SKRIPSI - jhonianggariksa.files.wordpress.com · Alam Awal Mengenal Diri Sendiri (PALASOSTIK FISIP...
Transcript of SKRIPSI - jhonianggariksa.files.wordpress.com · Alam Awal Mengenal Diri Sendiri (PALASOSTIK FISIP...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN REKTOR
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG MEKANISME PENETAPAN BESARAN UANG KULIAH TUNGGAL (UKT)
BAGI MAHASISWA SI DAN DIPLOMA
UNIVERSITAS BENGKULU
SKRIPSI
Oleh :
JHONI ANGGARIKSA
NPM. D1D110002
PROGRAM EKSTENSI STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
* Man Jadda Wajada (Siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil)
* Man Shobaru Zhafira (Siapa yang bersabar akan beruntung)
* Man Yasro’ Yahsud (Siapa yang menanam akan menuai yang ditanam)
* Bumi dan Air Beserta Isinya Adalah Sahabat yang paling baik, Mengenal
Alam Awal Mengenal Diri Sendiri (PALASOSTIK FISIP UNIB)
* Suatu Negara tidak akan pernah kekurangan seorang pemimpin, jika anak
mudanya sering berpetualang ke Gunung, Hutan dan Lautan (Hendri Dunant)
*Tiada Keberhasilan Tanpa Pengorbanan(Robert Schuller)
* Keberhasilan ditentukan oleh 99% Perbuatan dan 1% Pemikiran (Albert
Einstein)
* Pemimpin itu memimpin dengan contoh, bukan dengan paksaan (Sun Tzu)
* Pemimpin Sejati tidak butuh memimpin, ia lebih senang menunjukkan arah
(Hendri Miller)
* Untuk memimpin orang lain, berjalanlah di belakang mereka (Lao Tzu)
*Pemimpin adalah orang yang mengetahui suatu cara, menjalankan dan
sekaligus menunjukan cara tersebut (John C. Maxwell)
* Memimpin Itu Menderita (H. Agus Salim)
* Orang Hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan dan
kenyamanan, mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan dan air mata.
(Anonim)
* Orang yang pandai adalah yang senantiasa memperbaiki diri dan
menyiapkan bekal kematian (HR. At-Tirmidzi)
PERSEMBAHAN Dengan segala rasa syukur ini ku ucapkan pada Mu ya Allah, atas
karunia dan nikmat yang Kau berikan.
Kupersembahkan karya ini untuk :
Kedua orangtuaku, Bak (Suargani) dan Mak (Murtina) yang tanpa
Lelah bersabar dan berjuang menghadapi kerasnya kehidupan, demi
sebuah keluarga kecil dan impian anak-anaknya yang menjadi harapan
mereka setiap harinya.
Kakak ku George Agung Renaldi dan adik-adikku Richardo GG dan
Gyorgan Romario, mereka adalah Penyemangat, motivasi untuk
menjadi lebih baik lagi, semoga kita bisa membanggakan orang tua
dan keluarga dengan cara dan impian kita masing-masing.
Keluarga besarku. Terima kasih atas do’a dan dukungan kalian.
Sahabat-sahabat dan teman-teman, serta senior di HIMASTRA FISIP
UNIB, organisasi yang pertama ku kenali dan cukup banyak
memberikan pengaruh terhadap diri serta semua teman-teman lintas
angkatan yang banyak membantu memberi saran, masukan untuk tugas
terakhir ini.
Keluarga besar PALASOSTIK FISIP UNIB Orange Scraft, yang
banyak memberikan sumbangsih pemikiran dan pengalaman, yang tak
terhitung dan berpengaruh besar terhadap pengembangan diri dan
pola fikir ku, teman-teman seangkatan, senior dan junior yang yang
telah banyak memberikan saran, masukan baik terhadap tugas ini dan
hal-hal lainnya apapun itu, semoga kita selalu bersemangat menjalani
“proses”demi sebuah harapan dan impian kita masing-masing, Salam
Lestari !
Almamaterku, kebanggaanku Universitas Bengkulu.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Jhoni Anggariksa
TTL : Bengkulu, 09 Juni 1991
NPM : D1D110002
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara
Agama : ISLAM
Golongan Darah : A
Nama Orang tua
Bapak : Suargani Gajah Napis
Ibu : Murtina Adi Temin
Alamat : Jalan Gunung Bungkuk No. 35 Rt. 07
Rw. 05, Kelurahan Tanah Patah,
Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu
Riwayat Pendidikan
Sekolah Dasar Negeri 43 Kota Bengkulu tamat tahun 2003
SMPNegeri 21 Kota Bengkulu tamat tahun 2006
SMK Negeri 2 Kota Bengkulu tamat tahun 2009
Tahun 2010 diterima pada Program Studi Administrasi Negara Ekstensi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu.
Pengalaman Organisasi :
Anggota Himpunan Mahasiswa Adminitrasi Negara Ekstensi (HIMASTRA) 2010
Anggota UKM Tari dan Musik Universitas Bengkulu tahun 2011
Anggota UKM PALASOSTIK FISIP UNIB (Pencinta Alam Sosial Politik) tahun 2011
Kabid Minat dan Bakat HIMASTRA Periode 2011-2012
Wakil Ketua DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) FISIP UNIB Periode 2012-2013
Kabid IV Rumah Tangga PALASOSTIK FISIP UNIB Periode 2012-2013
KETUA UMUM PALASOSTIK FISIP UNIB Periode 2014
DPO HIMASTRA Periode 2013-2014 dan 2014-2015
DPO PALASOSTIK FISIP UNIB Periode 2015
Anggota Klub Selam RBDC (Raflesia Bengkulu Diving Club) 2015 - Sekarang
Aktivitas yang pernah dijalani selama menjadi mahasiswa dan di organisasi ;
Peserta PKK FISIP UNIB tahun 2010
Peserta P3M FISIP UNIB (Penelitian, Pengabdian dan Penalaran Mahasiswa) di
Desa Air Besi, Bengkulu Utara, Oktober 2010
Peserta Malam Keakraban mahasiswa non reguler FISIP UNIB, Pantai Panjang
Kota Bengkulu, Desember tahun 2010
Peserta Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah oleh HIMASTRA, GB II FISIP Maret
tahun 2011
Panitia PKK dan Mapawaru FISIP UNIB, Agustus tahun 2011 (Co. Pubdekdok)
Peserta DIKSAR PALASOSTIK 2011 FISIP UNIB, “Ciptakan Kader PALASOSTIK
yang Tangguh dan LoyaL Terhadap Organisasi “ di Desa Batu Layang – Goa
Semetung – Desa Aur Gading, Oktober tahun 2011
Peserta Pelatihan Manajemen Organisasi HIMASTRA, “Reorientasi Berfikir
Mahasiswa Organisatoris”, Desember tahun 2011
Peserta Pemusik UKM Tari dan Musik UNIB pada Festival Tabot Kota Bengkulu,
Desember 2011 (Juara I ide Garapan Terbaik)
Peserta Latihan Gabungan Navigasi Darat MAPALA TOBO KITO Kota Bengkulu,
di Desa Sumber Urip Bukit Kaba, Kab. Rejang Lebong, Januari Tahun 2012
Utusan Tim Kesenian Kota Bengkulu pada acara “Malam Gendang Melayu Seroyot”
di Kabupaten Kepahiang, januari Tahun 2012
Pendakian Anggota Muda 2011, Aplikasi Materi Mountainering di Gn. Bukit Kaba ,
Januari Tahun 2012
Aplikasi Materi Camping & O.R.A.D di Danau Gedang, Desa Padang Betuah, Kab.
Bengkulu Utara, Januari 2012
Peserta LAKMA PALASOSTIK FISIP UNIB , Maret tahun 2012
Panitia Talkshow EKSPEDISI S.T.A.R PALASOSTIK “Lihat, Dengar, Rasakan,
Laksanakan,..”, di Gedung C UNIB, April 2012 (Co. Pubdekdok)
Peserta Seminar Nasional “Memberantas Korupsi Hingga ke akarnya dengan sistem
Islam” oleh WAMI FH UNIB, April tahun 2012
Peserta Kompetisi Dies Natalis MAHUPALA FH UNIB“Mahupala Jenggalu
Adventure Competition” di Outbound JAC Lingkar Barat Bengkulu, April tahun 2012
(Juara III)
Peserta DIKLAT I PALASOSTIK “Rock Climbing & ORAD/ Arung Jeram” di Bukit
Telunjuk dan Sungai Lematang, Kab. Lahat Sumsel, Mei tahun 2012
Aksi Penanaman Bibit Pohon Dalam Rangka Hari Lingkungan Hidup
“PALASOSTIK Peduli Lingkungan Hidup”, di Pulau Tikus Kota Bengkulu, Juni 2012
Mahasiswa Utusan UKM Tari dan Musik UNIB pada Pelatihan ESQ Leadership
Training, di Hotel Santika Bengkulu, Juni Tahun 2012
Peserta Study Tour HIMASTRA ke Jurusan Administrasi Negara Universitas
Sriwijaya Palembang, Prov. Sumsel, Juni Tahun 2012
Reporter Buletin Telapak PALASOSTIK, Terbitan 1 & 2 Periode 2012, Juni –
Desember 2012
Ketua Panitia Dies Natalis 26 Tahun PALASOSTIK “Berangkat dari catatan
seperempat abad PALASOSTIK”, 18 Juli 2012
Panitia PKK dan MAPAWARU FISIP UNIB, Agustus tahun 2012 (Co. Pubdekdok)
Panitia Keakraban Mahasiswa Non Reguler FISIP UNIB di Desa Talang Alai,
Kabupaten Seluma, Oktober tahun 2012 (Co. Pubdekdok)
Panitia Pendidikan Dasar XX PALASOSTIK 2012, di Goa Besar desa Lubuk Resam,
Kab. Seluma, Oktober tahun 2012 (Co. Logistik)
Tim Pendakian Gunung Dempo 3159 Mdpl, Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatra
selatan (Program Individu Perubahan Status Anggota Muda Menjadi Anggota Biasa)
PALASOSTIK, 21- 24 September Tahun 2012
Panitia DIKLAT II (Pendidikan dan Latihan) “Caving & Gunung Hutan” di Goa
Semetung, desa Batu Layang, Kab. Bengkulu Utara, Desember 2012 (Co. Logistik)
Ketua Panitia Pelatihan Manajemen Organisasi (PMO) HIMASTRA “Kita
Tingkatkan Kualitas dan Integritas Mahasiswa dalam berorganisasi”, Desember tahun
2012
Ketua Panitia Musyawarah Besar (MUBES) ke XV PALASOSTIK, Desember Tahun
2012
PESERTA JAMBORE NASIONAL PANJAT TEBING & VERTICAL RESCUE
oleh Tim VR Foundation Indonesia, FPTI dan Pemkab. Minahasa Selatan, di Tebing
Kilo Tiga, Provi. Sulawesi Utara, Jan 2013
Peserta Seminar Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) oleh UNIB & DIKTI, di
GB II Universitas Bengkulu, Maret 2013
Tim Survey Jalur & Lokasi DIKLAT I PALASOSTIK, di Desa Bajak – Bukit Kandis
Desa Durian Demang, Kab. Bengkulu Tengah, Maret 2013
Instruktur Navigasi Darat DIKLAT I PALASOSTIK “Gunung Hutan & Rock
Climbing”, di Desa Bajak – Bukit Kandis, Kab. Bengkulu Tengah, April Tahun 2013
Peserta Kompetisi WDA (World Day Adventure) Oleh GEMPA IAIN BKL, Lomba
Dayung dan Musik Aqustik, April 2013
Aksi Hari Bumi MAPALA Se- Universitas Bengkulu, Rektorat UNIB,
22 April 2013
Peserta Kompetisi Dies Natalis MAHUPALA “Aqustic Balada Competition” oleh
MAHUPALA FH UNIB, Mei 2013 (Juara III)
Navigator TIM EKSPEDISI BUKIT RAJA MENDARA 2226 Mdpl “Adventure,
Social Culture and Education”, di Desa Sukarami, Kec. Air Nipis/ Seginim, Kab.
Bengkulu Selatan, 22 Juni – 7 Juli 2013
Peserta KKN UNIB Periode 70 di RW 03 Air Sebakul, Kelurahan Sukarami, Kota
Bengkulu, Juli –Agustus 2013
Peserta Kompetisi “KAMPALA National Orientering Competition (KONCO) “, di desa
Sumber Urip – ds. Talang Markisa, Kaki Bukit Kaba, September 2013
Peserta Seminar Nasional Lingkungan Hidup KAMPALA FP UNIB “Bengkulu Siaga
Terhadap pengurangan Resiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim”, Rektorat
UNIB, September 2013
Peserta Magang Jurusan Administrasi Negara di Kantor Gubernur Provinsi
Bengkulu, Biro Pemerintahan, Oktober – November 2013
Pendidikan Dasar XXI PALASOSTIK FISIP UNIB, di Goa Besar, desa Lubuk
Resam, Kab. Seluma, Oktober 2013 (Instruktur Navigasi Darat)
Panitia DIKLAT II PALASOSTIK “Caving & ORAD/ Arung Jeram”, di Goa
Suruman desa Kedurang – Sungai Manna, Kab. Bengkulu Selatan, Desember 2013
Peserta Dialog Publik “Berdemokrasi di Bengkulu, Sukses Memilih, Pemilih Pemula
dan Fenomena Golongan Putih” oleh HIMASOS FISIP UNIB, Januari 2014
Peserta Workshop Jurnalistik & Klinik Fotographi, oleh Harian Kompas & Jurusan
IlKom UNIB, Hotel Samudra Dwinka, Februari 2014
Aksi Pemecahan Rekor MURI Bakar Ikan Terpanjang dalam rangka Hari Pers
Nasional (HPN) di Pantai Panjang Bengkulu (Koordinator MAPALA TOBO KITO),
Februari 2014
Aksi Penggalangan Dana “MAPALA PEDULI KORBAN LETUSAN GUNUNG
SINABUNG” oleh MAPALA TOBO KITO Se- Kota Bengkulu, Simpang 5 Kota
Bengkulu, Maret 2014
Aksi Penanaman 1000 Bibit Pohon PALASOSTIK, “Dalam Rangka Hari –hari Besar
Lingkungan” di Pulau Tikus Kota Bengkulu, Halaman FKIK Universitas Bengkulu,
dan Kawasan abrasi Muara Sungai Bengkulu, Kota Bengkulu, sepanjang tahun 2014
(Maret – Desember)
Aksi Hari Bumi 2014 MAPALA Se- Universitas Bengkulu (KAMPALA,
PALASOSTIK, MAHUPALA, PAFE, MAHESAPALA, PULKANIK, MAGUPALA)
Rektorat UNIB, 22 April 2014
Tim Pemantau Pemilu Independent Pilleg dan Pilpres kerjasama PALASOSTIK,
KAMPALA, MAHUPALA, PUSKAKI, WALHI, KABAHILL, ICW, MUI, KPU &
Bawaslu Provinsi Bengkulu, wilayah Kab. Bengkulu Tengah, April – Oktober 2014
Panitia / Sterring Comitte, Kegiatan PKK FISIP UNIB tahun 2014 “Solidarity is the
filosophy of FISIP”, Agustus 2014
Tim Outbond PALASOSTIK, Kegiatan PKK FISIP UNIB, Agustus 2014
Aksi Penggalangan Dana “Musibah Sekretariat GEMPA IAIN” oleh MAPALA
TOBO KITO Se- Kota Bengkulu, September 2014
Pendidikan Dasar XXII PALASOSTIK 2014 “Langkah Awal Membentang Cakrawala
Alam”, di Desa Aur Gading – Goa Semetung – Desa Batu Layang, Kab. Bengkulu
Utara, Oktober 2014
Peserta Kompetisi Hari Lahir GEMPA IAIN Bengkulu “Lintas Kota dan Musik
Akustik oleh GEMPA IAIN Kota Bengkulu, November 2014 (PALASOSTIK Juara
Umum Piala Bergilir Gubernur BKL)
Peserta Talkshow “Adaptasi Dunia dari Perubahan Iklim” oleh KAMPALA FP UNIB,
KABAHILL dan Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia, di Ruang Utama
Rektorat UNIB, November 2014
Ekspedisi PELOSOK PALASOSTIK “Eksplore Desa, Gali Potensi yang ada, Salurkan
Hak mereka”, Desa Sungai Lisai, Kawasan TNKS, Kab. Lebong, Desember tahun
2014
Pendakian Angkatan 2011, di Gunung Marapi 2891 Mdpl, Kab. Tanah Datar,
Provinsi Sumatra Barat, Januari 2015
Latihan Keterampilan Kolam (LKK) Dasar RBDC, Kolam Intan Permata BKL,
Maret – Mei 2015
Perwakilan Klub Selam RBDC Bengkulu, Kegiatan “Peresmian Mesin Salinisasi Air
Laut ke Air Tawar”, oleh Gubernur, Danlanal dan Unsur Muspida Provinsi Bengkulu,
di Desa Malakoni, Pulau Enggano, Kab. Bengkulu Utara, Maret 2015
DIKLAT 4 DIVISI PALASOSTIK 2014 “Tingkatkan Kapasitas Lembaga melalui
DIKLAT PALASOSTIK” di Kel. Puguk – Ds. Sinar Pagi – Ds. Lubuk Resam – Goa
Besar, Kab. Seluma, Juni 2015 (Komandan Tata Tertib & Instruktur Navigasi Darat)
Magang Sebagai Video Jurnalis di TVRI Bengkulu, Agustus 2015
Kursus Dasar Navigasi Darat WANADRI, kawasan Gunung Kramat, Kabupaten
Subang Jawa Barat, 01 – 03 Januari 2016
Pelatihan “Penggunaan Buku Pendidikan Lingkungan dan Konservasi Gurano
Bintang Bagi Guru SD di Sekitar dan di Dalam Kawasan Taman Nasional Teluk
Cendrawasih (TNTC)” Perwakilan Tim Ekspedisi NKRI, Oleh Pemda Teluk
Wondama dan WWF Indonesia, Wasior Papua Barat 22 – 24 Februari 2016
Peserta EKSPEDISI NKRI Koridor Papua Barat 2016 Oleh Kementerian PMK RI
diselenggarakan oleh TNI AD, 04 Januari s.d. 02 Juni 2016 Subkorwil 6 Kabupaten
Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat (Tim Media dan Database).
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillah... Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul
“Implementasi Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Mekanisme Penetapan
Besaran Uang Kuliah Tunggal Bagi Mahasiswa Universitas Bengkulu”
Dengan Latar belakang pemerintah pusat yang ingin membantu mahasiswa yang
mempunyai nilai ekonomi lemah dan untuk memangkas banyak nya pungutan liar yang ada di
lingkungan perguruan tinggi, maka di keluarkan lah Peraturan Menteri Nomor 73 tahun 2013
Tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal yang menjadi cikal – bakal keluarnya
Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Mekanisme Penetapan Besaran Uang Kuliah
Tunggal Bagi Mahasiswa di Universitas Bengkulu, yang kemudian menjadi pedoman penetapan
UKT bagi seluruh mahasiswa di Universitas Bengkulu.
Namun Berdasarkan Analisis dan Penelitian yang penulis lakukan di lapangan mengenai
sistem pembayaran Uang Kuliah Tunggal yang sudah 2 tahun ini diterapkan di Universitas
Bengkulu, masih ada fenomena – fenomena dan pelanggaran yang terjadi di lapangan, baik yang
dilakukan oleh mahasiswa maupun pihak internal Universitas, yang tidak sesuai dengan peraturan
yang telah di tetapkan.
Penulis Berharap dari analisis dan penelitian yang penulis lakukan di lapangan, dapat
mengetahui seperti apa sebenarnya mekanisme peraturan yang ada dan yang telah diterapkan
dalam penyelenggaraan kebijakan yang sebenarnya, sehingga nantinya dapat menciptakan suasana
pendidikan yang berkualitas di lingkungan Universitas Bengkulu dan sedikit demi sedikit dapat
mengurangi fenomena dan pelanggaran yang ada.
Penulis sangat menyadari bahwa sebagai manusia biasa, tidak terlepas dari berbagai
kekurangan dan keterbatasan yang ada. Kondisi demikian berpengaruh terhadap penulisan skripsi
ini, untuk itu dengan rendah hati penulis menghanturkan maaf atas kejanggalan-kejanggalan pada
isi maupun cara pembuatannya.
Bengkulu, 2015
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada Kesempatan kali ini, melalui Skripsi yang sederhana namun membanggakan bagi
penulis ini, penulis ingin menyampaikan bahwa inilah suatu proses pengembangan diri bagi
penulis baik secara akademis maupun non akademis, yang mana di dalam pembuatannya penulis
harus melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan data, mengolah data, menganalisa data
demi tercapainya tujuan dari penelitian ini. Disamping itu skripsi ini juga merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar akademik pada jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu.
Dalam pembuatan skripsi ini tentunya penulis tidak akan bisa bekerja sendiri, banyak
instrumen yang harus penulis lakukan dan lalui untuk menyelesaikan skripsi ini, mulai dari
observasi, wawancara, diskusi, dokumentasi dan pengumpulan data dari meja satu ke meja yang
lainnya, semuanya melibatkan orang-orang yang berpengaruh terhadap pribadi penulis maupun
skripsi ini, singkat kata penulis dengan hormat mengucapkan beribu ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang terkait, Pejabat – pejabat Universitas, Fakultas, dan Jurusan, Dosen, Pegawai
Universitas dan kawan-kawan seperjuangan yang mendukung, memberikan semangat selama
menyelesaikan tugas akhir ini, diantaranya adalah :
Dr. Ridwan Nurazie, S.E., M.Sc. selaku Rektor Universitas Bengkulu.
Drs. Jarto Tarigan, MS selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Ekstensi.
Dr. Achmad Aminudin, M.Si selaku Pembimbing Utama skripsiku, dengan penuh kesabaran
membimbing penulis dan selalu ingin yang terbaik bagi mahasiswa bimbingannya serta
senantiasa memberikan semangat terhadap penulis. Terima kasih atas masukkan-masukkan
pada proses penyelesaian skripsi ini.
Suratman, S.IP., M.Si selaku Pembimbing Pendamping skripsiku, yang telah meluangkan
banyak waktunya, tenaga, pemikiran tanpa bosan sekalipun untuk berdiskusi dengan penulis
dimana pun itu dan memberikan semangat kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi
ini. Terima kasih.
Aditya P. Ramadhan, S.IP., M.Sc selaku Pembimbing Akademik ku yang dari awal kuliah
senantiasa berdiskusi dan memberikan saran terhadap semua pilihan yang akan penulis jalani
selama perkuliahan serta sekaligus menjadi Penguji pada seminar proposal dan ujian sidang.
Terima kasih atas segala saran, pengalaman dan masukkan serta sumbangsihnya kepada
penulis.
Drs. Mirza Yasben, M.Soc.,Sc, selaku Penguji di Seminar Proposal dan Ujian Skripsi ku,
terima kasih telah memberikan masukkan, saran dan motivasi yang sangat luar biasapada
penulis dalam mengerjakan skripsi ini, semangat yang menggebu, layaknya jiwa muda serta
kecerdasan bapak sangat luar biasa dimataku.
Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Bengkulu yang telah banyak memberikan tambahan ilmu pengetahuan, wawasan
dan pemikiran.
Mbak Supia dan bang Fauzan yang telah banyak membantu penulis dalam urusan
administrasi walaupun terkadang merepotkan.
Karyawan dan Karyawati Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu,
khususnya buat Ibu Endang yang telah banyak membantu dalam urusan administrasi
akademik.
Orang Tuaku, Suargani Gajah Napis dan Murtina yang selalu bersabar dan memberikan
motivasi, mereka lah semangatku.
Kakak ku Dang Agung serta Adik-adiku, Ricat dan Mario, saudara kandung yang juga
menjadi semangat untuk meningkatkan derajat keluarga menjadi lebih baik lagi.
Keluarga Besarku dari sebelah bapak (Gajah Nafis Family) paman, mang idi, mang anjas,
dang mit yang senantiasa menjadi pembimbing dan memberi masukan pada skripsi penulis
serta keluarga besar ku dari sebelah Ibu yang senantiasa bertanya dan memberikan motivasi
terhadap tugas akhir ini.
Dra. Proklampiati, MM. selaku Kepala Biro Perencanaan, Pembelajaran dan Kerjasama
Mahasiswa(Biro PPK) Universitas Bengkulu yang telah memberikan penulis izin untuk
melakukan penelitian dalam proses pembuatan skripsiku.
Drs. Ahmad Haqikudin (Pak Diding) selaku Kepala Bagian Pembelajaran Universitas
Bengkulu yang telah membantu penulis didalam memperoleh data-data pendukung skripsi.
Febrianti Prihatin, SE. (Buk Feb) selaku Kepala Subbagian Registrasi Universitas Bengkulu
yang juga telah membantu penulis didalam memperoleh data-data pendukung skripsi serta
senantiasa berdiskusi dengan penulis.
Yudi Heriadi (Bang Yudi) selaku Staf Operator di Subbagian Registrasi Universitas
Bengkulu yang juga telah membantu penulis didalam memperoleh data-data pendukung
skripsi serta senantiasa berdiskusi dengan penulis mengenai mekanisme dan tehnis.
Teman-Teman Administrasi Negara Ekstensi Angkatan 2010 (Liggya, Galih, Roy, Efri,
Julius, Juanda, Webi, Adit, Robi, Evan, Apdi, Wawan, Rovi, Lia, Bang Fredi, Pak Sarman,
Pak Syarif, Bang Deta) yang seperjuangan dalam menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu.
Rekan-rekan KKN Periode 70 Th 2013 di kelurahan Sukarami Air Sebakul, Ayuk Novi,
Ayuk Yosi, Aan, Rian, Juni, Carine, Samuel,Kapan Nih berkumpul lagi.
Teman-teman di HIMASTRA lintas angkatan yang telah banyak membantu dalam berproses
dan berkegiatan (Bang Yopi, Bang Dadang, Bang Dodi, Bang Rosi, Bang Anton, Bang
Nanda, Bang Arman, Bang Redo, Ayuk Liani, Ayuk Nanik, Jayak, Herlinda, Nando, Heri,
Reri, Dalis, Indah, Emei, Evan, dll), semoga tetap kompak.
Seluruh Keluarga Besarku di PALASOSTIK
o Abang-abang, Ayuk-ayuk seniorku serta teman- teman di PALASOSTIK yang telah
banyak membantu dalam segala hal, Dang Afnal, Dang Yunus, Bang Jayak, bang Ego,
Bang Ote, Bang Bigi, Mas Andri, bang Putra, bang Piri, bang Syafrin, Bang Yosi, bang
Tanto, bang Beni, bang Azew, Odang, bang Upir, bang Enggus, bang Medi, bang
Rafik, bang Ong Wie, bang Harsen, Ayuk Pakis, Ayuk Wita, Ayuk Lia, Ayuk Komi,
Ayuk Yeni, bang Ade bayor,bang Deka, bang Riki, bang Debit, bang Piet, bang Derry,
bang Lingga,bang Romi, bang Galih,bang Indra (Ciklo), Fiter (Yonk), Wiji,
Jona,Leni,Nira, Desi, Naga, Fitri,
o Rekan-Rekan satu angkatan di PALASOSTIK 2011, Yopi (Marmut), Feti, Febi,
Rosman, Frengki, Bendi, Frencis, Oktra, Juliandi, Dinul, Anjani, Ulin (Angkatan
Bersejarah, semoga berlanjut di tingkatan yang lebih tinggi lagi, tetap kompak dan
konsisten)
o Teman-teman, Adik-adik junior di PALASOSTIK
Angkatan 2012 : Doni, Hendro, Putri, Sebda, Ayu, Khairil, Angga,Citra, Dianti
Angkatan 2013 : Wida, Vani, Riko, Bobi, Iqbal, Tioba, Stira
Angkatan 2014 : Anggi, Suari, Nesi, Rahma, Pipin, Edip, Apen, Inggit, Welly,
Pipit, Riva, Febrianto, Roymondo, Pane, Ayank, Akta, Andri, Shinta, Dora, Dea,
Gita, dan Wensi.
(Keaktifan Kalian Semangat Tersendiri Bagi ku dan kawan –kawan lainnya, ayo
semangat jalani Proses dan rangkul yang lainnya !)
