Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

58
1 LAPORAN MAGANG KERJA INSTITUSIONAL MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BENGKULU JAKARTA, 10 SAMPAI 17 OKTOBER 2010 Disusun Oleh: NAMA : ASEF ADIANTO NPM : B1A107018 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS HUKUM 2010

Transcript of Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

Page 1: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

1

LAPORAN MAGANG KERJA INSTITUSIONAL

MAHASISWA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU

JAKARTA, 10 SAMPAI 17 OKTOBER 2010

Disusun Oleh:

NAMA : ASEF ADIANTO

NPM : B1A107018

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS HUKUM

2010

Page 2: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

2

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN MAGANG KERJA INSTITUSIONAL

MAHASISWA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2010/2011

“Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana

Indonesia”

Disusun Oleh:

NAMA : ASEF ADIANTO

NPM : B1A107018

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)

EDITYAWARMAN, S.H, M.Hum

NIP :196304061989011002

Page 3: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya jualah sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Laporan Hasil Kegiatan Magang Kerja Institusional dari tanggal 10 s/d 17

Oktiber 2010 di Jakarta. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian yang

diprogramkan oleh Fakultas Hukum Universitas Bengkulu.

Tujuan dari kegiatan ini adalah dalam upaya untuk meningkatkan

wawasan, pengalaman, keterampilan kerja, meningkatkan disiplin pribadi dan

ilmu pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum terutama mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan lembaga-lembaga baik itu pemerintah maupun Non-

pemerintah, yang bidang kegiatannya relevan dengan bidang ilmu hukum

yang berkedudukan di Jakarta. Lembaga yang dimaksud tersebut adalah

Komisi Yudisial, Mahkamah Konstitusi, Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Kejaksaan Agung, Pusat Pelaporan

dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Lembaga Perlindungan Saksi Dan

Korban (LPSK), dan Dirjen Pajak.

Dalam laporan kerja magang institusional ini Penulis mencoba untuk

memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan lembaga/instansi

tempat magang seperti: sejarah pembentukan, struktur organisasi, fungsi,

Page 4: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

4

tugas dan wewenang, visi dan misi, dasar-dasar hukum pelaksanaan

kegiatan, serta kegiatan-kegiatan lain yang ada diinstansi tersebut.

Pada kesempatan ini Penulis dengan segala kerendahan hati

menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Herlambang, S.H.,M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Bengkulu.

2. Bapak M. Abdi S.H.,M.Hum. selaku Ketua Laboratorium Hukum Fakultas

Hukum Universitas Bengkulu.

3. Bapak Edityawarman, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Lapangan

(DPL).

4. Bapak Sudirman Sitepu, S.H.,M.Hum., Ahmad Wali, S.H.,M.H., Ibu Patricia

E. Suryaningsih, S.H.,M.Hum., Ibu Lidia BR. Karo, S.H.,M.Hum. selaku tim

dari Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Magang Kerja Institusional tahun

2010/2011.

5. Kedua Orang Tuaku, Ayah Bambang Hermanto dan Ibu Yurhani yang

selalu mendukungku di setiap kebutuhanku. Pengorbanan kalian tidak

akan ku sia-siakan dan kebaikan kalian tidak akan terbalas walau sebesar

Gunung Puji sekalipun.

6. Teman-teman 1 kamar, Arif Budiman, Revolusi, Novan Harmawan, Roby

Wijaya, Frandika Yusdi, Andi Berliansyah, Feriansyah, semoga

persahabatan yang kita jalani selama di Graha Wisata Mahasiswa

Page 5: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

5

Kuningan murni tanpa ada batasan tertentu. Persahabatan kita jangan

sampai di Graha Wisata Mahasiswa Kuningan aja. Dan;

7. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulisan laporan ini dapat

terselesaikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan

mendapat keridho’annya. Amin.

Dalam penulisan laporan ini Penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan tidak lengkapnya sumber-

sumber informasi untuk melengkapi literatur dalam pembuatan laporan.

Namun Penulis berharap laporan ini dapat dijadikan alternatif dalam

mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai Lembaga/Instansi

pemerintahan yang dimaksud Penulis diatas. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi kalangan Mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Bengkulu.

Bengkulu, 22 Oktober 2010

Penulis

Page 6: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

BAB II DESKRIPSI INSTITUSI .................................................. 5

A. Komisi Yudisial ................................................................... 5

B. Mahkamah Konstitusi .......................................................... 11

C. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).... 17

D. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ........................................ 19

E. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).......................... 22

F. Kejaksaan Agung RI ............................................................ 26

G. Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK).................. 28

H. Dirjen Pajak ....................................................................... 31

BAB III Pembahasan ................................................................. 36

A. LPSK Secara Umum .......................................................... 37

1. Tanggung Jawab LPSK .................................................... 38

2. Fungsi LPSK ................................................................... 38

3. Ruang Lingkup Kewenangan LPSK ................................... 39

Page 7: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

7

B. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan ................................. 40

C. Mekanisme Pemberian Perlindungan .................................. 42

BAB IV Penutup ......................................................................... 45

A. Kesimpulan ....................................................................... 45

B. Saran ................................................................................ 45

Biodata ......................................................................................... 47

Lampiran ...................................................................................... 48

Page 8: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

8

BAB I

PENDAHULUAN

Kegiatan Magang Kerja Institusional yang diselenggarakan oleh

Fakultas Hukum Universitas Bengkulu ini berlangsung mulai dari tanggal 10

Oktober s/d 17 Oktober 2010 yang bertempat di Jakarta. Kegiatan ini

merupakan mata kuliah pilihan wajib, yang harus diambil oleh setiap

mahasiswa sesuai dengan Kurikulum Program Studi Ilmu Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Bengkulu yang berbobot 2 (dua) sks atau 160 efektif di

lapangan.

Tujuan secara umum dari kegiatan magang ini adalah untuk

memberikan tambahan pengetahuan kepada Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Bengkulu berkaitan dengan instansi pemerintahan maupun Non-

pemerintahan yang mempunyai keterkaitan dengan bidang ilmu hukum.

Secara spesifik tujuan magang institusional ini adalah untuk:

a. Memberikan keterampilan kerja, pengalaman praktik kerja serta

bersosialisasi dan berinteraksi dalam dunia kerja.

b. Memberikan pengetahuan prosedur pelayanan baik secara formal dan

dasar-dasar juridis yang menjadi dasar pijakan untuk melaksanakan

aktifitas/operasional suatu instansi.

Page 9: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

9

c. Mengenal instansi/institusi yang menangani masalah-masalah tertentu

dengan baik secara berjenjang.

d. Dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab serta mengenal dunia

kerja sebelum mahasiswa tersebut masuk kepasar kerja yang

sesungguhnya.

