INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

103
INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH (SBS) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTAENG SRIWAHYUNI Nomor Stambuk : 105610 5367 15 PROGRAM STUDI ILMU ADMNISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Transcript of INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

Page 1: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM

SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH (SBS) DI DINAS

KESEHATAN KABUPATEN BANTAENG

SRIWAHYUNI

Nomor Stambuk : 105610 5367 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMNISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 2: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

i

INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM

SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH (SBS) DI DINAS

KESEHATAN KABUPATEN BANTAENG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh

SRIWAHYUNI

Nomor Stambuk : 10561 05367 15

Kepada

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 3: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...
Page 4: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...
Page 5: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...
Page 6: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

v

ABSTRAK

Sriwahyuni, 2019. Inovasi Pelayanan Publik Melalui Program Surveilans BerbasisSekolah (BSB) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng (Dibimbing oleh Abd KadirAdys dan Muhammad Tahir).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Karakteristik Inovasi PelayananPublik Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan KabupatenBantaeng. Jenis penelitian ini adalah fenomenologi dengan tipe penelitiankualitatif yang bersifat menjelaskan karakteristik inovasi pelayanan publikProgram Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan KabupatenBantaeng.

Informan penelitian seluruhnya berjumlah 8 orang, masing-masing berasaldari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, beberapa Puskesmas yang ada diKabupaten Bantaeng, dan beberapa sekolah tingkat Sekolah Dasar di KabupatenBantaeng. Informasi penelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dandokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan Keuntungan Relatif Keuntungan relatif(Relative adventage) Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)menunjukkan tingkat kebermanfaatannya yang sangat besar terhadap kejadianpenyakit pada siswa Sekolah Dasar. Kesesuaian (Compatibility) Inovasi ProgramSurveilans Berbasis Sekolah (SBS) menunjukkan tingkat kesesuaiannya dengankondisi dan harapan masyarakat (siswa). Kerumitan (Complexibility) InovasiProgram Surveilans Berbasis Sekolah terdapat beberapa kendala yang dihadapioleh adopter dalam penerapannya. Kemungkinan di Uji Coba (Trialability)Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) dapat diuji cobakan dan bisamenunjukkan kemanfaatannya dan kerumitannya dalam penerapannya di sekolah.Kemudahan diamati (Observability) Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah(SBS) menunjukkan tingkat hasil inovasi dapat dengan mudah diamati karenaprogram SBS mempunyai SOP pengumpulan Informasi Surveilans berbasissekolah dengan mengisi formulir SBS dari sekolah ke puskesmas untukmelakukan penyelidikan terhadap penyakit siswa.

Kata Kunci : Inovasi Pelayanan Kesehatan, Program Surveilans Berbasis Sekolah(SBS)

Page 7: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan panjatkan ke hadirat Allah SWT

atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul

Inovasi Pelayanan Publik Melalui Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami berbagai kendala Berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai

pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi

tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada Bapak Abdul Kadir Adys, S.H., M.M selaku pembimbing I

dan Bapak Dr. Muhammad Tahir, M.Si selaku pembimbing II yang telah dengan

sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberukan

bimbingan, motivasi arahan dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis

Selama menyusun skripsi.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada :

1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E, M.M, Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA, Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 8: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

vii

4. Bapak/ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal dan ilmu

pengetahuan selama mengikuti pendidikan.

5. Teman-teman mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya

kelas D angkatan 2015 atas segala bantuan dan kebersamaanya selama

menjalani perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak/ibu Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng yang telah banyak

membantu penulis mengumpulkan data penelitian.

7. Bapak Dr. Abdul Mahsyar, M.Si dan Ibu Dr. Hj. Rulinawaty Kasmad, S.Sos.

M.Si yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Ayahanda Jabir T dan Ibunda Nur Wahidah, Siti Aisyah, atas segala

pengorbanannya selama ini yang telah memberikan begitu banyak bantuan

moril, materil, arahan dan senangtiasa mendoakan keberhasilan dan

keselamatan bagi penulis.

9. Sahabat seperjuangan Maria Ulfa, Muh. Rinaldy Al-Munawwir, Rahmat

Amiruddin, Hargitayanti, Syahrul Ramadhan Lutfi, Solihin, Nur Aini

Mustakim, Nurhaliza, Nilawati, Eko Eryanto, Muhammad Faisal,

Munawwara, Putri Fatimah, Sri Ayu Andayani yang selalu menemani dan

membantu penulis selama kuliah.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Page 9: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

viii

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak

terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran

dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Makassar, 16 September 2019

Penulis

Page 10: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

ix

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................ iHalaman Persetujuan........................................................................................... iiHalaman Penerimaan Tim................................................................................... iiiHalaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...................................................... ivAbstrak ............................................................................................................... vKata Pengantar ................................................................................................... viDaftar Isi.............................................................................................................. viiDaftar Gambar..................................................................................................... xiDaftar Tabel ........................................................................................................ xii

BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4C. Tujuan Penulisan............................................................................... 4D. Manfaat Penulisan............................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian, Konsep dan Teori ........................................................... 7

1. Konsep Pelayanan Publik............................................................ 72. Konsep Good Goovernance ........................................................ 113. Konsep Inovasi Pelayanan Publik............................................... 124. Konsep Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) ............................... 21

B. Kerangka Pikir .................................................................................. 23C. Fokus Penelitian ................................................................................ 24D. Definisi Fokus Penelitian .................................................................. 25

BAB III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 27B. Jenis dan Tipe Penelitian................................................................... 27C. Sumber Data...................................................................................... 28D. Informan Penelitian........................................................................... 28E. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 29F. Teknik Analisis Data......................................................................... 30G. Pengabsahan Data ............................................................................. 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Objek Penelitian................................................................ 33

1. Deskripsi Kabupaten Bantaeng................................................... 332. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng ....................................... 353. Pelaksanaan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)........................ 44

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan...................................................... 511. Keuntungan Relatif (Relative Adventage)................................... 502. Kesesuaian (Compatibility)......................................................... 563. Kerumitan (Complexity).............................................................. 61

Page 11: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

x

4. Kemungkinan diuji coba (Trialability) ....................................... 655. Kemudahan diamati (Observability) ........................................... 69

BAB V. PENUTUPA. Kesimpulan ................................................................................. 76B. Saran............................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 79

Page 12: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Informan Penelitian.....................................................................28

Tabel 4.1 Nama Sungai, Panjang Sungai dan Kecamatan yang dilintasi..............34

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk MenurutKecamatan di Kabupaten Bantaeng 2016, dan 2017............................35

Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan GejalaPenyakit dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah(SBS) di Puskesmas Banyorang Sekolah Lokus SD 53Banyorang Tahun 2018 ........................................................................45

Tabel 4.4 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakitdan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) diPuskesmas Loka Sekolah Lokus SD Inpres Loka Tahun 2018 ............46

Tabel 4.5 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakitdan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) diPuskesmas Baruga Sekolah Lokus SD Inpres Pajjukukang Tahun2018. .....................................................................................................47

Tabel 4.6 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakitdan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)di Puskesmas Lasepang Sekolah Lokus SD Negeri 7 LettaTahun 2019. .........................................................................................47

Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan GejalaPenyakit dan Kelas pada laporan Surveilans BerbasisSekolah (SBS) di Puskesmas Banyorang Sekolah Lokus SD 53Banyorang Tahun 2019 ........................................................................48

Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan GejalaPenyakit dan Kelas pada laporan Surveilans BerbasisSekolah (SBS) di Puskesmas Loka Sekolah Lokus SD InpresLoka Tahun 2019..................................................................................49

Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan GejalaPenyakit dan Kelas pada laporan Surveilans BerbasisSekolah (SBS) di Puskesmas Kassi-Kassi Sekolah LokusSD Negeri 71 Kassi-kassi Tahun 2019.................................................49

Tabel 4.10 Hasil Reduksi Data Keuntungan Relatif (Relative Adventage) ..........51

Tabel 4.11 Hasil Reduksi Data Indikator (Compatibility) ....................................57

Page 13: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

xiii

Tabel 4.12 Hasil Reduksi Data Indikator Kerumitan (Complexity)......................61

Tabel 4.13 Hasil Reduksi Data Kemungkinan di Uji Coba (Trialability) ............66

Tabel 4.14 Hasil Reduksi Data Kemudahan diamati (Observability)...................70

Page 14: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

xi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Bagan Kerangka Pikir .....................................................................................24

4.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng................39

4.2 Gambar SOP Pengumpulan Informasi Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)...74

4.3 Gambar Formulir Laporan Bulanan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS).......74

4.4 Gambar Tenaga Penyelidik Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)....75

Page 15: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan publik adalah peran dan fungsi utama birokrasi pemerintah selain

fungsi pengaturan, pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan. Peningkatan

kualitas pelayanan publik oleh birokrasi pemerintahan daerah bukanlah pekerjaan

yang mudah seperti membalikkan telapak tangan mengingat pembaharuan

tersebut menyangkut berbagai aspek yang telah membudaya dalam lingkaran

birokrasi pemerintahan. Solusi untuk melakukan optimalisasi kualitas pelayanan

publik diperlukan perubahan melalui adopsi dan inovasi program pelayanan

publik yang dapat dilihat dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Hal

tersebut dimaksudkan sebagai suatu penciptaan susunan sosial baru sebagai suatu

hasil dari keinginan yang ingin dicapai bersama yaitu optimalisasi kualitas

pelayanan publik (Mulyadi, dkk 2018).

Inovasi sendiri merupakan sebuah konsep yang baru dalam literatur

administrasi publik. Meskipun demikian dalam perkembangan belakangan ini

sejak lahirnya New Public Management, perhatian terhadap konsep inovasi dan

praktiknya dalam administrasi publik mulai diperhatikan dan menjadi sesuatu

yang penting guna meningkatkan kualitas publik. Dalam konteks administrasi

publik inovasi penting untuk dilakukan agar mampu memberikan jawaban-

jawaban terhadap beragam persoalan dalam praktik tata kelola kepemerintahan,

termasuk dalam fungsi pemerintah untuk pelayanan publik dan pembentukan

kinerja organisasi pemerintahan pada umumnya. Inovasi penting karena beberapa

1

Page 16: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

2

hal yaitu banyaknya permasalahn kinerja pelayanan organisasi publik, kondisi

birokrasi pemerintahan berada dalam nuansa zona nyaman birokrasi, urusan dan

masalah dalam birokrasi pemerintah ataupun organisasi publik sangat dinamis

untuk ditangani segera, tuntutan globalisasi, dan perkembangan kemajuan

teknologi informasi LAN (Mulyadi, dkk, 2018).

Merujuk pada peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi

Daerah disebutkan bahwa bentuk inovasi daerah meliputi : inovasi tata kelola

pemerintahan daerah, inovasi pelayanan publik, dan/atau inovasi lainnya sesuai

dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, termasuk dalam

peran pemrintah untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan publik (Sakti, 2018).

Inovasi pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah. Melalui

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi merilis 137 negara yang

disurvei Global Competitinest Report, Indonesia menduduki peringkat ke-37

inovasi pelayanan publik. Mayoritas produk di Indonesia berada pada skala 1-3

dalam tingkat kesiapan Teknologi atau Technology Readness Level (TRL) (Berita

Media, 2018). Di Provinsi Sulawesi Selatan inovasi pelayanan publik telah

mencapai top 40 inovasi pelayanan publik (https://trotoar.id, 2018). Khusus di

Kabupaten Bantaeng daerah kabupaten Bantaeng kian gencar menghadirkan

inovasi untuk masyarakat (news.rakyatku.com, 2019).

Dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang lebih berkualitas

pemerintah Kabupaten Bantaeng yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng,

membuat sebuah inovasi dalam bidang kesehatan melalui Program Surveilans

Page 17: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

3

Berbasis Sekolah (SBS). Program SBS merupakan suatu kegiatan pengamatan

terhadap kejadian penyakit pada anak didik serta faktor resikonya kemudian

melaporkan ke petugas kesehatan untuk mendapatkan respon tindak lanjut.

Program SBS ini memadukan beberapa jenis penyakit dan isu masalah kesehatan

lainnya yang dianggap penting dan dapat dideteksi secara mandiri oleh

masyarakat (sekolah). Mekanisme pelaporan yaitu pihak sekolah melakukan

pengumpulan data siswa yang sakit berdasarkan informasi guru kelas I sampai

dengan VI kemudian mencatat kedalam formulir surveilans setiap hari dan

dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan. Sedangkan pelaporan setiap hari

dilaporkan segera 1 x 24 jam melalui call center Dinas Kesehatan. Kemudian

Dinas Kesehatan Distrik Surveilans Officer (DSO) menerima informasi setiap hari

dari sekolah. DSO berkoordinasi dengan Tim Surveilans dan Surveilans

puskesmas untuk melakukan respon secara bersama-sama melakukan kunjungan

ke rumah anak yang menderita sakit dan atau ke sekolah jika terdapat anak yang

masih masuk sekolah walaupun sakit dan atau terdapat kejadian beberapa siswa

yang sakit karena keracunan makanan ataupun sebab penyakit lainnya.

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dengan

mengambil satu lokus Puskesmas yang menjalankan Program Surveilans Berbasis

Sekolah (SBS) yaitu Puskesmas Lasepang dan satu lokus sekolah tingkat dasar

yang menjalankan program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) yaitu SD Negeri 7

Letta. Penelitian ini akan menggambarkan Karakteristik Inovasi Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng

dengan menggunakan Karakteristik Inovasi menurut Everett M. Rogers yang akan

Page 18: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

4

dijabarkan dalam kajian ini. Sehingga penelitian ini mengangkat judul : “Inovasi

Pelayanan Publik Melalui Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan masalah yang

akan dijadikan tolak ukur dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Keuntungan Relatif (Relatif Adventage) Inovasi Pelayanan Publik

Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten

Bantaeng?

2. Bagaimana Kesesuaian (Compatibility) Inovasi Pelayanan Publik Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng?

3. Bagaimana Kerumitan (Complexity) Inovasi Pelayanan Publik program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng?

4. Bagaimana Kemungkinan diuji Coba (Trialability) Inovasi Pelayanan Publik

Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten

Bantaeng?

5. Bagaimana Kemudahan diamati (observability) inovasi pelayanan publik

program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten

Bantaeng?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka studi penelitian ini

diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :

Page 19: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

5

1. Untuk mengetahui bagaimana Keuntungan Relatif (Relatif Adventage)

Inovasi Pelayanan Publik Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng.

2. Untuk mengetahui bagaimana Kesesuaian (Compatibility) Inovasi Pelayanan

Publik Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Bantaeng?

3. Untuk menghetahui bagaimana Kerumitan (Complexity) Inovasi Pelayanan

Publik Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Bantaeng.

4. Untuk mengetahui bagaimana Kemungkinan diuji Coba (Trialability)

Inovasi Pelayanan Publik Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng.

5. Untuk mengetahui bagaimana Kemudahan diamati (Observability) Inovasi

Pelayanan Publik Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas

Kesehatan Kabupaten Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan penunjang

pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik, dan khususnya ilmu administrasi

Negara.

Page 20: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

6

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini sebagai bentuk sumbangsih terhadap pemerintah

Kabupaten Bantaeng dalam mengembangkan program inovatifnya yaitu

“Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)”.

Page 21: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Konsep dan Teori

1. Konsep Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan pemberian layanan kebutuhan masyarakat yang

memiliki kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata

cara yang telah ditetapkan. Di era modernisasi, lembaga dan propesi pelayanan

publik menjadi sangat penting. Pelayanan publik tidak lagi menjadi suatu kegiatan

sambilan, tanpa aturan, gaji dan jaminan sosial. Sebagai sebuah lembaga

pelayanan publik harus bisa menanggung keberlangsungan administrasi negara

melibatkan pengembangan kebijakan pelayanan dan pengelolaan sumberdaya

yang berasal dari dan kepentingan masyarakat (Mulyadi, 2016).