Seluruh informan yang telah bersedia membantuku dalam proses pencaharian data. Tanpa
kalian semua, skripsi ini tidak akan selesai.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Implementasi Kebijakan Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Mekanisme Penetapan Besaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) Bagi Mahasiswa S1 dan Diploma
Universitas Bengkulu”. Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2014 ini merupakan peraturan turunan
dari PERMENDIKBUD Nomor 73 Tahun 2014 Tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah
Tunggal Pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kemendikbud. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan mendapatkan data, selanjutnya mendiskripsikan tentang implementasi
mekanisme penetapan besaran UKT pada mahasiswa di Universitas Bengkulu. Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu penulis
membuat gambaran tentang keadaan secara objektif mengenai proses registrasi mahasiswa baru
hingga di tetapkan nya jumlah nominal UKT mahasiswa yang bersangkutan sesuai dengan latar
belakang keluarganya dan kriteria yang di tetapkan di peraturan Rektor tersebut. Sedangkan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sasaran
penelitian yaitu Kepala Biro PPK UNIB, Kepala Bagian Pembelajaran, Kasubbag Registrasi dan
Staf Operator Registrasi Mahasiswa Universitas Bengkulu. Berdasarkan Aspek dan hasil
penelitian maka dapat diketahui gambaran mengenai Aspek pertama: Faktor Penerapan Besaran
UKT pada mahasiswa berdasarkan 6 Indikator yaitu a. Usia Orang tua b. Jenis Pekerjaan Orangtua
c. Penghasilan Tetap Orangtua d. Penghasilan Tambahan Orang tua, e. Jumlah Tanggungan
Keluarga, f. Biaya Listrik dan Air Rumah Tangga. Aspek Kedua yaitu setiap indikator tersebut
diberikan bobot : a. Maksimal 10%, b. Maksimal 50%, c. Maksimal 10%, d. Maksimal 10%, e.
Maksimal 10%, f. Maksimal 10%, selanjutnya pada Aspek Ketiga Jumlah total dari keselurahan
hasil dari bobot indikator tersebut di kelompokaan menjadi V kelompok UKT : jumlah bobotnya
0 % - <21% = kelompok UKT I, 21% - <41% = Kelompok UKT II, 41% - <61% = Kelompok
UKT III, 81% - 100% = Kelompok UKT V, namun masih ada kendala yang dihadapi karena proses
nya masih secara manual, yaitu penginputan data dari mahasiswa selanjutnya di input ke sistem
aplikasi yang bernama “Aplikasi Penentu UKT” masih secara manual, tidak jarang terjadi
kesalahan data dan harus diverifikasi ulang, selain itu masih banyak juga kelemahan lainnya
seperti belum adanya panitia atau tim yang melakukan pengecekan ke lapangan terkait dengan
kebenaran data sehingga dengan mudahnya mahasiswa memberikan data yang tidak benar dengan
tujuan meringankan beban UKT, selain itu masih ada fenomena lainnya, seperti perubahan kondisi
ekonomi mahasiswa pada masa perkuliahan, yang seharusnya bisa di jadikan acuan untuk
melakukan verifikasi kembali data-data terhadap mahasiswa, namun itu belum dilakukan secara
maksimal oleh kedua belah pihak, dikarenakan belum adanya sosialisasi tindak lanjut terhadap
kebijakan UKT ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN BERITA ACARA UJIAN ..................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ......................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. xiv
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... xvi
ABSTRAK .................................................................................................... xxi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xxii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 13
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 13
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan Publik .................................................................... 14
2.2 Implementasi Kebijakan ......................................................... 16
2.2.1 Kriteria Pengukuran Implementasi Kebijakan ........... 18
2.2.2 Kebijakan Pendidikan ................................................ 19
2.2.2.1 Langkah Umum Kebijakan Pendidikan .............. 23
2.3 Pendidikan Tinggi .................................................................. 24
2.4 Uang Kuliah Tunggal (UKT) ................................................. 27
2.4.1 Sejarah Adanya UKT ................................................. 27
2.5 Implementasi Kebijakan UKT ............................................... 31
2.6 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 36
3.2 Fokus Penelitian dan Aspek Penelitian .................................. 37
3.2.1 Fokus Penelitian ......................................................... 37 3.2.2
Penelitian ................................................................................ 37
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38
3.3.1 Data Primer ................................................................ 38
3.3.2 Data Sekunder ............................................................ 39
3.4 Informan Penelitian ................................................................ 39
3.5 Tehnik Analisis Data .............................................................. 42
BAB IVDESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya UNIB ....................... 43
4.2 Landasan Hukum UNIB ......................................................... 49
4.3 Visi, Misi, Tujuan dan Rencana Arah Pengembangan UNIB 51
4.4 Struktur Universitas Bengkulu ............................................... 52
4.5 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi UNIB ........................... 52
BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Informan ........................................................... 75
5.1.1 Identitas Informan Menurut Jenis Kelamin ............... 76
5.1.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Kelompok
Umur .......................................................................... 76
5.1.3 Karakteristik Informan Berdasarkan tingkat
Pendidikan.................................................................. 77
5.2 Hasil Penelitian ..................................................................... 78
5.2.1 Penerapan Besaran UKT mempertimbangkan Faktor-
Faktor Latar Belakang Keluarga, peraturan Rektor
(Pasal 2 Ayat 1) .......................................................... 79
5.2.2 Melakukan Penerapan Prosentase Bobot pada tiap
Faktor (Pasal 2 ayat 2) ............................................... 82
5.2.3 Pengelompokkan Mahasiswa berdasarkan Bobot UKT
(pasal 3 ayat 2) ........................................................... 86
5.2.4 Hasil Wawancara Penulis dengan Informan
Pendukung (Mahasiswa) ............................................ 88
5.3 Pembahasan ............................................................................ 95
5.3.1 Peran Subbagian Registrasi Universitas Bengkul ...... 95
5.3.2 Tahapan Registrasi Mahasiswa Baru Setelah di
Diberlakukan UKT ..................................................... 98
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 105
6.2 Saran ............................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 108
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pedoman Wawancara
2. Surat Izin Pra Penelitian
3. Surat Izin Penelitian
4. Undang-undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Perguruan Tinggi
5. PERMENDIKBUD No. 55 Tahun 2013 Tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang
Kuliah Tunggal
6. PERMENDIKBUD No. 73 Tahun 2014 Tentang Perubahan Biaya Kuliah Tunggal dan
Uang Kuliah Tunggal
7. PERMENRISTEKDIKTI No. 2 Tahun 2015 Tentang Pola Penerimaan Mahasiswa
Baru Sarjana dan Diploma di Perguruan Tinggi
8. Peraturan Rektor No. 4 Tahun 2014 Tentang Mekanisme Penetapan Besaran UKT
Bagi Mahasiswa Sarjana dan Diploma di Universitas Bengkulu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
“Setiap warga Negara berhak mendapatkan Pendidikan” itulah bunyi Pasal 31 UUD RI
Tahun 1945 / Perubahan IV ayat 1, apakah saat ini pasal tersebut masih relevan, dengan meningkat
nya biaya Pendidikan yang begitu tinggi di kalangan masyarakat umumnya dan kalangan
mahasiswa khususnya di dalam Instansi Perguruan Tinggi Negeri, terlebih lagi dengan diterapkan
kebijakan baru oleh Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 55
Tahun 2013 dan Perubahan No. 73 Tahun 2014 Tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT), yang
sejatinya bertujuan lebih mengefesiensikan administrasi, juga meringankan kan biaya pendidikan
Mahasiswa, terutama mahasiswa yang mempunyai nilai ekonomi yang rendah atau tidak mampu,
dengan sistem seperti subsidi silang, tetapi realitas yang terjadi di lapangan tidak seperti apa yang
harapkan, mulai dari tidak terjangkaunya atau terlalu mahalnya biaya yang pendidikan yang
ditetapkan, juga kurangnya transparansi guna dari biaya-biaya tersebut, hingga tidak tepatnya
sasaran terhadap mahasiswa yang mempunyai hak atas keringanan biaya kuliah dalam artian masih
ada mahasiswa yang tidak mampu harus membayar lebih mahal atau disejajarkan dengan
mahasiswa yang mampu dan tidak sesuai dengan keadaan ekonomi keluarganya, sehingga
berdampak buruk sehingga banyak mahasiswa yang putus asa dan ada pula mahasiswa yang
mengambil cuti kuliah, harus bekerja paruh waktu membantu orang tua mencari uang untuk
menutupi biaya perkuliahan yang mahal, bahkan ada juga yang berhenti atau putus kuliah dan
tidak melanjutkan pendidikannya lagi karena biaya yang dibebankan terlalu mahal dan harus
dibayar selama masa perkuliahan kurang lebih delapan semester atau empat tahun berturut-turut
dan ini sangat berdampak buruk bagi sistem pendidikan di Negara Indonesia ini, seperti kita
ketahui bahwa kemajuan suatu negara demokratis ditandai dengan keunggulan sumber daya
manusia (SDM) dan ipteknya yang diperoleh melalui pendidikan dan indonesia memiliki sumber
daya manusia yang melimpah dan dapat dijadikan investasi di masa mendatang, tetapi sangat
disayangkan sekali bahwasanya negara ini tidak melihat potensi tersebut.
Ketimpangan banyak terjadi pada pendidikan di Indonesia, kesenjangan sosial dalam
kesempatan mendapatkan hak pendidikan setiap warga negara sangat nyata terlihat, bahwa hanya
masyarakat kelas sosial ataslah yang memiliki pintu lebar memiliki pendidikan yang layak,
sedangkan dari segi pendanaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah,
pemerintah daerah dan juga masyarakat. Dalam hal ini pemerintah dalam institusi pendidikan
tinggi menerapkan sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan ini, setiap waktunya melakukan
pembaharuan hingga saat ini sistem penyelenggaraan biaya pada perguruan tinggi adalah UKT,
latar belakangnya akibat banyaknya pungutan liar di luar SPP, atas dasar tersebut pemerintah
dalam hal ini DIKTI menetapkan sebuah sistem pembiayaan pendidikan yang terintegral.
Uang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan sebagian biaya kuliah tunggal yang ditanggung
setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya, sedangkan biaya kuliah tunggal
merupakan keseluruhan biaya operasional per mahasiswa per semester pada program studi di
perguruan tinggi negeri (Pasal 1 Permendikbud RI No. 55 Th 2013).
Perjalanan Dasar Hukum Kebijakan UKT
Berdasarkan amanah dari pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
maka Dikti telah mengeluarkan surat edaran yang dijadikan dasar pemberlakuan sistem UKT,
yaitu:
1. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 21/E/T/2012 tertanggal 4 Januari 2012 tentang Uang Kuliah
Tunggal
2. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 274/E/T/2012 tertanggal 16 Februari 2012 tentang Uang Kuliah
Tunggal
3. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 305/E/T/2012 tertanggal 21 Februari 2012 tentang Larangan
Menaikkan Tarif Uang Kuliah
4. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 488/E/T/2012 tertanggal 21 Maret 2012 tentang Tarif Uang
Kuliah SPP di Perguruan Tinggi
5. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 97/E/KU/2013 tertanggal 5 Februari 2013 tentang Uang Kuliah
Tunggal.
6. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 272/ET.1.KV/2013 tertanggal 3 April 2013 tentang Uang Kuliah
Tunggal.
Sedangkan didalam pelaksanaannya, UKT diatur oleh satu peraturan menteri tersendiri.
Dalam periode tahun 2014, peraturan menteri yang mengaturnya adalah Permendikbud No. 73
Tahun 2014 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal. Peraturan ini menggantikan
peraturan yang terdahulu, Permendikbud No. 55 Tahun 2013. Permendikbud tersebut ditujukan
untuk mengatur mekanisme pembiayaan UKT dan juga melampirkan besaran UKT yang harus
dibayarkan mahasiswa pada tiap perguruan tinggi negeri.
Berikut kutipan Permendikbud No. 73 Tahun 2014 yang menggantikan Permendikbud No.
55 Tahun 2013 :
Pasal I
Mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 55 Tahun 2013 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal Pada
Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagai berikut:
1. mengubah ketentuan Pasal 3 sehingga berbunyi:
Pasal 3
(1) Biaya kuliah tunggal dan uang kuliah tunggal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 2 tercantum dalam:
a. Lampiran I untuk mahasiswa pada perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi negeri badan hukum tahun akademik 2013-2014 sampai selesai masa studi; dan
b. Lampiran II untuk mahasiswa pada perguruan tinggi negeri mulai tahun akademik 2014-2015.
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.
(2) Ketentuan mengenai biaya kuliah tunggal dan uang kuliah tunggal bagi perguruan
tinggi negeri badan hukum mulai tahun akademik 2014-2015 diatur dengan Peraturan Menteri.
2. mengubah ketentuan Pasal 4 sehingga berbunyi:
Pasal 4
(1) Uang kuliah tunggal kelompok I sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I dan
Lampiran II diterapkan paling sedikit 5 (lima) persen dari jumlah mahasiswa yang diterima di setiap perguruan tinggi negeri.
(2) Uang kuliah tunggal kelompok II sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I dan
Lampiran II diterapkan paling sedikit 5 (lima) persen dari jumlah mahasiswa yang
diterima di setiap perguruan tinggi negeri.
(3) Kriteria kelompok UKT I sampai dengan VIII berdasarkan kemampuan ekonomi
mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria kelompok UKT sebagaimana
dimaksud dalam ayat 3 ditetapkan oleh pemimpin perguruan tinggi negeri.
(Sumber : Front Mahasiswa Nasional on Kamis, 08 Januari 2015)
Itulah kutipan dari isi Permendikbud No. 73 Tahun 2014. Dalam perubahan ini yang
menjadi sorotan adalah Pasal 4, Ayat 1, 2, 3 dan 4. Dalam ayat 1 dan 2 bagaimana pemerintah
menunjukkan usaha untuk melepaskan tanggung jawab atas pendidikan. Pemerintah memberikan
subsidi hanya minimal 5% pada mahasiswa di masing-masing kelompok 1 dan II dengan biaya
yang tergolong tinggi pula. Maka dapat dipastikan sekurang-kurangnya sekitar 90% mahasiswa
baru setiap PTN akan dibebankan dengan biaya tinggi mulai kelompok III-VIII. Sementara dalam
ayat 3 terjadi perubahan, Pada Permendikbud No. 55 Tahun 2013 tidak dicantumkan mengenai
kriteria kelompok/level. Namun, pada Permendikbud No. 73 telah tertera jelas bahwa
kelompok/level UKT adalah I sampai VIII. Hal ini jelas bahwa pemerintah memperbanyak variasi
biaya. Namun orientasi utamanya adalah tetap bertujuan untuk menaikan biaya kuliah melalui
penambahan level UKT. Logika bahwa pemerintah menyesuaikan besaran biaya UKT sesuai
dengan kemampuan/daya beli rakyat juga hanya ilusi, walaupun nantinya bila sudah diterima,
dengan kriteria dan kuota tertentu setiap mahasiswa, akan berkesempatan mendapatkan bantuan
pendidikan ataupun beasiswa di perguruan tinggi masing-masing, namun itu sudah dalam ruang
lingkup yang berbeda lagi dengan UKT, berikut ini beberapa kutipan surat kabar mengenai UKT
yang di kumpulkan penulis pada saat pra penelitian.
...JAKARTA, KOMPAS.com – Uang kuliah tunggal (UKT) yang akan diterapkan pada
tahun akademik 2013/2014 dimaksudkan untuk meringankan beban yang ditanggung
mahasiswa baru. Untuk itu, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) memiliki kewajiban untuk
memberlakukan UKT ini...Mendikbud Mohammad Nuh, mengatakan bahwa konsep UKT ini
diawali berdasarkan realitas bahwa uang yang ditarik dari mahasiswa tersebut terlalu
banyak. Selain biaya kuliah per semester, mahasiswa masih dibebani dengan berbagai
macam sumbangan dari pembangunan gedung, biaya praktikum dan masih banyak
lagi....“Kalau SPP saja itu murah. Tapi ada seperti sumbangan yang macam-macam.
Dengan berbagai macam pos itu, membuat aliran dana susah dikendalikan,” kata Nuh saat
dijumpai di DPR RI, Kamis (7/2/2013)... Ia juga menjamin bahwa UKT ini berlaku bagi
semua mahasiswa baru tak terkecuali masuk melalui jalur SNMPTN, SBMPTN maupun
seleksi mandiri. “UKT ini berlaku untuk semua. Tak ada perbedaan masuk lewat jalur apa.
SNMPTN, SBMPTN dan mandiri itu sama saja biayanya,” tegas Nuh.
(Sumber: http://edukasi.kompas.com)
Pernyataan Mendikbud diatas menjelaskan betapa baiknya maksud dan tujuan dari kebijakan
UKT ini diterapkan atas dasar apa dan seperti apa indikator penerapannya, berbeda lagi dengan
pernyataan menteri diatas tetapi masih dalam lemabaga yang sama berikut pernyataan dari pihak
DIKTI.
...Jakarta, Kemdikbud — Uang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan sebagian biaya kuliah
tunggal yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya. Namun
jika dalam perjalanan masa kuliahnya, mahasiswa dan keluarga mengalami perubahan
kondisi ekonomi yang memburuk, UKT bisa berubah dengan mengajukan permohonan ke
pihak kampus.Demikian dijelaskan Sekretaris Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemdikbud,
Patdono Suwignyo, dalam diskusi dengan mahasiswa mengenai BOPTN di Perpustakaan
Kemdikbud, Jakarta, (20/06/2014)...”(Sumber: Kemdikbud.go.id “UKT Bisa Berubah Jika
Mahasiswa Alami Perubahan Kondisi Ekonomi”)
Pernyataan Sekretaris Ditjen DIKTI diatas menerangkan bahwa, apabila suatu saat
mahasiswa mengalami perubahan kondisi ekonomi, maka hal tersebut dapat dijadikan dasar
perubahan untuk keringanan biaya UKT dengan cara mengajukan diri ke pihak kampus masing-
masing. Berbeda dengan kutipan pembuat kebijakan diatas, berikut ini beberapa kutipan surat
kabar mengenai dampak yang diterima oleh penerima kebijakan yaitu mahasiswa.
...“Ratusan mahasiswa Universitas Bengkulu menggelar aksi unjuk rasa dan dengar
pendapat dengan rektor meminta agar sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) dikaji ulang.
Selain itu para mahasiswa yang berasal dari seluruh fakultas meminta penggunaan UKT
dapat dilakukan secara transparan. Uang Kuliah Tunggal merupakan biaya yang
dibayarkan satu kali per semester, digunakan untuk akademik reguler, seperti SPP,
praktikum, dan sebagainya. besarannya pun beragam mulai dari Rp 750 ribu hingga Rp 3,9
juta per orang tergantung penghasilan kedua orang tua mahasiswa. "Pembayaran UKT
berdasarkan penghasilan orang tua dinilai kurang tepat mengingat meski gaji orang tua
besar bagaimana dengan anak-anak mereka yang banyak ini kan sama saja memberatkan,"
ungkap salah satu mahasiswa, Lia, Jumat (6/6/2014)... KOMPAS.com
Kutipan surat kabar diatas di ambil pada saat setelah terjadinya aksi pertama beberapa
kelompok mahasiswa untuk menurunkan UKT pada mahasiswa angkatan tahun 2013 yang
pertama kali mengalami kebijakan ini dan setelah itu mahasiswa diakomodir oleh pihak
Universitas Bengkulu. Berbeda lagi pada mahasiswa angkatan 2013, setelah itu terjadi lagi
pergerakan mengenai permasalahn UKT kali ini beberapa kelompok mahasiswa mengajukan
keberatan atas kebijakan UKT yang diterapkan ditahun 2014 ini langsung kepada wakil rakyat
atau anggota DPR terkhususnya ke komisi IV DPRD Bengkulu yang membidangi permasalahan
Pendidikan, berikut kutipan surat kabar mengenai hal tersebut.
...”Kami Mengadu ke DPRD tidak lain agar mendapatkan dukungan menyampaikan
aspirasi, sudah cukup banyak mahasiswa yang berhenti putus kuliah akibat tingginya biaya
UKT. Kami juga meminta agar UKT selama ini dijelaskan kegunaannya, karena dinilai tidak
transparan dan terjadi diskriminasi” kata koordinator Kader Peduli Kampus UNIB Piet
Donario kepada RB (17/3),...
(Sumber : Harian Rakyat Bengkulu “Dewan Dukung UKT Unib Turun” 17/3/2015)
Mahasiswa mengadu ke DPR tidak lain hanya untuk mendapatkan kepedulian dan perhatian
mengenai permasalahan pendidikan yang terjadi di daerahnya dan memohon agar setidaknya bisa
menjembatani ataupun membantu mengatasi permasalahan tersebut. Tidak lama setelah itu
beberapa hari kemudian pihak Universitas melalui wakil rektor, juga menanggapi di media massa
mengenai hal tersebut.
...”tidak mungkin dikabulkan semua tuntutan mahasiswa, bisa-bisa semua mengajukan
keberatan, kecuali mahasiswa yang benar-benar tidak mampu masih bisa dipertimbangkan
itupun harus benar-benar diverifikasi ulang”tegas Wakil Rektor I Unib Prof. M Syaiful
kepada RB (18/3) menurut nya, tidak ada alasan mahasiswa menolak dan tidak membayar
UKT, sebelum UKT ditetapkan , mahasiswa mengisi blanko dan menulis sendiri pendapatan
orangtua, selain itu mahasiswa sudah menandatangani pernyataan di atas materai
Rp.6000.“Pendidikan memang mahal, silahkan pindah saja kalau memang tidak mampu.
Begitu juga mahasiswa yang sudah berhenti kuliah tidak akan bisa di akomodir lagi, apalagi
sampai di gratiskan. Sebab kegunaan UKT sudah jelas” papar Warek I...
Sumber : Surat Kabar Harian Rakyat Bengkulu“UNIB Tolak turunkan UKT” (19/3/2015)
Berdasarkan beberapa hasil kutipan dari dokumentasi penulis diatas dapat disimpulkan
bahwa memang benar adanya fenomena ataupun pergolakan yang terjadi pada mahasiswa di
Universitas Bengkulu (UNIB) setelah kurang lebih 2 tahun diterapkan nya kebijakan UKT pada
mahasiswa di Universitas Bengkulu (UNIB) bahkan permasalahan ini sudah melebar hingga ke
eksternal UNIB dalam hal ini ke pihak DPRD Bengkulu.
Sedangkan di Universitas Bengkulu (UNIB) Implementasi Kebijakan UKT di respon dan
diterapkan melalui peraturan turunan di tingkat Universitas, peraturan yang pertama yaitu
Keputusan Rektor Nomor 4971/UN30/HK/2013 yang mengatur Tentang Tarif Uang Kuliah
Tunggal pada tahun 2013, yang menetapkan tarif UKT yang harus dibayar oleh mahasiswa, namun
pasca penerapan Kebijakan ini, terjadi pergolakan di mahasiswa yang merasa kebijakan tersebut
banyak tidak tepat pada sasaran, alhasil Pihak Universitas melakukan verifikasi kembali mengenai
besaran pembiayaan UKT dan setelah itu di tahun selanjutnya tahun 2014, pihak Universitas
mengeluarkan kembali Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Mekanisme
Penetapan Besaran Uang Kuliah Tunggal Bagi Mahasiswa Sarjana dan Diploma di
Universitas Bengkulu, peraturan ini membahas lebih rinci mengenai mekanisme dan penetapan
besaran UKT yang harus di bayar oleh mahasiswa selama menempuh pendidikan di Universitas
Bengkulu, namun pergolakan yang terjadi di mahasiswa masih tetap ada, dengan adanya Peraturan
Rektor yang baru ini secara otomatis peraturan yang lama tidak berlaku lagi.
Hasil dari diskusi penulis dan beberapa teman – teman mahasiswa dari pihak BEM UNIB
dan Forum Mahasiswa Kader Peduli Kampus (KPK) dengan Pimpinan Universitas Bengkulu
mengenai persoalan sistem pembiayaan pendidikan UKT pada saat pra penelitian Rabu, 19 maret
2015, bahwa pihak Universitas sudah melakukan verifikasi terhadap mahasiswa yang merasa
keberatan atas biaya kuliah nya pada angkatan 2013 terdahulu, namun belum untuk angkatan 2014
tahun ini, itu di karenakan sudah adanya peraturan dan indikator tersendiri mengenai mekanisme
penetapan UKT yang lebih rinci untuk meminimalisir kesalahan verifikasi, berikut tanggapan
pimpinan universitas terkait permasalahan tersebut.
“Sebenarnya intinya adalah kejujuran dari mahasiswanya sendiri, mengenai latar
belakang mahasiswa dan keluarganya sebagai dasar penentuan biaya pendidikan UKT, karena
ada mahasiswa yang tidak jujur mengaku miskin padahal ia kaya atau mampu supaya UKT nya
rendah, dan ada juga yang miskin atau tidak mampu, mengaku mampu berharap agar bisa
diterima di UNIB sebenarnya ini permasalahannya...” (wawancara pra penelitian pimpinan
UNIB)
Tetapi selain hal itu yang menjadi permasalahan, hal yang menarik lainnya bagi penulis,
tentang adanya kebijakan baru mengenai jalur masuk UNIB di tahun 2014 ini, terkhususnya jalur
seleksi mandiri atau SPMU yang harus menggunakan surat pernyataan atau perjanjian di atas
materai, bahwa apabila mahasiswa tersebut lulus di jalur ini, maka ia ditetapkan masuk di kategori
kelompok UKT tertinggi, ini atas dasar kebutuhan operasional UNIB dan sebagai ganti dari jalur
mandiri sebelumnya atau jalur sumbangan, jalur yang identik dengan uang pangkal dengan
nominal tertentu, sebagai biaya untuk menutupi kebutuhan operasional UNIB.
Selain keterangan pihak universitas, pada saat pra penelitian penulis juga meminta
keterangan dari beberapa orang mahasiswa terutama angkatan tahun 2014 mengenai kebenaran
surat pernyataan tersebut dan beberapa permasalahan yang ada pasca diterapkan nya UKT, berikut
ini beberapa pernyataan dari mahasiswa terkait hal tersebut.
“Surat itu benar adanya, orangtua dan saya fikir itu hanya di awal saja, karena saya pada
saat itu sangat berharap bisa lulus dan masuk di UNIB, jujur saja pekerjaan orangtua saya
hanya petani kopi yang rata-rata penghasilan perbulan kurang lebih 1 - 2 juta rupiah,
dengan tanggungan 1 istri dan 3 orang anak, tetapi mau tidak mau orangtua saya tetap
berusaha membiayai kuliah saya, dengan berbagai cara”
(We 19 Th, Mahasiswa FISIP angkatan 2014, UKT 3,6 juta).
Tidak jauh berbeda dari keterangan We, berikut ini pernyataan dari mahasiswa yang sedikit
berbeda latar belakang keluarga nya, sebagaimana diketahui bahwa indikator penetapan UKT
berdasarkan kemampuan orangtua mahasiswa.
“Saya dan bapak (orangtua) juga mengira nominal yang ada di surat pernyataan tersebut
hanya di awal saja, ya bapak saya hanya bekerja sebagai PNS golongan II c yang
berpenghasilan kurang lebih 3 juta rupiah perbulan dan itu sudah di potong dengan
berbagai kebutuhan dan adanya beberapa hutang di bank yang harus di bayar, belum lagi
untuk kebutuhan keluarga tiri saya, karena bapak dan ibu kandung saya sudah berpisah,
dan bapak mempunyai tanggungan 1 istri dan 5 orang anak, 3 dari istri pertama dan 2
dari istri kedua, total penghasilan bersih bapak saya perbulan setelah di potong beberapa
keperluan, kurang dari 500 ribu rupiah dan beliau juga harus bekerja serabutan untuk
membiayai kebutuhan tanggungan keluarga dan kuliah saya”. ( Ig 19 Th Mahasiswa FISIP
2014, UKT 3,6 Juta)
Berbeda lagi dari keterangan mahasiswa di atas, berikut ini permasalahan pungutan yang
masih di alami oleh mahasiswa seperti pernyataan mahasiswa berikut ini yang mengakui bahwa
masih adanya pungutan di perkuliahan.
“Di Fakultas kami masih ada pungutan, misal untuk mengadakan praktikum, bahan
praktikum nya harus kami beli sendiri dengan kisaran biaya 100 ribu rupiah untuk setiap
akan melakukan praktikum, contoh untuk membeli mancid (tikus putih) dan kelinci kami
harus membayar, dan juga pernah untuk alat tulis perkuliahan pun, spidol, penghapus kami
juga harus membayar, katanya kalau sudah UKT tidak bakal ada pungutan lagi...”
