Skripsi (1)

95
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil dan sehat jasmani serta rohani. Oleh karena itu, titik berat pendidikan saat ini adalah untuk meningkatkan mutu dan perluasan kesempatan belajar. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilaksanakan dengan meningkatkan peranan komponen pendidikan antara lain menyangkut tenaga pendidik, kurikulum, fasilitas pendidikan dan metode pembelajaran. Salah satu unsur yang paling penting adalah meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam suatu lembaga pendidikan. 1

Transcript of Skripsi (1)

Page 1: Skripsi (1)

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian,

berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil

dan sehat jasmani serta rohani. Oleh karena itu, titik berat pendidikan saat ini

adalah untuk meningkatkan mutu dan perluasan kesempatan belajar.

Peningkatan mutu pendidikan dapat dilaksanakan dengan meningkatkan

peranan komponen pendidikan antara lain menyangkut tenaga pendidik,

kurikulum, fasilitas pendidikan dan metode pembelajaran. Salah satu unsur yang

paling penting adalah meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar merupakan

kegiatan inti dalam suatu lembaga pendidikan.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dengan melihat sampai

berapa jauh tujuan pembelajaran yang telah ditentukan tercapai. Tercapainya

tujuan pembelajaran baik secara khusus maupun umum dapat dilihat dari

kemampuan siswa dalam menguasai dan menyelesaikan soal-soal materi pelajaran

tersebut. Penguasaan materi pelajaran merupakan pemahaman suatu bahan

pelajaran secara menyeluruh. Jadi dari tingkat penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran dapat diketahui kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal.

Pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari ditingkat

SMP. Pelajaran fisika merupakan pelajaran yang cukup sulit dan rumit, oleh

1

Page 2: Skripsi (1)

karena itu guru-guru fisika perlu memahami dan menerapkan berbagai

cara memberikan pelajaran fisika, tujuannya antara lain pengajaran fisika dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam pembelajaran tercipta bermacam

cara untuk memberikan pelajaran dengan mempelihatkan gambar, alat,

hitungannya dan cara kerjanya, antara guru dengan siswa ada gaya tariknya

dengan kata lain menimbulkan gairah dalam pembelajaran siswa misal untuk

menentukan berat suatu benda kita akan menggunakan neraca. Penggunaan cara

dimaksud bertujuan agar siswa tidak jenuh, bosan dan menghidupkan suasana

kelas.

Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan antara dua unsur

manusia, dimana murid sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang

mengajar hubungan antara guru dan murid diikat dengan tujuan pendidikan yaitu

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Diknas, 2003 : 3). Sesuai dengan keperluan dan kemampuan siswa dengan

memperhatikan kondisi lingkungan belajar siswa dan sekolah serta menggunakan

sarana dan berbagai alat untuk memperlancar jalannya proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar dikelas peranan guru bukan hanya

menyampaikan pengetahuan kepada siswa secara dominan, sehingga kurangnya

interaksi antara guru dengan siswa dalam pembelajaran dikelas. Akan tetapi tugas

seorang guru yang paling utama adalah mendorong, membimbing dan memberi

2

Page 3: Skripsi (1)

motivasi serta memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk memcapai tujuan

pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar adalah inti dari kegiatan dalam pendidikan,

segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar

mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan seluruh komponen

pengajaran, kegiatan belajar ini akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah

ditentukan dapat tercapai. Setiap kegiatan belajar mengajar guru dan anak didik

terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai dasarnya. Dalam

interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif bukan guru. Guru hanya berperan

sebagai motivator dan vasilitator ini adalah sistem pengajaran yang dikehendaki

dalam pengajaran dengan pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif) dalam

pendidikan modern.

Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong,

membimbing dan memberikan fisilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan,

guru mempunyai tanggung jawab untuk melibat segala sesuatu yang terjadi dalam

kelas guna membantu proses perkembangan siswa. Setiap aktivitas belajar

mengajar disekolah berbagai upaya telah dilakukan oleh para guru untuk

memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa yang menentukan sumber

daya manusia yang berkwalitas.

Bermacam model pembelajaran yang digunakan efektivitasnya sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pengelolaan proses pembelajaran,

namun sekarang hanya kenyataannya masih terdapat guru menerapkan metode

pembelajaran yang berpusat pada guru saja dan siswa hanya sebagai pendengar,

3

Page 4: Skripsi (1)

penerima dan penghapal yang menjadikan siswa menjadi aktif. Agar anak murid

dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memberikan

pembelajaran yang efektif ialah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa

untuk dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan sehingga dapat mencapai

tujuan pembelajaran.

Dalam kurikulum SMP tahun 2006 pokok bahasan besaran dan satuan

merupakan salah satu konsep yang diajarkan di kelas VII semester 1 dan nantinya

akan dipelajari lebih mendalam lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berdasarkan pengalaman penulis saat PPL diketahui bahwa kemampuan

siswa pada pelajaran fisika rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai hasil ulangan

harian siswa kelas VII tahun pelajaran 2010 / 2011 SMP Negeri 13 Lubuklinggau,

banyak siswa memperoleh nilai yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 65, sehingga guru lebih

sering memberikan remedial dari pada pengayaan. Hal ini merupakan suatu

masalah dalam pembelajaran fisika mengingat SMP Negeri 13 Lubuklinggau

merupakan salah satu SMP yang berstatus negeri dan berkualitas cukup baik di

Kota Lubuklinggau.

Sehubungan dengan informasi di atas penulis tertarik mengadakan

penelitian untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri

13 Lubuklinggau dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan besaran

dan satuan. Diharapkan setelah penelitian ini kemampuan keterampilan kognitif

fisika siswa melebihi angka KKM yang ditentukan SMP Negeri 13 Lubuklinggau

yaitu 65, sehingga dapat dikatakan siswa telah mencapai ketuntasan belajar.

4

Page 5: Skripsi (1)

Latar belakang di atas mendorong penulis ingin mengambil fokus

penelitian dengan “Studi kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 13

Lubuklinggau dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan besaran dan

satuan”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan untuk mencapai keberhasilan sebuah

pengajaran di SMP sangat dipengaruhi oleh sebagai berikut :

1) Masih rendahnya prestasi siswa.

2) Kurangnya kemampuan guru dalam proses pembelajaran di sekolah sangat

mempengaruhi keberhasilan pencapaian indikator siswa dalam proses

pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka

diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1) Minat belajar siswa dalam pembelajaran fisika dibatasi pada perasaan senang,

perhatian, konsentrasi, kesadaran dan kemauan dalam menyelesaikan soal-soal

fisika pokok bahasan besaran dan satuan.

2) Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah besaran dan

satuan.

5

Page 6: Skripsi (1)

3) Prestasi belajar siswa dibatasi pada prestasi belajar fisika pada pokok bahasan

besaran dan satuan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah-

masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan

besaran dan satuan?

2. Kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika

pokok bahasan besaran dan satuan?

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar pembahasan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada dan

analisis menjadi lebih terarah maka dalam penelitian ini penulis hanya membatasi

permasalahan meliputi:

1) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika

2) Bahan pengajaran besaran dan satuan untuk kelas VII SMP

3) Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 13 Lubuklinggau

4) Waktu penelitian adalah tahun ajaran 2009/2010 pelaksanaanya pada tanggal

19 Juli sampai dengan 02 Agustus 2010.

6

Page 7: Skripsi (1)

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan

siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau dalam menyelesaikan soal-soal

fisika pokok bahasan besaran dan satuan.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan sumbangan

terhadap pembelajaran fisika kelas VII terutama aspek keterampilan kognitif, ada

3 (tiga) manfaat dalam penelitian ini adalah :

1) Bagi Peneliti

Memperoleh gambaran kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 13

Lubuklinggau dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan besaran dan

satuan.

2) Bagi Guru

Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru-guru fisika untuk

menambah wawasan dalam penyajian bahan pelajaran dengan berbagai strategi

mengajar yang lebih baik dan tepat. Dalam meningkatkan mutu pendidikan dan

kualitas dalam praktek mengajar terutama dalam pelajaran fisika sebagai umpan

balik (feed-back) dimasa yang akan datang.

3) Bagi Siswa

Menambah pengetahuan bagi siswa dalam upaya meningkatkan

kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan besaran dan

satuan.

