu di dapur ada berbagai
makanan, ada petroleum residues,
ratusan
berbagai
tidak
perokok
menghirup
bahan
yaa..
adalah
biasanya
namun
bebas
terhadap
termasuk di sel
ADAPTASI
sebenarnya
yaitu
hal yang disebut masking phenomenon dimana
gejala
Hal ini
substansi.
Byssnosis
suatu
debu
tekstil. Penyakit
wheezing,
byssinosis, yaitu
frekuensi
1 tubuh
Lalu ada rokok yang di dalamnya mengandung
ratusan bahan kimia berbahaya yang bias menimbulkan
berbagai penyakit, dan yang sedih justru orang yang
merokok tapi ada di lingkungan yang sama dengan
perokok memiliki resiko yang lebih besar
menghirup berbagai bahan kimia tadi. Untuk
bahan berbahaya yang ada di rokok bisa dilihat di slide
Selanjutnya ada radikal bebas, yang ternyata
adalah produk dari detoksifikasi fase 1 oleh
biasanya radikal bebas akan dinetralkan pada
namun bila ada ketidakseimbangan proses maka
bebas akan tetap ada dan bersifat sangat
terhadap sekitarnya yaitu mengikat elektron-elektron
termasuk di sel membran.
ADAPTASI
Dengan banyaknya paparan lingkungan
sebenarnya manusia memiliki suatu defence mechanism
adaptasi, namun adaptasi ini sering menimbulkan
hal yang disebut masking phenomenon dimana
gejala penyakit yang ditimbulkan ditoleransi oleh
Hal ini menyebabkan tubuh kehilangan efek dari
substansi. Contohnya pada penyakit Byssinosis.
Byssnosis atau sering disebut Monday fever adalah
suatu penyakit okupasional yang terjadi akibat paparan
dari kapas, biasanya dialami oleh pekerja
tekstil. Penyakit ini gejalanya sesak nafas, batuk,
wheezing, dan nyeri dada. Ada grading untuk penyakit
byssinosis, yaitu
Dari grading itu, dapat dilihat meningkatnya
frekuensi nyeri atau rasa sesak yang dialami. Pada grade
1 tubuh masih dapat mentoleransi sehingga
mengandung
menimbulkan
justru orang yang
dengan
untuk
bahan-
dilihat di slide
bebas, yang ternyata
hepar,
fase 2,
radikal
reaktif
elektron
lingkungan tadi,
defence mechanism
menimbulkan
hal yang disebut masking phenomenon dimana gejala-
oleh tubuh.
dari suatu
Byssinosis.
disebut Monday fever adalah
paparan
pekerja pabrik
nafas, batuk,
penyakit
meningkatnya
Pada grade
gejala
-
3
hanya timbul sesekali, namun pada grade yang lebih
tinggi toleransi tubuh mulai menurun sehingga gejala
yang muncul semakin sering.
Di akhir slide ada 3 contoh kasus penyakit yang
diakibatkan oleh paparan lingkungan.
1. Bayi 7 bulan yang awalnya sehat tiba-tiba 3 bulan
lalu menjadi batuk dan mengalami respiratory
distress, tidak ada perokok di rumah, tidak ada
riwayat asma, TB, atau alergi. Bayi kemudian diberi
pengobatan antihistamin dan antibiotic namun
tidak membaik, akhirnya bayi-pun dirawat di rumah
sakit. Di RS bayi diberi pengobatan dan akhirnya
gejalan membaik, namun saat bayi kembali ke
rumah gejala kembali timbul dalam 12 jam. Gejala
bayi juga berkurang jika dibawa ke rumah tetangga
yang memakai kompor minyak, ternyata di rumah
bayi masih memakai kompor kayu yang berasa.
Setelah diganti kompor minyak, gejala respiratory
distressnya menghilang.
2. Pensiunan 66 tahun yang tidak memiliki riwayat
penyakit jantung mengeluhkan sakit di bawah
sternum, 3 jam sebelum masuk rumah sakit beliau
bekerja di bengkel kayu yang tidak memiliki
ventilasi mengunakan kayu, cat, dan paint remover.
Dua minggu setelah keluar rumah sakit beliau
bekerja lagi di bengkel selama 3 jam dan mengalami
nyeri dada, dibawa ke rumah sakit karena MI, heart
failure, cardiogenic shock, dan dysrhytmia. Setelah
keluar rumah sakit 6 bulan kemudian bekerja lagi di
bengkel selama 2 jam, lalu mengalami nyeri dada
dan kemuadian meninggal. Paint remover tidak
bersifat cardiogenic namun metabolitnya yaitu
carbon monoksida bersifat kardiogenik
3. Anak 2 tahun mengalami Hb rendah, plumbernia,
dirawat di RS dan diberi pengobatan EDTA. Ayahnya
seorang pemotong kuningan, selalu pulang ke
rumah dengan banyak kuningan (mengandung
timbal 5-10%) menempel di badan, sebelum ganti
baju dia bermain dengan anaknya. Setelah dia
menghentikan kebiasaan itu dan mencuci mobil
serta semua pakaiannya dalam 6 bulan Hb anak
sudah normal. (Lead poisoning Penurunan
hemoglobin)
Audit Klinis Prof. dr. Adi Utarini
Hilma Tsurayya
Definisi Audit Klinis: Suatu pelaporan yang
sistematis dan terstruktur yang bertujuan untuk
memperbaiki pelayanan kesehatan kepada pasien,
dengan cara membandingkan apa yang sudah dilakukan
di lapangan dengan criteria dalam evidence based
medicine (EBM).
