Soft p3 Siap Accd
-
Upload
himawan-pradipta -
Category
Documents
-
view
232 -
download
3
description
Transcript of Soft p3 Siap Accd
BABIV
PERCOBAAN 3
FREQUENCY MODULATION
4.1 KompetensiSetelah menyelesaikan Praktikum 3 FM, Mahasiswa mampu:
1. Membangkitkan Sinyal FM
2. Mendeteksi Sinyal FM
4.2 Dasar Teori 4.2.1 Modulasi Frekuensi
Modulasi frekuensi adalah suatu bentuk modulasi dimana frekuensi sinyal
pembawa divariasikan secara proposional berdasarkan amplitudo sinyal input.
Amplitudo sinyal pembawa tetap konstan. Selain itu Frequensi gelombangnya
adalah lurus dan tidak berubah-ubah tergantung pada dimana antenenya
menghadap dan akan terpengaruh oleh adanya hambatan semacam
bangunan,gunung dll. Jangkauannya pendek dan frequensi audio yg diikutkan
padanya tdk mengalami perubahan sehingga sampai pd penerima suaranya akan
tetap sama. Sehingga sangat baik untuk meneruskan sinyal audio tanpa perubahan
sampai pada pendengarnya
4.2.2 Pembangkitan Sinyal FMCara yang paling banyak digunakan untuk membangkitkan FM disebut
FM. Metode ini menggunakan perangkat aktif yang dapat diatur untuk
mengimplementasikan fungsi tegangan ke frekuensi (V/F).Salah satu perangkat
yang digunakan adalah dioda varaktor.Lebih jauh lagi, kapasitansi dari varaktor
dioda bervariasi tergantung pada tegangan prasikap mundur yang diberikan naik
atau turun.Digunakan dengan rangkaian penala, diode varaktor dapat mengubah
tegangan sinyal input ke oscillator yang menghasilkan berbagai macam frekuensi
keluar. Sistem ini sering disebut frequency modulated oscillator, atau FMO. Lihat
gambar 4.1.
Gambar 4.1 Diagram Pembangkitan Sinyal FM
4.2.2.1 Osilator Clapp
Osilator Clapp adalah salah satu dari beberapa jenis osilator
elektronikdibangun dari transistor (atau tabung vakum ) dan umpan balik positif
jaringan, dengan menggunakan kombinasi dari induktansi (L) dengan kapasitor
(C) untuk penentuan frekuensi, demikian juga disebut osilator LC. Osilator Clapp
tersusun dari tiga buah kapasitor dan satu buah induktor. Konfigurasi osilator
clapp sama dengan osilator colpits namun ada penambahan kapasitor yang
disusun seri dengan induktor(L).
Gambar 4.2 Rangkaian Osilator Clapp
Mengacu pada sirkuit dalam gambar, jaringan terdiri dari induktor tunggal
dan tiga kapasitor.Kapasitor C1 dan C2 membentuk suatu pembagi tegangan yang
menentukan jumlah tegangan umpan balik diterapkan pada masukan
transistor.Osilator Clapp adalah osilator Colpitts yang memiliki kapasitor
tambahan ditempatkan secara seri dengan induktor.
Osilator ini diciptakan oleh James Kilton Clapp pada tahun 1948. Menurut
Vackár, osilator dari jenis ini dikembangkan sendiri oleh beberapa penemu, dan
satu dikembangkan oleh Gouriet telah beroperasi di BBC sejak tahun
1938. Osilator Clapp memiliki kestabilan frekuensi yang luar biasa.Ini adalah
variasi sederhana dari osilator Colpitts. Tangki kapasitansi total adalah kombinasi
seri C 1 dan C 2. Inductance efektif L tangki bervariasi dengan mengubah
reaktansi bersih dengan menambahkan dan mengurangkan reaktansi kapasitif
melalui CT dari reaktansi induktif LT C. Biasanya 1 dan C 2 yang jauh lebih besar
dari CT, sedangkan LT dan CT adalah seri resonansi pada frekuensi yang
dikehendaki dari operasi 1. C dan C 2 menentukan rasio umpan balik, dan mereka
begitu besar dibandingkan dengan penyesuaian CT CT yang hampir tidak
berpengaruh pada osilator back.The Clapp pakan mencapai reputasi untuk
stabilitas sejak kapasitansi stray yang dibanjiri oleh C 1 dan C 2 yang berarti
bahwa frekuensi hampir sepenuhnya ditentukan oleh LT dan CT.
