SKIZOFRENIA pbl 22

29
SKIZOFRENIA Berliana Natalia Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu gangguan dengan etiologi tak diketahui, ditandai oleh gejala psikotik yang secara berarti mengganggu fungsi dan menyangkut gangguan dalam perasaan, berpikir, dan perilaku. Gangguan ini kronik dan umumnya memiliki fase prodromal, fase aktif dengan delusi, halusinasi, atau keduanya, dan suatu fase residual di mana gangguan itu mungkin dalam keadaan remisi. 1 Skizofrenia adalah penyakit yang insidennya meningkat bila ada riwayat keluarga. Penyakit ini ditandai dengan halusinasi, waham, inkhorensi, perilaku yang sangat kacau disebut gejala positif. Kekurangan motivasi dan emosi juga sering terjadi disebut gejala negatif. Skizofrenia banyak ditemukan pada UGD karena hebatnya gejala, ketidakmampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri, tiada daya tilik diri, dan keruntuhan sosial yang lambat laun terjadi, serta menjauhnya pasien dari lingkungannya. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Diagnosis terhadap skizofrenia mengalami perubahan-perubahan, ada bebrapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakkan diagnostik adalah DSM-IV (Diagnostik and statistical manual) 1

description

jh

Transcript of SKIZOFRENIA pbl 22

SKIZOFRENIA

Berliana NataliaFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta

Latar BelakangSkizofrenia adalah suatu gangguan dengan etiologi tak diketahui, ditandai oleh gejala psikotik yang secara berarti mengganggu fungsi dan menyangkut gangguan dalam perasaan, berpikir, dan perilaku. Gangguan ini kronik dan umumnya memiliki fase prodromal, fase aktif dengan delusi, halusinasi, atau keduanya, dan suatu fase residual di mana gangguan itu mungkin dalam keadaan remisi.1 Skizofrenia adalah penyakit yang insidennya meningkat bila ada riwayat keluarga. Penyakit ini ditandai dengan halusinasi, waham, inkhorensi, perilaku yang sangat kacau disebut gejala positif. Kekurangan motivasi dan emosi juga sering terjadi disebut gejala negatif. Skizofrenia banyak ditemukan pada UGD karena hebatnya gejala, ketidakmampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri, tiada daya tilik diri, dan keruntuhan sosial yang lambat laun terjadi, serta menjauhnya pasien dari lingkungannya. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Diagnosis terhadap skizofrenia mengalami perubahan-perubahan, ada bebrapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakkan diagnostik adalah DSM-IV (Diagnostik and statistical manual) dan PPDG2-III/ICD-X.2 Dalam kasus skizofrenia diperlukan penegakkan diagnosis yang tepat dan cepat serta pemberian terapi; baik berupa obat-obatan (terapi biologis), psikoterapi, dan psikososial.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaTelepon : 08170110057, Email : [email protected] : 10-2009-076, Kelompok : D7

AnamnesisPada pasien yang mengalami gangguan jiwa/ mental, cara yang tepat untuk mendapat informasi mengenai status medisnya dapat dilakukan dengan wawancara psikatrik. Pasien yang mengalami gangguan jiwa dapat datang ke klinik bersama orang lain (alloanamnesis) atau datang sendiri (autoanamnesis). Oleh karena itu, informasi dapat juga di dapat dari saudara atau rekan pasien. Hal-hal yang dapat ditanyakan dapat berupa :1. Identitas pasien ? (nama, umur, pekerjaan, pendidikan, dll)2. Menanyakan permasalahannya/keluhan utama pasien ?3. Menanyakan perjalanan permasalahannya (gejala-gejalanya), keluhan yang terlebih dahulu dan hubungan antara keluhan fisik dan keluhan kejiwaan ? (sejak kapan gejala muncul, sifat gejalanya seperti apa? )4. Menanyakan stresornya (stresor organobiologik dan stresor psikososial) ? (sebelumnya pernah mengalami trauma, atau ada masalah keluarga, pendidikan, dll? )5. Menanyakan ada/tidaknya gangguan fungsi : fungsi pekerjaan/akademik/sekolah fungsi sosial fungsi sehari-hari6. Menanyakan riwayat perjalanan penyakit sebelumnya penyakit fisik penyakit mental dan penggunaan zat psikoaktif (napza) hubungan penyakit sebelumnya dengan gangguan sekarang (menanyakan keadaan pasien sebelum sakit ?)7. Menanyakan riwayat kehidupan pribadinya riwayat perkembangan fisik riwayat perkembangan kepribadian riwayat pendidikan dan pekerjaan riwayat kehidupan beragama riwayat perkawinan dan kehidupan psikoseksual8. Menanyakan riwayat keluarga (menyusun pohon keluarga dan identitasnya)9. Menanyakan kehidupan sosial sekarang (kondisi tempat tinggal pasien, jumlah penghuni, pencari nafkah)10.Penutup (menyusun rencana pertemuan berikutnya)