(Tr 22 Th Mahasiswa Kedokteran FKIK UNIB, UKT 13,5 Juta)
Terkait beberapa kutipan wawancara dari berbagai sumber diatas, dapat disimpulkan bahwa
masih adanya permasalahan yang di hadapi pasca penerapan kebijakan UKT di Universitas
Bengkulu, adanya keluhan dan pernyataan tentang ketidakpuasan mahasiswa ataupun keluarga
sebagai penerima kebijakan ini dan penulis yakin masih ada fenomena-fenomena lain yang terjadi
di lapangan yang belum terungkap mengenai kebijakan tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas sistem uang kuliah tunggal (UKT) yang diterapkan oleh
DIKTI, menyebabkan mahasiswa Universitas Bengkulu terpengaruh dengan sistem uang kuliah
tunggal (UKT). Banyak penyebab mahasiswa terbebani dengan sistem tersebut, seperti yang
dikutip dari pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh berikut ini.
“Bahwa konsep dari UKT yaitu untuk membantu mahasiswa yang mempunyai nilai ekonomi
lemah dan untuk menutup aliran dana yang susah dikendalikan akibat pos pembayaran yang
terlalu banyak... beliau menjamin bahwa UKT ini berlaku bagi semua mahasiswa baru tak
terkecuali masuk melalui jalur SNMPTN, SBMPTN maupun seleksi mandiri. “UKT ini
berlaku untuk semua. Tak ada perbedaan masuk lewat jalur apa. SNMPTN, SBMPTN dan
mandiri itu sama saja biayanya,” tegas Nuh. (Sumber: http://edukasi.kompas.com).
Tetapi pada kenyataannya banyak fenomena - fenomena yang terjadi di lapangan dan di
alami oleh mahasiswa yang menerima dampak dari UKT ini, mulai dari pengelompokan
pembayaran yang kurang transparan seperti apa tekhnisnya, hal ini yang kemudian menjadi
ketidakadilan dan kesalahan fatal bagi mahasiswa yang memang benar benar tidak mampu,
kemudian tidak adanya atau kurangnya proses sosialisasi dan pemberitahuan kepada calon
mahasiswa baru terkait dengan sistem UKT yang menyebabkan ketidaktahuan proses lalu tidak
adanya pemberian solusi kepada mahasiswa yang tidak bisa membayar SPP karena tingginya biaya
semester karena UKT, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
UKT di Universitas Bengkulu, permasalahan apa yang sebenarnya terjadi, fenomena apa saja yang
ada terkait peraturan yang telah diterapkan dan di laksanakan di lapangan. Dari penelitian tersebut
penulis berharap bisa mengetahui lebih banyak bagaimana pengimplementasian kebijakan Uang
Kuliah Tunggal di Universitas Bengkulu, apa saja indikator penerapan kebijakan tersebut di
Lingkungan Universitas Bengkulu.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana
Implementasi Kebijakan Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2014 Mengenai Mekanisme
Penetapan Besaran Uang Kuliah Tunggal Bagi Mahasiswa Sarjana dan Diploma di Universitas
Bengkulu ?
1.3.Tujuan penelitian
Tujuan penelitian sebagaimana permasalahan di atas adalah Untuk Mengetahui dan
Mendeskripsikan tentang Implementasi Kebijakan Sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang
di terapkan di Lingkungan Universitas Bengkulu pada tahun 2014.
1.4. Kegunaan penelitian
1.4.1 Secara Teoritis
1. Hasil penilitian ini diharapkan dapat dijadikan Referensi pada jurusan ilmu
Administrasi Negara Universitas Bengkulu mengenai kebijakan pendidikan tinggi
negeri yang berpengaruh terhadap pendidikan di Lingkungan Univeritas Bengkulu
2. Sebagai bahan informasi dan acuan peneliti selanjutnya yang mungkin akan membahas
masalah yang sama dalam penelitian lain.
1.4.2 Secara praktis
Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi semua penyelenggara pendidikan,
baik dari masyarkat, Pihak Universitas, Pihak Pemerintah Umumnya, dalam mengevaluasi
dan merumuskan kebijakan yang tepat menurut UU PT dan PERMENDIKBUD No. 55
Th 2013 dan 73 Th 2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan Publik
Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan (public policy is whatever government choose to do or not to do) (Thomas Dye, 1981
: 1). Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan
oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah ketika menghadapi suatu masalah
publik. Sebagai contoh, ketika pemerintah mengetahui bahwa ada jalan raya yang rusak dan dia
tidak membuat kebijakan untuk memperbaikinya, berarti pemerintah sudah mengambil kebijakan.
Defenisi dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan tersebut dibuat oleh
badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus
dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk tidak
membuat program baru atau tetap pada status quo, misalnya tidak menunaikan pajak adalah sebuah
kebijakan publik. Kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan
aparat pemerintah, walaupun disadari bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh para aktor
dan faktor dari luar pemerintah (James E. Anderson, 1979:3).
Dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik, ketika itu
pula pemerintah mengalokasikan nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan
mengandung seperangkat nilai di dalamnya (Dikutip Dye, 1981). Sebagai contoh, ketika
pemerintah menetapkan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan kemudian diganti dengan
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang pemerintahan daerah, terlihat bahwa nilai yang akan
dikejar adalah penghormatan terhadap nilai demokrasi dan pemberdayaan terhadap masyarakat
lokal dan pemerintah daerah.
Harrold Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan publik hendaknya
berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang ada dalam masyarakat (Dikutip Dye,
1981). Ini berarti kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik-praktik
sosial yang ada dalam masyarakat. Ketika kebijakan publik berisi nilai-nilai yang bertentangan
dengan nilai-nilai yang hidup di masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapat
resistensi ketika di implementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan publik harus mampu
mengakomodasi nilai-nilai dan praktika-praktika yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Lingkup Kebijakan Publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor atau bidang
pembangunan, seperti kebijkan publik di bidang pendidikan, pertanian, kesehatan, trasnsportasi,
pertahanan dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik dapat bersifat
nasional, regional maupun lokal, seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten atau pun Kota.
Pada penelitian ini ruang lingkup kebijakan yang akan diteliti oleh penulis yaitu di bidang
Pendidikan, terkhususnya di Pendidikan Tinggi yang bersifat Nasional dan Lokal, melalui
PERMENDIKBUD No. 55 dan 73 Tahun 2014 Tentang Uang Kuliah Tungggal (UKT) yang di
terapkan di Lingkungan Universitas Bengkulu.
2.2. Implementasi Kebijakan
Eugene Bardach dalam tulisannya mengatakan bahwa penulis yang lebih awal memberikan
perhatian terhadap masalah implementasi ialah Douglas R. Bunker dalam penyajiannya di depan
The American Association for the Advancement of Science pada tahun 1970. Pada saat itu disajikan
untuk pertama kali secara konseptual tentang proses implementasi kebijakan sebagai suatu
fenomena sosial politik (Edward III, 1984: 1). Konsep tersebut kemudian semakin marak
dibicarakan seiring dengan banyaknya pakar yang memberikan kontribusi pemikiran mengenai
implementasi kebijakan sebagai salah satu tahap dari proses kebijakan. Wahab dan beberapa
penulis menempatkan tahap implementasi kebijakan pada posisi yang berbeda, namun pada
prinsipnya setiap kebijakan publik selalu ditindaklanjuti dengan implementasi kebijakan (Wahab,
1991: 117). Oleh karena itu, implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses
kebijakan (Ripley dan Franklin, 1982, dalam Tarigan, 2000: 14; Wibawa dkk., 1994: 15). Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Edwards III (1984: 1) bahwa tanpa implementasi yang efektif
maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan
adalah aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang
meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi masyarakat.
Tahap implementasi kebijakan dapat dicirikan dan dibedakan dengan tahap pembuatan
kebijakan. Pembuatan kebijakan di satu sisi merupakan proses yang memiliki logika bottom-up,
dalam arti proses kebijakan diawali dengan penyampaian aspirasi, permintaan atau dukungan dari
masyarakat. Sedangkan implementasi kebijakan di sisi lain di dalamnya memiliki logika top-down,
dalam arti penurunan alternatif kebijakan yang abstrak atau makro menjadi tindakan konkrit atau
mikro (Wibawa, 1994: 2).
Grindle (1980: 7) menyatakan, implementasi merupakan proses umum tindakan
administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Sedangkan Van Meter dan Horn
(Wibawa, dkk., 1994: 15) menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang
dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Grindle (1980: 7) menambahkan bahwa proses implementasi
baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun
dan dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.
Menurut Lane, implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama,
implementation = F (Intention, Output, Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi
merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat.
Kedua, implementasi merupakan persamaan fungsi dari implementation = F (Policy, Formator,
Implementor, Initiator, Time). Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada kebijakan itu
sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh implementor dalam kurun waktu
tertentu (Sabatier, 1986: 21-48).
Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan
hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pandangan Van Meter dan Horn (Grindle, 1980:
6) bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan
publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang
berkepentingan (policy stakeholders).
2.2.1 Kriteria Pengukuran Implementasi Kebijakan
Menurut Grindle (1980: 10) dan Quade (1984: 310), untuk mengukur kinerja implementasi
suatu kebijakan publik harus memperhatikan variabel kebijakan, organisasi dan lingkungan.
Perhatian itu perlu diarahkan karena melalui pemilihan kebijakan yang tepat maka masyarakat
dapat berpartisipasi memberikan kontribusi yang optimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Selanjutnya, ketika sudah ditemukan kebijakan yang terpilih diperlukan organisasi pelaksana,
karena di dalam organisasi ada kewenangan dan berbagai sumber daya yang mendukung
pelaksanaan kebijakan bagi pelayanan publik. Sedangkan lingkungan kebijakan tergantung pada
sifatnya yang positif atau negatif. Jika lingkungan berpandangan positif terhadap suatu kebijakan
akan menghasilkan dukungan positif sehingga lingkungan akan berpengaruh terhadap kesuksesan
implementasi kebijakan. Sebaliknya, jika lingkungan berpandangan negatif maka akan terjadi
benturan sikap, sehingga proses implementasi terancam akan gagal. Lebih daripada tiga aspek
tersebut, kepatuhan kelompok sasaran kebijakan merupakan hasil langsung dari implementasi
kebijakan yang menentukan efeknya terhadap masyarakat.
Kriteria pengukuran keberhasilan implementasi menurut Ripley dan Franklin (1986: 12)
didasarkan pada tiga aspek, yaitu: (1) tingkat kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi di atasnya
atau tingkatan birokrasi sebagaimana diatur dalam undang-undang, (2) adanya kelancaran rutinitas
dan tidak adanya masalah; serta (3) pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang dikehendaki dari
semua program yang ada terarah.
2.2.2 Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan mempunyai makna yang begitu luas dan bermacam-macam,
sehingga perlu ditinjau dari berbagai macam sudut pandang. Pada penelitian ini dipahami makna
tentang kebijakan pendidikan, yaitu kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik dan kebijakan
pendidikan sebagai bagian dari kebijakan publik atau dalam kebijakan publik. Pada pembahasan
disini, kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik. Pemahaman ini dimulai dari
ciri-ciri kebijakan publik secara umum. Pertama, kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat
oleh Negara, yaitu berkenaan dengan lembaga ekskutif, legislatif, dan yudikatif. Kedua, kebijakan
publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau kehidupan publik, dan bukan
mengatur orang seorang atau golongan.
Disini kebijakan publik dipahami sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh intitusi Negara
dalam rangka mencapai visi dan misi Negara.
Kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik di bidang pendidikan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Mark Olsen, Jhon Codd, dan Anne-Mari O’Neil, Kebijakan pendidikan
merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi, bagi Negara-bangsa dalam persaingan
global, sehingga kebijakan perlu mendapatkan prioritas utama dalam era-globalisasi. Salah satu
argument utamanya adalah bahwa globalisasi membawa nilai demokrasi. Demokrasi yang
memberikan hasil adalah demokrasi yang didukung oleh pendidikan. Sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, kebijakan pendidikan dipahami sebagai bagian dari kebijakan publik, yaitu kebijakan
public dibidang pendidikan. Maka kebijakan pendidikan merupakan kebijakan pendidikan yang
ditujukan untuk mencapai tujuan pembangunan Negara-bangsa di bidang pendidikan, sebagai
salah satu dari tujuan pembangunan Negara bangsa secara keseluruhan.
Kebijakan pendidikan menurut Carte V. Good (1959) menyatakan,
“Educational policy is judgment, derived from some system of values and some assessment
of situational factors, operating within institutionalized education as a general plan for guiding
decision regarding means of attaining desired educational objectives”.
Pengertian pernyataan di atas adalah, bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu penilaian
terhadap sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan situasional, yang dioperasikan dalam sebuah
lembaga sebagai perencanaan umum untuk panduan dalam mengambil keputusan, agar tujuan
pendidikan yang diinginkan bisa dicapai.
Hough (1984) sebagaimana dikutip oleh Mudjia Rahardjo juga menegaskan sejumlah arti
kebijakan. Kebijakan bias menunjuk pada seperangkat tujuan, rencana atau usulan, program-
program, keputusan-keputusan, menghadirkan sejumlah pengaruh, serta undang-undang atau
peraturan-peraturan.
Sedangkan dasar kebijakan pendidikan bila ditinjau dari segi sosiologis adalah selain
gambaran manusia sebagai makhluk sosial manusia adalah makhluk yang dapat dididik dan harus
mendapatkan apabila proses pendidikan tersebut sesuai dengan hakikat manusia yang bebas.
Kebebasan manusia mempunyai dua aspek yaitu kebebasan dari dankebebasan untuk. Kebebasan
bukanlah merupakan kebebasan yang absolut tanpa mengenal batasibatas tetapi kebebasan dari
lingkungan kekuasaan. Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk menentukan pilihan
dalam merumuskan kebijakan dalam pendidikan, perlu pemahaman tentang pandangan-pandangan
terhadap tujuan kebijakan, yaitu: (1) tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan masyarakat, (2) tujuan
kebijakan dilihat dari tingkatan politisi, dan (3) tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan ekonomi.
1). Tujuan Kebijakan Dilihat dari Tingkatan Masyarakat
Tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan masyarakat, dapat ditelusuri dari hakekat tujuan
pendidikan yang universal. Pendidikan pada awalnya adalah suatu proses penyempurnaan harkat
dan martabat manusia yang diupayakan secara terus menerus. Di mana pun proses pendidikan
terjadi, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai yang dalam, karena jika kita
berbicara pendidikan pada hakekatnya membicarakan harkat dan martabat serta nilai-nilai
kemanusiaan.[8]
2). Tujuan Kebijakan Dilihat dari Tingkatan Politisi
Tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan politisi, dapat ditelusuri dari sumbangan pendidikan
terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat
individual, pendidikan membantu peserta didik untuk mengembangkan sikap dan keterampilan
kewarganegaraan yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab.
Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan
dan perilakunya semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki
kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan dengan yang
kurang berpendidikan. Pada masyarakat pluralistik, tujuan pendidikan yang lebih praktis ternyata
masih sangat bervariasi, yang mengakibatkan tidak adanya kesamaan bahasa dan terminologi
terhadap tujuan-tujuan kebijakan pendidikan tidak kunjung selesai. Orang tua, masyarakat, dan
pemerintah sama-sama mempunyai tangung jawab dalam pelaksanaan pendidikan. Akan tetapi,
tatkala kebijakan penyelenggaraan pendidikan menjadi otoritas terpusat pada pemerintah pusat,
sehingga praktek manajemen pendidikan pada level pusat, regional, lokal dan kelembagaan pun
menjadi sarana pencapaian tujuan politik yang diarahkan pada reproduksi ideologi kelompok
masyarakat yang dominan.
3). Tujuan Kebijakan Dilihat dari Tingkatan Ekonomi
Tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan ekonom, dapat ditelusuri dari kesadaran pentingnya
pendidikan sebagai investasi jangka pangjang, dengan alasan, bahwa:
Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar
pertumbuhan ekonomi. Pada praksis-praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima
fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran
global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan
ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya
semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif
dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan.
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari
pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh
setelah seseorang memasuki dunia kerja. Pilihan investasi pendidikan juga harus
mempertimbangkan tingkatan pendidikan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil.
2.2.2.1 Langkah-langkah Umum Kebijakan Pendidikan
Prof. Hargaves dari London University menyatakan bahwa ilmu pendidikan mandeg dan
tidak berkembang karena tidak mendapatkan input dari praktik pendidikan. Oleh sebab itu, ilmu
pendidikan hanya berada pada tataran idealistik tanpa teruji dilapangan. Hakikat ilmu pendidikan
berada dalam proses pendidikan yang terjadi dalam interaksi serta dialog antara pendidik dan
peserta didik dalam masyarakat yang berbudaya. Keadaan ilmu pendidikan di Indonesia juga
dalam status stagnasi karena terputus hubungannya dengan praktik pendidikan. Dengan sendirinya
banyak kebijakan pendidikan di Indonesia bukan di tentukan oleh data dan informasi di lapangan,
tetapi berdasarkan lamunan atau dengan menggunakan epistima-epistima ilmu lainnya yang tidak
relevan dengan ilmu pendidikan yang terfokus kepada kebutuhan peserta didik.
Kebijakan pendidikan yang berdasarkan fakta serta informasi telah mendapat input dari
kebutuhan masyarakat. Selanjutnya, kebijakan pendidikan tersebut akan menentukan masalah-
masalah yang perlu diteliti. Hasil riset yang telah divalidasi dapat disebarluaskan dalam berbagai
eksperimen. Eksperimen pendidikan inilah yang akan dapat membuahkan kebijakan pendidikan
yang telah tervalidasi. Demikian seterusnya terjadi suatu siklus yang berkesinambungan antara
kebijakan pendidikan, praktik pendidikan, riset dan eksperimen.
Pelaksanaan serta evaluasi kebijakan pendidikan menuntut peranan aktif dari para pendidik
professional karena dari merekalah dapat tersusun hasil-hasil kebijakan yang akan diriset serta
mendeseminasikan kebijakan pendidikan yang ternyata didukung oleh fakta-fakta positif.
Kebijakan pendidikan yang benar yaitu bilamana kebijakan tersebut telah di-test
kebenarannya di lapangan. Kebijakan pendidikan dengan demikian akan tumbuh dari bawah
meskipun kemungkinan kebijakan tersebut dirumuskan dan diinstruksikan dari atas. Dalam hal ini
diperlukan kemampuan dari lembaga-lembaga pendidikan yang otonom untuk memvalidasi
kebijakan-kebijakan pendidikan yang diinstruksikan dari pemerintah pusat atau pun pemerintah
daerah. Kebijakan-kebijakan pendidikan berdasarkan instruksi dari atas tidak mempunyai akar di
lapangan sehingga sukar untuk ditentukan keberhasilannya. Selain, kebijakan pendidikan yang
tidak berakar tersebut akan melahirkan budaya ABS (Asal Bapak Senang) dengan laporan-laporan
dari bawah yang menyatakan keberhasilan pelaksanaan kebijakan.
2.3 Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah. Sedangkan
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik di
perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen.
Menurut jenisnya, perguruan tinggi dibagi menjadi dua:
Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
Di Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi,
dan universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi,
dan vokasi dengan program pendidikan diploma (D1, D2, D3,
D4), sarjana (S1), magister(S2), doktor (S3), dan spesialis.
Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program doktor berhak memberikan
gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada setiap individu yang layak memperoleh
penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu
pengetahuan,teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni. Sebutan guru
besar atau profesor hanya dipergunakan selama yang bersangkutan masih aktif bekerja sebagai
pendidik di perguruan tinggi.
Pengelolaan dan regulasi perguruan tinggi di Indonesia dilakukan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Rektor Perguruan Tinggi Negeri merupakan pejabat eselon di bawah
Menteri Pendidikan Nasional.
Selain itu juga terdapat perguruan tinggi yang dikelola oleh kementerian atau lembaga
pemerintah non kementerian yang umumnya merupakan perguruan tinggi kedinasan,
misalnya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang dikelola oleh Kementerian Keuangan.
Selanjutnya, berdasarkan undang-undang yang berlaku, setiap perguruan tinggi di Indonesia harus
memiliki Badan Hukum Pendidikan yang berfungsi memberikan pelayanan yang adil dan bermutu
kepada peserta didik, berprinsip nirlaba, dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk
memajukan pendidikan nasional.
Pada 31 Maret 2010, UU Nomor 9 Tahun 2009 dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi dan
seluruh perguruan tinggi negeri yang sudah menjadi BHP, dikembalikan statusnya menjadi
perguruan tinggi yang diselenggarakan pemerintah. Undang-Undang No 12 Tahun 2012 menjadi
hukum baru yang mengatur pendidikan tinggi di Indonesia.
Di Indonesia, perguruan tinggi negeri dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, sekarang menjadi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Rektor
perguruan tinggi negeri merupakan pejabat setingkat eselon 2 di bawah Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan ataupun kementerian lainnya.
Universitas adalah suatu institusi pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan gelar
akademik dalam berbagai bidang. Sebuah universitas menyediakan
pendidikan sarjana dan pascasarjana. Kata universitas berasal dari bahasa Latin universitas
magistrorum et scholarium, yang berarti "komunitas guru dan akademisi".
Universitas dalam pendidikan di Indonesia merupakan salah satu bentuk perguruan
tinggi selain akademi, institut, politeknik, dan sekolah tinggi. Universitas terdiri atas
sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi pada
sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
2.4 Uang Kuliah Tunggal (UKT)
2.4.1 Sejarah Adanya Uang Kuliah Tunggal (UKT)
Pada tanggal 9 April 2012, Rektor se-Indonesia berkumpul bersama DIKTI dalam rangka
pembahasan Uang Kuliah Tunggal yang selanjutnya disebut UKT. Adapun UKT berlandaskan
pada Surat Edaran DIKTI No. 21/ E/T/2012, dan Surat Edaran Dikti No. 274/E/T/2012. Selain itu
juga ada Surat Edaran No. 305/E/T/2012 tentang Larangan Kenaikan Biaya Kuliah. Pada
perkumpulan tersebut, akhirnya ada 3 universitas yang mengiyakan sistem UKT, yakni Unsoed,
UNS, dan UNJ. Ada pula jenis UKT lain yang kini sudah diberlakukan di seluruh PTN di Indonesia
, yakni UKT melalui Permendikbud No.55 tahun 2013 tentang Uang Kuliah Tunggal. Jadi, secara
faktual ada 2 jenis UKT. Yang pertama,UKT 2012 yakni UKT yang berlandaskan Surat Edaran
dan Peraturan Rektor di UNS, UNJ, dan Unsoed.Yang kedua, UKT 2013, yakni UKT yang
diberlakukan untuk angkatan 2013 berdasarkan Permendikbud No. 55 tahun 2013.
UKT yang menjadi fokus adalah UKT jenis kedua. UKT adalah sistem pembayaran kuliah
yang menggantikan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). UKT meniadakan pemungutan
uang gedung, wisuda, almamater, dan segala pungutan lain karena semua dijadikan satu
pembayaran bernama UKT. Adapun besaran UKT didasarkan pada sebuah Unitcost, yakni seluruh
kebutuhan penyelenggaraan kampus. Unitcost , yang selanjutnya disebut UC tidaklah semuanya
dijadikan dasar UKT, akan tetapi hanya sebagian saja. Akan tetapi, dalam UKT 2013- 2014 tidak
lagi menggunakan bahasa Unitcost, melainkan Biaya Kuliah Tunggal. Namun maknanya sama
saja.
Lalu ada pula sistem pembayaran berbasis level ekonomi. Dalam Pasal 4 Permendikbud
tentang UKT, mengatur tentang pembayaran berbasis level ekonomi. Jadi, semakin rendah tingkat
ekonominya maka ia akan membayar UKT semakin murah. Ada 5 level dalam sistem UKT. Level
1 sampai 2 biasanya bernominal kisaran 0 sampai 1 juta rupiah per semesternya. Sedangkan level
3 sampai 5 berarti diatas 1 juta sampai puluhan juta. Sistem pembayaran berbasis level ini
digunakan oleh pemerintah untuk menganggulangi orang-orang yang tidak mampu mengakses
pendidikan tinggi.
Kemudian perihal pembayaran berbasis level ekonomi. Seringkali, hal inilah yang
diunggulkan dalam UKT. Untuk orang “kaya”, ia bisa masuk level 3 sampai 5. Untuk orang
“miskin”, ia bisa masuk level 1 sampai 2. Sistem ini dianggap sistem yang humanis, dimana “yang
kaya bayar mahal, yang miskin boleh murah”. Namun asumsi “kaya” dan “miskin” ini sangat
lemah dalam argumentasi. Bahkan bila kita menggunakan perspektif stratifikasi sosial pun,
seharusnya ada 1 golongan lagi, yakni golongan “menengah”. Golongan “menengah” mempunyai
persoalan dimana mereka terombang-ambing (secara harta kekayaan) dihadapkan oleh situasi.
Kelak mereka bisa jadi lebih kaya, kelak pula bisa menjadi miskin. Sistem UKT tidak
mengantisipasi bagaimana seandainya terjadi keluarga mahasiswa yang tadinya menengah
menjadi miskin. Sistem UKT menganggap hanya ada kaya dan miskin, sehingga menengah
digolongkan sebagai kaya. Namun ketika suatu saat si menengah menjadi miskin, ia tetap
digolongkan sebagai kaya, karena sewaktu registrasi, ia berstatus orang kaya.
Pada dasarnya kita memiliki pertanyaan mendasar, mengapa UKT lahir? UKT lahir sebagai
bagian dari jawaban pemerintah terhadap pedoman UUD 1945, terutama pasal 31 yang menjamin
hak dan kebebasan berpendidikan layak bagi Warga Negara Indonesia. Tidak berhenti disitu, UKT
juga lahir karena setiap wilayah memiliki karakteristik dan variasi indeks kemahalan yang amat
beragam.
Dalam Pasal 88 ayat (1) UU No.12 Tahun 2012 disebutkan ada tiga pertimbangan
mendasar mengapa akhirnya muncul kebijakan UKT, yakni:
a) capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi,
b) jenis Program Studi, dan
c) indeks kemahalan wilayah.
Dari tiga pertimbangan dalam UU PT tersebut, poin yang menurut penulis sulit diketahui
justru indeks kemahalan wilayah. Poin (a) dan (b) dapat kita ketahui melalui akreditasi BAN-PT
yang dilaksanakan tiap periode tertentu. Meski dilihat dari logika yang seolah dibangun
pemerintah dari poin (a) dan (b) bahwa pendidikan yang baik memang pantas mahal itu jelas tidak
tepat. Semakin tinggi dilevel standar nasional pendidikan tinggi dan semakin populer serta
‘bergengsi’ program studinya maka akan semakin mahal biaya dasarnya. Menurut penulis dua
pertimbangan tersebut tidak sepantasnya menjadi bagian dari pertimbangan utama, karena pada
hakikatnya pendidikan merupakan hak bagi seluruh warga negara. Terjadi paradoks ketika ibu
pertiwi membutuhkan orang-orang terhebat dari rahimnya sendiri namun negara tak sepenuhnya
menjamin keberlangsungan berbagai kalangan untuk mengakses pendidikan yang layak. Terutama
bagi mahasiswa maupun calon mahasiswa yang mampu secara akademik namun kurang mampu
dalam hal finansial.
Kembali ke poin (c) mengenai keberagaman indeks kemahalan wilayah. Indeks kemahalan
wilayah akan menjadi faktor pertimbangan yang sulit diformulasikan dengan dua poin lainnya
sebab sulitnya mengetahui indeks kemahalan wilayah dimana perguruan tinggi tersebut
berlangsung. Dilema lain yang terjadi yakni bagaimana dengan mahasiswa rantau yang orang
tuanya berpenghasilan di bawah UMR di kota lain sedangkan si mahasiswa berkuliah di wilayah
yang lain dari tempat tinggal orang tuanya dengan indeks kemahalan wilayah yang relatif tinggi?
Standar yang manakah yang akan digunakan, indeks kemahalan wilayah dari tempat tinggal dan
tempat bekerja orang tua kah? Atau justru tempat dimana si mahasiswa menempuh pendidikan?
Jika memang indeks kemahalan wilayah yang digunakan adalah tempat dimana si mahasiswa
menempuh pendidikan, tentu tetap saja terjadi ketidak merataan jenis pembayaran. Sebab orang
tua yang berada di wilayah yang UMR nya rendah harus bekerja lebih keras untuk memenuhi
capaian indeks kemahalan wilayah dimana anaknya berkuliah.
