SKRIPSI INOVASI PELAYANAN PUBLIK PROGRAM …
Transcript of SKRIPSI INOVASI PELAYANAN PUBLIK PROGRAM …
SKRIPSI
INOVASI PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PENGENDALIAN KEBAKARAN LORONG (PEKARONG)
DI DINAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA MAKASSAR
Oleh:
NURUL ISRA HIDAYAT
Nomor Induk Mahasiswa : 105610536315
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
SKRIPSI
INOVASI PELAYANAN PUBLIK
PROGRAM PENGENDALIAN KEBAKARAN LORONG (PEKARONG)
DI DINAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA MAKASSAR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
NURUL ISRA HIDAYAT
Nomor Stambuk: 105610536315
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Inovasi Pelayanan Publik Program Pekarong di Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Makassar”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya, ibunda Ramlah dan ayahanda
Ansar atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta do’a yang tulus dan
ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi
pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-
cita, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan
dukungan disertai dengan pengorbanan yang tulus dan ikhlas. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat, bapak Dr. Abdi, M.Pd selaku pembimbing I dan bapak Nasrulhaq
S.Sos., M.PA selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaganya
dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal
persiapan penelitian hingga selesainya skripsi ini.
Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada:
v
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M..Ag, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Nasrulhaq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi
Negara yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal
yang berhubungan administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik.
4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Administrasi Negara yang telah
menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan
di bangku perkuliahan dan seluruh Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak
membantu penulis.
5. Pihak Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar yang telah
memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Kepada Seluruh Keluarga besar fisipol Universitas Muhammadiyah
Makassar, terutama kepada satu angkatan 2015 terkhusus Ira, cahya,
janwar, joko raodah, anti, dan teman-teman kelasku yang tidak bisa saya
sebutkan semua namanya.
Sehubungan akhir tulisan ini penulis memohon maaf kepada semua
pihak atas segala kekurangan dan kekhilafan, disadari maupun yang tidak
disadari. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya
vi
vii
ABSTRAK
Nurul Isra Hidayat, Abdi dan Nasrulhaq. Inovasi Pelayanan Publik Program
Pekarong di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Inovasi Pelayanan Publik Program
Pekarong di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar serta ketersediaan sarana
dan prasarana pendukung inovasi Pelayanan Publik Program Pekarong di Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Makassar. Pekarong (pengendalian kebakaran lorong)
adalah inovasi yang diprakarsai oleh Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar,
yang mana penerapannya yaitu dibentuk tim atau kelompok masyarakat oleh
petugas pemadam kebakaran untuk melakukan pelatihan bagaimana cara
menggunakan alat pekarong ini dengan baik dan benar. Jumlah informan dalam
penelitian ini adalah 5 (lima) orang. Penelitian ini merupakan penelitian jenis
kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi
data, penyajian data dan menarik kesimpulan.Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori Rogers berdasarkan Keuntungan Relatif, Kesesuaian,
dan Kerumitan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (a) Keuntungan Relatif, dari adanya
Inovasi Pekarong yaitu membantu tugas anggota pemadam dalam mencegah
kebakaran awal sehingga tidak meluas dan sebagai alat untuk menumbuhkan
sikap gotong royong antar masyarakat. (b) Kesesuaian, inovasi pekarong sesuai
karna inovasi ini mendapatkan respon yang cukup besar dari masyarakat dengan
banyaknya permintaan untuk dibangunkan instalasi pekarong menjadikan
program unggulan yang memiliki kontribusi yang besar pada pencapaian Visi
dan Misi Kota Makassar. (c) Kerumitan pada saat terlaksananya inovasi ini yaitu
bahwa pada awalnya masyarakat belum terlalu tau cara menggunakan fasilitas
pekarong dengan baik dan benar hal itu disebabkan karena masyarakat belum
terbiasa menggunakannya. (d) Adapun faktor pendukung adanya dukungan
berupa dana dari pemerintah untuk pemeliharaan melalui DPA Damkar, CSR
serta SKPD yang dilibatkan di dalam pekarong, sumber dana yang digunakan dari
pemerintah melalui Dinas Pemadam Kebakaran berdasar Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) tahun anggaran berjalan kurang lebih sebesar 140 juta pada
tahun 2018. (e) Faktor penghambat Inovasi Pekarong yaitu Pada awal program
petugas merasakan adanya rasa kurang percaya masyarakat terhadap Pelayanan
Program Pekarong ini karena program ini terhitung baru. Masyarakat belum
mempercayai kemampuan program dalam mengatasi terjadi masalah kebakaran
disekitar tempat tinggalnya.
Kata kunci : Inovasi, Pelayanan Publik, Pekarong
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ i
HALAMAN PENERIMAAN TIM ................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
A. Latar Belakang………………………………………………………… .... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10
A. Konsep Pelayanan Publik ............................................................................ 10
B. Konsep Inovasi Pelayanan Publik ............................................................... 17
C. Konsep PEKARONG .................................................................................. 24
D. Kerangka Pikir ............................................................................................ 32
E. Fokus Penelitian .......................................................................................... 32
F. Deskripsi Fokus Penelitian ......................................................................... 32
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 35
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 35
B. Jenis dan Tipe Penelitian ........................................................................... 35
C. Sumber Data ............................................................................................... 36
D. Informan Penelitian .................................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 39
G. Teknik Pengabsahan Data .......................................................................... 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 41
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................................... 41
B. Inovasi Pelayanan Publik Program Pekarong di Kota Makassar ............... 43
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Inovasi Pekarong ............................. 62
ix
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 68
A. Kesimpulan ................................................................................................ 68
B. Saran .......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 71
LAMPIRAN ....................................................................................................... 73
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informasi Penelitian ................................................................................. 37
Tabel 4.1 Data Penduduk ....................................................................................... 44
Tabel 4.2 Pembagian Zona Kebakaran ............................................................ 45
Tabel 4.3 Penyebab Kebakaran Perkecamatan ................................................ 47
Tabel 4.4 Penyebab Kebakaran 2014-2018 ..................................................... 48
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir .................................................................................... 32
Gambar Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar ...................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan publik menjadi ranah dimana Negara melalui pemerintah
berinteraksi dengan lembaga non pemerintah dan warga negaranya dalam
menyediakan kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa publik secara luas.
pelayanan publik menjadi titik strategis untuk untuk mewujudkan good
governance reformasi terhadap Pelayanan publik di indonesia dapat memiliki
dampak yang meluas terhadap perubahan aspek-aspek kehidupan pemerintah
lainnya sehingga perubahan pada praktek penyelenggaraan pelayanan publik
dapat menjadi lokomtif bagi upaya perubahan menuju good governance
(Dwiyanto, 2014 )
Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik, ternyata erat kaitannya
dengan masalah-masalah moral dan etika birokrasi. Kumorotomo 1994 (dalam
Rinaldi 2012) menyebutkan bahwa “Para birokrat sangat memerlukan kepekaan
etika, agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian,
jelaslah, bahwa pelaksanaan tugas pelayanan publik, hanya akan berjalan dengan
baik, apabila didukung oleh moral dan etika, serta sikap dan tindakan aparatur
yang profesional dalam pelaksanaan tugas”. Hal ini, pada gilirannya akan dapat
meningkatkan efektivitas pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah. Semangat kerja birokrasi pemerintah yang berorientasi pada
pelayanan publik, perlu menjadi pedoman. Indonesia sejak tahun 2009 telah
memiliki peraturan perundangan tersendiri sebagai sebuah standar bagi pelayanan
kepada masyarakat, maka pada tanggal 18 Juli 2009 Indonesia mensahkan
2
Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Menurut UU
tersebut, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangan bagi
setiap warga negara dan Undang-Undang pelayanan publik (secara resmi bernama
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik) adalah yang
mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan
efektivitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri.
Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau kaporasi yang
efektif dapat memperkuat hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran
ekonomi kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan
lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumberdaya alam, memperdalam
kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik dan dalam undang-
undang tersebut pelayanan publik didefinisikan berdasarkan pembiayaan dan sifat
pembiayaan. Konsep sistem pemerintah yang desentralistik di Indonesia
memberikan ruang kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan pelayanan
yang respontif dan sesuai dengan aspirasi dan dinamika local. Dan Salah satu
institusi pemerintah yang menjalankan fungsi pelayanan publik yaitu dinas
pemadam kebakaran (Damkar).
Pada Tahun 2018 Ombudsman RI perwakilan Sulawesi Selatan (Sulsel)
merilis catatan akhir tahun terkait pelayanan publik. Hasil survey menyebutkan
bahwa, sepanjang tahun ini Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar dianggap belum
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Dengan kata lain “pemkot
Makassar masih tergolong dalam zona kuning atau tingkat kepatuhan belum
3
maksimal sesuai dengan penerapan aturan dalam undang-undang” terang asisten
Ombudsman RI perwakilan Sul-sel.
Pemerintah Kota Makassar (Pemkot) di bawah kepemimpinan Mohammad
Ramdhan Pomanto terus melahirkan program-program inovasi pelayanan
masyarakat salah satunya yaitu melalui Dinas Pemadam Kebakaran menghadirkan
program baru ia itu pengendalian kebakaran lorong atau yang disingkat pekarong
upaya Dinas Damkar dalam melakukan antisipasi dan pemadaman awal
kebakaran di pemukiman padat penduduk, lorong rawan kebakaran, lorong-lorong
kecil yang sulit diakses oleh mobil pemadam kebakaran dengan melibatkan warga
masyarakat lorong (Swadaya masyarakat). Dimana program tersebut dilakukan
oleh masyarakat itu sendiri, untuk pencegahan awal dan meminimalisir
kebakaran. Dan peraturan walikota Makassar Nomor 88 tahun 2016
mengemukakan beberapa program atau tugas dan fungsi Dinas Pemadam
Kebakaran diantaranya:
1. Rencana Operasi
Rencana operasi mempunyai tugas melakukan penanggulangan bencana
kebakaran.
2. Pengendalian Operasi
Pengendalian Operasi mempunyai tugas melakukan pengendalian operasi
saat terjadi kebakaran.
3. Bantuan Operasi Penyelamatan
Bantuan operasi penyelamatan mempunyai tugas melakukan bantuan
operasi penanggulangan kebakaran, penyelamatan jiwa dan evakuasi korban.
4
4. Pengolahan Data Resiko Bahaya Kebakaran
Pengolahan data resiko bahaya kebakaran mempunyai tugas melakukan
pengumpulan data dan pemberian informasi dan publikasi tentang bencana
kebakaran serta upaya pencegahan dan penanggulanganya.
5. Bidang Pencegahan dan Pengawasan
Bidang pencegahan dan pengawasan mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan dan bimbingan teknis pemenuhan kebutuhan alat proteksi kebakaran
serta penggunaan bahan berbahaya dan beracun kebakaran.
Pekarong sendiri berbentuk sederhana, terdiri dari tandon berkapasitas 2
kubik atau 2.000 liter air. Juga terdapat mesin pemompa portable yang dilengkapi
konektor dan selang air dengan daya jangkau hingga 150 meter. Alat itu juga
dilengkapi lonceng seperti detector kebakaran yang berfungsi sebagai alarm saat
terjadi kebakaran dan alat pemadam api ringan (APAR) berupa tabung yang
berisi karbodioksida sebagai bahan pemadamnya. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari resiko terjadinya kebakaran. Kalaupun tejadi penanganan 4 menit
awal sangat menentukan, makanya perlu Pekarong. Semakin cepat tertangani
maka semakin sedikit korban, baik berupa materi maupun nonmateri. Danny saat
di wawancarai di Warta Ekonomi Online Makassar.
Sifat kebaruan ini merupakan ciri dasar inovasi dalam menggantikan
pengetahuan, cara, objek, teknologi, atau penemuan yang lama yang sudah tidak
efektif dalam menyelesaikan suatu masalah walaupun tidak ada satu kesepahaman
definisi mengenai inovasi, namun secara umum dapat disimpulkan bahwa inovasi
mempunyai atribut yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai pelaksanaan
5
inovasi (Rogers dalam M. Tahir, 2018) yaitu: Relative Advantage atau
Keuntungan relatif, Compabilityatau Kesesuaian, Complexity atau
Kerumitan, Triabilityatau Kemungkinan dicoba dan Observability atau
Kemudahan diamati.
Menciptakan inovasi pelayanan tidaklah mudah dan salah satu tugas
pemerintah adalah memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.
Pelayanan kepada masyarakat sudah menjadi tujuan utama dalam
penyelenggaraan administrasi publik. Di Indonesia penyelenggaraan pelayanan
publik menjadi isu kebijakan yang semakin strategis karena perbaikan pelayanan
publik di negara ini cenderung berjalan di tempat, sedangkan implikasinya
sebagaimana diketahui sangat luas karena menyentuh seluruh ruang kepublikan
baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain. Pelaksanaan
pelayanan publik pada prinsipnya ditujukan kepada manusia, bahkan dapat
dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.
Sejak lahirnya manusia sudah membutuhkan pelayanan (Mahsyar, 2011).
Inovasi pelayanan publik program Pekarong sudah ada satu titik
percontohan di Kampung Buyang Kecamatan Mariso. Itu merupakan swadaya
masyarakat yang sudah diresmikan oleh walikota Makassar, Moh Ramdhan
Danny Pomanto, tahun 2017 lalu. Pada tahun 2018 pernah di coba di dua titik
lokasi yang sementara di survey dibeberapa wilayah Kecamatan/Kelurahan padat
penduduk bahkan program ini masuk lomba peniaian inovasi tingkat nasional dan
satu satunya di Indonesia. Disamping itu setiap tahunnya akan di buat dua lokasi
pekarong yang akan terus dikembangkan program tersebut dengan menambah
6
lokasi Pekarong di tahun-tahun mendatang yang dilakukan sesuai anggaran yang
ada. hal tersebut dilakukan agar masyarakat dapat meminimalisir jika tejadi
kebakaran di lorong yang sempit dengan menggunakan alat yang dapat
memberikan bantuan teknis ekstra cepat sebelum armada Damkar tiba dilokasi.