Langkah-langkah untuk audit klinis sudah
terangkum jelas dalam bagan berikut
Singkatnya, audit klinis terdiri dari 3 hal yakni
mencatat apa yang kita lakukan (dalam rekam medis),
mempelajari catatan tersebut, dan memperbaiki apa
yang salah atau apa yang kurang. Sebagai dokter, kita
harus tahu dan bias melakukan audit klinis ini, karena
audit klinis bias menjadi medium perlindungan hokum
bagi dokter. Seorang dokter selain harus paham betul
tentang basic science dan clinical science dari dunia
kedokteran, juga harus tahu bagaimana ilmu tentang
mutu pelayanan kesehatan (quality science).
Tim Audit Klinis terdiri dari: Komite Medik
(sebagai sub-commite pada audit klinis), tim ad- hoc
audit klinis (tim kerja / tim pelaksana, bias lintas
sektoral), dan asisten audit klinis (tim rekam medis)
LANGKAH-LANGKAH
1. Menentukan topic untuk audit klinis
Informasi untuk penetapan topic audit klinis
biasanya diambil dari adanya data rutin rumah
sakit, survey kepuasan pasien, observasi pemberian
pelayanan kesehatan, masukan dari stakeholders,
dan antusiasm dari kelompok tertentu.
Kriteria untuk menentukan topic audit klinis
antara lain: bias diperbaiki, ada consensus dari para
dokter, ada clinical guidelines yang jelas, dan topic
tersebut memiliki sifat 4 H (high risk, high cost, high
volume, dan high problem).
Setelah menentukan topiknya, komite audit
klinis harus menentukan latar belakang, tujuan dan
target dari audit klinis yang akan dilakukan.
Tujuannya yang jelas adalah memastikan dan
memperbaiki mutu, bukan hanya mengukur dan
memeriksa ulang. Perlu diingat bahwa audit klinis
bukanlah penelitian, sehingga tidak memerlukan
sample size tertentu.
-
4
Tujuan melakukan audit klinis secaras pesifik :
- Kesesuaian dengan guideline (appropriateness),
- Kesesuaian dengan waktu /time manner
(timeliness),
- Kesesuaian outcome dengan harapan
(effectiveness),
- Kepuasan pasien (acceptability)
- Cost effective (efficiency)
- Kesamarataan pelayanan kepada semua pasien
(equity)
2. Menentukan criteria dan standar
Kriteria adalah bukti yang menunjukkan bahwa
dokter telah melakukan pelayanan kepada pasien
secara optimal. Kriteria yang bias diaudit antara lain
diagnosis, treatment, intervensi, reaksipasien, dll.
Kriteria yang sulit untuk diaudit antara lain
kematian. Dalam pelayanan kesehatan, ada
komponen input, process, dan output. Dari ketiga
komponen tersebut yang paling sering diaudit
adalah proses, seperti misalnya diagnosis,
pengobatan, tindakan, dll. Sedangkan dua
komponen lain lebih jarang diaudit.
Dalam menentukan kriteria, kita harus SMART,
maksudnya: S (Specific), M (Measurable), A
(Agreed by consensus), R (Relevant), T
(Theoretically sound/ sesuai EBM dan clinical
guidelines).
Kriteria sendiri terdiri dari 3 hal, yaitu:
1. Standard, standar adalah sesuatu yang harus
ada (100%) dan sesuatu yang harus tidak ada
(0%). Standar digunakan untuk mengevaluasi
rekam medis, apakah kriterianya ada atau
tidak. Standar hukumnya wajib, namun boleh
tidak dipenuhi apabila ada EXCEPTION
2. Exception, Exception adalah kondisi klinis atau
kondisi lain yang membenarkan suatu standar
tidak bias ditemukan dalam medical record.
3. Instruction for data collector, Instruksi untuk
data collector berupa petunjuk pengumpulan
data, tentang informasi rekam medis yang
mana yang valid dan reliable untuk digunakan
sebagai data. Petunjuk ini harus mengandung
cara objektif dalam mengumpulkan data serta
istilah-istilah yang yang berhubungan.
3. Mengumpulkan data
Metode pengumpulan data untuk audit klinis
ada 2;
- Metode retrospektif berarti datanya berasal dari
data yang sudah dikumpulkan secara rutin dan
tersedia di bagian registrasi, atau bias dikatakan
catatan yang sudah ada, contohnya rekam medis.
- Metode prospektif berarti datanya baru akan
dicatat selama proses pelayanan. Metode
prospektif lebih mudah dan lebih valid.
Data bias dikumpulkan oleh asisten audit klinis
menggunakan instrument audit klinis. Data yang
sudah dikumpulkan lalu diberi kode audit.
- Code 1 untuk yang sesuai standar.
- Code 2 untuk yang tidak memenuhi standar
namun ada justifikasi exception.
- Code 3 untuk yang tidak memenuhi standar.
Setelah data terkumpul, kita menentukan
variable supaya kita bias mengetahui pattern dan
variasi yang ada. Sumber variable bias dari dokter,
perawat, ataupun karakteristik pasien.
