Skripsi Bu Ani

download Skripsi Bu Ani

of 78

Transcript of Skripsi Bu Ani

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Pada Undang Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian menegaskan bahwa: Koperasi Indonesia adalah suatu badan usaha yang beranggotakan orang orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azaz kekeluargaan. Koperasi disini dalam kaitannya dengan demokrasi ekonomi adalah sebagai organisasi atau lembaga modern yang mempunyai tujuan, system pengolahan, tertib organisasi dan mempunyai azas serta sendi sendi dasar. Koperasi merupakan lembaga ekonomi rakyat yang mempunyai tujuan sosial, namun dalam perkembangannya koperasi juga bertujuan untuk memperoleh laba. Keinginan untuk memperoleh laba itu dapat terwujud jika didukung oleh lancarnya kegiatan koperasi sehari-hari. Dengan laba yang diperoleh dari hasil dan operasinya secara wajar, koperasi berupaya usahanya.

mengembangkan

mempertahankan

kelangsungan

Perkembangan koperasi diarahkan untuk mengembangkan koperasi menjadi semakin maju, mandiri dan semakin mengakar di masyarakat. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi diharapkan dapat menjadi badan usaha yang sehat dan mampu berperan di semua bidang usaha khususnya dalam kehidupan ekonomi rakyat.

1

Persaingan yang semakin ketat akan mempengaruhi semua bidang usaha, baik usaha jasa, produksi maupun perdagangan. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat tak lepas dari situasi di atas. Salah satu faktor yang menentukan lancarnya kegiatan koperasi adalah pengetahuan dan pengelolaan manajemen keuangan koperasi. Karena itu manajemen keuangan dalam koperasi memegang peranan yang sangat penting. Pengurus harus selalu berusaha untuk dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mengelola usahanya. Dalam situasi yang demikian, maka koperasi harus mampu menilai kinerja keuangannya melalui laporan keuangan. Laporan keuangan suatu koperasi merupakan interprestasi kondisi keuangan suatu koperasi selama periode tertentu, sehingga fungsi laporan keuangan memegang peranan

penting dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang pokok yaitu terdiri dari laporan neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Laporan keuangan koperasi belumlah dapat memberikan informasi yang berarti, karena laporan keuangan akan menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam dan tajam apabila dianalisis dengan teknik tertentu. Analisis atas laporan keuangan dan interprestasinya pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan koperasi dan potensi atau kemajuannya melalui laporan keuangan. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam analisis laporan keuangan misalnya sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa mendatang. Ada beberapa teknik yang biasanya digunakan

2

dalam melakukan suatu analisis, dimana salah satunya adalah analisis rasio. Analisis rasio merupakan salah satu dari teknik analisis yang dapat memberikan petunjuk yang menggambarkan kondisi koperasi terutama dalam bidang finansialnya. Analisis rasio dapat menjelaskan hubungan antara variabel variabel yang bersangkutan dan dipakai sebagai dasar untuk menilai kondisi tertentu. Analisis rasio keuangan merupakan metode analisis yang sering dipakai karena merupakan metode yang paling cepat untuk mengetahui kinerja keuangan koperasi. Dengan mengetahui kinerjanya, koperasi akan dapat melakukan perkiraan keputusan apa yang diambil guna mencapai tujuannya. Analisis rasio keuangan pada koperasi akan menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos pos tertentu dengan pos lainnya yang dilaporkan. Dalam hal ini analisis rasio keuangan pada koperasi akan menggali informasi dari laporan neraca dan laporan hasil usahanya. Analisis rasio keuangan kegiatannya meliputi pengevaluasian aspek aspek keuangan antara lain adalah tingkat profitabilitas, likuiditas, leverage dan aktivitas. Dengan analisa profitabilitas, likuiditas, leverage dan aktivitas

pengecekan terhadap tingkat efisiensi penggunaan dana koperasi mudah dilakukan dan dapat membantu pihak manajemen koperasi untuk memprediksi dan mengantisipasi dalam pengelolaan keuangan yang ingin dicapai pada waktu yang akan datang.

3

Dengan mengadakan analisis terhadap laporan keuangan pada KPRI DJASA Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan provinsi Jawa Tengah yang bergerak di bidang usaha pertokoan dan jasa simpan pinjam akan dapat diketahui kondisi usaha yang dijalankan dari segi finansial sehingga pada akhirnya akan dapat diketahui tingkat kesehatan dari usaha yang dijalankan tersebut. Unsur-unsur pengukur kinerja keuangan juga dapat dianalisis dari tahun ke tahun dengan cara melihat perubahannya baik dalam prosentase maupun dalam rupiah. Perkembangan aktiva dan laba dari KPRI DJASA Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah selama periode 2005 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.1. Perkembangan Aktiva dan Laba KPRI DJASA Kanwil DJPB Provinsi Jawa Tengah Periode 2005-2008 Aktiva Laba setelah pajak Tahun Dalam rupiah % Dalam rupiah % 2004 269.158.780 21.018.432 2005 2006 2007 2008 318.105.886 358.286.144 445.150.383 610.102.464 18,18 12,63 24,24 37,05 45.543.473 41.663.218 56.444.789 80.612.589 116,68 (8,51) 35,47 42,81

Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Dari tabel diatas, terlihat bahwa selama periode 2005 sampai dengan 2008 Perkembangan aktiva mengalami kenaikan. Namun angka prosentase kenaikan dari tahun 2005 2008 tidak stabil. Pada tahun 2005 aktiva

mengalami kenaikan sebesar 18,18% sedangkan pada tahun 2006 kenaikan

4

aktiva sebesar 12,63%. Hal ini berarti pada tahun 2006 prosentase kenaikan aktiva mengalami penurunan sebsar 5,55% dan untuk tahun 2007 hingga 2008 aktiva kembali mengalami kenaikan sebesar 24,24% dan 37,05%. Perkembangan laba (sisa Hasil Usaha) selama periode 2005 2008 juga menunjukkan kondisi yang kurang stabil. Hal ini terlihat pada tahun 2006 SHU mengalami penurunan sebesar 8,51%, sedangkan pada tahun 2005 SHU mengalami kenaikan yang sangat signifikan sebesar 116,68% dan untuk tahun 2007 hingga tahun 2008 kenaikan SHU relatif stabil yaitu 35,47% dan 42,81%. Dengan membandingkan perkembangan aktiva dan kenaikan sisa hasil usaha, terlihat bahwa kenaikan aktiva Koperasi DJASA Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah tidak selalu diikuti dengan kenaikan sisa hasil usaha. Dari sini akan dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui faktor faktor apa yang menyebabkan terjadinya kenaikan dan penurunan sisa hasil usaha serta bagaimana tingkat kesehatan dan kinerja keuangan KPRI DJASA periode tahun 2005 2008. Bertitik tolak dari fenomena diatas, penulis tertarik untuk meneliti tingkat kinerja keuangan pada KPRI DJASA dan mengangkatnya dalam skripsi dengan judul Analisis Kinerja Keuangan pada KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 2008

5

B. Pembatasan Masalah Ada beberapa cara menganalisis kinerja keuangan, tetapi dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada : 1. Rasio Profitabilitas meliputi : Gross profit margin ratio (GPM), Net

profit margin ratio (NPM), Rate of return on total asset ratio dan return on equity ratio. 2. Rasio likuiditas meliputi : Current ratio, Cash ratio dan quick ratio 3. Leverage ratio meliputi : Total debt to total capital assets ratuio

dan Total debt to equity ratio. 4. Rasio aktivitas meliputi : Inventory turnover ratio, Working capital

turnover ratio dan Total Assets turnover ratio. Dengan mengambil data laporan keuangan KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah periode tahun 2005 2008.

C. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut : 1. Adanya kenaikan prosentase aktiva yang kurang stabil pada

periode tahun 2005 2008 2. Adanya kenaikan dan penurunan sisa hasil usaha pada periode

tahun 2005 2008.

6

D.

Perumusan Masalah

Dari permasalahan tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya kenaikan dan

penurunan sisa hasil usaha pada KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah periode tahun 2005 2008 ? 2. Bagaimanakah keadaan Laporan Keuangan KPRI DJASA

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah periode tahun 2005 2008 ? 3. Bagaimana tingkat kesehatan KPRI DJASA Kantor wilayah

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode 2005 2008 ?

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan

dan penurunan sisa hasil usaha pada KPRI DJASA Kanwil Ditjen perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah periode tahun 2005-2008 2. Mengetahui keadaan laporan keuangan KPRI DJASA Kanwil

Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah periode tahun 2005 2008. 3. Mengetahui tingkat kesehatan KPRI DJASA Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah periode tahun 2005 2008

7

F. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang manajemen keuangan. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi STIE Anindyaguna Semarang Penelitian ini merupakan bahan referensi dan sebagai tambahan informasi khususnya bagi mahasiswa STIE ANINDYAGUNA yang akan menyusun skripsi. b. Bagi KPRI DJASA Pengurus KPRI DJASA dapat mengetahui kinerja keuangannya, dengan demikian pengurus KPRI DJASA dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih lanjut untuk kelangsungan hidup koperasi. c. Bagi Peneliti Sebagai sarana pelatihan untuk mengembangkan ide ide berdasarkan ilmu pengetahuan yang didapat selama mengikuti kuliah.

