Skripsi Eni Karida

23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Bandar Lampung dengan mengambil lokasi di STM/SMK 2 MEI Bandar Lampung. Dipilihnya SMK 2 Mei sebagai lokasi penelitian karena menurut Dinas Pendidikan SMK 2 Mei merupakan sekolah yang memiliki jumlah siswa terbanyak yaitu 1684 siswa di banding SMK lain di Bandar Lampung. Sekolah ini sebagian besar terdiri dari siswa laki-laki dan menurut informasi dari guru bimbingan dan konseling SMK 2 Mei, sekolah ini pernah terlibat dalam tawuran antar pelajar pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2012 dan tahun 2013. Dari data yang di dapat, siswa dari SMK 2 Mei ini adalah sekolah yang paling sering melakukan tawuran antar pelajar dengan sekolah lainnya dengan masalah klasik anak anak

description

Skripsi Eni Karida

Transcript of Skripsi Eni Karida

Page 1: Skripsi Eni Karida

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah Bandar Lampung dengan mengambil

lokasi di STM/SMK 2 MEI Bandar Lampung. Dipilihnya SMK 2 Mei sebagai

lokasi penelitian karena menurut Dinas Pendidikan SMK 2 Mei merupakan

sekolah yang memiliki jumlah siswa terbanyak yaitu 1684 siswa di banding SMK

lain di Bandar Lampung. Sekolah ini sebagian besar terdiri dari siswa laki-laki

dan menurut informasi dari guru bimbingan dan konseling SMK 2 Mei, sekolah

ini pernah terlibat dalam tawuran antar pelajar pada dua tahun terakhir yaitu

tahun 2012 dan tahun 2013. Dari data yang di dapat, siswa dari SMK 2 Mei ini

adalah sekolah yang paling sering melakukan tawuran antar pelajar dengan

sekolah lainnya dengan masalah klasik anak anak remaja saat ini. Selain itu para

guru juga menyesalkan anak anak didiknya ± 70% adalah perokok.

Siswa siswi dari SMK 2 Mei Bandar lampung ini memiliki mayoritas

murid laki laki, dengan persentase 80% murid laki laki dan 20 % murid

perempuan karena jurusan yang disediakan adalah untuk pekerjaan laki laki

seperti tehnik otomotif roda 2, tehnik otomotif roda 4, tehnik elektro dan yang

lainnya. Para guru juga mengeluhkan perilaku murid muridnya yang sering bolos

saat jam pelajaran atau ribut di tengah proses pembelajaran, para guru hamper

kewalahan dengan menghadapi perilaku siswanya yang seperti itu.

Page 2: Skripsi Eni Karida

4.2 Gambaran Umum Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Tehnik Komputer dan

Jaringan yang berjumlah 3 kelas sebanyak 91 orang di SMK 2 Mei Bandar

Lampung.

4.2.1 Umur sampel

umur terendah sampel adalah 15 tahun dan umur tertinggi sampel adalah

17 tahun. Distribusi umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Distribusi frekuensi remaja berdasarkan umur

No. Umur Frekuensi Persentase

1.

2.

3.

15

16

17

15

40

36

16,48

43,95

39,56

Total 91 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa sebagian besar dari sampel

penelitian ini, yaitu 43,95% adalah anak berumur 16 tahun.

4.3 Hasil penelitian dan analisa

4.3.1 Analisis univariat

Pada analisis univariat akan menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing masing variabel yang diteliti.

Page 3: Skripsi Eni Karida

a. Pola Asuh Orang Tua

Tabel 4.2

Distribusi frekuensi pola asuh orang tua berdasarkan jenisnya

(n=91)

No. Pola asuh orang tua Frekuensi Presentase

1

2

3

Pola Asuh Otoriter

Pola Asuh Demokratis

Pola Asuh Permisif

atau Pemanja

25

15

51

27,47%

`16,48%

56,04

Jumlah 91 100%

Dari table diatas didapatkan hasil bahwa frekuensi pola asuh yang

dilakukan tidak merata atau tidak sama. Beberapa orang tua memilih

menerapkan pola asuh otoriter dan beberapa keluarga dari orang tua murid

menerapkan pola asuh demokratis dan permisif.

