P3 (antikoagulan 2014)

21
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II WAKTU KOAGULASI DARAH Disusun Oleh : Kelas : C Golongan/Kelompok :I I / 3 Nama NIM Tanda Tangan 1. Lungit ika au!ia "#$%$ &. Dita '(u )u*namasa*i 3. Kika 'inun )ut*i "#$#1 +. )enta*esi Tito ,a*i / Tanggal )*atikum : -enin/ & Okto e* &"1+ Nama Donse 0aga : Nama 'sisten 0aga :1. &. Laboratorium Farmakologi da Tok!ikologi "agia Farmakologi da Farma!i Kliik Fakulta! Farma!i UGM #$%& PER'O"AAN I(
  • date post

    06-Oct-2015
  • Category

    Documents

  • view

    352
  • download

    7

description

Laporan Praktikum

Transcript of P3 (antikoagulan 2014)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMFARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL IIWAKTU KOAGULASI DARAH

Disusun Oleh :Kelas : CGolongan/Kelompok :I I / 3

NamaNIMTanda Tangan1. Lungit Fika Fauzia096862. Dita Ayu Purnamasari3. Kika Ainun Putri096914. Pentaresi Tito

Hari / Tanggal Pratikum : Senin/ 27 Oktober 2014Nama Donse Jaga :Nama Asisten Jaga :1. 2.

Laboratorium Farmakologi dan ToksikologiBagian Farmakologi dan Farmasi KlinikFakultas Farmasi UGM2014PERCOBAAN IV

WAKTU KOAGULASI DARAH

A. TUJUANMahasiswa mampu melakukan percobaan farmakologi untuk melihat efek antikoagulansia terhadap waktu koagulasi darah (penjendalan darah, blood cotting).