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas

Bengkulu Nomor: 26/J30.1.11/HK/2004 tanggal 6 januari 2004, kegiatan

magang Mahasiswa Fakultas Hukum dibagi kedalam tiga bentuk yaitu:

1. Magang Perkantoran, yaitu bekerja dan ditempatkan di kantor pada dinas

pemerintah atau perusahaan swasta atau LSM.

2. Magang di daerah dan kelompok masyarakat bermasalah, yaitu kegiatan

magang mahasiswa yang ikut memformulasikan serta menyelesaikan

konflik masal di suatu daerah.

3. Magang Kerja Institusional (MKI) yaitu; magang mahasiswa yang

dilakukan pada beberapa instansi pemerintah pusat dan atau lembaga-

lembaga tinggi negara maupun instansi swasta di Jakarta.

Dengan adanya tiga jenis/bentuk pelaksanaan magang tersebut dan

usulan mahasiswa regular dan ekstensi, maka panitia pelaksana yang

diangkat dengan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas

Bengkulu Nomor: 1243/H30.1/HK/2010 tanggal 29 Juni 2010 sepakat untuk

melaksanakan kegiatan magang jenis/bentuk ke-3 yaitu Magang Kerja

Page 10: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

10

Institusional di beberapa lembaga tinggi negara dan instansi swasta di

Jakarta.

Pelaksanaan kegiatan magang ini dimulai pada hari Senin tanggal 11

Oktober 2010 dimana peserta magang melakukan kunjungan ke Komisi

Yudisial (KY) dan Mahkamah Konstitusi (MK), hari Selasa tanggal 12 Oktober

2010 ke Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan

Dewan Perwakilan Daerah (DPD), hari Rabu tanggal 13 Oktober 2010 ke

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Kejaksaan Agung RI, serta

terakhir hari Kamis tanggal 14 Oktober 2010 ke Lembaga Perlindungan Saksi

Dan Korban (LPSK) dan Dirjen Pajak.

Pada Bab pembahasan, penulis mengambil salah satu yang berkaitan

dengan hukum yaitu masalah “Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban

Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia”. Dasar pertimbangan penulis

mengambil topik ini adalah karena LPSK di Indonesia merupakan salah satu

lembaga Mandiri yang berada dalam lingkup Sistem Peradilan Pidana, baik

dalam proses penyelidikan, praperadilan, penuntutan, peradilan, maupun

pemasyarakatan dalam kasus-kasus pidana yang tertuju khusus pada upaya

perlindungan hak-hak saksi dan korban dalam setiap tahapan proses

peradilan hukumnya. Dengan adanya lembaga tersebut maka akan tercipta

rasa aman kepada para saksi dan korban dalam memberikan keterangan

pada semua tahapan peroses peradilan pidana. Atas dasar alasan tersebut

Page 11: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

11

penulis membahas masalah “ Pelindungan Saksi Dan Korban Dalam Sistem

Peradilan Pidana Indonesia”.

Page 12: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

12

BAB II

DESKRIPSI INSTITUSIONAL

A. KOMISI YUDISIAL

Dalam kunjungan kami yang Pertama ini adalah ke Komisi Yudisial

pada hari Senin tanggal 11 Oktober 2010 diisi oleh pembicara Bapak

Edy Hary Susanto S.H.,M.H., Hilman Purwanasuma, S.H Jabatan Tenaga

Ahli dan Staf Khusus Komisi Yudisial, Dra. Nita Kurniasih, M.Si Jabatan

Kepala Pusat Data dan Layanan Informasi. Dengan materinya yaitu

Mencari Sosok Pemimpin Komisi Yudisial (KY) Kedepan.

1. Sejarah Komisi Yudisial

Pada tahun 1968 muncul ide pembentukan Majelis

Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH). Majelis ini berfungsi untuk

memberikan, mempertimbangan dan mengambil keputusan terakhir

mengenai saran-saran dan atau usul-usul yang berkenaan dengan

pengangkatan, promosi, kepindahan, pemberhentian dan

tindakan/hukuman jabatan para hakim yang diajukan baik oleh

Mahkamah Agung maupun Menteri Kehakiman. Namun dalam

perjuangannya, ide tersebut menemui kegagalan dan tidak berhasil

dimasukkan dalam UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Page 13: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

13

Kemudian pada tahun 1998-an ide tersebut muncul kembali dan

menjadi wacana yang semakin kuat dan solid sejak adanya desakan

penyatuan atap bagi hakim, yang tentunya memerlukan pengawasan

eksternal dari lembaga yang mandiri agar cita-cita untuk mewujudkan

peradilan yang jujur, bersih, transparan dan profesional dapat

tercapai.

Pada Sidang Tahunan MPR tahun 2001 yang membahas

amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, telah disepakati beberapa perubahan dan penambahan

pasal yang berkenaan dengan kekuasaan kehakiman, termasuk di

dalamnya Komisi Yudisial yang berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam

rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,

serta perilaku hakim. Berdasarkan pada amandemen ketiga itulah

dibentuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi

Yudisial yang disahkan di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 2004.

Setelah melalui seleksi yang ketat, terpilih 7 (tujuh) orang yang

ditetapkan sebagai anggota Komisi Yudisial periode 2005-2010 dan

dikukuhkan dalam Keputusan Presiden tanggal 2 Juli 2005.

Selanjutnya, pada tanggal 2 Agustus 2005, ketujuh anggota Komisi

Page 14: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

14

Yudisial mengucapkan sumpah dihadapan Presiden, sebagai awal

memulai masa tugasnya.

2. Visi dan Misi Komisi Yudisial

Pernyataan VISI adalah perwujudan harapan tertinggi yang

diupayakan untuk terwujud dengan mengoptimalkan pendayagunaan

sumber daya manusia di Komisi Yudisial melalui serangkaian tindakan

yang dilakukan secara terus menerus berdasarkan amanat konstitusi

dan Undang-Undang.

Visi Komisi Yudisial

“Terwujudnya penyelenggara kekuasaan kehakiman yang jujur, bersih,

transparan, dan professional”.

Pernyataan MISI adalah komitmen, tindakan, dan semangat

sehari-hari seluruh sumber daya manusia di Komisi Yudisial yang

diarahkan untuk mencapai VISI Komisi Yudisial.

Misi Komisi Yudisial

a. Menyiapkan calon hakim agung yang berakhlak mulia, jujur, berani

dan kompeten.

b. Mendorong pengembangan sumber daya hakim menjadi insan

yang mengabdi dan menegakkan hukum dan keadilan.

c. Melaksanakan pengawasan penyelenggara kekuasaan kehakiman

yang efektif, terbuka dan dapat dipercaya.

Page 15: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

15

3. Tugas dan Kewenangan Komisi Yudisial

Tugas-tugas Komisi Yudisial yaitu:

a. Berkaitan dengan pengusulan pengangkatan hakim agung:

1. Melakukan pendaftaran calon hakim agung.

2. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung.

