SKRIPSI PENGARUH BIAYA MUTU TERHADAP TINGKAT …
Transcript of SKRIPSI PENGARUH BIAYA MUTU TERHADAP TINGKAT …
i
SKRIPSI
PENGARUH BIAYA MUTU TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN
PRODUK PADA PT.INTAN PARIWARA PARE-PARE
MUH.ZULFADLY SAID
105730371212
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan dan Kegunaan penelitian .................................................. 4
1. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
2. Kegunaan Penelitian ............................................................ 6
BAB II. TINJUAN PUSTAKA...................................................................... 7
A. Gambaran Umum Akuntansi Manajemen ................................... 7
B. Biaya............................................................................................ 8
C. Mutu ............................................................................................ 9
1. Pengertian Mutu ................................................................. 9
2. Sistem Mutu ....................................................................... 11
3. Dimensi Mutu .................................................................... 14
4. Sumber ............................................................................... 15
5. Pengendalian Mutu ............................................................ 16
D. Biaya Mutu .................................................................................. 17
1. Pengertian Biaya Mutu ....................................................... 17
2. Unsur-Unsur Biaya Mutu ................................................... 19
v
3. Pengukuran Biaya ............................................................... 25
4. Manfaat Biaya Mutu ........................................................... 26
5. Penerapan Biaya Mutu ....................................................... 27
6. Pelaporan Biaya Mutu ........................................................ 29
7. Efisiensi dan Efektifitas Biaya Mutu .................................. 30
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................31
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................32
B. Metode Pengumpulan Data .....................................................32
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................33
1. Jenis Data .............................................................................34
2. Sumber Data ........................................................................34
D. Populasi dan Sampel ................................................................34
E. Definisi Operasional ................................................................35
F. Metode Analisis .......................................................................35
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................36
A. Sejarah Singkat Perusahaan .....................................................36
B. Perkembangan Usaha ..............................................................37
C. Personil Perusahaan .................................................................39
D. Struktur Organisasi Perusahaan ...............................................40
E. Deskripsi Jabatan .....................................................................42
F. Kegiatan Pemasaran ................................................................45
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Indentifikasi Unsur Biaya Mutu .............................................51
vi
1. Biaya Pencegahan ...........................................................52
2. Biaya Penilaian............................................................... 53
3. Biaya Kegagalan Intern ...................................................55
4. Biaya Kegagalan Ekstern ................................................56
B. Laporan Biaya Mutu .............................................................57
C. Analisis Pelaksanaan Dan Realisasi Biaya Mutu..................60
D. Evaluasi Pelaksanaan Dan Dampak Biaya Mutu..................63
E. Pengaruh Biaya Terhadap Tingkat Kerusakan Produk .........64
F. Hasil Analisi dan Manfaatnya ...............................................65
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................67
A. Simpulan ...............................................................................67
B. Saran ......................................................................................68
Daftar Pustaka
Lampiran
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 5.1 Biaya Pencegahan Tahun 2013-2015 ........................................... 53
TABEL 5.2 Biaya Penilaian Tahun 2013-2015 ............................................... 54
TABEL 5.3 Biaya Kegagalan Intern Tahun 2013-2015 .................................. 55
TABEL 5.4 Biaya Kegagalan Ekstern Tahun 201-2015 .................................. 56
TABEL 5.5 Laporan Biaya Mutu Aktual Tahun 2013-2015 ........................... 58
TABEL 5.6 Rumus Perhitungan Salesman Tahun 2013-2015 ........................ 59
TABEL 5.7 Biaya Kualitas Terhadap Penjualan Tahun 2013-2015 ................ 62
TABEL 5.8 Tingkat Kerusakan Produk 2013- 2015 ....................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era teknologi maju seperti sekarang ini, tidak ada satu pun perusahaan
yang tidak terkena dampak globalisasi. Bukan hanya perusahaan besar dan
Multinasional, tetapi perusahaan kecil juga menghadapi persaingan global. Hal ini
tidak terlepas dari adanya mobilitas teknologi, mobilitas informasi, mobilitas
industri dan mobilitas manusia yang menglobal sehingga menyebabkan
meningkatnya jumlah pesaing dan intensitas persaingan.
Keberhasilan perusahaan dalam mengatasi kondisi persaingan tersebut
sangat tergantung pads kemamapuan manajemen dalam mengelola perusahaan
serta didukung oleh pendekan strategik yang digunakan. Perusahaan-perusahaan
industri sebagai salah satu pelaku dalam globalisasi ekonomi harus mempunyai
kesiapan dan kemampuan tersendiri serta mandiri dalam usaha meningkatkan
efisiensi dan produktifitas.
Kompetisi global memberi pilihan yang banyak kepada konsumen dan
mereka semakin sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value conscious)
dalam meminta produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu, daya
saing produk yang dihasilkan baik dalam penilaian bentuk, mutu, harga maupun
pelayanan harus yang tents menerus ditingkatkan (continous improvement). Salah
satu konsep strategik yang dapat digunakan untuk mencapainya adalah dengan
menerapkan konsep manajemen mutu terpadu atau lebih dikenal dengan nama
1
2
Total Quality Manajemen (TQM)
Menurut Tjiptono dan Anastasia Diana Total Quality Manajemen
(2003,4), menyatakankan bahwa Total Quality Manajemen (TOM) adalah suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan
daya saing organisasi melalui perbaikan tents menerus atas produk, jasa, tenaga
kerja, proses, dan lingkungannya
Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan manfaat
seperti meningkatnya mutu dari suatu produk (barang/jasa), efisiensi, dan
efektifitas sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan laba serta daya
saing perusahaan. Perusahaan yang memilih untuk bersaing melalui harga yang
rendah bukan berarti memilih untuk memproduksi dengan kualitas yang rendah.
Harga yang rendah tetap harus memenuhi harapan pelanggan. Prinsip-prinsip
yang mendasari program peningkatan kualitas sebagian besar bertujuan untuk
memuaskan dan memenuhi kebutuhan pelanggan dan merupakan tujuan dari
rencana strategik untuk memperoleh keunggulan kompetitif
Kualitas/mutu juga merupakan hal yang signifikan untuk berbagai alasan
lain. Kualitas dapat menurunkan biaya perbaikan, meningkatkan kepuasan
pelanggan, dan mendorong serta mempertahankan keberhasilan dan profitabilitas
jangka panjang
Biaya dan kualitas merupakan faktor-faktor kritis dalam semua strategi
keberhasilan. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Peningkatan
kualitas juga mencerminkan adanya peningkatan aktivitas/kegiatan. Peningkatan
aktivitas berarti akan terjadi pula peningkatan pada beberapa biaya. Hubungan ini
3
dapat terlihat dalam konsep Biaya Mutu (Quality Cost). Biaya mutu
dikembangkan sebagai pendekatan guna memastikan bahwa barang-barang dan
jasa diproduksi dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan penggunaan biaya
yang minimum. Biaya mutu diukur dengan menggunakan sistem penentuan biaya
mutu yang merupakan sistem untuk memantau dan mengumpulkan biaya untuk
mempertahankan atau menyempurnakan mutu produk dalam suatu perusahaan.
Suatu program biaya mutu memberikan kepercayaan terhadap seluruh program
biaya manajemen mutu. Program ini memberikan justifikasi biaya untuk tindakan
korektif. Semua biaya yang berhubungan dengan mutu yang jelek dan tindakan
korektifnya diintegrasikan kedalam suatu sistem agar dapat menekankan fungsi
manajemen mutu. Perbaikan mutu adalah sinonim dengan suatu reduksi dalam
biaya mutu yang jelek dan setiap rupiah dari biya mutu yang dihemat mempunyai
pengaruh positif terhadap laba.
Karena sifat dari perbaikan mutu yang mempunyai pengaruh positif
terhadap laba, maka saat ini banyak perusahaan yang mencoba untuk
menerapkannya sebagai alat untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing
perusahaan dalam hal mutu produk. Meskipun saat ini konsep TQM juga telah
diterapkan pada organisasi jasa, namun orientasi awal konsep strategik ini lebih
diarahkan kepada organisasi manufaktur/industri karena konsep ini memfokuskan
din kepada produk, pelayanan jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang
semuanya dimiliki oleh industri.
PT Intan Pariwara sebagai salah satu Industri pencetak buku terbesar di
Indonesia, sejak beberapa tahun lalu juga telah mulai serius dalam menerapkan
4
TQM sebagai langkah strategik dalam bersaing khususnya dalam hal peningkatan
mutu produk. Keseriusan dapat terlihat dengan di bentuknya Biro Quality Control
(QC) dan Quality Assurance (QA) yang bertanggung jawab secara langsung
terhadap mutu/kualitas pekerjaan dan jaminan kualitas barang yang diterima
maupun yang dihasilkan.
Setiap aktivitas yang berhubungan dengan usaha peningkatan, penjagaan,
penilaian dan perbaikan mutu oleh Biro QC QA akan mengeluarkan biaya. Biaya
inilah yang nantinya yang akan diakumulasi dan dinilai oleh Biro Keuangan dan
Akuntansi sebagai biaya mutu. Selanjutnya biaya mutu akan dibandingkan dengan
tingkat kerusakan produk yang dihasilkan dan akan menjadi bahan pertimbangan
apakah persentase peningkatan kualitas lebih besar dibandingkan persentase
peningkatan biaya mutu
Berdasarkan latar belakang maka penulis mencoba mengangkat
permasalahan mengenai biaya mutu dengan judul:Analisis penerapan biaya mutu
terhadap peningkatan kualitas produk pada PT Intan Pariwara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah adalah Apakah penerapan biaya mutu yang dilakukan
oleh PT Intan Pariwara berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
kualitas produk yang dihasilkan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi unsur-unsur biaya mutu yang
diterapkan oleh PT Intan Pariwara.Untuk mengetahui pengaruh biaya mutu
terhadap tingkat kerusakan produk untuk peningkatan mutu produk pada
PT Intan Pariwara.
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui masalah dari perusahaan tersebut agar tidak
berkepanjangan dan dapat terselesaikan dengan baik.
2. bagi pihak lain : sebagai media pustaka dan bahan perbandingan bagi
pihak yang berkepentingan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Akuntansi Manajemen
Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah
masukan berupa data operasi dan data keuangan untuk menghasilkan keluaran
berupa informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh pemakai.
Informasi merupakan suatu fakta, data, pengamatan, persepsi, atau
sesuatu yang lain, yang menambah pengetahuan. Informasi diperlukan oleh
manusia untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang, yang
mengandung ketidakpastian dan selalu menyangkut pemilihan suatu alternatif
tindakan diantara sekian banyak alternatif yang tersedia.
Akuntansi manajemen adalah hal-hal yang berhubungan dengan
penyediaan informasi Akuntansi manajemen menyediakan informasi untuk para
manajer,yaitu orang-orang yang terdapat di dalam perusahaan dan
bertanggungjawab atas pengarahan dan pengendalian operasi perusahaan.
Menurut Widjaja (1994:9) menyatakan bahwa:
Akuntansi manajemen adalah aplikasi dari teknik-teknik dan konsep-
konsep yang tepat dalam memproses data ekonomi yang historis dan
memproyeksikan dan suatu kesatuan ekonomi untuk membantu
manajemen dalam menetapkan suatu rencana untuk tujuan ekonomi yang
dapat diterima, dan dalam pembuatan keputusan yang rasional dengan
6
7
pandangan kedepan untuk mencapai tujuan.
