SKRIPSI MALARIA ABANK.docx

88
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya global untuk memberantas malaria telah menyelamatkan 3,3 juta nyawa sejak tahun 2000, memangkas angka kematian global akibat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk malaria sebesar 45 persen dan separuh di antara anak-anak berusia di bawah lima tahun, demikian diumumkan oleh WHO ( World Health Organization ) . WHO ( World Health Organization ) menyatakan dalam laporan malaria dunia 2013 bahwa langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang di perluas membantu menurunkan kematian dan sakit akibat malaria. Dari 3,3 juta nyawa yang diselamatkan, sebagian besar berasal dari 10 negara dengan tingkat beban malaria tertinggi dan anak-anak berusia di bawah lima tahun, (Ray Chambers 2013). Menurut laporan WHO ( World Health Organization ) kematian anak turun di bawah angka 500.000 pada tahun 2012 s ecara keseluruhan diperkirakan ada 207 juta kasus malaria pada tahun 2012 yang menyebabkan 627.000 kematian dari 102 negara dengan penularan malaria. Angka tersebut untuk membandingkan 219 juta kasus dan 660.000 kematian pada tahun 2010. “Kemajuan luar biasa ini bukan alasan untuk 1

Transcript of SKRIPSI MALARIA ABANK.docx

57

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahUpaya global untuk memberantas malaria telah menyelamatkan 3,3 juta nyawa sejak tahun 2000, memangkas angka kematian global akibat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk malaria sebesar 45 persen dan separuh di antara anak-anak berusia di bawah lima tahun, demikian diumumkan oleh WHO (World Health Organization).WHO (World Health Organization) menyatakan dalamlaporan malaria dunia 2013 bahwa langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang di perluas membantu menurunkan kematian dan sakit akibat malaria. Dari 3,3 juta nyawa yang diselamatkan, sebagian besar berasal dari 10 negara dengan tingkat beban malaria tertinggi dan anak-anak berusia di bawah lima tahun, (Ray Chambers 2013).Menurut laporan WHO (World Health Organization) kematian anak turun di bawah angka 500.000 pada tahun 2012 secara keseluruhan diperkirakan ada 207 juta kasus malaria pada tahun 2012 yang menyebabkan 627.000 kematian dari 102 negara dengan penularan malaria. Angka tersebut untuk membandingkan 219 juta kasus dan 660.000 kematian pada tahun 2010.Kemajuan luar biasa ini bukan alasan untuk berpuas diri, jumlah mutlak kasus dan kematian akibat malaria tidak menurun secepat yang kita harapkan, Dirjen WHO (World Health Organization) Dr. Margaret Chan. Malaria adalah penyakit endemis di lebih dari 100 negara di seluruh dunia tapi bisa dicegah dengan menjaga lingkungan alam dan sekitar rumah, agar terhindar dari nyamuk pembawa penyakit malaria sebagaimana firman Allah agar manusia menjaga lingkungan dan tidak merusak lingkungan pada surah Al-Araf ayat 56.

