YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

92
PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 22 DESA SARI MULYA KECAMATAN RIMBO ILIR KABUPATEN TEBO SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan keguruan Oleh YANTI ENI S SAPUTRI NIM : TP. 151483 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

Page 1: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

NEGERI 22 DESA SARI MULYA KECAMATAN RIMBO ILIR

KABUPATEN TEBO

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan keguruan

Oleh

YANTI ENI S SAPUTRI

NIM : TP. 151483

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 2: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

i

Page 3: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

ii

Page 4: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

iii

Page 5: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

iv

Page 6: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Ayahandaku Alm. Junaidi yang telah berkorban dan berjasa, baik berupa moril, materil dan

sprituil yang menjadi semangat penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam

Negeri (UIN) STS Jambi.

2. Ibundaku Partini yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan penulis sehingga

penulis dapat menjadi insan yang berilmu pengetahuan dan senantiasa mendoakanku menjadi

manusia yang selalu sukses.

3. Saudara/I kandungku Parsidi, Sujono, Suryani, Yanto Edis Saaputra yang selalu mendukung

dan mendo’akan penulis dalam melanjutkan pendidikan.

4. Serta rekan-rekan teman seperjuangan yang menjadi motivasi tersendiri bagi penulis untuk

segera menyelsaikan pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) STS Jambi.

Page 7: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

vi

MOTTO

Artinya:“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah

dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”.

(Q.S Al Mujadalah : 11)

Page 8: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

vii

ABSTRAK

Nama : YANTI ENI S SAPUTRI

Jurusan : PAI

Judul : Penggunaan Model Cooperative Learning dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII Sekolah

Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan

Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

Penelitian ini berdasarkan perolehan nilai siswa menerangkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran PAI masih cukup rendah. Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan perbaikan yang

harus secara cepat dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sekaligus menjadi

alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut. Bertujuan ingin mengetahui penggunaan

model Cooperative Learning dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa

kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir

Kabupaten Tebo, Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan pengumpulan data

menggunakan teknik lembar tes, lembar observasi dan dokumentasi, melalui tindakan pada siklus

I dan siklus II dengan hasil: Meningkatnya persentase hasil belajar siswa, pada kondisi awal

siswa yang mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimal ada 9 siswa (30%), pada siklus I

sebanyak 17 siswa (56,6%), kemudian hasil belajar tersebut meningkat pada siklus II sebanyak

25 siswa (83,3%). Bahwasanya model ini disumbangkan bagi guru dapat menggunakan model

Cooperative Learning dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar

sebagai sumber belajar, sehingga siswa tidak merasa jenuh atau bosan pada saat kegiatan belajar

dilaksanakan. Oleh sebab itu guru harus mampu menguasai metode demonstrasi agar dapat

terwujud sesuai dengan harapan. Guru harus kreatif menggunakan model Cooperative Learning

dalam pembelajaran PAI dengan menyesuaikan materi pelajaran.

Kata kunci : Model Cooperative Learning, hasil belajar.

Page 9: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

viii

ABSTRACT

Name : YANTI ENI S SAPUTRI

Department : PAI

Title : Use of Cooperative Learning Models in Improving Learning

Outcomes of Islamic Education Class VII School Students

First Middle School 22 Sari Mulya Village District

Rimbo Ilir Tebo Regency.

This study is based on the acquisition of student values explaining student learning

outcomes in Islamic education learning is still quite low. Therefore, corrective actions need to be

held that must be quickly carried out by the teacher in improving student learning outcomes, as

well as being the reason the researchers conducted research at that location. Aiming to find out

the use of Cooperative Learning models in improving the learning outcomes of Islamic Education

in Grade VII students of State Junior High School 22 of Sari Mulya Village, Rimbo Ilir District,

Tebo Regency, this research is classroom action research, with data collection using test sheet

techniques, observation sheets and documentation , through actions in the first cycle and second

cycle with the results: Increasing the percentage of student learning outcomes, at the initial

conditions students who scored above the completeness criteria at least 9 students (30%), in the

first cycle as many as 17 students (56.6%) , then the learning outcomes increased in cycle II as

many as 25 students (83.3%). That this model is donated to teachers can use Cooperative

Learning models in the learning process by utilizing the surrounding environment as a source of

learning, so students do not feel bored or bored when learning activities are carried out.

Therefore the teacher must be able to master the demonstration method so that it can materialize

in accordance with expectations. Teachers must be creative in using Cooperative Learning

models in PAI learning by adjusting subject matter.

Keywords: Cooperative Learning Model, learning outcomes.

Page 10: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

ix

Page 11: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

NOTA DINAS..................................................................................................

PENGESAHAN...............................................................................................

PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................................

PERSEMBAHAN............................................................................................

MOTTO............................................................................................................

ABSTRAK........................................................................................................

ABSTRACT.....................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

DAFTAR TABEL............................................................................................

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................

B. Fokus Penelitian.........................................................................

C. Rumusan Masalah......................................................................

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...............................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik..........................................................................

1. Hasil Belajar......................................................................

2. Pembelajaran Cooperative Learning.................................

B. Studi Relevan...........................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................

B. Rancangan Tindakan..............................................................

C. Prosedur Tindakan..................................................................

D. Kriteria Keberhasilan Tindakan..............................................

i

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

x

xii

xiii

1

6

6

7

9

9

17

24

26

26

28

31

32

Page 12: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

xi

E. Sumber Data............................................................................

F. Instrumen Pengumpulan Data.................................................

G. Teknik Analisis Data...............................................................

H. Jadwal Penelitian.....................................................................

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum........................... ...............................................

B. Temuan Khusus dan Pembahasan..............................................

1. Kondisi awal pra tindakan...................................................

2. Siklus I.................................................................................

3. Siklus II................................................................................

4. Pembahasan.........................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................

B. Saran-saran…………...............................................................

C. Penutup.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RESPONDEN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

32

34

35

37

45

45

47

55

62

68

69

70

Page 13: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi ..................................................................... 31

Tabel 3.2 Jadwal penelitian ................................................................................... 34

Tabel 4.1 Profil sekolah ........................................................................................ 36

Tabel 4.2 Keadaan guru ........................................................................................ 39

Tabel 4.3 Keadaan siswa ....................................................................................... 40

Tabel 4.4 Nilai pra siklus ..................................................................................... 44

Tabel 4.5 Hasil tes siklus I .................................................................................... 50

Tabel 4.6 Hasil refleksi siklus I ............................................................................. 53

Tabel 4.7 Hasil belajar siklus II ............................................................................ 56

Tabel 4.8 Hasil refleksi siklus II ........................................................................... 59

Tabel 4.9 Hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II ....................................... 62

Tabel 4.10 Perbandingan evaluasi belajar ............................................................... 63

Page 14: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus penelitian tindakan ............................................................. 26

Gambar 4.1 Diagram batang hasil belajar siswa pra siklus dan siklus I .......... 51

Gambar 4.2 Diagram batang hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II ..... 58

Gambar 4.3 Nilai rata-rata pra siklus, siklus I dan siklus II ............................. 64

Page 15: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU Pasal I RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, pendidikan juga dilakukan untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan

yang diperlukan dalam masyarakat dan warga Negara. Semakin majunya pengetahuan dan teknologi

yang sangat pesat menyebabkan permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan semakin komplek.

Pendidikan merupakan suatu hal yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan

kehidupan setiap indivdu sehingga pendidikan menuntut adanya perubahan atau perbaikan kualitas

pendidikan secara terus menerus. Perbaikan pendidikan dapat dilaksanakan melalui peningkatan

kualitas dan kesejahteraan pendidik serta tenaga kependidikan dan perbaikan-perbaikan yang terkait

dengan proses pembelajaran.

Menurut Sugihartono (2007: 81) pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja

oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasikan dan menciptakan sistem

lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara

efektif dan efisien serta mendapat hasil yang optimal.

Kegiatan pembelajaran ditandai dengan beberapa faktor yaitu tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai, siswa dan guru yang terlibat, materi pelajaran yang disampaikan serta metode dan pendekatan

yang digunakan untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif.

Faktor guru dan siswa sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran. Pentingnya guru dan siswa

dapat dilihat melalui pemahaman hakekat pembelajaran yaitu usaha guru untuk membantu siswa dalam

belajar sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangannya. Guru merupakan salah satu unsur

penting dalam bidang pendidikan. Banyak guru Sekolah Dasar yang memiliki kemapuan dalam mengajar

masih kurang, sehingga guru mengalami kesulitan dalam menggunakan strategi pembelajaran.

Guru memiliki arti dan peranan yang sangat penting dalam pendidikan Islam. Hal ini disebabkan ia

memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai

dan menghormati seorang guru yang berilmu pengetahuan. Islam mengangkat derajat mereka dan

memuliakan mereka dari pada orang Islam yang lainnya yang tidak berilmu pengetahuan. Allah

Berfirman dalam surat Al Mujadalah ayat 11:

1

Page 16: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

2

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",

maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila

dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Almujadalah:11)

Pelaksanaan pendidikan di sekolah tampaknya masih belum sesuai dengan harapan. Masih banyak

masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan salah satunya adalah rendahnya proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa masih kurang didorong ataupun diberikan motivasi

untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Selain itu dalam pembelajaran di kelas masih berpusat

pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan siswa sebagai pendengar dalam kegiatan

pembelajaran. Komunikasi yang berlangsung hanya satu arah, siswa sebagai penerima materi. Proses

pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran

tidak berkembang secara optimal. Untuk itu diharapkan dari berbagai komponen yang ada dalam dunia

pendidikan harus saling melengkapi, baik guru, siswa, kepala sekolah, keluarga maupun pemerintah

harus bersama-sama menciptakan pembelajaran yang tepat dan sesuai.

Mengelola proses belajar mengajar guru harus memiliki suatu keterampilan tertentu untuk

menyampaikan materi pelajaran. Dengan keterampilan yang dimiliki, guru dapat menggunakan

pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa agar dapat belajar secara optimal

yang dapat meningkat motivasi, keaktifan siswa dalam belajar serta prestasi belajar siswa. Pendekatan

yang digunakan sesuai dengan tujuan, materi yang akan disampaikan.

Kemampuan guru dalam memilih dan melaksanakan pelaksanaan pembelajaran sangat berpengaruh

terhadap prestasi siswa. Untuk itu guru memahami karakteristik siswa yang berbeda-beda. Menurut

Oemar Hamalik (2005: 68) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu yang dibutuhkan

seseorang untuk mengetahui kemampuan setelah melakukan kegiatan yang bersifat belajar, karena

prestasi belajar adalah hasil belajar yang mengandung unsur penilaian, hasil usaha kerja keras dan

ukuran kecakapan yang dicapai suatu saat.

(١١)المجادلة:

Page 17: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

3

Salah satu mata pelajaran yang diberikan di SMP adalah Pendidikan Agama Islam (PAI), dimana

sebagian besar materinya yang berhubungan dengan ibadah, pahala dan dosa, kehidupan atau

pemgalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh manusia pada umunya, dan khususnya pada siswa.

Proses pembelajaran tidak hanya disesuaikan dengan karakteristik siswa SMPN 22 Desa Sari Mulya yang

berada pada tahap operasional konkret, karena dalam tahap ini rasa ingin tahu terhadap peristiwa-

peristiwa yang sangat tinggi. Pembelajaran yang pada umumnya masih menggunakan metode ceramah.

Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar merupakan

salah satu unsur penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan hasil dapat diketahui sejauh

mana peserta didik dapat memahami materi yang dipelajarinya didalam kehidupan sehari-hari.

Grand tour awal penulis menemukan hasil belajar siswa kelas VII menunjukkan presentase siswa

yang lulus mencapai 30% dari KKM yang telah ditetapkan di sekolah yaitu 75, hal demikian disebabkan

sebagian besar aktivitas pembelajaran siswa di kelas hanya duduk mendengarkan, menghafal, dan

mencatat, sedangkan guru menjelaskan materi di depan kelas. Kesulitan belajar siswa juga akan

dipengaruhi beberapa faktor seperti kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, siswa asyik

bermain sendiri, asyik berbicara dengan teman sebangku saat pembelajaran berlangsung, siswa sering

keluar diruang kelas sesuka hatinya, dan ketika siswa diminta di depan kelas untuk mengerjakan soal

yang deberikan oleh guru, siswa tidak mampu untuk menjawab atau mengerjakannya. Jika keadaan ini

dibiarkan terus menerus siswa akan banyak ketinggalan pelajaran yang berdampak pada hasil belajarnya

yang dibuktikan langsung nilai semester yang masih rendah.

Oleh karena itu perlu cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam proses

pembelajaran perlu menggunakan model yang lebih efektif dalam kegiatan pembelajaran yang akan

memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan bisa bekerja sama. Pemahaman terhadap materi

pembelajaran PAI diharapkan bisa meningkatkan prestasi belajar siswa.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan modal pembelajaran yang tepat untuk

pembelajaran PAI. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning

akan membantu siswa mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata di sekitar siswa dan

mampu mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran Cooperative Learning memungkinkan guru akan membantu dan membimbing

siswanya untuk menemukan dan memahami hubungan atau keterkaitan antara pengalaman nyata sisa

tersebut akan dijadikan pengetahuan awal siswa yang akan dikembangkan menjadi pengetahuan yang

baru yang akan diperluas dan dikembangkan sesuai tingkat perkembangannya. Model pembelajaran

Cooperative Learning melibatkan siswa secara aktif untuk mengamati dan melakukan praktek secara

Page 18: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

4

langsung. Siswa diberi kesempatan untuk lebih banyak bertanya dan mengemukakan gagasan sesuai

pengalamannya, serta bekerja sama dalam kelompok sehingga siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya. Siswa lebih mudah memahami materi pelajaran karena materi itu dikaitkan dengan

kenyataan di lingkungan sekitar siswa atau bahkan siswa pernah mengalaminya. Dengan demikian

diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dan berakibat prestasi belajar siswa akan

meningkat.