Langkah selanjutnya adalah population and
sample size. Sebenarnya sample sizing itu perlu,
namun menurut prof uut tidak terlalu perlu, karena
kita bukan melakukan penelitian, melainkan clinical
audit. Tapi jika tujuan audit klinis untuk penelitian,
maka hal tersebut harus dilakukan.
4. Analisis Data
Analisis data untuk audit klinis dilakukan dengan
cara:
- Melakukan pemeriksaan kembali data yang sudah
dikumpulkan
- Identifikasi sampel, jika merupakan representasi
- Mengukur tingkat pemenuhan standar
- Mengukur pola kesalahan
- Mengidentifikasi penyebab kesalahan
menggunakan quality tools
Analisis data dilakukan dengan metode bone-
fish approach, yang mengadung berbagai aspek
yang bias mempengaruhi kualitas seperti sumber
daya manusia, peralatan, teknik pemeriksaan/
pengukuran, lingkungan, material, proses, dan hal-
hal lain yang lalu dirangkum dalam skema bone-fish
tadi.
5. Membuat rencana atau strategi perubahan
Suatu audit klinis tidak akan berarti jika tidak
ada perubahan yang dibuat untuk memperbaiki
kualitas pelayanan kesehatan. Menurut Langley
1996, perubahan yang dibuat bias dikategorikan
sebagai berikut: menghilangkan hal-hal yang tidak
perlu, memperbaiki alur kerja, mengoptimalkan
peralatan yang ada, mengubah suasana kerja,
meningkatkan hubungan produser dan customer,
mengatur waktu, mengatur variasi, mendesign
system untuk menghindari kesalahan, focus
terhadap produk atau jasa.
Tapi suatu perubahan tetap harus dikawal.
Agar rencana perubahan tersebut terlaksana
dengan baik, perlu untuk member batasan waktu
pelaksanaan, mempertegas siapa saja yang
bertanggung jawab, membentuk tim peninjau/
pengawas yang tentunya berkompeten di
bidangnya.
6. Re-audit
Melakukan audit kembali dalam topik yang
sama, untuk melihat apakah perubahan yang
direncanakan sudah terlaksana atau belum.
-
Berikut ini adalah urutan pelaksanaan
Langkah 1.
No Topics
Tinggi
1 SC +
2
Langkah 2.
No Kriteria
1 (Sesuai clinical guideline)
Misal : posisi bayi yang tidak
memungkinkan persalinan normal)
2
Langkah 3.
Masukkan data dari MR, lalu
3)
Langkah 4.
Langkah 5.
No Actions
1 Melakukan
pengawasan
manajeman persalinan
ibu (misalnya)
2
Thats all. Kalo ada kata misalnya pada
(ONGISNADE)
5
Berikut ini adalah urutan pelaksanaan clinical audit seperti di buku praktikum.
Risk Volume
Sedang Rendah TInggi Sedang
+
Standard Pengecualian
(Sesuai clinical guideline)
bayi yang tidak
persalinan normal)
100%
dikasih kode audit klinis seperti yang sudah
Tujuan Indikator Person in
Charge
Mengurangi
SC yang tidak
perlu
Berkurangnya
jumlah
pasien rawat
inap di
tanggal
cantik
(misalnya)
dr. AM
ada kata misalnya pada teks diatas, itu hanya contoh cara
clinical audit seperti di buku praktikum.
Cost Problem
Rendah
4 juta
(misalnya)
Salah
indikasi
(misalnya)
Pengecualian Petunjuk
pengumpulan data
MR. no. 2
dijelaskan di atas (code 1, code 2, atau code
Person in
Charge
Duration Cost
3 minggu 2 juta
(misalnya)
cara pengisian belaka yaa.
1, code 2, atau code
-
6
Legal Aspect in Medicine dr. Hendro Widagdo, Sp.F
ditulis kembali (sama banget dg slidenya) oleh Tika Vandasari
Slide dr. Hendro sebenernya udah cukup jelas sekali,
hehe, karena beliau menjelaskan yg di slide aja dan
slidenya juga Bahasa Indonesia yg mudah dipahami juga,
maaf banget kalo cakulnya ngeplek banget sama slide.
A. PENDAHULUAN
Ilmu kedokteran adalah ilmu yang paling mulia
dan hanya orang-orang yang sanggup menjunjung
kehormatan diri dan profesinya layak menjadi dokter
(hyppocrates). Praktik kedokteran mengombinasikan
sains dan seni. Seni kedokteran adalah penerapan
gabungan antara ilmu kedokteran, intuisi, serta
keputusan medis untuk menentukan diagnosis yang
tepat dan perencanaan perawatan untuk pasien.
Inti dari praktik kedokteran adalah hubungan
antara pasien dengan dokter. Pasien datang ke
dokter dengan tujuan untuk mencari solusi dari
masalah kesehatan yg ia derita dan ia akan memilih
dokter dengan pelayanan yg baik serta nyaman.
Terkadang pasien butuh pertolongan dokter tanpa
mengenal waktu dan idealnya dokter yang baik bisa
melayani pasien pada jam berapapun, sehingga
dokter nyaris bekerja sebagai pekerja sosial.