4.2.2.2 Dioda Varaktor
Dioda Varactor disebut juga sebagai dioda kapasitas yang sifatnya
mempunyai kapasitas yang berubah-ubah jika diberikan tegangan. Dioda ini
bekerja didaerah reverse mirip dioda Zener. Bahan dasar pembuatan dioda
varactor ini adalah silikon dimana dioda ini sifat kapasitansinya tergantung pada
tegangan yang diberikan padanya. Jika tegangan tegangannya semakin naik,
kapasitasnya akan turun.
Gambar 4.3 Simbol Dioda Varaktor
Pada dasarnya dioda varactor termasuk dioda khusus yang banyak
digunakan dalam aplikasi frekuensi tinggi seperti radio atau pesawat televisi dan
pengendalian motor listrik. Prinsip kerja dioda varactor adalah jenis dioda yang
dilengkapi dengan komponen kapasitor sehingga kapasitor tersebut akan dimuati
arus apabila ada arus yang mengalir melalui dioda tersebut
Kelebihan dari dioda ini adalah mampu menghasilkan nilai kapasitansi
tertentu sesuai dengan besar tegangan yang diberikan kepadanya.Dengan dioda ini
maka sistem penalaan digital pada sistem transmisi frekuensi tinggi mengalami
kemajuan pesat, seperti pada radio dan televisi.Contoh sistem penalaan dengan
dioda ini adalah dengan sistem PLL (Phase lock loop), yaitu mengoreksi oscilator
dengan membaca penyimpangan frekuensinya untuk kemudian diolah menjadi
tegangan koreksi untuk oscilator.
4.2.3 Memperbaiki Linieritas Modulasi FM
Linearitas dan effisiensi adalah hal yang bertolak belakang. Dengan
lineritas penguat yang tinggi akan didapatkan effisiensi yang rendah. Dan dengan
lineritas penguat yang rendah akan didapatkan effisiensi yang tinggi.
Pada pemancar FM, linieritas dari sinyal tidak begitu berpengaruh karena
informasi dari sinyal FM ada frekuensinya. Lain dengan pemancar AM yang
memerlukan linieritas sinyal yang tinggi karena informasi dari sinyal AM terletak
pada amplitudonya.
Untuk pemancar FM penguat transistor yang dibias sebagai kelas C bisa
menjadi pilihan. Pada penguat kelas C, transistor tidak dibias sama sekali
sehingga transistor akan menghantar hanya pada saat ada separuh gelombang
positif pada basisnya (transistor NPN). Walaupun demikian keluaran penguat
kelas C masih dapat menghasilkan gelombang sinus yang utuh karena adanya
indukor pada kolektor akan menghasilkan setengah gelombang.
4.2.4 Automatic Gain Control (AGC)
Automatic Gain Control (AGC) merupakan suatu rangkaian yang mampu
mengatur penguatan pada suatu sistem dan mengontrolnya secara automatis.
Ratarata level sinyal keluaran merupakan feedback untuk mengatur gain agar
sesuai dengan range level sinyal masukan. Automatic Gain Control secara efektif
menurunkan level daya bila sinyal terlalu kuat dan menaikkannya bila sinyal yang
diterima terlalu rendah. Automatic Gain Control diperlukan setelah sinyal
diproses pada downconverter sehingga range sinyal dapat diproses pada
Intermediate Frekuensi (IF).
AGC berfungsi untuk membatasi besar daya yang tertangkap agar tidak
terjadi kelebihan beban & distorsi karena penguat biasanya dirancang untuk
mendeteksi sinyal terlemah dan mempunyai linearitas terbatas. AGC juga dapat
digunakan sebelum ADC pada DSP untuk efisiensi bit.
4.2.5. Pendeteksian Sinyal FM
Umumnya, penerima gelombang Fm modern menggunakan subsistem
phase-locked loop (PLL) sebagai pendeteksi.PLL tidak sensitive terhadap variasi
amplitudo dan dapat melakukan fungsi F/V, karena itu dapat digunakan sebagai
pendeteksi FM. Pada penerima FM stereo juga harus terdapat rangkaian
demultiplexing. Pendeteksi PLL dapat dilihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4 Diagram Pendeteksian Sinyal FM
Cara kerja pendeteksi PLL adalah sebagai berikut: Voltage Controlled
Oscillator (VCO) bekerja bebas pada intermediate frequency (IF) 10,7 MHz.
Sinyal yang masuk, jika tidak termodulasi, terkunci dengan sinyal VCO,
menyebabkan tidak ada sinyal dari tahapan LPF yang keluar.