Menurut Lonsdale (1994) dalam Mulyadi (2018) Pelayanan publik adalah

semua yang disiapkan oleh pemerintah atau pihak swasta karena pada umumnya

masyarakat tidak dapat memenuhi keinginannya kebutuhannya sendiri, kecuali

secara bersama-sama untuk mencapai kesejahteraan sosial masyarkat. Senada

dengan Moenir dalam Mulyadi (2016) Pelayanan publik yaitu kegiatan yang

dikerjakan sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem,

prosedur dan metode tertentu guna memuaskan keperluan masyarakat, sesuai

dengan haknya. Semua yang menyangkut masyarakat yang dilaksanakan

pemerintah adalah kegiatan dalam pelayanan publik.

Menciptakan layanan yang baik dan maksimal dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, ada asas-asa yang perlu untuk diterapkan. Asas-asas adalah

7

Page 22: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

8

prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman pengorganisasian, acuan dalam kerja,

serta acuan penilaian kinerja lembaga penyelenggara pelayanan publik. General

Principles of good administration asas-asas yang dikategorikan dalam asas-asas

umum administrasi publik, asas-asas ini bersifat umum yang menyentuh hakekat

pelayanan publik sebagai wujud dan upaya perwujudan tugas pemerintah dalam

memuaskan kebutuhan masyarakat banyak dan perwujudan tugas perintah

perundang-undangan (Mulyadi, 2016). Persetujuan bersama Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia untuk meningkatkan

kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik mensahkan Undang-undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Adapun tujuan-tujuan yang

termuat dalam undang-undang tersebut yaitu adanya batasan dan hubungan yang

jelas tentang hak, kewajiban, tanggung jawab, dan kewenangan seluruh pihak

yang terlibat dalam penyelenggaraan pelayanan publik, adanya sistem pelayanan

publik yang layak sesuai dengan asas-asas pemerintahan, terwujudnya

penyelenggaraan pelayanan publik yang tercermin dalam peraturan perundang-

undangan, dan adanya perlindungan dan kepastian hukum untuk masyarakat

dalam pelaksanaan pelayanan publik (Ulum 2018).

Denhard & Denhard dalam Minasari (2016) mengungkapkan bahwa terdapat

tiga perspektif administrasi publik, yaitu :

a. Paradigma Old Public Administration

Paradigma Old Publik Administration (OPA) atau biasa disebut paradigm

administrasi publik klasik, dimulai sejak awal kelahiran dari administrasi publik

itu sendiri. Kurniawan dalam Mulyadi (2016) mengatakan pada masa

Page 23: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

9

perkembangan awal, administrasi publik dikenal dengan konsep yang sangat

legalistik, terinstitusional, dengan berbagai macam aturan yang mengikat, struktur

organisasi yang hirarkis tidak menyakinkan adanya koordinasi dan berbagai

fungsi sehingga sangat sentralistik dan pemberian pelayanan publik didominasi

oleh pemerintah. Pemerintah adalah penguasa tunggal yang dalam pembuatan

peraturan diambil alih sepenuhnya tanpa melibatkan aktor-aktor lainnya. Hal

tersebut menimbulkan dampak dengan besarnya anggaran yang dikeluarkan

pemerintah yang desain birokrasinya cenderung “gemuk”. Masyarakat juga

dihadapkan pada proses pelayanan yang berbelit-belit dan tidak adanya lagi

hubungan antara masyarakat dengan pemerintah, seakan-akan terjadi pembatasan

yang jelas antara pemerintah dengan masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan

adanya batasan-batasan jelas pemerintah dengan masyarakat.

b. Paradigma New Public Management

Paradigma New Public Management muncul di Inggris, New Zaeland, USA

dan Kanada. Pendekatan NPM atas manajemen publik bangkit selaku kritik atas

birokrasi. Birokrasi dianggap enggan untuk maju, kompleksitas hirarki jabatan

dan tugas, dan sistem pembuatan keputusan yang top-down. Juga birokrasi

dianggap telah menjauhkan diri dari harapan publik. Istilah management pada

NPM mangandung makna yang lebih agresif dari administration. Pelayanan

publik di era NPM cenderung berkompetisi untuk memperjuangkan kepentingan

dirinya daripada memperjuangkan kepentingan umum. Semangat pelayanan

publik melampaui orang-orang yang secara resmi bekerja untuk pemerintah,

orang-orang yang kita anggap sebagai pelayanan publik namun, jalan-jalan

Page 24: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

10

dimana mereka dapat membawa banyak talenta mereka untuk ditanggung agak

terbatas. Sebagian kami pikir karena selama beberapa dekade terkahir kami telah

beberapa kali telah beberapa kali membatasi peran kewarganegaraan lebih

memilih untuk memikirkan orang sebagai pelanggan daripada warga negara

(Denhard & Denhard, 2007).

c. Paradigma New Public Service

Menurut Denhard & Denhard dalam Mirnasari (2013) pemilik kepentingan

sebenarnya adalah masyarakat maka tanggung jawab dalam melayani dan

memberdayakan warga negara menjadi sebuah keharusan bagi para pelayan

publik melalui penyelenggaraan administrasi publik dan pelaksanaan kebijakan

publik. Mengubah arah kedudukan warga negara, mengedepankan nilai, serta

fungsi pemerintah yang demikian tersebut melahirkan pemikiran yang baru dalam

administrasi publik yang disebut New Public Service. Pelayanan publik pada

paradigma ini warga negara tidak hanya dipandang sebagai persoalan individu

namun juga melibatkan kepercayaan, nilai dan kepedulian terhadap orang lain.

NPS memposisikan warga negara pemilik pemerintahan bukan lagi sebagai

pelanggan dan juga bertindak secara bersama-sama untuk mencapai sesuatu yang

lebih baik.

Denhard & Denhard dalam Semil (2013) Layanan publik baru menunjukkan

bahwa orang yang bertindak sebagai warga harus memperlihatkan kepeduliannya

untuk masyarakat, mereka berkomitmen untuk hal-hal yang melampaui

kepentingan jangka pendek, dan meraka bersedia memikul tanggung jawab

pribadi untuk hal yang terjadi di lingkungan mereka dan masyarakat. Semuanya

Page 25: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

11

menjadi unsur penentu kewarganegaraan yang efektif dan bertanggung jawab.

Pada gilirannya, pemerintah dituntut kepekaannya terhadap kebutuhan dan

kepentingan warga negara. Dalam kasus apapun. Pelayanan publik baru semakin

mendorong tanggung jawab mereka untuk administrasi publik yang sensitif

terhadap suara masyarakat.

2. Konsep Good Governance

(Anggara, 2016) secara konseptual pengertian kata baik (good) dalam istilah

kepemerintahan yang baik (good governance) terdapat dua pemahaman, pertama

nilai yang membawa kepentingan rakyat, dan nilai-nilai yang dapat

mengembangkan kesanggupan rakyat dalam mencapai tujuan (nasional)

kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Dalam pelaksanaan

tugas pemerintah yang efektif dan efisien guna mencapai tujuan negara terangkum

dalam dua aspek fungsional pemerintah. Kepemerintahan yang baik (good

governance) beriorentasi pada dua hal, yaitu pertama orientasi ideal negara yang

diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Kedua, pemerintahan berfungsi secara

ideal, yaitu efektif dan efisien melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.

Sejak pergeseran paradigma manajemen pelayanan publik pada masa tahun

1980an dari pemerintah ke governance, dalam aktivitas proses kebijakan maupun

penyelenggaraan layanan publik terus diupayakan terjadinya perubahan ide atau

parktik governance. Inovasi governance menjadi sebuah wacana yang menarik

dikalangan praktisi administrasi publik dan masyarakat akademisi dalam konteks

pengembangan paradigma governance. Inovasi governance hadir sebagai tema

utama dalam perdebatan terkini tentang upaya membangun kinerja sektor publik,

Page 26: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

12

terutama didalam manajemen pelayanan publik. Ini merupakan refleksi dari

kondisi kinerja sektor publik yang selama ini masih belum maksimal.

Dibandingkan dengan sektor swasta, daya adabtabilitas dan tingkat kompetivitas

sektor publik masih jauh tertinggal. Rendahnya daya kompetitif sektor publik

dengan demikian yang disebabkan oleh faktor iklim protektif yang selama ini

mengitari kehidupan sektor publik. Menghadapi situasi demikian para akademisi

dan praktisi administrasi publik tidak bisa berdiam diri dan harus melakukan

terobosan-terobosan untuk memperbaiki pelayanan publik. Wibawa, (2009).

3. Konsep Inovasi Pelayanan Publik

Inovasi adalah konsep yang relatif baru dalam literatur administrasi publik

(public administration). Inovasi pelayanan publik dapat diartikan sebagai suatu

ide, atau pemikiran kreatif, terobosan untuk mempermudah kinerja. Inovasi

pelayanan publik tidak mewajibkan hanya pada penemuan baru, tetapi juga

pendekatan baru yang tidak mempunyai batas. Kemudian muncul gagasan lebih

modern untuk meningkatkan dan memudahkan peningkatan kualitas pada inovasi

yang sebelumnya (Basuki, 2018).

Istilah Inovasi berasal dari istilah bahasa inggris innovation berarti

perubahan. Inovasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan atau

pemikiran manusia untuk menemukan sesuatu yang baru berkaitan dengan input

diartikan sebagai pola-pola pemikiran atau ide manusia yang disumbangkan pada

temuan baru. Selanjutnya, inovasi yang berkaitan dengan output berdasarkan

definisi tersebut lebih ditujukan pada hasil yang dicapai terutama penggunaan

pola pemikiran dan metode atau teknik kerja yang dilakukan. Ketiga elemen

Page 27: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

13

dalam inovasi tersebut sesungguhnya membentuk suatu kesatuan yang utuh

(Makmur, dkk, 2015).

Urabe (1988) Inovasi merupakan generasi baru dan implementasinya ke

dalam produk atau layanan baru. Inovasi dalam konteks Ilmu Administrasi Publik

merupakan proses memikirkan dan melaksanakan suatu ide yang memiliki unsur

kebaruan dan kebermanfaatan dalam penyelenggaraan pelayanan publik kepada

pemilik kepentingan yakni masyarakat. LAN (2015) Inovasi adalah jawaban atas

segala permasalahan dalam organisasi (Mulyadi, dkk, 2018).

Rogers (2003) sebuah inovasi adalah ide, praktik, atau objek dinyatakan baru

oleh individu atau unit adopsi lainnya. Kebaruan dalam suatu inovasi tidak perlu

hanya melibatkan pengetahuan baru. Seseorang mungkin telah mengetahui

tentang suatu inovasi untuk beberapa waktu tetapi belum mengembangkan sikap

yang baik atau tidak baik terhadapnya, atau dia belum mengadopsi atau

menolaknya. Kebaruan suatu inovasi dapat diekspresikan dalam bidang

pengetahuan, persuasi, atau keputusan untuk mengadopsi.

LAN (2015) Inovasi penting dilakukan karena beberapa hal yaitu banyaknya

permasalahan kinerja pelayanan organisasi publik, kondisi birokrasi pemerintahan

berada dalam nuansa zona nyaman birokrasi, maka dari itu pemerintah harus

keluar dari zona nyaman birokrasi (Mulyadi, dkk, 2018).

Peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah

disebutkan bahwa bentuk inovasi daerah meliputi : inovasi tata kelola

pemerintahan daerah, inovasi pelayanan publik, dan/atau inovasi lainnya sesuai

dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, termasuk dalam

Page 28: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

14

peran pemrintah untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan publik (https:/www.setkab.go.id).

Menurut Dwiyanto dalam Mulyadi (2018) Inovasi penting untuk dilakukan

dalam administrasi publik karena beberapa hal sebagai berikut :

a. Dinamika perubahan di tingkat nasional, global, regional maupun lokal, yang

berlangsung secara cepat, menuntut berbagai penyesuaian dalam

pembangunan dan pengembangan daerah wilayah.

b. Pembangunan dan pengembangan wilayah tidak lagi bisa dilaksanakan

dengan cara-cara konvensional maupun membutuhkan sistem dan sumber

daya manusia yang kreatif.

c. Kebutuhan berbagai terobosan yang kreatif dan inovasi berbasis ilmu

pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, terutama dalam rangka

meningkatkan daya saing wilayah, sektor pemerintahan, sektor dunia usaha,

akademisi, dan komunitas berbasis masyarakat dalam menghadapi berbagai

tantangan dan perubahan lingkungan.

d. Pelaksanaan pembangunan yang semakin maju dengan berpegangan pada

prinsip berkelanjutan (sustainability).

Menurut Rogers (1983) terdapat lima karakteristik/atribut inovasi yaitu :

a. Keuntungan relatif (Relative adventage)

Keuntungan relatif adalah salah satu prekdiktor terbaik dari suatu inovasi.

Tingkat kemanfaatan atau keuntungan dapat dilihat dari keuntungan

ekonominya, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Oleh

Page 29: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

15

karena itu ketika kebaruan akan diterapkan maka pertimbangan manfaat

menjadi penting

b. Kesesuaian (Compatibility)

Kesesuaian adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap sesuai dengan nilai,

pengalaman, dan keperluan pengadopsi potensial dan lebih cocok dengan

situasi kehidupan individu. Kecocokan semacam itu membantu individu

memberi makna pada gagasan itu sehingga dianggap sebagai sesuatu yang

lazim. Sebuah inovasi tidak bisa dilompati dengan nilai-nilai dan

kepercayaan sosila. Dengan ide yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan

kebutuhan klien untuk inovasi.

c. Kerumitan (Complexibility)

Kerumitan adalah jika sederhana tingkat inovasi maka semakin mudah

tingkat penerimaan oleh masyarakat, sebaliknya jika rumit tingkat inovasi

maka semakin sulit tingkat penerimaan masyarakat terhadap inovasi.

d. Kemungkinan dicoba (Trialability)

Kemampuan uji coba adalah inovasi yang dapat dicoba maka dengan mudah

penerimaan inivasi tersebut oleh masyarakat. Inovasi yang tepat dapat diuji

cobakan dan bisa menunjukkan kemanfaatan dan kerumitannya.

e. Kemudahan diamati (Observability)

Kemudahan diamati adalah tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati

semakin dapat dan mudah diamati suatu inovasi semakin cepat masyarakat

menerima inovasi tersebut.

Page 30: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

16

Kuratko dan Hodge (2004) dalam Suharsaputra (2016) menyebutkan sumber-

sumber inovasi sebagai berikut :

a. Kejadian tak terduga (Unexpected occurrence)

Keberhasilan atau kegagalan yang tidak terantisipasi atau tidak direncanakan

dapat menjadi kejutan inovasi bagi organisasi.

b. Keganjilan (Incongruities)

Ketika terjadi kesenjangan antara realitas dengan yang diharapkan akan

mendorong munculnya inovasi untuk menguasai hal tersebut.

c. Kebutuhan proses (process needs)

Kebutuhan akan suatu proses untuk lebih bermutu bisa menjadi sumber

inovasi.

d. Perubahan industry dan pasar (industry and market changes)

Inovasi juga bisa tumbuh karena terjadinya perubahan-perubahan dalam

industri dan pasar yang memunculkan peluang-peluang untuk dimanfaatkan.

e. Perubahan demografik (demografhic changes)

Perubahan penduduk dalam trend jumlah usia, pendidikan dan juga pekerjaan

akan menjadi sumber yang mendorong inovasi.

f. Perubahan persepsi (perceptual change)

Perubahan dalam cara penafsiran atas fakta-fakta dan konsep-konsep akan

mendorong perubahan mendasar dalam persepsi, modal dan makna akan

diwujudkan, dituntut.

g. Berdasarkan konsep pengetahuan (knowledge based concepts)

Page 31: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

17

Konsep-konsep berbasis pengetahuan akan menjadi sumber inovasi bila terus

dikembangkan melalui cara pikir baru, metode baru, dan pengetahuan baru

sebagai pengembangan dan berpikir ilmiah.

Danim, memfokuskan pada tiga aspek inovasi yaitu :

a. Gagasan baru merupakan suatu kegiatan pengamatan pada persoalan-

persoalan yang ada, gagasan baru tersebut berupa ide, gagasan, pemikiran,

sistem yang mencapai gagasan perubahan wujud.

b. Produk dan jasa merupakan tingkatan selanjutnya dari gagasan brau yang

akan dilaksanakan dengan berbagai kegiatan, mengkaji, pengamatan sehingga

mencipatakan konsep yang berwujud produk dan jasa yang akan diterapkan

kemudian dilaksanakan.

c. Upaya perbaikan merupakan usaha mengembangkan dan memperbaiki secara

berkelanjutan sehingga manfaat dari hasil inovasi dapat diamati.