Dulu dunia kedokteran seakan tidak terjangkau
oleh hukum, susah divari kesalahannya, gak seperti
jaman sekarang. Para ahli hukum kemudian mulai
mengagaskan suatu aturan untuk mengawasi kerja
para dokter dan masyarakatpun mulai melek hukum,
sekarang banyak dokter yg jadi sasaran empuk para
ahli hukum, entah itu benar salah atau tidak, maka
dari itu kita perlu belajar kuliah ini supaya jadi dokter
yg melek hukum kedokteran.
B. PRAKTIK KEDOKTERAN
Praktik kedokteran merupakan inti dari
berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. Karena itu harus dilakukan oleh dokter
yang memiliki etik dan moral yang tinggi, serta
kompetensi yang secara terus menerus harus
ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan.
Praktik kedokteran (promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif) dilaksanakan sebagai suatu kesepakatan
berdasarkan hubungan kepercayaan antara dokter
dengan pasien. Kesepakatan yang dimaksud adalah
upaya maksimal pengabdian profesi kedokteran yang
harus dilakukan dokter dalam penyembuhan dan
pemulihan kesehatan pasien sesuai dengan standar
pelayanan, standar profesi, serta standar prosedur
operasional. Dalam praktek, seorang dokter harus:
Membangun relasi dengan pasien
Mengumpulkan data (riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik termasuk hasil laboratorium
atau penunjang medis)
Menganalisa data
Membuat rencana perawatan (tes yang harus
dijalani berikutnya, terapi, rujukan)
Merawat pasien
Memantau dan menilai jalannya perawatan dan
dapat mengubah perawatan bila diperlukan.
Dokter mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap:
Tuhan Yang Maha Esa
Manusia (pasien/masyarakat)
Diri (hati nuraninya)
Hukum
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan pasien. Bila dokter tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian
dalam penyakit tersebut.
Dokter harus memandang pasiennya sebagai
manusia seutuhnya yang selain mempunyai unsur
jasmani juga memiliki unsur spiritual, mental dan
sosial (Iingkungan), sehingga dapat membantu kita
dalam menemukan latar belakang kelainan
kesehatan pasien secara lebih tepat. Diagnosa yang
tepat akan mengarah pada pengobatan/tindakan
yang tepat pula.
Bila sudah timbul rasa percaya akan keahlian
dan kemampuan terhadap seorang dokter, maka
pasien dan atau keluarganya akan menerima apapun
hasil dari pengobatan dokter itu, bahkan bila usaha
tersebut menghasilkan kegagalan. (Kayak lecturenya
dr. Andre, kalo kita pasien udah puas dan nyaman,
dia bakal loyal)
C. ASPEK HUKUM PRAKTIK KEDOKTERAN
Dengan berkembangnya kesadaran masyarakat
akan kebutuhan tentang perlindungan hukum, dunia
kedokteran saat inipun menjadi objek hukum, karena
itu sudah selayaknya kita mengetahui aspek
medicolegal praktik kedokteran di Indoneisia.
Pengaturan praktik dokter di indonesia berdasarkan
undang-undang no. 29/2004 tentang praktik
kedokteran (UUPK).
Undang-Undang Praktik Kedokteran
Pengaturan penyelenggaraan praktik
kedokteran dilandaskan pada asas kenegaraan,
keilmuan, kemanfaatan, kemanusiaan dan
keadilan. Keberadaan UUPK bertujuan untuk:
1. Memberikan perlindungan kepada pasien,
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan medis yang diberikan oleh dokter,
3. Memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat maupun dokter.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diatur
pembentukan dua lembaga independen, yaitu:
1. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan
2. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI)
Masing-masing dengan fungsi, tugas dan
kewenangan yang berbeda.
-
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
Keberadaan KKI dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan
dan meningkatkan mutu pelayanan dokter.. Fungsi
KKI meliputi fungsi pengaturan, pengesahan,
penetapan, dan pembinaan.
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI)
Keberadaan MKDKI dimaksudkan u
menegakkan disiplin dokter dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran,
pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus
Surat Ijin Praktik Dokter
Setiap dokter yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin
praktik.
Dokter yang telah memiliki SIP dan
menyelenggarakan praktik perorangan wajib
memasang papan nama praktik
Papan nama harus memuat
nomor registrasi, sesuai dengan SIP
diberikan.
Semua yang dilakukan dokter
dalam sebuah rekam medis
dokumen yang berkedudukan dalam hukum.
Setiap dokter yang berprakt
mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran
berkelanjutan yang diselenggarakan oleh
organisasi profesi dan lembaga lain yang
diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka
7
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
Keberadaan KKI dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan
layanan dokter.. Fungsi
KKI meliputi fungsi pengaturan, pengesahan,
penetapan, dan pembinaan.
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Keberadaan MKDKI dimaksudkan untuk
menegakkan disiplin dokter dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran, menerima
pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus
pelanggaran disiplin dokter yang diajukan, serta
menyusun pedoman dan tata cara penanganan
kasus pelanggaran disiplin dokter.
Registrasi Dokter
Setiap dokter yang melakukan prakti
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda
registrasi (STR) dokter yang diterbitkan oleh KKI.
Dokter yang telah memiliki STR mempunyai
wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai
dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki
Begini alurnya:
Setiap dokter yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin
Dokter yang telah memiliki SIP dan
menyelenggarakan praktik perorangan wajib
papan nama praktik kedokteran.