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan di kabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Araf ayat 56 Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahnya)Penyakit malaria yang disebabkan oleh nyamuk anopheles membunuh ratusan ribu orang setiap tahunnya, terutama bayi di daerah termiskin di sub-Sahara Afrika. Diperkirakan sebanyak 3,4 juta orang terus beresiko terjangkit malaria, terutama di Asia Tenggara dan Afrika di mana ditemukan sekitar 80 persen kasus malaria. Chambers mengatakan kemajuan pemberantasan malaria terancam karena pemotongan dana pada tahun 2011-2012, dengan hasil kurva penurunan yang datar. Laporan WHO (World Health Organization) mencatat penurunan signifikan dalam pengiriman kelambu insektisida dalam laporan tahun 2013. Terdapat 15 juta kasus malaria di Indonesia dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria. Berdasarkan Profil Kesehatan kabupaten/kota tahun 2013 di Sulawesi Selatan jumlah penderita malaria sebesar 1.772 dan jumlah kasus malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah yaitu 288 kasus, dengan pemeriksaan sediaan darah yaitu 1.484 kasus. Kasus tertinggi di Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Toraja Utara 208 kasus, Makassar 190 kasus, Pangkep 145 kasus, Enrekang 121 kasus, Tana Toraja 108 kasus, dan Luwu Utara 99 kasus terendah di Kabupaten Bantaeng 9 kasus, Wajo, Sidrap 11 kasus, Selayar 5 kasus dan soppeng 29 kasus. Di Kabupaten Pangkep, angka penderita malaria tahun 2011 sebanyak 745 orang, 520 orang merupakan penderita tanpa pemeriksaan sediaan darah sedangkan 225 orang dengan pemeriksaan sediaan darah. Tahun 2012 angka penderita malaria sebanyak 208 orang, 1 orang tanpa pemeriksaan sediaan darah sedangkan 207 orang dengan pemeriksaan sediaan darah. Dan pada tahun 2013 terdapat 145 kasus positif malaria, dari 207 di temukan dengan menggunakan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 191 dan tanpa menggunakan pemeriksaan sendian darah sebanyak 16. Gugusan Pulaua Sabalana adalah kepualuan yang terdiri dari 11 pulau terdapat di Desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan yang termasuk dalam kategori daerah endemik malaria, jumlah penduduk di Gugusan pulau Sabalana pada tahun 2013 sebanyak 5887 jiwa, dengan jumlah penemuan positif malaria yang dikeluarkan oleh Dinkes Pangkep pada tahun 2013 sebanyak 36 klinis malaria 11 penemuan positif malaria, Permasalahannya adalah apakah terdapat pengaruh Faktor Risiko Lingkungan Dengan Angka Kejadian Malaria Di Gugusan Pulaua Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab.Pangkep sehingga tingginya jumlah penderita malaria ?Berdasarkan latar belakang terdahulu dan masalah keadaan lingkungan yang memiliki karakteristik kepulauan terdapat kebun, kepadatan hunian tempat tinggal, keberadaan laut yang mengelilingi tempat tinggal dan faktor lingkungan yang memungkinkan terjadinya malaria maka layak dilakukan penelitian dengan judul FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI GUGUSAN PULAU SABALANA DESA SABALANA KECAMATAN LIUKANG TANGAYA KABUPATEN PANGKEP.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut maka masalah pokok yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah: Apakah Terdapat Faktor Risiko Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep.Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan sistematis maka penulis akan merinci pokok permasalahan tersebut sebagai berikut: 1. Apakah keberadaan hewan ternak merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep ?2. Apakah keberadaan kebun merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep ?3. Apakah pemakaian kawat kasa merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep ?4. Apakah kepadatan hunian merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep ?5. Apakah kelembaban didalam tempat tinggal merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep ?6. Apakah suhu didalam tempat tinggal merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep ?

C. Hipotesis Uji1. Keberadaan hewan ternak merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep.2. Keberadaan kebun merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep.3. Pemakaian kawat kasa merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep.4. Kepadatan hunian merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep.5. Kelembaban di dalam termpat tinggal merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep.6. Suhu di dalam termpat tinggal merupakan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep.

D. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian1. Defenisi OperasionalSecara rinci definisi operasional dari variabel penelitian serta skala pengukuran tertera pada tabel berikut:Tabel.1.1 Defenisi Operasional Variabel penelitianVariabelDefinisi OperasionalPengukuranPenyajianSkala

Keberadaan ternakAda tidaknya kandang ternak di sekitar rumahWawancaradengankuisioner1= Baik, tidak ada2= Cukup, ada di luar rumah3= buruk , ada di dalam rumahNominal

Keberadaan kebunKeberadaan kebun sebagai tempat peristirahatan nyamuk, dengan jarak memenuhi syarat 350m

Observasi langsung di tempat penelitian1.= Ada2. =Tidak adaNominal

Penggunaankawat kasaAda tidaknya kawat kasapada ventilasi rumah respondenPengamatanLangsung1= ada2= tidak

Nominal

Kepadatan hunianBanyaknya penghuni rumah dibandingkan luas rumah. memenuhi syarat bila rasio penghuni per orang > 8m2 dan tidak memenuhi syarat bila < 8m2Wawancaradenganwekuisioner1= memenuhi syarat

2=tidak memnuhi syarat Nominal

SuhuDerajat panas udara yang diukur menggunakan thermometercelcius. memenuhi syarat (antara 20-30 C) dan tidak memenuhi syarat (antara 30C ) Pengukuran langsung di tempat perindukan anopheles1 = memenuhi syarat