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan tanda vital secara umum, berupa : Tekanan darah- Frekuensi napas Suhu badan- Denyut nadi Penunjang 11. Pencitraan otak (Brain imaging)a. CT-scan : atrofi kortikal pada 10-35% pasien; pembesaran ventrikel III dan lateral pada 10-50% pasien; atrofi vermis serebelar dan turunnya radiodensitas parenkim otak. Mungkin ada korelasi antara CT abnormal dengan gejala negatif (misal : afek datar, withdrawl sosial, retardasi psikomotor, kurang motivasi), gangguan neuropskiatrik, naiknya frekuensi gejala ekstrapiramid akibat obat antipsikotik, dan riwayat premorbid lebih burukb. Positron emission tomography (PET) : pada sebagian, turunnya metabolisme lobus frontal dan parietal, metabolisme posterior relatif tinggi, dan lateralitas abnormal. c. Aliran darah serebral (CBF= cerebral blood flow) : pada sebagian, kadar istirahat aliran frontal turun, aliran darah parietal naik, dan aliran darah otak keseluruhan turun. Bila studi PET dan CBF digabungkan dengan CT-scan, disfungsi lobus frontal mungkin sekunder terhadap patologi tempat lain di otak.2. EEG. Umumnya pasien skizofrenia memiliki EEG normal, tapi sebagian menunjukkan turunnya aktivitas alfa dan naiknya aktivitas teta dan delta; gangguan paroksismal; dan naiknya kepekaan terhadap prosedur aktivasi, misal deprivasi tidur. 3. Studi evoked potential (EP). Hipersensitivitas awal terhadap stimulasi sensorik, dengan penumpulan kompensatorik lebih jauh pada pemrosesan informasi di tingkat korteks yang lebih tinggi.4. Studi imunologis. Pada sebagian, limfosit atipikal dan turunnya jumlah sel pembunuh alamiah.5. Studi endokrinologik. Pada sebagian, turunnya kadar LH dan FSH; turunnya pelepasan prolaktin dan GH bila dirangsang oleh hormon pelepas gonadotropin atau hormon tirotropin.

Mental atau psikologis (uji neuropsikologik) 3Tes psikologi formal mengenai kecerdasan (intelegensia) dan kepribadian mempunyai peranan dalam praktek klinis. Klasifikasi Tes Tes Objektif Tes objektif adalah tes dengan pensil dan kertas yang tipikal didasarkan pada hal dan pertanyaan spesifik. Tes memberikan skor dan profil numerik yang mudah dilakukan perhitungan matematik atau statistika. Sebagai contoh dari tes ini adalah Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) Tes ProyektifTes proyektif memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas; yaitu beberapa hal yang berarti mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri ke dalam situasi tes. Tes proyektif kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah. Orang diuji harus memberikan arti terhadap stimulus sesuai dengan kebutuhan dalamnya, kemampuan, dan pertahanannya. Contoh dari tes ini adalah Tes Apersepsi Tematik (Thematic Appreception Test [TAT]), Draw-a-Person Test, Tes Rorschach, dan Sentence Completion Test. Tes individual atau kelompokTes dapat diberikan secara individual atau diberikan secara bersama-sama dalam satu kelompok. Tes individual mempunyai keuntungan dengan memberikan suatu kesempatan bagi pemeriksa untuk menilai rapport dan faktor motivasional dan untuk mengamati dan mencatat perilaku selama tes. Pencatatan waktu respon yang tepat juga dimungkinkan. Tetapi, tes kelompok biasanya mudah untuk dilakukan dan dinilai. Tes berderetan (battery test)Sejumlah tes individual digunakan bersama-sama untuk membangun suatu urutan psikologis atau neuropsikologis. Deretan tes dapat memberikan lebih banyak informasi tentang berbagai daerah fungsi daripada yang diberikan pada tes individual dan dapat meningkatkan tingkat keandalan jika terdapat korelasi positif di antaranya. Halstead-Reitan adalah contoh dari tes berderetan.