B. DASAR TEORIPeristiwa penjendalan darah (koagulasi darah) adalah sebuah proses yang normal terjadi yang merupakan bagian dari mekanisme proses homeostasis (mempertahankan keadaan tubuh dalam keadaan normal). Koagulasi darah dapat terjadi bila ada perlukan, yang berarti apabila darah berkoagulasi maka pendarahan yang terjadi akan berhenti. Akan tetapi koagulasi darah juga terjadi secara spontan sewaktu darah mengalir di dalam pembuluh darah dengan sebab yang belum dapat dijelaskan. Pada keadaan yang terakhir ini jendalan darah yang terbentuk, disebut thrombus (thrombi), dapat menyumbat aliran darah apabila terjadi padas arteriola atau venula (pembuluh darah yang sempit). Penyumbatan aliran darah tersebut akan menjadi persoalan yang serius apabila menyangkut pasokan darah pada organ-organ fital seperti otak (terjadi stroke) dan otot jantung (infarct myocard). Atas dasar kondisi patologis tersebut maka pemakaian antikoagulan dalam terapi menjadi sangat bermakna.Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segara akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang terluka berkurang. Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeabel sehingga perdarahan dapat dihentikan.Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh darah yang mengalami cedera. Hal ini melibatkan 3 proses utama: 1. Konstriksi (pengerutan) pembuluh darah2. Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)3. Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma).Kelainan pada proses ini bisa menyebabkan perdarahan atau pembekuan yang berlebihan, dan keduanya bisa berakibat fatal. Salah satu komponen elemen darah adalah trombosit atau keping-keping darah yang memiliki peran dalam proses penjendalan (koagulasi) darah.Koagulasi darah sendiri merupakan proses yang berjalan melalui berbagai tahap (cascade) dan melibatkan berbagai factor indogen. Faktor-faktor tersebut antara lain factor VII, IX, X dan protrombin (factor II). Di samping factor-faktor tersebut yang umumnya protein ata polipeptida dibutuhkan pula vit K dan ion Ca.Faktor-faktor yang terlibat dalam proses koagulasi: Faktor I (fibrinogen) : fibrinogen adalah protein yang larut dengan berat molekul sebesar 330.000. Dengan pengaruh trombin, fibrinogen diubah menjadi fibrin. Bila tak ada fibrinogen maka pembekuan darah tidak akan terjadi (afibrinogenemia). Faktor II (protrombin) : protrombin merupakan bentuk tak aktif dari trombin yang dibuat dalam hati. Pembentukan trombin dipengaruhi oleh vitamin K. Perubahan protrombin menjadi trombin dipengaruhi oleh protrombin aktifator. Faktor III (faktor jaringan, ekstrak jaringan, tromboplastin) : faktor jaringan mengubah protrombin menjadi trombin, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor V, faktor VII, faktor X, ion kalsium dan fosfolipida. Faktor IV (ion kalsium = Ca++) : dibutuhkan untuk pembentukan aktifator protrombin dan fibrin. Faktor V (faktor labil) : diperlukan untuk mengubah protrombin menjadi trombin dengan pengaruh faktor jaringan atau faktor plasma. Faktor V terus dikonsumsi selama proses pembekuan darah Faktor VI (faktor stabil,otoprotrombin I) : diperlukan untuk pembentukan aktifator protrombin oleh ekstrak jaringan. Selama pembekuan tidak dikonsumsi, karena itu selalu terdapat di dalam plasma darah. Faktor VII (faktor antihemofilia, globulin antihemofilia) : diperlukan untuk pembentukan aktifator protrombin dari komponen-komponen darah. Hemofilia umumnya disebabkan karena tidak ada faktor VII dalam darah. Faktor VIII (faktor christmas, otoprotrombin II) : diperlukan untuk pembentukan aktifator protrombin dari komponen-komponen darah. Faktor VIII terdapat dalam plasma dan diaktifkan selama pembekuan sehingga aktifitasnya dalam serum lebih tinggi dari pada dalam plasma. Kekurangan faktor VIII menyebabkan pendarahan yang keadaannya sama dengan hemofilia. Faktor IX : ( faktor Stuart-Prower) : terdapat dalam plasma darah dan serum. Jika kekuranngan faktor IX akan mengakibatkan pendarahan. Faktor X : kekurangan faktor X akan menimbulkan pendarahan. Faktor XI (faktor Hageman) : mempunyai peranan dalam pebentukan aktifator protrombin dari komponen darah. Kekurangan faktor XI dapat menyebabkan pembekuan darah berlangsung lambat, tapi tidak menunjukkan adanya pendarahan. Faktor XII (faktor penstabil fibrin) : merupakan protein plasma yang dapat menyebabkan polimerisasi fibrin yang larut menjadi fibrin yang tak larut. Kekurangan faktor XII akan menimbulkan pendarahan. (Aida 2005)Faktor-faktor yang mempercepat koagulasi :1. Pemanasan : pada suhu 37C darah akan lebih cepat membeku dari pada suhu di bawahnya.2. Pengocokan : bila darah dikocok pelan-pelan maka koagulasi akan dipercepat, bila dikocok keras jaringan fibrin akan peah dan koagulasi melambat.3. Luas permukaan kontak : koagulasi akan cepat dengan penambahan luas permukaan kontak. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan memasukkan kasa atau kapas ke dalam larutan darah.4. Larutan hemostatik (Aida, 2005)Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelainan darah, yaitu :1. Anemia / Penyakit Kurang DarahAnemia adalah suatu kondisi di mana tubuh kita kekurangan darah akibat kurangnya kandungan hemoglobin dalam darah. Akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen dan berasa lemas karena hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk disebarkan ke seluruh badan.2. Hemofili / Hemofilia / Penyakit Darah Sulit BekuHemofilia adalah suatu penyakit atau kelainan pada darah yang sukar membeku jika terjadi luka. Hemofili merupakan penyakit turunan.3. Penyakit Kuning BayiPenyakit kuning pada anak bayi adalah kelainan akibat adanya gangguan kerusakan sel-sel darah oleh aglutinin sang ibu.4. Leukimia / Penyakit Kanker DarahLeukimia adalah penyakit yang mengakibatkan produksi sel darah putih tidak terkontrol pada sistem transportasi. (Anonim, 2008)5. TrombositopeniaTrombositopenia berarti trombosit dalam sistem sirkulasi jumlahnay sedikit sekali. penderita trombosipenia cenderung mengalami perdarahan seperti halnya hempofilia, bedanya ialah perdarahannya biasabya bersal dari kapiler-kapiler kecil, bukan dari pembuluh yang lebih besar seperti pada hemofilia. sebagai akibatnya timbul bintik-bintik perdarahan di seluruh jaringan tubuh.Kulit penderita menampakan bercak-bercak kecil berwarna ungu.6. Penyakit ChrismasPenyakit ini (defisiensi IX/faktor chrismas) namanya didapatkan dari keluarga yang disembuhkan. gambaran klinisnya mirip dengan hemofilia ringan yaitu hanya mengalami perdarahan hebat setelah cedera, cabut gigi atau operasi pembedahan.7. Penyakit Van WillebrandsPenyakit Van Willebrands diturunkan tetapi tidak terkait seks. Ada kombinasi dari dua kesalahan yaitu kelainan kapiler dan kelainan koagulasi yang menimbulkan defisiensi ringan pada faktor VIII. sepertinya sebagian faktor terdapat pada keduanya darah normal dan hemofili yang hilang pada pasien dengan penyakit Van Willebrands. Mungkin terjadi perdarahan tali pusat pada saat kelahiran, perdarahan di dalam persendian jarang. (Puzzy, 2009)8. TrombositosisPeningkatan jumlah trombosit di atas 400.000/mm3. Trombositosis dibagi menjadi dua yaitu:a. Trombositosis primerTerlihat pada gangguan mieloproliferatif seperi plosistemia vena atau leukemia grunulomasitik kronik dimana bersama kelompok sel lainnya mengalami poliferasi abnormal sel megakariosit dalam sumsum tulang.b. Trombositosis sekunderTerjadi akibat stress atau kerja fisik disertai pengeluaran trombosit dari pool cadangan ( dari limpa) atau saat terjadinya peningkatan permintaan sumsum tulang seperti pada pendarahan atau pada anemia hemolitik. (Anonim, 2009)9. TalasemiaTalasemia adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu gen-nya bermutasi akibat tertutup sehingga fungsinya terganggu. Gen yang bermutasi ternyata merupakan gen yang bertanggung jawab membentuk rantai globin yang merupakan bagian penting dari hemoglobin yang merupakan isi sel darah merah. Akibatnya sel darah merah tidak berfungsi baik dan berumur pendek.10. Anemia aplastikAnemia aplastik adalah penyakit kelainan darah yang ditandai berkurangnya produksi semua sel darah. Gejalanya anak akan pucat sekali, sering berdarah, dan sering sakit. (Noviat, 2009).

