SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA...

88
SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA TERHADAP KEDAULATAN NEGARA LIBYA Oleh REZA LENSA NIM B 111 07 793 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS HUKUM BAGIAN HUKUM INTERNASIONAL MAKASSAR 2011

Transcript of SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA...

Page 1: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

SKRIPSI

IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA

TERHADAP KEDAULATAN NEGARA LIBYA

Oleh

REZA LENSA

NIM B 111 07 793

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS HUKUM

BAGIAN HUKUM INTERNASIONAL

MAKASSAR

2011

Page 2: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

SKRIPSI

IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA

TERHADAP KEDAULATAN NEGARA LIBYA

Oleh

REZA LENSA

NIM B 111 07 793

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS HUKUM

BAGIAN HUKUM INTERNASIONAL

MAKASSAR

2011

Page 3: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalammu Alaikum Wr.Wb,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya serta

karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang sederhana ini dapat

terselesaikan dengan baik, Penulis menyadari bahwa hanya dengan petunjuk-Nya jugalah

sehingga kesulitan dan hambatan dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta

salam kepada junjungan Nabi kita Muhammad saw yang telah membawa kita semua dalam

kehidupan yang penuh dengan kebaikan serta menunjukkan jalan dari jalan yang gelap

menuju jalan yang terang benderang.

Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis banyak menemui hambatan dan tantangan baik

yang sifatnya teknis dan non teknis. Hanya dengan modal semangat dan keyakinan yang teguh

dengan dilandasi usaha dan berdoa maka kendala-kendala tersebut dapat Penulis atasi dengan

baik.

Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan partisipasi aktif dari semua pihak berupa

saran dan kritik yang bersifat membangun (konstruktif) demi penyempurnaannya dimasa

mendatang.

Tak lupa pula penulis menghaturkan banyak terima kasih dan sembah sujud kepada

kedua orang tua penulis Drs. Sudirman dan Dra. Lenny Suaib yang telah mendidik,

membesarkan serta mengiringi setiap langkah penulis dengan do’a serta restunya yang tulus.

Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada Adikku Shindi Nurmuslimah, Gayatri

Oktaviani, Dimas Fahlevi, Shiva Alqarni yang telah memberi semangat buat penulis dan

seluruh keluarga besar di Kota Makassar atas nasihat dan doa yang tulus kepada penulis.

Page 4: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat akademik

dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) pada Jurusan Hukum Internasional Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR. Dr. Idrus A. Paturusi SpBO, selaku Rektor Universitas Hasanuddin.

2. Prof. Dr. Aswanto, S.H., M.S., D.F.M., Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H., Dr. Ansori Ilyas,

S.H., M.H., dan Romi Librayanto, S.H., M.H. selaku Dekan dan Wakil Dekan I, II, dan III

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

3. Prof. dr. S.M Noor, S.H.,M.H selaku Pembimbing I dan Maskun, S.H.,LLM.,. selaku

pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan

mengarahkan penulis didalam penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Alma Manuputi S.H., M.H., Laode Abdul Gani, S.H., M.H., Birkah Latief, S.H.,M.H

selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang sangat

berharga demi kebaikan penulis dan kesempurnaan skripsi ini.

5. Ratnawati, S.H.,M.H. selaku Penasehat Akademik yang dengan sabar dan penuh tanggung

jawab memberikan petunjuk yang sangat bernilai bagi penulis.

6. Prof. dr. S.M Noor, S.H.,M.H dan Iin Karita SakharinaS.H., M.H. selaku ketua dan sekretaris

bagian Hukum Internasional.

7. Guru Besar, Dosen, dan Staf Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

8. Segenap pegawai Kementerian Luar Negri yang telah membantu penulis selama melakukan

penelitian di Jakarta.

9. Teman-teman KKN Kemenlu 2010, Yudho, Abob, Andi, ahkam, Ipul, Aswin, Elu, Rendi, Boy,

Emi, Cici, Lemot, Sasa, Jen, Minarti semoga kita tetap kompak.

10. The Big Family LEGALITAS’07, kita akan tetap menjadi keluarga selamanya

11. Semua teman-teman di Bagian Hukum Internasional

Page 5: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

12. Sahabat seperjuangan HMI Kom. Hukum Unhas, Wiryawan Batara Kencan, Muh.

Firmansyah, Ilham azis, Yudho Perdana, Fadli Dwi Rezky, Adeh Dwi Putra, Aming Keple.

13. And the Last for the Best, buat NURUL RAMADHANI KAMARULLAH, terima kasih atas

bantuan semangat dan dukungan yang luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini…

semoga apa yang terjadi pada kita berdua dapat bertahan lama., semoga semuanya dapat

berjalan dengan lancar2 saja, tidak ada hambatan dan indah pada waktunya...Amin….….

14. Segenap pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu – persatu atas bantuan, dukungan,

kerjasama, dan semangat yang sangat berharga bagi penulis dan Jika suatu hari

nanti..Entah besok atau kapan saja..kita berpisah dan tidak bertemu lagi..Ketahuilah Hadiah

terindah yang pernah penulis dapat adalah mengenal kalian semua..

Atas segala bantuan, kerja sama, uluran tangan yang telah diberikan dengan ikhlas hati

kepada penulis selama menyelesaikan studi hingga rampungnya skripsi ini, tak ada kata yang

dapat terucapkan selain terima kasih. Begitu banyak bantuan yang telah diberikan bagi penulis.

Namun melalui doa dan harapan dari penulis semoga amal kebajikan yang telah disumbangkan

dapat diterima dan memperoleh balasan yang lebih baik dari Sang Maha Sempurna Pemilik

Segalanya, Allah SWT. Amin.

Akhir kata, meskipun telah bekerja dengan maksimal mungkin, skripsi ini tentunya tidak

luput dari kekurangan. Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada

pembacanya. Amin

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, ……………2012

M. Reza Lensa Sudirman

Page 6: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

ABSTRAK

M. Reza Lensa Sudirman, B111 07 793, Implikasi intervensi bersenjata NATO di

libya terhadap kedaulatan negara Libya, dibimbing oleh Prof. dr. S.M Noor, S.H.,M.H.,

selaku pembimbing I dan bapak Maskun, S.H.,LLM., selaku pembimbing II.

Sampai saat ini, intervensi merupakan salah satu persoalan hangat dalam

hukum internasional. Pelanggaran terhadap prinsip non-intervensi, sering dilakukan

oleh organisasi internasional atas dasar perlindungan hak asasi manusia. Berawal dari

suatu konflik bersenjata yang sedang berlangsung di Libya yang dilakukan oleh pihak

oposisi dalam usahanya untuk menggulingkan pemerintahan khadaffi. PBB selaku

organisasi internasional yang bersifat universal dengan tujuan utama untuk

memelihara perdamaian dunia akhirnya mengeluarkan Resolusi DK PBB No.1970 ini

disusul dengan Resolusi DK PBB No.1973 yang dikeluarkan pada tanggal 17 Maret

2011 yaitu tentang embargo senjata dan larangan terbang.

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data,

yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan (library research) dan melalui

penelitian secara langsung di beberapa tempat lokasi penelitian, yang kemudian

penulis tambahkan dengan berbagai penelusuran buku-buku, dokumen-dokumen,

artikel, jurnal, surat kabar, dan hasil dari browsing di situs-situs yang berkaitan dengan

masalah yang diangkat. Lalu diolah dan dianalisa secara kualitatif dan disajikan dalam

bentuk deskriptif.

Dari penelitian yang penulis lakukan, diketahui bahwa intervensi yang dilakukan

oleh NATO di Libya melalui resolusi DK PBB No.1973 didasarkan oleh dua alasan,

yaitu: Penggunaan kekuatan bersenjata didasarkan oleh resolusi DK PBB, dan bahwa

intervensi menggunakan kekuatan bersenjata diperlukan untuk mencegah pelanggaran

HAM yang semakin parah.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat internasional yang tidak lagi

menempatkan negara sebagai pusat, akan tetapi telah beralih kepada pemenuhan

HAM dengan konsekuensi pengikisan terhadap kedaulatan, ditambah hadirnya

organisasi internasional untuk menginvestigasi, mengawasi, dan menghukum tindakan

yang melanggar HAM yang dilakukan oleh suatu negara terhadap warga negaranya

menjadikan kedaulatan sebagai “Letztbegründung” (prinsip utama) telah bergeser.

Page 7: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………………………………ii

ABSTRAK ……………………………………………………………………………………….iii

UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………………………………….iv

DAFTAR ISI ……….……………………………………………………………………………,v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6

A. Intervensi Bersenjata ..................................................................................... 6

1. Pengertian Intervensi Bersenjata ......................................................... 6

2. Latar Belakang Munculnya Intervensi .................................................. 9

3. Dasar Hukum Intervensi Bersenjata .................................................. 15

B. Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO ....................................................... 18

1. Badan Struktural NATO...................................................................... 19

2. Sekretariat NATO .............................................................................. 24

Page 8: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

3. Keanggotaan NATO…….................................................................... 25

4. Organisasi Militer NATO .................................................................... 26

C. Negara ......................................................................................................... 32

1. Pengertian Negara ............................................................................. 32

2. Teori Pembentukan Negara................................................................ 36

3. Kedaulatan Negara………………………………………….................... 40

D. Selayang Pandang Libya ............................................................................. 42

1 .Sejarah Perkembangan Libya............................................................. 43

2. Letak Geografi Libya........................................................................... 43

3. Hubungan Internasional Libya............................................................ 44

4. Demografi Libya……………………………………………..................... 45

E. Konflik Libya dan Intervensi Bersenjata NATO…………….......................... 46

1. Penyebab Konflik………………………………………………............... 46

2. Respon Pemerintahan Dalam Negeri…………………………............ 47

3. Respon Internasional…………………………………………............... 48

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................... 53

A. Lokasi Penelitia………………………………..….……………………………… 53

B. Jenis dan Sumber Data................................................................................. 53

C. Teknik Pengumpulan Bahan ........................................................................ 53

D. Analisa Data ................................................................................................. 54

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................ 53

Page 9: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

A. Legalitas Intervensi bersenjata NATO di Libya ………………………………..55

1. Konsep Intervensi …………………………………………………………55

2. Intervensi Bersenjata Di Libya ……………………………………….....59

3. Legalitas Intervensi Bersenjata Nato di Libya ……………………......61

B. Implikasi kedaulatan Libya dalam intervensi bersenjata oleh NATO …......67

1. Intervensi dan Prinsip Kedaulatan …………………………..…….…..67

BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………………..73

A. Kesimpulan ………………………………………………………………...……...73

B. Saran ……………………………………………………………………………….75

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….76

A. Buku ………………………………………………………………………………..76

B. Jurnal Ilmiah ………………………………………………………………………77

C. Sumber Internet …………………………………………………………………...77

D. Koran ……………………………………………………………………………….79

Page 10: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu, peradaban manusia pun berkembang,

baik dari aspek ilmu pengetahuan sosial, politik, ekonomi maupun budaya.

Dengan berkembangnya peradaban manusia, makin banyaklah

kebutuhan manusia itu sendiri. Dalam konteks yang lebih besar,

perkembangan peradaban pun mempengaruhi tingkat interdependensi

diantara negara-negara untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan

hidupnya.

Alur dan bentuk kerjasama yang berlangsung akibat dari

interdependensi negara-negara ini memungkinkan terjadinya

permasalahan didalamnya. Oleh karena itu diperlukannya pengaturan dan

tata cara kelembagaan yang melibatkan berbagai subjek yang

berlangsung secara terus menerus. Atas dasar kebutuhan tersebutlah

sehingga terbentuk banyak organisasi internasional yang terus bertambah

banyak jumlahnya setiap tahun. Setiap organsisasi internasional tersebut

memiliki fungsi dan bertujuan di berbagai bidang yang mengatur secara

terperinci tugas-tugas nya dimasing-masing bidang.

Dalam membentuk kaidah hukum dalam hukum internasional,

sebagai salah satu subjek dari hukum internasional itu sendiri, organisasi

internasional memainkan peranan yang sangat penting. Selain daripada

itu, organisasi internasional pun memainkan peran dalam melakukan

persaingan yang bertujuan untuk mencapai balance of power dalam

Page 11: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

2

geopolitik internasional yang tidak lain bertujuan untuk mencapai

kepentingan nasional negara-negara anggotanya.

Untuk membentuk sebuah organisasi internasional tentunya para

peserta haruslah merumuskan konsep dan landasan gerak organsisasi

tersebut serta memikirkan hasil yang diperoleh serta menganalisa dengan

dalam untuk melihat apakah tujuan organisasi internasional tersebut

berguna untuk menjadi suatu pakta pertahanan atau hanya sekedar

menjadi sebuah komunitas diregionalnya.

Sampai sejauh ini, organisasi internasional yang ada berusaha

untuk memberikan keuntungan-keuntungan dan memberikan fasilitas bagi

negara anggota guna mencapai kepentingannya masing-masing. Sebagai

contoh Association of South-East Asian Nations (ASEAN), Sebuah

organisasi internasional yang bertujuan sebagai community yang

dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial

dan perkembangan budaya di kawasan dan juga untuk mempromosikan

perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan terhadap

keadilan dan supremasi hukum dalam hubungan antara negara-negara di

kawasan dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Piagam Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB)

Adapun organsisasi internasional yang bertujuan untuk menjadi

suatu pakta pertahanan adalah North Atlantic Treaty Organization

(NATO). Sebuah organisasi internasional yang bertujuan untuk untuk

menjaga kebebasan dan kemanan seluruh anggotanya dari sisi politik dan

militer sesuai dengan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan juga untuk

Page 12: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

3

menjalin kerjasama negara-negara anggota guna membangun

penyeimbang atau balance of power dalam peta perpolitikan internasional

paska perang dingin.

Runtuhnya Uni Soviet pada bulan Desember 1991 menjadi sebuah

tanda berakhirnya perang dingin dan menjadi sebuah babak baru

geopolitik internasional menuju sistem unipolar dimana NATO dan

Amerika Serikat sebagai polar utama. Tujuan awal NATO dimana untuk

membangun penyeimbang pun telah berakhir.

Paska berakhirnya perang dingin menjadikan posisi NATO semakin

kuat dengan unipolaritasnya dan negara-negara anggotanya semakin

berpengaruh di regional. Di awal 2011 NATO memiliki andil dan peran

yang cukup signifikan dalam melakukan penyerangan terhadap rezim

Muammar Gadaffi di Libya.

Intervensi NATO di Libya yang mengakibatkan jatuhnya korban

yang diperkirakan ratusan hingga ribuan tentara Libya baik di pihak

pemerintah maupun dipihak oposisi (dimana terjadi friendly fire) maupun

penduduk sipil semakin lama semakin menuai kontroversi karena

intervensi bersenjata yang dilakukan NATO menjadi ambigu, apakah

hanya untuk sekedar membangun embargo larangan terbang serta

melindungi rakyat sipil ataukah justru melanggar nilai-nilai kemanusiaan

dimana tentara oposisi dan rakyat sipil pun menjadi korban walaupun

intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi Dewan

Page 13: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

4

Keamanan PBB yang dikeluarkan pada 17 Maret 2011 yang berkenaan

degan zona larangan terbang.1

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, untuk

memfokuskan penulisan skripsi ini maka rumusan masalah yang dibahas

adalah:

1. Bagaimanakah legalitas intervensi bersenjata NATO di Libya

ditinjau dari perspektif hukum internasional?

2. Bagaimanakah implikasi kedaulatan Libya dalam intervensi

bersenjata oleh NATO?