Haverlock dalam Suharsaputra (2016) menyatakan proses adopsi inovasi

dalam individu atau kelompok :

a. Awareness stage, individu memperoleh informasi suatu inovasi kemudian

menyadari akan adanya inovasi.

b. Interest stage, tumbuh minat untuk mnegtahui lebih jauh tentang inovasi dan

mulai mengembangkn sikap terhadapnya.

c. Mental stage, individu aktif menilai inovasi mencapai bagaimana

mengimplementasikannya dan mencari informasu penilaian dari orang lain.

d. Trial stage, individu mencoba melaksanakan secara terbatas untuk melihat

bekerja tidaknya inovasi.

Page 32: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

18

e. Integration stage, individu mengimplementasikan inovasi sedemikian rupa,

sehingga menjadi pelaku yang rutin.

Rogers (1983) lima tahap proses keputusan inovasi :

a. Knowledge, pengetahuan meruapakan tahap seseorang mendapat informasi

tentang inovasi, dan mendapat pemahaman tentang fungsinya dari inovasi.

b. Persuasion, tahap yang terjadi apabila seseorang membentuk sukap

menyukai atau tidak terhadap inovasi.

c. Decision, tahap keputusan yaitu seseorang ikut serta dalam aktivitas untuk

memilih mengadopsi atau menolak inovasi.

d. Implementation, tahap keputusan menggunakan inovasi.

e. Comfirmation, tahap keputusan mencari penguatan terhadap inovasi yang

dibuat dan akan berubah jika terjadi konflik tentang inovasi.

Adapun tipologi inovasi di sektor publik menurut Halvorsen dalam Suyono

(2015) adalah sebagai berikut :

a. New or improved service (pelayanan baru atau pelayanan yang diperbaiki).

b. Process innovation (inovasi proses).

c. Administrative innovation (inovasi administrasi).

d. System innovation (inovasi sistem)

e. Conceptual innovation (inovasi konseptual) yaitu perubahan dalam outlook.

f. Radical change of rationality (perubahan radikal) yaitu peralihan pendapat

umum dari petugas administrasi.

Dalam inovasi aspek yang penting berhubungan dengan level inovasi yang

menggambarkan variasi besarnya dampak yang dimunculkan oleh inovasi yang

Page 33: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

19

sedang dijalankan. Level inovasi yang dikemukakan Mulgan dan Albury dalam

Mirnasari (2013) :

a. Inovasi Inkremental

Inovasi Inkremental adalah inovasi yang hanya mendatangkan perbaikan-

perbaikan kecil terhadap pelayanan. Terobosan baru pada level ini pada

umumnya jarang membawa perbaikan-perbaikan dalam organisasi. Meskipun

demikian inovasi incremental mengambil peranan yang penting dalam

kebaruan pada sector publik, dalam hal ini dapat mendatangkan perbaikan-

perbaikan kecil yang bisa ditetapkan secara terus menerus yang mampu

meciptakan rajutan pelayanan yang cepat pada terhadap masyarakat, serta

menjunjung tinggi nilai tambah uang.

b. Inovasi radikal

Inovasi Radikal adalah level inovasi yang menawarkan metode yang baru

dalam pelayanan publik. Inovasi level ini jarang diterapkan karena

memerlukan unsurr politik yang besar karena umumnya memilki resiko yang

besar pula. Inovasi radikal dibutuhkan untuk menggiring perbaikan pelayanan

publik yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang pernah

diabaikan.

c. Inovasi transpormatif

Inovasi transformatif memperoleh perubahan dalam struktur angkatan kerja

dan keorganisasian dengan mentrasnformasi semua sektor dan secara

dramatis mengubah keorganisasian. Untuk memperoleh hasil yang yang akan

Page 34: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

20

dicapai dan membutuhkan perbaikan dasar dalam susunan sosial, budaya dan

organisasi inovasi level ini membutuhkan waktu yang lama.

Rogers (2003) mengemukakan Sebuah organisasi dalam mengadopsi inovasi

melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Perintisan (Initation)

Tahapan perintisan terdapat dua fase yaitu fase agenda setting dan matching.

Kedua fase tersebut sebagai tahapan awal pengenalan situasi dan pemahaman

terhadap masalah yang ada dalam organisasi.

1) Tahapan agenda setting dilakukan proses identifikasi dan penetapan

prioritas kebutuhan dan masalah. Selanjutnya melakukan pencarian

dalam lingkungan organisasi untuk menentukan lokasi dimana inovasi

akan diterapkan. Tahapan ini memakan banyak waktu yang sangat

lama. Tahapan yang dikenal dengan tahapan adanya kesenjangan

kinerja (performance gap).

2) Fase selanjutnya yaitu fase matching atau penyesuaian. Tahapan

masalah sudah dapat diidentifikasi atau melakukan penyesuaian pada

inovasi yang akan diterapkan.

b. Tahapan Pelaksanaan (Implementation)

Pada tahapan ini perintisan sudah menghasilkan sebuah keputusan untuk

mencari dan menerima inovasi yang dianggap bisa menyelesaikan masalah

organisasi. Tahapan pelaksanaan ini terdiri dari fase redefinisi, klarifikasi dan

rutinisasi.

Page 35: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

21

1) Fase redefinisi, pada fase ini semua inovasi yang diadopsi mulai

kehilangan karakter asingnya. Meredefinisi masing-masing dan

mengalami proses perubahan untuk saling menyesuaikan baik inovasi

maupun organisasi.

2) Fase klarifikasi, pada fase ini inovasi yang diadopsi secara meluas

dalam organisasi dan mempengaruhi elemen-elemen organisasi dalam

sehari-hari.

3) Fase rutinisasi, pada fase ini inovasi tidak lagi dianggap sebagai produk

baru atau cara baru tetapi sudah dianggap bagian dari organisasi karena

telah menjadi bagian rutin organisasi.

4. Konsep Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

Survelains Berbasis Sekolah (SBS) merupakan program inovatif pemerintah

daerah Kabupaten Bantaeng melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng). Latar

belakang program SBS yaitu secara epidemiologi penyebaran penyakit di

kalangan anak sekolah di Indonesia masih cukup tinggi serta angka kematiannya

pun cukup tinggi khususnya penyakit-penyakit menular dan berbasis lingkungan

lainnya. Usia sekolah dasar adalah kelompok dengan sasaran peserta didik yang

sangat besar yang sangat mudah dan rentan terjadinya penularan berbagai

penyakit. Secara normatif Program SBS mengacu pada peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 pasal 2 tentang Surveilans

Epidemiologi. Sasaran penyelenggaraan Surveilans kesehatan yaitu tersedianya

informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit dan faktor risikonya serta

masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai

Page 36: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

22

bahan pengambilan keputusan, terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap

kemungkinan terjadinya wabah dan dampaknya, terselenggranya investigasi dan

penanggulangan wabah, dan dasar penyampaian informasi kesehatan kepada

pihak yang berkepentingan.

Surveilans merupakan suatu kegiatan pengamatan secara terus menerus dan

sistemik terhadap penyakit maupun masalah kesehatan serta faktor resiko melalui

proses pengumpulan data, pengolahan, analisa, interpretasi dan desiminasi

informasi agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan

efisien. Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) adalah suatu kegiatan

pengamatan terhadap kejadian penyakit di Sekolah, serta faktor resikonya

kemudian dilaporkan ke petugas kesehatan untuk mendapatkan respon tindak

lanjut. Tujuan program SBS adalah mendeteksi sedini mungkin muncul dan

berkembangnya penyakit serta masalah kesehatan di sekolah dan faktor yang

mempengaruhi sehingga dapat dilakukan tindakan secara cepat, efektif dan

efisien, dan mendapat gambaran epidemiologi penyakit atau masalah kesehatan

melalui kegiatan penyelidikan/pelacakan di lingkungan Sekolah maupun tempat

tinggal siswa yang sakit.

Program SBS ini memadukan beberapa jenis penyakit dan isu masalah

kesehatan lainnya yang dianggap penting dan dapat dideteksi secara mandiri oleh

masyarakat (sekolah). Program ini juga diharapkan berkontribusi terhadap upaya

pengendalian penyakit dan masalah kesehatan dalam kaitannya dengan isu atau

komitmen dunia. Mekanisme pelaporan yaitu pihak sekolah melakukan

pengumpulan data siswa yang sakit berdasarkan informasi guru kelas I sampai

Page 37: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

23

dengan VI kemudian mencatat kedalam formulir surveilans setiap hari dan

dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan. Sedangkan pelaporan setiap hari

dilaporkan segera 1 x 24 jam melalui call center Dinas Kesehatan. Kemudian

Dinas Kesehatan Distrik Surveilans Officer (DSO) menerima informasi setiap hari

dari sekolah. DSO berkoordinasi dan Surveilans puskesmas untuk melakukan

respon secara bersama-sama melakukan kunjungan ke rumah anak yang menderita

sakit dan atau kesekolah jika terdapat anak yang masih masuk sekolah walaupun

sakit dan atau terdapat kejadian beberapa siswa yang sakit karena keracunan

makanan ataupun sebab penyakit lainnya. Penyakit dan masalah kesehatan

sekolah hanya melaporkan siswa yang sakit berdasarkan gejala, petugas kesehatan

yang menentukan jenis penyakitnya. Umpan balik tim tekhnis SBS Kabupaten dan

Puskesmas membuat analisis sederhana terkait penyakit serta faktor-faktor resiko

yang menjadi masalah kesehatan pada anak sekolah dan hasilnya dikirimkan ke

pihak sekolah sebagai bahan informasi kesehatan. Umpan balik minimal setiap 3

bulan terkecuali pada kondisi khusus.

B. Kerangka Pikir

Solusi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dibutuhkan perubahan

melalui adopsi inovasi. Kemunculan sebuah inovasi melalui ide-ide baru, dan

untuk menjadi inovasi perlu implementasinya. Dan ide ke implementasi adopsi

inovasi ditentukan oleh banyak hal, dan karakteristik inovasi merupakan faktor

yang menetukan apakah adopsi inovasi akan segera dilakukan atau tidak.

Mempertimbangkan karakteristik inovasi menjadi hal yang penting sebagai dasar

bagi adopter maupun kreator ide-ide baru untuk terus mengembangkannya

Page 38: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

24

sehingga capaian inovasi memberikan gambaran yang produktif. Merujuk pada

teori karakteristik inovasi Everett M. Rogers ada lima karakteristik yaitu

Keuntungan Relatif (Relatif advantage), Kesesuaian (Compatibility), Kerumitan

(Complexibility), Kemungkinan dicoba (Trialability), Kemudahan diamati

(Observability).

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada Karakteristik Inovasi Program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng.

Inovasi Pelayanan Publik Program Surveilans Berbasis Sekolah(SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng

1) Keuntungan Relatif (Relatif advantage)2) Kesesuaian (Compatibility)3) kerumitan (Complexibility)4) Kemungkinan diuji coba (Trialability)5) Kemudahan diamati (Observability)

Performance Inovasi di DinasKesehatan Kabupaten Bantaeng

Page 39: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

25

D. Definisi Fokus Penelitian

1. Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah adalah program inovatif

pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng.

Inovasi Program Surveilans adalah program pengamatan dan pemantauan

secara terus menerus oleh pihak sekolah terhadap penyakit atau masalah

kesehatan serta faktor risiko pada anak didik dan dilaporkan pada pihak

terkait/petugas untuk mendapatkan respon tindak lanjut.

2. Keuntungan Relatif (Relative adventage)

Keuntungan relatif merupakan predikat yang melekat pada suatu inovasi,

produk baru atau ide-ide baru yang unggul dan menunjukkan tingkat

kebermanfaatannya. Keuntungan relatif dari inovasi yang diterima oleh

masyarakat akan menentukan kecepatan adopsinya.

3. Kesesuaian (Compatibility)

Kesesuaian merupakan tingkat sebuah inovasi yang ada konsisten dari nilai-

nilai yang ada, kebutuhan-kebutuhan adopsi potensial, dan pengalaman-

pengalaman masa lalu. Penerimaan dari masyarakat merupakan respon positif

yang akan mempercepat inovasi.

4. Kerumitan (Complexibility)

Inovasi yang baru tentunya memiliki kerumitan, bisa saja tingkat

kerumitannya lebih tinggi dibanding inovasi yang sebelumnya. Akan tetapi

karena sebuah temuan baru menwarkan hal yang baru dan lebih baik maka

tidak menjadi masalah penting tingkat kerumitan inovasi yang baru.

Page 40: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

26

5. Kemungkinan dicoba (Trialability)

Kemampuan diuji coba adalah inovasi yang dapat dicoba maka dengan

mudah penerimaan inovasi tersebut oleh masyarakat. Inovasi yang tepat

dapat diuji cobakan dan bisa menunjukkan kemanfaatan dan kerumitannya.

6. Kemudahan diamati (Observability)

Sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi mana inovasi bekerja dan

menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

7. Performance Inovasi

Performance inovasi merupakan tingkat pencapaian tujuan dari temuan baru

atau ide-ide kreatif dari organisasi.

Page 41: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan setelah seminar proposal dari tanggal

27 Mei 2019 s/d 27 Juli 2019. Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Dinas

Kesehatan Kabupaten Bantaeng dengan pertimbangan bahwa program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) ini diluncurkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng..

Program SBS ini adalah program kesehatan yang diperuntukkan untuk anak-anak

bersekolah agar meningkatkan prestasi belajar anak-anak di Kabupaten Bantaeng.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang akan

menggambarkan objek penelitian yaitu Inovasi Program Surveilans Berbasis

Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng berdasarkan fakta

yang diperoleh di Lapangan.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah fenomenologi yaitu penelitian yang

menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Bantaeng dalam hal ini memberi gambaran mengenai Inovasi

Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten

Bantaeng selama penelitian.

27

Page 42: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

28

C. Sumber Data

1. Data primer

Data yang diambil oleh peneliti dari sumber-sumber tidak tertulis berupa

informasi atau data lapangan yang berkenaan dengan penelitian pada

umumnya ditemukan melalui wawancara mendalam dengan informan.

2. Data sekunder

Data yang dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai laporan-laporan atau

dokumen-dokumen yang sifatnya tertulis yang digunakan dalam penelitian.

Adapun laporan atau dokumen yang bersifat informasi tertulis yang

dikumpulkan oleh peneliti adalah data mengenai inovasi program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng.

D. Informan Penelitian

Informan adalah seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam

Inovasi program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Bantaeng, artinya mereka yang dapat memberikan informasi terkait

situasi dan kondisi latar penelitian. Untuk memahami dan yang mempunyai kaitan

dengan yang sedang dikaji maka dibutuhkan informan kunci untuk memperoleh

data secara refresentatif. Informan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 3.1 Informan PenelitianNo. Nama Inisial Jabatan Ket

1. Andi Ihsan AI Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Bantaeng

1

2. Armansyah AR Kepala Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

1

Page 43: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

29

3. Sumarty SU Staf Surveilans dan Imunisasi 1

4. Aminullah ZZ Penanggung Jawab Program

Surveilans (SBS) Puskesmas

Lasepang

1

5. Asmaniar AS Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

Puskesmas Banyorang

1

6. Zulfitri Zainuddin AS Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

Puskesmas Ulu Galung

1

7. Kasmawati KA Guru SD Inpres 7 Letta 1

8. Murty MU Guru SD Inpres 53 Banyorang 1

Jumlah Informan 8

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti, yaitu :

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti turun ke lapangan

mengamati gejala-gejala subjek yang diteliti. Fungsi observasi ini untuk

menyaring dan melengkapi data yang mungkin tidak diperoleh melalui

interview atau wawancara.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses menemukan informasi mengenai yang diteliti

dengan melakukan tanya jawab dengan menggunakan panduan wawancara

tentang bagaimana karakteristik dan kualitas inovasi pemerintah daerah

Page 44: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

30

dalam pelaksanaan Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di

Kabupaten Bantaeng.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.