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian untuk mencapai tujuan

pembelajaran pada umumnya, terutama PAI memang tidak mudah seperti membalikkan tangan tapi

harus diusahakan dengan sungguh-sungguh dan mau belajar keras untuk mencapainya. Berdasarkan

penelitian di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul

“Penggunaan Model Cooperative Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten

Tebo”.

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus dan tidak terlalu luas. Maka permasalahan

dalam penelitian dibatasi sebagai berikut :

1. Penelitian dilaksanakan di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya

Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

2. Penelitian dilaksanakan pada materi Pendidikan Agama Islam “Menunaikan sholat wajib

berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam”, (khusus sholat Dzhurur

berjama’ah) dengan menggunakan model Cooperative Learning dalam meningkatkan hasil

belajar siswa.

3. Nilai-nilai pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih sangat rendah dan kurangnya

perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

C. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian, sebab

masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari jalan keluarnya melalui penelitian.

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah:

Page 19: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

5

1. Bagaimana pelaksanaan model Cooperative Learning pada materi “Menunaikan shalat

wajib berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam” di kelas VII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten

Tebo?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning pada materi

“Menunaikan shalat wajib berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun

Islam” dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten

Tebo?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui

serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan

tertentu yang sesuai dengan permasalahannya. Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijak

pada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan :

a. Mengetahui pelaksanaan model Cooperative Learning pada materi “Menunaikan shalat

wajib berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam” di kelas VII Sekolah

Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

b. Mengetahui penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning pada materi

“Menunaikan shalat wajib berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam”

dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII Sekolah

Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

Page 20: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

6

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis maupun

secara praktis:

a. Kegunaan Teoritis

1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap model pembelajaran Cooperative

Learning dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam Siswa.

2) Sebagai salah satu acuan atau panduan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Kegunaan Praktis

1) Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana (S1) dalam

Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2) Diharapkan dapat mengatasi persoalan mengenai menurunnya prestasi siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dapat membantu siswa dalam pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, juga dapat digunakan sebagai acuan guru dan

sekolah untuk lebih meningkatkan perannya di dunia pendidikan.

Page 21: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai landasan berfikir, menganalisis, menelaah dan mengkaji, serta menjabarkan

permasalahan-permasalahan yang diteliti, maka diperlukan suatu rujukan atau konsep dari para

ahli atau pakar dalam bidang pendidikan yang sesuai dengan masalah yang diteliti untuk

menghindari kesalahan-kesalahan dalam memahami permasalahan-permasalahan yang akan

dibahas.

Adapun landasan-landasan teori yang menjadi pedoman dalam hal ini adalah:

A. Kajian Teoritik

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar.

Hasil belajar menurut Dimyati dalam Ranti (2007: 12) adalah “hasil proses

belajar di mana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam

pembelajaran adalah guru”. Menurut Sudjana ( 2005 : 3 ) hasil belajar adalah

“perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses pembelajaran. Semua

perubahan dari proses belajar merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan

manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan Hasil belajar adalah hasil yang

dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan suatu usaha untuk memenuhi

kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi kondisi dan situasi tertentu, yaitu

pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang pendidikan. Pengukuran prestasi belajar

dapat dilakukan dengan bentuk tes dan evaluasi.

Kemudian evaluasi dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai

siswa. Untuk melakukan evaluasi diperlukan adanya evaluasi yang objektif,

menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam sistem pendidikan nasional rumuskan

pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instrasional menggunakan

klasifikasi hasil belajar. Benjamin Bloom membagikan dalam ranah kognitif, ranah

efektif dan ranah spikomotoris, sebagai berikut ini: (Sudjana, 2005: 22).

Page 22: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

8

1) Aspek Kognitif

Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait dengan

percobaan yang dilakukan untuk aspek pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui

tes tertulis yang relevan dengan materi pokok tersebut. Aspek kognitif dapat berupa

pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi: pengamatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, dan evaluasi. Klasifikasi tujuan kognitif oleh Bloom (1956) domain

kognitif terdiri atas enam bagian sebagai berikut:

a) Ingatan/recall

Mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah

dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting

adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.

b) Pemahaman

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat

di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.

c) Penerapan

Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang

sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan,

prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi

dari pada pemahaman.

d) Analisis

Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-

komponen atau faktor penyebab dan mampu memahami hubungan di antara

bagian yang satu dengan yang lainnya, sehingga struktur dan aturannya dapat

lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih

tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.

e) Sintesis

Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen,

sehingga membentuk suatu pola struktur dan bentuk baru. Aspek ini

memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat

berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.

f) Evaluasi

Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai

materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir

yang tinggi.

2) Aspek Afektif

Page 23: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

9

Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat

penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek afektif dalam hal ini

digunakan untuk penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri, kecakapan

berpikir rasional, kecakapan sosial, dan kecakapan akademis. Aspek ini belum ada

patokan yang pasti dalam penilaiannya. Klasifikasi tujuan afektif terbagi dalam lima

kategori sebagai berikut:

a) Penerimaan

Mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan memberikan

respon terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil

belajar terendah dalam domain afektif.

b) Pemberian respon

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangkut secara

aktif, menjadi peserta, dan tertarik.

c) Penilaian

Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau

kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak

menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi „sikap‟

dan „apresiasi‟.

d) Pengorganisasian

Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat

lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal membentuk suatu

sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam falsafah

hidup.

e) Karakterisasi

Mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat

berkembang dengan teratur sehingga, tingkah laku menjadi lebih konsisten dan

lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya

dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.

3) Aspek Psikomotor

Pengukuran keberhasilan pada aspek psikomotor ditunjukkan pada keterampilan

dalam merangkai alat keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil.

Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa bertujuan untuk mengukur

sejauh mana siswa menguasai teknik praktikum. Aspek ini menitikberatkan pada

unjuk kerja siswa. Klasifikasi tujuan psikomotor terbagi dalam lima kategori sebagai

berikut:

a) Peniruan

Page 24: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

10

Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberikan respons

serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot

syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

b) Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,

gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan.

Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak

hanya meniru tingkah laku saja.

c) Ketetapan

Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam

penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi

sampai pada tingkat minimum.

d) Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang

tepat dengan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara

gerakan-gerakan yang berbeda.

e) Pengalamiahan

Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan

energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan

merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. Ketiga

ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu,

ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan

pengajaran. (Sudjana, 2005: 22-34).

b. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa

“belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.

Jadi pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut; belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengelamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Menurut Sardiman (2007: 21) “belajar yang dimaksudkan sebagai usaha

penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju

terbentuknya kepribadian seutuhnya, bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan.

Jadi dapat dikatakan bahwa belajar itu rangkaian kejiwaan, jiwa raga, psiko-fisif

untuk menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut

unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”.

Page 25: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

11

Fudyartanto, dalam Baharuddin (2010: 13) menyatakan “belajar adalah

memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman,

mengingat, menguasai pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan”.

Jadi, dapat disimpulkan pengertian belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh dan menguasai pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku

pada dirinya melalui kegiatan latihan dan pengalaman.

Makhluk Allah yang diberi kewajiban dalam belajar atau mencari ilmu adalah

manusia. Yang mana ilmu tersebut berguna untuk bekal kehidupannya di dunia

maupun diakhirat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

طلب العلم فريضة على كل مسلم

Artinya : “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”.

Selain itu, dijelaskan dalam Al-Qur’an dengan bijaksana mengenai cara-cara

dalam pendidikan, seperti dalam surah An Nahl Ayat 125 berikut ini:

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”. (Q.S An Nahl: 125)

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan

tingka laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena

adanya interaksi individu dengan lingkungannya menggunakan Cooperative Learning

maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII SMPN 22 Desa Sari Mulya

Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

c. Prinsif-prinsif Belajar

Page 26: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

12

Prinsip belajar menurut Slameto (2003: 27-30) yang dapat dilaksanakan dalam situasi

dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat

dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;

b. Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai

tujuan instruksional;

c. Belajar belajar perlu lingkungan yang menentang di mana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif;

d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

2) Sesuai hakikat belajar

a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya;

b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi ekplorasi, dan discovery;

c. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan

pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan stimulus

yang diberikan.

3) Sesuai materi yang dipelajari

a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang

sederhana, sehingga siswa muda menangkap pengertianya;

b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan

intruksional yang harus dicapainya

4) Syarat keberhasilan belajar

a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan

tenang.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Untuk memahami tentang prestasi belajar, perlu didalami faktor- faktor yang

mempengaruhinya. Mulyasa (2005:189-196) mengemukakan beberapa faktor yaiti:

1) Pengaruh faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat

digolongkan kedalam sosial dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan

antarmanusia yang terjadi berbagai situasi sosial. Kedalam faktor ini termasuk

lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan

Page 27: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

13

faktor non-sosial seperti lingkungan alam fisik misalnya; pekerjaan rumah, ruang

belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya.

2) Pengaruh faktor internal

mengklasifikasikan faktor internal menyangkut: (a) faktor-faktor fisiologis, yang

menyangkut keadaan jasmani atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu

terutama pada panca indera, (b) faktor-faktor fisiologis, yang berasal dari dalam diri

seperti intelegensi, minat, sikap dan motivasi.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Slameto (2003: 54) bahwa “faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar

seperti: (a) faktor jasmani yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh (b) faktor

psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan

dan kesiapan (c) faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi balajar yaitu keadaan

keluarga, keadaan sekolah dan keadaan masyarakat tempat siswa tinggal”.

Sedangkan menurrut pendapat A Tabrani Rusyan (2007: 68) faktor internal yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

1) Keinginan untuk mencapai apa yang telah dicita-citakan

2) Minat pribadi yang mempengaruhi belajar

3) Pola kepribadian yang mempengaruhi jenis dan kekuatan aspirasi

4) Nilai pribadi yaitu yang menentukan apa saja dari kekuatan aspirasi

5) Jenis kelamin

6) Latar belakang keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengurahi faktor-faktor yang mempengaruhi

pembelajaran tersebut. Dengan mengurahi faktor yang mempengaruhi belajar

diharapkan pembelajaran dapat mencapai tujuan dengan baik. Untuk mengurangi

faktor yang mempengaruhi pembelajaran tersebut peneliti menggunakan metode

diskusi yang dapat membangkitkan minat, perhatian, motivasi siswa dalam belajar.

Metode ini juga dapat meningkatkan relasi guru dengan siswa dan relasi siswa

dengan siswa lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor internal adalah faktor

yang mempengaruhi diri sendiri misalnya malas belajar dan faktor eksternal adalah

yang mempengaruhi diluar dirinya seperti lingkungan, masyarakat, guru dan alat

belajar.

Page 28: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

14

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

usaha maksimal yang diperoleh oleh sesorang sesuai dengan tingkat keberhasilannya

yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami

prose belajar mengajar. Sejalan dengan prestasi balajar, maka dapat diartikan bahwa

hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah nilai yang diperoleh siswa setelah

terlihat secara aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Pembelajaran Cooperative Learning.

a. Pengertian Cooperative Learning

Slavin (2010) menyatakan “model cooperative learning merupakan sebuah

model pembelajaran dengan menempatkan peserta didik di dalam kelompok kecil di

mana peserta didik mengungkapkan ide gagasan mereka dan bekerja secara

kolaboratif untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru”. (Zuliana, Jurnal

2008)

Menurut Sugiyanto (2010: 37) pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)

adalah “pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar”. Menurut Solihatin dan Raharjo (2009: 4) Cooperative Learning

mengandung pengertian sebagai “suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja

atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam

kelompok, yang berdiri dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”. Sedangkan

menurut Lie (2008: 37) belajar kooperatif adalah “pembelajaran yang menggunakan

kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan

belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain”.

Menurut Slavin dalam Isjoni (2011: 15) berpendapat bahwa “pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan

struktur kelompok heterogen”. (Nur Asma 2006: 11) berpendapat bahwa kooperatif

adalah “kegiatan yang berlangsung dilingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil

yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan atau

masalah-masalah yang ada dalam tugas siswa”.

Page 29: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

15

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya

cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku

bersama dalam kerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama

dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja

sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Model

cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang membantu

siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan

nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama diantara sesama

anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan kerjasama antara siswa dalam kelompok. Hal ini

dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami

suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman

sebaya.

Prinsip kooperatif dapat berlangsung dalam interaksi belajar kelompok dengan

saling percaya, terbuak, dan satai diantara para anggota kelompok. Dalam kelompok

kecil ini juga dapat memberikan kesempatan bagi para siswa untuk memperoleh dan

memberi masukan di antara siswa untuk mengembangkan pengetahuan siswa-siswa

yang milikinya.

b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

Menurut Lie dalam Rusman (2011: 37-38) “pembelajaran kooperatif adalah suatu

sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait”. Adapun berbagai

elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan positif

Guru mencipatakan suana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan.

Pengaruh yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan memberikan motivasi

untuk meraih prestasi belajar yang optimal. Ketergantungan dapat dicapai melalui:

a) ketergantungan pencapaian tujuan

b) ketergantungan dalam menyelesaikan tugas

c) ketergantungan bahan atau sumber

d) ketergantungan peran, dan

e) saling ketergantungan hadiah.