Perhatian yang diberikan Dinas pemadam kebakaran kepada masyarakat
khususnya masyarakat yang ada di Makassar dengan menghadirkan program baru
yaitu Pengendali kebakaran lorong (Pekarong) ini adalah salah satu upaya Dinas
Pemadam Kebakaran dalam melakukan antisipasi dan pemadam awal kebakaran
di pemukiman yang padat walaupun sarana tersebut dijalankan atau digunakan
sendiri secara swadaya oleh masyarakat atau dengan melibatkan masyarakat
lorong. Tapi setidaknya program ini dapat memberikan pelayanan cepat (quick
respon) kepada masyarakat. Jadi warga sendirilah yang menggunakan dan
merawat fasilitas tersebut.
Dinas pemadam kebakaran, kata dia, perlu melakukan pelatihan cara
mengantisipasi dan menangani kejadian kebakaran kepada warga setempat dan
menyiapkan hidran air dibeberapa tempat. Namun, ketika terjadi kebakaran,
relawan yang telah dilatih oleh petugas Damkar tersebut jarang ada di tempat,
karena tengah sibuk bekerja.” Hanya para ibu-ibu saja di rumah padahal sudah
dibentuk (Relawan Damkar),” ucapnya. Maka dari itu sangat penting Dinas
Damkar memiliki inovasi baru.
Berbagai fenomena permasalahan yang terjadi di lapangan dapat dijadikan
dasar awal peneliti untuk menganalisis secara lebih mendalam akan inovasi
pelayanan publik program Pekarong (pengendalian kebakaran lorong) Dinas
7
pemadam kebakaran di kota makassar. Hal ini dalam meningkatkan layanan
berupa bantuan untuk masyarakat khususnya di Kota Makassar, agar inovasi
pelayanan program pekarong ini di masa depan dapat lebih tanggap dalam
membantu masyarakat yang tekena musibah.
Dalam penelitian ini, inovasi pelayanan publik yang dilakukan oleh Dinas
pemadam kebakaran dengan menghadirkan program pekarong. pada saat
peluncuran telah dilakukan simulasi pemadam api dengan menggunakan
pekarong. di simulasi itu, warga terlihat sigap dalam memadamkan api yang
mampu dikuasai kurang dari 4 menit. Program ini di buat agar masyarakat dapat
turun tangan langsung jika terjadi kebakaran yang mendadak pada lorong yang
sempit. hal itu disebabkan karna biasanya tim dari armada Damkar tidak
mempunyai akses jalan yang cukup.
Melalui pemaparan latar belakang masalah penelitian yang telah peneliti
kemukakan, maka judul penelitian ini adalah “Inovasi Pelayanan Publik
Program PEKARONG Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah utama penelitian, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Atribut Inovasi Pelayanan Publik Program Pekarong
Dinas Pemadam Kebakaran di Kota Makassar ?
2. Apa Saja Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Program
Inovasi Pekarong Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar ?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Atribut Inovasi Pelayanan Publik
Program Pekarong di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar
2. Untuk Mengetahui Apa faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam
Inovasi Program Pekarong di Dinas Pemadam Kebakaran Kota
Makassar ?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Diharapkan agar dari penelitian ini bisa memperdalam pengetahuan dan
wawasan penulis mengenai permasalahan Inovasi Pelayanan Publik
Program Pekarong Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar.
b) Diharapkan agar hasil penelitian ini bisa memberikan sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, utamanya Inovasi
Pelayanan Publik Program Pekarong Dinas Pemadam Kebakaran Kota
Makassar.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, dampak dari riset ini di mohon sebagai informasi Inovasi
Pelayanan Publik Program Pekarong Dinas Pemadam Kebakaran Kota
Makassar.
9
a) Untuk mahasiswa, penelitian ini merupakan peluang dan kesempatan
yang baik guna menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah
dengan kenyataan di lapangan.
b) Untuk pemeritah penelitian ini hendaknya di jadikan kritikan yang
membangun untuk perbaikan khusus bagi instansi terkait penelitian ini.
c) Untuk masyarakat, penelitian ini untuk menambah wawasan masyarakat
mengenai Inovasi Pelayanan Program Pekarong Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Makassar.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam
bentuk barang publik maupun jasa publik yang ada prinsipnya menjadi tanggung
jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, di Daerah, dan di
lingkungan badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah, dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Definisi pelayanan publik yang dikemukakan oleh Sinambela dkk.
(2008) yaitu “pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.” Sedangkan
menurut Kurniawan (2005), pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian
pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan”. Kedua definisi tersebut melihat bahwa pelayanan publik dapat
dimaknai sebagai aktivitas pelayanan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Roth (1998) sebagai “any services available to the public whether
provided publicly (as is a museum) or privately ( as is a restaurant meal)” Any
services yang diungkapkan oleh Roth berkaitan dengan barang dan jasa dalam
pelayanan. Pelayanan publik yang dimaksud adalah segala bentuk kegiatan
10
11
pelayanan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau individu dalam bentuk
barang jasa kepada masyarakat baik secara individu maupun kelompok atau
organisasi.
Wujud pelayanan public seorang Aparat Sipil Negara dapat dilihat dari
keramah tamahan, pengetahuan tentang jasa atau produk yang dihasilkan,
kesanggupan dalam membantu dalam membantu dan kesanggupan pegawai dalam
menangani suatu persoalan (Abdi, 2016).
Optimalisasi pelayanan publik menurut (Hayat, 2015) yaitu memberikan
pelayanan secara profesional dan berkualitas yang mempunyai implikasi positif
terhadap kepuasan masyarakat. Profesionalitas pelayanan ditunjang oleh sikap dan
perilaku dalam pemberian layanan. Sumber daya manusia menjadi indikator
penting dalam pelayanan publik. Keberadaan sumber daya aparatur adalah unsur
utama dalam pemberian pelayanan. Karena 29 birokrasi menjadi aktor utama yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat sebagai penerima layanan. Aparatur
negara menjadi kunci keberhasilan pelayanan publik pada instansi atau lembaga
pemerintah. Jika aparaturnya kompeten, maka pelayanan dapat dijalankan
sebagaimana mestinya, tentunya kualitas layanan yang diberikan juga
berpengaruh terhadap aspek yang dilayaninya. Yakni, kualitas pelayanan publik
ditentukan oleh siapa yang memberikan pelayanan.
Dwiyanto (2010) menyatakan bahwa pelayanan publik itu sendiri bukan
dari karakteristik dan sifat pelayanan itu sendiri, bukan dari karakteristik lembaga
penyelenggara atau sumber pembiayaan semata.
12
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik diuraikan
bahwa pelayanan publik adalah;
Segala bentuk kegiatan dalam rangka pengaturan, pembinaan, bimbingan,
penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kepada masyarakat sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Menurut (Moenir, 2001) Pelayanan publik adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan
orang lain sesuai dengan haknya. Tujuan pelayanan publik adalah mempersiapkan
pelayanan publik tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan
bagaimana menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya dan cara
mengaksesnya yang direnecanakan dan disediakan oleh pemerintah. Pelaksanaan
suatu pelayanan publik terdapat beberapa faktor yang mendukung yaitu:
a. Kesadaran pegawai
Adanya kesadaran dari pegawai mengenai tindakan terhadap tugas atau
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga membawa pengaruh
yang positif dan menimbulkan pelayanan yang baik.
b. Adanya aturan
Adanya aturan dalam organisasi mutlak diperlukan agar organisasi dan
pekerjaan dapat berjalan teratur dan terarah.
c. Faktor organisasi
Faktor organisasi merupakan pengaturan dan mekanisme kerjaan (sistem,
13
prosedur dan metode) yang harus mampu menghasilkan pelayanan yang
memadai.
d. Faktor kemampuan dan keterampulan
Bersama dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai maka
pelaksanaan tugas atau pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, cepat dan
memenuhi keinginan semua pihak sehingga menimbulkan pelayanan yang
memuaskan.
e. Faktor sarana pelayanan
Adanya sarana pelayanan yang memadai dan mencukupi sehingga tercipta
efektivitas dan efesiensi suatu pelayanan.
Merujuk pada pengertian dari Departemen Dalam Negeri (2004)
menyebutkan bahwa “Pelayanan Publik adalah Pelayanan Umum” dan
mendefinisikan “ Pelayanan Umun adalah suatu proses bantuan kepada orang lain
dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal
tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk, baik
berupa barang dan jasa.
Pelayanan yang baik kepada masyarakat menjadi salah satu aspek yang
penting dalam pelayanan publik. Mulai dari sikap aparatur yang memberikan
pelayanan, Bentuk pelayanan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, sampai kepada perilaku pemberi pelayanan. Tujuan pelayanan publik
yaitu untuk kepentingan masyarakat yang menerima pelayanan. Jika pelayanannya
baik, maka masyarakat akan merasa puas atas diterimanya pelayanan yang
diberikan. Kepuasan masyarakat menjadi acuan baik atau buruknya pelayanan
14
publik.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 menyebutkan
bahwa tujuan pelayanan publik antara lain:
a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak dan
tanggungjawab dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik.
b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak
sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan koperasi yang baik.
Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan
peraturan perundangan.
c. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan publik. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan Organisasi pelayanan publik
mempunyai ciri public accuntability, dimana setiap warga negara
mempunyai hak untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang mereka
terima. Sangat sulit untuk menilai kualitas suatu pelayanan tanpa
mempertimbangkan peran masyarakat sebagai penerima pelayanan dan
aparat pelaksana layanan itu. Evaluasi yang berasal dari pengguna
pelayanan, merupakan elemen pertama dalam analisis kualitas pelayanan
publik. Elemen keduadalam analisis adalah kemudahan suatu pelayanan
dikenal baik sebelum dalam proses atau setelah pelayanan itu diberikan.
Gaspersz (2006) mengemukakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu
15
kepada pengertian pokok :
a. Kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan
langsung, maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan
pelanggan dan memberikan kepuasan atas penggunaan produk
b. Kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau
kerusakan.
c. Konsep kualitas bersifat relatif, maksudnya penilaian kualitas
bergantung kepada perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-
ciri pelayanan yang spesifik.
Menurut Trilestari (2012) berpendapat pada dasarnya terdapat tiga
orientasi kualitas yang seharusnya konsisten antara yang satu dengan yang lain,
yaitu persepsi, produk dan proses. Untuk produk proses pelayanan, ketiga
orientasi tersebut dapat menyumbangkan keberhasilan organisasi ditinjau dari
kepuasan pelanggan.
Norman (2009) menuliskan, apabila kita ingin sukses memberikan
kualiatas pelayanan, kita harus memahami terlebih dahulu karakteristik tentang
pelayanan sebagai berikut:
a. Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan
sifatnya dengan barang jadi.
b. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan
pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial.
16
c. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara
nyata, karena pada umumnya kejadian bersamaan dan terjadi di tempat
yang sama.
B. Konsep Inovasi Pelayanan Publik
Inovasi dikatakan sebagai inisiatif terobosan dari instansi/lembaga
publik dalam meningkatkan kualitas pelayan publik. Inisiatif terobosan tersebut
terletak pada kebaruan (novelty). Prinsip kebaruan tersebut dibedakan dengan
inovasi dalam teknologi yang merupakan keunikan yang khas berbeda dengan
yang lain. Kebaruan boleh merupakan pengembangan dari inovasi pelayanan
publik yang telah ada, Karena inovasi pelayanan publik terus diperbaharui dan
bahkan di tiru dengan cara melakukan replikasi atau dengan bahasa populernya
replikasi inovasi pelayanan publik dilakukan dengan proses yang mudah yaitu
Amati, Tiru, dan Modifikasi atau disingkat dengan ATM.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009), inovasi diartikan
pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru; penemuan baru yang berbeda dari
yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).
Inovasi organisai bisa didefinisikan sebagai cara-cara baru dalam pengaturan
kerja, dan dilakukan dalam sebuah Organisasi untuk mendorong dan
mempromosikan keunggulan kompetitif.Inti dari inovasi organisasi adalah
kebutuhan untuk memperbaiki atau mengubah suatu produk, Proses atau jasa
(Sutarno, 2012). Sedangkan menurut (Damanpour dalam Suwarno, 2008)
menjelaskan bahwa sebuah inovasi dapat berupa produk atau jasa baru, teknologi
17
proses produksi yang baru, sistem struktur dan administrasi baru atau rencana
baru bagi anggota organisasi.
Penerapan inovasi dalam kehidupan masyarakat akan mendapatkan
manfaat dari segi sosial dan ekonomi. (Muluk, 2008) membagi inovasi menjadi 3
level, yaitu inovasi inkremental, radikal dan transformatif. Inovasi Inkremental,
berarti inovasi yang membawa perubahan-perubahan kecil terhadap proses atau
layanan yang ada. Inovasi Radikal merupakan perubahan mendasar dalam
pelayanan publik atau pengenalan cara-cara yang sama sekali baru dalam proses
keorganisasian atau pelayanan. Inovasi Transformatif atau sistematis, membawa
perubahan dalam struktur angkatan kerja dan keorganisasian dengan
mentransformasi semua sektor secara dramatis mengubah hubungan
keorganisasian. Adapun sumber-sumber penerapan inovasi adalah sebagai berikut:
1. Kejadian yang diharapkan
2. Proses sesuai dengan kebutuhan
3. Perubahan pada industri dan pasar
4. Ketidakharmonisan
5. Perubahan demografi
6. Perubahan persepsi
7. Konsep pengetahuan dasar.
Konsep Penerapan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Menurut beberapa ahli
berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu
18
teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu
kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah
terencana dan tersusun sebelumnya.
Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :
1. Adanya program yang dilaksanakan
2. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan
diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.
3. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses
penerapan tersebut.