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

a. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Bagaimana legalitas intervensi bersenjata

NATO di Libya ditinjau dari perspektif hukum internasional.

2. Untuk Bagaimana implikasi kedaulatan Libya dalam intervensi

bersenjata oleh NATO.

b. Kegunaan Penulisan:

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai salah satu referensi masalah hukum Internasional di

Indonesia yang dapat digunakan bagi peneliti-peneliti

selanjutnya.

1 Wikipedia, 2011 Libyan civil war, http://en.wikipedia.org/wiki/2011_Libyan_civil_war

Diakses pada 29 Juni 2011 Pukul 12.15 Wita

Page 14: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

5

2. Sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin

3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa,

maupun umum.

4. Referensi bagi perpustakaan Universitas Hasanuddin,

khususnya Fakultas Hukum.

Page 15: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Intervensi Bersenjata

1. Pengertian Intervensi

Sampai sekarang belum ada pengertian baku tentang intervensi.

Namun demikian salah satu pegangan yang masih dikutip sampai dewasa

ini adalah definisi yang diberikan oleh lauterpacht. Menurut beliau,

intervensi adalah.

”a dictatorial interference by a State in the affairs of another State for the purpose of maintaining or altering the actual condition of things” Campur tangan secara diktator oleh suatu negara terhadap urusan dalam negri negara lainnya dengan maksud baik, untuk memelihara atau mengubah keadaan, situasi, atau barang di negri tersebut.2

Kata intervensi sering kali dipakai secara umum untuk menunjukkan

hampir semua tindakan campur tangan oleh suatu negara dalam urusan

negara lain. Tetapi menurut satu pengertian yang lebih khusus intervensi

itu terbatas pada tindakan mencampuri urusan dalam negeri atau luar

negeri dari negara lain yang melanggar kemerdekaan negara itu3. Dalam

pengertian ini, tidak dikatakan intervensi apabila berupa pemberian

nasihat oleh suatu negara kepada negara lain mengenai beberapa hal

yang terletak didalam kompetensi dari negara yang disebut kemudian

untuk mengambil keputusan untuk dirinya, walaupun pada umumnya

orang menganggap itu sebagai suatu intervensi, oleh karena itu Baik

2 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer,

Bandung, Refika Aditama, hlm.259 3 Ibid, hlm 262

Page 16: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

7

praktek negara-negara dalam hubungan mereka satu dengan yang

lainnya, maupun pendapat para sarjana tentang hukum internasional,

ternyata tidak satupun yang dapat memberi jawaban yang jelas atas

bilakah sah intevensi dalam arti ini. Dalam perakteknya intervensi dalam

pengertian ini cenderung menggunakan alasan politik daripada alasan

hukum dan sulit membatasi intervensi yang dapat dibenarkan oleh hukum.

Menurut teori, sahnya intervensi yang diawasi oleh banyak negara yang

bertindak bersama-sama, harus dipandang dari sudut yang sama, seperti

yang dilakukan terhadap intervensi dari satu Negara tunggal.

Intervensi dalam Black’s Law Dictionary didefinisikan sebagai

“pisaller by third party which is on initially non side in a case, but pretending it have importance in case.” (tindakan yang diambil oleh pihak ketiga yang pada awalnya bukan pihak dalam suatu kasus, tetapi menganggap dirinya memiliki kepentingan dalam kasus tersebut).4

Sedangkan Joseph S. Nye, Jr. Mengemukakan definisi yang lebih

luas mengenai intervensi, yaitu

“Intervention refers to external actions that influence the domestic affair of another sovereign state, some analyst use the term more narrowly to refer to forcible interference in the domestic affairs of another state.” (Pendapat ini berarti, intervensi mengacu pada tindakan eksternal yang mempengaruhi hubungan dalam negeri negara lain. Beberapa pakar menggunakan istilah intervensi dalam makna yang lebih sempit untuk mengacu pada campur tangan secara paksa dalam hubungan dalam negeri negara lain).5

Dari pengertian intervensi tersebut, dapat kita tarik kesimpulan

bahwa intervensi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh salah satu

4 Henry Campbell Black, 1990, Black’s Law Dictionary, West Publishing, Kellog, hlm.820

5 Joseph S. Nye, Jr., 1993, Understanding International Conflict, Harper Collins College Publisher, New York, hlm.132

Page 17: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

8

pihak (baik negara, beberapa negara, maupun organisasi) kepada suatu

negara dengan tujuan tertentu. Tindakan tersebut pada umumnya adalah

tindakan yang bukan merupakan kapasitas pihak yang melakukan

intervensi dan seringkali bersifat mencampuri urusan negara lain.

Walaupun intervensi bersifat mencampuri urusan negara lain, tetapi ada

pula intervensi yang didasarkan atas undangan suatu negara.

Intervensi dapat menggunakan kekerasan ataupun tidak. Intervensi

dapat berbentuk blokade, sanksi politik, embargo senjata, ekonomi,

ataupun keuangan.6 Menurut Starke, ada tiga jenis intervensi yang

dilakukan suatu negara terhadap negara lain, yaitu7 :

a. Intervensi Internal

Intervensi yang dilakukan dengan mencampuri urusan dalam

negeri negara lain. Misalnya negara A campur tangan dalam

pertikaian yang terjadi di negara B, negara A mendukung

pemerintah atau pemberontak di negara B.

b. Intervensi Eksternal

Intervensi yang dilakukan dengan mencampuri urusan suatu

negara dengan negara lainnya (dalam hubungan luar

negerinya). Misalnya negara A campur tangan dengan

mengadakan hubungan dengan negara lain (umumnya

dalam keadaan bermusuhan). Salah satu contoh kasus

6 Gareth Evans, The Responsibility to Protect, http://www.iciss.ca. Diakses pada tanggal

29 Juni 2011, pukul 16.00 WITA. 7 Eka Aqimuddin, Doktrin Intervensi Kemanusiaan dalam Hukum Internasional,

http://www.senandikahukum.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 Mei 2011 pukul 21.00 WITA

Page 18: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

9

intervensi eksternal ini adalah ketika Italia melibatkandiri dalam

Perang Dunia II dengan memihak Jerman dan ikut

berperang melawan Inggris.

c. Intervensi Punitive

Intervensi yang dilakukan oleh suatu negara terhadap

negara lain sebagai balasan atas kerugian yang diderita negara

tersebut. Misalnya tindakan blokade damai yang dilakukan

negara A terhadap negara B yang melanggar perjanjian dengan

negara A.

2. Latar Belakang Munculnya Intervensi

Pada tahun 1994, dunia digemparkan oleh kasus genosida yang

terjadi di Rwanda. Namun tak ada yang dapat dilakukan oleh masyarakat

internasional karena terhalang oleh kedaulatan negara dan hak non

intervensi yang diakui dalam tata pergaulan internasional. Dunia hanya

bisa duduk manis menyaksikan ribuan orang dibantai secara massal di

Rwanda tanpa bisa berbuat apapun karena dijegal oleh pemerintah

Rwanda dengan alasan bahwa peristiwa tersebut adalah masalah dalam

negeri sehingga tidak boleh diintervensi. Sejak saat itulah, masyarakat

internasional menjadi sadar bahwa prinsip kedaulatan negara dan hak non

intervensi tidak selamanya dapat diterapkan secara mutlak karena dapat

menjadi senjata tuan saat terjadi kasus genosida seperti di Rwanda.

Seiring dengan berkembangnya zaman, hukum internasional beserta

segala aspeknya juga mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini

Page 19: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

10

disebabkan karena kaburnya batas-batas antar negara yang

mengakibatkan munculnya kepedulian yang lebih tinggi dalam masyarakat

internasional. Kepedulian yang lebih tinggi ini dapat kita lihat dari hal-hal

sederhana, seperti meningkatknya ketertarikan masyarakat terhadap isu-

isu global dan mengakibatkan masyarakat ingin terlibat lebih aktif dalam

permasalahan global yang ada. Selain masyarakat, subjek hukum

internasional lainnya, yaitu negara dan organisasi internasional juga

memberi perhatian lebih terhadap masalah-masalah global ataupun

masalah yang dihadapi oleh negara lain.

Perkembangan dalam hukum internasional juga telah

mengindikasikan bahwa HAM adalah salah satu isu penting dan universal

sehingga perlindungan akan hak-hak tersebut harus diutamakan dalam

hubungan antarnegara.8 Indikasi bahwa HAM adalah salah satu masalah

internasional yang sangat penting terlihat jelas dengan dibuatnya

beberapa konvensi yang mengatur mengenai HAM, hal ini menunjukkan

bahwa HAM adalah masalah universal yang penting untuk diatur dan

dijamin secara universal. Ada tiga instrumen utama hukum internasional

yang mengatur mengenai HAM, yaitu:

Deklarasi Universal HAM (DUHAM)

Universal Declaration of Human Rights (UDHR) atau yang dalam

bahasa Indonesia disebut DUHAM adalah perjanjian internasional

8 artikel “Doktrin Intervensi Kemanusiaan dalam Hukum Internasional”,

http://www.senandikahukum.blogspot.com, Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011, pukul 22.10 WITA.

Page 20: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

11

yang pertama dibuat yang mengatur mengenai HAM, DUHAM juga

merupakan “induk” dari dua perjanjian internasional lainnya yang

mengatur mengenai HAM. Deklarasi ini dicetuskan pada tanggal 10

Desember 1948 melalui resolusi Majelis Umum PBB dan walaupun

tidak bersifat mengikat, namun merupakan hukum kebiasaan

internasional.9

Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya

(ICESCR)

International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights

diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 16 Desember 1966

dan mulai memiliki kekuatan hukum mengikat sejak tanggal 3

Januari 1976.10 ICESCR memuat peraturan mengenai hak-hak

ekonomi yang penting (hak untuk bekerja, hak untuk mendapatkan

kondisi kerja yang adil dan menyenangkan, kebebasan untuk

mendirikan dan bergabung ke serikat buruh, serta hak untuk mogok

kerja. Selain itu, ICESCR mengatur mengenai hak-hak sosial

(perlindungan keluarga, perlindungan anak dan remaja, hak untuk

mendapatkan jaminan sosial, dan hak atas penghidupan yang

layak). Hak terakhir yang diatur dalam ICESCR adalah hak-hak

budaya (hak atas pendidikan dan partisipasi dalam kehidupan

budaya, serta perlindungan atas kekayaan intelektual).

9 Manfred Nowak, Pengantar Pada Rezim HAM Internasional. Pustaka Hak Asasi Manusia Raoul

Wallenburg Institute, 2003, hlm.83 10

http://en.wikipedia.org/wiki/ “mInternational Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights”. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011, pukul 23.10 WITA.

Page 21: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

12

Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR)

International Covenant on Civil and Political Rights adalah

perjanjian internasional yang mengatur mengenai hak-hak sipil dan

politik. ICCPR diadopsi oleh Majelis Umum PBB dan memiliki

kekuatan hukum mengikat pada saat yang sama dengan ICESCR.

ICCPR memuat mengenai hak-hak sipil dan politik yang esensial,

meliputi hak untuk menentukan nasib sendiri, hak atas kesetaraan

dan non diskriminasi, hak untuk kelompok minoritas, dan larangan

propaganda perang sertaprovokasi terhadap diskriminasi,

permusuhan, atau kekerasan.11

Selain dari tiga instrumen utama ini, masih ada instrumen-instrumen

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai HAM, antara lain:

Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against

Women (CEDAW), Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman,

or Degrading Treatment or Punishment (CAT), Convention on the Rights

of the Children (CRC), Declaration on the Rights of Indigenous People,

dan lain-lain.

Komitmen masyarakat internasional atas perlindungan HAM terlihat

jelas dari banyaknya perjanjian internasional yang mengatur mengenai

HAM. Selain itu, komitmen ini juga telah melewati batas wilayah negara,

terlihat dari kecaman yang sering muncul apabila terjadi pelanggaran HAM

11 Manfred Nowak, Op.Cit., hlm.86.

Page 22: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

13

di negara lain. Kondisi seperti inilah yang akhirnya mengakibatkan

munculnya intervensi. Tindakan intervensi diawali dengan kesadaran

masyarakat internasional untuk menegakkan perlindungan HAM bagi

setiap orang, sehingga negara-negara mulai mengambil tindakan untuk

mengakhiri suatu tindakan yang melawan HAM, bahkan apabila tindakan

tersebut terjadi di negara lain.

Perlindungan HAM tidak hanya menjadi perhatian negara-negara,

tetapi terutama merupakan salah satu isu yang menjadi perhatian PBB.

Saat ini, HAM telah menjadi salah satu perhatian yang paling mendasar

dalam PBB, termasuk operasi-operasi penjagaan kedamaian (peace-

keeping operations)12 PBB.13

Selain PBB, terdapat suatu komisi yang memiliki fokus untuk

menangani permasalahan intervensi, yaitu International Commission on

Intervention and State Sovereignty (ICISS). ICISS diinisiasi oleh

pemerintah Kanada dan sejumlah yayasan terkemuka, pembentukan

ICISS ini diumumkan dalam sidang Majelis Umum PBB pada bulan

September 2000. ICISS bertugas untuk mengelola data dan opini yang

ada dari seluruh dunia, dan hasil ini akan disampaikan kepada Sekretaris

Jenderal PBB ataupunpihak-pihak lain yang berkepentingan.14

12

Peace-keeping operations adalah usaha PBB untuk membantu negara-negara yang sedang mengalami konflik dengan maksud menciptakan situasi yang stabil kembali di wilayah negara tersebut. 13

Fransesco Francioni, 2000, of War, Humanity, and Justice: International Law After Kosovo, dalam Max Planck Yearbook of United Nations Law, Kluwer Law International, hlm.108

14 http://www.iciss.ca. Artikel The Responsibility to Protect. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011,

pukul 16.00 WITA.

Page 23: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

14

Pada tahun 2001, ICISS mengeluarkan suatu pendapat yang diberi

tema “Responsibility to Protect (R2P)”. Ide utama dari R2P adalah setiap

negara yang berdaulat memiliki kewajiban untuk melindungi warga

negaranya sendiri dari musibah yang dapat dicegah, seperti pembantaian

dan kelaparan. Tetapi apabila negara tersebut tidak mampu atau tidak

memiliki keinginan untuk memenuhi kewajibannya, maka kewajiban itu

harus dipenuhi oleh komunitas yang lebih luas, yaitu negara-negara.15

Menurut ICISS, intervensi tidak hanya menjadi kontroversial ketika

tindakan itu dilaksanakan, tetapi juga kontroversial saat tindakan tersebut

tidak dilaksanakan. ICISS, mengambil contoh kasus yang terjadi di

Rwanda, pada saat itu PBB telah mengetahui adanya rencana Pemerintah

Rwanda untuk melakukan tindakan genosida. Namun tak ada yang dapat

dilakukan oleh masyarakat internasional karena terhalang oleh kedaulatan

negara dan hak non intervensi yang diakui dalam tata pergaulan

internasional. Dunia hanya bisa duduk manis menyaksikan ribuan orang

dibantai secara massal di Rwanda tanpa bisa berbuat apapun karena

dijegal oleh pemerintah Rwanda dengan alasan bahwa peristiwa tersebut

adalah masalah dalam negeri sehingga tidak boleh diintervensi.

Sejak saat itulah masyarakat internasional menjadi sadar bahwa

prinsip kedaulatan negara dan hak non intervensi tidak selamanya dapat

diterapkan secara mutlak karena dapat menjadi senjata tuan saat terjadi

kasus genosida seperti di Rwanda. Dunia melalui Dewan Keamanan PBB

15

Ibid.