Page 30: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

16

2. Interasi tatap muka

Interaksi tatap muka menurut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka

sehingga siswa dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan

sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi

sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat

penting karena adanya siswa yang meras lebih mudah belajar dari sesamanya.

3. Akuntabilitas Individual

Pembelajaran kooperatif menampilankan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian

ditujukan untuk mengetahuan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara

individual. Hasil penelitian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru

kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang

memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai

kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan kerena itu anggota

kelompok harus memberi urunan demi kemajuan kelompok. Penelitian kelompok secara

individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.

4. Keterampilan Menjalin Pengaruh Antar Pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tanggang rasa, sikap sopan

terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan

pikiran logis, tidak mendominasikan terhadap pikiran orang lain, mandiri, dan berbagai sifat

lain yang bermanfaat dalam menjalin pengaruh antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi

secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin pengaruh antar pribadi dan tidak

hanya memperoleh teguran dari siswa.

Sedangkan menurut Lungdren dalam Isjoni (2011: 16) unsur- unsur koperatif adalah

sebagai berikut:

a) Siswimemiliki tanggung jawab terhadap siswa ataupeserta didik lain dalam

kompleks, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri atau pribadi dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

b) Para siswa berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

c) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota

kelompoknya

d) Para siswa diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh

terhadap evaluasi kelompok

e) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan

bekerja bersama selama belajar

Page 31: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

17

f) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pembelajaran

kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama

dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, saling

menghargai pendapat antara anggota, saling menciptakan iklim positif di dalam kelas.

c. Langkah-langkah dalam pembeljaran kooperative

Menurut Miftahul Huda (2014:162-197) langkah-langkah pembelajaran kooperatif

meliputi:

“(1) memilih berbagai metode atau teknik dalam pembelajaran kooperatif, menata

ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif, (2) merangking siswa, menentukan jumlah

kelompok, (3) membentuk kelompok, (4) mempresentasikan materi pembelajaran, (5)

membagi LKS, (6) menugaskan siswa mengerjakan tugas individu, (7) menilai kuis siswa,

(8) penghargaan pada kelompok, dan (9) evaluasi perilaku anggota kelompok”.

Sanjaya (2015:248) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Penjelasan pokok materi pembelajaran kepada siswa sebelum dimulai pembelajaran

kelompok,

2. Siswa belajar dalam kelompok yang heterogen,

3. Penilaian pembelajaran dilakukan kepada individu dan kelompok dengan

menggunakan kuis atau tes

4. Tim yang paling tinggi prestasinya diberikan pengakuan dan penghargaan kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2011:211) seperti pada

tabel dibawah ini :

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Kegiatan Penjelasan

Fase 1 Menjelaskan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberi motivasi

kepada siswa

Fase 2 Mempresentasikan

informasi

Guru mempresentasikan informasi

kepada siswa dengan lisan dan tulisan

Page 32: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

18

Fase 3 Mengorganisasikan

siswa dalam kelompok Belajar

Guru menjelaskan cara membentuk

kelompok

Fase 4 Membantu kelompok kerja dan belajar

Guru membantu kelompok belajar saat mengerjakan tugas

Fase 5 Menguji berbagai materi Guru menguji pengetahuan siswa

terhadap materi belajar dan

mempresentasikan hasil kerja

kelompok

Fase 6 Memberikan

penghargaan/pengakuan

Guru memberikan penghargaan terhadap usaha dan prestasi belajar

secara individu maupun kelompok.

d. Kelebihan pembelajaran kooperative

Keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2015:249-250) adalah:

1. Siswa tidak menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan

kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan

belajar dari siswa yang lain.

2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan

idea atau gagasan secara verbal.

3. Membantu siswa untuk peduli pada orang lain dan menyadari akan segala

keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajar.

5. Meningkatkan prestasi akademik.

6. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya

sendiri dan menerima umpan balik

7. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan memberikan

rangsangan untuk berfikir, dan

8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan

memberikan rangsangan untuk berfikir.

B. Kerangka Berfikir

Pada dasarnya, pembelajaran adalah proses komunikasi. Komunikasi yang dimaksud

adalah yang dikaitkan dengan suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di

dalam proses ini juga terjadi proses interaksi antara siswa dengan siswa dan guru, bahkan

proses interaksi ini terjadi proses perpindahan informasi dari pendidik kepada peserta didik

atau siswa. Namun, dalam pelaksanaan komunikasi ini seringkali mengalami gangguan.

Page 33: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

19

Agar pembelajaran dapat berjalan lancar, variatif dan terhindar dari verbalisme,

diperlukan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Model

pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru menyampaikan suatu informasi. Baik

tidaknya suatu penyampaian informasi tergantung dari pada model dan metode yang

digunakan.

Suatu pembelajaran dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan

pembelajaran yang efektif. Pengukuran sukses tidaknya suatu pengajaran dapat dilihat dari

hasilnya. Adapun salah satu ciri hasil pembelajaran yang baik adalah bila hasil tersebut tahan

lama dan dapat digunakan dalam kehidupan siswa. Pembelajaran efektif dikatakan apabila

peserta didik dapat memahami makna yang disampaikan oleh guru sebagai lingkungan

belajarnya. Dengan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa,

maka dalam pembelajaran siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Dengan

demikian hal tersebut akan meningkatkan prestasi belajar terutama pemahaman siswa akan

materi yang akan disampaikan oleh guru.

Disamping itu model pembelajaran yang sesuai dengan siswa dapat memudahkan guru

dalam penyampaian materi. Pendidikan Agam Islam adalah mata pelajaran yang wajib di

ajarkan di jenjang sekolah menengah pertama. Di dalam proses pembelajaran guru dituntut

menerapkan berbagai model dan metode yang bisa mendukungan semangat siswa dalam

mencapai prestasi peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diperlukan suatu variasi baru dalam

pemilihan model pembelajaran, pendekatan dan model Cooperative Learning dapat

meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peneliti menggunakan

model Cooperative Learning sebagai cara baru dalam pembelajaran yang dapat

meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan

menggunakan Model Cooperative Learning diharapkan dapat membantu peserta didik untuk

berpikir kritis serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Penelitian yang Relevan

Dalam rangka menetapkan permasalahan dalam melakukan suatu penelitian, subyek

penelitian, untuk selanjutnya melaksanakan penelitian kelapangan, peneliti perlu memperhatikan

apakah yang akan peneliti angkat ini telah ada yang meneliti baik itu ditinjau dari aspek yang sama,

Page 34: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

20

menggunakan metode yang sama dan mengambil lokasi yang sama, serta apakah ada relevansinya

dengan penelitian yang akan diteliti ini, agar tidak terjadi pengulangan. Di bawah ini beberapa hasil

penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, antara lain :

1. Putry Anjani (2013) dengan judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui

Model Cooperative Learning pada siswa Mts Muslimat NU Adikarto III Muntilan

Magelang”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa Model Cooperative Learning dapat

meningkatkan kemampuan berhitung anak, dari 21% pada prasiklus menjadi 61% pada

siklus I dan meningkat 67% setelah pelaksanaan siklus II.

2. Sopiyatun (2012) dengan berjudul penelitian “Meningkatan hasil belajar IPA melalui

Model Cooperative Learning Pada Siswa kelas VI di SD Negeri 01 Yogyakarta”, dengan

hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan Model Cooperative

Learning dalam penelitian ini dapat dilihat pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat

menjadi 7,21 kemudian pada siklus II terjadi lagi peningkatan menjadi 8,13.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori kerangka berpikir di atas maka hipotetis tindakan dalam penelitian ini

adalah penggunaan model Cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi “Menunaikan shalat wajib berjamaah sebagai

implementasi dari pemahaman rukun Islam” di kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri

22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

Page 35: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Situasi sosial adalah “lokasi atau tempat yang di tetapkan untuk melakukan penelitian,

situasi sosial dalam penelitian ini meliputi aspek tempat (place), pelaku (actori), dan

aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis”. (Sugiyono, 2013 : 297) Lokasi

penelitian berada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan

Rimbo Ilir Kabupaten Tebo. Penelitian ini tentang Penggunaan Model Cooperative Learning

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII Sekolah

Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian selama enam bulan efektif, pada tahun ajaran 2018/2019.

B. Rancangan Tindakan

Penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Arikunto (2014:156), “Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) secara umum

dapat diartikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang diaplikasikan dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas”. Secara lebih sistematis, Carr & Kemmis (dalam

Arikunto, 2014:156) mengemukakan definisi penelitian tindakan (action research) sebagai

berikut:

“Suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta

kegiatan pendidikan tertentu (misalnya guru, siswa dan atau kepala sekolah) dalam

situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta

keabsahan dari (a) prktek-praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri,

(b) pemahaman mereka mengenai praktek-praktek tersebut, dan (c) situasi kelembagaan

tempat praktek-praktek itu dilaksanakan”.

Berdasarkan pendapat diatas maka penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai

suatu penelitian yang dilakukan dalam bentuk pembelajaran dalam kelas yang

dilakukan melalui model cooperative learning guna menyelesaikan permasalahan

pembelajaran yang ditemukan. Penelitian kali ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi

26

Page 36: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

22

belajar siswa melalui model cooperative learning di Sekolah Menengah Pertama Negeri 22

Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, sehingga diharapkan dengan

diadakannya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model cooperative learning

dapat membuat hasil siswa menjadi meningkat.

Menurut Arikunto (2014:16) secara garis besar penelitian tindakan kelas (PTK) atau

Classroom Action Researh (CAR) terdapat empat tahapan yang lazim dilalui. Empat tahap

yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan

Peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana

tindakan tersebut dilakukan pada tahap ini pelaksanaan.

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi isi rancangan, yaitu melakukan tindakan di

kelas;

3. Pengamatan

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat (bukan guru pelaksana) yang

dilaksanakan pada saat pembelakaran berlangsung;

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk

melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.

Model skema yang digunakan pada penelitian ini adalah model skema yang

menggunakan prosedur kerja yang dipandang sebagai suatu siklus spiral dari perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi yang kemudian diikuti siklus spiral berikutnya. Empat

tahapan pada masing-masing siklus dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan.

Perencanaan

SIKLUS 1 Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Page 37: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

23

(Sumber: Suharsimi Arikunto, 2014:137)

Peta konsep sebagaimana telah dikemukakan di atas pada dasarnya sebuah mata rantai

yang saling berhubungan antara item satu dengan yang lain. Sehingga apabila dijelaskan

secara naratif terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui oleh seorang peneliti untuk

mengungkap informasi yang akurat sesuai dengan domain permasalahan yang sedang diteliti.

C. Prosedur Tindakan

Penyelenggaraan penelitian dimulai dengan pra siklus, siklus I, jika hasil siklus I

berhasil maka siklus II dilakukan sebagai pemantapan, jika siklus I tidak berhasil maka

diadakan siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus I. Sedangkan jika siklus II berlum

berhasil maka dilanjutkan ke siklus III atau selanjutnya.

1. Prasiklus

Pada tahap prasiklus, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Meminta persetujuan kepala sekolah untuk melaksanakan observasi prasiklus.

b. Melakukan observasi pada saat pembelajaran di kelas.

c. Melakukan wawancara dengan guru yang berkaitan dengan aktivitas siswa, metode

dan media pembelajaran yang biasa digunakan.

d. Melakukan wawancara dengan siswa tentang metode pembelajaran yang biasa

digunakan oleh guru di kelas serta kesulitan yang dihadapi oleh siswa.

e. Membuat rencana perbaikan.

f. Merencanakan jadwal penelitian.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

1) Pada kegiatan ini peneliti membuat langkah- langkah pembelajaran dengan

menggunakan model Cooperative Lerning pada pembelajaran PAI.

2) Penelitian merancang pembuatan rencana pembelajaran sesuai tindakan yang

dilakukan.

3) Menetapkan materi yang akan disampaikan melalui model Cooperative Learning.

?

Page 38: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

24

4) Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP.

5) Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa.

6) Mempersiapkan sumber, dan sarana dalam pembelajaran

7) Menyusun lembar kerja dan alat evaluasi siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan ini Guru melakukan tindakan dalam proses pembelajaran

menggunakan panduan perencanaan yang dibuat dan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan RPP yang telah disusun.

1) Kegiatan Awal

a) Mengecek kegiatan belajar siswa.

b) Melakukan apersepsi dengan memberi pertanyaan yang berkaitan dengan materi dan

siswa diberi kesempatan menyampaikan jawaban sesuai dengan pengetahuannya.

Guru menunjukkan contoh peristiwa di lingkungan atau benda nyata atau berkaitan

dengan materi.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan pendekatan

Cooperative Learning yang akan dilakukan.

2) Kegiatan inti

a) Kelas dibagi menjadi 3 kelompok.

b) Guru membagi lembar kegiatan siswa yang berisi langkah kerja dari kegiatan yang

akan dilakukan.

c) Siswa memperhatikan demonstrasi dan penjelasan guru tentang kegiatan yang akan

dilakukan.

d) Siswa tanya jawab dengan guru tentang kegiatan/tugas yang harus dilakukan siswa.

e) Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Cooperative Learning

yang akan diperintahkan oleh guru.

f) Siswa mencatat hasil dari kegiatan yang mereka lakukan dengan panduan LKS.

g) Siswa mendiskusikan hasil dari kelompoknya.

h) Siswa membuat kesimpulan dari hasil kegiatan yang dilakukan.

i) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

j) Siswa bersama-sama guru membahas hasil diskusi kelompok.

k) Tanya jawab antar kelompok dan guru tentang hasil diskusi kelompok. (bertanya)

l) Siswa diberi kesempatan menyampaikan pendapat tentang kegiatan yang telah

Page 39: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

25

dilakukan. (refleksi)

m) Diberi kesempatan merangkum apa yang telah dipelajari. (refleksi)

n) Siswa dibimbing guru menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan. (refleksi)

3) Kegiatan penutup

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi.

b) Guru menilai hasil kerja siswa LKS, dan kenerja siswa saat praktek/presentasi.

c. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati dan mengukur aktivitas siswa pada saat

proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini, peneliti mengamati proses

pembelajaran di kelas saat menggunakan model Cooperative Learning.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk menganalisis hasil observasi dan hasil tes.