Tes Apersepsi Tematik (TAT) dan Rorschach biasanya menunjukkan respon aneh. Bila dibandingkan orangtua dari kontrol normal, orangtua pasien skizofren menunjukkan lebih banyak deviasi dari normal dalam uji projektif (mungkin akibat hidup dengan anggota keluarga skizofren). Halstead-Reitan Battery menunjukkan atensi dan inteligensi terganggu, gangguan pemecahan masalah pada sekitar 20-35% pasien. Pasien skizofren memiliki IQ lebih rendah dibandingkan pada pasien non-skizofren. Penurunan IQ terjadi dengan progesi penyakitnya.

Diagnosis KerjaSKIZOFRENIASkizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari pikiran dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.4

Gejala skizofrenia meliputi gejala positif dan negatif : Gejala positif : peningkatan atau distorsi fungsi normal seperti : waham, halusinasi, peningkatan pembicaraan, asosiasi longgar, dan katatonia. Gejala negatif : pengurangan atau kehilangan fungsi normal seperti : ekspresi tumpul atau datar, kemiskinan pembicaraan atau pikiran, anhedonia, kurang motivasi, dan penarikan diri.

Pedoman Diagnostik : 4 Harus ada sedikitnya satu dari gejala ini yang amat jelas:a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda.- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya atau pikirannya diambil keluar oleh suatu dari luar dirinya.- Throught broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain mengetahuinya.

b.-delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar-delusion of influence = waham tentang dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar-delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan tertentu dari luar-delusional of perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien Mendiskusi perihal pasien diantara mereka sendiri Jenis suara yang berasal dari salah satu bagian tubuhd. Waham-waham menetap lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajat dan suatu yang mustahil.

Atau paling sedikit dua jenis gejala di bawah ini harus selalu ada:e. halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan efektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus.f. arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau berbicara yang tidak relevan atau neologis.g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu, atau fleksibelitas cerea, negativisme, mutisme dan strupor.h. gejala-gejala negatif. Seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas semua hal tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala khas diatas telah berlangsung kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk fase nonpsikotik prodormal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten yang bermakna dalam mutu dari beberapa aspek prilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara social.

Klasifikasi Skizofrenia 2Semua pasien skizofren sebaiknya digolongkan ke dalam salah satu subtipe yang ditegakkan berdasarakan manifestasi perilaku yang menonjol.1. Skizofrenia paranoidTipe ini yang paling sering, gejalanya sangat konsisten, sering paranoid, asien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Pasien ini sering tidak kooperatif dan sulit untuk mengadakan kerjasama, dan mungkin agresif, marah, atau ketakutan dan paling sering pasien memperlihatkan inkoherensi/disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang paling sering di temukan yaitu: Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi dan cemburu. Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah atau menghina.

2. Skizofrenia disorganisasiGejala-gejalanya: Afek tumpul, ketolol-tololan atau tidak serasi Sering inkoheren Waham tidak sistematis Perilaku disoranisasi seperti menyeringai

3. Skizofrenia katatonikBeberapa bentuk katatonik: Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak merespon terhadap lingkungan atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung disekitarnya. Negativisme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-usaha untuk menggerakkan fisiknya. Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku. Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan postur yang tidak biasa. Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira yang mungkin dapat membahayakan jiwanya karena kelelahan.4. Skizofrenia tak terinciPasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif yang sangat menonjol (misalnya: kebingungan, inkoheren) atau memenuhi criteria skizofrenia tetapi tidak dapat di golongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual dan depresi pasca skizofrenia.

5. Skizofrenia residualPasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual (penarikan diri secara social, efek datar atau tak serasi, perilaku esentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tidak logis).

6. Depresi pasca skizofreniaSuatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah suatu penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia masih ada dan menetap tetapi tidak mendominasi gambaran klinisnya. Gejala yang menetap dapat berupa gejala positif atau negative. Pedoman diasnotiknya: Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan. Beberapa skizofrenia masih tetap ada Gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya criteria untuk episode depresif dan telah ada paling sedikit 2 minggu.