Page 24: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

15

pada bulan April 2006 akhirnya membentuk sebuah organisasi

internasional bernama Responsibility to Protection atau biasa disingkat

menjadi R2P.16

Organisasi ini berfungsi untuk mengatasi berbagai masalah yang

menyangkut kemanusiaan seperti genosida (genocide), kejahatan perang

(crime war), kejahatan terhadap kemanusiaan (War against humanity) dan

pembersihan suku/etnis (ethnic cleansing). PBB juga telah menempatkan

pasukannya di sana. Akan tetapi, PBB menolak untuk melakukan tindakan

lebih lanjut, dan hal ini merupakan kegagalan “international will”. Akibat

dari tidak adanya tindakan yang lebih lanjut, terjadi genosida yang

berkepanjangan.17

3. Dasar Hukum Intervensi

Prinsip kedaulatan negara yang seringkali menjadi dasar

pertimbangan intervensi kemanusiaan dianggap melanggar hukum

perlu dikaji lebih jauh. Menurut Hans Kelsen, “tujuan adanya hukum

internasional adalah untuk membatasi kedaulatan negara itu sendiri.

Sejak individu menjadi subyek hukum internasional, maka sebenarnya

16 Niam, 2011, Peran R2P dalam konflik Libya tahun 2011, Kak Niam.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011, pukul 22.10 WITA. 17

Ibid.

Page 25: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

16

kedaulatan negara itu diperoleh dari individu yang mendelegasikan

kewenangannya terhadap negara”18

Jadi ketika negara telah melanggar hak-hak individu (dalam

intervensi kemanusiaan hak individu yang dilanggar adalah Hak Asasi

Manusia atau disingkat HAM ), maka individu tersebut dapat meminta

bantuan dari negara lain untuk memulihkan hak-hak mereka.

Prinsip kedaulatan negara saat ini tidak dapat dilihat hanya

sebagai hak negara, akan tetapi harus dikaitkan dengan kewajiban

negara untuk menegakkan perlindungan HAM. Menurut J.J. Rousseau,

“negara pada prinsipnya dibentuk berdasarkan kontrak, yang salah

satu tujuannya adalah kewajiban untuk melindungi setiap manusia,

baik warga negaranya ataupun warga negara asing, dari terjadinya

pelanggaran atas hak asasinya. Konsekuensi dari pelanggaran

kewajiban negara dalam perlindungan HAM adalah berhentinya

kedaulatan yang dimilikinya secara sementara sehingga aspek

eksternal dari kedaulatan tidak lagi menempatkannya dalam posisi

yang sederajat.Masyarakat internasional memiliki tanggung jawab sisa

(residual responsibility) untuk mengambil upaya demi memulihkan

pelanggaran HAM yang terjadi dalam sebuah negara.19

Prinsip kedaulatan negara telah mengalami “pengikisan”

(“erosion”) sebagai konsekuensi dari adanya organisasi

18

Asrudin, 2009, Refleksi dan Teori Hukum Internasional, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm.21 19 Anne Peters, 2009, Humanity As An Alfa and Omega of Sovereignty dalam European Journal of International Law Vol.20 No.3, hlm.535.

Page 26: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

17

internasional untuk menginvestigasi, mengawasi, dan menghukum

tindakan yang melanggar HAM yang dilakukan oleh suatu negara

terhadap warga negaranya. Menurut Anne Peters, prinsip kedaulatan

negara harus dikonsep ulang. Hal ini berkaitan dengan perkembangan

masyarakat internasional yang tidak lagi menempatkan negara sebagai

pusat, akan tetapi telah beralih kepada pemenuhan HAM.20 Terlebih

sejak adanya konsep R2P (Responsibility to Protect), posisi prinsip

kedaulatan sebagai “Letztbegründung” (prinsip utama) telah

bergeser.21

Peter R. Baehr berpendapat bahwa negara yang melanggar

standar internasional yang sah mengenai perlindungan HAM tidak

dapat menggunakan prinsip non intervensi untuk membela diri karena

pelanggaran tersebut membenarkan campur tangan dari

luarmeskipun pelanggaran itu pada dasarnya adalah urusan

dalam negeri.22

Pernyataan Baehr ini juga dikuatkan dengan pernyataan

Yoram Dinstein yang berpendapat bahwa apabila suatu negara telah

melakukan pelanggaran HAM yang secara terus menerus dan

sistematis sehingga mengancam kedamaian internasional, maka

DK PBB perlu mengambil tindakan. Tetapi tidak ada satu negara pun

yang berhak untuk melakukan intervensi sendirian dengan alasan

20

Ibid, hlm.543. 21

Ibid,Hlm.544 22 Titon Slamet Kurnia, 2005, Reparasi Terhadap Korban Pelanggaran HAM di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.234.

Page 27: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

18

kemanusiaan atau alasan lainnya, seolah-olah negara tersebut adalah

polisi internasional23.

Apabila sebuah negara gagal dalam melakukan kewajiban

perlindungan HAM maka secara filosofis kedaulatan negara dapat

dianggap berhenti sementara dan sekaligus memberikan tanggung

jawab kepada masyarakat internasional untuk melakukan intervensi

demi memulihkan HAM24.

Berdasarkan pendapat para pakar dan sumber hukum

internasional yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa pihak

yang berhak untuk memutuskan perlu tidaknya dilakukan suatu

tindakan intervensi kemanusiaan adalah DK PBB

B. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty

Organization atau disingkat NATO) adalah sebuah organisasi

internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada tahun 1949,

sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan Atlantik Utara yang

ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April1949. Nama resminya

yang lain adalah dalam bahasa Perancis: l'Organisation du Traité de

l'Atlantique Nord (OTAN).25

23

Jiangming Shen, The Non-Intervention Principle and Humanitarian Intervention Under International Law dalam International Legal Theory Vol.7 (1), 2001, Publication of the American Society of International Law, hlm.4 24

Eka Aqimuddin, Perlindungan HAM dan Mitos Kedaulatan Negara, http://www.senandikahukum.wordpress.com. Diakses pada tanggal 1 juli pukul 13.00 WITA 25

Wikipedia, Pakta Pertahanan Atlantik Utara http://id.wikipedia.org/wiki/Pakta_Pertahanan_Atlantik_Utara. Di Akses Pada 29 Juni 2011 Pukul 12.57 Wita.

Page 28: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

19

Pasal utama persetujuan tersebut adalah Pasal V, yang berisi:

Para anggota setuju bahwa sebuah serangan bersenjata terhadap salah satu atau lebih dari mereka di Eropa maupun di Amerika Utaraakan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Selanjutnya mereka setuju bahwa, jika serangan bersenjata seperti itu terjadi, setiap anggota, dalam menggunakan hak untuk mepertahankan diri secara pribadi maupun bersama-sama seperti yang tertuang dalam Pasal ke-51 dari Piagam PBB, akan membantu anggota yang diserang jika penggunaan kekuatan semacam itu, baik sendiri maupun bersama-sama, dirasakan perlu, termasuk penggunaan pasukan bersenjata, untuk mengembalikan dan menjaga keamanan wilayah Atlantik Utara. Pasal ini diberlakukan agar jika sebuah anggota Pakta Warsawa

melancarkan serangan terhadap para sekutu Eropa dari PBB, hal tersebut

akan dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota (termasuk

Amerika Serikat sendiri), yang mempunyai kekuatan militer terbesar dalam

persekutuan tersebut dan dengan itu dapat memberikan aksi pembalasan

yang paling besar. Tetapi kekhawatiran terhadap kemungkinan serangan

dari Eropa Barat ternyata tidak menjadi kenyataan. Pasal tersebut baru

mulai digunakan untuk pertama kalinya dalam sejarah pada 12 September

2001, sebagai tindak balasan terhadap peristiwa serangan teroris 11

September 2001 terhadap AS yang terjadi sehari sebelumnya.

1. Badan Struktural NATO26

NATO memiliki beberapa badan yang menjalankan fungsi dan

tugasnya masing-masing, antara lain:

a. The north Atlantic Council (NAC)

NAC memiliki kewenangan politik dan kekuatan untuk

mengambil keputusan.NAC terdiri dari perwakilan tetap setiap

26

NATO Handbook, 1990, Defence Policy and Planning Division, Brussels., hlm. 35

Page 29: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

20

Negara anggota NATO yang melaksanakan pertemuan sedikitnya

sekali dalam seminggu.Badan ini juga mengadakan pertemuan

dalam tingkat yang lebih tinggi yang melibatkan mentri luar negri,

mentri pertahanan, atau kepala pemerintahan.

NAC adalah satu-satunya badan dalam NATO yang

kewenangannya bersumber langsung dari North Atlantic

treaty.Badan ini diberikan tanggung jawab oleh North Atlantic

Treaty untuk membuat badan-badan lainnya. Telah banyak komite

yang dibuat untuk mendukung kinerja dari NAC, ataupun untuk

bertanggung jawab dalam bidang tertentu, seperti rencana

pertahanan, rencana nuklir dan hal-hal yang berkaitan dengan

militer, memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat

mereka.

Pertemuan-pertemuan dalam NAC, dipimpin oleh sekertaris

jendral NATO dan keputusan yang diambil merupakan keputusan

bersama.Dalam pengambilan keputusan berdasarkan suara

terbanyak.

Page 30: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

21

b. The Defence Planning Committee (DPC)

The Defence Planning Committee adalah badan yang terdiri

dari perwakilan tetap dari tiap negara anggota NATO dan

mengadakan pertemuan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu

tahun yang dihadiri oleh menteri pertahanan. DPC khusus

membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah

pertahanan. DPC memberikan panduan bagi kekuatan militer

NATO dan memiliki kekuasaan yang sama dengan NAC. DPC

dibantu oleh beberapa komite yang berada di bawahnya yang

memiliki tanggung jawab yang berbeda satu dan lainnya.

Page 31: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

22

c. The Nuclear Planning Group (NPG)

The Nuclear Planning Group adalah badan di dalam NATO

yang terdiri dari anggota yang sama dengan DPC. NPG

membahas mengenai peraturan-peraturan khusus mengenai

kekuatan nuklir.Hal-hal yang dibahas dalam NPG meliputi

peraturan-peraturan mengenai nuklir, termasuk di dalamnya

pengurangan penggunaan nuklir, keamanan, dan keberadaan

senjata nuklir. NPG dibantu oleh NPG Staff Group yang terdiri dari

delegasi negara anggota NATO, badan ini mengadakan pertemuan

setiap minggu. 38 Badan-badan yang bekerja di bawah NAC, DPC,

dan NPG antara lain:

Executive Working Group;

Political Committee At Senior Level;

Defence Review Committee;

Committee On The Challenges Of Modern Society;

Committee On Information and Cultural Relations;

High Level Task Force On Conventional Arms Control;

Atlantic Policy Advisory Group;

Conference of National Armaments Directors;

Civil and Military Budget Committees;

Council Operations and Exercises Committee;

Joint Committee on Proliferation;

Political Committee;

NATO Committee for Stadardisation;

Page 32: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

23

Senior Resource Board;

NATO Air Traffic Management Committee;

Political-Military Steering Committee on Partnership for

Peace (PfP);

Mediterranean Cooperation Group;

Infrastructure Committee;

Senior Defence Group on Proliferation;

Central European Pipeline Management Organisation (Board

of Directors);

NATO Air Defence Committee;

Senior Politic-Military Group on Proliferation;

Senior Civil Emergency Planning Committee;

High Level Group;

NATO Pipeline Committee;

NATO C3 (Consultation, Command, and Control) Board;

Verification Coordinating Committee;

Senior NATO Logisticians Conference;

Senior Level Weapons Protection Group;

NATO Security Committee;

NATO Management Organisation (Board of Directors);

Policy Coordination Group;

Science Committee;

Economic Committee;

Page 33: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

24

Special Committee.;

Beberapa dari badan tersebut sudah ada sejak masa awal

berdirinya NATO dan telah berkontribusi dalam beberapa

pengambilan keputusan dan 40 pembuatan peraturan, sedangkan

yang lainnya didirikan seiring dengan perkembangan NATO yang

beradaptasi dengan situasi internal dan eksternal.

2. Kesekretariatan NATO

Markas besar dari NATO terletak di kota Brussels, Belgia.

Terdapat sekitar 3.150 orang yang bekerja di markas besar NATO,

termasuk di dalamnya adalah 1.400 delegasi dari tiap negara anggota,

1.300 staf internasional, dan 350 anggota badan militer internasional.

Sejak berdirinya NATO sampai dengan saat ini, telah ada

beberapa Sekretaris Jenderal yang bekerja untuk NATO, yaitu:27

1952 - 1957 Lord Ismay (Inggris)

1957 - 1961 Paul-Henri Spaak (Belgia)

1961 - 1964 Dirk U. Stikker (Belanda)

1964 - 1971 Manlio Brosio (Italia)

1971 - 1984 Joseph M.A.H. Luns (Belanda)

1984 - 1988 Lord Carrington (Inggris)

1988 - 1994 Manfred Wörner (Jerman)

1994 - 1995 Willy Claes (Belgia)

1995 - 1999 Javier Solana (Spanyol)

27 NATO, sekertaris NATO, http://www.nato.int diakses pada 29 Juni 2011 Pukul 13.19 Wita

Page 34: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

1999 - 2003 The Rt. Hon. Lord Robertson of Port Ellen (Inggris)

2004 - 2009 Jaap de Hoop Scheffer (Belanda)

2009 - sekarang Anders Fogh Rasmussen (Denmark)

3. Keanggotaan NATO

Hingga saat ini anggota da

28 negara dari berbaga

berikut:

Albania

Belgium

Bulgaria

Canada

Croatia

Czech Rep

Denmark

Estonia

France

Germany

Greece

Hungary

Iceland

Italy

Latvia

Lithuania

Luxembourg

Netherlands

28

NATO,keanggotaan NATO, Akses Pada 29 Juni 2011 Pukul 13.27 Wita

2003 The Rt. Hon. Lord Robertson of Port Ellen (Inggris)

2009 Jaap de Hoop Scheffer (Belanda)

sekarang Anders Fogh Rasmussen (Denmark)

Keanggotaan NATO28

Hingga saat ini anggota dari NATO yang telah bergabung yaitu

28 negara dari berbagai belahan dunia, antara lain adalah sebagai

NATO,keanggotaan NATO, http://www.nato.int/cps/en/natolive/nato_countries.htm

Akses Pada 29 Juni 2011 Pukul 13.27 Wita

25

2003 The Rt. Hon. Lord Robertson of Port Ellen (Inggris)

ri NATO yang telah bergabung yaitu

belahan dunia, antara lain adalah sebagai

http://www.nato.int/cps/en/natolive/nato_countries.htm Di

Page 35: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

Norway

Poland

Portugal

Romania

Slovakia

Slovenia

Spain

Turkey

United Kingdom

United States

4. Organisasi Militer NATO

Sebagai salah satu bagian terpenting dalam NATO, bidang

militer di NATO memiliki beberapa badan yang lengkap dengan

struktur yang jelas.

a. Integrated Military Force

Integrated Military Force

terintegrasi berperan dalam NATO untuk

rancangan pertahanan terhadap wilayah negara anggotanya

yang terancam stabilitas dan keamanannya, sesuai dengan

Pasal 5 dari

berkembangnya NATO, terutama dengan adanya program

PfP dan peningkatan peran NATO dalam menjaga

29

The NATO Handbook, Op.Cit., hlm.245

Organisasi Militer NATO29

Sebagai salah satu bagian terpenting dalam NATO, bidang

militer di NATO memiliki beberapa badan yang lengkap dengan

struktur yang jelas.