Refleksi dilaksanakan segera setelah tahap implementasi/tindakan dan observasi selesai.

Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil yang meliputi kelebihan dan kekurangan pada

pembelajaran. Hasil refleksi ini akan digunakan sebagai perbaikan dalam pelaksanaan

siklus berikutnya.

D. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar

siswa dalam pemebelajaran PAI setelah menggunakan model pembelajaran cooperative

learning terjadi perubahan yaitu apabila subjek penelitian telah mencapai kriteria baik

sebanyak 75%, dengan persentase hasil belajar mencapai skor rata-rata dalam kategori tinggi,

dengan kriteria ketuntasan minimal KKM 75.

E. Sumber Data

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini orang dan materi yang terdapat di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo

yang meliputi : guru PAI, kepala sekolah, guru, siswa, arsip dan peristiwa/kejadian.

Page 40: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

26

F. Instrumen Pengumpulan Data

Pada prinsip meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang

baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan intrumen penelitian. Jadi intrumen

penelitian ini adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati. Menurut (Sugiyono, 2006: 148) pada penelitian ini, peneliti dibantu dengan

instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai alat dalam pengumpulan data

adalah:

1. Lembar tes

“Tes instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek

kognitif, atau tingkat penguasaan materi pelajaran”. (Sanjaya, 2016: 99). Tes ini

digunakan untuk mengukur ranah kognitif yang terkait dengan pemahaman siswa. Tes

ini digunakan untuk mengukur ranah kognitif yang terkait dengan pemahamann siswa.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda.

Tes yang digunakan berjumlah 25 butir soal pilihan ganda. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada

siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan

Rimbo Ilir Kabupaten Tebo melalaui model Cooperative Learning.

Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Model

Cooperative Learning dalam Pembelajaran PAI

No Variabel Indikator Jumlah Item

No Item

1. Kedisiplinan

Siswa

1. Siswa masuk kelas tepat

waktu.

2. Siswa berdoa dengan tertib

3. Siswa mengucap salam

kepada guru

3 1-3

Page 41: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

27

2. Keaktifan Siswa 1. Siswa menunjukkan

ketertarikan

pada pembelajaran .

2. Siswa menanggapi

apersepsi yang diberikan

guru.

3. Siswa berani bertanya bila

mengalami kesulitan.

4. Siswa aktif menjawab yang

pertanyaan-pertanyan yang

diajukan guru.

5. Siswa antusias

menggunakan kartu yang

berisi pertanyaan yang

disediakan guru.

6. Siswa menuliskan hal-hal

penting dalam buku.

6 1-6

3. Kemampuan

siswa

melaksanakan

Cooperative

Learning

1. Siswa mengamati

kartu yang berisi

pertanyaan.

2. Siswa bekerja sama

dengan temannya.

3. Siswa membacakan kartu

pertanyaan kepada

kekelompok lain.

4. Siswa menyimak yang

sedang membacakan

pertanyaan.

5. Siswa memberikan

tanggapan/menjawab

pertanyaan teman.

6. Siswa mengklarifikasi

hasil jawaban bersama

guru.

7. Siswa menyimpulkan

materi yang telah dipelajari

7 1-7

2. Lembar observasi

Menurut Wina Sanjaya (2016: 86), “teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat

observasi tentang hal-hal yang diamati atau diteliti”. Oleh karena itu, observasi

dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model

Cooperative Learning pembelajaran. Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini

untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam, pada praktek ibdah solat dzhur berjam’ah.

Page 42: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

28

3. Dokumentasi

Dokumentasi sebagai "...cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel

yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat khabar, majalah, notulen rapat, prasasti,

legger, agenda dan sebagainya."(Arikunto, 2014 : 231) Dokumentasi penulis gunakan

untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir

Kabupaten Tebo yang meliputi :

a. Historis dan geografis.

b. Struktur organisasi.

c. Keadaan guru dan siswa.

d. Keadaan sarana dan prasarana.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitian,

termasuk PTK. Hasil analisis data ini nantinya akan menentukan kebermaknaan hasil

penelitian yang dilakukan, artinya jika analisis yang dilakukan tepat dan baik , maka hasil

penelitian akan memberikan gambaran yang obyektif dari kondisi yang diteliti sehingga

tindakan yang diambil untuk peningkatan kondisi tersebut juga bermakna.

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Menurut Sudjana dalam Iskandar

(2013:223) “analisis data kualitatif dilakukan berdasarkan fakta atau informasi yang dijumpai

dilapangan. Fakta atau informasi tersebut dianalisis berupa pengelompokan data dalam

aspek-aspek yang telah ditentukan”. Hasil pengelompokan tersebut selanjutnya dihubungkan

dengan data yang lainnya untuk mendapatkan suatu hasil yang akurat.

Analisis data yang dilakukan untuk rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII melalui Model

Cooperative Learning di Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya

Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo. Analisis pada peningkatan aktivitas belajar siswa

menggunakan rumus sebagai berikut:

a) Kategori tinggi/baik/terampil = interval 80 -100

b) Kategori sedang/cukup = interval 75 – 79

c) Kategori rendah/kurang = <75

Page 43: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

29

Selanjutnya berdasarkan penjabaran diatas maka penulis merumuskan dalam bentuk hitungan

persentase sebagai berikut:

P =

x 100

Keterangan:

P : Persentase

Js : Jumlah peserta didik yang mencapai skor tertentu

N : Jumlah keseluruhan peserta didik.

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan dengan pembuatan

proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah

pengesahan judul dan izin riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan

analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan

pembimbing sebelum diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan

dengan perbaikan dan penggandaan laporan penelitian skripsi. Adapun jadwal kegiatan dapat

dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3.1 :

Jadwal Penelitian

No KEGIATAN

Tahun 2018/2019

Des’ Jan’ Feb’ Mar’ Juni’ Juli’

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan

Proposal √ √ √ √

2. Perbaikan

Hasil Seminar √ √

3. Pengumpulan

Data √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4. Verifikasi dan

Analisa Data √ √ √ √ √ √

5. Konsultasi

Pembimbing √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6. Perbaikan √ √ √ √ √ √ √

Page 44: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

30

7. Penggandaan

Laporan √

*Catatan. Jadwal dapat berubah sesuai dengan kebutuhan penelitian

Page 45: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

31

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

1. Historis dan Geografis Sekolah

SMP N 22 Kabupaten Tebo terletak di Desa Sari Mulya, Kecamatan Rimbo Ilir,

Kabupaten Tebo. Lokasi ini merupakan dataran tinggi dengan curah hujan yang cukup

tinggi dan juga kemarau, sering mengalami kekeringan (kemarau panjang). Kondisi

tanahnya berbukit-bukit kecil dan bergelombang, sangat cocok untuk tanaman industri,

terutama karet dan kelapa sawit.

Dengan jadinya Tebo sebagai Kabupaten baru, telah pula mendorong perkembangan

daerah ini khususnya sekolah ini yang langsung beroperasi semenjak peresmian Kabupaten

Tebo.

Seiring dengan itu SMP N 22 Kabupaten Tebo, sekarang yang terletak kuarang lebih

4 KM dari komplek perkantoran Pemda dan berada di tengah-tengah jalan anatara pusat

pemerintahan dan perekonomian Kabupaten Tebo, terus berbenah diri memberdayakan

potesni lingkungan Sumber Daya Alam dan Mansusianya untuk kemajuan sekolah di masa

yang akan datang.

SMP N 22 Kabupaten Tebo dibangun tahun anggaran 1999-2000 oleh proyek PPM

SLTP pusat, dan berda di jalan utama yang membela Desa sari Mulya Kec Rimbo Ilir,

mulai menerima siswa baru pada tahun 2001, dengan jumlah siswa 63 orang dibagi dalam 2

kelas. Pada tahun tersebut jumlah guru bertambah 12 orang guru dan 1 orang karyawan

TU. Untuk tahun ajaran 2002-2003 jumlah guru 12 orang dan karyawan TU menjadi 3

orang. Tahun ajaran 2005/2006 jumlah guru 15 orang dan karyawan TU 3 orang dengan

jumlah siswa lebih kurang 200 orang dalam 6 rombel, untuk tahun ajaran 2008/2009 jumlah

guru 15 orang dan karuyawan TU 4 orang dengan jumlah siswa 192 orang dalam 6 rombel.

Data terakhir tahun 2018/2019 jumlah siswa 260 dengan 9 rombel.

Pada kurun waktu awal Juli 2001 s.d Juni 2006 SMP N 22 Kabupaten Tebo dipimpin

oleh Bapak Suhartoyo, A.Md.Pd untuk tahun ajaran s.d 2008 dipimpin oleh Bapak Drs.

Suryaman, akhir November 2008 s.d awal Februari 2009 dipimpin oleh Bapak Drs

Safaruddin dan 13 Februari 2009 s.d 7 Februari 2011 dipimpin oleh Ibu Inang, S.Pd. MM, 37

Page 46: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

32

dan dari 7 Februari 2011 dipimpin oleh Bapak Karjana, S.Pd Selanjutnya dipimpinoleh ibu

Murni, S.Pd, dari 1 November 2015, dan Drs Marwadjih Mulai tanggal 22 Oktober 2018

s.d sekarang. (Dokumentasi, Februari 2019)

2. Profil Sekolah

Profil Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir

Kabupaten Tebo untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel identitas sekolah berikut ini:

(Dokumentasi, Februari 2019)

Tabel. 4.1

Profil Sekolah

1. Identitas Sekolah

1 Nama Sekolah : SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo

2 NPSN : 10503274

3 Jenjang Pendidikan : SMP

4 Status Sekolah : Negeri

5 Alamat Sekolah : Jl. Bunga Tanjung

RT / RW : 1 / 1

Kode Pos : 37256

Kelurahan : Sari Mulya

Kecamatan : Kec. Rimbo Ilir

Kabupaten/Kota : Kabupaten Tebo

Provinsi : Prov. Jambi

Negara : Indonesia

6 Posisi Geografis : -1,4145 Lintang

102,3445 Bujur

2. Data Pelengkap

7 SK Pendirian Sekolah : -

8 Tanggal SK Pendirian : 2000-01-01

9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

10 SK Izin Operasional : 420.2/318/DIKBUD/2017

11 Tgl SK Izin Operasional : 2017-10-04

12 Kebutuhan Khusus Dilayani :

13 Nomor Rekening : 3720047833

14 Nama Bank : KANTOR POS RIMBIILIR

15 Cabang KCP/Unit : ALAI ILIR 37256

16 Rekening Atas Nama : SMPN 22 KAB. TEBO

17 MBS : Ya

18 Luas Tanah Milik (m2) : 20000

19 Luas Tanah Bukan Milik (m2) : -

20 Nama Wajib Pajak :

21 NPWP :

3. Kontak Sekolah

Page 47: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

33

20 Nomor Telepon : 081271653570

21 Nomor Fax : -

22 Email : [email protected]

23 Website :

4. Data Periodik

24 Waktu Penyelenggaraan : Pagi/6 hari

25 Bersedia Menerima Bos? : Ya

26 Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat

27 Sumber Listrik : PLN

28 Daya Listrik (watt) : -

29 Akses Internet : Tidak ada

30 Akses Internet Alternatif : Tidak ada

5. Sanitasi

31 Kecukupan Air : Cukup

32

Sekolah Memproses Air

Sendiri : Ya

33 Air Minum Untuk Siswa : Tidak Disediakan

34

Mayoritas Siswa Membawa

Air Minum :

Tidak

35

Jumlah Toilet Berkebutuhan

Khusus : -

36 Sumber Air Sanitasi : Sumur terlindungi

37

Ketersediaan Air di

Lingkungan Sekolah :

Ada Sumber Air

38 Tipe Jamban : Leher angsa (toilet duduk/jongkok)

39 Jumlah Tempat Cuci Tangan : 3

40

Apakah Sabun dan Air Mengalir

pada Tempat Cuci Tangan :

Ya

3. Struktur Organisasi

Sebagai satuan organisasi, kecil atau besar tidak akan terlepas dari suatu struktur

organisasi kepengurusan. Maju atau mundurnya suatu organisasi sangat ketergantungan

pada manusia yang duduk di kepengurusan tersebut. Kemudian tugas seorang peminpin

untuk mengatur dan memberikan kebijaksanaan dalam mengatur langkah-langkah yang

harus ditempuh karena pemimpinlah yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab

secara penuh dan konsekuen. Dalam perorganisasian tersebut segala kegiatan yang dihadapi

baik itu mutu dalam proses pelaksanaan belajar mengajar maupun segala bentuk kegiatan

yang menunjang di sekolah tersebut dikelola secara teratur dan saling membantu

mendukung kelancaran pendidikan.

Lembaga pendidikan formal sebagai penyelenggaraan organisasi kerja,

diselenggarakan secara sistematis, terpimpin dan terarah, karena organisasi dilaksanakan

Page 48: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

34

untuk menciptakan proses serangkaian yang terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.