Sekarang, asumsikan bahwa sinyal yang masuk telah termodulasi dengan
nada suara tunggal. Pendeteksi fasa (phase detector) akan menampilkan tegangan
error pada VOC dengan maksud untuk mengatur agar VOC terkunci terhadap
sinyal yang masuk. Karena frekuensi sinyal yang masuk melakukan simpangan
diatas atau dibawah intermediate frequency 10.7 MHz dengan jumlah simpangan
tertentu per detik, VCO akan melakukan hal yang sama, mengikuti variasi
frekuensi sinyal masukan. Tegangan error (error voltage) dari LPF, yang
menggerakan VCO, akan identik dengan sinyal pemodulasi, yang kemudian
digunakan sebagai sinyal keluaran (gelombang suara/informasi).
4.2.5.1 Phase Locked Loop (PLL)
PLL detector merupakan detektor dengan sistem umpan balik yang
memberikan tegangan kesalahan yang sebanding dengan beda fasa antara sinyal
masuk dan sinyal yang dihasilkan oleh VCO. Tegangan kesalahan disaring dan
diberikan ke VCO sehingga VCO bekerja pada frekuensi sinyal.Kalau frekuenssi
naik, tegangan kesalahan naik dan meninggikan VCO. Begitu pula sebaliknya,
VCO mengendalikan tegangan sehingga mengikuti modulasi frekuensi dari sinyal
masuk dan jika controlled voltage masuk dari serpih PLL, maka PLL berperan
sebagai detector FM.
Gambar 4.5 Diskriminator PLL
PLL kependekan dari ‘Phase-Locked Loop’ pada dasarnya adalah sebuah
system control frekuensi yang memanfaatkan sensitivitas deteksi fasa antara
sinyal input dan output dari sebuah rangkaian osilasi yang terkontrol.
Rangkaian PLL yang paling sederhana yaitu terdiri dari sebuah VCO
(Voltage Control Oscillator), detector fasa (Phase detector), dan crystal oscillator.
Sebuah frekuensi f1 yang dihasilkan oleh crystal oscillator kemudian diumpankan
ke rangkaian phase detector untuk dibandingkan dengan frekuensi f2 dari VCO.
Phase detector akan membandingkan frekuensi f1 dan f2, pada kondisi awal f1 ≠
f2 karena frekuensi dari VCO = 0 Hz.
Karena ada perbedaan frekuensi antara f1 dan f2, maka rangkaian phase
detector akan menghasilkan tegangan Vdc yang mencatu VCO. Tegangan Vdc ini
menyebabkan rangkaian VCO berosilasi dan menghasilkan sebuah frekuensi f2.
Rangkaian VCO akan terus berosilasi menghasilkan frekuensi f2 sampai f2 = f1.
Ketika f2 = f1, maka tegangan Vdc keluaran rangkaian phase detector = 0 dan ini
menyebabkan rangkaian VCO berhenti berosilasi (Locked) saat frekuensi dan fasa
dari kedua sinyal sama, maka rangkaian ini disebut dengan Phase-Locked Loop.
Karakteristik PLL :
1. Kebal terhadap noise meski sinyal masukan lemah dan daerah yang
masuk PLL terkunci pada masukan IF
2. Lebar jalur ditetapkan oleh tapis LPF (dengan mengubah RC)
3. Mempunyai dua keluaran yaitu VCD dan dari penguat
Kegunaan PLL :
1. Detector dalam penerima AM
2. Dalam menerima sinyal TV untuk mengsinkronkan ayunan horisontal
dan ayunan vertikal
3. Penala stereo FM
4. Synthesizer frekuensi
5. Signal Tracking satelit
Ketika sebuah modulator terkena frekuensi yang berosilasi pada frekuensi
IF tengah, bila tidak ada sinyal yang diterima atau bila modulasi pembawa yang
diterima = 0 maka keluaran osilator memiliki frekuensi yang sama seperti IF yang
diterima dan rangkaian pembanding fasa mengahasilkan suatu sinyal nol. Jika
frekuensi sinyal yang diterima berubah-ubah sesuai sinyal pemodulasi, nilai
tegangan pada masukan VCD akan berubah-ubah disekitar nilai bias seirama
dengan sinyal modulasi.