3. Menetapkan calon hakim agung.

4. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

b. Berkaitan dengan menjaga dan menegakkan kehormatan,

keluhuran, martabat, serta perilaku hakim:

1. Menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim.

2. Meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan

berkaitan dengan perilaku hakim.

3. Melakukan pemeriksaaan terhadap dugaan pelanggaran

perilaku hakim.

4. Memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga

melanggar kode etik perilaku hakim.

5. Membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa rekomendas

dan disampaikan kepada Mahkamah Agung serta tindasannya

disampaikan kepada Presiden dan DPR.

c. Mengusulkan kepada Mahkamah Agung untuk memberikan

penghargaan kepada hakim atas prestasi dan jasanya dalam

Page 16: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

16

menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, serta perilaku

hakim.

Pasal 24A ayat (3) UUD 1945 secara prsial dan tidak langsung

telah mengatur kewenangan Komisi Yudisial berkaitan dengan proses

pengusulan calon hakim agung. Sedangkan pasal 24B ayat (1) UUD

1945 mengurai kewenangan komisi yudisial menjadi dua hal :

a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR.

b. Mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan

menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

hakim.

4. Tujuan Komisi Yudisial

a. Agar dapat melakukan monitoring secara intensif terhadap

penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dengan melibatkan unsur-

unsur masyarakat.

b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kekuasaan kehakiman baik

yang menyangkut rekruitmen hakim agung maupun monitoring

perilaku hakim.

c. Menjaga kualitas dan konsistensi putusan lembaga peradilan,

karena senantiasa diawasi secara intensif oleh lembaga yang

benar-benar independen.

Page 17: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

17

d. Menjadi penghubung antara kekuasaan pemerintah dan kekuasaan

kehakiman untuk menjamin kemandirian kekuasaan kehakiman.

5. Keanggotaan Komisi Yudisial

- Keanggotaan Komisi Yudisial terdiri atas mantan hakim, praktisi

hukum, akademisi hukum, dan anggota masyarakat.

- Anggota Komisi Yudisial adalah pejabat Negara, terdiri dari 7 orang

(termasuk Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap Anggota). Saat

ini anggota Komisi Yudisial tinggal 6 orang.

- Anggota Komisi Yudisial memegang jabatan selama masa 5 (lima)

tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali

masa jabatan.

Untuk keanggotaan KY Periode 2005-2010 terdiri dari:

Ketua Komisi Yudisial : M. Busyro Muqoddas, S.H.,M.Hum.

Wakil Ketua Komisi Yudisial : M. Thahir Saimima, S.H.

KorBid Penilaian Prestasi Hakim

dan Seleksi Hakim Agung : Prof. Dr. H. Mustafa Abdullah, S.H

KorBid Pengawasan Kehormatan,

Keluhuran Martabat dan Perilaku Hakim : H. Zainal Arifin, S.H

KorBid Pengembangan SDM : Prof. Dr. Chatamarrasjid Ais,

S.H,M.H

KorBid Hubungan Antar Lembaga : Soekotjo Soeparto, S.H,.LLm

Page 18: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

18

6. Dasar Hukum Dibentuknya Komisi Yudisial

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

hasil amandemen ketiga Pasal 24A ayat (3): “Calon hakim agung

diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk

mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai

hakim agung oleh Presiden”. Pasal 24B ayat (1): a. Komisi Yudisial

bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan

hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka

menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,

serta perilaku hakim. b. Mempunyai wewenang lain dalam rangka

menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta

perilaku hakim.

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial,

Pasal 2 disebutkan bahwa Komisi Yudisial adalah lembaga Negara

yang bersifat mandiri dan dalam menjalankan tugasnya bebas dari

campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya.

B. MAHKAMAH KONSTITUSI

Pada kunjungan selanjutnya tetap pada hari Senin tanggal 11

Oktober 2010 kami ke Mahkamah Konstitusi. Dengan materi berjudul

Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia

Page 19: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

19

dan Pemilu dan Perselisihan Hasil Pemilu yang diberikan oleh bapak Dr.

H. M. Akil Mochtar, S.H., M.H selaku Hakim Konstitusi.

1. Sejarah Mahkamah Konstitusi

Lembaran sejarah pertama Mahkamah Konstitusi (MK) adalah

diadopsinya ide Mahkamah Konstitusi (constitusional court) dalam

amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR) pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam

ketentuan Pasal 24 ayat (2) dan pasal 24C Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 hasil perubahan ketiga yang disahkan pada 9 November

2001.

Ide pembentukan mahkamah konstitusi merupakan salah satu

perkembangan pemikiran hokum dan kenegaraan modern yang

muncul pada abad ke-20 ini. Ditinjau dari aspek waktu, Negara kita

tercatat sebagai Negara ke-78 yang membentuk MK sekaligus

merupakan Negara pertama di dunia pada abad ke-21 yang

membentuk lembaga ini.

Sambil menunggu pembentukan MK, MPR menetapkan

Mahkamah Agung (MA) untuk menjalankan fungsi MK untuk

sementara waktu, yakni sejak disahkan Pasal III aturan Peralihan

Undang-Undang Dasar 1945 hasil Perubahan Keempat, pada 10

Agustus 2002. Untuk mempersiapkan pengaturan secara rinci

Page 20: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

20

mengenai MK, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah

membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Mahkamah

Konstitusi. setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan

Pemerintah menyetujui secara bersama pembentukan Undang-

Undang No 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13

Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu juga

(Lembaran Negara Tahun 2003, nomor 98, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4316). Tanggal 13 Agustus 2003 inilah yang kemudian

disepakati para hakim konstitusi menjadi hari lahir MKRI.

Pada tanggal 15 Agustus 2003, Presiden melalui keputusan

Presiden Nomor 147/M Tahun 2003 mengangkat 9 (sembilan) Hakim

Konstitusi untuk pertama kalinya yang dilanjutkan dengan

pengucapan sumpah jabatan para Hakim Konstitusi di Istana Negara,

pada 16 Agustus 2003.

Lembaran perjalanan Mahkamah Konstitusi selanjutnya adalah

pelimpahan perkara dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi,

pada 15 Oktober 2003, yang menandai mulai beroperasinya kegiatan

Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu cabang kekuasaan

kehakiman menurut ketentuan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Mulai beroperasinya kegiatan Mahkamah Konstitusi juga menandai

berakhirnya kewenangan Mahkamah Agung dalam melaksanakan

Page 21: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

21

kewenangan Mahkamah Agung dalam melaksanakan kewenangan

Mahkamah Konstitusi sebagaimana diamanatkan oleh Pasal III Aturan

Peralihan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

2. Visi dan Misi Mahkamah Konstitusi

Visi Mahkamah Konstitusi

“Tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita negara hukum dan

demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat”

Misi Mahkamah Konstitusi

a. Mewujudkan Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku

kekuasaan kehakiman yang modern dan terpercaya.

b. Membangun konstitusionalitas Indonesia dan budaya sadar

berkonstitusi.