Papan nama harus memuat nama dokter dan
nomor registrasi, sesuai dengan SIP yang
Semua yang dilakukan dokter harus tercatat
rekam medis, yang merupakan
dokumen yang berkedudukan dalam hukum.
Setiap dokter yang berpraktik wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran
berkelanjutan yang diselenggarakan oleh
organisasi profesi dan lembaga lain yang
diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka
penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran terk
IDI mewajibkan dokter yang berpraktik
mengumpulkan bukti kegiatan pengembangan diri
(Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan/ P2KB) minimal sebesar 250 skp
dalam 5 tahun.
Hak Dokter
- Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas
profesi dan standar prosedur operasional;
- Memperoleh panduan untuk memberikan
pelayanan medis menurut standar profesi dan
standar prosedur operasional;
- Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur
dari pasien atau keluarganya; dan
- Men
Kewajiban Dokter
- Memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
- Merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila
pemeriksaan atau pengobatan;
- Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia;
pelanggaran disiplin dokter yang diajukan, serta
enyusun pedoman dan tata cara penanganan
kasus pelanggaran disiplin dokter.
Registrasi Dokter
Setiap dokter yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda
registrasi (STR) dokter yang diterbitkan oleh KKI.
Dokter yang telah memiliki STR mempunyai
wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai
dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki.
Begini alurnya:
penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran terkini.
IDI mewajibkan dokter yang berpraktik
mengumpulkan bukti kegiatan pengembangan diri
(Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan/ P2KB) minimal sebesar 250 skp
dalam 5 tahun.
Hak Dokter
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
Memperoleh panduan untuk memberikan
pelayanan medis menurut standar profesi dan
standar prosedur operasional;
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur
dari pasien atau keluarganya; dan
Menerima imbalan jasa.
Kewajiban Dokter
Memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
Merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia;
pelanggaran disiplin dokter yang diajukan, serta
enyusun pedoman dan tata cara penanganan
k
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda
registrasi (STR) dokter yang diterbitkan oleh KKI.
Dokter yang telah memiliki STR mempunyai
wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai
.
Begini alurnya:
penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan
IDI mewajibkan dokter yang berpraktik
mengumpulkan bukti kegiatan pengembangan diri
(Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan/ P2KB) minimal sebesar 250 skp
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
sesuai dengan standar
Memperoleh panduan untuk memberikan
pelayanan medis menurut standar profesi dan
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur
Memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur
Merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
tidak mampu melakukan suatu
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
-
8
- Melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang bertugas dan mampu melakukannya;
dan
- Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran (P2KB).
Hak Pasien
- Mendapatkan penjelasan secara lengkap
tentang tindakan medis;
- Meminta pendapat dokter lain;
- Mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis;
- Menolak tindakan medis; dan
- Mendapatkan isi rekam medis (isinya aja, kalo
berkasnya tetep milik dokter)
Kewajiban Pasien
- Memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya;
- Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter;
- Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
pelayanan kesehatan; dan
- Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima.
D. KETENTUAN PIDANA UU RI NO 29 TAHUN 2004
Pengaturan praktik kedokteran bertujuan
untuk: memberikan perlindungan kepada pasien;
mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan
dokter gigi; dan memberikan kepastian hukum
kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi. Sehingga
untuk mencapai hal di atas, dokter hanya diijinkan
praktik di 3 tempat. Jadi nanti kita terima 3 STR
untuk ngurus SIPnya.
Setiap dokter yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat
tanda registrasi dipidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun atau denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Dokter dapat dipidana kurungan paling lama
1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp.50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah), bila:
dengan sengaja tidak memasang papan nama;
dengan sengaja tidak membuat rekam medis;
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban.
TAPI Berdasarkan putusan Mahkamah
Konstitusi No.4/PUU-V/2007 ketentuan pidana
tersebut dipandang bertentangan dengan UUD 45
sehingga tidak berkekuatan hukum mengikat lagi
(dekriminalisasi), maksudnya ancaman pidana
perbuatan yang semula tindak pidana menjadi
tindakan biasa.
E. KELALAIAN MEDIS, yg mau baca lebih lengkap, buka
http://kelalaianmedik.webs.com/unsurkelalaian.htm
Kelalaian medis adalah salah satu bentuk dari
malpraktek medis yang paling sering terjadi. Unsur-
unsur kelalaian medis:
1. DUTY. Kewajiban tenaga medis untuk
melakukan sesuatu tindakan medis atau untuk
tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu
terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi yang tertentu.
2. DERELICTION OF THE DUTY. Penyimpangan
kewajiban tersebut.
3. DAMAGE. Kerugian akibat dari layanan
kesehatan / kedokteran.
4. DIRECT CAUSAL RELATIONSHIP. Hubungan
sebab akibat yang nyata.
Gugatan ganti rugi akibat suatu kelalaian medik
harus membuktikan adanya ke-empat unsur di atas,
dan apabila salah satu saja diantaranya tidak dapat
dibuktikan maka gugatan tersebut dapat dinilai
tidak cukup bukti. Dasar hukum kelalaian medis:
1. KUH Perdata: pasal 1365-1367, pasal 1370-
1372 (denda)
2. UU Kesehatan No.23/1992: pasal 55 (denda)
3. KUH Pidana: pasal 359-361 (penjara)
Drug Management & Policy in Primary Health Care Dosen: Dr. Dra. Erna Kristin, M. Si., Apt.