8

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Tinjauan tentang Koperasi Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama kegiatan ekonomi

berdasarkan kemampuan dan potensi yang ada, dalam usaha meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Koperasi dapat berbentuk koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi Primer yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang sedangkan koperasi sekunder yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

9

koperasi primer dan atau koperasi sekunder sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi. 2. Fungsi dan Peran Koperasi Fungsi dan Peran Koperasi Indonesia menurut pasal 4 Undang Undang No.25 Tahun 1992 adalah : a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya; b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai

sokogurunya; d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

3. Modal Koperasi Pengertian Modal menurut Drs. S. Munawir (2007; 19) adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik Perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.

10

Sesuai dengan Pasal 41 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Sebagai badan usaha, koperasi harus memiliki modal ekuitas sebagai modal perusahaan. Atas dasar itu kedudukan dan status modal koperasi secara hukum dipertegas dengan menetapkan modal sendiri yang merupakan modal ekuitas, sedangkan modal pinjaman merupakan modal penunjang. Dari pasal tersebut beserta penjelasannya dapat diambil

kesimpulan bahwa modal koperasi dapat bersumber dari : a. Modal Sendiri Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari pemiliknya secara langsung akan menaggung resiko atau kerugian apabila terjadi kondisi pailit. Modal sendiri juga disebut dengan ekuity. Karena modal sendiri merupakan modal yang akan menanggung resiko kerugian, maka usaha dengan basis modal sendiri yang kuat merupakan salah satu nilai lebih yang dilihat pihak lain. Modal koperasi bisa didapatkan dari sumber anggota maupun non anggota, yang secara umum

dikemukakan sebagai berikut : 1) Simpanan Pokok Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

11

2)

Simpanan Wajib Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

3)

Dana Cadangan Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Dalam pasal 45 Undang undang No.25 Tahun 1992 disebutkan bahwa pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota 4) Hibah

Hibah adalah sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa ada sesuatu ikatan atau kewajiban untuk mengembalikannya. Dalam kedudukannya sebagai modal sendiri, maka simpanan pokok dan simpanan wajib dikategorikan sebagai modal dasar sehingga perlu dijaga mutasi pengurangannya sebagai akibat adanya anggota yang

12

keluar agar tidak mengganggu stabilitas modal koperasi. Karena itu terhadap anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi tidak dapat langsung mengambil kembali simpanan pokok dan simpanan wajibnya sebelum diketahui jumlah kewajibannya. b. Modal Pinjaman

Untuk pengembangan usahanya koperasi dapat menggunakan modal pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya. Modal Pinjaman merupakan modal yang berasal dari luar koperasi yang sifatnya sementara bekerja di dalam koperasi. Bagi koperasi yang bersangkutan modal tersebut berupa hutang yang suatu saat harus dibayar kembali. Modal pinjaman berasal dari : 1) Anggota

Yang dimaksud pinjaman dari anggota adalah pinjaman yang diperoleh dari anggota, termasuk calon anggota yang memenuhi syarat. 2) anggotanya Pinjaman yang diperoleh dari koperasi lainnya dan/atau Koperasi lainnya dan/atau

anggotanya didasari dengan perjanjuan kerja sama antar koperasi. 3) lainnya Bank dan Lembaga Keuangan

13

Pinjaman yang diperoleh dari Bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. 4) lainnya Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. 5) Sumber lain yang sah Penerbitan obligasi dan surat hutang

Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum c. Modal Penyertaan Pemupukan modal dari modal penyertaan, baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperkuat kegiatan usaha koperasi terutama yang berbentuk investasi. Modal penyertaan ikut menanggung resiko. Pemilik modal penyertaan tidak mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota dan dalam menentukan kebijaksanaan koperasi secara keseluruhan. Namun demikian, pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan.

4. Sisa Hasil Usaha Sisa Hasil Usaha Koperasi nerupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan

14

kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota. Dengan mengacu pada pengertian diatas maka besarnya SHU yang diterima setiap anggota akan berbeda tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. SHU peranggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra usahanya (Arifin Satio dan Halomoan Tamba: 2001:92).

5. Analisis Kinerja Keuangan Di dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi, suatu perusahaan memerlukan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program dan kebijaksanaan yang dinamakan kinerja. Menurut Mohammad Muslich (1997: 77): Analisis kinerja keuangan adalah suatu proses analisis data neraca dan laporan laba rugi

15

menjadi informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Salah satu proses analisi ini adalah dengan analisis rasio. Untuk melakukan analisis keuangan dapat dengan cara

membandingkan prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu, (Agus Sartono; 2000 : 66) Perusahaan yang dikatakan sukses adalah perusahaan yang berorientasi ke depan dengan pedoman pada pengalaman masa lalu, sehingga penting bagi perusahaan untuk mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai pada masa lalu. Menurut Agnes Sawir (2001:2), Analisis Kinerja Keuangan adalah suatu penilaian terhadap kondisi keuangan keuangan perusahaan pada waktu yang telah lalu dan untuk prospek pada masa yang akan datang. Melalui analisis yang dilakukan pada kinerja keuangan diharapkan dapat menemukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan kelemahan perusahaan dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan (Financial Statement) Faktor-faktor likuiditas, solvabilitas, rentabilitas serta stabilitas usaha suatu perusahaan akan dapat diketahui dengan cara menganalisa dan menginterprestasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik analisa yang tepat/sesuai dengan tujuan analisa Media yang dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi.

16

Adapun tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (dalam Agnes Sawir, 2001 : 2) adalah sebagai berikut : a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan

bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan

manajemen atau pertanggungjawaban semua apa yang dipercayakan kepadanya.

6. Analisis Rasio Keuangan Untuk menilai suatu kinerja diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali dipakai adalah analisis rasio keuangan, yang meliputi rasio likuiditas, profitabilitas, leverage dan aktivitas. Pada dasarnya macam analisa rasio itu banyak sekali, tergantung pada kebutuhan penganalisa. Menurut Bambang Riyanto (1996 : 329), untuk melakukan analisis keuangan dapat dilakjukan dengan dua macam cara perbandingan yaitu : a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (ratio history) atau dengan rasio-rasio yang

17

diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio-rasio tersebut dari tahun ke tahun. b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio

perusahaan / company ratio) dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (ratio industry/rasio rata-rata/rasio standart0 untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek financial tertentu berada diatas rata-rata (above average), berada pada rata-rata (average), atau terletak di bawah rata-rata (below average). Menurut Munawir S (2007 : 36) Ada dua metode analisa yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan, yaitu analisa horisontal dan analisa vertikal. Analisa horisontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode sehingga akan dapat diketahui perkembangannya. Sedangkan analisa vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode saja, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Teknik teknik anakisa yang biasa digunakan adalah : a. Analisis perbandingan laporan keuangan

18

b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase c. Laporan dengan prosentase per komponen d. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja e. Analisa sumber dan penggunaan kas f. Analisa rasio g. Analisa perubahan laba kotor h. Analisa break even Berdasarkan sumbernya, maka rasio-rasio tersebut dapat

digolongkan dalam tiga golongan (Bambang Riyanto ,1996 : 329) yaitu : a. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios) ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total assets ratio dan lain sebagainya. b. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios) ialah rasiorasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya. c. Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratios) ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari laporan laba rugi, misalnya total asset turnover, inventory turnover, receivable turnover dan lain sebagainya.

19

Ada beberapa pendapat tentang kategori rasio berdasarkan tujuan penganalisa dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. Menurut Agnes sawir (2001 ; 7), terdapat beberapa macam alat analisis rasio keuangan, yaitu analisis rasio yang meliputi likuiditas, profitabilitas, leverage dan aktivitas. a. Rasio Likuiditas Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kewajibannya yang akan jatuh tempo. Ratio likuiditas yang umum digunakan adalah : 1) Current Ratio; Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Current Ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang current rationya terlalu tinggi juga kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. 2) Quick Ratio / Acid Test Ratio Merupakan ratio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

20

3) Cash Ratio. Ratio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar utang lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas. b. Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba baik menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan modal sendiri. Ratio profitabilitas yang umum digunakan adalah : 1) 2) 3) 4) 5) Marjin laba Kotor (Gross Profit Margin); Margin Laba Bersih (Net Profit Margin); Rentabilitas ekonomi; Return on Assets (ROA) Return on Equity (ROE). c. Rasio Aktivitas Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain. Rasio rasio yang umum digunakan adalah 1) 2) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio); Periode Penagihan Rata-rata (Average Collection Period);

21

3)

Rasio

Perputaran

Modal Kerja (Working

Capital

Turnover) 4) Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover).

d. Leverage Ratio Ratio ini mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Rasio-rasio leverage yang umum digunakan adalah : 1) 2) 3) 4) Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio); Rasio Utang terhadap ekuitas (Debt to equity ratio); Rasio laba terhadap beban bunga (Times interest earned) Rasio Penutupan beban tetap (Fixed charge coverage).

