Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

60
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS TEKNIK RANCANGAN PROPOSAL SKRIPSI NAMA : GIWANG ANUGRAH NIM : 5201407011 PRODI : PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JENJANG : STRATA 1 JURUSAN : TEKNIK MESIN I. JUDUL PERBEDAAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPOSITORI DAN METODE JIGSAW II TERHADAP HASIL BELAJAR SISTEM REM PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 4 SEMARANG TAHUN AJARAN 2011 / 2012 II. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar bagi siswa di setiap jenjang pendidikaan perlu diwujudkan, agar diperoleh sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan dapat menunjang pembangunan nasional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar adalah penggunaan metode pengajaran dalam proses belajar mengajar. Upaya ini merupakan salah satu sarana belajar yang diatur oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran 1

description

perbandingan metode jigsaw II dan ekspositori terhadap mata pelajaran sistem rem

Transcript of Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Page 1: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS TEKNIK

RANCANGAN PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : GIWANG ANUGRAH

NIM : 5201407011

PRODI : PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JENJANG : STRATA 1

JURUSAN : TEKNIK MESIN

I. JUDUL

“ PERBEDAAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPOSITORI DAN

METODE JIGSAW II TERHADAP HASIL BELAJAR SISTEM REM PADA SISWA

KELAS X SMK NEGERI 4 SEMARANG TAHUN AJARAN 2011 / 2012 “

II. LATAR BELAKANG

Upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar bagi

siswa di setiap jenjang pendidikaan perlu diwujudkan, agar diperoleh sumber daya

manusia Indonesia yang berkualitas dan dapat menunjang pembangunan nasional.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar adalah

penggunaan metode pengajaran dalam proses belajar mengajar. Upaya ini merupakan

salah satu sarana belajar yang diatur oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang kreatif dan inovatif,

yaitu antara lain mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada model

pembelajaran kooperatif. Saat ini telah banyak digunakan model pembelajaran

kooperatif. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak

hanya unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep tetapi juga membantu

siswa dalam menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan

mengembangkan sikap sosial siswa. Disamping itu ketetampilan kooperatif menjadi

semakin penting untuk mencapai keberhasilan dalama rangka memenuhi dari

kebutuhan lapangan kerja yang selamam ini berorientasi pada kerja sama dalam tim.

1

Page 2: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Karena pentingnya interaksi dalam tim, maka dalam penerapan strategi pembelajaran

kooperatif menjadi lebih penting, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran model kooperatif sangatlah bervariasi dan bermacam-macam,

Jigsaw II merupakan salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang fleksibel.

Jigsaw II merupakan pengembangan dari Jigsaw yang original. Menurut Sulistyorini

dalam penelitiannya menemukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Sulistyorini,1998:13). Sejumlah riset

juga telah banyak dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar

Jigsaw. Riset tersebut yang secara konsisten menunjukkan bahea siswa yang terlibat

dalam pembelajaran yang semacam itu memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan

sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif terutama terkait Jigsaw dianggap cocok diterapkan

dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa indonesia yang

menjungjung tinggi nilai gotong royong. Metode pembelajaran dengan tipe Jigsaw

didisain untuk meningkatkan rasa tenggungjawab siswa terhadap pembelajaran sendiri

dan pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,

tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengaajarkan materi tersebut kepada

anggota kelompok yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung satu sama lain

dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi sistem rem yang

ditugaskan. Disamping itu siswa akan dibuat lebih aktif untuk mencari permasalahan

dan mencari solusi dari masalah tersebut. Tetapi pada pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya pengkondisisan

kelas yang lebih ketat agar pembelajaran lebih terkendali dan efektif.

Materi sistem pengereman merupakan salah satu dari materi di SMK Negeri 4

Semarang. Pada dasarnya yang mendapat pelajaran ini diharapkan dapat memahami

sistem dari rem pada mobil dan dapat mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu hasil belajar siswa pada materi sistem rem ini diitingkatkan agar siswa

yang telah mendapatkan mata pelajaran sistem rem dapat lebih mengerti dan

memahami materi sistem rem.

Menurut observasi awal yang dilakukan, selama ini metode yang digunakan

dalam pembelajaran materi rem adalah dengan metode konvesional yaitu dengan

menggunakan metode ceramah ataupun sering di sebut juga metode Ekspositori.

Karena Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya

kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Sehingga siswa

2

Page 3: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

terlihat kurang tertarik ketika kegiatan belajar mengejar sedang berlangsung. Hal itu

terlihat ketika siswa tampak kurang antusias dalam menerima materi yang

disampaikan guru. Misalnya, beberapa siswa terlihat berbicara sendiri dengan

temannya, ada pula yang lesu dan kurang bersemangat. Aktivitas semacam ini

sebenarnya sangat tidak menguntungkan bagi siswa, sebab materi yang diterima siswa

cenderung tidak optimal.

Upaya peningkatan hasil belajar sistem rem pada siswa SMK Negeri 4

Semarang tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini

diperlukan pengajaran yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih

menarik. Suasana kelas perlu didisain sedemikian rupa dengan menggunakan model

pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi

dengan siswa lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang

optimal.

Permasalahn dan uraian diatas menarik untuk diadakan penelitian dengan

judul “ Perbedaan Pembelajaran Dengan Metode Ekspositori Dan Metode Jigsaw II

Terhadap Hasil Belajar Sistem Rem Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 4 Semarang

Tahun Ajaran 2011 / 2012 “

III. RUMUSAN MASALAH

Pada saat penyampaian materi siswa mengalami berbagai kesulitan yang

sehubung dengan bagaimana cara untuk memahami materi yang disampaikan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka timbul permasalahan

sebagai berikut:

a. Adakah perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi sistem rem

dengan menggunakan metode Ekspositori dan metode Jigsaw II ?

b. Seberapa besar perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi sistem

rem dengan menggunakan metode Ekspositori dan metode Jigsaw II?