Oleh: Michael Kevin R. S.
Sebelumnya mohon maaf, aku nggak tau kalo lecturenya dimajukan ke hari Senin. Jadi mungkin yang aku tulis ini agak
berbeda dengan alur pikiran dosen dan yang disampaikan dosennya. Tapi aku akan berusaha sebaik mungkin
menjelaskan bagaimana manajemen & peraturan obat di Puskesmas.
I. PREFACE
Puskesmas (Primary Helath Care) merupakan
komponen penting dalam sistem pelayanan
kesehatan. Puskesmas menjadi barisan terdepan
dalam tingkatan fasilitas kesehatan, dan (idealnya)
menjadi tempat pertama yang dikunjungi
masyarakat bila sedang membutuhkan pelayanan
kesehatan.
Karena perannya yang penting, pemerintah
berupaya sebaik mungkin menjaga agar pelayanan
Puskesmas tetap berkualitas dan terjangkau bagi
seluruh masyarakat Indonesia (baik lokasi maupun
biaya). Di Puskesmas, masyarakat dapat menerima
pelayanan kesehatan dengan biaya yang tidak
banyak, hanya dengan membayar biaya retribusi
untuk pemeriksaan dan pengobatan juga.
Oleh sebab itu, dibutuhkan manajemen dan
peraturan obat di Puskesmas agar obat tersedia
dalam jenis & jumlah yang cukup, tersedia setiap
saat, terjamin mutunya, serta harganya terjangkau.
-
II. SIKLUS LOGISTIK (KETERSEDIAAN) OBAT
Berikut adalah siklus manajemen logistik obat:
A. Selection
Seleksi yaitu pemilihan obat beserta bentuk
sediaannya dan penetapan jumlah setiap jenis
obat. Hal-hal yang mendasari seleksi obat yaitu:
1. DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional)
2. Penyakit yang paling sering dijumpai. Di
Puskesmas terdapat SP2TP yaitu Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas. Di dalamnya terdapat salah satu
form yaitu LB1 (Laporan Bulanan 1) yang
berisi Data Kesakitan (daftar penyakit yang
ditemui selama 1 bulan). LB1 ini dapat dipakai
sebagai dasar seleksi obat.
3. Hasil penelitian dan literatur yang terbaru
tentang obat-obatan (efektivitas, resiko efek
samping, etc.)
4. LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat). Dari LPLPO akan terlihat
obat yang sering dibutuhkan dan yang jarang
digunakan.
Masalah yang dapat ditemui pada proses seleksi:
1. Jenis obat terlalu banyak
2. Bentuk sediaan yang mahal
3. Bukan obat essensial
4. Jumlah obat (kuantitas) terlalu banyak
B. Procurement (Pengadaan)
Procurement (pengadaan) yaitu
pembelian obat terseleksi dari supplier
Puskesmas akan mengirimkan LPLPO ke Dinas
Kesehatan setempat, yang kemudian akan
dikompilasi menjadi data kebutuhan obat
Kota/Kabupaten. Data ini akan dipakai untuk
merencanakan pengadaan obat. Dalam
pengadaan, juga dipertimbangkan besar dana
(dari APBN, APBD, dan program jaminan
kesehatan).
Dari proses pengadaan, akan terpilih
supplier dan dibuat kontrak kerja. Dinkes akan
memberikan dana pada supplier dan supplier
akan mengirimkan obat-obat yang diminta
kontrak pengadaan. Obat dikirimkan ke GFK
(Gudang Farmasi Kota/Kabupaten) dan GFK juga
akan memeriksa kualitas obat (kondisi & tanggal
kadaluwarsa) serta apakah jenis dan jumlahnya
tercukupi/sesuai kontrak.
Selection
Distribution
Use
9
(KETERSEDIAAN) OBAT
Berikut adalah siklus manajemen logistik obat:
pemilihan obat beserta bentuk
sediaannya dan penetapan jumlah setiap jenis
hal yang mendasari seleksi obat yaitu:
DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional)
Penyakit yang paling sering dijumpai. Di
Puskesmas terdapat SP2TP yaitu Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas. Di dalamnya terdapat salah satu
form yaitu LB1 (Laporan Bulanan 1) yang
berisi Data Kesakitan (daftar penyakit yang
bulan). LB1 ini dapat dipakai
sebagai dasar seleksi obat.
Hasil penelitian dan literatur yang terbaru
obatan (efektivitas, resiko efek
LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat). Dari LPLPO akan terlihat
ng dibutuhkan dan yang jarang
Masalah yang dapat ditemui pada proses seleksi:
Jenis obat terlalu banyak
Bentuk sediaan yang mahal
Jumlah obat (kuantitas) terlalu banyak
Procurement (Pengadaan)
Procurement (pengadaan) yaitu proses
pembelian obat terseleksi dari supplier. Tiap
Puskesmas akan mengirimkan LPLPO ke Dinas
Kesehatan setempat, yang kemudian akan
dikompilasi menjadi data kebutuhan obat
Kota/Kabupaten. Data ini akan dipakai untuk
merencanakan pengadaan obat. Dalam
gadaan, juga dipertimbangkan besar dana
(dari APBN, APBD, dan program jaminan
Dari proses pengadaan, akan terpilih
supplier dan dibuat kontrak kerja. Dinkes akan
memberikan dana pada supplier dan supplier
obat yang diminta dalam
kontrak pengadaan. Obat dikirimkan ke GFK
(Gudang Farmasi Kota/Kabupaten) dan GFK juga
akan memeriksa kualitas obat (kondisi & tanggal
kadaluwarsa) serta apakah jenis dan jumlahnya
C. Distribution
Distribusi yaitu
GFK ke Puskesmas
Kebutuhan obat tiap Puskesmas tercatat pada
LPLPO masing
biasanya juga terdapat gudang farmasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat distribusi
obat:
1. Informas
yang ada di GFK
2. Penyimpanan obat di GFK untuk menjaga
kualitasnya
3. Transportasi dari GFK ke Puskesmas
4. Stock : data tentang jumlah obat yang masuk
& keluar, tanggal kadaluwarsa, supplier, etc.
