SKRIPSI UNNES 3
-
Upload
ary-rizqi-rachman -
Category
Documents
-
view
174 -
download
5
Embed Size (px)
description
Transcript of SKRIPSI UNNES 3

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED-HEADS-TOGETHER) DENGAN
PEMANFAATAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) PADA POKOK
BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR (KUBUS DAN BALOK)
SISWA KELAS VIII SEMESTER 2 SMP N 6 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2006/2007
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1
untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh:
Nama : Noor Azizah
NIM : 4101403043
Prodi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007

ii
PENGESAHAN
SKRIPSI
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED-HEADS-TOGETHER) DENGAN
PEMANFAATAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR (KUBUS DAN BALOK) SISWA KELAS VIII SEMESTER 2 SMP N 6 SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2006/2007
Skripsi ini telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang Hari : Senin Tanggal : 27 Agustus 2007
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris Drs. Kasmadi Imam S., M.S Drs. Supriyono, M.Si NIP. 130781011 NIP. 130815345 Pembimbing Utama Penguji Utama Dra. Kristina Wijayanti, M.S Drs. Moch. Chotim, M.S NIP. 131568307 NIP. 130781008 Pembimbing Pendamping Anggota I Dra. Sunarmi, M.Si Dra. Kristina Wijayanti, M.S NIP. 131763886 NIP. 131568307
Anggota II Dra. Sunarmi, M.Si NIP. 131763886

iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dirujuk dalam
skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang,
Noor Azizah NIM. 4101403043

iv
ABSTRAK Noor Azizah (4101403043), “Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) Dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan metode ekspositori, di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran tercapai maka guru pelajaran matematika perlu memilih model pembelajaran yang tepat, salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif NHT (Numbered-Heads-Together) dengan pemanfaatan LKS. Pembelajaran kooperatif NHT akan menciptakan lingkungan belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan keterlibatan total siswa dalam pembelajaran, sehingga akan meningkatkan pemahaman siswa. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media LKS lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) untuk siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media LKS lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan Bangun ruang sisi datar (Kubus dan Balok) siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP 6 Semarang tahun pelajaran 2006/2007. Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan cara random sampling diambil sampel sebanyak 2 kelas yaitu siswa kelas VIIIF sebagai kelompok eksperimen yang dikenai model pembelajaran kooperatif NHT dan siswa kelas VIIIH sebagai kelompok kontrol yang dikenai metode pembelajaran ekspositori. Pada akhir pembelajaran kedua kelas sampel diberi tes akhir dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembedanya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi dan tes. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas data hasil tes dari kedua kelompok tersebut diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan homogen. Pengujian hipotesis digunakan uji t, dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 3,57 sedangkan nilai ttabel = 1.66, oleh karena itu thitung > ttabel maka Ho ditolak dan hipotesis diterima. Jadi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media LKS lebih efektif dibanding pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) untuk siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang. Disarankan guru dapat terus mengembangkan pembelajaran kooperatif NHT dan menerapkan pada materi lain.

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. Berdoa, Berusaha dan Berserah diri pada-Nya. (Penulis)
2. Hapuslah peluh dan keringat orang tuamu dengan mempersembahkan
yang terbaik bagi mereka.
3. Jika kegagalan bagaikan hujan dan kesuksesan bagaikan matahari,
maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi (Ust. Yusuf
Mansyur).
4. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Insyirah : 6).
Persembahan:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan
moril dan materiil.
2. Mas Udin dan adek-adekku yang selalu mendukungku.
3. Guru-guruku
4. Sahabat-sahabatku terima kasih atas persahabatan tulus
dari kalian.
5. Teman-teman penghuni dan ex penghuni “kost Pasadena”
terima kasih atas dukungan, inspirasi, kebersamaan dan
hari-hari indah bersama kalian yang tak pernah
terlupakan.
6. Teman-teman Pend. Mat’03 tetap jaga kekompakan dan
SEMANGAT !!!

vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya, serta kemudahan dan kelapangan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED-HEADS-
TOGETHER) DENGAN PEMANFAATAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA)
PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR (KUBUS DAN
BALOK) SISWA KELAS VIII SEMESTER 2 SMP N 6 SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2006/2007”
Penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Supriyono, M. Si., Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
4. Dra. Kristina Wijayanti, M.S., Dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan
skripsi.
5. Dra. Sunarmi, M.Si., Dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

vii
6. Dra. Oemi Khulsum, Kepala SMP N 6 Semarang yang telah memberikan ijin
penelitian.
7. Mardiyanti Pujiastuti, SH., Wakil Kepala SMP N 6 Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian.
8. Pambudi S.Pd., Guru matematika kelas VIII SMP N 6 Semarang yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini.
9. Siswa-siswi kelas VIII SMP N 6 Semarang tahun ajaran 2006/2007 atas
kesediaanya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini.
10. Bapak dan Ibu guru serta karyawan SMP N 6 Semarang atas segala bantuan
yang diberikan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum
sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Semarang, 2007
Penulis

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PENGESAHAN ................................................................................................ ii
PERNYATAAN................................................................................................ iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DARTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Penegasan Istilah ............................................................................ 4
D. Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 6
E. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ............................................ 9
A. Landasan Teori................................................................................ 9
1. Belajar dan Pembelajaran.......................................................... 9
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah....................................... 12
3. Pembelajaran Kooperatif........................................................... 15
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ......................................... 20
5. Pembelajaran Konvensional...................................................... 24

ix
6. Hasil Belajar.............................................................................. 25
7. Lembar Kerja Siswa (LKS)....................................................... 26
8. Materi Kubus dan Balok ........................................................... 28
B. Kerangka Berpikir........................................................................... 37
C. Hipotesis.......................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 40
A. Jenis dan Rancangan penelitian ...................................................... 40
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 41
C. Variabel Penelitian .......................................................................... 42
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 42
E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 43
F. Metode Analisis Data...................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 61
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 61
B. Pembahasan..................................................................................... 66
BAB V PENUTUP....................................................................................... 72
A. Simpulan .......................................................................................... 72
B. Saran................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73

x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Nama Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.................. 75
Lampiran 2. Daftar Nama Kelompok............................................................. 76
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I........................................ 77
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa 01 ............................................................ 82
Lampiran 5. Instrumen Soal Pembelajaran I.................................................. 88
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ...................................... 93
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa 02 ............................................................ 97
Lampiran 8. Instrumen Soal Pembelajaran II ................................................ 102
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III..................................... 109
Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa 03 ............................................................ 112
Lampiran 11. Instrumen Soal Pembelajaran III ............................................... 118
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV..................................... 124
Lampiran 13. Lembar Kerja Siswa 04 ............................................................ 127
Lampiran 14. Instrumen Soal Pembelajaran IV............................................... 131
Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional................... 137
Lampiran 16. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba ....................................................... 151
Lampiran 17. Instrumen Tes Uji Coba............................................................. 153
Lampiran 18. Daftar Nama Kelas Uji Coba..................................................... 159
Lampiran 19. Analisis Uji Coba Tes................................................................ 160
Lampiran 20. Contoh Perhitungan Validitas Instrumen. ................................. 164
Lampiran 21. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Instrumen......................... 166

xi
Lampiran 22. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen .................. 169
Lampiran 23. Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen............................... 172
Lampiran 24. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar................................................. 174
Lampiran 25. Instrumen Tes Hasil Belajar ...................................................... 176
Lampiran 26. Data Kondisi Awal Penelitian ................................................... 182
Lampiran 27. Uji Normalitas Data Awal Kelompok Eksperimen ................... 184
Lampiran 28. Uji Normalitas Data Awal Kelompok Kontrol.......................... 185
Lampiran 29. Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Awal Kelompok
Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.................................... 186
Lampiran 30. Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Awal Kelompok
Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.................................... 187
Lampiran 31. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .................................................................... 188
Lampiran 32. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Kelompok Eksperimen ...... 191
Lampiran 33. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Kelompok Kontrol ............. 192
Lampiran 34. Uji Kesamaan Dua Varians Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.................................... 193
Lampiran 35. Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
dengan Kelompok Kontrol....................................................... 194
Lampiran 36. Uji ketuntasan Belajar Kelompok Eksperimen ......................... 195
Lampiran 37. Uji Ketuntasan Belajar Kelompok Kontrol ............................... 196
Lampiran 38. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Eksperimen.......... 197
Lampiran 39. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Kontrol ................ 198

xii
Lampiran 40. Daftar Kritik Uji T..................................................................... 199
Lampiran 41. Tabel Nilai Chi Kuadrat ............................................................ 200
Lampiran 42. Daftar Kritik Uji F ..................................................................... 201
Lampiran 43. Daftar Kritik r Product Moment ................................................ 202
Lampiran 44. Daftar Kritik Z dari 0 ke Z......................................................... 203
Lampiran 45. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 204
Lampiran 46. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 205

