SLE
description
Transcript of SLE
![Page 1: SLE](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082406/577c805f1a28abe054a8646f/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun pada jaringan
ikat, autoimun berarti bahwa sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri. (Matt,
2003)
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik (LES) adalah
penyakit radang atau inflamasi multisystem yang penyebabknya diduga karena adanya
perubahan sistem imun. (Albar,2003)
Lupus atau SLE berasal dari bahasa latin yang berarti anjing hutan. Sedangkan
eritematosus berarti merah. Ini untuk menggambarkan ruam merah pada kulit yang
menyerupai gigitan anjing hutan disekitar hidung dan pipi. (Dr. Fajar Rudi Qimindara,
2008)
Lupus Erithematosus adalah suatu kondisi inflamasi yang berhubungan dengan sistem
imunologis yang menyebabkan kerusakan multi organ. Lupus eritematosus
didefinisikan sebagai gangguan autoimun, dimana sistem tubuh menyerang
jaringannya sendiri.
2. Etiologi
Penyebab penyakit lupus masih belum diketahui, tetapi sistem imun terlihat sebagai
factor mediator terjadinya penyakit tersebut (Delafuente, 2002)
Penyebab lupus dapat dikategorikan menjadi 3 bagian:
a. Faktor genetik
Orang yang mempunyai riwayat keluarga dengan lupus memiliki 3-10% rseiko
menderita penyakit tidak terbatas hanya lupus, tetapi juga autoimun lainnya. Pada
kembar identik, resiko lupus meningkat menjadi 25% pada saudara kembar pasien
yang menyandang lupus.
b. Hormone
Perbandingan penderita lupus wanita : pria yaitu 9 : 1. Sebagian penyandang
wanita adalah yang masih dalam usia produktif. Esterogen terbukti sebagai
hormone yang mempengaruhi aktifnya lupus dalam penelitian pada hewan baik
2
![Page 2: SLE](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082406/577c805f1a28abe054a8646f/html5/thumbnails/2.jpg)
secara invitro maupun invivo. Sehingga harus benar-benar dipertimbangkan
diberikan terapi hormone dan alat kontrasepsi yang mengandung esterogen pada
odapus.
c. Lingkungan
Beberapa factor lingkungan diduga berperan kuat dalam mencetuskan lupus,
diantaranya adalah:
- Infeksi
Beberapa infeksi diduga menyebabkan lupus, salah satu penyebab terkuat
adalah EVB (Epstein-Barr Virus), virus penyebab demam kelenjar
( mononucleosis). Sebagian orang odapus tercatat pernah terinfeksi virus ini
dalam riwayat penyakitnya.
- Zat kimia beracun
Beberapa penelitian membuktikan bahwa paparan terhadap zat kimia dan racun
termasuk pekerjaan yang berhubungan dengan silica.
- Merokok
Merokok telah terbukti berhubungan dengan munculnya lupus. Merokok juga
meingkatkan resiko penyakit autoimun yang lain.
- Sinar matahari
Paparan terhadap ultraviolet yang tinggi telah terbukti menmyebabkan
perburukan manifestasi lupus. Yaitu menyebabkan timbulnya ruam kulit dan
munculnya gejala lupus pada organ yang lainnya.
- SLE juga dapat diinduksi oleh obat tertentu khususnya pada asetilator lambat
yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat menjadi lambat,
otot banyak terakumulasi dalam tubuh sehingga memberikan kesempatan obat
untuk berikatan dengan protein tubuh. Hal ini dianggap sebagai benda asing
oleh tubuh, sehingga tubuh membentuk kompleks antibody antinuclear (ANA)
untuk menyerang benda asing tersebut. (Herfindal et al., 2000)
- Mekanan seperti wijen (alfafa sprouts) yang mengandung asam amino L-
cannavie dapat mengurangi respon dari sel limfosit T dan B sehingga dapat
menyebabkan SLE (Delafunte, 2002)
- Infeksi virus dan bakteri dapat menyebabkan perubahan pada sistem imun
dengan menyebabkan peningkatan antibody sehingga mengaktivasi sel B
limfosit nonspesifik yang akan memicu terjadinya SLE (Herfindal et al., 2000).
3
![Page 3: SLE](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082406/577c805f1a28abe054a8646f/html5/thumbnails/3.jpg)
3. Patogenesis
Terjadinya Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dimulai dengan interaksi antara gen
yang rentan serta factor lingjkungan yang menyebabkan terjadinya respon imun yang
abnormal. Respon tersebut terdiri dari pertolongan sel T hiperaktif pada sel B yang
hiperaktif pula, dengan aktivasi poliklonal stimulasi antigenic spesifik pada kedua sel
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) mekanisme yang menekan respon hiperaktif
seperti itu, mengalami gangguan. Hasil dari respon imun abnormal tersebut adalah
produksi autoantibody dan pembentukan immune complex. Subset pathogen
autoantibody dan deposit immune complex dijaringan serta kerusakan awal yang
ditimbulkannya merupakan karakteristik Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
Antigen dari luar yang akan diproses makrofag akan menyebabkan berbagai keadaan
seperti: apoptosis, aktivasi atau kematian sel tubuh, sedangkan beberapa antigen tubuh
tidak dikenal (self antigan), contoh: nucleosomes, U1RP, Ro/SS-A. antigen tersebut
diproses seperti umunya antigen lain oleh magrofag dan sel B. Peptida ini akan
menstimulasi sel T dan akan diikat sel B pada receptornya sehingga menghasilkan
suatu antibody yang merugikan tubuh. Antibody yang dibentuk peptide ini dan
antibody yang terbentuk oleh antigen eksternal akan merusak target organ
(glomerulus, sel endotel, trombosit). Disisi lain antibody juga berkaitan dengan
antigennya sehingga terbentuk immune complex yang merusak berbagai organ bila
mengendap.