IV. PEMBATASAN MASALAH

Agar permasalahan pada penelitian tidak melebar maka peneliti menentukan

batasan-batasan masalah sebagai berikut :

a. Penggunaan metode Jigsaw II dan Ekspositori hanya di pembelajaran teori

pada sistem rem.

3

Page 4: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

b. Pembelajaran menyangkut sistem pengereman teromol dan cakram pada

mobil.

V. PENEGASAN ISTILAH

a. Perbedaan

Perbedaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang menbuat sesuatu

berbeda (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1995:105). Perbedaan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan antara hasil belajar pada

pembelajaran yang menggunakan metode Ekspositori dengan pembelajaran

yang menggunakan metode Jigaw II.

b. Pembelajaran

Pembelajaran atau instruction adalah seperangkat peristiwa yang

mempengaruhi si belajar sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan

dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Pembelajaran merupakan

suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari

lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat

menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang

(Sugandi, 2004:10)

c. Metode Ekspositori

Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan

dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep

materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah

dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa

mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat.

Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran

mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung

berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi

pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode

ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya

sama-sama memberikan informasi

(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-

ekspositori).

4

Page 5: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Metode Ekspositori merupakan metode konvensional. Guru berbicara

pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal. Siswa mengerjakan

soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Guru memeriksa pekerjaan

siswa secara individual, guru menjelaskan lagi kepada siswa secara individual

dan klasikal. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling

bertanya, atau suruh membuatnya dipapan tulis.

d. Metode Jigsaw II

Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya

pada tahunn 1978. Bentuk adaptasi dan pengembangannya dari Jigsaw yaitu

Jigsaw II (Slavin, 1986). Jigsaw II terdapat beberapa siklus regular, siklus ini

hampir sama dalam Jigsaw orisinil cuman yang membedakan pada siklus

evaluasi terdapat tambahan modifikas. Siklus evaluasi dibuat poin tim atau

dibuat turnamen yang ini mirip dengan metode STAD dan TGT.

Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pengajaran :

1. Membaca

Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta

untuk menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk

menemukan informasi.

2. Diskusi Kelompok-ahli

Para siswa denagn keahlian yang sama bertemu untuk

mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.

3. Laporan Tim

Para ahli kembali kedalam kelompok mereka masing-masing untuk

mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya.

4. Tes

Para siswa mengerjakan tes atau kuis bisa secara individu atau tim

yang nanti dijadikan nilai tim

5. Rekognisi Tim

Skor tim dihitung seperti dalam metode STAD ( Student Teams

Achievement Division ). Pertama menghitung skor awal, dengan

mengambil nilai dari nilai afektif. Selanjutnya menghitung nilai kognitif

yang diambil dari kuis. Mengambil skor kemajuan, ini diambil dari selisih

skor kuis dan skor awal. Dari poin kemajuan diambil rata tim.

5

Page 6: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

e. Hasil belajar

Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui

proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan

tentang pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Juga dapat diartikan

sebagai penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh

mata pelajaran. Sedangkan latihanya ditunjukkan oleh nilai tes. Dengan

penilaian itu dapat diperoleh gambaran nyata tentang keberhasilan belajar

siswa dalam bentuk penentuan-penentuan indek prestasi (Oemar

Hamalik,1991 : 153).

Dari pendapat diatas, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh secara

maksimal dari usaha yang didapat seseorang yang dinyatakan dalam bentuk

angka, huruf, atau kalimat.

VI. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

adakah perbedaan hasil pembelajaran siswa pada materi sistem rem dengan

menggunakan metode Ekspositori dan metode Jigsaw II. Dan seberapa besar

perbedaan itu.

VII. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada beberapa pihak,

diantaranya :

A. Bagi Siswa

1. Dapat meningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah didalam

sistem rem.

2. Dapat menumbuhkan kerjasama antar siswa.

3. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat.

4. Dapat meningkatkan sikap tanggung jawab siswa.

B. Bagi Guru

1. Memberikan terobosan dalam pembelajaran yang menarik.

2. Memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di dalam kelas.

3. Memberikan salah satu alternatif metode pembelajaran dalam rangka

meningkatkan hasil belajar siswa.

6

Page 7: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

C. Bagi Sekolah

1. Untuk menambah literatur metode belajar serta pustaka bagi sekolah untuk

meningkatkan prestasi belajar siswanya.

VIII. LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.

Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu.

Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan

yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang

tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.

Arikunto ( 1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil

akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan

yang dapat diaamati,dan dapat diukur Perubahan yang dimaksud tidak halnya

perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap,

pengrtian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.

(http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html )

2) Teori Hasil Belajar

Proses Pembelajaran mengndung dua unsur penting yaitu proses dan

hasil belajar. Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam mencapai

tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah berupa kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa

melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Hasil Belajar

bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.Dimana tingkat keberhasilan siswa

ditandai selalu dengan skor, angka, kata atau huruf. Apabila tujuan utama

kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat

difungsikan dan ditujukan untuk diagnosis dan pengembangan, untuk seleksi,

untuk kenaikan kelas dan untuk penempatan.

(http://wahidilqohar.webnode.com/news/teori-hasil-belajar1)

7

Page 8: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

3) Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

A. Faktor internal

a) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik

yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai

sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan

otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik.

Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan

belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta

cukup tidur.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini

meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.

Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah

kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi

hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat

kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap

keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat

dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga,

bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang

dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi

rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

B. Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang

cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan

proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan

mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan

keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi

8

Page 9: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang

ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c) Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan

masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt

merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar

siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang

dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah,

lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa

asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

(http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi-hasil.html )

B. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar agar siswa dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi siswa dan

kreativitas guru. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan

guru yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada

keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui

perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Berdasarkan

pernyataan di atas maka dapat dirumuskan pembelajaran adalah suatu usaha

sadar yang di lakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar

mengajar.

Untuk dapat melakukan pembelajaran dengan efektif, seorang guru

harus menyusun perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan

belajar mengajar menilai dan memberikan tindak lanjut dalam kegiatab yang

telah di lakukan. Dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar hendaknya

seorang guru berdasarkan pada pendekatan sistem. Dengan berpedoman dari

rencana yang telah di susun, guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.

Setelah pembelajaran selesai seorang guru dituntut untuk memberikan

evaluasi terhadap pembelajaran siswa. Maka dari itu evaluasi perlu diadakan

9

Page 10: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan seorang guru dalam

melaksanakan pembelajaran.

Istilah lain dari pembelajaran adalah Proses Belajar Mengajar (PBM)

atau Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Proses belajar mengajar akan

senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi atas dua unsur manusiawi

yaitu siswa sebagai pihak belajar dan guru sebagai pihak mengajar serta siwa

juga sebagai pihak pokoknya.

Dalam penelitian ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa dengan

menggunakan dua metode yang berbeda, yaitu dengan metode ekspositori dan

metode jigsaw II.

C. Tinjauan Mengenai Metode Ekpositori

Metode ekspositori atau metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi

melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap

kelasnya. Dalam penerapan pembelajaran sistem rem, metode ekspositori

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Berdoa

2. Presensi siswa untuk mengetahui jumlah yang hadir dan tidak hadir.

3. Guru memberikan penjelasan pendahuluan tentang pelajaran sebelumnya

agar siswa mempunyai gambaran tentang materi yang akan diajarkan serta

untuk mengungkap pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki

siswa.

4. Guru guru menyampikan materi yang baru yang disertai dengan gambar.

5. Guru melakukan membandingkan materi dengan situasi nyata atau gejala

lain yang relevan. Ini untuk memudahkan siswa dalam pemahaman materi.

6. Menarik kesimpulan dari materi yang disampaikan.

7. Guru mengevaluasi dan mengaplikasikan dengan cara test atau

memberikan tugas kepada siswa. Jika dalam mengerjakan atau memahami

soal siswa kurang memahami, maka guru akan menjelaskan kembali

secara klasikal dan individual.

10

Page 11: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Karena metode ekspositori merupakan perpaduan antara ceramah dan tanya jawab

atau penugasan maka metode ekspositori bias dilakukan sebagai berikut :

1. Berdoa

2. Presensi siswa

3. Guru bisa langsung memberikan pertanyaan seputar materi yang akan di

berikan setelah itu diberikan jawaban sekaligus materi.

Kelebihan – kelebihan metode ekspositori, diantaranya :

1. Dengan persiapan guru yang baik, bahan pelajaran tersebut dapat

disampaikan dengan cara yang menarik, sehingga siswa mudah

menangkap dan menghafalnya.

2. Tidak memerlukan persiapan yang rumit ataupun menyita waktu karena

metode ekspositori ini tergolong metode yang sederhana.

3. Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera di sampaikan kepada

siswa.

4. Melatih siswa untuk melatih pendengaran serta mengkap dan

menyimpulkan isi ceramah.

Kelemahan – kelemahan metode ekspositori, sebagai contoh saat guru

menyampaikan materi antara lain:

1. Siswa cenderung pasif, karena tidak dapat mengemukakan pendapatnya

sehingga daya kreasinya tertekan Gambar yang jelek atau kurang jelas

menyebabkan kurangnya ketertarikan siswa dalam memperhatikan

pelajaran.

2. Guru tidak mengetahui secara pasti sampai dimana siswa telah dalam

memahami materi tersebut karena dengan perlakuan yang sama dalam

penyampaian materi belum tentu siswa satu dan yang lain akan

cocok/sesuai.

3. Siswa sukar memfokuskan perhatian mereka terhadap keterangan guru.

(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-

ekspositori )

D. Tinjauan Mengenai Methode Jigsaw II

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan

teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan

11

Page 12: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

teman-teman di Universitas John Hopkins. Metode Jigsaw Aronson yang orisinal,

mirip dengan Jigsaw II dalam sebagian besar aspeknya, tetapi mempunyai

perbedaan yang penting. Pada jigsaw orisinal siswa membaca bagian bagian yang

berbeda dengan yang dibaca teman satu timnya. Ini memeang berguna untuk

membantu para ahli untuk menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim

sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Kelebihan dari Jigsaw II adalah

bahwa semua siswa membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep

yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran

kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang

secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari

dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Jigsaw II

didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lainPara

anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi

(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang

ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok

asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang

telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

12

Page 13: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Gambar Ilustrasi Kelompok Jigsaw II

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik

yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang

ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama

lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai,

para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (kelomok

asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah

mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Diakhir

pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu mencakup materi yang telah

dibahas. Kunci tipe Jigsaw II ini adalah interpendensi setiap siswa terhadap

anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar

dapat mengerjakan kuis dengan baik. Penjelasan dari langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah sebagai berikut:

1) Persiapan

a) Materi

Materi pembelajaran kopperatif tipe Jigsaw II dirancang sedemikian

rupa untuk pembelajaran secara berkelompok sebelum menyajikan

materi pembelajaran dibuat lembar kegiatan siswa yang akan dipelajari

oleh siswa dalam kelompok kooperatif.