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi
di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu,
mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan pada
setiap jenjang pendidikan dari mulai pendidikan dasar.
Pada kenyataannya matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran
yang susah untuk dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa
yang kurang memuaskan. Selama ini umumnya siswa hanya bermodal
menghafal rumus untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Hal tersebut
dikarenakan matematika bersifat abstrak dan membutuhkan pemahaman
konsep-konsep. Faktor lain yang berpengaruh adalah cara mengajar guru yang
tidak tepat. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan
metode ekspositori, di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif,
dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa
mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar
akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan
secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran.
1

2
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan
keterlibatan aktif antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain
itu, pada kurikulum sebelumnya atau KBK menekankan bahwa belajar
matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan
meliputi learning to do, lerning to be, hingga learning to live together
(Suyitno, 2004: 60). Oleh karena itu, pengajaran matematika perlu diperbarui,
di mana siswa diberikan porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru,
bahkan siswa harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Sasaran dari
pembelajaran matematika adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis,
kritis dan sistematis.
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui
model pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif
menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan
pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau
anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling
menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang
berprestasi tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim,
2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas
kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered
Heads Together). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model

3
pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok
beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru
mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru
menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut
Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya
adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya
tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya
tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini
upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam
dalam diskusi kelompok.
Materi yang peneliti pilih pada penelitian ini adalah pokok bahasan
bangun ruang sisi datar, karena pada materi ini diperlukan kemampuan
visualisasi yang tinggi dan banyak dijumpai bangun ruang sisi datar pada
kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan persoalan yang menyangkut
bangun ruang sisi datar seringnya siswa hanya bermodal memasukkan angka
ke rumus tanpa dibarengi pemahaman konsep yang mendalam. Melalui media
pembelajaran matematika yang salah satunya adalah LKS dengan metode
penemuan terbimbing siswa dapat mengetahui dari mana sebenarnya rumus
yang digunakan berasal.
Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan di SMP N 6
Semarang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah.
Kurikulum yang digunakan di sekolah ini yaitu KTSP, namun paradigma lama

4
di mana guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih
dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling
praktis dan tidak menyita banyak waktu.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka peneliti mengadakan penelitian
dengan judul “Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT (Numbered-Heads-Together) dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja
Siswa) Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa
Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ”Apakah
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan
media LKS lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional
pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) untuk siswa
kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang?”
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini,
maka perlu adanya penegasan-penegasan istilah yang terdapat dalam
penelitian ini.
1. Keefektifan
Artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan (tentang usaha atau
tindakan) (KBBI, 2003: 284).

5
Keefektifan artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap usaha
atau tindakan (Poerwadarminta, 1999).
Dalam penelitian ini yang dimaksud efektif adalah jika:
a. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen ≥ 65.
b. Melalui uji-t, diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen lebih besar daripada rata-rata hasil belajar pada kelas
kontrol.
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok
kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama.
3. Model Pembelajaran Kooperatif NHT
NHT merupakan kegiatan belajar kooperatif dengan 4 tahap
kegiatan. Pertama, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi satu nomor
1, 2, 3, dan 4. Kedua, guru menyampaikan pertanyaan. Ketiga, berpikir
bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu
dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Keempat, guru menyebut nomor (1, 2, 3, atau 4) dan siswa dengan nomor
yang bersangkutan yang harus menjawab (Widdiharto, 2004:18).

6
4. LKS
LKS adalah media cetak yang berupa lembaran kertas yang berisi
informasi soal/pertanyaan yang harus dijawab siswa.
5. Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar
Dalam penelitian ini yang dibahas adalah pokok bahasan bangun
ruang sisi datar, yang meliputi sifat-sifat kubus dan balok, jaring-jaring
kubus dan balok, luas permukaan kubus dan balok, dan volum kubus dan
balok.
6. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa
diterapkan di lapangan. Dalam hal ini menggunakan metode ekspositori
7. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri
6 Semarang tahun Pelajaran 2006/2007.
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan menggunakan media LKS lebih efektif daripada menggunakan
pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar
(Kubus, Balok) untuk siswa kelas VIII semester 2 SMP N 6 Semarang.

7
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi siswa
1) Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan
bangun ruang sisi datar (kubus dan balok).
2) Dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk dapat
bertukar pengetahuan dengan siswa lain sehingga meningkatkan
pemahaman siswa.
3) Siswa merasa senang karena merasa dilibatkan dalam proses
pembelajaran.
4) Meningkatkan kemampuan bersosialisasi siswa.
b. Bagi Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat mengetahui variasi
strategi belajar mengajar yang dapat digunakan sebagai salah satu
usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan sesuai dengan
materi pelajaran.
c. Bagi Peneliti
Mendapat pengalaman menerapkan pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran kooperatif NHT yang kelak dapat diterapkan saat
terjun di lapangan.

8
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari
bagian awal skripsi, bagian inti skripsi, dan bagian akhir skripsi.
Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman
pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan
daftar lampiran
Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, mengemukakan tentang alasan pemilihan judul,
masalah yang dihadapi, penegasan istilah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi
permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan
teoritis yang diterapkan dalam skripsi, pokok bahasan yang
terkait dengan pelaksanaan penelitian dan hipotesis.
BAB III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian dan rancangan
penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian,
metode pengumpulan data, instrumen penelitian, metode analisis
data, dan hasil uji coba alat ukur.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian
yang dilakukan dan pembahasannya.
BAB V Penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-
saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.
Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Pengertian belajar dalam arti sehari-hari adalah sebagai
penambahan pengetahuan, namun ada yang mengartikan bahwa belajar
sama dengan menghafal karena orang belajar akan menghafal. Pengertian
belajar ini masih sangat sempit, karena belajar bukan hanya membaca dan
menghafal tapi juga penalaran.
Berikut ini akan disajikan beberapa teori belajar menurut para ahli.
a. Gagne dan Berliner
Belajar merupakan proses dimana sesuatu oerganisme mengubah
perilakunya karena hasil dari pengalaman (Anni, 2004:2).
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami
dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka
harus bisa menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya,
dan berkutat dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang
mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang
harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri.
Sebaliknya tugas guru yang paling utama adalah: (a) memperlancar
siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi
9

10
bermakna dan relevan dengan siswa; (b) memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri;
(c) menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi
belajarnya sendiri. Di samping itu guru harus mampu mendorong
siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi
yang dipelajarinya.
(Anni, 2004:49-50)
c. W. S. Winkel
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
dan nilai sikap. Maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah kegiatan
mental yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya yang dapat
mengubah intelektual.
(Darsono, 2000:4)
d. Teori Piaget
Teori ini berpendapat bahwa anak membangun sendiri skematanya dari
pengalamannya sendiri dan lingkungan. Dalam pandangan Piaget
pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian
besar tergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungannya.

11
Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut.
1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak,
tidak sekedar pada hasilnya.
2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam kemajuan
perkembangan.
(http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf)
Implikasi teori ini menekankan melakukan upaya untuk mengatur
aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam
bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam
bentuk klasikal.
e. Teori Vygotsky
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekat
pembelajaran sosiokultural. Inti teori ini adalah menekankan interaksi
antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan
penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran
Menurut Howe dan Jones ada dua implikasi utama teori Vygotsky
dalam pendidikan.
1) Menghendaki tatanan kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif
antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-
tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

12
(zone of proximal development) mereka. ZPD adalah jarak antara
tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
2) Pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding,
konsep scaffolding berarti memberikan kepada siswa sejumlah
besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian
mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan
kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya sendiri.
(http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf)
Ringkasnya, menurut teori Vygotsky, siswa perlu belajar dan
bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi
dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 2).
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah
Menurut Erman Suherman (1993:134) matematika sekolah
dimaksukan sebagai bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari
siswa sekolah (formal), yaitu siswa SD, SLTP, SLTA. Pada matematika

13
sekolah, siswa mempelajari matematika yang sifat materinya masih
elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk prasyarat
konsep yang lebih tinggi, banyak aplikasinya dalam kehidupan di
masyarakat, dan pada umumnya dalam mempelajari konsep-konsep
tersebut bisa dipahami melalui pendekatan induktif.
Sesuai dengan tujuan pendidikan matematika di sekolah,
matematika sekolah berperan:
a. untuk mempersiapkan anak didik agar mampu menghadapi perubahan-
perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang senantiasa berubah,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional, kritis
dan cermat, obyektif, kreatif, efektif dan diperhitungkan secara analitis-
sintetis,
b. untuk mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara
fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu
pengetahuan.
Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan tercapai
dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA
mencakup pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi serta
pemecahan masalah. Adapun kriteria dari ketiga aspek tersebut adalah:
a. Pemahaman Konsep
1) Menyatakan ulang suatu konsep.
2) Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

14
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematika.
5) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
b. Penalaran dan Komunikasi
1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar
dan diagram.
2) Mengajukan dugaan.
3) Melakukan manipulasi matematika.
4) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadap kebenaran solusi.
5) Menarik kesimpulan dari pernyataan.
6) Memeriksa kesahihan suatu argumen.
7) Menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat
generalisasi.
c. Pemecahan Masalah
1) Menunjukkan pemahaman masalah.
2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam
pemecahan masalah.
3) Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.
4) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.