Sebagai organisasi kegiatan kerja maka untuk mencapai tujuan organisasi itu harus disusun

sebagai tata laksana yang dapat melaksanakan tugasnya masing-masing baik tujuan umum

maupun tujuan khusus menurut jenis dan tingkatnya masing-masing. Untuk lebih jelasnya

ada baiknya dilihat struktur organisasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari

Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, dapat dilihat pada lampiran struktur

organisasi:

4. Keadaan Guru dan Siswa

a. Keadaan Guru

Guru merupakan tenaga didik yang sangat penting dalam proses pembelajaran, dimana

guru merupakan tenaga edukatif yang bertugas mengajar, mendidik, membimbing siswa dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan. Guna meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, maka dibutuhkan tenaga yang handal dan profesional dalam

bidangnya masing-masing, secara geografis Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari

Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo pada tahun ajaran 2018/2019 dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.2: Keadaan Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir

Kabupaten Tebo

NO NAMA JABATAN STATUS

1 Marwadji Kepsek PNS

2 Amerta tomas alpa Edison Tenaga ADM

sekolah Tenaga Honorer

3 Devi novrida Guru Mapel PNS

4 Dwiyanto Tenaga ADM

Skolah PNS

5 Edia susanti Guru Mapel PNS

6 Endaryati Guru Mapel PNS

7 Enni tri suprapti Tenaga ADM

sekolah PNS

8 Haryanti Guru Mapel PNS

9 Juni aryanti Guru Mapel PNS

10 Karjanah Guru BK PNS

11 Ardiansyah Guru Mapel PNS

12 Muhammad yani Guru Mapel PNS

13 Nurdiana Guru Mapel PNS

14 Nuhayati Guru Mapel PNS

15 Prima julita Guru Mapel PNS

16 Rini suahrti Tenaga ADM

sekolah Tenaga Honorer

Page 49: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

35

17 Rohiq Guru Mapel PNS

18 Sargino Tenaga ADM

sekolah Tenaga Honorer

19 Sirti qomariah Tenaga ADM

sekolah Tenaga Honorer

20 Sriatun Guru Mapel Guru Honorer

Sekolah

21 Sunarsi Guru Mapel PNS

22 Sutrisno TAS PNS

23 Yulianti Guru Mapel PNS

24 Yulizar candra Guru Mapel Guru Honorer

Sekolah

25 Yuni firianinhgsih Guru Mapel PNS

(Dokumentasi, Februari 2019)

b. Keadaan Siswa

Di dalam pendidikan ada beberapa unsur yang harus ada, agar proses pembelajaran

terlaksana dengan baik. Salah satu unsur tersebut adalah anak didik, anak didik

merupakan unsur yang tidak dapat diabaikan keberadaannya dalam prosaes

pembelajaran. Demikian juga halnya dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri 22

Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, sebab anak didik merupakan

objek dari pendidikan. Siswa merupakan unsur pokok dalam penyelenggaraan

pendidikan. Tanpa siswa maka penyelenggaraan pendidikan tidak akan terlaksana.

Untuk mengetahui keadaan siswa yang berada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 22

Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.3:

Keadaan Siswa SMP Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten

Tebo

KELAS SISWA

JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 VII 40 43 83

2 VIII 48 48 96

3 IX 35 46 81

JUMLAH 123 137 260

(Dokumentasi, Februari 2019)

Page 50: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

36

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang ada di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo

cukup banyak, ini tentu saja merupakan salah satu bentuk dari kepercayaan masyarakat

sekitar, khususnya orang tua kepada pihak sekolah dalam memberikan pendidikan

kepada anak-anak mereka.

5. Prestasi Sekolah

Adapun prestasi yang diraih SMP N 22 Kab. Tebo dari tahun 2001 s.d sekarang

adalah sebagai berikut:

1) Juara I sekolah sehat tingkat Kabupaten

2) Juara I lomba olimpiade biologi tingkat SLTP/MTs Sekecamatan Rimbo Ilir

3) Juara II Lomba Fisika tingkat SLTP se Kecamatan Rimbo Ilir

4) Juara VI lomba olimpiade MIPA Biologi Tingkat Provinsi Jambi

5) Juara IX oliempiade Fisiska tingkat Provinsi

6) Juara III LCT MIPA Tingkat SLTP se Kab Tebo tahun 2005

7) Juara I Lomba baca puisi putra tingkat SLTP se Kecamatan Rimbo Ilir

8) Juata II lomba baca puisi putri tingkat SLTP se Kecamatan Rimbo Ilir

9) Juara III pawai Taaruf HMI Cab Tebo tahun 2006

10) Juara III lomba baca puisi tahun 2005

11) Juara III lomba lagu dareh jambi tahun 2005

12) Juara I Bola Voly mini putri porseni ke III SMP/MTs tingkat Kab. Tebo

13) Juara III Bola Voly mini putri porseni ke III SMP/MTs tingkat Provinsi Jambi di Kerinci

14) Juara III sekolah berwawasan lingkungan/ adiwiyata tingkat Provinsi Jambi tahun 2006

15) Juara I sekolah berwaeasan lingkungan /adiwiyata tinmgat Kab tebo dalam rangka harkitnas

tahun 2007

16) Juara I sekolah berwawasan lingkungan/ adiwiyata tingkat Prov Jambi tahun 2007

17) Juara III guru berprrstasi tingkat Kabupaten tahun 2007

18) Juara I lomba sekolah sehat tingkat Kab Tebo tahun 2008

19) Juara IV lomba sekolah sehat tingkat Prov tahun 2008 (Dokumentasi, Februari 2019)

6. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana pendidikan merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran agar

dapat berjalan dengan baik dan juga dapat memberikan motivasi kepada siswa dalam

belajar, sementara prasarana merupakan fasilitas yang membantu dan menunjang proses

Page 51: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

37

pembelajaran. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dilakukan berkaitan dengan

komponen-komponen yang ada, antara lain; guru, siswa, metode mengajar, tujuan yang

ingin dicapai dan sarana dan prasarana pendidikan.Sarana dan prasarana merupakan salah

satu komponen pendidikan yang tidak boleh diabaikan perannya. Untuk mencapai kegiatan

belajar mengajar (KBM) yang bermutu sangat dibutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai, baik berupa gedung, ruang belajar yang nyaman, perpustakaan, laboratorium,

laboratorium Komputer, dan lainnya yang mutlak diperlukan.

Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan maka dalam suatu lembaga pendidikan harus adanya faktor yang menunjang

terlaksananya proses pembelajarannya tersebut, karena itu sarana dan prasarana merupakan

salah satu faktor yang mempunyai fungsi penting yang dapat memperlancar proses

pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan.

Untuk mendukung jalannya proses pembelajaran harus diperlukan sarana dan

prasarana yang bersifat memadai dalam pelaksanaan pembelajaran. Sarana dan prasarana

yang dimaksud disini adalah semua fasilitas peralatan baik langsung maupun tidak

langsung yang berfungsi sebagai penunjang dan memperlancar dalam kegiatan

pembelajaran. Pada hakikatnya sarana dan prasarana tersebut dapat pula mempermudah

tercapainya tujuan pendidikan. Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya

Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, dalam menyelenggarakan pendidikan telah

memiliki berbagai fasilitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel lampiran sarana

dan prasarana sekolah.

B. Temuan Khusus dan Pembahasan

1. Kondisi Awal (Pra Tindakan).

Pra tindakan dimulai dari melaksanakan pengamatan pada 07-09 Januari 2019,

menunjukkan bahwa para siswa tersebut merasa kesulitan belajar PAI karena

pembelajaran cenderung berupa pemahaman dan cakupan yang luas. Kesulitan belajar

siswa dipengaruhi beberapa faktor seperti kurang konsentrasi saat pembelajaran

berlangsung, siswa asyik bermain sendiri, siswa sibuk berbicara dengan teman sebangku

saat pembelajaran berlangsung, siswa sering keluar diruang kelas sesukanya, dan siswa

Page 52: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

38

ketika disuruh di depan kelas untuk mengerjakan soal yang diberikan guru tidak mampu

menjawab atau mengerjakan. Selain itu, guru kelas dalam menyampaikan materi masih

dominan menggunakan konvensional. Penyampaian materi guru masih dominan

menggunakan ceramah atau penyampaian materi secara verbal, guru kurang

memanfaatkan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar.

Siswa jarang mendapat kesempatan untuk berbicara, komunikasi hanya berjalan satu

arah. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama

Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo memiliki kemampuan

beragam. Beberapa siswa ada yang mendapatkan nilai yang bagus dan ada yang mendapat

nilai jauh dari rata-rata. Kemampuan siswa memahami materi yang berbeda-beda ada

yang cepat dan ada yang lambat memahaminya. Perlu adanya metode yang secara

kongkret agar memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Nilai

murni tes hasil belajar PAI siswa kelas VII dari guru kelas disajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

Page 53: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

39

Tabel 4.4

Nilai Pra Siklus

No Nama (Inisial) Nilai Rata-rata

Ulangan

Kriteria

1 DK 78 Tuntas

2 PM 60 Tidak tuntas

3 GN 57 Tidak tuntas

4 IP 85 Tuntas

5 FJ 60 Tidak tuntas

6 VE 57 Tidak tuntas

7 NH 62 Tidak tuntas

8 JN 79 Tuntas

9 AN 75 Tuntas

10 IW 60 Tidak tuntas

11 DS 85 Tuntas

12 SF 62 Tidak tuntas

13 RM 78 Tuntas

14 AZ 78 Tuntas

15 AP 60 Tidak tuntas

16 FR 53 Tidak tuntas

17 VT 60 Tidak tuntas

18 RD 63 Tidak tuntas

19 RU 63 Tidak tuntas

20 AI 52 Tidak tuntas

21 AL 54 Tidak tuntas

22 DW 60 Tidak tuntas

23 YE 65 Tidak tuntas

24 CC 56 Tidak tuntas

25 KS 75 Tuntas

26 RS 65 Tidak tuntas

27 SN 56 Tidak tuntas

28 TN 67 Tidak tuntas

29 WI 65 Tidak tuntas

30 YS 80 Tuntas

Siswa tuntas 9=30%

Siswa tidak tuntas

21=70%

Berdasarkan data di atas dapat diketahui persentase nilai siswa yang sudah

mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM)= 75 adalah 30%= 9 siswa dan siswa

yang belum tuntas adalah 70%= 21 siswa. Dari data tersebut maka dapat di simpulkan

bahwa nilai siswa yang mencapai ketuntasan masih rendah karena itu perlu dilaksanakan

tindakan kelas. Setelah melihat observasi di atas perlu dilakukan sebuah tindakan agar

Page 54: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

40

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI. Tindakan yang dapat

dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran model Cooperative

Learning dalam pembelajaran PAI pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama

Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

2. Siklus I

Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Selasa, 12

Februari 2019 dengan alokasi waktu 2 x 40 di mulai pukul 07:30-08:50 WIB. Pertemuan

kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 15 Februari 2019 dengan alokasi waktu 2 x

40 menit di mulai pukul 09:15-10:35 WIB. Kegiatan pada siklus pertama meliputi

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan (Plaininning) Siklus I

Sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar oleh guru, peneliti melakukan

kegiatan sebagai berikut:

1) Memperhatiakan kurikulum 2013 dan silabus.

2) Menetapkan materi yang akan disampaikan melalui model Cooperative Learning.

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi (Shalat Berjama’ah)

yang akan di ajarkan.

4) Menyusun lembar observasi aktifitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan

model Cooperative Learning.

5) Mempersiapkan sumber dan sarana dalam proses pembelajaran.

6) Menyusun lember kerja, alat evaluasi dan tes siswa dilakukan diakhir siklus.

7) Melakukan diskusi kegiatan pembelajaran bersama guru kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan (acting).

1) Pertemuan pertama.

Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 Februari 2019 dengan alokasi waktu 2 x

40 menit di mulai pukul 07:30-08:50 WIB. Pokok bahasan pada pertemuan pertama

adalah menunaikan sholat wajib berjemaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun

Islam dengan indikator siswa dapat menunjukkan tata cara sholat wajib berjamaah dan

mendemontrasikan tata cara sholat wajib berjamaah.

Page 55: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

41

Gambaran kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dideskripsikan sebagai

berikut:

a) Kegiatan Awal

Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengajak

siswa berdoa menurut agamanya masing-masing dan memeriksa kehadiran siswa serta

memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran terlihat tenang. Selanjutnya guru

melakukan apersepsi dengan meminta salah satu siswa menceritakan kegiatan shalat

jum’at serta manfaat nya. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

kompetensi yang akan diajarkan.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan memperhatikan penjelasan guru tentang materi

menunaikan sholat wajib berjemaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam

serta manfaatnya khususnya syarat dan rukun shalat berjama’ah, kemudian melakukan

tanya jawab. Kegiatan selanjutnya guru akan menunjukkan contoh kartu yang berisi

pertanyaan dan jawaban, kemudian guru menjelaskan tentang kartu yang berisi pertanyaan

dan jawaban dengan cara melakukan sebelum berdiskusi kelompok.

Kegiatan selanjutnya siswa dibentuk 3 kelompok masing- masing kelompok

beranggota 9-10 orang siswa, kemudian guru membagikan kartu pertanyaan dan jawaban

kepada siswa, jadi kelompok 1 ada kartu pertanyaan yang sudah disediakan oleh guru dan

kelompok 2 ada kartu jawaban yang sudah disediahkan oleh guru juga, kemudian

kelompok 1 memberikan pertanyaan kepada kelompok 2 dan kelompok 2 akan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh kelompok 1, jadi kelompok 3 yang akan menjadi

moderatornya dan melihat kelompok siapa yang cepat menemukan jawaban dari

pertanyaan kelompok 1 itulah yang akan menjawab memberikan jawaban yang tepat dan

benar. Kemudian guru berkeliling memantau siswa dalam berdiskusi jika ada siswa yang

mengalami kesulitan maka guru akan membantu siswa.