2 = tidak memenuhi syarat Nominal

KelembabanKandungan uap air yang relatif pada udara diukur dengan higrometer yang hasil pengukuran dinyatakan dengan relatif humidity (rh) memenuhi syarat bila rh >60% dan tidak memenuhi syarat bila rh60% sebagai pendukung untuk tumbuh dan berkembang spesies anopheles aconitus. Jenis spesies nyamuk ini pernah juga ditemukan oleh peneliti dari Loka Litbang Baturaja Provinsi Sumatera Selatan. Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% rh merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk.Sistem pernafasan pada nyamuk menggunakan pipa udara yang disebut trachea dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk yang disebut spiracle. Adanya spiracle yang terbuka tanpa ada mekanisme pengaturnya, pada waktu kelembaban rendah akan menyebabkan penguapan air dari dalam tubuh nyamuk yang dapat mengakibatkan keringnya cairan pada tubuh nyamuk. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan. Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan (air), dengan ekosistem kepulauan dan kelembaban yang tinggi. Ekosistem kepulauan menyebabkan nyamuk beradaptasi pada kelembaban yang tinggi dengan pengaruhnya pada populasi nyamuk sebagai berikut:a. Adaptasi pada kelembaban yang tinggi menyebabkan nyamuk kurang kuat dan pada waktu kering menyebabkan kematian yang banyak akibat kekeringan. Dengan demikian populasi nyamuk tertentu subur dimana iklim mikro dapat memberikan kelembaban yang diperlukan oleh nyamuk.b. Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme pengaturnya membatasi penyebaran atau jarak terbang nyamuk. Oleh karena jarak terbangnya terbatas, pola penyebarannya akan terbentuk cluster (menggerombol tidak merata), tidak bias memilih mangsa ( indiscriminate feeder ) dan menghisap darah sembarang hospes dengan dasar yang terdekat yang dihisap.c. Kebutuhan kelembaban yang tinggi juga mempengaruhi nyamuk untuk mencari tempat yang lembab basah diluar rumah sebagai tempat hinggap istirahat pada siang hari, oleh karena kelembaban yang tinggi tidak terdapat didalam rumah kecuali di daerah-daerah tertentu. Pada kelembaban kurang dari 60% rh umur nyamuk akan menjadi pendek sehingga tidak cukup untuk siklus pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk, ( Supri Ahmadi, 2008 )C. Nyamuk dalam Pandangan IslamNyamuk adalah serangga yang tergolong dalam kategori hewan invertebrata yang berjumlah keseluruhan sekitar 41 jenis yang mencantumkan 3,530 spesies. Pada kebanyakan nyamuk betina, bagian mulutnya berbentuk proboscis panjang yang digunakan untuk menembus kulit manusia atau mamalia untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Nyamuk melalui empat tahap dalam siklus hidupnya: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tiga tingkat pertama tergantung pada spesies dan suhu. Culex tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya selama 14 hari pada 20C dan hanya sepuluh hari pada suhu 25C. Beberapa spesies memiliki siklus hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan. Larva nyamuk dikenal sebagai jentik - jentik yang dapat di temukan di genangan air atau di setiap wadah berisi air. Jentik - jentik bernapas melalui tenggorokan yang ada pada ujung ekor.Allah SWT telah mendatangkan nyamuk sebagai salah satu serangga yang telah digunakan sebagai perumpamaan dalam al-Qur'an, surah al-baqara ayat 26 Allah swt firman: Terjemahnya: Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih tinggi dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (al-baqara ayat 26 Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahnya )Perumpamaan yang terdapat didalam ayat diatas telah menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang mampu mencipta makhluk sekecil nyamuk, bahkan yang lebih tinggi dari pada itu. Walaupun nyamuk merupakan hewan yang kecil, namun ia dapat memberikan dampak yang besar dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, semakin kecil sesuatu ciptaan Allah SWT maka semakin sulit untuk mengetahui rahasianya. Keberadaan mikroorganisme yang sangat kecil tidak dapat dilihat oleh mata kasar yang ada dalam tubuh nyamuk adalah suatu perumpamaan yang telah diutarakan oleh Allah SWT untuk menggambarkan kekuasaan dan kehebatan Allah dalam mencipta sesuatu. Justru, penciptaan nyamuk dan mikroorganisme yang kecil dan halus tidak bisa dipandang remeh oleh manusia, karena dampaknya sangat besar dalam kesehatan manusia. (Mohamed Salleh (1997), Rahsia Pengungkapan Serangga Dalam al-Quran, Kuala Lumpur: Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, h. 12.).Al - Qur'an telah menggunakan kata al-ba`udah dalam bentuk muannas (feminin) yaitu mengacu pada nyamuk betina. Begitu juga penggunaan ganti nama () dalam ayat ( ) yang digunakan untuk merujuk kepada kata al-ba`udah menunjukkan bahwa ia adalah muannas. Dari penggunaan kata muannas ini, unsur al-i`jaz albayaniy begitu terserlah dalam ayat ini. Unsur i` jaz ( mukjizat ) yang ada dalam ayat ini adalah pemilihan dan penggunaan kata yang tepat sesuai dengan maksud yang hendak disampaikan. Pada tingkat penurunan ayat ini, mungkin tidak dapat disempurnakan dari sudut hikmah penggunaan nyamuk betina dalam ayat ini dan bukannya nyamuk jantan. Akan tetapi setelah berkembangnya penelitian sains dan teknologi, maka terungkaplah perbedaan antara tugas dengan peran nyamuk betina dan nyamuk jantan. Hal ini karena hanya nyamuk dewasa betina saja yang menghisap darah baik darah hewan atau manusia. Nyamuk betina menghisap darah karena ia membutuhkannya untuk proses perkembangan telur. Sementara nyamuk jantan tidak menghisap darah, tetapi memakan cairan tumbuhan yaitu saripati bunga atau cairan buah yang membusuk. Selanjutnya elemen i`jaz juga dapat dilihat melalui penggunaan kata () secara nakirah serta penggunaan ( ) yang diulang sebanyak dua kali. Ini menunjukkan bahwa nyamuk itu terdiri dari berbagai jenis dan berbagai ukuran. Sebagiannya memberikan efek membahayakan manusia, penggunaan kata tersebut secara nakirah sudah tentu memiliki tujuan. Nakirah adalah nama umum bagi sesuatu. Apalagi penggunaan huruf ( ) yang datang setelah kata (). Ada berbagai pendapat tentang apakah jenis ( ) di dalam ayat ini, namun pendapat yang kuat ( ) di sini adalah ( ). Bila ( ) datang sebelum atau setelah kata nama, maka ia akan memberikan makna yang lebih umum atau bersifat lebih umum dari nakirah. Ayat al-Qur'an dapat dipahami dengan lebih jelas yaitu menunjukkan bahwa nyamuk itu terdiri dari berbagai jenis dan berbagai ukuran tanpa mengacu ke berbagai jenis nyamuk atau golongan nyamuk tertentu. Pemilihan kata yang cermat dalam ayat al-Qur'an menyoroti i`Jaz (mukjizat) yang ada di dalamnya. Nyamuk adalah serangga yang umum, mudah dikenal dan memberikan efek kesehatan yang besar kepada manusia. Penciptaan nyamuk merupakan suatu ujian dari Allah kepada manusia untuk berpikir dan berusaha mengembangkan ilmu sehingga dapat mengatasi dan memecahkan segala masalah yang ditimbulkan oleh serangga tersebut. Manusia mendapat berbagai penyakit melalui nyamuk apakah demam berdarah, malaria dan kaki gajah. Namun secara realitasnya nyamuk bukanlah penyebab terhadap penyakit manusia karena jumlah darah yang dihisap oleh nyamuk sangat sedikit dan ia tidak mampu untuk mempengaruhi kesehatan seseorang. Efek gigitan nyamuk hanya bersifat alergi terhadap manusia seperti gatal, bengkak merah pada tubuh dan sebagainya. Akan tetapi, sesuatu yang bahaya dari nyamuk adalah vektor atau pembawa mikroorganisme atau parasit yang menjadi penyebab terhadap terjadinya sesuatu penyakit. Hubungan antara mikroorganisme dengan nyamuk di gambarkan oleh keberadaan mikroorganisme dalam tubuh nyamuk. Sebagai contohnya adalah mikroorganisme atau parasit malaria (plasmodium falcifarum) hidup di dalam tubuh nyamuk, menjalani perkembangan dan reproduksi di dalam usus dan dinding usus, selanjutnya di dalam kelenjar ludah, sebelum disuntikkan atau ditransfer ke manusia yang menjadi mangsanya. Keberadaan mikroorganisme dalam tubuh nyamuk yang menjadi penyebab penyakit itu menyorot lagi unsur i ` jaz yang ada di dalam ayat 26 surah al-Baqarah ini. Kata ( ) di dalam ayat tersebut memberi maksud ' sesuatu yang lebih kecil. ( Harun Yahya, Nyamuk: Pemakan Darah?, http://www.harunyahya.com, 15/10/2010 33 ).Menurut al-Zamakhshariy, maksud ( ) mengacu pada dua elemen yaitu kecil dari sudut makna dan kecil dari sudut ukuran dan makna. Kecil dari sudut makna berarti bahwa nyamuk itu dianggap lebih hina penciptaannya, sementara kecil dari sudut ukuran adalah nyamuk itu lebih kecil dari laba - laba dan lalat. Menurut al - Zamakhshariy, maksud ( ) dalam hadis tersebut menggambarkan dua penafsiran yaitu lebih kecil dari sudut ukuran dan lebih kecil dari sudut makna yakni dari sudut kesakitan yang diderita, maksud dari ayat al-Qur'an dapat ditafsirkan sebagai unsur yang lebih kecil dari nyamuk melalui sudut pandang ukuran dan maknanya, keberadaan mikroganisme yang sangat kecil tidak dapat dilihat oleh mata kasar manusia yang ada dalam tubuh nyamuk adalah suatu perumpamaan yang telah diutarakan oleh Allah SWT untuk menggambarkan kekuasaan dan kehebatan Allah dalam mencipta sesuatu. Justru, penciptaan nyamuk dan mikroorganisme yang kecil dan halus tidak bisa dipandang remeh oleh manusia, karena dampaknya sangat besar dalam kehidupan manusia.Penciptaan mikroskop yang digunakan untuk melihat mikroorganisme telah dapat membantu manusia melihat dan memahami maksud ayat-ayat al - Qur'an. Hal ini sekaligus telah membuktikan unsur al-i`Jaz al- ilmiy yang ada di dalam ayat ini. Kemajuan sains dan teknologi telah membantu manusia untuk membuat studi yang mendalam terhadap sesuatu hal yang tidak diketahui pada zaman dahulu. Ini sekaligus dapat membuktikan kehebatan dan mukjizat al-Qur'an yang memiliki fakta yang tidak pernah bertentangan dan sesuai kenyataan di sepanjang zaman yang bersifat universal (al-Zamakhshariy (1995), op.cit, j. 1, h. 120-121).

