EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK

download EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK

If you can't read please download the document

Transcript of EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK

EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK (Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Pemerintah Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap)

Oleh : RUSWATI F1B001050

Diajukan untuk menyusun skripsi Program Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA PURWOKERTO 2005

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK(Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Pemerintah Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap) Oleh : Ruswati F1B001050 Diterima dan disahkan Purwokerto, Pembimbing 1. Pembimbing I Drs. Andi Antono, M.Si. NIP. 131691611 2. Pembimbing II Drs. Darmanto S.S., M.Kes. NIP. 131657334 3. Penilai Pendamping Drs. M. Imron NIP. 131996098 Mengetahui Dekan FISIP UNSOED Drs. Bambang Kuncoro, M.Si. NIP. 131569011 . . . November 2005

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka. Dengan kata lain semua isi yang ada dalam skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.

Purwokerto,

November 2005

( Ruswati ) F1B001050

Presented for My beloved parents, Bapak and Mama Thanks for the sincerity in praying and supporting me My beloved sister Wary thanks for your love and attentions My little sister and brotherMusliah & Agus Praying, study hard and never stop trying. Must ! Barakallahu Ill love all of you forever

MOTTO

Jadikanlah Allah sebagai penolongmu dengan sabar dan mengerjakan shalat, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu (Qs. Albaqarah : 45)

Kita hidup hanya sekali, maka sekiranya ada kebaikan yang bisa kita tunjukkan terhadap sesama, biarlah itu kita lakukan sekarang juga dan jangan menundanya sebab kita tidak akan pernah melewati jalan ini lagi untuk yang kedua kalinya. (William Pen)

Jangan menunggu keadaan paling ideal, jangan pula menunggu kesempatan yang paling baik. Keduanya tak akan pernah datang. (Janet Erskine Stuart)

Tiada kesalahan atau kegagalan yang lebih buruk selain berhenti dan tidak mencoba lagi. (John Wanamaker) Tak selamanya kegagalan berakhir dengan kesedihan. Ada keajaiban yang akan membuat kita tersenyum. (Emi) Try and try, never giving up and face all the things with smile, cause smile will give us The Power. (My Self)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK (Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Pemerintah Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap). Karya ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Penulis menyadari bahwa karya ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggitingginya kepada : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bapak Drs. Andi Antono, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini. Bapak Drs. Darmanto S.S., M.Si. selaku pembimbing dua yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Drs. M. Imron selaku penilai pendamping yang telah memberikan saran, bimbingan dan petunjuk untuk kesempurnaan skripsi ini. Bapak Drs. Bambang Kuncoro, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNSOED. Seluruh staff dan dosen pengajar Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNSOED. Seluruh aparat pemerintah kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data selama penelitian berlangsung. Bapak dan Mama tersayang yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, doa, dorongan dan segalanya serta kakak dan adik-adikku tersayang atas dukungannya selama ini.

7.

8.

Teman-teman AN 2001 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Lisna, Emi, Imung, Upi, Erni, Peni, Bambang, Mas Jay, Astri, Ria, Siti Diah, Qiah, terimakasih atas perhatian dan dukungannya, semoga harapan dan cita-cita kita tercapai. Teman-teman kost di Wisma An Najah Neta, Vita, Lusi, Tamah, Hany, Mega dan Iis, atas pesahabatan dan rasa kekeluargaan yang indah selama ini. Thanks for this beautiful friendship. Keep it forever !

9.

10. Semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun spirituil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap masukan dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat di kemudian hari.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Purwokerto,

November 2005

Penulis

THANKS TO

Sujud syukurku pada Allah SWT atas segala anugerah, cinta dan kasih sayang yang telah diberikan sehingga Ana bisa melewati satu langkah dalam perjalanan hidup yang panjang ini. Nabi besar Muhammad SAW sebagai panutan hidup Ana di dunia.

Bapak dan Mama yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, doa, dorongan dan segalanya, Aku Bangga pada kalian, dan aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian dan akan membuat kalian bahagia!

Mbak WaryMy Best sisterthanks for everything youve gived to meIll do the best! Buat adik-adikku tersayang De Mus dan De Agus terimakasih sudah menjadi adik yang manis dan baik. Jangan lupa belajar dan terus berdoa. Tiru yang baik dari kaka, dan buang yang jelek dari kaka.

My Best Friend Ika&Fitri terimakasih atas perhatian, semangat, nasihat, dan persahabatan yang manis ini semoga kita selalu bersama selamanya.

Teman seperjuanganku Lisna, Ika, Ria, Bambang, Ahmad, Imung, Mas Jay, Yuli, Mas Tanjung, Mas Wiwit, Mas Momo, Evi, Diah, Resi, Q-yah terimakasih untuk semua bantuan dan support kalian.. terimakasih sudah bersama-sama selama ini.

Dewi, Peni, Upi, Erni, Astri, Somad, Siti, Miing, Samsiyah, Probo, Desi, Thanks for your attentions, semoga harapan dan cita-cita kita tercapai dan teman-teman AN 2001 atas kebersamaannya selama ini. Kompak Selalu!!

Teman-teman kost di Wisma An Najah mbak neta, vita, lusi, tamah, hany, rina, sumini, mega dan iis, atas persahabatan dan rasa kekeluargaan yang indah

selama ini. Thanks for this beautiful friendship. Keep it forever !

Teman-Teman Kenanga Crew terimakasih atas kerjasama, persahabatan, kekompakan, pengertian dan pertolongannya selama ini. Semoga kita selalu bersahabat selamanya.

My Friends on cyber especially niceguy community, mas burhan, mas mul, mbak liany, mbak ika, dan teman-teman yang lain terimakasih atas persahabatan, keceriaan, kebahagiaan dan semangat yang kalian berikan untukkuKehadiran kalian memberikan warna dalam hidupku.

Untuk masa depankuSekarang aku bekerja keras dan terus berjuang untukmu

Terakhir kuingin mengucapkan banyak terimakasih untuk orang-orang yang telah menyakitiku dan membuatku sedihkarena kalianlah sekarang aku menjadi lebih kuat dan menjadi lebih baik.

Barakallahu

RINGKASAN

Pada saat ini pemerintah banyak mendapat sorotan publik terutama dalam hal pelayanan. Masyarakat Indonesia semakin kritis dan menginginkan pelayanan yang maksimal dari pemerintah. Mereka menuntut pelayanan yang efektif dalam berbagai hal. Tidak hanya di pusat pemerintahan, di semua tingkat pemerintahan dari pusat sampai kelurahan mendapatkan tuntutan yang sama dari publik yaitu pelayanan yang efektif. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi efektivitas pelayanan suatu organisasi, diantaranya disiplin kerja dan iklim kerja aparat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh disiplin kerja dan iklim kerja terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Penelitian ini dilakukan di lima kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara dengan sasaran penelitiannya adalah seulurh pegawai pada lima kelurahan tersebut. Jumlah responden sebanyak 82 pegawai. Penentuan sampel menggunakan teknik Total Sampling dengan asumsi menggunakan teknik total sampel maka sampel akan representatif. Metode yang digunakan adalah kuantitatif sehingga data-data yang ditampilkan berupa angka-angka. Untuk validitas data digunakan validitas konstruksi dan reliabilitas data menggunakan internal consistency dengan teknik belah dua (split half) dari Spearman brown. Pengujian hipotesis dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi kendall tau dan regresi ordinal. Berdasarkan hasil perhitungan secara statistik, koefisien korelasi kendall antara variabel disiplin kerja (X1) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,518; antara variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,540; antara variabel disiplin kerja (X1) dan variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,779. Hubungan-hubungan ini bersifat signifikan dan positif. Dari hasil perhitungan regresi ordinal didapatkan nilai beta (b) sebesar 54,627 artinya pengaruh disiplin kerja (X1) dan iklim kerja (X2) terhadap efektivitas pelayanan (Y) sebesar 54,627 dan sisanya sebesar 45,373 dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil-hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima.

Kata kunci : disiplin kerja, iklim kerja dan efektivitas pelayanan.

SUMMARY

At the moment the government often received the attention of public especially in the matter of service. The Indonesian community increasingly critical and wanted the maximal service from the government. They demanded the effective service in various matters. Not only in the center of the government, in all the levels of the government from the center until the district got the same demand from public that is the effective service. There were many factors that could influence the service effectiveness in an organization, such as dicipline and climate of the work from officials. This research aimed to know the influence dicipline and climate of work towards the service effectiveness of district officials in the North Cilacap Subdistrict in the Cilacap Regency. This research done in five districts in the Cilacap Subdistrict North, with target was all the officials of five districts. The number of respondents totalling 82 officials. The determination of sample made use the Total Sampling technique with the assumption that sample will be representative. The method was used quantitative so the datas that was put forward took the form of figures. For the validity of the data was used by the validity of the construction and reliabilitas the data used internal consistency technically the crack two (split half) from Spearman Brown. The testing of the hypothesis was analysed by use kendall tau correlation and ordinal regression technique. Based on the results statistically, the correlation coefficient kendall between dicipline of work (X1) with the effectiveness of service (Y) variabel is 0,518; between the climate of work (X2) with the effectiveness of service (Y) variable is 0,540; between the dicipline (X1) and climate of work (X2) variable with the effectiveness of service variable (Y) is 0,779. These relations were significant and positive. From results of ordinal regression was obtained beta (b) as big as 54,627 meaning that the influence dicipline of work variable (X1) and climate of work variable (X2) toward the effectiveness of the service variable (Y) as big as 54,627 and the rest of them as big as 45,373 was influenced by the other variable. From these results the conclusion is the hypothesis that was raised in this research could be accepted.