7. Skizofrenia simpleksTipe ini adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa adanya halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai dengan perubahan-perubahan yang berkmakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara social.

8. Skizofrenia lainnyaTermasuk: Skizofrenia senestopatik, gangguan skizofrenia YTT, skizofrenia siklik, skizofrenia laten, gangguan lir skizofrenia akut.

9. Skozofrenia yang tak tergolongkan (YTT)Perjalan penyakit skizofrenia dapat di klasifikasikan sebagai penyakit berlangsung terus-menerus, episodik dengan atau tanpa gejala residual diantara episode, atau episode tunggal dengan remisi sempurna atau parsial. Gejala-gejala cenderung tumpang tindih dan diagnosis dapat berpindah-pindah dari satu subtipe ke subtipe lain sesuai dengan perjalanan waktu.

Manifestasi Klinis 2Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan aneh. Pemikiran dan pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti. Mereka mungkin mempunyai keyakinan yang salah dan tidak dapat dikoreksi. Skozofrenia sering memperlihatkan berbagai campuran gejala-gejala dibawah ini:A. Gangguan pikiran1. Gangguan proses pikirPemikiran pasien sering tidak dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tanda-tandanya adalah: Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak nyambung yaitu seolah dapat melompat dari satu topik ke topik lainnya yang tidak berhubungan sehingga membingungkan pendengar. Pemasukan berlebihan : arus pikiran pasien terus-menerus mengalami gangguan karena pikiran sering dimasuki informasi yang tidak relevan. Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru. Terhambat : pembicaraan tiba-tiba terhenti dan disambung kembali beberapa saat yang biasanya topik lain. Ini menunjukan adanya interupsi yang dimana pikiran pasien dimasuki ide-ide lain dan perhatian pasein lebih mudah teralih. Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja terucap bukan dari pikiran mereka. Ekolali : pasien mengulang kata/kalimat yang baru saja diucapkan orang lain. Konkritisasi : pasien dengan IQ normal/tinggi sangat buruk kemampuan abstraknya. Alogia : pasein berbicara sangat sedikit tetapi bukan disebabkan oleh resistensi yang disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit ide yang disampaikan ( miskin isi pembicaraan).2. Gangguan isi pikir Waham : suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tidak sesuai dengan fakta dan kepercayaan dan kepercayaan tersebut mungkin aneh. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Waham yang sering ditemukan yaitu: Waham kejar Waham kebesaran Waham rujukan : pasien meyakinkan ada arti dibalik peristiwa-peristiwa dan meyakini bahwa peristiwa atau perbuatan orang lain tersebut diarahkan kepadanya. Waham penyinaran pikiran Waham penyisipan pikiran

Tilikan :Pasien mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak menyadari penyakit serta kebutuhan terhadap pengobatan, meskipun gangguan yang ada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.

B. Gangguan persepsi1. HalusinasiHalusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa juga berbentuk penglihatan, penciuman dan perabaan.

2. Ilusi dan depersonalisasiIlusi adalah misinterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.

C. Gangguan emosionalPasien Skozofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan berpindah dari satu emosi ke emosi lain, ada 3 afek dasar yaitu: Afek tumpul/datar : ekspresi/emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek tersebut seharusnya di ekspresikan. Afek tak serasi : afeknya mungkin bersemangat atau kuat tapi tidak sesuai dengan pikiran dan pembicaraan pasien. Afek labil : dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.

D. Gangguan perilakuBerbagai perilaku yang tidak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh yang aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan dan agresif dan perilaku seksual yang tidak pantas. Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan dalam bentuk episode aktif, secara periodik, dalam kehidupannya secara khas dengan jarak beberapa bulan atau tahun. Sebagian besar pasien skizofrenia yang dalam keadaan remisi dapat memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan. Tanda-tanda awal pasien skizofrenia mengalami remisi yaitu peningkatan kegelisahan, ketegangan, penurunan nafsu makan, depresi ringan dan anhedonia, tidak bisa tidur dan konsentrasi terganggu.