Lain lagi pengklasifikasian angka ratio keuangan menurut Leopald A. Bernstein (dalam Munawir S; 2007: 69), yang menyatakan bahwa angka angka ratio keuangan dapat dikategorikan menjadi : a. Ratio-ratio untuk menilai likuiditas (Short

term liquidity ratios); misalnya current ratio, acid test ratio, account receivable turnover, inventory turnover dan lain sebagainya. b. Ratio-ratio untuk menilai struktur modal

dan solvabilitas (Capital structur and long term solvency ratios); misalnya ratio antara modal sendiri dengan total hutang, ratio antara

22

modal sendiri dengan hutang janka panjang, ratio antara modal sendiri dengan aktiva tetap dan sebagainya. c. Return on Investment Ratios, misalnya

return on total assets (rentabilitas usaha) dan rentabilitas modal sendiri (return on equity capital). d. Ratio-ratio untuk menilai hasil operasi

(Operating performanceratios), antara lain gross margin ratio, net profit ratio dan lain sebagainya. e. Ratio-ratio untuk menilai penggunaan

aktiva (assets utilization ratios), yaitu ratio ratio (perimbangan) antara penjualan dengan : kas, persediaan, modal kerja, aktiva tetap dan aktiva aktiva lainnya. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1996 : 330) dan Rivai Wirasasmita serta Ani Kenangasari (1999 : 380) rasio-rasio dapat dikelompokkan dalam : a. Rasio Likuiditas untuk mengukur likuiditas perusahaan (current ratio, acid test ratio) b. Rasio Leverage untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (debt to total assets ratio, net worth debt ratio dan sebagainya). c. Rasio-rasio aktivitas untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber sumber dananya (inventory turnover, average collection period dan sebagainya).

23

d. Rasio-rasio Profitabilitas menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total assets, return on net worth dan sebagainya).

7. Penilaian Kinerja Keuangan Koperasi Untuk mengetahui dan mengukur kinerja keuangan koperasi dapat dilihat dari rasio keuangannya yang telah ditetapkan oleh Depkop. Untuk mengukur tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas KPRI DJASA Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah menggunakan kriteria atau standar sebagai berikut :

Tabel 2.1. Standart Rasio Likuiditas Aktiva (ALR) Koperasi Prosentase 15 20 % 10 15 % Kriteria Baik Normal

20 % Kurang baik Sumber data : Depkop PKM ; 1999

Tabel 2.2. Standart Rasiop Solvabilitas (LITA) Koperasi Prosentase 70 80% Kriteria Baik

< 70% atau > 80% Kurang baik Sumber data : Depkop PKM ; 1999

24

Tabel 2.3. Standart Rasio Rentabilitas (ROE) Koperasi Prosentase 15% - 30% Kriteria Baik

< 15% atau > 30% Kurang baik Sumber data : Depkop PKM, 1999

Semakin besar tingkat rentabilitas yang diperoleh, maka akan semakin efisien penggunaan modalnya dan berarti kinerja keuangan koperasi akan semakin baik.

B. Kerangka / Alur Pemikiran Dalam perkembangannya, koperasi juga memerlukan pengakuan dari pihak luar atas prestasi kerja dan kemampuan koperasi dalam menjalankan usahanya. Kemampuan koperasi dalam menjalankan usahanya dapat dilihat dari kinerja keuangannya. Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang meliputi rasio profitabilitas, likuiditas, leverage dan aktivitas. Rasio tersebut dihitung dengan menggunakan informasi / data data dari laporan keuangan KPRI DJASA Kanwil DJPB Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi / laporan hasil usaha. Elemen elemen yang ada pada neraca dan laporan hasil usaha menggambarkan keadaan keuangan suatu koperasi. Data data tersebut diolah

25

dengan analisa rasio keuangan untuk mengetahui apakah kondisi keuangan koperasi ini sehat atau tidak. Analisa rasio Likuiditas dapat diketahui dari elemen elemen yang ada dalam neraca. Rasio Profitabilitas dapat diketahui dari elemen elemen yang ada di neraca dan laporan hasil usaha. Leverage Rasio dapat diketahui dari elemen elemen di neraca dan rasio aktivitas untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber sumber dananya. Untuk mempermudah pembahasan dan analisis, agar tidak menyimpang dari tujuan maka disusun suatu kerangka / alur pemikiran sebagai gambaran alur/tahap-tahap pembahasan.

Adapun alur pemikiran tersebut disajikan pada gambar 2.1. dibawah ini

Laporan Keuangan

Analisis Rasio Keuangan

Rasio Profitabilitas Gross profit margin ratio Net profit margin ratio Rate of Return on total assetsratio Return on equity ratio

Rasio Likuiditas Current ratio Cash ratio Quick ratio

Leverage Rasio Total debt to total capital assets ratio Total debt to equity ratio

Rasio Aktivitas Inventory turnover ratio Working capital turnover ratio Total assets turnover ratio

26

Penilaian Kinerja Keuangan Koperasi

Perbaikan Kinerja Keuangan Gambar 2.1. Alur pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan historis. Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002 : 26) penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah masalah berupa fakta fakta saat ini dari suatu populasi. Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (2002 : 86) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengumpulkan data sebanyak banyaknya mengenai faktor faktor yang menjadi pendukung kinerja keuangan.

27

Penelitian historis merupakan penelitian terhadap masalah masalah yang berkaitan dengan fenomena masa lalu. Dari fenomena masa lalu secara sitematis akan direkonstruksi dengan obyektif dan akurat untuk menjelaskan fenomena masa sekarang atau mengantisipasi fenomena masa yang akan datang (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo; 2002 : 26).

B. Jenis Data Pe3nentuan metode pengumpulan data penelitian dipengaruhi oleh jenis data dan sumber data penelitian yang dibutuhkan. Pada dasarnya data penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis (Nur Indrianto dan Bambang Supomo; 2002 : 145) yaitu :

1. Data Subyek Jenis data yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi obyek penelitian (responden) yang dilaporkan sendiri oleh responden secara individual. 2. Data Fisik Merupakan jenis data penelitian yang berupa obyek atau benda benda fisik. Data ini merupakan benda berwujud yang menjadi bukti suatu keberadaan atau kejadian pada masa lalu dan dikumpulkan melalui metode observasi. 3. Data Dokumenter

28

Adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, suratsurat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program.

C. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Nur Indrianto & Bambang Supomo (2002 ; 146) sumber data penelitian terdiri dari : 1. Data Primer Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli, dapat berupa opini subyek secara individual atau kelompok dari hasil pengujian.

2.

Data Sekunder Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti Untuk menganalisa kinerja keuangan KPRI DJASA Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah digunakan data sekunder berupa laporan keuangan periode 2005 2008 yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi dan catatan catatan pendukung lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

29

1. Wawancara Dengan melakukan wawancara kepada pengurus koperasi yang berkaitan dengan gambaran umum dan kegiatan usaha yang telah dilakukan koperasi. 2. Dokumentasi Yaitu dengan cara melihat, mengumpulkan dan mempelajari dokumen dokumen yang ada dalam koperasi yang berupa Neraca, Laporan Laba Rugi dan catatan catatan lainnya.

E. Analisis Data Metode dan Teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan perubahan dari masing masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu. (Munawir S ; 2007:36) Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk

menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Setelah data dan informasi diperoleh, kemudian diperiksa atas dasar reliabilitas (dapat dipercaya) dan relevansi terhadap masalah yang diteliti. Selanjutnya data diolah dengan mengelompokkan unsur-unsur yang ada dalam laporan keuangan, mana saja yang masuk dalam aktiva lancar, hutang lancar dan kelompok modal. Setelah data data tersebut dikelompokkan sesuai dengan

30

jenisnya, maka analisis dilakukan dengan rumus rumus analisis rasio keuangan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ratio Profitabilitas Adalah sekelompok rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva dan pengelolaan hutang terhadap hasil hasil operasi, terdiri dari : a. Gross Profit Margin Mengukur laba bruto dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bruto dengan penjualan, Gross profit Margin = Laba Bruto -------------------Penjualan

b. Net Profit Margin Mengukur laba bersih dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Net Profit Margin Laba bersih sesudah pajak = ---------------------------------------Penjualan

c. Rate of Return on Total Assets Menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua

31

investor. Rasio ini dihitung dengan membagi pendapatan bersih sesudah pajak dengan jumlah aktiva Rate of Return on Total Assets = Pendapatan sesudah pajak ---------------------------------Total Aktiva

d. Return on equity Menunjukkan kemampuan modal sendiri koperasi dalam

menghasilkan keuntungan. Rasio ini dihitung dari perbandingan pendapatan sesudah pajak dengan total modal sendiri. Return on Equity = Pendapatan sesudah pajak -------------------------------Modal Sendiri

2. Rasio Likuiditas Rasio yang memperlihatkan hubungan kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya terhadap kewajiban lancarnya, terdiri dari ; a. Current Ratio Menunjukkan kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajibankewajiban atau hutang-hutang yang harus dibayar dengan aktiva lancar. Current Rasio didapat dari perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan jumlah hutang lancar. Current Ratio = Aktiva Lancar --------------------------Hutang Lancar

32

b. Cash Ratio Menunjukkan kemampuan koperasi dalam membayar hutang jangka pendek dengan kas yang tersedia pada koperasi dan surat berharga yang dapat segera diuangkan. Cash Ratio diperoleh dengan membagi kas dan surat berharga dengan hutang lancar. Cash Ratio Kas + Surat Berharga = ----------------------------------Hutang Lancar

c.