Ada beberapa kelompok senyawa/obat yang mempengaruhi proses koagulasi darah dengan beberapa mekanisme yang berbeda. Kelompok senyawa yang pertama yang disebut dengan antikoagulansia. Kelompok senyawa yang kedua adalah senyawa-senyawa yang bersifat fibrinolitik (melisis fibrin). Kelompok senyawa penghambat koagulasi yang ketiga adalah kelompok yang disebut sebagai antiplatelet. 1. AntikoagulansiaAntikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau tranfusi.Antikoagulan oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan sebagai pencegahan untuk mengurangi insiden tromboemboli (masuknya udara pada aliran darah) terutama pada vena.Kedua macam antikoagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena mempengaruhi pembentukan fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan gumpalan trombosit.Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok :1. Antikoagulansia1. HeparinHeparin, sebuah glikosaminoglikan yang bersifat sama, dapat menghambat koagulasi darah dengan meningkatkan pembentukan komplek antithrombin III (sebuah inhibitor protease) dengan thrombin, sehingga thrombin tidak mampu mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Heparin aktif secara in vitro maupun in vivo, tetapi durasi aksinya pendek.Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru dan trombosis vena dalam, oklusi arteri akut atau infark miokard akut.Obat ini juga digunakan untuk pencegahan tromboemboli vena selama operasi dan untuk mempertahankan sirkulasi ekstrakorporal selama operasi jantung terbuka.Heparin juga diindikasikan untuk wanita hamil yang memerlukan antikoagulan.

2. Antikoagulan oral, terdiri dari derivat 4 -hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan derivat indan-1,3-dion misalnya : anisindion; Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam jangka panjang.Terhadap trombosis vena, efek antikoagulan oral sama dengan heparin, tetapi terhadap tromboemboli sistem arteri, antikoagulan oral kurang efektif.Antikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan timbulnya tromboemboli,antara lain infark miokard, penyakit jantung rematik, serangan iskemia selintas, trombosis vena, emboli paru.Warfarin adalah derivate kumarin dan strukturnya mirip vitamin K. Warfarin mampu mencegah koagulasi darah dengan menghambat reduktase vit K sehingga -karboksilase residu glutamate dari prothrombin terhambat, dan menghasilkan factor VII, IX, X, dan prothrombin yang inaktif. Warfarin hanya aktif in vivo.

3. Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, salah satu faktor pembekuan darah. Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak tosik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung.Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh).Natrium edetat mengikat kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.2. Fibrinolitik (melisis fibrin)Seperti streptokinase, alteplase, dan reteplase. Streptokinase bukan sebuah enzim, mampu membentuk komplek dengan plasminogen dan komplek ini mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Plasmin adalah sebuah enzim protease yang mampu melisis fibrin sehingga tidak terjadi thrombus. Alteplase adalah activator plasminogen hasil rekombinasi DNA (recombinant-tissue plasminogen activator-rt-PA). Selektifitas kelompok senyawa ini dalam menghambat koagulasi darah adalah berdasarkan perbedaan keberadaan inhibitor plasmin di dalam sirkulasi dengan yang ada di dalam thrombi. Di dalam sirkulasi kadar inhibitor plasmin sangat tinggi sedang di dalam thrombi kadar inhibitor plasmin sangat rendah.3. Antiplatelet Seperti aspirin, klopidogrel, tirofiban, eptifibatide, abxicimab, dan dipyridamole. Senyawa ini efektif mencegah terjadinya thrombosis di arteri. Sedang antikoagulan tidak efektif mengatasi thrombosis di arteri. Hal ini dikarenakan thrombi yang terbentuk pada darah yang mengalir cepat, seperti di arteri, tersusun atas banyak platelet dan sedikit fibrin. Sesuai dengan namanya antiplatelet menghambat koagulasi dengan cara mencegah terjadinya agregasi platelet. Di dalam arteri yang atheromatous, plaques yang terbentuk memiliki inti besar yang kaya lipid dan dibungkus kapsul berserabut tipis. Kapsul ini gampang pecah dan apabila pecah maka kolagen subendotelial akan terbuka dan mengaktifkan platelet dan beragregasi. Pecahnya kapsul plaques dan terbukanya kolagen subendotelial ini akan melepaskan thromboksan A2 (TXA 2), ADP, dan 5-hidroksitriptamin (5-HT) yang akan lebih memacu agregasi platelet. TXA 2 adalah inductor kuat terjadinya agregasi platelet. Aspirin dapat menghambat sintesis TXA 2 oleh enzim siklooksigenase. Klopidogrel mencegah agregasi platelet dengan cara memblok secara irreversible efek ADP pada platelet.