Integrated Military Force

Integrated Military Force atau kekuatan militer

terintegrasi berperan dalam NATO untuk mempersiapkan

rancangan pertahanan terhadap wilayah negara anggotanya

yang terancam stabilitas dan keamanannya, sesuai dengan

Pasal 5 dari North Atlantic Treaty. Namun, seiring dengan

berkembangnya NATO, terutama dengan adanya program

PfP dan peningkatan peran NATO dalam menjaga

The NATO Handbook, Op.Cit., hlm.245

26

Sebagai salah satu bagian terpenting dalam NATO, bidang

militer di NATO memiliki beberapa badan yang lengkap dengan

atau kekuatan militer

mempersiapkan

rancangan pertahanan terhadap wilayah negara anggotanya

yang terancam stabilitas dan keamanannya, sesuai dengan

. Namun, seiring dengan

berkembangnya NATO, terutama dengan adanya program

PfP dan peningkatan peran NATO dalam menjaga

Page 36: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

27

perdamaian dunia, mengakibatkan badan ini juga

melaksanakan tugas lain di luar fungsinya. Salah satu contoh

dari perluasan tugas ini adalah peran NATO di beberapa

negara, seperti pada tahun 1995 di Bosnia-Herzegovina,

dimana NATO diberi mandat oleh Dewan Keamanan PBB untuk

menerapkan aspek militer sesuai dengan Dayton Peace

Agreement.30

Pada akhir tahun 1996, dibentuk sebuah badan,

yaitu Implementation Force (IFOR) yang bertugas untuk

menjaga keamanan di wilayah Yugoslavia. Badan ini kemudian

diganti dengan Stabilisation Force (SFOR) yang merupakan

badan militer yang terdiri dari beberapa negara dan didirikan

berdasarkan mandat dari Dewan Keamanan PBB.

b. Military Command Structure

Kekuatan militer dalam NATO memiliki struktur

komando yang jelas, dan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

Immediate and Rapid Reaction Force Immediate and Rapid

Reaction Force adalah badan dalam NATO, yang

mencakup kekuatan darat, laut, dan udara yang memiliki

mobilitas tinggi dan selalu siap walaupun dengan peringatan

yang datang tiba-tiba. Immediate Reaction Forces secara

30

Dayton Peace Agreement adalah perjanjian perdamaian antara Bosnia dan Herzegovina yang ditandatangani di Dayton, Ohio, Amerika Serikat. Perjanjian ini ditandatangani secara resmi pada 14 Desember 1995 dan mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga setengah tahun di Bosnia, dalam Wikipedia, Dayton Peace Agreement, http://en.wikipedia.org/wiki/Dayton_Agreement. Di Akses pada 3 Juni 2011 pukul 14.15 wita.

Page 37: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

28

khusus berhubungan dengan darat dan udara, sedangkan

Rapid Reaction Forces secara khusus berhubungan dengan

laut.

Main Defence Forces Main

Defence Forces mencakup kekuatan militer di darat, udara,

dan laut yang mampu menghadapi agresi terhadap negara

anggota NATO. Main Defence Forces terdiri dari formasi

yang hanya berasal dari satu negara dan formasi yang terdiri

dari beberapa negara.

Terdapat empat pasukan yang terdiri dari beberapa negara,

yaitu: Denmark dan Jerman, Belanda dan Jerman, dan

dua pasukan Jerman dan Amerika Serikat.

Augmentation Forces

Augmentation Forces terdiri dari beberapa kekuatan

militer yang terdiri dari beberapa tingkatan dan kesiapan

serta ketersediaan yang dapat digunakan untuk memperkuat

NATO. Pada umumnya, kekuatan militer NATO seluruhnya

berada di bawah komando dari negaranya sendiri sampai

mendapatkan tugas dari NATO untuk melaksanakan

operasi tertentu yang diputuskan dalam bidang politik.

c. The Supreme Allied Commander Europe (SACEUR)

Tugas utama dari SACEUR adalah untuk membantu

usaha perdamaian, keamanan dan kesatuan dari negara

anggota NATO. Dalam hal terjadi agresi, SACEUR

Page 38: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

29

bertanggungjawab untuk mengambil seluruh tindakan militer

yang sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.

SACEUR juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan

kemampuan dan menjaga tingkat kesiapan kekuatan militer

NATO untuk menghadapi krisis, manajemen, dukungan untuk

perdamaian, bantuan kemanusiaan dan perlindungan terhadap

kepentingan NATO.

SACEUR membuat rekomendasi kepada bidang politik

dan militer dari NATO mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

militer yang berpengaruh terhadap tanggung jawabnya.

Dalam situasi tertentu, ketika dibutuhkan, SACEUR dapat

melakukan hubungan langsung dengan Pimpinan Bagian

Pertahanan, Menteri Pertahanan, dan kepala pemerintahan dari

negara anggota NATO.

Gambar : Struktur Allied Command Europe31

31

The NATO handbook, Op.Cit., hlm.250

Page 39: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

30

d. Allied Command Europe (ACE)

Tugas utama dari ACE adalah untuk menjaga

keamanan diarea tambahan dari batas utara Norwegia sampai

ke bagian selatan Eropa, termasuk di dalamnya wilayah

Mediterania, dan dari garis pantai Atlantik sampai ke batas

timur Turki. Wilayah ini diperkirakan terdiri atas daratan seluas

dua juta kilometer kubik, laut seluas lebih dari tiga juta kilometer

kubik, dengan populasi sekitar 320 juta jiwa. Dalam keadaan

mendesak, SACEUR dapat mengambil tanggung jawab

untuk mengambil tindakan militer untuk bertahan, menjaga

keamanan, atau mengembalikan fungsi dari ACE sesuai

dengan kewenangan yang diberikan oleh badan politik NATO.

Dalam ACE, terdapat tiga badan yang bersifat subordinasi dari

ACE yang bertanggung jawab terhadap SACEUR, yaitu:

Allied Forces North West Europe (AFNORTHWEST)

Badan ini mencakup wilayah Norwegia, Inggris, dan laut yang

berada di wilayah tersebut. Komandan dari badan ini

adalah Jenderal dari Inggris.

Allied Forces Central Europe (AFCENT)

Wilayah dari AFCENT mencakup bagian selatan dari

AFNORTHWEST sampai ke batas selatan Jerman. Komandan

dari badan ini adalah Jenderal berkebangsaan Jerman.

Allied Forces Southern Europe (AFSOUTH)

Page 40: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

31

AFSOUTH mencakup wilayah seluas empat juta kilometer

kubik, termasuk Italia, Yunani, Turki, dan laut Mediterania dari

selat Gibraltar sampai dengan bagian pesisir Siria, laut

Marmara dan laut Hitam. Wilayah ini terpisah dengan

AFCENT. Komandan dari badan ini adalah seorang

laksamana dari Amerika Serikat.

Selain ketiga badan di atas, di dalam ACE juga terdapat

NATO Airborne Early Warning Force (NAEWF) yang didirikan

berdasarkan keputusan dari DPC pada bulan Desember

tahun 1978 yang menyatakan bahwa NATO membutuhkan

suatu badan yang dapat menyediakan pengawasan di wilayah

udara dan komando serta kontrol terhadap seluruh komando

NATO.

e. The Supreme Allied Commander Atlantic (SACLANT)

SACLANT mempersiapkan rencana pertahanan,

mengadakan latihan gabungan, membuat standar untuk

latihan militer, dan memberi saran kepada kekuatan militer

NATO. Tugas utama dari SACLANT adalah menciptakan

keamanan di seluruh wilayah Atlantik. Seperti halnya

SACEUR, SACLANT juga dapat melakukan hubungan langsung

dengan Pimpinan Bagian Pertahanan, Menteri Pertahanan, dan

kepala pemerintahan dari negara anggota NATO.

Allied Command Atlantic (ACLANT)

Page 41: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

32

Markas besar dari ACLANT berada di Norfolk, Virginia, Amerika

Serikat. Melalui struktur kekuatan NATO yang telah direvisi

pada tahun 1994, jumlah pulau yang berada di bawah ACLANT

hanya satu, yaitu Island Commander Iceland (ISCOMICELAND)

Gambar 4: Struktur Allied Command Atlantic32

C. Negara

1. Pengertian Negara

Secara etimologi kata negara diterjemahkan dari kata “Staat”

dalam bahasa belanda dan jerman, “State” dalam bahasa inggris dan

“Etat” dalam bahasa perancis33.

32 The NATO handbook, Op.Cit., hlm.257

Page 42: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

33

Di Eropa kata-kata ini kemudian diturunkan dari kata “status”

“Statum” dalam bahasa latin. Dalam sejarahnya Kaisar Romawi

Ulpianus pernah menyebutkan kata statum dalam ucapannya

“Publicum ius est quad statum rei Romanae Spectat”.Menurut Jellinek

kata “statum” pada waktu itu masih berarti konstitusi34.

Menurut F.Isjwara secara etimologis kata status dalam bahasa

latin klasik adalah suatu istilah yang menunjukkan keadaan yang tegak

dan tetap35. Sejak Cicero (104 SM-43 M) kata “status” atau “statum”

itu lazim diartikan sebagai “standing” atau “station” dan dihubungkan

dnegan kedudukan persekutuan hidup manusia sebagaimana diartikan

dalam istilah “Status Civitatis” atau “Status Republicae”36. Dan baru

pada abad ke-16 dipertalikan dengan kata negara37.

Lanjut menurut F.Isjwara bahwa :

Negara diartikan sebagai kata yang menunjukkan organisasi politik territorial dari bangsa-bangsa.Sejak pengertian ini diberikan sejak itu pula kata negara lazim ditafsirkan dalam berbagai arti.Negara lazim diidentifikasikan dengan pemerintah, umpamanya apabila kata itu dipergunakan dalam pengertian kekuasaan negara, kemauan negara dan sebagainya.Kata negara lazim pula dipersamakan dengan bangsa, dan negara dipergunakan sebagai istilah yang menunjukkan baik keseluruhan maupun bagian-bagian negara federal38.

33

F. Isjwara, 1999, Pengantar Ilmu Politik, Pustaka Karya, Jakarta, hlm 90 34

K.C. Dowdall, 1923, The World State dalam Law Quarterly Review Volume XXXIX, Yurista Univ, Brussels, hlm.122 35

Op.Cit, hlm.91 36

J.W. Garner, 2003, Political Science and Government, University Press, Arkansas, hlm.47 37

Ernest Beker, 1998, Principles of Social and Political Theory, Cornell University, Ithaca, Hlm.90-91 38

F.Isjwara, Op.Cit, hlm 92

Page 43: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

34

Sedangakan pengertian negara dari segi terminologi menitik

beratkan pendefenisian sebagai turunan dari bangunan kefilsafatan

mereka yang diterapkan untuk menjelaskan relasi yang terjadi antara

manusia dan manusia.Berikut pengertian negara dari beberapa tokoh

yang memberikan pengertian secara terminologi.

Aristoteles : Negara adalah negara hukum yang didalamnya

terdapat sejumlah warga negara yang ikut dalam

permusyawaratan negara (ecclesia)39.

Machiavelli : Negara adalah kekuasaan40.

Thomas Hobbes, Jhon Locke dan J.J Rousseau : Negara

adalah badan atau organisasi hasil daripada perjanjian

masyarakat41.

Karl Marx : Negara adalah organisasi yang dibuat oleh kaum

borjuis sebagai pelegitimasi dominasi yang dilakukannya

terhadap faktor-faktor produksi.

Roger H. Soltau : The state is an agency or authority managing

or controlling theses [common] affairs on behalf of and in the

name of the community42 (negara adalah suatu agen atau

otoritas tertinggi untuk mengatur atau mengendalikan ( secara

umum) mewakili dan atas nama masyarakat).

39

Moh. Kusnadi , 2005, Ilmu Negara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm 48 40

Ibid, hlm 49 41 Ibid, hlm 51 42

Roger H. Soltau, 1962, Education for Politics,London; Longman, Green & Co, hlm 96

Page 44: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

35

Max Weber : the state is human society that (successfully) claim

the monopoly of the legitimate use of physical force within a

given territory43 (Negara adalah sekumpulan masyarakat yang

[dengan sukses] mengakui monopoli penggunaan kekuatan

phisik yang sah di dalam wilayah ditentukan).

Harold J. Laski : the state is a society wich is in integrated by

possessing a coercive authority legally supreme over any

individual or group wich is part of the society44 (negara adalah

suatu masyarakat yang terintegrasi dengan menguasai suatu

otoritas memaksa yang menurut hukum tertinggi atas siapapun

atau digolongkan yang menjadi bagian dari masyarakat)

Robert M. Mac Iver : The State is an association wich, acting

trough law as promulgated by a government endowed to this

end with coercive power, maintains within a community

territorially demarcated the external condition of orders45

(negara adalah suatu asosiasi, bertindak sebagai hukum dan

diumumkan resmi oleh suatu pemerintah yang diberkati sampai

di sini dengan kekuatan)

memaksa, mengatur masyarakat dengan membuat wilayah

dengan garis demarkasi untuk kondisi yang eksternal

43

Max Weber, 1958, From Max Weber Essays in Sosiology, trans. Ed. By greth and C. Wright Mills, C.A. Galaxy Books, New York, Oxford University Press, hlm 78 44

Harold J. Laski, 1947, The State In The Thory And Practice, The Viking Press, New York, hlm 8-9 45

Robert M. Mac Iver, 1955, Modern State, Oxford University Press, London, hlm 22

Page 45: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

36

Miriam budiarjo : negara adalah suatu daerah territorial yang

rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang

berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada

peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (kontrol)

monopolistis dari kekuasaan yang sah46

Dari semua pengertian negara yang telah diapaparkan di atas

kita dapat menangkap sebuah persepsi umum yang kemudian

mempertemukan setiap defenisi. Bahwa setiap defenisi meniscayakan

negara akan mendapatkan maknanya ketika negara tersebut memiliki

tujuan. Dan perbedaan ini adalah perbedaan dalam memandang

tujuan negara. Dan perbedaan cara pandang terhadap tujuan negara

ini juga berpengaruh terhadap perbedaan dalam perumusan teori-teori

pembentukan negara.

2. Teori Pembentukan Negara

F. Isjwara membagi teori-teori negara kedalam dua golongan

besar yaitu teori-teori yang soekulatif dan teori-teori yang historis

(evolusionistis). Yang termasuk dalam teori-teori yang spekulatif ini

adalah teori perjanjian masyarakat, teori theokrartis, teori kekuatan,

teori patriarchal serta teori mastriarkal, teori organis, teori daluwarsa,

teori alamiah dan teori idealistis47.Berikut adalah pemaparan dari

setiap teori-teori tersebut.

Teori Perjanjian Masyarakat

46

Miriam Budiarjo, 1985, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, Cetakan ke-5 hlm 40-41 47

F. Isjwara, Op.Cit, hlm 136

Page 46: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

37

Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak social

menganggap perjanjian sebagai dasar negara dan

masyarakat.Ini merupakan teori yang disusun berdasarkan

keinginan untuk melawan tirani atau menetang rezim

penguasa.Tokoh dari teori ini adalah Thomas Hobbes, Jhon

Locke dan J.J. Rousseau.Teori ini mengasumsikan adanya

keadaan alamiah yang terjadi sebelum manusia mengenal

negara.Keadaan alamiah itu merupakan keadaan dimana

manusia masih bebas, belum mengenal hukum dan masih

memiliki hak asasi yang ada pada dirinya.Akan tetapi karena

akibat pekembangan kehidupan yang menghasilkan

kompleksitas kebutuhan maka manusia membutuhkan sebuah

kehidupan bersama.Dimana dibentuk berdasarkan perjanjian

bersama untuk menyerahkan kedaulatan kepada sekelompok

orang yang ditunjuk untuk mengatur kehidupan bersama

tersebut.