The key word : discipline of work, climate of work and effectiveness of service.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN . PERNYATAAN .. PERSEMBAHAN ... MOTTO ... KATA PENGANTAR . RINGKASAN . SUMMARY DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... B. Perumusan Masalah .. C. Pembatasan Masalah . D. Tujuan Penelitian .. E. Kegunaan Penelitian . BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 12 12 12 13 ii iii iv v vi viii ix x xiii xv xvi

A. Landasan Teoritik..................... 1. Konsep Teori ... 2. Pelayanan Publik ..... 3. Efektivitas Pelayanan Aparat ...... 4. Disiplin Kerja Aparat .. 5. Iklim Kerja Organisasi .... 6. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat... 7. Pengaruh Iklim Kerja Dalam Kelurahan Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Kelurahan ... 8. Pengaruh Bersama Antara Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Kelurahan ..... B. Hipotesis........................... 1. Hipotesis Model Verbal ... 2. Hipotesis Model Geometrikal ...... C. Definisi Konsep Dan Definisi Operasional.......... 1. Definisi Konsep ... 2. Definisi Operasional 3. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian........ BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS A. Metode Penelitian................... 1. Sasaran Penelitian .. 2. Lokasi Penelitian ... 3. Metode Penelitian .. 4. Variabel-Variabel Yang Digunakan ..

14 14 15 18 22 25 29

31 33 34 34 35 35 35 36 38

42 42 42 42 42

5. Teknik Pengambilan Sampel . 6. Metode Pengumpulan Data ....

43 44

7. Sumber Data ... 45 8. Validitas dan Reliabilitas Data ... B. Metode Analisis...................... 1. Pengukuran Variabel .. 2. Model Analisis Yang Digunakan ... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian................ 1. Keadaan Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara... 2. Struktur Organisasi dan Rinciann Tugas Pokok Pemerintah Kelurahan........................ 3. Karakteristik Responden. B. Uji Validitas dan Reliabilitas................ 1. Uji Validitas... 2. Uji Reliabilitas... C. Deskripsi Variabel Penelitian................ 1. Deskripsi Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)... 2. Deskripsi Variabel Disiplin Kerja (X1). 3. Deskripsi Variabel Iklim Kerja (X2). 4. Penafsiran Variabel Berdasarkan Nilai Mean... D. Pengujian Hipotesis...................... 1. Tabulasi Silang.. 69 74 76 77 80 82 82 83 84 85 85 86 56 56 45 48 48 49

2. Korelasi Kendall Tau 3. Korelasi Parsial..................... 4. Koefisien Konkordasi Kendall (W).. 5. Regresi Ordinal.

90 97 98 100

E. Pembahasan . 101 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan.. B. Implikasi... DAFTAR PUSTAKA 107 108

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Aparat Pemerintah Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan Keadaan Data Bulan Januari-Juni 2004 ........................... Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan Keadaan Data Bulan Desember 2004. Tabel 3. Jenis-Jenis Pelayanan yang Diberikan Kelurahan Kepada Masyarakat. Tabel 4. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian.. 8 39 7 7

Tabel 5. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi... Tabel 6. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia Pendidikan.. 57 Tabel 7. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia Tenaga Kerja.. 57 Tabel 8. Komposisi Penduduk Kelurahan Gumilir Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia Pendidikan. Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia Tenaga Kerja.. 60 59 58

50

Tabel 11. Komposisi Penduduk Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Mata Pencaharian... Tabel 12. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia Pendidikan.. 62 Tabel 13. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia Tenaga Kerja. Tabel 14. Komposisi Penduduk Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Mata Pencaharian.. Tabel 15. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia Pendidikan. Tabel 16. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia Tenaga Kerja. Tabel 17. Komposisi Penduduk Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 18. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia Pendidikan. Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia Tenaga Kerja. Tabel 20. Komposisi Penduduk Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Mata Pencaharian... Tabel 21. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.. Tabel 22. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia. Tabel 23. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. 69 74 75 76 68 68 66 65 65 63 63 61

Tabel 24. Hasil Pengujian Validitas Efektivitas Pelayanan.. Tabel 25. Hasil Pengujian Validitas Disiplin Kerja.. Tabel 26. Hasil Pengujian Validitas Iklim Kerja.. Tabel 27. Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas.. Tabel 28. Distribusi Frekuensi Variabel Efektivitas Pelayanan ... Tabel 29. Distribusi Frekuensi Variabel Disiplin Kerja ... Tabel 30. Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Kerja Tabel 31. Penafsiran Variabel Berdasarkan Nilai Mean ...

77 78 79 81 82 83 84 85

Tabel 32. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Disiplin Kerja (X1) dengan Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)................ Tabel 33. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)... Tabel 34. Hasil Perhitungan Kendall c... 88 90 99 86

Tabel 35. Hasil Perhitungan Koefisien Konkordansi Kendall (W)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hipotesis Model Geometrikal... Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan

35 71

Gambar 3. Pengujian Hipotesis Model Geometrikal.. 106

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Input Data Penelitian Lampiran 3. Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Lima Kelurahan di Kecamatan Kabupaten Cilacap Lampiran 4. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Disiplin Kerja Lampiran 5. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Iklim Kerja Lampiran 6. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan Publik Lampiran 7. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Lampiran 8. Tabulasi Silang Variabel Penelitian dilanjutkan Analisis Kendall tc Lampiran 9. Hasil Pengujian Korelasi Parsial Lampiran 10. Hasil Pengujian Konkordansi Kendall (W) Lampiran 11. Hasil Pengujian Regresi Ordinal Lampiran 12. Tabel Nilai-nilai r Product Moment Lampiran 13. Tabel Nilai-nilai Chi Kuadrat Lampiran 14. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 15. Surat Rekomendasi Penelitian Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam segala aspek kehidupan oleh penyelenggara negara yaitu lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperbaiki keterbelakangan dan ketertinggalan dalam semua bidang kehidupan menuju suatu keadaan yang lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual. Pencapaian tujuan nasional di atas dilakukan dengan rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah menuju terwujudkan masyarakat adil dan makmur. Masyarakat adalah

pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang. Keberhasilan pembangunan nasional tidak lepas dari peran dan fungsi organisasi pemerintah yang mengemban tugas-tugas pemerintah karena keberhasilan organisasi pemerintah dalam mencapai tujuan sangat mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam rangka pencapaian tujuan nasional dan tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan peran serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang tugasnya adalah untuk melaksanakan pemerintahan dan tugas pembangunan. Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pada Bab II, Pasal 3 ayat 1 ditegaskan bahwa : Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Widjaja menyebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil bukan hanya unsur aparatur pemerintah, melainkan juga abdi negara dan abdi masyarakat yang pada dasarnya adalah pelayan masyarakat. Pendapat serupa juga dilontarkan oleh Deddy Mulyadi bahwa : Pegawai negeri sebagai aparat birokrasi selain sebagai aparatur negara dan abdi negara, juga merupakan abdi masyarakat. Sehingga kepada kepentingan masyarakatlah aparat birokrasi harus mengabdikan diri. Aparat birokrasi memang sangat diharapkan memiliki jiwa pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat (Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004).

Dengan demikian output dari pelaksanaan tugas adalah berupa jasa pelayanan kepada masyarakat sehingga pelayanan dikatakan efektif apabila aparat berhasil dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain keberhasilan tugas pemerintah dalam pembangunan nasional banyak tergantung pada kerja dan kemampuan pegawai negeri. Dari penjelasan tersebut kita dapat melihat bahwa kedudukan dan peranan pegawai negeri sangat penting dan menentukan keberhasilan pembangunan nasional. Aparat kelurahan sebagai bagian dari pegawai negeri dituntut untuk dapat menjadi motor penggerak pembangunan karena aparat kelurahan bersentuhan langsung dengan masyarakat sehingga akan lebih memahami keadaan dan kondisi masyarakat. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dinyatakan bahwa kelancaran menyelenggarakan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional, terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur negara, dan kesempurnaan aparatur negara tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kesempurnaan birokrasi tergantung dari kesempurnaan aparatur negara sehingga kualitas birokrasi kita tercermin dari kualitas aparatur negara. Tugas pemerintah tidak hanya mengatur saja, akan tetapi juga memberikan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi pelayanan selama ini belum mendapat perhatian dari para aparat birokrasi kita sebab fungsi mengaturnya lebih dominan dibandingkan porsi pelayanannya. Deddy Mulyadi menjelaskan bahwa aparat birokrasi merasa ada dalam posisi penguasa yang lebih menempatkan diri sebagai pengarah daripada pamong,

oleh karena itu timbul kecenderungan untuk melihat warga masyarakat sebagai objek pasif dalam pelayanan publik (Pikiran Rakyat, 7 Agustus 2004). Birokrasi pemerintah menempati posisi yang penting dalam pelaksanaan pembangunan karena merupakan salah satu instrumen penting yang akan menopang dan memperlancar usaha-usaha pembangunan. Berhasilnya pembangunan ini memerlukan sistem dan aparatur pelaksana yang mampu tanggap dan kreatif serta pengelolaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen modern dalam sikap perilaku dan kemampuan teknisnya termasuk di dalamnya adalah memberikan pelayanan yang efektif kepada masyarakat. Karena pelayanan yang efektif akan memperlancar jalannya proses pembangunan. Dengan alasan itulah penulis mengambil efektivitas pelayanan sebagai variabel yang diteliti. Sejak masa orde baru sampai saat ini, kondisi birokrasi di Indonesia terkenal sangat buruk seperti inefisiensi, penyalahgunaan wewenang, kolusi, korupsi dan nepotisme. Hal ini dibuktikan dengan adanya tuntutan dan keluhan masyarakat terhadap pelayanan jasa yang dinilai kurang memuaskan (Deddy Mulyadi, Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004). Masyarakat semakin jauh dari harapan memperoleh pelayanan sesuai hak yang dimiliki sebagai warga negara. Birokrasi dalam hal ini pemerintah menjadi kurang mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat. Untuk mewujudkan birokrasi pemerintahan yang netral kenyataannya masih menghadapi banyak rintangan, sementara masyarakat selalu menuntut efektivitas pelayanan dari pemerintah. Seperti disebutkan dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Deddy Mulyadi bahwa :