D. Penilaian Situasi MalariaSituasi malaria di suatu daerah dapat ditentukan melalui kegiatan surveilans, yaitu pengamatan yang terus menerus atas distribusi dan keenderungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang sistematis agar dapat ditentukan penanggulangan sedini mungkin. Pengamatan dapat dilakukan secara rutin melalui PCD (Passive Case Detection) oleh fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit atau ACD (Active Case Detection) oleh petugas khusus seperti PMD (Pembantu Malaria Desa) di Jawa dan Bali. Di daerah luar Jawa dan Bali yang tidak memiliki program pembasmian malaria dan tidak memiliki PMD, maka pengamatan rutin tidak bisa dilaksanakan. Untuk daerah tersebut pengamatan malaria dilakukan melalui Survei malariometrik (MS), Mas Blood Survei (MBS) dan Mass Fever Survei (MFS). Parameter yang digunakan pada pengamatan rutin malaria sebagai berikut:1. Angka kesakitan Angka kesakitan (insiden) dihitung dari jumlah penderita pada suatu daerah dalam jangka waktu 1 tahun dibagi jumlah penduduk daerah tersebut dikalikan 1000. Indikator insiden merupakan peninggalan masa eradikasi/pembasmian dengan pencarian, baik secara aktif (ACD) maupun pasif (PCD) diperhitungkan dapat menjangkau seluruh penduduk, sehingga penderita baru dapat diketahui melalui sediaan darah. Karena kasus malaria yang ditemukan baik melalui pencarian aktif (ACD) maupun pasif (PCD) akan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan darah secara mikroskopis. Untuk daerah Sulawesi Selatan perhitungan angka insiden berdasarkan API (Annual Parasite Insidence) yaitu jumlah penderita malaria positif yang diketahui melalui hasil pemeriksaan sediaan darah positif yang umumnya dari kegiatan ACD (Active Case Detection) dan PCD (Pasive Case detection).