Diagnosis Banding 41. F0 = Gangguan mental organik (termasuk gangguan mental simtomatik). Gangguan mental organik = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk, gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak (extracerebral). Gambaran utama :1. Gangguan fungsi kognitif, misalnya: daya ingat (memory), daya pikir (intellect), dan belajar (learning)2. Gangguan sensorium, misalnya : gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention)3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang : presepsi (halusinasi) isi pikiran (waham/delusi) suasana perasaan dan emosi (depresi,gembira,cemas) Blok gangguan mental organik menggunakan 2 kode : Sindrom psikopatoligik (misalnya: demensia) Gangguan yang mendasari (misalnya: penyakit alzheimer)

Pada gangguan mental organik (F0) diklasifikasikan lagi menjadi 9 kode karakter (F00-F09), dimana pada karakter : gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik (F06) terdapat gejala mirip skizofrenia.Pedoman Diagnostik pada Gangguan Mental Lainnya Akibat Keruskan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik : Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang mendasarinya Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai pencetus)

Pada jenis ini dibagi lagi menjadi 10 kode karakter yakni (F06.0-F06.9) :1. Pada tipe F06.0 Halusinasi OrganikPedoman diagnostik : Kriteria umum tersebut diatas (F06) Adanya halusinasi dalam segala bentuk (biasanya visual atau auditorik), yang menetap atau berulang Kesadaran yang jernih (tidak berkabut) Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna Tidak ada gangguan afektif yang menonjol Tidak jelas adanya waham (seringkali insight masih utuh)

2. Pada tipe F06.2 Gangguan Waham Organik (Lir-Skizofrenia)Pedoman diagnostik : Kriteria umum tersebut diatas (F06) Disertai : waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh yang berubah, cemburu, penyakit, atau kematian dirinya atau orang lain) Halusinasi, gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik tersendiri, mungkin ada Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu2. F1 = Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat. Gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia, tetapi semua itu diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter). Banyak pengguna obat menggunakan lebih dari satu jenis obat, namun bila mungkin, diagnosis gangguan harus diklasifikasikan sesuai dengan zat tunggal yang paling penting yang digunakannya ( yang menyebabkan gangguan yang nyata). Pada pasien yang menggunakan zat psikoaktif dapat menyebabkan gangguan psikotik (F1x.5), yakni dengan pedoman diagnostik berupa : Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset lamabat. Gangguan psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2 minggu setelah penggunaan zat. Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat. Pada penggunaan obat stimulan, seperti kokain, amfetamin, gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat umumnya berhubungan erat dengan tingginya dosis dan atau pengunaan zat yang berkepanjangan.Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan berdasarkan distorsi presepsi atau pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan ialah halusinogenika primer (misalnya Lisergide[LSD]), meskalin, kanabis dosis tinggi). Perlu dipertimbangkan juga kemungkinan diagnosis intoksikasi akut.

Etiologi 5Seperti dinyatakan di atas, skizofrenia tidak diduga sebagai suatu penyakit tunggal tetapi sebagai sekelompok penyakit dengan ciri-ciri klinik umum. Banyak teori penting telah diajukan mengenai etiologi dan ekspresi gangguan ini.1. Teori biologik dan genetik. Penelitian keluarga (termasuk penelitian kembar dan adopsi) sangat mendukung teori bahwa factor genetik mempunyai peran penting dalam transmisi skizofrenia, atau paling tidak memberi suatu sifat kerawanan dan juga dapat menjadi penyebab peningkatan insidens dari sindrom mirip-skizofrenik (gangguan kepribadian skizoafektif, skizotipik, dan lainnya) yang terjadi dalam keluarga.2. Hipotesis neurotransmitter. Riset terakhir memusatkan diri di sekitar berbagai kelainan neurotransmitter yang ditemukan pada penderita skizofrenik dan berpusat pada sistem dopaminergik sebagai lesi atau ketidakseimbangan kimiawi yang bertanggung jawab, pada penelitian menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmitter dan reseptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif dan negative skizofrenia.Makna patofisiologis yang khusus dikaitkan dengan dopamin; avaibilitas dopamin atau agonis dopamin yang berlebihan dapat menimbulkan gejala skizofrenia, dan penghambat reseptor dopamin-D2 telah sukses digunakan dalam penatalaksanaan skizofrenia. Di sisi lain, penurunan reseptor dopamin-D2 yang ditemukan di korteks prefrontalis, dan penurunan reseptor D1 dan D2 berkaitan dengan gejala negatif skizofrenia, seperti kurangnya emosi. Pelepasan dan kerja dopamin ditingkatkan oleh beberapa zat yang meningkatkan perkembangan skizofrenia. Jadi, pengobatan dopaminergik pada penyakit Parkinson dapat menimbulkan gejala skizofrenia, yang selanjutnya dapat membatasi pengobatan penyakit Parkinson : L-dopa menyebabkan pembentukan dan pelepasan dopamin meningkat Penghambat monoamine oksidase (MAO inhibitor) akan menghambat pemecahan dopamin sehingga meningkatkan avaibilitas dopamin untuk pelepasannya di celah sinaps Kokain juga merangsang pelepasan dopamin di celah sinaps Amfetamin menghambat ambilan dopamin di ujung saraf prasinaps sehingga pada waktu yang bersamaan meningkatkan konsentrasi tansmiter di celah sinaps.