7

Page 8: Skripsi (1)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Belajar

Menurut Hamalik (2007:36) berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi

atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the

modification or strengthening of behavior through experiencing).

Menurut Sudjana (2002:28) belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan dalam diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari

proses belajar dapat ditunjukkan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Dimyati dan Mujiono (2002:7-19) mengutip beberapa pendapat para ahli

mengenai pengertian belajar, diantaranya yaitu (1) Skinner berpendapat bahwa

belajar adalah suatu perlakuan. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi

lebih baik. Sebaliknya bila orang tidak belajar maka responnya menurun; (2)

Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang komplek; (3) Piaget

berpendapat bahwa pengetahuan di bentuk oleh individu yang berinteraksi dengan

lingkungannya sehingga terjadi perkembangan intelek individu.

Menurut Slameto (2003:2) “belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dari interaksi dengan

lingkungannya”. Soemanto (2003:104) berpendapat bahwa belajar merupakan

8

Page 9: Skripsi (1)

proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia dapat

melakukan perubahan atau perkembangan. Jadi semua aktivitas dan prestasi hidup

manusia tidak lain adalah hasil belajar, sedangkan belajar itu bukan hanya sekedar

pengalaman melainkan proses untuk memperbaiki kecakapan tingkah laku.

Menurut Winkel (2004:59) “belajar adalah suatu aktivitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan peruabahn-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap”. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih

luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan

melainkan perubahan kelakuan.

Sardiman (2008:22) menyatakan belajar juga sebagai proses interaksi

antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin

berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Maksud proses interaksi itu adalah

(1) proses internalisasi dari sesuatu kedalam diri yang belajar, (2) dilakukan

secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.

Walaupun terdapat perbedaan antara beberapa ahli tetapi secara prinsip

bahwa belajar adalah serangkai kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar dari pengalaman indiviidu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan (kondisi) belajar yang lebih konduksif. Sardiman (2008:26)

mengemukakan tujuan belajar secara umum ada tiga jenis yaitu (1) untuk

9

Page 10: Skripsi (1)

mendapatkan pengetahuan, (2) pemahaman konsep dan keterampilan, (3)

pembentukan sikap.

Menurut Gagne (dalam Sutikno, 2003:69) ada lima tujuan belajar yaitu :

a. Kemampuan intelektual, yaitu hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan;

b. Strategi kognitif, yaitu mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti

seluas-luasnya;

c. Informasi verbal, yaitu pengetahuan dalam arti informasi dan fakta;

d. Keterampilan motorik yang di dapat dari sekolah;

e. Sikap dan nilai, yaitu berhubungan dengan arah dan intensitas emosional yang

dimiliki dan bagaimana cara menyimpulkan kecenderungan bertingkah laku

terhadap orang atau suatu kejadian.

3. Ciri-ciri Belajar

Jika belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ciri-ciri belajar menurut

Djamarah (2008:15), yaitu :

a. Perubahan yang terjadi secara sadar, yaitu individu yang belajar akan

menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, yaitu perubahan yang terjadi

dalam diri individu yang berlangsung terus menerus.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, yaitu perubahan-perubahan

itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari

sebelumnya.

d. Perubahan belajar bukan bersifat sementara, yaitu tingkah laku yang terjadi

setelah belajar akan bersifat menetap.

10

Page 11: Skripsi (1)

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, yaitu perubahan tingkah laku

itu terjadi karena aada tujuan yang akan dicapai.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, yaitu perubahan yang

diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan

keseluruhan tingkah laku.

4. Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Slameto (2003:27) prinsip-prinsip belajar meliputi :

a. Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk belajar yaitu :

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipaso aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional.

2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement (penguatan) dan

motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi (penjelajahan materi) dan

belajar secara efektif.

4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai dengan hakekat belajar yaitu :

1) Belajar itu proses kontiyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan

discovery.

11

Page 12: Skripsi (1)

3) Belajar adalah proses kontinguaitas (hubungan antara pengertian yang satu

dengan yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

Stimulasi yang diberikan meimbulkan respon yang diharapkan.

c. Sesuai materi atau bahan yang akan dipelajari yaitu :

1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya.

2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapai.

d. Syarat keberhasilan belajar yaitu :

1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang.

2) Repetisi, dalam proses belajar perlu latihan berkali-kali agar pengertian,

keterampilan dan sikap itu mendalam pada siswa.

Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt (dalam Djamarah, 2008:20)

yaitu :

a. Belajar berdasarkan keseluruhan.

b. Belajar adalah suatu proses perkembangan.

c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan.

d. Terjadi transper.

e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman.

f. Belajar harus dengan insight.

12

Page 13: Skripsi (1)

g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan.

h. Belajar berlangsung terus menerus.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Perbedaan belajar antara individu dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Menurut Slameto (2003:54-72) faktor-faktor yang mempengeruhi belajar

digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Faktor internal (Faktor dari dalam siswa)

Faktor internal adalah kondisi individu atau anak yang belajar (Ahmadi,

2005:106) keberhasilan dalam aktivitas belajar, diantaranya ditentukan oleh faktor

jasmani dan rohani siswa. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi belajar,

sebenarnya kondisi individu yang memegang peran paling menentu, baik kondisi

fisiologis maupun psikologis.

1) Faktor jasmani

a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya

atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Anak yang

kekurangan gizi misalnya ternyata kemampuannya berada di bawah anak-anak

yang tidak kekurangan gizi. Karena itu dalam belajar diperlukan jasmani yang

sehat, dalam hal ini Slameto (2003:54) menegaskan bahwa “proses belajar

seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, ia akan merasa cepat

lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika kondisi tubunya lemah”.

Hal-hal tersebut akhirnya berpengaruh pada hasil belajarnya.

13

Page 14: Skripsi (1)

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu berupa buta, setengah buta, tuli, patah

kaki dan tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi

belajar (Slameto, 2003:55).

2) Faktor psikologis

a) Inteligensi

Menurut Slameto (2003:56) inteligensi adalah kecakapan yang terjadi dari

tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi

yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep

yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu

pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekelompok objek

(dalam Slamento, 2003:56). Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, maka

siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarkan.

c) Minat

Hilgart berpendapat minat adalah “Interest is persisting tendency to pay

attention to and enjoy some activity or content”. Jadi minat adalah kecenderungan

yang tetap untuk dan mengenang beberapa kegiatan (dalam Slameto, 2003:57).

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan

sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.

14

Page 15: Skripsi (1)

d) Bakat

Bakat adalah “kemampuan untuk belajar” (Slameto, 2003 : 57). Bakat

merupakan analisis tentang tingkah laku adanya gejala individu melakukan

sesuatu, apa yang dilakukan itu merupakan sebab dari sesuatu tertentu dan dia

melakukan sesuatu itu dengan cara tertentu.

e) Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Didalam

menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai

tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebabberbuat adalah motif

itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya (Slameto, 2003:58).

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang,

dimana alat-alat tubuh sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru (Slameto,

2003:58).

g) Kesiapan

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah “Preparedness to

respond or react”. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau

reaksi.

3) Faktor kelelahan

a) Kelelahan jasmani; lemah lunglainya tubuh sehingga timbul

kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

b) Kelelahan rohani; adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan

dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

15

Page 16: Skripsi (1)

b. Faktor eksternal (Faktor dari luar siswa)

Faktor yang bersumber dari luar diri siswa, yang sangat rentan

pengaruhnya terhadap kemajuan siswa. Karena faktor ini sebagai penentu dalam

proses perkembangan untuk mendapat kecakapan hidup yang bersifat poaitif.