Kebijakan untuk mewujudkan birokrasi yang netral dalam penyelenggaraan administrasi dan pemerintahan negara, ternyata dalam praktiknya memang banyak menghadapi rintangan. Padahal di tengah rintangan itu, masyarakat sangat merindukan pelayanan publik yang baik, dalam arti proporsional dengan kepentingan, yaitu birokrasi yang berorientasi kepada penciptaan keseimbangan antara kekuasaan (power) yang dimiliki dengan tanggung jawab (accountability) yang mesti diberikan kepada masyarakat yang dilayani (Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004).

Aparat kelurahan sebagai birokrat di tingkat kelurahan dituntut untuk mampu menangani kendala-kendala yang dihadapi dalam usaha-usaha pembangunan yang digalakkan pemerintah. Aparat kelurahan harus mampu melaksanakan fungsi utamanya yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, cekatan, efektif dan efisien. Dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pasal 127 ayat 1 bahwa kelurahan dibentuk dalam wilayah kecamatan dengan Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kemudian, dalam ayat 2 dijelaskan bahwa kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipimpin oleh lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota. Penjelasan tersebut di atas memberikan pengertian bahwa pemerintah kelurahan adalah organisasi pemerintahan yang berada di wilayah kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang dalam pelaksanaan tugas pokoknya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan disebutkan bahwa Susunan Organisasi Pemerintahan Kelurahan terdiri dari :

a. b. c.

Lurah Sekretaris Kelurahan Kepala Seksi Membawahi : - seksi pemerintahan - seksi pembangunan - seksi sosial ekonomi - seksi ketentraman ketertiban

d.

Kepala Lingkungan

Sekretaris kelurahan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah, sekretaris kelurahan dibantu oleh beberapa orang staf. Kepala Lingkungan merupakan jabatan non struktural yang mempunyai tugas pokok membantu pelaksanaan tugas-tugas operasional Lurah dalam wilayah kerjanya. Lurah dan aparat-aparat di pemerintah kelurahan memiliki tugas pokok dan fungsi yang berat dan kompleks. Oleh karena itu birokrat di tingkat kelurahan ini dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang maksimal. Akan tetapi perbandingan jumlah aparat yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani akan menimbulkan persoalan apabila kerja aparat lamban dan tidak efisien dalam pelayanannya. Demikian juga yang terjadi di wilayah Kecamatan Cilacap Utara, jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah aparat kelurahan sangat tidak seimbang. Aparat

kelurahan yang jumlahnya terbatas harus melayani penduduk yang jumlahnya ribuan. Jumlah aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Jumlah Aparat Pemerintah Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan Keadaan Data Bulan Januari Juni 2004

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Nama Kelurahan Gumilir Karang Talun Kebonmanis Mertasinga Tritih Kulon Jumlah

Aparat 13 13 17 14 25 82

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Bulan Januari Juni 2004 Tabel 1 memperlihatkan jumlah aparat pemerintah kelurahan dalam wilayah Kecamatan Cilacap Utara secara keseluruhan adalah berjumlah 82 orang. Jumlah ini tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani. Oleh karena itulah perlu adanya efisiensi dalam pelayanannya. Jumlah penduduk di Kecamatan Cilacap Utara yang tersebar di lima kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan Keadaan Data Bulan Desember 2004 No. 1. 2. 3. 4. 5. Nama Kelurahan Gumilir Karang Talun Kebonmanis Mertasinga Tritih Kulon Jumlah Jumlah Penduduk 13.570 10.083 9.917 14.241 15.747 63.558

Sumber : Laporan Kependudukan di Kecamatan Cilacap Utara Bulan Desember 2004

Efisiensi dalam memberikan pelayanan selain disebabkan oleh jumlah aparat yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani, juga disebabkan oleh banyaknya jenis pelayanan yang diberikan kelurahan kepada masyarakat. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan aparat kelurahan kepada masyarakat antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Jenis-Jenis Pelayanan yang Diberikan Kelurahan Kepada Masyarakat

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Pelayanan Pengantar pembuatan KTP Pengantar pembuatan akte kelahiran Pengantar pembuatan SKKB Kependudukan (nikah, cerai, lahir, mati) Pelayanan pembayaran PBB Pelayanan pembayaran listrik

Sumber : Kantor Kecamatan Cilacap Utara

Jenis-jenis pelayanan tersebut hanya sebagian dari banyaknya pelayanan yang diberikan kelurahan kepada masyarakat, karena sering ada program-program pemerintah yang biasanya diberikan kewenangan kepada kelurahan untuk menanganinya, seperti misalnya program bantuan untuk masyarakat miskin. Kelurahan bertugas

mendistribusikan beras kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Selain itu, kelurahan juga sering menangani surat-surat perijinan pendirian bangunan, surat-surat keterangan tidak mampu masyarakat yang membutuhkan untuk keringanan pengobatan, keringanan biaya pendidikan, yang semuanya itu menuntut pelayanan yang efektif agar masyarakat yang dilayani merasa puas. Bapak Sungkowo (nama samaran) salah seorang warga di salah satu kelurahan ada di Kecamatan Cilacap Utara, mengatakan bahwa pada saat beliau datang ke kantor

kelurahan untuk meminta surat keterangan kelakuan baik, aparat yang melayaninya sangat lamban dan berbelit-belit. Beliau mengatakan : Pada saat saya minta surat pengantar, saya memang dilayani, tapi wajah mereka sangat tidak menyenangkan dan sangat lambat dalam mengerjakannya. Selain itu, mereka sambil ngobrol sendiri dengan petugas yang lain, pada waktu saya tegur supaya cepat-cepat karena saya sedang tergesa-gesa, malah saya dimarahi suruh bersabar. Saya jadi malas untuk pergi ke kantor itu lagi.

Penulis juga memperoleh keluhan dari bapak Kisnaji (nama samaran) salah seorang warga yang tidak puas atas pelayanan yang diberikan aparat kelurahan pada saat beliau datang ke kantor untuk meminta surat pengantar pembuatan KTP, beliau mengatakan : Saya kan mau buat KTP untuk anak saya yang baru datang dari luar kota, pada waktu saya datang ke kantor untuk minta surat pengantar, ternyata disuruh datang lagi esok hari, sebab pak lurah lagi tidak ada di tempat. Saya maklum mungkin beliau lagi ada rapat di kecamatan, tapi kenapa tidak ada orang yang diberi wewenang untuk mengurus surat pengantar tersebut, ini jadi membuat tidak efektif pelayanannya, mana perilaku petugasnya tidak menyenangkan.

Aparat juga sering datang terlambat, tidak sesuai dengan jam kerja. Ada salah seorang penjaga di salah satu kantor kelurahan tempat penulis melakukan observasi, mengatakan : Dulu jam kerja itu jam 07.00 mereka berangkatnya sekitar setengah delapan sampai jam delapan, sekarang jam kerjanya jadi jam 07.30 mereka tetap sama berangkatnya sampai jam delapanan. Padahal sering jam tujuh itu sudah ada warga yang membutuhkan pelayanan dari aparat, tapi mereka belum pada datang, saya jadi yang tidak enak sendiri sama warga, saya tidak punya hak apaapa untuk melayani mereka, tugas saya kan hanya bersih-bersih disini.