Jadi dokumentasi adalah teknik dimana data diperoleh dari dokumen yang

ada pada benda-benda tertulis, buku-buku, surat kabar, majalah, literature dan

sebagainya, yang berkaitan dengan objek penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2015) mengemukakan bahwa aktivitas dalam proses analisis data

kualitatif yang dilakukan dengan secara interaktif dan dilakukan dengan terus

menerus hingga selesai, sehingga datanya jenuh. Kegiatan dalam analisis data,

terdiri dari tiga jenis yaitu sebagai berikut :

1. Reduksi Data (Data reduction)

Reduksi data secara mandiri dengan tujuaan untuk memperoleh data atau

informasi yang dapat menjawab pertanyaan dari penelitian, bagi peneliti

pemula proses dari analisis data ini yaitu mendeskripsikan kepada pada orang

lain yang tahu pada bidang yang terkait. Melalui proses diskusi tersebut maka

diharapkan pengetahuan atau wawasan dari seorang peneliti akan

berkembang, dan data dari reduksi lebih baik dalam menjawab pertanyaan

dari penelitiaan yang dilakukan.

2. Penyajian Data (Data display)

Penyajian atau penampilan (display) data, dari proses pengumpulan dan

analisis yang dilakukan sebelumnya, mengingatkan bahwa penelitian

Page 45: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

31

kualitatif lebih banyak proses penyusunan teks narasi. (Sugiyono, 2015: 244)

memperkenalkan dua macam format, yaitu: diagram konteks (context chard)

dan matriks.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing and Verification)

Proses analisis data kualitatif menurut pendapat Miles dan huberman adalah

proses penarikan kesimpulan hingga verivikasi. Kesimpulan awal yang

diperoleh dikatakan masih bersifat sementara, dan hasil akhir dapat berubah

kapan saja bila ditemukan atau tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

dapat mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.

G. Pengabsahan Data

Sugiyono (2016) Pengabsahan diperoleh dengan proses pengumpulan data

yang cepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan proses triagulasi,

yaitu teknik pemeriksaan keabsahan suatu data dengan mengecek atau

pembanding data itu.

1. Triangulasi Sumber

Triagulasi Sumber membandingkan dengan cara mengecek ulang derajat

kepercayaan dari suatu sinformasi yang diperoleh dengan melalui sumber

yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dari hasil

wawancara, dengan membandingkan pandangan umum yang diperoleh di

lapangan dengan yang dikatakan dengan pribadi.

2. Triangulasi Teknik

Triagulasi teknik dilakukan dengan tujuan untuk menguji kredibilitas dari

suatu data yang diperoleh melalui pengecekan data dengan sumber yang

Page 46: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

32

sama dan dengan sumber yang sama namun tekniknya yang beda.

Contohnyaa ketika data yang diperoleh dari hasil wawancara, lalu dicek

dengan proses dokumentasi, maupun observasi.

3. Triangulasi waktu

Triagulasi Waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan

pengecekan data berbagai sumber dengan cara dan berbagi waktu. perubahan

suatu proses dan perilaku manusia cenderung berubah berdasarkan rentang

waktu yang berbeda. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi,

maka proses pengamatan penelitian dilakukan lebih dari satu kali proses

pengamatan.

Page 47: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng adalah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan Butta

Toa terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bantaeng ini mempunyai

luas wilayah 395,83 km². terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, 67 Desa dan

Kelurahan,502 Rukun Warga (RW) dan 1.108 Rukun Tetangga (RT).

Kedelapan kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bissappu, Kecamatan

Pajjukukang, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa, Kecamatan

Gantarangkeke dan Kecamatan Sinoa. Kecamatan Tompo Bulu merupakan

kecamatan terbesar dengan luas wilayah 76,99 km², sedangkan Kecamatan dengan

luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Bantaeng dengan luas wilayah 28,85 km².

Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan

Makassar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5º21’13”-5º35’26”

Bujur Timur. Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada

bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi untuk perikanan, dan

wilayah daratannya mulai dari tepi laut Flores sampai kepegunungan sekitar

Gunung Lompobattang dengan ketinggian tempat dari permukaan laut 0-25 m

sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Kabupaten Bantaeng terletak dibagian

selatan provinsi selatan yang berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba

b. Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba

33

Page 48: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

34

c. Sebelah Selatan : Laut Flores

d. Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto

Curah hujan di Kabupaten Bantaeng hampir merata disetiap bulan dalam

setahun, jumlah hari hujan berdasarkan data tahun 2012 mencapai rata-rata 4,42

hari perbulan dengan jumlah hari hujan, dalam setahun sebanyak 53 hari dalam

setahun, sedangkan curah hujan dalam setahun mencapai sebesar 169,33mm

Sebagai daerah dengan luas yang relatif terbatas atau hanya kurang lebih 0,8

dari luas Provinsi Selawesi Selatan, maka Kabupaten Bantaeng hanya memiliki 11

sungai yang melintas beberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng.

Adapun sungai sungai dimaksud antara lain:

Tabel 4.1 Nama Sungai, Panjang Sungai dan Kecamatan yang dilintasiNo Nama sungai Panjang Kecamatan dilintasi

1 Pamosa 1,7 Pajukukang

2 Turung Asu 7,4 Tompobulu, Gantarangkeke

3 Balang Sikuyu 10,8 Uluere, Sinoa, Bissappu

4 Panaikang 11,7 Uluere, Sinoa, Bissappu

5 Kalamassang 14,2 Tompobulu, Gantarangkeke

6 Lemoa 14,4 Uluere, Bissappu

7 Kaloling 17,1 Tompobulu, Gantarangkeke

8 Biangkeke 20,4 Tompobulu, Gantarangkeke

9 Calendu 20,7 Uluere, Bantaeng

10 Bialo 43,3 Uluere, Tompo bulu

11 Nipa-Nipa 25,1 Tompobulu, Gantarangkeke

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng

Penduduk Kabupaten Bantaeng berdasarkan proyeksi penduduk tahun2017

sebanyak 185.581 jiwa. Dibandingkan dengan proyeksi jumlahpenduduk tahun

2016, penduduk Kabupaten Bantaeng mengalami pertumbuhan sebesar 0,58

Page 49: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

35

persen. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bantaeng tahun 2017 mencapai 469

jiwa/km2, yang berarti bahwa dalam satu km2 di huni oleh 469 penduduk.

Kepadatan Penduduk di 8 kecamatan cukup beragam, dan kepadatan penduduk

tertinggi terletak di Kecamatan Bantaeng dengan kepadatan sebesar 1.337

jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Uluere sebesar 169 jiwa/km2.

Tabel 4. 2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk MenurutKecamatan di Kabupaten Bantaeng 2016, dan 2017

No Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan

per Tahun

2016 2017 2016-2017

1. Bissappu 32.299 32.485 0,58

2. Uluere 11.291 11.375 0,58

3. Sinoa 12.350 12.422 0,57

4. Bantaeng 38.341 38.561 0,58

5. Eremerasa 19.439 19.551 0,58

6. Tompobulu 23.929 24.067 0,58

7. Pa’jukukang 30.300 30.474 0,57

8. Gantarangkeke 16.568 16.664 0,58

Bantaeng 184.517 185.581 0,58

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng

Dinas kesehatan adalah salah satu instansi yang sangan penting dalam

menunjang visi misi pemerintah Kabupaten Bantaeng sehingga pembangunan dan

peningkatan kesehatan di Kabupaten Bantaeng harus dipercepat dalam meningkat

mutu sumber daya manusia (SDM).

Oleh karena itu pembangunan kesehatan di Kabupaten Bantaeng sebagai

bagian integral pembangunan Kabupaten menjadi pendukung utama dalam

pembangunan sumbur daya manusia yang dilaksanakan secara rutin dan

Page 50: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

36

berkesinambungan. Dan sebagai landasan pokok untuk berpikir dan bertindak

dalam pembangunan kesehatan maka di susun visi dan misi sebagai petunjuk

pelaksanaan program-program kesehatan.

a. Visi dan Misi

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng “ Menuju kabupaten Sehat yang

Mandiri dan Berkualitas”

Untuk mewujudkan visi tersebut maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng

menerapkan Misi Sebagai berikut :

1. Memasyarakatkan paradigma sehat

2. Profesionalisme petugas kesehatan

3. Pemerataan dan perluasan pelayanan kesehatan

4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan

b. Tujuan dan Sasaran Renja Dinas Kesehatan.

Penetapan tujuan dan sasaran merupakan tahap terpenting dalam perencanaan

pembangunan yang menjadi dasar penyusunan kinerja pembangunan daerah.

Adapun tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Kesehatan Kabupaten

Bantaeng adalah :

Tujuan :

1. Meningkatkan Akses Pelayanan di bidang Kesehatan.

2. Meningkatkan Kualitas Kesehatan.

3. Meningkatkan sanitasi dasar, lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat dan

masyarakat.

Page 51: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

37

Sasaran Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan adalah sebagai

berikut :

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan ke masyarakat dan

masyarakat ke pelayanan kesehatan.

2. Meningkatkan akses, prasaranan dan sarana, serta kualitas pelayanan

kesehatan yang terstandar melalui terakreditasi.

3. Optimalisasi penanggulangan masalah gizi.

4. Optimalisasi upaya pengendalian penyakit dan masalah kesehatan akibat

bencana.

5. Meningkatkan akses pada lingkungan yang sehat.

6. Optimalisasi ketersediaan mutu manfaatn dan keamanan farmasi alkes dan

makanan.

7. Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai

standard dan kompetensi.

8. Meningkatkan manajemen dan sistem informasi kesehatan.

c. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng Berdasarkan

Perataturan Bupati Nomor 59 Tahun 2016 sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat :

a) Sub Bagian Program, informasi dan humas

b) Sub Bagian Keuangan, kepegawaian dan umum

3. Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri atas :

Page 52: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

38

a) Seksi Kesehatan Keluarga dan gizi

b) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

c) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga

4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri atas :

a) Seksi Surveilans dan Imunisasi

b) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

c) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan

Kesehatan Jiwa.

5. Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan terdiri atas :

a) Seksi Pelayanan Kesehatan

b) Seksi Kefarmasian, Alkes dan PKRT

c) Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan

6. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Page 53: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

39

Bidang Pelayanan Sumber DayaKesehatan

Bidang KesehatanMasyarakat

Bidang Pencegahan &Pengendalian Penyakit

Seksi Promosi &Pemberdayaan Masyarakat

Seksi KesehatanKeluarga & Gizi

Seksi Kesling, Kesker &Olahraga

Seksi Surveilans &Imunisasi

Seksi Pencegahan &Pengendalian Penyakit

Menular

Seksi Pencegahan &Pengendalian PTM serta

Kesehatan Jiwa

Seksi SDMK

Seksi Kefarmasian, Alkes &PKRT

Seksi Pelayanan Kesehatan

KEPALA DINAS

SEKERTARISJABATAN

FUNGSIONAL

Kasubag Program Kasubag KeuanganInformasi & Humas Kepegawaian & Umum

.

UPTD

Gambar 4.1 : Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng

d. Tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng

1) Kepala Dinas

Tugas :

Sesuai peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 59 Tahun 2016 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

kewenangan otonomi daerah Kabupaten Bantaeng di Bidang Kesehatan dalam hal

Page 54: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

40

ini Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng mempunyai tugas membantu Bupati

melaksanakan utusan pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi

kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepala Daerah

Kabupaten/kota.

2) Sekretariat

Tugas :

Memberikan pelayanan teknis dan administrasi umum, kepegawaian,

keuangan, perlengkapan, pembinaan organisasi dan tata laksana serta perumusan

perencanaan program dan pelaporan serta evaluasi.

Sekretariat terdiri dari :

a) Subbagian Program, Informasi dan Hubungan Masyarakat.

Tugas :

Penyiapan dan koordinasi penyususnan rumusan program dan informasi,

serta penatalaksaan hubungan masyarakat yang menjadi tanggung jawab

Dinas Kesehatan.

b) Subbagian Keuangan, Kepegawaian dan Umum

Tugas :

Penyiapan dan koordinasi penyelenggaraan urusan keuangan dan pengelolaan

aset, penalatalaksaan hukum, kepegawaian dan dukungan administrasi

umum yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan.

Page 55: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

41

3) Bidang Kesehatan Masyarakat

Tugas :

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang

kesehatan masyarakat.

a) Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri dari :

Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat

Tugas :

Penyiapan perumusan dan pelaksanaan terhadap kebijakan operasional,

bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di

bidang kesehatan keluarga gizi masyarakat.

b) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

Tugas :

Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan

teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

promosi dan pemberdayaan masyarakat.

c) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga

Tugas :

Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan

teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga.

Page 56: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

42

4) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Tugas :

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang

Surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,

pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.

Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit terdiri dari :

a) Seksi Surveilans dan Imunisasi

Tugas :

Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan

teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

surveilans dan imunisasi.

b) Seksi Pencegahan dan Penyakit Menular

Tugas :

Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan

teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

pencegahan dan pengendalian penyakit menular.

c) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular serta Kesehatan

Jiwa

Tugas :

Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebiajakan operasional, bimbingan

teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular serta kesehatan jiwa.

Page 57: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

43

5) Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan

Tugas :

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang

pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk

peningkatan mutunya, pelayanan kesehatan tradisional, kefarmasian, alat

kesehatan dan PKRT serta sumber daya manusia kesehatan.

Bidang Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan terdiri dari :

a) Seksi Pelayanan Kesehatan

Tugas :

Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan

teknis dan supervisi, pematauan, evaluasi dan pelaporan serta peningkatan

mutu fasyankes di bidang pelayanan kesehatan primer dan pelayanan

kesehatan rujukan serta pelayanan kesehatan tradisional.

b) Seksi Kefarmasian, Alkes dan PKRT

Tugas :

Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan

teknis dan supervisi, pematauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan

kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT.

6) Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)

Tugas :

Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) dipimpin oleh seorang kepala UPTD

yang mempunyai tugas melakukan sebagian tugas Dinas Kesehatan Kabupaten

Bantaeng.

Page 58: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

44

3. Pelaksanaan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) adalah program yang dicanangkan oleh

Pemerintah Kabupaten Bantaeng melalui Dinas Kesehatan Kabupataen Bantaeng.

Suirveilans Berbasis Sekolah merupakan program pengamatan terhadap kejadian

penyakit di sekolah, serta faktor resikonya kemudian dilaporakan ke petugas

kesehatan untuk mendapatkan respon tindak lanjut. SBS diharapkan dapat

berkontribusi terhadap upaya pengendalian penyakit dan masalah kesehatan

lainnya. SBS memadukan beberapa penyakit dalam program Surveilans dan isu

kesehatan lainnya yang dapat dideteksi secara dini. Mekanisme pelaporan yaitu

pihak sekolah melakukan pengumpulan data siswa yang sakit berdasarkan

informasi guru kelas I sampai dengan VI kemudian mencatat kedalam formulir

surveilans setiap hari dan dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan. Sedangkan

pelaporan setiap hari dilaporkan segera 1 x 24 jam melalui call center Dinas

Kesehatan. Kemudian Dinas Kesehatan Distrik Surveilans Officer (DSO)

menerima informasi setiap hari dari sekolah. DSO berkoordinasi dengan Tim

Surveilans dan Surveilans puskesmas untuk melakukan respon secara bersama-

sama melakukan kunjungan ke rumah anak yang menderita sakit dan atau ke

sekolah jika terdapat anak yang masih masuk sekolah walaupun sakit dan atau

terdapat kejadian beberapa siswa yang sakit karena keracunan makanan ataupun

sebab penyakit lainnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dari hasil Evaluasi

Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS), 13 Puskesmas yang ada di

Kabupaten Bantaeng yaitu Puskesmas Kota, Puskesmas Lasepang, Puskesmas

Page 59: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

45

Banyorang, Puskesmas Bissappu, Puskesmas Loka, Puskesmas Moti, Puskesmas,

Pabentengang, Puskesmas Sinoa, Puskesmas Campaga Loe, Puskesmas Dampang,

Pusekesmas Ulu Galung, Puskesmas Kassi-kassi, dan Puskesmas Baruga sudah

menjalankan program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS). Berikut beberapa data

Sekolah yang pelaporannya masuk ke Dinas Kesehatan :

Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit danKelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas BanyorangSekolah Lokus SD 53 Banyorang Tahun 2018No Gejala Penyakit Kelas

Total1 2 3 4 5 6

1 Demam 7 5 0 1 2 3 182 Sakit Gigi 0 1 0 0 0 0 13 ISPA 0 0 1 0 1 0 25 DBD 2 2 2 0 0 0 66 Sesak Nafas 0 0 0 0 1 0 17 Sakit Perut 0 0 0 1 0 1 28 Sakit Kepala 0 0 0 1 0 0 19 Sakit Telinga 0 0 0 0 1 0 110 Suspek Campak 1 0 0 1 2 0 1

10 8 3 3 5 4 33Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019

Keterangan :. Berdasarkan Gejala Penyakit Distribusi Jumlah Anak yang Sakit

Berdasarkan Gejala Penyakit dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Puskesmas Banyorang Sekolah Lokus SD 53 Banyorang Tahun 2018.