Dalam dunia pengobatan senyawa/obat yang mampu menghambat koagulasi darah ini sering digunakan pada pasien-pasien yang dalam masa recovery dari serangan stroke, atau pada pasien-pasien yang mempunyai resiko infarct myocard karena terjadinya thrombus pada arteri yang memasok darah ke otak atau ke otot jantung. Heparin biasanya diberikan secara injeksi subkutan atau intravena. Efek samping utama dari heparin adalah pendarahan. Oleh karena durasi efeknya yang singkat pendarahan dapat diatasi dengan menghentikan pemberian heparin. Bila dianggap perlu dapat dinetralkan efeknya dengan injeksi intra vena protamin, sebuah peptide yang basa. Warfarin dapat diberikan per oral karena dapat diabsorpsi dengan baik di saluran pencernaan. Onsetnya lambat, tetapi juga mempunyai waktu paro biologic yang panjang (40 jam) dan membutuhkan waktu hingga 5 hari untuk nilai prothrombin time kembali normal setelah pemberian warfarin dihentikan.(Kika Ainun)C. ALAT DAN BAHANAlat : Pisau scalpel Spuit injeksi 1 ml Jarum/pipa kapiler Gelas arloji / piring petri / gelas objek Stopwatch Bahan : Heparin Warfarin Aspirin Hewan coba: Tikus putih (Rattus norvegicus)

D. CARA KERJA1. Waktu Koagulasi DarahDitimbang tikus untuk menentukan dosis pemberian senyawa uji

Dosis ditentukan berdasarkan dosis lazim pada manusia untuk masing-masing senyawa lalu dikonversi menjadi dosis untuk tikusIn vivo:Diberikan dosis heparin secara intravena dan warfarin atau aspirin secara per oral

Disayat ekor tikus pada vena lateralis setelah 10 menit pemberian heparin atau 60 menit setelah pemberian warfarin atau aspirin

Darah mengalir keluar

Dibersihkan dengan kain flanel / tisu

Dibiarkan darah mengalir secara teratur

Diamati sampai terjadi penjendalan darah yang ditandai dengan berhentinya aliran darah pada luka buatan tersebut

Waktu dari keluarnya darah pertama kali sampai darah berhenti mengalir dicatat sebagai waktu penjendalan darah

In vitro:Diambil 4 x 0,5 ml sampai 1,0 ml darah tikus yang tidak diberi obat

Diteteskan darah ke 4 gelas arloji

Semua sampel darah kemudian ditambah larutan 0,1% kalsium sitrat sebanyak 0,2 ml

Gelas pertama darah dicampur dengan volume yang sama larutan heparin dengan kadar 0,5 mg/ml

Gelas kedua darah dicampur dengan aspirin

Gelas ketiga tidak dicampur apapun

Campuran tersebut dihomogenkan dengan menggunakan ujung jarumPada waktu tertentu ujung jarum tersebut diangkat pelan-pelan

Apabila telah terjadi benang fibrin maka ujung jarum tersebut akan terlihat bentukan seperti benang yang menggelayut

E. ANALISIS DATAWaktu Koagulasi DarahIn vivo:Waktu dari keluarnya darah pertama kali sampai darah berhenti mengalir dicatat sebagai waktu penjendalan darah

Diperhatikan apakah heparin dan aspirin aktif sebagai penghambat penjendalan darah

Diperhatikan berapa waktu penjendalan darah masing-masing senyawa

Dibandingkan dengan waktu penjendalan darah pada tikus yang tidak diberi senyawa penghambat penjendalan darah

In vitro:Waktu antara penetasan darah di gelas arloji dan terbentuknya benang fibrin dicatat sebagai waktu penjendalan darah

Diperhatikan efek dari masing-masing obat, apakah semua obat dapat menghambat proses koagulasi darah secara invitro(Kika Ainun)

1. HASIL PERCOBAANObatDosis tikusLarutan stokPelarut

Aspirin7,2mg/KgBB1,5 mg/mlCMC Na

Heparin450 IU/KgBB500 IU/mlAquadest

1. In VivoHewan percobaanBobot hewan percobaan (gram)

Tikus 1 (aspirin)168,5

Tikus 2 (heparin)159,0

Tikus 3( CMC-Na)146,0

Volume pemberian Aspirin Heparin CMC-Na= ObatWaktu penjendalan darah (s)