Quick Ratio Menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar hutang jangka pendek dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Quick Ratio dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan membagi sisanya dengan hutang lancer Quick Ratio = Kas + Surat Berharga + Piutang ----------------------------------------Hutang Lancar

3. Rasio Leverage Digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Rasio ini terdiri dari : a. Total Debt to total Asset Ratio Mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin pembayaran hutang. Dihitung dengan membagi total hutang dengan total aktiva. Total Debt to Total Asset = Total Hutang ----------------Total Aktiva

33

b.

Total Debt to Equity Ratio Menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam menjamin pembayaran keseluruhan hutang atau kewajiban. Rasio ini diperoleh dengan membagi total hutang dengan total modal sendiri. Total Debt to Equity = Total Hutang ------------------Modal sendiri

4.

Rasio Aktivitas Rasio ini mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola asset asetnya, terdiri dari a. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory

TurnoverRatio) Mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagangan yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada koperasi, dihitung dengan cara membagi harga pokok penjualan dengan rata rata persediaan. Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan ----------------------------Rata rata persediaan

b.

Rasio Perputaran total Aktiva (Total Asset Turnover Ratio) Menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta koperasi dalam rangka menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta

34

koperasi. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan total aktiva. Total Asset Turnover = Penjualan bersih ----------------------Total Aktiva

c.

Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) Menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh koperasi untuk tiap rupiah modal kerja, dihitung dengan cara membagi penjualan neto dengan aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Working Capital Turnover = Penjualan Neto ---------------------Aktiva lancar hutang lancar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Singkat KPRI DJASA Pada mulanya koperasi ini berdiri, berawal dari ide para pegawai negeri di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggran Semarang yang berinisiatif untuk mendirikan sebuah koperasi yang dapat memenuhi

35

kebutuhan para anggota. Utamanya untuk memenuhi kebutuhan yang mendadak dan mendesak dengan bunga yang ringan. Akhirnya terbentuklah Koperasi Pegawai Negeri dengan nama KPRI DJASA berkedudukan di Jl. Pemuda No. 2 semarang, yang memiliki 2 (dua) unit usaha yakni unit usaha simpan pinjam dan unit usaha pertokoan. KPRI DJASA mendapatkan status Badan Hukum pada tanggal 11 Januari 1990 dengan badan hukum No.11255/BH/VI. Tujuan didirikannya KPRI DJASA yaitu : a. Memberikan kesempatan kepada para pegawai dilingkungan Kanwil Ditjen Anggaran Semarang untuk mengambil bagian dalam

kepemilikan koperasi dan turut menikmati hasil usaha koperasi. b. Menghimpun dan mengarahkan dana dana yang dimiliki calon anggota dalam rangka memperkuat likuiditas dan fkeksibilitas keuangan khususnya meningkatkan pendanaan koperasi dalam rangka

memberikan fasilitas pinjaman. c. Ikut menunjang program pemerintah dalam rangka mengembangkan dan memasyarakatkan koperasi.

2. Struktur organisasi KPRI DJASA Struktur organisasi dalam suatu koperasi mencerminkan adanya pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab masing masing fungsi yang merupakan faktor yang menentukan dalam prosedur pelaksanaan kerja.

36

Struktur organisasi KPRI DJASA seperti terlihat pada gambar 4.1.

Rapat Anggota

Pengawas

Pengurus

Unit Usaha

Simpan Pinjam

Pertokoan

AnggotaSumber : KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1. Struktur Organisasi KPRI DJASA

Berikut penjelasan masing-masing unsur organisasi : a. Rapat Anggota Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota terdiri dari Rapat Anggota Tahunan (RAT), rapat anggota khusus, rapat anggota biasa dan rapat anggota luar biasa.Rapat Anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, dan selambat lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun buku lampau untuk mengesahkan pertanggungjawaban pengurus. Keputusan

37

rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Rapat anggota menetapkan : a) b) Anggaran Dasar Kebijaksanaan umum di bidang koperasi, manajemen dan

usaha koperasi c) Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan

pengawas. d) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja

koperasi, serta pengesahan laporan keuangan. e) Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam

pelaksanaan tugasnya, f) g) Pembagian Sisa Hasil Usaha. Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran

koperasi.

b.

Pengurus Pengurus koperasi merupakan wakil para anggota koperasi yang

dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota untuk masa jabatan paling lama 5 (lima) tahun. Anggota pengurus yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali. Pengurus koperasi terdiri dari Ketua,

38

Sekretaris, Bendahara dan dibantu oleh seksi seksi yang dipilih oleh Rapat Anggota sesuai dengan anggaran dasar koperasi. Pengurus dipercaya menjadi wakil anggota yang bertujuan menjalankan, mengelola dan memimpin jalannya organisasi koperasi. Adapun tugas pengurus adalah sebagai berikut : a) b) Mengelola koperasi dan usahanya Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan

rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi c) d) Menyelenggarakan Rapat Anggota Mengajukan laporan keuangan dan bertanggung jawab atas

pelaksanaan tugas e) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventarisasi

secara tertib f) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus

Pengurus mempunyai kewenangan: a) Mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan b) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar

39

c) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota. c. Pengawas Sesuai pasal 38 UU No. 25 tahun 1992, pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota dan bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Tugas pengawas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi serta membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya dan

disampaikan kepada rapat Anggota. Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga. Pengawas berwenang untuk meneliti catatan yang ada pada koperasi dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. Kepengurusan KPRI DJASA untuk periode tahun 2006 2008 yang dibentuk berdasarkan Rapat Anggota Tahunan 2005 tanggal 28 Juni 2006 adalah sebagai berikut :

Pengurus KPRI DJASA 1. 2. 3. 4. Ketua Sekretaris I Sekretaris II Bendahara I : Pandan Budi Kusmaniharto : Putut Sad Herutomo : Haryanto : Budiono

40

5. 6. 7. 8. 9. 10

Bendahara II Simpan Pinjam I Simpan Pinjam II Usaha Toko I Usaha Toko II Usaha Toko III

: Rukma Restu Erfanti : Retno Winarti : Esti Riyani : Haryomo : Didik Sudiarsono : Zahrotun Nafisah

. Pengawas KPRI DJASA 1. 2. 3. Ketua Anggota Anggota : Slamet Djafar : Yovita Kristianawati : Elin Nurhayati

Sehubungan dengan adanya mutasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara, ada beberapa pengurus yang dipindahtugaskan keluar dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jateng, maka dipandang perlu untuk mengadakan pergantian pengurus antar waktu untuk mengatasi kekosongan pengurus. Sehingga susunan pengurus KPRI DJASA menjadi sebagai berikut :

Pengurus KPRI DJASA 1. 2. 3. 4. Ketua Sekretaris I Bendahara I Bendahara II : Pandan Budi Kusmaniharto : Didik Sudiarsono (merangkap) : Budiono : Didik Sudiarsono

41

5. 6.

Simpan Pinjam I Simpan Pinjam II

: Retno Winarti : Esti Riyani : Haryomo : Slamet Djafar : Elin Nurhayati

7. Usaha Toko I Pengawas KPRI DJASA 1. 2. d. Ketua Anggota Anggota

Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi dan tercatat dalam buku daftar anggota. KPRI DJASA merupakan koperasi primer yang beranggotakan perseorangan, yang keanggotaannya tidak dapat dipindahtangankan. Setiap anggota koperasi mempunyai kewajiban : a) Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tanggaserta keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota. b) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan

oleh koperasi c) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar

atas asas kekeluargaan. Setiap anggota koperasi mempunyai hak : a) Menghadiri, menyatakan pendapat daqn memberikan suara dalam Rapat Anggota b) Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus / pengawas

42

c)

Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar

d) Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar Rapat Anggota baik diminta maupun tidak diminta. e) Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesame anggota f) Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi

menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar. Keanggotan KPRI DJASA dari tahun 2004 sampai dengan 2008 mengalami perubahan seperti pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Jumlah Anggota KPRI DJASA Periode tahun 2005 - 2008 Tahun 2005 2006 2007 2008 Jumlah Awal 124 137 162 227 Mutasi Keluar 12 25 18 25 Masuk 25 50 83 4 Jumlah Akhir 137 162 227 206

Sumber data : Laporan pertanggungjawabanKPRI DJASA tahun 2008

Anggota yang keluar disebabkan pegawai yang bersangkutan mutasi ke luar daerah atau telah memasuki masa pensiun, sedangkan anggota yang masuk adalah pegawai baru atau pindahan dari luar daerah dan mendaftar sebagai anggota KPRI DJASA.

B. Analisa Rasio Keuangan

43

Sebagai bahan analisis untuk mengetahui rasio rasio keuangan yang diantaranya meliputi rasio profitabilitas,likuiditas,leverage (solvabilitas) dan rasio aktivitas digunakan laporan keuangan KPRI DJASA periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Laporan keuangan yang relevan dengan penelitian dimaksud adalah neraca dan laporan laba rugi.

1.