Dari table diatas pola asuh terbanyak yang dilakukan orang tua terhadap

anaknya adalah pola asuh permisif atau pemanja dengan persentase 56,04%,

pola asuh demokratis dengan 27,47%, lalu pola asuh demokratis dengan

persentase 16,48%.

Page 4: Skripsi Eni Karida

b. Kenakalan Remaja

Tabel 4.3

Distribusi frekuensi kenakalan remaja berdasarkan jenis kenakalan remaja

yang dilakukan

(n=10)

No Kenakalan remaja Frekuensi

N %

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rambut disemir

Mentato kulit

Merokok

Berkelahi

Mencuri

Pergaulan bebas

Pacaran

Tidak masuk sekolah

Sering bolos

Mencontek

8

3

60

76

5

-

85

17

24

87

8,79

3,29

65,93

83,51

5,49

-

93,40

18,68

26,37

95,60

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa kecenderungan

perilaku yang dilakukan oleh anak/remaja di SMK 2 Mei Bandar Lampung

adalah pada perbuatan mencontek (95,60 %) baik itu mencontek pekerjaan

ruma / PR maupun mencontek saat ulangan atau ujian, persentase terbesar

kedua adala pacaran (93,40 %), rata rata siswa/siswi SMK 2 Mei Bandar

Page 5: Skripsi Eni Karida

Lampung ini sudah pernah pacaran namun tidak ada yang mengaku saat

ditanya pernah melakukan hubungan sex atau tidak, persentase terbesar

ketiga adalah berkelahi (83,51%),sebagian besar siswa/siswi SMK 2 Mei

Bandar Lampung mengaku pernah terlibat perkelahian baik itu perkelahian

antar teman maupun tawuran antar sekolah / pelajar dan persentase terbesar

keempat adalah merokok (65,93 %), para siswa SMK 2 Mei Bandar

Lampung sebagian besar sudah merok.

4.3.2 Analisis bivariate

Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen dilakukan analisa bivariat dengan menggunakan uji chi

square, dimana masing masing variabel independen dihubungkan dengan

masing masing variabel dependen. Tingkat signifikan (α) yang digunakan

adalah 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.

Tabel 4.4

Hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja

Page 6: Skripsi Eni Karida

No.

Kenakalan

Remaja

Pola asuh P-value

Demokratis Otoriter Permisif

1 Rambut disemir 0,017

2 Mentato kulit

3 Merokok

4 Berkelahi

5 Mencuri

6 Pergaulan Bebas - - -

7 Pacaran

8 Tidak masuk

sekolah

9 Sering bolos

10 Mencontek

Jumlah 2 6 11

Page 7: Skripsi Eni Karida

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari 10 jenis

kenakalan remaja yang dilakukan siswa siswi sekolah mayoritas

pelanggaran yang dilakukan adalah berasal dari pola asuh keluarga dengan

penerapan system otoriter (11) dan permisif (6), sedangkan untuk jenis

pola asuh demokratis kenakalan remaja yang dilakukan sedikit (2), hanya

sebatas mencontek ataupun pacaran.

Data data tersebut diatas dikaitkan dengan Social Learning Theory

dari Bandura sangatlah relevan karena anak yang masih berada pada masa

perkembangan menuju kedewasaan (masa transisi) sangatlah rentan

dengan segala perubahan yang terjadi disektarnya termasuk perubahan

pada lingkungan masyarakat dan lingkungan pergaulannya. Kondisi

kejiwaannya yang belum matang dan kendornya kontrol orang tua

terhadap perilaku anak atau remaja membuat relasi anak dan orang tua

semakin menjauh. Semakin jauhnya relasi anak dan orang tua membawa

akibat minimnya komunikasi dan proses penginternalisasian nilai dan

norma kehidupan yang baik dan akibat berikutnya adalah semakin

besarnya peluang yang dimiliki anak untuk mengabaikan nilai dan norma

hidup yang baik itu.

Pola asuh permisif mempunyai jumlah kenakalan remaja yang

terbanyak diantara pola asuh demokratis dan otoriter dengan jumlah kasus

kenakalan remaja mencapai 10 jenis kenakalan remaja di kalangan pelajar.