Peranan akuntansi manajemen sangat penting dalam menyediakan
informasi bagi masyarakat keseluruhan, terutama bagi pengambil keputusan, para
manajer dan profesional.
Ciri khas dari akuntansi manajemen adalah:
1. Berfokus pada penyediaan data untuk penggunaan internal oleh manajer
2. Memberikan penekanan lebih untuk masa depan
3. Menekankan pada relevansi dan fleksibelitas data
B. Biaya
Pencapaian suatu tujuan tertentu memerlukan suatu pengorbanan. Besar
kecilnya pengorbanan yang dilakukan tergantung dari tujuan yang akan dicapai,
demikian pula bagi perusahaan. Didalam proses produksinya, pengorbanan
tersebut berupa faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa, nilai dari pengorbanan yang yang dilakukakan dinamakan biaya.
Masalah biaya merupakan hal penting sehingga diperlukan pengertian biaya
secara jelas dan terperinci. Menurut Supriono (1990:16) mengemukakan bahwa :
Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau yang digunakan dalam
rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai
pengurangan penghasilan. Biaya digolongkan ke dalam harga pokok
penjualan, biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya bunga dan
biaya perseroan.
8
Defenisi lain dinyatakan oleh Mulyadi (1983:3) bahwa: :
Biaya adalah pengorbanan sumber-sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
mencapai tujuan.
Sementara Hansen dan Mowen terjemahan Hermawan (1999:36) bahwa :
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang dan jasa yang diharapkan membawa keuntungan
masa ini atau masa yang akan datang bagi organisasi.
Pengertian tersebut adalah pengertian biaya dalam arti luas, dimana biaya
cenderung untuk diidentifikasi dengan pengeluaran-pengeluaran uang
dikorbankan. Untuk memperoleh sesuatu atau untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara umum dapat dikatakan bahwa dengan dikorbankannya biaya tertentu akan
dapat memperoleh manfaat pada masa yang akan datang yaitu dengan
memperoleh hasil dari pengorbanan yang dikeluarkan berdasarkan periode
akuntansi yang digunakan.
C. Mutu
1. Pengertian Mutu
Masalah mutu merupakan salah satu bagian penting dan perlu
mendapatkan perhatian yang serius bagi manajer dalam menjalankan strategi
operasinya. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini terjadi kecenderungan
proses pengembangan produk yang lebih baik, lebih canggih, lebih berkualitas,
lebih murah jika dibandingkan dengan produk sebelumnya sebagai akibat
perubahan yang begitu cepat dalam bidang teknologi. Operasi pabrik dalam era
9
globalisasi dituntut untuk menjadi unggul dalam daya saing maupun unggul dalam
kualitas produk. Kecenderungan tersebut perlu diantisipasi melalui kemitraan
dengan para pemasok/supplier suku cadang atau komponen dengan standar mutu
sesuai yang diinginkan.
Mutu merupakan ukuran relatif kebaikan suatu produk , dimana produk
tersebut dapat memenuhi harapan konsumen. Beberapa defenisi mutu
menekankan pada aspek yang berbeda-beda, misalnya kecocokan penggunaan,
kesesuaian produk dengan kebutuhan kunsumen, kesesuaian produk dengan
spesifikasi desain dan persyaratan teknisnya
Hansen dan Mowen terjemahan Hermawan (2000:5) menyatakan, bahwa:
Kualitas (mutu) adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia/ tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dan konsumen.
Mutu merupakan perpaduan antara sifat-sifat dan karakteristik yang
menentukan sampai seberapa jauh keluaran dapat memenuhi kebutuhan pembeli.
Mutu juga merupakan tingkat baik buruknya sesuatu atau tingkat keunggulan
yang mana dapat dinilai sebagai suatu kesuksesan penciptaan produk.
Mutu produk dan jasa oleh Feigenbaum terjemahan Kandahjaya (1996:7),
didefinisikan sebagai:
Keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dan pemasaran,
rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa
yang digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan.
10
Bedasarkan pengertian para pendapat dapatlah bagaimana produk dan jasa
yang dihasilkan oleh produsen mampu memenuhi harapan pelanggan. Menurut
Supriono (1997:24), ada dua jenis mutu yang diakui yaitu:
a. Mutu rancangan (quality of design ) , merupakan suatu fungsi sebagai
spesifikasi produk.Dalam hal ini harga dan bahan dari pemasok sesuai
yang diinginkan oleh perusahaan.
b. Mutu kesesuaian (quality of cofermance) , merupakan suatu ukuran
mengenai bagaimana suatu produk memenuhi berbagai persyaratan atau
spesifikasi. Dalam hal ini harga dan produk sesuai dengan keinginan yang
diharapkan oleh konsumen.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas selalu
berfokus pada konsumen (customer focus quality). Dengan demikian diketahui
bahwa tujuan utama mutu adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan
suatu produk, dan suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila konsumen dari
produk tersebut mencapai suatu kepuasan.
2. Sistem Mutu
Pendekatan sistem terhadap mutu bermula pada prinsip dasar kendali mutu
terpadu yaitu bahwa kepuasan pelanggan tidak dapat dicapai dengan berkosentrasi
pada salah satu bidang pabrik atau perusahaan saja. Pencapaiannya sangat
tergantung pada efektifitas dan keakuratan pelaksanaan tindakan mutu dalam
setiap bidang bisnis ataupun antara satu bidang dengan bidang yang lainnya.
Sehingga Pengembangan sistem mutu pada akhirnya akan menciptakan sistem
mutu terpadu.Sebuah pendapat Feigenbaum terjemahan Kandajaya (1996:7)
11
mengenai sistem mutu adalah sebagai berikut:
Sebuah sistem mutu terpadu adalah struktur kerja operasi pada seluruh
perusahaan dan pabrik yang disepakati, didokumentasi dalam prosedur-
prosedur teknis dan managerial yang terpadu dan efektif , untuk
membimbing tindakan-tindakan yang terkoordinasi dari tenaga kerja ,
mesin dan informasi perusahaan,dan pabrik melalui cara yang terbaik dan
paling praktis untuk menjamin kepuasan pelanggan akan mutu dan biaya
mutu yang ekonomis Sitem mutu dalam pendapat tersebut mencakup
penciptaan suatu rangkaian prosedur kelompok kerja yang terorganisasi
untuk menghasilkan efektifitas penggunaan berbagai elemen perusahaan
sehubungan dengan upaya maksimalisasi pemuasan kebutuhan pelanggan
lewat produk/ jasa yang dihasilkan.
Perusahaan yang mengharapkan sistem mutu yang dirancang dan
dilaksanakan dengan baik memiliki proses yang cenderung menjdi cermat dan
peka terhadap kebutuhan pembeli, dengan pemasaran yang sangat efektif, efisien
dan berada pada posisi terdepan.
Harapan untuk memenuhi keinginan pelanggan tentang mutu mendorong
perusahaan mencapai standar mutu yang diakui secara internasional yang dikenal
dengan ISO-9000.
ISO-9000 adalah suatu rangkaian dari lima standar mutu internasional
yang dikembangkan oleh The Intenasional Organization for Standardization di
Jenewa, Swiss. ISO-9000 memberikan kerangka yang sama bagi jaminan mutu
yang dapat dipergunakan diseluruh dunia.
12
Rangkaian standar ISO-9000 adalah sebagai berikut:
a. ISO-9000-1 : Standar Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu, Pedoman
untuk Pemilihan dan Penggunaan.
b. ISO-9001 : Sistem Mutu- Model Jaminan Mutu dalam
Desain/Pengembangan, Produksi, Pemasangan dan Pelayanan jasa.
c. ISO-9002 : Sistem Mutu- Model jaminan dalam Produksi dan
Pemasangan.
d. ISO-9003 : Sistem Mutu — Model Jaminan Mutu dalam Penilikan dan
Pengujian Akhir.
e. ISO-9004:Unsur-Unsur Manajemen Mutu- Pedoman.
Standar ini mencalcup unsur-unsur pokok yang mempengaruhi sistem jaminan
kualitas, termasuk didalamnya tanggung jawab manajemen, pemasaran,
pengadaan, langka pengendalian dan pemanfaatan sumber daya manusia.
Tujuan dibentuknya ISO-9000 ini pada dasarnya untuk memberikan
jaminan kepastian mutu dan penerapan suatu sistem bagi peusahaan yang
memiliki serifikasinya.
Secara umum, Tjiptono dan Anastasia (2003:15) memberikan 3 tujuan
mutu yang dimiliki ISO-9000, yaitu:
1. Organisasi harus mencapai dan mempertahankan mutu produk dan jasa
yang dihasilkan. Sehingga secara kesinambungan dapat memenuhi
kebutuhan para pembeli.
2. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya
13
sendiri bahwa mutu yang digunakan itu telah dicapai dan dapat
dipertahankan.
3. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa
mutu yang dimaksudkan itu telah, atau akan dicapai dalam produk/ jasa
yang dijual.
3. Dimensi Mutu
Daya tank mutu suatu produk atau jasa timbul dari dimensi mutu yang
dimilikinya. Variasi dimensi merupakan medan kompetisi mutu berbagai
produk dan jasa yang ada di pasar. Sehingga , secara langsung dimensi mutu
memiliki kapasitas dalam menentukan prospek mutu produk dan jasa.
Mutu memiliki beberapa dimensi. Juran mengutarakan 5 dimensi
utama mutu (fitness for use) yang dikutip oleh Widjaja (1993:9) sebagai
berikut:
a. Ouality of Design.
Dimensi ini menekankan pada keunikan suatu produk yang dapat
membedakannya dengan produk lain Dimensi ini juga mencakup konsep
desain dan spesifikasinya .
b. Quality of Conformance..
Dimensi ini mereflesikan perbandingan antara produk aktual dan desain
yang dimaksud dan dipengaruhi oleh pemilihan proses, kemampuan untuk
memegang toleransi, pelatihan tenaga kerja dan supervise, serta ketaatan
pada program pengujian.
14
c . Availability.
Kebebasan suatu produk terhadap masalah yang mengganggu dan
merefleksi baik frekuensi atau probabilitas kegagalan (reliability) maupun
kecepatan atau kemudahan reparasi
d . Safety.
Dimensi ini dapat dinilai dengan mengkalkulasi resiko kecelakaan karena
bahaya produk.
e . Field Use.
Dimensi ini merupakan suatu kesesuaian dan kondisi produk tersebut
sampai ketangan konsumen dan dipengaruhi oleh pengemasan,
transportasi, penyimpanan, kompetensi , dan ketepatan pada pelaporan
lapangan.
Suatu produk atau jasa tidak secara keseluruhan harus memenuhi dimensi
tersebut. Bagi konsumen, hanya beberapa diantaranya yang dianggap penting atau
dibutuhkan. Sehingga pendekatan dimensi mutu harus disesuaikan dengan segmen
pasar untuk menciptakan dimensi mutu yang efektif.