Berdasarkan gejala penyakit, demam adalah gejala penyakit yang paling banyak

yang dilaporkan oleh Penanggung Jawab Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di

SD 53 Banyorang pada Puskesmas Banyorang yaitu sebanyak 18 orang siswa,

kemudian DBD sebanyak 6 orang siswa, ISPA sebanyak 2 orang siswa, Sakit

Perut sebanyak orang siswa dan sakit gigi, sakit telinga, sakit kepala dan suspek

campak sebanyak 1 orang siswa. Berdasarkan kelas, kelas 2 adalah kelas yang

paling banyak jumlah siswa yang sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 8 orang

Page 60: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

46

siswa, kemudian kelas 5 dilaporan SBS sebanyak 5 orang siswa, kelas 6 dilaporan

SBS sebanyak 4 orang siswa, kelas 2 sebanyak 3 orang siswa, dan kelas 6

dilaporan SBS sebanyak 3 orang siswa.

Tabel 4.4 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit danKelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas LokaSekolah Lokus SD Inpres Loka Tahun 2018

No Gejala PenyakitKelas Total

1 2 3 4 5 61 Demam 2 3 3 10 3 8 292 Sakit Gigi 0 0 1 0 1 1 33 ISPA 1 0 2 1 0 3 74 Batuk 0 1 1 1 0 2 55 Gizi Buruk 0 3 0 0 0 0 36 Sesak Nafas 0 0 0 0 1 0 17 Sakit Mata 0 1 0 0 0 0 18 Thypoid 0 0 1 0 0 0 19 Sakit Perut 1 0 0 0 2 0 310 Sakit Kepala 0 0 0 1 2 0 311 Suspek Campak 0 0 2 0 0 0 212 Sakit Telinga 0 0 1 0 0 0 1

4 8 11 13 9 14 59Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019

Keterangan : Berdasarkan Gejala Penyakit Distribusi Jumlah Anak yang Sakit

Berdasarkan Gejala Penyakit dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Puskesmas Loka Sekolah Lokus SD Inpres Loka Tahun 2018.

Berdasarkan gejala penyakit, demam adalah gejala penyakit yang paling banyak

yang dilaporkan oleh Penanggung Jawab Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di

SD Inpres Loka pada Puskesmas Loka yaitu sebanyak 29 orang siswa, kemudian

ISPA sebanyak 7 orang siswa, ISPA sebanyak 2 orang siswa, Batuk sebanyak 5

orang siswa, sakit gigi, sakit perut, dan gizi buruk masing-masing sebanyak 3

orang siswa. Kemudian sesak nafas, sakit mata, thypoid dan sakit telinga masing-

masing berjumlah 1 orang siswa. Berdasarkan kelas, kelas 6 adalah kelas yang

Page 61: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

47

paling banyak jumlah siswa yang sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 14 orang

siswa, kemudian kelas 4 dilaporan SBS sebanyak 13 orang siswa, kelas 3

dilaporan SBS sebanyak 11 orang siswa, kelas 5 sebanyak 9 orang siswa, kelas 2

dilaporan SBS sebanyak 8 orang siswa, dan kelas 1 sebanyak 4 orang siswa.

Tabel 4.5 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit danKelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas BarugaSekolah Lokus SD Inpres Pajjukukang Tahun 2018.No Gejala Penyakit Kelas

Total1 2 3 4 5 6

1 ISPA 2 1 0 1 0 1 52 DBD 1 1 0 3 0 0 3

2 1 0 4 0 1 8Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019

Keterangan : Berdasarkan Gejala Penyakit Distribusi Jumlah Anak yang Sakit

Berdasarkan Gejala Penyakit dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Puskesmas Baruga Sekolah Lokus SD Inpres Pajjukukang Tahun 2018.

Berdasarkan gejala penyakit, terdapat 2 gejala penyakit yang dilaporkan yaitu

ISPA sebanyak 5 orang siswa dan DBD sebanyak 3 orang siswa. Berdasarkan

kelas, kelas 4 sebanyak 4 orang siswa, kelas 1 sebanyak 2 orang siswa, dan kelas

6 sebanyak 1 orang siswa.

Tabel 4.6 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit danKelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas LasepangSekolah Lokus SD Negeri 7 Letta Tahun 2019No Gejala Penyakit Kelas

Total1 2 3 4 5 6

1 TBC 0 0 0 0 1 0 12 Demam 0 0 2 0 1 1 43 Gatal-gatal 0 1 0 0 0 0 1

0 1 2 0 2 1 6Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019

Keterangan : Berdasarkan Gejala Penyakit Distribusi Jumlah Anak yang Sakit

Berdasarkan Gejala Penyakit dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah

Page 62: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

48

(SBS) di Puskesmas Lasepang Sekolah Lokus SD Negeri 7 Letta . Berdasarkan

gejala penyakit, gejala penyakit yang banyak dilaporkan yaitu demam sebanyak 4

4 orang siswa, kemudianTBC dan Gatal-gatal masing-masing 1 orang siswa.

Berdasarkan kelas, kelas 3 dan 4 sebanyak 2 orang siswa, kelas 2 dan 6 satu orang

siswa.

Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit danKelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas BanyorangSekolah Lokus SD 53 Banyorang Tahun 2019No Gejala Penyakit Kelas

Total1 2 3 4 5 6

1 Demam 9 0 0 5 2 0 162 Sakit Gigi 1 1 0 0 0 0 23 ISPA 0 0 1 1 0 0 25 Diare 0 0 0 0 1 0 16 DBD 0 1 0 0 0 0 17 Luka 0 0 1 0 0 0 1

10 2 1 6 3 0 22Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019

Keterangan : Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan

Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Banyorang

Sekolah Lokus SD 53 Banyorang Tahun 2019. Berdasarkan gejala penyakit,

demam adalah gejala penyakit yang paling banyak yang dilaporkan oleh

Penanggung Jawab Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di SD 53 Banyorang pada

Puskesmas Banyorang yaitu sebanyak 16 orang siswa, kemudian sakit gigi

sebanyak 2 orang siswa, ISPA sebanyak 2 orang siswa, diare 1 orang siswa dan

DBD 1 orang siswa. Berdasarkan kelas, kelas 1 adalah kelas yang paling banyak

jumlah siswa yang sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 10 orang siswa, kemudian

kelas 4 dilaporan SBS sebanyak 6 orang siswa, kelas 5 dilaporan SBS sebanyak 3

Page 63: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

49

orang siswa, kelas 2 sebanyak 2 orang siswa, dan kelas 6 dilaporan SBS tidak

terdapat anak yang sakit dilaporan SBS Tahun 2019.

Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit danKelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas LokaSekolah Lokus SD Inpres Loka Tahun 2019No Gejala Penyakit Kelas

Total1 2 3 4 5 6

1 Demam 2 0 1 2 1 0 62 Sakit Gigi 1 0 0 0 0 0 13 ISPA 1 0 0 4 1 0 65 Batuk 0 0 0 2 0 0 26 Luka 0 1 0 0 0 0 17 Sesak Nafas 1 0 0 0 0 0 1

5 1 1 6 2 0 15Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019

Keterangan : Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan

Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Loka

Sekolah Lokus SD Inpres Loka Tahun 2019. Berdasarkan gejala penyakit, demam

dan Batuk adalah gejala penyakit yang paling banyak yang dilaporkan oleh

Penanggung Jawab Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di SD Inres Loka pada

Puskesmas Loka yaitu sebanyak 6 orang siswa, kemudian batuk sebanyak 2 orang

siswa. Sakit gigi, luka dan sesak nafas yaitu masing-masing 1 orang siswa yang

dilaporkan. Berdasarkan kelas, kelas 4 adalah kelas yang paling banyak jumlah

siswa yang sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 6 orang siswa, kemudian kelas 1

dilaporan SBS sebanyak 5 orang siswa, kelas 6 dilaporan SBS sebanyak 2 orang

siswa, kelas 2, kelas 3 dan kelas 5 yaitu 1 orang siswa dilaporan SBS Tahun 2019.

Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit danKelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Kassi-KassiSekolah Lokus SD Negeri 71 Kassi-kassi Tahun 2019No Gejala Penyakit Kelas

Total1 2 3 4 5 6

1 Demam 0 0 0 4 2 0 6

Page 64: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

50

2 Kusta 0 0 0 0 0 1 13 Thypoid 0 0 0 0 12 0 12

0 0 0 4 14 1 19Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019

Keterangan : Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan

Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Loka

Sekolah Lokus SD Negeri 71 Kassi-kassi Tahun 2019. Berdasarkan gejala

penyakit, thypoid adalah gejala penyakit yang paling banyak yang dilaporkan oleh

Penanggung Jawab Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di SD Negeri 71 Kassi-

kassi pada Puskesmas Kassi-kassi yaitu sebanyak 12 orang siswa, kemudian

demam sebanyak 6 orang siswa. Dan kusta 1 orang siswa yang dilaporkan.

Berdasarkan kelas, kelas 5 adalah kelas yang paling banyak jumlah siswa yang

sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 14 orang siswa, kemudian kelas 4 dilaporan

SBS sebanyak 4 orang siswa, kelas 6 dilaporan SBS hanya 1 orang siswa

dilaporan SBS Tahun 2019.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan teori Karakteristik Inovasi dari Everett M.

Rogers untuk melihat Keuntungan Relatif (Relative Adventage), Kesesuaian

(Compatibility), Kerumitan (Complexity), Kemungkinan diuji Coba (Trialability),

Kemudahan diamati (Observability) maka akan diuraikan sebagai berikut :

1. Keuntungan Relatif (Relative Adventage)

Keuntungan Relatif merupakan tingkat keuntungan suatu inovasi. Seseorang

akan cepat menerima inovasi jika melihat hal tersebut akan memberi manfaat

yang lebih besar dari apa yang diperoleh atau yang dicapai dari cara sebelumnya,

Page 65: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

51

dapat diukur dengan berdasarkan nilai ekonominya, prestise social, kenyamanan,

kepuasan, dan lain-lain. Oleh karena itu ketika kebaruan akan diterapkan maka

pertimbangan manfaat menjadi penting.

Penulis akan menampilkan hasil reduksi data tentang Keuntungan Relatif

(Relative Adventage) dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.10 Hasil Reduksi Data Keuntungan Relatif (Relative Adventage)No Informan Indikator Keuntungan Relatif(Relative

Adventage)1. Kepala Dinas Kesehatan Mengetahui kejadian penyakit pada

siswa sekolah dasar, kemudian diobati

lalu mencari tahu apa penyebab

utamanya dengan menginterpensi

sampai ke akar-akarnya.

2. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Bantaeng

Informasi kesehatan siswa cepat

diketahui.

3. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Puskesmas

Informasi kesehatan siswa cepat

diketahui, dan Membantu terhadap

penyakit siswa disekolah.

4. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Sekolah

Penyakit siswa cepat dideteksi, dan

Kesehatan siswa lebih baik.

Hasil reduksi data di atas menunjukkan Keuntungan Relatif (Relative

Adventage) Inovasi program Surveilans Berbasis Sekolah (BSB) memiliki

manfaat yang besar bagi siswa Sekolah Dasar hal ini bisa dibuktikan dari

wawancara penulis yang dilakukan dengan AI selaku Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Bantaeng yang mengatakan bahwa :

Page 66: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

52

“Jadi kenapa ada inovasi, inovasi muncul karena ada masalah. Masalahnyaterkadang ada beberapa siswa yang sakit, tentunya ini adalah masalah. Jadisasaran dari inovasi ini adalah siswa. Siswa yang tidak hadir lebih dari 3 haripihak sekolah memberikan informasi kepada pihak kesehatan. KehadiranSurveilans Berbasis Sekolah (SBS) adalah mencari tahu apa penyebabutamanya sehingga dia sakit bukan hanya sekedar mengobati tapimenginterpensi sampai ke akar-akarnya. Siswa yang sehat bisa mengikutiproses belajar mengajar di Sekolah, ilmu-ilmu yang diberikan oleh guru diSekolah bisa diserap dengan baik oleh siswa, tentunya inimenjadi nilai positifuntuk pengembangan SDM khususnya yang ada disekolah, yang akanmelahirkan SDM yang berkualitas”. (Hasil wawancara dengan AI, 17 Juni2019).

Hasil wawancara penulis dengan AI dapat ditarik tiga kata kunci yaitu yang

pertama adalah kenapa ada inovasi, inovasi muncul karena ada masalah,

masalahnya terkadang ada beberapa siswa yang sakit, tentunya ini adalah

masalah. Berdasakan hasil observasi penulis menunjukkan bahwa inovasi

Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) diluncurkan oleh pemerintah daerah

Kabupaten Bantaeng dalam hal ini Dinas Kesehatan karena ada masalah,

masalahnya adalah usia sekolah dasar adalah kelompok dengan sasaran peserta

didik yang sangat besar yang sangat mudah terkena penyakit dan rentan terjadinya

penularan berbagai penyakit. Hal demikian diperkuat pada LAN (2015) bahwa

inovasi adalah jawaban atas segala permasalahan dalam organisasi.

Kata kunci yang kedua adalah sasaran dari inovasi ini adalah siswa yang

tidak hadir lebih dari tiga hari, pihak sekolah memberikan informasi kepada pihak

kesehatan. Berdasarkan observasi penulis, penulis melihat ada laporan Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) setiap bulan yang dilaporkan setiap Puskesmas ke Dinas

Kesehatan. Hal demikian diperkuat pada teori Rogers suatu inovasi tingkat

kemanfaatan atau keuntungan dapat dilihat dari keuntungan ekonominya, prestise

social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain.

Page 67: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

53

Kata kunci yang ketiga adalah mencari tahu apa penyebab utamanya

sehingga dia sakit bukan hanya sekedar mengobati tapi menginterpensi sampai ke

akar-akarnya. Untuk membuktikan hasil wawancara tersebut penulis melakukan

observasi di Puskesmas Lasepang, penulis mengamati bahwa memang program

SBS ini adalah program yang bukan hanya mengobati tetapi menginterpensi

sampai ke akar-akarnya hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang sakit

petugas puskesmas Lasepang langsung melakukan kunjungan ke rumah siswa

yang sakit melakukan pelacakan/penyelidikan epidimeologi. Hal demikian

diperkuat pada teori Rogers suatu inovasi tingkat kemanfaatan atau keuntungan

dapat dilihat dari keuntungan ekonominya, prestise social, kenyamanan,

kepuasan, dan lain-lain.

Berikut kutipan wawancara dengan SU sebagai Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) Kabupaten mengatakan bahwa :

“Informasi kesehatan siswa cepat diketahui, terkadang ada orang tua yangcuma mengobati anaknya sendiri padahal perlu penanganan yang cepatseperti penyakit menular harus cepat ditanggulangi karena kadang penyakitkalau tidak diobati cepat menular seperti penyakit TBC sebelum mendapatpengobatan itu cepat menular kalau sudah dapat pengobatan insya allahtidak menular, seperti DBD juga misalnya Cuma diobati sendiri karenaketidaktahuan orangtuanya akhirnya bisa meninggal. Jadi kalau di Sekolahada anak 2-3 hari yang tidak masuk itu cepat gurunya yang informasikan kepetugas kesehatan jangan sampai dia terkena penyakit-penyakit yangmenular”. (Hasil wawancara dengan SU, 17 Juni 2019).