Sedangkan pola asuh yang memiliki jumlah kenakalan terbanyak kedua

adalah pola asuh otoriter yaitu mencapai 6 jenis kenakalan remaja di

Page 8: Skripsi Eni Karida

kalangan pelajar dari 10 jenis kenakalan remaja yang terjadi. Sedangkan

pola asuh demokratis memiliki jumlah kasus kenakalan remaja yang lebih

sedikit dibandingkan dengan pola asuh permisid dan otoriter. Pola asuh

permisif memberikan hubungan relasi yang baik anara anak dan orang tua

sehingga perilaku anak atau remaja diluar ataupun dalam sekolah masih

bisa termonitor.

Hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,017 (lebih kecil dari

nilai α < 0,05) yang berarti Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja

di SMK 2 Mei Bandar Lampung Tahun 2014.

4.3.3 Pembahasan

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua

yang diterapkan pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari

waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi

negatif maupun positif. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan

seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Cara

orang tua mendidik anaknya disebut sebagai pola pengasuhan

dalam Interaksinya dengan orang tua, anak cenderung

menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap paling baik bagi dirinya

(Rahmadiana, 2004).

Pada dasarnya kenakalan remaja merujuk pada suatu bentuk

perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku

Page 9: Skripsi Eni Karida

dalam masyarakatnya. Kenakalan remaja adalah kelainan tingkah

laku/tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial,

agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Asmani,

2012).

Kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja

untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat

mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri

maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.

Tabel 4.3 berikut ini disajikan distribusi sampel berdasarkan

pengelompokan kenakalan remaja berdasarkan jenis kenakalan remaja

yang dilakukan di kalangan pelajar. Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan

secara umum proporsi terbesar kenakalan remaja yang dilakukan kususnya

dikalangan para pelajar adalah mencontek dengan persentase mencapai

95,60%, kemudian jenis kenakalan remaja terbesar kedua yang dilakukan

adalah pacaran dengan persentase 93,40%, kenakalan remaja terbesar

ketiga yang dilakukan adalah berkelahi antar teman ataupun tawuran antar

pelajar dimana persentasenya mencapai 83,51% yang berarti sebagian

besar dari pelajar SMK 2Mei Bandar Lampung ini pernah terlibat dalam

aksi kriminal baik itu perkelahian ataupun tawuran antar pelajar.

Kemudian kenakalan remaja terbesar ke 4 yang dilakukan adalah

merokok, persentasenya adalah 65,93%. Persentase pelajar perokok di

SMK 2 MEI Bandar Lampung yang melebihi setengah dari jumlah siswa

yang ada disana sangat disayangkan karena usia remaja yang masih di

Page 10: Skripsi Eni Karida

interval 15-17 tahun ini sudah menjadi seorang perokok yang artinya

terjadi kesalahan pola asuh yang dilakukan keluarga terhadap anaknya.

Dari data hasil penelitian yang didapatkan penelitian ini sesuai

dengan teori dari Asmani (2012) yang mengatakan Faktor penyebab

kenakalan remaja antara lain: (1)faktor internal: Reaksi frustasi negatif,

gangguan perasaan/emosional, (2)faktor eksternal: faktor keluarga (pola

asuh orang tua), lingkungan sekolah, dan lingkungan sekitar. Pola asuh

orangtua yang salah dalam mendidik anaknya dapat menyebabkan

timbulnya kenakalan remaja karena keluarga sebagai sendi utama pendidik

anak, sudah tidak lagi memperhatikan pendidikan anak, baik dari sisi

moralitas, intelektual, maupun sosialnya.

Selain itu jenis pola asuh yang diterapkan sangat berpengaruh

terhadap karakter remaja dimana sesuai dengan data hasil penelitian yang

dilakukan anak anak yang di didik dari pola asuh demokratis dari orang

tuanya memiliki kasus kenakalan remaja yang lebih sedikit dibandingkan

dengan pola asuh otoriter dan permisif. Hal ini seiring dengan teori dari

Baumrind (dalam Syamsu Yusuf, 2005) yang mengklasifikasikan jenis

pola asuh yang diterapkan orang tua, antara lain:

1) Pola Asuh Otoriter

Adalah pola asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak

yang harus dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Bentuk

pola asuh ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang

Page 11: Skripsi Eni Karida

ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan. Jadi

orang tua yang otoriter sangat berkuasa terhadap anak, memegang

kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-

perintahnya.