Teori Theokrartis

Teori ini merupakan teori yang menyatakan bahwa kekuasaan

seorang penguasa negara merupakan pemberian dari Tuhan

kepada manusia.Teori ini mendapatkan kesempurnaannya pada

abad pertengahan di eropa dimana kemudian kekuasaan raja

mendapatkan legitimasi mutlak dari gereja.Maka dalam teori ini

penentangan terhadap perintah raja merupakan penetangan

terhadap Tuhan.

Page 47: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

38

Teori Kekuatan

Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari kelompok yang

kuat terhadap kelompok yang lemah.Negara terbentuk dengan

penaklukan dan pendudukan.Dalam teori ini factor kekuatan

merupakan unsur utama pembentukan negara.

Teori Patriarkhal serta Teori Matriarkhal

Keluarga sebagai pengelompokan patriarkhal adalah kesatuan

social yang paling utama dalam masyarakat primitif. Keluarga-

keluarga ini kemudian semakin meluas sehingga hubungan

antar keluarga juga semakin meluas samapai terbetuntuklah

suku. Suku-suku yang juga terus berkembang dan diiringi

hubungan yang semakin intens antara susku yang satu dengan

suku yang lain kemudian menjadi cikal-bakal negara.

Dalam teori patriarkhal hubungan kekeluargaan ditarik dari garis

keturunan ayah, sedangkan dalam teori matriarkhal keluarga

ditarik dari garis keterunan ibu.

Teori Organis

Teori organis ini adalah teori yang kemudian menjelaskan

tentang asal-usul perkembangan negara mengikuti asal-usul

perkembangan individu.Individu berasal dari sebuah unitas yang

disebut dengan sel, kemudian sel berkumpul membentuk

jaringan dan jaringan membentuk organ, sistem organ begitu

seterusnya sampai individu.

Teori Daluwarsa

Page 48: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

39

Teori daluwarsa menyatakan bahwa raja bertakhta bukan

karena jure divino (kekuasaan dari Tuhan) akan tetapi karena

jureconsuetudinario (kebiasaan)48. Raja dan organisasinya

karena adanya milik yang sudah lama yang kemudian akan

melahirkan hak milik.

Teori ini juga dikenal sebagai doktrin legitimisme dan

dikembangkan di Perancis pada abad ke-1749.

Teori Alamiah

Teori alamiah adalah teori yang menyatakan bahwa negara

dalam kehidupan manusia merupakan sesuatu yang alamiah

terjadi dan merupakan esensi dari kemanusiaan itu sendiri.Teori

ini diperkenalkan oleh Aristoteles yang menyebut manusia

sebagai zoon politicon. Penyebutan manusia sebagai zoon

politicon adalah bahwa manusia bar dikatakan sempurna

apabila hidup dalam ikatan kenegaraan. Negara adalah

organisasi yang rasional dan ethis yang dibentuk untuk

menyempurnakan tujuan manusia dalam hidup.

Teori Idealistis

Disebut sebagai teori idealistis dikarenakan negara dianggap

sebagai sebuah kesatuan yang mistis dan memiliki aspek

supranatural.

Teori Historis

48 Ibid, hlm 158 49

ibid

Page 49: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

40

Bahwa negara sebagai sebuah organisasi social tidak dibuat

akan tetapi tumbuh berdasarkan evolusi kehidupan manusia.

Dalam hukum evolusi lembaga-lembaga sosial mendapatkan

keniscayaan, dan sangat bergantung pada kondisi, waktu dan

tempat dimana evolusi itu bergantung. Lembaga sosial

merupakan sebuah keniscayaan untuk memenuhi kebutuhan

manusia yang hadir dan bertambah mengikuti perubahan yang

terjadi.

3. Kedaulatan Negara

Kata kedaulatan merupakan terjemahan dari kata souvereignty.

Kata ini sebenarnya berasal dari kata superanus dalam bahasa latin

yang oleh Mochtar kusumaatmadja diterjemahkan sebagai yang

teratas.50 Jean bodin adalah orang pertama yang memberi bentuk

ilmiah pada teori kedaulatan ini sehingga ia dapat disebut sebagai

Bapak Teori Kedaulatan. Ia mengatakan kedaulatan sebagai atribut

Negara, sebagai cirri khusus dari negara. Menurutnya kedaulatan

adalah kekuasaan mutlak dan abadi dari negara yang tidak terbatas

dan tidak dapat dibagi-bagi.51 Selanjutnya, Jean Bodin menyatakan

bahwa tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat

membatasi kekuasaan negara. Menurutnya, yang dinamakan

kedaulatan mengandung satu-satunya kekuasaan sebagai:

50

Mochtar kusumaatmadja, 2003, Konsepsi Hukum Negara Nusantara, PT. Alumni, Bandung, hlm.15. 51 Yudha Bhakti, 1999, Imunitas Kedaulatan Negara Di Forum Pengadilan Asing, Alumni, Yogyakarta, hlm.3.

Page 50: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

41

1. Asli, artinya tidak diturunkan dari kekuasaan lain; 2. Tertinggi, tidak ada kekuasaan lain yang lebi tinggi yang

dapat membatasi kekuasaannya; 3. Bersifat abadi dan kekal; 4. Tidak dapat dibagi-bagi karena hanya ada satu kekuasaan

tertinggi.

Disini harus diperhatikan adalah bahwa Jean Bodin menyelidiki

kedaulatan dari aspek internalnya, yaitu kedaulatan sebagai

kekuasaan Negara dalam batas-batas lingkungan wilayahnya. Dilihat

dari aspek internal, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dari Negara

untuk mengurus wilayahnya.Sedangkan Grogitus menyelidiki dan

menguraikan kedaulatan dalam hubungannya dengan Negara-negara

lain.Kadaulatan yang dilihat dari aspek eksternal inilah yang

perwujudannya dikenal sebagai kemerdekaan atau persamaan derajat

di antara negara-negara.52

a. Kedaulatan negara dalam hukum internasional

Dalam hal ini hukum internasional menjadi tidak berlaku

Karena Negara memiliki kekuasaan tertinggi dan tidak mau

mengakui adanya kekuasaan yang lebih tinggi dari pada

kekuasaan negara. Akibatnya, hukum internasional tidak dapat

menjadi sarana hubungan antar Negara karena masing-masing

Negara dalam hubungan internasional masih menonjolkan

kedaulatannya.

Kenyataan masyarakat internasional dewasa ini merupakan

suatu masyarakat yang terdiri dari atas Negara-negara yang bebas,

52

Ibid, hlm.4-5.

Page 51: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

42

merdeka, dan sederajat. Sekalipun masing-masing negara memiliki

kekuasaan tertinggi yang disebut kedaulatan, kenyataannya

didalam masyarakat internasional telah muncul hubungan yang

tertib.

Satjipto Rahardjo menguraikan bahwa ketertiban tampil

sebagai unsur pertama yang membentuk suatu sistem sosial. Maka

dari itu harus dikatakan bahwa ketertiban dalam masyarakat

internasional akan dapat terpelihara selama mereka mengetahui

tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam hubungan

internasional.

D. Selayang Pandang Libya

Libya ( bahasa Arab : لیبی�������������ا Lībiyā) adalah sebuah negara di

Maghreb wilayah Afrika Utara . Dibatasi oleh Laut Mediterania di utara,

Mesir di timur, Sudan di tenggara, Chad dan Niger di selatan, dan Aljazair

dan Tunisia di sebelah barat. Sebagai akibat dari perang sipil, saat ini ada

dua entitas yang mengklaim sebagai pemerintah resmi Libya. Berbasis di

Tripoli, pemerintah dari Muammar Gaddafi mengacu pada negara Libya

sebagai Great Socialist People's Libyan Arab Jamahiriya, yang

mengontrol sebagian besar bagian barat negara itu, dan kelompok oposisi

di bagian timurnya.

Dengan luas hampir 1.800.000 kilometer persegi (700.000 sq mi),

Libya adalah negara terbesar keempat di Afrika, dan terbesar ke 17 di

dunia . Ibukotanya adalah Tripoli yang juga sebagai rumah bagi 6,4 juta

orang Libya. Libya memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi di

Page 52: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

43

Afrika dan tertinggi keempat PDB ( PPP ) per kapita di Afrika pada 2009,

di belakang Seychelles, Guinea Khatulistiwa dan Gabon. Libya juga

memiliki cadangan minyak terbesar ke sepuluh di dunia.

1. Sejarah Perkembangan Libya

Libya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1951 sebagai

Libya Inggris(al-Mamlaka al-Libiyya al-Muttahida), lalu pemerintah

mengubah namanya menjadi Kerajaan Libya ( bahasa Arab :

pada tahun 1963. Menyusul kudeta (al-Mamlaka al-Libiyya)اللیبی�������������ة

tahun 1969, nama negara diubah lagi menjadi Republik Arab Libya (

Arabic : اللیبی����������������ة العربی�����������ة الجمھوری�����ة al-Ǧumhūriyyah ʿ al-Arabiyyah al-

Lībiyyah).53

Pada tahun 1977 judul negara diubah menjadi Great Sosialis

Rakyat Libya Arab Jamahiriya ( bahasa Arab : العربی�����������ة الجماھیری�������ة

-al-Ǧamāhīriyyah ʿ al-Arabiyyah al ىالعظ����م الاش�������������تراكیة الش�������������عبیة اللیبی����������������ة

Lībiyyah-sA ʿ ʿ biyyah-Uzma al-Ištirākiyyh yang berarti sebagai “Negara

Rakyat” atau lebih dikenal dengan dikenal sebagai Jamahiriya Arab

Libya.

2. Letak Geografi Libya54

Libya membentang lebih dari 1.759.540 kilometer persegi

(679.362 sq mi ), menjadikannya sebagai negara terbesar ke-17 di

dunia dengan ukuran. Libya agak lebih kecil dari Indonesia, dan kira-

53

Ben Cahoon,World Statement of Libya, http://www.worldstatesmen.org/Libya.htm Diakses Pada 29 Juni 2011 Pukul 14.04 Wita 54

Amr Hamdy, ICT in Education in Libya, http://www.educationlibya.org/country_profile.htm Diakses Pada 29 Juni 2011 Pukul 14.12 Wita

Page 53: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

44

kira seukuran dengan negara bagian Alaska . Libya berbatasan

dengan Laut Tengah di Utara, sebelah barat berbatasan dengan

Tunisia dan Aljazair, di barat daya berbatasan dengan Niger, serta di

sebelah selatan berbatasan dengan Chad dan Sudan, di sebelah timur

oleh Mesir. Libya terletak antara garis lintang 19 ° dan 34 ° N , dan

garis bujur 9 ° dan 26 ° BT.

3. Hubungan Internasional Libya

Kebijakan luar negeri Libya telah berfluktuasi sejak 1951.

Sebagai Kerajaan, Libya mempertahankan sikap pro-Barat, namun

juga mengakui sebagai anggota blok tradisionalis konservatif dalam

Liga Arab, yang menjadi anggota pada tahun 1953. Pemerintah juga

dekat dengan negara-negara Barat seperti Inggris , Amerika Serikat ,

Perancis , Italia , Yunani , dan membangun hubungan diplomatik

penuh dengan Uni Soviet pada tahun 1955.

Setelah kudeta oleh Gaddafi tahun 1969 perusahaan minyak

asing milik Amerika Serikat dan Inggris ditutup dan dinasionalisasikan

untuk tujuan komersil dan kepentingan nasional Libya. Dia juga

memainkan peran kunci dalam mempromosikan embargo minyak

sebagai senjata politik, dan berharap bahwa harga minyak naik dan

embargo pada tahun 1973 akan membuat Libya dapat membujuk

Barat untuk menghentikan dukungan bagi Israel.55

55 Rossy Leah Agles, Libyan History, http://www.bartleby.com/65/qa/Qaddafi.html Diakses Pada 29 Juni 2011 Pukul 14.24 Wita

Page 54: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

45

Pada tanggal 5 April 1986, agen Libya membom La Belle,

sebuah klub malam di Berlin Barat , yang menewaskan tiga orang dan

melukai 229 orang-orang yang menghabiskan malam di sana.

Jerman dan Amerika Serikat mengetahui bahwa pengeboman di

Berlin Barat telah dipesan dari Tripoli.Pada tanggal 14 April 1986,

Amerika Serikat melakukan Operasi El Dorado Canyon terhadap

Gaddafi dan anggota rezimnya. Pertahanan udara, pangkalan-

pangkalan militer tiga, dan dua lapangan terbang di Tripoli dan

Benghazi dibom. Serangan bedah gagal untuk membunuh Gaddafi

tetapi ia kehilangan beberapa perwira militernya.56

4. Demografi Libya57

Kepadatan penduduknya adalah sekitar 50 orang per km ²

( 130/sq. mi of.) Sekitar 88% dari penduduk perkotaan, sebagian besar

terkonsentrasi di tiga kota terbesar, Tripoli , Benghazi dan Al Bayda.

Libya memiliki populasi sekitar 6,5 juta, sekitar setengah dari mereka

berada di bawah usia 15. Pada tahun 1984 populasi mencapai 3,6 juta

dan telah tumbuh sekitar 4% per tahun, salah satu tingkat tertinggi di

dunia. Total populasi tahun 1984 adalah peningkatan dari 1,54 juta

yang dilaporkan pada tahun 1964.

Penduduk asli Libya paling banyak adalah Arab atau campuran

Arab dan etnis Berber, dengan kelompok-kelompok kecil Afrika seperti

56 Abu Sayyaf, Target of Philippine-U.S.Anti-Terrorism Cooperation, http://www.fas.org/irp/crs/RL31265.pdf Diakses pada 29 Juni 2011 Pukul 14.28 Wita 57 Wikipedia, Libya, http://en.wikipedia.org/wiki/Libya Diakses pada 29 Juni 2011 Pukul 14.40 Wita

Page 55: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

46

Tuareg dan Tebu, yang nomaden atau seminomadic. Di antara warga

asing, kelompok yang terbesar adalah warga negara Afrika lainya,

termasuk Afrika Utara (terutama Mesir ), dan Sub- Sahara Afrika. Pada

tahun 2011, diperkirakan terdapat 60.000 orang Bangladesh, Cina

30.000 orang dan 30.000 orang Filipina di Libya. Libya juga

merupakan rumah bagi populasi besar yang ilegal yang jumlahnya

lebih dari satu juta, sebagian besar Mesir dan Sub-Sahara Afrika.

E. Konflik Libya dan Intervensi Bersenjata NATO58

1. Penyebab Konflik

Suatu konflik bersenjata yang sedang berlangsung di Afrika

Utara keadaan Libya yang terjadi antara mereka yang berusaha untuk

menggulingkan Muammar Gaddafi dan menyelenggarakan pemilihan

umum demokratis, dan pro-Gaddafi pasukan. Situasi ini dimulai

sebagai serangkaian protes damai yang layanan keamanan Gaddafi

berusaha untuk menekan, dimulai pada tanggal 15 Februari

2011.Dalam seminggu, pemberontakan ini telah menyebar di seluruh

negeri dan Gaddafi berjuang untuk mempertahankan kontrol.Gaddafi

menanggapi dengan kekuatan militer dan langkah-langkah seperti

lainnya dengan memblokir komunikasi.