Jumlah kasus malaria positif secara mikroskopis dalam satu tahunAPI = --------------------------------------------------------------------------------------- x1000Jumlah penduduk daerah tersebut.

Jumlah sediaan darah yang diperiksaABER = -------------------------------------------------------------------- x100Jumlah penduduk yang diamati

Annual Blood Examination Rate (ABER) adalah jumlah sediaan darah yang diperiksa dalam satu tahun dibagi jumlah penduduk yang diamati dikalikan 100 (%). ABER diperlukan untuk menilai API, karena penurunan API disertai penurunan ABER belum berarti penurunan insidens, penurunan API berarti penurunan insidens bila ABER meningkat.

E. Kerangka PikirBerdasarkan penuturan tersebut di atas, maka dapat disusun pola pemikiran variabel yang akan diteliti sebagai berikut:

Lingkungan biologi respondenKeberadaan Hewan TernakKeberadaan KebunKepadatan Hunian

Vektor Malaria

Lingkungan fisik tempat tinggal respondenSuhuKelembabanPemakaian Kawat Kasa

KarakteristikUmurJenis KelaminPekerjaan

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian1. Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan survey analitik yang merupakan suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan faktor risiko lingkungan dengan kejadian malaria.

2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Gugusan Pulau Sabalana desa Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. Pangkep.

B. Pendekatan PenelitianPendekatan dalam penelitian ini adalah retrospektif dengan desain case control artinya penelitian dimulai dengan mengindentifikasi kelompok yang terkena penyakit dan kelompok yeng tidak terkena penyakit berdasarkan jenis kelamin dan umur untuk mencari apakah faktor risiko lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit di masa lalu.

Apakah ada faktor risikoPenelitian dimuai dari sini

Ditelusuri retrospektif

Risiko (+)

CaseRisiko (-)

Risiko (+)

Control

Risiko (-)

C. Populasi dan Sampel1. Populasi Penduduk yang tinggal dan berdomisili Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep.2. Sampel Penelitian1) Sampel KasusSemua orang yang dinyatakan positif malaria berdasarkan data Dinas Kesehatan Pangkep pada Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep, sebanyak 11 kasus positif yang ditemukan pada tahun 2013.