Setelah berdiskusi selesai guru mengulang kembali dan memberikan pertanyaan

kepada siswa. Selanjutnya guru menanyakan materi yang belum jelas. Guru dan siswa

membahas bersama-sama tentang menunaikan sholat wajib berjemaah sebagai

implementasi dari pemahaman rukun Islam. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya

hal-hal yang belum dimengerti. Guru memberikan penguatan terkait dengan materi.

Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari mengenai materi

menunaikan sholat wajib berjemaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam

Page 56: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

42

pada hari ini. Siswa mengerjakan soal evaluasi (mandiri) untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa selama proses pembelajaran yang baru saja dilakukan.

c) Kegiatan akhir

Melakukan refleksi (dengan memberikan tindak lanjut bagi siswa yang belum

mencapai ketuntasan melalui pemberian tugas tambahan dan memberi motivasi dan pesan

moral). Siswa memandu doa penutup menurut agama dan keyakinan masing masing. Guru

mengucapkan salam penutup.

2) Pertemuan kedua

Dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 15 Februari 2019 dengan alokasi waktu 2 x

40 menit di mulai pukul 09:15-10:35 WIB. Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua

adalah menghayati perilaku demokratis sebagai implementasi dari pelaksanaan sholat

berjamaah dengan indikator siswa dapat Melaksanakan sholat wajib berjamaah sebagai

implementasi dari pemahaman rukun Islam. Gambaran kegiatan pembelajaran pada

pertemuan kedua dideskripsikan sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengajak

siswa berdoa menurut agamanya masing-masing dan memeriksa kehadiran siswa serta

memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran terlihat tenang. Selanjutnya guru

melakukan apersepsi dengan meminta salah satu siswa menceritakan ketika melakukan

kegiatan shalat berjam’ah. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

kompetensi yang akan diajarkan.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan ini dimulai dengan memperhatikan kembali dari penjelasan guru tentang

materi menghayati perilaku demokratis sebagai implementasi dari pelaksanaan sholat

berjamaah khususnya pelaksanaan shalat wajib lima waktu. Kemudian guru membagi

kelas menjadi kelompok-kelompok kecil jumlah kelompok sebaiknya disesuaikan dengan

jumlah konsep yang akan dipelajari. Selanjutnya guru membagikan beberapa pertanyaan

yang harus dijawab oleh setiap kelompok. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok, guru

membagi lembar kegiatan siswa yang berisi langkah kerja dari kegiatan yang akan

dilakukan, siswa memperhatikan demonstrasi dan penjelasan guru tentang kegiatan yang

Page 57: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

43

akan dilakukan, siswa tanya jawab dengan guru tentang kegiatan/tugas yang harus

dilakukan siswa, siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

Cooperative Learning yang akan diperintahkan oleh guru, siswa mencatat hasil dari

kegiatan yang mereka lakukan dengan panduan lembar kerja siswa, siswa mendiskusikan

hasil dari kelompoknya. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut. Pada saat inilah setiap kelompok

menyatukan kepada Cooperative Learning berdiskusi memikirkan jawaban atas

pertanyaan yang berikan oleh guru. Kemudian guru memanggil siswa yang memiliki

nomor tertentu yang sama dari setiap kelompok.

Kemudian para siswa yang memiliki nomor yang sama tersebut mengacungkan jari

dan diberi kesempatan untuk menyampaikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh

guru dan hal tersebut dilakukan terus menerus sehingga semua siswa yang memiliki

nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran menyampaikan

jawaban atas pertanyaan dari guru. Selanjutnya guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka, guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yanng dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil

diskusinya. Guru memberikan penghargaan kepada siswa untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok. Kemudian menanyakan materi yang belum

jelas.

c) Kegiatan Akhir

Guru memberikan motivasi dan pesan moral. Selanjutnya salah satu siswa memandu

do’a penutup pelajaran menurut agamanya dan keyakinan masing-masing. Guru

mengucapkan salam penutup.

3) Hasil Belajar Siklus I

Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I menjelaskan sebagian siswa yaitu 13

siswa yang belum mencapai ketuntasan, sementara 17 siswa yang lain sudah mencapai

ketuntasan.

Page 58: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

44

Tabel 4.5

Hasil Tes Siklus I

No Nama (Inisial) Siklus I Kriteria

1 DK 78 Tuntas

2 PM 68 Tidak tuntas

3 GN 68 Tidak tuntas

4 IP 85 Tuntas

5 FJ 65 Tidak tuntas

6 VE 67 Tidak tuntas

7 NH 65 Tidak tuntas

8 JN 79 Tuntas

9 AN 78 Tuntas

10 IW 70 Tidak tuntas

11 DS 85 Tuntas

12 SF 70 Tidak tuntas

13 RM 80 Tuntas

14 AZ 79 Tuntas

15 AP 65 Tidak tintas

16 FR 85 Tuntas

17 VT 80 Tuntas

18 RD 80 Tuntas

19 RU 89 Tuntas

20 AI 76 Tuntas

21 AL 75 Tuntas

22 DW 70 Tidak tuntas

23 YE 76 Tuntas

24 CC 67 Tidak tuntas

25 KS 78 Tuntas

26 RS 70 Tidak tuntas

27 SN 75 Tuntas

28 TN 69 Tidak tuntas

29 WI 70 Tidak tuntas

30 YS 80 Tuntas Nilai terendah 65

Nilai tertinggi 89

Siswa tuntas 17= 56,66%

Siswa tidak

tuntas

13= 43,33%

Page 59: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

45

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat jumlah siswa yang mencapai standar

ketuntasan minimal meningkat, dari 30% = 9 siswa pada prasiklus menjadi 56,66% = 17

siswa pada siklus I. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan

tindakan siklus I belum mencapai keberhasilan karena jumlah siswa yang nilainya

mencapai kriteria ketuntasan minimal mencapai 56,66%. Hal tersebut dapat menunjukan

bahwa siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti

yaitu 75% dari jumlah siswa yang nilainya mencapai kriteria ketuntasan minimal. Untuk

lebih jelasnya akan ditampilkan dalam grafik berikut ini:

Gambar 4.1

Hasil Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I

c. Hasil Pengamatan (observasi)

Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan waktu tindakan berjalan.

Peneliti sebagai pengamat, yang melakukan pengamatan kepada siswa saat pembelajaran

berlangsung, dalam pembelajaran PAI melalui metode Demonstrasi. Serta mencatat

semua hal yang diperlukan dan dialami selama tindakan siklus I berlangsung. Berikut ini

hasil dari pengamatan siklus I sebagai berikut:

1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui

metode Demonstrasi. Siswa terlihat bersemangat mengikuti pelajaran. Mendengarkan

Pra Siklus Siklus I

Series 1 30 56.66

0

10

20

30

40

50

60

PE

RS

EN

TA

SE

DIAGRAM HASIL BELAJAR SISWA

PRA SIKLUS DAN SIKLUS I

Page 60: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

46

penjelasan yang disampaikan. Selama kegiatan berlansung siswa sangat antusias. Pada

saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya beberapa siswa masih malu dan takut,

setelah didekati siswa bisa menjawab secara pelan-pelan.

Keberanian untuk mengemukakan pendapat terkait materi yang dipelajari sudah

mulai tampak. Terlihat saat guru memberikan pertanyaan terkait materi yang dipelajari

siswa bisa menyampaikan pendapatnya. Pada saat kegiatan diskusi masih terdapat

kelompok yang terlambat, disebabkan siswa malas mengerjakan lembar kerja siswa dan

sibuk dengan sendirinya. Siswa belum terlihat kerjasama dengan guru, dengan anggota

kelompoknya dan lembar kerja siswa hanya dikerjakan oleh beberapa orang saja. Tetapi

disaat presentasi siswa mau terlibat. Saat guru memberikan ringkasan materi, siswa rajin

menulis materi yang dirasa penting. Selama kegiatan berlangsung, Siswa berpartisipasi

dalam proses pembelajaran. Setelah guru memberikan kesempatan kurang aktif

menanggapi dalam proses pembalajaran. Tetapi siswa bisa melaksanakan kegiatan

berdasarkan perintah dari guru, mampu mengikuti proses pembelajaran. Memasuki akhir

pembelajaran saat menyimpulkan materi bersama guru beberapa siswa sibuk bermain

sendiri, ada yang diam saja dan terlihat hanya beberapa siswa didepan yang aktif.

d. Refleksi (reflecting)

Peneliti dan guru kelas bekerjasama menganalisis hasil pengamatan dan hasil

pekerjaan siswa kelas VII mengenai pelaksanaan tindakan pada siklus I. Hasil refleksi

dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Hasil Refleksi Siklus I

No Hasil Refleksi Siklus I Rekomendasi Siklus II

1. Persentase ketuntasan belum

tercapai karena hasil yang

diperolah dari tes hasil belajar

melum mencapai indikator

keberhasilan yaitu sebesar

75% siswa kelas VII

mendapat nilai ≥75 dalam

pembelajaran PAI.

Melakukan perbaikan pada

siklus II yaitu dengan

memfokuskan materi yang

berbeda dan gaya mengajar

guru.

2. Saat kegiatan inti

(Cooperative Learning) siswa

asyik bermain sendiri.

Guru mendampingi siswa yang

tidak mau terlibat dalam proses

pembelajaran di kelas

Page 61: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

47

3. Siswa malas melakukan

diskusi

Diberikan waktu yang lebih

cepat dan kelompok yang

belum selesai tidak

diperbolehkan istirahat.

4. Keberanian siswa untuk

bertanya terkait dengan

materi yang dipelajari belum

nampak.

Guru memberikan motivasi

siswa untuk bertanya.

5. Saat penyimpulan

pembelajaran hanya siswa

yang didepan aktif

Guru mendekati siswa dan

menanyakan langsung terkait

materi yang dipelajari serta

memberikan penguatan.

Berdasarkan kesepakatan bersama antara peneliti dan guru kelas, maka perlu

diadakan perbaikan lebih lanjut mengenai metode demonstrasi dalam pembelajaran serta

memperbaiki ketuntasan siswa pada proses pembelajaran PAI sehingga diambil keputusan

untuk melaksanakan perbaikan pada siklus II.

3. Siklus II

Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Selasa, 05

Maret 2019 dengan alokasi waktu 2 x 40 di mulai pukul 07:30-08:50 WIB. Pertemuan

kedua dilaksanakan pada hari Jum’at 08 Maret 2019 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit di

mulai pukul 09:15-10:35 WIB. Materi yang dipelajari pada tindakan siklus II yaitu

Memahami ketentuan sholat berjamaah dan Mempraktikkan sholat berjamaah.

a. Perencanaan (Planning) II

Sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar oleh guru, peneliti melakukan

kegiatan sebagai berikut:

1) Memperhatikan kurikulum 2013 dan silabus.

2) Menetapkan materi yang akan disampaikan melalui metode Demonstrasi yaitu Memahami

ketentuan sholat berjamaah dan Mempraktikkan sholat berjamaah.

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan.

4) Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan

metode Demonstrasi.

5) Mempersiapkan sumber dan sarana dalam proses pembelajaran.

6) Menyusun lembar kerja, alat evaluasi dan soal tes siswa dilakukan diakhir siklus.

7) Melakukan diskusi kegiatan pembelajaran bersama guru kelas

Page 62: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

48

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)

1) Pertemuan pertama

Dilaksanakan pada hari Selasa, 05 Maret 2019 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit di

mulai pukul 07:30-08:50 WIB. Pokok bahasan pada pertemuan pertama adalah

Memahami ketentuan sholat berjamaah dengan indikator siswa dapat menjelaskan

pengertian sholat wajib berjamaah dan dasar hukumnya, menjeaskan syarat sah sholat

berjamaah, menyebutkan hukum sholat masbuk, menyebutkan halangan sholat

berjamaah, dan menyebutkan keutamaan sholat berjamaah. Gambaran kegiatan pada

pertemuan kedua dideskripsikan sebagai berikut: Dilaksanakan pada hari Jum’at, 08

Maret 2019 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit di mulai pukul 09.15-10:35. Pokok

bahasan pada pertemuan kedua adalah Mempraktikkan sholat berjamaah dengan

indikator sebagai berikut: siswa dapat menunjukkan tata cara shalat berjamaah dan

mempraktikkan shalat berjamaah dalam kehidupan sehari-hari.

a) Kegiatan Awal

Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengajak

siswa berdoa menurut agamanya masing-masing dan memeriksa kehadiran siswa serta

memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran terlihat tenang.

Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan meminta salah satu siswa

menceritakan tentang kegiatan sholat berjamaah di rumah. Setelah itu guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan diajarkan.

b) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi yangdisampaikan sambil menampilkan di depan kelas

terkait dengan materi, siswapun mengamati gambar dengan penuh perhatian. Guru

melakukan tanya jawab mengenai materi tersebut. Kemudian guru menyiapkan kartu-

kartu yang berisi topik materi yang sedang dibahas. Selanjutnya siswa dibagi 1 menjadi 2

kelompok yaitu pembawa kartu pertanyaan dan pembawa jawaban.