Sistem pendistribusian obat d
menggunakan sistem FIFO (First In First Out),
yaitu obat yang datang pertama akan
didistribusikan terlebih dahulu dan sisem FEFO
(First Expired First Out), yaitu obat yang
mendekati expired date akan didistribusikan
terlebih dahulu.
D. Use
Penggunaan/pe
meliputi:
1. Packaging and Labeling
Packaging yaitu pengemasan obat sesuai
dengan bentuk sediaannya (eg: botol untuk
sirup, etc.) dan penyimpanan obat agar
kualitasnya terjaga (suhu kamar, tidak
terpapar cahaya matahari, kelembaban,
Labeling yaitu pemberian informasi pada
obat, meliputi:
a.
b.
Selection
Procurement (Pengadaan)
Distribution
Data Kebutuhan Kota/Kabupaten
Distribution
Distribusi yaitu proses pengiriman obat dari
GFK ke Puskesmas sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan obat tiap Puskesmas tercatat pada
LPLPO masing-masing Puskesmas. Di Puskesmas
biasanya juga terdapat gudang farmasi.
hal yang perlu diperhatikan saat distribusi
obat:
Informasi : catatan/data tentang jenis obat
yang ada di GFK
Penyimpanan obat di GFK untuk menjaga
kualitasnya
Transportasi dari GFK ke Puskesmas
Stock : data tentang jumlah obat yang masuk
& keluar, tanggal kadaluwarsa, supplier, etc.
Sistem pendistribusian obat di GFK
menggunakan sistem FIFO (First In First Out),
yaitu obat yang datang pertama akan
didistribusikan terlebih dahulu dan sisem FEFO
(First Expired First Out), yaitu obat yang
mendekati expired date akan didistribusikan
terlebih dahulu.
Penggunaan/pemakaian obat di Puskesmas
meliputi:
Packaging and Labeling
Packaging yaitu pengemasan obat sesuai
dengan bentuk sediaannya (eg: botol untuk
sirup, etc.) dan penyimpanan obat agar
kualitasnya terjaga (suhu kamar, tidak
terpapar cahaya matahari, kelembaban, etc.)
Labeling yaitu pemberian informasi pada
obat, meliputi:
a. Nama obat
b. Kekuatan
Pengadaan
Data Kebutuhan Kota/Kabupaten
Dinas Kesehatan Daerah
LPLPO
Puskesmas
Gudang Farmasi Kota/Kabupaten
Pengiriman obat
Pembayaran obat
Terpilih supplier
Pengadaan
pengiriman obat dari
sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan obat tiap Puskesmas tercatat pada
masing Puskesmas. Di Puskesmas
hal yang perlu diperhatikan saat distribusi
i : catatan/data tentang jenis obat
Penyimpanan obat di GFK untuk menjaga
Stock : data tentang jumlah obat yang masuk
i GFK
menggunakan sistem FIFO (First In First Out),
yaitu obat yang datang pertama akan
didistribusikan terlebih dahulu dan sisem FEFO
(First Expired First Out), yaitu obat yang
mendekati expired date akan didistribusikan
makaian obat di Puskesmas
Packaging yaitu pengemasan obat sesuai
dengan bentuk sediaannya (eg: botol untuk
sirup, etc.) dan penyimpanan obat agar
kualitasnya terjaga (suhu kamar, tidak
Labeling yaitu pemberian informasi pada
-
10
c. Jumlah obat (berapa tablet / berapa ml
per botol)
d. Cara penggunaan obat
e. Peringatan (kontraindikasi, efek samping,
etc.)
f. Nama pasien
g. Nama fasilitas kesehatan (Puskesmas)
h. Tanggal pemberian obat (dispensing)
2. Dispensing
Dispensing yaitu pemberian obat kepada
pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Obat diberikan pada pasien yang tepat
b. Dosis, jumlah, dan cara pemakaian sesuai
c. Pelabelan informasi/labelling yang tepat
d. Instruksi pada pasien secara verbal dan
tertulis
3. Peresepan
Peresepan harus sesuai dengan
indikasi/diagnosis penyakit pasien.
4. Pemakaian obat oleh pasien
Sesuai dengan instruksi dan label obat
Masalah yang dapat ditemui pada penggunaan
obat:
1. Overuse
2. Underuse
3. Misuse (penggunaan tidak tepat/tidak sesuai
diagnosis dan kondisi pasien)
Masalah di atas dapat menimbulkan masalah
lain, seperti inefisiensi obat, medical error, etc.