4. Sumber Mutu
Tjiptono dan Anastasia (2003:15) menyatakan bahwa: paling tidak tedapat
5 sumber mutu yang biasa dijumpai yaitu:
1. Program, kebijakan dan sikap yang melibatkan komitmen dari
manajemen puncak.
2. Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu
maupun detail
15
3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif
produk sebelum dilepas ke pasar.
4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan
yang terpelihara baik, pekerja yang terlatih baik dan penemuan
penyimpanan secara cepat.
5. Manajemen Vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran
utama.
5. Pengendalian Mutu
Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan suatu produk atau
jasa yang dimiliki tidak lepas dari penerapan pengendalian mutu dalam rantai
bisnis. Sehingga pengendalian mutu ini pun membutuhkan suatu pengawasan
untuk menjamin pelaksanaan perencanaan mutu yang telah ditetapkan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hadiwiardjo dan Wibisono (1996:21) :
Sistem Manajemen Mutu bahwa:
Pengendalian mutu adalah istilah yang menyatakan keseluruhan kegiatan
dan teknik dalam proses yang dimaksudkan untuk menciptakan
karakteristik mutu tertentu. Kegiatan ini mencakup pemantauan,
mengurangi kemungkinan perubahan atau perbedaan, penghilangan sebab-
sebab yang diketahui, dan usaha-usaha yang memungkinkan keefektifan
ekonomi.
Menurut Feigenbaum terjemahan Kandahjaya (1996:7) mengemukakan
bahwa, pada umumnya ada 4 langkah dalam pengendalian yaitu:
1. Menetapkan Standar. Menetapkan standar mutu biaya (sumber biaya),
16
standar mutu prestasi kerja, standar mutu keuangan, dan standar mutu
keterandalan yang diperlukan untuk produk tertentu.
2. Menilai Kesesuaian. Membandingkan kesesuaian produk atau jasa yang
dihasilkan terhadap standar yang telah ditetapkan.
3. Melakukan Tindakan. Mengoreksi masalah dan penyebabnya melalui
faktorfaktor yang mencakup pemasaran rancangan, produksi dan
pemeliharaan yang mempengaruhi kepuasan pemakai.
4. merencanakan Perbaikan. Mengembangkan suatu upaya berkelanjutan
untuk memperbaiki standar-standar biaya, prestasi, keamanan, dan
keterandalan.
D. Biaya Mutu
1. Pengertian Biaya Mutu
Produk atau jasa yang tidak memenuhi spesifikasi atau standard mutu
tertentu akan mendapat perbaikan dan mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya
inilah yang dianggap sebagai biaya mutu (quality of cost), yakni biaya yang
diakibatkan oleh produksi yang mutunya tidak 100% sempurna.
Penerapan biaya mutu pada suatu pabrik dan perusahaan
diperhitungkan dengan mengutamakan dua bidang utama, yaitu biaya kendali
dan biaya kegagalan kandali. Feigenbaum terjemahan Kandahjaya (1996:7),
menyebutkan kedua biaya tersebut dengan istilah biaya operasi mutu
produsen yaitu:
Biaya mutu adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pendefenisian,
penciptaan, dan kendali mutu serta evaluasi dan umpan balik
17
kesesuaian terhadap persyaratan mutu, keterandalan, keamanan dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan akibat kegagalan untuk memenuhi
persyaratan didalam pabrik.
Biaya mutu atau biaya operasi mutu produsen dikeluarkan untuk
memuaskan standard, prosedur dan pengendalian mutu serta untuk
memperbaiki mutu pruduk yang buruk dalam rantai produksi dan
distribusi.
Pandangan ini menganggap bahwa biaya mutu dikeluarkan untuk
kegiatan pencegahan dan perbaikan mutu produk yang buruk ; tergantung
pada kebutuhan perbaikan mutu yang diinginkan perusahaan.
Pandangan tersebut sejalan dengan pendapat Hansen dan Mowen
(1999:36) terjemahan Hermawan mengatakan bahwa :
keberadaan biaya mutu yaitu disebabkan oleh buruknya mutu produk
yang mungkin atau sesungguhnya ada.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Blocher terjemahan Ambarrani
(2000), bahwa:
Biaya mutu merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan
pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk
yang berkualitas rendah, dan dengan opportunity cost dari hilangnya
waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya mutu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa biaya mutu terdiri atas dua kategori yang pokok, yaitu biaya yang
berkaitan pengendalian dan biaya yang berkaitan dengan kerugian atau
18
kegagalan sebagai akibat mutu yang jelek atau yang berkualitas rendah
atau dengan kata lain tidak sesuai dengan persyaratan mutu yang
diterapkan, baik dalam proses produksi maupun dalam proses distribusi
dan konsumen.
2. Unsur-unsur Biaya Mutu
Biaya mutu dalam perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 2
kategori, yaitu biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Dimana dalam
tiap kategori terdapat biayabiaya aktivitas.
Dalam biaya pengendalian terdapat 2 segmen, yaitu:
1. Biaya pencegahan (prevention cost)
2. Biaya penilaian (Approisal Cost)
Dalam biaya kegagalan terdapat 2 segmen juga, yaitu:
1. Biaya kegagalan Internal (Internal Failure Cost)
2. Biaya kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost)
Dengan demikian biaya mutu dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut
Penggolongan dan Segmen Biaya Mutu
Gambar I.1;
Quality costs
Cost of control
Cost of failure of costs
control
Quality costs
Quality costs
Quality costs
Quality costs
19
Unsur-unsur biaya mutu menurut Tjiptono dan Anastasya
(2003:15), dapat dikategorikan empat golongan yaitu:
A. Biaya Pencegahan
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan
produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan
dengan perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan system kualitas.Ada
berapa macam biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pencegahan,
yaitu:
a. Teknik dan perancangan mutu
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan, rencana
tentang kehandalan, rencana pemeriksaan, system data, dan rencana
khusus dari jaminan kualitas.
b. Tinjauan produk baru
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan usulan tawaran,
penilaian rancangan baru dari segi kualitas, penyiapan program
percobaan dan pengujian untuk menilai penampilan produk baru dan
aktivitas-aktivitas kualitas lainnya selama tahap pengembangan dan
pra produksi dari rancangan produk barn.
c. Pemeliharaan dan perawatan
Biaya pemeliharaan dan perawatan yaitu biaya yang terjadi yang
berkaitan dengan pelaksanaan, perawatan dan pemeliharaan
perlengkapan pengujian dan mesin-mesin produksi yang dilaksanakan
20
oleh karyawan urusan teknik maupun oleh laboratorium pengujian.
Pengujian ini dilakukan untuk menjamin keakuratan peralatan
pengujian.
d. Pengendalian proses
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk teknik pengendalian proses,
seperti grafik pengendalian yang memantau proses pembuatan dalam
usaha mencapai kualitas produksi yang dikehendaki.
e. Pelatihan
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan,penyiapan,
pelaksanaan, penyelenggaraan, dan pemeliharaan program latihan
formal masalah kualitas.
f. Audit kualitas
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan terhadap rencana kualitas keseluruhan.
B. Biaya Deteksi/ Penilaian
Biaya deteksi adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah
produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan
utama fungsi deteksi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan
dan kerusakan sepanjang proses perusahaan, misalnya mencegah
pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan persyaratan kepada
para pelanggan. Yang termasuk dalam jenis kualitas ini antara lain adalah:
a. Pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dibeli
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memeriksa dan
21
menguji kesesuaian bahan baku yang dibeli dengan kualifikasi yang
tercantum dalam pesanan.
b. Pemeriksaan dan pengujian produk
Biaya ini meliputi biaya yang terjadi untuk meneliti kesesuaian hasil
produk dengan standar perusahaan, termasuk meneliti pengepakan dan
pengiriman.
c. Pemeriksaan kualitas produk
Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan pemeriksaan kualitas
produk dalam proses maupun produk jadi.
d. Evaluasi persediaan
Biaya ini meliputi biaya yang terjadi untuk menguji produk digudang,
dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan kualitas produk.
C. Kegagalan Internal
Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada
ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang dan
jasa tersebut dikirim ke pihak luar (pelanggan). Pengukuran biaya
kegagalan inernal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk
sebelum meninggalkan pabac. Biaya ini terdiri atas:
a. Sisa bahan (Scrap)
Biaya ini adalah kerugian yang timbul karena adanya siasa bahan baku
yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat kualitas yang
dikehendaki. Bahan baku atau material yang tersisa karena alasan lain
(misalnya keusangan dan perubahan desain produk) tidak termasuk
22
dalam kategori biaya
b. Pengerjaan ulang
Biaya ini meliputi biaya ekstra yang dikeluarkan untuk melakukan
proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standard kualitas yang
diisyaratkan.
c. Biaya untuk memperoleh material
Biaya ini meliputi biaya-biaya tambahan yang timbul karena aktivitas
menangani penolakan (rejects) dan pengaduan (complaints) terhadap
bahan baku yang telah dibeli.
d. Factory contact engineering
Biaya ini merupakan biaya yg berhubungan dengan waktu yg
digunakan oleh para ahli produk atau produksi yang terlibat dalam
masalah-masalah produksi yang menyangkut kualitas. Misalnya bila
komponen atau bahan baku suatu produk tidak memenuhi spesifikasi
kualitas, maka ahli produk atau produksi akan diminta untuk menilai
kelayakan perubahan spesifikasi produk.
D. Biaya Kegagalan Eksternal
Biaya kegagalan ekstemal adalah biaya yang terjadi karena produk
atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah
produk tersebut dlkirimkan kepada para pelanggan. Biaya ini merupakan
biaya yang paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi
yang buruk, kehilangan pelanggan, dan penurunan pangsa pasar .Biaya
kegagalan eksternal ini terdiri atas:
23
a. Biaya penanganan keluhan selama masa garansi
Biaya ini meliputi biaya yang ditimbulkan karena adanya keluhan-
keluhan tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi, atau
penggantian/penukaran produk.
b. Biaya penanganan keluhan di luar masa garansi
Biaya ini meliputi biaya-biaya yang berkaitan dengan keluhan-keluhan
yang timbul setelah berlalunya masa garansi.
c. Pelayanan (servis) produk
Biaya ini adalah keseluruhan biaya servis produk yang diakibatkan oleh
usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk pengujian
khusus, atau untuk memperbaiki cacat yang bukan disebabkan oleh
adanya keluhan pelanggan. Biaya jasa instalasi atau kontrak
pemeliharaan tidak termasuk dalam kategori biaya
d. Product liability
Biaya ini merupakan biaya yang timbul sehubungan dengan jaminan
atau pertanggungjawaban atas kegagalan memenuhi standard kualitas
(quality failures).
e. Biaya penarikan kembali produk
Biaya ini timbul karena adanya penarikan kembali suatu produk atau
komponen produk tertentu.
3. Pengukuran Biaya Mutu
Mutu telah menjadi salah satu dimensi kompetitif yang penting bagi
organisasi manufaktur maupun jasa. Mutu merupakan suatu tema tunggal bagi
24
semua organisasi. Kemampuan perusahaan dalam menjual berbagai produknya
dengan mutu yang lebih bail( akan meningkatkan pangsa pasar produk tersebut.