b) Menetapkan Siswa dalam Kelompok

Kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif terdiri dari dua jenis

kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal

13

KELOMPOK ASAL I

KELOMPOKASAL II

KELOMPOK ASAL II

KELOMPOK ASAL IV

KELOMPOKAHLI II

KELOMPOKAHLI III

KELOMPOKAHLI I

KELOMPOKAHLI IV

BELAJAR MATERI I

BELAJARMATERI II

BELAJARMATERI III

BELAJARMATERI IV

Page 14: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

dalam hal ini semua siswa dikumpulkan dalam kelompok kecil yang

beranggotakan empat sampai lima siswa. Ada beberapa petunjuk dalam

menentukan kelompok asal, antara lain :

(1) Meranking siswa

Meranking siswa dilakukan berdasarkan prestasi akademiknya

didalam kelas. Bisa juga diambil dari nilai pre-test pada penelitian.

(2) Menentukan jumlah kelompok

Setiap kelompok beranggotakan empat sampai lima orang.

(3) Membagi siswa dalam kelompok

Pembagian siswa dalm kelompok perlu diseimbangkan, sehingga

kelompok terdiri dari siswa dengan sifat yang heterogen, terutama

ditinjau dari aspek kognisinya. Adapun kelompok ahli dibentuk

sendiri oleh anggota kelompok asal dengan cara berdiskusi

menentukan wakil dari kelompoknya untuk menjadi ahli (expert)

dalam tugas tertentu. Mereka memilih orang yang tepat yang dapat

diharapkan membantu menjelaskan kepada anggota kelompok

lainnya sehingga diperoleh pemahaman yang sama.

c) Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individual. Ini didapat

dari penilaian afektif.

2) Tahap Pembelajaran (Presentasi Pembelajaran)

Pelajaran dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dimulai dengan

guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan motivasi siswa

untuk belajar. Langkah ini diikuti dengan penyajian informasi, sering

dalam bentuk teks. Pada langkah ini guru menyajikan konsep dan prinsip

dasar yang membekali siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan dan mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Selanjutnya siswa

diorganisasikan dalam kelompok-kelompok belajar (membentuk kelompok

asal). Pada anggota dari kelompok-kelompok asal yang berbeda dengan

topik yang sama bertemu untuk berdiskusi dalam kelompok yang disebut

kelompok ahli. Mereka saling membantu satu sama lain tentang topik yang

ditugaskan pada mereka.Kemudian mereka kembali kepada kelompok asal

untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang topik yang

mereka pelajari dalam kelompok ahli.

14

Page 15: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

3) Evaluasi Mandiri dan Penghargaan Kelompok

Setelah selesai menjelaskan pembelajaran, siswa harus menunjukkan

apa yang ia pelajari selama bekerja dalam kelompok dengan mengerjakan

tes hasil belajar secara individual dalam bentuk kuis. Skor dari masing-

masing individu ini selanjutnya diperhitungkan untuk menentukan skor

kelompok asalnya. Nilai perkembangan individu dapat dihitung dengan

menggunakan table berikut (Slavin, 1995, 80).

Tabel Nilai Perkembangan

Skor Test Nilai Perkembangan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5

1 hingga 10 poin dibawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20

Lebih dari 10 poin skor awal 30

1 nilai sempurna (tidak bedasarkan skor awal) 30

Dalam penentuan skor tim, skor tim dihitung dengan menambahkan

skor peningkatan tiap-tiap individu anggota tim dan membagi dengan

jumlah anggota tim tersebut. Dalam memberikan penghargaan terhadap

prestasi kelompok, terdapat tiga tingkat penghargaan yaitu :

a. Kelompok dengan rata-rata 15 poin, mendapat penghargaan sebagai

tim/kelompok baik (good team).

b. Kelompok dengan rata-rata 20 poin, mendapat penghargaan sebagai

tim/kelompok hebat (great team).

c. Kelompok dengan rata-rata 25 poin, mendapat penghargaan sebagai

tim/kelompok super (super great team).

E. Tinjauan Mengenai Sistem Rem

Rem merupakan bagian kendaraan yang sangat penting dalam mendukung

aspek keamanan berkendaraan, maka rem harus :

1. Dapat menghentikan kendaraan secepat mungkin

2. Dapat melaksanakan pengereman sesuai kehendak sopir

Adapun beberapa fungsi dari rem diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Rem kaki :

15

Page 16: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Rem Roda

Rem Kaki

Rem Hidraulis

Rem Pneumatik

Rem Parkir

Rem Mekanik

Center BrakeRem Roda Belakang

REM

RemTambahan

Exhaust Brake

a. Untuk mengurangi kecepatan sampai menghentikan jalannya

kendaraan

b. Rem kaki harus berfungsi untuk semua roda

2. Rem tangan

a. Untuk memacetkan putaran roda ( misal pada saat parkir)

b. Berfungsi juga sebagai rem cadangan (misal dalam perjalanan rem

kaki tidak berfungsi)

Prinsip rem

Rem mengubah energy kinetic kembali menjadi energi panas untuk

menghentikan kendaraan. Umumnya, rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem

gabungan penekanan melawan gerak putar. Efek pengereman diperoleh dari

adanya gesekan yang timbul antar dua objek.

Ada beberapa type dari rem, berikut ini adalah bagan dari type rem.