In vivo

Kontrol144

Heparin244

Aspirin275

1. In VitroData percobaan antikoagulanObatWaktu penjendalan darah (s)

In vitro

Normal heparin117

Normal Aspirin121

Heparin531

Aspirin378

(Kika Ainun)G. PEMBAHASANPada praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan percobaan farmakologis untuk melihat efek antikoagulansia terhadap waktu koagulasi darah (penjendalan darah, blood cotting ) .Kemampuan tubuh untuk mengontrol aliran darah setelah cedera pembuluh darah sangat penting untuk kelangsungan hidup terus. Proses pembekuan darah kemudian pembubaran dari bekuan setelah perbaikan jaringan yang terluka, disebut hemostasis. Memperbaiki kondisi kesehatan mental anda alami menggunakan homeopati products. Hemostasis, terdiri dari 4 peristiwa besar untuk terjadi dalam urutan set, setelah hilangnya integritas pembuluh darah :1. Tahap awal dari proses ini adalah penyempitan pembuluh darah . Ini membatasi aliran darah ke daerah cedera.2. Selanjutnya, trombosit menjadi diaktifkan oleh trombin dan agregat pada lokasi cedera membentuk sumbatan trombosit longgar sementara. Protein fibrinogen bertanggung jawab untuk merangsang penggumpalan platelet. Trombosit perdu dengan mengikat kolagen terkena passe setelah pecahnya lapisan endotel pembuluh . Setelah aktivasi, trombosit melepaskan nukleotida, ADP dan eicosanoid, TXA2 ( keduanya yang mengaktifkan trombosit tambahan ), serotonin, fosfolipid , lipoprotein , dan protein lain yang penting untuk kaskade koagulasi. Selain sekresi diinduksi, trombosit diaktifkan dan berubah bentuk untuk mengakomodasi pembentukan steker.3. Untuk memastikan stabilitas plug trombosit longgar, mesh fibrin ( juga disebut bekuan ) bentuk dan menjebak steker. Jika steker hanya berisi trombosit itu disebut trombus putih, jika sel-sel darah merah yang hadir itu disebut trombus merah.4. Akhirnya, bekuan harus dilarutkan agar aliran darah normal untuk melanjutkan Setelah perbaikan jaringan. Pembubaran bekuan Terjadi melalui aksi plasmin.Pembekuan darah atau koagulasi merupakan proses yang penting untuk mencegah perdarahan yang berlebihan ketika pembuluh darah terluka. Trombosit ( sejenis sel darah ) dan protein dalam plasma Anda ( bagian cair darah ) bekerja sama untuk menghentikan pendarahan dengan membentuk gumpalan atas cedera. Biasanya, tubuh secara alami akan melarutkan bekuan darah setelah cedera telah sembuh. Terkadang gumpalan terbentuk di bagian dalam kapal tanpa cedera jelas atau tidak larut secara alami. Situasi ini bisa berbahaya dan memerlukan diagnosis yang akurat dan pengobatan yang tepat.Gumpalan dapat terjadi di pembuluh darah pada bagian sistem sirkulasi tubuh. Sementara kedua jenis pembuluh darah membantu transportasi ke seluruh tubuh dan mereka memiliki masing-masing fungsi berbeda. Pembuluh tekanan rendah adalah pembuluh darah yang membawa darah terdeoksigenasi dari organ-organ tubuh dan kembali ke jantung. Sebuah bentuk gumpalan abnormal pada vena dapat membatasi kembalinya darah ke jantung dan dapat menyebabkan rasa sakit dan bengkak dengan darah mengumpulkan belakang bekuan darah. Deep- trombosis vena ( DVT ) adalah jenis bentuk bekuan dalam vena utama kaki, di lengan, panggul, atau pembuluh darah besar lainnya dalam tubuh. Dalam beberapa kasus, gumpalan dalam pembuluh darah dapat melepaskan diri dari titik asal dan perjalanan melalui jantung ke paru-paru dimana ia terjepit passe mencegah aliran darah yang memadai. Ini disebut pulmonary ( paru-paru ) dan emboli bisa sangat berbahaya.Terjadi pembekuan dalam pembuluh darah biasanya berhubungan dengan aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), deposit plak mempersempit que dalam kapal. Bagian ini mempersempit arteri, otot-otot arteri yang kuat untuk terus memaksa darah melalui pembukaan, dan tekanan tinggi dapat menyebabkan plak pecah. Molekul dirilis pada pecah menyebabkan tubuh bereaksi berlebihan dan membentuk bekuan darah yang tidak perlu dalam arteri, berpotensi mengarah ke serangan jantung atau stroke. Ketika suplai darah ke jantung atau otak benar-benar diblokir oleh bekuan, bagian dari organ-organ ini bisa rusak akibat dirampas darah dan nutrisi. Koagulasi darah merupakan proses yang berjalan melalui beberapa tahap (cascade) dan melibatkan factor indogen. Factor tersebut antara lain factor VII, IX , X dan protrombin (factor II). Disamping itu terdapat factor umum yang meliputinya yaitu protein, vitamin K, dan ion CaTAHAPAN PEMBEKUAN (Alur pembentukan cross-linked fibrin)