Seharusnya pertanyaan ini sudah memiliki jawaban yang memuaskan mengingat
kemunculan UU PT pada tahun 2012 dan Permendikbud yang mengatur tentang UKT pada 2013
telah melalui kritik yang begitu tajam. Namun pada kenyataannya, di berbagai Perguruan Tinggi
(PT) di Indonesia, pertanyaan-pertanyaan di atas masih belum memperoleh jawaban yang
memuaskan. Bahkan pro kontra dan kesulitan pengajuan keringanan pun hingga saat ini masih
menjadi polemik yang belum terselesaikan di berbagai perguruan tinggi.
Kelahiran UKT tidak bisa dilepaskan dari Biaya Kuliah Tunggal sebagai angka riil yang
dibayarkan. Tidak hanya itu, kita pun harus cermat melihat landasan hukum yang mendasari, serta
menjamin keberlangsungan UKT agar tetap berjalan sebagaimana mestinya. Seperti yang tertulis
dalam Pasal 88 UU PT mengenai penyusunan Biaya Kuliah Tunggal, ayat (1) berbunyi,
“Pemerintah menetapkan biaya operasional pendidikan tinggi secara periodik..”. Mengapa
bersifat periodik? Karena memang poin-poin pertimbangan yang termaktub dalam ayat tersebut
bersifat tidak tetap dan dapat berubah serta harus terus dievaluasi. Walaupun poin-poin yang
termaktub tersebut masih belum lepas dari pro dan kontra, namun penulis berpendapat
pertimbangan untuk tetap mengevaluasi secara periodik sudah tepat. Lalu kemudian yang paling
penting diawasi sesudahnya yakni transparansi dan keadilan bagi mahasiswa itu sendiri.
Lalu bagaimana dengan Uang Kuliah Tunggal? Kemunculan UKT pun sebagaimana
tertulis di atas menjadi satu paket yang tidak bisa dipisahkan dengan BKT dan BOPTN. Masih
dalam Pasal 88 UU No.12 Tahun 2012, ayat (3) dan (4). Dalam pasal tersebut dijelaskan UKT
dalam pembuatannya diproyeksikan akan menjadi sistem keadilan yang menjamin biaya kuliah
sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Ini dibuktikan dengan munculnya pengelompokkan UKT
yang bervariasi di masing-masing perguruan tinggi, lagi-lagi dengan pertimbangan standar
nasional pendidikan tinggi, program studi dan indeks kemahalan wilayah. Varian UKT ini
kemudian akan disebut BKT setelah diformulasikan dengan bantuan dari pemerintah (BOPTN)
yang menekan angka kemahalan dari beberapa variabel yang digabungkan menjadi beberapa
pengelompokkan UKT.
2.5 Implementasi Kebijakan UKT
UKT merupakan langkah awal pelaksanaan pasal 88 UU Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi yang mengamanatkan pemerintah kelak harus dapat mengimplementasikan
standar tertentu besaran SPP sesuai dengan wilayah sebuah PTN berada. Sebelum melaksanakan
standardisasi sistem tersebut, pemerintah terlebih dahulu menerbitkan Surat Edaran Dirjen Dikti
Nomor 488 E / T / 2012 dan Surat Edaran Dirjen DIkti Nomor 97 E / KU / 2013 yang keduanya
mengatur tentang pelaksanaan sistem Uang Kuliah Tunggal untuk PTN sekaligus menghapus
pembayaran Uang Pangkal bagi mahasiswa baru tahun akademik 2013 / 2014. Penerapan UKT
ditujukan untuk akuntabilitas pembayaran SPP agar semua pengeluaran dapat diakomodir di awal
masa pembayaran setiap periode akademik.
Penulis akan mencoba memberi gambaran bagaimana pelaksanaan UKT di Universitas.
Misalnya, Universitas X dengan Uang Pangkal sebesar 4 juta Rupiah, besaran SPP 1 juta Rupiah
per semester, kemudian selama masa studi dipungut Biaya Laboratorium, Biaya Praktikum, Uang
Fotokopi Materi Perkuliahan, Wisuda, dan sebagainya yang jika ditambahkan sejumlah total 500
ribu Rupiah per semester dan bersifat tentatif (Red: suatu waktu dapat melampaui harga tersebut
atau dibawah harga tersebut tergantung jumlah SKS yang diambil atau mata kuliah praktek
tertentu). Maka total biaya yang dikeluarkan jika seorang mahasiswa lulus 8 semester adalah: Rp
4.000.000,- (UP) + [8 x Rp 1.000.000,-] (SPP 8 Semester) + [8 x Rp 500.000,-] (Biaya Lain-lain
8 Semester) = Rp 16.000.000,-. Untuk mencegah pungutan yang berkali-kali dan sulit dilakukan
pengawasan terhadap pembayaran tersebut, maka melalui kebijakan UKT pemerintah membagi
seluruh beban kuliah normal selama 8 semester menjadi SPP per semester yang harus dibayarkan
mahasiswa. Jika total mahasiswa Universitas X hingga lulus harus membayar Rp 1.000.000,- per
semester, maka dengan sistem UKT ia dibebaskan Uang Pangkal-nya, namun harus membayar Rp
2.000.000,- per semester. Angka Rp 2.000.000,- per semester didapatkan dari total biaya yang
dikeluarkan selama seorang mahasiswa berkuliah di Universitas X (Rp 16.000.000,-) dibagi 8
semester sehingga menghasilkan angka Rp 2.000.000,-.
Perlu digarisbawahi bahwa prinsip UKT bukanlah penyamarataan tarif / implementasi
sistem pembayaran flat, namun pada titik akuntabilitasnya, yaitu satu kali pungutan per semester
agar mudah terukur besaran biaya yang harus dikeluarkan oleh calon peserta didik dan mudah
dipertanggungjawabkan oleh institusi penyelenggara pendidikan.
Sedangkan di Universitas Bengkulu Implementasi Kebijakan UKT di terapkan kembali
melalui peraturan di tingkat Universitas, peraturan yang pertama yaitu Keputusan Rektor Nomor
4971/UN30/HK/2013 yang mengatur Tentang Tarif Uang Kuliah Tunggal pada tahun 2013, yang
menetapkan tarif UKT yang harus dibayar oleh mahasiswa, namun pasca penerapan Kebijakan ini,
terjadi pergolakan di mahasiswa yang merasa kebijakan tersebut banyak tidak tepat pada sasaran,
alhasil Pihak Universitas melakukan verifikasi kembali mengenai besaran pembiayaan UKT dan
setelah itu di tahun selanjutnya tahun 2014, pihak Universitas mengeluarkan kembali Peraturan
Rektor Nomor 4 Tahun 2014 Mengenai Mekanisme Penetapan Besaran Uang Kuliah Tunggal Bagi
Mahasiswa Sarjana dan Diploma di Universitas Bengkulu, peraturan ini membahas lebih rinci
mengenai mekanisme dan penetapan besaran UKT yang harus di bayar oleh mahasiswa selama
menempuh pendidikan di Universitas Bengkulu, namun pergolakan yang terjadi di mahasiswa
masih tetap ada, dengan adanya Peraturan Rektor yang baru ini secara otomatis peraturan yang
lama tidak berlaku lagi.
Berdasarkan Peraturan Rektor Universitas Bengkulu Nomor 4 Tahun 2014 Pasal 2 ayat 1,
ada beberapa aspek yang menjadi bahan pertimbangan Penetapan Besaran Uang Kuliah Tunggal
yang harus di bayar oleh setiap mahasiswa di Universitas Bengkulu, yaitu :
a. Usia Orang Tua/Wali Mahasiswa
b. Pekerjaan tetap Orang Tua/wali mahasiswa
c. Penghasilan Tetap Orang Tua/wali mahasiswa
d. Penghasilan tidak tetap/tambahan orang tua/wali mahasiswa
e. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan Orang Tua/wali mahasiswa
f. Biaya listrik dan biaya air yang menjadi tanggungan Orang Tua/wali mahasiswa.
Selanjutnya di pasal 2 ayat 2 menjelaskan, faktor-faktor sebagaimana yang dimaksud pada
ayat 1 terlebih dahulu diberi presentase bobot maksimal sebagai berikut :
a. Usia Orang Tua/Wali Mahasiswa bobot maksimalnya 10 %
b. Pekerjaan tetap Orang Tua/wali mahasiswa bobot maksimalnya 50%
c. Penghasilan Tetap Orang Tua/wali mahasiswa bobot maksimal 10 %
d. Penghasilan tidak tetap/tambahan orang tua/wali mahasiswa bobot maksimalnya 10 %
e. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan Orang Tua/wali mahasiswa bobot
maksimalnya 10 %
f. Biaya listrik dan biaya air yang menjadi tanggungan Orang Tua/wali mahasiswa bobot
maksimalnya 10 %
Selanjutnya akumulasi dari penghitungan prosentase bobot-bobot tersebut digunakan
unutk menentukan kelompok kemampuan ekonomi Orang Tua/wali mahasiswa yang
bersangkutan, seperti dijelaskan di pasal 3 yaitu :
1. Besaran UKT dikelompokan menjadi 5 kelompok sesuai dengan program studi.
2. Kelompok sebagaimana dimaksud didasarkan pada akumulasi dari perhitungan
prosentase pembobotan faktor yang mempengaruhi besaran Uang Kuliah Tunggal,
sebagaimanA dimaksud pada pasal 2, sebagai berikut :
a. 81% - 100% masuk pada kelompok Uang Kuliah Tunggal V
b. 61% - <81% masuk pada kelompok Uang Kuliah Tunggal IV
c. 41% - <61% masuk pada kelompok Uang Kuliah Tunggal III
d. 21% - <41% masuk pada kelompok Uang Kuliah Tunggal II
e. >0 % - <21% masuk pada kelompok Uang Kuliah Tunggal I
2.6 Kerangka Pikir Penelitian
PERMENDIKBUD RI
NO. 55 TH 2013 DAN NO. 73 TH 2014
TTG UANG KULIAH TUNGGAL
PERATURAN REKTOR UNIB NO. 4
TH 2014 TTG MEKANISME
PENETAPAN BESARAN UKT
Faktor-faktor penetapan
besaran UKT :
a. Usia Org Tua
b. Pekerjaan Tetap Org Tua
c. Penghasilan Tetap Orgtua
d. Penghasilan tidak
tetap/tambahan orgtua
e. Jumlah Anggota keluarga
yg mnjadi tanggungan
f. Tarif Biaya Listrik dan Air
Penetapan Prosentase Bobot
Maksimal Faktor-faktor UKT :
a. Maksimal 10 %
b. Maksimal 50 %
c. Maksimal 10 %
d. Maksimal 10 %
e. Maksimal 10 %
f. Maksimal 10 %
Penetapan Besaran UKT
berdasarkan Kelompok :
a. 81 % - 100 % = Kelmpok V
b. 61 % - <81 % = Kelompok IV
c. 41 % - <61 % = Kelompok III
d. 21 % - <41 % = Kelompok II
e. >0 % - <21 % = Kelompok I
Pasal 2 Ayat 1
Pasal 2 Ayat 2 Pasal 3 Ayat 2
Sumber : Design Penulis
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan tehnik analisis
deskriptif. Menurut Usman dan Akbar, (1995 : 42) dalam bukunya Metode Penelitian Sosial,
pengertian Metode yaitu :
“Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai
langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, Metodologi Penelitian ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian”.
Bogan dan Taylor (1975) dalam Moleong (1998 : 56), mendefenisikan bahwa :
“Metode Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik/utuh”.
Dari Bogan dan Taylor diatas dapat digambarkan bahwa pada penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menghasilkan data-data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. Menurut Sugiyono (2007 : 8),
“Metode Penelitian Deskriptif tidak menguji Hipotesa atau tidak menggunakan
Hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan
variabel-variabel yang akan diteliti”.
Dengan kata lain penelitian Deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian yang
bersifat Kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini
dan melihat antara kaitan-kaitan yang ada. Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif yang
berusaha untuk menggambarkan dan menjabarkan Bagaimana proses Implementasi Kebijakan
Uang Kuliah Tunggal yang diterapkan di Universitas Bengkulu.
3.2. Fokus Penelitian dan Aspek Penelitian
3.2.1 Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui Bagaimana Implementasi Kebijakan Peraturan
Rektor Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Mekanisme Penetapan Besaran UKT Bagi Mahasiswa Sarjana dan
Diploma di Universitas Bengkulu.
3.2.2 Aspek Penelitian
Dari fokus penelitian diatas, adapun aspek-aspek yang akan diteliti dan dilakukan analisis
untuk mendapatkan gambaran tentang Implementasi Kebijakan Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2014
Tentang Mekanisme Penetapan Besaran UKT Bagi Mahasiswa Sarjana dan Diploma di Universitas
Bengkulu adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Aspek Penelitian
Fokus Aspek Penelitian Implementasi Kebijakan Peraturan Rektor
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Mekanisme
Penetapan Besaran UKT Bagi Mahasiswa
Sarjana dan Diploma di Universitas
Bengkulu.
Aturan ini sebagai turunan dari
PERMENDIKBUD No. 55 Th. 2013 dan No.
73 Th. 2014 Ttg UKT
1. Penerapan Besaran UKT berdasarkan
Faktor-faktor yg ada di Peraturan Rektor
(Pasal 2 Ayat 1)
2. Penerapan Presentase Bobot tiap-tiap
Faktor tersebut. (pasal 2 ayat 2)
3. Pengelompokan Mahasiswa berdasarkan
Bobot UKT (pasal 3 ayat 2)
Sumber : Design Penulis
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber utama yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti dan dikumpulkan langsung oleh peneliti. Data primer ini akan diperoleh dengan cara
mengadakan penelitian langsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara / metode seperti
berikut :
1. Wawancara
“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilaksanakan oleh dua
belah pihak yaitu : pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di
wawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan, Moleong (2001 : 135).
“Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yag harus diteliti, dan juga apabila
eneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dengan jumlah
respondennya sedikit/kecil, Sugiono (2007 : 137).
2. Observasi
Menurut Sugiono (2007 : 145) mengemukakan bahwa,
“observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”.
Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan untuk memperkuat dan
meyakinkan hasil wawancara, kemudian mencatat fakta dan fenomena yang ada di lapangan dan
juga selama melakukan penelitian.
3. Dokumentasi
“Tehnik Dokumentasi ialah tehnik pengumpulan data dengan mempelajari dokumentasi
tertentu yang relevansinya dengan penelitian”, (Hendrayani, 1988 : 33).
“Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan, surat
kabar. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif” (Sugiyono, 2007 : 240)
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti laporan-laporan keterangan pihak-pihak terkait yang menjadi inforrman, peraturan-
peraturan yang terkait, tulisan-tulisan baik dari surat kabar maupun data-data lain yang diterbitkan
oleh instansi lainnya yang menunjang dalam penelitian ini.
3.3.2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan cara metode kepustakaan. Dimana
yang di maksud dengan metode kepustakaan adalah suatu tehnik pengumpulan data dengan
mengkaji atau mempelajari permaslahan melalui bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Bahan tertulis tersebut dapat berupa buku, dokumen, arsip, peraturan-
peraturan serta keterangan-keterangan yang berkaitan dengan masalah yang ingin diteliti.
3.4. Informan Penelitian
Menurut Amirin (1995 : 138), menyatakan bahwa :
“Sasaran penelitian adalah individu atau subjek pemberi informasi yang berkaitan
dengan data yang diperlukan. Sasaran penelitian umumnya menunjukan pada subjek penelitian
tetapi untuk mengumpulkan informasi yang lebih luas tidak terbatas pada subjek semata, dapat
saja menujukkan pada mereka yang dapat memberikan informasi mengenai objek penelitian”.
Informan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah individu atau
subjek pemberi informasi yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Uang Kuliah Tunggal
(UKT) di Universitas Bengkulu. Mengenai jumlah informan dalam penelitian ini tidak ada batasan
yang mutlak, menurut Faisal (1990 : 9) :
“Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah “keterwakilan” contoh/sampel dalam
rangka generalisasi yang berlaku bagi populasi. Yang dikenal adalah keleluasaan dan
ketercakupan tentang informasi, karenanya saol jumlah dan asumsi randomisasi dalam
pengambilan sampel bukan menjadi kepedulian penelitian kualitatif, yang menjadi
kepedulian adalah luas dan kemencakupan rentang informasi yang diperlukan sesuai
dengan elemen-elemen masalah dalam penelitian”.
Jadi menurut pendapat Faisal di atas jumlah informan / responden dalam penelitian
kualitatif tidak perlu menentukan jumlah sampel / responden terlebih dahulu, bila data yang
diperlukan telah mencukupi maka pengambilan data pada responden dapat dihentikan.
Maka sasaran responden atau sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
tehnik Purposive Sampling atau sampel bertujuan. Penentapan tehnik ini berpedoman pada
pendapat Maleong (1998 : 165) :
“...dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor kontekstual, jadi maksud
sampel dalam penelitian ini adalah untuk menyaring berbagai sumber dengan demikian
tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam temuan kontekstual yang unik,
dan maksud kedua adalah menggali informasi yang muncul oleh sebab itu penelitian
kualitatif tidak ada sampel acak”.
Sampel bertujuan dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagi berikut :
1. Rancangan sampel yang muncul tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu
2. Pemilihan sampel secara berurutan
3. Penyelesaian berurutan dari sampel
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan
Menurut Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono, 2006 : 328) dengan mengutip pendapat
Spradley, mengatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses akulturasi sehingga
sesuatu itu bukan sekedar diketahui;
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan
yang diteliti;
3. Mereka yang memiliki kesempatan atau waktu yang memadai untuk dimintai
informasi;
4. Mereka yang cenderung menyampaikan informasi sendiri;
5. Mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing akan peneliti sehingga lebih
menggairah untuk dijadikan semacam narasumber.
Maka dalam penelitian ini yang menjadi sasaran penelitian untuk dijadikan sumber
informasi adalah Pimpinan Universitas Bengkulu beserta jajaran nya, Kepala Biro Perencanaan,
Pembelajaran dan Kemahasiswaan (PPK) Universitas Bengkulu, 1 (satu) orang Kabag
Perencanaan dan Informasi dan 1 (satu) staf, 1 (satu) orang Kabag pembelajaran, 1 (satu) orang
Kasubbag Regitrasi dan 1 (satu) orang Staf operator registrasi Universitas Bengkulu dan 8
(delapan) orang informan pendukung yaitu mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas
Bengkulu yang mewakili tiap-tiap kelompok mahasiswa berdasarkan besaran UKT masing-
masing.
3.5. Tehnik Analisis Data
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan
menggunakan tehnik analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga
menyajikan data, menganalisi dan menginterprestasi (Narbuko dan Achmadi, dalam Guciano,
2003 : 35).
Berdasarkan penjelasan diatas, untuk dapat menyajikan hasil dari penelitian yang
pertama kali dilakukan adalah dengan membuat dan menganalisa fenomena mengenai situasi dari
objek penelitian. Data dari wawancara, observasi atau pengumpulan data yang berbentuk
dokumen, catatan lapangan dan sebagainya dikumpulkan. Metode yang dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti pengumpulan data, pengklasifikasian data, analisis dan
pengolahan data serta pembuatan kesimpulan tentang keadaan secara nyata dan obyektif.
Dengan melihat fenomena-fenomena yang ada di lapangan maka dapat ditarik
beberapa prediksi sementara yang akan di uji, yang nantinya akan memberikan makna, gambaran
dan implikasi dari masalah yang ingin dipecahkan. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan
akhir yang akan dituangkan kedalam bentuk teks atau tulisan yang bersifat uraian.
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini akan mendeskripsikan substansi objek penelitian, yaitu mengenai Sejarah Dan
Latar Belakang, Profil, Visi Dan Misi, Struktur Organisasi, Dasar Hukum, Tugas Pokok Dan
Fungsi Dari Unit Pelayanan, Biro, Bagian dan Subbagian yang berkaitan langsung dengan
mekanisme penerapan UKT.
4.1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Universitas Bengkulu
Universitas Bengkulu (UNIB) didirikan berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor 17
tahun 1982 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof.
Dr. Daud Yusuf. Pada saat yang sama dilantik Rektor UNIB pertama, Prof. Ir. Soenjoto
Sumodihardjo (UGM) untuk masa jabatan 1982-1986. Dr. Ir. Soekotjo (UGM), yang sebelumnya
menjabat Pembantu Rektor I, memimpin UNIB untuk periode 1986-1990. Untuk periode 1990-
1995 Dr. Ir. Nitza Arbi (UNAND) diberi kepercayaan memimpin UNIB. Tahun 1995 sampai
dengan 2005 jabatan Rektor UNIB dipegang oleh Prof. Dr. H Zulkifli Husin, S.E, M.Sc.
(UNSYIAH).Sejak 2005 sampai dengan 2013 Rektor UNIB dijabat oleh Prof. Ir. Zainal
Muktamar, Msc., Ph.D. Pada tanggal 4 Oktober 2013 dilantiklah Dr. Ridwan Nurazi, S.E.,M.Sc.,
Ak sebagai Rektor Universitas Bengkulu yang ke-6.
Keberadaan UNIB merupakan wujud nyata dari perjuangan yang tak kenal menyerah dari
Gubernur Soeprapto yang mendapat dukungan penuh dari masyarakat, tokoh adat, Pemda Tk. I
Bengkulu, dan perguruan tinggi swasta bernama Universitas Semarak Bengkulu (UNSEB).
Dukungan universitas ini diwujudkan dalam bentuk penyerahan mahasiswa UNSEB sebagai cikal
bakal UNIB beserta lahan Kampus seluas 24,9 Ha di Desa Beringin Raya Bengkulu.
Kendala utama yang dihadapi pada saat proses pendirian UNIB berdasarkan hasil studi
kelayakan yang dilakukan oleh Universitas Sriwijaya di antaranya yaitu tidak tersedianya tenaga
edukatif, sehingga pada waktu itu disimpulkan bahwa di Bengkulu belum layak didirikan sebuah
universitas negeri. Kendala tersebut akhirnya dapat diatasi setelah Gubernur Soeprato menjalin
kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta atas petunjuk Presiden Soeharto.
Realisasi dari hasil kerjasama tersebut dikirimlah beberapa tenaga edukatif dari UGM antara lain
Prof. Ir. Soenjoto Sumodihardjo, Dr. Ir. Soekotjo, Drs. Sutarto, Ir. Supratoyo dan H. Hidjazi, S.H.
untuk diperbantukan di UNIB baik sebagai pejabat struktural maupun sebagai tenaga edukatif.
Mereka melakukan rekruitmen tenaga edukatif dari beberapa universitas di Jawa dan Sumatera.
Pada awal berdirinya UNIB telah memiliki mahasiswa semester III, karena adannya
phasing-in dari UNSEB. Penentuan jurusan dan struktur organisasi masing-masing fkultas
dilingkungan UNIB ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
0218/0/1982 tanggal 22 juni 1982, sebagi berikut : Fakultas Pertanian mengasuh Program studi
Agronomi Jenjang Pendidikan S1. Fakultas Ekonomi mengasuh Program studi Pembangunan
Jenjang S1. Fakultas Hukum mengasuh Program Studi Ilmu Hukum Dasar Jenjang S1. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengasuh Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial jenjang
Pendidikan S1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan mengasuh Program Studi Administrasi
Pendidikan jejang pendidikan S1, Program Studi Matematika, IPA dan PMP jenjang pendidikan
D1, kesemuanya tidak mempunyai mahasiswa phasing-in. Sejak tahun akademik 1983 Fakultas
Ekonomi menambah program studi manajemen jenjang pendidikan S1 dan pada tahun 1986 dibuka
jenjang pendidikan D3 Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan mulai tahun 1982/1983
membuka Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia jenjang D3 dan S1, Pendidikan Bahasa
Inggris jenjang D3 dan S1 serta Pendidikan Matematika jenjang D3, Tahun 1985/1986 dibuka
program studi pendidikan matematika jenjang D2.
Mulai Tahun Akademik 2003/2004 Universitas Bengkulu membuka empat Program studi
baru jenjang S1 yaitu : Tehnik Sipil, Tehnik Informatika, Tehnik Mesin dan Tehnik Elektro. Pada
Tahun 2007 Pembentukan Fakultas Tehnik disetujui oleh Dirjen DIKTI, pada Tahun 2008 juga
telah dikeluarkannya Keputusan Rektor Tentang Pendirian Fakultas Tehnik. Tahun 2009 Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Bengkulu mulai meerima Mahasiswa.
Saat ini UNIB menempati lahan kampus seluas kurang lebih 97,83 Ha, yang tersebar pada
tiga lokasi, yaitu Kampus Induk di Kandang Limun, Kampus di Air Sebakul dan di Padang
Harapan.
Dalam Penyelenggaraan prose belajar mengajar di Universitas Bengkulu dipimpin oleh
seorang Rektor dan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, Rektor dibantu oleh 4 (empat) orang
Wakil Rektor, yaitu Wakil Rektor I Bidang Akademik, Wakil Rektor II Bidang Sumberdaya,
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan
Kerjasama.
Pada saat ini Universitas Bengkulu memiliki 8 (delapan) Fakultas, 2 (dua) Biro (Biro
Perencanaan, Pembelajaran, Kemahasiswaan dan Kerjasama dan Biro Umum dan Sumberdaya) di
Biro PPK memiliki 3 (tiga) Bagian yaitu Bagian Perencanaan, Bagian Pembelajaran dan Bagian
Kemahasiswaan, masing-masing Bagian memiliki Subbagian, sementara Biro Umum dan
Sumberdaya memiliki 4 (empat) Bagian yaitu Bagian Umum dan Humas, Bagian Kepegawaian,
Bagian Keuangan, dan Bagian Barang Milik Negara dam masing-masing memiliki Subbagiannya.
UNIB juga memiliki 5 (lima) UPT (UPT Perpustakaan, UPT Bahasa, UPT Kerjasama dan
Layanan Internasional, UPT Kearsipan, UPT Pengembangan Kompetensi Mahasiswa), serta 3
(tiga) Lembaga (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada masyarakat, Lembaga Penjamin Mutu
dan Pengembangan Pembelajaran dan Lembaga Pengembang Teknologi Informasi dan
Komunikasi).
Fakultas merupakan satuan pelaksana pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang terdiri atas Pimpinan (Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik, Wakil Dekan
Bidang Sumberdaya dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan), sejumlah Dosen yang diangkat
sebagai tenaga pengajar pada fakultas yang bersangkutan, serta sejumlah mahasiswa yang terdaftar
sebagai mahasiswa pada fakultas tersebut dan Jurusan serta Bagian Tata Usaha terdiri dari
subbagian Pendidikan, Subbagian Kemahasiswaan, Subbagian Tata Usaha, Rumah Tangga dan
Perlengkapan dan Subbagian Keuangan dan Kepegawaian, yang meneyelenggarakan tugas-tugas
administrasi umum dan akademik di tingkat Fakultas.
Biro adalah satuan pelaksana administratif tertinggi pada Universitas Bengkulu yang
menyelenggarakan pelayanan di bidang teknis dan administratif. Biro dipimpin oleh kepala Biro
yang merupakan pejabat struktural yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor Universitas
Bengkulu.
UPT (Unit Pelayanan Teknis) merupakan perangkat kelengkapan di bidang pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbeda di fakultas, Biro dan Lembaga yang
melaksanakan tugas teknis sesuai bidang masing-masing.
Lembaga Penelitian merupakan unsur pelaksana di lingkungan Universitas Bengkulu yang
merencanakan, mengkoordinasikan, memantuau dan menilai kegiatan yang diselenggarakan oleh
pusat-pusat pengkajian, fakultas, dan unsur-unsur akademik yang terdapat difakultas serta dosen
yang terdiri atas pimpinan, tenaga ahli dan tenaga administrasi. Lembaga pengabdian kepada
masyarakat adalah suatu unit pelaksana akademik yang mengkoordinasikan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat yang dilakukan oleh Universitas, Fakultas, Dosen dan Mahasiswa.
Dari Uraian tersebut, maka Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Universitas
Bengkulu adalah mahasiswa, Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi. Sedangkan Sumber
Daya lainnya yang dimiliki Universitas Bengkulu adalah prasarana dan sarana fisik kampus dan
akademik, sistem akademik dan sistem administrasi. Unituk meningkatkan mutu pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, maka setiap sumber daya perlu ditingkatkan
kualitas dan kuantitas sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan.