Hasil wawancara diatas dapat ditarik kata kunci bahwa Keuntungan Relatif

program Surveilans Berbasis Sekolah (BSB) yaitu informasi kesehatan siswa

cepat diketahui, terkadang ada orang tua yang hanya mengobati anaknya sendiri

padahal perlu penanganan yang cepat seperti penyakit menular yang harus cepat

ditanggulangi. Untuk membuktikan hasil wawancara tersebut maka penulis turun

Page 68: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

54

langsung ke lapangan melakukan wawancara dengan Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Lasepang yang mengatakan

bahwa :

“Sangat bermanfaat karena surveilans Berbasis Sekolah (BSB) informasinyacepat diketahui, inovasi ini kita libatkan guru dalam penerapannya, ketika adasiswa yang sakit maka guru dari sekolah tersebut menginformasikan kepadakami puskemas untuk melakukan respon tindak lanjut, manfaatnya juga kitadi Puskesmas bisa cepat dideteksi penyakit yang berpotensi yang terjadipenularan”. (Hasil wawancara dengan AM, 20 Juni 2019).”

Hasil wawancara diatas dapat ditarik kata kunci yang senada dengan yang

dikemukakan oleh Penanggung Jawab Program Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) Kabupaten yaitu, informasi kesehatan siswa cepat diketahui dan dapat

mendeteksi dengan cepat penyakit yang berpotensi terjadi penularan. Berdasarkan

observasi penulis pada Puskesmas Lasepang, setiap bulan ada informasi kesehatan

siswa yang dikirimkan oleh pihak sekolah hal ini dibuktikan dengan adanya

Laporan SBS setiap bulan dari SD 7 Letta. Hal demikian juga diperkuat pada teori

Rogers suatu inovasi tingkat kemanfaatan atau keuntungan dapat dilihat dari

keuntungan ekonominya, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain.

Untuk mendapatkan informasi lebih mengenai tingkat Keuntungan Relatif

Inovasi Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) maka penulis kembali melakukan

wawancara dengan Penanggung Jawab Program Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Sekolah SD 7 Letta yang mengatakan bahwa :

“Sangat bermanfaat karena Surveilans adalah pengumpulan analisiskemudian pihak sekolah sebagai penghubung antara puskemas dengan anakdidik jika ada siswa yang sakit. Ketika ada siswa yang sakit sebagai gurunyalangsung di informasikan ke puskemas. Surveilans bukan hanya mengobatipenyakit tetapi sumber penyakitnya, jadi bisa mengantisipasi penyebaranpenyakit. Program ini meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada siswakarena terkadang ada siswa yang sudah 3 hari sakit dan tidak punya biaya

Page 69: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

55

untuk berobat dalam hal ini siswa yang kurang mampu, dengan adanyaprogram ini siswa tersebut bisa terbantu”. (Hasil wawancara dengan KA, 20Juni 2019).

Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik dua kata kunci. Kata kunci yang

pertama yaitu, Surveilans adalah pengumpulan analisis kemudian pihak sekolah

sebagai penghubung antara puskesmas dengan anak didik jika ada yang sakit.

Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa pada SD 7 Letta program ini sudah

diterapkan, wali kelas 1 sampai kelas 6 yang mengamati ketika ada siswa sakit

kemudian melaporkan ke guru UKSnya, lalu guru UKS yang akan mencatat ke

dalam Laporan bulanan Surveilans Berbasis Sekolah. Hal demikian diperkuat

pada teori Rogers suatu inovasi tingkat kemanfaatan atau keuntungan dapat dilihat

dari keuntungan ekonominya, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-

lain.

Kata kunci yang kedua yaitu Program ini meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan pada siswa. Berdasarkan observasi penulis yang dilakukan di SD 7

Letta, program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan pada siswa, hal ini dibuktikan ada informasi siswa yang sakit lebih dari

3 hari tidak masuk sekolah dengan gejala sakitnya demam, pihak Puskesmas

dalam hal ini Puskesmas Lasepang melakukan kunjungan ke rumah siswa yang

sakit, pihak Puskesmas bukan hanya melakukan pengobatan tetapi pihak

puskesmas mencari tahu sampai ke akar-akar penyakit siswa sehingga demam.

Pihak Puskesmas melihat lingkungan rumah siswa yang sakit sangat kotor, maka

pihak Puskesmas melakukan arahan-arahan informasi kesehatan kepada siswa

maupun orang tuanya untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah. Menurut

Page 70: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

56

Denhard & Denhard pemilik kepentingan sebenarnya adalah masyarakat maka

tanggung jawab dalam melayani dan memberdayakan warga negara menjadi

sebuah keharusan bagi para pelayan publik melalui penyelenggaraan administrasi

publik dan pelaksanaan kebijakan publik.

Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa Keuntungan

Relatif (Relative Adventage) Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

menunjukkan tingkat kebermanfaatannya yang sangat besar terhadap kejadian

penyakit pada siswa Sekolah Dasar. Kehadiran inovasi ini mampu memberikan

informasi yang cepat kepada petugas kesehatan terhadap siswa yang sakit.

Kehadiran inovasi ini bukan hanya sekedar mengobati tetapi mencari tahu

penyebabnya utamanya dengan menginterpensi sampai ke akar-akarnya.

2. Kesesuaian (Compatibility)

Kesesuaian menunjukkan tingkat kesesuaian antara inovasi dengan kondisi

dan harapan masyarakat ide yang diperkenalkan sebelumnya serta para adopter

potensial. Karasteristik ini menunjukkan perlunya mempertimbangkan sosial

budaya di tempat di mana inovasi itu akan diterapkan. Jika penerapannya

dipandang bertentangan dengan nilai-nilai sosial budaya, maka inovasi tersebut

tidak kompetibel sehingga probabilitas diadopsi menjadi hilang atau kurang.

Penulis akan menampilkan hasil reduksi data tentang Kesesuaian

(Compatibility) dapat dilihat dari tabel berikut :

Page 71: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

57

Tabel 4.11 Hasil Reduksi Data Indikator (Compatibility)No Informan Indikator (Compatibility)

1. Kepala Dinas Kesehatan Sesuai, satu tahun berjalan

berdampak positif pada kesehatan

siswa.

2. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Kabupaten

Sesuai, Surveilans ada payung

hukumnya yang harus dilaksanakan.

3. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Puskesmas

Sesuai, siswa betul-betul terlayani.

4. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Sekolah

Sangat sesuai, begitu ada laporan

langsung ditindaki oleh puskesmas.

Tabel hasil reduksi data di atas menunjukkan bahwa Kesesuian

(Compatibility) Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) menunjukkan

tingkat kesesuaiaannya hal ini dibuktikan dari wawancara penulis yang dilakukan

dengan AI sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng yang

mengatakan bahwa :

“Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) dilakukan secara bertahap mulai padaakhir tahun 2017, setiap puskesmas yang ada di Kabupaten Bantaengmempunyai dua sekolah lokus dari program ini, satu tahun berjalandampaknya bagus terhadap kualitas kesehatan siswa, ketika ini berkembangtentunya yang kami harap sekolah-sekolah lain juga ikut menerapkanprogram SBS.” (Hasil wawancara dengan AI, 17 Juni 2019).

Hasil wawancara diatas penulis menarik satu kata kunci, yaitu setiap

Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantaeng mempunyai dua sekolah lokus untuk

program SBS, satu tahun berjalan dampaknya bagus untuk kesehatan siswa.

Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa memang program SBS ini diterapkan

Page 72: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

58

pada semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantaeng dan setiap Puskesmas

memiliki dua sekolah lokus untuk program SBS. Kemudian hasil observasi

penulis yang dilakukan di SD 7 Letta program SBS memberikan dampak yang

baik terhadap kesehatan siswa, hal ini dibuktikan pada saat melakukan observasi

di SD 7 Letta, penanggung jawab Program SBS Puskesmas Lasepang

berkunjung ke sekolah lokus yaitu SD 7 Letta memberikan arahan-arahan,

informasi-informasi kesehatan kepada siswa maupun gurunya. Menurut teori

Rogers bahwa sebuah inovasi tidak bisa dilompati dengan nilai-nilai dan

kepercayaan sosial dengan ide yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan

kebutuhan masyarakat untuk inovasi.

Berikut kutikan wawancara dengan SU sebagai Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) Kabupaten mengatakan bahwa :

“Sesuai, karena Surveilans ada payung hukum yang harus dilaksanakan, adaprogram-program yang harus dilaksanakan, ada target-target dari nasionalmaupun internasional”. (Hasil wawancara dengan SU, 17 Juni 2019).

Hasil wawancara di atas penulis menarik satu kata kunci, yaitu Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) ada payung hukum yang harus dilaksanakan.

Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa program SBS dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan karena program Surveilans adalah program umum dan inovasinya

adalah Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS). Program SBS ini

mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun

2014 pasal 2 tentang Surveilans Epidemiologi. Sasaran penyelenggaraan

Surveilans kesehatan yaitu tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan

penyakit dan faktor risikonya serta masalah kesehatan masyarakat dan faktor-

Page 73: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

59

faktor yang mempengaruhinya sebagai bahan pengambilan keputusan,

terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya wabah dan

dampaknya, terselenggranya investigasi dan penanggulangan wabah, dan dasar

penyampaian informasi kesehatan kepada pihak yang berkepentingan. Hal

tersebut diperkuat oleh Peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang

Inovasi Daerah disebutkan bahwa bentuk inovasi daerah meliputi : inovasi tata

kelola pemerintahan daerah, inovasi pelayanan publik, dan/atau inovasi lainnya

sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, termasuk

dalam peran pemrintah untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan publik.

Untuk melihat tingkat Kesesusian Inovasi Program Surveilans Berbasis

Sekolah (SBS) di Puskesmas maka penulis kembali melakukan wawancara

dengan AM sebagai Penanggung Jawab Program Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) Puskesmas Lasepang mengatakan bahwa :

“Sesuai karena siswa betul-betul terlayani dengan adanya program SurveilansBerbasis Sekolah, kami dari pihak Puskesmas sebagai pelayan kesehatancepat dalam penanganan terhadap kejadian penyakit siswa karena informasicepat kami dapatkan, misalkan ada kasus yang ditemukan yang berpotensiluar biasa orangtuanya cepat menginformasikan kepada gurunya izin karenakarena sakit, kemudian gurunya menginformasikan kepada pihakPuskesmas.” (Hasil wawancara dengan AM, 18 Juli 2019).

Hasil wawancara di atas penulis menarik satu kata kunci yaitu pihak

Puskesmas sebagai pelayan kesehatan cepat dalam penanganan terhadap kejadian

penyakit siswa karena informasi cepat kami dapatkan. Berdasarkan hasil observasi

penulis yang dilakukan di Puskesmas Lasepang bahwa memang adanya program

SBS ini informasi kesehatan siswa cepat diketahui oleh pihak Puskesmas dan

Page 74: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

60

cepat terhadap penanganan kejadian penyakit pada siswa. Hal ini dibuktikan

pada salah satu siswa yang sakit pihak Puskesmas melakukan kunjungan

penyelidikan epidimiologi atau pelacakan. Menurut teori Rogers bahwa sebuah

inovasi tidak bisa dilompati dengan nilai-nilai dan kepercayaan sosial. Dengan ide

yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan kebutuhan masyarakat untuk

inovasi.

Hal senada yang diungkapkan oleh KA sebagai Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di SD 7 Letta, mengatakan bahwa :

“Sangat sesuai, begitu ada laporan langsung ditindaki oleh puskesmas,Puskesmas terjun ke rumah siswa yang bersangkutan” (Hasil wawancaradengan KA, 20 Juni2019).

Hasil wawancara diatas dapat ditarik satu kata kunci sangat sesuai begitu ada

laporan langsung ditindaki oleh pihak Puskesmas. Berdasarkan observasi penulis

bahwa pihak puskesmas ketika ada informasi siswa yang sakit langsung ditindaki

hal ini dibuktikan pada siswa yang sakit langsung dikunjungi rumahnya oleh

pihak Puskesmas untuk melakukan penyelidikan epidimiologi. Hal demikian

diperkuat oleh teori Rogers bahwa sebuah inovasi tidak bisa dilompati dengan

nilai-nilai dan kepercayaan sosial, dengan ide yang diperkenalkan sebelumnya,

atau dengan kebutuhan masyarakat untuk inovasi.

Penulis menyimpulkan bahwa Kesesuaian Inovasi Program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) menunjukkan tingkat kesesuaiannya dengan kondisi dan

harapan masyarakat (siswa). Hadirnya program SBS ini yaitu kejadian penyakit

siswa di Sekolah cepat diketahui oleh pihak Puskesmas, dengan sistem pelaporan

dari sekolah ke pihak puskesmas, pada saat ada laporan yang masuk dari sekolah

Page 75: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

61

maka pihak puskesmas langsung menindaklanjuti dengan turun langsung ke

sekolah atau rumah siswa yang sakit.

3. Kerumitan (Complexity)

Kerumitan yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan

inovasi bagi penerima. Kompleksitas adalah derajat dimana inovasi dianggap

sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi ada

yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada

pula yang sebaliknya atau sulit dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan

adapula yang sebaliknya atau sulit dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi.

Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat

suatu inovasi dapat diadopsi. Tetapi apabila suatu inovasi sulit dipahami dan sulit

dimengerti oleh pengadopsi maka semakin sulit pula suatu inovasi diadopsi.

Penulis akan menampilkan hasil reduksi data tentang Kerumitan

(Complexity) dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.12 Hasil Reduksi Data Indikator Kerumitan (Complexity)No Informan Indikator Kerumitan (Complexity)

1. Kepala Dinas Kesehatan Tidak ada informasi yang diberikan

terkait kerumitan.

2. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Kabupaten

Resistensi pada suatu inovasi pasti ada.

3. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Puskesmas

Terdapat kendala karena program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

adalah program baru.

4. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

Tidak rumit karena pihak puskesmas

setiap bulan memberikan informasi-

Page 76: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

62

(SBS) di Sekolah informasi kesehatan sekolah.

Berdasarkan tabel hasil reduksi data diatas Kepala Dinas Kesehatan tidak

memberikan informasi terkait kerumitan program Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) karena tataran kepala Dinas Kesehatan hanya pada tataran kebijakan tidak

berbicara mengenai teknis program SBS. Kerumitan (Complexity) Inovasi

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) dalam penerapannya menunjukkan ada

beberapa kerumitan yang dihadapi oleh adopter inovasi hal ini bisa dibuktikan

dari wawancara penulis yang dilakukan dengan AM Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Lasepang yang mengatakan

bahwa :

“Terdapat kendala dalam penerapan program Surveilans Berbasis Sekolah(SBS), kendalanya adalah belum semua guru di sekolah terlibat langsungdalam penerapan program ini”. (Hasil wawancara dengan AM, 20 Juni 2019).

Hasil wawancara di atas dapat ditarik kata kunci yaitu belum semua guru

di Sekolah terlibat langsung dalam penerapan Program Surveilans Berbasis

Sekolah (SBS). Berdasarkan hasil observasi penulis di sekolah SD 7 Letta belum

semua guru ikut terlibat langsung dalam program SBS karena belum semua guru

mengetahui program SBS ini. Hal demikian diperkuat oleh teori Rogers

Kerumitan adalah jika sederhana tingkat inovasi maka semakin mudah tingkat

penerimaan oleh masyarakat, sebaliknya jika rumit tingkat inovasi maka semakin

sulit tingkat penerimaan masyarakat terhadap inovasi.

Untuk mendapatkan informasi lebih mengenai tingkat kerumitan inovasi

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) oleh adopter inovasi maka penulis kembali

melakukan wawancara dengan ZZ sebagai Penanggung Jawab Program

Page 77: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

63

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Ulu Galung yang mengatakan

bahwa :

“Pertama kendala yang dihadapi karena ini program baru jadi kami pihakPuskesmas sosialisasinya dulu harus gencar-gencar di laksanakan di sekolah,kedua kendalanya juga program ini sifatnya pelaporan dari sekolah kepuskesmas terkadang pelaporannya itu tidak tepat waktu, itu yang jadikendala, terkadang juga informasi siswa yang sakit itu yang sifatnya harusdikunjungi itu yang terlambat datang, itu yang kami khawatirkanketerlambatan laporan seperti itu bisa memperburuk keadaan siswa”. (Hasilwawancara dengan ZZ, 22 Juli 2019).

Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu kendalanya adalah

karena program ini sifanya sistem pelaporan dari Sekolah ke Puskesmas terkadang

pelaporannya tidak tepat waktu. Berdasarkan hasil observasi penulis di Puskesmas

Ulu Galung sistem pelaporan perbulan SBS lambat dilaporkan pelaporannya tiap

bulan oleh sekolah dan hasil observasi peneliti pada SD Inpres Lonrong bahwa

sistem pelaporan program SBS terkadang tidak tepat waktu hal ini dibuktikan dari

pernyataan guru UKS bahwa mereka punya tugas pokok sebagai seorang guru jadi

sistem pelaporannya kadang tidak tepat waktu. Hal demikian diperkuat oleh teori

Rogers Kerumitan adalah jika sederhana tingkat inovasi maka semakin mudah

tingkat penerimaan oleh masyarakat, sebaliknya jika rumit tingkat inovasi maka

semakin sulit tingkat penerimaan masyarakat terhadap inovasi.

Hasil wawancara dengan AR sebagai Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Kabupaten mengatakan bahwa :

“Resistensi dari dalam dari luar itu biasa terjadi dari suatu inovasi, jadipemerintah harus keluar dari zona nyaman”. (Hasil wawancara dengan AR,17 Juni 2019).

Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci bahwa resistensi dari

dalam dari luar, biasa terjadi dari suatu inovasi, jadi pemerintah harus keluar dari

Page 78: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

64

zona nyaman. Hasil observasi penulis bahwa inovasi program Surveilans Berbasis

Sekolah (BSB) terdapat resistensi, resistensinya adalah pihak Puskesmas acuh

ketika ada siswa yang sakit yang dilaporkan oleh pihak Sekolah. Hasil observasi

penulis juga pada Sekolah terdapat resistensi dalam penerapannya, resistensinya

adalah guru kelas belum aktif dalam pengawasannya terhadap kejadian penyakit

pada siswa. Walaupun demikian pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan telah

mampu keluar dari zona nyaman birokrasi karena walaupun terdapat resistensi

yang dihadapi, tetapi pemerintah tetap mengembangkan program SBS ini yang

sudah berjalan selama 2 tahun. Hal demikian diperkuat oleh LAN (2015) Inovasi

penting dilakukan karena beberapa hal yaitu banyaknya permasalahan kinerja

pelayanan organisasi publik, kondisi birokrasi pemerintahan berada dalam nuansa

zona nyaman birokrasi, maka dari itu pemerintah harus keluar dari zona nyaman

birokrasi.

Penulis kembali melakukan wawancara dengan KA sebagai Penanggung

Jawab Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Sekolah SD 7 Letta yang

mengatakan bahwa :

“Kendalanya kadang ada siswa yang mengirim surat sakit izin ternyata diabohong, jadi sebagai guru harus teliti melihat siswa yang betul-betul sakit.Perlu pengawasan dari guru baru kami laporkan ke Puskesmas”. (Hasilwawancara dengan KA, 20 Juni 2019).

Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu, kendalanya

kadang ada siswa yang mengirim surat sakit ternyata siswa tersebut berbohong.

Berdasarkan hasil observasi penulis di sekolah SD 7 Letta bahwa memang pada

sekolah tersebut sering dijumpai siswa yang berbohong dengan mengirim surat

izin sakit ke sekolah padahal siswa tersebut tidak sakit, siswa tersebut hanya

Page 79: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

65

malas masuk sekolah atau ingin berkunjung kerumah keluarga atau liburan. Hal

tersebut diperkuat oleh teori Rogers Kerumitan adalah jika sederhana tingkat

inovasi maka semakin mudah tingkat penerimaan oleh masyarakat, sebaliknya

jika rumit tingkat inovasi maka semakin sulit tingkat penerimaan masyarakat

terhadap inovasi.

Berdasarkan hasil Penelitian penulis menyimpulkan bahwa Kerumitan

(Complexity) Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) terdapat

beberapa kendala yang dihadapi oleh adopter dalam penerapannya, program SBS

yang sifatnya pelaporan dari sekolah ke Dinas, sistem pelaporannya tidak tepat

waktu, informasi kesakitan siswa yang sifatnya harus dikunjungi terlambat

dilaporkan.

4. Kemungkinan diuji coba (Trialability)

Kemungkinan diuji coba menunjukkan kedapatdicobaan suatu inovasi. Suatu

inovasi dapat diuji coba dengan mudah akan mempercepat penerimaan inovasi

tersebut oleh masyarakat. Inovasi yang tepat harus dapat diuji cobakan dan bisa

menunjukkan kemanfaatan dan kerumitannya sehingga calon adopter dapat

dengan mudah menerima inovasinya, yang penting adalah bahwa inovasi dapat

dicoba, dalam konteks makro pilot proyek mungkin menjadi salah satu cara untuk

menguji inovasi semakin tinggi dan cepat diadopsi.

Penulis akan menampilkan hasil reduksi data tentang Kemungkinan diuji

Coba (Trialability) dapat dilihat dari tabel berikut :

Page 80: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

66

Tabel 4.13 Hasil Reduksi Data Kemungkinan di Uji Coba (Trialability)No Informan Kemungkinan di Uji Coba (Trialability)

1. Kepala Dinas Diujicobakan di tingkat Sekolah Dasar

(SD).

2.

Penanggung jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) Kabupaten

Diujicobakan di tingkat Sekolah Dasar

(SD).

3. Penanggung jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Puskesmas .

Diujicobakan di tingkat Sekolah Dasar

(SD).

4. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Sekolah.

Tidak memberi Informasi terkait

Kemungkinan diujicoba.

Hasil reduksi data di atas menunjukkan bahwa Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Sekolah tidak memberikan informasi terkait

Kemungkinan diuji Coba (Trialability) inovasi Program Surveilans Berbasis

Sekolah (SBS) karena pihak sekolah tidak mengetahui hal tersebut. Kemudian

berdasarkan hasil reduksi di atas ketiga informan memberikan informasi terkait

Kemungkinan diuji cobakan program SBS yang menunjukkan kemanfaatannya

pada masyarakat (siswa). Hal ini dapat dibuktikaan dari wawancara penulis

dengan AI sebagai Kepala Dinas Kesehatan mengatakan bahwa :

“Sebuah inovasi pasti ada hambatan atau resistensi. Resistensi itu bisa daridalam dan bisa dari luar. Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)resistensinya biasa muncul dari dalam misalnya pihak sekolah tidak maubersusah payah untuk menerapkan program tersebut, salah-satu contoh jikaada siswa yang sakit langsung diantar saja ke puskesmas. Bisa juga dari timpenanggung jawab SBS di Puskesmas yang tidak mau bersusah payahmelakukan segala macam, itu yang namanya resistensi. Tetapi itu bukantantangan yang menjadi penghambat sehingga tidak dilakukan interpensi tapiada upaya-upaya yang dilakukan oleh orang-orang yang punya gagasan inimelakukan pendekatan-pendekatan kepada mereka dan menyakinkan kepada

Page 81: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

67

mereka bahwa inovasi ini memiliki manfaat yang besar. Resistensi dari luarjuga ada, orangtua siswa yang tidak mau mengikuti sistem ini bisa saja. Tapiterlepas dari itu hambatan-hambatan dari dalam maupun dari luar akanmenjadi tantangan bagi innovator tersebut. Kepala puskesmas kemarin adayang kurang menerima inovasi ini, tetapi melihat manfaatnya yang besarakhirnya ada yang melaksanakan. (Hasil wawancara dengan AI, 17 Juni2019).

Hasil wawancara di atas dapat ditarik dua kata kunci yaitu yang pertama

Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) resistensinya biasa muncul dari

dalam misalnya pihak sekolah tidak mau bersusah payah untuk menerapkan

program tersebut. Berdasarkan hasil observasi penulis pada sekolah SD 7 Letta

pihak sekolah merespon baik program SBS ini karena program SBS mempunyai

manfaat yang besar bagi kesehatan siswa disekolah. Dan diperkuat oleh teori

Kemampuan uji coba adalah inovasi yang dapat dicoba maka dengan mudah

penerimaan inovasi tersebut oleh masyarakat. Inovasi yang tepat dapat diuji

cobakan dan bisa menunjukkan kemanfaatan dan kerumitannya.

Kata kunci yang kedua yaitu dari tim penanggung jawab Surveilans Berbasis

Sekolah (SBS) di Puskesmas yang tidak mau bersusah payah melakukan segala

macam, itu yang namanya resistensi. Berdasarkan hasil observasi penulis pada

Puskesmas Lasepang, Puskesmas Ulu Galung, Puskesmas Kassi-Kassi,

Puskesmas Bissappu, Puskesmas Banyorang, Puskesmas Sinoa, penagggung

jawab program SBS sangat merespon baik program ini karena program ini

informasi kesehatan siswa cepat diketahui sehingga mempercepat penanganan

terhadap siswa yang sakit. Dan diperkuat oleh teori Kemampuan uji coba adalah

inovasi yang dapat dicoba maka dengan mudah penerimaan inovasi tersebut oleh

Page 82: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

68

masyarakat. Inovasi yang tepat dapat diuji cobakan dan bisa menunjukkan

kemanfaatan dan kerumitannya.

Lanjut wawancara penulis dengan SU sebagai Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) Kabupaten mengatakan bahwa :

“Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) diujicobakan pada semuaPuskesmas yang ada di kabupaten Bantaeng, diujicobakan pada tingkatSekolah Dasar (SD) dengan dua sekolah lokus pada tiap Puskesmas”.(Wawancara 17 Juni 2019).

Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu, diujicobakan

pada semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantaeng, diujicobakan pada

tingkat Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan hasil observasi penulis pada saat

kegiatan evaluasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan

ada satu Puskesmas yang belum menerapkan program SBS ini yaitu Puskesmas

Bissappu. Untuk memperkuat hasil observasi penulis pada observasi sebelumnya

yang dilakukan di Dinas Kesehatan pada saat kegiatan evaluasi program SBS

maka penulis kembali melakukan observasi kembali ke Puskesmas Bissappu, hasil

observasi penulis, penulis melihat bahwa program SBS juga diterapkan di

Puskesmas Bissappu, hanya saja laporan dari dua sekolah lokus yang ada di

Puskemas Bissappu tidak dilaporkan kembali ke Dinas Kesehatan. Hal tersebut

diperkuat oleh teori Rogers Kemampuan uji coba adalah inovasi yang dapat

dicoba maka dengan mudah penerimaan inovasi tersebut oleh masyarakat. Inovasi

yang tepat dapat diuji cobakan dan bisa menunjukkan kemanfaatan dan

kerumitannya.

Untuk mendapatkan informasi lebih mengenai Kemampuan diuji Coba

inovasi Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) dalam penerapannya maka penulis

Page 83: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

69

kembali melakukan wawancara dengan AM sebagai Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Lasepang yang mengatakan

bahwa :

“Program Surveilans Berbasis Sekolah, titik beratnya ada di Sekolah Dasaryang kita uji cobakan itu ada dua sekolah lokus”. (Hasil wawancara denganAM, 20 Juni 2019 ).

Hasil wawancara di atas dapat ditarik kata kunci yaitu program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) diujicobakan pada dua sekolah lokus. Berdasarkan hasil

observasi peneliti pada Puskesmas Lasepang dari dua sekolah yang menjadi lokus

program SBS, hanya satu sekolah yang berjalan yaitu SD 7 Letta. Hal tersebut

diperkuat oleh teori Rogers Kemampuan uji Coba adalah inovasi yang dapat

dicoba maka dengan mudah penerimaan inivasi tersebut oleh masyarakat. Inovasi

yang tepat dapat diuji cobakan dan bisa menunjukkan kemanfaatan dan

kerumitannya.

Berdasarkan penelitian penulis menyimpulkan bahwa Kemungkinan di Uji

Coba (Trialability) Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) dapat diuji

cobakan dan bisa menunjukkan kemanfaatannya dan kerumitannya dalam

penerapannya di sekolah. Program SBS titik beratnya ada di Sekolah Dasar yang

diuji cobakan pada dua sekolah lokus tiap puskesmas.

5. Kemudahan diamati (Observability)

Kemudahan diamati menunjukkan tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati,

semakin dapat dan mudah dimana suatu inovasi semakin mudah seseorang

melihat hasil dari inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok

orang tersebut mengadopsi.

Page 84: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

70

Penulis akan menampilkan hasil reduksi data tentang Kemudahan diamati

(Observability) dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.14 Hasil Reduksi Data Indikator Kemudahan diamati (ObservabilityNo. Informan Kemudahan diamati (Observability)

1. Kepala Dinas Kesehatan Tidak memberi informasi terkait

Kemudahan diamati Program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS).

2. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Kabupaten.

Mudah diamati karena laporannya

terdokumentasi.

3. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Puskesmas

Mudah diamati karena ada laporan.

4. Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Sekolah.

Mudah diamati, karena hanya melihat

gejala penyakit siswa.

Hasil reduksi data di atas Kepala Dinas Kesehatan tidak memberikan

informasi terkait Kemudahan diamati Program Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) karena tataran Kepala Dinas Kesehatan hanya pada tataran kebijakan tidak

berbicara mengenai teknis program SBS. Kemudahan diamati Inovasi Program

SBS menunjukkan tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati dengan mudah. Hal

ini dapat dibuktikan dengan wawancara AR sebagai Penanggung Jawab Program

Surveilans Berbasis Sekolah di Kabupaten yang mengatakan bahwa :

“Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) mudah diamati karena tertulis,terdokumentasi laporannya dari sekolah. Jadi bisa diamati alurnya, sejauhmana biasanya ada PE (Penyelidikan Epidimiologi) itu yang paling lambat 2sampai 3 x 24 jam harus sudah dilakukan sejak laporan ada. Jadi untukmelihat mengamati mudah dilakukan karena ada laporan yangterdokumentasi. (Hasil wawancara dengan AR, 17 Juni 2019).

Page 85: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

71

Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kata kunci yaitu, Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) mudah diamati karena terdokumentasi

laporannya dari Sekolah. Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa program SBS

menunjukkan tingkat kemudahannya diamati hal ini dibuktikan dengan adanya

sistem pelaporan yang masuk ke Puskesmas kemudian Puskesmas melaporkan ke

Dinas Kesehatan setiap bulan. Kemudian penulis juga melihat bahwa sistem

pelaporannya bukan hanya dalam bentuk pelaporan tertulis, tetapi ada juga sistem

pelaporan 1 x 24 jam dengan menelpon melalui call center Dinas Kesehatan atau

Puskesmas setempat. Hal ini diperkuat oleh teori Rogers Kemudahan diamati

adalah tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati semakin dapat dan mudah

diamati suatu inovasi semakin cepat masyarakat menerima inovasi tersebut.

Hasil wawancara dengan AM selaku penanggung jawab Program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Lasepang, mengatakan bahwa :

“Program Surveilans Berbasis Sekolah (BSB) mudah untuk diamati karenaprogram ini ada sistem pelaporannya dari sekolah ada sistem pelaporanmelalui SMS/Telpon (1 X 24 jam) ada juga sistem pelaporannya dari sekolahyang sifatnya tertulis, pihak sekolah mengisi formulir SBS” (Hasilwawancara dengan AM, 20 Juni 2019)”

Hal senada dikemukakan AS sebagai Penanggung Jawab Program Surveilans

Berbasis Sekolah (BSB) di Puskesmas Banyorang mengatakan bahwa :

“Program Surveilans Berbasis Sekolah (BSB) mudah diamati karena dilihatdari laporannya, jadi yang berperan disini adalah wali kelas, setiap hari walikelas memantau siswa yang sakit dilaporkan ke guru UKS jadi guru UKSmembuat laporan bulanan dan laporan harian jika ada informasi guru UKSakan mencatat. Jadi lebih dari 2 sampai 3 hari siswa tidak masuk sekolahmaka itu akan ditulis oleh guru UKS, jadi lebih dari tiga hari itu dicatat.Siswa yang lebih dari 3 hari yang sakit guru UKSnya menelpon kepadapuskesmas misalnya gejala penyakit demam, gejala penyakit demam makakita akan berpikir kemungkinan-kemungkinan karena demam adalah gejalakemungkinan yang timbul dari gejala seperti Tipoid, DBD, Malariah atau

Page 86: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

72

Tipes itu yang kita khawatirkan. Lebih dari 3 hari maka tim akan turun untukmelihat kondisi pasien. Setelah dilihat oh gejalanya kesini maka kita akankoordinasi ke dokter atau pasien dirujuk ke Puskesmas. Jadi dokter yangmeneggakan diagnosa. Kalau puskesmas bisa menangani maka kita akantangani di puskesmas sebagai pasien rawat inap atau jika kasus iniberkembang menjadi KLB/wabah maka kita akan menghubungi DinasKabupaten”. (Hasil wawancara AS, 25 Juni 2019).