Setelah para ahli menjelaskan terkait pengertian Inovasi, namun sampai
saat sekarang ini tidak ada satu kesepemahaman definisi mengenai Inovasi, namun
secara umum dapat disimpulkan bahwa inovasi memiliki atribut (Rogers dalam
Suwarno, 2008).
a. Relative Advantage atau Keuntungan relative
Sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih dibandingkan
dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai kebaruan yang melekat dalam
inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang lain. Tingkat
keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai
ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan,
kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting.Makin
menguntungkan bagi penerima, makin cepat tersebarnya inovasi.
19
b. Compatibility atau Kesesuaian
Inovasi memiliki tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai atau (values),
pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan
nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi
yang sesuai dengan norma yang ada.Misalnya penyebarluasan penggunaan alat
KB dimasyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut,
maka tentu saja penyebaran inovasi akan terhambat.
c. Complexity atau Kerumitan
Adalah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi
bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh
penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar
digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebaranya. Misalnya masyarakat
pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui
kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang
akan diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan
sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu
inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
d. Triability atau Kemungkinan dicoba
Inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji dan terbukti mempunyai
keuntungan atau nilai dibandingkan dengan inovasi yang lama.Sehingga sebuah
produk inovasi harus melewati fase “uji publik”, dimana setiap orang atau pihak
mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas dari sebuah inovasi.
20
e. Observability atau Kemudahan diamati
Sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi bagaimana sebuah
inovasi bekerja dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Suatu inovasi yang
hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan
sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh
masyarakat
Menciptakan inovasi harus bisa menentukan inovasi seperti apa yang
seharusnya dilakukan dalam meningkatkan pelayanan publik di Kecamatan
Tegalrejo, agar inovasi tersebut dapat berguna dan berjalan sebagaimana
mestinya. Jenis-jenis inovasi diharapkan dapat memberikan masukan yang positif
dalam menciptakan inovasi layanan publik (Robertson dalam Nugroho & Siahaan,
2005), jenis-jenis inovasi tersebut antara lain:
1. Inovasi terus menerus
Adalah modifikasi dari produk yang sudah ada dan bukan pembuatan
produk yang baru sepenuhnya.Inovasi ini menimbulkan pengaruh yang paling
tidak mengacaukan pola perilaku yang sudah mapan.Contohnya,
memperkenalkan perubahan model baru, menambahkan mentol pada rokok
atau mengubah panjang rokok.
2. Inovasi terus menerus secara dinamis
Mungkin melibatkan penciptaan produk baru atau perubahan produk
yang sudah ada, tetapi pada umumnya tidak mengubah pola yang sudah
mapan dari kebiasaan belanja pelanggan dan pemakaian produk. Contohnya
21
antara lain, sikat gigi listrik, compact disk, makanan alami dan raket tenis yang
sangat besar.
3. Inovasi terputus
Melibatkan pengenalan sebuah produk yang sepenuhnya baru yang
menyebabkan pembeli mengubah secara signifikan pola perilaku
mereka.Contohnya, komputer, videocassete recorder. Proses inovasi sering
melibatkan perubahan adaptif yang signifikan dalam model organisasi bisnis
saat ini atau adopsi dari model bisnis baru (Ahmad & Stepherd, 2010). Dalam
hal ini pergeseran proses didorong oleh inovasi yang terjadi dalam organisasi
itu sendiri, seperti inovasi produk dan strategi, atau mungkin didorong oleh
inovasi eksternal.
Secara umum inovasi sering kali diterjemahkan sebagai penemuan baru,
namun sebenarnya aspek dalam “kebaruan” dalam inovasi sangat ditekankan
untuk inovasi sektor swasta.Sektor swasta selalu dituntut untuk terus menerus
melakukan Inovasi agar bisa meningkatkan kepuasan pelanggan. Selain itu sektor
swasta satu sama lain juga selalu bersaing dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat dalam jasa yang ditawarkan. Sedangkan, inovasi sektor publik lebih
ditekankan pada aspek “perbaikan” yang dihasilkan dari kegiatan inovasi tersebut,
yaitu pemerintah mampu memberikan pelayanan publik secara lebih efektif,
efisien, dan berkualitas, murah dan terjangkau oleh masyarakat.
a) Inovasi Konseptual, dalam pengertian memperkenalkan misi baru,
pandangan, tujuan, strategi dan rational baru.
22
b) Inovasi Delivery
Merupakan cara-cara baru atau cara yang diubah dalam menyelesaikan
masalah, memberikan layanan atau berinteraksi dengan pelanggan
dengan
tujuan untuk memberikan layanan khusus.
c) Inovasi Interaksi Sistem
Merupakan cara-cara baru atau yang diubah dalam berinteraksi dengan
pihak lain, baik itu pelanggan maupun organisasi lain.
Pada kajian administrasi publik terdapat beberapa perbedaan tipe inovasi
dan perbedaan cara pengelompokan di dalam literatur inovasi pemerintahan.
Penggunaan tipelogi untuk tujuan kita sebagai berikut:
1. Inovasi institusional, dimana fokus pada pembaharuan institusi yang
sudah ada dan/atau pembentukan institusi baru.
2. Inovasi organisasi, termasuk pengenalan cara kerja baru, prosedur atau
teknik manajemen baru di dalam administrasi public.
3. Inovasi proses, dimana fokus pada perbaikan kualitascara pemberian
layanan public.
4. Inovasi konseptual, dimana fokus pada pengenalan bentuk pemerintahan
baru (misalnya: Pembuatan kebijakan interaktif, keterlibatan dalam
kepemerintahan, reformasi anggaran publik, jaringan horizontal).
Perbedaan antara inovasi sektor publik dan swasta adalah bahwa
organisasi publik biasanya sebagai pemasok utama jasa dan tidak bersaing untuk
memaksimal keuntungan.Kurangnya daya saing produk secara luas dianggap
23
sebagai kurangnya untuk perbaikan. Karyawan perusahaan swasta menemukan
motivasi mereka dari sejumlah besar alasan, salah satunya adalah dorongan untuk
memanfaatkan keuntungan.Seperti di sektor publik, pekerjasektor swasta dapat
dimotivasi oleh idealisme, sukacita menciptakan sesuatu yang baru, minat yang
kuat dalam pekerjaan, persahabatan dan rasa memiliki, dan ambisi karier.
Menurut West (dalam Sriwahyuni, 2016), inovasi berasal dari kreatifitas
ide-ide baru. Inovasi adalah penerapan ide-ide tersebut secara actual dan praktek.
Hal-hal yang dapat merangsang inovasi adalah:
1. Tantangan dalam lingkungan organisasi.
2. Tekanan yang kuat pada kualitas baik dalam proses maupun akhir suatu
layanan.
3. Perusahaan yang telah memperkenalkan dan mengembangkan kerja tim
yang efektif lebih besar kemungkinan untuk berinovasi.
4. Adanya tuntutan kebutuhan prosedur yang dirancang secara cermat
untuk memastikan kerja gabungan yang efektif.
5. Adanya komunikasi dan koordinasi antar departemen.
6. Dukungan manajerial yang berupa keinginan personil untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan ide-ide mulai cara-cara baru
yang lebih baik.
7. Adanya asumsi-asumsi dasar organisasi yang terbuka untuk dikritisi.
8. Partisipasi dan hubungan antar anggota organisasi.
C. Konsep Pekarong
Kebakaran memiliki beberapa pengertian antara lain adalah : Suatu
24
proses dari kerakteristik pembakaran melalui panas atau zat asam atau bahan yang
mudah terbakar atau adanya perpaduan dari ketiga unsur tersebut.(Suma’mur,
1996) atau suatu proses pengoksidasian cepat yang pada umumnya menghasilkan
panas dan cahaya. (Sulaksmono, 1997) Peristiwa terbakar adalah suatu reaksi
yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam. Reaksi kimia yang
terjadi bersifat mengeluarkan panas.
Pada berberapa zat, reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa. Namun
pada umumnya reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang
ditimbulkannya hilang ke sekeliling.(Suma’mur, 1996)
Peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan kebakaran dapat di analisa dari
beberapa sebab di antaranya .(Suma’mur, 1996) :
1. Nyala api dan bahan-bahan yang pijar.
Jika suatu benda padat di tempatkan dalam nyala api, maka suhunya
akan naik, mulai terbakar dan bernyala terus sampai habis. Kemungkinan
terbakar tidak tergantung dari sifat benda yang mudah terbakar atau sukar
terbakar, besarnya zat padat, keadaan zat padat, cara menyalanyakan zat padat
baik itu sejajar atau di atas nyala api.
2. Penyinaran
Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau
nyala api tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas
memancarkan gelombang-gelombang elegtromagnetis yaitu sinar inframerah.
Jika gelombang ini mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan
suatu energi yang akan berubah menjadi panas. Benda tersebut menjadi panas
25
dan jika suhunya terus naik, maka pada akhirnya benda tersebut akan menyala
sekalipun benda tersebut tidak dikenai api.
3. Peledakan uap atau gas.
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi
akan meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas
untuk menyala atau meledak. Batas-batas kadar ini tergantung kepada bahan-
bahan yang memiliki sifat zat, suhu dan tekanan udara yang berkisar di antara
2.0000 m/s. Kecepatan ini akan mempengaruhi besar kerusakan yang di
akibatkan oleh peledakan.
4. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair.
Debu-bebu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah–noktah cair
yang berupa suspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau
uap dalam udara dan dapat meledak.
5. Percikan api.
rcikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakarnya
campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya percikan
api tak dapat menyebabkan terbakarnya benda padat, oleh karena tidak
cukupnya energi dan panas yang ditimbulkan akan menghilang di dalam benda
padat. Percikan juga bisa di akibatkan oleh arus listrik pada pemutusan
hubungan arus listrik pada kumparan yang bertenaga listrik, pengosongan listrik
pada elektrodaelektroda. Percikan api yang di karenakan beradunya dua benda
padat dapat menyebabkan pula campuran gas atau uap udara mudah menyala.
26
6. Terbakar sendiri
Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar mineral
yang padat atau zat-zat organis, apabila peredaran udara cukup besar untuk
terjadinya proses oksidasi, tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan panas yang
terjadi. Hal ini juga di pengaruhi kelembaban.
7. Reksi kimiawi.
Reaksi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas yang besar
yangberakibat timbulnya kebakaran. Fosfor kuning teroksidasi sangat cepat,
bila bersinggungan dengan udara. Bubuk besi yang halus (besi pirofor) pijar
dalam udara yang mungkin menimbulkan kebakaran.Kalsium karbida mengurai
secara secara eksotermis, jika terkena air, dan membebaskan gas asitelen yang
mungkin meledak atau terbakar oleh panas yang terjadi.
8. Peristiwa-peristiwa lain.
Gesekan antara dua benda menimbulkan panas, yang semakin banyak
menurut besarnya koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih besar
dari kecepatan panas lingkungan, kebakaran mungkin terjadi pada mesin yang
kurang minyak atau oli. Penekanan gas secara adiabatis menimbulkan panas,
yang berakibat peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas, jika kompresor
tidak didinginkan, atau peledakan silinder-silender bertekanan.
Menurut data geospasial Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), kasus kebakaran pemukiman di Indonesia tahun 2011 sampai dengan
pertengahan tahun 2015 terdapat 983 kasus kebakaran pemukiman dan 81 kasus
27
kebakaran hutan dan lahan. Kejadian kebakaran di Indonesia sekitar 63 persen
disebabkan hubungan pendek arus listrik di kawasan padat penduduk, 10 persen
dari lampu minyak dan lilin, 5 persen dari rokok, 1 persen dari kompor, dan
lainnya. Semakin padat jumlah pemukiman penduduk menyebabkan semakin
mudahnya terjadi kebakaran. Tren kebakaran permukiman meningkat terkait
dengan makin padatnya penduduk, cuaca makin kering, kemiskinan, terbatasnya
hidran, penggunaan lahan dan sebagainya (BNPB, 2015).
Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan secara
terencana untuk mencegah dan meniadakan sejauh mungkin timbulnya kebakaran.
Karena itu pencegahan kebakaran dan pemadaman dalam tahap awal penyalaan
sangat penting untuk dilakukan, baik dengan jalan meningkatkan ilmu
pengetahuan maupun ketrampilan khususnya tentang kebakaran.
(Sulaksmono,1997).
Dalam hal ini perlu kewaspadaan dan tindakan untuk mencegah
terjadinya kebakaran dengan melakukan identifikasi potensi bahaya kebakaran.
(Suma’mur, 1996):
a. Pencegahan dalam menghadapi bahaya kebakaran dapat meliputi :
1. Perencanaan darurat kebakaran.
Pencegahan kebakaran dimulai sejak perencanaan perusahaan dan
pengaturan proses produksi. Suatu prinsip penting pada semua perencanaan
adalah tidak meluasnya kebakaran yang terjadi dan dimungkinkan untuk
penanggulangan kebakaran yang efektif. Pendekatannya dilakukan dengan
penelahan secara cermat atas bangunan menurut kegunaannya dan penentuan
28
lokasi yang diperlukannya. Bangunan-bangunan tersebut harus diatur
letaknya sedemikian, sehingga aman dari kebakaran, dan cukup jarak diantara
satu dengan yang lainnya. Perlengkapan penanggulangan kebakaran termasuk
alat-alat pemadam kebakaran harus tersedia dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
(Suma’mur, 1996) Manajemen puncak perlu menyadari pentingnya
perencanaan dan persiapan keadaan darurat terutama masalah kebakaran. Untuk
itu manajer keselamatan kerja perlu memberikan penjelasan serta mengupayakan
agar rencana itu mendapat dukungan. Untuk menyusun rencana keadaan darurat
terlebih dahulu perlu di identifikasi dan di evaluasi jenis dan skala keadaan
darurat yang mungkin terjadi. Selanjutnya disiapkan suatu rencana kerja.