Selain unsur-unsur struktural di atas, Universitas Bengkulu juga memiliki unsur
kelengkapan non struktural yang terdiri dari :
1. Senat Universitas Bengkulu
2. Dewan Penyantun Universitas Bengkulu
3. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa
4. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
5. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Senat Universitas Bengkulu merupakan badan normatif dan badan perwakilan tertinggi di
Universitas. Senat Universitas merupakan badan musyawarah tertinggi yang memberikan
persetujuan, pertimbangan, saran, dan masukan kepada Rektor. Anggota Senat Universitas terdiri
dari Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Guru Besar, Ketua Lembaga dan Wakil Dosen. Senat
Universitas dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya membentuk Komisi-komisi yang
bertugas sesuai bidangnya masing-masing. Komisi tersebut adalah :
1. Komisi A, Bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
2. Komisi B, Bidang perencanaan, administrasi dan anggaran
3. Komisi C, Bidang Etika, Disiplin, Kemahasiswaan dan Alumni
Begitupun halnya di tingkat Fakultas, terdapat Senat Fakultas yang merupakan badan
permusyawaratan tertinggi guna memberikan persetujuan, pertimbanagan, saran dan masukan
kepada Dekan. Anggota Senat Fakultas terdiri dari Dekan, Wakil Dekan, Ketua Jurusan/Bagian,
Guru Besar dan wakil Dosen. Senat Fakultas dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
membentuk komisi-komisi yang bertugas sesuai bidangnya masing-masing, Komisi tersebut
adalah:
1. Komisi A, Bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
2. Komisi B, Bidang perencanaan, administrasi dan anggaran
3. Komisi C, Bidang Etika, Disiplin, Kemahasiswaan dan Alumni
Dewan Penyantun Universitas Bengkulu terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat terpilih yang
menaruh minat dan perhatian pada pembangunan, pengembangan pendidikan dan pengajaran serta
memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi untuk berpartisipatif aktif ikut mengasuh dan
membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi Universitas Bengkulu.
Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) berkedudukan di tingkat Universitas
merupakan Badan Legislatif mahasiswa dengan tugas pokok menetapkan garis-garis besar
program, melaksanakan program dan menilai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas
Bengkulu, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut MPM berfungsi sebagai kontrol terhadap
pelaksanaan program BEM serta dapat meminta pertanggung jawabannya.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Berkedudukan di tingkat Universitas dan merupakan
Kelengkapan non struktural Universitas. Tugas pokoknya adalah mewakili mahasiswa di tingkat
Universitas, mengkoordinasikan kegiatan ekstra kurikuler organisasi kemahasiswaan di tingkat
Universitas, terutama yang berkaitan dengan fungsi pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Berkedudukan di tingkat Universitas dan merupakan
kelengkapan non struktural pada Universitas. Tugas Pokok UKM adlah merencanakan dan
melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler di tingkat Universitas dalm bidang tertentu sesuai dengan
bidang tugas dan tanggung jawabnya.
4.2. Landasan Hukum UNIB
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Universitas Bengkulu tidak terlepas dari
landasan hukum yang dimilikinya, diantaranya :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4586);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5336);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Repubklik Indonesia Nomor 5157);
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);
8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
92 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 142);
9. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P
Tahun 2013;
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 85 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyusunan Statuta Perguruan Tinggi;
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur pada Perguruan Tinggi yang Diselenggarakan oleh
Pemerintah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2013
tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Bengkulu;
13. PERMENDIKBUD Nomor 63 Tahun 2013 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Universitas
Bengkulu
14. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI Nomor 75 Tahun 2013, Tentang Statuta
Universitas Bengkulu.
15. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 186/KMK.05/2009 tentang Penetapan Universitas
Bengkulu pada Departemen Pendidikan Nasional sebagai Instansi Pemerintah yang
Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
4.3. Visi, Misi, Tujuan dan Rencana Arah Pengembangan UNIB
Visi UNIB adalah :
“Menjadi Universitas kelas dunia pada tahun 2025”
Sedangkan Misi UNIB sebagai berikut :
a. mengembangkan pendidikan dan penelitian berkelas dunia;
b. menghasilkan karya berstatus Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI)
c. melaksanakan pengabdian sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, nasional, dan
Internasional
d. mengembangkan sistem tata kelola universitas yang baik dan bersih.
Tujuan UNIB adalah :
a. menyediakan dan mengembangkan lingkungan pembelajaran berkualitas;
b. menghasilkan lulusan berkualitas, profesional, berkarakter kebangsaan, dan bervisi global,
untuk memenuhi kebutuhan lokal, nasional, dan internasional;
c. mendedikasikan seluruh usaha untuk pengembangan, penularan, dan pengaplikasian ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta untuk menjadikan UNIB sebagai pusat pendidikan unggul;
d. mengembangka ilmu dan teknologi ramah lingkungan melalui riset berkualitas, dan selalu
berusaha meningkatkan kualitas kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemerintah,
lembaga swasta, dan industri, di tingkat daerah, pusat, dan negara lain;
e. melaksanakan komitmen dan meningkatkan kualitas pengabdian kepada masyarakat untuk dapat
selalu memenuhi kebutuhan masyarakat yang dinamis;
f. mewujudkan komitmen peningkatan kualitas pelayanan, keunggulan pendidikan, kemandirian
penganggaran, transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme melalui peningkatan kualitas
secara terus menerus, inovasi, dedikasi, peduli, saling menghargai, dan semangat kerja sama tim;
dan
g. menumbuh kembangkan program kewirausahaan unggulan.
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud, UNIB berpedoman pada :
a. tujuan pendidikan nasional;
b. kaidah, norma dan etika ilmu pengetahuan;
c. kepentingan masyarakat; dan
d. minat, kemampuan, dan prakarsa pribadi.
Sedangkan Rencana arah pengembangan UNIB ditujukan untuk menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat berbasis wilayah pesisir dan hutan
hujan tropis.
4.4. Struktur UNIB
Pada umumnya organisasi mempunyai struktur, bentuk struktur yang digunakan tergantung
pada tujuan operasional organisasi yang bersangkutan. Struktur organisasi Universitas Bengkulu
diatur berdasarkan PERMENDIKBUD Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Statuta Universitas
Bengkulu dan PERMENDIKBUD Nomor 63 Tahun 2013 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Universitas Bengkulu, dapat dilihat pada gambar 4.4.1.
4.5. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Universitas Bengkulu
Guna melengkapi struktur organisasi yang ditampilkan pada gambar 4.4.1
sebelumnya, maka berikut disertakan uraian tugas pokok organisasi Universitas Bengkulu
berdasarkan PERMENDIKBUD Nomor 63 Tahun 2013 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Universitas Bengkulu.
UNIB memiliki Organ yang terdiri atas:
a. Rektor sebagai organ yang menjalankan fungsi pengelolaan UNIB;
b. Dewan Pengawas sebagai organ yang menjalankan fungsi pengawasan terhadap
pengelolaan keuangan badan layanan umum UNIB;
c. Senat sebagai organ yang menjalankan fungsi pertimbangan dan pengawasan akademik;
d. Satuan Pengawasan Internal sebagai organ yang menjalankan fungsi pengawasan non-
akademik; dan
e. Dewan Pertimbangan sebagai organ yang menjalankan fungsi pertimbangan non-
akademik.
Susunan Organisasi pada Rektor sebagai organ pengelola terdiri atas:
a. Rektor dan Wakil Rektor;
b. Biro;
c. Fakultas dan Pascasarjana;
d. Lembaga;
e. Unit Pelaksana Teknis; dan
f. Badan Pengembangan Bisnis.
Rektor sebagaimana dimaksud dalam huruf a mempunyai tugas memimpin
penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat serta membina
pendidik, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan hubungannya dengan lingkungan. Dalam
melaksanakan tugas, Rektor menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan dan pengembangan pendidikan tinggi;
b. pelaksanaan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan/atau olah raga;
c. pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat;
d. pelaksanaan pembinaan sivitas akademika dan hubungannya dengan lingkungan; dan
e. pelaksanaan kegiatan layanan administratif.
Sedangkan Wakil Rektor berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Rektor, Wakil
Rektor terdiri atas:
a. Wakil Rektor Bidang Akademik;
b. Wakil Rektor Bidang Sumber Daya;
c. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan; dan
d. Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama.
Wakil Rektor Bidang Akademik mempunyai tugas membantu Rektor dalam memimpin
penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Wakil Rektor
Bidang Sumber Daya mempunyai tugas membantu Rektor dalam memimpin penyelenggaraan
kegiatan di bidang administrasi umum dan pengelolaan keuangan, aset, dan sumber daya manusia.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan mempunyai tugas membantu Rektor dalam memimpin
penyelenggaraan kegiatan di bidang kemahasiswaan dan alumni, sedangkan Wakil Rektor Bidang
Perencanaan dan Kerja Sama mempunyai tugas membantu Rektor dalam memimpin
penyelenggaraan kegiatan di bidang perencanaan dan kerja sama.
Biro merupakan unsur pelaksana administrasi UNIB yang menyelenggarakan pelayanan
teknis dan administratif kepada seluruh unsur di lingkungan UNIB. Biro dipimpin oleh seorang
Kepala yang bertanggung jawab kepada Rektor dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wakil Rektor sesuai dengan bidang tugasnya. Biro terdiri atas:
a. Biro Perencanaan, Pembelajaran, dan Kemahasiswaan; dan
b. Biro Umum dan Sumber Daya.
Biro Perencanaan, Pembelajaran, dan Kemahasiswaan mempunyai tugas memberikan
layanan di bidang perencanaan, pembelajaran, kemahasiswaan, dan alumni. Dalam melaksanakan
tugas, Biro Perencanaan, Pembelajaran, dan Kemahasiswaan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan penyusunan rencana, program, dan anggaran;
b. pelaksanaan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran;
c. pelaksanaan penyusunan rencana pengembangan UNIB;
d. pelaksanaan layanan pembelajaran;
e. pelaksanaan registrasi mahasiswa; dan
f. pelaksanaan layanan kemahasiswaan dan alumni.
Biro Perencanaan, Pembelajaran, dan Kemahasiswaan terdiri atas:
a. Bagian Perencanaan;
b. Bagian Pembelajaran;
c. Bagian Kemahasiswaan; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan, pengolahan, dan
penyajian data dan informasi, serta penyusunan rencana, program, dan anggaran. Dalam
melaksanakan tugas, Bagian Perencanaan menyelenggarakan fungsi:
a. pengumpulan dan pengolahan data dan informasi;
b. penyajian data dan informasi;
c. pemberian layanan data dan informasi;
d. pelaksanaan penyusunan rencana, program, dan anggaran; dan
e. evaluasi pelaksanan rencana, program, dan anggaran.
Bagian Perencanaan terdiri atas:
a. Subbagian Data dan Informasi;
b. Subbagian Perencanaan Program dan Penganggaran; dan
c. Subbagian Evaluasi Pelaksanan Program dan Anggaran.
Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan,
dan penyajian data dan informasi serta data lainnya. Subbagian Perencanaan Program dan
Penganggaran mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program, kegiatan, dan
anggaran. Subbagian Evaluasi Pelaksanaan Program dan Anggaran mempunyai tugas melakukan
evaluasi pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran serta penyusunan laporan. Bagian
Pembelajaran mempunyai tugas melaksanakan pemberian layanan dan evaluasi pembelajaran,
registrasi mahasiswa, dan pendayagunaan sarana pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas,
Bagian Pembelajaran menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan layanan pembelajaran;
b. pelaksanaan pendayagunaan sarana pembelajaran;
c. pelaksanaan registrasi mahasiswa; dan
d. pelaksanaan evaluasi kegiatan pembelajaran.
Bagian Pembelajaran terdiri atas:
a. Subbagian Tata Kelola Pembelajaran;
b. Subbagian Registrasi; dan
c. Subbagian Evaluasi Pembelajaran.
Subbagian Tata Kelola Pembelajaran mempunyai tugas melakukan layanan pembelajaran
dan pendayagunaan sarana pembelajaran. Subbagian Registrasi mempunyai tugas melakukan
urusan administrasi pendaftaran, seleksi, penerimaan, dan registrasi mahasiswa. Subbagian
Evaluasi Pembelajaran mempunyai tugas melakukan urusan evaluasi kegiatan pembelajaran dan
urusan ijazah/transkrip.
Bagian Kemahasiswaan mempunyai tugas melaksanakan pemberian layanan kegiatan
kemahasiswaan dan alumni. Dalam melaksanakan tugas, Bagian Kemahasiswaan
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan administrasi di bidang minat, bakat, dan penalaran kemahasiswaan;
b. pelaksanaan administrasi kegiatan kemahasiswaan;
c. pelaksanaan layanan kesejahteraan mahasiswa;
d. pelaksanaan pengelolaan informasi kemahasiswaan; dan
e. pelaksanaan administrasi alumni.
Bagian Kemahasiswaan terdiri atas:
a. Subbagian Minat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan; dan
b. Subbagian Kesejahteraan Mahasiswa.
Subbagian Minat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan mempunyai tugas melakukan
administrasi minat, penalaran, dan informasi kemahasiswaan. Subbagian Kesejahteraan
Mahasiswa mempunyai tugas melakukan administrasi kegiatan mahasiswa, layanan kesejahteraan
mahasiswa, dan urusan alumni.
Biro Umum dan Sumber Daya mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan,
keuangan, hukum, ketatalaksanaan, hubungan masyarakat, kepegawaian, kerumahtanggaan, dan
barang milik negara. Dalam melaksanakan tugas, Biro Umum dan Sumber Daya
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan ketatausahaan;
b. pelaksanaan urusan kerumahtanggaan;
c. pelaksanaan urusan hukum, ketatalaksanaan, dan hubungan masyarakat; d. pelaksanaan
urusan kepegawaian;
e. pelaksanaan urusan keuangan dan akuntansi; dan
f. pelaksanaan urusan barang milik negara.
Biro Umum dan Sumber Daya terdiri atas:
a. Bagian Umum dan Hubungan Masyarakat;
b. Bagian Kepegawaian;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Barang Milik Negara; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagian Umum dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan urusan
ketatausahaan, hukum, ketatalaksanaan, kerumahtanggaan, dan hubungan masyarakat. Dalam
melaksanakan tugas, Bagian Umum dan Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan ketatausahaan;
b. pelaksanaan urusan hukum dan ketatalaksanaan;
c. pelaksanaan urusan kerumahtanggaan; dan
d. pelaksanaan urusan hubungan masyarakat.
Bagian Umum dan Hubungan Masyarakat terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha;
b. Subbagian Hukum dan Tata Laksana;
c. Subbagian Rumah Tangga; dan
d. Subbagian Hubungan Masyarakat.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan persuratan dan penatausahaan
kegiatan pimpinan. Subbagian Hukum dan Tata Laksana mempunyai tugas melakukan urusan
penyusunan peraturan perundang-undangan, layanan hukum, organisasi, dan ketatalaksanaan.
Subbagian Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan keamanan, ketertiban, keindahan,
kebersihan, pengaturan penggunaan sarana kantor, serta layanan rapat dinas dan keprotokolan.
Subbagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melakukan urusan hubungan
masyarakat. Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pendidik dan
tenaga kependidikan. Dalam melaksanakan tugas, Bagian Kepegawaian menyelenggarakan
fungsi:
a. pelaksanaan penyusunan formasi dan pengadaan pendidik dan tenaga kependidikan;
b. pelaksanaan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan;
c. pelaksanaan urusan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan; dan
d. pelaksanaan urusan disiplin dan pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan.
Bagian Kepegawaian terdiri atas:
a. Subbagian Pendidik; dan
b. Subbagian Tenaga Kependidikan.
Subbagian Pendidik mempunyai tugas melakukan penyusunan formasi, pengadaan,
pengangkatan, kepangkatan, pengembangan, mutasi, disiplin, dan pemberhentian pendidik.
Subbagian Tenaga Kependidikan mempunyai tugas melakukan penyusunan formasi, pengadaan,
pengangkatan, kepangkatan, pengembangan, mutasi, disiplin, dan pemberhentian tenaga
kependidikan. Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan dan
urusan akuntansi. Dalam melaksanakan tugas, Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan pembiayaan;
b. pelaksanaan urusan perbendaharaan;
c. pelaksanaan monitoring dan evaluasi anggaran; dan
d. pelaksanaan urusan akuntansi dan pelaporan keuangan.
Bagian Keuangan terdiri atas:
a. Subbagian Perbendaharaan;
b. Subbagian Monitoring dan Evaluasi Anggaran; dan
c. Subbagian Akuntansi dan Pelaporan.
Subbagian Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan urusan pembiayaan, penerimaan,
penyimpanan, pembayaran, dan pertanggungjawaban anggaran. Subbagian Monitoring dan
Evaluasi Anggaran mempunyai tugas melakukan monitoring dan evaluasi anggaran. Subbagian
Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan pengelolaan sistem akuntansi dan
pelaporan keuangan. Bagian Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
barang milik negara. Dalam melaksanakan tugas, Bagian Barang Milik Negara menyelenggarakan
fungsi:
a. pelaksanaan urusan perencanaan kebutuhan barang milik negara;
b. pelaksanaan urusan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan penghapusan barang
milik negara;
c. pelaksanaan urusan pemeliharaan dan pendayagunaan barang milik negara;
d. pelaksanaan urusan inventarisasi barang milik negara; dan
e. pelaksanaan urusan akuntansi dan pelaporan barang milik negara.
Bagian Barang Milik Negara terdiri atas:
a. Subbagian Pengadaan;
b. Subbagian Inventarisasi dan Penghapusan; dan
c. Subbagian Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
Subbagian Pengadaan mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang milik negara. Subbagian Inventarisasi dan
Penghapusan mempunyai tugas melakukan urusan inventarisasi, penghapusan, akuntansi, dan
pelaporan barang milik negara. Subbagian Pemeliharaan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas
melakukan urusan pemeliharaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana. Kelompok Jabatan
Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas jabatan fungsional
masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Fakultas dan Pascasarjana merupakan unsur pelaksana akademik yang berada di bawah
Rektor. Fakultas terdiri atas:
a. Fakultas Pertanian;
b. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik;
c. Fakultas Ekonomi dan Bisnis;
d. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;
e. Fakultas Hukum;
f. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;
g. Fakultas Teknik; dan
h. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Fakultas mempunyai tugas mengkoordinasikan dan menyelenggarakan pendidikan
akademik, vokasi, atau profesi dalam satu rumpun ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan/atau
olahraga. Dalam melaksanakan tugas, Fakultas menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan dan pengembangan pendidikan di lingkungan Fakultas;
b. pelaksanaan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau
olahraga;
c. pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat;
d. pelaksanaan pembinaan civitas akademika; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha.
Fakultas terdiri atas:
a. Dekan dan Wakil Dekan
b. Senat Fakultas
c. Bagian Tata Usaha
d. Jurusan/Bagian dan
e. Laboratorium/Bengkel/Studio
Fakultas dipimpin oleh seorang Dekan yang bertanggung jawab kepada Rektor. Dekan
dibantu oleh 3 (tiga) orang Wakil Dekan. Wakil Dekan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Dekan. Dekan dan Wakil Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Wakil Dekan terdiri atas:
a. Wakil Dekan Bidang Akademik
b. Wakil Dekan Bidang Sumber Daya
c. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
Wakil Dekan Bidang Akademik mempunyai tugas membantu Dekan dalam memimpin
penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, perencanaan, sistem
informasi, dan kerja sama. Wakil Dekan Bidang Sumber Daya mempunyai tugas membantu Dekan
dalam memimpin penyelenggaraan kegiatan di bidang sumber daya. Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan mempunyai tugas membantu Dekan dalam memimpin penyelenggaraan kegiatan
di bidang kemahasiswaan dan alumni. Senat Fakultas mempunyai tugas melakukan pemberian
pertimbangan dan pengawasan terhadap Dekan dalam pelaksanaan akademik di lingkungan
Fakultas. Ketentuan lebih lanjut mengenai Senat Fakultas diatur dalam Peraturan Rektor. Bagian
Tata Usaha merupakan unit pelayanan administrasi di lingkungan Fakultas. Bagian Tata Usaha
dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Dekan. Bagian Tata Usaha
mempunyai tugas melaksanakan urusan akademik, kemahasiswaan, perencanaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan barang milik negara di
lingkungan Fakultas. Dalam melaksanakan tugas, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan layanan penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat di lingkungan Fakultas;
b. pelaksanaan urusan kemahasiswaan dan data alumni Fakultas;
c. pelaksanaan urusan perencanaan dan keuangan di lingkungan Fakultas;
d. pelaksanaan urusan ketatalaksanaan dan kepegawaian di lingkungan Fakultas;
e. pelaksanaan urusan ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan barang milik negara di
lingkungan Fakultas; dan
f. pelaksanaan urusan data dan pelaporan Fakultas.
Bagian Tata Usaha pada Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Hukum, dan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas:
a. Subbagian Pendidikan;
b. Subbagian Kemahasiswaan;
c. Subbagian Tata Usaha, Rumah Tangga, dan Perlengkapan; dan
d. Subbagian Keuangan dan Kepegawaian.
Subbagian Pendidikan mempunyai tugas melakukan urusan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Subbagian Kemahasiswaan mempunyai tugas melakukan
administrasi kemahasiswaan dan data alumni Fakultas. Subbagian Tata Usaha, Rumah Tangga,
dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan, ketatalaksanaan,
kerumahtanggaan, dan barang milik negara di lingkungan Fakultas. Subbagian Keuangan dan
Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, dan kepegawaian di
lingkungan Fakultas.
Bagian Tata Usaha pada Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
terdiri atas:
a. Subbagian Pendidikan dan Kemahasiswaan; dan
b. Subbagian Umum.
Subbagian Pendidikan dan Kemahasiswaan mempunyai tugas melakukan urusan
pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan, dan data alumni Fakultas.
Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian,
ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan barang milik negara di lingkungan
Fakultas. Jurusan/Bagian adalah himpunan sumber daya pendukung program studi dalam 1 (satu)
rumpun disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga. Jurusan/Bagian dipimpin
oleh seorang Ketua Jurusan/Bagian yang bertanggung jawab kepada Dekan. Ketua Jurusan/Bagian
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Sekretaris Jurusan/Bagian. Ketua dan
Sekretaris Jurusan/Bagian diangkat dan diberhentikan oleh Rektor sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Jurusan/Bagian mempunyai tugas mengkoordinasikan dan
mengelola sumber daya penyelenggaraan pendidikan akademik, vokasi, atau profesi dalam satu
rumpun ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga. Jurusan/Bagian terdiri atas:
a. Ketua Jurusan/Bagian;
b. Sekretaris Jurusan/Bagian;
c. Program studi; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional Dosen.
Program studi adalah program yang mencakup kesatuan rencana belajar sebagai pedoman
penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar
peserta didik dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan sasaran
kurikulum. Dalam penyelenggaraan program studi, Rektor dapat menunjuk seorang dosen sebagai
koordinator. Kelompok Jabatan Fungsional Dosen merupakan kelompok pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. Dosen bertanggung jawab kepada Dekan melalui Ketua Jurusan.
Jenis dan jenjang jabatan fungsional dosen diatur berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Laboratorium/Bengkel/Studio merupakan perangkat penunjang pelaksanaan
pendidikan di lingkungan Fakultas. Laboratorium/Bengkel/Studio dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional yang keahliannya telah memenuhi persyaratan sesuai dengan cabang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan/atau olahraga serta bertanggung jawab kepada Dekan.
Laboratorium/Bengkel/Studio mempunyai tugas melakukan kegiatan dalam cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga sebagai penunjang pelaksanaan tugas pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di lingkungan Fakultas.
Pascasarjana mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan program magister dan
program doktor untuk bidang ilmu multidisiplin dan melaksanakan penjaminan mutu program
magister dan program doktor yang diselenggarakan oleh fakultas. Pascasarjana dipimpin oleh
Direktur yang bertanggung jawab kepada Rektor. Pascasarjana terdiri atas:
a. Direktur dan Wakil Direktur; dan
b. Subbagian Tata Usaha.
Direktur Pascasarjana dibantu oleh 2 (dua) orang Wakil Direktur. Wakil Direktur terdiri
atas:
a. Wakil Direktur Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Perencanaan
b. Wakil Direktur Bidang Umum dan Keuangan.
Wakil Direktur bertanggung jawab kepada Direktur Pascasarjana. Direktur dan Wakil
Direktur Pascasarjana diangkat dan diberhentikan oleh Rektor. Wakil Direktur Bidang Akademik,
Kemahasiswaan, dan Perencanaan mempunyai tugas membantu Direktur dalam memimpin
penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan dan
alumni, perencanaan, sistem informasi, dan kerja sama di lingkungan Pascasarjana. Wakil Direktur
Bidang Umum dan Keuangan mempunyai tugas membantu Direktur dalam memimpin
penyelenggaraan kegiatan di bidang administrasi umum, keuangan, kepegawaian, dan sarana
prasarana. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan di bidang akademik,
kemahasiswaan, perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, barang
milik negara, kerja sama, dan sistem informasi di lingkungan Pascasarjana.
Lembaga adalah unsur pelaksana akademik di bawah Rektor yang melaksanakan tugas di
bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat, penjaminan mutu, pengembangan
pembelajaran, dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan.
Lembaga dipimpin oleh seorang Ketua yang bertanggung jawab kepada Rektor. Ketua dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Sekretaris Lembaga. Ketua dan Sekretaris Lembaga
diangkat dan diberhentikan oleh Rektor. Lembaga terdiri atas :
a. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat;
b. Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran; dan
c. Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan,
mengoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugas, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan anggaran Lembaga;
b. pelaksanaan penelitian ilmiah murni dan terapan;
c. pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat;
d. koordinasi pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di lingkungan
UNIB;
e. pelaksanaan publikasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
f. peningkatan relevansi program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sesuai 17
dengan kebutuhan masyarakat;
g. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
dan
h. pelaksanaan urusan administrasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat terdiri atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bagian Tata Usaha;
d. Pusat; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagian Tata Usaha merupakan unit pelayanan administrasi di lingkungan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala
yang bertanggung jawab kepada Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
melalui Sekretaris Lembaga. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan
perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan
barang milik negara serta penyusunan data dan informasi penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Dalam melaksanakan tugas, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:
a. pengumpulan dan pengolahan data penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
b. pelaksanaan penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran;
c. pelaksanaan urusan dokumentasi dan publikasi hasil penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat;
d. pemberian layanan informasi di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
e. pelaksanaan urusan pemerolehan hak kekayaan intelektual (HKI) hasil penelitian; dan
f. pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan,
kerumahtanggaan, dan barang milik negara di lingkungan Lembaga.
Bagian Tata Usaha terdiri atas:
a. Subbagian Umum; dan
b. Subbagian Data dan Program.
Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan barang milik negara di
lingkungan Lembaga. Subbagian Data dan Program mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pengolahan, dan layanan data dan informasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta
penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat serta urusan pemerolehan hak kekayaan intelektual (HKI) hasil penelitian.
Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran mempunyai tugas
melaksanakan, mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan penjaminan mutu dan
pengembangan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas, Lembaga Penjaminan Mutu dan
Pengembangan Pembelajaran menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan anggaran Lembaga;
b. pelaksanaan pengembangan sistem pembelajaran;
c. pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran;
d. pelaksanaan pengembangan sistem penjaminan mutu pendidikan;
e. pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan;
f. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan pembelajaran dan penjaminan
mutu pendidikan; dan
g. pelaksanaan urusan administrasi Lembaga.
Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran terdiri atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bagian Tata Usaha;
d. Pusat; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagian Tata Usaha merupakan unit pelayanan administrasi di lingkungan Lembaga
Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran. Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang
Kepala yang bertanggung jawab kepada Ketua Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan
Pembelajaran melalui Sekretaris Lembaga. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan
urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan,
dan barang milik negara serta penyusunan data dan informasi penjaminan mutu dan
pengembangan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan
fungsi:
a. pengumpulan dan pengolahan data penjaminan mutu dan pengembangan pembelajaran;
b. pelaksanaan penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran;
c. pelaksanaan urusan dokumentasi dan publikasi hasil penjaminan mutu dan
pengembangan pembelajaran;
d. pemberian layanan informasi di bidang penjaminan mutu dan pengembangan
pembelajaran; dan
e. pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan,
kerumahtanggaan, dan barang milik negara di lingkungan Lembaga.
Bagian Tata Usaha terdiri atas:
a. Subbagian Umum; dan
b. Subbagian Data dan Program.
Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan barang milik negara di
lingkungan Lembaga. Subbagian Data dan Program mempunyai tugas melakukan pengumpulan
dan pengolahan data serta layanan informasi pengembangan pendidikan dan penjaminan mutu
serta penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran penjaminan mutu dan pengembangan
pembelajaran. Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai tugas
melaksanakan, mengkoordinasikan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Dalam melaksanakan tugas, Lembaga Pengembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan anggaran Lembaga;
b. pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan jaringan dan web site UNIB
c. pelaksanaan pengembangan sistem informasi dan pemrograman;
d. pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan multi media;
e. pelaksanaan pemeliharaan perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi dan
komunikasi;
f. pelaksanaan fasilitasi penerapan sistem dan teknologi informasi dan komunikasi di
lingkungan UNIB; dan
g. pelaksanaan urusan administrasi Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi terdiri atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Subbagian Tata Usaha;
d. Pusat; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan barang milik negara di
lingkungan Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Subbagian Tata
Usaha dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Ketua Lembaga
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi melalui Sekretaris Lembaga. Pusat
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidangnya. Dalam menyelenggarakan
kegiatan, Rektor dapat menunjuk dosen/tenaga fungsional sebagai koordinator.