(King, 1996)Berikut adalah factor indogen : 1. Faktor XII : mengikat terkena kolagen pada lokasi cedera dinding pembuluh, diaktifkan oleh tinggi-MW kininogen dan kallikrein1. Faktor XI :diaktifkan oleh faktor XIIa1. Faktor IX :diaktifkan oleh faktor xia di hadapan Ca2 +1. Faktor VII : diaktifkan oleh trombin di hadapan Ca2 +1. Faktor X :diaktifkan pada permukaan trombosit diaktifkan oleh tenase kompleks dan oleh faktor VIIA di hadapan faktor jaringan dan Ca2 +1. Faktor II :diaktifkan pada permukaan trombosit diaktifkan oleh protrombinase kompleksPada percobaaan kali ini digunakan obat aspirin dan heparin dengan menggunakan hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus). Pemerian bahan : 1. Aspirin

Formula: C9H8O4BM: 180,2Titik didih: 1400CTitik lebur: 1380C 1400CBerat jenis: 1.40g/cmSinonim: 2-acetyloxybenzoic acid, 2-(acetyloxy)benzoic acid, acetylsalicylate, acetylsalicylic acid, O-acetylsalicylic acidKelarutan dalam air : 10mg/mL (20C)Asetosal mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.Pemerian: hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.Kelarutan : larut dalam air ; mudah larut dalam etanol; larut dalam kloroform, dan dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak.Kegunaan: non-selective cyclo-oxygenase inhibitor, antipiretik, analgesic, antiinflamasi