Perencanaan tersebut harus dibuat oleh perusahaan, bila perlu dengan bantuan
ahli dari pihak pemerintah atau konsultan. Rencana juga bisa bisa disusun
bersama perusahaan yang berada dalam satu awasan.
Rencana keadaan darurat harus praktis, sederhana dan mudah
dimengerti.Rencana harus sudah mengantisipasi berbagai skenario keadaan
darurat, meliputi bencana karena keselahan operasi, bencana alam dan
kemungkinan sabotase. Bila hal ini tidak diantisipasi dan tidak diambil langkah
penanggulangan yang memadai akan dapat menimbulkan kerugian total, karena
musnahnya seluruh aset perusahaan. Karena itu persiapan keadaan darurat
kebakaran perlu dilakukan untuk mencegah kerugian yang besar baik harta, benda
maupun jiwa manusia.( Sahab, 1997)
29
2. Organisasi/Unit Penanggulangan Kebakaran.
Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan
ditugasi untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja
yang meliputi kegiatan administratif, identifikasi sumber-sumber bahaya,
pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.
Kebakaran merupakan kejadian yang sering terjadi pada masyarakat. Hal
tersebut terjadi seiring dengan perkembangan penduduk dan industri. Dinas
Kebakaran adalah satu-satunya instansi pemerintah yang memiliki tugas dan
fungsi di bidang kebakaran. Oleh sebab itu, kinerja tim pemadam kebakaran
dalam penanggulangan kebakaran perlu dikaji. Hal tersebut karena tim pemadam
tidak hanya bertanggungjawab pada keselamatan dirinya tetapi juga keselamatan
orang lain. Oleh karena itu Dinas Damkar menciptakan Inovasi baru yaitu
Program Pekarong, Program ini masuk dalam lomba penilaian inovasi tingkat
nasional. Dan satu satunya di Indonesia, Pengendalian Kebakaran Lorong atau
yang disingkat Pekarong.
Pekarong ini salah satu upaya Dinas Damkar dalam melakukan antisipasi
dan pemadaman awal kebakaran di pemukiman padat, dengan melibatkan warga
masyarakat lorong (Swadaya masyarakat). Plt.Kadis Damkar Makassar,
Muhammad Takdir Hasan Saleh mengatakan, Pekarong ini merupakan salah satu
inovasi terbaru, dalam memberika pelayan cepat (Quick Respon) kepada
masyarakat. Dimana program tersebut dilakukan oleh masyarakat itu sendiri,
untuk pencegahan awal dan meminimalisir kebakaran di lorong sempit yang tidak
bisa dijangkau oleh armada Damkar.
30
Pekarong ini adalah sebuah fasilitas atau sarana pemadaman awal, yang
ada di lorong-lorong. Sarana tersebut dijalankan atau digunakan sendiri secara
swadaya oleh masyarakat. Jadi warga sendiri yang menggunakan dan merawat
fasilitas tersebut, kata Asisten III Bidang Admikistrasi Umum Pemkot Makassar.
Dan pada “Tahun 2018 ini kita akan coba dua titik dulu. Dua lokasi itu sementara
kita survei dibeberapa wilayah kecamatan/kelurahan padat penduduk. Kita cari
yang cocok dan pas untuk program ini,” ujarnya.
Menurut Takdir Hasan Saleh, PEKARONG ini sudah ada satu titik
percontohan di Kampung Buyang Kecamatan Mariso. Itu merupakan swadaya
masyarakat yang sudah diresmikan oleh Walikota Makassar, Moh Ramdhan
Danny Pomanto, tahun 2017 lalu. Di Kampung Buyang itu adalah pilot project
Pekarong, semua sarana dan fasilitas Pekarong diadakan sendiri oleh warga
setempat dan saat ini baru ada tiga titik pekarong, dua titik di Kecamatan Mario
dan atu titik di kecamatan Tmalate, dari tiga pekarong yang ada terebut, dua titik
di bangun melalui anggaran pemerintah dan atu titik lainnya merupakan hail dari
wadaya mayarakat.
Kehadiran pekarong ini hanya untuk menanggulangi peritiwa kebakaran
dengan tingkat api dibawah 30%. Sebab, yang mengoperaikan pekarong ini adalah
masyarakat setempat yang sebelumnya telah dibekali pemahaman perihal teknik
pemadaman sambil menunggu pemadam kebakaran.
D. Kerangka Pikir
Inovasi Pelayanan Publik Program PEKARONG Pengendalian Kebakaran
Lorong Dinas Pemadam Kebakaran di Kota Makassar merupakan program inovasi
31
terbaru yang dikeluarkan oleh dinas pemadam kebakaran dan diresmikan pada
tahun 2017 dan program ini hadir membantu bagaimana pemberian layanan yang
baik dalam menjalankan program tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, kerangka pikir yang akan menjadi acuan dalam
penelitian ini adalah:
Bagan Kerangka Pikir
Gambar. 2.1 Kerangka Pikir
E. Fokus Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka fokus penelitian ini berangkat
dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan dan dikaji
berdasarkan teori dalam tinjuan pustaka adapun yang menjadi fokus dalam
Inovasi Pelayanan Publik
Faktor
Pendukung
Adanya
dukungan dari
Pemerintah
dan
masyarakat
Atribut Inovasi Menurut Rogers
Dalam Suwarno
2008.
1. Relative
Advantage atau
keuntungan
relative
2. Compatibility
atau kesesuaian
3. Complexity atau
kerumitan
Faktor
Penghambat
Pada awalnya
masyarakat
belum terbiasa
menggunakan
pekarong dan
petugas melihat
adanya rasa
kurang percaya
masyarakat
karena terhitung
baru
Program Pekarong di Dinas
Pemadam Kebakaran Kota
Makassar
32
penelitian ini yaitu bagaimana keberhasilan Atribut inovasi tersebut di Dinas
Pemadam Kebakaran dengan mengfokuskan konsep inovasi melalui 3 konsep
yaitu : Relative advantage (Keuntungan Relatif), Compability (Kesesuaian) dan
Complexity (Kerumitan).
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan
penelitian yang akan dilakukan sehingga harus diungkapkan secara eksplisit untuk
mempermudah melakukan observasi. Yang menjadi konsep inovasi dalam
penelitian ini yaitu:
a. Relative Advantage (Keuntungan relatif)
Dengan adanya inovasi pekarong masyarakat menjadi sadar akan
pentingnya hidup saling tolong menolong antar masyarakat khususnya Kota
Makassar. Dan inovasi sudah cukup lama dilaksanakan sejak tahun 2017 sampai
sekarang bahkan bahkan program ini masuk lomba peniaian inovasi tingkat
nasional dan satu satunya di Indonesia.
b. Compatibility ( Kesesuaian)
Inovasi memiliki tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai atau values,
pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai
dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima
secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Pekarong merupakan salah
satu panca darma dimana pekarong termasuk bagian dari pemberdayaan
masyarakat. adanya partisipasi aktif masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat dengan melakukan pendekatan-pendekatan secara emosional,
memberikan pemahaman tentang bahaya kebakaran dan pentingnya kesadaran
33
dan kebersamaan warga masyarakat serta memberikan pelatihan secara rutin
melalui pembagain tugas sesuai dengan kemapuan masing-masing.
c. Complexity (kerumitan)
Adalah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi
bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan
oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti
atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Seperti
masyarakat yang pada awalnya belum terbiasa menggunakan pekarong dan
masih kurang percaya tentang kegunaan pekarong karena pada saat itu inovasi
pekarong tersebut masih terbilang baru, oleh karena itu tim Damkar melakukan
pelatihan dan evaluasi sampai mereka mampu melakukannya sendiri, serta
meyakinkan masyarakat agar masyarakat mengetahui manfaat dari pekarong
tersebut.
32
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih
selama 2 (dua) bulan setelah seminar proposal selesai. Lokasi penelitian berada di
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar bertempat di Jl. Dr. Sam Ratulangi
Komp. PDAM No 11 Makassar. karena peneliti melihat bahwa instansi tersebut
telah melahirnya program-program inovasi pelayanan masyarakat seperti Program
Pekarong dimana program ini dapat membantu masyarakat jika tiba-tiba terjadi
kebakaran lorong. Dan program ini hadir setidaknya dapat mengendalikan
kebakaran sebelum tim pemadam kebakaran sampai di lokasi kebakaran.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam Penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data
tersebut berasal dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,
catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. sehingga yang menjadi tujuan dari
penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik
fenomena secara terperinci, mendalam, dan tuntas tentang sumber data.
2. Tipe Penelitian
Adapun tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif karena
penelitian ini menghasilkan data-data berupa kata-kata menurut informan, apa
adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis pula
35
dengan kata-kata yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir,
berperasaan, dan bertindak), direduksi, ditriangulasi, di simpulkan (diberi
makna oleh peneliti), dan diverifikasi, adapun tujuannya adalah untuk
menggambarkan secara tepat mengenai suatu keadaan, sifat-sifat individu atau
gejala yang terjadi terhadap kelompok tertentu.
C. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada. Berdasarkan uraian tersebut maka sumber data dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Data primer, yang diperoleh secara langsung dari informan yang
bersangkutan dengan cara wawancara untuk mendapatkan jawaban atau
informasi yang relavan dan sebenarnya berkaitan dengan Inovasi Pelayanan
Publik Program Pekarong Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar.
2. Data Sekunder, yang diperoleh dari literatur dan dokumen serta data yang
diambil dari instansi yang bersangkutan, atau perorangan dari pihak yang
telah mengumpulkan dan mengalihkannya, seperti data wawancara dengan
masyarakat, foto-foto, buku dan lain-lain yang relavan dengan penelitian.
Hal ini diperoleh dengan mencari dan mengumpulkan data dari informan
baik itu secara ataupun gambar-gambar dan tulisan-tulisan yang berkaitan
dengan penelitian. Dalam hal ini sumber data itu diperoleh dari Kantor
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar.
36
D. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang benar-benar mengetahui atau
pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian tentang Program
Pekarong. Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling, artinya
memilih langsung informan yang lebih mengetahui masalah yang diteliti
Adapun yang menjadi informan pada penelitian tentang inovasi pelayanan
publik Program Pekarong ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Informan Penelitian
No. Informan Inisial Jabatan/Staf
1. Elodewata Wahid Yunus
S.STP, M.Si EWY
Kepala Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Makassar
2. Aswin Kartapati Harun,
S.STP, M.Si AKH
Kepala Bidang Sarana Dan
Pengolahan Data
3. Andi Iqbal Parenrengi AIP Petugas Pemadam Kebakaran
4. Nur Fatimah NF Masyarakat
5. Limpo LO Masyarakat
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai, yakni berikut :
1. Observasi
Peneliti dalam hal ini melakukan pengamatan yang langsung
dilapangan yaitu pertama, peneliti melakukan pengamatan seperti apa Inovasi
Pelayanan Publik Program Pekarong di Dinas Pemadam Kebakaran Kota
Makassar, kemudian kedua peneliti melakukan pengamatan di lokasi
bagaimana pelaksanaan Inovasi pekarong ini menurut para informan yang
37
terkait di lokasi penelitian.
2. Wawancara
Wawancara digunakan dalam teknik pengumpulan data sebagai studi
awal guna menemukan berbagai masalah yang akan diteliti, peneliti akan
melakukan secara langsung secara mendalam kepada informan yang akan
menjadi objek penelitian. Wawancara ini dilakukan oleh seorang
pewawancara dengan mewawancarai 5 orang informan secara tatap muka
(face to face), yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan itu, yang
dikerjakan dengan sistematik dan berdasarkan kepada tujuan dalam penelitian
ini. Dengan menggunakan alat wawancara berupa pedoman wawancara, buku
catatan, tape recorder, kamera handphone.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang peneliti lakukan yaitu segala bentuk dokumentasi
tertulis maupun tidak tertulis yang dapat digunakan untuk melengkapi data-
data lainnya. Dokumentasi adalah mengumpulkan beberapa data baik itu
berupa data, catatan, gambar-gambar, dan administrasi yang sesuai dengan
masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh merupakan hal
yang penting dalam membuktikan validitas sebuah datat ataupun hasil peneliti
maka dianggap perlu oleh peneliti mengambil pada setiap kegiatan penelitian
yang dilakukan, dokumentasi yang akan diambil yaitu berbentuk rekaman dan
foto.
38
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992), yaitu:
1. Reduksi data
Mereduksi data artinya mengumpulkan hal-hal yang pokok.
Mengutamakan kepada hal-hal yang dianggap penting kemudian mencari
temanya serta membuang yang dianggap tidak perlu. Dalam proses analisa
data yaitu dimulai dengan menyeleksi seluruh data yang sudah terkumpul,
kemudian selanjutnya mereduksi data, pada tahap ini peneliti memilih mana
data yang menarik, penting dan berguna. Kemudian hanya mengambil data
yang dipakai.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, kemudian selanjutnya yaitu mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini penyajian data disajikan dalam bentuk table, grafik
dan sebagainya. Dari penyajian data tersebut, maka data tersusun sehingga
akan lebih dipahami.
3. Verifikasi
Selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dari verifikasi. Kesimpulan
awal yang dipaparkan bersifat sementara serta bisa berubah apabila tidak
adanya bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi jika
pada kesimpulan yang dipaparkan ditahap awal didukung oleh bukti yang
valid saat peneliti berada dilapangan pengumpulan data maka kesimpulan
yang dipaparkan merupakan kesimpulan yang kreadibel.
39
G. Teknik Pengabsahan Data
Dalam penelitian ini, teknik menguji keabsahan data adalah
menggunakan teknik triangulasi. Meleong (dalam Ibrahim, 2015) Triangulasi
yaitu sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian dengan cara
membanding-bandingkan antara sumber, teori, meupun metode/teknik penelitian.
Ada 3 teknik triangulasi yaitu sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan cara mengecek ulang
tingkat kebenaran informasi yang didapat melalui sumber yang berbeda.