Kemudian guru membagikan kartu-kartu pertanyaan dan jawaban kepada masing-

masing kelompok, siswa diberi waktu untuk memikirkan jawaban atau pertanyaan dari

kartu yang diperoleh guru juga memberikan batasan waktu untuk siswa berdiskusi dan

mencari pasangan dari kartu yang diperolehnya, dengan bimbingan guru siswa

mempersentasikan pasangan kartu yang telah terbentuk di depan kelas, dan kelompok lain

Page 63: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

49

menanggapinya. Kemudian guru memberikan informasi tentang kebenaran dan

kecocokan kartu yang telah dipasangkan siswa. Dengan bimbingan guru, siswa

menyimpulkan hasil pembelajaran.

c) Kegiatan Akhir

Guru memberikan motivasi dan pesan moral. Selanjutnya salah satu siswa memandu

doa penutup pelajaran menurut agamanya dan keyakinan masing-masing. Guru

mengucapkan salam penutup.

1) Hasil Belajar Siklus II

Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran.

Hasil belajar siswa dilihat dari ulangan, ujian atau tes.

Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II menjelaskan terdapat 5 siswa dari 30

siswa yang belum mencapai ketuntasan, sementara 25 siswa lain yang sudah mencapai

ketuntasan.

Tabel 4.7

Hasil belajar siklus II

No Nama (Inisial) Siklus II Kriteria

1 DK 78 Tuntas

2 PM 70 Tidak tuntas

3 GN 75 Tuntas

4 IP 85 Tuntas

5 FJ 90 Tuntas

6 VE 80 Tuntas

7 NH 70 Tidak tuntas

8 JN 79 Tuntas

9 AN 78 Tuntas

10 IW 75 Tuntas

11 DS 85 Tuntas

12 SF 80 Tuntas

13 RM 80 Tuntas

14 AZ 79 Tuntas

15 AP 70 Tidak tintas

16 FR 85 Tuntas

17 VT 80 Tuntas

18 RD 80 Tuntas

19 RU 90 Tuntas

20 AI 76 Tuntas

Page 64: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

50

21 AL 75 Tuntas

22 DW 70 Tidak tuntas

23 YE 76 Tuntas

24 CC 77 Tuntas

25 KS 78 Tuntas

26 RS 90 Tuntas

27 SN 75 Tuntas

28 TN 70 Tidak tuntas

29 WI 77 Tuntas

30 YS 80 Tuntas

Nilai terendah 70

Nilai tertinggi 90

Siswa tuntas 25= 83,33%

Siswa tidak tuntas 5= 16,66%

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat dari jumlah siswa yang mencapai standar

ketuntasan minimal meningkat, dari 56,66%= 17 siswa pada siklus I menjadi 83,33%= 25

siswa pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan

tindakan siklus II berhasil karena jumlah siswa yang nilainya mencapai kriteria ketuntasan

minimal mencapai 83,33%. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa siswa sudah mencapai

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu 75% dari jumlah siswa

yang nilainya mencapai kriteria ketuntasan minimal. Untuk lebih memperjelas akan

ditampilkan dalam grafik berikut ini:

Gambar 4.2

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Series 1 30 56.66 83.33

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Per

sen

tase

Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II

Page 65: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

51

Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

c. Hasil Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan waktu tindakan siklus II yang sedang

berjalan. Data yang diperoleh dari pengamatan siklus II adalah mengenai perubahan

terhadap cara dan proses pembelajaran yang telah diperbaiki dari hasil refleksi siklus

sebelumnya. Berikut hasil pengamatan siklus II yang terjadi perubahan selama proses

pembelajaran PAI sebagai berikut:

1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui

metode Demonstrasi. Siswa terlihat bersemangat mengikuti pelajaran. Mendengarkan

penjelasan yang disampaikan. Selama kegiatan berlansung siswa sangat antusias. Pada

saat guru memberikan kesempatan bertanya sebagian besar siswa masih malu dan takut.

Keberanian untuk mengemukakan pendapat terkait materi yang dipelajari sudah mulai

tampak. Terlihat saat guru memberikan pertanyaan terkait materi yang dipelajari siswa

bisa menyampaikan pendapatnya. Pada saat kegiatan diskusi terlihat siswa aktif, saling

bekerja sama dan menyelesaikan lembar kerja siswa dengan baik. Siswa dengan tenang

melakukan presentasi di depan kelas. Saat guru memberikan ringkasan materi, siswa rajin

menulis materi yang dirasa penting.

Selama kegiatan berlangsung siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Keberanian untuk menanggapi saat pembelajaran siswa mulai terlihat aktif. Ketika

guru meminta siswa mengerjakan soal atau maju kedepan kelas siswa mengikuti dan

mudah diajak. Memasuki akhir pembelajaran saat guru menyimpulkan materi tentang

Sholat Berjama’ah bersama siswa ikut berpartisipasi sehingga suasana pembelajaran tetap

menyenangkan. Setelah itu, diakhir siklus II dilakukan tes untuk mengukur keberhasilan

pembelajaran melalui metode Demonstrasi dan Model Cooperative Learning.

e. Refleksi (Reflecting)

Setelah peneliti dan guru kelas berkolaborasi menganalisis hasil pengamatan dan

hasil yang dikerjakan siswa kelas VII pada pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh

sebagai berikut:

Tabel 4.8

Page 66: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

52

Hasil Refleksi Siklus II

No Hasil Refleksi Siklus II

1. Persentase ketuntasan dan nilai rata-rata sudah tercapai.

2. Saat kegiatan inti (Cooperative Learning) siswa sudah

memperhatikan dengan cara didampingi.

3. Siswa berkerjasama dengan anggota kelompok sehingga lembar

kerja siswa dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.

4. Siswa belum berani menanyakan pelajaran yang sudah dipelajari

5. Siswa aktif dalam menyimpulkan materi pembelajaran bersama

guru.

Pada dasarnya melalui model Cooperative Learning dalam pembelajaran PAI

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri

22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo terkhusus pada materi Sholat

Berjama’ah. Dapat dilihat berdasarkan hasil post tes siklus II, dari 30 siswa yang

mengikuti tes tersebut terdapat 25 siswa (83,33%) yang sudah memenuhi nilai ketuntasan

≥ 75 dan sebanyak 5 siswa (16,66%) yang belum tuntas. Berdasarkan kriteria keberhasilan

yang sudah ditentukan, maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan proses belajar

menggunakan metode Demonstrasi model Cooperative Learning sudah terlaksana dan

keberhasilan yaitu 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar telah mencapai

nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 75. Dengan demikian, penelitian dihentikan

dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

4. Pembahasan

Pembelajaan PAI yang dilaksanankan di kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 22

Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, dalam penelitian tindakan menggunakan

model Cooperative Learning ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar

siswa dalam pembelajaran PAI dapat dilihat dan diamati dari hasil tes evaluasi siklus I dan siklus

II. Pengamatan hasil belajar dilakukan dengan menggunakan lembar tes evaluasi berupa pilihan

ganda dalam menerapkan model Cooperative Learning pada pembelajaran PAI.

Penggunaan dengan menggunakan model Cooperative Learning dalam pembelajaran PAI

adalah pembelajaran dirancang agar siswa memperoleh pengalaman langsung terhadap yang

dipelajari. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 2 siklus.

Page 67: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

53

Siklus yang dilaksanakan yaitu siklus I dan siklus II yang setiap siklus terdiri dari 2 kali

pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari beberapa tahap diantaranya: perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada tahap pertama peneliti dan guru kelas merangcangkan

pelaksanaan pembelajaran PAI. Melalui model Cooperative Learning diyakini dapat

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran PAI. Setelah kegiatan merencanakan tindakan,

tahap berikutnya yaitu pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan guru memberikan materi

Sholat Berjama’ah melalui penggunaan metode demonstrasi dengan model Cooperative Learning

bersamaan dengan observasi. Hasil dari tindakan dan observasi pada siklus I dilakukan revisi.

Kemudian kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah perbaikan dari siklus I.

Hasil yang dicapai pada penelitian ini terdiri dari data non tes yang berupa hasil observasi

dan data tes berupa nilai evaluasi siswa. Kedua hasil tersebut digunakan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas VII di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo. Dalam hal

ini penelitian bertujuan untuk peningkatkan hasil belajar PAI melalui metode demonstrasi

dengan model Cooperative Learning pada siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri

22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.

Berdasarkan hasil pra tindakan atau kondisi awal diperoleh data dari nilai murni nilai ujian

mata pelajaran PAI dengan jumlah 30 siswa, menunjukkan bahwa nilai rata-rata perolehan siswa

yang tertinggi adalah 85, dan nilai terendah 52. Sedangkan persentase siswa yang mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 30% dan sebagian besar siswa belum mencapai

ketuntasan yang telah ditentukan. Hasil perolehan tersebut menerangkan hasil belajar siswa

pada pembelajaran PAI masih cukup rendah. Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan perbaikan

yang harus secara cepat dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah.

Pelaksanaan tindakan siklus I, guru menggunakan model Cooperative Learning pembelajaran

untuk menyampaikan materi Sholat Berjama’ah. Model Cooperative Learning merupakan

pembelajaran yang dilakukan peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan

merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah (Syaiful Sagala 2010: 214). Diawal

pembelajaran siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran. Hal ini selaras yang dikemukakan

metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek di luar kelas

atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa mengamati atau mengalami secara langsung

(Sugihartono dkk, 2013: 82). Penggunaan model Cooperative Learning secara luas memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar dan memberikan pengalaman langsung apa yang

dipelajarinya. Pada saat penyampaian materi dengan menggunakan metode demonstrasi, siswa

Page 68: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

54

dibagi kedalam kelompok dan bekerja sama untuk menyelesaikan lembar kerja siswa yang

diberikan. Hal tersebut membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran yang sedang

berlangsung.

Adapun hasil belajar siswa pada kondisi awal (pra siklus), akhir siklus I dan siklus II sebagai

berikut:

Tabel 4.9

Hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II

No Nama

(Inisial)

Pra

Siklus

Siklus I Siklus II

1 DK 78 78 78

2 PM 60 68 70

3 GN 57 68 75

4 IP 85 85 85

5 FJ 60 65 90

6 VE 57 67 80

7 NH 62 65 70

8 JN 79 79 79

9 AN 75 78 78

10 IW 60 70 75

11 DS 85 85 85

12 SF 62 70 80

13 RM 78 80 80

14 AZ 78 79 79

15 AP 60 65 70

16 FR 53 85 85

17 VT 60 80 80

18 RD 63 80 80

19 RU 63 89 90

20 AI 52 76 76

21 AL 54 75 75

22 DW 60 70 70

23 YE 65 76 76

24 CC 56 67 77

25 KS 75 78 78

26 RS 65 70 90

27 SN 56 75 75

Page 69: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

55

28 TN 67 69 70

29 WI 65 70 77

30 YS 80 80 80

Jumlah 1970 2242 2353

Rata-rata 65,66 74,73 78,43

Tabel 4.10

Perbandingan evaluasi hasil belajar pra siklus, siklus I dan Sikluas II

Data Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai tertinggi 85 89 90

Nilai terendah 52 65 70

Rata-rata 65,66 74,73 78, 43

Banyak siswa yang

mencapai KKM

9 17 25

Banyak siswa yang belum

mencapai KKM

21 13 5

Persentase siswa yang

mencapai KKM

30 56,66 83,33

Persentase siswa yang

belum mencapai KKM

70 43,33 16,66

Untuk lebih memperjelas akan ditampilkan dalam grafik diagram nilai rata-rata persiklus

berikut ini:

Gambar 4.3

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Series 1 65.66 74.73 78.43

55

60

65

70

75

80

Per

sen

tase

Rata-Rata Per Siklus

Page 70: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

56

Diagram Nilai rata-rata pra siklus, siklus I dan siklus II

a. Siklus I

Berdasarkan hasil tes hasil belajar PAI setelah dilakukan tindakan siklus I yaitu nilai rata-

rata mata pelajaran PAI menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan pra tindakan, yaitu

56,66% pada siklus I. Untuk itu penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan memperbaiki

permasalahan yang perlu direfleksikan untuk pembelajaran lebih lanjut.

b. Siklus II

Tindakan yang dilakukan pada siklus II masih menggunakan model Cooperative Learning

dalam pembelajaran PAI. Penggunaan model Cooperative Learning, sebagian siswa mengalami

perubahan positif dalam mengikuti pelajaran, terbukti dengan hasil siklus II yang meningkat

dibandingkan pada siklus I. Hal ini ditunujukkan oleh peningkatan nilai siswa 56,66%= 17 siswa

meningkat menjadi 83,33%= 25 siswa pada siklus II, namun masih terdapat 5 siswa yang belum

mencapai ketuntasan.

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan peneliti dengan guru kelas VII diperoleh informasi

bahwa dalam memahami pelajaran siswa tersebut rendah jika dibandingkan teman lainnya. Hal

ini bukan pada mata pelajaran PAI saja tetapi hampir semua mata pelajaran tergolong rendah.

Guru kelas harus memberikan perhatian lebih khusus kepada 2 orang siswa supaya siswa

tersebut dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Dengan menggunakan model Cooperative Learning pada siklus II dapat berjalan dengan

baik jika dibandingkan pada siklus I. Hal yang dilakukan memperhatikan siswa dengan cara

didampingi, siswa diarahkan supaya bekerjasama dalam mengerjakan lembar kerja siswa dan

siswa sudah mulai aktif dalam menyimpulkan materi pembelajaran yang diberikan. Data yang

diperoleh pada siklus II sudah memenuhi keberhasilan penelitian, sehingga penelitian dihentikan

dan tidak melanjutkan pada siklus berikutnya.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang sama-sama membahasa model

Cooperative Learning, namun berbeda dari segi subjek, setting dan waktu penelitianya telah

membuktikan peningkatan hasil belajar melalaui model tersebut dengan peningkatan hasil

belajar yang relatif yaitu: penelitian Putry Anjani (2013) “Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui

Model Cooperative Learning pada siswa MTs Muslimat NU Adikarto III Muntilan Magelang”.

