Skripsi Pelayanan Publik Malang

download Skripsi Pelayanan Publik Malang

of 9

description

Pelayanan Publik di Kota Malang

Transcript of Skripsi Pelayanan Publik Malang

9BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPembangunan nasional merupakan salah satu langkah yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahtaraan masyarakat. Seperti yang telah tertuang dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea IV yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.Untuk melaksanakan tujuan tersebut tentunya diperlukan anggaran atau dana agar pelaksanaannya dapat berjalan dangan baik. Pendanaan pembangunan bersumber dari khas keuangan negara. Pendanaan negara dalam APBN di peroleh melalui dua sumber pokok yakni, sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. Sumber dana luar negeri diperoleh dari pajak atas impor, bea masuk, pinjaman luar negeri dan hibah ( grant). Sedangkan sumber dana yang berasal dari dalam negeri diperoleh dari penjualan migas dan non migas serta pajak.Penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagaimana telah ditetapkan oleh undang-undang sudah menjadi kewajiban bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pentingnya pajak tersebut terutama untuk pembiayaan pembangunan, hal ini tidak lain karena warga negara sebagai manusia biasa selain mempunyai kebutuhan sehari-hari berupa sandang dan pangan, juga membutuhkan sarana dan prasarana, seperti jalan untuk transportasi, taman untuk hiburan atau rekreasi, bahkan keinginan merasakan aman dan terlindungi. Sarana dan prasarana berupa fasilitas umum tersebut untuk ketersediaannya hanya pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk memenuhinya (Kunarjo, 1993:125). Dalam R-APBN 2015, pendapatan negara mencapai Rp 1.762,29 triliun. Dari jumlah itu, penerimaan perpajakan mencapai Rp 1.370,82 triliun, atau sebesar 77,79 persen dari total pendapatan negara. Sedangkan sisanya disumbang oleh penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 388,04 triliun, atau sebesar 22,02 persen dari total pendapatan negara. Iliyas dan Burton (2007:10) mengatakan bahwa : Pajak memiliki beberapa fungsi, yang pertama adalah fungsi penganggaran ( budgetair ) digunakan untuk menganggarkan pengeluaran pengeluaran negara, misalnya menjalankan pembangunan nasional, membuka lapangan kerja,membayar gaji pegawai negeri sipil, dan pengeluaran rutin semuanya dibiyai dari penerimaan pajak. Kedua, fungsi mengatur ( reguleren ), kebijakan pajak yang dikeluarkan pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi. Ketiga, fungsi stabilitas, dengan adanya pajak ini berarti pemerintah mempunyai dana dan dapat menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga dapat mengendalikan laju inflasi. Keempat, fungsi redistribusi pendapatan, pembangunan yang dilakukan diberbagai bidang ini dan merata ini dapat menciptakan lapangan kerja sehingga dapat memberikan penghasilan kepada masyarakat.