2) Sampel Kontrol11 orang yang dinyatakan tidak menderita penyakit malaria, memiliki jenis kelamin dan umur yang sama dengan sampel kasus berdasarkan data Dinas Kesehatan Pangkep di Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep pada tahun 2013.

D. Metode Pengumpulan DataInstrumen pengumpulan data ialah melakukan observasi di lingkungan tempat tinggal, bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan faktor lingkungan dengan kejadian malaria.

E. Instrumen dan Alat Penelitian1. Instrumen Penelitiana. Mengurus ijin penelitian pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep. b. Pengambilan data registrasi kasus malaria di Dinas Kesehatan Pangkep, pengambilan data lingkungan dan pembagian kuisioner penelitian. c. Pengumpulan data, pengolahan dan analisa data2. Alat PenelitianAlat alat yang digunakan dalam penelitian yaitu : thermometer, higrometer, alat-alat tulis, dan kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data1. Teknik PengumpulanTeknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan sekunder.a. Data sekunder yaitu data registrasi penderita yang merupakan data pendukung sebelum melakukan penelitian. Data sekunder diperoleh dari dinas kesehatan Pangkep yaitu data kasus maupun kontrol.b. Data primer, data yang didapat dengan menggunkan kuisioner, check list ( hewan ternak, semak-semak, pemakaian kawat kasa, kepadatan hunian, dan data lingkungan fisik didalam rumah ).2. Analisis DataData yang telah dientry siap dilakukan analisa dengan menggunakan Softwere program analisis data SPSS versi 21.0. Data dianalisis dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan bivariat. Data yang diperoleh diolah sesuai dengan karakteristik penelitiannya dengan metode pengolahan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis untuk menggambarkan suatu data yang di teliti.Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan atau kekuatan faktor risiko yang signifikan antara variabel dependen dan variabel independen atau bisa juga digunakan untuk mengetahui bagaimana perbedaan yang signifikan antara dua atau lebih kelompok (sampel).

Untuk mengetahui risiko pada penelitian ini digunakan Odds Ratio (OR) dengan rumus sebagai berikut : ADOR = ----- BC

Untuk memudahkan analisis diatas data dapat dibuat tabel seperti dibawah ini :Tabel 1.3 Analisis Odds Rasio (OR)Faktor risikoKejadian malariaJumlah

KasusKontrol

Ya a Ca + c

Tidak b Db + d

Jumlaha + bb + d ac+bd

(Sumber: kepustakaan 1995-2014)

Keterangan :

OR = AD = a x d = nilai Od Rasio BC b x cNilai Odds Ratio (OR) merupakan nilai ekstimasi untuk terjadinya outcome ( hasil ) sebagai pengaruh adanya variabel independen, perubahan satu unit variabel independen akan menyebabkan perubahan nilai OR pada variabel independen. Estimasi confidence ( CI ) OR diteteapkan pada tingkat kepercayaan 95% interpretasi Odds Rasio adalah sebagai berikut :a. Bila OR = 1 maka variabel yang diduga menjadi faktor risiko ternyata tidak ada pengaruhnya terhadap terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral dan bukan merupakan faktor risiko terjadinya efek.b. Bila OR > 1 dengan maka variabel yang diduga menjadi faktor risiko ternyata benar merupakan faktor risiko terjadinya efek.c. Bila OR < 1 maka variabel yang diteliti bukan merupakan faktor kejadian penyakit.

BAB IVHASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum lokasi penelitianWilayah Kecamatan Liukang Tangaya terdiri atas 8 Desa dan 1 kelurahan yang berfungsi sebagai ibukota Kecamatan yakni kelurahan Sapuka. Luas wilayah Kecamatan mencapai 12.000 Ha, Kecamatan ini merupakan gugusan 57 pulau-pulau kecil dibagian selatan selat Makassar terletak pada 6-80 Lintang Selatandan 10-12,500 Bujur Timur. Luas wilayah daratan kepulauan adalah 120 Km bujursangkar dengan batas-batas wilayah mencakup : -Sebelah Utara : Kecamatan Liukang Kalmas.- Sebelah Timur: Kabupaten Selayar - Sebelah Selatan: Propinsi NTB - Sebelah Barat : Jawa Timur.