1. Heparin Heparin adalah antikoagulan yang terjadi secara alamiah diproduksi oleh basofil dan sel mast. Heparin bertindak sebagai sebuah antikoagulan, mencegah pembentukan bekuan dan perpanjangan pembekuan yang ada dalam darah. Meskipun heparin tidak memecah gumpalan yang telah terbentuk (seperti activator plasminogen jaringan), hal itu memungkinkan mekanisme lisis bekuan alami tubuh untuk bekerja secara normal untuk memecah gumpalan yang telah terbentuk. Heparin Sodium Injection, USP adalah solusi nonpyrogenic steril natrium heparin (berasal dari mukosa usus babi ) dalam air untuk injeksi. Setiap kontainer berisi 10000, 12500, 20000 atau 25.000 USP Heparin Unit; 40 atau 80 mg natrium klorida ditambahkan untuk membuat isotonik (lihat CARA disediakan bagian untuk berbagai ukuran dan kekuatan ). Mungkin berisi natrium hidroksida dan / atau asam klorida untuk penyesuaian pH . pH 6,0 ( 5,0-7,5 ).Solusinya tidak mengandung bacteriostat, agen antimikroba atau ditambahkan penyangga dan dimaksudkan untuk digunakan hanya sebagai injeksi dosis tunggal. Ketika dosis yang lebih kecil diperlukan, bagian yang tidak terpakai harus dibuang.Heparin sodium dalam sistem ADD- Vantage ditujukan untuk pemberian intravena hanya setelah pengenceran. Heparin Sodium, USP adalah kelompok heterogen dari rantai lurus mucopolysaccharides anionik, disebut glycosamino - glycans memiliki sifat antikoagulan. Meskipun orang lain mungkin ada, gula utama terjadi dalam heparin adalah : ( 1 ) - L - iduronic asam 2 - sulfat, ( 2 ) 2 deoksi - 2 - sulfamino - - D - glukosa - 6 - sulfat, ( 3 ) - D - glukuronat asam, ( 4 ) 2 - asetamido - 2 - deoksi - - D - glukosa, dan ( 5 ) asam - L - iduronic. Gula ini hadir dalam mengurangi jumlah, biasanya dalam urutan ( 2 ) > ( 1 ) > ( 4 ) > ( 3 ) > ( 5 ), dan bergabung dengan glikosidik, membentuk polimer dari berbagai ukuran. Heparin adalah asam kuat karena isinya kovalen terkait sulfat dan kelompok asam karboksilat. Dalam heparin sodium , proton asam unit sulfat sebagian digantikan oleh ion natrium. Potensi ini ditentukan oleh uji biologis menggunakan standar acuan USP berdasarkan unit aktivitas heparin per miligram. Hewan percobaan yang disiapkan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) berjumlah 6 ekor, 3 ekor untuk melakukan percobaan invitro dan 3 ekor lagi untuk melakukan percobaan invivo. Pada percobaan invivo dan invitro, tikus 1 digunakan sebagai hewan yang tidak diberi obat atau sebagai control. Tikus 2 yaitu hewan percobaan yang diberi obat aspirin. Tikus 3 yaitu hewan percobaan yang diberi obat heparin . Norwegia tikus (Rattus norvegicus) yang awalnya berasal dari Cina bagian utara. Setelah serangkaian perkenalan, spesies telah menemukan jalan ke Eropa Timur pada awal abad kedelapan belas. Pada tahun 1800, mereka terjadi di setiap negara Eropa. Catatan menunjukkan penampakan pertama dari R. norvegicus di Dunia Baru terjadi pada 1770 sebagai penumpang gelap kapal. Hari ini, Norwegia tikus (juga dikenal sebagai tikus coklat) dapat ditemukan di setiap benua di dunia kecuali Antartika. (Nowak dan Paradiso, 1983; Silver, 1927) Di Asia, R. norvegicus adalah berasal dari hutan dan daerah sikat. Hari ini, Namun, tikus Norwegia menemukan habitat yang lebih disukai untuk menjadi bersama ekspansi yang cepat dari populasi manusia. Hampir setiap kota pelabuhan di dunia memiliki populasi besar hewan pengerat ini. Mereka menempati berbagai habitat termasuk pembuangan sampah, selokan, lapangan terbuka dan hutan, ruang bawah tanah, dan hampir di tempat lain bahwa makanan dan tempat tinggal mungkin ditemukan. Di mana saja bahwa manusia berada, R. norvegicus akan tindak paling mungkin. (Hamilton, 1998; Nowak dan Paradiso, 1983; Parker, 1990) Rattus norvegicus adalah anggota yang agak besar dari keluarga tikus. Rata-rata, tikus ini mencapai hampir 400 mm hidung-untuk-ekor, dan berat 140-500 g. Laki-laki biasanya lebih besar dari betina. Dalam populasi alami, tikus ini ditutupi dengan kasar, bulu kecoklatan (kadang-kadang splotched dengan rambut hitam atau putih) di permukaan dorsal mereka, yang biasanya mencerahkan menjadi warna abu-abu atau cokelat mendekati bagian bawah. Berbagai strain tikus ini dibesarkan di penangkaran mungkin putih, coklat, atau hitam. Telinga dan ekor botak. Panjang ekor lebih pendek dari panjang tubuh. Geraham yang lophodont dan dentary adalah 1/1-0/0-0/0-3/3. Telinga tikus Norwegia biasanya lebih pendek daripada spesies terkait, dan tidak menutupi mata ketika ditarik ke bawah. Tikus Norwegia dapat dengan mudah keliru untuk tikus hitam, bagaimanapun, punggung temporal tikus Norwegia lurus, sedangkan yang dari tikus hitam melengkung. Sistem kawin R. norvegicus paling tepat digambarkan sebagai polygynandrous. Hewan sosial, tikus Norwegia cenderung berkembang biak dalam kelompok besar. Setelah perempuan memasuki periode estrus enam jam, dia mungkin kawin sebanyak dari lima ratus kali dengan laki-laki bersaing. (Parker, 1990) Hewan coba yang telah disiapkan kemudian ditimbang bobot badannya. Pada percobaan invitro bobot tikus tidak sempat dicatat. Sedangkan pada percobaan invivo , bobot tikus 1 sejumlah 168,5 gram. Bobot tikus 2 sejumlah 159,0 gram. Bobot tikus 3 sejumlah 146,0 gram. Larutan obat disiapkan sesuai dengan dosis masing masing senyawa uji yang ditentukan dosisnya berdasarkan dosis lazim pada manusia kemudian dikonversi kepada dosis tikus. Pengujian in vivo dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup. Pada percobaan invivo , tikus yang diberi obat heparin melalui intravena kemudian ditunggu selama 10 menit. Setelah itu tikus disayat ekornya pada vena lateralis sehingga darah mengalir keluar. Kemudian , darah dibersihkan dengan kain flannel atau kertas tisu dan kemudian dibiarkan mengalir lagi secara teratur dan diamati sampai terjadi penjendalan darah yang ditandai melalui berhentinya aliran darah pada luka buatan. Waktu penjendalan darah ditandai dengan waktu dari keluarnya darah pertama kali sampai darah berhenti mengalir. Waktu penjendalan darah yang dibutuhkan oleh obat heparin dengan percobaan invivo adalah 275 detik. Sedangkan tikus yang diberi obat aspirin melalui per oral kemudian ditunggu selama 60 menit mendapatkan waktu penjendalan darah yaitu 244 detik. Farmakokinetik AntikoagulanAspirin diberikan per oral dan melakukan pengambilan darah selang waktu 60 menit serta herparin diberikan secara intra vena dan melakukan pengambilan darah selang waktu 10 menit dikarenakan heparin tidak diabsorbsi dengan baik oleh mukosa gastrointestinal, dan banyak yang dihancurkan oleh heparinase, suatu enzim hepar. Heparin diberikan secara perenteral, baik subkutan untuk mencegah antikoagulan atau secara intravena (bolus atau invus) untuk mendapatkan respons yang cepat. Aspirin, suatu antikoagulan oral, diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna; namun makanan dapat memperlambat tetapi tidak menghambat absorbsi.