Situasi ini kemudian meningkat menjadi konflik bersenjata,

dengan pemberontak mendirikan sebuah koalisi bernama Dewan

58 Wikipedia, Libyan Civil War, http://en.wikipedia.org/wiki/2011_Libyan_civil_war Diakses Pada 29 Juni 2011 Pukul 14.56 Wita

Page 56: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

47

Nasional Transisi yang berbasis di Benghazi . Pengadilan Kriminal

Internasional memperingatkan bahwa ia dan anggota

pemerintahannya mungkin telah melakukan kejahatan terhadap

kemanusiaan. Dewan Keamanan PBB melakukan pembekuan aset

Gaddafi dan sepuluh anggota lingkaran dalam dirinya, dan membatasi

perjalanan mereka.Pada awal Maret, pasukan Gaddafi menyerang ke

arah timur dan kembali mengambil beberapa kota-kota pesisir sebelum

menyerang Benghazi. Sebuah resolusi PBB secara resmi

memerintahkan negara-negara anggota untuk membangun dan

menegakkan zona larangan terbang di Libya.

2. Respon Pemerintah Dalam Negeri59

Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa mengatakan,

Pemerintah Indonesia sangat menyesalkan atas serangan tentara

NATO di Libya. Menurut Marty Natalegawa, kekerasan itu justru

menimbulkan masalah yang lebih pelik. “Kita tentu prihatin,

situasi dan kondisi di libya berkembang sedemikian rupa, sehingga

semakin tampillah sosok penggunaan kekerasan,” kata Marty. Hal

tersebut diungkapkan Marty Natalegawa sehubungan gempuran

pasukan koalisi terhadap Libya, di Kantor Kementerian Luar

Negeri, Jakarta,Selasa, 22 Maret 2011.

59

Mahmoud Alam, Mengapa Turki Menolak Intervensi NATO di Libya, http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=31090:mengapa-turki-menolak-intervensi-nato-di-libya&catid=15:lintas-warta&Itemid=58 Diakses Pada 15 Juli 2011 Pukul 14.56 Wita

Page 57: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

48

Marty mengatakan, paska serangan udara tentara sekutu

pimpinan Amerika Serikat (AS), situasi di negara pimpinan Muammar

Khadafi saat ini bukannya makin membaik, tapi justru malah makin

memburuk. Seperti diberitakan, tentara Koalisi Dewan Keamanan PBB

pada Minggu, 20 Maret 2011, menjatuhkan ratusan rudal ke komplek

kediaman Khadafi dan sekitarnya di Tripoli. Akibat serangan itu, 48

orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

Marty menyesalkan mengapa sampai harus menggunakan

kekerasan terhadap Libya.Padahal tindakan yang diambil dalam

mengatasi krisis di Libya kata Menlu, haruslah sesuai dengan hukum

internasional dan Piagam PBB. Dikatakan Marty, kita ingin agar

pelaksanaan resolusi itu dilakukan dengan terukur dan pas, jangan

sampai menimbulkan masalah baru. Masalah baru yang dimaksud

Marty adalah dampak kemanusiaan yang justru mempersulit dan

memperumit permasalahan.

3. Respon Internasional

a. Pemerintah Turki

Ahmad Davut Oglu, Menteri Luar Negeri Turki kembali

menjelaskan pandangan dan sikap pemerintah Ankara terkait

transformasi kawasan Timur Tengah, khususnya Libya. Davut Oglu

menyampaikan pendapatnya ini di depan pejabat tinggi Turki

menyikapi fenomena terbaru Libya. Pasca pernyataannya itu,

Menlu Davut Oglu di depan para wartawan Turki menilai perubahan

Page 58: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

49

terbaru Timur Tengah sama dengan gempa kuat dan pasca gempa

ini adalah masa rekonstruksi.

Sekaitan dengan Libya, Menteri Negeri Luar Negeri Turki

menyatakan penolakan negaranya atas campur tangan Pakta

Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di negara ini.Dikatakannya, tidak

boleh terjadi pengulangan kesalahan di Libya seperti yang terjadi di

Irak.Selain itu Davut Oglu juga memperingatkan bahwa bila terjadi

aksi intervensi NATO di Libya, maka kemungkinan besar negara ini

bakal mengalami disintegrasi. Menlu Davut Oglu menekankan

bahwa semangat para revolusioner Libya sangat tinggi dan bila

NATO bersikeras melakukan intervensi, maka sudah barang tentu

semangat mereka akan lenyap. Davut Oglu menilai masalah

terpenting di Libya adalah upaya mencegah terciptanya situasi

yang lebih buruk bagi warga Libya.Ditegaskannya, rakyat Libya

tidak boleh menjadi korban dari politik Muammar Gaddafi, diktator

Libya.

Sebagian dari ucapan Ahmad Dovud Oglu, Menteri Luar

Negeri Turki ternyata mendapat reaksi luas di kancah politik dunia

dan media internasional.Termasuk ketika Dovut Oglu menuding

Barat dan rezim Zionis Israel sebagai pihak yang bertanggung

jawab atas instabilitas yang terjadi di Timur Tengah.Dovut Oglu

mengatakan, dasar dari segala kesulitan dan masalah yang muncul

di Timteng bersumber dari Israel.Karena rezim ini telah menutup

segala jalan ke arah perdamaian.Di bagian lain dari ucapannya,

Page 59: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

50

Dovut Oglu menjelaskan bahwa Timur Tengah dan Afrika oleh

Barat hanya dilihat sebagai kawasan yang kaya minyak

bumi.Sudah sejak puluhan tahun rakyat kawasan ini menjadi alat

guna dapat menjarah lebih banyak lagi minyak bumi mereka.Menlu

Dovut Oglu juga mengatakan bahwa rakyat turun ke jalan-jalan

karena sudah lelah menjadi alat tarik menarik soal minyak.

Urgensi ucapan Menlu Turki ini dapat dicermati dari kondisi

Libya yang sampai saat ini masih krisis dan tidak ada ide yang

mampu menyelesaikan masalah ini.Paling jauh adalah pandangan

bahwa telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia secara luas di

Libya dan untuk itu diperlukan adanya intervensi NATO.Sementara

Turki boleh dikata sebuah negara yang tetap konsekuen dengan

pandangannya untuk menyelesaikan krisis Libya lewat jalur damai.

Berbeda dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), partai-

partai politik lainnya di Turki justru memberikan lampu hijau bagi

campur tangan NATO di Libya dan menolak sikap pemerintah

Turki. (IRIB/SL/MF)60

b. Pemerintah Iran

Iran menyatakan keprihatinan yang mendalam atas krisis

Mesir pada Kamis dengan mengecam campur tangan Amerika

Serikat dan Israel pada urusan dalam negeri Mesir.Dalam

pernyataannya Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan

60 Ibid.

Page 60: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

51

perkembangan dan pembangunan yang penting di Timur Tengah

serta Afrika Utara memiliki akar pada “kebangkitan Islam”.

Pernyataan itu mengidikasikan bahwa Republik Islam Iran

sedang memantau perkembangan kawasan tersebut dan

mendukung penuh tuntutan sah rakyat Mesir, sebagaimana dikutip

dari IRNA-OANA.“Republik Islam Iran mengharapkan seluruh

rakyat dan pemerintah yang mendukung kemerdekaan di penjuru

dunia untuk menghargai tuntutan sah rakyat Mesir dan mengutuk

campur tangan Zionis serta AS pada urusan dalam negeri Mesir,”

demikian menurut pernyataan tersebut.“Segala upaya dalam

menghadapi rakyat Muslim di Mesir dan menindas hak-hak

kemanusiaan dari negara besar yang peradabannya telah

berlangsung lama tersebut akan dianggap sebagai kejahatan

terhadap kemanusiaan dan dapat menyebabkan kemarahan serta

kebencian yang mengerikan dari seluruh negara Muslim dunia,”

demikian pernyataan Kemlu Iran sebagai tanggapan atas campur

tangan AS dan Zionis dalamkonflik Mesir.Tembakan dan kekerasan

dalam melawan para pengunjuk rasa di Mesir mengakibatkan enam

orang tewas selama satu malam pada Rabu hingga Kamis dini

hari.Setidaknya 150 orang tewas akibat serangan polisi Mesir saat

unjuk rasa selama sepuluh hari. Selain itu Ketua Badan Hak Asasi

Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Navi Pillay

Page 61: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

52

mengatakan bahwa sejauh ini lebih dari 300 orang diperkirakan

tewas.61

61

Navi Pilay, Iran Kecam Keterlibatan AS dan Zionis di Mesir, http://konspirasi.com/peristiwa/iran-kecam-keterlibatan-as-dan-zionis-di-mesir/Diakses Pada 19 Juli 2011 Pukul 12.32 Wita

Page 62: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

53

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Dalam penulisan skripsi, penulis mengambil lokasi penelitian di 2

(dua) kota antara lain:

1. Makassar : Perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin

2. Jakarta : Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia (KEMENLU-RI)

B. Jenis dan Sumber Data

Adapun sumber data ang kelak menjadi sumber informasi yang

digunakan oleh penulis dalam meyelesaikan tugas akhir ini adalah:

1) Data Primer, yakni data dan informasi diperoleh melalui media

internet dan interview, baik secara langsung maupun secara tidak

langsung melalui telepon dan e-mail.

2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui hasil studi

kepustaaan dan hasil dari browsing di situs-situs yang

berhubungan dengan masalah yang penulis angkat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data-data melalui penggabungan data yang

akan penulis berdasarkan metode field research (penelitian lapangan)

untuk memperoleh data primer di mana penulis dapat memperoleh data-

data melalui penelitian secara langsung di beberapa tempat lokasi

Page 63: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

54

penelitian penulis nanti dan library research (penelitian kepustakaan)

untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku ilmiah, ketentuan-

ketentuan internasional seperti konvensi internasional, majalah, surat

kabar, serta bahan-bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini.

D. Analisa Data

Data yang diperoleh atau dikumpulkan dalam penelitian ini baik

data primer maupun data sekunder merupakan data yang sifatnya

kualitatif maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

kualitatif, dimana proses pengolahan datanya yakni setelah data tersebut

terkumpul dan dianggap telah cukup, data tersebut diolah dan dianalisis

secara deduktif yaitu dengan berlandaskan kepada dasar-dasar

pengetahuan umum kemudian meneliti persoalan yang bersifat khusus.

Dari adanya analisis inilah kemudian ditarik suatu kesimpulan.

Page 64: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

55

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Legalitas Intervensi bersenjata NATO di Libya

1. Konsep Intervensi

J.L. Holzgrefe mengartikan intervensi sebagai penggunaan

kekuatan yang melewati wilayah negara yang dilakukan oleh suatu

negara atau kelompok negara yang memiliki tujuan untuk

mencegah atau mengakhiri meluasnya pelanggaran terhadap HAM

atas warga negara dari negara lain dan tanpa seizin negara

tersebut (di mana intervensi itu dilakukan).62 Selanjutnya, Holzgrefe

juga menyebutkan dua karakter intervensi yang membedakannya

dengan tindakan intervensi lainnya, yaitu: intervensi tanpa kekuatan

bersenjata, seperti ancaman atau pengenaan sanksi ekonomi,

diplomatik, dan lainnya; dan intervensi yang tidak bertujuan untuk

melindungi warga negara yang melakukan intervensi.63

Intervensi didefinisikan oleh The Danish Institute of

International Affairs sebagai pengerahan kekuatan militer yang

dilakukan oleh satu atau beberapa negara di suatu negara tanpa

persetujuan pemerintah negara tersebut, dengan atau tanpa

62

J.L. Holzgrefe, 2003, Humanitarian Intervention: Ethical, Legal, and Political Dilemmas, Cambridge University Press, Cambridge, hlm.18. 63

Ibid.

Page 65: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

56

persetujuan dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), untuk tujuan mencegah atau menghentikan pelanggaran

berat terhadap HAM.64 Sementara itu, Peter R. Baehr mengartikan

intervensi sebagai ancaman atau penggunaan angkatan bersenjata

secara unilateral oleh suatu negara atas negara lain untuk

melindungi kehidupan atau kebebasan penduduk negara lain dari

tindakan atau kelalaian pemerintahnya sendiri.65

Menurut Starke, syarat sahnya untuk dilakukannya

intervensi ialah:66

Intervensi kolektif yang ditentukan dalam piagam PBB.

Untuk melindungi hak dan kepentingan, serta keselamatan

warga negaranya di negara lain.

Pembelaan diri. Jika intervensi dibutuhkan segera setelah

adanya sebuah serangan bersenjata (armed attack). Syarat-

syarat pembelaan diri adalah : langsung (instant), situasi

yang mendukung (overwhelming situation), tidak ada cara

lain (leaving no means), tidak ada waktu untuk menimbang

64 http://www.setkab.go.id. Artikel Mengapa Intervensi Kemanusiaan di Libya Perlu Ditolak. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011, pukul 18.00 WITA. 65

Titon Slamet Kurnia, 2005, Reparasi Terhadap Korban Pelanggaran HAM di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.232. 66

Senandi, 2011, Doktrin Intervensi Kemanusiaan Dalam Hukum Internasional, senandikahukum.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011, pukul 22.10 WITA.

Page 66: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

57

( no moment of deliberation). Syarat-syarat ini diadopsi dari

kasus Caroline.

Berhubungan dengan negara protektorat atas dominionnya.

Jika negara yang akan diintervensi dianggap telah

melakukan pelanggaran berat atas hukum internasional

Menurut O’Brien ada beberapa syarat yang harus dipenuhi

sehingga suatu tindakan dapat disebut sebagai suatu intervensi,

yaitu:67

Adanya ancaman terhadap HAM, khususnya yang bersifat

massif;

Intervensi harus dibatasi hanya untuk perlindungan HAM;

Tindakan tidak didasarkan atas undangan dari pemerintah

setempat;

Tindakan tidak didasarkan atas Resolusi DK PBB.

Selain pendapat dari Starke dan O’Brien, Clara Portela

berusaha merangkum dari pendapat beberapa pakar, kondisi-

kondisi yang harus dipenuhi sehingga suatu tindakan dapat

dikategorikan sebagai intervensi. Kondisi-kondisi tersebut, antara

lain:68

67

Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Op.Cit., hlm.260. 68 Clara Portela, 2000, Humanitarian Intervention, NATO and International Law, Berlin Informationcenter for Transatlantic Security, Berlin, hlm.15.

Page 67: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

58

Penggunaan kekuatan bersenjata hanya boleh dilakukan

pada saat terjadi suatu pelanggaran terhadap HAM yang luar

biasa, sistematis, dan terjadi secara terus-menerus, seperti

ancaman jatuhnya korban jiwa dari pembunuhan massal,

kelaparan, atau tindakan lainnya.

Intervensi harus merupakan upaya terakhir. Upaya

diplomatik dan usaha-usaha lain yang tidak menggunakan

senjata harus telah diupayakan, dan penggunaan kekerasan

haruslah merupakan satusatunya upaya untuk mencegah

bencana kemanusiaan yang besar.

Intervensi sebaiknya dilakukan secara multilateral.

Maksudnya agar dengan terlibatnya beberapa negara akan

mengurangi kepentingankepentingan nasional yang mungkin

ada.

Penggunaan kekuatan bersenjata harus ditekan untuk

mengurangi kekerasan yang ada.