16

Page 17: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

MEKANISME KERJA

1. Master Silinder

1.1 Konstruksi Dan Nama – Nama Bagian – Bagian Silinder Master :

Bagian – bagian

1. Silinder

2. Cairan rem

3. Lubang penambhan

4. Lubang kompensasi

5. Saluran ke silinder roda

6. Katup

7. Pegas katup

8. Sil karet primer

9. Cincin pelindung

10.Lubang pengisian

11.Torak

12.Sil karet sekunder

13.Reservoir

14.Lubang ventilasi

1.2 Cara Kerja Master Silinder

Langkah tekan

Tekanan cairan rem terbentuk, setelah sil karet melewati lubang

kompensasi

17

Page 18: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Langkah lepas

Tegangan pegas menekan sil karet kembali, makan ruang

didepan sil karet membesar (vacum), cairan rem dari reservoir

mengalir keruang kerja

Setelah itu, cairan rem silinder roda ( akibat gerak kembali

toraknya ) mengalir ke silinder master dan kembali ke reservoir,

setelah lubang kompensasi terbuka.

2. Booster Rem

2.1 Penguat Tenaga Rem ( Boster )

Boster adalah perlengkapan tambahan pada sistem rem yang berfungsi

untuk memperbesar gaya pengereman

18

Page 19: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

2.2 Komponen – komponen boster

1. Karet diafragma

2. Katup udara

3. Katup vakum

4. Tuas pendorong

5. Katup pengontrol

vakum

6. Tuas rekasi

7. Torak boster

8. Tuas pendorong

9. Saluran vakum

10. Katup satu arah

2.3 Prinsip Kerja Penguat Tenaga ( BOSTER )

2.3.1 Saat bebas

a. Tidak ada gaya tekan pedal pegas rekasi mendorong katup

pengendali ke arah katup udara menutup dan katup vakum

membuka

b. Saluran vakum terbuka ruang A berhubungan dengan ruang

B

c. Tekanan diruang A ruang B, tekanan seimbang tidak ada

rekasi gaya dorong torak

19

Page 20: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

d. Pegas pengembali mampu menekan torak pada posisi belum

bekerja

2.3.2 Saat Direm

a. Gaya pedal rem pegas reaksi katup vakum menutuk

saluran vakum torak boster batang dorong dan torak

silinder master

b. Saat katup vakum menutupsaluran vakum katup udara

membuka saluran udara akibatnya ruang A tidak ada hubungan

dengan ruang A

c. Ruang A berhubungan dengan tekanan vakum dan ruang B

berhubungan dengan tekanan atmosfir. (PB>PA) ada rekasi

gaya dorong kearah torak silinder master ( boster bekerja)

Gaya Pengereman = Gaya dorong pedal + Torak Boster

2.3.3 Saat Pedal Rem Lepas Injakan

20

Page 21: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

a. Tidak ada gaya dorong pedal (pegas katup pengendali

mendorong katup pengendali ke arah katup udara menutup

udara) saluran vakum saluran

b. Ruang A berhubungan dengan ruang A kembali (ke ruang B =

ruang A = tekanan vakum rekasi gaya dorong torak

hilang karena tekanan di depan dan dibelakang torak

seimbang)

c. Pegas pengembali torak boster terus mendorong pada posisi

tidak direm

Jika melepas injakannya sedikit, saat pedal rem ditekan gerakan

kembali katup pengendali terhenti, torak terus bergerak hingga saluran vakum

tertutup lagi ruang B kembali berhubungan dengan tekanan atmostfir,

tekanan ke torak silinder master dipertahankan sesuai kehendak sopir.

A. Rem Tangan

Penggunaan Rem Tangan antara lain, Rem tangan sebagai rem parkir,

Rem tangan sebagai rem darurat

1. Macam – Macam Lengan Pengoperasian

1.1 Lengan ditempatkan di samping atau di antara kursi

Tarik lengan unutk mengoperasikan rem tangan

Tekan “knop” untuk melepas

21

Page 22: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

1.2 Lengan batang tarik

a. Tarik batang tarik untuk mengoperasikan rem tangan

b. Putar untuk melepas

1.3 Lengan pedal

a. Tekan pedal untuk mengoperasikan rem tangan

b. Tarik “knop” untuk melepas

2. Sistem Pemindah Tenaga Rem Tangan

Nama – nama bagian :

1. Lengan tangan

2. Batang tarik

22

Page 23: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

3. Mur penyetel

4. Penyeimbang

5. Kabel rem

3. Macam – Macam Pelaksanaan Pegereman Rem Tangan

3.1 Rem tangan tromol

1. Sepatu rem I

2. Sepatu rem II

3. Lengan rem tangan

4. Kabel

5. Batang dorong

6. Gigi penyetel

Konstruksi

a. Lengan rem tangan terpasang pada poros luncur di atas sepatu

rem

b. Batang dorong terpasang di antara lengan dengan sepatu rem II

Cara kerja :

a. Lengan rem tangan ditarik oleh kabel secara manual

b. Batang dorong menekan sepatu rem II dan mengangkat sepatu

rem I untuk bersama - sama menekan tromol

23

Page 24: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

4. Penyetelan Automatis Pada Rem Tangan

Menyetel rem secara automatis

4.1 Konstruksi pada bagian – bagian khusus

a. Lengan penyetel

b. Plat penyetel

c. Pegas tarik

d. Baut penghubung

(batang dorong)

4.2 Bagian – bagian baut penghubung dan roda gigi penyetel

4.3 Cara Penyetelan Automatis

Gerakkan angkat plat penyetel 2 karena didorong oleh lengan penyetel 1

dan dikembalikan lagi oleh pegas tarik 3

4.4 Cara kerja

Saat celah kanvas besar

a. Saat mengoperasikan rem tangan plat penyetel

naik pada roda gigi penyetel

b. Bila langkahnya cukup besar, plat penyetel bisa

naik satu gigi lagi

a. Saat melepas rem tangan plat penyetel

memutarkan roda gigi penyetel

24

Page 25: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

b. Putaran roda gigi penyetel akan memanjangkan

baut penghubung dan mengurangi gerak bebas

antara kanvas dan tromol

Saat celah kanvas sesuai

a. Bila dilakukan pengoperasian rem tangan lagi,

plat penyetel tidak bisa naik satu gigi lagi. Jadi

tidak meyetel lagi

B. REM TROMOL

Rem merupakan bagian kendaraan yang sangat penting dalam

mendukung aspek keamanan berkendaraan, maka rem harus :