Analisis Rasio Profitabilitas Analisis ratio Profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan KPRI DJASA menghasilkan laba, baik menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan modal sendiri. Analisis rasio Profitabilitas yang digunakan adalah : a. Analisis Gross Profit Margin Merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur laba bruto KPRI DJASA dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan laba bruto dengan total penjualan. Semakin tinggi nilai gross profit margin berarti semakin besar kemampuan penjualan untuk menghasilkan laba kotor. Tabel 4.2 Gross Profit Margin (GPM) KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 2007 Laba Bruto (Rp) 74.961.945 79.382.676 105.358.56 5,89 32,72 Perubahan % (naik) / turun Penjualan (Rp) 178.253.66 5 239.187.89 34,18 48,35 Perubahan % (naik) / turun GPM (%) 42,05 33,18 29,69 - 8,87 - 3,49 Perubahan % (naik) / turun

44

2008

3 140.784.11 2

33,62

7 354.847.15 7 485.837.13 6

36,91

28,97

- 0,72

Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

. Perkembangan Gross Profit Margin KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada gambar 4.2Perkembangan Gross Profit Margin KPRI "DJASA" Periode 2005-2008Gross Profit Margin (%) 50 40 30 20 10 0 1 2 Tahun 3 4 42.05 33.18 29.69 28.97

Gambar 4.2

b. Analisis Net Profit Margin Rasio ini digunakan untuk mengukur laba bersih dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan laba bersih sesudah pajak dengan total penjualan. Semakin tinggi nilai net profit margin berarti semakin besar kemampuan penjualan untuk

menghasilkan laba bersih. Tabel 4.3 Net Profit Margin (NPM) KPRI DJASA

45

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 2007 2008 Laba Bersih (Rp) 45.543.473 41.663.218 56.444.789 80.612.589 - 8.51 35,47 42,81 Perubahan % (naik) / turun Penjualan (Rp) 178.253.66 5 239.187.89 7 354.847.15 7 485.837.13 6Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perubahan % (naik) / turun

NPM (%) 25,54

Perubahan % (naik) / turun

34,18 48,35 36,91

17,41 15,90 16,59

- 8,13 - 1,51 0,69

Perkembangan Net Profit Margin KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada gambar 4.3Perkembangan Net Profit Margin KPRI "DJASA" Periode 2005-2008Net Profit Margin (%) 30 25 20 15 10 5 0 1 2 Tahun 3 4 25.54 17.41 15.9 16.59

Gambar 4.3 c. Analisis Rate of Return on Total Asset Rate of Return on total Asset merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam

46

keseluruhan aktiva KPRI DJASA untuk menghasilkan keuntungan. Rate of Return on total Asset dihitung dengan membandingkan pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak dengan jumlah aktiva. Semakin tinggi nilai Rate of return on total assets berarti semakin besar keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah modal yang ditanamkan. Tabel 4.4 Rate of Return on Total Asset (ROA) KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 2007 2008 Laba Bersih (Rp) 45.543.473 41.663.218 56.444.789 80.612.589 - 8.51 35,47 42,81 Perubahan % (naik) / turun Total Aktiva (Rp) 318.105.99 6 358.286.14 4 445.150.38 3 610.102.46 4Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perubahan % (naik) / turun

ROA (%) 14,31

Perubahan % (naik) / turun

12,63 24,24 37,05

11,62 12,67 13,21

- 2,69 1,05 0,54

47

Perkembangan Rate of Return on Total Asset KPRI "DJASA" Periode 2005-200820 ROA (%) 15 10 5 0 1 2 Tahun 3 4 14.31 11.62 12.67 13.21

Gambar 4.4 Perkembangan Rate of return on total asset KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada gambar 4.4

d.

Analisis Return on Equity Return on Equity menunjukkan kemampuan modal sendiri KPRI DJASA dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini dihitung dari perbandingan pendapatan sesudah pajak dengan total modal sendiri. Semakin tinggi nilai Return on Equity berarti semakin besar keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah modal sendiri yang ditanamkan. Tabel 4.5 Return on Equity (ROE) KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 Laba Bersih (Rp) 45.543.473 Perubahan % (naik) / turun Modal Sendiri (Rp) 245.798.13 Perubahan % (naik) / turun ROE (%) 18,53 Perubahan % (naik) / turun

48

2006 2007 2008

41.663.218 56.444.789 80.612.589

- 8.51 35,47 42,81

1 275.414.03 0 315.101.88 2 401.026.82 3

12,04 14,41 27,26

15,13 17,91 20,10

- 3,4 2,78 2,19

Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perkembangan Return on Equity KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada gambar 4.5Perkembangan Return on Equity KPRI "DJASA" Periode 2005-200825 ROE (%) 20 15 10 5 0 1 2 Tahun 3 4 18.53 15.13 17.91 20.1

Gambar 4.5

2.

Analisis Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan KPRI

DJASA dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Analisis likuiditas yang dipergunakan adalah : Analisis Current Ratio

49

Current Ratio menunjukkan kemampuan KPRI DJASA dalam memenuhi kewajiban-kewajiban atau hutang-hutang yang harus segera dibayar dengan aktiva lancar. Current Ratio didapat dari perbandingan antara jumlah Aktiva Lancar dengan jumlah Hutang Lancar. Semakin tinggi nilai current ratio berarti semakin besar kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar. Dengan demikian untuk mengetahui current ratio perlu diketahui terlebih dahulu aktiva lancar dan hutang lancar KPRI DJASA. Berikut ini disajikan tabel current ratio (CRR) KPRI DJASA periode tahun 2005 2008. Tabel 4.6 Current Ratio (CRR) KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 2008Tahu n 2005 2006 2007 2008 Aktiva Lancar (Rp) 268.408.09 6 310.700.74 4 401.831.28 3 569.939.66 4Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perubahan % (naik) / turun

Hutang Lancar (Rp) 26.764.392

Perubahan % (naik) / turun

CRR (%) 1002,8

Perubahan % (naik) / turun

15,75 29,33 41,83

41.208.896 73.604.212 128.463.05 2

53,96 78,61 74,53

5 753,96 545,93 443,60

- 248,89 - 208,03 - 102,33

Perkembangan Current Rasio KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada gambar 4.6

50

Perkembangan Current Ratio KPRI "DJASA" Periode 2005-20081200 1000 800 600 400 1002.85 753.96 545.93 443.6

) % ( o i a R t n e r u C

200 0 1 2 Tahun 3 4

Gambar 4.6

Analisis Cash Ratio Cash Ratio menunjukkan kemampuan KPRI DJASA membayar hutang jangka pendek dengan kas yang tersedia pada perusahaan dan surat berharga yang dapat segera diuangkan. Cash Ratio dihitung dengan cara membandingkan kas dan surat berharga dengan hutang lancar. Semakin tinggi nilai cash ratio berarti semakin besar nilai

51

jaminan yang dapat diberikan oleh kas dan surat berharga terhadap hutang lancar. Tabel 4.7 Cash Ratio (CR) KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 2007 2008 Kas + (Rp) 78.346.695 42.360.643 12.574.975 82.590.137 - 45,93 - 70,31 556,78 Perubahan % (naik) / turun Hutang Lancar (Rp) 26.764.392 41.208.896 73.604.212 128.463.05 2Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perubahan % (naik) / turun

CR (%) 292,72

Perubahan % (naik) / turun

53,96 78,61 74,53

102,79 17,08 64,29

- 189,93 - 85,71 47,21

Perkembangan Cash Rasio KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada gambar 4.7:Perkembangan Cash Ratio KPRI "DJASA" Periode 2005-2008350 300 250 200 150 100 50 0 1

Cash Ratio (%)

292.72

102.79 17.08 2 Tahun 3 4

64.29

Gambar 4.7 c. Analisis Quick Ratio

52

Quick Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan KPRI DJASA untuk membayar hutang jangka pendek dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Quick ratio dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar ditambah dengan surat berharga (efek) dan membandingkan sisanya dengan hutang lancar. Semakin tinggi nilai Quick Ratio berarti semakin besar nilai jaminan yang dapat diberikan oleh aktiva lancar yang lebih likuid terhadap hutang lancar. Tabel 4.8 Quick Ratio (QR) KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 2007 2008 Kas + Piutang (Rp) 260.147.64 6 298.149.81 0 392.463.04 8 557.074.81 0Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perubahan % (naik) / turun

Hutang Lancar (Rp) 26.764.392

Perubahan % (naik) / turun

QR (%) 971,99

Perubahan % (naik) / turun

14,60 31,63 556,7

41.208.896 73.604.212 128.463.05 2

53,96 78,61 74,53

723,50 533,20 433,64

- 248,49 - 190,30 - 99,56

53

Perkembangan Quick Ratio KPRI "DJASA" Periode 2005-20081200 Quick Ratio (%) 1000 800 600 400 200 0 1 2 Tahun 3 4 971.99 723.5 533.2 433.64

Gambar 4.8. Perkembangan quick ratio KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 2008 dapat dilihat pada gambar 4.8.