Perubahan abnormal dalam system imun tersebut dapat mempresentasikan protein
RNA, DNA dan phospolipid dalam system imun tubuh. Beberapa autoantibody dapat
meliputi trombosit dan eritrosit karena antibody tersebut dapat berikatan dengan
glycoprotein II dan III di dinding trombosit dan eritrosit. Pada sisi lain antibody dapat
bereaksi dengan antigen cytoplasmic trombosit dan eritrosit yang menyebabkan
apoptosis.
Peningkatan immune complex sering ritemukan pada SLE dan ini menyebabkan
kerusakan jaringan bila mengendap. Immune complex juga berkaitan dengan
complemen yang akhirnya menimbulkan hemolisis karena ikatannya pada receptor
C3b pada eritrosit.
4
![Page 4: SLE](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082406/577c805f1a28abe054a8646f/html5/thumbnails/4.jpg)
Kerusakan pada endotel pembuluh darah terjadi akibat deposit immune complex yang
melibatkan berbagai aktivasi complemen, PMN dan berbagai mediator inflamasi.
Keadaan-keadaan yang terjadi pada cytokine pada penderita SLE adalah
ketidakseimbangan jumlah dan jenis-jenis cytokine. Keadaan ini akan meningkatkan
aktivasi sel B untuk menutup antibody
4. Patofisiologi
Patogenesis SLE terdiri dari tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase propagasi, dan fase
puncak (flares). Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang menginisiasi kematian sel
secara apoptosis dalam konteks proimun. Kejadian ini disebabkan oleh berbagai agen
yang sebenarnya merupakan pajanan yang cukup sering ditemukan pada manusia,
namun dapat menginisiasi penyakit karena kerentanan yang dimiliki oleh pasien SLE.
Fase profagase ditandai dengan aktivitas autoantibodi dalam menyebabkan cedera
jaringan. Autoantibodi pada lupus dapat menyebabkan cedera jaringan dengan cara
1. pembentukan dan generasi kompleks imun,
2. berikatan dengan molekul ekstrasel pada organ target dan mengaktivasi fungsi
efektor inflamasi di tempat tersebut
3. secara langsung menginduksi kematian sel dengan ligasi molekul permukaan atau
penetrasi ke sel hidup.
Fase puncak merefleksikan memori imunologis, muncul sebagai respon untuk
melawan sistem imun dengan antigen yang pertama muncul. Apoptosis tidak hanya
terjadi selama pembentukan dan homeostatis sel namun juga pada berbagai penyakit,
termasuk SLE. Jadi, berbagai stimulus dapat memprovokasi puncak penyakit.
5
![Page 5: SLE](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082406/577c805f1a28abe054a8646f/html5/thumbnails/5.jpg)
5. Tanda dan Gejala
Pada awal perjalanannya, penyakit ini ditandai dengan gejala klinis yang tak
spesifik, antara lain lemah, kelelahan yang sangat, lesu berkepanjangan, panas,
demam, mual, nafsu makan menurun, dan berat badan turun. Gejala awal yang
tidak khas ini mirip dengan beberapa penyakit yang lain. Oleh karena gejala
penyakit ini sangat luas dan tidak khas pada awalnya, maka tidak sembarangan
untuk mengatakan seseorang terkena penyakit lupus.
6
![Page 6: SLE](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082406/577c805f1a28abe054a8646f/html5/thumbnails/6.jpg)
Menurut American College Of Rheumatology 1997, yang dikutip Qiminta,
diagnosis SLE harus memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan. Adapun
penjelasan singkat dari 11 gejala tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada
bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
2. Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai
adanya jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
3. Fotosensitive, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar
matahari
4. Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
5. Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala
ini dijumpai pada 90% odapus.
6. Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi
cairan.
7. Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine.
8. Gangguan pada otak/sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan
lain-lain.
9. Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit
berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia
10. Tes ANA (antinuclear Antibody) positif
11. Gangguan sistem kekebalan tubuh.
6. Komplikasi
- Hipertensi
- Gangguan pertumbuhan
- Gangguan paru-paru kronik
- Kerusakan muskuluskeleta
- Gagal ginjal
- Kerusakan jaringan otak
- Infeksi skunder
7