Adapun faktor yang dimaksud antara lain :

1) Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah

Adapun faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah yaitu :

a) Cara guru memberikan materi pelajaran/metode mengajar.

b) Kurikulum

c) Relasi guru dengan siswa

d) Relasi siswa dengan siswa

e) Disiplin sekolah

f) Alat peraga

g) Waktu sekolah

h) Standar pelajaran diatas ukuran

i) Keadaan gedung

j) Metode mengajar

k) Tugas rumah

2) Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga antara lain :

a) Faktor relasi antar keluarga

b) Faktor suasana rumah

c) Faktor ekonomi keluarga

16

Page 17: Skripsi (1)

3) Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat

Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat juga mempengaruhi hasil

belajarr siswa antara lain :

a) Media masa, seperti bioskop, radio, televise dan surat kabar. Semua ini

sangat berpengaruh negatif bagi kemajuan anak untuk belajar meskipun

ada yang berpengaruh positif.

b) Teman bergaul yang memberi pengaruh baik dan buruk.

c) Kegiatan siswa dalam masyarakat yang berlebihan sehingga kesempatan

dan waktu yang semestinya untuk belajar akan terpakai pada kegiatan

tersebut.

d) Bentuk kehidupan masyarakat, lingkungan kehidupan disekitar siswa juga

berpengaruh terhadap belajar siswa.

6. Fungsi dan Tujuan Pelajaran IPA di SMP

Ditingkat Sekolah Menengah Pertama pelajaran Fisika merupakan bagian

dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pelajaran IPA mencakup pelajaran fisika,

kimia dan biologi. Adapun tujuan pelajaran IPA menurut kurikulum SMP (1991 :

1) adalah :

Memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan

keterampilan, wawasan dan kesadaran teknologi yang berkaitan dengan

pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari dan prasyarat untuk melanjutkan

kejenjang pendidikan menengah serta peningkatan kesadaran terhadap kebesaran

dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

17

Page 18: Skripsi (1)

Sedangkan tujuan pelajaran IPA di SMP (kurikulum,2006) adalah agar

siswa dapat :

a) Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan nasional

dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

b) Memahami konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya.

c) Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA

dan menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah.

e) Menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya teknologi

sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

f) Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan kejenjang

pendidikan menengah atas.

7. Tujuan Pengajaran Besaran dan Satuan di SMP

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar fisika kita harus berusaha untuk

mencapai tujuan pengajaran. Adapun tujuan pengajaran besaran dan satuan di

SMP yang dirumuskan dalam kurikulum 2006, yaitu : “siswa dapat

mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari

kemudian mengelompokkan dalam besaran pokok dan turunan” Sesuai dengan

tujuan pelajaran IPA yaitu siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dan saling

keterkaitanya. Sebagai contoh, siswa dapat mengukur panjang meja. Alat ukur

yang dapat dipakai antara lain penggaris, mistar (penggaris 1 m). Satuan yang

18

Page 19: Skripsi (1)

muncul adalah cm, dm, dan m. sehingga siswa dapat mengidentifikasi bahwa

panjang meja termasuk dalam besaran pokok yang memiliki satuan meter (SI).

8. Kemampuan Siswa

Kemampuan adalah suatu kondisi atau set dari ciri-ciri memberikan

petunjuk tentang kemampuan untuk belajar (Bennet dalam Stamboel, 1990 : 198).

Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan

kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan. Jadi kemampuan

siswa dalam hal ini adalah kesanggupan siswa untuk mengerjakan atau

menyelesaikan sesuatu baik dalam proses belajar maupun diluar proses belajar.

a) Kemampuan Fisika Siswa SMP

Kemampuan untuk anak SMP dalam perkembangan peserta didik menurut

Piaget adalah masa operasi formal (formal operational) usia 11 tahun keatas. Pada

tahap ini kemampuan berpikir anak telah sempurna, ia telah dapat berpikir

abstrak, berpikir deduktif daninduktif, berpikir analisis dan sintesis.

Menurut Sukmadinata (2007:124) masa remaja atau adolesen merupakan

masa peralihan antara, masa anak dengan dewasa. Beberapa tugas perkembangan

yang harus diselesaikan para remaja pada masa ini adalah:

a. Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis

kelamin lain.

b. Mampu melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita.

c. Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif.

19

Page 20: Skripsi (1)

d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

e. Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi.

f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk sesuatu pekerjaan.

g. Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga.

h. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup

bermasyarakat.

i. Memiliki perilaku sosial seperti yang diharapkan masyarakat.

j. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya.

Berdasarkan pendapat dan arti kemampuan diatas maka kemampuan fisika

siswa dapat diartikan sebagai kesanggupan siswa dalam menguasai

konsep-konsep, sistem internasional (SI), lambang SI, lambang dimensi dan

asas-asas fisika serta penerapannya.

b) Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-soal Fisika pada Konsep Besaran dan Satuan

Dalam penelitian ini kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal fisika

pada pokok bahasan besaran dan satuan diartikan sebagai kesanggupan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan besaran dan satuan dengan

aspek kognitif.

Seorang siswa mampu menyelesaikan soal dengan tepat apabila siswa

tersebut telah menguasai materi pelajaran dengan baik. Jadi kemampuan siswa

sangat erat hubungannya dengan belajar.

20

Page 21: Skripsi (1)

Dalam belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Keadaan kelengkapan belajar siswa di rumah, antara lain buku paket dan tulis.

2. Dorongan dari orang tua yang berupa materil dan psikologi.

3. Motivasi dari diri sendiri.

4. Pengaruh lingkungan.

c) Tingkat Kemampuan Kognitif

Menurut klasifikasi dari Bloom, tingkat pertanyaan dari aspek kognitif

dapat mengukur kemampuan mengingat dan berpikir. Secara garis besar

pertanyaan tersebut terbagi menjadi enam tingkatan yang tersusun secara

berurutan berdasarkan tingkat kesukarannya. Tingkatan ini diurutkan dari yang

paling sederhana atau mudah dipahami sampai yang paling tinggi atau kompleks.

Tingkatan pertanyaan dari aspek kognitif tersebut adalah :

1. Pengetahuan atau ingatan

Ingatan adalah kemampuan seseorang untuk mengenal atau mengingat

kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya. Pertanyaan yang diajukan

menyangkut konsep, sistem internasional (SI), lambang SI, lambang dimensi.

2. Komprehensi atau pemahaman

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan yang mengukur proses

berpikir untuk menangkap arti dari suatu bahan yang telah dipelajari yang berupa

kemampuan menafsirkan informasi, meramalkan akibat dari suatu peristiwa,

memperhitungkan.

21

Page 22: Skripsi (1)

3. Aplikasi atau penerapan

Aplikasi atau penerapan adalah kemampuan yang setingkat lebih tinggi

dari pemahaman. Dalam aplikasi seseorang dituntut untuk dapat memilih suatu

abstraksi tertentu yang berupa konsep, sistem internasional (SI), lambang SI,

dimensi secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru secara benar.

9. Metode Mengajar

a. Pengertian Metode Mengajar

Dalam seluruh kegiatan belajar mengajar, metode mengajar memainkan

peranan yang sangat penting dan merupakan suatu penunjang utama berhasil atau

tidaknya seorang guru dalam mengajar.

Definisi metode mengajar yang dikemukakan Hasibuan dan Moedjiono

(2006:3) menyatakan bahwa “Metode mengajar adalah alat yang merupakan

bagian dari seperangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar

mengajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Dari pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa metode mengajar

adalah suatu cara yang dipakai guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada

siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

b. Macam-Macam Metode Mengajar

Macam-macam metode mengajar yang dapat digunakan dalam proses

belajar mengajar antara lain: ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan,

demonstrasi, drill, pemecahan masalah, laboratorium, inkuiri, kegiatan lapangan,

permainan dan resitasi.

22

Page 23: Skripsi (1)

Adapun metode mengajar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :

1). Metode ceramah

a) Pengertian metode ceramah

Yang dimaksud metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah

materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai.

Adapun menurut M. Basyiruddin Usman yang dimaksud dengan metode ceramah

adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikan oleh

para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan

secara lisan oleh guru bilamana diperlukan. Pengertian senada juga diungkapkan

oleh Mahfuz Sholahuddin dkk., bahwa metode ceramah adalah suatu cara

penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau

kelompok. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang

dimaksud dengan metode ceramah adalah cara belajar mengajar yang menekankan

pada pemberitahuan satu arah dari pengajar kepada pelajar (pengajar aktif, pelajar

pasif).

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada

umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-

satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling

efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan

jangkauan daya beli dan paham siswa.

23

Page 24: Skripsi (1)

b) Kelebihan dan kekurangan metode ceramah

Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ceramah menurut Syaiful

Bahri Djamarah dan Aswan Zein (2002:98) adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan metode ceramah, yaitu :

(a) Guru mudah menguasai kelas.