4.2.5.2 Quadrature Detector
Pada quadrature detector, sinyal FM yang diterima dibagi menjadi dua
sinyal.Salah satu nya diteruskan melalui High-reactance capacitor yang
menggeser fasa sinyal 90 derajat. Sinyal yang tergeser fasa ini kemudian
diteruskan ke sebuah rangkaian LC, yang resonant pada Sinyal FM tidak
termodulasi, "center" atau "carrier" frequency. Jika sinyal FM yang diterima sama
dengan center frequency, maka 2 sinyal akan memiliki beda fasa 90 derajat dan
mereka dikatakan dalam kondisi "Phase Quadrature" yang mana menjadi nama
metode ini. Dua sinyal ini kemudian dikalikan bersama pada alat analog atau
digital yang disebut phase detector, yang mana outputnya sebanding dengan beda
fasa antara dua sinyal. Dalam kasus Sinyal FM tidak termodulasi, output phase
detector adalah konstan, yaitu nol (0).
Namun jika sinyal FM yang diterima telah termodulasi, maka frekuensinya
akan berfariasi dari center frequency. Jika demikian, Rangkaian LC Resonant
akan menggeser fasa lebih jauh dari pergeseran kapasitor, jadi jumlah pergeseran
fasa berupa penjumlahan dari 90 derajat dari kapasitir dan pergeseran fasa positif
atau negatif yang diakibatkan oleh rangkaian LC. Sehingga kini output dari phase
detector tidak lagi nol dan dapat digunakan untuk memperoleh sinyal asli yang
digunakan untuk memodulasi pembawa FM.
Gambar 4.6 Quadrature Detector
4.2.5.3 Detektor Perbandingan (Ratio Detector)
Ratio Detector merupakan farian dari Diskriminator Foster Seeley, tapi
salah satu dioda dihubungkan dengan arah berlawanan.Output dari detektor ini
merupakan penjumlahan dari tegangan dioda dan center tap.Output yang melewati
dioda dihubungkan pada kapasitor yang bernilai besar, yang menghilangkan noise
AM pada keluaran ratio detector. Berbeda dengan Diskriminator Foster-Seeley,
Ratio detector tidak akan merespon sinyal AM. Namun keluarannya hanya 50%
dari output dari Diskriminator Fooster-Seeley untuk sinyal masukan yang sama.
Gambar 4.7 Rangkaian Ratio Detector
Output dari rangkaian ini tidak diukur antara 2 dioda sebagaimana
diskriminator, karena tegangannya tidak berbeda dengan modulasi.Sebaliknya,
keluarannya diukur antara center tap yang memuat resistor beban dan sambungan
antara C4 dan C5. Tegangan keluarannya akan satu setengah dari perbedaan
antara tegangan di C4 dan C5
4.2.6 Spektrum Sinyal FM
Spektrum frekuensi FM lebih kompleks dibanding AM, lebih mudah
dijelaskan dengan fungsi Bessel dari jenis yang pertama yang dinyatakan dengan
Jn(mf) dimana n : orde frekuensi sisi.
v=A {J0 (mf )sin ωc t +J 1 ( mf ) [sin (ωc+ωm ) t−sin ( ωc−ωm ) t ]+J 2 (mf ) [sin (ωc+2 ωm )t +sin (ωc−2ωm ) t ]+J 3 (mf ) [sin (ωc+3ωm ) t−sin (ωc−3 ωm ) t ]+J 4 ( mf ) [sin (ωc+4 ωm ) t+sin ( ωc−4 ωm ) t ] …. }
Terlihat spektrum terdiri dari pembawa dan berpasangan bidang sisi yang
tak berhingga diwakili koefisien j.