Dapat menghentikan kendaraan secepat mungkin

Dapat melaksanakan pengereman sesuai kehendak sopir

1. Komponen-komponen Rem Tromol

25

Page 26: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Cara Kerja Rem Tromol

Tidak bekerja

Tidak ada tekanan hidraulis, torak

silinder roda tidak tertekan tidak terjadi

pengereman

Bekerja

Tekanan hidraulis menekan torak silinder

roda kanvas menekan tromol

C. REM CAKRAM

1. Cakram ( Piringan )

Umumnya cakram atau piringan (disc rotor) dibuat dari besi

tuang dalam bentuk biasa dan berlubang-lubang untuk ventilasi.

Macam – Macam Cakram :

1.1. Cakram penuh

a. Digunakan untuk mobil

Ukuran sedang

Kecepatan menengah

26

Page 27: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

b. Pendinginan cukup

c. Harga Murah

1.2. Cakram dengan rusuk pendingin

a. Digunakan untuk mobil

Ukuran berat

Kecepatan tinggi

b. Pendinginan lebih baik

c. Harganya Mahal

2. Kaliper

Caliper juga disebut dengan silinder body, memegang piston-

piston dan dilengkapi dengan saluran dimana minyak rem disalurkan

ke silinder.

2.1. Macam – Macam Kaliper

2.1.1. Kaliper tetap

a. Kaliper terpasang mati pada aksel

b. Masing – masing sisi kaliper terdapat torak

c. Pad dipasang pada kaliper dengan dua buah pin

27

Page 28: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Cara kerja

Pedal rem diinjak

a. Tekanan cairan rem mendorong torak ke balok rem dan mencepit

cakram

Pedal rem dilepas

b. Dua torak dikembalikan pada posisi semula oleh sil secara

otomatis

Digunakan

c. Konstruksi sederhana dan murah tidak sering digunakan lagi

2.1.2. Kaliper Luncur Satu Torak

Cara kerja :

d. Tekanan cairan rem dalam silinder menekan torak dan dasar

silinder

e. Torak bergerak ke kiri mendorong balok rem 1 sampai kanvas

menempel pada permukaan gesek cakram

f. Untuk selanjutnya tekanan hidraulis disamping menekan torak

juga menekan dasar silinder unit silinder bergerak ke

28

Page 29: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

kanan mendorong balok rem 2 dengan arah berlawanan dengan

balok rem 2.

g. Balok rem 1 didorong ke kiri oleh torak dan balok rem rem 2

didorong kekanan oleh unit silinder, ke arah permukaan gesek

cakram.

h. Gerakan kedua balok rem dengan arah berlawanan selanjutnya

menjepit permukaan gesek cakram cakram terjadi

pengereman.

2.1.3. Kaliper Luncur Dua Torak

Cara kerja :

a. Tekanan cairan rem dalam silinder menekan torak 1 dan

torak 2

b. Torak I bergerak ke kiri mendorong balok rem kearah

permukaan gesek cakram

c. Torak II bergerak ke kanan mendorong unit rangka luncur

balok rem 2 terdesak ke arah permukaan gesek cakram pada

sisi yang lainnya

29

Page 30: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

d. Balok rem 1 di dorong ke kiri oleh torak 1 dan balok rem 2 di

dorong ke kanan oleh unit rangka luncur kearah permukaan

gesek cakram

e. Gerakan ke dua balok dengan arah yang berlawanan

selanjutnya menjepit permukaan gesek cakram terjadi

pengereman

2.1.4. Kaliper Berayun

Pengertian : Kaliper berputar pada pusat putar secara berayun

bila terjadi tekanan cairan rem

Konstruksi :

a. Unit kaliper terpasang menjadi satu dengan rangka

b. Unit kaliper terpasang pada pusat putar

c. Letak kedua balok rem tidak segaris dengan sumbu torak

Cara kerja :

a. Tekanan cairan rem menekan torak dan unit silinder

b. Torak bergerak ke kiri mendorong balok rem 1 ke arah

permukaan gesek cakram

30

Tumpuan Ayun

Page 31: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

c. Selanjutnya tekanan cairan rem juga mendesak dasar silinder

unit kaliper bergerak mengayun mendorong balok rem 2

kekanan, ke arah permukaan gesek cakram

d. Gerakan kedua balok rem dengan arah berlawanan kedua

permukaan gesek cakram cakram terjepit terjadi

pengereman

3. Pad ( Balok Rem )

Pad (disc pad) biasa dibuat dari campuran metallic fiber dan

sedikit serbuk besi. Tipe ini disebut dengan “Semi Metalic disc pad”.

Pada pad diberi garis celah untuk menunjukkan tebal pad (batas yang

diizinkan). Dengan demikian dapat mempermudah pengecekan

keausan pad.