(a) Mudah mengorganisasikan temapat duduk/kelas.

(a) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.

(a) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.

(a) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

2. Kekurangan metode ceramah, yaitu :

(a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

(b) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) dan yang besar

menerimanya.

(c) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.

(d) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada

ceramahnya, ini sukar sekali.

(e) Menyebabkan siswa menjadi pasif.

3. Mempersiapkan bahan ceramah yang efektif, yaitu :

a. Langkah-langkah di bawah ini dapat dipakai sebagai petunjuk untuk

mempertinggi hasil metode ceramah :

(1) Tujuan pembicaraan (ceramah) harus dirumuskan dengan jelas.

24

Page 25: Skripsi (1)

(2) Setelah menetapkan tujuan, harus diteliti apakah metode ceramah

merupakan metode yang sudah tepat digunakan untuk mencapai tujuan

tersebut. Sering terjadi setelah melihat tujuan dan metode ternyata untuk

keperluan ini lebih tepat digunakan metode lain.

b. Menyusun ceramah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(1) Bahan ceramah dapat dimengerti dengan jelas, maksudnya setiap

pengertian dapat menghubungkan pembicaraan dengan pendengar secara

tepat.

(2) Dapat menangkap perhatian siswa.

(3) Memperlihatkan kepada pendengar bahwa bahan yang mereka peroleh

berguna bagi kehidupan mereka.

c. Menanamkan pengertian yang jelas.

Hal ini dapat dilaksanakan dengan berbagai jalan. Salah satu diantaranya

adalah : guru memulai pembicaraan dengan suatu ikhtisar / ringkasan tentang

pokok-pokok yang akan diuraikan. Kemudian menyusul bagian dari pokok

bahasan yang merupakan inti dan akhirnya disimpulkan kembali pokok-pokok

yang penting dari pembicaraan itu. Jalan lain yang dapat ditempuh misalnya,

untuk setiap ungkapan sulit, terlebih dahulu dikemukakan contoh-contoh. Atau

guru terlebih dahulu mengemukakan suatu cerita singkat bersifat ilustratif,

sehingga dapat menggambarkan dengan jelas apa yang dimaksud.

25

Page 26: Skripsi (1)

d. Menangkap perhatian siswa dengan menunjukkan penggunaannya.

Siswa akan tertarik bila mereka melihat bahwa apa yang di pelajari

berguna bagi kehidupan. Sebuah teknik yang sering dapat menguasai perhatian

siswa pada awal ceramah sampai selesai adalah dengan menghadapkan siswa pada

pertanyaan. Dengan pertanyaan itu mereka diajak berpikir dan seterusnya

mengikuti pembicaraan guru.

2). Metode Tanya Jawab

a) Pengertian metode tanya jawab

Metode dalam Kamus Ilmiah Populer merupakan cara yang teratur dan

sistematis untuk pelaksanaan (Pius dan Dahlan, 1994). Sedangkan menurut

Winarno Surakhmad, metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat

untuk mencapai tujuan. Makin baik metode yang digunakan semakin efektif pada

pencapaian tujuannya.

Adapun yang dimaksud dengan metode pangajaran, Abu Bakar

Muhammad (1981) mendefinisikan sebagai suatu aturan yang dilalui oleh guru di

dalam menyampaikan pelajarannya, agar dapat sampai pengetahuan itu kepada

pikiran murid dengan bentuk yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Metode mengajar banyak sekali jenisnya, karena metode dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya:

(1). Tujuan yang beragam jenis dan fungsinya;

(2). Anak didik, yang beragam tingkat pemahamannya;

(3). Situasi yang beragam keadaannya;

(4). Fasilitas yang beragam kualitas dan keadaannya.

26

Page 27: Skripsi (1)

Oleh karena itu, metode merupakan gambaran untuk memberikan satu

klasifikasi yang jelas mengenai metode yang ada dalam proses belajar mengajar,

akan tetapi secara umum metode pengajaran dapat digolongkan menjadi banyak

ragam, salah satu diantaranya adalah metode tanya jawab.

Adapun metode tanya jawab menurut Ramayulis (1990:35) adalah metode yang

harus dilakukan oleh seorang guru dengan mengajukan beberapa pertanyaan

kepada siswa tentang bahan yang diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca

sambil memperhatikan proses berpikir di antara murid didiknya. Lebih lanjut

Ramayulis (1990:37) menjelaskan tujuan dan manfaat metode tanya jawab

diantaranya :

1. Mengembangkan daya pikir siswa;

2. Membangkitkan minat dan perhatian siswa pada materi yang diajarkan;

3. Melatih siswa untuk berpikir secara kritis, logis dan sistematis sehingga dapat

memahami suatu obyek bacaan yang dibacanya dan ceramah yang

didengarnya serta mampu mengambil kesimpulan dengan baik dan tepat.

b) Kelebihan dan kekurangan metode tanya jawab

sebagai salah satu metode interaksi edukatif, metode tanya jawab mengandung

beberapa kelebihan dibanding dengan metode lainnya, disamping terdapat

kelemahan-kelemahannya.

Menurut Zuhairini, kelebihan metode tanya jawab terletak pada hal-hal

sebagai berikut:

1. Suasana atau situasi akan lebih hidup, karena siswa dirangsang untuk berpikir

aktif;

27

Page 28: Skripsi (1)

2. Untuk melatih keberanian siswa mengemukakan pendapatnya dengan lisan;

3. Adanya perbedaan jawaban dari siswa akan membawa kelas pada situasi

diskusi;

4. Memberikan dorongan aktifitas dan kesungguhan siswa, biasanya siswa yang

enggan atau kurang memperhatikan akan lebih berhati-hati dan aktif ngikuti

pelajaran;

5. Walaupun prosesnya lambat, namun secara pasti guru dapat mengontrol

pemahaman atau pengertian siswa mengenai materi yang diajarkan.

Sedangkan kekurangan-kekurangan yang ada pada metode tanya jawab

antara lain adalah:

(a) Terjadi perbedaan pendapat atau jawaban, dan ini akan memerlukan waktu

yang lama untuk menyelesaikan dan lebih dari itu terkadang terjadi salah

paham pada siswa dengan pendapat guru;

(b) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa, terutama apabila terjadi

jawaban yang menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran atau tujuan yang

diinginkannya;

(c) Memerlukan waktu yang lama, karena kurang dapat secara cepat merangkum

bahan-bahan pelajaran.

10. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

28

Page 29: Skripsi (1)

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat

satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

kalender pendidikan, dan silabus.

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasrkan prinsip bahwa peserta didik

memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar manjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan

tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,

perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan

lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada

peserta didik.

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik

peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan

tidak diskriminatif terhadp perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status

sosial ekonomi, dan jender.

29

Page 30: Skripsi (1)

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat

dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti

dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan

kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia

usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,

keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan

keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang

kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non

formal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan

yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

30

Page 31: Skripsi (1)

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional

dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling

mengisis dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

11. Proses Belajar Mengajar Fisika

Menurut Morgan dalam Purwanto (1990-84) Belajar adalah setiap

perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu

hasil dari suatu latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Winkel (1985 : 36)

menyatakan :

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur

lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi

belajar mengajar (Suryosubroto, 1997 : 18) dan menurut Nasoetion (1983 : 43)

mengajar adalah :

Mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara siswa dan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya yang kemudian disebut proses belajar dan mengajar.

Dari pengertian-pengertian diatas maka proses belajar mengajar diartikan

sebagai interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan siswa dan antara

siswa dalam proses pembelajaran.

31

Page 32: Skripsi (1)

Besaran dan satuan merupakan salah satu bagian dari konsep fisika yang

diajarkan dari sekolah menengah pertama sampai dengan perguruan tinggi. Ini

berarti dipelajari siswa di sekolah menengah pertama nanti akan dilanjutkan dan

dikembangkan kembali di sekolah menengah atas begitu juga pada pendidikan

untuk jenjang yang lebih tinggi.

Ditingkat SMP pokok bahasan besaran dan satuan hanya pada tingkat

pengenalan dasar yaitu tentang pengukuran, besaran pokok, besaran satuan, sistem

internasional (SI) dan macam-macam alat ukur. Sedangkan ditingkat SMA pokok

bahasan besaran dan satuan mulai dipelajari pada jenjang yang lebih tinggi yaitu

pada pokok bahasan besaran pokok, besaran turunan, dimensi dan pengukuran.