15
5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
6) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
7) Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
(Rahmah, 2006:19)
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Mohamad Nur (2005:1-2) pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda
kemampuannya, jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk
membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim. Semua
anggota kelompok saling membantu anggota yang lain dalam
kelompok yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai
keberhasilan kelompok dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk
kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai
sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10) terdapat tiga tujuan
instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran
kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, pengembangan keterampilan sosial.

16
1) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai
siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik (Ibrahim, 2000:7).
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan
ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain (Ibrahim,
2000:9)

17
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki
oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial (Ibrahim, 2007:9).
c. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Agar pembelajaran secara kooperatif atau kerja kelompok dapat
mencapai hasil yang baik maka diperlukan unsur-unsur sebagai
berikut.
1) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup
sepenanggungan”.
2) Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya
mempunyai tujuan yang sama.
4) Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama pada
semua anggota kelompok.
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua
anggota kelompok.
6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

18
7) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama.
(Ibrahim, 2000:6)
d. Landasan Teori dan Empirik Pembelajaran Kooperatif
Perkembangn model pembelajaran kooperatif pada masa kini dapat
dilacak dari karya para ahli psikologi pendidikan dan teori belajar pada
awal abad ke-20, diantaranya :
1) John Dewey, Herbert Thelan, dan Kelas Demokratis
John Dewey menetapkan sebuah konsep pendidikan yang
menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin masyarakat yang lebih
besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang
kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mengharuskan guru
menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial
yang bercirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah.
Seperti halnya Dewey, Thelan berargumentasi bahwa kelas
haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi.
(Ibrahim, 2000:12)
2) Gordon Allport dan Relasi Antar Kelompok
Ahli sosiologi Gordon Allport mengingatkan bahwa hukum
saja tidak akan mengurangi kecurigaan antar kelompok dan
mendatangkan penerimaan serta pemahaman yang lebih baik.
Gordon merumuskan 3 kondisi dasar untuk mencegah terjadinya

19
kecurigaan antar ras dan etnik, yaitu: a) kontak langsung antar
etnik, b) sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang
sama antara anggota dari berbagai kelompok dalam suatu setting
tertentu, c) setting secara resmi mendapat persetujuan kerjasama
antar etnik.
3) Belajar Berdasakan Pengalaman
Johnson&Johnson seorang pencetus teori-teori unggul
tentang pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa belajar
berdasarkan pengalaman didasarkan atas tiga asumsi:
a) Bahwa belajar paling baik jika secara pribadi terlibat dalam
pengalaman belajar itu.
b) Bahwa pengetahuan harus ditemukan sendiri apabila
pengetahuan itu hendak dijadikan pengetahuan yang bermakna
atau membuat suatu perbedaan tingkah laku.
c) Bahwa komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila anda
bebas menetapkan tujuan pembelajaran sendiri dan secara aktif
mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka tertentu.
(Ibrahim, 2000:15)
4) Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan
Akademik
Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa
disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan
tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa,

20
pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam
bidang akademis mereka. Setelah menelaah sejumlah penelitian,
Slavin (Muslimin , 2000:16) mengatakan bahwa kelas kooperatif
menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Hasil lain penelitian juga
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak
yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.
Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar
rendah antara lain: a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas,
b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, c) memperbaiki sikap
terhadap IPA dan sekolah, d) penerimaan terhadap perbedaan
individu menjadi besar, e) pemahaman yang lebih mendalam,
f) motivasi lebih besar, g) hasil belajar lebih tinggi, h) retensi lebih
lama, i) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
(Ibrahim, 2000:16)
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Model NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri
atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan
informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Model
pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
tingkat kesulitannya terbatas.
Struktur NHT sering disebut berpikir secara kelompok. NHT
digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

21
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan
sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari NHT adalah guru
hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam
menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa
yang akan mewakili kelompok tersebut. Menurut Muhammad Nur
(2005:78), dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua
siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan
tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu model
pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan
berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha
memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang
disajikan oleh guru seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim, dkk (2000:7)
bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan memberi keuntungan
baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis.
Adapun tahapan dalam pembelajan NHT antara lain yaitu
penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab
(Nur, 2005:79; Ibrahim, dkk, 2000:27-28; Nurhadi, dkk, 2003:67).

22
Tahap 1: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan
setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau
bentuk arahan.
Tahap 3: Berpikir bersama,
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Tahap 4: Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
Adapun langkah-langkah pembelajaran NHT adalah:
a. Pendahuluan
Fase 1: Persiapan
1) Guru melakukan apersepsi
2) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

23
4) Guru memberikan motivasi
b. Kegiatan inti
Fase 2: Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tahap pertama
1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang
beranggotakan 4 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor
1-4.
2) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing
Tahap kedua
Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas
untuk mengerjakan soal-soal di LKS
Tahap ketiga
Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dalam LKS tersebut dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut
Tahap keempat
1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya
dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain

24
diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil
diskusi kelompok tersebut.
2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok
dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil
dengan baik.
Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil
dari pengerjaan LKS.
c. Penutup
Fase 3: penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
2) Guru memberikan tugas rumah
3) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang
telah diajarkan dan materi selanjutnya.
5. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh guru. Pada umumnya yang diterapkan yaitu metode
ekspositori. Metode ekspositori adalah cara penyampaian materi pelajaran
dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di
awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab
(Suyitno, 2004:4)
Dalam metode ekspositori siswa tidak hanya mendengar dan
membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan

25
dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat menjelaskan
pekerjaan siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan
soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama
dengan temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis (Suherman,
2003).
Kelebihan dari metode ekspositori adalah:
a. Dapat menampung kelas besar, setiap siswa mempunyai kesempatan
aktif yang sama.
b. Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.
c. Guru dapat menentukan terhadap hal-hal yang dianggap penting.
d. Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual
maupun klasikal.
Kekurangan dari metode ekspositori adalah:
a. Pada metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti
aktivitas mental siswa.
b. Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan
pelajaran).
c. Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang.
d. Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat
siswa tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek

26
perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
pembelajar (Anni, 2004: 4). Dalam pembelajaran perubahan perilaku yang
harus dicapai oleh pebelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, hasil belajar merupkan hal yang
penting karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilakukan. Hasil
belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk menukur dan menilai
apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari atas bimbingan guru
sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
7. Lembar Kerja Siswa
a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat
bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat
peraga pembelajaran matematika. Secara umum LKS merupakan
perangkat pembelajaran sebagai pelengkap/sarana pendukung
pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RP). Lembar kerja siswa berupa
lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa) (Hidayah & Sugiarto,
2006).
Menurut Amin Suyitno (Lestari, 2006:19) LKS adalah media
cetak yang berupa lembaran kertas yang berisi informasi
soal/pertanyaan yang harus dijawab siswa. LKS ini sangat baik dipakai

27
untuk menggalakkkan keterlibatan siswa dalam belajar, baik
dipergunakan dalam strategi heuristic maupun strategi ekspsitorik.
Dalam strategi heuristik, LKS dipakai dalam penerapan metode
penemuan terbimbing sedangkan strategi ekspositorik LKS dipakai
untuk memberikan latihan pengembangan. LKS ini sebaiknya
dirancang oleh guru sendiri sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan
pembelajarannya.
b. Kriteria Pembuatan LKS
LKS yang digunakan siswa harus dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat dikerjakan siswa dengan baik dan dapat memotivasi
belajar siswa. Menurut Tim Penatar Propinsi Dati I Jawa Tengah, hal-
hal yang diperlukan dalam penyusunan LKS dantaranya adalah.
1) berdasarkan GBPP yang berlaku, AMP, buku pegangan siswa
(buku paket),
2) mengutamakan bahan-bahan yang penting,
3) menyesuaikan tingkat kematangan berfikir siswa.
c. Kelebihan dan Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
1). Kelebihan Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Pandoyo (Lestari, 2006:19-20), kelebihan dari
penggunaan LKS adalah.
a) Meningkatkan aktivitas belajar
b) Mendorong siswa mampu bekerja sendiri