Pada beberapa pad, penggunaan metallic plate (disebut dengan

anti-squel) dipasangkan pada sisi piston untuk mencegah bunyi saat

berlaku pengereman.

a. Balok rem tanpa penunjuk keausan

31

Page 32: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

b. Pad dengan penunjuk keausan secara elektrik

4. Perbandingan Antara Rem Cakram Dan Rem Tromol

Rem Tromol Rem Cakram

Sifat Rem Tromol Rem Cakram

c. Gaya kerja + Memberikan kekuatan

sendiri

Tidak memberi

kekuatan sendiri

d. Pendinginan - Kurang Baik

e. Temperatur

kerja

* Rendah Tinggi

f. Keausan

kanvas

+ Sedikit Banyak

g. Cara

menyetel

- Manual / setengah

otomatis

Otomatis

h. Waktu yang - Lama Cepat

32

Page 33: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

diperlukan

servis

i. Tempat yang

perlu dan

berat

* Lebih Kurang

IX. KERANGKAN BERFIKIR

Hasil belajar merupakan indikator kenerhasilan suatu pembelajaran, banyak

faktor yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya faktok interen atau faktor dari

individu itu sendiri dan faktor ekstern atau faktor dari lingkuangan. Salah satu faktor

pendukung keberhasilan belajar yaitu dengan menggunakan atau memanfaatkan

metode belajar dalam proses pembelajaran.

Metode pengajaran berperan sangat penting dalam proses pembelajaran,

karena dapat membantu siswa dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan

oleh guru. Penggunaan berbagai metode dengan kombinasi yang sesuai dengan

kondisi lingkungan dan siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa dapat

memperbaiki hasil belajar siswa. Banyak metode belajar yang digunakan dalam

pembelajaran seperti yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ekspositori

dan metode jigsaw II.

Disetiap mengaplikasian metode pembelajaran tersebut , terdapat kelebihan

dan kelemahan. Pada masing – masing metode bisa juga memberi hasil belajar yang

bisa sama ataupun berbeda. Pembelajaran yang menggunakan metode jigsaw II akan

lebih membangkitkan motivasi belajar siswa, karena pada metode ini, kelompok yang

memiliki nilai test tertinggi berhak atas penghargaan atau hadiah sehingga siswa aka

berlomba – lomba dalam mencerdaskan kelompok mereka masing- masing.

Disamping itu metode ini melatih siswa dalam mengemukakan gagasannya dan

melaitih siswa untuk bertanggungjawab dalam kelompoknya. Pada pembelajaran

sistem rem di SMK Negeri 4 Semarang, menggunakan metode konvensional seperti

ekspositori, siswa cenderung kurang memperhatikan dan kurang antusias dalam

proses belajar sehingga guru harus benar – benar berusaha keras agar siswa dapat

memahami materi yang diberikan.

33

Page 34: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Soal Test

Uji Soal

Soal Valid

Hasil Hasil

Hasil Hasil

PerlakuanMetode

Ekspositori

Perlakuan Metode

Jigsaw II

me

Post-Test

Post-Test

Kelas MO1

Pre-Test

Uji t

Kelas MO2

Pre-Test

Dari uraian diatas dapat dijadikan obyek penelitian yang dimaksutkan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diberi metode ekspositori

dengan hasil belajar siswa yang diberi metode jiksaw II pembelajaran sistem rem, dan

seberapa besar perbedaan tersebut.

X. HIPOTESIS

Didalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

Ha : Ada perbedaan antara pembelajaran dengan metode ekspositori dan

metode jigsaw II pada sistem rem bagi siswa kelas X SMK Negeri 4

Semarang Tahun Ajaran 2011 / 2012.

XI. RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

Experimental Design. Penelitian eksperimen dimaksutkan untuk mengetahui

hubungan sebab-akibat variable penelitian.

Table Desain Penelitian

No Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

1 Kontrol t 1A Metode Ekspositori t 2A

2 Eksperimen t 1B Metode Jigsaw II t 2B

Bagan Langkah- Langkah Pengampilan Data

34

Page 35: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Pengelompokann

Pengumpulan Data

Analisis data

KontrolMetode Ekspositori

EksperimenMetode Jigsaw II

Bagan Kegiatan Penelitian

XII. POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X otomotif SMK Negeri 4

Semarang Tahun Ajaran 2011 / 2012 terdiri dari 3 kelas secara keseluruhan berjumlah

105 siswa.

XIII. SAMPLE

Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 4

Semarang kelas X Otomotif 2 sebanyak 35 siswa diberikan metode ekspositori dan

kelas X Otomotif 3 sebanyak 35 diberikan metode Jigsaw II.

XIV. VARIABEL PENELITIAN

Dalam peneliitian ini akan dibandingkan dua variabel, yaitu variabel bebas

dan variable terikat.

A. Variabel Bebas ( Variabel X )

Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah metode Ekspositori dan metode

Jigsaw II.

B. Variabel Terikat ( Variabel Y )

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

35

Page 36: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

XV. PENGUMPULAN DATA

Untuk mencapai tujuan penelitian dibutuhkan data yang berhubungan dengan

obyek untuk mencari jawaban dari permaalahan.

Dalam penelitian ini menggunakan metode test dan metode dokumentasi.

A. Metode Test

Test adalah kumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur pengetahuan, intelegensi, atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok ( Suharsimi Arikunto, : 2006:223). Metode tes yang

digunakan dalam penelitian ini digunakan test hasil belajar dimana

instrument tes dibuat peneliti dan disetujui oleh guru pengampu. Test ini

digunakan untuk mengungkap tingkat hasil belajar.

B. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

memperoleh keterangan – keterangan yang berwujut dalam catatan penting

atau dokumen penting lyang perhubungan penelitian. Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data – data nama dan jumlah siswa.

XVI. UJI INSTRUMEN

Setelah perangkat test disusun, maka soal tersebut diujicobakan dan hasilnya

dicatat dengan cermat, dalam penelitian ini uji coba dilakukan pada siswa kelas XI

MO 1 yang sudah mendapatkan materi sistem rem. Setelah itu soal-soal dianalisa

untuk mengetahui soal-soal yang valid, reliable memenuhi indeks kesukaran dan

memenuhi daya beda soal.

