Hidrokarbon Ani

28
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR HIDROKARBON NAMA : ST NURFAJRIANI NIM : H31113310 GOL/KLP : H5 / 2(DUA) HARI/TGL : RABU/ 19 MARET 2014 ASSISTEN : ANDI TENRI SA’NA

description

kimia

Transcript of Hidrokarbon Ani

BAB I

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK DASAR HIDROKARBONNAMA :ST NURFAJRIANINIM :H31113310

GOL/KLP:H5 / 2(DUA)HARI/TGL :RABU/ 19 MARET 2014ASSISTEN :ANDI TENRI SANA

LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 19 Maret 2014 Asisten,

Praktikan,ANDI TENRI SANA

ST NURFAJRIANINIM. H311109291

NIM. H31113310 BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Senyawa hidrokarbon banyak kita temukan dalam kehidupan kita sehari- hari. Senyawa hidrokarbon ini terdapat luas di alam dan juga saat ini dapat disintesis misalnya minyak bumi. Didalam ilmu kimia senyawa hidrokarbon ini masuk dalam ruang lingkup kimia organik karena tersusun atas senyawa organik berupa hidrogen dan karbon.

Hidrokarbon yang paling banyak terdapat dalam minyak bumi adalah alkana berantai lurus, yang terdiri atas rantai atom-atom karbon yang saling terikat oleh ikatan tunggal, dengan atom-atom hidrogen yang mencukupi pada setiap atom karbon untuk bisa menghasilkan kapasitas maksimum pengikatan yaitu empat ikatan. Alkana ini memiliki rumus umum CnH2n+2 . Ujung-ujung molekul ini ialah gugus metil (-CH3), dengan gugus metilena (-CH2-) diantara keduanya. Kita dapat menuliskan pentana (C2H5) sebagai CH3CH2CH2CH2CH3 untuk menyatakan strukturnya secara lebih eksplisit atau dengan cara singkatan yaitu CH3(CH2)3CH3.

Senyawa-senyawa hidrokarbon ini meskipun hanya tersusun atas 2 elemen dasar yaitu hidrogen dan karbon namun memiliki banyak anggota senyawa- senyawa yang mempunyai gugus ikatan tertentu. Setiap kelompok senyawa- senyawa ini memiliki sifat dan karakteristik tersendiri yang menarik untuk dipelajari. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah percobaan hidrokarbon ini.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah membedakan antara hidrokarbon jenuh dengan tidak jenuh dan senyawa aromatik.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah :1. Untuk mengetahui kelarutan suatu hidrokarbon dalam air dan dietil eter2. Untuk mengetahui reaksi antara hidrokarbon dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/CCl4 5%.I.3 Prinsip PercobaanPrinsip pada percobaan ini adalah menentukan kelarutan suatu senyawa hidrokarbon yaitu n-heksana, sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, parafin dalam pelarut polar dan nonpolar seperti air, dietil eter. Serta mereaksikan senyawa hidrokarbon dengan beberapa pereaksi seperti KMnO4 ,Br2/ CCl4 5 %.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah hidrokarbon mengacu pada senyawa yang tersusun dari atom karbon dan hydrogen. Hidrokarbon dan senyawa turunannya umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar (Pine, dkk., 1988) :

1. Hidrokarbon alifatik, terdiri atas rantai atom karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau hidrokarbon asiklik2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih.

3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih-ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon alisiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas.