3. Analisis Leverage Analisis Leverage adalah analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan pada KPRI DJASA. Analisis Leverage yang dipergunakan adalah : a. Analisis Total Debt to Total Asset Ratio Total Debt to Total Asset adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva KPRI DJASA dalam menjamin semua hutang hutangnya. Rasio ini dihitung dengan membandingkan total hutang dengan total aktiva. Semakin tinggi nilai total debt to total asset ratio berarti semakin kecil nilai jaminan aktiva untuk hutang. Tabel 4.9 Total Debt to Total Asset Ratio KPRI DJASA

54

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 2007 2008 Total Hutang (Rp) 26.764.392 41.208.896 73.604.212 128.463.05 2 53,96 78,61 74,53 Perubahan % (naik) / turun Total Aktiva (Rp) 318.105.99 6 358.286.14 4 445.150.38 3 610.102.46 4Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perubahan % (naik) / turun

Total Debt to Total Assets (%) 8,41

Perubahan % (naik) / turun

12,63 24,24 37,05

11,50 16,53 21,05

3,09 5,03 4,52

Perkembangan total debt to total asset KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 2008 dapat dilihat pada gambar 4.9.Perkembangan Total Debt to Total Asset KPRI "DJASA" Periode 2005-2008Total Debt to Total Asset (%) 25 20 15 10 5 0 1 2 Tahun 3 4 11.5 8.41 16.53 21.05

Gambar 4.9

b.

Analisis Total Debt to Equity Ratio

55

Total Debt to Equity Ratio menunjukkan kemampuan modal sendiri KPRI DJASA dalam menjamin pembayaran keseluruhan hutang atau kewajiban. Rasio ini dihitung dengan membandingkan total hutang dengan total modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin kecil nilai jaminan modal sendiri untuk hutang. Tabel 4.10 Total Debt to Equity Ratio KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 2007 2008 Total Hutang (Rp) 26.764.392 41.208.896 73.604.212 128.463.05 2 53,96 78,61 74,53 Perubahan % (naik) / turun Modal Sendiri (Rp) 245.798.13 1 275.414.03 0 315.101.88 2 401.026.82 3Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perubahan % (naik) / turun

Total Debt to Equity (%) 10,88

Perubahan % (naik) / turun

12,04 14,41 27,26

14,96 23,36 32,03

4,08 8,40 8,67

Perkembangan total debt to equity KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 2008 dapat dilihat pada gambar 4.10. .

56

Perkembangan Total Debt to Equity KPRI "DJASA" Periode 2005-200835 30 25 20 15 10 5 0 1 Total Debt to Equity (%) 32.03 23.36 10.88 14.96

2 Tahun

3

4

Gambar 4.10

4. Rasio Aktivitas

Analisis

Analisis ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh efektivitas KPRI DJASA dalam mengerjakan sumber sumber dananya. Rasio- rasio aktivitas yang digunakan adalah : a. Analisis rasio Perputaran Persediaan Rasio ini mengukur effisiensi pengelolaan persediaan barang dagangan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara Harga Pokok Penjualan dengan Inventory Rata-rata.

Tabel 4.11 Rasio Perputaran Persediaan KPRI DJASA

57

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 2007 2008 HPP (Rp) 103.291.72 0 159.805.22 1 249.488.59 4 345.053.02 4Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perubahan % (naik) / turun

Persediaan Rata rata (Rp) 7.105.125

Perubahan % (naik) / turun

Rasio Perputaran Persediaan 14,54

Perubahan naik / turun

54,71 56,12 38,30

10.354.952 7.696.510 11.116.544

45,74 - 25,67 44,44

15,43 32,41 31,03

0,89 16,98 - 1,38

Perkembangan Rasio Perputaran Persediaan

KPRI DJASA

selama kurun waktu 2005 2008 dapat dilihat pada gambar 4.11.Perkembangan Perputaran Persediaan KPRI "DJASA" Periode 2005-200835 30 25 20 15 10 5 0 1 32.41 31.03

Perputaran Persediaan (x)

14.54

15.43

2 Tahun

3

4

Gambar 4.11.

58

b. Kerja

Analisis

Rasio

Perputaran

Modal

Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat

diperoleh koperasi (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja. Rasio ini dihitung dengan membandingkan penjualan neto dengan aktiva lancar dikurangi hutang lancar (modal kerja bersih). Tabel 4.12 Rasio Perputaran Modal Kerja KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 2007 2008 Penjualan (Rp) 178.253.665 239.187.897 354.847.157 485.837.136 34,18 48,35 36,91 Perubahan % (naik) / turun Modal Kerja Bersih (Rp) 241.643.704 269.491.848 328.227.071 441.476.612 11,52 21,79 34,50 Perubahan % (naik) / turun Rasio Perputaran Modal Kerja 0,74 0,89 1,08 1,10 0,15 0,19 0,02 Perubahan naik / turun

Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perkembangan Rasio Perputaran Modal Kerja KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 2008 dapat dilihat pada gambar 4.12.

59

Perkembangan Rasio Perputaran M odal Kerja KPRI "DJASA" Periode 2005-2008Perputaran Modal Kerja (x) 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1 2 Tahun 3 4 1.08 0.89 0.74 1.1

Gambar 4.12

c. Aktiva

Analisis

Rasio

Perputaran

Total

Rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut. Jika angka rasio cenderung naik, hal ini menunjukkan bahwa koperasi semakin efisien dalam menggunakan aktivanya. Rasio ini dihitung dengan membandingkan penjualan neto dengan total aktiva. Tabel 4.13 Rasio Perputaran Total Aktiva KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2005 -2008Tahu n 2005 2006 Penjualan (Rp) 178.253.665 239.187.897 34,18 Perubahan % (naik) / turun Total Aktiva (Rp) 318.105.996 358.286.144 12,63 Perubahan % (naik) / turun Rasio Perputaran Total Aktiva 0,56 0,67 0,11 Perubahan naik / turun

60

2007 2008

354.847.157 485.837.136

48,35 36,91

445.150.383 610.102.464

24,24 37,05

0,80 1,26

0,13 0,46

Sumber data : Laporan Keuangan KPRI DJASA yang diolah

Perkembangan Rasio Perputaran Total Aktiva KPRI "DJASA" Periode 2005-20081.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1 1.26 0.8

Perputaran Total Aktiva (x)

0.56

0.67

2 Tahun

3

4

Gambar 4.13. Perkembangan Rasio Perputaran Total Aktiva KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 2008 dapat dilihat pada gambar 4.13.

C.

Pembahasan Berdasarkan analisis rasio keuangan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan dan kinerja KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan kondisi yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rasio keuangan selama 4 tahun. Walaupun pada rasio dan tahun tertentu mengalami penurunan, namun angka rasio rata rata masih menunjukkan tingkat prosentase yang tinggi. Tingkat rasio keuangan KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah periode 2005 2008 disajikan dalam tabel berikut :

61

Tabel 4.14 Tingkat Rasio Keuangan KPRI DJASA Tahun 2005 2008No 1. Rasio Keuangan Profitabilitas Tingkat Rasio Keuangan (%) Indikator 1. Gross Profit Margin 2. Net Profit Margin 3. Rate of Return on Total Asset 4. Return on Equity 1. Current Ratio 2. Cash Ratio 3. Quick Ratio 2005 42,05 25,54 14,31 18,53 1002,8 5 292,72 971,99 8,41 10,88 14,54 x 0,74 x 0,56 x 0,89 x 0,67 xSumber : Data Sekunder yang diolah

2006 33,18 17,41 11,62 15,13 753,9 6 102,7 9 723,5 0 11,50 14,96 15,43 x

2007 29,69 15,90 12,67 17,91 545,9 3 17,08 533,2 0 16,53 23,36 32,41 x 1,08 x 0,80 x

2008 28,97 16,59 13,21 20,10 443,6 0 64,29 433,6 4 21,05 32,03 31,03 x 1,10 x

Ratarata 33,47 18,86 12,95 17,92 686,59 119,22 665,58

2..

Likuiditas

3.

Leverage / Solvabilitas

4.

Aktivitas

1. Total Debt to Total Asset 2. Total Debt to Equity 1. Rasio Perputaran Persediaan 2. Rasio Perputaran Modal Kerja 3. Rasio Perputaran Total Aktiva

14,37 20,31 23,35x 0,95 x 0,82 x

1,26 x

1.

Rasio Profitabilitas a. Gross Profit margin Dari tabel 4.14 terlihat bahwa gross profit margin terjadi penurunan yang cukup besar setiap tahunnya selama empat tahun. Tahun 2005 dengan gross profit margin 42,05% yang berarti setiap Rp 1,00 penjualan menghasilkan laba bruto sebesar Rp 0,42 merupakan ratio tertinggi dibandingkan tahun tahun sesudahnya termasuk dengan rata rata sebesar 33,47%, apalagi dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya 28,97%.

62

Penyebab turunnya gross profit margin dapat ditelusuri pada laporan perhitungan rugi laba KPRI DJASA dimana disitu tampak bahwa nilai persediaan akhir barang dagangan meningkat sangat tajam pada tahun 2006. Dengan meningkatnya persediaan akhir barang dagangan akan memperbesar nilai harga pokok penjualan sehingga berpengaruh pada perolehan laba bruto.

b.