Penelitian tersebut membuktikan bahwa Model Cooperative Learning dapat meningkatkan

kemampuan berhitung anak, dari 21% pada prasiklus menjadi 61% pada siklus I dan meningkat

67% setelah pelaksanaan siklus II.

Page 71: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

57

Penelitian Sopiyatun (2012) “Meningkatan hasil belajar IPA melalui Model Cooperative

Learning Pada Siswa kelas VI di SD Negeri 01 Yogyakarta”, dengan hasil penelitian menunjukkan

bahwa pembelajaran menggunakan Model Cooperative Learning dalam penelitian ini dapat

dilihat pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 7,21 kemudian pada siklus II terjadi

lagi peningkatan menjadi 8,13.

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat dikatakan

hipotesis penelitian yang menyatakan melalui metode demonstrasi dengan model Cooperative

Learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PAI pada siswa kelas VII di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo dapat

dikatakan terbukti ada peningkatan hasil belajar siswa.

Page 72: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis di Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari

Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo yang secara umum dapat penulis simpulkan

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan model Cooperative Learning dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya

Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo. Ditinjau dari hasil pra tindakan atau kondisi awal

diperoleh data dari nilai ujian, dengan jumlah 30 siswa yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata perolehan siswa yang tertinggi adalah 85, dan nilai terendah 52. Sedangkan

persentase siswa yang mencapai KKM hanya 30% dan sebagian besar siswa belum

mencapai KKM yang telah ditentukan. Hasil perolehan tersebut menerangkan hasil belajar

siswa pada pembelajaran PAI masih cukup rendah. Oleh karena itu, perlu diadakan

tindakan perbaikan yang harus secara cepat dilakukan guru dalam meningkatkan hasil

belajar siswa.

2. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar

siswa, berdasarkan hasil tindakan pada siklus I dan siklus II dimana hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan model Cooperative Learning dalam pembelajaran PAI

di kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo

Ilir Kabupaten Tebo dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung dengan

meningkatnya persentase hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang mendapat

nilai di atas KKM ada 9 siswa (30%), pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas

KKM sebanyak 17 siswa (56,6%), kemudian hasil belajar tersebut meningkat pada siklus

II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 25 siswa (83,3%).

B. Saran-saran

Adapun saran-saran penulis setelah membuat kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah memfasilitasi guru untuk menggunakan model Cooperative Learning

agar siswa belajar langsung pada materi yang dipelajari.

68

Page 73: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

59

b. Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru untuk melakukan aktivitas diluar

kelas agar pembelajaran lebih manarik dan tidak membosankan.

2. Bagi guru

a. Guru dapat menggunakan model Cooperative Learning dalam proses pembelajaran

dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, sehingga siswa

tidak merasa jenuh atau bosan pada saat kegiatan belajar dilaksanakan. Oleh sebab itu

guru harus mampu menguasai metode demonstrasi agar dapat terwujud sesuai dengan

harapan.

b. Guru harus kreatif menggunakan model Cooperative Learning dalam pembelajaran

PAI dengan menyesuaikan materi pelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya, kegiatan pembelajaran dengan model Cooperative Learning

selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ternyata juga dapat membuat siswa tidak

merasa bosan dengan model dan metode yang monoton serta konvensional. Sehingga,

dapat dijadikan alternatif bagi peneliti lain untuk mengembangkan aspek model yang

lainnya.

Page 74: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

60

C. Penutup

Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT. yang telah

menganugerahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini walaupun masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang dikarenakan

keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki.

Untuk itu penulis sangat berlapang dada dan senang hati menerima kritik dan saran yang

bersifat konstruktif demi kesempurnaan isi skripsi ini. Kemudian dari itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi membantu

penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada dosen pembimbing.

Akhirnya penulis memohon kehadirat Allah SWT. Semoga penulisan skripsi ini dapat

bermanfat bagi pembaca, khususnya bagi penulis sendiri. Bila ada kesalahan dan kekhilafan

dalam penulisan skripsi ini, terlebih dahulu penulis mohon ma’af yang sebesar-besarnya.

Wassalam, Mei 2019

Penulis

YANTI ENI S SAPUTRI

TP. 151483

Page 75: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2007). Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta : Departemen Agama Repubilik Indonesia.

--------. (2017). Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan UIN STS

Jambi. Jambi

Moleong, L.J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mukhtar. 2010. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Jakarta: Gaung Persada Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D).

Bandung: Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta

Agus Suprijono. (2011). Cooperative Learning Teoari dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hendro Darmodjo dan R.E. Kaligas. (1992). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

Mengunwijaya, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.

Mulyasa. (2005). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Richard I.

(2008). Learning To Teach. Jakarta: Pustaka Pelajar: ISBN.

Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syaiful Sagala. (2010). Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sri M. Iskandar. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud..

Sri Sulistyorini. (2007). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya Dalam KTSP.

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugiyanto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pressindo.

Sugihartono, dkk. (2008). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Page 76: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

Wina Sanjaya. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Wina Sanjaya. (2015). Perencanaan dan Desain Sitem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Page 77: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

LAMPIRAN

Page 78: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

Lembar Obervasi Aktivitas Siswa

Hari, Tanggal :

Kelas :

Pertemuan :

No Aspek yang diamati Hasil Observasi Deskripsi

1 2 3 4

1 Siswa memperhatiakan guru saat menjelaskan materi dengan penuh

perhatian

2 Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

3 Siswa tertarik dan semangat untuk mengikuti pembelajaran dengan

model yang menarik

4 Setelah mendapat lembar kerja,

siswa memikirkan jawaban atau

pertanyaan yang diperoleh dengan tenang

5 Siswa mulai mencari pasangan lembar kerja setelah mendapat aba-aba dari guru

6 Siswa memanfaatkan waktu dengan

baik untuk berdiskusi dan menemukan pasangan dari lembar kerja yang dimilikinya

7 Siswa saling bekerja sama untuk menemukan pasangan perintah di lembar kerjanya

8 Siswa berusaha untuk menemukan

jawaban yang dimilikinya

sebelum batas waktu yang telah ditentukan

9 Siswa memperhatikan hasil persentasi kelompok lain

10 Siswa berani memberikan tanggapan kepada kelompok lain

Page 79: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

Lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

Mata Pelajaran :

Kelas :

Berilah tanda (x) pada pilihan yang tidak sesuai dengan aspek yang

diamati!

No

item

Aspek yang diamati Pertemuan 1 Pertemuan 2

Ya Tidak Ya Tidak

1. Antusias belajar siswa

2. Mendengarkan penjelasan yang

disampaikan guru

3. Keberanian untuk bertanya

4. Keberanian untuk mengemukakan

pendapat

5. Melakukan diskusi dengan

tanggung jawab

6. Bekerja sama dengan guru,

anggota kelompoknya dan siswa

yang lainnya

7. Mempresentasikan hasil diskusi

didepan kelas

8. Menulis (mencatat) materi yang

penting

9. Berpartisipasi dalam proses

pembelajaran berlangsung

10. Keaktifan dalam menanggapi

ketika proses pembelajaran

11. Melaksanakan kegiatan

berdasarkan perintah guru

12. Mampu menyesuaikan

(mengikuti) semua kegiatan

dalam proses pembelajaran

13. Menyimpulkan proses

pembelajaran

Komentar dari hasil pengamatan:

Aspek nomor 10 mengalami peningkatan sedangkan aspek 3, 5, 6, dan 13

perlu dikembangkan.

Page 80: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

Hasil Evaluasi Siklus I dan Siklus II

No Siklus I Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2

1. 73 83 78 78

2. 65 71 65 75

3. 70 66 70 80

4. 75 95 80 90

5. 62 68 90 100

6. 75 75 80 80

7. 67 63 65 75

8. 74 84 75 83

9. 75 81 75 81

10. 65 75 75 75

11. 75 95 80 95

12. 65 75 75 85

13. 75 85 75 85

14. 77 81 75 83

15. 65 65 70 70

16. 75 95 80 95

17. 75 85 80 80

18. 75 85 80 80

19. 80 98 80 100

20. 75 77 72 74

21. 70 85 75 75

22. 70 70 70 70

23. 70 80 70 82

24. 70 84 75 79

25. 75 81 75 81

26. 80 90 90 90

27. 70 80 80 80

28. 60 78 70 70

29. 75 79 72 82

30. 80 80 80 80

Jumlah 2158 2409 2277 2453

Rata- rata

72 80 76 82

Page 81: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

REKAPITULASI HASIL OBESRVASI SIKLUS I UNTUK SISWA

PADA PEMBELAJARAN PAI MENGGUNAKAN MODEL

COOPERATIVE LEARNING

No Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2

1. Siswa masuk kelas tepat

waktu

2 3

2. Siswa berdoa dengan

tertib

3 3

3. Siswa mengucap salam

kepada guru

2 3

4. Siswa menunjukkan

ketertarikan pada

pembelajaran

3 3

5. Siswa menanggapi apersepsi yang diberikan

guru

2 3

6. Siswa berani bertanya

bila mengalami kesulitan

3 3

7. Siswa aktif menjawab

pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan guru

3 3

8. Siswa antusias

menggunakan lembar

kerja yang berisi

pertanyaan yang

disediakan guru

3 3

9. Siswa menuliskan hal-hal

penting dalam buku

4 2

10. Siswa mengamati

lembar kerja yang

berisi pertanyaan

4 3

11. Siswa bekerja sama

dengan temannya

3 4

12. Siswa membacakan

lembar kerja pertanyaan

kepada kelompok lain

2 3

13. Siswa menyimak yang 2 3

Page 82: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

sedang membacakan

pertanyaan

14. Siswa memberikan tanggapan /menjawab

pertanyaan teman

3 3

15. Siswa mengklarifikasi

hasil jawaban bersama

guru

3 3

16. Siswa menyimpulkan

materi yang telah

dipelajari

3 3

Jumlah 45 48 Rata-rata 4,5 4,8 Persentase (%) 75 80 Keterangan Baik Baik

Keterangan :

4 = baik sekali

3 = baik

2 = cukup

1 = kurang

Page 83: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

REKAPITULASI HASIL OBESRVASI SIKLUS II UNTUK SISWA

PADA PEMBELAJARAN PAI MENGGUNAKAN MODEL

COOPERATIVE LEARNING

No Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2

1. Siswa masuk kelas tepat

waktu

3 4

2. Siswa berdoa dengan

tertib

4 4

3. Siswa mengucap salam

kepada guru

3 4

4. Siswa menunjukkan

ketertarikan pada

pembelajaran

4 4

5. Siswa menanggapi apersepsi yang diberikan

guru

3 4

6. Siswa berani bertanya

bila mengalami kesulitan

4 4

7. Siswa aktif menjawab

pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan guru

4 3

8. Siswa antusias

menggunakan lembar

kerja yang berisi

pertanyaan yang

disediakan guru

4 3

9. Siswa menuliskan hal-hal

penting dalam buku

4 3

10. Siswa mengamati

lembar kerja yang

berisi pertanyaan

4 4

11. Siswa bekerja sama

dengan temannya

4 4

12. Siswa membacakan

lembar kerja pertanyaan

kepada kelompok lain

3 4

13. Siswa menyimak yang 3 4

Page 84: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

sedang membacakan

pertanyaan

14. Siswa memberikan tanggapan /menjawab

pertanyaan teman

4 4

15. Siswa mengklarifikasi

hasil jawaban bersama

guru

4 4

16. Siswa menyimpulkan

materi yang telah

dipelajari

4 4

Jumlah 59 61 Rata-rata 5,9 6,1 Persentase (%) 98,5 99,5 Keterangan Sangat Baik Sangat Baik

Keterangan :

4 = baik sekali

3 = baik

2 = cukup

1 = kurang

Page 85: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

DOKUMENTASI

Page 86: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id
Page 87: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id
Page 88: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id
Page 89: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id
Page 90: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id
Page 91: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

DAFTAR RESPONDEN

No Nama Inisial

1 Dea Khoirunnisa DK

2 Putri Meilani PM

3 Ghea Nopela GN

4 Indah Paramita IP

5 Feni Juliana FJ

6 Vivi Evitasari VE

7 Naimah NH

8 Juli Nadion JN

9 Annisa AN

10 Ikhwati IW

11 Desmawati DS

12 Sefina SF

13 Ramadhani RM

14 Azifa AZ

15 Agus Prasetyo AP

16 Fahri Ramadhan FR

17 Vita VT

18 Rahmad Widodo RD

19 Rahmi Utami RU

20 Ade Irawan AI

21 Aldiansyah AL

22 Dimas Wahyu DW

23 Yoga Ersandra YE

24 Claudia Cinta Bella CC

25 Krisna Setyawan KS

26 Riski Marcelina RS

27 Saifudin SN

28 Taskiah Nurhidayah TN

29 Widia WI

30 Yesi YS

Page 92: YANTI ENI S SAPUTRI - repository.uinjambi.ac.id

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : YANTI ENI S SAPUTRI

TTL : Margodadi, 08 Agustus 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Margodadi, Kabaupaten Tebo provinsi Jambi.

Pekerjaan : Mahasiswa

Pendidikan : S - 1

NO JENIS PENDIDIKAN TEMPAT TAHUN

TAMAT

1 SD N 211 Tebo 2009

2 SMP N 22 Kab. Tebo Tebo 2012

3 SMA N 03 OKU Palembang 2015

4 S. 1 UIN STS Jambi Jambi -

Jambi, Mei 2019

Penulis

YANTI ENI S SAPUTRI

TP.151483