Pembentukan dan penutupan Pusat dilakukan oleh Rektor sesuai dengan kebutuhan,
sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sesuai dengan
tugas jabatan fungsional masing-masing sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Unit Pelaksana Teknis merupakan unsur penunjang penyelenggaraan kegiatan tridharma di
lingkungan UNIB. Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab
kepada Rektor. Kepala Unit Pelaksana Teknis diangkat dan diberhentikan oleh Rektor. Unit
Pelaksana Teknis terdiri atas:
a. UPT Perpustakaan;
b. UPT Bahasa;
c. UPT Kerja Sama dan Layanan Internasional;
d. UPT Kearsipan; dan
e. UPT Pengembangan Kompetensi Mahasiswa.
UPT Perpustakaan merupakan unit pelaksana teknis di bidang perpustakaan. Kepala UPT
Perpustakaan bertanggung jawab kepada Rektor dan dikoordinasikan oleh Wakil Rektor Bidang
Akademik. Perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan pemberian layanan kepustakaan untuk
keperluan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugas
, UPT Perpustakaan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan penyusunan rencana, program, dan anggaran UPT Perpustakaan;
b. penyusunan rencana kebutuhan dan penyediaan bahan pustaka;
c. pengolahan bahan pustaka;
d. pemberian layanan dan pendayagunaan bahan pustaka;
e. pemeliharaan bahan pustaka; dan
f. pelaksanaan urusan tata usaha UPT Perpustakaan.
Perpustakaan terdiri atas:
a. Kepala;
b. Subbagian Tata Usaha; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional/Tenaga Teknis.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan penyusunan rencana
kebutuhan, penyediaan, pengolahan, dan pemberian layanan pustaka serta urusan perencanaan,
keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan barang milik
negara UPT Perpustakaan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung
jawab kepada Kepala UPT Perpustakaan. UPT Bahasa merupakan unit pelaksana teknis di bidang
peningkatan kemampuan dan layanan kebahasaan. Kepala UPT Bahasa bertanggung jawab kepada
Rektor dan dikoordinasikan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik. Pasal 101 UPT Bahasa
mempunyai tugas melaksanakan peningkatan kemampuan dan tes bahasa bagi dosen, mahasiswa,
dan tenaga kependidikan. Dalam melaksanakan tugas, UPT Bahasa menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan anggaran UPT Bahasa;
b. pengembangan pembelajaran bahasa;
c. pelayanan peningkatan kemampuan bahasa bagi dosen, mahasiswa, dan tenaga
kependidikan;
d. pemberian layanan tes bahasa bagi dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha UPT Bahasa.
UPT Bahasa terdiri atas:
a. Kepala;
b. Subbagian Tata Usaha; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional/Tenaga Teknis.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan penyusunan program
peningkatan kemampuan dan tes bahasa serta pelaksanaan urusan perencanaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan barang milik negara UPT
Bahasa. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada
Kepala UPT Bahasa.
UPT Kerja Sama dan Layanan Internasional merupakan unit pelaksana teknis di bidang
pengembangan kerja sama dan fasilitasi urusan internasional. Kepala UPT Kerja Sama dan
Layanan Internasional bertanggung jawab kepada Rektor dan dikoordinasikan oleh Wakil Rektor
Bidang Perencanaan dan Kerja Sama. UPT Kerja Sama dan Layanan Internasional mempunyai
tugas melaksanakan urusan pengembangan kerja sama, pelayanan mahasiswa, pendidik, dan
tenaga kependidikan asing, serta promosi internasional UNIB. Dalam melaksanakan tugas , UPT
Kerja Sama dan Layanan Internasional menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan penyusunan rencana, program, dan anggaran UPT Kerja Sama dan Layanan
Internasional;
b. koordinasi pelaksanaan program kerja sama nasional dan internasional UNIB;
c. evaluasi dan pelaporan program kerja sama nasional dan internasional UNIB;
d. pelaksanaan layanan mahasiswa, pendidik, dan tenaga kependidikan asing;
e. pelaksanaan promosi internasional UNIB; dan
f. pelaksanaan urusan tata usaha UPT Kerja Sama dan Layanan Internasional.
UPT Kerja Sama dan Layanan Internasional terdiri atas:
a. Kepala
b. Subbagian Tata Usaha dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan barang milik negara UPT
Kerja Sama dan Layanan Internasional. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala yang
bertanggung jawab kepada Kepala UPT Kerja Sama dan Layanan Internasional. UPT Kearsipan
merupakan unit pelaksana teknis di bidang pengelolaan arsip. Kepala UPT Kearsipan bertanggung
jawab kepada Rektor dan dikoordinasikan oleh Wakil Rektor Bidang Sumber Daya.
UPT Kearsipan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan arsipDalam melaksanakan
tugas, UPT Kearsipan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan penyusunan rencana, program, dan anggaran UPT Kearsipan;
b. pelaksanaan pengelolaan arsip; dan
c. pelaksanaan urusan tata usaha UPT Kearsipan.
UPT Kearsipan terdiri atas:
a. Kepala
b. Petugas Tata Usaha dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.
UPT Pengembangan Kompetensi Mahasiswa merupakan unit pelaksana teknis di bidang
pengembangan kompetensi mahasiswa di lingkungan UNIB. Kepala UPT Pengembangan
Kompetensi Mahasiswa bertanggung jawab kepada Rektor dan dikoordinasikan oleh Wakil Rektor
Bidang Kemahasiswaan. UPT Pengembangan Kompetensi Mahasiswa mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan pengembangan dan peningkatan kompetensi mahasiswa. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115, UPT Pengembangan Kompetensi
Mahasiswa menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan anggaran UPT Pengembangan Kompetensi
Mahasiswa;
b. pelaksanaan penyusunan program pengembangan kompetensi mahasiswa;
c. penyelenggaraan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi softskills mahasiswa;
d. penyediaan data dan informasi dunia kerja dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha UPT Pengembangan Kompetensi Mahasiswa.
UPT Pengembangan Kompetensi Mahasiswa terdiri atas:
a. Kepala
b. Petugas Tata Usaha dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional/Tenaga Teknis mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Badan Pengembangan Bisnis merupakan unit kerja nonstruktural di bidang pengembangan
dan pengelolaan usaha di lingkungan UNIB. Badan Pengembangan Bisnis dipimpin oleh seorang
Kepala atau sebutan lain yang sejenis yang bertanggung jawab kepada Rektor. Badan
Pengembangan Bisnis mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pengembangan unit usaha
dalam berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mengoptimalkan perolehan
sumber-sumber pendanaan untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan dilingkungan
UNIB. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam , Badan Pengembangan Bisnis
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan anggaran
b. pelaksanaan pengelolaan unit usaha di lingkungan UNIB
c. pelaksanaan pengembangan unit usaha
d. pelaksanaan optimalisasi sumber-sumber pendanaan UNIB
e. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi unit usaha dan
f. pelaksanaan penyusunan laporan Badan Pengembangan Bisnis
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini peneliti akan memaparkan dan menjelaskan mengenai hasil penelitian di
lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil penelitian ini diperoleh dari data
yang didapatkan langsung dari lapangan dengan melalui proses
wawancara dan melalui dokumentasi dan referensi pendukung analisa penelitian.
5.1. Karakteristik Informan
Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan implementasi kebijakan peraturan Rektor
Tentang Mekanisme penetapan besaran UKT pada mahasiwa di Universitas Bengkulu, maka
berdasarkan metode penelitian yang di pakai, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa
informan. Penentuan informan berdasarkan pada kriteria bahwa semua informan adalah pihak
yang terlibat dalam mekanisme penetapan besaran UKT pada mahasiswa di UNIB.
Peneliti terlebih dahulu melakukan penelusuran untuk mendapatkan informan kunci, yaitu
Kepala Biro Perencanaan, Pembelajaran dan Kemahasiswaan (PPK) Universitas Bengkulu, 1
(satu) orang Kabag Perencanaan dan Informasi dan 1 (satu) staf, 1 (satu) orang Kabag
pembelajaran, 1 (satu) orang Kasubbag Regitrasi dan 1 (satu) orang Staf operator registrasi
Universitas Bengkulu dan 11 (sebelas) orang informan pendukung yaitu mahasiswa dari berbagai
fakultas di Universitas Bengkulu yang mewakili tiap-tiap kelompok mahasiswa berdasarkan
besaran UKT masing-masing, yaitu 2 (dua) orang dari kelompok II, 2 (dua) orang dari kelompok
III, 2 (dua) orang dari kelompok IV dan 2 (dua) orang dari kelompok V, serta 3 (tiga) orang
mahasiswa yang melakukan kecurangan dalam penentuan besaran UKT.
Keseluruhan informan mereka yang dipilih adalah mereka yang terlibat langsung dan
bertanggung jawab atas kegiatan yang sedang diteliti serta memiliki waktu yang memadai untuk
diminta informasi.
5.1.1. Identitas Informan Menurut Jenis Kelamin
Karakteristik informan kunci berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 3 (tiga) orang
informan berjenis kelamin Laki-laki dan 3 (tiga) orang berjenis kelamin perempuan, total informan
kunci sebanyak 6 (enam) orang, dengan rincian Inisial PR jabatan Kepala Biro berjenis kelamin
perempuan, inisial AH jabatan Kepala Bagian berjenis kelamin Laki-laki, inisial AM jabatan
Kepala Bagian berjenis kelamin laki-laki, Inisial FE jabatan Kepala Subbagian berjenis kelamin
perempuan, DN jabatan staf berjenis kelamin perempuan dan YD jabatan staf berjenis kelamin
Laki-laki. Hal ini bukan berarti ada perbedaan antara pegawai laki-laki dan pegawai perempuan
dalam menentukan karier ataupun dalam melaksanakan pekerjaan.
Sedangkan Karakteristik Informan Pendukung yaitu mahasiswa UNIB angkatan tahun
2014 sebanyak 11 (sebelas) orang yaitu 5 (lima) orang Laki-laki dan 6 (enam) orang perempuan,
dengan rincian AM dan RY mahasiswa UNIB mewakili kelompok II UKT, AD dan ID mahasiswa
UNIB mewakili kelompok III UKT, AN dan HK mahasiswa UNIB mewakili kelompok IV UKT,
SK dan HA mahasiswa UNIB mewakili kelompok V UKT, serta RK, I dan SA mahasiswa yang
melakukan kecurangan dalam pengisian dan penetapan besaran UKT.
5.1.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Kelompok Umur
Mengenai tingkat umur responden pada penelitian ini, berdasarkan penelitian di lapangan
dapat diketahui bahwa karakteristik informan kunci berdasarkan kelompok umur berkisar 25 - 35
tahun yakni sebanyak 2 orang yaitu inisial DN dan YD, lalu kisaran 36 – 45 tahun sebanyak 3
orang yaitu inisial FE, AH dan AM dan diatas 45 tahun 1 (satu) orang yaitu inisial PR. Hal ini
menunjukkan responden berada pada tingkat produktif serta kedewasaan yang matang dalam
berpikir dan berperilaku baik sebagai pribadi maupun dalam kelompok.
Sedangkan mengenai tingkatan umur informan pendukung yaitu mahasiswa angkatan 2014
Universitas Bengkulu yakni sebanyak 11 (sebelas) orang dengan kisaran umur rata-rata 19 – 21
tahun, dengan rincian AB (19), DE (19) FE (20), DR (20), TR (21),WE (20) IG (19) AN (20), RK
(20), I (19) dan SA (19)
5.1.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan pada tingkat pendidikan yang ditempuh informan kunci, yaitu tingkat
pendidikan S2 yaitu sebanyak 1 orang yaitu inisial PR jabatan Kepala Biro, informan yang
memiliki tingkat pendidikan S1 yaitu sebanyak 4 orang yaitu inisial AH jabatan kepala bagian,
inisial AM jabatan kepala bagian, inisial FE jabatan kepala subbagian, inisial DN staf bagian
perencanaan dan informan yang memiliki tingkat pendidikan D3 yaitu 1 orang inisial YD sebagai
staf subbagian registrasi. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa informan yang memiliki tingkat
pendidikan S1 lebih banyak dibandingkan dengan informan S2 dan D3. Dengan demikian dapat
dikatakan hampir semua atau rata-rata informan memiliki pendidikan yang cukup baik.
Sedangkan karakter informan pendukung berdasarkan pendidikan yaitu mahasiswa, dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan mahasiswa angkatan 2014 sebanyak 11 (sebelas) orang yang
menjadi informan pendukung dan saat ini sedang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi
merupakan tamatan SMA atau sederajat.
5.2. Hasil Penelitian
Diketahui sebelumnya berdasarkan data yang penulis dapatkan di lapangan bahwa pada
tahun 2014 jumlah mahasiswa baru Universitas Bengkulu berjumlah 3.715 orang dengan rincian
jalur masuk sebanyak 1.172 orang dari jalur SNMPTN, 1.080 orang dari jalur SBMPTN dan
sebanyak 1.463 orang diterima dari jalur SPMU atau jalur mandiri, selain itu mahasiswa angkatan
2014 ini juga terbagi dengan 5 (lima) kelompok UKT berbeda dengan jumlah presentase pada
kelompok I sebanyak 0%, kelompok II sebanyak 13,94 % (518 mahasiswa), kelompok III
sebanyak 34,92 % (1.298 mahasiswa), kelompok IV sebanyak 10,54 % (391 mahasiswa) dan
kelompok V sebanyak 40,60 %, (1.508 mahasiswa) data yang didapatkan ini menurut penulis tidak
sesuai dengan aturan diatas nya seperti jumlah daya tampung Universitas menurut
PERMENRISTEKDIKTI No. 2 Tahun 2015 pasal 5 ayat 2 yang berbunyi :
“Jumlah alokasi daya tampung mahasiswa baru program sarjana pada PTN yaitu : a.
Paling sedikit 50% melalui jalur SNMPTN, b. Paling sedikit 30% melalui jalur SBMPTN
dan c. Paling banyak 20% melalui jalur mandiri”
Hal tersebut sangat jauh berbeda pada daya tampung Universitas Bengkulu yang penulis
temukan di lapangan, selain itu jumlah persentase kelompok UKT juga berbeda dengan
PERMENDIKBUD No. 73 Tahun 2013 Tentang UKT pada pasal 4 ayat 1, yang berbunyi :
“UKT pada kelompok I diterapkan paling sedikit 5% dari jumlah mahasiswa yang diterima
di setiap PTN”
Sedangkan di Universitas Bengkulu, kelompok UKT I tersebut tidak ada sama sekali, hal ini
menurut penulis sangat berbeda dengan bunyi peraturan yang lebih tinggi di atasnya. Hal ini
menjadi fenomena bagi penulis yang ditemukan di lapangan.
Selanjutnya Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap informan, untuk
mengetahui bagaimana implementasi kebijakan peraturan Rektor nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Mekanisme Penetapan Besaran UKT Bagi Mahasiswa di Universitas Bengkulu, dalam skripsi ini
penulis mencoba mendeskripsikan dan membahas aspek-aspek penelitian, dengan menambahkan
hasil dari wawancara terhadap informan kunci maupun informan pendukung di lapangan, ada 3
(tiga) aspek penelitian, secara rinci dapat dilihat sebagai berikut;
5.2.1 Penerapan Besaran UKT mempertimbangkan Faktor-faktor Latar Belakang
Keluarga, yang ada di Peraturan Rektor (Pasal 2 Ayat 1)
a. Usia Orang Tua/ Wali Mahasiswa
Proses Penetapan besaran UKT berdasarkan Usia Orang Tua / Wali Mahasiswa maksudnya
adalah apabila usia dari orangtua atau wali mahasiswa termasuk usia yang masih produktif atau
sudah kurang produktif lagi yang nantinya akan menjadi pertimbangan penentuan bobot prosentase
besaran UKT untuk mahasiswa yang bersangkutan, apabila usia nya masih produktif maka bobot
yang diberikan akan tergolong besar yaitu 10 %, bila sudah tidak produktif lagi, maka bobot yang
diberikan akan kecil di bawah 10 %. Usia orang tua yang di anggap masih produktif berada di
antara usia 30 – 55 Tahun, dan yang kurang / sudah tidak produktif berada di atas >56 Tahun.
b. Pekerjaan Tetap Orang Tua/ Wali Mahasiswa
Penetapan besaran UKT berdasarkan Pekerjaan Tetap Orang Tua/ Wali mahasiswa
maksudnya adalah jenis pekerjaan tetap dari Orang Tua juga menjadi perhitungan bobot prosentase
bagi besaran UKT mahasiswa bersangkutan, misalnya jenis pekerjaan orangtua nya adalah level
menengah ke atas misalnya, Pegawai Negeri, atau pengusaha besar diberikan bobot yang maksimal
yaitu 50 %, sebaliknya apabila jenis pekerjaan tetap orang tua mahasiswa adalah levelnya
menengah kebawah misalnya buruh, maka diberikan bobot kecil dibawah 50%.
c. Penghasilan Tetap Orang Tua/ Wali Mahasiswa
Penetapan besaran UKT berdasarkan faktor Penghasilan Tetap Orang Tua/ Wali
Mahasiswa adalah, berdasarkan jumlah nominal yang didapat oleh orang tua setiap bulannya,
misalnya penghasilan atau gaji bulanan dari orang tua yang bekerja sebagai pegawai negeri, bisa
di buktikan dengan slip gaji nya sebagai dasar perhitungan bobot prosentase, apabila pekerjaan
orang tua nya swasta bisa dibuktikan dengan surat keterangan pejabat daerah setempat dan juga
akan menjadi dasar perhitungan prosentase bobot besaran UKT mahasiswa nanti, bila penghasilan
orang tua yang didapat tergolong tinggi maka bobot yang diberikan akan maksimal yaitu 10 %,
sebaliknya apabila penghasilan yang didapat rendah maka bobot yang diberikan akan rendah
dibawah 10%.
d. Penghasilan Tidak Tetap/ Tambahan Orang Tua
Penetapan Besaran UKT berdasarkan faktor penghasilan tidak tetap orang tua maksudnya
adalah, apabila Orang tua dari mahasiswa memiliki penghasilan tambahan yang didapat diluar
penghasilan tetap perbulannya, maka penghasilan tidak tetap atau tambahan tersebut ikut menjadi
faktor penetapan besaran UKT bagi mahasiswa yang bersangkutan dan diberi bobot maksimal
10%.
Menurut YD staf subbag registrasi “penghasilan tidak tetap orang tua, misalnya orang tua
mempunyai penghasilan tambahan diluar gaji tetapnya, misalnya pegawai negeri yang
mendapatkan tunjungan-tunjungan, begitu juga usaha-usaha lain yang dilakukan oleh
orang tua, misalnya mempunyai sawah, atau kebun yang berpenghasilan diluar penghasilan
tetap nya, itu juga harus di isi mahasiswa sebagai penentu penetapan bobot bagi UKT yang
akan dibayar, tetapi beberapa ada yang mengisi nya dan beberapa mahasiswa juga tidak di
isinya, tergantung dari kejujuran mahasiswa tersebut, perhitungan nya tidak jauh berbeda
dengan perhitungan penghasilan tetap, apabila penghasilan tambahan nya tinggi, maka
bobot yang didapat akan tinggi pula maksimal 10 %, sebaliknya apabila penghasilan
tambahan nya rendah bobot yang didapat akan rendah juga dibawah 10%” (penelitian Juli
2015).
e. Jumlah Anggota Keluarga yang menjadi tanggungan Orang Tua
Penetapan Besaran UKT berdasarkan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan
Orang tua maksudnya ialah apabila di dalam satu keluarga mahasiswa memiliki anggota keluarga
sebanyak 5 (orang) yaitu ayah, ibu, nenek dan 2 (dua) orang anak, maka 5 orang anggota keluarga
tersebut menjadi tanggungan orang tua mahasiswa yang bersangkutan, seperti yang dikatakan YD
staf regitrasi ;
“apabila jumlah tanggungan orang tua mahasiswa banyak, misalnya mempunyai banyak
anak dan masih menjadi tanggungan orang tua dan belum berkeluarga dan bekerja, maka
bobot yang didapat akan rendah atau menurun di bawah 10% disesuaikan dengan jumlah
beban tanggungan keluarga yang banyak, sebaliknya bila jumlah tanggungan keluarga
sedikit maka bobot yang didapat akan maksimal bisa jadi mencapai 10%, anggota keluarga
yang menjadi tanggungan orang tua adalah keluarga kandung dari mahasiswa yang
bersangkutan” (penelitian Juli 2015).
f. Biaya Listrik dan Biaya Air yang menjadi Tanggungan Orang tua
Penetapan Besaran UKT berdasarkan biaya Listrik dan biaya Air maksudnya adalah apabila
jumlah tagihan Listrik dan Air pada keluarga mahasiswa yang yang ditanggung orangtua
mempunnyai tagihan yang besar karena pemakaian yang juga besar maka bobot yang di dapat
sebagai penentu besaran UKT akan tinggi maksimal 10 %, seperti yang dikatakan informan YD
staf regitrasi ;
“apabila biaya listrik dan air pada rumah tangga keluarga mahasiswa yang bersangkutan
itu tinggi, maka prosentase bobot penentu besaran UKT nya akan tinggi juga maksimal 10
%, sebaliknya apabila pemakaian listrik dan air nya rendah, maka prosentase bobot UKT
yang didapat juga akan kecil di bawah 10%”. (penelitian Juli 2015)
5.2.2 Penerapan Prosentase Bobot pada tiap Faktor tersebut. (pasal 2 ayat 2)
Penerapan besaran UKT berdasarkan prosentase bobot merupakan lanjutan dari penerapan
berdasarkan latar belakang keluarga mahasiswa, dalam artian setiap faktor-faktor yang menjadi
indikator penetapan besaran UKT diberi nilai berdasarkan bobot masing-masing, berikut
merupakan hasil wawancara penulis dengan informan terkait penerapan besaran UKT berdasarkan
bobot yang diberikan pada faktor-faktor yang menjadi indikator :
a. Usia Orang tua/ Wali mahasiswa prosentase bobot maksimalnya 10%
Berdasarkan faktor usia orang tua, usia yang dimaksud dan menjadi dasar tinggi rendah nya
prosentase bobot usia adalah, usia orang tua yang masih produktif dan usia yang sudah tidak
produktif lagi, misalnya usia 55 – 65 tahun keatas dikategorikan sudah tidak produktif lagi dan
nilai prosentase bobotnya di bawah 10 % , sebaliknya jika usia orang tua masih produktif kisaran
35 – 55 tahun, maka nilai prosentase usianya akan maksimal bisa mencapai 10 %.
b. Pekerjaan Tetap Orang tua/ Wali Mahasiswa prosentase bobot maksimalnya 50%
Prosentase bobot berdasarkan indikator jenis pekerjaan tetap orang tua mahasiswa adalah
nilai yang di berikan untuk menetapkan besaran UKT mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaan
orang tua nya, misalnya pekerjaan orang tua adalah PNS/TNI/POLRI atau Wirausaha, maka bobot
yang diberikan akan tergolong tinggi, mencapai 50 %, di sinkronkan berdasarkan jenis pekerjaan
dan penghasilannya, apabila jenis pekerjaan orang tua mahasiswa adalah Petani berpenghasilan
rendah, maka bobot yang diberikan tergolong rendah, kisaran 50 % hingga 30 % ke bawah. Pada
tahun ajaran 2014 – 2015 jenis pekerjaan yang menjadi indikator penetapan besaran UKT
mahasiswa hanya ada 5 (lima) jenis, yaitu PNS/TNI/POLRI, Wirausaha, Petani, Pensiunan dan
Tidak Bekerja, selanjutnya jenis pekerjaan lainnya di golongkan ke 5 (lima) jenis pekerjaan
tersebut, misalnya pekerjaan Buruh di golongkan ke pekerjaan Petani.
c. Penghasilan Tetap Orang Tua/ Wali Mahasiswa prosentase bobot maksimalnya 10%
Pemberian bobot berdasarkan penghasilan tetap orang tua merupakan nilai yang diberikan
berdasarkan tinggi atau rendah nya penghasilan tetap atau rata-rata orang tua mahasiswa per bulan,
menurut informan YD staf registrasi :
“tinggi rendah nya penghasilan atau gaji rata-rata orang tua mahasiswa perbulan, juga
menjadi dasar pemberian bobot UKT, misal nya penghasilan orangtua mahasiswa mulai dari
3.000.000 (tiga juta rupiah) ke atas, maka bobot yang diberikan tergolong tinggi, bisa mencapai
persentase maksimal yaitu 10 %, begitu juga apabila penghasilan orang tua mahasiswa berada
di bawah nominal tersebut, maka bobot penilaian nya juga akan berbeda, dengan nominal yang
terendah adalah 500.000 (lima ratus ribu rupiah), contoh bila nominal angka 3.000.000 (tiga juta
rupiah) merupakan akan yang mepunyai bobot 10 %, maka setengah dari nominal itu juga berarti
setengah dari bobot penilaian, misalnya dengan angka penghasilan 1.500.000 (satu juta lima
ratus ribu rupiah) bobot nya bisa menjadi 5 %, data dari semua itu akan di masukan ke aplikasi
penentuan UKT dan selanjutnya secara otomatis bobot yang diberikan akan keluar dan
selanjutnya di akumulasikan dan menjadi nilai prosentase terakhir, yang menjadi dasar
pengelompokkan UKT mahasiswa. (penelitian Juli 2015)
Dari sekilas ringkasan wawancara dengan informan terkait, maka dapat disimpulkan bahwa
semua data – data yang diberikan mahasiswa harus akurat, dan selanjutnya data-data tersebut akan
dijadikan dasar penentuan mahasiswa berada di kelompok UKT yang mana, begitu juga dengan
penghasilan orangtua mahasiswa.
d. Penghasilan Tidak Tetap/ Tambahan Orang tua mahasiswa prosentase bobot
maksimalnya 10%
Penentuan bobot UKT berdasarkan penghasilan tidak tetap atau penghasilan tambahan orang
tua mahasiswa adalah tidak jauh berbeda dengan penentuan bobot UKT mahasiswa berdasarkan
penghasilan tetap orang tua yang di jelaskan sebelumnya, hanya saja yang menjadi perbedaan
adalah bisa diartikan ini merupakan penghasilan kedua orang tua atau sampingan usaha lain,
misalnya mempunyai toko, kebun, sawah ataupun ternak atau tunjangan jabatan dan sebagainya,
yang diambil juga berdasarkan penghasilan rata-rata yang didapat perbulannya, bisa jadi lebih
kecil dari penghasilan tetap orang tua, bisa jadi juga lebih besar dari penghasilan tetap orang tua.
Selanjutnya nominal penghasilan tambahan yang didapat orangtua juga diberikan bobot
penilaian berdasarkan tinggi rendahnya penghasilan tersebut, perhitungan nya juga tidak jauh
berbeda dengan penghasilan tetap orang tua dan juga tehnis pemberian bobot dilakukan secara
sistematis oleh aplikasi penentuan UKT yang dilakukan pihak registrasi universitas.
e. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan orang tua prosentase bobot
maksimalnya 10 %
Jumlah anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan orang tua adalah apabila jumlah
anggota tanggungan orang tua banyak kisaran diatas 5 orang lebih, terdiri dari misalnya ayah, ibu,
dan 3 (tiga) orang anak, termasuk mahasiswa yang bersangkutan, maka prosentase bobot yang
diberikan tergolong rendah di bawah prosentase bobot maksimalnya yaitu 10%, sebaliknya apabila
jumlah tanggungan sedikit maka bobot yang diberikan akan maksimal bisa mencapai prosentase
10 %, perlu diketahui juga bahwa yang masih tergolong tanggungan orangtua adalah yang masih
berstatus belum bekerja, berkeluarga atau belum kawin dan mempunyai hubungan keluarga
kandung dalam satu kepala keluarga, misalnya anak kandung. (penelitian Juli 2015).
f. Biaya Listrik dan biaya air yang menjadi tanggungan Orang tua mahasiswa
prosentase bobot maksimalnya 10%
Prosentase bobot yang diberikan berdasarkan faktor biaya listrik dan air yang menjadi
tanggungan orang tua adalah jumlah tagihan perbulan yang harus dibayar kan oleh orang tua
mahasiswa, berdasarkan jumlah rata-rata tagihan perbulan yang harus dibayarkan oleh orang tua
mahasiswa, menurut informan YD staf registrasi :
“biaya tagihan listrik dan air dalam satu rumah tangga keluarga mahasiswa yang menjadi
tanggungan orang tua, juga berdasarkan besar atau kecilnya tagihan tersebut, misalnya jumlah
tagihan yang berada di atas 200.000 (dua ratus ribu rupiah) perbulannya maka di kategorikan
tergolong tinggi dan jumlah prosentase bobot yang diberikan bisa mencapai angka maksimal yaitu
10%, sebaliknya jika jumlah tagihan berada dibawah angka nominal tersebut misalnya 50.000 –
100.000 ribu, maka bobot nya pun akan berada dibawah 10% (penelitian Juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis tersebut maka hasil dari bobot prosentase
berdasarkan faktor biaya listrik dan air yang menjadi tanggungan orang tua mahasiswa nantinya
juga akan menjadi dasar penetapan besaran UKT mahasiswa berdasarkan kelompok masing-
masing sesuai dengan hasil akumulasi keseluruhan dari semua faktor yang menjadi indikator
besaran UKT tersebut.