Terdapat bermacam-macam sumber penerimaan pajak di Indonesia. Salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan, seperti yang tercantum dalam Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 12 Tahun 1994 yakni Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan.Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.Seiring perkembangangannya pajak bumi dan bangunan dijadikan sebagai pajak daerah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD).Berdasarkan Pasal 185 UU No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD, sejak tanggal 1 Januari 2010, Pemerintah Kabupaten/Kota sudah diperbolehkan untuk menerima pengalihanPBB P2. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). Hal tersebut sebagai bentuk tindak lanjut dari adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, dengan demikian pajak bumi dan bangunan dirasa paling potensial dan strategis dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk menjalankan program pembangunan nasional serta sebagai sumber pendapatan daerah.Berdasarkan hal diatas maka pemerintah kota Malang yang berada pada daerah tingkat II perlu mangatur sendiri mengenai pajak, khususnya pajak bumi dan bangunan. Peraturan tersebut tercantum dalam peraturan daeraha kota malang Nomor 11 Tahun 2011. Diberlakukannya PBB sebagai pajak daerah, maka PBB murni untuk pembangunan daerahnya. Pembayaran pajak dilakukan mulai pada tanggal 1 Januari sampai jatuh tempo 31 juli tahun berjalan.Penerimaan pajak Kota Malang berdasarkan laporan dinas pendapatan daerah ( DISPENDA ) kota Malang, adalah sebagai berikut ;Tahun 2014 lalu, Dispenda menargetkan pendapatan daerah hanya sebesar Rp.260 Miliar, namun ternyata pendapatan daerah di 2014 berhasil mencapai Rp. 278 Miliar.Pada tahun ini, Dispenda kembali menargetkan sebesar Rp. 270 Miliar. Ada sebanyak sembilan jenis pajak di Kota Malang; yakni, pajak resto, pajak hotel, pajak hiburan, pajak air tanah, pajak reklame, pajak bumi bangunan (PBB), dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Saat ini, hanya PBB dan BPHTB yang belum mencapai 25 persen besarnya.PBB baru mencapai 22 persen dan BPHTB baru 19,75 persen. (http://dispenda.malangkota.go.id. diakses pada tanggal 18 mei 2015).Meskipun pendapatan daerah dari sektor pajak mengalami peningkatan dari tahun ketahun, tetapi masih terdapat kendala dalam pemungutan pajak. Salah satu faktor tingginya tingkat pendapatan melalui pajak khususnya pajak bumi dan bangunan adalah kesadaran wajib pajak, kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari wajib pajak yang dalam hal ini adalah masyarakat untuk membayar pajak. Jatmiko (2006) menyatakan bahwa upaya meningkatkan penerimaan pajak dapat dilakukan dengan estensifikasi dan intensifikasi pajak, biasa dilakukan dengan perluasan subjek dan objek pajak, atau dengan menjaring wajib pajak baru. Meskipun penerimaan pajak mengalami peningkatan dari tahun ketahun, namun selalu ada saja faktor yang menghambat penerimaan pajak sehingga penerimaan pajak belum bisa tergali secara maksimal. Kendala tersebut adalah kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.Kesadaran akan pentingya pajak dalam mendukung pembangunan, pemerintah mengatur peraturan perundang-undangan yang merujuk pada setiap aspek yang berkaitan dengan pajak. Menurut Kunarjo (1993:125) Penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagaimana telah ditetapkan oleh undang-undang sudah menjadi kewajiban bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pentingnya pajak tersebut terutama untuk pembiayaan pembangunan, hal ini tidak lain karena warga negara sebagai manusia biasa selain mempunyai kebutuhan sehari-hari berupa sandang dan pangan, juga membutuhkan sarana dan prasarana, seperti jalan untuk transportasi, taman untuk hiburan atau rekreasi, bahkan keinginan merasakan aman dan terlindungi. Sarana dan prasarana berupa fasilitas umum tersebut untuk ketersediaannya hanya pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk memenuhinya.Pajak bumi dan bangunan dalam hal ini juga dapat merangsang pertumbuhan dan pemberdayaan daerah, dengan hasil yang didapatkan dari Pajak Bumi dan Bangunan harapan besar ketika dikembalikan ke daerah dapat dimanfaatkan dengan baik dan sesuai keinginan rakyatnya. Proses pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sudah menjadi kerangka yang sangat ideal, apalagi sebagian besar dari dana pendapatan di kembalikan lagi ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Khusus ( DAK ), Dana Alokasi Umum ( DAU ), dan lain sebagainya.Potensi Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia sangat luar biasa, tetapi pemanfaatannya kurang maksimal sehingga kesejahteraan masyarakat tidak bisa terjamin dan masih banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Peran Pajak Bumi dan Bangunan dalam mewujudkan perekonomian serta untuk membangun Negara sangat potensial maka diperlukan suatu kesadaran dalam membayar pajak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tersebut diperlukan suatu upaya dari pemerintah.Kesadaran membayar pajak dapat dilihat dari sikap dan perilakunya, yaitu dalam menunaikan kewajibannya, ketepatan dan kepatuhan dari wajib pajak. Wajib pajak dapat dikatakan memiliki kesadaran apabila wajib pajak mengetahui peran pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan untuk Bangsa dan Negara, serta mematuhi peraturan dan tanpa merasa terpaksa. Dengan memiliki kesadaran untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan secara tidak langsung telah menunjukan peran sertanya dalam kegiatan pembangunan Bangsa dan NegaraKelurahan Balearjosari merupakan sebuah kelurahan yang terdapat di Kecamatan Blimbing, Kota Malang dan merupakan wilayah gerbang utara untuk memasuki kota Malang. Jumlah penduduk kelurahan ini menurut data tahun 2014 adalah sebanyak 7592 jiwa. Jumlah SPPT yang terdaftar adalah 3164, namun sebagian besar dari wajib pajak ini tidak berdomisili di wilayah kelurahan Balearjosari sehingga menimbulkan masalah dalam proses pemungutannya.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kepala kelurahan Kelurahan Balearjosari kecamatan Blimbing kota Malang dengan Bapak Ardy N pada tanggal 11 Juni 2015, beliau menyatakan bahwa pendapatan pajak di daerah balearjosari kurang lebih mencapai 70 %. Pendapatan pajak tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian masih banyak terdapat hambatan atau kendala dalam proses pemungutan pajak tersebut, diantaranya masih banyak wajib pajak yang terlambat dalam membayar pajak sebelum jatuh tempo dan menunggak, sehingga petugas pajak harus turun langsung untuk menagih pajak, kondisi objek pajak yang tidak sesuai dengan surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) dilapangan, pemilik tanah atau bangunnan yang bertempat tinggal diluar kelurahan. Sedangkan jika di lihat dari pendapatan pajak dari kelurahan lain di kecamatan yang sama yakni di Kecamatan Blimbing Kota Malang, seperti Kelurahan Polowijen berdasarkan wawancara yang lakukan pada 23 juni 2015, Agustinus A. sekertaris lurah dikelurahan tersebut menyatakan penghasilan pajak pada tahun 2014 kurang lebih mencapai 80% dan juga dari hasil wawancara yang lakukan pada 23 juni 2015, M Suhadak kepala Kelurahan Arjosari menyatakan bahwa pendapatan pajak pada Kelurahan Arjosari kurang lebih mencapai 80%.Berdasarkan hasil observasi awal penulis seperti diatas maka judul karya ilmiah ini adalah sebagai berikut : Upaya Pemerintah Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kelurahan Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota MalangB. Rumusan Masalah1. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota Malang ?2. Faktor faktor penghambat dan pendukung apa saja pada tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota Malang ?

C. Tujuan Penelitian1. Menganalisis tentang upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota Malang.2. Menganalisis faktor faktor penghambat dan pendukung tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kelurahan Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.2. Manfaat praktis, diharapkan sebagai referensi atau masukan bagi dinas pendapatan daerah untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.3. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan akan mampu menyumbang khasanah ilmiah dan kepuasan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial khususnya bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Malang.1