Menurut Hansen dan Mowen dalam terjemahan Hermawan (1999:36), bahwa:
Perbaikan mutu dapat meningkatkan profitabilitas dalam dua cara, yaitu :
melalui kenaikan permintaan pelanggan dan melalui pengurangan biaya.
Dalam pasar yang sangat bersaing, peningkatan permintaan dan
penghematan biaya menunjukan perbedaan antara usaha bertahan hidup
dan berkembangnya perusahaan.
Mutu dapat diukur berdasarkan biayanya. Perusahaan menginginkan agar
biaya mutu turun, namun dapat mencapai mutu yang lebih tinggi, setidak-tidaknya
sampai pada titik tertentu. Benar, bahwa jika standard kerusakan nol dapat
dicapai, perusahaan masih harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian.
Suatu perusahaan dengan program pengelolaan mutu yang dapat berjalan dengan
baik, menurut pakar mutu bahwa biaya mutu optimalnya adalah sebesar 2,5 %
dari penjualan. Jika kerusakan atau kegagalan nol maka biaya mutu mencakup
biaya pencegahan dan penilaian. Standard biaya mutu tidak lebih dari 2,5%dari
penjualan, ini telah diterima oleh pakar mutu dan oleh banyak perusahaan yang
menerapkan program penyempurnaan mutu secara progresif.
Unsur-unsur biaya mutu seperti biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kegagalan internal, dan biaya kegagakan eksternal menjadi objek pengukuran
biaya mutu. Unsur-unsur yang ada pada biaya mutu saling berhubungan, sehingga
jika terjadi perubahan terhadap salah satu unsur biaya mutu akan mengubah unsur
biaya mutu lainnya. Oleh karena itu manajer perusahaan sebaiknya
25
memperlihatkan hubungan antara unsur-unsur biaya mutu, tidak hanya
memperlihatkan unsur-unsur biaya mutu secara individual.
4. Manfaat Sistem Biaya Mutu
Menurut Fandy dan Diana (2003:12) menyatakan bahwa : informasi
biaya mutu dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain dapat digunakan
untuk:
1. Mengidentifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat
meningkatkan peluang laba)
2. Mengambil keputusan capital budgeting dari keputusan investasi
lainnya
3. Menekankan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan
pemasok.
4. Mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki
para pelanggan.
5. Mengidentifikasi system yang berlebihan.
6. Menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusi secara tepat.
7. Penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba.
8. Mengidentifikasi masalah-masalah kualitas.
9. Sebagai alai manajemen untuk ukuran perbandingan tentang
hubungan masukan-keluaran.
10. Sebagai alat manajemen strategic untuk mengalokasikan sumber daya
dalam perumusan dan prlaksanaan strategi.
11. Sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
26
5. Penerapan Biaya Mutu
Dalam penerapan biaya mutu, manajemen perusahaan bersama dengan
kepala-kepala fungsional, dan dibantu oleh manajer kendali mutu secara tatap
membuat keputusan yang mempengaruhi biaya-biaya dalam berbagai segmen
untuk mendapatkan total biaya mutu yang terlibat minimum pada tingkat mutu
produk yang diinginkan.
Menurut Feigenbaum (1996:7) terjemahan Kandahjaya, biaya mutu
menyediakan berbagai fungsi yang dapat digunakan sebagai berikut :
1. Biaya Mutu Berfungsi Sebagai Alat Pengukur
Karena biaya mutu dirinci menjadi segmen-segmen, terbuka
kemungkinan untuk mendapatkan ukuran rupiah pada setiap aktivitas
mutu. Sebagai contoh, rupiah yang diinvestasikan dalam perencanaan
mutu dapat diukur terhadap biaya rekayasa mutu yang dicurahkan pada
aktivitas itu. Pembenaran untuk investasi ini dapat diukur oleh
menurunnya biaya penilaian mutu sebagai hasil perencanaan mutu dan
oleh menurunnya biaya penilaian mutu sebagai hasil metode
pemeriksaan yang lebih efisien.
2. Biaya Mutu Berfungsi Sebagai Alat Perkakas Analisis Mutu-Proses.
Biaya mutu jika dirinci secara tepat berdasarkan lini produk atau
segmen-segmen dari anus proses, akan menunjukkan secara tepat
bidang masalah utama dan berfungsi sebagai perkakas analisis yang
efektif.
27
3. Biaya Mutu Berfungsi Sebagai Alat Pemrograman
Suatu analisis menyediakan dasar untuk mengambil tindakan spesifik.
Merencanakan untuk melaksanakan tindakan ini berarti membentuk
sebuah program. Salah satu fungsi yang penting yang dapat dipenuhi
oleh sebuah program adalah pembagian tugas tenaga kerja, dan sumber
daya lainnya yang tersedia untuk melaksanakan tindakan tersebut.
Karena sumber daya biasanya terbatas, biaya mutu adalah salah satu
cara untuk mengidentifikasi tindakan-tindakan yang membawa hasil
yang paling potensial, karena itu tindakan-tindakan itulah yang
seharusnya mempunyai prioritas bila dikaitkan dengan waktu.
4. Biaya Mutu Berfungsi Sebagai Alat Penganggaran
Biaya mutu adalah alat pembimbing untuk membuat anggaran
pengeluaran yang penting untuk mencapai program kendali mutu
terpadu yang diinginkan. Mengingat sumber daya yang tersedia tidak
semua program dapat dikerjakan dengan mudah. Program harus dibuat
untuk mencapai sasaran dibutuhkan waktu untuk merealisasikannya.
Prosedur yang demikian membantu menjamin anggaran yang realitas
dan mencapai sasaran keterandalan yang spesifik.
5. Biaya Mutu Sebagai Alat Peramalan
Data biaya mutu merupakan kendali untuk mengevaluasi dan menjamin
prestasi produk dan dalam memenuhi persaingan di pasar. Data biaya
mutu juga membantu menghasilkan dugaan biaya yang sahih dalam
rangka mendapatkan bisnis baru dalam jasa atau produk dan dalam
28
memenuhi persaingan di pasar. Data biaya mutu juga membantu untuk
mengevaluasi positif terhadap prestasi produk dalam hubungannya
dalam pelayanan dan jaminan, termasuk perbaikan dan penggantian
serta penarikan produk.
6. Pelaporan Biaya Mutu
System pelaporan biaya mutu sangat penting peranannya bagi suatu
organisasi jika organisasi tersebut benar-benar serius dalam peningkatan mutu dan
pengendalian biaya mutu. Langkah pertama dan paling sederhana dalam
menciptakan sistem ini adalah penilaian biaya mutu yang sesungguhnya terjadi
saat ini.
Pelaporan biaya mutu mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan dan
memungkinkan perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan manajerial.
Menurut Hansen dan Mowen (1999:36) yang diterjemahkan oleh Hermawan,
pencatatan secara rinci biaya mutu actual berdasarkan kategorinya memberikan
dua manfaat penting, yaitu :
1. Catatan tersebut mengungkapkan pola biaya mutu dalam setiap
kategori, yang memungkinkan pars manajer menilai dampak
keuangannya.
2. Catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya mutu menurut kategori,
yang memungkinkan pars manajer menilai kepentingan relative dari
masing-masing kategori.
29
Menurut Supriono (1997:24), menyatakan bahwa: Ada dua pandangan
laporan biaya mum berdasarkan fungsinya yaitu:
1. Pandangan Tradisional
Banyak ahli mutu percaya bahwa ada keseimbangan optimal antara
biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan
biaya kegagalan eksternal. Jika biaya kegagalan pencegahan dan
penilaian naik, maka biaya kegagalan akan turun . Selama penurunan
biaya kegagalan lebih besar dari pada kenaikan biaya pencegahan dan
penilaian, maka perusahaan harus secara kontinyu meningkatkan
usaha-usahanya untuk mencegah atau mendeteksi ketidaksesuaian
unit-unit produk yang dihasilkan dengan persyaratan-persyaratan.
Pada akhirnya akan dicapai titik keseimbangan antara peningkatan
biaya pencegahan dan penilaian dengan biaya kegagalan. Titik ini
menggambarkan tingkat keseimbangan optimal antara biaya
pencegahan dan penilaian dengan biaya kegagalan.
2. Pandangan Kontemporer
Bagi perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan pemanufalcturan
maju, persaingan yang ada sangat intensif dan mutu dapat
menawarkan suatu keunggulan daya saing yang penting. Menurut
pandangan ini, mengurangi produk rusak sekaligus menurunkan biaya
mutu total. Tingkat optimal biaya mutu terjadi apabila tidak ada
produk yang rusak.
30
7. Efisiensi dan Efektivitas Biaya Mutu
Setiap departemen dalam suatu perusahaan bertanggungjawab mencapai
basil tertentu sesuai dengan standard yang ditentukan sebelumnya dengan
menggunakan sumber daya yang tertentu pula. Dikatakan efektif apabila sumber
daya yang digunakan dalam mencapai tujuan sesuai dengan batas yang telah
ditentukan.
Pengukuran efisiensi dan efektivitas setiap departemen dalam
perusahaan perlu dilakukan agar tujuan perusahaan secara keseluruhan dapat
dicapai. Pengukuran efisiensi berhubungan dengan pengukuran atas pemakaian
sumber daya .
8. Kerangka Pikir
Peningkatan kualitas produk pada PT Intan Pariwara dapat
mempengaruhi biaya mutu yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga untuk
mencapai tujuan dan target yang ing-in dicapai perlu adanya biaya pengendalian.
Dimana biaya pengendalian berfungsi untuk mengecek dan memonitor usaha
yang dilakukan oleh perusahaan agar sesuai dengan apa yang direncanakan dan
apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan perbaikan dan penyesuaian
yang diperlukan.
Biaya pengendalian terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian
untuk mengetahui tingkat kerusakan produk. Agar dapat mencapai tujuan utama
untuk meningkatkan dan memungkinkan perencanaan, pegendalian, dan
pembuatan keputusan manajerial perlu adanya pelaporan. Karena system
pelaporan biaya mutu sangat penting peranannya bagi suatu organisasi jika
31
organisasi tersebut benar-benar serius dalam peningkatan mutu dan pengendalian
biaya mutu.
Gambar II.1. Kerangka Pikir
9. Hipotesis
Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan maka hipotesis
yang diajukan adalah : " Diduga bahwa biaya mutu yang diterapkan oleh PT
Intan Pariwara mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kerusakan produk."
PT. INTAN PARIWARA
PENINGKATAN KUALITAS
PRODUK
BIAYA MUTU
BIAYA PENGENDALIAN
1. BIAYA PENCEGAHAN
2. BIAYA PENILAIAN
PELAPORAN
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi lokasi penelitian adalah PT Intan
Pariwara Kota Pare Pare yang terletak di J1. Jendral Sudirman No.26 ParePare
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara pengamatan langsung pada obyeknya, wawancara dan lain-
lain yang relevan dengan materi serta elemen- elemen yang terkait pada
penulisan skripsi
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu dengan cara
mempelajari literatur-literatur berupa karya ilmiah, buku-buku, atau
kepustakaan lain yang berhubungan dengan materi penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Adapun Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka — angka yang
meliputi rincian biaya-biaya yang berkaitan dengan biaya kualitas
daftar biaya mutu yang dikeluarkan selama 3 tahun.
b. Data Kualitatif, yaitu jenis data non angka yang sifatnya
deskriptif,seperti gambaran umum perusahaan, sejarah singkat
32
33
perusahaan,struktur organisasi perusahaan dan uraian tugas masing -
masing divisi dalam perusahaan.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Data Primer (Pokok), yaitu data yang diperoleh langsung dan
hasil penelitian pada perusahaan
b. Data Sekunder (Pendukung), yaitu data yang diperoleh dari
pihak lain secara kuantitatif maupun kualitatif yang mempunyai
relevansi dengan obyek penelitian, pokok masalah dan materi
penulisan.
D. Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun
pengukuran, balk kuantitatif maupun kualitatif dan karakteristik tertentu
mengenai sekelompok objek yang lengkap. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh karyawan dan Pimpinan PT Intan Pariwara
b. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang terpilih oleh
peneliti terkait dengan permasalahan penelitian dan bertujuan untuk
generalisasi terhadap populasi. Jika dilihat dari jumlah populasinya,
maka keseluruhan populasi tidak mungkin dapat diobservasi karena
keterbatasan biaya, tenaga dan waktu. Oleh karena itu diperlukan
pengambilan sampel yang dapat merepresentasikan populasi tersebut.
34
Dengan menggunakan sampel, peneliti cukup meneliti anggota-anggota
populasi yang terpilih menjadi sampel dan tidak perlu meneliti semua
anggota populasi.
E. Definisi Operasinal
Definisi operasional adalah definisi variabel yang terukur, yang
mengemukakan definisi variable-variabel dan indikator yang digunakan
pada kerangka pikir dan pembahasan, serta alat analisisnya. Berdasarkan
penjelasan yang dikemukakan, maka berikut beberapa definisi operasional
yang perlu dikemukakan dalam penulisan ini, antara lain :
1) Perencanaan Anggaran Biaya adalah segala bentuk perencanaan
mengenai aktivis-aktivis perusahaan yang dinyatakan dalam satuan
uang.
2) Pengendalian Biaya adalah proses untuk memberikan kembali, menilai
dan selalu memonitor laporan-laporan apakah pelaksanaan tidak
menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan.
3) Pelaporan Biaya adalah data produksi mengenai perincian jumlah
produk yang masuk proses, jumlah produk selesai dan jumlah produk
dalam proses awal dan akhir dari suatu periode.
F. Metode Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kuantitatif, yaitu jenis data yang berupa angka-angka, sebagai
penjelasan atas analisis data tersebut :
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
35
adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan biaya mutu
yang terdiri atas : biaya pencegahan, biaya pendeteksian / biaya
penilaian, biaya kegagalan yang terdiri dari biaya kegagalan internal
dan biaya kegagalan eksternal.
2. Menyajikan pendanaan biaya mutu dalam laporan biaya mutu.
3. Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka
perlu diambil langkah-langkah berikut :
4. Menghitung total biaya kualitas, dengan rumus :
TQC = QCC + QAC
Dimana :
TQC = Total Quality Cost atau biaya kualitas total
QCC = Quality Cost Control atau biaya pencegahan dan penilaian
QAC = Quality Assurance Cost atau biaya kegagalan internal dan biaya
kegagalan eksternal
a. Mengukur efisiensi total biaya kualitas dengan rasio :
Total Biaya Kualitas X 100 %
Nilai Penjualan
b. Mencari rata-rata efisiensi total biaya kualitas, dengan rumus :
∑ Efisiensi Total Biaya Kualitas
Jumlah Sampel
36
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah berdirinya perusahaan ini berawal pada tahun 1982, dengan
tujuan ikut serta mencerdaskan bangsa terbentuklah sebuah perusahaan
penerbit dan percetakan. Perusahaan tersebut diberi nama PT Intan
Pariwara, Intan adalah permata indah, berkilau, bernilai tinggi dan tahan
benturan. Perwira berarti menyebar kemana-mana, merata. Keindahahan
benilai tinggi itu diharapkan dapat menyebar kemana-mana dan memberi
manfaat kepada siapa saja.
Intan Pariwara memulai usahanya dengan menerbitkan hanya
beberapa buku pelajaran. Namun, buku-buku itu sudah memberi manfaat
bagi anak didik di seluruh pelosok Nusantara. Siswa menjadi lebih pandai,
lebih berprestasi baik di negeri sendiri maupun di manacanegara. Bukti
betapa besar manfaat buku-buku baik anak-anak sekolah. Seiring
berjalannya waktu, Intan Pariwara terus berupaya mengembangkan diri,
mengembangkan banyak judul buku yang diterbitkan dan juga
mengembangkan kualitas materi dan cetak buku. Pengembangan yang
dilakukan bukan semata-mata agar buku-buku terbitan Intan Pariwara laris
dipasaran. Namaun lebih dari tu, peningkatan kualitas buku diharapkan
mampu meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia.
36
37
Oleh karna itu, Intan pariwara meningkatkan buku-buku sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar langkah-
langkah yang dilakukan Intan Pariwara selalu sesuai dengan tujuan.
B. Perkembangan Usaha
Perkembangan pasar yang semakin pesat, dibukalah kantor
perwakilan dan sub perwakilan di kota-kota besar seluruh Indonesia.
Usaha tersebut dimulai sejak 1982. Fungsi didirikannya kantor perwakilan
adalah mengambil sebagian tugas dari kantor pusat (PT. Intan Pariwara).
Di samping itu, pembukaan kantor perwakilan tersebut juga merupakan
salah satu langkah untuk mengembangkan diri agar lebih maju, khususnya
di bidang penerbitan dan percetakan. Kantor perwakilan yang dibuka
diberi nama sebagai Kantor Unit Pemasaran. Unit pemasaran yang dibuka
merupakan perwakilan yang melaksanakan kegiatan pemasaran dan
terbagi menjadi beberapa wilayah :
1. Unit Pemasaran DIY dan Jawa Tengah
Meliputi: Yogyakarta, Magelang, Purwokerto, Tegal,
Semarang dan Kudus.
2. Unit Pemasaran DKI dan Jawa Barat
Meliputi: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta
Timur, Jakarta Barat, Cirebon, Bandung, Bogor, Tasikmalaya,
Tangerang dan Bekasi.
3. Unit Pemasaran Jawa Timur
38
Meliputi: Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Jember dan
Sidoarjo.
4. Unit Pemasaran Sumatera dan Riau
Meliputi: Medan, Batu Raja, Pematang Siantar, Padang,
Bengkulu, Pekanbaru, Jambi, Palembang dan Lampung.
5. Unit Pemasaran NTT dan Bali
Meliputi: Denpasar.
6. Unit Pemasaran Kalimantan
Meliputi: Banjarmasin, Palangkaraya, Samarinda, Pontianak.
7. Unit Pemasaran Sulawesi
Meliputi: Palu, Makassar, Manado dan Pare-pare.
Intan Pariwara Unit Pemasaran Pare-pare didirikan pada tahun
2000. Awal pendiriannya, karyawan yang ada berjumlah 12 orang yang
berasal dari daerah Pare-pare dan sekitarnya. Dalam usaha untuk
menjangkau konsumen yang lebih jauh, Tiga Serangkai unit pemasaran
Pare-pare membuka kantor sub perwakilan yang ada disetiap Kabupaten.
Hal tersebut dilakukan karena permintaan cukup banyak dan peluang
pasarnya cukup bagus, di samping itu juga sebagai upaya untuk
mendekatkan diri dengan konsumen yang berada di luar kota sehingga
dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat.
Distributor dari PT. Intan Pariwara yang melaksanakan kegiatan
dibidang distribusi dan pemasaran
39
Kantor Perwakilan : PT. INTAN PARIWARA CABANG
Alamat : Jln. Jendral Sudirman
Bidang usaha : Distribusi dan Pemasaran
Wilayah pemasaran : Seluruh daerah Pare-pare
C. Personil Perusahaan
Aktivitas pendistribusian produk PT. Intan Pariwara Cabang Pare-
pare tidak terlepas dari personil-personil yang melaksanakan tugas-tugas
yang berhubungan dengan administrasi dan penjualan sehingga tujuan
perusahaan tercapai dengan maksimal.
Personil yang ada pada PT. Intan Pariwara Cabang Pare-pare
berjumlah 22 orang yang terdiri dari :
Branch Manager : 1 orang
Deputy Branch Manager : 1 orang
Chief Administrasi : 1 orang
Supervisor Operational : 4 orang
Sales Representative : 8 orang
Sales Administration : 3 orang
Shipper : 2 orang
Driver : 1 orang
Helper : 1 orang
JUMLAH : 22 orang
PT. Intan Pariwara Cabang Pare-pare menerapkan 6 hari kerja
dalam seminggu. Karyawan diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang
40
ada dengan sebaik-baiknya. Jam kerja yang dijalanin karyawan adalah
sebagai berikut :
1. Hari Senin – Kamis, jam kerja pukul 07.30 – 16.00 dengan jam
istirahat pada pukul 12.00 – 13.00.
2. Hari Jum’at, jam kerja pukul 07.30 – 16.00 dengan jam
istirahat 11.30 – 13. 00
3. Hari Sabtu, jam kerja 07.30 – 13.00
4. Hari Minggu dan hari besar libur.
D. Struktur Organisasi Perusahaan
Stuktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi. Bagian atau posisi maupun orang-
orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab
yang berbeda-beda dalam suatu organisasi, dimana harus disesuaikan dengan
luasnya bidang usaha serta permasalahan yang dihadapi.
42
E. Deskripsi Jabatan
Tugas dan fungsi masing-masing bagian:
1. Branch Manager
a. Bertanggung jawab penuh atas seluruh aset perusahaan
b. Melakukan pendekatan kepada instansi-isntansi yang berkaitan
dengan pemakaian buku.
c. Mengkoordinir semua karyawan.
2. Deputy Branch Manager
a. Membantu tugas-tugas pokok Branch Manager.
b. Melakukan pembinaan kepada seluruh karyawan yang berada di
bawahnya, baik dalam bidang pemasaraan maupun administrasi.
c. Mengkoordinir seluruh pelaksaan tugas personil dibawahnya.
3. Chief Administrasi
a. Menerima laporan dan melaksanakan administrasi dari kasir,
bagian piutan, bagian gudang dan administrasi lainnya.
b. Memberikan laporan kepada Branch Manager tentang administrasi
perusahaan.
c. Mengadakan pengawasan administrasi perusahaan.
d. Memberdayakan staf-staf tentang pekerjaannya.
e. Membantu Branch Manager dalam bidang kesekretariatan.
43
4. Kasir
a. Menerima uang dari sales representative dan suvervisor operational
dan mencatatnya ke dalam buku penerimaan kas serta
melaporkanya kepada Chief Administrasi.
b. Menyetor uang kepada kantor pusat.
c. Menginput kwitansi-kwitansi ke komputer.
d. Menerima dana operational dari kantor pusat.
e. Mengajukan dana untuk mengoperasionalkan ke kantor pusat
berdasarkan bukti-bukti pengeluaran.
f. Memberikan laporan kepada kantor pusat tentang pengeluaran
untuk biaya operasional kantor cabang.