Waktu paruh herparin tergantung pada dosis; dosis tinggi memperpanjang waktu paruhnya. Penyakit ginjal dan hepar memperpanjang waktu paruh heparin. Waktu paruh aspirin adalah sampai 3 hari, sedangkan herparin 1 sampai 2 hari. Sedangkan warfarin memiliki waktu paruh yang panjang dan sangat mudah berikatan dengan protein, obat ini memiliki efek kumulatif. Bisa timbul perdarahan, terutama bila obat yang juga sangat mudah berikatan dengan protein diberikan pada klien bersama-sama dengan aspirin. Farmakodinamik AntikoagulanHeparin intravena memiliki awitan kerja yang cepat, puncaknya tercapai dalam beberapa menit, dan lama kerjanya singkat. Setelah suatu dosis heparin IV, waktu pembekuan klien akan kembali ke normal dalam 2-6 jam. Kumarin (warfarin dan dikumarol) memiliki awitan kerja yang panjang, sehingga akumulasi obat dapat terjadi. Dikomarol memiliki waktu kerja yang lebih panjang dari aspirin. Vitamin K melawan efek aspirin , tetapi mungkin diperlukan 24 jam untuk menjadi efektif. Karena heparin tidak diabsorbsi dengan baik dari saluran cerna, obat ini diberikan secara subkutan untuk pencegahan atau intravena untuk mengobati thrombosis akut. Heparin dapat diberikan sebagai blolus intravena (IV) atau dalam cairan intravena yang terus diinfuskan.Percobaan invitro umumnya dilakukan dalam tabung reaksi atau peralatan laboratorium lainnya. Pada percobaan invitro dilakukan dengan mengambil 4 x 0,5 ml 1,0 ml darah tikus yang tidak diberi obat kemudian darah tersebut masing masing diteteskan pada 4 gelas arloji. Semua sampel darah kemudian ditambah larutan 0,1 % kalsium sitrat yang digunakan untuk antikoagulan invitro sebanyak 0,2 ml dan juga untuk untuk mencegah koagulasi (penggumpalan darah) agar darah tidak cepat membeku saat akan dianalisis Garam kalsium membantu tromboplastin mengubah protrombin menjadi trombin. Jika garam kalsium tidak ada, maka pembentukan trombin juga akan terhambat. Gelas pertama darah dicampur dengan volume yang sama larutan heparin dengan kadar 0,5 mg/ml , gelas kedua darah dicampur dengan aspirin. Untuk gelas ketiga darah tidak dicampur dengan apapun. Campuran tersebut kemudian dihomogenkan dengan menggunakan ujung jarum. Pada waktu waktu tertentu ujung jarum diangkat perlahan kemudian apabila telah terjadi benang fibrin maka pada ujung jarum akan tampak seperti benang yang menggelayut. Waktu protrombin ditandai dengan waktu antara penetesan darah di gelas arloji sampai terbentuknya benang fibrin. Waktu protrombin yang dibutuhkan oleh obat heparin dengan percobaan invitro adalah 531 detik. Sedangkan tikus yang diberi obat aspirin melalui per oral mendapatkan waktu penjendalan protrombin yaitu 378 detik.

Melalui percobaan diatas hal ini membuktikan jika heparin mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan aspirin dikarenakan waktu koagulasi darah heparin lebih lama dari pada aspirin dan juga waktu protrombin lebih lama daripada aspirin. Dan hal ini telah sesuai dengan teori.(Lungit F Fauzia)

1. KESIMPULAN 1. Pembekuan darah atau koagulasi merupakan proses yang penting untuk mencegah perdarahan yang berlebihan ketika pembuluh darah terluka.1. Waktu penjendalan darah yang dibutuhkan oleh obat heparin dengan percobaan invivo adalah 275 detik. Sedangkan tikus yang diberi obat aspirin melalui per oral mendapatkan waktu penjendalan darah yaitu 244 detik. 1. Waktu protrombin yang dibutuhkan oleh obat heparin dengan percobaan invitro adalah 531 detik. Sedangkan tikus yang diberi obat aspirin melalui per oral mendapatkan waktu penjendalan protrombin yaitu 378 detik. 1. Waktu koagulasi dan waktu penjendalan prothrombin heparin lebih lama daripada aspirin.1. Heparin mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan dengan aspirin. Berupa onset yang lebih cepat dan durasi yang lebih lama.1. Namun masih diperlukan pengamatan lebih lanjut mengenai pemberian heparin intravena karena heparin memiliki efek kerja sampai 2-3 jam.

(Lungit F Fauzia)

H. DAFTAR PUSTAKAAnonim 2013, Faal Homeostasis, www.rakhmatul-binti-fk12.web.unair.ac.id.html, diakses tanggal 24 November 2013

Anonim 2013, Obat Antikoagulan, www.apotik.medicastore.com/artikel-obat/antikoagulan-antiplatelet--fibrinolitik, diakses tanggal 24 November 2013

Anonim, 2013, Proses Pembekuan Darah, www.geschool.net, diakses tanggal 20 November 2013

Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays Anatomy for Students. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2005. Hal. 78:8-9

Evelyn, Pearce. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran. Jakarta

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Rizal, Anugrah D. I., 2012, Pengaruh Pemberian Heparin Intravena sebagai Profilaksis Deep Vein Thrombosis Terhadap Kadar Fibrinogen, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang

Schmid, K. and Friends. 1997. Animal Physiology: Adaptation and Environment. Cambridge University Press. USA

Tim Dosen Farmasi UGM, 2013, Petunjuk Praktikum Farmakologi Eksperimental II, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

4