Sedangkan pada tingkat perguruan tinggi khususnya pada program studi

pendidikan fisika pokok bahasan besaran dan satuan pada mata kuliah fisika dasar

I dan alat-alat ukur.

Materi besaran dan satuan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dipelajari

di kelas VII semester 1. Sesuai dengan masalah penelitian ini yang menjadi objek

adalah siswa kelas VII SMP dan materi yang diujikan adalah materi yang

diajarkan pada konsep besaran dan satuan. Sub konsep besaran dan satuan terdiri

dari :

1) Besaran pokok

2) Besaran turunan

3) Dimensi

4) Besaran skalar

5) Besaran vektor

6) Pengukuran

32

Page 33: Skripsi (1)

12. Besaran dan Satuan

Dalam kehidupan sehari-hari sering dilakukan kegiatan pengukuran jalan,

pengukuran panjang kain di toko kain, di rumah jika membuat kue dilakukan

menimbang tepung, gula dengan timbangan dan mengukur volum air dengan

gelas. Mengukur volum minyak tanah pada penjual minyak tanah, juga jika

membeli bensin di pom bensin (Sukabdiyah, 1994 : 9).

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur, memiliki nilai dan satuan.

Sedangkan satuan adalah pembanding dalam suatu pengukuran (Sukabdiyah,

1994:10). Usaha para ilmuan melalui berbagai pertemuan membuahkan hasil

sistem satuan yang berlaku di Negara manapun dengan pertimbangan satuan yang

baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

a) satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh

apapun, misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.

b) bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh Negara.

c) mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya (Sugiyarto,

2008:6).

Pada tahun 1960 diresmikan satu sistem satuan yang dapat dipakai di

seluruh Negara (Internasional). Sistem ini disebut Sistem Internasional (SI).

Satuan-satuan SI yang mempunyai syarat-syarat tersebut ditentukan dari sistem

MKS (Meter sebagai satuan besaran panjang, Kilogram sebagai satuan besaran

massa, Sekon sebagai satuan besaran waktu) {Sugiyarto, 2008 : 6}.

33

Page 34: Skripsi (1)

1. Besaran pokok

Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih

dahulu dan sebagai landasan terbentuknya besaran-besaran lain (Sugiyarto, 2008 :

5), dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Besaran Pokok dan SatuanNo. Besaran Pokok Satuan Internasional (SI) Lambang SI1.2.3.4.5.6.7.

PanjangMassaWaktuSuhuKuat arusJumlah zatIntensitas cahaya

meterkilogram

sekonderajat Kalvin

amperemolle

candella

mkgsKA

molcd

2. Besaran turunan

Besaran turunan adalah besaran yang dibentuk dan diturunkan dari besaran

pokok (Winarsih, 2008 : 4), dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Besaran Turunan dan Satuan

No. Besaran Turunan Satuan Internasional (SI) Lambang SI1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.

LuasVolumeKecepatanPercepatanGaya / beratTekananUsaha / energiDayaMassa jenisBerat jenis

meter persegimeter kubik

meter / sekonmeter / sekon2

newtonnewton / meter2

joulewatt

kilogram / meter3

newton / meter3

m2

m3

m/sm/s2

NN/m2

JW

Kg/m3

N/m3

Contoh besaran turunan antara lain :

34

Page 35: Skripsi (1)

a). Besaran kecepatan

Kecepatan merupakan jarak yang ditempuh dibagi waktu. Dengan

demikian, . Jadi, kecepatan merupakan

besaran turunan dari besaran pokok panjang dan waktu.

Dalam SI, kecepatan dinyatakan dalam meter per sekon (m/s), tetapi

satuan kecepatan dalam kehidupan sehari-hari yang sering digunakan adalah

kilometer per jam (km/jam). Hubungan antara satuan m/s dan km/jam adalah

sebagai berikut :

(Wijaya, 2008 : 7).

b). Besaran luas

Luas merupakan hasil kali antara panjang dengan lebar. Satuan luas

dinyatakan dalam satuan panjang kali satuan panjang.

Luas = m x m = m2 (Wijaya, 2008 : 8).

Jadi, luas merupakan besaran turunan dari besaran pokok panjang. Dalam

SI, satuan luas dinyatakan dalam meter persegi (m2). Satuan-satuan luas yang lain

adalah km2, cm2, mm2 dan ha (Wijaya, 2008 : 8).

c). Besaran volume

Volume atau isi merupakan hasil kali antara panjang, lebar dan tinggi.

Volume = m x m x m = m3 (Wijaya, 2008 : 8).

Jadi, volume merupakan besaran turunan dari besaran pokok panjang.

Dalam kehidupan sehari-hari satuan volume tidak hanya dinyatakan dalam meter

35

Page 36: Skripsi (1)

kubik (m3), tetapi kadang-kadang juga dinyatakan dalam centimeter kubik (cm3),

milimeter kubik (mm3), liter (L) dan milimeter (mL).

3. Dimensi

Dimensi adalah suatu besaran yang menunjukkan cara besaran itu

terbentuk oleh besaran pokok (Wijaya, 2008 : 7), dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Besaran Pokok, Satuan, dan Dimensinya

No. Besaran PokokSatuan

Internasional (SI)Lambang SI Dimensi

1.2.3.4.5.6.7.

PanjangMassaWaktuSuhuKuat arusJumlah zatIntensitas cahaya

meterkilogram

sekonderajat Kalvin

amperemolle

candella

mkgsKA

molcd

[L][M][T][][I][N][J]

4. Besaran Skalar

Besaran skalar merupakan besaran yang hanya mengutamakan nilai

(angka) dan satuan saja, misalnya waktu, suhu, luas, volume dan massa (Haryono,

2008 : 2).

5. Besaran Vektor

Besaran vektor merupakan besaran yang mengutamakan nilai, angka,

satuan dan arah, misalnya gaya, kecepatan, kuat arus dan tekanan (Haryono,

2008:2).

6. Pengukuran

36

Page 37: Skripsi (1)

Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang

diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan (Sugiyarto, 2008:3).

Misalnya untuk pengukuran panjang suatu benda dapat menggunakan mistar,

mikrometer, mikro ulir dan jangka sorong. Contoh pengukuran antara lain :

a). Pengukuran panjang

Pengukuran panjang adalah jarak antara 2 (dua) titik di dalam ruang.

Besaran panjang dinyatakan dengan satuan “meter”. Contoh alat yang digunakan

untuk mengukur panjang, dapat dilihat pada gambar 1.

Mistar / penggaris Jangka sorong

Meteran kelos / rol meter

Mikrometer sekrup

Gambar 1. Alat ukur panjang

b). Pengukuran massa

37

Page 38: Skripsi (1)

Pengukuran massa didefinisikan sebagai jumlah zat yang terkandung di

dalam benda. Pengertian massa dalam kehiduan sehari-hari sering diartikan sama

dengan berat, padahal keduanya sebenarnya berbeda, misalnya :

1. Massa besarnya selalu tetap karena dipengaruhi oleh jumlah zat dalam benda

dan dinyatakan dalam satuan “kg”.

2. Berat besarnya berubah karena dipengaruhi oleh besar gaya gravitasi terhadap

benda dan dinyatakan dalam satuan newton (N).

W : berat satuan N

m : massa satuan kg

(Haryono, 2008 : 5) g : gaya gravitasi satuan m/dt2

Contoh alat yang digunakan untuk mengukur massa

(http://www.google.com), dapat dilihat pada gambar 2.

Neraca duduk Neraca elektronik Neraca lengan

Neraca dua lengan

Neraca digitalNeraca timbangan

Gambar 2. Alat ukur massa

c). Pengukuran waktu

W = m x g

38

Page 39: Skripsi (1)

Dalam Sistem Internasional (SI) besaran waktu dinyatakan dalam satuan

sekon atau detik. Mulai tahun 1960, waktu 1 sekon ditetapkan sama dengan waktu

yang diperlukan atom Calsium 133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali

(Haryono, 2008 : 6). Macam-macam satuan waktu, misalnya :

1 abad = 100 tahun 1 hari = 24 jam

1 dasawarsa = 10 tahun 1 jam = 50 menit

1 windu = 8 tahun 1 menit = 60 detik (sekon)

1 tahun = 365,25 hari

Contoh alat yang digunakan untuk mengukur waktu (Sugiyarto, 2008:21),

dapat dilihat pada gambar 3.