5. Piutang
a. Membuat order on hand dan nota penjualan dari petugas gudang.
b. Mengarsipkan nota penjualan untuk dicatat ke kartu piutang.
c. Membuat nota tagihan dan jadwal penagihan.
d. Mencatat semua transaksi penjualan kredit ke jurnal penjualan.
e. Melakukan croos check piutang dengan sales.
f. Mengecek saldo piutang manual dengan komputer.
g. Melaporkan saldo-saldo piutang dagang yang telah jatuh tempo.
h. Bertanggung jawab atas keakuratan saldo piutang.
6. Gudang
a. Mencatat masuk dan keluarnya barang.
b. Melakukan pesanan barang ke kantor pusat.
44
c. Menerima barang dari kantor pusat dan melakukan klaim jika
barang tidak sesuai pesanan.
d. Menata barang di gudang.
e. Mencatat stok barang-barangdi gudang ke dalam kartu stok barang.
f. Mengecek jumlah persediaan barang secara fisik dengan kartu stok
yang ada pada komputer.
g. Menerima order, menyiapkan dan mengirim barang kepada sales
office maupun ke relasi ( sekolah, guru dan instansi lain ).
h. Membuat laporan perkembangan stok gudang pada akhir periode.
i. Membuat nota pengeluaran atas barang yang dipesan oleh
konsumen.
7. Supervisor Operational
a. Melakukan promosi, penjualan, dan menyetor uang hasil penjualan
ke kantor cabang.
b. Mengkoordinasikan program-program pemasaran kepada
salesman.
c. Mengadakan pendekatan kepda relasi.
d. Mengadakan cross check terhadap hasil program salesman.
e. Penggarapan pangsa pasar di daerah binaan: sekolah, guru inti,
MGMP, K3S, Depdikbud.
f. Bertanggungjawab penuh untuk menjaga stabilitas dan
keharmonisan dari sales office.
45
8. Salesman
a. Menerima pesanan buku dari konsumen.
b. Mengirimkan barang ke konsumen.
c. Menyerahkan faktur penjualan dan uang ke kasir setiap ada
penjualan.
d. Membuat bukti pembayaran kepada customer.
e. Menerima pembelian barang dari konsumen dan dibuatkan nota
retur penjualan.
9. Helper
a. Membantu tugas bagian gudang untuk penataan dan perhitungan
barang.
10. Driver
a. Membantu Branch Manager dalam melakukan kunjungan ke
instansi-instansi.
F. Kegiatan Bauran Pemasaran
PT. Intan Pariwara sebagai sebuah perusahaan distributor tentunya
sangat membutuhkan stategi pemasaran yang baik agar kegiatan
perusahaan dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan laba yang
tinggi untuk perusahaan. Kegiatan atau aktivitas perusahaan pun tidak
dapat dilepaskan dari strategi pemasaran yang merupakan suatu kombinasi
untuk menciptakan strategi pemasaran yang tepat, yang ditujukan agar
tujuan perusahaan tercapai dan memenangkan persaingan dengan
46
tercapainya penjualan yang maksimal. Strategi pemasaran tersebut antara
lain:
1. Strategi Produk
Mengingat pasar yang terus berubah, maka perusahaan harus
mengambil keputusan produk sesuai dengan pasar tersebut. Konsumen
yang menginginkan sesuatu yang baru harus memecut PT. Intan Pariwara
untuk selalu berfikir kreatif dan mencari terobosan-terobosan baru yang
membedakan dari para pesaing. Strategi produk yang digunakan PT. Intan
Pariwara adalah menetapkan suatu cara dan menyediakan produk yang
tepat dan sesuai. Khususnya untuk buku pelajaran ada produk yang
menawarkan sesuatu yang lebih, tidak hanya tampilan warna yang
menarik, tetapi isi yang lebih kaya dengan latihan-latihan yang lebih
variatif. Semua produk menuntut inovasi agar berbeda dnegan yang lain,
karena itu inovasi harus terus menerus dilakukan dalam mempertahankan
eksistensinya di pasar. Inovasi tidak hanya dilakukan dalam upaya
meningkatkan kualitas produk, tetapi juga dalam bidang pelayanan
(service). Pencarian ide-ide terobosan baru dalam memperbaiki pelayanan
(service) harus terus menerus dicari.
Pokok buku yang didistribusikan PT. Intan Pariwara Branch Office
Pare-pare antara lain:
a. School Book Distribution
b. Children Magazine Distribution
47
c. Produk Related Distibution
Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan produk-produknya tetap
dapat bersaing di pasar sehingga penjualan yang maksimal pun dapat
tercapai.
2. Strategi Harga
Hal-hal pokok yang diperhitungkan untuk menyusun kebijaksanaan
harga antara lain:
a. Perhitungan tingkat laba yang harus diperoleh perusahaan.
b. Harga dibatasi permintaan.
c. Harga dibatasi oleh biaya pokok barang.
Harga yang ditetapkan oleh PT. Intan Pariwara adalah harga
standar untuk anak-anak sekolahyang ditetapkan dengan pertimbangan
harga pesaingnya. Kebijakan harga ini sama untuk semua kantor-kantor
perwakilan yang telah dibuka diseluruh Indonesia.
3. Strategi Distribusi
PT. Intan Pariwara adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
pendistribusian yang berupaya mengambil tindakan dalam melakukan
distribusi dengan mendistribusikan buku-buku yang berkualitas, maka PT.
Intan Pariwara harus mampu menciptakan pelayanan yang bagus bagi
konsumen. PT. Intan Pariwara Cabang Pare-pare menggunakan saluran
distribusi langsung dan tidak langsung.
48
a. Saluran distribusi langsung dilakukan dengan cara menyampaikan
langsung melalui tenaga penjual (salesman) yaitu saluran dari
produsen ke konsumen. Salesman tersebut, setiap saat akan
mengunjungi relasi-relasi ke sekolah-sekolah baik TK, SD, SMP
maupun SMU yang berada di wilayah Pare-pare dan sekitarnya.
b. Saluran distribusi tidak langsung dilakukan dengan melalui agen-agen
pemasaran yang dimiliki di seluruh Indonesia ataupun melalui toko-
toko buku, yaitu saluran dari produsen ke agen ke pengecer ke
konsumen dan saluran dari produsen ke pengecer ke konsumen.
4. Kegiatan Promosi
Promosi merupakan salah satu unsur dari pemasaran, kegiatan
promosi dilaksanakan perusahaan guna memperkenalkan produk serta
meningkatkan penjualan PT. Intan Pariwara Cabang Pare-Pare yang
bergerak dibidang distribusi dan pemasaran produk buku-buku dari
penerbit dan percetakan PT. Intan Pariwara berupaya memenuhikebutuhan
para konsumennya dengan menerapkan strategi promosi sebagai berikut:
a. Advertising (periklanan)
Periklanan yang dilakukan PT. Intan Pariwara Cabang Pare-Pare
adalah dengan pembuatan katalog dan spanduk yang diberikan ke
sekolah-sekolah maupun instansi-instansi. Spanduk juga diberikan
untuk mengucapkan selamat hari raya misalnya selamat hari raya Idul
Fitri, Tahun Baru Hijriah, dan lain-lain. Spanduk juga diberikan untuk
mendukung event-event tertentu misalnya olahraga.
49
b. Personal Selling
Dilakukan oleh pihak PT. Intan Pariwara Cabang Pare-Pare dengan
melakukan kunjungan langsung ke konsumen baik itu di rumah,
sekolah maupun instansi-instansi. Hal tersebut dilakukan untuk
menciptakan permintaan. Kegiatan personal selling perusahaan
memerlukan adanya biaya penjualan. Hal ini sangat penting karena
para salesman membutuhkan dana untuk membiayai kegiatannya
menjuak dan menyalurkan barang kepada konsumen. Biaya penjualan
yang dikeluarkan meliputi 3 macam, yaitu biaya gaji salesman, biaya
komisi salesman serta biaya perjalanan salesman.
c. Promosi Penjualan
Promosi penjualan dilakukan dengan memberikan hadiah-hadiah
serta memberikan rabat kepada konsumen agar tetap setia terhadap PT.
Intan Pariwara. PT. Intan Pariwara Cabang Pare-Pare juga
mengadakan pameran buku untuk memperkenalkan produk ke
masyarakat luas, serta turut andil dalam dunia pendidikan dengan
memberikan sumbangan buku dan pemberian buku kepada guru dan
menyediakan buku-buku yang berkualitas kepada masyarakat luas.
d. Publisitas
Publisitas bagi PT. Intan Pariwara Cabang Pare-Pare merupakan
suatu hal yang penting bagi kehidupan perusahaan. Usaha tersebut
diujudkan dengan mengadakan kunjungan-kunjungan ke sekolah, guru
50
maupun instansi-instansi guna mempererat hubungan kerjasama serta
menciptakan suasana kekeluargaan.
51
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Unsur Biaya Mutu
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare sebagai perusahaan yang bergerak
dibidang penerbit dan percetakan, mempunyai komitmen memberikan jaminan
mutu dan kualitas produk yang memuaskan kepada costumer sehingga produk
dapat dihasilkan dengan mutu tinggi dan harga wajar.
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare dalam menjaga kualitas produk
merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk perkembangan usahanya.
Semenjak PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare berdiri, unsur mutu telah menjadi
perhatian utama agar dapat menghasilkan produk yang unggul sehingga
perusahaan diharapkan dapat menempati posisi pasar yang kompatitif dan dapat
menembus persaingan pasar yang semakin kuat akhir-akhir ini. Dalam
menghadapi persaingan tersebut maka perlu adanya pengawasan proses produksi
dari produk agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
Bagi PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare tidak menutup kemungkinan
akan timbulnya produk cacat yang jumlahnya diatas batas maksimum ataupun
dibawah batas minimum pengawasan. Variasi jumlah produk cacat pada setiap
periode produksi dimungkinkan terjadi karena faktor-faktor kesalahan yang
mendominasi sehingga timbul penyimpangan-penyimpangan.
51
52
Sehubungan dengan judul penelitian sejauh mana analisis biaya mutu
terhadap peningkatan kualitas produk, maka data-data yang di perlukan dalam
penelitian ini adalah data-data yang relevan. Data yang penulis sajikan merupakan
data yang diperoleh langsung dari PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare yaitu
mengenai produk buku.
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare menggolongkan biaya kualitas
menjadi 4, yakni:
1. Biaya pencegahan (Prevention Cost) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
mencegah terjadinya kecacatan kualitas. Biaya pencegahan terdiri dari:
a. Biaya pelatihan karyawan yakni biaya yang digunakan untuk
membiayai program-program pelatihan karyawan baik intern maupun
ekstern dalam hal penggunaan program-program dan teknik-teknik
untuk pengendalian kualitas.
b. Reparasi dan pemeliharaan alat yakni biaya yang dikeluarkan untuk
memasang, menyesuaikan, memperbaiki peralatan produksi.
c. Pengendalian proses yakni biaya yang dikeluarkan untuk menelaah dan
menganalisa proses produksi.
d. Perencanaan kualitas/mutu yakni biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
merencanakan rincian sistem kualitas, misalnya pembuatan desain
prosedur baru, analisa pra produksi.
e. Proyek peningkatan kualitas yakni biaya yang dikeluarkan untuk
menyelenggarakan kerjasama dengan pihak luar dalam rangka
peningkatan kualitas.