Dari hasil wawancara terhadap beberapa warga yang membutuhkan pelayanan dari aparat kelurahan ternyata masih banyak keluhan yang muncul dari masyarakat seperti adanya

pegawai yang sering datang terlambat dan pelayanan yang kurang adil yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan, dalam hal ini adalah melayani keperluan yang dibutuhkan oleh warga masyarakat. Merujuk pada kenyataan tersebut, dapat dirumuskan masalah bahwa pelayanan yang diberikan oleh aparat kelurahan belum efektif. Pelayanan kelurahan tergolong dalam jenis pelayanan publik karena adanya kepentingan umum dalam masyarakat yang dilayani kelurahan. Kepentingan umum yang ada di masyarakat merupakan sasaran utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan publik bukanlah suatu sasaran, melainkan suatu proses atau kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu yang telah ditetapkan. Sasaran yang dimaksudkan dalam lingkup pemerintahan adalah sasaran pembangunan. Sebagai suatu proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan dalam masyarakat. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pelayanan publik akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan, seperti yang dikemukakan oleh Weber dan Moenir bahwa efektivitas pelayanan dari birokrasi pemerintah dapat dipengaruhi oleh kepuasan masyarakat yang dilayani dan juga tingkat kedisiplinan pegawai dengan mentaati peraturan dan prosedur yang ada sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Selain itu, Steers juga mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan yaitu optimasi tujuan, perspektif sistematika dan tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi. Lain halnya dengan Sondang P. Siagian yang menerangkan bahwa efektivitas dapat diukur dari tingkat disiplin pegawai, apakah pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu atau tidak. Kemudian, Manullang menambahi bahwa efektivitas dapat juga diukur melalui koordinasi yang baik dan tingkat prestasi pegawainya, bagaimana cara pegawai mengintepretasikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Hasibuan mengatakan bahwa efektivitas juga dapat diukur dari motivasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaanya. Lain halnya dengan Thoha yang menjelaskan

bahwa efektivitas suatu organisasi juga dipengaruhi oleh perilaku-perilaku pegawai yang ada dalam organisasi tersebut. Sedangkan Kotler berpendapat bahwa efektivitas suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh iklim kerja, manajemen, pemasaran, lingkungan dan kinerja organisasi tersebut. Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa tercapainya efektivitas pelayanan yang diberikan kelurahan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perbedaan dalam mengintepretasikan tugastugas yang harus dilaksanakan, disiplin, motivasi, kinerja, manajemen dan perilaku aparat dalam bekerja serta iklim kerja yang ada dalam organisasi tempat aparat bekerja. Dalam penelitian ini, penulis membatasi faktor yang mempengaruhi efektivitas pelayanan pada disiplin kerja pegawai kelurahan pada saat melayani masyarakat dan iklim kerja yang ada di kelurahan yang bersangkutan. Bagaimana kedisiplinan mereka terhadap pekerjaan yang mereka kerjakan sehingga dapat memuaskan masyarakat yang dilayani. Bagaimana suasana iklim organisasi yang dapat menunjang efektivitas pelayanan terhadap masyarakat.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap ?

2.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap ?

3.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dan iklim kerja terhadap efektifitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap ?

C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi faktor yang mempengaruhi efektivitas pelayanan pada disiplin kerja pegawai kelurahan pada saat melayani masyarakat dan iklim kerja yang ada di kelurahan yang bersangkutan.

D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. 2. Untuk mengetahui pengaruh antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. 3. Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dan iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh cakrawala dan wawasan pengetahuan yang lebih mendalam tentang efektifitas pelayanan publik sehingga dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori ilmu-ilmu sosial khususnya Ilmu Administrasi Negara. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah setempat, khususnya bagi pemerintah kelurahan yang bersangkutan dalam meningkatkan efektivitas pelayanan publik.

=============================================================== ======

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritik 1. Konsep Teori Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa dalam penelitian ini menyajikan dua variabel bebas yaitu variabel disiplin dan iklim kerja serta variabel efektivitas pelayanan sebagai variabel terikat. Namun sebelum membahas variabel-variabel tersebut terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian landasan teori dan teori itu sendiri. Dalam melakukan penelitian diperlukan landasan teori yang digunakan sebagai kerangka berfikir untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang akan diteliti. Sugiyono mengungkapkan bahwa : Landasan Teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis) (Sugiyono, 2002:200).

Menurut Kerlinger, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Menurut definisi ini, teori mengandung tiga hal : 1. 2. 3. Teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan; Teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep; Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya (Kerlinger, dalam Singarimbun, 1989:37).

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keberadaan sebuah teori dalam penelitian sangat penting, karena teori dapat memandu peneliti untuk mencoba menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya dalam penelitian tersebut, sekaligus dapat memperoleh pengetahuan tentang hubungan antar variabel yang mengandung fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, penulis ingin mencoba membahas mengenai perilaku aparat pemerintah kelurahan dalam pelayanan publik, meninjau efektivitas pelayanan yang dilakukan aparat pemerintah kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara dari segi disiplin kerja pegawai dalam melayani masyarakat dan iklim kerja dalam organisasi tempat pegawai bekerja.

2. Pelayanan Publik Pelayanan yang diberikan kelurahan tergolong dalam jenis pelayanan publik. Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : 1. 2. 3. perihal atau cara melayani servis, jasa kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa

Moenir (2000:26-27) berpendapat bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Pendapat lain menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu perbuatan (deed), suatu kinerja (performance) atau suatu usaha (effort), jadi menunjukkan

secara inheren pentingnya penerima jasa pelayanan terlibat secara aktif di dalam produksi atau penyampaian proses pelayanan itu sendiri (Warella, 1997:18). Kata pelayanan itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah asing, yaitu service. Menurut Reading (1986:380), pengertian service adalah pekerjaan yang harus dilakukan seorang pelayan pada tuannya. Thoha (1989:78) menyatakan bahwa pelayanan masyarakat merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang maupun suatu instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian di atas terlihat bahwa service atau pelayanan merupakan jasa yang diberikan oleh orang perorangan organisasi swasta maupun instansi pemerintah. Kotler (dalam Nasution, 2001:61) menjelaskan bahwa jasa (service) adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Menurut Parasuraman et. al. dan Haywood Farmer (dalam Warella, 1997:17-18), ada tiga karakteristik utama pelayanan jasa yaitu : 1. Intangibility, berarti bahwa pelayanan pada dasarnya bersifat performance dan hasil pengalaman dan bukannya suatu obyek. Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung, diukur, diraba atau ditest sebelum disampaikan untuk menjamin kualitas. Jadi berbeda dengan barang yang dihasilkan oleh suatu pabrik yang dapat ditest kualitasnya sebelum disampaikan kepada pelanggan. Heterogenity, berarti pemakai jasa atau klien atau pelanggan memiliki kebutuhan yang sangat heterogen. Pelanggan dengan pelayanan yang sama mungkin memiliki prioritas yang berbeda. Demikian pula performance sering bervariasi dari satu produser ke produser lainnya bahkan dari waktu ke waktu. Inseparability, berarti produksi dan konsumsi suatu pelayanan tidak terpisahkan. Konsekuensinya di dalam industri pelayanan kualitas tidak direkayasa ke dalam produksi di sektor pabrik dan kemudian disampaikan kepada pelanggan; tetapi kualitas terjadi selama penyampaian pelayanan, biasanya selama interaksi antara klien dan penyedia jasa.

2.

3.

Suatu pelayanan akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor : 1. 2. 3. kesadaran para pejabat pimpinan dan pelaksana adanya aturan yang memadai organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis

4. 5. 6.

pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugas/pekerjaan yang dipertanggungjawabkan tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas/pekerjaan pelayanan (Moenir, 2000:123-124).

Dari pengertian di atas tersirat bahwa suatu pelayanan pada dasarnya melibatkan dua pihak yang saling berhubungan yaitu organisasi pemberi pelayanan di satu pihak dan masyarakat sebagai penerima pelayanan di pihak lainnya. Jika organisasi mampu memberikan pelayanan yang optimal dan memenuhi tuntutan dari masyarakat, maka dapat dikatakan organisasi tersebut telah mampu memberikan pelayanan yang memuaskan pada masyarakat. Publik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang banyak (umum). Sedangkan menurut Ensiklopedi Administrasi adalah sejumlah orang (yang tidak mesti berada dalam satu tempat) yang dipersatukan oleh faktor kepentingan yang sama, yang berbeda dengan kelompok orang lain. Penggolongan publik dapat dilakukan dalam : 1. Publik intern, yakni publik di dalam lingkungan suatu instansi atau perusahaan, misal dalam suatu perusahaan mulai dari penjaga malam sampai dengan presiden direkturnya, adalah merupakan publik intern dari perusahaan tersebut. Publik ekstern, yakni publik di luar organisasi, instansi atau perusahaan yang mempunyai kepentingan dengan instansi atau perusahaan tadi (Westra dalam Ensiklopedi Administrasi, 1989:359).

2.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk

memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok yang dilayani dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pelayanan ini diberikan kepada seluruh masyarakat atau yang berhak mendapatkan pelayanan tanpa terkecuali dengan tidak membedakan satu dengan yang lainnya.

3. Efektivitas Pelayanan Aparat Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam sesuatu perbuatan (Ensiklopedi Administrasi, 1989:149). Efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut Handoko (1993:7) efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya sesuatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendakinya (Ensiklopedi Administrasi, 1989:147). Dalam kenyataannya, sulit sekali memperinci apa yang dimaksud dengan konsep efektivitas dalam suatu organisasi. Pengertian efektivitas dalam suatu organisasi mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, begantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi sejumlah sarjana ilmu sosial, efektivitas seringkali ditinjau dari sudut kualitas kehidupan pekerja (Steers, 1985:1). Richard M. Steers mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan yaitu : 1. Paham mengenai optimasi tujuan : efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai;

2. 3.