3. Kedudukan Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi merupakan suatu lembaga negara yang

melakukan kekuasaan Kehakiman yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

4. Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mempunyai empat

(4) kewenangan dan satu (1) Kewajiban sebagaimana diatur dalam

UUD 1945. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat

pertama dan akhir yang putusannya bersifat final untuk :

Page 22: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

22

a. Menguji UU terhadap UUD negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Memutuskan sengketa kewenagan lambaga negara yang

kewenangannya diberikan UUD Negara Republik Indonesia tahun

1945.

c. Memutuskan pembubaran Partai Politik.

d. Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum (Pemilu).

5. Kewajiban Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas

pendapat DPR bahwa Presiden dan/ atau wakil Presiden diduga :

a. Telah melakukan Pelanggaran Hukum berupa :

a. Penghianatan terhadap Negara.

b. Korupsi.

c. Penyuapan.

d. Tindak Pidana berat lainnya.

e. Atau perbuatan tercela.

f. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/ atau Wakil

Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

6. Susunan Organisasi Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi terdiri dari 9 (sembilan) orang Hakim

Konstitusi yang diajukan masing-masing 3 orang dipilih dan diusulkan

Page 23: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

23

oleh DPR, 3 orang dipilih dan diusulkan oleh Presiden dan 3 orang

dipilih dan diusulkan Mahkamah Agung, dan ditetapkan dengan

Putusan Presiden. Susunan organisasinya terdiri atas seorang Ketua

merangkap Anggota, seorang Wakil Ketua merangkap Anggota dan 7

(tujuh) Anggota Hakim Kostitusi.

Untuk kelancaran tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi dibantu oleh sebuah Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan,

yang susunan organisasinya, fungsi, tugas dan wewenangnya diatur

lebih lanjut dengan Keputusan Presiden atas usul Mahkamah

Konstitusi.

Masa jabatan hakim Konstitusi adalah 5 tahun dan dapat

dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Sedangkan ketua

dan wakil Ketua dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa

jabatan 3 tahun. Hakim Konstitusi adalah pejabat negara.

C. Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

Pada kunjungan ke 2 hari Selasa tanggal 12 Oktober 2010 kami ke

PPATK, diisi oleh Bapak Subintoro. Adapun materi yang kami dapat

adalah Rezim Anti Pencucian Uang Indonesia dan Kelembagaan PPATK.

1. Defenisi Pencucian Uang

Page 24: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

24

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang berbunyi perbuatan menempatkan,

mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,

menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan,

atau perbuatan lainnya atas kekayaan yang diketahuinya atau patut

diduga merupakan hasil tindak pidan dengan maksud untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan

sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.

2. Dampak Money Laundring

Ekonomis

- Instabilitas system keuangan.

- Distorsi terhadap system persaingan bebas.

- Mempersullit pengendalian moneter.

- Meningkatnya country risk.

Hukum dan Sosial

- Meningkatnya kejahatan baik jenis maupun kualitasnya.

- Meningkatnya kerawanan sosial.

3. Predicat of Crimes (Pasal 2)

1. Korupsi 14. Terorisme

2. Penyuapan 15. Pencurian

3. Penyelundepan barang 16. Penggelapan

Page 25: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

25

4. Penyelundupan Tenaga Kerja 17. Penipuan

5. Penyelundupan imigran 18. Pemalsuan Uang

6. Perbankan 19. Perjudian

7. Pasar Modal 20. Prostitusi

8. Asuransi 21. Perpajakan

9. Narkotika 22. Kehutanan

10. Psikotropika 23. Lingkungan Hidup

11. Perdagangan Manusia 24. Kelautan

13. Perdgn. Senjata gelap 25. Tindak pidana lain dengan

Ancaman pidana penjara

lebih dari 4 tahun.

4. Tugas dan Kewenangan PPATK

Tugas PPATK

a. Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mengevaluasi

informasi yang diperoleh.

a. Memantau catatan dalam buku daftar pengecualian.

b. Membuat pedoman tatacara pelaporan STR.

c. Memberikan nasehat dan bantuan.

d. Mengeluarkan pedoman dan publikasi kapada PJK tentang

kewajibannya.

Page 26: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

26

e. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya

pencegahan.

f. Melaporkan hasil analisis kepada penyidik.

g. Membuat dan memberikan laporan berkala kepada Presiden,

DPR.

Kewenangan PPATK

a. Meminta dan menerima laporan dari PJK.

b. Meminta informasi mengenai perkembangan

penyidikan/penuntutan.

c. Melakukan audit kepatuhan terhadap PJK.

d. Memberikan pengecualian kewajiban pelaporan tunai (CTR).

D. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Kunjungan kami selanjutnya pada hari Kedua yaitu Selasa tanggal

12 Oktober 2010 ke Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dengan pemateri

Ketua DPD Irman Gusman. Dengan tema “Perkembangan Penegakan

Hukum Persaingan di Indonesia”.

1. Sejarah DPD RI

DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang

berkedudukan sebagai lembaga Negara. DPD terdiri dari atas wakil-

Page 27: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

27

wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum dan

mempunyai alat kelengkapan yang meliputi:

Pimpinan DPD;

Panitia Ad Hoc;

Badan Kehormatan;

Panitia Musyawarah;

Panitia Perancang Undang-undang; dan

Panitia Kerjasama Antar Lembaga Perwakilan.

DPD mempunyai sebuah Seketariat Jendral. DPD dalam

melaksanakan tugasnya berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Sebelum perubahan UUD 1945, system ketatanegaraan

Indonesia mengenal MPR sebagai Lembaga Negara tertinggi.

Dibawahnya terdapat 5 lembaga yang berkedudukan sebagai

lembaga tertinggi termasuk DPR. DPR merupakan lembaga

Perwakilan Rakyat, kedudukan DPR adalah kuat dan senatiasa dapat

mengawasi tindakan-tindakan Presiden.

Setelah amandemen, DPR mengalami perubahan-perubahan,

fungsi legislasi yang sebelumnya berada di tangan Presiden, maka

setelah amandemen UUD 1945 fungsi legislasi berpindah ke DPR.

Selanjutnya amandemen kedua UUD 1945 juga memunculkan

Page 28: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

28

ketentuan baru yang memperkuat posisi DPR. Ketentuan itu

dirumuskan dalam pasal 20a UUD 1945, yaitu DPR memiliki fungsi

legislasi, fungsi anggaran dan pengawasan. DPR mempunyai hak

interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat serta

ketentuan lebih lanjut tentang hak DPR dan Hak anggota DPR diatur

dalam UU.