Stopwatch Jam tangan

Gambar 3. Alat ukur waktu

BAB III

39

Page 40: Skripsi (1)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Soejono (2005:22) metode penelitian deskriptif dapat diartikan untuk

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau

kelompok tertentu, untuk menentukan frekuensi, penyebaran suatu gejala atau

frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam

masyarakat.

Menurut Soejono, metode penelitian deskriptif ini mempunyai dua ciri

pokok, yaitu :

(1) Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian

dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yanng bersifat aktual.

(2) Mengambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagimana

adanya diiringi dengan interpretasi rasional (Soejono, 2005:22-23)

Berdasarkan uraian-uraian tersebut tampak kepada kita bahwa ada dua hal

penting yang sangat menonjol dalam penggunaan metode penelitian deskriptif ini

yaitu ”deskripsi” dan ”analitis”. Menurut Soejono pada hakikatnya setiap

penyelidikan mempunyai sifat deskriptif dan setiap penyelidikan mengadakan

proses analitis, akan tetapi terutama pada metode deskriptif, deskripsi dan analisis

mendapat tempat yang paling penting sekali (Soejono, 1978:23), karena itu dua

aspek ini mendapat penekanan dalam bekerjanya seorang peneliti dalam metode

ini.

40

Page 41: Skripsi (1)

Usaha mendeskripsikan fakta-fakta menurut Soejono pada tahap

permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di

dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan dan kondisinya. Karena itu pada

tahap ini metode deskriptif ini tidak lebih dari penelitian yang bersifat penemuan

fakta-fakta seadanya (Fact finding). Penemuan gejala-gejala ini juga berarti tidak

sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan

hubungannya satu dengan yang lain di dalam aspek-aspek yang diselidiki itu

(Soejono, 2005:23-24). Hal ini menunjukkan cukup luasnya pengertian deskripsi

dalam suatu penelitian deskriptif.

B. Desain Penelitian

Menurut Subana (2005:50) Rancangan (desain) penelitian adalah berupa

gambaran atau rancangan prosedur penelitian yang boleh dianggap sebagai pola

kerja peneliti dalam melakukan penelitian.

Penelitian hanya dilakukan pada satu kelas dengan pemberian

pembelajaran. Pemberian pembelajaran berupa pokok bahasan besaran dan satuan

yang dilaksanakan selama sebelas hari sebelum adanya perlakuan tes. Peneliti

memberikan pembelajaran dengan menggunakan alat-alat dan gambar yang dapat

mempermudah pemahaman para siswa. Setelah proses pembelajaran siswa

diberikan tes tanggal 31 Juli 2010 yang berbentuk soal-soal essay mengenai

besaran dan satuan.

41

Page 42: Skripsi (1)

C. Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas

VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok

bahasan besaran dan satuan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Dari pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun ajaran 2010/2011

yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas VIIA, VIIB dan VIIC dengan jumlah 109

siswa.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2002:109) Sampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti. Sampel dari penelitian ini diambil 1 (satu) kelas yaitu kelas

VIIA dengan jumlah 36 siswa yang terdiri dari 18 siswi perempuan dan 18 siswa

laki-laki.. Diambil 1 (satu) kelas karena kelas tersebut kemampuan pada pelajaran

fisika relatif sedang. Untuk lebih jelas jumlah populasi dan sampel dapat dilihat

pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1. Perincian Jumlah Populasi dan Sampel

No. Kelas Populasi Sampel1.2.3.

VIIA

VIIB

VIIC

363637

36--

Jumlah 109 36

42

Page 43: Skripsi (1)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini teknik pengumpulan dara

yang dipakai adalah tes dan wawancara.

1) Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang ditentukan

(Arikunto, 2001 : 52).

Tes ini diberikan untuk mendapatkan data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan besaran dan satuan. Dimana

setiap butir soal diberikan skor penilaian tersendiri. Pemberian skor tersebut

disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang akan dinilai.

Tes diberikan secara tertulis berjumlah 5 butir soal essay. Agar data yang

diambil valid maka dibutuhkan kerja sama, baik antara peneliti dengan sampel

maupun antara peneliti dengan guru yang mengajar bidang studi fisika.

2) Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan

muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan (Sudijono, 2001:82).

Wawancara dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada

guru bidang studi fisika di kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau, kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan besaran dan satuan.

Hasil wawancara ini akan diolah berdasarkan hasil jawaban guru, demikian

wawancara ini berfungsi untuk melengkapi data tes.

43

Page 44: Skripsi (1)

F. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji instrumen tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas tes

yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Sebuah tes dapat dikatakan baik

sebagai alat ukur harus mempunyai persyaratan tes yang valid, reliabel, taraf

kesukaran dan daya pembeda.

Sebelum penelitian dilakukan maka soal tes diuji cobakan terlebih dahulu

pada siswa yang telah mempelajari materi pelajaran tersebut. Uji coba tes ini

bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembeda dari soal tes tersebut. Dengan demikian soal tes yang akan digunakan

dalam penelitian ini sudah diketahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan

daya pembedanya antara lain :

1. Validitas Tes

Validitas butir soal ditentukan dengan menggunakan teknik korelasi

product moment angka kasar dengan rumus :

(Suharsimi Arikunto. 2002:

81)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi skor item dan skor total

N = banyaknya subyek

ΣX = jumlah skor item

ΣY = jumlah skor total

ΣXY = jumlah perkalian skor item dengan skor total

ΣX2 = jumlah kuadrat skor item

44

Page 45: Skripsi (1)

ΣY2 = jumlah kuadrat skor total

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi menurut

Guilford (dalam Sukasno, 2006: 49) adalah sebagai berikut :

rxy 0,00 : Tidak valid

0,00< rxy 0,20 : Validitas sangat rendah

0,20 < rxy 0,40 : Validitas rendah (kurang)

0,40 < rxy 0,60 : Validitas sedang (cukup)

0,60 < rxy 0,80 : Validitas tinggi (baik)

0,80 < rxy 1,00 : Validitas sangat tinggi (sangat baik)

Untuk menentukan keberartian dari koefisien validitas digunakan uji t

seperti yang dikemukakan Sudjana (2002: 380)

Keterangan :

n = banyaknya data

= korelasi

= distribusi student t

Taraf nyata = , jika , maka H0 diterima (tidak signifikan).

Dalam hal lain Ha ditolak (signifikan), dengan kata lain butir soal tersebut

dikatakan valid. Dari hasil perhitungan (Lampiran B), dapat dilihat hasil analisis

validitas butir soal pada tabel 3.2.

45

Page 46: Skripsi (1)

Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Tes Hasil Belajar Materi Besaran dan Satuan

NomorSoal

Nilai Keterangan

1 0,75 2,04 6,61 Valid/tinggi2 0,81 2,04 8,05 Valid/sangat tinggi3 0,59 2,04 4,26 Valid/sedang4 0,84 2,04 9,02 Valid/sangat tinggi5 0,85 2,04 9,40 Valid/sangat tinggi

2. Reliabilitas

Rumus untuk menghitung reliabilitas dengan menggunakan rumus K-R 20

yaitu :

(Suharsimi A. 2003 : 154 )

Dimana :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir soal

∑σb2 = Jumlah varians butir soal

12 = Varians total

Apabila r hitung> r tabel dengan taraf signifikan 5% maka instrumen tersebut

dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran suatu butir soal menunjukkan apakah butir soal tersebut

tergolong butir soal yang sukar, sedang atau mudah. Butir soal yang baik adalah

butir soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Jika banyak subjek

peserta tes yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukaran tes tersebut

46

Page 47: Skripsi (1)

tinggi, sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang dapat menjawab dengan

benar maka taraf kesukarannya rendah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang

tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

Suatu hal yang harus diperhitungkan oleh seorang perancang tes adalah

mempertimbangkan tingkat kesukaran butir soal. Untuk menghitung tingkat

kesukaran butir soal uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

(Suharsimi Arikunto, 1998:266)

Keterangan :

TK = Indeks tingkat kesukaran

JSA = Jumlah skor kelompok atas

JSB = Jumlah skor kelompok bawah

SIA = Jumlah skor ideal kelompok atas

SIB = Jumlah skor ideal kelompok bawah

Tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :

IK = 0,00 : soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 : soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 : soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 : soal mudah (Suherman, 1990: 113).