Gambar 4.8 Spektrum Sinyal FM
Misalnya untuk mf=0,5
Pembawa (fc) J0(0,5) = 0,94
Frekuensi-frekuensi sisi orde pertama (fc ± fm) J1(0,5) = 0,24
Frekuensi-frekuensi sisi orde kedua (fc ± fm) J2(0,5) = 0,03
Gambar spektrum frekuensi untuk beberapa nilai mf :
Gambar 4.9 Spektrum Frekuensi FM
4.2.7 Bandwith FM
Lebar bandwidth sinyal FM adalah tak berhingga.Namun pada praktek
biasanya hanya diambil bandwidth dari jumlah sideband yang signifikan.Jumlah
sideband signifikan ditentukan oleh besar indeks modulasinya seperti dalam
fungsi table besel. Pada tabel 4.1
Table 4.1 Tabel Beselβ J0(β) J1(β) J2(β) J3(β) J4(β) J5(β) J6(β) J7(β) J8(β) J9(β)
0,01 1,0 0,005
0,2 0,99 0,1
0,5 0,94 0,24 0,03
1 0,77 0,44 0,11 0,02
2 0,22 0,58 0,35 0,13 0,03
3 -0,26 0,34 0,49 0,31 0,13 0,04 0,01
4 -0,4 -0,7 0,36 0,43 0,28 0,13 0,05 0,02
5 -0,18 -0,33 0,05 0,37 0,39 0,26 0,13 0,05 0,02
6 0,15 -0,28 -0,23 0,12 0,36 0,36 0,25 0,13 0,06 0,02
Keterangan :
Ji = nilai amplitude komponen frekuensi sideband ke i (i≠0)
J0 = nilai amplitude komponen frekuensi sinyal pembawa (bukan sideband)
β = mf : indeks modulasi
Lebar bandwidth pada modulasi FM dapat ditentukan menggunakan
teorema carson sebagai berikut:
BW FM=2 ( f d+ f m )
Dimana,
fd = frekuensi deviasi
fm = frekuensi maksimum sinyal pemodulasi
4.2.8 Modulasi Sinyal Sinus FM
Proses modulasi frekuensi digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.10 Bentuk Sinyal Modulasi FM
Besar perubahan frekuensi (deviasi), δ atau fd, dari sinyal pembawa
sebanding dengan amplitude sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan laju perubahan
frekuensinya sama dengan frekuensi sinyal pemodulasi. Persamaan sinyal FM
dapat dituliskan sebagai berikut:
eFM=ec sin (ωc t+mf sin ωm t )
Keterangan:
eFM =Nilai sesaat sinyal FM
ec = amplitudo maksimum sinyal pembawa
ωc = 2πfc dengan fc adalah frekuensi sinyal pembawa
ωm = 2πfm dengan fm atau fs adalah frekuensi sinyal pemodulasi
mf = indeks modulasi frekuensi
Pada modulasi frekuensi kita mengenal istilah indeks modulasi (mf).
Indeks modulasi ini didefinisikan sebagai berikut:
mf =f d
f s= δ
f m
4.3 Alat dan Perangkat
1. Modul M6 : FM Generator
2. Modul M7 : FM Detector
3. Modul Power Supply
4. Osiloskop Single Trace
5. Kabel hubung capit buaya secukupnya
6. Kabel hubung test point
7. Audio generator
8. Frequency Counter
9. Multitester
4.4 Cara Kerja
4.4.1 Linearitas Modulator, Linearitas Demodulator dan AFC
1. Hubungkan output FM Generator (C12) dengan input FM detector (IF
AMPL.).
2. Set potensio R8 posisi maksimum (searah jarum jam), berikan catu
daya ground dan +12 volt dari modul power supply (-12V tidak
digunakan dalam percobaan ini).
3. Berikan tegangan pada ujung R1 dari modul power supply +12P. Atur
potensiometer power supply agar tegangan di ujung R1=2 volt. Ukur
frekuensi pada C12 dengan counter.
4. Naikkan tegangan di R1, ukur frekuensinya (di C12), ukur tegangan
AFC, dan ukur tegangan di AUDIO tegangan dari 2 volt hingga 12
volt dengan step 0,25 volt.
5. Plotting di kertas grafik, Vr1 vs frekuensi output (C12), hitung
tegangan yang memberikan deviasi penyimpangan 15 kHz dan 75 kHz
dari 10,7 MHz.
Catatan :
- Vr1 yang memberikan frekuensi 10,7 MHz = VT01 volt.
- Tegangan yang memberikan deviasi frekuensi 15 kHz = VT02 volt.
- Tegangan yang memberikan deviasi frekuensi 75 kHz = VT03 volt.
4.4.2 Automatic Gain Control (AGC)
1. Tetapkan tegangan di R1 sebesar VT01 volt. Besarnya sinyal IF dapat
diatur dengan merubah R8 (yang berupa potensiometer).
2. Minimumkan R8, catat tegangan output peak to peak, tegangan AGC
dan arus IF.
3. Pindah posisi R8 untuk 5 kedudukan (atur sendiri, posisi ke 5 adalah
maksimum), tiap-tiap harga R8, catat tegangan outputnya, AGC serta
arus IF.
4.4.3 Modulasi Sinyal Sinus
1. Dengan menggunakan tegangan 12 volt, inputkan sinyal dan audio
generator sebesar 500 Hz ke C1.
2. Hubungkan Osiloskop ke output FM detector (Audio).
3. Ulangi percobaan sebanyak 10 variasi dengan frekuensi 500 Hz sampai
15KHz.