28
c) Membimbing siswa secara baik kearah pengembangan
konsep.
2). Kekurangan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Kekurangan dari penggunaan LKS adalah.
a) Bisa disalahgunakan guru
Sewaktu siswa mengerjakan LKS, guru yang seharusnya
mengamati bisa meninggalkannya. Hal tersebut terjadi bila
guru tidak bertanggungjawab atas proses belajar mengajar
yang dipimpinnya.
b) Memerlukan biaya yang belum tentu dianggap murah
8. Materi Kubus dan Balok
a. Kubus
1) Pengertian kubus
Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang
sisi yang kongruen berbentuk persegi.
Bangun di samping adalah kubus
ABCD.EFGH
2) Sifat-sifat kubus
Dari gambar di atas didapat sifat-sifat kubus antara lain:
a) Mempunyai 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G,
dan H.
B A
H G
D
F E
C

29
b) Mempunyai 6 buah bidang sisi yang kongruen berbentuk
persegi, terdiri atas:
Sisi yang merupakan bidang alas kubus, yaitu ABCD,
Sisi yang merupakan bidang atas kubus, yaitu EFGH,
Sisi tegak kubus, yaitu ABFE, BCGF, CDHG, dan ADHE.
c) Mempunyai 12 buah rusuk yang sama panjang, yaitu AB, BC,
CD, AD, EF, FG, GH, HE, BF, CG, AE, dan DH.
d) Mempunyai 12 buah diagonal sisi (bidang) yang sama panjang,
yaitu AF, BE, BG, CF, CH, DG, DE, AH, AC, BD, EG, dan
FH.
e) Mempunyai 6 buah bidang diagonal yang kongruen berbentuk
persegi panjang, yaitu ABGH, EFCD, FGDA, BFHD, dan
AEGC.
f) Mempunyai 4 buah diagonal ruang yang sama panjang, yaitu
AG, BH, CE, dan DF.
3) Panjang diagonal bidang sisi
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan
ukuran rusuknya adalah s cm.
Pada bidang ABCD, garis AC merupakan diagonal bidang sisi.
Untuk menentukan panjang AC:
Perhatikan Δ ABC siku-siku di B pada bidang alas ABCD!
s A
E
B
H G
D
F
C

30
Menurut dalil pythagoras:
AC2 = AB2 + BC2
AC = 22 BCAB +
= 22 ss +
= 22s
= 2s
Jadi, panjang diagonal bidang AC adalah 2s cm
Karena rusuk kubus memiliki panjang yang sama, maka
panjang diagonal bidang memiliki panjang yang sama pula.
4) Panjang diagonal ruang
Garis AG pada kubus ABCD.EFGH di atas
merupakan diagonal ruang kubus.
Untuk menentukan panjang AG:
Perhatikan bidang diagonal ACGE, ACG
siku-siku di C.
Menurut dalil pythagoras
AG2 = AC2 + CG2
AG = 22 CGAC +
= ( ) 222 ss +
= 222 ss +
= 3s
A
s
s B
C D
s
2s
E G
C A

31
b. Balok
1) Pengertian balok
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang
(sisi) atau 3 pasang sisi yang kongruen berbentuk persegi panjang.
Bangun di samping adalah balok
ABCD.EFGH.
2) Sifat-sifat balok
a) Mempunyai 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G,
dan H.
b) Mempunyai 6 buah bidang sisi berbentuk persegi panjang dan
tiap bidang sisi yang berhadapan kongruen, yaitu:
ABCD dan EFGH,
ABFE dan DCGH,
BCGF dan ADHE.
c) Mempunyai 12 rusuk yang dikelompokkan menjadi tiga
kelompok rusuk-rusuk yang sama dan sejajar:
AB sama dan sejajar dengan DC, EF, dan HG, yang
selanjutnya disebut panjang balok.
C
G H
E
B A
F
D
Pada sebuah kubus, jika ukuran panjang rusuknya s cm, maka ukuran
panjang diagonal bidangnya 2s cm dan panjang diagonal ruangnya
3s cm.

32
BC sama dan sejajar dengan AD, FG, dan EH, yang
selanjutnya disebut lebar balok.
AE sama dan sejajar dengan BF, CG, dan DH, yang
selanjutnya disebut tinggi balok.
d) Mempunyai 12 diagonal bidang sisi, yaitu AF, BE, BG, CF,
CH, DG, DE, AH, AC, BD, EG, dan HF.
AF = BE = CH = DG
BG = CF = AH = DE
BD = AC = EG = HF
e) Mempunyai 6 buah bidang diagonal yang berbentuk persegi
panjang, yaitu ABGH, EFCD, BCHE, FGDA, BFHD, dan
AEGC.
f) Mempunyai 4 buah diagonal ruang, yaitu AG, BH, CE, dan
DF.
3) Panjang diagonal bidang sisi balok
diketahui balok ABCD.EFGH
dengan ukuran panjang, lebar, dan
tinggi berturut-turut p ℓ, dan t.
Pada bidang ABCD, garis BD merupakan diagonal bidang sisi.
Pada bidang ABFE, garis AF merupakan diagonal bidang sisi.
B
H
E
ℓ
t
p
G
A
C
F
D

33
Pada bidang BCGF, garis BG merupakan diagonal bidang sisi.
Menentukan panjang BD:
Perhatikan bidang alas ABCD!
Menurut dalil pythagoras
BD2 = AB2 + AD2
= 22 ADAB +
= 22 λ+p
Menentukan panjang AF:
Perhatikan bidang ABFE!
Menurut dalil pythagoras
AF2 = AB2 + FB2
AF = 22 FBAB +
AF = 22 tp +
Menentukan panjang BG:
Perhatikan bidang BCGF!
Menurut dalil pythagoras
BG2 = BC2 + CG2
BG = 22 CGBC +
t
p
E F
B A
t
ℓ
F G
C B
ℓ
p
D C
BA

34
BG = 22 t+λ
Jadi, panjang diagonal bidang sisi suatu balok tidak sama, hal ini
bergantung pada ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok itu.
4) Panjang diagonal ruang balok
Garis HB merupakan diagonal ruang
dari balok ABCD.EFGH
Menentukan panjang garis HB:
HB2 = DB2 + DH2
HB = 22 DHDB +
HB = 222 tp ++ λ
c. Jaring-jaring
Jaring-jaring adalah bangun datar yang diperoleh dari suatu bangun
ruang diiris pada beberapa rusuknya kemudian direbahkan.
1) Kubus
Jaring-jaringnya
t
22 λ+p
H F
B D
Pada balok dengan ukuran panjang p, lebar ℓ, dan tinggi t, maka panjang diagonal ruangnya adalah 222 tp ++ λ
D
H G
F E
C
B A
H
E
E F
A B F E
HG C
G H
D

35
2) Balok
d. Luas Permukaan
Luas permukaan suatu bangun ruang adalah jumlah luas seluruh
permukaan (bidang) bangun tersebut.
Luas permukaan bangun ruang sama dengan luas jaring-jaringnya.
1). Luas permukaan Kubus
Luas permukaan kubus adalah luas jaring-jaring kubus
Jaring-jaring kubus terdiri atas 6 buah persegi dengan sisi-sisinya,
misalkan s.
Luas jaring-jaring kubus = 6 (luas persegi)
= 6 (s2)
= 6s2
G
H E
F E H G
C
BA
D A BC
jaring-jaringnya
B A
HG
E
C
F
D
Jaring-jaringnya
D
H G
F E
C
B A
H
E
E F
A B F E
HG C
G H
D