Perkembangan selanjutnya, dibentuk DPD sebagai kamar

kedua di lembaga perwakilan rakyat dalam sidang tahunan MPR 2001.

Lembaga baru ini diatur dalam ketentuan yang sama sekali baru,

yaitu BAB VIIA tentang DPD. Eksistensi DPD dinyatakan dalam pasal

22C UUD 1945, yaitu:

1) Anggota DPD dipilih di setiap provinsi melalui Pemilu;

2) Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah

seluruh anggota DPD ini tidak lebih dari sepertiga jumlah

anggota DPR;

3) DPD bersidang sedikitnya sekali dalam setahun;

4) Susunan dan kedudukan DPD diatur dalam UU.

Salah satu berkenaan kewenangan DPD, Dapat mengajukan

kepada DPR rancangan UU yang berkaitan dengan otonomi daerah,

hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran serta

penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber

Page 29: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

29

daya ekonomi lainnya, serta berkaitan dengan perimbangan keuangan

pusat dan daerah.

E. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)

Kunjungan kami pada hari Ketiga yaitu Rabu tanggal 13 Oktober

2010 ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Dengan tema

“Perkembangan Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia”.

1. Sejarah KPPU

KPPU merupakan komisi negara yang dibentuk untuk

mengawasi pelaksanaan Undang-undang No. 5/1999. KPPU adalah

suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan

kekuasaan Pemerintah serta pihak lain (pengambilan putusan).

Terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah serta pihak lain,

KPPU berfungsi menyusun peraturan pelaksanaan dan memeriksa

berbagai pihak yang diduga melanggar UU No. 5/1999 tersebut serta

memberi putusan mengikat dan menjatuhkan sanksi terhadap para

pelanggarnya.

KPPU bertanggung jawab kepada Presiden dan melaporkan

hasil kerjanya kepada Dewan Pewakilan Rakyat. Komisi yang

diresmikan pada 7 Juni 2000 ini terdiri atas sebelas anggota -

Page 30: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

30

termasuk seorang Ketua dan Wakil Ketua - yang pengangkatannya

atas persetujuan DPR, dengan masa jabatan selama lima tahun.

KPPU turut berperan mewujudkan perekonomian Indonesia

yang efisien melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, yang

menjamin adanya kepastian berusaha.

Pengawasan pelaksanaan Undang-Undang tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dilakukan

KPPU dimaksudkan untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang

efisien melalaui penciptaan iklim usaha yang kondusif, yang

menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi

semua pelaku usaha. Dengan tujuan yang sama, KPPU juga berupaya

mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Upaya KPPU menjamin agar setiap orang yang berusaha di

Indonesia berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar

adalah untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan

oleh pelaku ekonomi tertentu. Kesempatan berusaha yang terjaga

akan membuka lebar kesempatan konsumen untuk mendapatkan

pilihan produk yang tak terbatas, yang memang menjadi hak mereka.

Berjalannya kehidupan ekonomi yang menjamin keseimbangan antara

kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum ini pada akhirnya

akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 31: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

31

2. Visi dan Misi KPPU

Visi KPPU

“Menjadi Lembaga Pengawas Persaingan Usaha yang Efektif dan

Kredibel untuk Meningkatkan Kesejahteraan rakyat”.

Misi KPPU

1. Menegakan Hukum Persaingan.

2. Menginternalisasi nilai-nilai Persaingan.

3. Membangun kelembagaan yang efektif dan kredibel.

3. Tugas dan Wewenang KPPU

Tugas KKPU

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian sebagaimana yang

diatur dalam pasal 4 s.d. 16.

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau pelaku

usaha sebagaimana yang pasal 17 s.d. 24.

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya

penyalahgunaan posisi dominan sebagaimana yang diatur dalam

pasal 25 s.d. 28.

d. Mengambil tindakan sesuai wewenang komisi sesuai dengan

pasal 36.

Page 32: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

32

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.

f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan

Undang-undang ini.

g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi

kepada Presiden dan DPR.

Wewenang KPPU

a. Menerima laporan tentang dugaan terjadinya praktek monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat.

b. Melakukan penelitian terhadap kegiatan usaha atau tindakan

pelaku usaha.

c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus

laporan maupun inisiatif.

d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan.

e. Memanggil pelaku usaha.

f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang

yg dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-undang

ini.

Page 33: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

33

F. KEJAKSAAN AGUNG RI

Kunjungan kami pada hari Ketiga yaitu Rabu tanggal 13 Oktober

2010 ke Kejaksaan Agung RI.

1. Kejaksaan Agung Secara Umum

Kejaksaan Agung adalah lembaga pemerintahan yang

melaksanakan Kekuasaan Negara di bidang penuntutan. Kekuasaan

Negara tersebut dilakukan oleh Kejaksaan Agung (Ibukota),

Kejaksaan Tinggi (Provinsi), dan Kejaksaan Negeri

(Kabupaten/Kotamadya).

Jaksa adalah pejabat Negara yang diberi wewenang oleh

Undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum serta

melaksanakan putusan pengadilan negeri yang inkracht.

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk

melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang sesuai dengan

permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hukum.

Susunan Kejaksaan

Kejagung Kejati Kejari Kacabjari

Kejaksaan bertindak untuk atas nama Negara. Dalam melakukan

tugasnya, jaksa senantiasa bertidak berdasarkan:

Hukum;

Mengindahkan Norma;

Page 34: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

34

- Agama

- Kesopanan

- Kesusilaan

Menggali nilai-nilai

- Kemanusiaan

- Hukum

- Keadilan yang ada dalam masyarakat.

Kejaksaan agung memiliki pandangan acuan dalam bertugas “ SATYA

ADHI WICAKSANA”. Yang artinya:

1) Satya adalah dalam bertugas bersumber pada rasa jujur, baik, kepada

tuhan maupun sesame manusia.

2) Adhi adalah kesempurnaan dalam bertugas dan mempunyai rasa

tanggung jawab yang tinggi.

3) Wicaksana adalah bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku.

Kejaksaan Agung Mempunyai Visi dan Misi yaitu sebagai berikut:

Visi Kejasaan Agung

“Kejaksaan yang Independent dengan posisi sentral dalam penegakan hukum

guna mewujudkan supremasi hukum dan penghormatan hak asasi manusia”.

Misi Kejaksaan Agung

Page 35: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

35

1. Mengamankan dan mempertahankan pancasila sebagai falsafah hidup

bangsa terhadap usaha-usaha yang dapat menggoyahkan sendi-sendi

kehudupan bermasyrakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Mewujudkan kepastian hukum ketertiban, keadilan, dan kebenaran

hukum serta mengindahkan norma-norma beragama.