Gugusan pulau sabalana yang terletak di Desa Sabalana merupakan salah satu Desa dari Kecamatan Liukang Tangaya, Sabalana mempunyai arti sebelas anak atau sebelas pulau, wilayah Gugusan Pulau Sabalana tersebut terdiri atas 11 pulau, dari 11 pulau hanya 5 pulau yang terdapat responden positif malaria pada tahun 2013, yakni : Pulau Lilikang dengan jumlah penduduk 301 jiwa, Pulau Sabalana dengan jumlah penduduk 650 jiwa, Pulau Pamolikang dengan jumlah penduduk 219 jiwa, Pulau Sanane dengan jumlah pendudu 872 jiwa dan Pulau Matalaang dengan jumlah penduduk 1276 jiwa.Jumlah keseluruhan penduduk Desa Sabalana 5887 jiwa. Luas wilayah Desa sabalana mencapai 12.000 Ha, dengan jarak tempuh perjalanan dari Makasassr ke Desa Sabalana sejauh 200 mil dan di tempuh selama 16 (enam belas) jam dengan menggunakan kapal kayu. Karakteristik kepulauan yang susah akan fasilitas umum salah satunya yakni, media transportasi mengakibatkan penduduk terisolasi dan mobilitas rendah sehingga penyebaran atau penularan suatu penyakit cepat merambah masyarakat kepulauan.Masyarakat kepulauan yang memiliki pengetahuan minim akan kesehatan lingkungan dan kebiasaan hidup yang kurang sehat menjadikan penyakit mudah untuk menjangkit manusia.Sebagian masyarakat kepulauan memiliki mata pencaharian berupa petani kelapa, disebabkan pohon kelapa tumbuh subur di lingkungan kepulauan dan apabila musim panen tiba maka masyarakat yang memiliki profesi sebagai petani kelapa, mereka mengambil kelapa dan mengolahnya sebagai bahan baku dapur berupa minyak kelapa, tetapi cara yang ia lakukan masih tradisional atau secara manual mulai dari pembelahan kelapa sampai pengambilan daging kelapa kemudian mengeringkan dengan cara menjemur di terik matahari.Kebiasaan petani kelapa yang ada di Gugusan Pulau Sabalana ketika mereka telah membelah kelapa dan mengambil dagingnya, mereka tidak mengubur atau membakar limbah kelapa yang sudah dibelah sehingga limbah tersebut dapat di genangi air pada musim hujan di karenakan air hujan dapat tertampung pada limbah kelapa yang sudah terbelah. Hal ini dapat di lihat pada gambar 1.3 tersebut.

Gambar 1.3 Gambar Pohon Dan Limbah Kelapa Pada Gugusan Pulau SabalanaLingkungan yang di kelilingi pohon dan limbah kelapa menjadi salah satu faktor yang memungkinkan sebagai tempat peristirahatan dan perindukan nyamuk anopheles yang merupakan vektor malaria di Gugusan Pulau Sabalana. hal ini sesuai penelitian yang dilakukan di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh mengenai studi nyamuk anopheles pada tempat perindukannya yang mendapatkan hasil penelitian di temukannya nyamuk dewasa dan jentik nyamuk anopheles supictus pada lokasi ke VII yakni rawa-rawa dan pohon kelapa. (Widya Sari, Tjut Mariam Zanaria, Elita Agustina , 2007 ).Dari sebelas pulau yang ada di Gugusan Pulau Sabalana hanya lima yang memiliki fasilitas kesehatan, yakni : Pulau Matalaang, Pulau Sanane Besar, Pulau Lilikang, Pulau Makarangana dan Pulau Sabalana, sehingga pulau-pulau yang tidak memiliki fasilitas kesehatan harus menyebrang pulau untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan, atau terkadang petugas kesehatan yang harus menyebrang pulau untuk memberikan pelayanan kesehatan.Masyarakat Gugusan Pulau Sabalana dominan memiliki tempat tinggal yang terbuat dari kayu atau biasa dikenal dengan rumah panggung dengan jarak agak berjahuan antara satu dengan yang lainnya berkisar 5-300 meter. Untuk menuju Gugusan Pulau Sabalana atau berpergian, menggunakan transportasi berupa kapal kayu dengan waktu keberangkatan yang tidak tetap tergantung banyaknya masyarakat yang ingin ke sana dan adanya barang atau hasil nelayan yang ingin di bawa ke kota ataupun sebaliknya. Pengaruh musim sangat di perhitungkan oleh awak kapal, mereka hanya mau berlayar atau mengantar pada musim kemarau. Gugusan Pulau Sabalana yang terletak di Desa Sabalana berbatasan langsung dengan batas-batas wilayah mencakup :-Sebelah Utara : Selat Makassar. -Sebelah Barat : Desa Balo Baloang.- Sebelah Timur: Kabupaten Selayar - Sebelah Selatan: Pulau Flores

B. Hasil penelitian

1. Analisis Univariata. Jenis Kelamin

Gambar 1.4 Peta wilayah Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec.Liukang Tangaya Kab.Pangkaep

B. Hasil Penelitian1. Analisis UnivariatAnalisis univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku secara umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi atau presentase dari tiap variabel.a. Jenis KelaminTabel 1.4. Distribusi Jenis Kelamin Responden Pada Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. PangkepJenis Kelamin RespondenKasusKontrolJumlah

n %n %n%

Laki-laki436.4%436.4%836.4%

Perempuan 763.6%763.6%1463.6%

Total11100%11100%22100%

(Suber data primer 2014)Dari tabel 1.4 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan responden laki-laki baik kasus maupun kontrol sebanyak 8 orang (36.4%) dan responden perempuan baik kasus maupun kontrol sebanyak 14 orang (63.6%), sehingga dapat di simpulkan dari keseluruhan responden penelitian didominasi oleh kaum perempuan sebanyak 14 orang (63,6%).