Senyawa organik yang paling sederhana, terbentuk dari dua elemen yakni hidrogen dan karbon. Senyawa hidrokarbon ini selain terdapat luas di alam juga dpt dibuat (disintetis) di laboratorium. Secara umum senyawa hidrokarbon ini terbagi atas tiga kelompok utama yaitu; hidrokarbon jenuh (saturated), tak jenuh (unsaturated) dan aromatik. Pembagian ini didasarkan atas pada jenis ikatan antara karbon karbon. Hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan ikatan tunggal karbon-karbon, hidrokarbon jenuh mengandung karbon-karbon ganda dua atau ganda tiga, sedangkan hidrokarbon aromatik adalah kelompok senyawa siklik tak jenuh namun sifatnya berbeda dengan alkena. Sifat dari senyawa ini umumnya dicirikan oleh benzena (Tim Dosen Kimia, 2013). Alkana dan sikloalkana adalah golongan senyawa hidrokarbon jenuh dimana semua ikatannya tunggal-tunggal. Alkana disebut juga senyawa alafatik atau alisiklik yang artinya adalah senyawa rantai terbuka. Istilah lain untuk sikloalkana adalah parafin yang artinya sukar bereaksi. Golongan sikloalkana adalah salah satu komponen utama dalam minyak bumi yang melalui proses fraksinasi (penyulingan) akan menghasilkan premeum dengan titik didih antara 30-200o C (Sitorus, 2010).Minyak bumi serta gas bumi yang berkaitan dengannya kini merupakan sumber utama hidrokarbon. Kemungkinan untuk mengubah sebagian kelebihan cadangan batu bara dunia menjadi hidrokarbon yang berguna mendapatkan perhatian besar dan dikaji secara meluas karena cadangan minyak bumi menyusut. Juga telah dipertimbangkan kemungkinan bahwa tumbuhan tertentu boleh jadi merupakan sumber hidrokarbon penting untuk masa mendatang. Gas bumi pada dasarnya terdiri atas metana (CH4), etana (C2H6) dan propana (C3H8) biasanya merupakan 5 sampai 10 persen dari keseluruhan, bersama dengan runut hidrokarbon C4 dan C5. Gas itu dibebaskan dari berbagai laah yang tak dikehendaki dan zat berbobot molekul lebih tinggi dan kemudian digunakan hamper semata-mata sebagai bahan bakar (Pine, dkk., 1988).

Hidrokarbon jenuh terdiri atas dua kelompok utama yaitu alkana dan sikloalkana. Rumus umum senyawa alkana adalah CnH dimana n menyatakan jumlah atom karbon. Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan formula CH4. Metana ini mempunyai sifat tidak berwarna dan tidak berbau, sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam alkohol. Titik didih dan titik leburnya rendah, dibawah 0o C. Sifat kimia senyawa ini adalah amat stabil, tidak dapat bereaksi dengan asam, basa dan pereaksi pereaksi yang umum terdapat di laboratorium (Tim Dosen Kimia, 2013).

Alkana merupakan hirokarbon alifatik yang masing masing atom karbonnya terikat pada empat atom lain. Alkana dikenal juga sebagai parafin atau hidrokarbon jenuh.selain itu dikenal juga senyawa sikloalkana. Sikloalkana ini digunakan untuk melukiskan hidrokarbon alisiklik jenuh. Alkana monosiklik mempunyai rumus empirik CnH2n (Pine, dkk., 1988).

Reaksi reaksi yang terjadi pada senyawa alkana adalah :

1. Oksidasi. Reaksi oksidsi sempurna dari alkana adalah gas karbondioksida dan sejunlah air dan sejumlah energi.

2. Reaksi subsitusi yaitu reaksi penggantian suatu unsur oleh unsur lain yang terikat pada senyawa alkana3. Reaksi sulfonasi yaitu reaksi yang melibatkan asam sulfat, dimana daapt berlangsung jika alkana tersebut memiliki atom karbon tertier4. Reaksi nitrasi yaitu reaksi yang melibatkan senyawa nitrat dimnaa reaksi ini dapat berjalan dengan mudah jika terdapat karbon tertier.

5. Reaksi pirolisis atau cracking dalah proses pemecahan alkana dengan jalan pemanasan pada temperatur tinggi sekitar 1000o C tanpa oksigen akan dihasilkan alkana dengan rantai karbon lebih pendek.

Alkana dan sikloalkana memiliki sifat-sifat fisik diantarnya tidak larut dalam air karena molekulnya adalah non polar (hidrofobik). Berat jenis alkana dan sikloalkana lebih ringan dibandingkan air, maka keduanya bila dicampur alkana dan sikloalkana berada di atas air. Sifat fisik lain yang cukup penting khususnya untuk alkana adalah titik didih (bp = boiling point). Titik didih sebanding dengan BM suatu molekul. Pada suhu kamar alkana ada berwujud gas (C1-C5), Cair dan padatan. Faktor lain yang berpengaruh pada titik didih adalah luas permukaan untuk molekul yang mempunyai BM sama. Sebagai contoh tiga isomer pentana mempunyai urutan titik didih : n-pentana >2-metil butana > 2,2- dimetil propana, dimana luas permukaan berbanding terbalik dengan titik didihnya (Sitorus, 2010).Pada senyawa hidrokarbon tak jenuh dikenal alkena dan alkuna. Alkena adalah suatu hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon karbon. Alkena dikenal pula sebagai alifin. Sedangkan alkuna adalah suatu hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon. Kedua kelompok senyawa ini disebut hidrokarbon tidak jenuh karena memiliki atom hidrogen per-karbon lebih sedikit dibanding dengan alkana (Tim dosen Kimia, 2013).