36
2). Luas permukaan balok
Misalkan p panjang balok, ℓ adalah lebar balok, dan t adalah tinggi
balok. Jarng-jaring balok terdiri atas 3 pasang persegi yang luasnya
berbeda, yaitu:
Luas persegi panjang ABCD dan EFGH = (pℓ) + (pℓ) = 2 pℓ
Luas persegi panjang ABFE dan CDHE = (pt) + (pt) = 2 pt
Luas persegi panjang BCGF dan ADHE = (ℓt) + (ℓt) = 2 ℓt
Luas jaring-jaring balok = 2 pℓ+ 2 pt + 2 ℓt = 2(pℓ + pt + ℓt)
Jadi,
e. Volum
1). Volum Kubus
Diketahui kubus dengan panjang rusuknya adalah s cm.
Volum kubus adalah hasil kali luas alas dengan tingginya karena
pada kubus panjang rusuk-rusuknya sama, maka:
Luas alas kubus yang berbentuk persegi adalah s2
Tinggi kubus adalah s
Jadi,
Luas permukaan balok dengan panjang = p, lebar = ℓ,
dan tinggi = t adalah 2 (pℓ+ pt + ℓt)
G
H E
F E H G
C
BA
D A BCB A
HG
E
C
F
D
jaring-jaringnya
Volum kubus s2 x s = s3

37
2). Volum balok
Diketahui balok ABCD.EFGH dengan panjang = p, lebar = ℓ, dan
tinggi = t
Volum balok adalah hasil kali luas alas dengan tingginya.
Alas balok berbentuk persegi panjang (ABCD),
sehingga luas alas = AB x BC = pℓ
Tinggi balok (CG) adalah t
Jadi,
(Cunayah, 2005: 155-158)
B. Kerangka Berpikir
Pada kenyataannya matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran
yang susah untuk dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa
yang kurang memuaskan. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini
menggunakan metode ekspositori, di mana pembelajaran berpusat pada guru,
siswa pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan
siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat
belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media
pembelajaran.
Volum balok dengan panjang = p, lebar = ℓ, dan
tinggi = t adalah = p ℓ t

38
Model pembelajaran kooperatif NHT merupakan sebuah variasi diskusi
kelompok yang ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang
mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan
mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total
semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua
siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa.
Pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) merupakan
materi yang memerlukan keterampilan berhitung. Pada umumnya siswa
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi tersebut dengan bermodal
menghafal rumus. Melalui penggunaan LKS yang merupakan media
pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat
mengurangi ketergantungan siswa akan rumus yang mesti dihafalkan. LKS
digunakan sebagai media dalam kerja kelompok dalam pembelajaran
kooperatif NHT.
Siswa-siswa dalam kelompok yang sama saling bekerjasama untuk
mengerjakan LKS, sehingga terjadi interaksi sosial antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Perpaduan
model pembelajaran kooperatif NHT dengan media pembelajaran LKS
memiliki dampak positif terhadap siswa kelompok bawah maupun kelompok
atas yang bekerja bersama dalam satu tim. Siswa kelompok bawah akan
mendapat transfer pengetahuan dari siswa kelompok atas yang merupakan
teman sebayanya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan

39
siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena
memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam
tentang materi yang dijelaskan.
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas, hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan menggunakan media LKS lebih efektif daripada menggunakan
pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar matematika
pokok bahasan Bangun ruang sisi datar (Kubus dan Balok) siswa kelas VIII
semester 2 SMP N 6 Semarang.

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat penting artinya untuk mencapai tujuan penelitian
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam bab ini akan diuraikan tentang jenis dan
rancangan penelitian, populasi, sampel, variabel penelitian, metode dan alat
pengumpulan data serta metode analisis data.
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menyelidiki adanya kemungkinan saling hubungan
sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimen, satu atau lebih kondisi perlakuan (treatment) yang kemudian
membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenai kondisi perlakuan.
Adapun rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah:
1. Menentukan subyek penelitian
2. Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
3. Menguji kenormalan dan kehomogenan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, sehingga kedua kelompok tersebut benar-benar
berangkat dari kondisi awal yang sama.
4. Menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT dengan pemanfaatan
LKS pada kelompok eksperimen dan metode ekspositori pada kelompok
kontrol.
40

41
5. Memberikan tes yang sama pada kedua kelompok pada akhir
pembelajaran.
6. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIE, VIIIF, VIIIG,
dan VIIIH semester 2 SMP Negeri 6 Semarang tahun pelajaran 2006/2007.
Masing-masing kelas terdiri dari 46 siswa. Jadi, jumlah keseluruhan siswa
adalah 184 siswa.
2. Sampel
Sampel diambil dengan teknik random sampling dengan memilih 2
kelas dari 4 kelas. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan atas ciri-ciri
relatif yang dimiliki. Adapun ciri-ciri tersebut yaitu siswa mendapatkan
materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang menjadi obyek
penelitian duduk pada kelas yang sama, siswa diajar oleh guru yang sama,
pembagian kelasnya menggunakan sistem acak, menggunakan buku paket
yang sama, dan memperoleh pelajaran matematika dengan jumlah jam
yang sama. Untuk memilih dua sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini digunakan uji homogenitas.
Pada penelitian ini, penulis akan memilih secara acak satu kelas
sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

42
1. Kelas VIIIF sebagai kelas eksperimen
Pada kelompok ini, akan diberikan suatu perlakuan yang dalam hal ini
adalah model pembelajaran kooperatif NHT dengan pemanfaatan LKS.
2. Kelas VIIIH sebagai kelas kontrol
Pada kelompok ini, tidak diberikan perlakuan apapun, dalam hal ini
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu
dengan menggunakan metode ekspositori.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa
kelas VIII SMP N 6 Semarang pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar
(kubus dan balok).
D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa yang
akan menjadi sampel dalam penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai
ulangan matematika pada pokok bahasan sebelumnya. Nilai tersebut
digunakan untuk menguji normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-
rata.
2. Metode tes
Metode tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah
proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas

43
kontrol. Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi terlebih dahulu
diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari tiap-tiap butir
tes.
E. Instrumen Penelitian
1. Materi dan Bentuk Tes
Materi tes berupa soal-soal yang terdapat pada materi bangun
ruang sisi datar (kubus dan balok). Bentuk tes yang diberikan adalah
berupa tes obyektif dan tes uraian.
Tes obyektif adalah tes yang dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan secara obyektif. Dalam penelitian ini tes obyektif yang
digunakan berupa tes pilihan ganda dan isian singkat.
Adapun kebaikan-kebaikan tes obyektif adalah:
a. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih
representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih obyektif, dapat
dihindari campur tangannya unsur-unsur subyektif baik dari segi siswa
maupun segi guru matematika.
b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat kemajuan teknologi.
c. Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.
d. Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subyektif yang mempengaruhi.
Tes uraian yaitu sejenis tes untuk mengukur hasil belajar siswa
yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-

44
kata, soal bentuk ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat
mengorganisir, menginterpretasikan, dan menghubungkan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki. Dengan kata lain, tes uraian menuntut
siswa untuk dapat mengingat kembali dan terutama harus mempunyai daya
kreatifitas yang tinggi
Adapun kebaikan-kebaikan tes bentuk uraian adalah:
a. Mudah disiapkan dan disusun.
b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan.
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan.
(Arikunto, 2002: 163)
2. Metode Penyusunan Perangkat Tes
Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
a. Melakukan pembatasan materi yang diujikan.
b. Menentukan tipe soal.
c. Menentukan jumlah butir soal.
d. Menentukan waktu mengerjakan soal.

45
e. Membuat kisi-kisi soal.
f. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, bentuk lembar jawab, kunci
jawaban, dan penentuan skor.
g. Menulis butir soal.
h. Mengujicobakan instrumen.
i. Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, daya beda
dan tingkat kesukaran.
j. Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah
dilakukan.
3. Pelaksanaan Tes Uji Coba
Setelah perangkat tes tersusun, kemudian diujicobakan pada kelas
yang bukan merupakan sampel penelitian, melainkan kelompok lain yang
masih satu populasi, yaitu kelas VIIIG SMP Negeri 6 Semarang. Tes uji
coba dilakukan untuk menguji apakah butir-butir soal tersebut memenuhi
kualifikasi soal yang layak digunakan, yaitu butir soal valid dan perangkat
tes tersebut reliabel.
4. Analisis Perangkat Tes
Setelah diadakan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah
menganalisis hasil uji coba instrumen butir demi butir itu diteliti
kualitasnya. Adapun hal-hal yang dianalisis dari uji coba instrument
adalah:

46
a. Taraf Kesukaran
Teknik perhitungan taraf kesukaran butir soal adalah
mrnghitung berapa persen testee yang menjawab benar untuk tiap-tiap
item.
1) Untuk menginterpolasikan nilai taraf kesukaran soal pilihan ganda
dan isian singkat digunakan tolok ukur sebagai berikut:
0 < P ≤ 0,30 : sukar
0,30 < P ≤ 0,70 : sedang
0,70 < P ≤ 1,00 : mudah
Adapun rumus yang untuk menghitung taraf kesukaran soal bentuk
pilihan ganda dan isian singkat adalah:
Dengan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2002:210)
Dari hasil uji coba, 20 butir yang termasuk dalam kategori:
a) Mudah adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan19.
b) Sedang adalah soal nomor 12,15,16 dan 20.
c) Sukar adalah soal nomor 13 dan 14.
JSBP =

47
2) Untuk menginterpretasikan nilai taraf kesukaran soal uraian dapat
digunakan tolok ukur sebagai berikut,
- Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.
- Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan 72%,
termasuk sedang.
- Jika jumlah testi yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
TK = N
TG x 100%,
dengan
TK = taraf kesukaran
TG = banyaknya testi yang gagal
N = banyaknya siswa
(Arifin, 1991: 135)
Dari hasil uji coba, 5 butir soal yang termasuk dalam kategori:
1) Mudah adalah soal nomor 21 dan 25.
2) Sedang adalah soal nomor 22 dan 24.
3) Sukar adalah soal nomor 23.
b. Daya Pembeda
Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda adalah
dengan menghitung perbedaan dua buah rata- rata (mean) yaitu antara
rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata dari kelompok bawah
untuk tiap-tiap item.