III. STRATEGI MANAJEMEN OBAT
Ada beberapa cara/strategi dalam manajemen obat:
A. Seleksi obat
Dalam proses seleksi obat, kita dapat
berdasar pada diagnosis penyakit yang sering
ditemui di masyarakat. Selain itu obat-obat yang
diseleksi juga disesuaikan dengan jenis
pelayanan. Juga lebih diutamakan obat yang
generik dengan sediaan yang sederhana.
Dengan proses seleksi yang baik, obat yang
diseleksi sesuai kebutuhan dan dapat menekan
biaya pengeluaran. Sehingga, tersedia dana yang
cukup untuk menjamin ketersediaan obat (baik
jenis maupun jumlah).
B. Penerapan pedoman pengobatan
Contoh dari strategi ini yaitu Pedoman
Pengobatan Dasar di Puskesmas yang
dikeluarkan oleh Depkes RI pada tahun 2007
(bisa dicari di internet). Pedoman ini berisi daftar
diagnosis penyakit, kompetensi dokter umum,
nomor laporan penyakit, ICD 10, definisi,
penyebab, gambaran klinis, cara diagnosis,
hingga penatalaksanaan.
Manfaat Pedoman Pengobatan:
1. Mutu pelayanan kesehatan terjamin (karena
berfungsi sebagai guideline/SOP)
2. Standar profesi kedokteran (SOP)
3. Pengamanan hukum (hubungannya juga
sebagai SOP)
4. Kebijakan dan manajemen obat
Dengan pedoman pengobatan ini, diharapkan
diagnosis penyakit pasien menjadi lebih tepat
dan penatalaksanaannya juga menjadi lebih
tepat. Sehingga penggunaan obat efektif dan
efisien, yang kemudian dapat
mengoptimalkan pembiayaan pengobatan.
5. Logistik
Dengan penggunaan obat yang efektif dan
efisien, tersedia dana yang cukup sehingga
ketersediaan obat terjamin.
C. Penggunaan obat yang rasional
Penggunaan obat yang rasional yaitu tepat pada:
1. Diagnosis
2. Indikasi
3. Pemilihan obat
4. Dosis, cara, dan lama pemberian
5. Kondisi pasien
6. Informasi
7. Tindak lanjut
D. Seleksi supplier dan tender
Strategi ini difokuskan pada proses procurement
(pengadaan), antara lain meliputi:
1. Cakupan jasa supplier
2. Standar performa & kualitas jasa supplier
3. Manajemen kontrak kerja dengan supplier
4. Staffing & staff qualification pada supplier
5. Property rights over equipment (?)
6. Peraturan pembayaran ke supplier (block
contracts, percentage of turnover contracts,
costs per quantity, etc.)
E. Efektivitas dan efisiensi
Berikut beberapa arti istilah:
- Efektivitas : menyediakan obat sesuai
kebutuhan
- Efisiensi : efektif dengan biaya
minimal/murah
- Cost reduction : efisien tanpa mempengaruhi
efektivitas
Beberapa teknik manajemen untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan dana dalam perencanaan kebutuhan
obat:
1. Sistem VEN
Sistem VEN dilakukan dengan
mengelompokkan obat pada dampak tiap
jenis obat pada kesehatan.
a. Grup V (very essential) :
obatvital/berpotensi menyelamatkan jiwa.
b. Grup E (essential) : obat yang
diperlukan/bermanfaat untuk sebagian
besar penyakit
c. Grup N (non-essential) : obat untuk
penyakit self-limited/ringan dan obat yang
manfaat klinisnya kurang sebanding
dengan harganya
Contohnya bisa dilihat di slide. Dengan sistem
ini, kita dapat mengetahui prioritas
kebutuhan obat.
-
11
2. Sistem ABC
Sistem ABC dilakukan dengan
mengelompokkan obat berdasarkan
kebutuhan dananya.
a. Kelas A : Grup obat yang membutuhkan
biaya 70-80% dari jumlah dana.
b. KelasB : Grup obat yang membutuhkan
biaya 25-70% dari jumlah dana.
c. Kelas C : Grup obat yang membutuhkan
biaya 5-25% dari jumlah dana.
Dari sistem ini, dapat diketahui kelas obat
yang investasi/kebutuhan dananya lebih
besar (kelas A), sehingga dapat
mempengaruhi kebijakan tentang kuantitas
dan waktu pemesanan obat, serta pengadaan
dan pemilihan supplier.
F. Advokasi
Advokasi yaitu bantuan atau sokongan
dalam bentuk strategi manajemen obat. Bisa
datang dari Kadinkes, DPRD, Bapeda (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah), atau
komponen pemerintah yang lain.
IV. KESIMPULAN
- Manajemen dan kebijakan tentang obat di
Puskesmas sangat penting
- Terdapat siklus logistik obat agar proses
penyediaan obat di Puskesmas berjalan lancar
dan teratur
- Terdapat berbagai strategi manajemen obat di
Puskesmas, beberapa di antaranya dapat kita
lakukan ketika bekerja sebagai dokter, yaitu
dalam peresepan obat yang sesuai dengan
pedoman/SOP/diagnosis penyakit pasien.
Mungkin segitu aja yang bisa aku kasih. Kalau ada
pertanyaan, kritik, dan saran bisa email ke