5.2.3 Pengelompokan Mahasiswa berdasarkan Bobot UKT (pasal 3 ayat 2)
Pengelompokan mahasiswa berdasarkan bobot UKT, merupakan tahapan akhir dari
keseluruhan proses mekanisme penerapan UKT, yaitu dimana bobot-bobot yang telah di berikan
terhadap faktor-faktor yang menjadi indikator besaran nominal UKT yang harus dibayar oleh
mahasiwa, seluruhnya akan di akumulasikan oleh sistem aplikasi penentuan UKT mahasiswa dan
apabila jumlah dari akumulasi prosentase tersebut berada di salah satu pilihan kelompok dan range
di bawah ini, maka secara otomatis mahasiswa tersebut berada di kelompok yang telah ditetapkan
sesuai dengan jumlah akumulasi keselurahan bobotnya, dengan penjelasan secara ringkas sebagai
berikut :
a. Bobot 81 % - 100% masuk pada kelompok UKT V
Apabila jumlah akumulasi dari keseluruhan bobot yang telah diberikan terhadap faktor-
faktor yang menjadi dasar besaran UKT mahasiswa, berada di antara angka 81% hingga 100%
maka mahasiswa tersebut secara otomatis berdasarkan sistem aplikasi penentuan UKT akan masuk
ke kelompok V atau kelompok UKT tertinggi yaitu dengan nominal angka Rp. 3.650.000 Hingga
Rp.13.500.000 sesuai dengan program studi masing-masing (sesuai dengan lampiran peraturan
Rektor).
b. Bobot 61 % - < 81% masuk pada kelompok UKT IV
Apabila jumlah akumulasi dari keseluruhan bobot yang telah diberikan terhadap faktor-
faktor yang menjadi dasar besaran UKT mahasiswa, jumlahnya berada di antara angka 61%
hingga 81% maka mahasiswa tersebut secara otomatis berdasarkan sistem aplikasi penentuan
UKT akan masuk ke kelompok IV yaitu dengan nominal angka Rp. 2.650.000 hingga Rp.
12.500.000 juga sesuai dengan program studi masing-masing.
c. Bobot 41 % - < 61% masuk pada kelompok UKT III
Apabila jumlah akumulasi dari keseluruhan bobot yang telah diberikan terhadap faktor-
faktor yang menjadi dasar besaran UKT mahasiswa, jumlahnya berada di antara angka 41%
hingga 61% maka mahasiswa tersebut secara otomatis berdasarkan sistem aplikasi penentuan
UKT akan masuk ke kelompok III yaitu dengan nominal angka Rp. 1.650.000 hingga Rp.
11.500.000 juga sesuai dengan program studi masing-masing.
d. Bobot 21 % - < 41% masuk pada kelompok UKT II
Apabila jumlah akumulasi dari keseluruhan bobot yang telah diberikan terhadap faktor-
faktor yang menjadi dasar besaran UKT mahasiswa, jumlahnya berada di antara angka 21%
hingga 41% maka mahasiswa tersebut secara otomatis berdasarkan sistem aplikasi penentuan
UKT akan masuk ke kelompok II yaitu kelompok yang dikategorikan ringan pembiayaan nya
dengan nominal angka hanya Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) per semester nya.
e. Bobot > 0 % - < 21% masuk pada kelompok UKT I
Apabila jumlah akumulasi dari keseluruhan bobot yang telah diberikan terhadap faktor-
faktor yang menjadi dasar besaran UKT mahasiswa, jumlahnya berada di antara angka 0% hingga
<21% maka mahasiswa tersebut secara otomatis berdasarkan sistem aplikasi penentuan UKT akan
masuk ke kelompok I yaitu kelompok yang paling ringan pembiayaan nya yaitu hanya Rp.
500.000,- (lima ratus ribu rupiah) per semester nya.
Dari hasil wawancara terhadap informan kunci diatas penulis lebih terfokus terhadap
keterangan informasi dari 2 (dua) orang informan kunci yaitu FE (Kassubag Registrasi) dan YD
(Staf Operator Registrasi) yang menurut penulis langsung terlibat dalam hal verifikasi data dan
penetapan UKT bagi mahasiswa baru dan juga informan lain nya juga mengarahkan penulis untuk
lebih intens dalam pencarian data dan informasi terhadap 2 (dua) orang informan tersebut.
Dari data yang penulis ungkapkan di atas bisa dikatakan itu sebagian dari data yang penulis
inginkan, karena Pada saat wawancara dan pencarian data tidak semua data yang penulis tanyakan
dan inginkan bisa diberikan oleh informan, bahkan terkadang informan terkesan menutupi hal
tersebut dan tidak transparan, padahal menurut penulis data-data tersebut menyangkut kepentingan
umum, seharusnya bisa di dapat dan di akses dengan mudah oleh seluruh masyarakat.
5.2.4 Hasil Wawancara Penulis dengan Informan Pendukung yaitu mahasiswa
Berdasarkan kelompok UKT.
Disini Penulis akan memaparkan data hasil dari wawancara penulis terhadap informan
pendukung yaitu mahasiswa UNIB, dengan mewakili kelompok UKT masing-masing mulai dari
kelompok UKT II hingga kelompok UKT V, dari kelompok II UKT pada angkatan 2014 sebanyak
13,94 % atau sebanyak 518 mahasiswa, penulis mengambil sampel 2 orang mahasiswa, yaitu pada
kelompok UKT II mahasiswa berinisial AM mengatakan :
“Usia Orangtua saya ibu 39 dan ayah 40 tahun, pekerjaan ayah wirausaha berdagang,
serabutan dan ibu tidak bekerja, dengan penghasilan tetap sekitar 750ribu hingga 1 juta
rupiah perbulannya, dengan tanggungan anak sebanyak 4 orang dan biaya tagihan listrik
dan air sekitar 130 ribu rupiah perbulannya, UKT saya 1 juta rupiah” (penelitian Juli –
Agustus 2015)
Sedangkan mahasiswa berinisial RY yang juga masuk ke kelompok II UKT mengatakan :
“UKT saya 1 juta rupiah per semester, Orang tua saya bekerja sebagai nelayan, dengan
penghasilan 500 ribu hingga 1 juta rupiah perbulannya, dengan tanggungan anak
sebanyak 3 orang, dan usia ayah 52 tahun dan ibu 51 tahun, dan tagihan listrik dan air
pam rumah tangga sekitar 60 hingga 75 ribu rupiah perbulannya” (penelitian Juli –
Agustus 2015)
Selanjutnya penulis akan memaparkan hasil wawancara dari mahasiswa yang mewakili
kelompok III UKT, yang sebelumnya berjumlah sebanyak 34,92 % atau sebanyak 1.298
mahasiswa pada angkatan 2014 penulis mengambil 2 orang sampel, yaitu mahasiswa berinisial
AD yang mengatakan :
“UKT saya sebesar 1.650.000 rupiah per semester nya, orang tua saya bekerja sebagai
karyawan di sebuah pabrik sawit sedangkan ibu tidak bekerja, dengan penghasilan rata-
rata 3.500.000 ribu rupiah perbulannya, jumlah tanggungan 3 orang anak, biaya tagihan
listrik dan air berkisar 80 ribu rupiah perbulannya, usia ayah saya 48 tahun dan ibu 49
tahun”
ID mahasiswa yang juga berada di kelompok III UKT, menerangkan :
“Orang tua saya bekerja sebagai wirausaha dengan penghasilan sekitar 1.500.000 rupiah
perbulannya, ibu tidak bekerja , usia ayah saya 56 tahun dan bu 55 tahun, dengan
tanggungan 1 orang anak, dan biaya tagihan listrik dan air sekitar 100 ribu rupiah
perbulannya, UKT saya sebesar 1.650.000 rupiah persemester nya” (penelitian Juli –
Agustus 2015)
Selanjutnya pada mahasiswa yang mewakili kelompok UKT IV sebanyak 10,54 % atau
sebanyak 391 mahasiswa, penulis mengambil 2 sampel mahasiswa pada kelompok IV sebagai
informan yaitu mahasiswa berinisial AN, yang mengatakan :
“Ayah saya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan III, dengan penghasilan
sekitar 4 juta rupiah perbulannya dan ibu tidak bekerja, usia ayah 53 tahun dan ibu 39
tahun, dengan tanggungan anak 3 orang, dan biaya tagihan listrik dan air sekitar 150 ribu
rupiah perbulannya, UKT saya 2.650.000 rupiah per semester nya”
Sedangkan mahasiswa yang mewakili kelompok IV lainnya berinisial HK mengatakan :
“Usia ayah saya 50 tahun dan ibu juga 50 tahun, ayah saya bekerja sebagai PNS
berpenghasilan sekitar 2 juta rupiah, ibu jug bekerja dengan penghasilan sekitar 1.500.000
rupiah perbulannya, dengan tanggungan 3 orang anak dan biaya tagihan listrik sekitar 70
ribu rupiah perbulannya” (penelitian September 2015)
Selanjutnya Pada mahasiswa yang mewakili kelompok UKT tertinggi yaitu kelompok UKT
V yang sebelumnya berjumlah sebanyak 40,60 % atau sebanyak 1.508 mahasiswa dan penulis
mengambil 2 orang mahasiwa sebagai informan, yaitu mahasiswa berinisial HA mengatakan :
“UKT saya sebesar 3.650.000 rupiah persemesternya, orang tua saya ayah bekerja sebagi
PNS golongan III dengan penghasilan sekitar 4 juta rupiah perbulannya dan ibu tidak
bekerja, usia ayah saya 50 tahun, ibu 48 tahun, dengan tanggungan 2 orang anak dan biaya
listrik dan air sekitar 200 ribu rupiah perbulannya” (penelitian September 2015)
Mahasiswa lainnya yang mewakili kelompok V berinisial SK, mengatakan :
“Orangtua saya bekerja sebagai Wirausaha, dengan penghasilan ayah sekitar 5 juta rupiah
dan ibu juga 5 juta rupiah, juga ada penghasilan tambahan sekitar 1.500.000 rupiah
perbulannya, dengan tanggungan 1 orang anak dan biaya listrik dan air sekitar 500 ribu
rupiah perbulannya, UKT saya sebesar 3.650.000 rupiah per semesternya” (penelitian
September 2015)
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Informan diatas, baik dari Informan Kunci
maupun Informan pendukung, sebagai bahan perbandingan penulis akan mencoba menganalisa
dan menggambarkan secara interpretasi hasil dari wawancara tersebut melalui table berikut :
No Sumber Data Aspek Penelitian
Faktor
Penerapan
Besaran UKT
Penetapan
presentase bobot
tiap faktor
Pengelompokan
mahasiswa
berdasarkan total
bobot
a. Usia orang tua a. Maksimal 10
%
81% -100%= V
b. Jenis Pekerjaan
orang tua
b. Maksimal 50% 61%<81% = IV
c. Penghasilan
tetap orang tua
c. Maksimal 10 % 41%<61% = III
d. Penghasilan
tidak tetap
orang tua
d. Maksimal 10 % 21%<41% = II
e. Jumlah
tanggungan
orang tua
e. Maksimal 10 % >0%<21% = I
f. Biaya listrik
dan air
f. Maksimal 10 %
1. Informan Pendukung
(Mahasiswa UNIB)
Aspek Penelitian
*Kelompok UKT II
a. 39 – 52 tahun ± 7 % Total dari
prosentase bobot =
40 %
Maka mahasiswa
berada di kelompok
II UKT
21%<41% = II
b. Petani
(nelayan),
wirausaha,
pensiunan
± 20 %
c. 500 ribu – 1
juta
± 3 %
d. 0 -
e. 2 – 4 orang ± 5 %
f. 60 – 130 ribu ± 5 %
*Kelompok UKT III a. 48 – 55 tahun ± 5 % Total dari
prosentase bobot =
60 % Maka mahasiswa
berada di kelompok
III UKT
41%<61% = III
b. Wirausaha,
Karyawan
swasta
± 30 %
c. 1.500.000
ribu –
3.500.000
± 10 %
d. 0 -
e. 1 – 4 orang ± 5 %
f. 80 – 300 ribu ± 10 %
*Kelompok UKT IV a. 39 – 53 tahun ± 10 % Total dari
prosentase bobot =
80 %
Maka mahasiswa
berada di kelompok
IV UKT
61%<81% = IV
b. PNS Gol III ± 50 %
c. 3.500.000 –
4.000.000
± 10 %
d. 0 -
e. 2-3 orang ± 5 %
f.70 – 150 ribu ± 5 %
*Kelompok UKT V a. 48 – 50 tahun ± 5 % Total dari
prosentase bobot =
85 %
Maka mahasiswa
berada di kelompok
V UKT
81% -100%= V
b. PNS,
Wirausaha
± 50 %
c. 4 juta – 5 juta ± 10 %
d. 0 -
e. 1 – 2 orang ± 10 %
f.200 - 500 ribu ± 10 %
2. Informan Kunci
Pihak UNIB
Aspek Penelitian
a. Usia Orangtua tergolong muda,
kisaran 35 – 45
a. Bobot
maksimal 10% apabila Usia
a. 81% - 100% = V
Adalah apabila
jumlah akumulasi
tahun biasanya
berbobot
maksimal 10%,
sedangkan 45
tahun ke atas bisa
dibawah 10%
orangtua
tergolong
muda kisaran
35 – 45 tahun
dari bobot
mahasiswa berada
di antara angka
tersebut, maka
mahasiswa tersebut
berada di kelompok
V UKT
b. Jenis Pekerjaan
Orangtua yang
berkasta rendah
seperti, petani,
nelayan, buruh
yang
berpenghasilan
kecil biasanya
bobotnya dibwah
bobot maksimal,
sekitar 10 – 30%
tergantung juga
dari penghasilan,
sedangkan jenis
pekerjaan yang
berkasta tinggi,
seperti PNS, TNI,
POLRI biasnya
bobotnya
maksimal 50%
b. bobot
maksimal 50%
apabila jenis
pekerjaan
orangtua
tergolong kasta
tinggi dan
penghasilan
tinggi, seperti
PNS, TNI,
POLRI,
Wirausaha
yang
berpenghasilan
tinggi
b. 61% < 81% = IV
Adalah apabila
jumlah akumulasi
dari bobot
mahasiswa berada
di antara angka
tersebut, maka
mahasiswa tersebut
berada di kelompok
IV UKT
c. Penghasilan
tetap orang tua, apabila
penghasilan
orangtua berada
di kisaran angka
3 juta keatas,
biasanya bobot
nya maksimal
10%, sedangkan
penghasilan
dibawah 3 juta
dibawah bobot
maksimal,
misalnya
1.500.000
rupiah,
bobotnya 5 %,
dst
c. bobot maksimal
10% apabila
penghasilan
orangtua
berada di atas 3
juta rupiah
c. 41% < 61% = III
Adalah apabila
jumlah akumulasi
dari bobot
mahasiswa berada
di antara angka
tersebut, maka
mahasiswa tersebut
berada di kelompok
III UKT
d. Penghasilan
Tidak tetap
orangtua, adlah
penghasilan di
luar penghasilan
tetap ornagtua
atau tambahan,
hitungan nya
tidak jauh
berbeda dengan
penghasilan
tetap
d. bobot maksimal
10% tidak jauh
berbeda dengan
penghasilan
tetap, berbobot
maksimal di atas
angka 3 juta
rupiah
d.21% < 41% = II
Adalah apabila
jumlah akumulasi
dari bobot
mahasiswa berada
di antara angka
tersebut, maka
mahasiswa tersebut
berada di kelompok
II UKT
e. Jumlah
tanggungan
keluarga, apabila jumlah
tanggungan
sedikit, seperti 1
– 2 orang anak,
maka bobot
yang diberikan
tergolong
maksimal,sebali
knya apabila
jumlah
tanggungan
banyak,
berbobot rendah
dibawah bobot
maksimal
e. bobot maksimal
10% apabila
jumlah
tanggngan
keluarga sedikit,
kisaran 1 – 2
orang anak
e. >0% < 21% = I
Adalah apabila
jumlah akumulasi
dari bobot
mahasiswa berada
di antara angka
tersebut, maka
mahasiswa tersebut
berada di kelompok
I UKT
f. Biaya Listrik
dan Air, apabila
berada di
kisaran 200 ribu
ke atas, maka
bobot yang
diberikan
tergolong
maksimal 10%,
sebaliknya bila
berada dibawah
200 ribu,bobot
yang diberikan
dibawah bobot
maksimal
f. bobot maksimal
10 %, bila biaya
tagihan
mencapai 200
ribu rupiah ke
atas
Table. Matrik Hasil Penelitian
Dari gambaran hasil wawancara dari Informan Kunci dan Informan Pendukung, penulis
dapat menyimpulkan secara umum bahwa ada 2 (dua) kelompok kategori mahasiswa yang
merasakan beban UKT secara Ekonomi, yaitu mahasiswa kelompok menengah kebawah
(Kelompok UKT II, III) dan mahasiswa kelompok menengah keaatas (Kelompok UKT IV, V).
Setiap Kelompok mempunyai kriteria masing-masing, misalnya kelompok menengah
kebawah, dinilai dari aspek jenis pekerjaan orang tua mereka, rata-rata pekerjaan orang tua mereka
adalah pekerjaan yang berkasta rendah dan berpenghasilan kecil, seperti, petani, nelayan, buruh,
pedagang, wirausaha dan sebagainya, dari segi penghasilan bulanan, orang tua mereka rata-rata
hanya berpenghasilan 500 ribu hingga 1.500.000 ribu rupiah, dan dilihat dari tanggungan keluarga
mereka juga banyak sekitar 3 hingga 5 orang anak, sedangkan mahasiswa kelompok menengah
keatas, di lihat dari jenis pekerjaan orang tua mereka, rata-rata bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil Golongan III ke atas dan Wirausaha yang berpenghasilan tinggi, rata-rata penghasilan mereka
mencapai 3 juta hingga 5 juta rupiah perbulannya, rata-rata orang tua mereka juga mempunyai
penghasilan tambahan, dan biaya listrik ataupun air rumah tangga mereka tergolong tinggi di atas
200 ribu rupiah perbulannya, mahasiswa kriteria ini masuk di kelompok UKT IV dan V.
Di lain hal penulis juga mendapati fenomena di lapangan berupa adanya beberapa orang
mahasiswa yang melakukan tindakan kecurangan dalam pengisian dan penetapan besaran UKT,
dalam hal ini penulis mendapati 3 (tiga) orang mahasiswa yang melakukan kecurangan sebagai
informan pendukung penulis dalam melakuan penelitian ini, 3 (tiga) orang mahasiswa tersebut
adalah RK (20), I (19) dan SA (19), mereka berasal dari berbagai jurusan dan fakultas di
Universitas Bengkulu dan mereka juga mempunyai alasan – alasan tertentu yang menjadi dasar
untuk mereka melakukan tindakan kecurangan tersebut, seperti RK (20) mahasiswa yang berada
di kelompok UKT IV, yang berasal dari keluarga mampu ini, kedua orang tua nya bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil Golongan III d di salah satu SKPD Provinsi Bengkulu, mempunyai sawah
dan kebun dan penghasilan di atas 4.000.000 – 5.000.000 rupiah dalam hal ini RK melakukan
kecurangan berupa memanipulasi data yaitu, tidak jujur memberi keterangan pada saat pengisian
formulir UKT pada kolom pekerjaan Ibu yang ditulis nya tidak bekerja, padahal ibunya bekerja
dan juga tidak mengisi kolom penghasilan tambahan, padahal mempunyai sawah dan kebun yang
berpenghasilan 4.000.000 rupiah perbulannya, kepada penulis RK mengatakan :
“Saya sengaja melakukan hal itu, karena saya merasa UKT saya masih mahal dan saya
juga berfikir kasihan dengan orang tua dan tanggungan lainnya dan juga adek-adek saya
yang masih bersekolah” (Penelitian Oktober 2015)
Selain itu informan I (19) mahasiswa yang juga berasal dari keluarga kalangan mampu ini,
yang berlatar belakang orang tua bekerja sebagai petani karet dan sawit dan mempunyai
penghasilan lebih dari 4.000.000 – 5.000.000 rupiah perbulanya, ternyata berada di kelompok
UKT II (1 juta rupiah) dan masuk melalui jalur SNMPTN, dalam hal ini I melakukan tindakan
kecurangan berupa memanipulasi data dengan tidak mengisi keterangan sebenarnya atau tidak
jujur pada pengisian formulir UKT, karena sudah terpengaruh dengan lingkungan terutama salah
seorang saudara nya yang menyarankan agar membuat keterangan palsu agar nantinya UKT yang
didapat rendah, lebih parahnya lagi I juga mengajukan beasiswa bidikmisi dan lolos, karena
melakukan tindakan pembohongan saat tim verifikasi memeriksa rumah calon penerima beasiswa,
tetapi I bukan menunjukkan rumah yang sebenarnya, tetapi rumah paman nya yang non permanent/
semi permanent, dengan tujuan agar di loloskannya beasiswa tersebut, hal ini juga di pengaruhi
oleh faktor lingkungan nya terutama keluarga atau saudara yang menyarankan agar melakukan
tindakan seperti itu.
Di lain hal I merupakan mahasiswa yang memang terlihat tidak seperti mahasiswa yang
kurang mampu, I mempunyai motor sendiri, serta gadget Handphone canggih lebih dari 2 unit dan
juga mempunyai gaya hidup yang suka jalan-jalan dan berbelanja dengan uang bulanan yang
diberikan orang tua sebanyak 1,5 juta hingga 2 juta rupiah perbulannya, kepada penulis I
mengatakan :
“Saya terpengaruh oleh lingkungan saya, karena kakak saya juga pernah melakukan
tindakan yang sama terutama pada saat pengajuan beasiswa, dan juga lingkungan saya
mempunyai gaya hidup yang hura-hura , suka jajan, jalan-jalan dan lainnya, maka dari
itu saya terpengaruh” (Penelitian Oktober 2015)
Berbeda lagi dengan 2 (dua) Informan lainnya SA (19) mahasiswa yang berada di
kelompok UKT III (Rp 1.650.000) dan masuk Universitas dari jalur SNMPTN, memiliki latar
belakang keluarga yang sangat mampu, terlihat dari gaya hidupnya selama perkuliahan, SA sehari-
harinya menggunakan mobil sebagai kendaraan saat kuliah, sedangkan adiknya juga membawa
mobil dan mengambil studi di fakutas kedokteran UNIB, SA mempunyai gadget Handphone
canggih sebanyak 4 unit, dan barang –barang yang digunakan, seperti tas dan sepatu termasuk
yang barang bermerk dan mahal, orang tua SA merupakan pengusaha kontraktor, yang mempunyai
penghasilan di atas 5.000.000 rupiah lebih dan juga tinggal di ruko 2 lantai yang mempunyai toko
bangunan dan depot kayu sebagai usah tambahan keluarga, berbeda dengan informan lainnya SA
kepada penulis mengatakan :
“Saya melakukan manipulasi data karena saya merasa semua mahasiswa sama saja,
terutama pada fasilitasnya kenapa saya harus bayar mahal-mahal kalau nyatanya fasilitas
yang diberikan UNIB tidak sesuai dengan bayaran saya yang mahal nanti, seperti saat ini
ruangan belajar yang tidak kondusif, panas, penuh sesak, bahkan kursi harus berpindah-
pindah karena kurang, belum lagi fasilitas lainnya yang tidak sesuai, jadi saya berfikir
untuk apa saya bayar mahal kalau ternyata yang saya dapatkan tidak sebanding dengan
yang ada. ” (Penelitian Oktober 2015)
Dari Hasil Wawancara Penulis dengan informan pendukung yaitu 3 (tiga) orang mahasiswa
yang melakukan tindakan kecurangan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem UKT
yang di terapkan di Universitas Bengkulu masih sangat lemah, karena dengan mudahnya
mahasiswa dengan berbagai latar belakang, berlaku tidak jujur dan membuat keterangan palsu
karena alasan-alasan tertentu, hal ini memang dikarenakan selain sistem yang masih sangat lemah
dan juga belum adanya tindakan baik berupa sanksi maupun verifikasi ulang terhadap mahasiswa
yang berlaku curang maupun yang memang benar-benar tidak mampu.
5.3 Pembahasan
Pada bab ini peneliti akan membahas atau menganalisis data (sekunder) yang telah didapat
dilapangan. Analisis data yang akan dibahas dalam bab ini adalah berdasarkan hasil wawancara
penulis secara langsung dan data-data lain yang penulis dapatkan di lapangan, serta catatan
lapangan selama peneliti melakukan penelitian.
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori implementasi kebijakan. Pendekatan
yang digunakan adalah dengan pendekatan sasaran dan pendekatan tujuan. Karena pembahasan
pada penelitian ini difokuskan kepada Peran dan Fungsi Lembaga terkait terhadap mekanisme
penetapan besaran UKT bagi mahasiswa di Universitas Bengkulu dari awal hingga akhir
penetapan terhadap mahasiswa terkait besaran UKT yang akan di tanggung mahasiswa selama
melaksanakan Pendidikan di Universitas Bengkulu, dalam hal ini lembaga terkait tersebut adalah
Subbagian Registrasi yang berada di Bagian Pembelajaran dan di bawah Biro Perencanaan,
Pembelajaran, Kemahasiswaan dan Kerjasama, berdasarkan pendekatan tersebut dengan melalui
hasil wawancara terhadap informan terkait dan data-data, serta catatan lapangan selama peneliti
melakukan penelitian.
5.3.1 Peran Subbagian Registrasi Universitas Bengkulu
Subbagian Registrasi secara struktural Universitas Bengkulu berada di bagain
Pembelajaran yang mempunyai tugas melaksanakan pemberian layanan dan evaluasi
pembelajaran, registrasi mahasiswa, dan pendayagunaan sarana pembelajaran, sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Universitas Bengkulu, subbagian Registrasi mempunyai tugas melakukan urusan
administrasi pendaftaran, seleksi, penerimaan, dan registrasi mahasiswa, berikut hasil wawancara
penulis dengan FE Kasubbag Registrasi Universitas Bengkulu terkait peran dan fungsi subbagian
Registrasi :
“Selain terkait pelayanan mahasiswa baru, dari awal pendaftaran hingga proses seleksi,
ujian hingga daftar ulang mahasiswa baru, subbagian registrasi juga mempunyai tugas
untuk melayani masalah administrasi mahasiswa Universitas Bengkulu yang masih aktif,
seperti mahasiswa yang akan berpindah ke universitas lain, pindah antar jurusan atau
program studi, izin cuti akademik mahasiswa, pembuatan SK pemberhentian mahasiswa
atau D.O ataupun permasalahan lainnya terkait atribut seperti pembuatan kartu identitas
mahasiswa, pengaktifan portal akademik mahasiswa pasca registrasi ulang, pembuatan
kalender akademik ataupun administrasi mahasiswa aktif lainnya, selain itu tugas kami
juga setiap tahun nya selalu mempersiapkan kebutuhan apabila penerimaan mahasiswa
baru baik dari jalur SNMPTN, SBMPTN, atau mandiri, mulai dari pembentukan panitia
nasional, maupun panitia lokal, menyiapkan syarat-syarat, dokumen, jadwal pelaksanaan,
sarana pransarana seperti ATK, Ruangan atau Gedung hingga LJK dan soal-soal ujian
kami yang mempersiapkan nya”
Sedangkan apabila menyangkut proses administrasi Uang Kuliah Tunggal, beliau
menerangkan, baru 2 tahun ini ia mendapatkan tugas tambahan tersebut, sesuai dengan jabatan
Kasubbag Registrasi yang baru 2 tahun juga di embannya, berikut hasil wawancara penulis dengan
FE Kasubbag Registrasi :
“Kalau terkait verifikasi UKT, memang tugas tersebut diserahkan ke bagian registrasi ini,
mulai dari tahun 2013, kami sudah melakukan verifikasi terhadap mahasiswa baru yang
akan dikenakan UKT, tetapi terkait nominal kebutuhan mahasiswa tersebut setiap semester
kami tidak tahu, karena itu ditentukan oleh bagian , keuangan atau perencanaan dengan
berkoordinasi kepada pihak Fakultas atau jurusan masing-masing, berbeda dengan sistem
SPP dahulunya sebelum ada UKT, ditentukan oleh rapat senat, tapi untuk kali ini kami
mendapatkan tugas tambahan yaitu melakukan verifikasi terhadap mahasiswa yang akan
dikenakan UKT dengan cara mencocokkan data yang diberikan langsung oleh mahasiswa
pada saat melakukan registrasi ulang, pasca lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru, itu
untuk jalur snmptn dan sbmptn, kalau untuk jalur mandiri atau spmu itu UKT nya sudah
ditentukan oleh Universitas”
Dari keterangan informan di atas dapat diketahui bahwa, subbagian registrasi hanya
bertugas melakukan verifikasi terhadap data-data awal yang telah dimasukkan oleh mahasiswa,
yang nantinya akan ditentukan sebagai dasar penetapan UKT bagi masing-masing mahasiswa
selama ia kuliah.