Perspektif sistematika : tujuan mengikuti suatu daur dalam organisasi; Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi : bagaimana tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi (Steers, 1985:4-7)

Orientasi dalam penelitian tentang efektivitas sebagian besar dan sedikit banyak pada akhirnya bertumpu pada pencapaian tujuan. Georgepoulus dan Tenenbaum (Richard M. Steers, 1985:20) berpendapat bahwa konsep efektivitas kadang-kadang disebut sebagai keberhasilan yang biasanya digunakan untuk menunjukkan pencapaian tujuan. Chester I. Barnard (dalam Gibson, 1994:27), mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas. Definisi lain yang dapat dijadikan acuan ialah menurut Emerson (dalam Handayaningrat, 1985:16) : Efektivitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, hal ini dikatakan efektif. Jadi apabila tujuan atau sasaran tidak sesuai dengan yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu dikatakan tidak efektif.

Katz dan Kahn (Richard M. Steers, 1985:48) berpendapat bahwa efektivitas sebagai usaha untuk mencapai suatu keuntungan bahwa efektivitas sebagai usaha untuk mencapai suatu keuntungan maksimal bagi organisasi dengan segala cara. Berkaitan dengan konsep efektivitas, The Liang Gie (1988:34) berpendapat : Efektivitas merupakan keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang dikehendaki, maka perbuatan itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau mencapai maksud sebagaimana yang dikehendaki.

Sondang P. Siagian (1981:151) berpendapat bahwa efektivitas terkait penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya atau dapat dikatakan apakah pelaksanaan sesuatu tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. M. Manullang (1986:214) berpendapat : Prestasi atau efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara terkoordinasi

melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing dengan baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul.

Dari bermacam-macam pendapat di atas terlihat bahwa efektivitas lebih menekankan pada aspek tujuan dari suatu organisasi, jadi jika suatu organisasi telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka dapat dikatakan telah mencapai efektivitas. Dengan demikian efektivitas pada hakekatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Moenir (2000:vii) mengatakan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Jadi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus seefektif mungkin. Secara umum pelayanan yang efektif dapat berarti tercapainya tujuan pelayanan yang telah ditetapkan organisasi dan masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang didapatnya. Weber (dalam Azhar Kasim, 1993:9) mengatakan : Bahwa konsep birokrasi yang rasional sangat mengandalkan pada peraturanperaturan dan prosedur yang kesemuanya dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan dan terlaksananya nilai-nilai dan norma-norma yang diinginkan.

Dengan melihat konsep tentang pelayanan publik yang telah diuraikan di atas, bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok yang dilayani dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Maka, dapat dikatakan bahwa efektivitas pelayanan aparat adalah tercapainya suatu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Efektivitas lebih menekankan pada aspek tujuan dari suatu organisasi. Untuk mengukur efektivitas pelayanan maka kita dapat melihatnya dari optimasi tujuan, perspektif sistematika dan perilaku pegawai dalam organisasi. Dari konsep tersebut, indikator-indikator efektivitas pelayanan aparat adalah sebagai berikut : a. Optimasi tujuan, Efektivitas pelayanan dapat diukur dengan indikator optimasi tujuan yaitu bagaimana kita melihat pada pencapaian target kerja, apakah sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak. Kita juga melihat apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat tentang pelayanan yang sudah diberikan pegawai atau tidak, sebab adanya keluhan berarti menunjukkan tujuan organisasi belum tercapai sepenuhnya.

b.

Perspektif sistematika, Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah perspektif sistematika yaitu melihat pada kemampuan masing-masing pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kedudukannya dalam organisasi tersebut, apakah pegawai mampu mengerjakan tugasnya dengan kemampuan sendiri, apakah pegawai memiliki keterampilan atau keahlian khusus.

c.

Perilaku pegawai dalam organisasi. Indikator ketiga yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah perilaku pegawai dalam organisasi, yaitu bagaimana tingkat ketelitian pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, baik ketelitian dalam hal kebersihan maupun tingkat kesalahan yang mungkin terjadi pada saat bekerja. Bagaimana kita melihat pada kecepatan dan ketepatan waktu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya, bagaimana konsentrasi pegawai dalam bekerja.

4. Disiplin Kerja Aparat Peraturan sebagai salah satu sarana dalam mencapai tujuan bukan hanya satu kata yang tidak bermakna dan diabaikan tanpa ditaati. Dalam rangka mencapai tujuan, peraturan harus benar-benar ditaati oleh setiap individu yang menjadi obyek dari peraturan tersebut. Ketaatan terhadap peraturan yang ada lazim disebut dengan disiplin. Dalam organisasi disiplin diperlukan agar jangan sampai terjadi keteledoran atau kelalaian serta pemborosan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan sebagai ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdasarkan asal katanya, disiplin berasal dari kata disiplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.

Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi, tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati (Kerlinger dan Pedhazur, 1987:160). Gordon S. Watkins mengartikan disiplin sebagai suatu kondisi atau sikap yang ada pada semua anggota organisasi yang tunduk dan taat pada aturan organisasi (dalam Moenir, 2000:94). Disiplin menurut Moenir adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang telah ditetapkan (Moenir, 2000:94). Moenir berpendapat bahwa : Dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan disiplin terdiri atas dua jenis disiplin, yaitu disiplin waktu dan disiplin perbuatan. Kedua jenis disiplin tersebut merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan serta saling mempengaruhi. Disiplin waktu tanpa disertai disiplin kerja tidak ada artinya, dengan kata lain tidak ada hasil sesuai dengan ketentuan organisasi. Sebaliknya disiplin kerja tanpa didasari dengan disiplin waktu tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu usaha pendisiplinan tidak dapat dilakukan separuh-separuh melainkan harus serentak kedua-duanya (Moenir, 2000:95-96).

Kemudian Tjing Bing Tie (dalam Kerlinger dan Pedhazur, 1987:160) menyatakan bahwa : Pada umumnya disiplin yang baik terdapat apabila pegawai datang ke kantor atau perusahaan dengan teratur dan tepat pada waktunya, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempat pekerjaannya, apabila menggunakan bahanbahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitet pekerjaan yang memuaskan, dan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan dan apabila menyelesaikan dengan semangat yang baik.

Disiplin menurut Atmosudirjo adalah :

1.

Suatu sikap mental (state of mind, mental attitude) tertentu yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil daripada latihan dan pengendalian pikiran dan watak oleh pribadi secara teratur; Suatu pengetahuan tingkat tinggi tentang sistem aturan-aturan perilaku, sistem atau norma-norma kriteria dan standar sekaligus keseluruhan dan kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, kriteria standar struktur dan sistem organisasi tersebut itu adalah syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan; Sikap kelakuan (behavior) yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, pengertian kesadaran untuk mentaati segala apa yang diketahui itu secara cermat dan tertib. (Atmosudirjo, 1987)

2.

3.

Bedasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap taat pada peraturan dan tata tertib serta tanggung jawab dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan. Dari konsep ini indikator-indikator dari disiplin kerja dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Ketaatan aparat terhadap peraturan, Indikator disiplin kerja yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan salah satunya adalah tingkat ketaatan pegawai pada peraturan dan tata tertib. Taat berarti mematuhi semua petunjuk-petunjuk atau aturan yang ada. Ketepatan aparat pada jamjam kerja, pada saat datang dan pulang apakah selalu tepat waktu, faktor keterlambatan pegawai saat masuk kantor. Kemudian kepatuhan pegawai pada perintah atau instruksi dari atasan. Apakah pegawai selalu melaksanakan instruksi dari atasan atau tidak. Apakah pegawai selalu mengikuti prosedur dalam melaksanakan tugasnya, apakah pegawai pernah melanggar aturan tata tertib yang ada di kantor, bagaimana cara berpakaian pegawai, apakah selalu memakai seragam atau tidak dan bagaimana tingkat kehadiran pegawai pada jam kerja.

b. Tanggung jawab. Indikator lain dari disiplin kerja yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan dalam penelitian ini adalah rasa tanggungjawab dari para pegawainya. Tanggungjawab dalam hal ini berarti melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan mau menanggung akibat dari semua resiko hasil kerjanya. Bagaimana para aparat menggunakan dan memelihara alat-alat perlengkapan kantor yang ada. Apakah mereka menggunakannya hanya untuk keperluan pekerjaan atau malah mereka menggunakannya untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Kemudian bagaimana tanggungjawab mereka dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan dengan jumlah dan kualitas yang memuaskan serta bagaimana kesanggupan mereka untuk menanggung resiko terhadap tindakan yang sudah dilakukan.

5. Iklim Kerja Organisasi Menurut Steers, bila kita membahas konsep iklim kerja dalam suatu organisasi, itu berarti kita sedang membicarakan mengenai sifat-sifat atau ciri yang dirasa terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul terutama karena kegiatan organisasi, yang dilakukan secara sadar atau tidak dan yang dianggap mempengaruhi perilaku kemudian (Steers, 1985:120). Menurut Steers ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan definisi iklim kerja organisasi, yaitu :

Pertama, iklim organisasi tertentu adalah iklim yang dilihat oleh para pekerjanya, jadi tidak selalu iklim yang sebenarnya. Kedua, iklim organisasi adalah anggapan adanya hubungan antara ciri dan kegiatan lainnya dari organisasi dan iklim.