b. Umur Tabel 1.5. Distribusi Umur Responden Pada Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. PangkepUmur ResondenKasusKontrolJumlah

n %n %n %

1-10327.3 %327.3 5627.3%

11-20654.5 %654.5 %1254.5 %

21-3019.1 %19.1 %29.1 %

31-4019.1 %19.1 %29.1 %

Total11100 %11100 %22100 %

(Sumber data primer 2014)Dari tabel 1.5 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah responden baik kasus maupun kontrol dengan varian umur 1-10 tahun sebanyak 6 orang (27.3%), umur 11-20 sebanyak 12 orang 54.5 %.umur 21-30 sebanyak 2 orang (9.1%) dan 31-40 sebanyak 2 orang (9.1%).Dapat disimpulkan varian umur responden yang terbanyak adalah 11-20 sebanyak 12 orang 54.5% dan yang paling sedikit adalah 21-30 tahun sebanyak 1 orang (9.1%) dan 31-40 tahun sebanyak 1 orang (9.1%).

c. PekerjaanTabel 1.6. Distribusi Pekerjaan Responden Pada Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. PangkepPekerjaan RespondenKasusKontrolJumlah

n%n %n%

Nelayan/Petani545.5%545.5%1045%

Bukan Nelayan/Petani654.5%654.5%1154.5%

Total11100%11100%22100%

(Sumber data primer 2014)Dari tabel 1.6 tersebut dapat dilihat bahwa Jumlah keseluruhan responden yang pekerjaannya nelayan/petani dari kasus maupun kontrol sebanyak 10 orang (45.5%) dan responden yang bukan nelayan/petani pada kasus maupun kontrol sebanyak 12 orang (54.4%), sehingga dapat di simpulkan dari keseluruhan responden penelitian didominasi oleh pekerjaannya yang bukan nelayan/petani sebanyak 12 orang (54,5%).

d. Keberadaan kebunPresentase keberadaan kebun dapat dilihat bahwa semua responden kasus yakni 11 orang (100%) terdapat kebun di lingkungan sekitar rumahnya, begitu pula responden kontrol semua responden yakni 11 orang (100%) terdapat kebun di sekitar rumahnya, sehingga dapat di simpulkan bahwa seluruh responden penelitian baik kasus maupun kontrol yakni 22 orang (100%) terdapat kebun di lingkungan sekitar rumahnya.

e. Keberadaan Hewan TernakPresentase keberadaan hewan ternak dapat dilihat bahwa semua responden kasus yakni 11 orang (100%) tidak memiliki hewan ternak, begitu pula responden kontrol semua responden yakni 11 orang (100%) tidak memiliki hewan ternak, sehingga dapat di simpulkan bahwa seluruh responden penelitian baik kasus maupun kontrol yakni 22 orang (100%) tidak memiliki hewan ternak.

f. Penggunaan Kawat KasaTabel 1.7. Presentase Penggunaan Kawat Kasa Responden Pada Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. PangkepPenggunaan kawat kasaKasusKontrolJumlah

n%n %n%

Ada 327.3%19.1%418.2%

Tidak Ada 872.7%1090.9%1881.8%

Total11100%11100%22100%

(Sumber data primer 2014)Dari tabel 1.7 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menggunakan kawat kasa pada kasus sebanyak 3 orang (27.3%) dan responden yang tidak menggunakan kawat kasa sebanyak 8 orang (72.7%). Responden yang menggunakan kawat kasa pada kontrol sebanyak sebanyak 1 orang (9.1%) dan responden yang tidak menggunakan kawat kasa sebanyak 10 orang (90.9%). Adapun Jumlah keseluruhan responden yang menggunakan kawat kasa pada kasus maupun kontrol sebanyak 4 orang (18.2%) dan responden yang tidak menggunakan kawat kasa pada kasus maupun kontrol sebanyak 18 orang (81.8%), sehingga dapat di simpulkan dari keseluruhan responden penelitian didominasi oleh yang tidak menggunakan kawat kasa yakni sebanyak 18 orang (81.8%).

g. Kepadatan HunianTabel 1.8. Presentase Kepadatan Hunian responden Pada Gugusan Pulau Sabalana Desa Sabalana Kec. Liukang Tangaya Kab. PangkepKepadatan HunianKasusKontrolJumlah

n %n %n%

Memenuhi Syarat (>8m2 Per Orang) 763.6%763.6%1463.6%

Tidak Memenuhi Syarat (