48
1) Untuk menghitung daya pembeda soal pilihan ganda dan isian
singkat dapat digunakan rumus:
dengan:
D : indeks diskriminasi
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
Dengan ketentuan:
D ≤ 0,00 : sangat jelek
0,00 < D ≤ 0,2 : jelek
0,2 < D ≤ 0,7 : baik
0,7 < D ≤ 1,00 : baik sekali
(Arikunto, 2002:218)
Dari hasil uji coba 20 butir soal, yang termasuk kategori
a) sangat jelek adalah soal nomor -
b) jelek adalah soal nomor 1, 2, 5, 9, 10, 14, dan 18.
c) cukup adalah soal nomor 3, 4, 6, 8, 11, 12, 13, 15, 16, dan 17.
d) baik adalah soal nomor 7 dan 20.
B
B
A
A
JB
JB
D −=

49
2) Untuk menghitung daya pembeda soal uraian dapat digunakan
rumus:
( )
( ) ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
−=
∑ ∑1- ni ni
XX
MLMHt22
21
dengan
t = daya pembeda
MH = rata- rata dari kelompok atas
ML = rata- rata dari kelompok bawah
∑ 21X = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
∑ 22X = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
Ni = 27% x N , dengan N adalah jumlah peserta tes.
Df = (n1 - 1) + (n2 – 1), α = 5%
(Arifin, 1991: 141)
Dengan kriteria soal memiliki daya beda yang signifikan apabila
t > ttabel. Dari hasil uji coba diperoleh soal yang signifikan adalah
soal nomor 21, 22, 23, 24, dan 25.
c. Reliabilitas soal
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel jika ia dapat memberikan hasil
yang tetap apabila diteskan berkali-kali, atau dengan kata lain tes
dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.

50
1) Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal tes
pilihan ganda dan isian singkat adalah rumus KR-20
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−= ∑
2
2
11 1 spqs
nnr
keterangan:
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
(q=1-p)
n : banyaknya item
s : standar deviasi dari tes (akar varians)
(Arikunto, 2002:100)
Nilai r11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r
product moment pada tabel dengan ketentuan jika r11 > rtabel maka
tes tersebut reliabel.
Dari hasil analisis untuk 20 soal yang terdiri dari 10 pilihan
ganda dan 10 isian singkat diperoleh r11 0,648 karena r11 > rtabel
maka semua soal tersebut reliabel.
2) Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal tes
bentuk uraian adalah rumus alpha, yaitu:
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡−
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
−=
∑=21
1
21
21
11 1
rσ
σσn
i
nn

51
dengan
r11 = reliabilitas yang dicari
∑ 21σ = jumlah varians skor tiap-tiap item
21σ = varians total
rumus varians:
( )
NNX
Xσ
22
2∑ ∑−
=
(Arikunto, 2002: 109)
Nilai rxx yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r
product moment pada tabel dengan ketentuan jika r11 > rtabel maka
tes tersebut reliabel.
Soal uji coba yang diberikan sebanyak 5 butir. Dari perhitungan uji
coba didapat r11 adalah 0,813 Dengan α = 5 %, n = 44 dan k = 5.
diperoleh rtabel = 0,297 Karena r11 > rtabel, maka dapat disimpulkan
bahwa soal uji coba tersebut reliabel.
d. Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur
apa yang hendak diukur.
Untuk menghitung validitas tiap butir soal digunakan rumus
korelasi product moment, yaitu:
( )( )( ){ } ( ){ },
YN
Y 2222 ∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−
−=
YXXN
XXYNrxy

52
dengan
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y , dua
variabel yang dikorelasikan.
N = banyaknya peserta tes
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total
∑X2 = jumlah kuadrat skor item
∑Y2 = jumlah kuadrat skor total
∑XY = jumlah perkalian skor item dan skor total
(Arikunto, 2002: 81)
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel harga kritik
product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jika rxy > rkritik maka butir
soal tersebut valid.
Soal uji coba yang diberikan sebanyak 25 butir, dan dari hasil
uji coba, yang termasuk kategori valid adalah soal nomor 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25.
Item-item soal yang digunakan untuk tes evaluasi akhir adalah
item soal yang termasuk kategori valid yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 11, 12, 13, 15, 16,17, 19, 20, 21, 22, 23, 24,dan 25, sedangkan yang
lainnya dibuang.
Perhitungan analisis butir soal uji coba tes selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 19.

53
F. Metode Analisis Data
1. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif NHT
Perlakuan diberikan pada kelas eksperimen yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT dengan pemanfaatan
LKS, yaitu dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa yang heterogen. Tiap siswa dalam
kelompok diberi nomor 1-4. Guru mengajukan pertanyaan kepada tiap
kelompok dengan membagikan LKS pada tiap kelompok, LKS tersebut
didiskusikan dan dikerjakan secara berkelompok sedang guru berkeliling
dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. Guru menunjuk
salah satu kelompok dan salah satu nomor dalam kelompok tersebut tanpa
memberitahu terlebih dahulu untuk mempresentasikan hasil diskusinya,
sehingga setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab terhadap
dirinya agar memahami jawaban hasil diskusi. Pada tahap terakhir setiap
siswa diberikan soal latihan sebagai evaluasi.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian dan
dari hasil analisis ditarik kesimpulan. Analisis dalam penelitian ini dibagi
dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang merupakan tahap pemadanan
sampel dan tahap akhir, yang merupakan tahap analisis data untuk menguji
hipotesis penelitian.

54
a. Analisis Data Awal
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang
akan digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah
untuk menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau
non parametrik.
Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh
yaitu nilai ulangan harian matematika dari materi sebelumnya
dapat digunakan uji Chi-Kuadrat.
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:
a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.
b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.
e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan rumus:
SXXZ i
i−
= ,
dimana S adalah simpangan baku dan X adalah rata-rata
sampel (Sudjana, 2002: 138).
f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan
menggunakan tabel.
g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva
( ) ,Ei
EiOiχK
Ei
22 ∑ −=

55
dengan
2χ = Chi–kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
h) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat
2χ dengan taraf signifikan 5% dan dk=k-3
i) Menarik kesimpulan, jika tabel2
hit2 χχ < , maka data
berdistribusi normal.
(Sudjana, 2002: 273)
2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa
sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen,
yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan
dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan
menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama
atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah
sebagai berikut:
Ho = sampel homogen
Ha = sampel tidak homogen
Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus
sebagai berikut:
terkecilVarians terbesarVariansFhitung =
, (Sudjana, 2002: 250)

56
Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau
tidak maka Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dengan α = 5 %
dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan
dk penyebut = banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika
Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok
tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.
3) Uji Kesamaan Rata-Rata
Analisis data dengan uji t digunakan untuk menguji hipotesis:
Ho = 21 μμ =
Ha = 21 μμ ≠ ,
1μ = rata-rata data kelompok eksperimen
2μ = rata-rata data kelompok kontrol
maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
21
21
n1
n1s
xxt+
−= dengan ( ) ( )
2nns1ns1ns
21
222
2112
−+−+−
= ,
(Sudjana, 2002: 239)
dengan
1X = nilai ulangan harian kelompok eksperimen
2X = nilai ulangan harian kelompok kontrol
n1 = banyaknya subyek kelompok eksperimen
n2 = banyaknya subyek kelompok kontrol