CnH2n-2 (alkuna), CnH2n (alkena), CnH2n+2 (alkana)

Dengan jalan demikian alkana sesungguhnya dapat diperoleh dengan jalan penambahan sejumlah hidrogen terhadap alkena dan alkuna.

R-C C R + katalis H RCH = CHR katalis H RCH- CHR Sering pula ditemukan suatu hidrokarbon memiliki dua ikatan rangkap du, senyawa hidrokarbon yang demikian itu dikenal sebagi alkadiena atau diena. Dikenal pula adanya triena, tetraena dan seterusnya hingga poliena. Demikian juga halnya dengan senyawa hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap tiga, ataupun kombinasi antara rangkap dua dengan rangkap tiga cukup banyak ditemukan (Tim dosen Kimia, 2013).Hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan ganda di antara atom-atom karbonnya. Alkena sederhana atau olefin mengandung satu ikatan ganda dua dan mempunyai rumus umum CnH2n-2 dalam bentuk rantai lurus atau cabangnya. Alkuna sederhana atau asetilena mempunyai ikatan ganda tiga di antara atom-atom karbonnya dan dapat dituliskan dengan rumus umumnya CnH2n-2. Dengan sedikit perubahan, aturan penamaan untuk alkana berlaku bagi alkena dan alkuna. Rantai utama adalah rantai panjang yang mengandung ikatan ganda. Penomoran atom karbon sedemikian rupa sehingga ikatan ganda mendapatkan nomor terendah. Akhiran ena digunakan untuk alkena, sedangkan una untuk alkuna. Nama biasa untuka alkena adalah merupakan turuna dari etilena, sedangkan untuk alkuna adalah dari asetilena. Atom karbon dalam rantai diberi nomor sedemikian rupa sehingga ikatan ganda mendapatkan nomor terendah (Petrucci dan Suminar, 1985). Alkena sangat mudah dioksidasi, misalnya dengan KMnO4 dalam keadaan asam. Warna merah jingga akan hilang dengan cepat. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menunjukkan adanya ikatan rangkap. Bila reaksi dilakukan dengan KMnO4 suasana alkalis, pada temperatur rendah, maka akan terjadi senyawa dihidroksi atau glikol (Respati, 1986).

Senyawa aromatik adalah senyawa yang menyerupai senyawa benzena yang merupakan hidrokarbon induk dari kelompok senyawa aromatik. Benzena berupa cairan dalam suhu normal, banyak digunakan sebagai pelarut organik. Sifatnya non polar, tidak bercampur dengan air namun dapat bercampur dengan pelarut organik lainnya seperti dietil eter, karbon tetraklorida, atau heksana. Benzena dan turunannya banyak diperoleh dari batubara dan minyak bumi. Molekul benzena banyak mempunyai cincin karbon beranggota enam dimana tiap tiap karbon mengikat satu hidrogen dengan rumus empiris CH, sikloheksana CH, walaupun benzena memiliki ketidakjenuhan namun sifat benzena lebih mendekati hidrokaron jenuh dibndingkan dengan hidrokarbon tidak jenuh seperti alkena dan alkuna. Terbukti bahwa benzena tidak menghilangkan warna air Brom, tidak teroksidasi dengan kalium permanganat, juga tidak mengalami reaksi adisi dengan asam klorida maupun asam sulfat, padahal pereaksi pereaksi tersebut sangat mudah bereaksi dengan alkena dan alkuna. Hal tersebut menunjukkan bahwa benzena tidak setara dengan alkena maupun alkuna (Tim dosen Kimia, 2013).

Benzena memperlihatkan gambaran orbital molekul. Benzena merupakan bangun datar dengan enam lingkar cincin serta enam orbital p yang tegak dan sejajar. Keenam orbital p ini bersama sama memebentuk orbital molekul yang meliputi keenam atom. Elektron orbital p mengisi rbital molekul ikatan-berenergi rendah hingga penuh, sehingga menghasilkan kadang yang menguntungkan ditinjau dari segi energi dan menjadikan benzena sangat stabil. Bayangkanlah benzena sebagai sebuah cincin karbon datar yang memiliki awan elektron di atas dan bawahnya (Respati, 1986).