Dalam kerjanya Jaksa Agung dibantu oleh beberapa Jaksa Agung

Muda antara lain: pengawasan yaitu berfungsi mengawasi jaksa-jaksa

yang nakal atau tidak menjalankan apa yang sudah ditentukan. Jaksa

Agung Muda dibidang Pembinaan yang nbertugas melakukan pembinaan

serta pelaksana pembangunan sarana dan prasarana, keuangan,

pegawai, pelengkapan serta organisasi tata laksana.

G. LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK)

Kunjungan kami pada hari Keempat yaitu kamis tanggal 14

Oktober 2010 ke Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK).

Dengan tema “Sistem Kelembagaan Dan LPSK Dalam Sistem Peradilan

Pidana Indonesia”.

1. Sejarah LPSK

LPSK memang tidak akan mungkin mengiformasikan hak-hak

seseorang sebagai saksi dan korban dalam system peradilan pidana

Page 36: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

36

kepada lebih dari dua ratus tiga puluh juta orang penduduk Indonesia

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Tahun 2006 bisa jadi merupakan salah satu tahun yang

bersejarah dalam perjalanan panjang penegak hukum dan hak asasi

manusia di Indonesia. Setelah melaui advokasi panjang dari berbagai

kalangan pemerhati hukum dan hak asasi manusia, akhirnya Undang-

undang tentang Perlindugan Saksi Dan Koraban di sahkan. Namun hal

ini tidak serta merta membuka akses bagi Lembaga Perlindungan Saksi

Dan Korban (LPSK) untuk segera dapat bekerja secara optimal. Tahun-

tahun awal berdirinya LPSK diwarnai berbagai kendala baik dari

internal (terkait kelembagaan) maupun ekternal (terkait dukungan

pihak-pihak yang selama ini berhubungan langsung dengan para saksi

dan korban dalam system peradilan pidana).

Dasar Hukum Lembaga Perlindungan Saksi Dan korban adalah:

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

Dan Korban.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 2008

tentang Pemberian Konpensasi, Restitusi, dan Bantuan Kepada

Saksi dan Korban.

Peraturan Perundang undangan lainnya yang selaras mengenai

Perlindungan Saksi, Korban dan Pelapor.

Page 37: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

37

Melalui proses seleksi yang panjang dan diakhiri dengan Fit

and Proper Test oleh Komisi III DPR RI, terpilih 7 orang Anggota LPSK

yang kemudian diangkat oleh Presiden RI berdasarkan Keppres

No/65/P/2008.

7 (tujuh) Anggota LPSK tersebut adalah:

1. Abdul Haris Semendawai, S.H., LLM;

2. I Ktut Sudiharsa, S.H., M.Si;

3. Lies Sulistiani, S.H., M.H;

4. Lili Pintauli Siregar, S.H;

5. Dra. Myra Diarsi, MA;

6. R.M. Sindhu Krishno, Bc.IP,. S.H., M.H;

7. Dr. Teguh Soedarsono, SIK., S.H., M.Si.

Pada 7 April 2010, LPSK Menerima Keppres No. 39/P Tahun

2010 tertanggal 5 April 2010 yang memuat 3 (tiga) hal: (1)

Memberhentikan sebagian Anggota LPSK, masing-masing atas nama I

Ktut Sudiharsa, S.H., M.Si; dan Dra. Myra Diarsi, MA; (2) pelaksanaan

Keppres ini lebih lanjut dilakukan oleh Ketua Lembaga LPSK; dan (3)

Keppres ini dimulai berlaku pada akhir bulan sejak Keppres ini

ditetapkan.

VISI LPSK

Terwujudnya perlindungan saksi dan korban dalam system peradilan pidana.

Page 38: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

38

MISI LPSK

1. Mewujudkan perlindungan dan pemenuhan hak-hak bagi

saksi dan korban dalam peradilan pidana.

2. Mewujudkan kelembagaan yang professional dalam

memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak bagi

saksi dan korban.

3. Memperkuat landasan hukum dan kemampuan dalam

pemenuhan hak-hak saksi dan korban.

4. Mewujudkan dan mengembangkan jejaring dengan para

pemangku kepentingan dalam rangka pemenuhan hak

saksi dan korban.

5. Mewujudkan kondisi yang kondusif serta partisipasi

masyarakat dalam perlindungan saks dan korban.

H. DIRJEN PAJAK

Kunjungan kami pada hari Keempat berikutnya yaitu kamis

tanggal 14 Oktober 2010 ke Direktorat Jendral Pajak. Dengan

penyampaian Materi diberikan oleh Staf-staf bagian khusus yang bekerja

di Instansi Dirjen Pajak.

A. DIRJEN PAJAK Secara Umum

Page 39: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

39

Direktorat Jendral Pajak merupakan unit eselon I dibawah

Departemen Keuangan Republik Indonesia diberi tugas yang cuku

berat dalam memaksimalkan penerimaan Negara dari sector pajak

yang semakin meningkat setiap tahunnya untuk membiayai

pembangunan melalui kebijakan dan model pelayanan yang dapat

dibanggakan masyarakat.

Tiga pilar utama sebagai tugas DJP, yaitu penyuluhan,

pelayanan/pembinaan dan pengawasan (law enfocement) sangat

mendesak untuk ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Struktur Organisasi Direktorat Jendral Pajak (DJP) terdiri dari

kantor pusat berlokasi di Jend. Gatot Subroto Kav. 40-42. Kantor pusat

ini membawahi sebanyak 31 kantor wilayah sebanyak diseluruh

Indonesia dan kanwil akan membawahi Kantor Pelayanan Pajak

sebanyak 185 KPP, 53 Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan

164 kantor Pelayanan PBB. Di seluruh Indonesia selanjutnya KPP dan

KPPBB akan membawahi 236 Kantor Penyuluhan dan Pengamatan

Potensi Perpajakan diseluruh Indonesia.

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya

Page 40: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

40

kemakmuran rakyat. Pajak merupakan sumber utama penerimaan

Negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan Negara tidak dapat

untuk dilaksanakan.

Penggunaan uang pajak meliputi:

Pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil dengan pembiayaan

berbagai proyek pembangunan;

Pembangunan sarana umum;

Pembiayaan lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pajak dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan dari lembaga

yang mengelolanya yaitu:

1. Pajak Pusat

Pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini sebagian

dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak yaitu antara lain:

a. Pajak Pengahsilan (PPh);

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN);

c. Pajak Penjualan Barang yang tergolong Mewah (PPnBM);

d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

e. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB);

f. Bea Materai.

2. Pajak Daerah

Page 41: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

41

Pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang dalam hal ini ditangani

oleh Dinas Pendapatan Daerah, yaitu antara lain:

Provinsi

- Pajak Kendaraan Bermotor (baik di darat maupun di laut);

- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (di darat maupun di air);

- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas

air;

- Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah dan Air

Permukaan Restoran.