Hasil wawancara diatas dapat ditarik kata kunci bahwa Program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) mudah diamati karena dilihat dari laporannya, kemudian

dikunjungi rumahnya. Berdasarkan observasi penulis, program SBS mudah

diamati hal ini dibuktikan penulis pada saat melakukan observasi di Puskesmas

Banyorang penulis melihat ada formulir laporan SBS yang tertulis yang

dikirimkan pihak sekolah, dalam laporan tersebut. Hal ini diperkuat oleh teori

Rogers kemudahan diamati adalah tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati

semakin dapat dan mudah diamati suatu inovasi semakin cepat masyarakat

menerima inovasi tersebut.

Hasil wawancara penulis dengan Penanggung Jawab Program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Banyorang mengatakan bahwa :

“Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) mudah diamati karena dilihatdari laporannya, kemudian dikunjungi rumahnya” (wawancara AS, 25 Juni2019).

Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu, Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) mudah diamati karena dilihat dari laporannya,

kemudian dikunjungi rumahnya. Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa

program SBS mudah dalam pengamatannya di sekolah hal ini dibuktikan pada

hasil pengamatan penulis di SD 53 Banyorang penulis melihat setiap guru kelas

sangat aktif memberikan informasi ke guru UKS ketika ada kejadian penyakit

Page 87: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

73

pada siswa. Hal ini diperkuat oleh teori Rogers kemudahan diamati adalah tingkat

dimana hasil inovasi dapat diamati semakin dapat dan mudah diamati suatu

inovasi semakin cepat masyarakat menerima inovasi tersebut.

Untuk mendapatkan informasi lebih penulis kembali melakukan wawancara

dengan KA sebagai Guru SD Inpres 7 Letta mengatakan bahwa :

“Mudah, karena cuma melihat gejala penyakitnya yang umum kemudian kitalaporkan ke pihak Puskemas. Setiap guru kelas meraka yangmenginformasikan jika ada siswa yang sakit. Sebagai guru UKS ada duasistem pelaporan kami pihak Sekolah ke pihak Puskesmas, ada pelaporanperbulan, ada pelaporan harian untuk siswa yang penyakitnya perlu untukditangani segera kemudian pihak Puskesmas yang langsung berkunjung kesekolah atau ke rumah siswa yang sakit”. (Hasil wawancara dengan KA, 20Juni 2019).

Hal Senada dikemukakan MU sebagai Guru SD Inpres 53 Banyorang

mengatakan bahwa :

“Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) ini sangat mudah dalampengamatannya terhadap kejadian penyakit pada siswa kami kerena pihakPuskesmas setiap bulan mengunjungi sekolah kami memberikan arahan-arahan, informasi-informasi kesehatan. ketika ada siswa kami yang sakit kamicuma melihat gejalanya kemudian kami catat ke dalam formulir SBS, siswakami yang sakitnya dua sampai tiga hari itu kami laporkan ke puskesmasmelalui via telpon atau sms, dan pihak pusekesmas yang langsung mendatangirumah siswa yang sakit”. (Hasil awancara MU, 25 Juni 2019).

Hasil wawancara penulis di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu Program

Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) mudah diamati karena hanya melihat gejala

penyakit dari siswa kemudian dilaporkan ke Puskesmas. Hasil observasi penulis

bahwa program SBS mudah diamati karena pihak sekolah hanya melihat gejala

penyakit pada siswa yang sakit. Pihak sekolah mudah dalam mengamati penyakit

pada siswa karena pihak Puskesmas selalu melakukan pembinaan pada sekolah

dengan memberikan arahan-arahan, informasi-informasi kesehatan pada guru

Page 88: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

74

maupun siswanya. Hal tersebut diperkuat oleh teori Rogers kemudahan diamati

adalah tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati semakin dapat dan mudah

diamati suatu inovasi semakin cepat masyarakat menerima inovasi tersebut.

Gambar 4.2 : SOP Pengumpulan Informasi Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

Gambar 4.3 : Formulir Laporan Bulanan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

•Info siswa yangsakit (Alamatlengkap)

INFORMASI

•SMS/TELP. (1 x 24 jam)

•Formulir SBS (Lap. Bulanan)

METODE•Respon/PE•1 sd 3 x 24 Jam)

DETEKSIDINI

Page 89: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

75

Rumah Siswa yang sakit

Sekolah

Gambar 4.4 : Tenaga Penyelidik Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

Berdasarkan penelitian penulis menyimpulkan bahwa Kemudahan diamati

(Observability) Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) menunjukkan

tingkat hasil inovasi dapat dengan mudah diamati karena program SBS

mempunyai SOP pengumpulan Informasi surveilans berbasis sekolah dengan

mengisi formulir SBS dari sekolah ke puskesmas untuk melakukan penyelidikan

terhadap penyakit siswa. Mekanisme pelaporan yaitu pihak sekolah melakukan

pengumpulan data siswa yang sakit berdasarkan informasi guru kelas I sampai

dengan VI kemudian mencatat kedalam formulir surveilans setiap hari dan

dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan. Sedangkan pelaporan setiap hari

dilaporkan segera 1 x 24 jam melalui call center Dinas Kesehatan/Puskesmas.

1. PUSKESMAS (Tim Gerak Cepat Puskesmas)

2. DINAS KESEHATAN (Tim Gerak Cepat Kabupaten)

Page 90: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang rumusan masalah yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, berikut kesimpulan tentang Inovasi Pelayanan Publik

Melalui Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Bantaeng berdasarkan Karakteristik Inovasi yang menjadi fokus

penelitian meliputi :

1. Keuntungan Relatif (Relative Adventage)

Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa Keuntungan

Relatif (Relative Adventage) Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) menunjukkan tingkat kebermanfaatannya yang sangat besar terhadap

kejadian penyakit pada siswa Sekolah Dasar. Kehadiran inovasi ini mampu

memberikan informasi yang cepat kepada petugas kesehatan terhadap siswa

yang sakit. Kehadiran inovasi ini bukan hanya sekedar mengobati tetapi

mencari tahu penyebabnya utamanya dengan menginterpensi sampai ke akar-

akarnya.

2. Kesesuaian (Compatibility)

Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa Kesesuaian

Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) menunjukkan tingkat

kesesuaiannya dengan kondisi dan harapan masyarakat (siswa). Hadirnya

program SBS ini yaitu kejadian penyakit siswa di Sekolah cepat diketahui

oleh pihak Puskesmas, dengan sistem pelaporan dari sekolah ke pihak

76

Page 91: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

77

puskesmas, pada saat ada laporan yang masuk dari sekolah maka pihak

puskesmas langsung menindaklanjuti dengan turun langsung ke sekolah atau

rumah siswa yang sakit.

3. Kerumitan (Complexity)

Berdasarkan hasil Penelitian penulis menyimpulkan bahwa Kerumitan

Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) terdapat beberapa

kendala yang dihadapi oleh adopter dalam penerapannya, program SBS yang

sifatnya pelaporan dari sekolah ke Dinas, sistem pelaporannya tidak tepat

waktu, informasi kesakitan siswa yang sifatnya harus dikunjungi terlambat

dilaporkan.

4. Kemungkinan di Uji Coba (Trialability)

Berdasarkan penelitian penulis menyimpulkan bahwa Kemungkinan di Uji

Coba (Trialability) Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) dapat diuji

cobakan dan bisa menunjukkan kemanfaatannya dan kerumitannya dalam

penerapannya di sekolah. Program SBS titik beratnya ada di Sekolah Dasar

yang diuji cobakan pada dua sekolah lokus tiap puskesmas.

5. Kemudahan diamati (Observability)

Berdasarkan penelitian penulis menyimpulkan bahwa Kemudahan diamati

(Observability) Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)

menunjukkan tingkat hasil inovasi dapat dengan mudah diamati karena

program SBS mempunyai SOP pengumpulan Informasi surveilans berbasis

sekolah dengan mengisi formulir SBS dari sekolah ke puskesmas untuk

melakukan penyelidikan terhadap penyakit siswa. Mekanisme pelaporan

Page 92: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

78

yaitu pihak sekolah melakukan pengumpulan data siswa yang sakit

berdasarkan informasi guru kelas I sampai dengan VI kemudian mencatat

kedalam formulir surveilans setiap hari dan dilaporkan ke Puskesmas setiap

bulan. Sedangkan pelaporan setiap hari dilaporkan segera 1 x 24 jam melalui

call center Dinas Kesehatan/Puskesmas.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terkait Inovasi

Pelayanan Publik Melalui Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Dinas

Kesehatan Kabupaten Bantaeng , maka adapun saran yang dapat diberikan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Penulis berharap Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam hal ini Dinas

Kesehatan untuk menghadirkan kembali program-program inovatifnya di

Kabupaten Bantaeng.

2. Penulis berharap Pemerintah kabupaten Bantaeng dalam hal ini Dinas

Kesehatan untuk lebih mengembangkan lagi Inovasi Program Surveilans

Berbasis Sekolah (SBS) dengan menerapkan ke semua Sekolah yang ada di

Kabupaten Bantaeng sehingga semua siswa mampu merasakan manfaat yang

dirasa oleh sekolah-sekolah yang menjadi lokus penerapan program SBS.

3. Penulis berharap Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantaeng untuk keluar

dari zona nyaman birokrasi. Petugas Puskesmas untuk menempatkan dirinya

sebagai pelayan masyarakat bukan sebagai pelanggan.

4. Penulis berharap kegiatan pembinaan Program Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Sekolah untuk lebih ditingkatkan lagi.

Page 93: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

79

5. Penulis berharap Penanggung Jawab Program Surveilans Berbasis Sekolah

(SBS) di Sekolah untuk aktif dalam melihat siswanya yang sakit.

Page 94: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

80

DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi, Dadjuma. 2016. Building innovative public institution. InternationalJournal of Public Policy (IJPP), Vol. 12.

Anggara, Sahya. 2016. Ilmu Administrasi Negara. Bandung: Pustaka Setia.

Basuki, Yayuk. 2018.Tipologi Inovasi Sektor Publik (Inovasi Program Si-Cakep)di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Skripsi Administrasi Publik.

Denhard J.V dan R.B Denhard. 2007. The New Public Service. New York: M.EShape

Everett M, Rogers. 1983. Diffussion Innovation. New York: The Free Past.

Everett M, Rogers. 2003. Diffusion Of innovations 5 edition. New York: FreePast.

Makmur, dkk. 2015. Inovasi dan Kreativitas Manusia. Bandung: PT RefikaAditama.

Mirnasari, Rina Mei, 2013. Inovasi Pelayanan Publik UPTD Terminal Purabaya-Bungurasih. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol.I (1).

Mulyadi, Daddy, dkk. 2018. Administrasi Publik untuk Pelayanan Publik.Bandung. Alfabeta.

Mulyadi, Daddy. 2016. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung:Alfabeta.

Sakti, Arif Barata. 2018. Inovasi Berkelanjutan : Kepemimpinan, Kebijakan,Pemerintahan, Sistem, Ekonomi dan Lingkungan. Jakarta : Indocamp.

Semil, Nurmah. 2018. Pelayanan Prima Instansi Pemerintah. Depok :Prenamedia Group.

Suharsaputra, Uhar, 2016. Kepemimpinan Inovasi Pendidikan. Bandung: PT.Refika Aditama.

Suyono, Evan. 2015. Inovasi Kebijakan Pendidikan di Kota Palopo. Skripsi IlmuAdministrasi Negara.

Tamimi, Zindar. 2015. Inovasi Manajemen Pelayanan Publik Tim EmergencyService Kabupataen Bantaeng. Jurnal Ilmu Politik, Vol 6 no 1.

Page 95: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

81

Wibawa, Samodra. 2009. Administrasi Negara Isu-isu Kontemporer.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Ulum Chaizienul. 2018. Public Service (Tinjauan Teoretis dan Isu-isu StrategisPelayanan Publik). Malang : UB Press.

Urabe, Kuniyoshi. 1988. Innovation and Management: InternationalComparisons. New York: Walter de Gruyter & Co.

Dasar Hukum

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng. 2018. Bantaeng Dalam Angka 2018.Bantaeng : BPS Kabupaten Bantaeng.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang SurveilansEpidemiologi

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Inovasi Daerah atau pembaharuandalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Internet

Azis, Irmawati. 2019. Diskominfo Kian Gencar Menghadirkan Inovasi.http://news.rakyatku.com. Diakses pada Tanggal 11 Maret 2019 Pukul20.05 Wita.

Berita Media. 2018. Daya Saing Inovasi Rendah Indonesia Peringkat ke-87 dari137. http://risbang.ristekdikti.go.id. Diakses pada tanggal 10 Maret 2019Pukul 13.10 Wita.

Majid, Arisman. 2017. Tingkatkan Kesehatan dan Pendidikan Ini Inovasi BaruBantaeng, https://makassar.sindonews.com. Diakses pada tanggal 22Oktober 2018 Pukul 05.35 wita.

Suriadi. 2018. Pemprov Sulsel Raih Penghargaan Top 99 Inovasi PelayananPublik. https://trotoar.id. Diakses pada Tanggal 10 Maret 2019 Pukul13.53 Wita.

Page 96: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

Gambar 1. Pelacakan/penyelidinkan epidemiologi ke rumah siswa yang sakit diwilayah Puskesmas Lasepang

Gambar 2. Pelacakan/penyelidinkan epidemiologi ke rumah siswa yang sakit diwilayah pkm Lasepang.

Page 97: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

Gambar 3. Gambar 1. Pelacakan/penyelidinkan epidemiologi ke rumah siswa yangsakit di wilayah Puskesmas Lasepang

Gambar 4. Penyelidikan epidemiologi/Pelacakan ke rumah siswa wilayahPuskesmas Ulu Galung

Page 98: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

Gambar 5. Pembinaan dan Pelacakan dalam rangka Kegiatan Surveilans BerbasisSekolah (SBS)di tingkat Sekolah Dasar wilayah Puskesmas Ulu Galung

Gambar 6. Pembinaan dan Pelacakan dalam rangka Kegiatan Surveilans BerbasisSekolah (SBS) di tingkat Sekolah Dasar wilayah Puskesmas Moti

Page 99: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

Gambar 7. Anamnese pasien siswa Sekolah Dasar wilayah Puskesmas Loka

Gambar 8. Wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang P2P, danstaf Surveilans dan imunisasi

Page 100: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

Gambar 9. Wawancara dengan penanggung jawab Prohgram Surveilans BerbasisSekolah (SBS) di Puskesmas Lasepang

Gambar 10. Wawancara dengan penanggung jawab Prohgram Surveilans BerbasisSekolah (SBS) di Puskesmas Lasepang

Page 101: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

Gambar 11. Wawancara dengan penanggung jawab Prohgram Surveilans BerbasisSekolah (SBS) di Puskesmas Loka

Gambar 12. Wawancara dengan penanggung jawab Prohgram Surveilans BerbasisSekolah (SBS) di Puskesmas Loka

Page 102: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

Gambar 13. Wawancara dengan Guru UKS SD Inpres 7 Letta

Gambar 14. wawancara dengan Guru SD Inpres 53 Banyorang

Page 103: INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM SURVEILANS ...

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Sriwahyuni, disapa Uni. Lahir pada

tanggal 10 Oktober 1997 di Kabupaten Bantaeng.

Anak pertama dari pasangan suami istri Jabir T

dan Nur Wahida. Penulis menempuh pendidikan

pertama di SD Inpres Panrangngaji selama enam

tahun dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun

yang sama, penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama di

SMP Negeri 2 Tompobulu dan selesai pada tahun 2012. Pada tahun yang

sama, penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di SMK

Negeri 1 Bantaeng dan selesai pada tahun 2015. Kemudian penulis

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, di Universitas Muhammadiyah

Makassar (Unismuh Makassar) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

dengan program studi Ilmu Administrasi Negara. Penulis sangat bersyukur,

karena telah diberikan kesempatan untuk menimbah Ilmu Pengetahuan yang

nantinya dapat diamalkan dan memberikan manfaat.