Dari hasil perhitungan (Lampiran B) dapat dikemukakan rekapitulasi hasil

analisis tingkat kesukaran tes penguasaan materi besaran dan satuan seperti pada

tabel 3.3.

47

Page 48: Skripsi (1)

Tabel 3.3 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Materi Besaran dan Satuan

NomorSoal Kel.atas Kel.bawah

idealKel.Atas/Bawah

TingkatKesukaran

Keterangan

1 178 83 180 0,73 Soal Mudah2 197 43 360 0,33 Soal Sedang3 108 42 360 0,21 Soal Sukar4 209 90 468 0,32 Soal Sedang5 195 78 432 0,32 Soal Sedang

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai

(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda

disebut juga dengan indeks deskriminasi (daya pembeda). Untuk menghitung daya

pembeda setiap butir soal uraian digunakan rumus :

(Suherman, 1990: 202).

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda

SA = Jumlah skor kelompok atas

SB = Jumlah skor kelompok bawah

IA = Jumlah skor ideal salah satu kelompok (kelompok atas atau kelompok bawah).

Indeks diskriminasi diklasifikasikan sebagai berikut :

D = 0,00 : soal sangat jelek

0,00 < D ≤ 0,20 : soal jelek

0,20 < D ≤ 0,40 : soal cukup

0,40 < D ≤ 0,70 : soal baik

0,70 < D ≤ 1,00 : soal baik sekali (Suherman, 1990: 202).

48

Page 49: Skripsi (1)

Dari hasil perhitungan (pada lampiran B), dapat dikemukakan rekapitulasi

hasil analisis daya pembeda tes penguasaan materi besaran dan satuan seperti pada

tabel 3.4.

Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Hasil Belajar Materi Besaran dan Satuan

NomorSoal Kel.atas Kel.bawah

idealKel.atas/bawah

DayaPembeda

Keterangan

1 178 83 180 0,53 Soal Baik2 197 43 360 0,43 Soal Baik3 108 42 360 0,18 Soal Jelek4 209 90 468 0,25 Soal Cukup5 195 78 432 0,27 Soal Cukup

Berdasarkan hasil uji coba tes hasil belajar, maka rekapitulasi hasil uji

coba tes dapat di lihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Materi Besaran dan Satuan

No.Validitas

Tingkat DayaKeterangan

Soal Kesukaran Pembeda1 0,75 Valid/tinggi 0,73 Mudah 0,53 Baik Digunakan

2 0,81Valid/sangat

tinggi0,33 Sedang 0,43 Baik Digunakan

3 0,59 Valid/sedang 0,21 Sukar 0,18 Jelek Digunakan

4 0,84Valid/sangat

tinggi0,32 Sedang 0,25 Cukup Digunakan

5 0,85Valid/sangat

tinggi0,32 Sedang 0,27 Cukup Digunakan

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriftif, pada teknik analisis deskriftif tidak dimaksudkan untuk

menguji hipotesis tetapi bertujuan menggambarkan keadaan atau status fenomena

49

Page 50: Skripsi (1)

(Arikunto, 1990 : 208). Teknik analisis deskriftif ada dua yaitu deskriftif kualitatif

dan deskriftif kuantitatif. Pada penelitian ini menggunakan deskriftif kuantitatif.

Data yang dianalisis adalah hasil jawaban siswa. Nilai yang diperoleh

siswa dinyatakan dalam bentuk aturan angka dengan aturan :

(Slameto,2001:189)

Untuk menafsirkan hasil tes peneliti menggunakan kategori sangat baik,

baik, sedang, kurang dan sangat kurang dengan perincian seperti tabel 3.6.

Tabel 3.6 Konversi nilai 0 – 100 kekategori kemampuan

Nilai Hasil Tes Tingkat Kemampuan86 – 10071 – 8556 – 7041 – 550 – 40

Sangat baikBaik

SedangKurang

Sangat kurang

(Arikunto, 1990 : 355)

Sedangkan studi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal uraian

berstruktur pokok bahasan besaran dan satuan secara menyeluruh ditunjukkan

dengan nilai rata-rata yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

H. Tes alat penilaian hasil belajar

Tes dapat diartikan sebagai alat ukur. Pada penelitian ini tes diberikan

untuk mengukur studi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika

pokok bahasan besaran dan satuan. Tes diberikan sebanyak 5 butir soal essay.

I. Prosedur Penelitian

50

Page 51: Skripsi (1)

Tahapan atau prosedur penelitian yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini meliputi penentuan sampel penelitian, pembuatan perangkat

pembelajaran, pembuatan instrumen dan uji coba instrumen dan menganalisis

hasilnya.

2. Tahap pelaksanaan

Pada pelaksanaan ini meliputi pemberian pembelajaran, penerapan

pembelajaran pencapaian konsep pada pembelajaran fisika kemudian

pemberian test soal-soal essay.

3. Tahap analisis data

Pada tahap ini meliputi, pengumpulan dan penskoran data, analisis data dan

penarikan kesimpulan.

J. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Lubuklinggau kelas VIIA

yang berjumlah 36 siswa pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

Pelaksanaannya di mulai pada tanggal 19 Juli sampai dengan 02 Agustus yang

dilakukan secara langsung oleh peneliti dan sesuai dengan jadwal yang berlaku di

sekolah. Proses pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan model

pembelajaran ceramah dan tanya jawab pada materi besaran dan satuan. Adapun

pelaksanaan penelitian dimulai dengan pemberian tes awal, melaksanakan

pembelajaran dan tes akhir. Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan

awal siswa pada materi besaran dan satuan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran.

51

Page 52: Skripsi (1)

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

52

Page 53: Skripsi (1)

A. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun

ajaran 2010/2011 dengan sampel kelas VIIA untuk memperoleh data hasil tes studi

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal besaran dan satuan sebanyak 5

butir soal essay. Nilai soal nomor 1 adalah 10, nilai soal nomor 2 dan 3 adalah 20,

niliai soal nomor 4 adalah 26 dan nilai soal nomor 5 adalah 24.

Untuk menentukan nilai yang diperoleh siswa dilakukan dengan

menjumlahkan skor yang diperoleh siswa pada setiap item soal. Sebagai contoh

akan ditentukan nilai yang diperoleh Ulfa Dwi Ligina yang merupakan salah satu

sampel dalam penelitian ini, dimana jawaban Ulfa Dwi Ligina tersebut sebagai

berikut :

Lembar Jawaban

Nama : Ulfa Dwi Ligina

Kelas : VIIA

Skor Bobot

1. Pengukuran adalah mengukur suatu benda misalnya memakai mistar.

2. Besaran dan satuan adalah disebut besaran fisika.

3. a. 10 ton = 10.000 kg = 10.103 kgb. 10 kuintal = 1000 kg c. 5 km = 5.000 md. 5 mm = 0,005 m

4. Mistar, thermometer dan neraca.

5. Selalu tetap bersifat internasional, satuannya tidak berubah.

10

5

15

4

8

10

20

20

26

24

Dari lembar jawaban tersebut, maka dapat diketahui nilai yang diperoleh

Ulfa Dwi Ligina adalah 42. Untuk mengetahui nilai yang lainnya dapat dilakukan

53

Page 54: Skripsi (1)

seperti diatas. Sehingga diperoleh nilai dalam lampiran B, kemudian disusun

menjadi distribusi frekuensi tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Kemampuan siswa SMP Negeri 13 Lubuklinggau

Nilai Hasil Tes Frekuensi86 – 10071 – 8556 – 7041 – 5500 – 40

1014161735

Dari hasil analisis rata-rata setiap butir soal diketahui bahwa kemampuan

siswa kelas VII dalam menyelesaikan soal-soal essay pokok bahasan besaran dan

satuan mempunyai rata-rata 65.

Sedangkan rata-rata studi kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal-soal pokok bahasan besaran dan satuan secara keseluruhan adalah :

Karena yang diperoleh adalah 33,97. Ini menunjukkan bahwa studi

kemampuan siswa secara keseluruhan termasuk kategori sedang. Maka dapat

dikatakan bahwa studi kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau

dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan besaran dan satuan adalah

sedang.