Contohnya membandingkan hasil pengamatan dan wawancara, membandingkan
apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan dengan pribadi,
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik digunakan dalam menguji kreadibilitas data dengan
cara mengecek data dengan teknik yang berbeda kepada sumber yang sama.
Contohnya data tersebut diperoleh dengan cara wawancara, kemudian dicek
dengan dokumentasi dan observasi.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk validasi data yang berkaitan
dengan pengecakan data berbagai sumber dengan cara dan berbagai waktu.
Perubahan suatu proses dan perilaku manusia perubahan.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran umum Kota Makassar
a. Letak Geografis
Kota Makassar yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan
terletak di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat 119° 18’
30,18" sampai dengan 119°32'31,03" BT dan 5°00' 30,18" sampai dengan 5°14’
6,49" LS. Di bagian selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan
Rappocini. Di bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan
Panakkukang. Bagian barat adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala,
Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, dan
Kecamatan Mariso.
Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi. Secara
administratif Kota Makassar terbagi atas 15 Kecamatan dan 153 Kelurahan.
Bagian utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea,
Kecamatan Tallo, dan Kecamatan Ujung Tanah.
b. Visi dan Misi Kota Makassar
Visi: Mewujudkan makassar kota dunia yang nyaman untuk semua.
Misi:
1) Merekonstruksi nasib rakyat menjadi masyarakat sejahtera standar
dunia
2) Merestorasi tata ruang kota menjadi kota nyaman kelas dunia
40
41
3) Mereformasi tata pemerintahan menjadi pelayanan publik
kelas duniabebas korupsi.
2. Gambaran Umum Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar
a. Letak geografis
Pemadam Kebakaran kota Makassar terletak di ibu kota provinsi
Sulawesi Selatan yaitu kota Makassar. Lokasi gedung Dinas Pemadam Kebakaran
kota Makassar bertempat di Jl. Dr. Sam Ratulangi Komp. PDAM No 11
Makassar.
b. Tugas dan Fungsi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar
Dinas Pemadam Kebakaran mempunyai tugas membantu walikota
melaksanakan Urusan Pemerintahan bidang kebakaran yang menjadi kewenangan
Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah. Oleh Karena itu
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar mempunyai peran penting dalam
mewujudkan Kota Makassar sebagai kota yang aman dan nyaman dari ancaman
bahaya kebakaran.
Dalam menyelenggarakan tugas, dinas pemadam kebakaran mempunyai
fungsi yaitu:
a. Perumusan kebijakan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang
kebakaran;
b. Pelaksanaan kebijakan Urusan Pemerintahan bidang kebakaran;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Urusan Pemerintahan bidang
kebakaran;
d. Pelaksanaan administrasi Dinas Urusan Pemerintahan bidang kebakaran;
42
e. Pembinaan, pengoordinasian, pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan
program dan kegiatan bidang kebakaran;
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota terkait dengan tugas
dan fungsinya.
c. Visi dan Misi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar
Visi :
Terciptanya Ketentraman & Rasa Aman Dari Bahaya Kebakaran
Misi :
1. Terpenuhinya Sarana & Prasarana Pemadam Kebakaran
2. Meningkatkan Profesionalisme & Rekruitmen Personil
3. Meningkatkan Kesadaran Serta Partisipasi Masyarakat
4. Meningkatkan Perencanaan Pengawasan & Pengendalian,
Pengembangan Dibidang Bencana Kebakaran
5. Membangun Kerja Sama & Koordinasi, Kemitraan Dengan
Instansi Terkait
6. Meningkatkan Manajemen Pelaksanaan Penanggulangan Bencana
Kebakaran
B. Inovasi Pelayanan Publik Program Pekarong di Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Makassar
Pertumbuhan penduduk kota yang tidak terkendali menyebabkan
munculnya aktivitas pembukaan lahan untuk pemukiman. Kebutuhan ruang
meningkat untuk mengakomodir kebutuhan - kebutuhan penduduk kota.
Meningkatnya jumlah permintaan akan ruang kota, mengakibatkan
kemerosotan kualitas lingkungan.
43
Tabel 4.1 Data Penduduk Tahun 2015-2017
Data Penduduk Tahun 2015-2017
2015 1.653.386 jiwa
2016 1.658.503 jiwa
2017 1.769.920 jiwa
Sumber: Dispendukcapil (Berita Sulsel.com)
Tabel di atas dari luas Kota Makassar 175,77 Km2
penduduk, dimana
setiap tahunnyanya dari tahun 2015 sampai 2017 jumlah penduduk mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya dan sebagian besar berada pada pemukiman
lorong yang belum tertata rapi. Banyak masyarakat tidak menyadari adanya
bahaya kebakaran mengancam disekitar hunian, apar dianggap barang takberguna,
buang dan bakar sampah tanpa memperhatikan sekitarnya.
44
Tabel 4.2 Pembagian Zona , Tingkat Resiko Bencana Kebakaran
NO
ZONA
Tingkat
Resiko
Kelurahaan
Luas
(Ha)
Presentase
1.
Zona A
Tinggi
Kel.Bontoranu 3.66 1.56
Kel. Tamarunang 2.77 1.18
Kel. Mattoanging 0.96 0.41
Kel. Kampung Buyan 3.01 1.28
Kel. Mariso 18.62 7.94
Kel. Lette 16.65 7.09
Kel. Panambungan 39.95 17.02
Jumlah 85.63
36.48
2.
Zona A
Sedang
Kel. Bontorannu 11.88 5.06
Kel. Mattoanging 14.39 6.11
Kel. Kampung Buyan 10.54 4.49
Kel. Mariso 2.34 1.00
Kekl. Kunjung Mas 3.82 1.63
Jumlah 42.93 18.29
3 Zona C Rendah Kel. Bontorannu 13.06 5.56
Kel. Mattoanging 21.38 9.11
Kel. Kampung Buyan 7.84 3.34
Kel. Lette 2.69 1.15
Kel. Mario 22.87 9.74
Kel. Penambungan 15.41 6.56
Kel. Kunjung Mae 22.93 9.77
Jumlah 0
106.18
45.23
(Sumber : Analisis, 2015)
Tabel diatas adalah Analis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran di
Kecamatan Mariso Kota Makassar berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)
dimana resiko bencana kebakaran berbeda-beda tiap wilayah administrative, yang
artinya dalam suatu kelurahan terdapat dua hingga tiga zona berbeda, hal ini
disebabkan oleh penilaian variabel yang telah diperhitungkan dan dianalisis.
Zona A merupakan lokasi dengan tingkat resiko tinggi terhadap bencana
kebakaran. Penggunaan lahan yang dominan dalam wilayah Zona A adalah
45
permukiman dengan kepadatan penduduk yang tinggi yang disebabkan oleh tidak
adanya alat proteksi kebakaran serta kurangnya aksesbilitas karena dilokasi ini
tidak bisa dilalui mobil pemadam kebakaran menuju area pemukiman. Selain itu
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi.
Zona B, faktor utama yang mempengaruhi zonasi ini termasuk dalam
tingkat resiko sedang karena penggunaan lahan yang telah terbagi antara
pemukiman, perumaham, dan fasilitas social serta terdapat ruang terbuka hijau
yang dapat dijadikan area evaluasi dari bencana. Dan untuk prasarana pemadam
kebakaran di zonasi ini terdapat pasokan air berupa hidran dan tandon air yang
dapat memenuhi kebutuhan air mobil pemadam.
Zona C merupakan zona terluas dari ke tiga zonasi lainnya. Umumnya
zoan ini sangat mudah diakses dan merupakan daerah ruang terbuka dan jauh dari
permukiman penduduk, dan tentukan terdapat alat proteksi kebakaran berupa
hidran yang dapat digunakan sebagai prasarana ketika menanggulangi bencana
kebakaran.
46
Tabel 4.3 Jumlah Kebakaran Perkecamatan di Kota Makassar 2014 -
2018
Kecamatan
Penyebab Kebakaran
Listrik Kompor
Gas
Lampu
Minyak
Lilin Sampa
h
Dll Jumlah
Mariso 3 1 - - 3 - 7
Mamajang 4 2 - - 1 - 7
Tamalate 4 5 - - 9 1 29
Rappocini 5 - - 1 2 6 20
Makassar 4 - - - 1 3 12
Ujung Panjang 4 1 - - 2 2 9
Wajo 4 1 - - - - 5
Bontoala 2 1 - - - 3 6
Ujung Tanah - - - - 2 2 4
Kep.sangkarrang - - - - - - -
Tallo 7 3 - - 1 1 12
Panakukang 6 2 - - 9 5 22
Manggala 3 3 - - 15 5 29
Biringkanaya 11 1 - - 3 4 29
Tamalanrea 2 2 - - 4 5 18
(Sumber : Kota Makassar Dalam Angka 2019)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Makassar Tahun 2014-2018
Kecamatan Mariso telah terjadi 7 kali kejadian kebakaran sedangkan untuk
47
Kecamatan Tamalate telah terjadi kasusu kebakaran sebanyak 29 kali. Maka dari
itu kedua lokasi tersebut ditempatkan pekarong. Hal itu disebabkan karena
kecamatan Mariso dan Tamalate adalah lokasi yang memiliki peluang terjadinya
kebakaran, tingkat kepadatan penduduk yang tergolong tinggi, dan merupakan
salah satu kecamatan terpadat di Kota Makassar yang menandakan bahwa tingkat
aktivitas yang trelatif tinggi dengan melihat berbagai masalah kebakaran yang
terjadi maka diperlukan suatu tindakan pengendalian dan penanganan bencara
kebakaran.
Tabel 4.4 Jumlah Penyebab Kebakaran di Kota Makassar 2014 - 2018
Tahun
Penyebab Kebakaran
Jumlah Listrik Kompor
Minyak
Kompor
Gas
Lampu
Minyak
Lilin Sampah Dll
2014 96 4 7 - - 7 48 162
2015 66 4 9 - - 63 59 201
2016 73 5 10 - 3 29 51 171
2017 77 2 11 - 2 21 36 151
2018 59 - 22 - 1 52 38 172
(Sumber : Kota Makassar Dalam Angka 2019)
Berdasarkan tabel di atas jumlah angka kebakaran meningkat menjadi
201 kasus pada tahun 2015 yang sebelumnya hanya 162 pada tahun 2014. Di
tahun 2016 dan 2017 jumlah angka kebaran mengalami penurunan yang sedikit
48
minim. Kemudian angka kebakaran kembali peningkatan pada tahun 2018 dari
tahun sebelumnya yaitu 2016 dan 2017. Rata-rata penyebab paling banyak
kebakaran terjadi dikarenakan oleh factor listrik, sampah, dan kompor gas.
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar mencatat ada 305 kasus
kebakaran yang terjadi sepanjang tahun 2019. Angka itu tertinggi selama kurun
waktu tiga tahun terakhir. Kerugian masyarakat mencapai Rp25,58 miliar.
Berdasarkan data yang dihimpun, pada tahun 2017 lalu kasus kebakaran hanya
berkisar 151 kasus. Jumlah itu kemudian meningkat di tahun 2018 yakni
mencapai 172 kasus. Sementara untuk total sejak Januari sampai Juni 2020,
insiden kebakaran tercatat mencapai 58 kasus di sejumlah titik wilayah Kota
Makassar. (Sindonews.com)
Pekarong atau pengendalian kebakaran lorong merupakan program
inovasi yang menarik karena inovasi ini suatu pembaruan yang digagas Dinas
Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Makassar yang belum ada sebelumnya.
Pekarong ini salah satu upaya dalam melakukan antisipasi dan pemadaman awal
kebakaran di pemukiman lorong padat penduduk, dengan melibatkan warga
masyarakat lorong. Pekarong ini termasuk inovatif (unik) karena hanya
menggunakan peralatan sederhana yang mudah didapat dipasaran seperti;
Tandom, mesin hisap, mesin penempak, selang hisap/tembak, nozzle, pipa, dan
pemasangan instalasi berada pada selah-selah rumah penduduk, perawatan dan
perbaikannya cukup mudah. Walau peralatan sederhana akan tetapi jarak
semprotan luar bisa mencapai 30 meter.
49
Keunggulan Inovasi tersebut terbukti dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat, hal tersbut dapat dilihat bagaimana masyarakat antusias menerima
pelatihan dari petugas pemadam kebakaran sampai mereka dapat melakukannya
sendiri. Dan pada tahun yang sama program ini masuk lomba peniaian inovasi
tingkat nasional dan satu satunya di Indonesia. Salah satu penempatan Inovasi
Pekarong di Jalan Flamboyan Barat No.42, RW4, RTD, Kelurahan Kampung
Buyang, Kecamatan Mariso sangat memberikan manfaat bagi kelompok-
kelompok penduduk dilokasi tersebut.
Setelah Dinas Pemadam Kebakaran membentuk Satuan Petugas
(Satgas) Pekarong yang melibatkan masyarakat setempat pelaksanaan
sosialisasi dan bimbingan teknis dari anggota Dinas Pemadam Kebakaran yang
kafabilitas skill tidak diragukan lagi, maka penekanan, pengendalian angka
kasus kebakaran lorong yang bisa menelan banyak korban baik manusia
maupun rumah dinilai mampu teratasi dengan baik tanpa melibatkan Satgas
Pemadam secara langsung.
Inovasi Pekarong secara resmi deterapkan setelah pengresmian Walikota
Makassar Moh.Ramdhan Pomanto pada tanggal, 7 Januari 2018 disaksikan
masyarakat setempat. Pekarong ini dinilai sangat berpotensi mengendalikan
kebakaran awal dilorong tempat instalasi terpasang, terlebih lagi sebagai
user/pangendali inovasi ini adalah masyarakat setempat itu sendiri, jika terjadi
bencana kebakaran, anggota masyarakat yang telah ditunjuk dan dilatih oleh Tim
Dinas Pemadam Kebakaran bergerak secara respon time. Pekarong dilengkapi
lonceng tanda bahaya, dipasang pada posko dekat rumah tinggal penduduk
50
masyarakat yang bisa dibunyikan atau dipukul. Dengan keberadaan Pekarong
mampu membina kebersamaan, persaudaraan serta kekeluargaan masyarakat.