Kabupaten

- Pajak Hotel;

- Pajak Reklame;

- Pajak Restoran;

- Pajak Hiburan;

- Pajak Penerangan Jalan;

- Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C.

Pada dasarnya setiap orang pribadi baik Warga Negara

Indonesia/Warga Negara Asing yang bertempat tinggal di Indonesia

dan badan yang didirikan di Indonesia merupakan wajib pajak, kecuali

ketentuan perundang-undangan menetukan lain. Mengingat sifatnya

yang wajib, maka orang atau sesuatu badan yang menurut peraturan

Page 42: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

42

menurut perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk

melakukan kewajiban perpajakan disebut sebagai Wajib Pajak (WP).

Page 43: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

43

BAB III

PEMBAHASAN

Sistem Kelembagaan Dan LPSK Dalam Sistem Peradilan Pidana

Indonesia.

Pada kunjungan kami pada hari keemepat tanggal 14 Oktober

2010 ke Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK). Di LPSK kami

mendapat Materi dari Nara sumber 4 Anggota yang telah bergabung di

LPSK dengan, yaitu: 1. Bapak Abdul Haris Semendawai, S.H., LLM. Selaku

Ketua LPSK, 2. Lies Sulistiani, S.H., M.H, selaku Wakil Ketua, 3. DR. H.

Teguh Soedarsono SIK., S.H., M.Si., Dan Terakir 4. R.M. Sindhu Krishno,

Bc.IP., S.H., M.H., Selaku anggota. Dengan Tema “Sistem Kelembagaan

Dan LPSK Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia.

Dasar pertimbangan penulis mengambil topik ini adalah dari tidak

tahu sehingga mengetahui tentang kelembagaan apa itu LPSK, karena

LPSK di Indonesia merupakan salah satu lembaga Mandiri yang berada

dalam lingkup Sistem Peradilan Pidana, baik dalam proses penyelidikan,

praperadilan, penuntutan, peradilan, maupun pemasyarakatan dalam

kasus-kasus pidana yang tertuju khusus pada upaya perlindungan hak-

hak saksi dan korban dalam setiap tahapan proses peradilan hukumnya.

Page 44: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

44

A. LPSK Secara Umum

Kehadiran Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pelindungan Saksi Dan Korban memberikan angin segar bagi

perkembangan hukum pidana di Indonesia, khususnya hukum formal

yang selama ini diakomodasikan oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana, bahkan di dalam Undang-undang

tersebut telah diamanatkan secara khusus mengenai Lembaga

Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK) yang bertugas dan berkewajiban

untuk memberikan perlindungan saksi dan koraban dalam kasus-kasus

pidana. Seberapa penting arti bagi saksi maupun korban (termasuk

keluarga, orang-orang dekatnya, dan harta bendanya) dalam suatu

proses peradilan pidana.

LPSK di Indonesia merupakan lembaga yang berada dalam lingkup

dalam Sistem Peradilan Pidana, baik dalam proses penyelidikan,

praperadilan, penuntutan, peradilan, maupun pemasyrakatan dalam

kasus-kasus pidana yang tertuju khusus pada upaya perlindungan hak-

hak saksi dan korban dalam setiap tahap proses peradilan hukumnya.

Oleh karena itu, peran dan fungsi serta keberadaan LPSK harus ditata,

dibudayakan, dan disinergikan dengan fungsi dan kewenangan unsure

lembaga penegak hukum pidana lainnya secara luas, rinci, dan tegas.

Page 45: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

45

1. Tanggung Jawab LPSK

Sesuai Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 yang

mengamanatkan bahwa LPSK Mempunyai Tanggung Jawab sebagai

berikut:

a) Memberikan rasa aman kepada para saksi dan korban dalam

memberikan keterangan pada semua tahapan proses peradilan

pidana;

b) Memberikan perlindungan dan hak-hak kepada para saksi dan

korban yang akan, sedang, dan atau telah memberikan

keterangan dalam perkara pidana pada kasus-kasus tertentu;

c) Mendayagunakan berbagai sumber daya kemampuan dan

anggaran Negara untuk melakukan perlindungan, bantuan, dan

perwujudan hak-hak saksi dan korban berkenaan dengan proses

peradilan pidana pada kasus-kasus tertentu;

d) Membuat laporan berkala tentang pelaksanaan tugas LPSK

kepada DPR-RI dan Presiden.

2. Fungsi LPSK

Adapun Fungsi Lembaga Perlndungan Saksi Dan Korban yaitu

sebagai berikut:

Page 46: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

46

a) Mengkordinasikan fungsi dan peran perlindungan saksi dan korban

dalam sistem peradilan pidana;

b) Penerima permintaan, penyerahan dan atau permohonan untuk

dilakukan perlindungan terhadap saksi dan atau korban dalam

kasus perkara pidana tertentu;

c) Menetukan persyaratan dan wujud perlindungan kepada saksi dan

korban sesuai pertimbangan yang dilakukan;

d) Melakukan koordiansi, kerjasama dan kemitraan dengan berbagai

pihak dalam proses maupun aktivitas perlindunagn saksi dan

korban;

e) Melakukan upaya perlindungan dan pemberian bantuan kepada

saksi dan korban sesuai kewenangannya;

f) Menentukan tata manajemen, sistem informasi, dan siklus

pelaporan tentang aktivitas perlindungan saksi dan korban.

3. Ruang Lingkup Kewenangan LPSK

Bahkan dalam hal-hal tertentu LPSK diberikan kewenangan

untuk mefasilitasi pemberian kesaksiandi luar ruang pengadilan,

khususnya terhadap saksi dan/atau korban yang berada dalam

suasana ancaman yang sangat besar; memfasilitasi pemberian

kesaksian secara langsung melaui sarana elektronikdengan

Page 47: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

47

didampingi oleh pejabat tang berwenang; memfasilitasi kesaksian

secara tertulis; dan memfasilitsi pemberian kesaksian secara dengan

pendampingan penasehat hukumnya.

Pemberian layanan perlindungan dan fasilitas kepada LPSK

atas berbagai pertimbangan, antara lain: sifatnya pentingnya

keterangan yang disampaikan saksi dan /atau korban tersebut;

tingkat ancaman yang membahayakan baginya; hasil analisis tim

medis dan atau psikososial terhadap yang bersangkutan; serta rekam

jejak kejahatan yang pernah dilakukan saksi dan/atau korban

tersebut.

B. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

LPSK saat ini sedang berupaya menyusun suatu peraturan system

menajemen SDM yang diharapkan mampu menciptakan tata kerja dan

peningkatan kinerja lembaga. Untuk mendukung hal ini, LPSK menyadari

bahwa penguatan kapasitas internal tidak terlepas dari dukungan Sumber

Daya Manusia yang kompeten sebagai pelaksana aktivitas perlindungan.