Net Profit Margin Hasil operasi KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 2008

seperti terlihat pada tabel 4.14 dengan Net profit margin tertinggi diperoleh pada tahun 2005 sebesar 25,54% yang berarti setiap Rp 1,00 penjualan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,26. Sedangkan tiga tahun kemudian cenderung mengalami penurunan. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan net profit margin sebesar 17,41%, sedangkan net profit margin terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 15,90%. Dari laporan perhitungan rugi laba KPRI DJASA periode 2005 2008 terlihat pada tahun 2006 dan 2007 harga pokok penjualan meningkat menjadi Rp. 159.805.221,tahun sebelumnya dan Rp. 249.488.594,- dari

sebesar Rp. 103.291.720,- sedangkan biaya

operasional menjadi Rp. 37.719.458 dan Rp. 48.913.774,- dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 29.418.472,-

63

Oleh sebab itu meskipun KPRI DJASA pada tahun 2006 dan 2007 berhasil meningkatkan total penjualan tetapi net profit margin yang diperoleh semakin kecil. Hal ini disebabkan kenaikan penjualan tidak sebanding dengan kenaikan harga pokok penjualan dan kenaikan biaya operasi yang sangat tajam, sehingga sangat berpengaruh pada perolehan laba bersih. Kondisi ini mulai diperbaiki pada tahun 2008 dimana Net profit margin yang diperoleh mulai meningkat menjadi 16,59% meskipun masih sangat kecil dan dibawah nilai rata rata yaitu sebesar 18,86%.

c. Total Asset

Rate

of

Return

on

Kemampuan dari modal KPRI DJASA yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan selama periode 2005 -2008 seperti terlihat pada tabel 4.14 sangat fluktuatif. Dimana rate of return on total asset terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 11,62% dan berada dibawah rata rata sebesar 12,95% yang berarti pada tahun 2006 setiap Rp 1,00 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,12. Sama halnya dengan keadaan net profit margin, rendahnya kemampuan aktiva dalam menghasilkan

keuntungan disebabkan oleh tingginya biaya operasional dan harga pokok penjualan.

64

Kondisi ini mulai membaik pada tahun 2007 dan 2008, dimana rate of return on total asset mulai mengalami kenaikan menjadi

12,67% dan 13,21%. Hal ini disebabkan kenaikan total aktiva diikuti dengan kenaikan Penjualan yang cukup besar serta adanya upaya penekanan pengeluaran biaya operasional sehingga laba bersih mengalami kenaikan.

d.

Return on Equity Kemampuan modal sendiri KPRI DJASA dalam menghasilkan

keuntungan selama periode 2005 -2008 seperti terlihat pada tabel 4.14 sangat fluktuatif. Pada tahun 2005 setiap rupiah modal sendiri mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,19 dan pada tahun 2006 turun menjadi Rp. 0,15. Return on equity kembali mengalami kenaikan pada tahun 2007 dan 2008. Dimana Return on Equity tertinggi diperoleh pada tahun 2008 sebesar 20,10%. Pada tahun 2006 terjadi kenaikan modal sendiri yang disebabkan oleh adanya penambahan jumlah anggota yang berakibat pada naiknya simpanan pokok dan simpanan wajib. Dimana kenaikan ini tidak diikuti dengan peningkatan laba bersih. Laba bersih tahun 2006 justru mengalami penurunan yang disebabkan oleh tingginya biaya operasional dan harga pokok penjualan. Hal ini menjadi penyebab turunnya return on equity tahun 2006.

65

2.

Rasio Likuiditas a. Current Ratio Dari table 4.14. terlihat bahwa current ratio KPRI DJASA

cenderung turun setiap tahunnya. Tahun 2005 merupakan tahun yang yang memiliki current ratio tertinggi, yaitu sebesar 1002,85% yang berarti setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 10,03. Dan current ratio terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 443,60% dibawah nilai rata rata sebesar 686,59%. Penurunan current ratio yang terjadi pada KPRI DJASA selama periode 2005 2008 disebabkan tingginya kenaikan hutang lancar yang berasal dari simpanan sukarela anggota tidak diikuti dengan kenaikan aktiva lancar. Dengan kata lain keanikan aktiva lancar lebih kecil dibandingkan tingkat kenaikan hutang lancar. b. Cash Ratio Dalam hal ini ternyata cash ratio tiap tahunnya, selama periode 2005 2008 hampir sama keadaannya dengan current ratio, dimana mengalami penurunan yang cukup tajam. Tahun 2005 dengan cash ratio 292,72% merupakan ratio tertinggi dibandingkan dengan tahun tahun lainnya termasuk dengan nilai rata ratanya sebesar 119,22%, apalagi jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya 17,08% yang berarti setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan kas sebesar Rp 0,17. Selama kurun waktu 2005 2007 Cash ratio KPRI DJASA mengalami penurunan yang cukup besar.

66

Hal ini dikarenakan kondisi kas yang cenderung turun dari tahun ke tahun, sementara hutang lancar yang berasal dari simpanan sukarela anggota cendrung naik. Terutama pada tahun 2007 dimana kenaikan hutang lancar cukup signifikan yaitu sebesar 78,61%, tetapi kas justru mengalami penurunan sebesar 70,31% (Tabel 4.7) Penurunan yang menyolok pada tahun 2007 ini dapat

dikategorikan sebagai suatu hal yang berbahaya bagi KPRI DJASA, terutama untuk memelihara likuiditas bila suatu saat KPRI DJASA mengalami likiuidasi. Akibatnya akan sulit bagi KPRI DJASA dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia. Pada tahun 2008 KPRI DJASA nampaknya berhasil

memperbaiki kinerjanya. Terbukti pada tahun 2008 cash ratio meningkat lagi dari tahun sebelumnya menjadi 64,29%. Nampaknya pengurus mulai menerapkan prinsip hati hati untuk menjaga likuiditas KPRI DJASA sehingga pada tahun 2008 kas mengalami kenaikan sebesar 556,78% sedangkan hutang lancar naik sebesar 74,53% (Tabel 4.7) c. Quick Ratio Kondisi quick ratio KPRI DJASA periode 2005 2008 dapat dilihat pada tabel 4.14. dimana selama kurun waktu tersebut quick ratio cenderung mengalami penurunan. Nilai quick ratio tertinggi terjadi tahun 2005 sebesar 971,99% dan terendah pada tahun 2008

67

sebesar 433,64% dibawah nilai rata rata yaitu sebesar 665,58%. Yang berarti pada tahun 2008 setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar di luar persediaan sebesar Rp 4,34. Pada tahun 2006 quick ratio turun cukup tajam yaitu sebesar 248,49% dari tahun 2005. Hal ini diakibatkan adanya kenaikan hutang lancar yang cukup besar yang berasal dari simpanan sukarela anggota yaitu sebesar 53,96% sedangkan kenaikan kas dan piutang hanya sebesar 14,60% (Tabel 4.8).

3.

Leverage / Solvabilitas a. Total Debt to Total Asset Memperhatikan angka angka ratio debt to total asset selama periode 2005 2008 (Tabel 4.14) yang menunjukan gerakan peningkatan, mempuinyai arti bahwa kemampuan aktiva KPRI DJASA dalam menjamin setiap hutangnya semakin menurun. Pada tahun 2005 ratio hutang terhadap aktivanya mencapai 8,41%. Nilai ini mempunyai arti bahwa setiap Rp 1,00 total aktiva digunakan untuk menjamin hutang sebesar Rp. 0,08. Kemampuan aktiva KPRI DJASA dalam menjamin setiap hutangnya semakin menurun dari tahun ke tahun, sehingga pada tahun 2008 rasio tersebut mencapai 21,05% yang berarti bahwa untuk setiap Rp 1,00 total aktiva digunakan untuk menjamin hutang sebesar Rp 0,21.

68

Penurunan kemampuan aktiva terbesar terjadi pada tahun 2007, dimana ratio tersebut naik sebesar 5,03% dari tahun 2006. Hal ini disebabkan pada tahun 2007 simpanan suka rela anggota mengalami kenaikan yang cukup besar, sehingga mengakibatkan kenaikan hutang sebesar 78,61% tidak sebanding dengan kenaikan aktiva yang hanya sebesar 24,24% (Tabel 4.9). Kenaikan debt to total asset ratio pada kurun waktu 2005 2008 ini disebabkan sumber pembiayaan dari hutang yang terus mengalami kenaikan yang cukup besar dari tahun ke tahun, sementara kenaikan total aktiva pada kurun waktu tersebut prosentasenya sangat kecil.

b. Total Debt to Equity Mencermati angka angka ratio total debt to equity selama kurun waktu 2005 2008, menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (tabel 4.14). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal sendiri KPRI DJASA dalam menjamin pembayaran keseluruhan hutang mengalami penurunan. Pada tahun 2005 ratio hutang terhadap modal sendiri mencapai 10,88%. Nilai ini mempunyai arti bahwa setiap Rp 1,00 total modal sendiri digunakan untuk menjamin hutang sebesar Rp 0,11. Kemampuan modal sendiri KPRI DJASA dalam menjamin setiap hutangnya semakin menurun dari tahun ke tahun, sehingga pada tahun 2008 rasio tersebut mencapai 32,03% yang berarti bahwa untuk setiap

69

Rp 1,00 total modal sendiri digunakan untuk menjamin hutang sebesar Rp 0,32. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi koperasi, karena dengan demikian nilai modal yang digunakan untuk menjamin hutang koperasi semakin besar. Tingginya angka rasio ini dipengaruhi oleh jumlah hutang koperasi yang bersumber dari simpanan suka rela anggota cenderung mengalami peningkatan yang cukup tajam dari tahun ke tahun yang tidak diimbangi dengan prosentase kenaikan modal sendiri.