Gambar struktur benzenaBAB III

METODOLOGI PERCOBAAN3.1 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah n-heksana, sikloheksena, benzena, etil asetoasetat, toluena, dietil eter, parafin, aquadest, KMnO4 0,1 M, Br2/ CCl4 5 %.3.2 AlatAlat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, lampu spritus, kaki tiga, kasa, dan gelas piala. 3.3 Prosedur Percobaan3.3.1 Kelarutan Senyawa Hidrokarbon dalam Air dan Dietil Eter Prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu disiapkan 10 tabung reaksi yang bersih dan kering. Pada 5 tabung reaksi pertama diisi 0.5 mL air, dan 5 tabung reaksi kedua diisi 0,5 mL dietil eter. Lalu ditambahkan setetes demi setetes larutan n-heksana (10 tetes), kemudian dikocok dan diperhatikan kelarutannya dan di catat hasil pengamatannya. Selanjutnya prosedur diatas diulang dengan menggunakan hidrokarbon sikloheksena, benzena, toluen dan parafin3.3.2 Reaksi Senyawa Hidrokarbon Prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu disiapkan 12 tabung reaksi yang bersih dan kering. Masing-masing tabung reaksi diisi sebanyak 1,0 mL n-heksana, sikloheksena, benzena, toluen, parafin dan etil asetoasetat (sebagai pembanding), lalu ditambahkan 1 tetes larutan 0,1 M KMnO4 1,0 mL, lalu dikocok dan bila perlu dipanaskan. Kemudian diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Selanjutnya percobaan di atas diulang dengan mengganti 0,1 M KMnO4 1 mL dengan 1-2 tetes larutan 1,0 mL Br2/ CCl4 5%.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan4.1.1 Kelarutan Hidrokarban dalam Air dan Dietil EterHidrokarbonKelarutan ( air)Kelarutan (dietil eter)Keterangan

n- heksana-Larut dalam dietil Eter

Sikloheksena-Larut dalam dietil Eter

Benzena-Larut dalam dietil Eter

Toluen-Larut dalam dietil Eter

Parafin-Larut dalam dietil Eter

4.1.2 Reaksi hidrokarbon dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4Hidrokarbon+KMnO4 0,1 MBr2/ CCl4 5 %Keterangan

n- heksanaBerwarna unguBerwarna orangeTidak bereaksi

SikloheksenaBerwarna unguBerwarna orangeTidak bereaksi

BenzenaBerwarna unguBerwarna merah bataTidak bereaksi

ToluenBerwarna unguBerwarna beningTidak bereaksi pada KMnO4 dan bereaksi pada Br2/ CCl4

ParafinBerwarna unguBerwarna beningTidak bereaksi pada KMnO4 dan bereaksi pada Br2/ CCl4

Etil asetoasetatTerbentuk endapan coklatBerwarna beningBereaksi

4.2 Reaksi1. CH3 CH2 CH2 CH2 - CH2 CH3 + KMnO4 2. + KMnO4

3.+ KMnO4 CH3

4.+KMnO4

O O

OH OH

5. CH3 C CH2 C OC2H5 + KmnO4 CH3 CH CH2 CH CH2 -OC2H5 + MnO2 + KOH

6. CH3 CH2 CH2 - CH2 CH2 CH3 + Br2

7. + Br2

8

+ Br2

9. CH3

+ Br2. O O

O O

10. CH3 C CH2 C OC2H5 + Br2 CH3 C CH2 C OBr + C2H5Br

4 .3 Pembahasan

Setelah dilakukan percobaan pertama mengenai kelarutan hidrokarbon dalam air dan dietil eter dengan menggunakan beberapa hidrokarbon yang bersifat non polar seperti n-heksana, sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, dietil eter, parafin. Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa senyawa-senyawa tersebut tidak dapat larut dalam tetapi dapat larut dalam dietil eter. Hal ini disebabkan karena senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa non polar sedangkan air termasuk senyawa polar dan dietil eter termasuk senyawa non polar, di dalam senyawa non polar terdapat gaya tarik Van Der Waals antara pelarut dan zat terlarut. Selain itu, dalam propilena (alkena) terdapat elektron phi yang agak terbuka sehingga tertarik oleh hidrogen dari air yang bermuatan positif parsial.

Pada percobaan kedua mengenai reaksi antara hidrokarbon dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5% :

1. Reaksi n heksana dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.n-heksana dan n-pentana ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan larutan berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena n-heksana termasuk hidrokarbon jenuh yang hanya bisa bereaksi dengan senyawa halogen apabila menggunakan katalisator dan reaksinya merupakan reaksi subsitusi, n-heksana dan n-pentana juga tidak mengandung rantai cabang sehingga tidak terdapat atom karbon tertier, padahal ada tidaknya rantai cabang juga sangat mempengaruhi terjadinya suatu reaksi. Demikian juga ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% tidak terjadi reaksi dan larutan berwarna orange. n-heksana dapat bereaksi dengan Br2 apabila digunakan katalisator dan reaksinya merupakan reaksi subsitusi.