Serotonin mungkin juga berperan dalam menimbulkan gejala skizofrenia. Kerja serotonin yang berlebihan dapat menyebabkan halusinasi, dan banyak obat antipsikotik akan menghambat reseptor 5-HT2A.6 3. Pencetus psikososial. Stresor sosiolingkungan sering berkorelasi sementara dengan serangan awal dan kekambuhan dan dapat diduga sebagai suatu terobosan kekuatan protektif, dengan tetap mempertahankan kerawanan psikobiologik dalam pengendalian. Peningkatan angka kekambuhan berhubungan secara bermakna dengan tiga tindakan emosi yang dinyatakan (EE) di lingkungan rumah: komentar kritis, permusuhan, dan keterlibatan emosional yang berlebihan. Penelitian menunjukkan bahwa pemisahan pasien dari keluarga EE tinggi (atau malah suatu penurunan dalam jumlah kontak memperbaiki angka kekambuhan.4. Teori infeksius. Bukti etiologi virus lambat meliputi perubahan neuropatologik konsisten dengan infeksi lalu : gliosis, pemarutan glial, dan adanya antibody virus dalam serum dan CSF sebagian skizofrenik. Naiknya frekuensi komplikasi perinatal dan sifat musiman data kelahiran juga dapat menunjang teori infeksius.

Epidemiologi 1Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan 25-35 tahun. Jarang terjadi pada usia sebelum 10 tahun dan sesudah 40 tahun. Pada golongan sosialekonomi rendah prevalansi meningkat. Prevalensi, morbiditas dan keparahan presentasi lebih besar pada penduduk perkotaan. Rasio terjadinya skizofenia sama antara wanita dan pria. Gejala negatif lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita.

Komplikasi1) Usaha bunuh diri2) Resiko kematian mendadak meningkat, penyakit medis lainnya, depresi (harapan hidup yang memendek)

Tatalaksana Terdapat 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam penanganan penderita skizofrenia adalah :a. Terapi harus disesuaikan dengan lingkungan yang mendukung pasienb. Strategis non-farmakologi harus mengatasi masalah-masalah nonbiologikc. Terapi tunggal jarang member hasil yang memuaskan, karena gangguan skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks.Pengobatan terdiri dari : Terapi Biologik 21) FarmakologiSkizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu dopamine receptor antagonis (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamin antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi II (APG-II). Obat APG-I disebut juga antipsikotika konvensional atau tipikal sedangkan APG-II disebut juga antipsikotika baru atau atipikal. Sebaiknya skizofrenia diobati dengan APG-II dengan kisaran dosis ekuivalen klorpromazin 300-600 mg/hari atau kadang-kadang lebih. Pemeliharaan dengan dosis rendah antipsikotika diperlukan, setelah kekambuhan pertama. Dosis pemeliharaan sebaiknya diteruskan untuk beberapa tahun.Obat APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif sedangkan untuk gejala negatif hampir tidak bermanfaat. Obat APG-II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif. Tes dosis : gunakan obat dengan dosis kecil dulu (ekivalen dengan 25 mg CPZ). Laksanakan titrasi ke atas hingga tercapai dosis terapeutik.