Davis dan Newstrom (1990:20), iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Sedangkan pendapat yang senada juga diungkapkan oleh Kuncorohadi (1983:99), iklim organisasi adalah suasana dalam suatu organisasi yang diciptakan oleh para hubungan antar pribadi yang berlaku dalam organisasi tersebut. Iklim kerja dalam suatu organisasi menurut Widyarto pada dasarnya terbentuk karena proses menyatunya tiga unsur, yaitu karyawan, manajemen dan penjabaran kegiatan organisasi. Hal tersebut akan berjalan baik jika semua berjalan sesuai secara fungsional yaitu : Pertama, karyawan dapat memahami hal-hal teknis pekerjaannya, sehingga tidak diperlukan supervisi yang ketat dari atasannya. Kedua, atasan sebagai bagian dari manajemen, selain memahami hal-hal teknis dari pekerjaan dan unit kerjanya, juga harus menguasai kemampuan manajerial, perencanaan, membagi pekerjaan memimpin dan mengarahkan serta memotivasi. Ketiga, kebijaksanaan organisasi berupa peraturan organisasi dan kesepakatan kerja yang dijalankan dengan baik, sistem penggajian dan pemberian tunjangan yang memadai dan adanya perhatian terhadap karyawan (dalam Handoko, 1993:34). Faktor-faktor yang membentuk iklim organisasi menurut Steers (1985:125) yaitu struktur organisasi, teknologi organisasi, lingkungan tugas luar atau dari kebijakan dan praktek yang ditetapkan oleh manajemen puncak. Selanjutnya untuk memperjelas

dimensi-dimensi iklim organisasi bisa dilihat dalam pendapat Campbell dan Beaty (dalam Steers, 1985:122) yang mengemukakan 10 dimensi iklim organisasi, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. struktur tugas hubungan imbalan hukum sentralisasi keputusan tekanan pada prestasi tekanan pada latihan dan pengembangan keamanan versus risiko keterbukaan versus ketertutupan status dan semangat pengakuan dan umpan-balik

10. kompetensi dan keluwesan organisasi secara umum

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa iklim kerja dalam organisasi merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi. Apabila iklim yang ada bermanfaat bagi para pegawai maka dapat diharapkan tingkat perilaku ke arah tujuan semakin tinggi dan itu berarti efektivitas organisasi dapat tercapai. Sebaliknya bila iklim yang ada bertentangan dengan tujuan, kebutuhan dan motivasi karyawan maka dapat mengganggu kinerja dan prestasi serta kepuasan karyawan sehingga dapat mengurangi optimalisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Demikian juga kelurahan-kelurahan dalam upaya meningkatkan efektivitas pelayanannya dituntut terlebih dahulu untuk melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung ke arah iklim kerja yang lebih kondusif. Dari konsep ini, kita dapat mengambil indikator-indikator iklim kerja sebagai berikut :

a.

Struktur tugas, Salah satu indikator yang diambil dari variabel iklim kerja yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah indikator Struktur tugas. Disini kita melihat adanya struktur organisasi yang tegas dan tergambar dalam bagan organisasi yang ada di kantor tersebut. Karena dengan adanya gambar struktur organisasi yang jelas, maka masing-masing pegawai akan lebih memahami bagaimana kedudukan dan tugasnya dalam bekerja. Selain itu juga harus ada pembagian tugas / pekerjaan yang jelas dalam organisasi tersebut, hal ini untuk menjaga terjadi over lapping. Selain itu kita juga melihat dari terjalinnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan maupun sesama rekan kerja.

b.

Hubungan imbalan - hukum, Yang dimaksud hubungan imbalan hukum disini adalah tingkat batas pemberian imbalan tambahan seperti promosi dan kenaikan gaji didasarkan pada prestasi dan jasa dan bukan pada pertimbangan-pertimbangan lain seperti senioritas, favoritisme, dan seterusnya. Dari indikator ini, kita dapat mengukur iklim kerja dengan melihat ada tidaknya pemberian imbalan tambahan bagi pegawai yang berprestasi, bagaimana tingkat penghargaan bagi pegawai yang berprestasi serta adakah pemberian hukuman bagi pegawai yang melanggar peraturan.

c.

Pengambilan keputusan, Dari indikator pengambilan keputusan, apabila kita ingin mengukur efektivitas pelayanan dari variabel iklim kerja maka yang dapat kita perhatikan adalah

bagaimana peran atau partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi tersebut, serta adakah kebebasan pegawai biasa untuk mengambil tindakan dalam situasi darurat. d. Tekanan pada prestasi dan semangat kerja, Dari indikator ini, kita melihat bagaimana organisasi berusaha menekan prestasi dan semangat kerja para pegawainya dengan berbagai cara termasuk juga latihan dan pengembangan bagi pegawai yang sangat berguna untuk menaikkan prestasi pegawainya dalam bekerja. Disini kita mengukur sejauh mana peraturan organisasi dijalankan oleh pegawai, melihat bagaimana semangat pegawai dalam bekerja. Selain itu kita juga ingin mengetahui tentang ada tidaknya sistem penilaian kerja dalam organisasi tersebut. Adakah aktivitas organisasi yang mempunyai orientasi pengembangan bagi pegawainya, seberapa besar frekuensi pengadaan pendidikan dan latihan bagi pegawainya sebab hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kenaikan prestasi kerja pegawai. Apakah ada bimbingan dan pengawasan dari supervisor / atasan supaya hasil kerja mereka sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu kita juga akan melihat bagaimana tingkat kedisiplinan pelaksanaan evaluasi kerja pegawai dalam organisasi tersebut. Melihat ketersediaan fasilitas dan sarana bagi kelancaran pekerjaan juga sangat penting supaya iklim kerja di kantor akan menjadi baik sehingga efektivitas pelayanan akan meningkat. e. Keamanan versus resiko.

Yang dimaksud dengan keamanan versus resiko disini adalah tingkat batas tekanan dalam organisasi yang menimbulkan perasaan kurang aman dan kecemasan pada para anggota. Dari indikator ini kita melihat dari segi rasa aman dan nyaman pegawai pada saat bekerja, besarnya insentif, munculnya resiko pekerjaan yang berat dan bagaimana sikap pegawai dalam menghadapi resiko pekerjaan yang ada.

6. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Kelurahan Suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya akan berhasil melalui usaha yang sungguhsungguh. Oleh karena itu efektivitas yang tinggi dicapai organisasi tidak diperoleh secara kebetulan. Dari sikap disiplin inilah, aparat akan taat serta patuh terhadap aturan yang ada sehingga pencapaian sasaran organisasi dapat diperoleh secara optimal. Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dari perilaku pribadi atau kelompok berupa kepatuhan, ketaatan terhadap hukum dan norma yang berlaku dan dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin. Birokrat di tingkat kelurahan sebagai aparat teknis harus mempunyai disiplin tinggi, karena disiplin akan menentukan keberhasilan suatu kegiatan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Miftah Thoha bahwa birokrasi itu cirinya harus disiplin, harus menegakkan aturan yang sudah disepakati atau telah ditetapkan (Thoha, 1987:54). Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita amati bahwa mereka yang berdisiplin tinggi, umumnya berprestasi lebih tinggi pula (Widjaja, 1990:28). Disiplin itu mutlak diperlukan untuk membuat segala urusan dapat berjalan lancar. Aturan-aturan disiplin harus diketahui, dipahami, diingat dan ditaati oleh setiap anggota organisasi, untuk mensukseskan operasi-operasi yang harus dijalankan setiap organisasi. Tidak satupun organisasi atau badan usaha yang dapat berkembang jika tidak ada disiplin.

Pentingnya disiplin diungkapkan oleh Widjaja (1990:28) bahwa disiplin adalah termasuk dalam unsur-unsur penting yang mempengaruhi prestasi suatu organisasi. Dalam penelitian ini yang dimaksud organisasi adalah organisasi pemerintah yang melaksanakan tugas-tugas negara. Widjaja kembali mengungkapkan tentang pentingnya disiplin dalam organisasi pemerintah, yaitu : Pelaksanaan disiplin pegawai sangat penting peranannya dalam pengelolaan Departemen secara keseluruhan. Berhasil tidaknya pembangunan di bidang pendidikan sebagian besar ditentukan oleh tingkat disiplin pegawainya. Makin disiplin pegawai, makin berhasil pula dalam mengemban misinya. (Widjaja, 1990:156).

Dari uraian tersebut terlihat arti penting dari disiplin kerja bagi pencapaian efektivitas pelayanan. Oleh karena itu aparat pemerintah kelurahan dituntut harus punya disiplin kerja yang baik agar tugas-tugas pemerintah yang menjadi kewajibannya dapat terselesaikan dengan baik. Karena tugas yang diemban oleh kelurahan bersifat kompleks, maka lurah beserta perangkatnya harus punya disiplin tinggi sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif atau berdaya guna bagi masyarakat. Disiplin yang baik juga berarti terlaksananya tugas-tugas yang harus dilakukan oleh aparat kelurahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama.

7. Pengaruh Iklim Kerja Dalam Kelurahan Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Kelurahan Suasana iklim kerja tempat pegawai bekerja perlu diperhatikan. Iklim kerja dalam suatu organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi. Bagaimana cara pegawai berinteraksi dengan masyarakat pada saat melayani, bagaimana hubungan antar pegawai dalam organisasi tersebut, sehingga pelayanannya menjadi efektif. Dalam hal ini yang dimaksud adalah iklim organisasi dalam kantor kelurahan tempat aparat kelurahan melayani kepentingan masyarakat. Hal ini sangat penting guna mendukung tercapainya pelayanan yang efektif terhadap masyarakat.