57
Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika – ttabel < thitung < ttabel
dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak Ho untuk
harga t lainnya.
b. Analisis Data Akhir
Setelah semua perlakuan berakhir kemudian diberi tes. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mengetahui
apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan.
1) Uji Normalitas
Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkah-
langkah uji normalitas pada analisis data awal.
2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)
Langkah-langkah pengujian homogenitas sama dengan langkah-
langkah uji homogenitas pada analisis data awal.
3) Nilai rata-rata hasil belajar sampel
Rumus yang digunakan adalah:
nx
X i∑=
dengan
X : nilai rata-rata hasil belajar
n : jumlah siswa
∑ ix : jumlah seluruh nilai hasil belajar

58
4) Uji Ketuntasan Belajar
Pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi syarat ketuntasan
belajar yaitu jika rata–rata hasil belajar siswa mencapai minimal 65
(untuk interval 0-100) (Mulyasa, 2003). SKBM (Standar
Ketuntasan Belajar Minimal) untuk pokok bahasan Bangun Ruang
Sisi Datar yang ditetapkan SMP N 6 Semarang adalah 65.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : 65<μ
Ha : 65≥μ
Rumus yang digunakan adalah:
nSμxt 0−
= ,
dengan
x = rata-rata hasil belajar
S = simpangan baku
n = banyak siswa
0μ = 65
Dengan uji pihak kanan, kriteria yang digunakan adalah Ho
ditolak jika ( )( )1nα1hitung tt −−> (Sugiyono, 2005: 101).
5) Estimasi Rata-rata Hasil Belajar
Untuk mencari interval taksiran rata-rata digunakan rumus:
nstx
nst-x pp +<< μ

59
dengan
tp = nilai t didapat dari daftar student dengan p = ( )γ+121
dan dk = n -1
γ = koefisien kepercayaan
(Sudjana, 2002:202)
6) Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan)
Hipotesis yang digunakan dalam uji perbedaan rata-rata adalah
sebagai berikut:
H0 : μ1 ≤ μ2
Ha : μ1 > μ2
Keterangan :
μ1 : hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi
datar (kubus dan balok) melalui pembelajaran kooperatif
tipe NHT dengan pemanfaatan LKS
μ2 : hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi
datar (kubus dan balok) melalui pembelajaran dengan
metode konvensional.
Karena kedua kelompok homogen, maka uji perbedaan rata-rata
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
21
21
n1
n1
XXt
+
−=
s,

60
dengan
( ) ( )2nn
s 1ns 1ns21
222
2112
−+−+−
=,
keterangan:
1X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
2X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol
1n = banyaknya siswa kelas eksperimen
2n = banyaknya siswa kelas kontrol
21s = varians kelompok eksperimen
22s = varians kelompok kontrol
2s = varians gabungan
dengan dk = ( )221 −+ nn , kriteria pengujian terima H0 jika
tabeltt < dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang
(1-α ) (Sudjana, 2002: 243).

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah hasil eksperimen untuk memperoleh data
dengan teknik tes setelah dilakukan suatu pembelajaran yang berbeda antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Variabel yang diteliti adalah
hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Semarang pada
materi pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (kubus dan balok).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data dari hasil
penelitian. Analisis data pada penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu
analisis data awal dan analisis data akhir.
1. Analisis Data Awal
Analisis data awal digunakan untuk mengetahui keadaan awal
sampel apakah berasal dari keadaan yang sepadan atau sama. Data yang
digunakan adalah nilai tes ulangan harian matematika pada materi
sebelumnya. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26. Pada
tahap ini analisis yang dilakukan sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok eksperimen
diperoleh nilai hitung2χ = 5,8714. Dengan taraf nyata = 5 % dan dk = 4,
diperoleh tabel2χ = 9,59. Dengan demikian hitung
2χ < tabel2χ , ini berarti
61

62
nilai hasil belajar kelompok ekspeimen berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27.
Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok kontrol diperoleh
nilai hitung2χ = 6,095. Dengan taraf nyata = 5 % dan dk = 4, diperoleh
tabel2χ = 9,59. Dengan demikian hitung
2χ < tabel2χ , ini berarti nilai
hasil belajar kelompok kontrol berdistribusi normal. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28.
b. Uji Homogenitas
Hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen didapat
varians = 101,14 dan untuk kelompok kontrol didapat varians = 123,14
sehingga diperoleh Fhitung = 1,218. Dari tabel distribusi F dengan taraf
nyata 5% dan dk pembilang = 45 serta dk penyebut = 45, diperoleh
Ftabel = 1.81. Karena Fhitung = 1.218 < Ftabel = 1.81, maka Ho diterima
yang berarti varians kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan/
homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 29.
c. Uji Kesamaan Rata-rata
Dari uji kesamaan rata-rata diperoleh thitung = -0,453. Dengan taraf
nyata 5% dan dk = 90 diperoleh ttabel = 1,99. Dengan demikian
tabelhitungtabel ttt <<− yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen relatif sama. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 30.

63
Berdasarkan analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa kedua
kelompok sampel dalam keadaan sepadan (berangkat dari kondisi awal
yang sama).
2. Analisis Data Akhir
a. Hasil Uji Normalitas
Dari perhitungan data kelompok eksperimen setelah perlakuan
diperoleh rata-rata = 74,83; simpangan baku = 13,06; nilai
tertinggi = 100; nilai terendah = 43; banyak kelas interval = 7, dan
panjang kelas interval = 9 diperoleh hitung2χ = 4,7091. Dengan
banyaknya data 46, dan dk = 4, diperoleh tabel2χ = 9,49, dengan
demikian hitung2χ < tabel
2χ , ini berarti nilai hasil belajar matematika
pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) kelompok
eksperimen berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 32.
Hasil perhitungan untuk kelompok kontrol setelah perlakuan
diperoleh rata-rata = 64,93; simpangan baku = 13,53; nilai
tertinggi = 89; nilai terendah = 38; banyaknya kelas interval = 7, dan
panjang kelas interval = 8, diperoleh hitung2χ = 5,30. Dengan
banyaknya data 46, taraf nyata 5%, dan dk = 4, diperoleh tabel2χ = 9,49.
Dengan demikian hitung2χ < tabel
2χ . Ini berarti nilai hasil belajar
matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok)

64
kelompok kontrol berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 33.
b. Hasil Uji Homogenitas
Hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen diperoleh
varians = 170,46 dan untuk kelompok kontrol diperoleh
varians = 183,13. Dari perbandingannya diperoleh Fhitung = 1,07. Dari
tabel distribusi F dengan taraf nyata 5% dan dk pembilang = 45 serta
dk penyebut = 45, diperoleh Ftabel = 1,81. Dengan demikian
Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima yang berarti kedua kelompok tidak
berbeda secara signifikan/homogen. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 34.
c. Nilai Rata-rata Hasil Belajar
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh sebagai
berikut:
Sampel Rata-rata Hasil Belajar Simpangan Baku
Kel. Eksperimen 74,83 13,06
Kel. Kontrol 64,93 13,53
d. Uji Ketuntasan Belajar
Hasil perhitungan uji keefektifan pembelajaran kelompok
eksperimen diperoleh thitung = 5,10. Dengan kriteria uji pihak kanan,
untuk α = 5% dan dk = n – 1 = 46 – 1 = 45, diperoleh t(0.95)(45) = 1,68.
Karena thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar

65
kelompok eksperimen ≥ 65, sehingga dapat dinyatakan bahwa siswa
telah mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 36.
Hasil perhitungan uji keefektifan pembelajaran kelompok kontrol
diperoleh thitung = -0,04. Dengan kriteria uji pihak kanan, untuk α = 5%
dan dk = 45, diperoleh t(0.95)(45) = 1,68. Karena thitung < ttabel maka
disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen < 65,
sehingga dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 37.
e. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar
Hasil perhitungan uji estimasi rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen adalah 70,95 – 78,71 untuk koefisien p = 0,975 dan
dk = 45, diperoleh tp= 2.014. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 38.
Hasil perhitungan uji estimasi rata-rata hasil belajar kelompok
kontrol adalah 60,91 – 68,95 untuk koefisien p = 0,975 dan dk = 45,
diperoleh tp= 2,014. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 39.
f. Uji Perbedaan Dua Rata-rata: Uji pihak Kanan
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil belajar
matematika siswa kelas VIIIF dan VIIIH berdistribusi normal dan
homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelompok

66
eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t satu pihak yaitu uji
pihak kanan.
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
Ho : 21 μμ ≤
Ha : 21 μμ >
Dari penelitian diperoleh bahwa rata-rata kelompok eksperimen
1x = 74,83 dan rata-rata kelompok kontrol 2x = 64,93, dengan n1 = 46
dan n2 = 46 diperoleh thitung = 3,57. Dengan α = 5% dan dk = 90,
diperoleh ttabel =1,66. Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, berarti rata-rata hasil belajar matematika pada materi pokok
bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) dengan pembelajaran
kooperatif NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada rata-rata
hasil belajar matematika dengan metode ekspositori. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 35.
B. Pembahasan
Dari analisis data awal diperoleh bahwa data berdistribusi normal,
Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari keadaan yang sama atau
homogen. Kemudian kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu
kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS dan kelompok kontrol diberi
perlakuan dengan pembelajaran konvensional.