A. Validasi Instrument Test

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya (Suharsimi Arikunto,2006:168).

Rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi

point biserial ( point biserial corellation ) yaitu :

r pbis=M p−M t

S t √ pq

Keterangan :

36

Page 37: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

r pbis = Koefisien korelasi point biserial

M p = Mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item

yang dicari korelasinya dengan test

M t = Mean skor total ( skor rata-rata dari seluruh pengikut test )

St = Standar deviasi skor total

p = Proporsi item yang menjawab benar item tersebut

q = 1−p

(Suharsimi Arikunto,2006:283).

Untuk menentukan besarnya p menggunakan rumus sebagai berikut :

p= nN

Keterangan :

n = Subyek yang menjawab benar item

N = Jumlah seluruh siswa ( semua subyek yang menjawab item )

Taraf kesukaran soal diketahui dengan besarnya , yaitu :

p = 0,00 – 0,30 = Soal sukar

p = 0,31 – 0,70 = Soal sedang

p = 0,71 – 1,00 = Soal mudah

B. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu untuk membedakan antara

soal yang sesuai dengan siswa yang kemampuan tinggi dan siswa yang

berkemampuan rendah (Sudjana,2002:241).

Rumus yang digunakan dalam penelitian adalah :

d=nA

N A

−nB

N B

Keterangan :

d = Indeks diskriminasi item

nA = Banyaknya menjawab item dengan benar dari kelompok atas

N A = Banyak subyek kelompok atas

nB = Banyaknya menjawab item dengan benar dari kelompok bawah

N B = Banyaknya subyek kelompok bawah

37

Page 38: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Jika :

d= < 0,20 = Soal jelek dan harus dibuang

d= 0,20 – 0,29= Soal kurang memuaskan , perlu diperbaiki

d= 0,30 – 0,39= Soal sukup baik

d= > 0,40 = Soal bagus sekali

Soal dianggap baik jika d ≥ 0,30

C. Reliabilitas Alat Ukur Test

Reliabilitas adalah suatu instrument yang cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik

( Suharsimi Arikunto,2006:178)

Rumus reliabilitas yang digunakan dalam penelitian adalah reliabilitas dengan

rumusKR−20 , yaitu :

r11=[ k(k−1) ] [V t−∑ pq

V t]

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrument

k = Banyaknya butir soal

V t = Varian soal

p = proporsi subyek yang menjawab betul ( yang mendapat skor 1 )

p = banyak subyek yangskornya 1

N

q = proporsi subyek yangmendapat skor 0

(q=1−p)

(Suharsimi Arikunto , 2006 :187)

XVII. TEKNIK ANALISIS DATA

A. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

terdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas dalam penelitian ini adalah :

X2=∑i=1

k (Oi−Ei)2

E i

38

Page 39: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

Keterangan :

∑i=1

k

= Jumlah banyaknya interval kelas interval

X2 = Parameter uji normalitas

Oi = Frekuensi yang diharapkan

Ei = Frekuensi observasi

Jika X2 dengan dk=(k−1) lebih kecil dari X2tabel, maka data yang

diperoleh sudah tersebar dalam distribusi normal (Sudjana,1996:273)

B. Analisis T-test

1. Mencari mean sampel Ekspositori dan Jigsaw II

Rumus mean :

x=∑ x i

n

x = Mean sampel yang dicari

∑ x i = Jumlah frekuensi tiap interval

n = Jumlah responden

Sudjana(2002:67)

2. Mencari simpang baku sample yang menggunakan Ekspositori dan Jigsaw II

Rumus yang digunakan :

s2=∑ (x¿¿i¿−x )2

n−1¿¿

Keterangan :

s2 = Varians yang dicari dari suatu sampel

∑ (x¿¿ i¿− x)2¿¿= Jumlah kuadrat selisih dari x1−x, x2−x,… xn−x

n = Jumlah responden

Sudjana(2002:93)

3. Mencari simpang baku gabungan

Rumus simpang baku gabungan :

s2=(n¿¿1−1)s12+

(n¿¿2−1)s12

n1−n2−2¿¿

Keterangan :

s2 = Simpang baku / varians gabungan

n = Jumlah responden

39

Page 40: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

s1 = Varians dari sebuah sampel

Sudjana(2002:239)

4. Analisa t-Test

Rumus analisa t-test :

t=x1−x2

s √ 1n1

+ 1n2

Keterangan :

t = Harga t-test yang dicari

x1 = Mean dari sampel 1

x2 = Mean dari sampel 2

s = Simpang baku gabungan

n1 = Jumlah responden sampel 1

n2 = Jumlah responden sampel 2

Sudjana(2002:239)

Hipotesis yang diujikan adalah

H a = Ada perbedaan antara x1 dan x2

Pernyataan analisis uji t-test menurut Sudjana (2002:239) adalah hipotesis

akhir (H a) diterima jika t h itung≥ ttabel dengan derajat kebebasan

(dk )=(n1+n2−2 ) dan taraf nyata (1−12

a). Harga t lain hipotesis akhir H a

ditolak.

40

Page 41: Skripsi perbandingan metode jigsawII dan ekspositori

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Azizah, Bahriyatul. 2006. Skripsi Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus

Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas II MAN Suruh,

Semarang: FE UNNES.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Passaribu dan Simanjuntak. 1983. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito

http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-ekspositori/

http://wahidilqohar.webnode.com/news/teori-hasil-belajar1/

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Boston: Allyn Bacon

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Tim MKDK. 1992. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press

Tri Anni Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press

41