Apabila LPSK didukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkompetensi

tinggi serta sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor

13 Tahun 2006 dapat terlaksana secara maksimal.

Page 48: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

48

Menyadari arti penting keberadaan saksi dan korban sebagai

front-gate untuk mengungkap kejahatan, LPSK membentuk satu unit

khusus yang bertugas untuk menerima permohonan perlindungan yang

dating ke LPSK. Unit ini diberi nama Unit Pernerimaan Permohonan

(UP2)LPSK. Tugas utama dari unit ini adalah penanganan pertama bagi

setiap permohonan yang masuk ke LPSK. Diharapakan melalui UP2 akan

mampu menangkap isu-isu pelindungan terhadap saksi dan korban yang

tengah menjadi sorotan publik.

Hal lain yangn akan sanagat menentukan keberhailan LPSK dalam

melakukan perlindungan terhadap saksi dan korban adalah dukungan

dari aparat penegak hukum (kepolisian, Kejaksaan, MA, serta Advokat).

Eratnya korelasi anatara kinerja LPSK sebagai lembaga penyelenggara

hak-hak saksi dan korban dalam siste peradilan pidana dengan dukungan

aparat penegak hukum menuntut suatu pola hubungan yang erat serta

mampu bersinergi

Dukungan lain yang harus pula dimiliki LPSK adalah political will

dari pihak pemerintah serta dukungan dari masyarakat terhadap upaya-

upaya LPSK dalam mewujudkan perlindungan saksi dan korban. Sehebat

apapun upaya LPSK untuk membangun fondasi kelembagaan serta

menunjukan kinerja terbaiknya, tanpa dukungan dari pihak pemerintah

serta segenap elemen masyarakat, kinerja LPSK tidak akan maksimal.

Page 49: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

49

Pada akhirnya catatan tahunan LPSK bukan sekedar cacatan angka-

angka semata. Namun lebih dari itu, cacatan akhir tahun ini

menggambarkan sekilas tantangan bagi peningkatan kinerja LPSK di hari-

hari mendatang. Semoga tuntutan yang tergambarkan melaui cacatan

akhir tahun LPSK akan mampu dijawab dengan kinerja LPSK yang jauh

lebih maksimal lagi di tahun 2010 dan seterusnya.

C. Mekanisme Pemberian Perlindungan

1. Proses Pemberian Perlindungan Bagi Saksi dan/atau Korban:

1) Permintaan diajukan secara tertulis oleh pihak yang bersangkutan,

baik atas inisiatif sendiri, diajukan oleh orang yang mewakilinya,

dan atau oleh pejabat yang berwenang kepada LPSK;

2) Pemberian perlindungan dan bantuan kepada Saksi dan/atau

Korban ditentukan dan didasarkan pada “Keputusan LPSK;

3) Dalam hal LPSK menerima permohonan tersebut, Saksi dan/atau

Korban yang bersangkutan berkewajiban menandatangani

pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan

perlindungan Saksi dan Korban;

4) Perlindungan LPSK diberikan kepada Saksi dan/atau Korban

termasuk keluarganya sejak ditandatanganinya pernyataan

kesediaan;

Page 50: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

50

5) Perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban diberikan sejak

ditandatanganinya perjanjian pemberian perlindungan;

6) Pembiayaan perlindungan dan bantuan yang diberikan dengan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

7) Perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban hanya dapat dihentikan

berdasarkan alasan:

a. Inisiatif sendiri dari Saksi dan/ atau Korban yang dilindungi,

b. Atas permintaan pejabat yang berwenang,

c. saksi dan/ atau korban melanggar ketentuan sebagaimana tertulis

dalam perjanjian; atau

d. LPSK berpendapat bahwa Saksi dan/ atau Korban tidak lagi

memerlukan perlindungan berdasarkan bukti-bukti yang

meyakinkan; dan

8) Penghentian perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban harus

dilakukan secara tertulis.

2. Bagan Alur Pemberian Perlindungan Saksi Dan/atau

Korban

Page 51: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

51

Page 52: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

52

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tersebut diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa masing-masing lembaga/institusi telah mempunyai

tugas dan wewenang tersendiri dan dilakukan dengan penuh rasa

tanggung jawab, sehingga dalam penyelenggaraan pemerintahan akan

terlaksana seperti apa yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia sesuai

dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan hal itu harus

didukung oleh sarana dan prasarana yang baik dan memadai, Sumber

Daya Manusia yang berkualitas dan yang terpenting adalah moral yang

baik dari pejabat itu sendiri.

Apabila suatu kondisi negara telah lengkap sarana dan prasarana

serta telah memiliki Sumber Daya Manusia yang berkulitas, jika tidak

diikuti dengan moral pejabat yang baik, maka negara tersebut cenderung

anarkis, sewenang-wenang dan hanya menyengsarakan rakyat.

B. Saran

Dari pembahasan diatas maka penulis memberikan saran bahwa:

1. Hendaknya ada hubungan koordinasi antara lembaga-lembaga yang

berwenang dalam menyelesaikan dan menjalankan tugas yang di

pertanggung jawabkan kepada lembaga tersebut.

Page 53: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

53

2. Hendaknya lembaga negara yang berwenang dalam menyelesaikan

masalah bekerja secara suguh-sungguh, professional dan bertindak

sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

3. Dengan berjalannya tugas dan fungsi lembaga-lembaga tersebut

dengan baik dan selalu berpegang teguh kepada kebenaran

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha ESA, bersama pemerintah

membawa bangsa kearah yang dicita-citakan rakyat Indonesia.

Page 54: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

54

BIODATA

Nama : ASEF ADIANTO

NPM : BIA107018

Semester : VII (tujuh)

Fakultas : Hukum

Jurusan : Hukum Pidana

Tempat dan Tanggal Lahir : Bengkulu, 20 September 1988

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Pendidikan : SD Negeri No. 38 Bengkulu

SLTP N 12 Bengkulu

SMA. Muhammadiyah 4 Bengkulu

Fakultas Hukum Universitas Bengkulu

Angkatan 2007

Alamat : JL. Batang Hari Gg Kelapa No. 32 Rt 11

Kecamatan Ratu Agung Kelurahan Tanah Patah

Kota Madya Bengkulu

Page 55: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

55

Lampiran 1

Photo di Komisi Yudisial, Senin 11 Oktober 2010

Photo di Mahkamah Konstitusi, Senin 11 Oktober 2010

Page 56: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

56

Photo di PPATK, Selasa 12 Oktober 2010

Photo di DPD RI, Selasa 12 Oktober 2010

Page 57: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

57

Photo di KPPU, Rabu 13 Oktober 2010

Photo di LPSK, Kamis 14 Oktober 2010

Page 58: Laporan Magang FH UNIB Jakarta 2010

58

Photo di Direktorat Jendaral Pajak, 14 Kamis Oktober 2010