Yang termasuk golongan APG-I (tipical) :1) Fenotiazine4) Dibenzoxazepine2) Tioxantine5) Dihidronidol3) Butiroferon6) Difenilbutil Piperedine

DrugEquipotent dose (mg)Usual dose range (mg/hari)

Chlorpromazine100200-800

Thibridazine100150-800

Mesoridazine5030-400

Fluphenazine20,5-40

Perphenazine108-64

Prochlorperazine1515-150

Trifluoperazine52-40

Thiothixene45-30

Haloperidol22-20

Molindone1015-225

Loxapine1520-250

Yang termasuk obat jenis APG-II (atipikal) :DrugUsual dose range (mg/hari)

Clozapine300-900

Olanzapine5-20

Quetiapine150-600

Risperidone1-6

2) Terapi Fisik 2Terapi Kejang Listrik (TKL/ECT) : dapat bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut. Beberapa pasien skizofrenia yang tidak berespon dengan obat-obatna dapat membaik dengan TKL. PsikoterapiPsikoterapi suportif merupakan terapi yang dapat meliputi nasehat, penyakinan, edukasi, pencontohan, pemberian batas, dan uji realita umumnya. Psikososial 1 Terapi imbalan kenangan : perilaku yang dikehendaki dipacu secara positif dengan memberikan imbalan berupa kenangan-kenangan seperti perjalanan atau preferansi yang tujuannya adalah memacu perilaku itu agar menggeneralisir ke dunia dilura bangsal RS. Terapi kelompok : berfokus pada dukungan dan pengembangan keterampilan sosial. Berkelompok berguna mengurangi isolasi sosial dan menambah uji realita. Terapi keluarga : teknik terapi ini dapat secara berarti mengurangi relaps pada anggota keluarga skizofrenik. Teknik wawancara : pertama-tama haruslah mengerti sejauh mana pasien skizofren merasa dan berfikir. Pasien di sebutkan memiliki ego yang rapuh, terapi ini membuat mereka rentan akan rasa diri dan orang lain yang labil, defens primitive dan gangguan berat kemampuan memodulasi stress luar.PencegahanPada pasien berusaha untuk menghindari faktor pencetus stressor seperti trauma emosi, obat, dan separasi yang dapat memicu episode penyakit pada yang predisposisi.

Prognosis 1A) Prognosis ke arah baik berkaitan dengan:1. Onset akut dengan faktor pencetus yang jelas2. Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid yang baik (termasuk kemunculan di usia yang lebih lanjut)3. Gejala mood (khususnya depresi)4. Subtipe paranoid5. Kemungkinan subtipe katatonik. Bukti tertentu bahwa skizofrenia katatonik mungkin berkaitan dengan gangguan mood6. Menikah7. Riwayat keluarga gangguan mood8. Predominasi gejala positif9. Konfusi10. Tegang, cemas, hostilitasB) Prognosis ke arah buruk berkaitan dengan:1. Kemunculan bertahap (onset insidious) tanpa factor pencetus2. Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid yang buruk (termasuk kemunculan di usia yang lebih dini)3. Perilaku menyendiri, autistic4. Subtipe disorganisasi dan nondiferensiasi5. Belum menikah6. Riwayat keluarga skizofrenia7. Riwayat persalinan sulit8. Adanya tanda dan gejala neurologis. Ini termasuk fungsi kognitif buruk pada uji neuropsikiatrik formal dan gangguan pada CT dan PET serta EEG dan studi evoked potensial.9. Predominan gejala negatif10. Tidak ada gejala mood atau hostilitas yang jelas/berlebihan

KesimpulanDari kasus yang didapat pasien menderita skizofrenia. Seperti dinyatakan di atas, skizofrenia tidak diduga sebagai suatu penyakit tunggal tetapi sebagai sekelompok penyakit dengan ciri-ciri klinik umum. Gejala yang timbul terdiri dari gejala positif dan negatif, dimana yang paling sering adalah gejala positif. Perlunya pengobatan pada pasien skizofrenia agar dapat mengurangi angka resiko, seperti bunuh diri, depresi, penyakit medis lainnya.

DAFTAR PUSTAKA1. Harold I Kaplan, Benjamin J.S. Buku Saku Psikiatri Klinik. Jakarta: Binapura Aksara;2002.h.85-101.2. Nurmiati A. Skizofrenia pada Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit FK UI;2010.h.170-192.3. Harold I Kaplan, Benjamin J.S, Jack A.G. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binapura Aksara;2000.h.334.4. Rusdi Maslim. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta:2003.h.46-52.5. Residen bagian Psikiatri UCLA. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC;2001.6. Stefan Silbernagl, Florian Lang. Skizofrenia pada Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC;2007.h.352.19