Iklim kerja yang baik dalam suatu organisasi sangat penting artinya karena efektivitas setiap organisasi sangat ditentukan oleh iklim kerja yang ada dalam organisasi setiap pegawai bekerja, dalam hal ini adalah organisasi kelurahan. Seperti diungkapkan oleh Steers bahwa : iklim memang merupakan faktor pengaruh yang penting bagi prestasi dan kepuasan kerja. (Steers, 1985:130). Dari pendapat Steers tersebut kita dapat melihat

bahwasannya iklim kerja sangat berpengaruh pada prestasi dan kepuasan kerja pegawai yang dalam penelitian ini adalah tercapainya efektivitas pelayanan aparat kelurahan.

Dari indikator-indikator iklim kerja yang sudah diterangkan dalam konsep iklim kerja diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan pegawai, struktur tugas yang jelas, adanya pelatihan, kesejahteraan dan rasa aman yang semakin meningkat akan sangat mendukung kelancaran kerja dan secara otomatis meningkatkan efektivitas pelayanan pemerintah kelurahan. Selain itu juga sarana penunjang kerja yang semakin memadai akan memperlancar kerja dan tugas-tugas yang pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas pelayanan.

Aparat pemerintah kelurahan merupakan penanggung jawab atas tugas-tugas yang diemban oleh kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Masalahmasalah yang ditangani oleh kelurahan sangat kompleks sifatnya, maka dari itu diperlukan iklim kerja yang baik untuk menunjang hasil kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan maupun dalam melayani masyarakat agar semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna.

Dari uraian tersebut terlihat bahwa iklim kerja yang baik dalam organisasi sangat penting dalam rangka mewujudkan efektivitas pelayanan suatu organisasi, dalam hal ini pencapaian efektivitas pelayanan kelurahan. Apabila iklim yang ada bermanfaat bagi para pegawai maka dapat diharapkan tingkat perilaku ke arah tujuan semakin tinggi dan itu berarti efektivitas pelayanan kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara dapat tercapai.

8. Pengaruh Bersama Antara Disiplin Kerja Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Kelurahan Disiplin kerja yang baik dan iklim yang menunjang dalam pemerintah kelurahan akan menciptakan pelayanan yang efektif. Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat pada peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak serta sanggup menerima sanksi-sanksi apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Siswanto, 1987:278). Sedangkan iklim kerja dalam organisasi merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi (Steers, 1985:120).

M. Manullang (1986:214) mengatakan bahwa prestasi atau efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing dengan baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul. Yang dimaksud koordinasi disini adalah iklim kerja yang tercipta di lingkungan kerja. Terkoodinasi dengan baik berarti kedisiplinan tiap-tiap individu dalam organisasi tersebut baik. Dari situlah kita dapat mengetahui bahwa ada hubungan yang erat antara kedisiplinan dan iklim kerja terhadap efektivitas suatu organisasi.

Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa efektivitas pelayanan akan dipengaruhi oleh disiplin aparat dan iklim kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan dalam melayani kepentingan masyarakat. Adanya disiplin kerja dan iklim kerja yang baik akan menciptakan interaksi yang harmonis baik antara aparat dengan sesama aparat birokrasi maupun antara aparat dengan masyarakat. Sehingga apabila ada suatu prosedur pelayanan yang harus dipatuhi oleh masyarakat, masyarakat akan mematuhinya dengan senang hati. Hal itu disebabkan oleh karena interaksi yang baik tadi. Suasana ini juga akan menciptakan ketertiban dalam jalannya pelayanan di kelurahan sehingga efektivitas pelayanan bisa tercapai jika kedua hal tersebut maksimal.

B. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Hipotesis Model Verbal a. Semakin tinggi disiplin kerja aparat pemerintah kelurahan maka akan semakin meningkat efektivitas pelayanannya. b. Semakin baik iklim kerja yang ada dalam pemerintah kelurahan maka semakin meningkat pula efektivitas pelayanannya. c. Semakin tinggi disiplin dan iklim kerja pada pemerintah kelurahan maka semakin meningkat pula efektivitas pelayanannya.

2.

Hipotesis Model Geometrikal

Disiplin kerja aparat pemerintah kelurahan (X1) Iklim Kerja pemerintah kelurahan (X2) Efektivitas pelayanan aparat kelurahan (Y)

Gambar 1. Hipotesis Model Geometrikal

Keterangan : Efektivitas pelayanan aparat kelurahan sebagai variable terikat (Y) Disiplin kerja aparat kelurahan sebagai variable bebas pertama (X1) Iklim kerja pemerintah kelurahan sebagai variable bebas kedua (X2) --------> : menunjukkan adanya pengaruh

C. Definisi Konsep dan Definisi Operasional 1. Definisi Konsep a. Efektivitas Pelayanan Aparat Yaitu tercapainya suatu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. b. Disiplin Kerja Aparat Yaitu suatu sikap taat pada peraturan dan tata tertib serta tanggung jawab dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan. c. Iklim Kerja Dalam Organisasi

Yaitu sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi. 2. Definisi Operasional a. Efektivitas pelayanan aparat Indikator untuk mengukur efektivitas pelayanan aparat antara lain : 1). Optimasi tujuan, meliputi : tercapainya target kerja keluhan dari penerima hasil kerja prioritas pencapaian tujuan

2). Perspektif sistematika, meliputi : kesesuaian cara kerja pegawai dengan sistem kerja yang ada pencapaian tujuan dengan mengikuti prosedur yang ada memahami dan menguasai hal-hal teknis pekerjannya

3). Perilaku pegawai dalam organisasi, meliputi : partisipasi anggota dalam program-program yang dilaksanakan organisasi

-

tingkat kerjasama dalam organisasi tingkat pelanggaran terhadap peraturan organisasi

b. Disiplin kerja aparat Indikator-indikator disiplin kerja antara lain : 1). Ketaatan aparat terhadap peraturan, antara lain : ketepatan aparat pada jam-jam kerja kepatuhan aparat pada perintah/instruksi dari atasan taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku cara berpakaian absensi atau daftar hadir

2). Tanggung jawab, antara lain : penggunaan dan pemeliharaan alat-alat perlengkapan kantor penyelesaian pekerjaan sesuai dengan ketentuan (tepat waktu) kesanggupan menanggung resiko tindakan yang dilakukan

c. Iklim Kerja dalam Organisasi Indikator-indikator iklim kerja antara lain :

1). Struktur tugas, meliputi : adanya struktur organisasi yang tegas tergambar dalam bagan adanya pembagian tugas/pekerjaan yang jelas dalam organisasi terjalinnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan maupun sesama rekan kerja 2). Hubungan imbalan - hukum, meliputi : pemberian imbalan tambahan bagi pegawai yang berprestasi tingkat penghargaan bagi pegawai yang berprestasi pemberian hukuman bagi pegawai yang melanggar peraturan

3). Pengambilan keputusan, meliputi : partisipasi anggota dalam mengambil keputusan kebebasan pegawai mengambil tindakan dalam situasi darurat

4). Tekanan pada prestasi dan semangat kerja, meliputi : peraturan organisasi yang dijalankan dengan baik oleh pegawai semangat pegawai dalam bekerja kejelasan sistem penilaian kerja

-

aktivitas organisasi yang mempunyai orientasi pengembangan bagi pegawai

-

frekuensi pengadaan pendidikan dan latihan bagi pegawai adanya bimbingan dan pengawasan dari supervisor / atasan tingkat kedisiplinan pelaksanaan evaluasi kerja pegawai ketersediaan fasilitas dan sarana bagi kelancaran pekerjaan

5). Keamanan versus resiko, meliputi : rasa aman dan nyaman pada saat bekerja adanya insentif yang sesuai dengan pekerjaannya munculnya resiko pekerjaan yang berat sikap pegawai dalam menghadapi resiko pekerjaan yang ada

3. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian Matriks definisi operasional variabel penelitian akan diperlihatkan pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Matriks Definisi Operasional Variabel PenelitianNo. Variabel Dimensi 1. Optimasi tujuan

Indikatora. b. tercapainya target kerja keluhan dari penerima hasil kerja prioritas pencapaian tujuan kesesuaian cara kerja pegawai dengan sistem kerja yang ada pencapaian tujuan dengan mengikuti prosedur yang ada memahami dan menguasai hal-hal teknis pekerjaannya

Item1-2

A. Efektivitas Pelayanan

3-4

c.

5 6

2. Perspektif sistematika

a.

b.

7

c.

8-9

3. Perilaku a. pegawai dalam organisasi

partisipasi anggota dalam program-program yang dilaksanakan organisasi tingkat kerjasama dalam organisasi tingkat pelanggaran terhadap peraturan organisasi

10-11

b.

c.

12-13

14 B. Disiplin Kerja 1. Ketaatan aparat terhadap peraturan a. b. ketepatan aparat 15-16 pada jam-jam kerja kepatuhan aparat pada perintah atau instruksi atasan taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku 18-19 d. e. cara berpakaian absensi dan daftar hadir 20 21-22 17

c.