Intervensi tidak boleh bertujuan untuk mengubah suatu

keadaan secara hukum, contohnya: upaya memisahkan diri

suatu provinsi dari negaranya.

Negara peserta intervensi harus melakukan kordinasi yang

baik dengan PBB.

Berdasarkan pendapat beberapa pakar di atas, penulis

berusaha memberikan suatu pengertian mengenai intervensi, yaitu

Page 68: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

59

tindakan yang melibatkan kekuatan militer yang dilakukan oleh satu

atau lebih negara di wilayah negara lain, dengan atau tanpa

persetujuan DK PBB untuk menghentikan pelanggaran HAM berat

yang terjadi di negara yang dituju. Tindakan ini juga harus lepas

dari segala kepentingan pihak yang melakukan intervensi. Selain

itu, intervensi juga harus merupakan tindakan terakhir yang

memungkinkan untuk dilakukan untuk mengakhiri pelanggaran

HAM berat di suatu negara.

2. Intervensi Bersenjata Di Libya

Kasus intervensi yang terbaru adalah kasus di Libya, di

mana dilakukan oleh beberapa negara yang didasarkan pada

resolusi DK PBB No.1973.69 Krisis yang terjadi di Libya merupakan

penolakan kelompok oposisi terhadap pemerintahan Presiden

Libya, Moammar Khadafy yang berlangsung sejak tanggal 15

Februari 2011.70 Melalui resolusi DK PBB No.1970 tanggal 26

Februari 2011, DK PBB mengecam pelanggaran HAM yang

dilakukan oleh Khadafy kepada warga sipil, DK PBB memutuskan

untuk melakukan embargo senjata serta membekukan asset

Khadafy dan 16 keluarganya.71

Walaupun tidak memberikan hasil segera untuk

menghentikan kejahatan sistemik terhadap kemanusiaan (crimes

69

Harian Kompas tanggal 31 Maret 2011, hlm.9, artikel Skenario Khadafy. 70

Harian Kompas tanggal 11 Maret 2011, hlm.8, artikel Sedih dan Gembira di Benghazi. 71 http://www.buletininfo.com. PBB mengecam khaddafi, Diakses pada tanggal 14 oktober 2011, pukul 17.00 WITA.

Page 69: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

60

against humanity) yang dilakukan oleh Khadafy, resolusi ini dapat

dianggap sebagai pintu bagi terlaksananya penggunaan kekuatan

militer oleh PBB. Sesuai Pasal 42 Piagam PBB72, dalam hal Libya

mengabaikan Resolusi 1970 atau sanksi atas Libya dianggap tidak

cukup, Dewan Keamanan PBB dapat menggunakan kekuatan

militer atas Libya.73 Yang mana tindakan ini telah diatur didalam

pasal 24 dan 25 Piagam PBB tentang tugas dan fungsi Dewan

Keamanan PBB, maka DK berhak memberikan rekomendasi yang

mengikat terkait adanya ancaman terhadap keamanan

internasional, atau pelanggaran perdamaian dan keamanan dan

agresi74.

Selanjutnya DK PBB mengeluarkan Resolusi No.1970 ini

disusul dengan Resolusi DK PBB No.1973 yang dikeluarkan pada

tanggal 17 Maret 2011 dan menerapkan peraturan “no fly zone” di

Libya yang melarang adanya penerbangan, kecuali demi

kepentingan kemanusiaan, di wilayah udara Libya demi

kepentingan warga sipil.

72

Pasal 42 Piagam PBB berisi: “Apabila DK menganggap bahwa tindakan-tindakan yang ditentukan dalam Pasal 41 (pemutusan seluruhnya atau sebagian hubungan-hubungan ekonomi dan alat-alat komunikasi lainnya, serta pemutusan hubungan diplomatik) tidak mencukupi atau telah terbukti tidak mencukupi, maka Dewan dapat mengambil tindakan dengan mempergunakan angkatan udara, laut atau darat yang mungkin diperlukan untuk memelihara atau memulihkan perdamaian serta keamanan internasional.” 73

http://www.setkab.go.id. Artikel Mengapa Intervensi Kemanusiaan di Libya Perlu Ditolak. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011, pukul 18.00 WITA.

74 http://m.kompasiana.com. Tantangan dan Prospek Intervensi Kemanusiaan saat ini. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011, pukul 18.00 WITA

Page 70: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

61

Selain itu, resolusi No.1973 juga memberikan otoritas bagi

negara-negara yang telah meminta persetujuan PBB untuk

mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi

warga sipil. Ketentuan inilah yang mendasari negara-negara

anggota NATO untuk melakukan intervensi di Libya pada tanggal

27 Maret 2011.75

3. Legalitas Intervensi Bersenjata Nato di Libya

Permasalahan yang seringkali muncul dalam praktek

intervensi, tidak hanya mengenai sah tidaknya tindakan tersebut

berdasarkan hukum internasional, namun yang seringkali menjadi

isu utama adalah legitimasi tindakan tersebut dan penerimaan

masyarakat internasional yang dipengaruhi oleh permasalahan

sosial politik di dalamnya. NATO memberikan pernyataan bahwa

intervensi yang dilakukan di Libya melalui resolusi DK PBB

No.1973 didasarkan oleh dua alasan, yaitu: Penggunaan kekuatan

bersenjata didasarkan oleh resolusi DK PBB, dan bahwa intervensi

menggunakan kekuatan bersenjata diperlukan untuk mencegah

pelanggaran HAM yang semakin parah.

Pernyataan NATO tidak dapat diterima oleh semua pihak,

sehingga intervensi NATO di Libya juga menghasilkan pro dan

kontra di masyarakat, bahkan sampai saat ini. Belum banyak

75 http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_71652.htm? Artikel NATO and Libya – Operation Unified Protector. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011 pukul 18.00 WITA.

Page 71: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

62

masyarakat yang mengerti mengenai konsep intervensi dan bahwa

tindakan intervensi terhadap suatu negara bisa saja dikategorikan

sah berdasarkan hukum internasional. Dalam intervensi NATO di

Libya, ada beberapa isu yang menarik untuk dibahas, yang

pertama yaitu, kesesuaian tindakan NATO dengan instrumen

hukum yang mengaturnya (NAT), keterlibatan PBB dalam intervensi

NATO di Libya, serta apakah NATO memiliki hak untuk melakukan

intervensi.

a. Intervensi NATO di Libya Ditinjau dari NAT

NATO adalah suatu organisasi internasional yang

didasarkan atas dasar collective self-defence seperti yang

diatur dalam pasal 51 Piagam PBB.76 Pasal 51 Piagam PBB

menyebutkan,

“Tidak ada suatu ketentuan dalam piagam ini yang boleh merugikan hak perseorangan atau bersama untuk membela diri apabila suatu serangan bersenjata terjadi terhadap suatu anggota PBB, sampai DK mengambil tindakan yang diperlukan untuk memelihara perdamaian serta keamanan internasional. Tindakan-tindakan yang diambil oleh anggota-anggota dalam melaksanakan hak membela diri ini harus segera dilaporkan kepada DK dan dengan cara bagaimanapun tidak dapat mengurangi kekuasaan dan tanggung jawab DK…”

76

Janka Oertel, 2008, United Nations and NATO, Makalah yang dipersiapkan untuk ACUNS 21st Annual Meeting, Bonn, hlm.2

Page 72: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

63

Prinsip collective self-defence itu ditegaskan dalam

NAT yang merupakan dasar dari segala tindakan NATO,

yaitu dalam pasal 5, yang menyatakan,

“The Parties agree that an armed attack against one or ore of them in Europe or North America shall be considered an attack against them all and consequently they agree that, if such an armed attack occurs, each of them, in exercise of the right of individual or collective self-defence recognised by Article 51 of the Charter of the United Nations, will assist the Party or Parties so attacked by taking forthwith, individually and in concert with the other Parties, such action as it deems necessary, including the use of armed force, to restore and maintain the security of the North Atlantic area.”

Berdasarkan pasal tersebut, negara-negara anggota

NATO, menyatakan komitmen mereka bahwa apabila salah

satu negara anggota NATO yang berada di Eropa atau

Amerika Utara diserang, maka serangan itu dianggap

sebagai serangan terhadap seluruh anggota. Berdasarkan

pasal 51 Piagam PBB yang mengakui hak untuk collective

self-defence, maka negara anggota NATO akan melakukan

tindakan balas terhadap negara yang menyerang negara

anggota NATO.

Intervensi NATO di Libya bukanlah suatu tindakan

self-defence, sebab tidak ada negara anggota NATO yang

diserang. Oleh sebab itu, tindakan tersebut tidak didasarkan

oleh pasal 5 NAT mengenai prinsip self-defence.

Page 73: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

64

NAT berisi 14 pasal yang mengatur mengenai tujuan

dibuatnya perjanjian tersebut, collective self-defence, dan

berlakunya perjanjian tersebut bagi negara-negara anggota

NATO. Tidak ada satu pasalpun dalam NAT ini yang

mengatur mengenai intervensi ataupun tindakan lainnya

yang dilakukan oleh NATO tanpa adanya serangan lebih

dahulu atau dengan tujuan self-defence. Oleh sebab itu,

dapat dikatakan bahwa tindakan intervensi NATO di Libya

tidak diatur dalam NAT.

b. Kapasitas NATO untuk Melakukan Intervensi di

Libya

Tujuan dasar dari dibentuknya NATO adalah untuk

menjaga kebebasan dan keamanan seluruh negara

anggotanya di Eropa dan Amerika Utara, sesuai dengan

prinsip-prinsip PBB.77 Seiring dengan berkembangnya

zaman dan fenomena geopolitik78 yang ada, negara-negara

Eropa merasa memerlukan kekuatan sendiri untuk

mempertahankan diri, terlepas dari campur tangan PBB. Hal

ini mulai menjadi isu penting bagi negara-negara Eropa sejak

77

NATO Transformed, 2004, NATO Public Diplomacy Division, Brussels, hlm.1 78

Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut.

Page 74: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

65

konflik yang terjadi di Balkan79 1990-an, dan pada saat itu,

negara-negara Eropa menyadari bahwa mereka tidak dapat

melakukan apa-apa untuk menghentikan konflik yang terjadi

tanpa bantuan dari PBB.80

Ketika terjadi perang di Bosnia dan Herzegovina, UE

mengawasi bahwa kekuatan militer dan mandat politik yang

dilakukan oleh DK PBB tidak menyelesaikan konflik yang

ada. Pada akhir tahun 1990-an, NATO dan UE memiliki

insiatif bersama untuk membentuk suatu kerjasama strategis

(strategic partnership).81

Dalam konflik di Libya, NATO bukanlah salah satu

pihak dalam konflik itu, selain itu, konflik yang terjadi di Libya

juga tidak mempengaruhi NATO secara tidak langsung.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa tindakan NATO

adalah murni suatu tindakan intervensi atas mandat PBB.

Menurut Anthony D’Amato, tindakan yang dilakukan

oleh NATO tidak menentang kemerdekaan politik (”political

independence”) Libya karena tidak ada usaha untuk

mengambil alih pemerintahan di negara tersebut. Selain itu,

intervensi NATO di Libya juga tidak bertentangan dengan

79

Konflik yang terjadi di Balkan pada awal tahun 1990-an adalah serangkaian konflik yang pada akhirnya mengakibatkan pecahnya Yugoslavia. 80 NATO Transformed, Op.Cit., hlm.6. 81

Ibid., hlm.7.

Page 75: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

66

tujuan PBB karena tindakan tersebut bertujuan untuk

mengedepankan dan meningkatkan perlindungan HAM.

Meskipun demikian, banyak aktivis HAM yang

menyambut baik tindakan yang dilakukan oleh NATO dan

menganggap bahwa tindakan itu adalah ”ultima ratio”82 untuk

menegakkan HAM dan mencegah operasi genosida yang

lebih jauh lagi.83 Menurut World Public Opinion, berdasarkan

poling yang dilakukan oleh sebuah harian di Amerika Serikat,

Los Angeles Times, 56% orang berpendapat bahwa NATO

memiliki hak untuk melakukan intervensi terhadap negara

lain yang berdaulat, sedangkan hanya 31% orang yang

berpendapat bahwa NATO tidak memiliki hak untuk

melakukan intervensi.84

NATO yang terdiri dari beberapa negara memiliki

kewajiban moral untuk memberikan bantuan kemanusiaan,

dan dalam beberapa kasus yang ekstrim, bantuan tersebut

hanya dapat bermanfaat saat melibatkan kekuatan militer

dan bantuan inilah yang akan membawa pengaruh dalam

aspek keadilan dan hukum. Salah satu konsekuensi yang

mungkin akan muncul dalam suatu intervensi, dan telah

82

“ultima ratio” berasal dari Bahasa Latin yang berarti the last resort, atau upaya terakhir yang dapat dilakukan. 83

Nowak, Op.Cit., hlm.330 84

http://www.americans-world.org/digest/global_issues/globalization/intervention.cfm. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2011 pukul 14.00 WITA. Artikel International Intervention in the Internal Affairs of States.

Page 76: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

67

terjadi di Libya, adalah intervensi itu tidak memiliki kekuatan

hukum yang lebih kuat selain dari DK PBB menurut hukum

internasional tetapi ”legitimate” bagi masyarakat

internasional.

B. Implikasi kedaulatan Libya dalam intervensi bersenjata oleh

NATO

Intervensi sebagai suatu doktrin baru dan fenomena yang terjadi

di dunia internasional masih menjadi kontroversi, hal ini utamanya

karena tindakan intervensi bertentangan dengan dua prinsip yang

telah lebih lama dikenal dalam hukum internasional, yaitu prinsip

kedaulatan (sovereignty) dan prinsip non-intervensi (non-intervention).

1. Intervensi dan Prinsip Kedaulatan

Istilah kedaulatan pertama kali diperkenalkan oleh seorang

ahli kenegaraan berkebangsaan Perancis yang bernama Jean

Bodin (1539- 1596). Menurut Jean Bodin, kedaulatan adalah

kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan ini sifatnya

tunggal, asli, dan tidak dapat dibagi-bagi. Tunggal berarti hanya

ada satu kekuasaan tertinggi, sehingga kekuasaan itu tidak dapat

dibagi-bagi. Asli berarti kekuasaan itu berasal atau tidak dilahirkan

dari kekuasaan lain. Sedangkan abadi berarti kekuasaan negara itu

berlangsung terus-menerus tanpa terputus-putus. Maksudnya

Page 77: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

68

pemerintah dapat berganti-ganti, kepala negara dapat berganti atau

meninggal dunia, tetapi negara dengan kekuasaanya berlangsung

terus tanpa terputus-putus.85

Prinsip kedaulatan negara diatur dalam Perjanjian

Westphalia.86 Dalam Perjanjian Westphalia, setiap negara memiliki

kedaulatan dan memiliki kedudukan yang sejajar dengan negara

lainnya. Selain dalam Perjanjian Westphalia, prinsip ini juga

tertuang dalam Pasal 2 (1) Piagam PBB, yaitu “The organization is

based on the principle of sovereign equality of all the members.”,

teks ini berarti Organisasi (PBB) bersendikan pada prinsip-prinsip

persamaan kedaulatan dari semua anggota. Dengan ini, jelas

bahwa hukum internasional mengakui persamaan kedaulatan

semua negara, sehingga negara lain tidak berhak untuk melakukan

intervensi.