2) Pola Asuh Demokratis

Adalah pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak akan

tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh

ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau

pemikiran-pemikiran. Orang tua yang demokratis memandang sama

kewajiban hak orang tua dan anak, bersikap rasional dan selalu mendasari

tindakannya pada rasio pemikiran.

3) Pola Asuh Permisif atau Pemanja

Merupakan suatu bentuk pengasuhan dimana orang tua

memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur

dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak

kontrol oleh orang tua.

Dalam konsep yang dikemukakan Baumrind (dalam Syamsu

Yusuf, 2005) tingkah laku manusia itu diperoleh karena belajar. Jadi

perilaku anak merupakan hasil belajar dari orang tuanya, sebab orang

tualah lingkungan yang paling dekat dengan anak dan interaksinyapun

relatif lebih lama dengan lingkungan lingkungan yang lain. Dalam proses

belajar Baumrind mengemukakan beberapa hal seperti imitasi, modeling.

Imitasi merupakan perilaku meniru dari apa yang dilakukan orang tuanya.

Page 12: Skripsi Eni Karida

Peniruan ini terjadi atau dapat terjadi karena interaksi yang terus menerus

dan kemudian anak meniru apa yang dilihatnya setiap hari. Kecocokan

perilaku orang tua dengan dirinya akan semakin memperkuat peniruan.

Jadi anak meniru perilaku orang tuanya disebabkan oleh karena anak

selalu mengobservasi perilaku dari orang tuanya dan kemudian ia meniru

perilaku yang dilihatnya.

Page 13: Skripsi Eni Karida

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 91

responden tentang hubungan pola asuh keluarga dengan kenakalan remaja

di SMK 2 MEI Bandar Lampung maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa:

1. Jumalah remaja yang mendapatkan pola asuh otoriter adalah sebanyak

25 orang (27,47%). Jumlah remaja yang mendapatkan pola asuh

demokratis adalah sebanyak 15 orang (16,48%). Jumlah remaja yang

mendapatkan pola asuh permisif adalah 51 orang (56,04%).

2. Jumlah kenakalan remaja terbanyak yang dilakukan pelajar di SMK 2

Mei Bandar Lampung adalah mencontek (95,60%), kenakalan remaja

terbanyak kedua adalah berpacaran (93,40%), kenakalan remaja

terbanyak ketiga adalah berkelahi (83,51%) dan kenakalan remaja

terbanyak ke empat adalah merokok (65,93%)

3. Hasil uji statistic didapatkan (p-value 0,017 < 0,05) sehingga Ha

diterima dan Ho ditolak, yang berarti terdapat terdapat hubungan

antara pola asuh keluarga terhadap kenakalan remaja di SMK 2 Mei

Bandar Lampung tahun 2014

Page 14: Skripsi Eni Karida

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan

Meningkatkan pelayanan keperewatan terutama dalam bidang

keperawatan komunitas untuk melakukan penkes tentang kenakalan

remaja yang bisa muncul akibat kesalahan dalam menerapkan pola asuh

yang diberikan pada anak. Pola asuh yang tepat akan memberikan hal

positif pada anak untuk menjauhi tindakan kenakalan remaja yang marak

saat ini.

5.2.2 Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kenakalan kenakalan

remaja yang dapat memberikan efek buruk terhadap anaknya sehingga jika

orang tua melihat tanda tanda yang menyimpang dari anaknya, orang tua

mampu mengarahkan anaknya agar tidak semakin terjerumus dan

melakukan kenakalan remaja.

5.2.3 Bagi Pihak Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengawasan terhadap siswa

siswinya agar tidak melakukan pelanggaran pelanggaran peraturan sekolah

yang ditetapkan. Peraturan yang tegas dapat meminimalkan tindakan

menyimpang dari muridnya.

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Setelah melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Terhadap Kenakalan Remaja di SMK 2 Mei Bandar Lampung Tahun

2014, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan

Page 15: Skripsi Eni Karida

penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar

siswa. Karena pola asuh yang baik dari orang tua akan bisa memotivasi

anaknya untuk bisa berprestasi di sekolah.

Page 16: Skripsi Eni Karida

Lampiran