Kemampuan siswa dapat diperhitungkan sebagai berikut :

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran. Yang dimaksud dengan

pengukuran kebanyakan siswa menjawab perlunya diperoleh nilai rata-rata

7,25. Ini berarti kemampuan siswa belum jelas atau mengerti apa itu

pengukuran. Dengan demikian kemampuan siswa pada pernyataan tersebut

dikategorikan sedang.

54

Page 55: Skripsi (1)

2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan besaran dan satuan, siswa pada

pertanyaan ini hanya dapat menjawab baik ada 11 orang dan yang lainnya

sama sekali tidak ada jawaban yang mengenai ke pertanyaan, diperoleh nilai

rata-rata 6,38. Ini berarti kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan

besaran dan satuan dikategorikan kurang.

3. Mengubah konversi satu satuan besaran panjang dan massa dalam Satuan

Internasional. Pada soal ini kebanyakan siswa menjawab dengan baik

diperoleh nilai rata-rata 4,44. Dengan demikian kemampuan siswa pada

pernyataan tersebut sangat kurang.

4. Berdasarkan soal no 4 diberikan pertanyaan sebutkan alat ukur panjang, waktu

dan massa. Pada pertanyaan ini siswa dapat menjawab pertanyaan dengan baik

diperoleh nilai rata-rata 8,30. Dengan demikian kemampuan siswa pada

pernyataan tersebut baik.

5. Menentukan tiga syarat yang harus dimiliki sebuah satuan internasional

diperoleh nilai rata-rata 7,58. Ini berarti kemampuan siswa dalam menentukan

tiga syarat yang harus dimiliki pada pernyataan dikategorikan sedang.

Ternyata dari hasil perhitungan pernyataam yang predikat kurang dengan

redikat seimbang yaitu : menjelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran dan

menjelaskan apa yang dimaksud dengan besaran dan satuan, jawaban dari siswa

masih ada yang belum menyambung dengan materi yang diberikan dan soal

mengubah konversi satu satuan besaran panjang dan massa dalam satuan

internasional, menentukan alat ukur panjang, waktu dan massa, menentukan 3

55

Page 56: Skripsi (1)

(tiga) syarat yang harus dimiliki oleh satuan internasional. Disini kelihatan siswa

mampu menjawab soal dengan baik.

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian

Analisis kemampuan siswa dilakukan dengan teknik analisis deskriptif

kuantitatif berdasarkan jawaban siswa terhadap tes ini nantinya dapat dilihat

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika pokok bahasan besaran

dan satuan.

Kemampuan yang diukur tersebut berisikan pada semua soal, dapat dilihat

pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Skor Studi Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Fisika Pokok Bahasan Besaran Dan Satuan

No. Soal

Kemampuan yang diukur Skor Maksimal Jumlah

1. Menjelaskan pengertian pengukuran 10 102. Menjelaskan pengertian :

a. Besaranb. Satuan

1010 20

3. Mengubah konversi satu satuan besaran panjang dan massa dalam satuan internasional :a. 10 ton = ………. kgb. 10 kuintal = ………… kgc. 5 km = ………… m

d. 5 mm = ….......... m

5555 20

4. Menentukan alat-alat ukur :b. Panjangc. Massad. Waktu

8,678,678,67 26

5. Menentukan tiga syarat yang harus dimiliki oleh satuan :a. satuan selalu tetap, artinya tidak

mengalami perubahan karena pengaruh apapun, misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.

b. bersifat internasional, artinya dapat

8

8

56

Page 57: Skripsi (1)

dipakai di seluruh Negara.c. mudah ditiru bagi setiap orang yang

akan menggunakannya. 8 24

Dari uraian-uraian di atas maka dapat diketahui studi kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal besaran dan satuan. Untuk mengetahui studi

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal besaran dan satuan dapat dilihat

pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Kategori Studi Kemampuan Siswa pada Pokok Bahasan Besaran dan Satuan

No. Soal

Kemampuan yang Diukur

SkorSkor

MaksimalNilai Kategori

1. Pengukuran adalah mengukur suatu benda misalnya memakai mistar.

10 10 100 Sangat Baik

2. Besaran dan satuan adalah disebut besaran fisika.

5 20 25 Sangat Kurang

3. a. 10 ton = 10.000 kg b. 10 kuintal = 1000 kgc. 5 km = 5.000 md. 5 mm = 0,005 m

15 20 75 Baik

4. Mistar, thermometer dan neraca.

4 26 15 Sangat Kurang

5. Selalu tetap bersifat internasional, satuannya tidak berubah.

8 24 33 Sangat Kurang

Untuk mengetahui studi kemampuan siswa yang lainnya dalam

menyelesaikan soal-soal besaran dan satuan dapat pula dilakukan dengan cara

seperti diatas. Sehingga diperoleh nilai siswa seperti pada lampiran 4.3. Untuk

nilai rata-rata masing-masing siswa berdasarkan lampiran ternyata siswa yang

berkemampuan sedang ada 8,33 % dengan distribusi siswa yang berkemampuan

57

Page 58: Skripsi (1)

kurang ada 30,56 %, berkemampuan sangat kurang ada 55,56 % dan

berkemampuan baik ada 5,56 %.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

58

Page 59: Skripsi (1)

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan diatas sampel berjumlah 36

orang siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau, maka dapat diambil

simpulan bahwa pembelajaran mengenai fisika tentang pokok bahasan besaran

dan satuan adalah salah satu materi pelajaran yang sangat penting untuk dapat

meningkatkan mutu serta prestasi siswa guna mencapai hasil yang diharapkan,

disini kelihatan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau dalam

menyelesaikan soal-soal pokok bahasan besaran dan satuan sangat kurang hanya

tidak berapa orang siswa yang mampu menjawab soal-soal dengan baik. Hal ini

berdasarkan nilai rata-rata secara keseluruhan yang besarnya 33,97, dimana

= 33,97 berada dalam interval 00-40.

B. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini maka peneliti mengajukan

saran-saran sebagai berikut :

1. Siswa harus bersungguh-sunguh dalam mengikuti pembelajaran, sehingga

materi yang disampaikan oleh guru dapat mengerti dengan baik.

2. Agar siswa memperbanyak mengerjakan latihan soal-soal yang berhubungan

dengan besaran dan satuan.

3. Siswa-siswa harus mampu menguasai bermacam-macam alat besaran dan

satuan.

4. Guru yang membidangi studi ini diharapkan agar memberikan bimbingan

lebih terarah dan termotivasi kepada siswa-siswa.

59

Page 60: Skripsi (1)

DAFTAR PUSTAKA

60

Page 61: Skripsi (1)

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.

------------------------. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

------------------------. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Armai Arief. 2002 Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.

Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

-------------. 2006. Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

-----------------------------. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.

http://www.macam-macam neraca.com

file:///metode-tanya-jawab%202.html

file:///metode-ceramah.html

file:/// Metode%20Ceramah%20%2027644307.htm

Hamali, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Mahfuz, Sholahuddin, dkk. 1986. Metodologi Pendidikan Islam. Surabaya: PT.

Bina Ilmu.

Margono, Sarimuda. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan (Komponen MKDK). Jakarta : PT. Rineka Cipta.

M. Basyiruddin Usman. 2002. Metodologi Pembelajaran Islam. Jakarta: Ciputat Pers.

Nasution, Sarimuda. 1982. Teknologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.Purwanto, Budi. 2000. Pelajaran Fisika SMP Kelas VII. Surakarta : PT. Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri.

61

Page 62: Skripsi (1)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Soejono, dkk. 2005. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

STKIP-PGRI. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Lubuklinggau : STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Subana, 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV. Pustaka Setia

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2002. Metode Statiska. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyarto, Teguh, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sukabdiyah, Sri, dkk. 1994. Seri Keterampilan Proses IPA Fisika SMP Kelas VII. Jakarta : PT. Yudhistira.

Sukmadinata, Syaodih Nana. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Sutikno, S. M. 2003. Menuju Pendidikan Bermutu. Jakarta : NTP Pers.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-3, h. 740

Wasis. 2008. IPA I untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Winarsih, Anni, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Media Abadi.

62