67
Pembelajaran kelompok eksperimen diterapkan dengan model
pembelajaran kooperatif NHT dengan pemanfaatan LKS. Keunggulan model
pembelajaran kooperatif NHT ini adalah optimalisasi partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran. Pada tahap berpikir bersama untuk pengerjaan LKS
siswa diberi kebebasan untuk mengerjakan LKS melalui diskusi dengan
kelompoknya, bertanya dan sebagainya yang mendukung kerja kelompok
sehingga siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Hal ini memudahkan siswa memahami dan mengingat kembali apa yang telah
dipelajari karena pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sendiri baik secara
personal maupun sosial.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol adalah
pembelajaran ekspositori. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya
jawab, dan pemberian tugas. Pembelajaran dengan metode ekspositori pada
awalnya memang membuat siswa lebih tenang karena guru yang
mengendalikan siswa. Siswa duduk dan memperhatikan guru menerangkan
materi pelajaran. Hal semacam ini justru mengakibatkan guru kurang
memahami pemahaman siswa, karena siswa yang sudah jelas atau belum
hanya diam saja. Siswa yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk
bertanya pada guru. Pada waktu mengerjakan soal latihan hanya siswa yang
pandai saja yang serius mengerjakan soal yang diberikan oleh guru sedangkan
yang lain lebih asyik bercerita dengan temannya.
Setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendapat
perlakuan yang berbeda, kemudian kedua kelompok diberi tes hasil belajar.

68
Hasil dari tes hasil belajar kedua kelompok dilakukan uji normalitas, uji
kesamaan dua varians, dan uji hipotesis. Dari uji normalitas dan uji kesamaan
dua varian menunjukkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan
homogen. Dari data yang diperoleh rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
adalah 64,93 dan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen adalah 74,83.
Dari hasil uji penguasaan materi diperoleh thitung = 5,10 > ttabel = 1,68, maka
dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen ≥ 65
yang berarti rata-rata siswa pada kelas eksperimen telah menguasai 65%
materi dan dari hasil estimasi hasil rata-rata hasil belajar menunjukkan bahwa
perkirakan rata-rata hasil belajar antara 70,95<μ<78,71. Dari uji perbedaan
rata-rata satu pihak yaitu uji pihak kanan diperoleh thitung = 3,57 dan
ttabel = 1,66, karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok
kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil belajar
kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Hal ini disebabkan
beberapa hal yang mempengaruhinya, antara lain:
1. Dalam model pembelajaran kooperatif NHT, interaksi siswa dengan siswa
lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan guru. Hal ini
menyebabkan siswa lebih banyak belajar antara sesama siswa daripada
belajar dari guru, sehingga siswa yang merasa minder bila harus bertanya

69
menjadi berani bertanya karena yang dihadapi teman sebayanya. Dengan
demikian siswa akan termotivasi belajar dan menjadi lebih paham
terhadap suatu materi. Sedangkan pada pembelajaran konvensional
pembelajaran berpusat pada guru sehingga interaksi siswa dengan guru
lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan siswa padahal siswa yang
belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru.
2. Siswa yang berada dalam kelas NHT dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok yang heterogen yang berarti dalam satu kelompok terdapat
siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini
mengakibatkan terjadinya proses saling memberi dan menerima dalam
kelompok. Siswa dengan kemampuan tinggi akan memberikan
bantuannnya kepada siswa yang berkemampuan di bawahnya, dengan
kegiatan tersebut tentunya pemahaman materi yang dipelajari siswa
berkemampuan tinggi akan lebih mendalam. Sedangkan siswa dengan
kemampuan sedang dan rendah akan semakin mengerti dan paham dengan
penjelasan dari temannya.
3. Dalam pembelajaran kooperatif NHT guru hanya menunjuk seorang siswa
yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa
yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin
keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak
positif terhadap motivasi belajar siswa.

70
4. Dalam model pembelajaran NHT guru hanya berfungsi sebagai fasilitator
yaitu memberikan pengarahan seperlunya kepada siswa, keaktifan siswa
lebih ditekankan. Sehingga siswa tertantang untuk menemukan sendiri
konsep-konsep yang sulit. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran
berpusat pada guru, siswa cenderung pasif dan kurang terlibat dalam
pembelajaran.
5. Dalam pembelajaran NHT siswa diberi kebebasan untuk mengerjakan
LKS melalui diskusi dengan kelompoknya. Melalui pengerjaan soal-soal
di LKS tersebut siswa dapat menemukan sendiri kesimpulan berupa sifat-
sifat dan bagian-bagian kubus dan balok serta rumus luas permukaan dan
volume kubus dan balok. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sendiri
baik secara personal maupun sosial. Sedangkan pada kelas kontrol guru
lebih banyak menuntun siswa, menerangkan materi sehingga pengetahuan
yang didapat cepat hilang.
6. Dalam pembelajaran NHT siswa tidak cepat bosan karena siswa dapat
saling berdiskusi dalam kelompoknya sehingga proses pembelajaran tidak
monoton. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih
banyak duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran.
Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat
kurangnya minat belajar.
7. Dalam pembelajaran NHT siswa tidak hanya bertindak sebagai pendengar
tetapi juga bertindak sebagai narasumber bagi teman-teman satu
kelompoknya maupun kelompok lain. Siswa yang dipanggil nomornya

71
akan mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok sehingga dapat melatih siswa untuk berani berbicara di depan.
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Johnson dan Johnson
(dalam Nurhadi, 2003:62) menunjukkan adanya berbagai keunggulan
pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut: a) memudahkan siswa
melakukan penyelesaian sosial, b) mengembangkan kegembiraan belajar yang
sejati, c) memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan, d) meningkatkan rasa
saling percaya kepada sesama manusia, e) meningkatkan kesediaan
menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, f) meningkatkan
motivasi belajar intrinsik, g) meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan
pengalaman belajar.

72
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada nilai rata-rata hasil belajar pada
pembelajaran dengan metode konvensional dan rata-rata hasil belajar siswa
pada kelas eksperimen ≥ 65.
Pada pembelajaran kooperatif NHT fungsi guru hanya sebagai
fasilitator. Keaktifan siswa lebih diutamakan pada model pembelajaran ini.
Dengan adanya keaktifan ini akan meningkatkan motivasi belajar yang tinggi
sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.
B. Saran
1. Pembelajaran kooperatif NHT perlu disosialisasikan agar dapat digunakan
sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika pokok bahasan bangun
ruang sisi datar (kubus dan balok).
2. Pembelajaran kooperatif NHT perlu terus diterapkan dan dikembangkan
pada materi yang lain agar siswa lebih memahami materi.

73
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Arifin, Z. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cunayan, Cucun. 2005. Ringkasan dan Bank Soal Matematika SMP/MTs.
Bandung: Yrama Widya. Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-
UNIVERSITY. Isti Hidayah dan Sugiarto. 2006. Handout Workshop Pendidikan Matematika-2.
Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Lestari, Linda Puji. 2006. Keefektifan Pembelajaran Dengan Penggunaan Alat
Peraga Dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar Matematika Dalam Pokok Bahasan Bangun Segi Empat Pada Siswa Kelas VII Semester 2 SMP N Muhamadiyah Margoaari Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi S1 Pendidikan Matematika UNNES.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Koopertif. Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika Sekolah UNESA. Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang. Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. ALFABETA. Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA. Unversitas Pendidikan Indonesia

74
Suherman, Erman & Winataputra , S. 1993. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.
Universitas Negeri Semarang. TIM Penyusun KBBI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: PPPG Matematika Yogyakarta. Yusuf. Bab II Kajian Pustaka. http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf
diakses tanggal 10 Januari 2007. Zulaiha, Rahmah. 2006. Petunjuk Teknis Penilaian Mata Pelajaran Matematika.
Jakarta: Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penilaian Pendidikan.