4.

Rasio Aktivitas a. Rasio Perputaran Persediaan Kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan barang berputar dalam periode 2005 2008 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Dimana pada tahun 2006 angka rasio mengalami kenaikan 0,89 kali dari tahun 2005 dan pada tahun 2007 angka ratio menjadi 32,41 kali atau naik sebesar 16,98 kali dari tahun 2006. Kenaikan angka rasio ini dipengaruhi oleh kenaikan nilai Harga Pokok Penjualan yang cukup tinggi dan rendahnya nilai persediaan yang dimiliki oleh koperasi pada tahun 2006 dan 2007. Sedangkan pada tahun 2008 angka rasio perputaran persediaan mengalami penurunan sebesar 1,38 kali dari tahun 2007 menjadi 31,03 kali. Penurunan ini disebabkan nilai persediaan rata rata yang dimiliki koperasi mengalami kenaikan yang cukup besar disbanding tahun

70

2007, sehingga modal yang tertanam dalam persediaan juga terlalu besar.

b. Rasio Perputaran Modal Kerja Besarnya penjualan yang dapat dicapai oleh KPRI DJASA untuk tiap rupiah modal kerja dalam kurun waktu 2005 2008 mengalami kenaikan dari tahun ke tahun (Tabel 4.14). Hal ini berarti kemampuan modal kerja yang dimiliki oleh KPRI DJASA dalam penjualan menunujukkan kondisi yang baik. Angka rasio perputaran modal kerja terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 0,74 kali dan semakin meningkat untuk tahun tahun berikutnya. Dan angka ratio perputaran modal kerja tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,10 kali atau naik sebesar 0,02 kali dari tahun 2007. Total Penjualan KPRI DJASA juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini menjadi indikasi yang baik dan positif bagi pencapaian SHU KPRI DJASA, yang pada akhirnya juga akan menambah modal kerja koperasi.

c. Rasio Perputaran Total Aktiva Dari table 4.14 terlihat angka ratio perputaran total aktiva KPRI DJASA periode 2005 2008 cenderung mengalami peningkatan.

71

Angka rasio perputaran total aktiva terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 0,56 kali dan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 1,26 kali. Hal ini menunjukkan bahwa KPRI DJASA semakin effisien dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan bersih. Kenaikan aktiva yang terjdi dalam periode tersebut diimbangi dengan meningkatnya kemampuan dalam hal penjualan.

D.

Penilaian Kinerja Keuangan Koperasi Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, maka dapat dilakukan penilaian terhadap kinerja keuangan KPRI DJASA periode 2005 2008. Sebagai dasar penilaian kinerja menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM tentang Standar Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Dari tabel 4.14 terlihat tingkat likuiditas KPRI DJASA selama kurun waktu 2005 2008 mengalami penurunan. Nilai rata rata likuiditas berdasarkan Current Ratio sebesar 686,595; Cash Ratio sebesar 119,22% dan Quick Ratio sebesar 665,58%. Dengan demikian likuiditas KPRI DJASA periode 2005 2008 jika dibandingkan dengan standar Depkop terlalu berlebihan yaitu diatas 20%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penggunaan aktiva lancar masih rendah dan tidak dipergunakan semaksimal mungkin. Seharusnya dengan posisi likuiditas yang berlebihan, dana yang tertanam dalam aktiva lancar dapat dimanfaatkan untuk membiayai usaha lain yang bisa menghasilkan keuntungan.

72

Ditinjau dari rasio profitabilitas, maka profitabilitas KPRI DJASA periode 2005 2008 jika dibandingkan dengan standar Depkop termasuk kriteria baik, karena nilai rata rata profitabilitas berada pada posisi 15 % 30%. Sedangkan dari rasio Solvabilitas, KPRI DJASA selama periode 2005 -2008 berada pada kriteria kurang baik karena nilai rata-rata Solvabilitas lebih kecil dari 70%. Hal ini menunjukkan kemampuan KPRI DJASA dalam menjamin hutang hutangnya sangat kecil. Kondisi keuangan suatu koperasi akan dapat diketahui dari laporan keuangan koperasi yang bersangkutan, yang terdiri dari Neraca dan Laporan Perhitungan Rugi Laba. Penyajian pos aktiva dan pasiva dalam neraca koperasi simpan pinjam sedapat mungkin disusun menurut tingkat likuiditas dan jatuh temponya. Dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh KPRI DJASA periode 2005 2008, penyajian pos pasiva dalam neraca kurang akurat karena pos simpanan suka rela dikelompokkan kedalam kelompok modal koperasi, yang seharusnya masuk ke kelompok kewajiban koperasi. Pengertian modal koperasi adalah simpanan para anggota yang bercirikan menanggung resiko atau berpendapatan tidak tetap dan merupakan klaim anggota pada saat anggota ke luar atau koperasi dibubarkan, diantaranya adalah simpanan pokok dan simpanan wajib. Sedangkan simpanan suka rela anggota adalah simpanan anggota yang besarnya tidak sama yang dipercayakan kepada koperasi untuk dikelola,

73

mendapatkan keuntungan berupa bunga dan tidak menanggung kerugian serta dapat ditarik setiap saat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya , maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

kenaikan dan penurunan sisa hasil usaha KPRI DJASA Provinsi Jawa Tengah periode 2005 2008 adalah terjadinya kenaikan harga pokok

74

penjualan dan kenaikan biaya operasi yang sangat tajam, sehingga sangat berpengaruh pada perolehan laba bersih. 2. Penyajian Laporan keuangan KPRI DJASA Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah periode 2005 2008, khususnya pada pos pasiva neraca kurang akurat, karena simpanan suka rela anggota yang seharusnya masuk kekelompok kewajiban koperasi tetapi

dikjelompokkan kedalam modal koperasi. 3. Tingkat Kesehatan KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Provinsi Jawa Tengah periode 2005 2008 jika dibandingkan dengan Standar Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi adalah sebagai berikut : a. Dari segi Profitabilitas tingkat kesehatan KPRI DJASA

termasuk kriteria baik, karena nilai rata rata profitabilitas berada pada posisi 15 % - 30%.

b.

Dari segi likuiditas tingkat kesehatan KPRI DJASA diatas 20% yang berarti

kurang baik karena berada pada posisi likuiditas terlalu berlebihan c.

Dari segi Solvabilitas berada pada kriteria kurang baik

karena nilai rata-rata Solvabilitas lebih kecil dari 70%.

B.

Saran

75

Berdasarkan

hasil

analisa

dan

kesimpulan,

maka

penulis

mengemukakan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan pengurus KPRI DJASA Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan profitabilitas, KPRI DJASA dapat

melakukan dengan meningkatkan plafond kredit kepada para anggotanya dan memberikan beban bunga pinjaman di bawah suku bunga pinjaman Bank serta menurunkan Harga Pokok Penjualan dan menekan komponen komponen biaya operasional tertentu sehingga biaya yang dikeluarkan seimbang dengan pendapatan yang diperoleh 2. Angka Likuiditas yang tinggi, menunjukkan pengurus KPRI

DJASA yang terlalu berhati-hati dalam menjaga likuiditas. Aktiva lancar yang terlalu tinggi menggambarkan besarnya dana yang menganggur dan belum dimanfaatkan secara efisien dalam modal kerja. Oleh karena itu KPRI DJASA sebaiknya meningkatkan penggunaan sumber modal khususnya yang berasal dari hutang lancar koperasi untuk disalurkan dalam membiayai kegiatan usahanya, sehingga dana yang mengendap tidak terlalu besar. 3. Dalam Penyusunan laporan keuangan, pengurus KPRI DJASA

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah hendaknya mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.

76

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono, 2000, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua, BPFE UGM, Yogyakarta Agnes Sawir, 2001, Analisis Kinerja Keuangan & Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Arifin Satio dan Halamoan Tamba, 2001, Koperasi: Teori dan Praktek, Erlangga, Jakarta

77

Bambang Riyanto, 1996, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE UGM, Yogyakarta Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, 1994. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 Tentang perkoperasian, Balai Pustaka, Jakarta Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah, 1999, Petunjuk Teknis pemantauan dan Analisa laporan keuangan koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam, Direktorat jenderal fasilitasi pembiayaan dan simpan Pinjam, Jakarta H.R.A. Rivai Wirasasmita dan Ani Kenangasari, 1999, Analisa Laporan Keuangan Koperasi; Pionir Jaya, Bandung. Munawir S, 2007, Analisis laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta Mohammad Muslich, 1997, Manajemen Keuangan Modern, Perencanaan dan Kebijakan, Bumi Aksara, Jakarta. Analisis

Nur Indriantoro & Bambang Soepomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen , Yogyakarta, BPFE. Suharsini Arikunto, 2002, Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

78