53
Biaya pencegahan digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.1
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Biaya Pencegahan
Tahun 2013-2015(Rupiah)
No. Jenis Biaya 2013 2014
2015
1 Biaya pelatihan
karyawan
110.351.733 66.374.812 77.832.356
2 Reparasi dan
pemeliharaan alat
177.199.476 183.912.202 138.702.695
3 Pengendalian
proses
50.601.168 61.316.975 54.564.185
4 Perencanaan
kualitas/mutu
12.112.279 29.010.266 75.206.565
5 Proyek
meningkatan
kualitas
7.220.000 7.220.000 8.220.000
Jumlah 357.484.656 347.834.255 354.525.801
Sumber: PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran untuk biaya
pencegahan terbanyak pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 357.484.656 yang
meliputi biaya pelatihan karyawan sebesar Rp 110.351.733 biaya reparasi dan
pemeliharaan alat sebesar Rp 177.199.476 biaya pengendalian proses sebesar
Rp50.601.168 biaya perencanaan kualitas sebesar Rp 12.112.279 dan biaya
proyek peningkatan kualitas sebesar Rp 7.220.000. Dibandingkan pada tahun
2014 yang hanya sebesar Rp. 347.834.255 Sedangkan pada tahun 2015 pengalami
penurunan biaya sebesar Rp. 354.525.804.
54
2. Biaya Penilaian (Appraisal Cost)
Biaya penilaian ini ditunjukan untuk memelihara tingkat kualitas dengan
cara mengevaluasi secara formal kualitas produk. Penilaian tersebut dilakukan
dengan pengujian fisika, kimia, dan mikrobiologi. Biaya penilaian terdiri dari:
a. Pemeriksaan dan pengujian bahan baku yakni biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan pengujian bahan baku termasuk dengan waktu yang
diperlukan oleh karyawan pemeriksaan dan pengujian bahan baku.
b. Pemeriksaan dan pengujian produksi yakni biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan pemeriksaan produk pada saat diproduksi dan waktu yang
digunakan untuk melakukan pengujian produk.
c. Tenaga kerja pemeriksa merupakan upah dan gaji karyawan penyedia
produk atau proses produksi terhadap kualitas produk.
d. Pengujian lapangan yakni biaya yang dikeluarkan selama melakukan
pengujian produk di tempat pelanggan sebelum penyerahan akhir.
Biaya penilaian digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.2
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Biaya Penilaian
Tahun 2013-2015 (Rupiah)
No. Jenis Biaya 2013
2014
2015
1 Pemeriksaan dan
pengujian bahan baku
2.312.500 952.000 4.576.610
2 Pemeriksaan dan
pengujian produksi
16.800.500 9.266.550 26.527.768
3 Tenaga kerja
pemeriksa
244.118 621.550 1.332.000
4 Pengujian lapangan 31.491.000 22.822.000 22.822.000
Jumlah 50.848.118 33.362.100 55.258.378
Sumber: PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
55
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran untuk biaya
penilaian terbanyak pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 55.258.378 yang meliputi
biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku sebesar Rp 4.576.610 biaya
pemeriksaan dan pengujian produksi sebesar Rp 26.527.768 biaya tenaga kerja
pemeriksa sebesar Rp 132.000 dan biaya pengujian lapangan sebesar
Rp22.822.000. dan pada tahun 2013 sebesar Rp 500.848.118 sedangkan pada
tahun 2014 mengalami penurunan biaya sebesar Rp. 33.362.100. Dan pada tahun
2015 kembali mengalami kenaikan biaya.
3. Biaya kegagalan intern (Intern Failurel Cost)
Biaya kegagalan intern PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare adalah scrap
(material). Scrap (material) yang dimaksud adalah sisa bahan yang sudah tidak
mungkin lagi diproses ulang. Sisa bahan ini oleh PT Intan Pariwara Cabang Pare-
pare dimusnahkan.
Biaya kegagalan intern digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.3
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Biaya kegagalan intern
Tahun 2013-2015(Rupiah)
No. Jenis Biaya 2013
2014
2015
1 Scrap (material) 12.250.000 27.638.564 5.930.000
Jumlah 12.250.000 27.638.564 5.930.000
Sumber: PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran untuk biaya
kegagalan intern yang meliputi biaya scrap (material) terbanyak pada tahun 2014
56
yaitu sebesar Rp 47.638.564 dibandingkan pada tahun 2013 hanya sebesar Rp
12.250.000. Sedangkan pada tahun 2015 sebesar Rp 5.930.000.
4. Biaya Kegagalan Ekstern (Extern Failurel Cost)
Biaya kegagalan ekstern yakni biaya yang terjadi karena kualitas produk cacat,
namun produk telah berada pada tangan pelanggan atau diluar perusahaan.
Biaya kegagalan ekstern meliputi:
a. Keluhan dan jaminan yakni semua biaya yang dikeluarkan untuk
mengatasi keluhan lapangan atau pelanggan, seperti perbaikan atau
penggantian produk, pemberian potongan untuk produk cacat.
b. Liabilitas produk yakni biaya yang timbul karena penilaian liabilitas yang
berkaitan dengan kegagalan kualitas.
c. Penarikan produk yakni biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menangani
penarikan produk, biaya penyelesaian hukum ataupun biaya penggantian.
Biaya kegagalan ekstern digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.4
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Biaya kegagalan ekstern
Tahun 2013-2015 (Rupiah)
No. Jenis Biaya 2013
2014
2015
1 Keluhan dan
Jaminan
319.673 518.743 427.643
2 Liabilitas produk 717.710 465.700 275.787
3 Penarikan produk 478.350 374.150 462.755
Jumlah 1.515.733 1.358.593 1.166.185
Sumber: PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran untuk biaya
kegagalan ekstern terbanyak pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 1.515.733 yang
57
meliputi biaya keluhan dan jaminan sebesar Rp 319.673 biaya liabilitasi produk
sebesar Rp 717.710 dan biaya penarikan produk sebesar Rp 478.350 dibandingkan
pada tahun 2014 sebesar Rp Rp1.358.593 dan tahun 2015 sebesar Rp1.166.185.
B. Penyusunan Laporan Biaya Mutu
Dalam usaha peningkatan mutu perusahaan, manajemen melakukan
penentuan tingkat biaya mutu yang optimal. Sistem penentuan biaya mutu akan
sangat membantu manajemen dalam melakukan tugasnya khususnya dalam
bidang perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial.
Laporan biaya mutu memberikan manajemen penilaian terhadap biaya
mutu saat ini. Sehingga laporan biaya mutu dapat digunakan untuk menilai
program yang diusulkan. Jika hasil tersebut menunjukkan bahwa program tersebut
unggul, maka program tersebut dapat dimulai,selanjutnya dapat dipantau melalui
pelaporan kinerja standar yang wajar.
Untuk lebih jelasnya laporan biaya mutu secara aktual pada PT Intan
Pariwara Cabang Pare-pare dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:
58
Tabel 5.5
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Laporan Biaya Mutu Aktual
Tahun 2013-2015
No. Keterangan 2013 2014 2015
(Rp) (Rp) (Rp)
I Biaya Pencegahan
1. Pelatihan karyawan 110.351.733 66.374.812 77.832.356
2. Reparasi & pemeliharaan
alat
177.199.476 183.912.202 138.702.695
3. Pengendalian proses 50.601.168 61.316.975 54.564.185
4. Perencanaan kualitas 12.112.279 29.010.266 75.206.565
5. Proyek peningkatan kualitas 7.220.000 7.220.000 8.220.000
Jumlah Biaya Pencegahan 357.484.656 347.834.255 354.525.801
II Biaya Penilaian
1. Pemeriksaan & pengujian
bahan baku
2.312.500 952.000 4.576.610
2. Pemeriksaan & pengujian
produk
16.800.500 9.266.550 26.527.768
3. Tenaga kerja pemeriksaan 244.118 621.550 1.532.000
4. Pengujian lapangan 31.491.000 22.822.000 22.822.000
Jumlah Biaya Penilaian 50.848.118 33.362.100 55.258.378
III Biaya Kegagalan Intern
1. Scrap / Material 12.250.000 27.638.564 5.930.000
Jumlah Biaya Kegagalan Intern 12.250.000 27.638.564 5.930.000
IV Biaya Kegagalan Ekstern
1. Keluhan dan jaminan 319.673 518.743 427.643
2. Liabilitas produk 717.710 465.700 275.787
3. Penarikan produk 478.350 374.150 462.755
Jumlah Biaya Kegagalan Ekstern 1.515.733 1.358.593 1.166.185
Total Biaya Mutu 422.098.577 410.193.512 416.607.364
Penjualan 828.002.894 798.912.474 943.915.368
Sumber: PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
59
C. Analisis Pelaksanaan Dan Realisasi Biaya Mutu
Untuk memecahkan permasalahan pada bab terdahulu, akan disajikan
analisis pelaksanaan dan realisasi biaya mutu guna mempermudah dalam
pembahasannya. Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabel. Berikut ini akan
disajikan proses analisis data untuk mengetahui bagaimana efisiensi biaya mutu
dalam upaya meningkatkan kualitas produk pada PT Intan Pariwara Cabang Pare-
pare.
5. Analisis Perhitungan Biaya Mutu/Kualitas
Langkah-langkah untuk menjawab permasalahan pertama yaitu
bagaimana efisiensi biaya mutu dalam upaya peningkatan kualitas produk
buku pada PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare adalah sebagai berikut,
dengan rumus:
TQC = QCC + QAC
Dimana :
TQC = Total Quality Cost atau biaya kualitas total
QCC = Quality Cost Control atau biaya pencegahan dan penilaian
QAC = Quality Assurance Cost atau biaya kegagalan internal dan biaya
kegagalan eksternal.
Hasil analisis ini dapat dilihat pada tabel 5.7
60
6. Analisis Realisasi dan Pertumbuhan Biaya Mutu/Kualitas
Perhitungan realisasi dan pertumbuhan biaya kualitas digunakan untuk
mengetahui seberapa besar total biaya kualitas (TQC) dibandingkan dengan
penjualan. Analisis ini dilakukan dengan cara membagi biaya kualitas dengan
nilai penjualan. Rumus dari analisis ini adalah sebagai berikut:
Total Biaya kualitas X 100 %
Nilai Penjualan
Selanjutnya berdasarkan rumus diatas, maka efisiensi biaya kualitas
terhadap penjualan pada PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare pada tahun
2013,2014, dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut:
= 53,4 %
= 51,34 %
= 44,14 %
Jadi,
= 148,88 %
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.7
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
61
Persentase Biaya kualitas Terhadap Penjualan
Tahun 2013-2015 (Rupiah)
Jenis biaya
Tahun
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
Biaya pencegahan 357.484.656 347.834.255 354.525.801
Biaya Penilaian 50.848.118 33.362.100 55.258.378
Biaya kegagalan intern 12.250.000 27.638.564 5.930.000
Biaya Kegagalan Ekstern 1.515.733 1.358.593 1.166.185
Total biaya
mutu/kualitas 422.098.577 410.193.512 416.607.364
Total nilai penjualan 828.002.894 798.912.474 943.915.368
Persentase biaya
kualitas 53,4 % 51,34 % 44,14 %
Sumber: Data yang diolah
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase biaya kualitas
terhadap penjualan pada PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare mengalami
perubahan yaitu persentase biaya kualitas pada tahun 2013 lebih tinggi sebesar
53,4 % dari pada tahun 2014 sebesar 51,34 % dan persentase biaya kualitas pada
tahun 2015 mengalami penurunan yaitu 44,14 %, walaupun persentase selalu
mengalami perubahan naik turun tetapi hal ini menunjukan sudah terjadi efisiensi
pada PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare karena rata-rata persentase biaya
kualitas terhadap nilai penjualan dari tahun 2013 hingga tahun 2015 masih lebih
kecil dari angka efisiensi biaya kualitas internasional yang telah ditetapkan
7. Analisis Manfaat Biaya Mutu
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare dalam menganalisis manfaat biaya
mutu sangatlah perlu agar biaya-biaya yang dikeluarkan dapat dikendalikan
secara efesien. Adapun manfaat biaya mutu yaitu untuk meningkatkan dan
62
memungkinkan perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan
manajerial.