Prinsip ini sangat penting untuk ditaati oleh setiap negara,

dalam beberapa kasus, prinsip ini ditegaskan, seperti dalam kasus

Corfu Channel.87 Dalam putusannya mengenai kasus Corfu

85

http://plato.stanford.edu/entries/bodin. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2011, pukul 16.00 WITA. 86 Perjanjian Westphalia adalah perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tahun 1648. Perjanjian ini juga merupakan salah satu peristiwa penting dalam perkembangan hukum internasional karena melalui perjanjian ini, telah mengakhiri 80 tahun konflik agama yang terjadi di Eropa, dan selanjutnya mendasari terbentuknya negara modern. 87

Kasus Corfu Channel adalah kasus antara Britania Raya dan Irlandia Utara v. Republik Albania. Britania Raya menuntut ganti rugi dari Albania dan membawa kasus ini ke ICJ pada tanggal 22 Oktober 1946. Kasus ini merupakan kasus pertama yang diadili oleh ICJ. Dalam kasus ini, kapalkapal Inggris melintasi wilayah laut Albania tanpa mengetahui adanya bahaya ranjau, sehingga kapal-kapal tersebut hancur dan mengakibatkan

Page 78: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

69

Channel, ICJ menegaskan bahwa “Between independent states,

respect for territorial sovereignty is an essential foundation of

international relations”88, pernyataan ini berarti, antara negara yang

merdeka, saling menghormati kedaulatan wilayah negara adalah

dasar dari hubungan internasional. Melalui pernyataan ICJ ini,

dapat kita lihat bahwa selain dilarang oleh hukum internasional,

intervensi juga dapat mengganggu hubungan internasional

antarnegara.

Prinsip kedaulatan negara yang seringkali menjadi dasar

pertimbangan intervensi dianggap melanggar hukum perlu dikaji

lebih jauh. Menurut Hans Kelsen, “tujuan adanya hukum

internasional adalah untuk membatasi kedaulatan negara itu

sendiri. Sejak individu menjadi subyek hukum internasional, maka

sebenarnya kewenangannya kepada negara”89. Jadi ketika negara

telah melanggar hak-hak individu (dalam intervensi hak individu

yang dilanggar adalah HAM), maka individu tersebut dapat

meminta bantuan dari negara lain untuk memulihkan hak-hak

mereka.

hilangnya nyawa awak kapal Inggris. Menurut ICJ, Albania sebagai pihak yang mengetahui adanya bahaya ranjau memiliki kewajiban untuk mengumumkannya. Dalam keputusannya, ICJ memutuskan Albania untuk memberikan ganti rugi kepada Inggris sebesar £843,947 88

ICJ The Corfu Channel Case (Merits), pada tanggal 9 April 1949 (United Kingdom v. Albania) hlm.35, http://www.icj-cij.org/docket/files/1/1645.pdf. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2011, pukul 18.00 WITA 89

Hans Kelsen, 1949, General Theory of Law and State, Harvard University Press, Cambridge, hlm.251

Page 79: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

70

Prinsip kedaulatan negara saat ini tidak dapat dilihat hanya

sebagai hak negara, akan tetapi harus dikaitkan dengan kewajiban

negara untuk menegakkan perlindungan HAM. Menurut J.J.

Rousseau, negara pada prinsipnya dibentuk berdasarkan kontrak,

yang salah satu tujuannya adalah kewajiban untuk melindungi

setiap manusia, baik warga negaranya ataupun warga negara

asing, dari terjadinya pelanggaran atas hak asasinya. Konsekuensi

dari pelanggaran kewajiban negara dalam perlindungan HAM

adalah berhentinya kedaulatan yang dimilikinya secara sementara

sehingga aspek eksternal dari kedaulatan tidak lagi

menempatkannya dalam posisi yang sederajat. Masyarakat

internasional memiliki tanggung jawab sisa (residual responsibility)

untuk mengambil upaya demi memulihkan pelanggaran HAM yang

terjadi dalam sebuah negara.90

Prinsip kedaulatan negara telah mengalami “pengikisan”

sebagai konsekuensi dari adanya organisasi internasional untuk

menginvestigasi, mengawasi, dan menghukum tindakan yang

melanggar HAM yang dilakukan oleh suatu negara terhadap warga

negaranya. Menurut Anne Peters, prinsip kedaulatan negara harus

dikonsep ulang. Hal ini berkaitan dengan perkembangan

masyarakat internasional yang tidak lagi menempatkan negara

90

Anne Peters, 2009, Humanity As An Alfa and Omega of Sovereignty dalam European Journal of International Law Vol.20 No.3, hlm.535

Page 80: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

71

sebagai pusat, akan tetapi telah beralih kepada pemenuhan HAM.

91 Terlebih sejak adanya konsep R2P, posisi prinsip kedaulatan

sebagai “Letztbegründung” (prinsip utama) telah bergeser.

Dunia melalui Dewan Keamanan PBB pada bulan April 2006

akhirnya membentuk sebuah organisasi internasional bernama

Responsibility to Protection atau biasa disingkat menjadi R2P.

Organisasi ini berfungsi untuk mengatasi berbagai masalah yang

menyangkut kemanusiaan seperti genosida (genocide), kejahatan

perang (crime war), kejahatan terhadap kemanusiaan (war against

humanity) dan pembersihan suku/etnis (ethnic cleansing).

Bentuk peranan yang dilakukan oleh R2P adalah dengan

mengintervensi secara militer kepada negara-negara yang terbukti

melakukan pelanggaran terhadap kemanusiaan atau tidak berdaya

dalam menghadapi kejahatan kemanusiaan yang terjadi di

negaranya. Intervensi ini dilakukan dengan tujuan untuk

menyelamatkan manusia dari bahaya yang mengancam jiwanya di

segala bidang. Keselamatan manusia menjadi lebih utama daripada

permasalahan politik dan isu-isu strategis lainnya. R2P dapat

secara bebas masuk kedalam negara-negara yang mengalami

kejahatan kemanusiaan tanpa boleh dihalangi oleh siapapun

termasuk batas dan kedaulatan negara.. Terlebih sejak adanya

91

Anna Peters, Op.Cit., hlm.514

Page 81: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

72

konsep R2P, posisi prinsip kedaulatan sebagai “Letztbegründung”

(prinsip utama) telah bergeser.

Page 82: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

73

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Prinsip intervensi belum diatur dalam hukum internasional,

sekalipun demikian, intervensi telah beberapa kali dilakukan oleh

negara-negara, baik dengan persetujuan DK PBB maupun tidak.

Intervensi adalah tindakan yang melibatkan kekuatan militer yang

dilakukan oleh satu atau lebih negara di wilayah negara lain,

dengan atau tanpa persetujuan DK PBB untuk menghentikan

pelanggaran HAM berat yang terjadi di negara yang dituju.

Tindakan ini juga harus lepas dari segala kepentingan pihak yang

melakukan intervensi serta menjadi tindakan terakhir yang

memungkinkan untuk mengakhiri pelanggaran berat terhadap

HAM. Intervensi yang dilakukan NATO di Libya dilakukan

berdasarkan Resolusi DK PBB No.1970 ini disusul dengan resolusi

DK PBB No.1973 yang dikeluarkan pada tanggal 17 Maret 2011.

Intervensi yang dilakukan oleh NATO ini sesuai dengan hukum

internasional, sebab berdasarkan beberapa sumber hukum

internasional, intervensi terhadap negara lain dapat dilakukan

dengan adanya resolusi PBB. Intervensi yang dilakukan NATO di

Libya ini oleh PBB dan beberapa pakar dinilai “legitimate” karena

berhasil menghentikan pelanggaran HAM berat di Libya. Sehingga

Page 83: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

74

dapat disimpulkan bahwa tindakan intervensi NATO di Libya Legal

& Legitimate

2. Prinsip kedaulatan negara yang seringkali menjadi dasar

pertimbangan intervensi dianggap melanggar hukum perlu dikaji

lebih jauh. Jadi ketika negara telah melanggar hak-hak individu

(dalam intervensi hak individu yang dilanggar adalah HAM), maka

individu tersebut dapat meminta bantuan dari negara lain untuk

memulihkan hak-hak mereka. Prinsip kedaulatan negara saat ini

tidak dapat dilihat hanya sebagai hak negara, akan tetapi harus

dikaitkan dengan kewajiban negara untuk menegakkan

perlindungan HAM. Konsekuensi dari pelanggaran kewajiban

negara dalam perlindungan HAM adalah berhentinya kedaulatan

yang dimilikinya secara sementara sehingga aspek eksternal dari

kedaulatan tidak lagi menempatkannya dalam posisi yang

sederajat. Masyarakat internasional memiliki tanggung jawab sisa

(residual responsibility) sehingga Prinsip kedaulatan negara telah

mengalami “pengikisan” sebagai konsekuensi dari adanya

organisasi internasional untuk menginvestigasi, mengawasi, dan

menghukum tindakan yang melanggar HAM yang dilakukan oleh

suatu negara terhadap warga negaranya terlebih sejak adanya

konsep Resposibility to Protect.

Page 84: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

75

B. SARAN

1. Dunia internasional memerlukan konsep mengenai intervensi yang

dapat diterima secara universal. PBB perlu mengatur mengenai

intervensi dalam suatu pengaturan yang dapat menjadi sumber

hukum internasional. Hal ini dimaksudkan agar justifikasi terhadap

suatu tindakan intervensi di waktu yang akan datang dapat

dilakukan berdasarkan sumber-sumber hukum internasional. PBB

melalui DK PBB perlu lebih tanggap dalam menyikapi setiap konflik

di negara-negara yang berpotensi mengakibatkan pelanggaran

berat terhadap HAM, sehingga intervensi dapat dihindari. Tetapi

apabila intervensi harus dilakukan sebagai ”last resort” maka PBB

harus cepat mengambil tindakan.

2. Intervensi sebagai suatu doktrin baru dan fenomena yang terjadi di

dunia internasional masih menjadi kontroversi, hal ini utamanya

karena tindakan intervensi bertentangan dengan dua prinsip yang

telah lebih lama dikenal dalam hukum internasional, yaitu prinsip

kedaulatan (sovereignty) dan prinsip non-intervensi (non-

intervention) sehingga dunia internasional memerlukan konsep

mengenai pengesampingan kedaulatan demi penegakan HAM

yang dapat diterima secara universal.

Page 85: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

76

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Asrudin. 2009. Refleksi dan Teori Hukum Internasional. Graha Ilmu:

Yogyakarta. Beker, Ernest. 1998. Principles of Social and Political Theory. Cornell

University: Ithaca. Bhakti, Yudha. 1999. Imunitas Kedaulatan Negara Di Forum Pengadilan

Asing. Alumni: Yogyakarta. Black, Henry Campbell. 1990. Black’s Law Dictionary. West Publishing:

Kellog. Budiarjo, Miriam. 1985. Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia: Jakarta. Clara Portela, 2000, Humanitarian Intervention, NATO and International

Law, Berlin Informationcenter for Transatlantic Security, Berlin, F, Isjwara. 1999. Pengantar Ilmu PolitiK. Pustaka Karya: Jakarta. Garner, J.W. 2003. Political Science and Government. University Press: Arkansas Harold, J. Laski. 1947. The State In The Thory And Practice. The Viking

Press: New York. Joseph S. Nye, Jr. 1993. Understanding International Conflict. Harper

Collins College Publisher: New York. Kurnia, Titon Slamet. 2005. Reparasi Terhadap Korban Pelanggaran

HAM di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung. Kusnadi, Moh. 2005. Ilmu Negara. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. Kusumaatmadja, Mochtar. 2003. Konsepsi Hukum Negara Nusantara. PT.

Alumni: Bandung. Mac Iver, Robert M. 1955. Modern State. Oxford University Press: London. NATO Handbook. 1990. Defence Policy and Planning Division: Brussels.

Page 86: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

77

Soltau, H. 1962. Education for Politics. Longman Green & Co: London. Thontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar. 2006. Hukum Internasional

Kontemporer. Refika Aditama: Bandung. Titon Slamet Kurnia, 2005, Reparasi Terhadap Korban Pelanggaran HAM

di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Weber, Max. 1958. From Max Weber Essays in Sosiology. Trans. Ed. By

greth and C. Wright Mills. C.A. Galaxy Books. Oxford University Press: New York.

B. Jurnal Ilmiah

Hans Kelsen, 1949, General Theory of Law and State, Harvard University

Press, Cambridge,

Janka Oertel, 2008, United Nations and NATO, Makalah yang

dipersiapkan untuk ACUNS 21st Annual Meeting, Bonn

J.L. Holzgrefe, 2003, Humanitarian Intervention: Ethical, Legal, and

Political Dilemmas, Cambridge University Press, Cambridge, hlm.18

K.C, Dowdall. 1923. The World State dalam Law Quarterly Review Volume

XXXIX. yurista univ: Brussels. Peters, Anne. 2009. Humanity As An Alfa and Omega of Sovereignty

dalam European Journal of International Law. Vol.20 No.3 Shen, Jiangming. 2001. The Non-Intervention Principle and

Humanitarian Intervention Under International Law dalam International Legal Theory Vol.7 (1). Publication of the American Society of International Law.

C. Sumber Internet Abu Sayyaf. Target of Philippine-U.S.Anti-Terrorism Cooperatio.

http://www.fas.org/irp/crs/RL31265.pdf

Page 87: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

78

Amr Hamdy. ICT in Education in Libya. http://www.educationlibya.org/country_profile.htm

Artikel Mengapa Intervensi Kemanusiaan di Libya Perlu Ditolak, http://www.setkab.go.id. Artikel NATO and Libya – Operation Unified Protector http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_71652.htm? Artikel International Intervention in the Internal Affairs of States.http://www.americans-world.org/digest/global_issues/globalization/intervention.cfm. Ben Cahoon. World Statement of Libya.

http://www.worldstatesmen.org/Libya.htm

Dayton Peace Agreement. http://en.wikipedia.org/wiki/Dayton_Agreement. Eka Aqimuddin. Doktrin Intervensi Kemanusiaan dalam Hukum

Internasional. http://www.senandikahukum.blogspot.com.

Gareth Evans. The Responsibility to Protect. http://www.iciss.ca. keanggotaan NATO.

http://www.nato.int/cps/en/natolive/nato_countries.htm

Mahmoud Alam. Mengapa Turki Menolak Intervensi NATO di Libya, http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=31090:mengapa-turki-menolak-intervensi-nato-di-libya&catid=15:lintas-warta&Itemid=58

NATO. sekertaris NATO. http://www.nato.int Navi Pilay. Iran Kecam Keterlibatan AS dan Zionis di Mesi.

http://konspirasi.com/peristiwa/iran-kecam-keterlibatan-as-dan-zionis-di-mesir/

Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pakta_Pertahanan_Atlantik_Utara. PBB mengecam khaddaf, http://www.buletininfo.com Perlindungan HAM dan Mitos Kedaulatan

Negara,http://www.senandikahukum.wordpress.com.

Page 88: SKRIPSI IMPLIKASI INTERVENSI BERSENJATA NATO DI LIBYA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · intervensi yang dilakukan NATO berdasarkan dengan resolusi

79

Rossy Leah Agles. Libyan History. http://www.bartleby.com/65/qa/Qaddafi.html

Senandi, 2011, Doktrin Intervensi Kemanusiaan Dalam Hukum Internasional, http://www.senandikahukum.blogspot.com Wikipedia. 2011 libyan civil war.

Http://en.wikipedia.org/wiki/2011_libyan_civil_war.

Wikipedia. Libya. http://en.wikipedia.org/wiki/Libya D. Koran

Harian Kompas tanggal 31 Maret 2011, hlm.9, artikel Skenario Khadafy.