2. Tanggung jawab

a.

penggunaan dan pemeliharaan alatalat perlengkapan kantor penyelesaian pekerjaan sesuai dengan ketentuan

23-25

b.

26-27 c. kesanggupan menanggung resiko terhadap tindakan yang dilakukan 28 29

C. Iklim Kerja

1. Struktur tugas

a.

adanya struktur organisasi yang tegas dan tergambar dalam bagan adanya pembagian tugas/pekerjaan yang jelas dalam organisasi terjalinnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan maupun sesama rekan kerja

b.

30

c.

31

2. Hubungan a. pemberian imbalan hukum imbalan tambahan bagi pegawai yang berprestasi b. tingkat penghargaan bagi pegawai yang berprestasi pemberian hukuman bagi pegawai yang melanggar peraturan

32

33

c.

34

3. Pengambilan keputusan

a.

partisipasi anggota dalam mengambil keputusan kebebasan pegawai mengambil tindakan dalam situasi darurat

35

b.

36

4. Tekanan pada prestasi dan semangat kerja

a.

peraturan organisasi yang dijalankan dengan baik oleh pegawai semangat pegawai dalam bekerja

37

b.

38-39 c. d. kejelasan sistem penilaian kerja aktivitas organisasi yang mempunyai orientasi pengembangan bagi pegawai frekuensi pengadaan pendidikan dan latihan bagi pegawai adanya bimbingan dan pengawasan dari atasan tingkat kedisiplinan pelaksanaan evaluasi kerja pegawai ketersediaan fasilitas dan sarana bagi kelancaran pekerjaan 42 40

41

e.

f.

g.

43-44

h.

45

46

5. Keamanan versus a. rasa aman dan Resiko nyaman pada saat bekerja b. adanya insentif yang sesuai dengan pekerjaannya munculnya resiko pekerjaan yang berat sikap pegawai dalam menghadapi resiko pekerjaan yang ada

47-49

50

c.

d.

51

52

=============================================================== ======

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah seluruh aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Dan untuk melengkapi kevalidan data, penulis juga mengadakan wawancara dengan beberapa masyarakat yang dipilih secara acak.

2. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada banyaknya keluhan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara.

3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Masri Singarimbun Effendi, 1989:3).

4. Variabel - Variabel Yang Digunakan 1). Efektifitas pelayanan aparat sebagai variabel terikat (Y) 2). Disiplin kerja aparat sebagai variabel bebas pertama (X1)

3). Iklim kerja sebagai variabel bebas kedua (X2)

5. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling yaitu dengan mengambil seluruh populasi sebagai sampel selama jumlah populasi diketahui terbatas. Sampel yang jumlahnya sebesar populasi tersebut sering disebut sampel total (Surakhmad, 1989:100). Penentuan sampel total sebagai teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Arikunto yang menyatakan apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 1998:120). Penelitian ini menggunakan sampel total atau sampel yang sebesar populasinya dengan mempertimbangkan hal sebagai berikut : a. b. c. jumlah populasi terbatas dan masih dalam jangkauan dalam menggunakan total sampel maka sampel akan representatif responden adalah orang yang sudah jelas diketahui

Jadi dalam penelitian ini sampelnya adalah seluruh aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yang berjumlah 82 orang. Dan untuk melengkapi kevalidan data, penulis juga mengadakan wawancara dengan beberapa masyarakat yang dipilih secara acak.

6. Metode Pengumpulan Data 1. Kuesioner Suatu penelitian mengenai suatu masalah yang dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu pertanyaan berupa formulir, diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban tertulis. 2. Wawancara Suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Hal ini merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara ini akan dilakukan pada pegawai kelurahan yang lebih mengetahui tentang keadaan di kelurahan dan juga kepada masyarakat yang datang ke kelurahan untuk memperoleh pelayanan dari aparat. Hal ini dilakukan untuk mendukung data yang sudah ada dari menyebaran kuesioner. 3. Observasi Suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Metode ini digunakan untuk mengamati keadaan responden yang tidak secara mudah dapat ditangkap melalui metode wawancara dan kuesioner. Dari sini dapat diketahui keadaan sebenarnya dari kegiatan-kegiatan sehari-hari responden. 4. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang ada pada instansi atau lembaga yang relevan untuk menyusun deskriptif wilayah penelitian dan untuk melengkapi bahan analisa.

7. Sumber Data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan ada dua macam, yaitu : 1. Data Primer Data ini bersumber dari responden secara langsung. Dalam prakteknya diperoleh dari wawancara dan jawaban responden pada kuesioner yang telah diberikan. Selain itu dari pengamatan langsung terhadap situasi lokasi penelitian. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen data statistik, buku-buku, majalah, koran dan keterangan lainnya yang ada kaitannya dengan obyek penelitian yang penulis lakukan di kelurahan-kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

8. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 1999:97). 1. Validitas Instrumen Validitas instrumen menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur secara cermat dan tepat apa yang ingin diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998:160). Menurut Sugiyono, instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 1999:97). Adapun uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi (construct validity) yaitu yang membuat konstruk atau kerangka instrumen yang kemudian dikonsultasikan dengan para ahli. Instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruksi jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gelaja sesuai dengan yang didefinisikan. Untuk melahirkan definisi yang benar, maka didasarkan pada teori-teori atau pendapat para ahli. Sutrino Hadi (dalam Sugiyono, 1999:97) menyatakan bahwa bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid. 2. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Sugiyono berpendapat bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,

1999:97). Demikian pula yang dikatakan Arikunto bahwa instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama (Arikunto, 1998:170). Pengujian reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah internal consistency dengan Teknik Belah Dua (split half). Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1989:143) cara pengujian reliabilitas teknik belah dua adalah sebagai berikut: a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan jadi satu, sedangkan yang tidak valid dibuang. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan, untuk membelah alat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara: 1. Membagi item dengan cara acak (random), separuh masuk belahan pertama (X), separuh lagi masuk belahan kedua (Y). 2. Membagi item berdasarkan nomor genap ganjil, item bernomor ganjil dimasukkan kedalam belahan pertama (X) dan yang bernomor genap dikelompokkan dalam belahan kedua (Y). 3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni skor total untuk belahan pertama (X) dan skor total belahan kedua (Y). Mengkorelasikan skor total belahan pertama (X) dengan skor total belahan kedua (Y) dengan menggunakan tekhnik korelasi product moment (r x y). Mengkorelasikan r x y dengan formula Spearman-Brown, sehingga akan diperoleh angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah.

b.

4.

5.

Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya kedalam rumus Spearman-Brown, yaitu:

(Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1989: 144) Keterangan :

r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item. t.tt = angka korelasi belahan pertama dan kedua Apabila nilai r.tot lebih besar daripada nilai pada r tabel maka dapat dinyatakan bahwa item tersebut reliable (terandalkan).

B. Metode Analisis 1. Pengukuran Variabel Alat pengumpul data utama dalam penelitian ini adalah kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert (Sugiyono, 2002:74) dimana pemberian skor berkisar dari nilai tertinggi 3 sampai terendah 1, dengan scoring/pemberian skor terhadap jawaban yang diberikan responden sebagai berikut : - Apabila responden memilih alternatif jawaban A diberi skor 3 - Apabila responden memilih alternatif jawaban B diberi skor 2 - Apabila responden memilih alternatif jawaban C diberi skor 1

2. Metode Analisis Yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode survai, oleh karena itu untuk menganalisa hasil penelitian digunakan metode analisa kuantitatif. Metode analisis ini adalah dengan cara perhitungan statistik untuk menganalisis variabel-variabel

penelitian karena statistik bekerja dengan angka-angka, maka metode ini memungkinkan deskripsi tentang suatu kegiatan secara eksak dan obyektif. Sifatnya lebih efisien dibandingkan dengan bahan verbal sehingga rangkuman hasil penelitian lebih singkat dan menggambarkan kesatuan yang mudah dimengerti. Penelitian ini menggunakan teknik satistik non parametrik yaitu dengan menggunakan Analisa Tabulasi Silang, Kendall Tau, Korelasi Parsial dan Konkordansi Kendall. Apabila hasil korelasi valid maka akan dilanjutkan dengan model Regresi Ordinal. Kendall Tau digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara 2 variabel atau lebih bila datanya berbentuk ordinal atau rangking. Korelasi parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen dengan dependen setelah dikontrol. Sedangkan, Korelasi Konkordansi Kendall digunakan untuk mengetahui derajat asosiasi semua variabel bebas secara bersama-sama. Setelah dilakukan perhitungan data menggunakan rumus analisa yang telah disebutkan di atas, maka akan diperoleh koefisien korelasi. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut : Tabel 5. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien 0,00 0,19 0,20 0,39

Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah

0,40 0,59 0,60 0,79 0,80 1,00 Sumber : Sugiyono, 2004:216

Sedang Kuat Sangat Kuat

Rumus-rumus yang digunakan untuk menganalisa data meliputi : a. Kendall Tau c ( c)

Korelasi kendall tau - c ( c) digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara 2 variabel atau lebih bila datanya berbentuk ordinal atau rangking. Teknik ini digunakan karena dapat dikembangkan untuk mencari koefisien korelasi parsial. Rumus dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan: t = koefisien korelasi kendall tau yang besarnya (-10,220), maka kuesioner disiplin kerja se