D. Evaluasi Pelaksanaan Dan Dampak Biaya Mutu.
Tingkat Efesiensi
Untuk mencari rata-rata tingkat efisiensi biaya kualitas dilakukan untuk
mengetahui rata-rata efisiensi biaya kualitas dalam peningkatan produk buku pada
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare dengan standar efisiensi biaya kualitas yang
telah ditetapkan. Dengan rumus:
Jadi, apabila dilihat dari data diatas, maka rata-rata tingkat efisiensi biaya
mutu terhadap peningkatan kualitas produk buku dari tahun 2013 sampai dengan
tahun 2015 PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare dalam upaya meningkatkan
kualitas produk buku sudah memuat standar efisiensi biaya kualitas, maka penulis
membandingkan hasil perhitungan rata-rata tingkat efesiensi biaya kualitas di PT
Intan Pariwara Cabang Pare-pare dengan standar efesiensi biaya kualitas yang
ditetapkan yaitu maksimum atau lebih dari 2,5 % penjualan (Tjiptono dan Diana,
2003: 42). Hasil dari perhitungan tingkat efisiensi biaya kualitas diperoleh rata-
rata 49,63 % hal ini dapat diartikan bahwa PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
sudah terjadi efisiensi peningkatan kualitas karena rata-rata persentase biaya
63
kualitas terhadap nilai penjualan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 sudah
memenuhi standar internasional efisiensi biaya kualitas yang ditetapkan sebesar
2,5%.
E. Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Kerusakan Produk
Manajemen dalam menganalisis biaya mutu, harus menginterprestasikan
keperluan atau tindakan–tindakan yang akan diambil. Sasaran–sasaran tersebut
harus ditetapkan untuk menghasilkan hubungan-hubungan yang diinginkan, yaitu
hubungan dalam menilai tingkat efektifitas biaya mutu yang dikeluarkan dalam
upaya pencegahan penurunan kualitas, dalam hal ini tingkat kerusakan produk.
Perbandingan antara biaya mutu terhadap tingkat kerusakan produk,dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.8
PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Tingkat Kerusakan Produk Pertahun
Tahun 2013-2015 (Rupiah)
Tahun
Biaya Mutu
Kerusakan Produk
(ton)
Hasil Produksi/buku
(ton)
2013 422.098.577 0,276 2.172
2014 410.193.512 0,155 847
2015 416.607.364 0,261 3.302
Total 1.248.899.453 0,592 5.321
Sumber: PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
Dari laporan tingkat kerusakan pada tabel 5.8 diatas, terlihat adanya
kecenderungan perubahan tingkat kerusakan seiring dengan meningkatnya
perubahan jumlah biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan tiap tahunnya.
Meskipun pada tiap tahunnya terjadi perubahan peningkatan biaya mutu, tetapi
64
tingkat kerusakan juga mengalami perubahan setiap tahunnya. Misalnya pada
tahun 2013, jumlah biaya mutu adalah sebesar Rp. 422.098.577. Sedangkan
tingkat kerusakan produk pada tahun tersebut adalah 0,276 ton dari total produksi
sebesar 2.172 ton. Tahun 2014, jumlah biaya mutu menurun 1,318% dari total
biaya mutu tahun 2013, yaitu sebesar Rp.410.193.512 dan tingkat kerusakan
produk menurun sebesar 0,155 ton dari total produksi sebesar 847 ton. Sedangkan
pada tahun 2015, total biaya mutu kembali meningkat sebesar Rp.416.9607.364,
yaitu 0,945% dari tahun sebelumnya, dan tingkat kerusakan produk sebesar 0,261
ton dari total produksi sebesar 3.302 ton. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
biaya mutu yang terjadi pada PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare tiap tahunnya
berpengaruh terhadap tingkat kerusakan produk. Dimana biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk peningkatan kualitas memberikan pengaruh positif terhadap
produk yang dihasilkan. Selain itu, hal tersebut juga menunjukkan bahwa
perusahaan terus berupaya meningkatkan kualitas produknya yang dibuktikan
dengan menurunnya tingkat kerusakan yang terjadi saat proses produksi.
F. Hasil Analisis Dan Manfaatnya
A. Hasil Analisis
PT. Intan Pariwara dalam perhitungan analisisnya untuk memecahkan
masalah tingkat kerusakan produk menggunakan metode analisi efisiensi biaya
mutu dalam upayah meningkatkan kualitas produk yaitu:
1. Analisi Perhitungan Biaya Mutu/Kualitas
2. Analisi Realisasi dan Pertumbuhan Biaya Mutu/Kualitas
65
3. Analisis Manfaat Manfaat Biaya Mutu
Dan dalam proses pengerjaannya mengasilkan data yang membuat PT. Intan
Pariwara sudah efisiensi itu terlihat dari rata-rata presentasi biaya kualitas
terhadap nilai penjualan dari tahun 2013 hingga tahun 2015 masih lebih kecil dari
angka efisiensi biaya kualitas Internasional yang telah ditetapkan.
B. Manfaat Analisi
Untuk meningkatkan kualitas produknya PT. Intan Pariwara Cabang Pare-
pare menerapkan program biaya mutu. Terbukti dngan kemampuan perusahaan
menurunkan tingkat kerusakan produk seiring peningkatan biaya mutu dan
peningkatan nilai penjualan produk tiap tahunya.
Dari hasil-hasil yang telah didapat saat menganalisis, adapun manfaat yang
dihasilkan seperti:
1. Mengefisienkan biaya-biaya yang dikeluarkan
2. Meningkatkan dan memungkinkan perencanaan
3. Melakukan pengendalian secara objektif
4. Membuat keputusan manajerial
66
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan analisis biaya mutu
terhadap peningkatan kualitas produk pada PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare,
maka penulis menyimpulkan:
1. Dari hasil analisis biaya mutu yaitu dengan menghitung efesiensi biaya
mutu. Dimana biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan
internal, biaya kegagalan eksternal berpengaruh terhadap kualitas produksi
pada PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare.
2. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya efisiensi biaya mutu dalam
upaya meningkatkan kualitas produk buku pada PT Intan Pariwara Cabang
Pare-pare walaupun biaya mutu selalu mengalami perubahan disetiap
tahunnya yaitu pada tahun 2013 biaya mutu lebih tinggi dibanding dengan
2014 dan 2015 sebesar Rp422.098.577,dan pada tahun 2014 sebesar
Rp410.193.512 sedangkan pada tahun 2015 sebesar Rp 416.607.364
tetapi penjualan yang dilakukan oleh PT Intan Pariwara Cabang Pare-pare
selalu mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya yaitu pada tahun
2013 sebesar Rp828.002.894, pada tahun 2014 sebesar Rp798.912.474 dan
sedangkan tahun 2015 sebesar Rp943.915.368. Hal ini menunjukkan
bahwa sudah terjadi efisiensi sesuai dengan biaya kualitas internasional
yang telah ditetapkan.
66
67
3. Dalam penerapan program biaya mutu yang dilakukan oleh PT Intan
Pariwara Cabang Pare-pare untuk meningkatkan kualitas produknya,
menunjukkan adanya upaya peningkatan kinerja yang semakin baik. Hal
ini terbukti dengan kemampuan perusahaan munurunkan tingkat kerusakan
produk seiring peningkatan biaya mutu dan peningkatan nilai penjualan
produk tiap tahunnya.
B. Saran
Adapun saran-saran yang penulis dapat rekomendasikan kepada pihak
perusahaan sehubung dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam melakukan pengumpulan biaya mutu, sebaiknya manajemen secara
cermat dan tepat memperhatikan setiap biaya mutu yang timbul untuk
kemudian dinilai, apakah efesiensi biaya mutu tersebut mempunyai nilai
tambah (advalue) terhadap peningkatan kualitas produk.
2. Sebaiknya manajemen perusahaan tidak hanya berusaha dalam
meningkatkan peningkatan kualitas terhadap produk yang dihasilkan.
Tetapi, manajemen perusahaan harus memperlihatkan upaya peningkatan
kualitas produk yang dihasilkan.
68
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J. Cheng Kung H , and lin Thomas W. 2000. Cost Management.
Terjemahan dari A. Susty Ambarrani, Manajemen Biaya.
Edisi Pertama.Jakarta : Salemba Empat
Feigenbaum, A.V.1996. Kendali Mutu Terpadu. Terjemahan Hudaya
Kondahjaya.Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga
Garrison, Rah H dan Eric W Norren.1994. Manajerial Accounting. First Edition
Terjemahan dari A. Totok Budisantoso, Akuntansi Manajerial. Jakarta : Salemba Empat
Hadiwiarjo, Bambang H.Wibisono dan Sulistijarningsih W.1996..Memasuki
Pasar Internasional dengan ISO 9000: Sistem Manajemen Mutu. Jakarta: Ghalia Indonesia
Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen.1999. Manajerial Accounting. Fourth
Edition. Terjemahan Ancelia A. Hermawan. Jilid Dua. Jakarta : Erlangga
Mulyadi. 1983. Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian
Biaya.Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE Gajah Mada Nasution M.N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Manajemen).
Jakarta:Ghalia Indonesia
Santoso, Singgi.2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Eltex
Media Komputindo
Supriono. 1997.Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi
Maju dan Globalisasi. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE UGM 1990.Akuntansi Manajemen,Proses
Pengendalian Manajemen.Yogyakarta:BPFE UGM Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen Mutu Terpadu :Suatu Pengantar. Jakarta :PT.
Rineka Cipta 1994.Teori Akuntansi Manajemen. Jakarta : Harvarindo
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana.2003.Total Quality Management. Edisi
Revisi. Yogyakarta : Andi
Handoko, T, Hani, 1998, Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
69
Kotler, Philip,1993,Manajemen Pemasaran, Erlangga, Jakarta.
Mulyadi, 1984, Akuntansi Biaya Untuk Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
Nitisasmita, Alex S, 1981, Marketing, Ghalia Indonesia , Jakarta.
Stanton, J, William, 1984, Prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta.
Swastha, Basu,1996, Azas azas Marketing, Liberty, Yogyakarta.
Swastha, Basu dan Irawan, 1990, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty,
Yogyakarta