Bagaimana sebetulnya inovasi ini.
1. Keuntungan Relatif (Relative Advantage)
Keunggulan/keuntungan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap
menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu
inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari factor
status social (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen
yang sangat penting;
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih
baik atau unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari
beberapa segi,seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan
lain-lain Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin
cepat inovasi tersebut diadopsi.
Sebagai contoh para adopter akan menilai apakah suatu inovasi itu relatif
menguntungkan atau lebih unggul dari yang yang lainnya atau tidak. Untuk
adopter yang menerima secara cepat suatu inovasi, akan melihat inovasi itu
sebagai sebuah keunggulan.
Dinas Pemadam Kebakaran selaku yang mengeluarkan inovasi pekarong
tentunya berharap bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat terutama bagi
masyarakat kota Makassar. Berdasarkan indicator tersebut hasil wawancara
penulis dengan informan EWY selaku Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota
Makassar mengenai keuntungan Relatif dari adanya inovasi pekarong
51
(pengendalian kebakaran lorong):
” Keuntungannya bahwa dengan adanya pekarong ini di lorong-lorong
sempit, lokasi yang sulit terjangkau oleh tim pemadam kebakaran dan
bahkan membutuhkan waktu untuk menyusuri lokasi tersebut, bila terjadi
kebakaran bisa ditangani langsung oleh masyarakat setempat yang sudah
dibentuk oleh Dinas Pemadam yang dapat turun langsung 5 menit lebih
awal untuk megatasi kebakaran pada lorong-lorong sempit dengan
menggunakan fasilitas yang telah disediakan dan muda digunakan khusus
untuk mengatasi kebakaran pada lorong sempit sebelum tim pemadam
kebakaran sampai di lokasi terjadinya kebakaran”. (hasil wawancara
dengan informan EWY tanggal 8 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa
keuntungannya dengan adanya pekarong ini masyarakat setempat yang telah
dibentuk tim oleh satgas bisa turun langsung mengatasi 4 menit lebih awal jika
sewaktu-waktu terjadi kebakaran pada lorong sebelum tim pemadam kebakaran
tiba di tempat lokasi.
Selanjutkan hasil wawancara penuluis dengan informan AKH selaku
Kepala Bidang Sarana Dan Pengolahan Data di Dinas Pemadam Kebakaran Kota
Makassar yang mengatakan bahwa:
“Keuntungannya, bahwa Inovasi pekarong digerakkan oleh sebuah ide
dimana dicarikan solusi yang cocok dibuat untuk lorong-lorong sempit,
maka ditemukanlah solusi yang terbuat dari suatu instalasi pemadaman
yang harganya terjangkau atau tidak terlalu mahal yang terdiri dari tendon
air, pipa, selang dll, dan yang dapat di gunakan dengan muda oleh
masyarakat” (hasil wawancara dengan informan AKH pada tanggal 8
Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa Inovasi
pekarong digerakkan oleh sebuah ide yang didalamnya terdapat suatu solusi
dimana solusi ini berupa instalasi pemadaman yang harganya terjangkau atau
tidak terlalu mahal yang terdiri dari tendon air, pipa, selang dll, dan yang dapat di
gunakan dengan muda oleh masyarakat. Selanjutnya hasil wawancara penulis
52
dengan informan AIP selaku petugas Pemadam Kebakaran Kota Makassar yang
mengatakan bahwa:
“keuntungan dengan adanya Inovasi Instalasi Pekarong ini suatu terobosan
baru murni diciptakan oleh Dinas Pemadam yang hadir sejak tahun 2017
sampai sekarang untuk mencegah meluasnya kebakaran serta
menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut
bertanggungjawab terhadap pemadaman kebakaran awal serta
menumbuhkembangkan semangat kebersamaan dan saling tolong
menolong diantara masyarakat setempat dengan adanya pembagian tugas
dan fungsi masing-masing anggota yang telah dibentuk sebelumnya”.
(hasil wawancara dengan informan AIP pada tanggal 8 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut yang mengatakan bahwa Inovasi
ini merupakan suatu terobosan baru yang dikeluarkan oleh Dinas Pemadam
Kebakaran pada tahun 2017 sampai sekarang dalam mencegah bencana kebakaran
dan disamping itu dapat meningkatkan rasa saling tolong menolong antar
masyarakat setempat. Selanjutnya hasil wawancara penulis dengan informan NF
selaku masyarakat yang menggunakan pekarong ini mengatakan bahwa:
“Keuntungannya dengan adanya Pekarong ini kami dapat mengantisipasi
secara dini adanya kebakaran awal, pekarong ini juga membuat kami lebih
dekat dengan adanya saling tolong menolong antar masyarakat, saling
mengingatkan tentang bahaya kebakaran dan bagaimana mengatasi
sehingga kami dapat memahami pentingnya mencegah terjadinya
kebakaran”.(hasil wawancara dengan informan NF pada tanggal 10 Maret
2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut yang mengatakan bahwa
pekarong ini merupakan Inovasi yang dapat membuat masyarakat lebih dekat dan
adanya rasa saling tolong menolong dengan masyarakat lainnya karna masyarakat
itu sendirilah yang turun langsung secara bersama-sama dalam menggunakan
fasilitas pekarong. Selanjutnya hasil wawancara penulis dengan informan LO
selaku masyarakat yang menggunakan pekarong ini mengatakan bahwa:
“Keuntungannya dengan adanya pekarong ini kita dibentuk dalam sebuah
53
kelompok dimana kita diajarkan bagaimana cara memadamkan api
sehingga kita mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam hal itu
gunanya untuk mengantisipasi sewaktu-waktu terjadi kebakaran, selain itu
menghilangkan kecemasan sehingga kita sebagai Masyarakat
mendapatkan ketenangan, dalam beraktifitas menjalankan usaha/kerjaan
dengan nyaman”. (hasil wawancara dengan informan LO pada tanggal 11
Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut yang mengatakan bahwa
pekarong ini merupakan Inovasi yang menciptakan kelompok masyarakat yang
memiliki kemampuan dan keterampilan dasar memadamkan api awal untuk
mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana kebakaran pada lorong.
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di lokasi penelitian bahwa
keuntungan relatif dari inovasi Pekarong ini merupakan suatu instalasi yang hadir
sejak tahun 2017 sampai sekarang agar dapat membantu tugas anggota pemadam
dalam mencegah kebakaran awal sehingga tidak meluas dan sebagai alat untuk
menumbuhkan sikap gotong royong antar masyarakat dengan adanya
pembentukan kelompok yang diberi tugas dan fungsi masing-masing untuk
bersama-sama mengamankan wilayahnya dari kebakaran bahkan selain itu dapat
menumbuhkan kesiapsiagaan warga masyarakat dalam menghadapi bahaya
kebakaran yang sewaktu-waktu dapat terjadi sehingga menghilangkan kecemasan
masyarakat terhadap bencana kebakaran agar masyarakat bisa beraktifitas
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan tenang.
2. Kesesuaian atau Compability
Kesesuaian (compatibility), yaitu tingkat kesesuaian dengan nilai (values),
pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Kesesuaian adalah derajat dimana
inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman
54
masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide
baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu
tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang
sesuai (compatible).
Contoh lainnya ialah, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat dapat diadopsi
dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).
Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan
konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhannya.
Berikut hasil wawancara dengan EWY selaku Kepala Dinas Pemadam
Kebakaran di Kota Makassar mengenai kesesuaian dalam pelaksanaan inovasi
pekarong yang mengatakan bahwa:
“Iya, karena dengan berjalannya inovasi pekarong 4 tahun sejak masa
rintisan hingga sekarang dan Sesuai program pemerintah Kota Makassar
yang dirintis Walikota Moh. Ramdhani Pomanto dikenal 8 jalan masa
depan yang mengedepankan pembangunan sekitar 8.000 lorong Dengan
kepadatan penduduk lorong akan berdampak tingginya bahaya kebakaran.
Berdasar hal ini Kepala Bidang Sarana dan Pengolahan Data Dinas
Pemadam Kebakaran, Aswin Kartapati Harun S, STP, M.Si membuat
inovasi ini sesuai analisa sendiri tanpa mereflikasi dari SKPD atau daerah
lain”. (hasil wawancara dengan informan EWY pada tanggal 8 Maret
2020)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa dengan
berjalannya inovasi pekarong sekitar 4 tahun sejak masa rintisannya sampai
sekarang sesuai dengan program pemerintah Kota Makassar yang dirintis
Walikota Moh. Ramdhani Pomanto dikenal 8 jalan masa depan yang
mengedepankan pembangunan sekitar 8.000 lorong Dengan kepadatan penduduk
lorong akan berdampak tingginya bahaya kebakaran. Maka dari itu Kepala Bidang
55
Sarana dan Pengolahan Data Dinas Pemadam Kebakaran, Aswin Kartapati Harun
S, STP, M.Si membuat inovasi pekarong ini sesuai analisa sendiri tanpa
mereflikasi dari SKPD atau daerah lain. Selanjutnya hasil wawancara dengan
informan AKH selaku Kepala Bidang Sarana dan Pengolahan Data Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Makassar yang mengatakan bahwa:
“Sesuai karena Pekarong sebagai salah satu inovatif Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Makassar pada tahun 2017. Inovasi Pekarong yang
diluncurkan Dinas Pemadam Kebakaran mendapatkan respon yang cukup
besar terhadap masyarakat dengan banyaknya permintaan untuk
dibangunkan instalasi pekarong, saat ini Damkar menempatkan lagi dua
titik pada Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Biringkanaya dengan
biaya swadaya, hal ini tidaklah terlepas dari campur tangan Lurah sebagai
motivator yang banyak membantu keberadaan pekarong”. (hasil
wawancara dengan informan AKH pada tanggal 8 Maret 2020)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut yang mengatakan bahwa Pekarong
merupakan Inovasi yang ada sejak pada tahun 2017 yang diluncurkan Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Makassar dan mendapatkan respon yang cukup besar
terhadap masyarakat dengan banyaknya permintaan untuk dibangunkan instalasi
pekarong. Bahkan pada saat ini saat ini Damkar menempatkan lagi dua titik pada
Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Biringkanaya dengan biaya swadaya, hal ini
tidaklah terlepas dari campur tangan Lurah sebagai motivator yang banyak
membantu keberadaan pekarong. Selanjutnya hasil wawancara dengan informan
AIP selaku petugas Pemadam Kebakaran Kota Makassar mengatakan bahwa:
“Iya sesuai, karena besarnya dukungan komitmen Pemerintah Kota
Makassar yang menjadikan program unggulan ini memiliki kontribusi
yang besar pada pencapaian Visi dan Misi Kota Makassar. Selain itu
dukungan regulasi berupa Peraturan Walikota (Perwali) dan dukungan
APBD yang disupport oleh dana CSR serta besarnya swadaya
masyarakat lorong menjadikan penerapan dari program ini menjadi lebih
mudah. Perbaikan pada inovasi ini terus dilakukan untuk memberikan
penguatan pada capaian optimum setiap Lorong”. (utnya hasil
56
wawancara dengan informan AIP selaku petugas Pemadam Kebakaran
Kota Makassar pada tanggal 28 Maret 2020)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa inovasi
Pekarong tersebut menjadikan program unggulan yang memiliki kontribusi yang
besar pada pencapaian Visi dan Misi Kota Makassar. Selain itu dukungan regulasi
berupa Peraturan Walikota (Perwali) dan dukungan APBD yang disupport
oleh dana CSR serta besarnya swadaya masyarakat lorong menjadikan penerapan
dari program ini menjadi lebih mudah. Selanjutnya dengan informan NF selaku
masyarakat yang menggunakan pekarong ini mengatakan:
“Menurut saya sesuai karena dengan adanya Pekarong ini dapat
meminimalisir kerugian yang diderita oleh masyarakat baik itu kerugian
jiwa ataupun harta serta terjalinnya sinergitas masyarakat dan pemerintah
untuk bersama-sama memberikan rasa aman dan ketentraman. (hasil
wawancara dengan informan NF tanggal 10 Maret 2020)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa dengan adanya
Pekarong ini dapat meminimalisir kerugian yang diderita masyarakat jika sedang
terjadi bencana kebakaran. disamping itu masyarakat dan pemerintah secara
bersama-sama memberikan rasa aman dan ketentraman. Selanjutnya hasil
wawancara dengan informan LO selaku masyarakat yang menggunakan Pekarong
ini, mengatakan:
“Iya sesuai, karena inovasi sudah cukup lama dilaksanakan sejak tahun
2017 sampai sekarang bahkan bahkan program ini masuk lomba peniaian
inovasi tingkat nasional dan satu satunya di Indonesia”. (hasil wawancara
dengan informan LO tanggal 11 Maret 2020)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa inovasi
pekarong ini sesuai karena sudah cukup lama dilaksanakannya sejak tahun 2017
bahkan inovasi ini pernah masuk dalam lomba inovasi tingkat nasional dan satu-
57
satunya di Indonesia.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan berkaitan dengan indicator
kesesuaian inovasi Pekarong sejak tahun 2017 sejak masa rintisan sampai
sekarang sesuai dengan program pemerintah Kota Makassar yang dirintis
Walikota Moh. Ramdhani Pomanto dikenal 8 jalan masa depan yang
mengedepankan pembangunan sekitar 8.000 lorong Dengan kepadatan penduduk
lorong akan berdampak tingginya bahaya kebakaran dan inovasi ini mendapatkan
respon yang cukup besar terhadap masyarakat dengan banyaknya permintaan
untuk dibangunkan instalasi pekarong menjadikan program unggulan yang
memiliki kontribusi yang besar pada pencapaian Visi dan Misi Kota Makassar.
Selain itu dukungan regulasi berupa Peraturan Walikota (Perwali) dan
dukungan APBD yang disupport oleh dana CSR.