Selain itu penulis juga bertanya mengenai wewenang dan kegiatan atau usaha-usaha apa
saja yang telah dilakukan subbagian registrasi dalam memaksimalkan peran dan fungsinya apakah
ada kerjasama, berikut hasil wawancara penulis dengan FE Kasubbag Registrasi UNIB:
“Mengenai Kegiatan atau Usaha apa saja yang di lakukan subbagian Registrasi dalam
memaksimalakan peran dan fungsinya, misalnya kalau semacam pelatihan atau
pendidikan untuk staf atau karyawan, memang jarang dilakukan atau diadakan, selama 2
tahun saya disini belum pernah ada semacam pendidikan untuk peningktan kinerja
terhadap pegawai, tapi yang ada hanya sebatas sosialisasi yang di adakan antar lembaga,
dan itu biasanya hanya staf-staf tertentu yang juga memiliki keahlian tertentu, yang di
tunjuk untuk mengikuti sosialisasi tersebut, tidak semuanya, lalu untuk kerjasama
biasanya, kami selalu berkoordinasi dengan Lembaga yang ada d UNIB di antara untuk
masalah Tekhnologi atau informasi kami berkoordinasi dengan Lembaga Pengembangan
Tekhnologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK), untuk masalah persiapan Ujian atau
seleksi penerimaan mahasiswa kami berkoordinasi dengan Lembaga Penjamin Mutu dan
Pengembangan Pembelajaran (LPMPP), lalu untuk masalah administrasi mahasiswa,
ataupun permaslahan yang berkaitan dengan mahasiswa lainnya, kami selalu
berkoordinasi dengan Pihak Fakutas atau pun Prodi masing-masing dan juga kerjasama
dengan Bagian Kemahasiswaan, kalau masalah wewenang kami disini hanya sebagai
pelaksana tugas, yang diberikan oleh atasan atau pimpinan kami, jadi apabila ada
masalah kami harus berkoordinasi dengan pimpinan, seperti Kepala Bagian atau Kepala
Biro”
Dari beberapa uraian hasil wawancara terhadap informan di atas dapat diketahui bahwa
Subbagian Registrasi Universitas Bengkulu, sebagai pelaksana tugas dari aturan yang ada dan juga
dengan berkoordinasi dengan pimpinan, mempunyai peran yang cukup penting terhadap
berjalannya birokrasi Universitas Bengkulu, terutama di bidang administrasi kemahasiswaan
selama melaksanakan perkuliahan di Universitas Bengkulu.
5.2.5 Tahapan Registrasi Mahasiswa Baru Setelah di berlakukan UKT
Registrasi atau Daftar Ulang Mahasiswa Baru merupakan tugas dari Subbagian Registrasi
Universitas Bengkulu, setelah ditetapkannya Uang Kuliah Tunggal sejak 2 tahun lalu, mulai dari
tahun 2013 sampai sekarang, ada beberapa perubahan atau perbaikan sistem yang terjadi baik itu
dari peraturan nya yang langsung dari pusat atau Peraturan Menteri ataupun peraturan yang hanya
di tingkatan Universitas Bengkulu, bila di tahun angkatan 2013, pernah terjadi unjuk rasa dari
mahasiswa baik dari jalur SNMPTN, SBMPTN dan SPMU, untuk memverifikasi ulang UKT
mereka karena banyak yang tidak tepat sasaran dan pada saat itu permintaan itu di kabulkan oleh
pihak Universitas dengan cara meminta kembali data-data dari mahasiswa untuk di verifikasi
kembali, alhasil banyak dari mahasiswa yang UKT nya turun, tetapi ada juga yang bertambah.
Ditahun 2014 fenomena itu cukup menurun mungkin dikarenakan sudah banyak
mahasiswa yang merasa UKT mereka sudah sesuai dengan kemampuan orang tua mereka, tetapi
ada satu hal peraturan yang berbeda dari Universitas Bengkulu bahwa mahasiswa yang masuk
Universitas Bengkulu melalui jalur SPMU atau Mandiri nilai UKT mereka di tetapkan sama berada
di kelompok UKT tertinggi yaitu kelompok V dan mereka di berikan surat pernyataan sanggup
atau tidaknya untuk mengikuti aturan tersebut, tanpa memandang faktor keadaan ekonomi
mahasiswa yang masuk melalui jalur Mandiri tersebut, karena pihak Universitas menganggap
mahasiswa yang masuk melalui jalur Mandiri adalah kelompok mahasiswa yang mampu, hal ini
dibenarkan oleh salah seorang informan penulis ber inisial RN yang mengatakan :
“Surat Pernyataan itu memang benar adanya dan itu memang di peruntukkan untuk
mahasiswa yang masuk UNIB melalui jalur SPMU, karena mahasiswa tersebut sudah kami
anggap mampu dan dana tersebut akan digunakan untuk operasional UNIB” (penelitian
juni 2015)
Hal demikian sangat kontras dengan salah satu bunyi Undang-Undang No. 12 Tahun 2012
Tentang Perguruan Tinggi Pasal 73 Ayat 5 yang berbunyi ;
“Penerimaan Mahasiswa baru Perguruan Tinggi merupakan seleksi akademis dan dilarang
dikaitkan dengan tujuan komersial”
Selain itu juga sangat kontras dengan bunyi Peraturan Menteri Riset Tehnologi dan
Perguruan Tinggi (dulunya kementerian pendidikan dan kebudayaan) No. 2 Tahun 2015 Tentang
Penerimaan mahasiswa baru program Sarjana dan Diploma pasal 3 huruf a, yang berbunyi :
“Pola penerimaan mahasiswa baru baik jalur SNMPTN, SBMPTN dan Mandiri harus
diselenggarkan dengan prinsip a. Adil, yaitu tidak membedakan agama, suku, ras, jenis
kelamin, umur, kedudukan sosial, kondisi fisik dan tingkat kemampuan ekonomi calon
mahasiswa dengan tetap memperhatikan potensi dan prestasi akademik calon mahasiswa
dan kekhususan program studi di perguruan tinggi yang bersangkutan”
Hal demikian menjadi fenomena yang penulis temukan di lapangan bahwasanya tidak semua
mahasiswa yang mengikuti seleksi jalur mandiri tersebut mampu dan sanggup membayar UKT
mereka, hal ini juga mempunyai indikator komersialisasi karena peraturan Universitas ini menurut
penulis sangat bertentangan dengan peraturan di atas nya karena terlihat membedakan mahasiswa
dan menilai mahasiswa bukan dari akademik, tetapi dari kemampuan ekonomi nya, dengan cara
memberikan surat pernyataan yang berbunyi apabila lulus dari jalur mandiri ini, mereka semua di
anggap sanggup untuk membayar tinggi nantinya akan disama ratakan dengan mahasiswa mandiri
lainnya, untuk berada di kelompok UKT paling tinggi dan membayar uang kuliah mahal hingga ia
tamat kuliah.
Selain itu disini sebagai gambaran penulis akan menggambarkan Alur tahapan Registrasi
Mahasiswa baru setelah lulus seleksi di Universitas Bengkulu :
1. Setelah di nyatakan lulus, calon mahasiswa mengisi form biodata secara online pada laman
http://regmaba.unib.ac.id untuk ditentukan biaya UKT nya
2. Melihat pengumuman biaya UKT mahasiswa yang bersangkutan
3. Verifikasi kartu tanda Ujian dan menyerahkan Fotokopi raport dan berkas UKT di Rektorat
4. Membayar UKT yang telah ditentukan UKT nya sesuai dengan kemampuan mahasiswa
dengan membawa surat Pengantar dari Rektorat / Registrasi, mengenai keterangan jumlah
UKT yang harus dibayar di Bank BNI dan mengambil form aplikasi Pembuatan KTM di
Bank BNI. (untuk Mahasiswa SPMU surat pengantar UKT sudah disediakan oleh rektorat,
karena UKT nya sudah ditentukan)
5. Mengambil Nomor Pokok Mahasiswa di Rektorat
6. Berfoto dengan Almamater, guna pembuatan KTM
7. Tes Kesehatan di Rektorat
8. Mengambil Pasword dan Username Untuk Login Ke Portal Akademik (SIAKAD)
Mahasiswa di Fakultas. (Penelitian September 2015)
Alur Pendaftaran Mahasiswa UNIB
Setelah melewati tahapan tersebut barulah calon mahasiswa tersebut resmi menjadi
mahasiswa Universitas Bengkulu, didalam penentuan jumlah UKT tiap-tiap mahasiswa itu
masing-masing berbeda sesuai dengan jumlah bobot yang telah diberikan sesuai dengan biodata
dan kemampuan orang tua mahasiswa yang bersangkutan, sedangkan bobot-bobot tersebut di atur
oleh peraturan Rektor dan penentuan tersebut dibantu oleh satu sistem software yang bernama
“Aplikasi Penentuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Universitas Bengkulu 2014”, di dalam
software ini nantinya data-data yang telah dimasukkan oleh mahasiswa di online tersebut akan di
verifikasi kembali melalui sistem Aplikasi ini, cara kerjanya sistem ini secara otomatis akan
memberikan bobot terhadap data-data mahasiswa tersebut dan jumlah total dari keseluruhan bobot
tersebut akan menjadi penentu mahasiswa tersebut masuk di kelompok UKT berapa.
Didalam Aplikasi ini terdapat kolom-kolom yang sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan di peraturan Rektor Tentang Mekanisme Penetapan Besaran UKT Mahasiswa,
Aplikasi Penentu UKT Mahasiswa
selanjutnya operator yaitu staf subbagian Registrasi dan tenaga yang di perbantukkan lainnya,
mulai memasukkan data-data dari mahasiswa ke software ini dan secara otomatis setiap data yang
dimasukkan nantinya akan keluar bobotnya masing-masing, jumlah dari bobot itu akan menjadi
penentu mahasiswa tersebut berada di kelompok UKT yang mana dan selanjutnya apabila UKT
mahasiswa tersebut sudah ditentukan oleh sistem ini maka akan di umumkan, lalu mahasiswa
harus membayar UKT tersebut dengan terlebih dahulu mengambil surat pengantar dari Rektorat.
Dari hasil penelitian dapat kita ketahui bahwa mekanisme penetapan besaran UKT bagi
Mahasiswa di Universitas Bengkulu pada tahun 2014, secara struktural sudah cukup baik
dibuktikan dengan hasil wawancara kepada beberapa informan pendukung dan informan kunci
dan juga dengan dikeluarkan kan nya peraturan turunan dari Peraturan Menteri yaitu peraturan
Rektor Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Mekanisme penetepan besaran UKT bagi mahasiswa di
Universitas Bengkulu, yang mana di dalam aturan tersebut telah ditetapkan nya 6 (enam) indikator
yang menjadi dasar penentu setiap mahasiswa memasuki kelompok UKT berapa dan dari setiap
indikator tersebut mempunyai nilai bobot masing-masing sesuai dengan data-data dan latar
belakang setiap mahasiswa, selanjutnya data-data yang didapat dari mahasiswa tersebut nantinya
akan dimasukkan kembali atau di input kembali ke satu aplikasi yang bernama “Aplikasi
Penentuan Uang Kuliah Tunggal (UKT)”, yang mana pengerjaan input data ini masih dilakukan
secara manual oleh staf-staf bagian Registrasi Universitas Bengkulu dan setiap mahasiswa
mempunyai latar belakang yang berbeda dan nilai bobot UKT yang berbeda pula.
Salah satu kelemahan dari sistem mekanisme ini yang mana cara menginput data-data
mahasiswa masih dilakukan secara manual oleh staf bagian registrasi, bukan tidak mungkin akan
terjadi kelalaian atau kesalahan penginputan data apabila mekanisme penetapan UKT ini masih
dilakukan secara manual dengan pertimbangan jumlah mahasiswa yang setiap tahunnya berjumlah
sekitar 3 (tiga) ribuan mahasiswa, yang harus diverifikasi ulang oleh subbagian Registrasi, dan
bisa saja kesalahan manusia atau human error bisa terjadi lagi seperti di tahun 2013 sebelumnya,
selain itu kelemahan lainnya terhadap mekanisme sistem ini adalah belum adanya tim pembenaran
terkait data-data mahasiswa atau tim survei yang dibentuk oleh Universitas yang nantinya bertugas
membuktikan atas kebenaran data yang ada di lapangan dengan data yang di buat oleh mahasiswa,
sehingga sering sekali terjadi di kecurangan oleh mahasiswa yang berbuat tidak jujur atau dengan
sengaja memberikan data-data palsu untuk kepentingan-kepentingan tertentu, ketika di tanya
mengenai masalah ini, informan memberikan jawaban bahwa tidak ada anggaran yang di
alokasikan khusus terhadap tim yang akan melakukan pengecekan langsung ke lapangan dan juga
perlu dipertimbangkan mengenai asal mahasiswa yang juga banyak dari luar daerah.
Selain itu penulis juga bertanya mengenai apabila ada kesalahan verifikasi ataupun ada
perubahan kondisi ekonomi keluarga yang menjadi dasar penetapan UKT terhadap keluarga
mahasiswa, itu seperti apa tindak lanjutnya, seperti apabila terjadi perubahan ekonomi keluarga
seperti orang tua mahasiswa di PHK, Pensiun, Meninggal Dunia, hal seperti perubahan kondisi
ekonomi keluarga bisa di atasi dengan cara melakukan verifikasi ulang terhadap mahasiswa yang
bersangkutan dengan cara benar-benar membuktikan perubahan kondisi tersebut dengan syarat-
syarat tertentu yang ditentukan oleh pihak universitas dan nantinya akan di tindak lanjuti langsung
apakah layak atau tidak untuk diverifikasi ulang.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan Peraturan
Rektor Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Mekanisme Penetapan Besaran UKT Bagi Mahasiswa di
Universitas Bengkulu. Dari pembahasan hasil penelitian yang telah dibahas dar segi aspek
penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
4. Penerapan Besaran UKT berdasarkan Faktor-faktor yg ada di Peraturan Rektor (Pasal 2
Ayat 1) Berdasarkan Latar Belakang Keluarga. Dalam Penerapannya dapat disimpulkan
bahwa dari data-data yang penulis dapatkan dari informan sudah sesuai dengan yang ada
dilapangan, karena yang dimaksud penerapan UKT berdasarkan faktor – faktor latar
belakang keluarga ini adalah tahapan awal untuk mengetahui bagaimana kondisi keluarga
mahasiswa yang sebenarnya yang nantinya kan menjadi indikator penetapan besaran
UKT yang akan ia bayar, mulai dari faktor usia orang tua masih tergolong produktif atau
tidak, penghasilan tetap dan tambahan orang tua, jumlah tanggungan anggota keluarga,
biaya tagihan listrik dan air perbulannya dan jenis pekerjaan orang tua, pada saat
penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa kelompok UKT I, II, III
merupakan mahasiswa kalangan ekonomi menengah ke bawah, karena dapat dilihat dari
jenis pekerjaan orang tua mereka merupakan jenis pekerjaan yang mempunyai
pendapatan yang kecil di bawah 3 juta perbulannya belum lagi dengan tanggungan rumah
tangga lainnya, sedangkan kelompok UKT IV dan V merupakan kalangan mahasiswa
yang berasal dari keluarga yang berkecukupan, orang tua bekerja sebagai pegawai
golongan tinggi ataupun pengusaha yang berpenghasilan tinggi 4 hingga 5 juta rupiah
perbulannya.
5. Penerapan Presentase Bobot tiap-tiap Faktor tersebut. (pasal 2 ayat 2). Ini adalah tahapan
kedua setelah di masukkan nya data-data mengenai latar belakang mahasiswa yang
bersangkutan, pada pemberian bobot ini penulis dapat menyimpulkan bahwa di sini
operator yang bekerja dan menginput data ke satu aplikasi yang bernama Aplikasi
Penentu UKT, dan selanjutnya aplikasi inilah yang nantinya kan menentukan berapa
bobot yang keluar berdasarkan faktor-faktor latar belakang keluarga mahasiswa tersebut,
dari hasil penelitian penulis bisa menyimpulkan bahwa setiap faktor-faktor tersebut
mempunyai batasan maksimal bobot yang diberikan, bobot yang paling besar adalah
faktor jenis pekerjaan orang tua sebesar maksimal 50%, dan yang lainnya hanya 10%,
sedangkan menurut keterangan informan bahwa aplikasi tersebut sudah bekerja dengan
benar dan otomatis memberikan bobot yang sesuai dengan latar belakang mahasiswa, hal
ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian penulis terhadap beberapa mahasiswa yang
menjadi informan pendukung di lapangan, yang mana mahasiswa ber latar belakang
kurang mampu secara ekonomi berada di kelompok menengah ke bawah.
6. Pengelompokan Mahasiswa berdasarkan Bobot UKT (pasal 3 ayat 2). Dalam hal ini
merupakan tahapan terakhir bagi calon mahasiswa di tetapkan berada di kelompok UKT
yang mana, dari jumlah total keselurah bobot yang diberikan di tiap-tiap faktor tersebut,
jumlah total nya merupakan nilai akhir bagi mahasiwa tersebut untuk berada di kelompok
UKT berapa dan di dalam aturan ini sudah di bagi menjadi 5 Kelompok mahasiswa, yang
apabila jumlah bobot UKT nya berada di 0 %– 21% ia berada di kelompok I, 21%-41%
berada di kelompok II, 41% - 61% berada di kelompok III, 61% - 81 % berada di
kelompok IV dan 81% - 100% berada di kelompok V, dari hasil penelitian penulis
terhadap informan mahasiswa dapat disimpulkan bahwa pengelompokkan mahasiswa
berdasarkan dengan latar belakang keluarga ini, sudah cukup sesuai dengan data-data
yang ditemukan di lapangan, hanya saja untuk kriteria kelompok UKT I tidak ditemukan
penulis dilapangan.
6.1. Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi kebijakan Peraturan Rektor
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Mekanisme Penetapan Besaran UKT Bagi Mahasiswa Sarjana dan
Diploma di Universitas Bengkulu, maka dalam kesempatan ini ada beberapa saran yang ingin
peneliti sampaikan, antara lain :
1. Dari keseluruhan proses tahapan mekanisme yang diterapkan Universitas Bengkulu
dalam menentukan besaran UKT bagi mahasiswa pada tahun 2014, sudah cukup baik,
mulai dari di keluarkannya aturan menyangkut mekanisme tersebut, hanya saja dalam
penginputan data-data tersebut masih dilakukan dengan cara manual sehingga sangat
rentan terjadi kesalahan manusia, mengingat jumlah mahasiswa baru mencapai ribuan
pertahunnya dan kesemua mahasiswa tersebut harus di verifikasi ulang dan menurut
penulis sistem ini masih sangat lemah, karena masih ada fenomena kecurangan yang
dilakukan oleh beberapa mahasiswa.
2. Mengenai transparansi proses maupun kegunaan dari UKT tersebut sebaiknya
Universitas bisa transparan, karena masih sangat susah untuk di akses oleh mahasiswa
dan masyarakat bahkan terkesan ditutupi, berbeda dengan sistem SPP sebelumnya yang
mana dari setiap pembayaran SPP, item-item yang ditanggung mahasiswa tersebut dapat
diketahui dengan jelas, karena informasi ini menurut penulis sangat penting karena
menyangkut azas kepentingan umum, harus transparan dan bisa diakses oleh setiap
masyrakat atau mahasiswa karena dana tersebut dari masyrakat yang kemudian di kelola
oleh Universitas.
3. Sebaiknya pihak Universitas Bengkulu segera menciptakan formulasi atau menindak dan
melakukan pencegahan sebelumnya, seperti apa meminimalisir tingkat kecurangan yang
di lakukan mahasiswa dalam pengisian data-data sebagai dasar penentuan UKT mereka,
seperti membentuk tim survei lapangan atau bekerjasama antar daerah, atau lebih giat
melakukan sosialisasi terhadap calon mahasiswa yang akan mendaftar di Universitas
Bengkulu, bahkan mungkin juga nanti bisa diberi tindakan tegas semacam sanksi atau
peringatan bagi mahasiswa yag melakukan kecurangan.
4. Karena UKT ini menurut penulis adalah sistem yang fleksibel yang sepenuhnya
ditentukan oleh kondisi ekonomi keluarga mahasiswa dan setiap saat bisa saja terjadi
perubahan kondisi terhadap mahasiwa, maka sebaiknya pihak Universitas Bengkulu
rutin melakukan evaluasi secara terjadwal, apakah setiap bulan, setiap semester, atau
setiap tahunnya dan selalu menindak lanjuti dan memfasilitasi mahasiswa, apakah
melakukan penurunan UKT atau memberikan beasiswa atau bantuan lainnya, atas
perubahan kondisi ekonomi yang terjadi pada setiap mahasiswa.
5. Terkait fenomena-fenomena yang penulis temukan di lapangan di luar aspek penelitian,
sebaiknya pihak Universitas Bengkulu, lebih cermat dan teliti lagi jangan sampai suatu
aturan bertentangan dengan aturan di atas nya dan jangan smapai aturan berbeda dengan
fakta yang di temukan di lapangan dan juga sebaiknya Universitas Bengkulu selalu
melakukan evaluasi terhadap kebijakan dan peraturan nya, ataupun kinerja pegawainya
dan semestinya pihak Universitas bisa mengajak dan melibatkan langsung elemen
mahasiswa sebagai masyarakat di Univeristas Bengkulu ataupun orang tua mahasiwa
untuk bersama-sama merumuskan kebijakan demi kepentingan bersama dan dunia
pendidikan Indonesia, karena pemerintah dan masyarakat merupakan unsur
penyelenggara pendidikan di negara ini.
6. Sebaiknya Universitas Bengkulu sebagai Badan Publik peneyelenggara Negara, harus
transparan terkait permasalahan mekanisme atau pun laporan keuangan dan kegunaan
nya, karena menyangkut kepentingan umum dan hajat hidup orang banyak, sebaiknya
Universitas Bengkulu secara berkala selalu mempublikasikan dan mengumumkan
informasi tersebut kepada mahasiswa dan masyarakat dengan bahasa dan cara yang
mudah di pahami.
DAFTAR PUSTAKA
A. Kelompok Buku-Buku :
Edwar, George C. 1980, Implementasi Publik Policy, Consessional Quately Press, Jakarta.
Faisal, Hanafiah. 1990, Penelitian Kualitatif (Dasar-dasar dan aplikasinya), Yayasan Asah Asih
Asuh, Bandung.
Moleong, Lexy.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Randakarta. Bandung.
Subarsono, AG. 2009, Analisis Kebijakan Publik “Konsep, Teori dan Aplikasi”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Subana, M dan Sudrajat. 2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung.
Sugiyono. 2007, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.
Wahab, Solichin Abdul. 1990, Pengantar Analisis Kebijakan Administrasi Negara, Rineka
Cipta, Jakarta.
B. Kelompok Skripsi, Tesis, Jurnal dan Karya Ilmiah
Muchairon. 2009. Analisis Efektifitas Implementasi Kalender Akademik di Universitas Bengkulu.
Skripsi mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara. FISIP. UNIB
Oktavia, Vina. 2009. Analisis Proses Pelaksanaan Sertifikasi Guru di Dinas DIKNAS Kota
Bengkulu. Skripsi mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara. FISIP. UNIB
Apriyanti, Rina Dwi. 2013. Analisis Implementasi Program Pemagangan Ke Jepang Pada Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bengkulu. Skripsi mahasiswa Jurusan Ilmu
Administrasi Negara. FISIP. UNIB
Sinaga, Cristina Jayanti. 2014. Implementasi Kebijakan UU No. 37 tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia (Studi Kasus : Peran Lembaga Ombudsman Perwakilan
Provinsi Bengkulu Dalam Pelayanan Publik). Skripsi mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Negara. FISIP. UNIB
C. Kelompok Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Perguruan Tinggi.
Lembaran Negara RI Tahun 2012, No. 158. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 55 Tahun
2013 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada PTN di Lingkungan
Kemendikbud. Berita Negara RI Tahun 2013. Jakarta
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 73 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Permendikbud Nomor 55 Tahun 2013. Berita Negara RI
Tahun 2014 No. 1037. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor
2 Tahun 2015 Tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Pada PTN. Berita
Negara RI Tahun 2015 No. 2. Sekretariat Negara. Jakarta
Universitas Bengkulu. 2014. Peraturan Rektor Universitas Bengkulu Nomor 4 Tahun 2014
Tentang Mekanisme Penetapan Besaran Uang Kuliah Tunggal Bagi Mahasiswa
Universitas Bengkulu Program Sarjana dan Diploma. Bengkulu.
D. Kelompok Laporan
Penyusunan Unit Cost Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu Tahun
2012
E. Kelompok Artikel, Surat Kabar dan Internet
______.UKT Boomerang yang harus terus diwaspadai, [doc],
(http://granelhadi.blogspot.com/2014/04/ukt-boomerang-yang-harus-terus.html, diakses
tanggal 08 maret 2015)
Acmadi, Indra______.Mengkaji Kebijakan Pemerintah tentang UKT, [doc],
http://indraachmadi.blogspot.com/2014/11/mengkaji-kebijakan-pemerintah-tentang-
UKT.html, di akses tanggal 08 maret 2015)
Alldo Felix Januardy, 2013 “Implementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap
Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya”, ditulis pada tahun 2013, arsip
kajian BK MWA UI UM 2013
Dr. Haedar Akib, M.Si. & Dr. Antonius Tarigan, Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan:
Perspektif, Model Dan Kriteria Pengukurannya, [pdf],
(https://rudisalam.files.wordpress.com/artikulasi-konsep-implementasi-kebijakan-jurnal-
baca-agustus-2008, di akses pada tanggal 08 maret 2015).
Harian Rakyat Bengkulu. “Dewan Dukung UKT UNIB turun”, Rakyat Bengkulu, 17 Maret
2015, hlm.14.
Harian Rakyat Bengkulu. “Unib Tolak Turunkan UKT”, Rakyat Bengkulu, 19 Maret 2015,
hlm.13.
http://edukasi.kompas.com
Kemdikbud.go.id
Marco, Kartodikromo “Pendidikan Imperialisme tidak akan menjadikan rakyat merdeka” Written
By Front Mahasiswa Nasional on Kamis, 08 Januari 2015 | 09.00
Mulki, Panji._____.Sekilas Analisis Kebijakan UKT, [doc],
(http://panjimulki.blogspot.com/2013/05/sekilas-analisis-kebijakan-uang-kuliah.html, diakses
tanggal 08 maret 2015).
Mulki, Panji______. Kecacatan sistem dalam UKT, [doc],
(http://www.hukumpedia.com/panjimulki/kecacatan-sistem-dalam-uang-kuliah-tunggal, di
akses tanggal 08 maret 2015).
Wawancara dengan Rektor UNIB
Wawancara denga Kasubbag Registrasi
Wawancara dengan Presma UNIB
Wawancara dengan Mahasiswa UNIB
Wawancara Mahasiswa UNIB