2. Reaksi Sikloheksana dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.

Sikloheksana ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan larutan berwarna ungu.Demikian juga ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% tidak terjadi reaksi dan larutan berwarna orange. Hal ini disebabkan karena sikloheksana termasuk dalam senyawa jenuh sehingga tidak dapat lagi bereaksi dengan hidrokarbon.3. Reaksi benzena dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.

Benzena ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan larutan berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena benzen memiliki ikatan terkonjugasi sehingga dapat beresonansi yang menyebabkan elektron pada senyawa benzena selalu berpindah-pindah. Benzena tidak dapat bereaksi dengan Br2/ CCl4 5% dan larutan berwarana merah bata, ini menandakan bahwa benzen sukar sekali bereaksi dengan Br2/ CCl4 bila dibandingkan dengan hidrokarbon yang lain. Selain itu benzen juga bersifat stabil sehinngga sukar sekali bereaksi dengan hidrokarbon lain kecuali dengan menggunakan katalisator. 4. Reaksi toluen dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.

Toulen ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan larutan berwarna ungu. Namun ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% terjadi reaksi dan larutan berwarna bening, sehingga tidak sesuai berdasarkan teori dimana larutan tersebut berubah warna menjadi orange. Ini mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam praktikum, tidak sterilnya alat yang digunakan sehingga terkontaminasi terhadap larutan yang digunakan sehingga kurang reaktif.5. Reaksi parafin. dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.Parafin ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak teng rerjadi reaksi dan larutan berwarna ungu. Namun ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% terjadi reaksi dan larutan berwarna bening, sehingga tidak sesuai berdasarkan teori dimana larutan tersebut berubah warna menjadi orange. Ini mungkin juga disebabkan oleh kesalahan dalam praktikum, tidak sterilnya alat yang digunakan sehingga terkontaminasi terhadap larutan yang digunakan sehingga kurang reaktif. Padahal kita ketahui parafin merupakan suatu senuyawa yang afinitasnya kecil sehingga sukar sekali bereaksi dan merupakan senyawa yang stabil.6. Reaksi Etil asetoasetat dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.

Etil asetoasetat ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M terjadi reaksi dan menimbulkan endapan coklat. Demikian juga ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% terjadi reaksi dan larutan berwarna bening.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanBerdasarkan percobaan ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah:

1. Senyawa hidrokarbon yang bersifat non polar seperti : n-heksana, sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, dietil eter, parafin, dan tidak larut dalam pelarut polar (air) tetapi larut dalam pelarut non polar (dietil eter).2. Senyawa hidrokarbon seperti n-heksana, sikloheksana, parafin, benzena, dan toluen tidak dapat bereaksi dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5% karena bersifat stabil, sedangkan etil asetoasetat dapat bereaksi dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.5.2 Saran 5.2.1 Saran untuk Laboratorium Sebaiknya petugas laboratorium lebih memperhatikan alat dan bahan yang akan digunakan, sebab tidak sedikit dijumpai alat yang sudah tidak layak pakai (rusak). Selain itu, kebersihan laboratorium harus dijaga sehingga praktikan dapat merasa lebih nyaman dalam praktikum.

5.2.2 Saran untuk Asisten Sebaiknya asisten lebih fokus dalam membimbing dan mengarahkan praktikan, sehingga praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.DAFTAR PUSTAKAPine, Stanley H, dkk., 1988, Kimia Organik 1. ITB : Bandung.Pine, Stanley H, dkk., 1988, Kimia Organik 2. ITB : Bandung.

Petrucci, Ralph H dan Suminar.1985, Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta. Respati.1986. Pengantar Kimia Organik Jilid 1. Aksara Baru: Jakarta. Sitorus, Marham. 2010. Kimia Organik Umum. Graha Ilmu: Yogyakarta.Tim Dosen Kimia. 2013. Kimia Organik. UPT MKU Universitas Hasanuddin : MakassarAAAAAAAAAAAAAAA

_1234415889.unknown

_1234505163.unknown

_1234505420.unknown

_1234505393.unknown

_1234415900.unknown

_1234417685.unknown

_1234415852.unknown

_1234415864.unknown

_1234377862.unknown