3. Kerumitan (Complexity)
Kerumitan (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan
menggunakan inovasi bagi penerima. Kompleksitas adalah derajat dimana inovasi
dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa
inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh
pengadopsi. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka
semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Tetapi apabila suatu inovasi sulit
untuk dipahami dan sulit dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin sulit pula
suatu inovasi dapat diadopsi.
Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau
kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya
58
bagi individu yang lambat memahami dan menguasainya tentu akan mengalami
tingkat kesulitan lebih tinggi disbanding individu yang cepat memahaminya.
Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan
seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Berikut hasil wawancara penulis dengan informan EWY selaku Kepala
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar mengenai kerumitan dalam
pelaksanaan inovasi pekarong:
“Yang menjadi kerumitan atau kendala pekarong ini pada awalnya
masyarakat belum terbiasa atau belum tau cara menggunakan fasilitas
pekarong yang telah disediakan dan ditempatkan disalah satu rumah
warga setempat yang diberi kepercayaan untuk menjaga dan merawat
fasilitas pekarong tersebut, Untuk itulah dibentuk kelompok masyarakat
Inovasi Pekarong untuk dilatih, diberi tugas dan fungsi masing-masing
anggota agar dapat bertindak secara efektif, efisien untuk mengendalikan
terjadinya kebakaran awal”. (hasil wawancara dengan informan EWY
pada tanggal 8 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa pada awalnya
masyarakat tidak tau cara menggunakan fasilitas pekarong dengan baik yang telah
disediakan dan ditempatkan disalah satu rumah warga setempat yang diberi
kepercayaan untuk menjaga dan merawat fasilitas pekarong tersebut karena belum
terbiasa, maka dari itulah dibentuk kelompok masyarakat untuk dilatih dimana
anggotanya diberi tugas dan fungsi masing-masing agar dapat bertindak secara
efektif, efisien untuk mengendalikan terjadinya kebakaran awal. Selanjutnyahasil
wawancara berikutnya penulis dengan informan AKH selaku Kepala Bidang
Sarana dan Pengolahan Data Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar yang
mengatakan:
“Berbicara soal kerumitan atau kendala dengan banyaknya masalah-
masalah tentang kendala dalam program Inovasi Pekarong. Dinas
59
Pemadam Kebakaran terus melakukan pendampingan, pendampingan
dikelompok masyarakat serta melakukan evaluasi setiap minggunya”.
(hasil wawancara dengan informan AKH pada tanggal 8 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa dengan
banyaknya masalah-masalah tentang kendala dalam program inovasi pekarong.
Dinas Pemadam Kebakaran terus melakukan pendampingan dikelompok
masyarakat serta melakukan evaluasi setiap minggunya. Selanjutnya hasil
wawancara berikutnya dengan informan AIP selaku Petugas Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Makassar, mengatakan:
“Kerumitan atau kendala yang biasa muncul pasca pelaksanaan pekarong
ini biasanya ketika terjadi kebakaran, tim masyarakat yang telah dilatih
dan dibentuk oleh Petugas Pemadam Kebakaran tersebut kadang tidak ada
di tempat, karena tengah sibuk bekerja”. (hasil wawancara dengan
informan AIP pada tanggal 8 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa kerumitan atau
kendala yang biasa muncul pasca pelaksanaan pekarong ini biasanya ketika terjadi
kebakaran, tim masyarakat yang telah dilatih dan dibentuk oleh Petugas Pemadam
Kebakaran tersebut kadang tidak ada di tempat, karena tengah sibuk bekerja.
Selanjutnya hasil wawancara berikutnya dengan informan NF selaku masyarakat
yang menggunakan pekarong ini, mengatakan:
“Kerumitannya atau kendalanya pada saat pelaksanaan inovasi ini waktu
awal saja kami kesulitan menggunakan alat-alat dari pekarong ini karena
kami belum terbiasa menggunakanya tapi dengan adanya pelatihan dan
evaluasi kami bisa menggunakan alat pekarong ini dengan baik dan
benar”. (hasil wawancara dengan informan NF pada tanggal 10 Maret
2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa kerumitan atau
kendala yang terjadi hanya pada awal saja ketika baru pertama kali menggunakan
fasilitas pekarong ini karena belum terbiasa tapi dengan adanya pelatihan dan
60
evaluasi masyarakat bisa menggunakan alat pekarong ini dengan baik dan benar.
Selanjutnya hasil wawancara berikutnya dengan informan LO selaku masyarakat
yang menggunakan pekarong ini, mengatakan:
“Kerumitan atau kendala yang biasa terjadi saat pelaksanaan inovasi ini
pada saat pertama kali saja karena kami sedikit kesulitan menggunakannya
itu sebabnya kami dilatih oleh Tim Pemadam Kebakaran sampai bisa agar
kami juga terbiasa dan tidak kaku ketika menggunakan pekarong ini”.
(hasil wawancara dengan informan LO pada tanggal 11 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa kerumitan atau
kendala terjadi pada saat pertama kali karena adanya sedikit kesulitan untuk
menggunakannya, Oleh Karena itu Tim Pemadam Kebakaran melakukan
pelatihan agar masyarakat terbiasa dan tidak kaku ketika menggunakan pekarong
ini.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan berkaitan dengan indicator
kerumitan bahwa pada awalnya masyarakat belum terlalu tau cara menggunakan
fasilitas pekarong dengan baik dan benar hal itu disebabkan karena masyarakat
belum terbiasa menggunakannya, Dengan adanya pelatihan dan evaluasi yang
dilakukan Tim Pemadam Kebakaran terhadap kelompok masyarakat yang telah
dibentuk sebelumnya dapat mengajarkan kepada setiap anggota kelompok
bagaimana cara penggunaan secara efektif tepat sasaran dan cara penggunaan
APAR yang benar. Disamping itu kerumitan yang biasa terjadi yaitu terkadang
kelompok masyarakat yang telah dilatih dan dibentuk oleh Petugas Pemadam
Kebakaran tersebut kadang tidak ada di tempat, karena tengah sibuk bekerja.
61
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Inovasi Pelayanan Publik Progam
Pekarong Dinas Pemadam Kebakran di Kota Makassar.
Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat inovasi pelayanan
public Program Pekarong Dinas Pemadam Kebakran di Kota Makassar, maka
dapat dilihat dari segala hal yang dapat mendukung dan mendorong pelaksanaan
pengendalian kebakaran lorong. Sementara itu factor penghambat dilihat dari
segala hal yang menjadi kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan pengendalian
kebakaran lorong. Untuk menjelaskan lebih lanjut dapat diuraikan pada bagian
berikut:
1. Faktor Pendukung
Untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang mendukung dan
mendorong keberhasilan Inovasi Pekarong Dinas Pemadam Kebakaran di Kota
Makassar. Maka peneliti melakukan wawancara dengan informan EWY, selaku
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar mengatakan :
“Faktor pendukunya pertama, kami menerima dukungan dari pemerintah
dari segi anggaran kurang lebih 140 pada tahun 2018 untuk membeli alat
pekarong ini seperti Tandom, mesin hisap, mesin penempak, selang
hisap/tembak, nozzle, pipa dll. Demi keberlanjutan program ini. Hal ini
merupakan komitmen dari pemerintah untuk mewujudkan Kota Makassar
sebagai kota yang aman dan nyaman dari ancaman bahaya kebakaran.
Selain itu dukungan dari kami Dinas Pemadam Kebakaran berupaya
memberi motivasi kepada masyarakat yang berada diluar kelompok
sasaran sehingga muncul kesadaran akan pentingnya mengantisipasi
bencana kebakaran awal.” (hasil wawancara dengan informan EWY pada
tanggal 8 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa factor
pendukung pada saat pelaksanaan pengendalian kebakaran lorong ialah adanya
dukungan dari Pemerintah 140 juta pada tahun 2018 untuk membeli alat pekarong
62
ini seperti Tandom, mesin hisap, mesin penempak, selang hisap/tembak, nozzle,
pipa dll. Demi keberlanjutan program ini. Selain itu dukungan dari Dinas
Pemadam Kebakaran berupaya memberi motivasi kepada masyarakat yang berada
diluar kelompok sasaran sehingga muncul kesadaran akan pentingnya
mengantisipasi bencana kebakaran awal. Selanutnya hasil wawancara dengan
informan AHK selaku Kepala Bidang Sarana dan Pengolahan Data Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Makassar yang mengatakan:
“Faktor pendukungnya karena adanya dukungan berupa dana dari
pemerintah untuk pemeliharaan melalui DPA Damkar, CSR serta SKPD
yang dilibatkan di dalam pekarong. Bahkan program ini masuk lomba
peniaian inovasi tingkat nasional dan satu satunya di Indonesia. Maka dari
itu setiap tahunnya akan di buat dua lokasi pekarong yang akan terus
dikembangkan program tersebut dengan menambah lokasi Pekarong di
tahun-tahun mendatang yang dilakukan sesuai anggaran yang ada. Selain
itu Dari tiga titik yang dibangun merupakan sumbangsih masyarakat
seperti dua titik pada Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Biringkanaya
dengan biaya swadaya, hal ini tidaklah terlepas dari campur tangan Lurah
sebagai motivator yang banyak membantu keberadaan pekarong”. (hasil
wawancara dengan informan AHK pada tanggal 8 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa factor
pendukung pada saat pelaksanaan pekarong ialah adanya dukungan berupa dana
dari pemerintah untuk pemeliharaan melaui DPA Damkar, CSR serta SKPD yang
dilibatkan di dalam pekarong. Bahkan program ini masuk lomba peniaian inovasi
tingkat nasional dan satu satunya di Indonesia. Selain itu Dari tiga titik yang
dibangun merupakan sumbangsih masyarakat seperti dua titik pada Kecamatan
Tamalate dan Kecamatan Biringkanaya dengan biaya swadaya, hal ini tidaklah
terlepas dari campur tangan Lurah sebagai motivator yang banyak membantu
keberadaan pekarong. Selanjutnya hasil wawancara dengan informan NF selaku
masyarakat yang menggunakan pekarong ini, mengatakan:
63
“kami yang sudah dibentuk sebagi tim bekerja secara sukarela tanpa
mendapatkan imbalan rupiah karena kami sadar itu adalah kepentingan
masyarakat itu sendiri, makanya saya dan warga lainnya sebagai
masyarakat setempat sangat mendukung inovasi pekarong dengan
menyediakan lahan untuk dibangunkan pekarong oleh Dinas Pemadam
Kebakaran, Dengan keberadaan pekarong ini saya sebagai masyarakat
yang tinggal dilorong-lorong sempit bisa tenang karena selain digunakan
untuk memadamkan kebakaran Pekarong juga bisa digunakan jika
sewaktu-waktu masyarakat lorong kekurangan air bersih”. (hasil
wawancara dengan informan NF pada tanggal 10 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa factor
pendukung pada saat pelaksanaan pengendalian kebaran lorong ialah masyarakat
yang sudah dibentuk sebagi tim bekerja secara sukarela tanpa mendapatkan
imbalan rupiah karena masyarakat sadar bahwa itu adalah kepenting mereka
sendiri, makanya masyarakat setempat sangat mendukung inovasi pekarong
dengan menyediakan lahan untuk dibangunkan pekarong oleh Dinas Pemadam
Kebakaran, Dengan keberadaan pekarong ini masyarakat yang tinggal dilorong-
lorong sempit bisa tenang karena selain digunakan untuk memadamkan kebakaran
Pekarong juga bisa digunakan jika sewaktu-waktu masyarakat lorong kekurangan
air bersih.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan berkaitan dengan factor
pendukung ialah adanya dukungan berupa dana dari pemerintah untuk
pemeliharaan melalui DPA Damkar, CSR serta SKPD yang dilibatkan di dalam
pekarong, sumber dana yang digunakan dari pemerintah melalui Dinas Pemadam
Kebakaran berdasar Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) tahun anggaran
berjalan kurang lebih sebesar 140 juta pada tahun 2018. Selain itu dari tiga titik
yang dibangun merupakan sumbangsih masyarakat. Bahkan program ini masuk
lomba peniaian inovasi tingkat nasional dan satu satunya di Indonesia. Maka dari
64
itu setiap tahunnya akan di buat dua lokasi pekarong yang akan terus
dikembangkan program tersebut dengan menambah lokasi Pekarong di tahun-
tahun mendatang yang dilakukan sesuai anggaran yang ada.
2. Faktor Penghambat
Pada penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang
mendukung dan mendorong keberhasilan Inovasi Pekarong Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Makassar. Maka peneliti melakukan wawancara dengan informan
EWY, selaku Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar, mengatakan
bahwa
”Jika dilihat dari segi hambatan ada kendala yang menghambat inovasi
pekarong ini hanya terjadi pada awalnya saja karena masyarakat belum
terbiasa atau belum tau cara menggunakan alat pekarong ini dengan baik
dan benar walaupun bisa dikatakan bahwa alat ini merupakan alat yang
sederhana berupa tandon, selang dll, maka dari itu kami dari Dinas
Pemadam Kebakaran sendirilah yang membentuk kelompok masyarakat
Inovasi Pekarong untuk dilatih, diberi tugas dan fungsi masing-masing
anggota agar dapat bertindak secara efektif, efisien untuk mengendalikan
terjadinya kebakaran awal”. (hasil wawancara dengan informan EWY
pada tanggal 8 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa factor
penghambat menghambat inovasi pekarong ini hanya terjadi pada awalnya saja
karena masyarakat belum terbiasa atau belum tau cara menggunakan alat
pekarong ini dengan baik dan benar walaupun bisa dikatakan bahwa alat ini
merupakan alat yang sederhana berupa tandon, selang dll, maka dari itu kami dari
Dinas Pemadam Kebakaran sendirilah yang membentuk kelompok masyarakat
Inovasi Pekarong untuk dilatih, diberi tugas dan fungsi masing-masing anggota
agar dapat bertindak secara efektif, efisien untuk mengendalikan terjadinya
kebakaran awal. Selanjutnya hasil wawancara dengan informan AHK selaku
65
Kepala Bidang Sarana dan Pengolahan Data Dinas Pemadam Kebakaran Kota
Makassar yang mengatakan:
“Pada awal program petugas melihat adanya rasa kurang percaya
masyarakat terhadap pelayanan Program Pekarong ini. Hal ini terjadi
karena program ini terhitung baru. Masyarakat belum mempercayai
kemampuan program dalam mengatasi terjadi masalah kebakaran disekitar
tempat tinggalnya. Maka, dilakukan sosialisasi dengan memasuki wilayah-
wilayah penduduk yang tergolong lorong-lorong sempit di Kota Makassar.
Sosialisasi dilakukan dengan melibatkan Dinas Pemadam Kebakaran,
aparat Pemerintah setempat, tokoh masyarakat”. (hasil wawancara dengan
informan AHK pada tanggal 8 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengatakan bahwa factor
penghambat inovasi pekarong yaitu pada awal program petugas melihat adayan
rasa kurang percaya masyarakat terhadap pelayanan Program Pekarong ini. Hal
ini terjadi karena program ini terhitung baru. Masyarakat belum mempercayai
kemampuan program dalam mengatasi terjadi masalah kebakaran disekitar tempat
tinggalnya. Maka, dilakukan sosialisasi dengan memasuki wilayah-wilayah
penduduk yang tergolong lorong-lorong sempit di Kota Makassar. Sosialisasi
dilakukan dengan melibatkan Dinas Pemadam Kebakaran, aparat Pemerintah
setempat, tokoh masyarakat.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan berkaitan dengan factor
pengambat Inovasi Pekarong yaitu Pada awal program petugas merasakan adanya
rasa kurang percaya masyarakat terhadap Pelayanan Program Pekarong ini. Hal
ini terjadi karena program ini terhitung baru. Masyarakat belum mempercayai
kemampuan program dalam mengatasi terjadi masalah kebakaran disekitar tempat
tinggalnya. Maka dari itu Sosialisasi dilakukan dengan melibatkan Dinas
Pemadam Kebakaran, aparat Pemerintah setempat, tokoh masyarakat. Upaya itu
66
dilakukan agar masyarakat tau apa itu pekarong dan bagaimana cara
menggunakan alat pekarong tersebut dengan baik dan benar.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keuntungan relatif (Relative Advantage)
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di lokasi penelitian bahwa
keuntungan relatif dari inovasi Pekarong ini merupakan suatu instalasi yang hadir
sejak tahun 2017 sampai sekarang yang dimana Inovasi ini hanya melayani lorong
dengan melihat kriteria seperti lorong sempit, rawan terjadi kebakaran, dan padat
penduduk. Hal itu disebabkan agar dapat membantu tugas anggota pemadam
dalam mencegah kebakaran awal sehingga tidak meluas dan sebagai alat untuk
menumbuhkan sikap gotong royong antar masyarakat dengan adanya
pembentukan kelompok yang diberi tugas dan fungsi masing-masing untuk
bersama-sama mengamankan wilayahnya dari kebakaran bahkan selain itu dapat
menumbuhkan kesiapsiagaan warga masyarakat dalam menghadapi bahaya
kebakaran yang sewaktu-waktu dapat terjadi sehingga menghilangkan kecemasan
masyarakat terhadap bencana kebakaran agar masyarakat bisa beraktifitas
melaksanakan tugas dan
2. Kesesuaian Compatibility)
Sejak tahun 2017 sejak masa rintisan sampai sekarang sesuai dengan
program pemerintah Kota Makassar yang dirintis Walikota Moh. Ramdhani
Pomanto dikenal 8 jalan masa depan yang mengedepankan pembangunan sekitar
8.000 lorong Dengan kepadatan penduduk lorong akan berdampak tingginya
bahaya kebakaran dan inovasi ini mendapatkan respon yang cukup besar dari
67
68
masyarakat dengan banyaknya permintaan untuk dibangunkan instalasi pekarong
menjadikan program unggulan yang memiliki kontribusi yang besar pada
pencapaian Visi dan Misi Kota Makassar. Selain itu dukungan regulasi berupa
Peraturan Walikota (Perwali) dan dukungan APBD yang disupport oleh dana
CSR.
3. Kerumitan (Complexity)
Terkait dengan indicator kerumitan bahwa pada awalnya masyarakat
belum terlalu tau cara menggunakan fasilitas pekarong dengan baik dan benar hal
itu disebabkan karena masyarakat belum terbiasa menggunakannya, Dengan
adanya pelatihan dan evaluasi yang dilakukan Tim Pemadam Kebakaran terhadap
kelompok masyarakat yang telah dibentuk sebelumnya dapat mengajarkan kepada
setiap anggota kelompok bagaimana cara penggunaan secara efektif tepat sasaran
dan cara penggunaan APAR yang benar. Disamping itu kerumitan yang biasa
terjadi yaitu terkadang kelompok masyarakat yang telah dilatih dan dibentuk oleh
Petugas Pemadam Kebakaran tersebut kadang tidak ada di tempat, karena tengah
sibuk bekerja.
4. Faktor pendukung
Factor pendukung ialah adanya dukungan berupa dana dari
pemerintah untuk pemeliharaan melalui DPA Damkar, CSR serta SKPD yang
dilibatkan di dalam pekarong, sumber dana yang digunakan dari pemerintah
melalui Dinas Pemadam Kebakaran berdasar Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) tahun anggaran berjalan kurang lebih sebesar 140 juta pada tahun 2018.
Dan dukungan dari Dinas Pemadam Kebakaran berupaya memberi motivasi
69
kepada masyarakat yang berada diluar kelompok sasaran sehingga muncul
kesadaran akan pentingnya mengantisipasi bencana kebakaran awal. Selain itu
dari tiga titik yang dibangun merupakan sumbangsih masyarakat.
5. Faktor penghambat
Faktor pengambat Inovasi Pekarong yaitu Pada awal program
petugas merasakan adanya rasa kurang percaya masyarakat terhadap Pelayanan
Program Pekarong ini. Hal ini terjadi karena program ini terhitung baru.
Masyarakat belum mempercayai kemampuan program dalam mengatasi terjadi
masalah kebakaran disekitar tempat tinggalnya. Maka dari itu Sosialisasi
dilakukan dengan melibatkan Dinas Pemadam Kebakaran, aparat Pemerintah
setempat, tokoh masyarakat. Upaya itu dilakukan agar masyarakat tau apa itu
pekarong dan bagaimana cara menggunakan alat pekarong tersebut dengan baik
dan benar.
B. Saran
Saran dari masalah tersebut adalah dengan tetap konsisten menjalankan
kegiatan pelatihan pekarong secara rutin dengan harapan berjalannya waktu, agar
masyarakat dapat terbiasa menggunakan alat pekarong tersebut dalam menangani
penanganan awal ketika terjadi kebakaran pada lorong dan saya harap Dinas
Pemadam Kebakaran terus melakukan pengontrolan atau pendampingan dalam
memberikan pelatihan kepada masyarakat. Baik berupa pelatihan-pelatihan,
pendampingan di kelompok masyarakat maupun melakukan monitoring dan
evaluasi
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdi,(2016). Manajemen Pelayanan Publik ASN: Edukasi Mitra Grapika,
Makassar
Ahmad, P. K., & Stepherd, C. D. (2010). Innovation Management, Context,
System and Process. New York: Peason.
BNPB. Informasi Kebencana Bulanan Terkait Edisi November (2015). In: Badan
Nasional Penanggulanan Bencana, editor, Jakarta: BNPB; (2015).
Badan Pusat Statistik of Makassar,(2019).Makassar Municipality In Figures.
Makassar : Badan Pusat Statistik
Departemen Dalam Negeri. (2004). Undang-undang Otonomi Daerah. Tamita
Utama Jakarta.
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar, (2015). Draft Laporan Bencana
Kebakaran Kota Makassar Tahun (2013-2014), Kota Makassar.
Dwiyanto, Agus. (2010). Manajemen Pelayanan Publik, Peduli, Kolaboratif.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Dwiyanto, Agus (2014). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.
Gaspetrsz, Vincent, (2006), Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced
Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintahan
Gramedia Pustaka.
Hayat, (2015). Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaharuan.
Mahsyar, A. (2011). Masalah Pelayanan Publik di Indonesia dalam Perspektif
Administrasi Publik.
Miles, M.B dan Huberman, A.M. (1992). Qualitative data analysis: A Sources
Book or New Methods. Beverlyy Hills: Sage Publication.
Moenir, HAS. (2001). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara. Edisi V.
M. Tahir, Muchlas. (2018). Inovasi Pemerintah Daerah Di Kota Makassar.
Muluk, Khairul M.R. (2008). Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi
Pemerintah Daerah. Banyumedia Publishing, Malang.
71
Norman K. dan Yvonna S. Lincoln (eds). (2009). Handbook of Qualitative
Research. Terj. Dariyanto dkk. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Nugroho, D. R., dan R. Siahaan. (2005). BUMN Indonesia Isu, Kebijakan, dan
Strategi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Rinaldi, Rudi. (2012). Analisis kualitas pelayanan public studi pada biro umum
sekertariat daerah propinsi Sumatra utara. Jurnal administrasi publik.
Roth, J.H., dan Blaschke, G., (1998). Analisis Farmasi, Cetakan III,
diterjemahkan oleh Kisman, S., dan Ibrahim, S., Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sinambela, Lijan Poltak. (2008). Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan
dan Implementasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sutarno, (2012). Serba-Serbi Manajemen Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi di Sektor Publik. Jakarta: STIA LAN.
Sulaksomo, M. (1997). Manajemen Keselamatan Kerja. Penerbit Pustaka.
Syrabaya.
Suma’mur, P.K. (1996). Higene perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT
Toko Gunung Agung.
Sahab, Syukri. (1997). Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja .
Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia, (1997).
TriLestari. (2012). Polri & Aplikasi E-Government dalam pelayanan public.
Surabaya: CV. Putra Media Nusantara (PMN).
Undang-Undang Nomor 25 Tahun (2009) Tentang Pelayanan Publik.
Wahyuni, Andi Sri. (2016). Inovasi Dalam Pelayanan Publik Sektor Jasa PT PLN
Kabupaten Kepulauan Selayar. Skripsi Sarjana FISIP UH. Ujung
Pandang.
72
LAMPIRAN
Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar, 2019
Gambar: Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar
KEPALA
DINAS
SEKRETARIS
KASUBAG
PERENCANAAN
DAN
PELAPORAN
KASUBAG
KEUANGA
N
SUBBAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAI
AN
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KEPALA
BIDANG
OPERASI
KEPALA
BIDANG
SARANA DAN
PENGELOLAAN
DATA
KEPALA SEKSI
RENCANA OPERASI
KEPALA SEKSI BANTUAN
OPERASI PENYELAMATA
N
KEPALA SEKSI
PENGENDALI
AN OPERASI
KEPALA SEKSI
PENGADAAN
DAN
PEMELIHARAAN
SARANA
SEKSI
PERGUDANGAN
DAN DISTRIBUSI
PENGELOLAAN
DATA BAHAYA
KEBAKARAN
BIDANG
PEMBINAAN
PERSONIL
BIDANG
PEMBINAAN
DAN
PENGAWASAN
KEPALA SEKSI
PENDIDIKAN DAN
SERTIFIKASI
KEPALA SEKSI
KETAHANAN DAN
KESAMAAPTAAN
SEKSI
PERLINDUNGAN
DAN PELAYANAN
KEPALA SEKSI PROMOSI DAN
EDUKASI PENCEGAHAN
KEBAKARAN
SEKSI PLAB. DAN
PEMERIKSAAAN
ALAT PEMADAM
API
SEKSI INPEKSI DAN
KELAIKAN BAHAYA
UPTD
73
DOKUMENTASI
Lokasi Penelitian
Tim Kelompok Masyarakat sedang melakukan simulasi Inovasi Pekarong
74
Gambar diatas adalah wawancara dengan Elodewata Wahid Yunus S.STP, M.Si
Kepala Dinas Pemadam Kebaran Kota Makassar
75
Gambar diatas adalah wawancara dengan Aswin Kartapati Harun, S.STP, M.Si
Kepala Bidang Sarana Dan Pengolahan Data
Gambar diatas adalah wawancara dengan Andi Iqbal Parenrengi Petugas
Pemadam Kebakaran Kota Makassar
76
Gambar diatas adalah wawancara dengan Nur Fatimah Mayarakat Kota Makassar
Gambar diatas adalah wawancara dengan Limpo Mayarakat Kota Makassar
77
78
79
80
81
RIWAYAT HIDUP
Nurul Isra Hidayat, lahir di Balle pada tanggal 30 Agustus
1997, Anak kedua dari 3 bersaudara, buah cinta dan kasih
dari pasangan dari Bapak Ansar dan Ibu Ramlah dalam
keluarga yang sederhana. Penulis menyelesaikan
pendidikan di SD INPRES 6/86 BALLE pada tahun 2009.
Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendididkan di SMP NEGERI 1 KAHU dan tamat pada tahun 2012. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di SMA NEGERI 1 KAHU dengan mengambil
jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan tamat pada tahun 2015. Kemudian
pada tahun yang sama penulis melanjutkan Pendidikan di Perguruan Tinggi
tepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik dengan Program Studi Ilmu Administrasi Negara Program Strata satu (S1).
Penulis menyelesaikan S1 pada tahun 2020, dan berhasil mempertanggung
jawabkan hasil karya ilmiah di depan penguji yang berjudul “Inovasi Pelayanan
Publik Program Pengendalian Kebakaran Lorong (Pekarong) di Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Makassar”. Saat ini penulis mengharapkan dapat mengamalkan
ilmu yang telah diperoleh dengan baik dan membahagiakan kedua orang tua serta
berusaha menjadi manusia yang berguna bagi agama, masyarakat bangsa dan
Negara.